View
229
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman pangan sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki
posisi strategis dalam penyediaan kebutuhan, sumber lapangan kerja dan
pendapatan, serta sumber devisa.
Pembangunan tanaman pangan akan berhadapan dengan berbagai
perubahan lingkungan strategis baik bersifat internal maupun eksternal antara
lain globalisasi perdagangan yang semakin dinamis, perubahan iklim, tuntutan
lingkungan yang berkelanjutan, keterbatasan sumber daya lahan, perubahan
perilaku konsumen, dan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks ini,
pembangunan harus dilakukan secara ekonomis, efisien, efektif, akuntabel,
dan berkelanjutan sehingga pembangunan tersebut memberikan jaminan
kehidupan yang cukup dan memperhatikan kebutuhan generasi berikutnya.
Penanganan pascapanen tanaman pangan merupakan upaya strategis
dalam mendukung ketahanan pangan nasional, karena mempunyai peranan
yang cukup besar, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung, penanganan pascapanen memiliki peranan dalam menurunkan
susut hasil, mempertahankan mutu hasil panen dan meningkatkan nilai
tambah, daya saing serta pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak
langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan
pangan nasional.
Secara langsung, penanganan proses pascapanen yang baik dan benar
memiliki peranan dalam menurunkan susut hasil, mempertahankan mutu hasil
panen, meningkatkan nilai tambah, daya saing serta pada akhirnya diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan petani. Dengan demikian, secara tidak
langsung proses penanganan pascapanen mendukung program ketahanan
pangan nasional.
Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices
(GHP) merupakan hal yang penting dilakukan dalam rangka penyediaan
pangan dan pasokan bahan baku untuk industri yang berkualitas. Penanganan
pascapanen secara GHP berpedoman pada Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Penanganan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2
Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman yang Baik (Good Handling
Practices).
Dalam rangka pengamanan produksi dan juga percepatan swasembada
jagung tahun 2015 maka pada tahun 2015, Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan telah mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan
penanganan pascapanen tanaman pangan mulai tingkat pusat, provinsi hingga
kabupaten/kota serta fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada
29 Provinsi, 93 kab/kota.
Hasil pengukuran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
dalam pelaksanaan kegiatan penanganan pascapanen dalam kurun waktu
setahun dilaporkan dalam Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran.
LAKIP Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 disusun
sebagai salah satu bentuk perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah
untuk memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas
kinerja yang telah dan seharusnya dicapai dan sebagai upaya perbaikan
berkesinambungan bagi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan untuk
meningkatkan kinerjanya. Hal terpenting dalam LAKIP adalah pengukuran
kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil
analisis terhadap pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara kinerja yang seharusnya terjadi dengan kinerja yang
diharapkan.
LAKIP merupakan bagian terintegrasi dari SAKIP. yang merupakan
perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta
pengelolaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan dan program.
Penerapan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tahun
2015 merupakan bagian yang terintegrasi dengan penerapan anggaran
berbasis kinerja (Performance-based Budgeting). Penerapan ini
mengharuskan pemerintah untuk menyusun anggaran dengan mengacu pada
target kinerja yang akan dicapai dan seluruh anggaran harus dapat
dipertanggungjawabkan hasilnya.
Diharapkan penerapan SAKIP ini dapat berfungsi secara optimal
sehingga dapat dijadikan salah satu instrumen utama dalam pelaksanaan
pembaharuan birokrasi Pemerintah untuk mempercepat terwujudnya
penyelenggaraan Pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel dan bersih
dari praktek-praktek penyimpangan. Oleh karena itu, Direktorat Pascapanen
Tanaman Pangan di dalam mengimplementasikan sistem ini melalui
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 3
penyusunan LAKIP dengan maksud untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
capaian kinerja, kendala/hambatan dan permasalahan serta upaya
pemecahannya dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan-kegiatan
yang telah dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
1.2. Organisasi, Tugas Pokok, dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan mempunyai
tugas melaksanakan yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pascapanen tanaman pangan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi :
a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan
serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia
lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria standar, norma,
pedoman, kriteria, di bidang pascapanen padi, jagung dan serealia lain,
kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi;
d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen padi,
jagung dan serealia lain, kedelai dan aneka kacang, serta aneka umbi; dan
e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Direktorat Pascapanen Tanaman
Pangan didukung oleh 4 (Empat ) Sub Direktorat yaitu Sub Direktorat Padi,
Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain, Sub Direktorat Kedelai dan Aneka
Kacang, Sub Direktorat Aneka Umbi serta Subbag Tata Usaha sebagaimana
pada Lampiran 1.
Adapun tugas pokok dan fungsi dari masing-masing Sub Direktorat sebagai
berikut:
a. Sub Direktorat Padi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan, dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi
dibidang pascapanen padi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 4
Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Padi menyelenggarakan fungsi:
1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen padi
2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen padi
3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan sarana pascapanen padi dan
4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
teknologi dan sarana pascapanen padi.
b. Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain mempunyai tugas melaksanakan
penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan
evaluasi di bidang pascapanen jagung dan serealia lain.
Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen jagung dan serealia lain
2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen jagung dan serealia lain
3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di
bidang teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain dan
4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
teknologi dan sarana pascapanen jagung dan serealia lain.
c. Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang mempunyai tugas
melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian
bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pascapanen kedelai dan aneka
kacang.
Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Kedelai dan Aneka Kacang
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen kedelai dan aneka kacang
2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen kedelai dan aneka kacang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 5
3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang dan
4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
teknologi dan sarana pascapanen kedelai dan aneka kacang.
d. Sub Direktorat Aneka Umbi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar,
prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di
bidang pascapanen aneka umbi.
Dalam melaksanakan tugas Sub Direktorat Aneka Umbi
menyelenggarakan fungsi :
1) Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen aneka umbi.
2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang teknologi dan sarana
pascapanen aneka umbi.
3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan, kriteria
dibidang teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi dan
4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang
teknologi dan sarana pascapanen aneka umbi.
1.3. Sumberdaya Manusia Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun
2015 berjumlah 64 orang yang terdiri dari pegawai golongan II sebanyak
12 orang dan golongan III sebanyak 44 orang dan golongan IV sebanyak
8 orang. Jika dilihat dari tingkat pendidikan adalah SD – SMA sebanyak
15 orang, Sarjana Muda/D3 sebanyak 7 orang, S1 sebanyak 29 orang, dan S2
sebanyak 13 orang. Jumlah pegawai tersebut tersebar di Sub Direktorat Padi
10 orang, Sub Direktorat Jagung dan Serealia Lain 11 orang, Sub Direktorat
Kedelai dan Aneka Kacang 10 orang dan Sub Direktorat Aneka Umbi 11 orang
dan Sub Tata Usaha 22 orang. Secara rinci, sebaran jumlah pegawai Lingkup
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan seperti pada Tabel Lampiran 11.
