View
9
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Pemilihan judul diambil karena keingintahuan peneliti mengenai proses
pemberdayaan masyarakat desa Nglanggeran yang dapat memanfaatkan potensi
di daerah mereka menjadi sebuah kawasan wisata yang menjadi salah satu obyek
wisata unggulan di kabupaten Gunungkidul. Melalui pemberdayaan masyarakat
yang telah dilakukan di desa Nglanggeran ini tidak sedikit masyarakat yang
menikmati hasil dari proses demi proses pemberdayaan masyarakat melalui
kawasan wisata Nglanggeran ini. Selain itu, tidak sedikit juga manfaat yang
diperoleh di berbagai bidang, bahkan di bidang ekonomi. Pemberdayaan
masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran ini menciptakan lapangan
pekerjaan dan peluang usaha lainnya yang tentu saja membuat masyarakat desa
Nglanggeran lebih berdaya.
Pemanfaatan potensi yang telah dilakukan masyarakat desa Nglanggeran
ini didukung oleh stakeholder pemerintah baik pemerintahan kabupaten, provinsi,
maupun pusat. Manfaat yang banyak diterima ini tidak hanya sebagai wujud
memberdayakan masyarakat, namun membuat masyarakat tersebut menjadi
mandiri dan lebih survive sehingga mampu keluar dari permasalahan sosial
seperti kemiskinan, pengangguran, dan lain sebagainya. Hal ini sangat
berpengaruh karena pada dasarnya, sebuah pemberdayaan masyarakat melalui
kawasan wisata atau berbasis pariwisata, tidak hanya berdampak pada satu
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
bidang saja, melainkan bidang lainnya. Lebih lanjut mengenai alasan pemilihan
judul penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut :
1.1.1 Relevansi dengan Program Studi Pembangunan Sosial dan
Kesejahteraan
Penelitian dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan
Wisata” ini sangat berkaitan dengan program studi yang peneliti ambil, yaitu
Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Secara garis besar, didalam
program studi Ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan terdapat 3 (tiga)
konsentrasi utama, yaitu Tanggungjawab Sosial Perusahaan (Corporate
Social Responsibility), Kebijakan Sosial (Social Policy), dan Pemberdayaan
Masyarakat (Community Empowerment). Berkaitan dengan ketiga konsetrasi
utama tersebut, penelitian ini sangat berkaitan dengan salah satu konsentrasi
utama tersebut, yaitu Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment).
Hal ini dikarenakan, didalam penelitian ini fokus penelitian yang diambil
adalah bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata,
sehingga dapat mengembangkan potensi wisata menjadi kawasan wisata
unggulan dan juga dapat memberikan manfaat secara ekonomis kepada
masyarakat desa Nglanggeran.
Selain berkaitan dengan konsentrasi pemberdayaan masyarakat, dalam
kaitannya dengan mata kuliah, penelitian ini secara langsung juga
berhubungan dengan mata kuliah pemberdayaan masyarakat. Dalam studi
pemberdayaan masyarakat, kami mempelajari mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat terutama alasan mengapa
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
masyarakat perlu diperdayakan. Masyarakat yang menjadi fokus
pemberdayaan merupakan masyarakat yang pada umumnya tidak berdaya
atau powerless, baik dalam kondisi ekonomi, sosial, maupun politik.
Masyarakat kemudian termarginalisasi dengan keadaan tersebut, sehingga
perlu adanya suatu aksi untuk membuat masyarakat lebih berdaya atau
masyarakat yang memiliki power. Proses membuat masyarakat menjadi lebih
memiliki power untuk lebih survive dalam kehidupannya inilah yang
dinamakan dengan pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat dilakukan agar masyarakat memiliki kekuatan
dalam segi sosial dan ekonomi inilah yang nantinya membuat masyarakat
mampu mandiri. Hal inilah yang dilakukan oleh masyarakat lokal desa
Nglanggeran yang kemudian dapat mandiri mengelola kawasan wisata
Nglanggeran. Keterkaitan pemberdayaan masyarakat dengan penelitian ini
sangat jelas terlihat pada struktur organisasi pengelola kawasan wisata,
dimana pengelola kawasan wisata ini merupakan masyarakat lokal desa
Nglanggeran.
Potensi yang sebenarnya telah lama ada, kemudian dapat dimanfaatkan
secara baik, dan bahkan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, baik
pemerintah dan juga instansi swasta. Potensi yang tidak mainstream lagi
seperti kepariwisataan ini memang memiliki daya jual yang tinggi. Hal ini
tidak saja berlaku bagi masyarakat namun juga stakeholder pemerintah desa
Nglanggeran sebagai stakeholder pemangku kawasan wisata Nglanggeran.
Pemanfaatan potensi dengan mengikutsertakan masyarakat lokal untuk
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
pengelolaannya menjadi nilai plus ketika potensi wisata tersebut ditawarkan
di pasar pariwisata. Selain itu, industri pariwisata tidak hanya membawahi
satu atau dua bidang saja, melainkan berbagai bidang, hal inilah yang
menjadikan pariwisata merupakan industri yang multidimensial. Secara
teoritis (Bambang Sunaryo 2013 : 138) pada hakekatnya pembangunan
kepariwisataan tidak lepas dari sumber daya dan keunikan komunitas lokal,
baik berupa elemen fisik maupun non fisik (tradisi dan budaya), yang
merupakan unsur penggerak utama kegiatan wisata itu sendiri sehingga
semestinya kepariwisataan harus dipandang sebagai “kegiatan yang berbasis
pada komunitas setempat”.
1.1.2 Aktualitas
Dahulu, kabupaten Gunungkidul terkenal dengan kabupaten yang
memiliki angka kemiskinan yang tinggi, daerah penyandang permasalahan
sosial yang tinggi, daerah yang tandus dan gersang, dan berbagai stigma yang
melekat mengenai kabupaten yang sebenarnya memiliki banyak potensi
wisata ini. Namun, semenjak sebuah pantai di wilayah pantai selatan
kabupaten Gunungkidul, yaitu pantai Indrayanti menjadi booming dan
terkenal. Kabupaten Gunungkidul ini seakan kebanjiran wisatawan dari
berbagai daerah. Tidak hanya dalam wilayah satu provinsi saja, namun
wisatawan dari kota lain, bahkan dari mancanegara berbondong-bondong
untuk melihat keindahan panorama pantai selatan yang memiliki pasir putih
yang indah.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Lepas dari boomingnya pantai Indrayanti atau pantai Pulang Syawal
ini, banyak potensi yang kemudian digali untuk menopang pariwisata
kabupaten Gunungkidul. Salah satunya adalah Kawasan Wisata Nglanggeran.
Kawasan ini juga menjadi salah satu obyek wisata unggulan karena terkenal
dengan peninggalan gunung api dari jaman purba dengan segenap mitos dan
kepercayaannya. Menariknya kepariwisataan kabupaten Gunungkidul ini
kemudian mendorong pemerintah kabupaten Gunungkidul ini menaruh
perhatian lebih pada bidang kepariwisataan. Salah satu perhatian pemerintah
kabupaten Gunungkidul ini yaitu dengan ditetapkannya kabupaten
Gunungkidul sebagai kawasan Geopark dari pegunungan karst (pegunungan
sewu) pada tahun 2014. Salah satu geosite dari Geopark kabupaten
Gunungkidul adalah Kawasan Wisata Nglanggeran.
