23
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Eksplorasi 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eks.plo.ra.si /éksplorasi/ n penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan: --sumber minyak di daerah lepas pantai sedang giat dilakukan. 2. Menurut Random House Unabridged Dictionary, d. an act or instance of exploring or investigating; examination. e. the investigation of unknown regions. 3. Eksplorasi yang dilakukan dalam rangka menunjang hasil akhir dari karya ini adalah eksplorasi ragam hias yaitu pengolahan bentuk 2 dimensi. Kemudian hasil eksplorasi bentuk tersebut dijadikan objek untuk melakukan eksplorasi selanjutnya, yaitu eksplorasi penerapan pada kain dengan menggunakan 2 teknik desain dalam tekstil, yaitu surface designing berupa teknik sablon, bordir dan sulam tangan dan structure designing berupa teknik tenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

  • Upload
    dangdan

  • View
    223

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Eksplorasi

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Eks.plo.ra.si /éksplorasi/ n penjelajahan lapangan dng tujuan memperoleh

pengetahuan lebih banyak (tt keadaan), terutama sumber-sumber alam

yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan: --sumber minyak di

daerah lepas pantai sedang giat dilakukan.

2. Menurut Random House Unabridged Dictionary,

d. an act or instance of exploring or investigating; examination.

e. the investigation of unknown regions.

3. Eksplorasi yang dilakukan dalam rangka menunjang hasil akhir dari karya

ini adalah eksplorasi ragam hias yaitu pengolahan bentuk 2 dimensi.

Kemudian hasil eksplorasi bentuk tersebut dijadikan objek untuk

melakukan eksplorasi selanjutnya, yaitu eksplorasi penerapan pada kain

dengan menggunakan 2 teknik desain dalam tekstil, yaitu surface

designing berupa teknik sablon, bordir dan sulam tangan dan structure

designing berupa teknik tenun menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin

(ATBM)

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

2.2 Tenun

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

te.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) yang dibuat dari

benang (kapas, sutra, dsb) dengan cara memasuk-masukkan pakan

secara melintang pada lungsin.

2. Menurut buku Lurik, Sejarah, Fungsi dan Artinya Bagi Masyarakat

oleh Wahyono Martowikrido,

Proses menenun ialah proses pengerjaan dari bahan berupa kapas

sampai menjadi kain. Proses tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian

yaitu:

a. Membuat benang dari kapas

b. Persiapan menenun

c. Menenun

Pembuatan kain telah dikenal sejak jaman prasejarah, bersamaan

dengan timbulnya peradaban manusia. Mula-mula kain dibuat dari kulit-kulit

alam, baik dari binatang maupun tumbuh-tumbuhan. Cara pembuatannya sangat

primitif yaitu dengan cara memukul-mukul kulit kayu agar menjadi lemas

sehingga dengan cara ini kulit kayu tersebut dapat menjadi selembar kain tetapi

tidak cukup kekuatannya. Kemudian timbul pemikiran manusia untuk

menganyam bahan-bahan yang menpunyai cukup kekuatan, dengan tangan

seperti akar-akaran, rumput-rumputan dan sebagainya sebagai benang yang

dikenal sekarang, dan kemudian dengan alat tenun yang sangat sederhana.

Meskipun perkembangan alat tenun sampai sekarang begitu pesatnya, namun

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

prinsipnya tidak berubah sejak pertama kali orang mengenal alat ini. Demikian

pula maca kain tenun yang begitu banyak ragam sekarang ini, namun anyaman

kain yang dikenal orang untuk pertama kali masih mendasari anyaman-anyaman

kain yang banyak dijumpai masa kini.

Kain tenun banyak macamnya dan penggunaanya tidak terbatas untuk

keperluan sandang saja, maka penggolongannya dapat bermacam-macam.

Penggolongan kain tenun dapat didasarkan menurut:

1. Anyamannya, misalnya kain dengan anyaman polos, kain dengan anyaman

keper, kain dengan anyaman satin dan sebagainya.