Jumlah pegawai Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015
tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2014 yaitu berjumlah
64 orang.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 6
1.4. Dukungan Keuangan
Sesuai dengan DIPA Petikan Tahun Anggaran 2015 Nomor: SP DIPA
018.03.1.238251/2015 tanggal 14 November 2014, alokasi anggaran APBN
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 sebesar
Rp. 71.498.554.000,- yang terdiri dari anggaran Pusat Rp. 6.548.500.000,-,
Dekonsentrasi Rp. 6.990.500.000,-, dan Tugas Pembantuan Provinsi
Rp. 57.959.554.000,-.
Berdasarkan revisi ke-2 DIPA tanggal 6 Maret 2015 dan Revisi ke-2
POK TA. 2015 (APBN-P) tanggal 9 Maret 2015 terdapat penambahan
anggaran untuk kegiatan UPSUS peningkatan produksi, jagung, dan kedelai
(alokasi dana APBN-P) sebesar Rp. 5.400.000.000,- sehingga total pagu Pusat
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 sebesar
Rp.11.948.500.000,-. Adapun rincian perubahan pagu anggaran dekonsentrasi
dan tugas pembantuan setelah revisi DIPA sebagai berikut:
1) Pagu anggaran Dekonsentrasi semula Rp.6.990.500.000,- menjadi
Rp.8.590.500.000,- atau naik 22,89%.
2) Pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi tetap Rp.57.959.554.000,-
atau tidak mengalami perubahan.
Pada tahun 2015, kegiatan dukungan sarana pascapanen tanaman pangan
APBN-P berada di DIPA PSP dan dikelola oleh satker PSP. Berdasarkan DIPA
PSP, pagu anggaran Tugas Pembantuan Provinsi untuk kegiatan bantuan
sarana pascapanen tanaman sebesar Rp. 844.675.625.000,- yang terdiri dari
anggaran pengadaan sarana pascapanen tanaman pangan sebesar
Rp. 832.350.000000,- dan anggaran pembinaan sebesar Rp. 12.325.625.000,-
Berdasarkan Revisi DIPA PSP tanggal 13 November 2015 terdapat perubahan
Pagu Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Satker DIPA PSP. Pagu
anggaran semula Rp 844.675.625.000,- menjadi Rp. 927.836.427.000,- atau
naik 9,8%.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1. Rencana Strategis
2.1.1. Visi
Visi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan dalam upaya mencapai tujuan
penanganan pascapanen adalah : “Terwujudnya penanganan pascapanen
tanaman pangan yang baik, mendukung peningkatan produksi yang
berkelanjutan”.
2.1.2. Misi
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, misi yang harus dilaksanakan oleh
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019 adalah:
a. Meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan berkelanjutan
melalui penanganan pascapanen yang baik dan berkualitas.
b. Meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi pascapanen
hasil tanaman pangan dalam rangka menurunkan tingkat susut hasil
komoditas tanaman pangan.
c. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen komoditas tanaman
pangan dengan memperhatikan nilai budaya lokal.
d. Mengembangkan sistem penyediaan sarana pascapanen secara efektif
dan berkelanjutan.
e. Mendorong peran serta instansi dan stakeholder terkait, serta masyarakat
dalam meningkatkan pengamanan produksi tanaman pangan dari susut
hasil secara berkelanjutan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 8
2.1.3. Tujuan
Sesuai dengan visi dan misi Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
memfasilitasi penanganan pascapanen tanaman pangan pada wilayah
budidaya tanaman pangan dalam rangka pengamanan produksi. Tujuan yang
akan dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015 -
2019 adalah :
1. Menurunkan tingkat susut hasil (losses) tanaman pangan
2. Mempertahankan mutu hasil panen tanaman pangan
3. Mempertahankan dan memperpanjang masa simpan tanaman pangan
4. Meningkatkan daya saing komoditas tanaman pangan
5. Mengembangkan sistem pengelolaan pascapanen tanaman pangan
6. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pascapanen
2.1.4. Sasaran
Sesuai dengan tujuan tersebut diatas, maka sasaran yang akan dicapai adalah
sebagai berikut:
A. Sasaran Program
Program yang menjadi tugas dan tanggung jawab Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan adalah “Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan
Mutu Hasil Produksi Tanaman Pangan”.
Sasaran strategis Direktorat Jenderal Tanaman Pangan tahun 2015 – 2019
yaitu :
1) Tercapainya produktivitas tanaman pangan.
2) Terlaksananya penggunaan benih unggul bersertifikat.
3) Terlaksananya luas areal tanaman pangan yang aman dari gangguan OPT
dan DPI.
4) Terlaksananya penurunan kontribusi susut hasil tanaman pangan.
B. Sasaran Kegiatan
Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan menetapkan
1 (satu) sasaran strategis. Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan
susut hasil tanaman pangan. Target jumlah bantuan sarana pascapanen
tanaman pangan yang dibutuhkan untuk menurunkan kehilangan hasil
produksi 0,02% yaitu 212 unit.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 9
Tabel 1. Angka Dasar Susut Pascapanen Tanaman Pangan
Komoditas Angka Dasar
Susut (%)
Tahun (%)
2015 2016 2017 2018 2019
Padi 10,43 10,39 10,21 9,96 9,66 9,28
Jagung 4,81 4,50 4,33 4,18 4,04 3,91
Kedelai 14,70 14,27 13,62 12,82 11,74 10,4
Ubi Kayu 11,58 - 11,49 11,42 11,34 11,27
2.1.5. Kebijakan
Salah satu arah kebijakan pemantapan ketahanan pangan melalui
peningkatan produksi pangan pokok dilakukan dengan peningkatan kapasitas
produksi padi dalam negeri, yang salah satunya dicapai melalui peningkatan
teknologi melalui kebijakan penciptaan sistem inovasi nasional dan pola
penanganan pascapanen dalam mengurangi susut panen dan kehilangan
hasil.