Keaktualitas penelitian ini tidak hanya berhenti pada kawasan wisata
Nglanggeran yang sedang disorot sebagai kawasan wisata yang merupakan
salah satu Geosite dari Geopark Gunungkidul, namun permasalahan yang
juga diangkat oleh peneliti berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat,
dimana peneliti berfokus pada proses pemberdayaan masyarakat melalui
kawasan wisata Nglanggeran.
Dewasa ini, isu pemberdayaan masyarakat memang sedang banyak
dibicarakan dan diaplikasikan. Hal ini dikarenakan studi mengenai
pemberdayaan masyarakat memang dinilai sebagai salah satu pendekatan
pembangunan yang dapat membuat masyarakat tidak hanya mandiri namun
juga mampu memanfaatkan peluang dan potensi mereka. Sama halnya
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
dengan penelitian yang mengambil fokus pemberdayaan masyarakat, peneliti
kemudian dapat melihat bahwa pemberdayaan masyarakat melalui kawasan
wisata akan mempengaruhi kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
1.1.3 Orisinalitas
Penelitian ini murni dikerjakan oleh peneliti dan belum ada penelitian
sebelumnya mengenai pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata
Nglanggeran di kabupaten Gunungkidul. Sebelumnya memang sudah
dilakukan penelitian terkait dengan pengembangan kawasan wisata
Gunungkidul yang ditulis oleh Imam Yoelianto mahasiswa Universitas
Negeri Sebelas Maret Tahun 2008 dengan Judul Tugas Akhir
“Pengembangan Obyek Wisata Pantai Sepanjang di Kabupaten
Gunungkidul”. Akan tetapi yang membedakan penelitian ini dengan
penelitian Imam adalah fokus penelitian yang terkait dengan unit analisis dan
fokus penelitian yang berbeda. Isi dari penelitian Imam ini berkaitan dengan
bagaimana strategi mengembangkan obyek wisata bahari di Pantai Sepanjang
Kabupaten Gunungkidul.
Selain itu, terdapat penelitian mengenai pariwisata juga pernah
dilakukan oleh A. Oktami Dewi A.A.P mahasiswa Universitas Hassanudin
Makassar tahun 2013 dengan judul skripsi “Partisipasi Masyarakat dalam
Pengembangan Obyek Wisata Bahari di Pulau Kapoposang Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan”. Dalam penelitian Okta dijelaskan mengenai
partipasi masyarakat dalam pengembangan obyek wisata bahari, sedangkan
dalam penelitian ini fokus yang diambil adalah proses pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7
masyarakat sehingga dapat menciptakan obyek wisata unggulan untuk
membantu masyarakat setempat dalam hal ekonomi. Selain fokus penelitian
yang berbeda, lokasi untuk penelitianpun juga berbeda. Sehingga secara
keseluruhan antara penelitian ini dengan penelitian Okta berbeda, walaupun
sama-sama dalam bidang pariwisata.
Penelitian lain dengan tema pariwisata juga pernah dilakukan oleh
Yekti Dwi Andyati mahasiswa Administrasi Negara (Manajemen Kebijakan
Publik) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada.
Penelitian Yekti berjudul “Kinerja Dinas Kebudayaan Pariwisata dan
Informasi Kabupaten Purworejo dalam Mengembangkan Potensi Pariwisata”.
Dalam penelitian ini difokuskan lebih kepada pendalaman mengenai kinerja
Dinas KPI dalam mengembangkan potensi pariwisata di kabupaten
Purworejo. Penelitian ini menyinggung bahwa kinerja KPI kabupaten
Purworejo masih rendah karena potensi wisata yang beragam tersebut belum
dimanfaatkan secara optimal sehingga tujuan wisatawan belum tercapai.
Namun hasil akhir dari penelitian ini menyebutkan bahwa Dinas KPI tetap
melakukan pembenahan terhadap obyek wisata yang ada sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai daerah tujuan wisata.
Terdapat penelitian lain yang juga berlokasi di desa Nglanggeran
dengan mengangkat obyek yang sama yaitu kawasan wisata Nglanggeran.
Penelitian ini dilakukan Novia Purbasari, mahasiswa Universitas Diponegoro
Fakultas Teknik, pada tahun 2014. Mahasiswi ini mengangkat penelitian di
kawasan wisata Nglanggeran dengan judul Model Community Based Tourism
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8
pada Desa Wisata Kembangarum, Petingsari, dan Nglanggeran, DIY Sebagai
Penerima PNPM Mandiri Pariwisata. Dalam penelitian yang telah dilakukan
oleh Novia ini menyoroti mengenai pentingnya strategi Community Based
Tourism dalam mencapai dan menerima PNPM Mandiri Pariwisata.
Perbedaan dari penelitian yang dilakukan oleh Novia dengan penelitian ini
adalah bagaimana mengupas sebuah permasalahan yang ada di kawasan
wisata Nglanggeran, penelitian Novia lebih menyoroti mengenai statrategi
sebuah kawasan wisata dalam mengembangkan community based tourism
agar menerima aliran dana dari PNPM Mandiri Pariwisata, sedangkan dalam
penelitian ini lebih mengacu bagaimana proses dari pemberdayaan
masyarakat melalui kawasan wisata tersebut demi tercapainya sebuah
kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Latar Belakang Masalah
Pembangunan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat kini banyak
diambil oleh banyak pihak baik pemerintah maupun swasta untuk
mengembangkan masyarakat menjadi sebuah komunitas yang mampu
merencanakan dan membangun daerahnya sebagaimana potensi dan keahlian
yang mereka miliki. Pembangunan yang lebih mengacu pada partisipasi
masyarakat ini kemudian menjadi salah satu andalan bagi banyak pihak untuk
membuat sebuah terobosan baru dalam pembangunan, Banyak bidang yang
kini mulai dikembangkan dengan perspektif pembangunan pemberdayaan
masyarakat. Salah satunya dengan pengembangan pariwisata.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9
Industri pariwisata terutama di Indonesia kini banyak menggunakan
perspektif pembangunan dengan berbasis pemberdayaan masyarakat, dimana
keberadaan masyarakat kemudian menjadi sebuah titik keberhasilan dari
pengembangan industri kepariwisataan tersebut. Keberadaan pemberdayaan
masyarakat melalui industri pariwisata, tidak hanya membawa dampak secara
ekonomi dengan peningkatan pendapatan melalui menjamurnya usaha-usaha
mikro melalui pengelolaan industri pariwisata, melainkan juga mulai
merambah ke bidang sosial dimana angka pengangguran dan kemiskinan
mula diangkat menjadi sebuah isu penting yang teratasi dengan adanya
pengelolaan industri pariwisata oleh masyarakat. Hal ini sama seperti yang
diungkapkan oleh I Putu Gel-Gel bahwa pariwisata merupakan industri global
yang diyakini mencakup semua bidang jasa sehingga membutuhkan banyak
tenaga kerja. Efek dari keberadaan pariwisata tidak hanya mencakup kepada
industri keparwisataannya sendiri, melainkan juga ke bidang lainnya yang
berkaitan dengan keparwisataan tersebut, seperti akomodasi, jasa transportasi,
perdagangan, food and baverages, dan lain sebagainya.
Pariwisata merupakan sebuah industri global, dimana pariwisata
merupakan suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi,
transportasi, makanan, rekreasi, serta jasa-jasa lainnya yang terkait
(I Putu Gel-Gel, 2006:22).