2. Pemakaiannya, misalnya kain untuk sandang atau pakaian, kain untuk

keperluan rumah tangga seperti gorden, sprei, sarung bantal dan sebagainya,

kain untuk keperluan militer seperti kain parasut, kain kanvas, ikat pinggang

dan sebagainya; kain untuk keperluan industri seperti kain belt (ban), karung

goni dan sebagainya.

3. Beratnya, misalnya kain ringan yang beratnya sampai 60 g/m², kain menengah

yang beratnya 60 – 140 g/m², kain setengah berat yang beratnya 140 – 200

g/m² dan kain berat yang beratnya lebih dari 200 g/m².

2.3 Kain Tradisi Indonesia

Menurut para ahli sejarah, sejak jaman Neolithikum di Indonesia telah

mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman itu dapat

diketahui bahwa kulit kayu merupakan pakaian manusia pada jaman prasejarah

di Indonesia. Alat tersebut berupa alat pemukul kulit kayu yang terbuat dari

batu, seperti yang terdapat pada koleksi Prasejarah di Museum Pusat Jakarta.

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

Disamping pakaian dari kulit kayu, dikenal juga pakaian dari kulit

binatang yang pada umumnya dipakai oleh laki-laki sebagai pakain untuk

upacara ataupun pakaian untuk perang.

Menurut dugaan, sejak jaman prasejarah nenek motang bangsa

Indonesia juga sudah mengenal teknik menenun. Dugaan ini diperkuat dengan

adanya penemuan pecahan tembikar dari jaman prasejarah, yang didalamnya

terdapat bentuk hiasan yang terbuat dari kain tenun kasar.

Dewasa ini macam-macam kain tradisi Indonesia masih terpelihara

pembuatannya diberbagai daerah, walaupun teknik dan peralatan yang

digunakan masih sangat sederhana. Ragam hias yang terdapat pada kain tradisi

ini pada umumnya sangat erat sangkut pautnya dengan adat istiadat, bentuk

masyarakat, dan cara pembuatannya. Dari segi teknis dapat dinyatakan bahwa:

1. Anyaman polos merupakan anyaman yang dominan, walaupun

beberapa daerah menghasilkan kain dengan anyaman jenis lain yang

cukup rumit.

2. Bahan baku yang digunakan adalah benang kapas, benang sutra,

benang sintetik, filamen, benang logam terutama benang emas dan

perak.

3. Peralatan yang digunakan untuk menenun sangat sederhana, tetapi

menggunakan teknik yang cukup tinggi nilainya.

Jenis ragam hias paa kain mempunyai peranan yang sangat penting

dalam arti maupun seni, karena pada umumnya ragam hias tersebut bukan saja

berfungsi sebagai hiasan, tetapi juga mempunyai arti sebagai simbol atau

lambang yang sanagt erat hubungannya dengan kepercayaan.

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

Seni ragam hias pada kain tradisi Indonesia sangat dipengaruhi oleh kebudayaan

jaman Neolithikum dan juga kebudayaan perunggu yang dikenal sebagai

kebudayaan Dong-Son. Tetapi disamping itu, dipengaruhi pula oleh kebudayaan

dari Cina, India dan Arab.

Dengan alasan-alasan diatas, maka untuk mempelajari seni ragam hias

apada kain tradisi Indonesia secra mendalam, diperlukan juga pengetahuan-

pengetahuan dari berbagai macam disiplin ilmu, antara lain sejarah, sosial,

antropologi, seni dan lainnya.

Jenis kain tradisi Indonesia pada umumnya dibedakan menurut cara

membuatnya. Perbedaan ini tersirat dalam pemberian nama dari tiap jenis kain,

misalnya kain songket, kain tenun ikat, kain batik dan lainnya. Sejalan dengan

cara permbedaan tersebut, maka kain tradisi Indonesia dapat digolongkan

sebagai berikut:

1. Kain tenun ikat

2. Kain songket

3. Kain dengan benang tambahan

4. Kain batik

5. Kain prada

6. Kain sarung

7. Kain kerawang

8. Kain kelim

9. kain dengan dekorasi benda tempelan

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

2.4 Suku Baduy

Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat

adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten. Sebutan "Baduy" merupakan

sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat

tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya

mempersamakan mereka dengan Badawi atau Bedouin Arab yang merupakan

masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah

karena adanya sungai Cibaduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara

dari wilayah tersebut, sedangkan mereka sendiri lebih suka menyebutkan diri

sebagai ‘Urang Kanekes’ atau orang Kanekes sesuai dengan nama wilayah

mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperi

‘Urang Cibeo’ (Garna, 1993).