Salah satu kebijakan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah
Kebijakan Pengembangan Penanganan Pascapanen Sesuai Kebutuhan
Lapangan. Penanganan pascapanen tanaman pangan memegang peranan
penting dan merupakan bagian integral sebagai pendukung pembangunan
pertanian secara keseluruhan. Keberhasilan penanganan pascapanen
tanaman pangan bukan hanya meningkatkan produksi tanaman pangan dan
pendapatan petani, tetapi juga dapat meningkatkan mutu produksi guna
mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka arah kebijakan yang dilaksanakan
oleh Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 – 2019 antara lain :
1. Menurunkan susut hasil dan mempertahankan mutu tanaman pangan
untuk menyelamatkan produksi, meningkatkan nilai tambah dan daya
saing produk, sehingga meningkatkan pendapatan petani dan
mewujudkan program ketahanan pangan menuju kemandirian pangan
nasional.
2. Penanganan pascapanen melalui penerapan Good Handling Practices
(GHP) dalam penyediaan pangan dan pasokan bahan baku untuk industri.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia dan kelembagaan
pascapanen tanaman pangan.
4. Fasilitasi dan optimalisasi pemanfaatan sarana pascapanen tanaman
pangan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 10
5. Pengembangan manajemen pascapanen berbasis kawasan produksi
tanaman pangan.
2.1.6. Strategi
Pencapaian sasaran Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan
Mutu Hasil Tanaman Pangan akan ditempuh melalui berbagai strategi yang
mengacu pada kebijakan yang telah ditetapkan di atas dan strategi yang
ditetapkan oleh Kementerian Pertanian. Strategi yang berkaitan dengan tugas
pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Tanaman Pangan adalah Peningkatan
Produktivitas, Perluasan Areal Tanam, Pengamanan Produksi dan Penguatan
Kelembagaan dan Pembiayaan.
Dalam pengembangan penanganan pascapanen tanaman pangan
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal sebagai peluang dan
ancaman maka strategi pengembangan penanganan pascapanen tanaman
pangan yang dilaksanakan antara lain :
1. Pendekatan Wilayah
Setiap wilayah menghasilkan komoditas tanaman pangan pada sentra
yang berbeda. Hal ini memungkinkan pembangunan kawasan-kawasan
ekonomi berbasis agribisnis dan agroindustri yang terintegrasi antara
daerah pedesaan, perkotaan, sentra-sentra industri pangan, pelabuhan,
dan pasar serta juga memungkinkan dilaksanakannya pengembangan
sistem dan kelembagaan pascapanen seperti Brigade Panen dan
Pascapanen serta Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) .
2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (SDM)
Permasalahan sumberdaya manusia merupakan hal yang mendasar,
dengan masih terbatasnya tingkat pengetahuan dan tenaga terampil. Oleh
sebab itu untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
sumberdaya manusia dilaksanakan melalui pemberian penyuluhan,
pembinaan, bimbingan teknis, pendampingan, pengawasan dan pelatihan.
3. Pendekatan Sarana dan Teknologi
Penerapan teknologi pascapanen saat ini belum merata di masyarakat
pertanian, antara lain disebabkan penyebaran informasi teknologi
pascapanen masih belum dilakukan secara intensif. Oleh sebab itu perlu
dioptimalkan penyuluhan dan penyampaian sumber informasi kepada
Gapoktan/Poktan dan juga mensosiali-sasikan mekanisasi/penyebaran
sarana atau teknologi pascapanen secara tepat sasaran sesuai kebutuhan
(spesifik lokasi).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 11
4. Pendekatan Daya Saing
Penanganan pra panen dan pascapanen yang baik dan benar akan
diperoleh mutu hasil panen yang dapat bersaing sesuai permintaan pasar.
Untuk itu diperlukan kemitraan yang baik antara petani dan pelaku usaha
yang difasilitasi oleh pemerintah.
Dalam konteks strategi ini maka Pengembangan Manajemen Pascapanen
berbasis kawasan produksi tanaman pangan harus menjadi fokus
perhatian. Investasi pemerintah harus didorong untuk mengaktualisasikan
fungsi pemerintah dalam penyelenggaraan pembangunan pertanian,
khususnya dibidang pascapanen.
Diharapkan dengan menerapkan strategi ini maka tujuan dalam
pananganan pascapanen tanaman pangan dapat tercapai.
2.2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian Kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan
dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan Program/Kegiatan yang disertai dengan indikator
kinerja. Perjanjian Kinerja dimanfaatkan untuk memantau dan mengendalikan
pencapaian kinerja organisasi, melaporkan capaian realisasi kinerja dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta menilai
keberhasilan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan. Dalam rangka
mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel
dan berorientasi kepada hasil, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
menetapkan kinerja yang akan dicapai pada tahun 2015. Perjanjian kinerja ini
merupakan tolak ukur keberhasilan organisasi yang akan menjadi penilaian
dalam evaluasi akuntabilitas kinerja pada akhir tahun 2015. Mengacu Renstra
2015-2019, Perjanjian Kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun
2015 untuk melaksanakan program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
Pada tahun 2015, Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
menetapkan 1 (satu) sasaran strategis dengan 1 (satu) indikator kinerja.
Sasaran strategis yang dimaksud adalah penurunan susut hasil tanaman
pangan dengan indikator kinerja berupa jumlah bantuan sarana pascapanen
tanaman pangan dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 12
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Kriteria Ukuran Keberhasilan Pencapaian Sasaran
Gambaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun
2015 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja kegiatan dan evaluasi
kinerja yaitu dengan membandingkan antara target dengan capaian. Kriteria
ukuran keberhasilan pencapaian sasaran keberhasilan tahun 2015 ditetapkan
berdasarkan penilaian capaian melalui metode scoring, yaitu: (1) sangat
berhasil (capaian > 100%); (2) berhasil (capaian 80-100%); (3) cukup berhasil
(capaian 60-79%); dan (4) kurang berhasil (capaian <60%) terhadap target
yang telah ditetapkan.
Pengukuran capaian sasaran kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman
Pangan tahun 2015 dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja
dan realisasi. Realisasi indikator kinerja sasaran mengamankan
kehilangan/susut hasil produksi dihitung melalui hasil perhitungan perkalian
kapasitas kerja sarana pascapanen yang terealisasi dengan kemampuan
penyelamatan hasil per jenis sarana pascapanen. Persentase kontribusi susut
diperoleh dari penyelamatan produksi dibandingkan terhadap total produksi
pada tahun yang bersangkutan.