Salah satu penerapan dari pembangunan dan pengembangan
pariwisata melalui basis pemberdayaan masyarakat adalah di sebuah obyek
wisata alam di kabupaten Gunungkidul. Obyek wisata alam tersebut adalah
Kawasan Wisata Nglanggeran. Obyek wisata Nglanggeran merupakan sebuah
obyek yang terbagi atas dua peminatan khusus, yaitu Kawasan Ekowisata
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
Gunung Api Purba Nglanggeran dan Kawasan Agrowisata Embung dan
Kebun Buah Nglanggeran. Obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran
dan Embung Nglanggeran tidak hanya dilihat sebagai obyek wisata yang
menawarkan bentang alam yang penuh dengan kegiatan petualangan, namun
juga menyuguhkan kreatifitas masyarakat lokal sebagai pengelolanya.
Obyek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran dan Embung
Nglanggeran ini terletak di antara 3 (tiga) dusun, yaitu dusun Nglanggeran
Wetan, dusun Nglanggeran Kulon, dan dusun Gunung Butak, desa atau
kelurahan Nglanggeran, kecamatan Patuk, kabupaten Gunungkidul. Jarak
yang tidak terlalu jauh dari obyek wisata lainnya, membuat kawasan wisata
Nglanggeran ini menjadi favorit di kalangan wisatawan. Obyek wisata yang
tidak hanya menawarkan keindahan gunung berapi yang aktif pada zaman
purba ini, namun juga wisata petualangan atau outbond seperti mendaki
gunung purba Nglanggeran, flying fox, dan lain sebagainya. Keindahan
kawasan wisata ini tidak hanya berhenti pada wisata alam yang ditawarkan
namun pengetahuan mengenai sejarah mengenai gunung api purba
Nglanggeran yang penuh dengan mitos dan cerita tokoh pewayangan.
Kawasan Wisata Nglanggeran ini tidak hanya memberikan
kesenangan bagi wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata tersebut,
namun juga memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat di desa
Nglanggeran. Hal ini dikarenakan, pengelolaan kawasan wisata Nglanggeran
ini memang dikelola secara langsung oleh masyarakat desa Nglanggeran
melalui Karangtaruna desa Nglanggeran dan juga Pokdarwis kawasan wisata
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11
Gunung Api Purba Nglanggeran. Pengelolaan yang cukup bagus ini
kemudian melahirkan banyak peluang usaha dan juga pembukaan lahan
pekerjaan baru bagi masyarakat desa Nglanggeran khususnya pemuda.
Pengelolaan yang dilakukan oleh karangtaruna bersama Pokdarwis
inilah yang kemudian menjadi perhatian khusus bahwa adanya proses
pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata yang cukup bagus
sehingga dapat membuat masyarakat juga ikut menikmati manfaat dari
pembukaan kawasan wisata Nglanggeran. Keberhasilan pengelolaan kawasan
ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran ini bertolak belakang dengan
kenyataan yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Menparekraf) yang. mengatakan bahwa pengembangan destinasi ekowisata
masih terhambat dikarenakan beberapa hal terutama berkaitan dengan
perijinan, pembebasan lahan, dan juga peraturan daerah yang tidak
mendukung adanya destinasi ekowisata tersebut (sumber:
http://travel.kompas.com/ tentang Pengembangan Destinasi Ekowisata Masih
Terhambat). Namun, apabila melihat kawasan wisata Nglanggeran yang
berhasil memikat wisatawan disemua kalangan, kawasan wisata Nglanggeran
juga mampu menggandeng masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam
mengembangkan kawasan wisata tersebut.
Kawasan wisata Nglanggeran sendiri memang diakui sebagai kawasan
wisata yang mempunyai kelembagaan dan pengelolaan yang bagus. Hal ini
sangat berkaitan dengan bagaimana proses memberdayakan masyarakat yang
mengelola kawasan wisata tersebut sehingga menjadi kawasan wisata
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
unggulan seperti sekarang ini. Dalam proses-proses pemberdayaan
masyarakat tersebut pasti keaktifan, partisipasi, dan kesadaran masyarakat
sangat diperlukan dalam mengelola potensi lainnya yang ada di daerah
mereka. Selain itu, peran stakeholder yang kemudian mendukung terciptanya
masyarakat yang mampu menjadi pengelola kawasan wisata unggulan ini
layak menjadi fasilitator yang mampu menghidupkan semangat masyarakat.
Ketika destinasi wisata lainnya terhambat pembangunan dan
pengembangannya, kawasan ekowisata Gunung Api Purba dan kawasan
agrowisata Nglanggeran ini mampu berkembang dengan baik. Hal ini
menyisakan tanda tanya besar, bahwa bagaimana sebenarnya proses-proses
pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan sehingga melahirkan
masyarakat yang sadar akan potensi dan mampu memanfaatkan peluang-
peluang usaha pariwisata tersebut. Selain keberhasilan yang telah dicapai,
banyak hal yang mampu diungkapkan melalui keberhasilan tersebut, salah
satunya adalah dengan titik tolak kemandirian atau self esteem. Dimana
sebuah pembangunan dan pengembangan pemberdayaan masyarakat yang
telah dilakukan, bertitik pada sebuah kemandirian masyarakat. Seperti yang
diungkapkan oleh Tri Winarni dalam Ambar Teguh (2004 : 79) bahwa
didalam konsep pemberdayaan masyarakat meliputi tiga hal yaitu
pengembangan dari pemberdayaan masyarakat itu sendiri, mampu
memperkuat potensi, dan kemudian yang terakhir mampu menciptakan
sebuah kemandirian.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
13
Konsep pemberdayaan masyarakat intinya meliputi tiga hal, yaitu
Pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya
(empowering), dan terciptanya kemandirian. (Tri Winarni dalam
Ambar Teguh 2004 :79)
Kemandirian masyarakat yang tercipta melalui pembangunan dan
pengembangan kawasan wisata Nglanggeran ini membuat sebuah terobosan
terbaru, bahwa dalam industri kepariwisataan dengan memanfaatkan alam
dan potensi yang dimiliki ternyata membawa dampak yang bagus dalam
kehidupan masyarakat itu sendiri. Keamndirian dalam berbagai bidang
kemudian ditonjolkan melalui proses-proses pembangunan dan
pengembangan dengan basis pemberdayaan masyarakat yang dikemas apik.
Hal ini menjadi sebuah pemberlajaran bagi obyek wisata lainnya yang belum
menerapkan pembangunan dan pengembangan kawasan wisata dengan basis
pemberdayaan masyarakat. Bahwa ddalam pemberdayaan masyarakat akan
menciptakan sebuah kemandirian didalam masyarakat itu sendiri, sehingga
mendorong kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kemandirian yang
kemudian diciptakan tidak hanya dalam ekonomi, namun juga sosial dan
kemandirian dalam menyampaikan pendapat.
1.3 Rumusan Masalah
Mengacu pada uraian dan bahasan mengenai masalah pengembangan
kepariwisataan diatas, maka fokus penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut : Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata
Nglanggeran untuk meningkatkan kemandirian masyarakat desa Nglanggeran ?.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
14
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui proses pemberdayaan masyarakat di desa Nglanggeran
melalui kawasan wisata.
b. Mengetahui strategi-strategi pengelola kawasan wisata Nglanggeran,
sehingga kawasan wisata Nglanggeran selalu berkembang dengan
pesat.
c. Mengetahui peran stakeholder-stakeholder yang berkaitan dalam
mendukung pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata
Nglanggeran
d. Mengetahui hambatan yang dialami dalam proses pemberdayaan
masyarakat melalui kawasan wisata Nglanggeran.