Orang Badui penduduk Desa Kanekes pada tahun 1984 berjumlah 4.582 jiwa.

Pertambahan jumlah orang Badui tampak lamban, yakni rata-rata sekitar 1 %

per tahun.

2.4.1 Wilayah

Baduy, menghuni sejumlah kampung yang tergabung dalam Desa

Kanekes, di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Jawa Barat.

Desa tersebut terletak sekitar 50 km Rangkasbitung, ibu kota Kabupaten

Lebak.

Kampung-kampung di Desa Kanekes paling sedikit berjumlah 31 buah,

ditambah dengan delapan buah “anak kampung” yang mereka sebut babakan.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

Wilayah kediaman orang Baduy ini terbagi menjadi dua, yaitu yang disebut

“Baduy dalam” (Baduy Kejeroan) dan “Baduy Luar” (Baduy Panamping).

Baduy Dalam hanya terdiri dari tiga kampung, yaitu kampung Cikeusik,

Cikertawana, dan Cibeo; kampung-kampung lainnya termasuk wilayah Baduy

Luar. Selain kampung-kampung yang termasuk Baduy Dalam dan Baduy Luar

tersebut, sebenarnya masih ada kampung-kampung lain di luar Desa Kanekes

yang mereka anggap sebagai “tanah titipan leluhur”, tanah buyut atau tanah

dangka. Di tanah titipan leluhur di tempatkan satu keluarga Baduy dengan

sebutan jaro dangka, yang bertuga menjaga daerah titipan tersebut. Namun

tanah dangka ini sekarang hampir tidak dapat lagi dipertahankan karena

banyaknya orang luar yang masuk dan menguasainya.

Dari pusat Kecamatan Leuwidamar, orang dapat menuju Desa Kanekes

dengan kendaraan bermotor sejauh lebih kurang 20 km. Jarak selebihnya harus

ditempuh dengan berjalan kaki sejauh lebih kurang 7 km sampai Kampung

Kadeketuk, yaitu sebuah kampung Baduy Luar. Kampung Kadeketuk adalah

pintu gerbang masuk, dan sekaligus pusat pemerintahan Desa Kanekes.

Luas Desa Kanekes 5.102 km². Wilayahnya berbukit-bukit dengan

lembah berdinding curam yang dilalui beberapa sungai. Keadaan alam seperti

ini menyulitkan orang memasuki wilayah tersebut. Satu kampung dan

kampung lain dihubungkan dengan jalan setapak di medan yang turun naik di

sekitar jalan setapak terdapat huma dan sedikit hutan. Sebagian wilayah

dipenuhi padang alang-alang dan semak belukar, bekas huma yang

ditinggalkan. Hutan lebat masih terdapat di daerah Badui Kejeroan. Hutan ini

memang selalu terpelihara dibawah pimpinan adat yang dinamakan puun,

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

karena merupakan “hutan larangan” yang dianggap suci. Tabu untuk diganggu

dan tidak boleh dimasuki dengan sembarangan.

Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” –

6°30’0” LU dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka

bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan

Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40

km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari

Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut

(DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan

kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di

bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di

bagian selatan). suhu rata-rata 20°C.

2.4.2 Bahasa

Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–

Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar

menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan

pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes 'dalam' tidak mengenal

budaya tulis, sehingga adat istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek

moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.

Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku

keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus

ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam

sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik

(mandita) untuk menjaga harmoni dunia.