3.2. Pencapaian Sasaran Strategis Tahun 2015
Berdasarkan Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2015, Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan telah menetapkan pencapaian 1 (satu) target
indikator kinerja utama sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana tercantum
pada Perjanjian Kinerja tahun 2015 (dalam proses). Capaian kinerja utama
sasaran strategis tersebut merupakan penurunan susut hasil tanaman pangan
yang bersumber dari DIPA Ditjen Tanaman Pangan sebagaimana Tabel 2
berikut.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 13
Tabel 2. Capaian Strategis Direkorat Pascapanen Tanaman Pangan Tahun
2015
(1) (3) (4) (5)
212 209 98.58%
Jumlah bantuan sarana
pascapanen tanaman
pangan dengan
menurunnya kehilangan
hasil produksi 0,02%
Realisasi
(unit)
Capaian
Kinerja (%)
(2)
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target (unit)
Penurunan susut hasil tanaman
pangan
Bantuan sarana pascapanen tanaman pangan pada tahun 2015 telah
dialokasikan melalui dana APBN (Satker Tanaman Pangan) dengan rincian
sebagai berikut :
1. Reguler
a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta
rupiah) sebanyak 271 unit dialokasikan di 28 Provinsi, 80 Kabupaten
b. Flat Bed Dryer + bangunan per unit senilai Rp. 359.000.000,- (tiga ratus
lima puluh sembilan juta rupiah) sebanyak 96 unit dialokasikan di
21 Provinsi, 35 Kabupaten. Flat bed dryer senilai Rp. 210.000.000,-
(dua ratus sepuluh juta rupiah) sedangkan bangunan senilai Rp
149.000.000,- (seratus empat puluh sembilan juta rupiah) termasuk
biaya perencanaan dan pengawasan.
c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) sebanyak 15 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
2. Model Jagung dalam Kawasan
Dalam mendukung kegiatan pengembangan kawasan tanaman pangan
tahun 2015, Direktorat Budidaya Serealia telah menetapkan kawasan
jagung di 7 Propinsi, pada 7 Kabupaten.
Adapun jenis bantuan sarana yang diberikan untuk mendukung kawasan ini
sebagai berikut :
a. Corn Sheller per unit senilai Rp. 33.000.000,- (tiga puluh tiga juta
rupiah) sebanyak 42 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 14
b. Vertical Dryer Jagung + Crusher +bangunan per unit senilai Rp.
958.000.000,- (sembilan ratus lima puluh delapan juta rupiah) sebanyak
29 unit dialokasikan di 7 Provinsi, 7 Kabupaten. Vertical dryer seharga
Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan
Crusher seharga Rp. 23.000.000,- (dua puluh tiga juta rupiah) serta
bangunan seharga Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah)
termasuk biaya perencanaan dan pengawasan.
c. Corn Combine Harvester per unit senilai Rp.500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) sebanyak 8 unit dialokasikan di 7 Provinsi 7 Kabupaten.
Tabel 3. Capaian Realisasi Input Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN Tahun 2015
Realisasi
(unit) unit
1 Corn Sheller 132 132 100.00
2 Flat Bed Dryer 35 33 94.29
3 Corn Combine Harvester 15 14 93.33
4 Vertical Dryer Jagung 29 29 100.00
5 Power Thresher Multiguna 1 1 100.00
212 209 98.58
1 Combine Harvester Kecil 3,056 3,056 100.00
2Vertical Dryer Padi (kap 3,5-
6 ton) +Bangunan/Rehab 166 166 100.00
3 Corn Sheller 2,088 2,088 100.00
4
Vertical Dryer Jagung (kap
3,5-6 ton)
+Bangunan/Rehab
207 207 100.00
5 Power Thresher Multiguna 1,836 1,646 89.65
6 Combine Harvester Besar 125 125 100.00
7 Flat Bed Dryer 6 6 100.00
8 Corn Combine Harvester 11 11 100.00
7,495 7,305 97.46
NO Jenis Sarana Target
APBN
Total
REVISI DIPA APBN-P
Total
BASTB
%
Prediksi Realisasi s/d
Desember 2015
3.3. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2015
3.3.1. Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan
Pencapaian sasaran kinerja penurunan susut hasil tanaman pangan
diukur dengan tercapainya indikator kinerja jumlah bantuan sarana
pascapanen dengan menurunnya kehilangan hasil produksi 0,02%. Hasil
pengukuran terhadap indikator kinerja sasaran ini sangat berhasil karena
tercapainya realisasi bantuan 98,58% dari target 212 unit dan tercapainya
penurunan kehilangan hasil produksi sebesar 0,02% sesuai indikator kinerja
yang tercantum pada Perjanjian Kinerja (PK).
Sasaran penurunan susut hasil tanaman pangan pada Indikator kinerja
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada tahun 2015 berada dibawah
sasaran susut hasil pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
2015 – 2019. Hal ini sebabkan alokasi bantuan lebih sedikit dibandingkan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 15
kebutuhan sarana pascapanen untuk mencapai sasaran susut hasil pada
tahun 2015.
Tabel 4. Perbandingan Alokasi Sarana Pascapanen Tanaman Pangan Tahun 2015 dengan Kebutuhan Sarana Pascapanen dalam Renstra
Jenis Sarana
Alokasi
Kebutuhan
Bantuan
(Renstra)
Alokasi
Bantuan
2015
(APBN)
Cornsheller 2.132 132
FBD 35 35
VD jagung 349 29
Corn combine H 15 15
Penurunan susut hasil (%) 0,31 0,02
Rincian target penurunan susut hasil tanaman pangan dan kebutuhan
biaya investasi sesuai Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015
-2019 terdapat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kebutuhan Biaya Investasi Sarana Pascapanen Untuk Mencapai
Target Susut Hasil Tahun 2015
KomoditasTarget
Penurunan (%)
Sasaran
Produksi (Ton)
Prediksi Harga
(Rp)
Pengamanan
Produksi (Ton)
Kebutuhan Biaya
Investasi (Rp)
Padi 0.043 73,400,000 4,200 31,359 522,950,000,000
Jagung 0.31 20,313,731 3,650 62,973 416,203,300,000
Kedelai 0.43 1,500,000 7,000 6,480 45,000,000,000
*) Sumber data sasaran produksi: Direktorat Serealia dan Direktorat AKABI Ditjen Tanaman
Pangan
Berdasarkan realisasi bantuan sarana pascapanen yang telah
disalurkan ke poktan/gapoktan, angka susut hasil kontribusi bantuan sarana
pascapanen jagung tahun 2015 lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2014
karena menurunnya fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung pada tahun
2015. Perbandingan alokasi bantuan sarana pascapanen dan capaian
penurunan susut tahun 2014 dan tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 6.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 16
Tabel 6. Perbandingan Realisasi Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan Tahun 2014 dan Tahun 2015
Target Realisasi % Target Realisasi %
1. Padi 502 449 89.44 0.090
2. Jagung 274 207 75.55 0.125 212 209 98.58 0.020
3. Kedelai 130 101 77.69 0.113
Angka Susut
Hasil (%)Indikator Kinerja
Jumlah bantuan sarana
pascapanen
Angka Susut
Hasil (%)
2014 2015
Keterangan:
Tahun 2014, bantuan yang disalurkan berupa paket sarana dan unit, sedangkan pada tahun
2015, bantuan yang disalurkan berupa unit.