1.4.2 Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran dan referensi
yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.
b. Bagi Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan dapat
memberikan kontribusi pengetahuan tentang pemberdayaan masyarakat
dalam pengembangan kawasan wisata yang menjadi salah satu ruang
lingkup kajian peran masyarakat dalam pembangunan sosial yang
merupakan bagian dari ilmu pemberdayaan masyarakat.
c. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi bagi kendala
yang dihadapi pada permasalahan sosial seperti kemiskinan dan
pengangguran melalui pemberdayaan masyarakat dalam sektor
pariwisata.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
15
d. Bagi pemerintah kabupaten Gunungkidul, penelitian ini diharapkan
sebagai pelengkap data mengenai proses-proses pemberdayaan
masyarakat, terutama kawasan wisata Nglanggeran. Sehingga mampu
memprediksi kebijakan dan strategi-strategi untuk mengembangkan
kepariwisataan lainnya dengan memberdayakan masyarakat lokal.
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Teori Pemberdayaan Masyarakat
1.5.1.1 Konsep Pemberdayaan Masyarakat
Perspektif pertumbuhan merupakan sebuah perspektif
pembangunan yang mengutamakan peningkatan pada produktifitas. Hal ini
digunakan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi secara cepat. Perspektif
ini memang digunakan beberapa negara didunia ini sebagai pendongkrak
pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi seccara makro. Namun
perspektif pertumbuhan ini mengabaikan pendekatan yang humanistis atau
pendekatan secara kemasyarakatan. Sehingga citra yang ditimbulkan dari
perspektif ini kurang menghargai harkat dan martabat masyarakat sebagai
warga negara tersebut. Dalam hal ini, masyarakat hanya dijadikan obyek
dalam pembangunan bukan sebagai subyek dari pembangunan tersebut.
Posisi masyarakat yang seperti ini membuat masyarakat tidak memiliki
posisi yang marginal. Prinsip dari pembangunan dengan perspektif
pertumbuhan ini, yaitu top-down, sentralistik, dan uniformity ini kemudian
membuat masyarakat juga tidak memiliki kepentingan atas pembangunan
yang dilakukan di negaranya. Hasilnya memang cukup bagus, apabila
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
16
dilihat dari sisi perekonomian makro, namun apabila dilihat lebih jauh,
lapisan bawah tetap pada kondisi yang cukup mengenaskan, yaitu pada titik
kondisi kemiskinan. Kejadian tersebut dikarenakan, batasan pembangunan
tidak sampai pada masyarakat sebagai level komunitas.
Mekanisme pembangunan dan pespektif pertumbuhan ini diyakini
masih menganut sistem trickle down effect yang ternyata tidak
menghasilkan apapun kecuali kesenjangan yang kian tajam. Melalui
berbagai kelemahan dari perspetif pertumbuhan tersebutlah kemudian,
ditarik kritik yang cukup kuat untuk kemudian membuat paradigma baru
didalam pembangunan masyarakat, yaitu dengan paradigma people centre
development yaitu paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat.
Paradigma ini lebih kepada menghargai pada pendekatan humanistis
sehingga masyarakat tidak lagi dijadikan sebagai obyek, melainkan sebagai
subyek dari pembangunan. Didalam paradigma pembangunan yang
berpusat pada masyarakat inilah kemudian muncul sebuah pendekatan yang
kini sedang digalakkan pemerintah Indonesia dan negara lainnya sebagai
sebuah pendekatan pembangunan yang terbaik. Pendekatan tersebut adalah
pendekatan pemberdayaan masyarakat.
Pengertian pemberdayaan masyarakat dijelaskan secara
epitemologis maupun konsep, tujuan, proses, pendekatan, dan prinsip.
Secara epistemologis, pemberdayaan berasal dari kata “daya”
yang berarti kekuataan atau kemampuan bertolak dari pengertian
tersebut maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses
menuju berdaya atau proses untuk memperoleh daya atau kekuatan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
17
atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang
kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004 :77).
Sedangkan masyarakat berarti sekumpulan orang yang saling
berinteraksi secara kontinyu, sehingga terdapat relasi sosial yang
terpola, terorganisasi (Soetomo, 2011 : 25).
Konsep pemberdayaan masyarakat mengartikan bahwa adanya
pemindahan kekuasaan dari yang hierarkis bottom up menjadi top down.
Hal ini akan memungkinkan adanya sinkronisasi kebutuhan dan keinginan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bukan hal yang mudah untuk
dipahami. Konsep pemberdayaan masyarakat bukan hanya sekedar
bagaimana mengidentifikasi seluruh kebutuhan dan keinginan masyarakat
dan memberikan semua kebutuhan dan keinginannya tersebut. Konsep
pemberdayaan masyarakat lebih mengedepankan kemandiriaan atau
ketidaktergantungan dengan pihak lainnya.
Menurut Pranarka (dalam Ambar Teguh 2004 : 78) pemberdayaan
masyarakat mengandung dua arti, yang pertama to give power or
authority atau memberikan kekuasaan mengalihkan kekuasaaan
atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang berdaya,
yang kedua to give ability to or enable atau memberikan
kemampuan atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada
pihak lain untuk melakukan sesuatu.
Hal ini mengartikan bahwa pemberdayaan secara tidak langsung
memberikan kewenangan dan kekuasaan terhadap masyarakat yang tidak
memiliki kekuatan atau dalam kondisi ketidakberdayaan. Sehingga
kekuasaan atau wewenang tersebut dapat digunakna masyarakat untuk lebih
mandiri di dalam menentukan kesejahteraannya. Selain itu, kekuasaan
maupun wewenang yang diberikan kepada masyarakat ammpu mengurangi
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
18
intervensi pemerintah dalam melakukan suatu pembangunan didalam
masyarakat.
1.5.1.2 Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat memiliki sebuah tujuan utama. Tujuan tersebut digunakan
sebagai acuan dalam merencanakan, melaksanakan, dan memonitoring
kegiatan pemberdayaan masyarakat. Secara umum, tujuan dari
pemberdayaan masyarakat adalah tercapainya kemandirian di dalam
masyarakat itu sendiri.
Kemandirian merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan untuk memikirkan,
memutuskan, serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi
mencapai permasalahan-permaslaahan yang dihasapi dengan
menggunakan daya kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif
dengan pengeraaahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan
internal masyarakat tersebut (Ambar Teguh, 2004 : 80)
Kemandirian sebagai tujuan pemberdayaan masyarakat juga
diungkapkan oleh Tri Winarni dalam Ambar Teguh 2004 : 79 bahwa :
Konsep pemberdayaan masyarakat intinya meliputi tiga hal, yaitu
Pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya
(empowering), dan terciptanya kemandirian.
Kemandirian masyarakat yang digunakan sebagai tujuan dari
pemberdayaan masyarakat dibangun pada awalnya sebagai upaya untuk
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya. Lambat laun,
masyarakat kemudian dapat mengelola sumber daya yang mereka miliki
secara mandiri. Hempri Suyatna dan Suparjan juga mengungkapkan bahwa,
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
19
Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya diarahkan sebagai
upaya meningkatkan ketahanan lokal, tidak bergantung dari atas
(pemerintah) atau lebih mandiri, dalam merencanakan dan
merancang masa depan pembangunan di daerahnya (Suparjan dan
Hempri Suyatna, 2003 : 192).