2.4.3 Asal-Usul

Orang Badui percaya bahwa nenek moyang mereka telah menepati

wilayah Kanekes sejak “jaman Nabi Adam”. Kanekes dianggap sebagai

tempat asal mula manusia dilahirkan di bumi ini. Tempat yang paling pertama

ditempati manusia adalah Kampung Cikeusik, lalu Kampung Cikertawana,

dan akhirnya Cibeo. Dari ketiga kampung ini mereka kemudian menyebar ke

kampung-kampung lainnya. Sudah tentu di luar keyakinan mereka ini, ada

pendapat lain tentang asal usul orang Badui. Ada yang mengatakan bahwa

mereka berasal dari Kerajaan Pajajaran, Bogor. Namun adapula pendapat

bahwa mereka adalah penduduk Banten Utara yang karena faktor sosial politik

tertentu pindah ke selatan, ke daerah Kanekes sekarang.

Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat

para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari

beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan

Cina, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim

keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang

sebelum keruntuhannya pada abad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar

Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat

pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten

merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat

dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil

bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut,

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian

sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara

kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan

lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan

dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal

Masyarakat Baduy yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu

Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan

pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu,

identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk

melindungi komunitas Baduy sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.

2.4.4 Kepercayaan

Orang Baduy menganut suatu sistem kepercayaan yang tercakup dalam

satu wadah bernama Agama Sunda Wiwitan, artinya “Agama Sunda Pertama”.

Agama ini disebut juga Agama Islam Sunda atau Agama Nabi Adam. Mereka

mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang mereka sebut Batara Tunggal;

mengakui adanya Nabi Adam, Nabi Muhammad, dan Syahadat seperti dalam

agama Islam. Agama mereka antara lain mengajarkan bahwa manusia di dunia

ini tidak boleh mencari kesenangan secara berlebihan, dan harus menganggap

cukup apa yang ada. Hal yang dituju dalam hidup ini adalah kebajikan dan

kebaikan dengan menaati segala ketentuan yang sudah dikodratkan.

Orang Baduy juga mengenal berbagai upacara dalam daur hidup

mereka. Dalam rangka kelahiran seorang bayi, misalnya, seorang ibu harus

bersuci (bebersih) 40 atau 60 hari setelah melahirkan. Anak laki-laki yang

sudah berumur 4-7 tahun harus disunat (mereka menyebutnya nyelamkeun,

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

artinya “mengislamkan”). Selain itu ada upacara perkawinan dan upacara

kematian. Upacara dalam rangka kematian dilangsungkan selama tujuh hari.

Mereka percaya bahwa setelah tujuh hari, roh si mati langsung menuju surga.

Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda

Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme)

yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama Buddha,

Hindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya

pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari

orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan)

Kanekes tersebut adalah konsep ‘tanpa perubahan apapun’, atau perubahan

sesedikit mungkin. Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari

diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut

adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara

berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak

membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu

yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah

dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali

tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa

basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.

Objek kepercayaan terpenting bagi Masyarakat Kanekes adalah Arca

Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang

Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun

sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli.

Hanya puun yang merupakan ketua adat tertinggi dan beberapa anggota

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di

kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air

hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada

dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu

merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan

panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair

keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003).

Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya,

kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan

kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya

Islam.

2.4.5 Kelompok-kelompok dalam Masyarakat Kanekes

Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok

yaitu tangtu, panamping, dan dangka (Permana, 2001). Kelompok tangtu

adalah yang dikenal sebagai Baduy Dalam, yang paling ketat mengikuti adat,

yaitu warga yang tinggal di 3 kampung (Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik).

Ciri khas Orang Baduy dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan

biru tua serta memakai ikat kepala putih. Sedangkan kelompok masyarakat

panamping adalah yang dikenal sebagai Baduy Luar yang tinggal di berbagai

kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Baduy Dalam, seperti Cikadu,

Kadu Ketuk, Kadu Kolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat

Baduy Luar berciri khas dengan pakaian hitam dan ikat kepala hitam. Apabila

Baduy Dalam dan Baduy Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka Baduy

Dangka tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirah Dayeuh (Cihandam).

Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas

pengaruh dari luar (Permana, 2001).

2.4.6 Pemerintahan

Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem

nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan

sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua

sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak

terjadi perbenturan. Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala

desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat,

sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi,

yaitu Puun. Struktur pemerintahan secara adat Kanekes adalah sebagaimana

tertera pada Gambar 1.

Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah Puun yang

ada di 3 kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun temurun,

walaupun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat

lainnya. Jangka waktu jabatan puun tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada

kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.

Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat 'kapuunan' (kepuunan)

dilaksanakan oleh Jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtu,

jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro pamarentah. Jaro tangtu bertanggung

jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam

urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka ini

ada 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai

jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro

tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai

penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional,

yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa, carik, dan kokolot lembur atau

tetua kampung (Makmur, 2001).

Tabel 1.1 Jalur Pemerintahan

2.4.7 Mata Pencaharian

Mata pencaharian pokok orang Badui adalah bercocok tanam di ladang

(huma). Mereka masih melakukan perladangan berpindah-pindah. Musim

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

tanam berlangsung satu tahun sekali. Setelah tiga kali musim tanam, mereka

meninggalkan tanah itu selama 3-7 tahun. Selama menanam padi ladang,

mereka juga menanam kacang, terong, cabai dan pisang. Tanaman lain yang

mereka manfaatkan hasilnya adalah durian dan rambutan, yang biasa mereka

jual ke luar desa. Mereka tidak mengenal pertanian sawah dengan irigasi.

Pertanian sawah tidak mungkin mereka lakukan karena adanya kepercayaan

yang mengandung beberapa larangan , seperti tidak boleh membelokkan air

atau membendung air. Selain itu, adapula larangan untuk membalikkan tanah,

seperti yang dilakukan orang ketika mencangkul atau membajak sawah. Itulah

sebabnya mereka tidak menggunakan cangkul atau bajak.

Dalam kehidupan sehari-hari, mereka juga menangkap ikan di sungai

dengan kail, bubu, dan jala. Mereka hanya boleh memelihara ayam;

memelihara ternak lainnya adalah tabu. Alat yang mereka gunakan antara lain

golok, alat pelubang kayu (tatah), dan rimbas untuk meratakan kayu. Dalam

pembuatan rumah, yang biasanya terbuat dari bambu, mereka tidak

menggunakan paku, melainkan tali-tali pengikat.

2.4.8 Sistem Kekerabatan

Sistem kekerabatan Orang Baduy antara lain ditandai oleh adat

penarikan garis keturunan secara bilateral, meskipun garis pihak ayah tampak

lebih kuat daripada garis ibu. Pemilihan jodoh dalam perkawinan lebih banyak

ditentukan oleh orang tua, terutama untuk perkawinan yang pertama.

Perkawinan yang yang dilakukan secara adat bersifat monogam. Perkawinan

diakhiri hanya dengan kematian atau perceraian yang direstui, misalnya

dengan alasan tidak memperoleh keturunan atau penyimpangan salah satu

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

pihak dalam kehidupan berumah tangga. Adat menetap sesudah nikah

tergantung pada kesepakatan pasangan yang bersangkutan. Pasangan suami

isteri masyarakat Baduy umumnya sangat mengidamkan anak perempuan,

antara lain karena anak perempuan lebih cepat dewasa, sehingga dapat

membantu pekerjaan dalam rumah tangga.

2.4.9 Interaksi Dengan Masyarakat Luar

Orang sering menggolongkan orang Baduy sebagai salah satu “suku-

terasing”, meskipun sebenarnya tidak demikian halnya. Sejak lama mereka

sudah berhubungan dan bergaul dengan anggota masyarakat luar, baik di

dalam mapun di luar Desa Kanekes. Komunikasi itu terutama diadakan untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mereka membutuhkan barang keperluan

sehari-hari, seperti garam, ikan asin, tembakau, rokok, obat-obatan, pakaian,

piring, gelas dan sebagainya, dari luar daerahnya. Barang-barng tersebut

mereka beli di luar Desa Kanekes. Orang Baduy Luar sekarang sudah biasa

menggunakan radio, makanan dari kaleng, atau pakaian yang biasa dipakai

oleh orang lain di luar masyarakat Baduy. Orang Baduy Dalam sendiri

sekarang sudah mulai menggunakan obat-obatan yang dibuat berdasarkan ilmu

kedokteran modern.