3.4.2. Analisa Capaian Sasaran Strategis Penurunan Susut Hasil Tanaman Pangan
Upaya penurunan susut hasil jagung dalam rangka mengamankan
tercapainya produksi jagung tahun 2015 ditargetkan mampu menurunkan
susut hasil jagung pada saat proses panen dan pascapanen sebesar 0,31%
(Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan, 2015). Untuk mencapai
target tersebut diperlukan dukungan anggaran sebesar Rp.416.736.000.000,-
namun dukungan anggaran APBN untuk fasilitasi sarana pascapanen jagung
tahun 2015 hanya sebesar Rp.52.231.554.000,- atau 12,53% dari kebutuhan
anggaran. Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen,
kontribusi penurunan susut hasil jagung tahun 2015 yang berasal dari bantuan
sarana panen dan pascapanen yang difasilitasi APBN tahun 2015 sebesar
0,02% atau mencapai 6,45% dari target susut hasil tahun 2015 sesuai Renstra.
Hal ini karena fasilitasi bantuan sarana pascapanen jagung tahun 2015
dibawah prediksi kebutuhan sarana pascapanen jagung sebagaimana yang
tercantum pada Renstra. Rincian kontribusi setiap alat terdapat pada Tabel
Lampiran 9.
Berdasarkan data realisasi penyaluran bantuan sarana pascapanen
jagung sampai dengan Bulan Desember 2015 (Tabel 4), kontribusi penurunan
susut hasil jagung yang berasal dari fasilitasi APBN 2015 sebesar 0,02 %
atau mencapai 100% % dari sasaran strategis tahun 2015 sebagaimana yang
tercantum pada PK. Hal ini disebabkan realisasi penyaluran sarana
pascapanen jagung mencapai 98% dari target 212 unit.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 17
Tabel 7. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung Dibandingkan Target Pada PK Tahun 2015
Target Realisasi
(unit) (unit)
Corn Sheller Unit 132 132 100,00
Flat Bed Dryer Unit 35 33 94,29
Vertical Dryer Unit 29 29 100,00
Corn Combine
HarvesterUnit 15 14 93,33
Power Thresher
Multiguna (PTM)Unit 1 1 100,00
212 209 98,58
Uraian Satuan % Capaian
Jumlah
Capaian penurunan susut hasil tanaman pangan 0,02% atau berada
sasaran pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 yang
telah ditentukan yaitu sebesar 0,31%. Hal ini disebabkan alokasi sarana
pascapanen jagung yang bersumber dari APBN lebih sedikit dibandingkan
kebutuhan sarana pascapanen jagung pada tahun 2015.
Berdasarkan data realisasi bantuan sarana pascapanen tanaman
pangan tahun 2015 diketahui bahwa realisasi sarana Flat Bed Dryer dan Corn
Combine Harvester mencapai 93 - 94% dibandingkan kebutuhan sarana
pascapanen, sedangkan realisasi corn sheller dan vertical dryer jagung hanya
6 – 8%.
Tabel 8. Rincian Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung dibandingkan Target pada Renstra Tahun 2015
Target Realisasi
(unit) (unit)
Corn Sheller Unit 2,132 132 6.19
Flat Bed Dryer Unit 35 33 94.29
Vertical Dryer Unit 349 29 8.31
Corn Combine
HarvesterUnit 15 14 93.33
Uraian Satuan % Capaian
Angka susut hasil jagung tahun 2015 mencapai 0,02% atau lebih
rendah dibandingkan dengan capaian penurunan susut hasil pada tahun 2014
sebesar 0,125 %. Hal ini disebabkan adanya penurunan realisasi bantuan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 18
Corn Sheller, Power Thresher Multiguna (PTM), Corn Combine Harvester dan
Vertical Dryer.
Tabel 9. Perbandingan Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung
Tahun 2014 dan 2015.
Realisasi 2014 Realisasi 2015
(unit) (unit)
Corn Sheller unit 250 132 53
Flat Bed Dryer unit 7 33 471
PTM unit 158 1 1
Vertical Dryer unit - 29 -
Corn Combine Harvester unit - 14 -
Uraian Satuan % Capaian
Kontribusi Penyelamatan (%) 0.125 0.020 16.00
Penurunan susut hasil sebesar 0,02% diperkirakan dapat
mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 3.967 ton atau
senilai Rp.10,71 Milyar (asumsi harga jagung pipilan kering Rp. 2.700/kg).
Tabel 10. Capaian Penurunan Susut Hasil Jagung dari Fasilitasi Bantuan
Sarana Pascapanen Jagung Tahun 2015.