Melalui paparan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
pemberdayaan masyarakat adalah memberikan kekuatan kepada
masyarakat baik memberikan kekuasaan terhadap masyarakat maupun
memberikan kemampuan atau keberdayaan kepada masyarakat sehingga
dapat mencapai pada titik kemandirian. Semua tujuan pemberdayaan
masyarakat tersebut kemudian bertolak untuk membuat masyarakat
terhindari dari lingkaran setan kemiskinan, keterbelakangan, ketertinggalan,
kesenjangan, dan juga ketidakberdayaan.
1.5.1.3 Proses Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pemberdayaan masyarakat, tidak terlepas oleh proses yang
begitu panjang untuk menciptakan tujuan utama pemberdayaan masyarakt
itu sendiri, yaitu sebuha kemandirian didalam masyarakat. Proses tersebut
terangkup dalam sebuah konsep besar, bahwa didalam pemberdayaan
masyarakat, proses yang dilewati bukan sebagai step by step seperti proses
pembangunan lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh Soetomo (2013 :
88) bahwa didalam proses pemberdayaan terdapat unsur utama yang
berkaitan dengan proses tersebut, yaitu pemberian kewenangan dan
peningkatan kapasitas.
“...unsur utama dari pemberdayaan masyarakat adalah pemberian
wewenang dan peningkatan kapasitas masyarakat. Kedua unsur ini
tidak dapat dipisahkan, oleh karena apabila masyarakat telah
memperoleh kewenangantetapi tidak atau belummempunyai
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
20
kapasitas untuk menjalankan wewenang tersebut maka hasilnya
tidak akan optimal.” (Soetomo, 2013 : 88)
Memang jika ditelusur lebih jauh, pemberian wewenang dan
peningkatan kapasitas sangat erat kaitannya dengan proses pemberdayaan
masyarakat. Dimana kedua merupakan inti dari terbentuknya
pemberdayaan masyarakat itu sendiri. Diilustrasikan bahwa, didalam
masyarakat hanya diberikan kewenangan dalam mengelola potensi yang
mereka miliki, namun tidak diberi sebuah pelatihan atau peningkatan
pengetahuan atau kapasitas masyarakat didalam mengelola potensi
tersebut, sama saja masyarakat juga tidak mampu mengelola potensi
tersebut. Hasilnya, masyarakat tetap memiliki kehidupan yang kurang
sejahtera, begitu pula sebaliknya. Kedua unsur utama ini kemudian saling
mengisi untuk membentuk sebuah pemberdayaan masyarakat yang
nantinya akan menghasilnkan sebuah kemandirian didalam masyarakat
tersebut.
Menurut Ambar Teguh (2004 : 83), pemberdayaan amsyarakat
merupakan sebuah proses belajar, yang terbagi dalam beberapa
tahapan, yaitu tahapan penyadaran, tahapan transformasi, dan
tahapan peningkatan kemampuan.
Tahap penyadaran merupakan pembentukan perilaku menuju sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas. Tahap
transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar
sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan, dan tahapan yang
terakhir adalah tahapan peningkatan kemampuan intelektual,kecakapan,
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
21
ketrampilan, sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian. Tahapan-tahapan proses belajar ini
nantinya akan mengantarkan masyarakat kepada kemandirian. Kemandirian
tersebut yang ditandai oleh kemampuan masyarakat di dalam membentuk
inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi, melakukan inovasi-inovasi di dalam
lingkungannya.
Bagan 1
Proses Belajar Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Randy dan Riant (2007 : 2), proses peberdayaan bukan hanya
sebuah proses biasa, namun proses pemberdayaan menurut Randy dan Riant
merupakan sebuah “proses menjadi berdaya” yang dilakukan dengan berbagai
tahapan yang tepat. Tahapan tersebut berupa penyadaran, pengkapasitasan, dan
pendayaan.
“sebagai proses pemberdayaan mempunyai tiga tahapan : penyadaran,
pengkapasitasan, dan pendayaan.” (Randy dan Riant, 2007 : 2)
TAHAP PENYADARAN
(Pembentukan perilaku menuju sadar dan peduli)
TAHAP TRANSFOMASI KEMAMPUAN
(Memberikan peran pembangunan didalam kehidupan masyarakat, membekali dengan berbagai kemampuan dan keahlian)
TAHAP PENINGKATAN KEMAMPUAN
(Peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, ketrampilan, sehingga membentuk inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantar pada kemandirian
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
22
Bagan 2
Tiga Tahapan Pemberdayaan
Sumber : Randy W. Wrihatnolo dan Riant Nugroho Dwidjowijoto,
Manajemen Pemberdayaan : Sebuah Penantar dan Panudan Untuk Pemberdayaan
Masyarakat, 2007 : 3
Tahap pertama, yaitu penyadarann dalam tahap ini obyek dari peberdayaan
diberikan sebuah pencerahan. Dimana penceraha tersebut berisi mengenai
pemberian pengertian sehingga si obyek tersebut mulai sadar dan peduli dengan
kehidupannya dan lingkungannya. Hasil capaian dari tahapan ini adalah si obyek
atau masyarakat sadar bahwa mereka hidup dengan berbagai potensi, namun
potensi tersebut belum dimanfaatkan.
Tahapan yang kedua adalah pengkapasitasan. Dalam tahapan ini, jika
masyarakat mulai sadar akan potensi dan betapa marginalnya kehidupan mereka
kemudian diberikan sebuah peningkatan kapasitas dalam hal kemampuan,
keahlian, dan pengetahuan. Maka, tahapan ini sering disebut dengan tahap
enabling atau memampukan. Peningkatan kapasitas dalam hal ini tidak hanya
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
23
dalam indvidu saja melainkan juga kelompok atau orgnaisai masyarakat dimana
semuanya diberikan peningkatan kapasitas sehingga mampu memberdayan
dirinya sendiri.
Tahapan ketiga adalah pemberian daya itu sendiri. Tahapan ini
memungkinkan pemberian wewenang dan pengelolaan potensi. Seluruh proses
pemberdayaan diserahkan kepada masyarakat dan organisasi didalam masyarakat
itu sendiri. Namun yang harus menjadi catatan adalah pemberian daya berupa
wewenang dan pengelolaan potensi harus didasarkan pada kemampuan dari
masyarakat itu sendiri. Jika masyarakat kemudian dirasa mampu menjalankan
wewenang dan pengelolaan potensinya maka masyarakat dianggap mampu
membangun iklim pemberdayaan masyarakatnya sendiri.