Banyak orang Baduy, terutama Baduy Panamping, sudah bepergian ke

Bandung, Cirebon, Jakarta dan kota-kota lain di daerah Banten. Dalam

upacara seba, tokoh-tokoh adat dari Baduy Kejeroan, seperti puun dan jaro

tangtu, menyerahkan persembahan berupa hasil bumi kepada pemerintah

(bupati), sebagai tanda “titip diri” kepada penguasa itu sekaligus sebagai tanda

ketaatan terhadap pemerintah. Orang luar pun terkadang datang menemui

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

puun, untuk meminta ramalan tentang nasib, perjodohan, “ilmu” tertentu, dan

lain-lain.

Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat

istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat

yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten

yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya

pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan

kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan "seba" ke

Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara Seba tersebut

terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi,

palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur

Jawa Barat). Di bidang pertanian, penduduk Baduy Luar berinteraksi erat

dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa menyewa tanah, dan tenaga

buruh.

Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter,

sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes

menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para

tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi

sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes

seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.

Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin

meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya

merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa

lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

1 malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat istiadat yang

berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah

Baduy Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai.

Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Baduy juga

senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus

berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang

terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah

datang ke Baduy sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam

kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk

mencukupi kebutuhan hidup.

2.4.10 Baduy Luar

Merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat Baduy Dalam. Ada

beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkanya warga Baduy Dalam ke Baduy Luar.

Pada dasarnya, peraturan yang ada di Baduy Luar dan Baduy Dalam itu hampir sama,

tetapi Baduy Luar lebih mengenal teknologi dibanding Baduy Dalam.

Foto dok. www.highcamp.org Gambar 2.1

Pria Baduy Luar

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

Penyebabnya diantaranya adalah karena mereka telah melanggar adat

masyarakat Baduy Dalam atau memang berkeinginan untuk keluar dari Baduy

Dalam karena suatu alasan tertentu.

Mata pencaharian sehari-hari orang paamping lebih bervariasi

dibanding orang tangtu. Orang panamping sekarang ada yang biasa berdagang

pakaian, rokok, gula, garam, ikan asin, mie instant, dan hasil hutan atau hasil

huma lainnya. Mereka juga ada yang biasa membeli benang dan kain batik

“corak Baduy” di Pasar Pagi atau Tanah Abang Jakarta dan Majalaya (Jawa

Barat). Sering pula orang panamping berdagang pakaian, madu, dan kerajinan

Baduy ke luar wilayah Baduy hingga Bogor, Bandung, dan Jakarta.

Dalam kehidupan sehari-hari, sebagian orang panamping telah

memiliki barang “modern”, seperti piring dan cangkir kaca atau porselen,

sendok dan garpu dari plastik atau logam, lampu minyak tanah, kasur, dan

bantal kapuk, bahkan memiliki lampu senter dan radio; namun pemakaiannya

masih sembunyi-sembunyi, sebab peralatan tersebut jika ketahuan pejabat

tangtu (terutama puun) atau jika ada pembersihan desa akan dirampas dan

dimusnahkan.

2.4.11 Baduy Dalam

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

Foto dok. Pribadi

Gambar 2.2 Pria Baduy Dalam

Baduy dalam adalah bagian dari keseluruhan Suku Baduy. Tidak

seperti Baduy Luar, warga Baduy Dalam masih memegang teguh adat istiadat

nenek moyang mereka.

2.4.12 Gaya Berbusana

Pakaian orang Baduy pun memancarkan kesederhanaan. Menurut

mereka meninggalkan kesederhanaan berarti meninggalkan tapa dunianya.

Hal tersebut tertuang dalam ungkapan bijak mereka: sare tambah teu tunduh,

ngawadang tambah teu lapar, make tambah teu taranjang ‘tidur sekedar

pelepas kantuk, makan sekedar pelepas lapar, berpakaian sekedar tidak

telanjang’.

Orang Panamping memiliki sedikit kebebasan dalam berpakaian,

warna mereka tak lagi hitam dan putih, namun warna yang menjadi dominan

adalah biru dan hitam. Pria Panamping mengenakan celana pendek hitam

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

dipadu dengan jamang kampret yaitu baju yang memiliki kancing dan terbuka.