Target % Capaian 2015
2015 Terhadap Target
Produksi Jagung (Ton PK) 20.313.731 19.833.289 97,63
Penurunan Susut Hasil (%) 0,31 0,020 6,45
Pengamanan Produksi (Ton PK) 62.973 3.967 6,30
Uraian Realisasi *)
*) Aram II BPS
3.3.1.4. Capaian Kinerja Lainnya
A. Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP)
Pada tahun 2015, bantuan sarana pascapanen tanaman pangan
APBN-P terdapat pada DIPA PSP dengan jumlah pagu anggaran
Rp.927.836.427.000,-yang terdiri dari anggaran fasilitasi bantuan sarana
pascapanen tanaman pangan Rp.915.168.402.000,- dan anggaran pembinan
sebesar Rp. 12.668.025.000,- yang dialokasikan di TP Provinsi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 19
Jenis bantuan sarana pascapanen tanaman pangan APBN-P Tahun 2015
telah dianggarkan dalam DIPA Tugas Pembantuan Provinsi pada masing-
masing Satker Dinas Pertanian Provinsi sebagai berikut :
a. Combine Harvester Kecil senilai Rp. 130.000.000,- (seratus tiga puluh juta
rupiah) sebanyak 2.790 unit dialokasikan di 32 Provinsi 350 Kabupaten;
b. Vertical Dryer Padi senilai Rp. 935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh lima
juta rupiah) sebanyak 170 unit dengan rincian: paket sarana dryer senilai
Rp. 685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan
bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp. 250.000.000,- (dua ratus lima
puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang
dialokasikan di 22 Provinsi 112 Kabupaten;
c. Corn Sheller senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) sebanyak
2.000 unit dialokasikan di 31 Provinsi 264 Kabupaten;
d. Vertical Dryer Jagung senilai Rp.935.000.000,- (sembilan ratus tiga puluh
lima juta rupiah) sebanyak 220 unit dengan rincian : paket sarana dryer
senilai Rp.685.000.000,- (enam ratus delapan puluh lima juta rupiah) dan
bangunan/rehab bangunan dryer senilai Rp.250.000.000,- (dua ratus lima
puluh juta rupiah) termasuk biaya perencanaan dan pengawasan yang
dialokasikan di 21 Provinsi 109 Kabupaten;
e. Power Thresher Multiguna senilai Rp.30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah)
sebanyak 1.500 unit dialokasikan di 30 Provinsi 253 Kabupaten;
f. Sarana pengering/dryer, sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan
bangunan/rehabilitasi bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang
tersedia. Bangunan/rehabilitasi bangunan untuk sarana pengeringan/
Vertical Dryer ukuran p x l x t lebih kurang 12 x 8 x 9.5 meter atau
disesuaikan dengan dimensi sarana pengering serta kelengkapannya.
Berdasarkan prediksi realisasi bantuan sarana pascapanen diketahui
bahwa dari alokasi 7.495 unit bantuan, akan terealisasi 7.304 atau mencapai
97,45%. Bantuan yang tidak dapat terealisasi yaitu 1 unit Vertical Dryer Padi di
Sumatera Selatan, 42 unit PTM di Kaltara dan 148 unit PTM di Sulawesi
Selatan. Rincian jenis alat dan realisasi dapat dilihat pada Tabel 11.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 20
Tabel 11. Realisasi Bantuan Sarana Pascapanen Tanaman Pangan APBN-P (DIPA PSP)
Bantuan yang telah tersalur ini turut memiliki kontribusi dalam penurunan
susut hasil tanaman pangan pada tahun 2015 dan diperhitungkan dalam
perhitungan capaian target susut hasil tanamanan pangan sebagaimana yang
tercantum pada Renstra Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 2015 –
2019. Kontribusi penurunan susut hasil padi dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Padi APBN-P Tahun 2015
Target % Capaian 2015
2015 Terhadap Target
Produksi Padi (Ton GKG) 73,400,000 74,991,788 102.17
Penurunan Susut Hasil (%) 0.043 0.054 124.88
Pengamanan Produksi (Ton GKG 31,562 40,271 127.59
Uraian Realisasi *)
*) Aram II BPS
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 21
Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 12, diketahui bahwa bantuan
sarana pascapanen padi APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut
hasil padi sebesar 0,054% atau mencapai 124,88% dari Target Susut 0,043%.
Penurunan susut hasil sebesar 0,054% diperkirakan dapat mengamankan
produksi padi pada tahun 2015 sebesar 40.271 ton atau senilai Rp.212,866
Milyar (asumsi harga gabah kering giling di tingkat penggilingan Rp. 5.300/kg).
Tabel 13. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Jagung APBN-P Tahun
2015
Target % Capaian 2015
2015 Terhadap Target
Produksi Jagung (Ton PK) 20,313,731 19,833,289 97.63
Penurunan Susut Hasil (%) 0.31 0.308 99.35
Pengamanan Produksi (Ton PK) 62,973 61,087 97.00
Uraian Realisasi *)
*) Aram II BPS
Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 13, diketahui bahwa bantuan
sarana pascapanen jagung APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut
hasil jagung sebesar 0,308% atau mencapai 99,35% dari target susut hasil
jagung 0,31%. Penurunan susut hasil sebesar 0,308% diperkirakan dapat
mengamankan produksi jagung pada tahun 2015 sebesar 61.087 ton atau
senilai Rp.833,3 Milyar (asumsi harga jagung pipil kering di tingkat petani
Rp. 2.700/kg).
Tabel 14. Kontribusi Bantuan Sarana Pascapanen Kedelai APBN-P Tahun
2015
Target % Capaian 2015
2015 Terhadap Target
Produksi Kedelai (Ton BK) 1,500,000 982,967 65.53
Penurunan Susut Hasil (%) 0.430 0.723 168.14
Pengamanan Produksi (Ton BK) 6,450 7,107 110.18
Uraian Realisasi *)
*) Aram II BPS
Berdasarkan data kontribusi pada Tabel 14, diketahui bahwa bantuan
sarana pascapanen kedelai APBN-P Tahun 2015 diprediksi menurunkan susut
hasil kedelai sebesar 0,81% atau mencapai 168,14% dari target susut hasil
kedelai 0,43%. Penurunan susut hasil kedelai sebesar 0,723% diperkirakan
dapat mengamankan produksi kedelai pada tahun 2015 sebesar 7.107 ton
atau senilai Rp.54,72 Milyar (asumsi harga kedelai di tingkat petani
Rp. 7.700/kg).
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 22
B. Kegiatan Pendukung Penanganan Pascapanen Tanaman Pangan
Selain pencapaian kinerja penurunan angka susut hasil sebagaimana yang
telah diuraikan sebelumnya terdapat kegiatan pendukung penanganan
pascapanen lainnya melalui bahan informasi, pembinaan, sosialisasi, dan
bimbingan teknis yang difokuskan pada perubahan sikap dan prilaku petani
pada saat melakukan proses panen dan pascapanen.
Kegiatan pendampingan untuk mendukung penanganan pascapanen padi,
jagung, kedelai dan aneka umbi dilakukan dalam bentuk penyebaran bahan
informasi, pembinaan, bimbingan teknis, gerakan penanganan pascapanen
padi, jagung dan kedelai, sosialisasi Good Handling Practices (GHP) Ubikayu
serta pengukuran susut hasil pascapanen jagung, kedelai dan ubikayu.
Capaian realisasi kegiatan subdit padi, jagung, kedelai dan aneka umbi secara
fisik mencapai 100%, namun realisasi keuangan tidak mencapai 100%.