1.5.1.4 Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
Pendekatan yang digunakan dalam model pembangunan
pemberdayaan masyarakat adalah mengikuti alur dari bawah ke atas atau
dikenal dengan bottom-up. Bottom-up dalam pendekatan pemberdayaan
masyarakat berarti pemberdayaan masyarakat berupaya mengajak seluruh
masyarakat untuk terlibat didalam setiap kegiatan pemberdayaan
masyarakat. Sehingga masyarakat memiliki andil dalam mengambil
keputusan dan juga bertanggungjawab atas keputusan tersebut. Pendekatan
pemberdayaan masyarakat juga lebih cenderung melalui komitmen
masyarakat itu.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat yang menggunakan model
bottom-up ini mengartikan bahwa masyarakat tidak hanya dijadikan obyek
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
24
pembangunan lagi, namun sudah menjadi subyek pembangunan. Model ini
tidak hanya membuat masyarakat bertanggungjawab atas pembangunan
yang mengikutsertakan mereka dalam setiap tahapnnya, namun juga dapat
mempermudah mengenai penggalian dana secara swadaya dan pembiayaan
bangunan. Model ini lebih mengutamakan komitmen masyarakat di dalam
melaksanakan pembangunan, sehingga apapun hasilnya masyarakat dapat
memberikan koreksi dan juga evaluasi terhadap pembangunan yang telah
dilaluinya.
1.5.1.5 Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Didalam melakukan pembangunan dengan pendekatan
peberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan beberapa hal mengenai prinsip
dari pemberdayaan masyarakat. Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat
digunakan sebagai pembeda dari perspektif pembangunan sebelumnya,
yang berorientasi pertumbuhan ekonomi nasional, bukan pertumbuhan
masyarakat secara mikro.
Prinsip pemberdayaan masyarakat yang pertama adalah
desentralisasi. Proses pemberdayaan masyarakat mengutamakan
desentralisasi.
Desentralisasi tersebut terutama dimanifestasikan dalam bentuk
kewenangan masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap
pengambilan keputusan dan memberdaya (Soetomo, 2013 : 72).
Pengertian ini menjelaskan bahwa, di dalam pemberdayaan
masyarakat, desentralisasi ini digunakan sebagai pembiasan kewenangan ke
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
25
masyarakat di level bawah atau lebih tepatnya desentralisasi memberikan
wewenangan kepada masyarakat sampai ke tingkat komunitas lokal dalam
menjalankan pembangunan. Masyarakat pada tingkat komunitas lokal
inilah yang akan mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan menentukan
pembangunan apa yang tepat bagi mereka disesuaikan dengan potensi
mereka. Masyarakat inilah yang kemudian akan melakukan kontrol untuk
pelaksana pembangunan tersebut.
Pada dasarnya desentralisasi terutama dalam mengambil
keputusan tidak berhenti sampai pada tingkat masyarakat lokal
sebagai satu kesatuan komunitas, melainkan sampai spektrum yag
luas dan masyarakat termasuk lapisan masyarakat posisi terbawah
(Soetomo, 2013 : 72-73).
Kenyataan ini dimaksudkan agar kepentingan lapisan bawah
termasuk masyarakat miskin dapat terakomodasi. Apabila kewenangan
masyarakat lokal dalam mengambil keputusan masih bias elit berarti masih
ada unsur sentralistik didalam pemberdayaan masyarakat.
Didalam pemberdayaan masyarakat didorong untuk melakukan
sebuah penetrasi kewenangan kepada masyarakat sampai pada level
terbawah. Hal ini dipertimbangkan agar masyarakat pada level terbawah
dapat terakomodasi kepentingannya sebagai warga negara yang ikut
berkecimpung dalam pembangunan masyarakatnya. Selain itu prinsip ini
juga mencegah adanya dominasi dari berbagai aktor yang hanya
merespresntasikan wewenang masyarakat sehingga apa yang dimaksud
didalam pembangunan bukan dari masyarakat saja namun hanya
generalisasi dari aktor tertentu didalam masyarakat.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
26
Prinsip yang kedua adalah bottom-up, bottom-up merupakan
sebuah alur pengambilan keputusan dengan sifat dari bawah ke atas. Hal ini
berarti perumusan program yang akan dilaksanakan ditentukan oleh
identifikasi masalah dan kebutuhan dari dan oleh masyarakat sendiri.
Namun didalam proses dan mekanisme perumusan program pembangunan
masyarakat ini ada dua kemungkinan. Yang pertama, identifikasi masalah
dan kebutuhan masyarakat tersebut kemudian direspon oleh masyarakat
bersangkutan dalam bentuk program pembangunan yang direncanakan dan
dilaksanankan oleh masyarakat sendiri. Hal ini menempatkan masyarakat
sebagai subyek dari pembangunan, dan model ini mendorong masyarakat
untuk berkembang melalui proses belajar dengan menyesuaikan dinamika
kehidupan dan lingkungan yang terus berkembang.
Model bottom-up yang kedua adalah, identifikasi dan kebutuhan
dari bawah ini kemudian diakomodasi oleh pemerintah baik daerah maupun
pusat, dalam hal ini dinas-dinas terkait, untuk dimasukkan sebagai program
dalam perencanaan pembangunan. Model yang kedua ini yang kemudian
dikenal dengan proses dan mekanisme pembangunan yang juga bersifat
bottom-up.
Didalam model pembangunan dengan pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang bersifat bottom-up, perlu adanya partisipasi dari
masyarakat. Tanpa partisipasi masyarakat perencanaan dari awal dengan
mengidentifikasi masalah, kebutuhan, dan potensi tidak akan terlaksana,
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
27
bahkan pembangunan dengan model ini dianggap tidak berhasil ketika
tidak adanya partisipasi dari masyarakat lokal.
Prinsip yang ketiga adalah variasi lokal, didalam pendekatan
pemberdayaan masyarakat, perlu diperhatikan variasi lokal dari
masyarakat. Perbedaan kebutuhan, potensi, dan permasalahan didalam
kehidupan masyarakat menantang bentuk pemberdayaan masyarakat untuk
memberikan toleransi kepada variasi lokal bukan lagi penyeragaman.
Dengan memberikan toleransi kepada variasi lokal ini, program-program
yang dibentuk akan dilaksanakan dengan lebih bertanggungjawab dan
masyarakat merasa memiliki serta merasa bahwa ketika keberhasilan
program pemberdayaan merupakan tanggungjawab mereka karena
merekalah yang membuat program tersebut.
Prinsip pemberdayaan masyarakat yang keempat adalah proses
belajar. Prinsip dari pemberdayaan masyarakat yang disebut proses belajar
ialah dimana pemberdayaan masyarakat merupakan hasil dari proses
belajar, dimana dari awal mereka belajar untuk mengidentifikasi masalah
kemudian bagaimana mereka mempergunakan potensi untuk membentuk
sebuah program. Proses belajar ini merupakan sebuah penyesuaian
masyarakat dengan kondisi lingkungan dan kehidupan yang semakin
berubah, sehingga mendorong masyarakat untuk lebih peka terhadap
perubahan. Proses belajar masyarakat akan terus dan terus belajar, sehingga
masyarakat tidak lagi diintervensi oleh pihak lain yang secara sengaja ingin
membentuk kekuasaan didalam masyarakat. Proses belajar dari
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
28
pemberdayaan masyarakat ini mendorong masyarakat lebih kritis dan
kreatif dengan lahirnya berbagai gagasan dan ide untuk pembangunan
mereka.