Mereka juga melengkapi penampilan dengan romal merong, ikat kepala kotak-

kotak berwarna biru tua. Selain itu, mereka juga sering memakai poleng

hideung yaitu sarung hitam motif kotak-kotak besar biru muda sebagai adu

mancung.

Akulturasi dengan budaya luar terlihat pada batik merong. Batik ini

digunakan sebagai kain bawahan untuk perempuan Baduy dewasa dan orang

tua dalam kegiatan sehari-hari. Batik merong atau sarung samping merong ini

dibuat di desa Trusmi, sebelah luar kota Cirebon, dibuat dengan teknik cap.

Warna dasar kain adalah biru gelap dengan motif sepasang sayap, segitiga dan

bunga. Semua motif berwarna biru muda.

Foto dok. Pribadi Gambar 2.3

Wanita Baduy Luar

Untuk kaum perempuan, pakaian mereka lebih bervariasi ketimbang

perempuan tangtu. Sehari-harinya mereka memiliki sarung kacang herang,

yaitu sarung hitam motif kotak-kotak kecil berwarna biru. Sarung tersebut

diikat dengan selendang putih di pinggang. Sementara atasannya berupa

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

kebaya hitam dan biru tua. Saat menghadiri acara pernikahan penampilan

penampilan mereka dipercantik dengan mengenakan suat songket atau suat

samata, yaitu selendang pada bahu kanan.

Foto dok. Pribadi Foto dok. Pribadi

Gambar 2.4 Gambar 2.5 Suat Songket atau Suat samata Sarung Kacang Herang

Di waktu tertentu suat songket juga dikenakan sebagai kemben. Memiliki

panjang 204 cm, suat songket ditenun dengan benang warna-warni merah tua,

biru, kuning, dan hitam. Dikedua ujung sisinya terdapat pilihan benang.

Untuk busana pengantin, tak banyak perbedaan antara Baduy Tangtu dan

Baduy Panamping. Mereka tak mengenal busana khusus. Namun untuk

membedakan dengan busana harian, rambut pengantin perempuan disanggul

jucung dihias dedaunan. Sementara wajahnya dihiasi taretes, yaitu bulatan

kecil berderet di pipi hingga kedepan telinga. Kepala diikat debgan ceceret

yaitu kain putih yang diselipi koin kuno, dan dahi dihias cecentung yaitu

rambut dibentuk melingkar.

Kesederhanaan sebagi prinsip hidup tetap dibawa oleh warga Baduy luar.

Tidak adanya perbedaan mencolok pada pakaian mereka terlihat saat mereka

menghadiri upacara kematian. Pakaian yang mereka kenakan tak berbeda

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI - · PDF filete.nun n hasil kerajinan yang berupa bahan (kain) ... mengenal cara membuat pakaian. Dari alat-alat peninggalan jaman ... pengetahuan tersebut dari

dengan pakaian sehari-hari seperti celana, bukan kain. Bedanya, celana tak

berlaku sebagai pakaian pria Baduy Dalam. Untuk momen apapun kaum

Baduy Tangtu tidak pernah memakai celana. Bawahan yang mereka kenakan

adalah aros atau kain samping.

Untuk semua kebutuhan sandang, masyarakat Baduy terbiasa dengan

bertenun sendiri. Mulai dari biji kapas yang ditanam, dipanen, dipintal,

ditenun sampai dicelup menurut motif khasnya. Mereka bertenun untuk

dipakai sendiri dan tidak dijual, dan kegiatan ini biasanya dilakukan oleh

kaum perempuan saat selesai musim panen. Yang mereka kerjakan antara lain

adalah kain sarung, selendang, ikat kepala, dan dasar baju.

Kegiatan menenun dilakukan dirumah pada waktu senggang oleh wanita,

namun alat-alatnya dibuat oleh kaum pria. Kaum tangtu dilarang memakai

pakaian dari luar. Oleh karena itu, orang-orang tangtu memesan dan

mengenakan kain tenunan orang panamping. Kain atau pakaian yang

dikenakan oleh orang tangtu hanya berwarna putih, sedangkan orang

panamping umumnya menggunakan warna hitam.