Disamping kegiatan pendampingan, diperlukan data pendukung seperti
pemutakhiran database sarana pascapanen tanaman pangan sangat penting
untuk dilakukan untuk mengetahui peta penyebaran sarana di petani/kelompok
tani. Kegiatan pemutakhiran database dilakukan baik di tingkat pusat dan
daerah melalui dana dekonsentrasi. Hal ini penting untuk penentuan kelompok
tani penerima dalam pengalokasian sarana pascapanen di masa datang dalam
rangka peningkatan produksi di suatu wilayah. Dukungan kegiatan
penanganan pascapanen melalui dana APBD tahun 2015 sangat membantu
pencapaian angka penurunan susut di lapangan. Namun belum diperoleh
laporan evaluasi dari daerah mengenai dukungan ini.
3.4. Akuntabilitas Keuangan
Kinerja serapan anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun
2015 secara keseluruhan dapat dikategorikan kurang berhasil (< 60%),
dengan total realisasi serapan mencapai Rp.44.888.631.747,- atau 57,18%
dari Pagu anggaran Rp.78.498.554.000,-. Bila dirinci menurut Satker pengelola
sebagai berikut :
1) Serapan anggaran Satker Pusat hingga 4 Desember 2015 sebesar
Rp.6.744.056.898,- (56,44% dari pagu Rp.11.948.500.000,-),
2) Dinas Provinsi (Dekon) sebesar Rp.5.529.753.192,- (64,37% dari pagu
Rp.8.590.500.000,-),
3) Dinas Provinsi (Tugas Pembantuan) sebesar Rp.32.614.821.657,- (56,27%
dari pagu Rp.57.959.554.000,-).
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dan analisis serta evaluasi akuntabilitas
kinerja keuangan, bahwa output kegiatan telah terlaksana dengan kategori
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 23
kurang berhasil dan capaian sasaran belum sesuai rencana. Apabila
dibandingkan alokasi anggaran Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
tahun 2014 sebesar Rp. 161.100.496.000, anggaran Direktorat Pascapanen
Tanaman Pangan tahun 2015 yaitu sebesar Rp.78.498.554.000,- atau
mengalami penurunan jumlah anggaran sebesar Rp.82.601.942.000,-
(51,27%).
Tabel 15. Realisasi Serapan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
Menurut Satuan Kerja Tahun 2015 s/d 4 Desember 2015
(Rp) (Rp) %
I.DIPA TANAMAN
PANGAN
1 Pusat
- Ditjen TP Pusat 11,948,500,000 6,744,056,898 56.44
2 Dekonsentrasi
- Dinas Prop 8,590,500,000 5,529,753,192 64.37
3 Tugas Pembantuan
- Dinas Prop 57,959,554,000 32,081,234,657 55.35
78,498,554,000 44,355,044,747 56.50 Jumlah
RealisasiNo Satuan Kerja
Pagu
3.5. Hambatan dan Kendala
Beberapa hambatan dan kendala dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, meliputi aspek administrasi, teknis,
SDM, kelembagaan, dan pembiayaan, antara lain:
1) Aspek Administrasi
a. Penetapan CPCL
1. Proses Revisi CP/CL ( utamanya penerima dryer)
2. Penetapan CP/CL tidak sesuai Pedoman Teknis ( Penetapan PPK
dan Pengesahan KPA)
b. Jenis dan Produsen Sarana Pascapanen
1. Sebagian Sarana Pascpanen masih import, butuh waktu (Corn
combine harvester & combine harvester kecil)
2. Produsen sarana pascapanen sebagian produsen kecil/menengah,
sehingga pembelian melalui pesanan/perlu dirakit dulu
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 24
c. Pengadaan Sarana Pascapanen
1. Menunggu antrian di ULP karena prioritas kegiatan APBD &
terbatasnya SDM di Pokja Daerah
2. Masih Proses kontrak dengan penyedia barang (utamanya
bangunan & dryer padi/jagung)
3. Proses lelang bangunan menunggu proses hibah/hak guna pakai
lahan dari pemilik lahan ke poktan/gapoktan (Dinamis)
4. Tidak semua perusahan memproses uang muka/DP (+ 30%)
karena proses pencairan lebih lama minimal 2x pekerjaan dalam
penyiapan dokumen. Produsen lebih memilih percepatan distribusi
barang secara langsung
5. Kurang koordinasi di Dinas Pertanian Provinsi (satker APBN-P di
Bidang PSP dengan Bidang Tanaman Pangan/ Pelaksana
Kegiatan)
d. Distribusi dan Pencairan SP2D
1. Proses pencairan uang muka dari BASTB menjadi SP2D
memerlukan waktu cukup lama (> 3 minggu), karena administrasi
secara on line dari satker daerah ke KPPN ternyata tidak mudah.
2. Belum tersosialisasinya penggunaan aplikasi e-faktur pajak dalam
proses pembayaran (diberlakukannya Peraturan Dirjen Pajak
No.Per-16/PJ/2014 tgl 20 Juni 2014 tentang Tata Cara Pembuatan
dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronik yang
diberlakukan mulai 1 Juli 2015 untuk wilayah Jawa-Bali-Madura)
2) Aspek Teknis
a) Sosialisasi kepada kelompok penerima bantuan belum optimal
dirasakan masih kurang, sehingga kelompok penerima bantuan belum
memahami bantuan sarana pascapanen karena minimnya dana
sosialisasi dan kurangnya koordinasi Kabupaten dengan provinsi
disebabkan jarak yang terlalu jauh.
b) Calon penerima bantuan belum memenuhi syarat sesuai ketentuan
pada pedoman teknis dan adanya intervensi dari banyak pihak yang
menyebabkan CPCL sering berubah-ubah.
c) Tim teknis memerlukan waktu melakukan survey ke produsen yang
memiliki spesifikasi sesuai dengan Pedoman Teknis dan memiliki test
report.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 25
d) Masih terbatasnya ketersediaan bengkel alsin dan suku cadang di
lokasi penerima bantuan sehingga petani kesulitan saat alsin
mengalami kerusakan.
e) Kapasitas bantuan belum disesuaikan dengan ketersediaan bahan
baku di lokasi bantuan dan kemampuan poktan/gapoktan.
f) Pemberian bantuan belum disertai bimbingan teknis dari petugas
lapang
g) Petugas pengelola data tingkat Kabupaten belum tertib mengirim data
ke provinsi sehingga petugas mengalami kesulitan dan keterlambatan
dalam merekap data.