Prinsip yang kelima adalah keberlanjutan. Didalam pendekatan
pemberdayaan masyarakat, telah dijelaskan beberapa prinsip diatas, seperti
desentralisasi, bottom-up toleransi terhadap variasi lokal, dan merupakan
sebuah proses belajar masyarakat. Prinsip-prinsip tersebut akan melahirkan
sebuah pembangunan masyarakat dengan sifat keberlanjutan atau
sustainable. Hal ini dikarenkana pemberian wewenang kepada masyarakat
dalam pengelolaan pembangunan lebih mendorong dan
menumbuhkembangkan sifat masyarakat yang lebih inisiatif dan kreatif,
sehingga membuat masyarakat kemudian sadar bahwa pembangunan yang
mereka lakukan digunakan sebagai kemajuan kehidupan masyarakat. Sifat-
sifat bertanggungjawab ini akan membawa keberlanjutan atau sustainable
pada program yang telah dibentuk dan dilakukan. Sehingga tidak akan
menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakefisienan program yang memang
benar-benar dibentuk atas partisipasi masyarakat didalam pembangunan
tersebut.
1.5.1.6 Partisipasi Masyarakat Sebagai Prasyarat Pemberdayaan
Masyarakat
Partisipasi atau participation adalah setiap proses identifikasi atau
menjadi peserta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama
dalam suatu situasi sosial tertentu (Soerjono Soekanto, 1993 : 355).
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
29
Definisi ini mengartikan bahwa partisipasi adalah suatu kata kerja
yang mengikutsertakan manusia kedalam sebuah kehidupan sosial yang
didalamnya terjadi proses komunikasi dan kegiatan bersama. Partisipasi
menjadi salah satu bagian dari yang paling terpenting didalam pemberdayaan
masyarakat, terutama partisipasi dari masyarakatnya sendiri. Partisipasi
masyarakat akan lebih terlihat pada bagaimana bentuk keberhasilan dari
sebuah pembangunan yang berbasis partisipasi.
Partisipasi dalam kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat
merupakan sebuah inti dari pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat
itu sendiri. partisipasi di dalam pemberdayaan masyarkat menjadi sebuah
proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi sangat berkaitan erat
dengan bagaimana masyarakat tersebut berkembang dan menuju ke arah yang
lebih maju. Selanjutnya, partisipasi masyarakat juga berkaitan dengan
kontribusi masyarakat itu sendiri, baik kontribusi secara ragawi yang berupa
melakukan suatu hal yang kongkrit, ataupun sebuah ide-ide.
Didalam pemberdayaan masyarakat partisipasi masyarakat dituangkan
ke dalam sebuah pendapat dan pengambilan keputusan akan masa depan
masyarakat itu sendiri, sehingga tidak adanya ketergantungan dan juga
otoriter kekuasaan dari atas (state). Besarnya partisipasi masyarakat akan
lebih terlihat ketika kesuksesan masyarakat di dalam memberdayakan dirinya
untuk lebih maju dalam perkembangan pembangunan baik ekonomi, sosial
maupun politik.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
30
Menurut Oakley (dalam Jim Ife, 2008 : 296), ada perbandingan
partisipasi dalam dua konsep, yaitu partisipasi sebagai cara dan partisipasi
sebagai tujuan, berikut ini tabel perbedaannya.
Tabel 1
Perbedaan Partisipasi
Partisipasi sebagai Cara Partisipasi sebagai Tujuan
Berimplikasi pada penggunaan
partisipasi untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah
ditetapkan sebelumnya
Merupakan suatu upaya
pemanfaatan sumber daya yang
ada untuk mencapai tujuan
program
Penekanan pada mencapai
tujuan dan tidak terlalu pada
aktifitas partisipasi itu sendiri
Lebih umum dalam program-
program pemerintah, yang
utamanya adalah masyaakat dan
melibatkan mereka dalam
meningkatkan efisiensi sistem
penyampaian
Berupaya memberdayakan
rakyat untuk berpartisipasi
dalam pembangunan mereka
sendiri secara lebih berarti
Berupaya untuk menjamin
peningkatan peran rakyat
dalam inisiatif-inisiatif
pembangunan.
Fokus pada peningkatan
kemampuan rakyat untuk
berpartisipasi bukan sekedar
mencapai tujuan-tujuan proyek
yang sudah ditetapkan
sebelumnya
Pandangan ini relatif kurang
disukai oleh badan-badan
pemerintah. Pada prinsipnya
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
31
Partisipasi umumnya jangka
pendek
Partisipasi sebagai cara
merupakan bentuk pasif dari
partisipasi
LSM setuju dengan pandangan
ini.
Partispasi dipandang sebagai
suatu proses jangka panjang.
Partisipasi sebagai tujuan
relatif lebih aktif dan dinamis.
Ketika melihat tabel diatas, maka partisipasi masyarakat didalam
pemberdayaan masyarakat lebih ditekankan pada partisipasi sebagai tujuan,
hal ini jelas sangat terlihat pada beberapa inti dari deskripsi partispasi sebagai
tujuan. Salah satunya mengenai partisipasi yang dipandang sebagai suatu
proses jangka panjang bukan hanya jangka pendek. Seperti yang diisyaratkan
dalam pemberdayaan masyarakat bahwa, program pembangunan yang
berbasis pemberdayaan masyarakat akan jauh lebih ditargetkan pada
keberlanjutan atau sustainable. Program yang dibuat, tidak hanya akan
menolong masyarakat dalam kehidupan ekonomi dan sosialnya dalam sekejap
saja, namun juga dalam jangka panjang dan masyarakat mampu
mengembangkan insiatif mereka sebagai mereka survive untuk program atau
kegiatan pemberdayaan masyarakat seperti mereka mempertahankan
kehidupan mereka.
Didalam kata partisipasi banyak bermunculan makna yang tersirat,
karena partisipasi sendiri diartikan sangat luas, terlebih ketika wujud
partisipasi itu tidak dapat dibedakan. Adapun beberapa bentuk partisipasi
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
32
secara sederhana, diisyaratkan sebagai keikutsertaaan seseorang kelompok,
ataupun masyarakat dalam kegiatana tau program tertentu. Hal ini sangat
berkaitan sekali dengan partisipasi selalu diidentikan adanya subyek
pelakunya, dimana subyek tersebut berkontribusi atau memberi sumbangan
dalam kegiatan atau program tersebut, sehingga mampu untuk melancarkan
dan menunjang keberhasilan kegiatan atau program tersebut. Bentuk
partisipasi sebenarnya tidak hanya dalam hal berkontribusi ataupun memberik
sumbangan, namun bentuk dari partisipasi dapat berbentuk dalam buah
pemikiran yang memberikan sumbangsih pemikiran. Adapula partisipasi
dalam bentuk tenaga, yang memberikan tenaganya untuk berbagai program
maupun kegiatan untuk tujuan tertentu, yang tentunya tujuan dalam hal yang
positif, seperti pembangunan dan lain sebagainya. Kemudian partisipasi
selanjutnya dalam bentuk harta benda, kemudian ada juga dalam bentuk
ketrampilan, dan juga partisipasi dalam wujud sosial. Etika didalam
berpartisipasi sebenarnya ada dalam di kehidupan sehari-hari (habits) dimana,
dalam berpartisipasi kita mungkin dapat menerima, menolak dengan
memberikan alasan, melaksanakan ataupn menaati. Wujud partisipasi seara
gamblang dapat dijelaskan dalam hal konkrit, dimana di dalam sebuah
masyarakat yang ikut dalam berpartisipasi tentunya akan mencapai tujuan
pembangunan desa yang lebih baik dan sesuai target.