3) Aspek SDM, Kelembagaan, dan Pembiayaan
a) Terbatasnya SDM dan pengetahuan SDM yang menangani seleksi
CPCL.
b) Gapoktan/Poktan penerima bantuan sarana pascapanen belum
memahami dalam penyusunan RUKK, sehingga diperlukan
pendampingan dari petugas Kabupaten
c) Masih ada Kabupaten/Kota yang terlambat dalam melakukan CPCL
disebabkan tidak adanya dana pendampingan dari APBD
d) Sering terjadi mutasi/alih tugas pegawai yang menangani program
pascapanen di daerah yang berpengaruh pada kinerja satker.
e) Dinas Provinsi kurang aktif memantau pelaksanaan kegiatan
pengadaan sarana di ULP dan pencairan anggaran di bendahara
f) Kurangnya koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dengan
pelaksana kegiatan karena dana kegiatan berada pada satker bidang
Tanaman Pangan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pascapanen
ditangani pada bidang Binus/P2HP.
g) Masih minimnya dukungan APBD, baik dari Pemerintah Daerah
Provinsi maupun Kabupaten terhadap upaya penanganan pascapanen
tanaman pangan, sehingga masih tergantung dari dukungan dan
bantuan dari Pemerintah Pusat.
h) Lemahnya manajemen administrasi poktan/ gapoktan, sehingga
pengelolaan sarana tersebut melalui sistem penyewaan sarana
pascapanen belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.
i) Ketersediaan tenaga teknisi dan operator yang cukup profesional
dalam mengoperasikan sarana pascapanen belum mencukupi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 26
j) Minimnya pengetahuan petugas bengkel dalam memperbaiki sarana
pascapanen yang rusak.
k) Poktan penerima bantuan belum memahami cara penggunaan sarana
yang diterimanya sehingga menyebabkan losses saat proses
penanganan pascapanen.
3.6. Upaya dan Tindaklanjut
1. Berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Provinsi (melalui surat, telepon,
SMS/ WA, Email, Kunjungan lapang ke Provinsi/Kabupaten) dalam rangka
percepatan pelaksanaan kegiatan dan segera menindaklanjuti kendala
pelaksanaan kegiatan di lapangan.
2. Dinas perlu melakukan pendataan kebutuhan dan ketersediaan alsin serta
mempunyai basisdata informasi jenis sarana pascapanen yang sesuai
dengan kondisi di wilayahnya masing-masing.
3. Dalam pengadaan bantuan sarana pascapanen di tahun yang akan datang
harus disertai dengan biaya pengadaan/lelang yang dialokasikan pada
Dana Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota.
4. Dinas Pertanian Provinsi berkoordinasi dengan Kabupaten/kota dan
menyarankan agar Pedoman Teknis lebih dipahami oleh petugas yang
identifikasi CPCL.
5. Dinas Pertanian Provinsi harus segera mempersiapkan kelengkapan
administrasi dan teknis kegiatan pengadaan sarana pascapanen, serta
harus aktif berkoordinasi dengan pihak ULP, untuk memastikan
terselenggara tepat waktu.
6. Kepala Dinas Pertanian Provinsi harus memastikan, mengawal dan
menjembatani koordinasi antara pemegang anggaran (satker) dan
pelaksana kegiatan.
7. Pengajuan kelengkapan lelang ke ULP diharapkan dilakukan di awal tahun
anggaran, sehingga jika terjadi gagal lelang atau permasalahan dalam
pelelangan, sehingga masih tersedia waktu yang cukup untuk proses
lelang ulang.
8. Aparat Dinas Pertanian Provinsi pelaksana kegiatan bantuan sarana
pascapanen harus memahami dengan baik semua petunjuk yang terdapat
dalam buku pedoman teknis penanganan pascapanen tanaman pangan
Tahun 2015.
9. Alat/sarana pascapanen yang akan dibeli harus memiliki SNI atau minimal
test report yang dikeluarkan oleh lembaga uji yang tersebar di 15 provinsi.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 27
10. Perlu dukungan APBD Prov/Kab/Kota dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan pusat dan menunjang upaya perbaikan dan peningkatan
penanganan pascapanen tanaman pangan.
11. Melakukan teguran secara tertulis kepada pelaksana di daerah yang tidak
memenuhi Pedoman Teknis Pascapanen.
12. Pelatihan pengoperasian perawatan dan perbaikan sarana perlu difasilitasi
oleh produsen/pabrikan tempat pembelian sarana tersebut dan dilakukan
saat droping sarana, saat panen dan pascapanen atau mengirimkan
teknisi dan operator ke produsen/pabrikan untuk mengikuti pelatihan dan
adanya jaminan purna jual untuk pembelian alsin tersebut.
13. Mengintensifkan koordinasi baik melalui telpon, sms dan e-mail ke tingkat
kabupaten/provinsi dalam percepatan pengiriman laporan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 28
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengukuran capaian kinerja kegiatan Direktorat
Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015, sebagian besar kegiatan berhasil
dilaksanakan sesuai penetapan kinerja dan indikator kinerja. Terlaksananya
seluruh kegiatan di Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan sangat
mendukung pelaksanaan kegiatan teknis lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan. Kegiatan yang belum mencapai target akan dijadikan bahan evaluasi
untuk perbaikan kebijakan Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan ke depan.
Pencapaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan tahun 2015
terkendala oleh lambatnya serapan anggaran, kurang tersusunnya rencana
pelaksanaan kegiatan Pusat, belum tersosialisasinya peraturan baru di KPPN,
terlambat disosialisasikan dana Tugas Pembantuan untuk Kabupaten yang
dialokasikan di Provinsi dan lambatnya proses pengerjaan bangunan dryer.
Hal ini menyebabkan capaian kinerja Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan
secara keseluruhan menjadi tidak optimal.
4.2.Saran
Dalam rangka memantapkan penerapan sistem akuntabilitas kinerja
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan pada masa mendatang, perlu
dilakukan peningkatan kualitas SDM pelaksana kegiatan baik di pusat maupun
di daerah, sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan baik.
Analisis efisiensi dan efektivitas terhadap pemanfaatan anggaran masih
sulit diukur karena tidak adanya tolak ukur yang pasti tentang batasan efektif
atau efisiensinya sebuah kegiatan. Untuk itu, ke depan perlu dilakukan
perumusan efektivitas dan efisiensi kegiatan.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2015
Direktorat Pascapanen Tanaman Pangan 29
Recommended