Dalam pemberdayaan masyarakat, sudah disebutkan diatas, bahwa
partisipasi sangatlah penting untuk mewujudkannya keberhasilan
pemberdayaan masyarakat di suatu masyarakat. hal ini mungkin dapat dilihat
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
33
melalui beberapa proses pemberdayaan masyarakat yang selalu mengaung-
gaungkan partisipasi masyarakat didalam setiap kegiatannya. Seperti halnya
dalam proses pertama yang memposisikan partisipasi masyarakat dalam
menciptakan sebuah iklim yang memungkinkan masyarakat berkembang.
Tanpa peran partisipasi masyarakat yang baik, iklim awal untuk
melaksanakan pemberdayaan masyarakat bukanlah sebuah hal yang mudah
untuk dilakukan. Selanjutnya pada tahap kedua, mengenai upaya
memaksimalisasi potensi didalam masyarakat harus juga didukung dengan
memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Lagi-lagi partisipasi
masyarakat menjadi inti utama yang harus dilakukan untuk membuat
masyarakat bersatu paham mengenai bagaimana memperkuat potensi daya
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Dan yang ketiga tidak kalah
menariknya, partisipasi masyarakat juga diperlukan dalam memperkuat
kapasitas individu dan institusi didalamnya, agar masyarakat mampu
melaksanakan pemberdayaan masyarakat dimulai dari manajemen internal
yang sudah rapi. Keempat, pemberdayaan masyarakat membutuhkan
partisipasi masyarakat didalam pengambilan keputusan. Serta yang kelima,
memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dimana kelima tahap
tersebut, semuanya menggunakan partisipasi masyarakat sebagai perilaku inti
yang harus dibangun sejak awal. Tanpa partisipasi masyarakat maka
pemberdayaan masyarakat tidak dapat berhasil.
Sama halnya seperti suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui
kawasan wisata Nglanggeran yang masuk dalam kategori pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
34
masyarakat yang sukses. Bahwa didalam pemberdayaan masyarakat tersebut,
sinergitas dan partisipasi masyarakat desa Nglanggeran sangatlah dipertaruhkan.
Terlebih ketika awal membangun sebuah potensi yang sudah dimiliki menjadi
sebuah daya tarik wisata yang memberikan manfaat yang tidak sedikit bagi
masyarakatnya. Kunci dari pemberdayaan masyarakat melalui kawasan wisata
Nglanggeran ini adalah bagaimana masyarakat mampu survive demi
kesejahteraan mereka melalui apa yang mereka miliki sekarang.
1.5.1.7 Proses Manajerial dalam Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Kawasan Wisata
Pengelolaan pariwisata dengan basis atau perspektif apapun tidak
dapat terlepas dari proses manajerial didalamnya. Seperti halnya
pembangunan dan pengembangan obyek wisata melalui basis pemberdayaan
masyarakat yang juga menggunakan proses manajerial didalamnya.
Pengelolaan (manajemen) merupakan sebuah tahapan didalam melakukan
atau mengelola bahkan menjadi suatu hal menjadi lebih bermanfaat.
Menurut Leiper ( 1990 : 256) dalam I Gde Pitara dan I ketut Surya
(2009:80), pengelolaan atau manajemen merujuk pada seperangkat peranan
yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk
kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut. Fungsi-fungsi
manahjemen tersebut adalah sebagai berikut : (1)Planning (perencanaan),
(2)Directing (Mengarahkan), (3)Organizing (termasuk coordinating), dan
(4)Controling (pengawasan).
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
35
Sedangkan arti lain dalam manajemen dijelaskan oleh Drucker (dalam
Richard and Huker, 2004 178) bahwa manajemen merupakan sebuah alat
yang spesifik untuk menjalakan fungsi yang spesifik untuk menunjang
kapabilitas prosuki seseorang. Hal tersebut mengartikan bahwa, disetiap
tahapan manajemen atau manajerial memiliki fungsi masing-masing sehingga
dapat dikelola secara baik, dimana setiap sub-tahap dapat bekerja sesuai
dengan jobdesknya masing-masing.
“...the spesific tool, the spesfic function, the spesfic instrumen to make
institutions capable of producting results... (The critical functions to tourim
manajemen are planing, coordinating, and control” (Richard and Huker, 2004
178)
Melalui penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa proses
manajerial didalam pengelolaan pariwisata dengan basis pemberdayaan
masyarakat dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Proses pnengelolaan
pariwisata dengan pemberdayaan masyarakat tidak hanya menilai proses
bagaimana masyarakat tersebut dapat mencapai kemandirian, namun dapat
dilihat melalui bagaimana intervensi dari pemerintah maupun pihak swasta,
bagaimana masyarakat menemukenali potensi dan juga tantangan didalam
kehidupan bermasyarakatnya, dan juga bagaimana masyarakat mampu
belajar dari proses tersebut sehingga dapat menciptakan sebuah
pemberdayaan yang sifatnya berkelanjutan. Proses pengelolaan pariwisata
dengan pemberdayaan masyarakat dapat digambarkan pada bagan berikut
ini :
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
36
Bagan 3
Proses Pemberdayaan Masyarakat
Bagan diatas dapat dijelaskan bahwa didalam proses pemberdayaan
terdapat tiga proses, dimana kesemuanya merupakan proses belajar. Proses
pemberdayaan masyarakat yang pertama adalah tahap perencanaan,
didalam tahap perencanaan ini poin paling penting didalam melihat proses
pemberdayaan adalah seberapa besar intervensi dari pemerintah maupun
swasta sebagai stakeholder di dalam masyarakat tersebut. Dalam tahapan
ini juga berupa penyadaran, menumbuhkembangkan pola pikiran
masyarakat bahwa masyarakat butuh suatu implikasi pembangunan yang
membuat mereka belajar mengenai bagaimana memecahkan sebuah
masalah, terutama masalah didalam masyarakat tersebut. Upaya ini dilirik
dengan mempertimbangkan assesment atau pemetaan sosial mengenai
kehidupan masyarakat dan lingkungan terlebih dahulu. Tahap persiapan
juga berhubungan dengan bagaimana masyarakat memunculkan ide dan
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
37
gagasan yang memang secara jelas menjadi kebutuhan mereka untuk
memperbaiki kondisi mereka ke arah yang lebih baik atau berdaya.
Proses pemberdayaan masyarakat dalam tahap kedua ini adalah
tahap pelaksanaan. Tahap ini berupa melaksanakan program atau kegiatan
yang bersifat memberdayakan masyarakat. Tahapan ini melihat bagaimana
mengelola sumber daya yang ada di dalam masyarakat dengan
menggunakan potensi yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Tahap ini
juga mengacu bagaimana masyarakat menjalankan program atau kegiatan
tersebut dan juga upaya untuk mempertahankannya agar dapat merubah
kondisi masyarakat ke arah yang lebih baik dan berkelanjutan.
Proses pemberdayaan masyarakat yang ketiga adalah tahap
evaluasi. Tahap ini berupa mengevaluasi segala program atau kegiatan yang
berbasis pemberdayaan masyarakat. Evaluasi ini akan menimbang, apakah
masyarakat mampu untuk diberlakukan sebagaimana pemberdayaan
masyarakat yang seharusnya, atau malah tidak berhasil karena
pertimbangan masyarakat belum siap menerima kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang telah direncanakan. Evaluasi ini juga akan melihat
seberapa berhasilkah program atau kegiatan yang dilaksanakan, sehingga
akan ada program atau kegiatan baru untuk memperbaiki atau malah
mengembangkan program atau kegiatan yang telah lama.
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kawasan WisataHANYFA RAHMAWATIUniversitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Recommended