View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggara Sekolah (RKAS)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Amanat Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), mendorong satuan pendidikan untuk memenuhi 8 (delapan) SNP dalam kurun waktu yang ditentukan. Ketentuan Peraturan Peralihan pasal 94 butir b, menyatakan bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tersebut paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak diterbitkannya. Selain itu UU Sisdiknas dan PP tersebut memberikan pula dorongan kepada satuan pendidikan untuk dapat melaksanakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), baik dalam pembelajaran maupun manajemen sekolah.
Merespon amanat tersebut, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (Dit. PSMA) sejak tahun 2007 telah melakukan rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasioanal (SKM/SSN) di 441 SMA tersebar di 33 provinsi 220 kab/kota dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) di 100 SMA, tersebar di 33 provinsi 90 kab/kota. Pada tahun 2008 jumlah SMA rintisan SKM/SSN bertambah menjadi 2.625 SMA untuk rintisan SKM/SSN, sedangkan untuk SMA rintisan PBKL, jumlahnya tetap. Pada tahun 2008 Dit. PSMA juga merintis Pusat Sumber Belajar (PSB) dengan fokus program adalah sebagai media informasi dan pengembangan bahan ajar/bahan uji di 33 SMA, walaupun secara faktual PSB sudah dimulai sejak tahun 2005 dengan diadakannya kegiatan pelatihan penyusunan pengembangan bahan ajar/bahan uji. Jumlah rintisan SKM/SSN pada tahun 2009 bertambah lagi menjadi 3.252 SMA. Selain program rintisan SKM, PBKL dan PSB, Dit.PSMA juga secara intensif dan berkelanjutan melaksanakan Bintek KTSP dimulai tingkat nasional, provinsi, maupun tingkat kabupaten/kota/sekolah.
Dalam melaksanakan berbagai kegiatan rintisan tersebut, Dit.PSMA membuka peluang bagi sekolah-sekolah yang memiliki potensi dan sumber daya dapat melaksanakan beberapa program rintisan secara sekaligus, dengan tetap memprioritaskan pemenuhan SNP. Dengan demikian sekolah dapat membuat perencanaan program yang memuat program pemenuhan SNP, ataupun program-program lainnya dalam bentuk perencanaan program kerja sekolah sesuai dengan kondisi dan kesanggupan sekolah masing-masing.
Perencanaan program sekolah merupakan hasil analisis dan tindak lanjut dari kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal sesuai dengan tuntutan SNP, dan program-program sekolah lainnya yang diharapkan. Rencana kerja sekolah yang disusun bersama-sama oleh warga sekolah dan stakeholder sekolah bersifat unik, dan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lainnya, baik dalam melaksanakan program pelayanan terhadap warganya, maupun pihak lain yang berkepentingan.
Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 51 ayat 1 menyatakan, bahwa satuan pendidikan harus membuat kebijakan tentang perencanaan program dan pelaksanaannya secara transparan dan akuntabel. Kebijakan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) oleh satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah dituangkan dalam:
a. rencana kerja tahunan satuan pendidikan;
b. anggaran pendapatan dan belanja tahunan satuan pendidikan; dan
c. peraturan satuan atau program pendidikan
Sementara itu Permendiknas nomor 19 Tahun 2007 menyatakan, bahwa sekolah harus membuat Rencana Kerja Sekolah yang terdiri atas Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang disusun dan dilaksanakan berdasarkan Rencana Kerja Jangka Menengah. Untuk selanjutnya glosarium nomor 10 pada Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).
Meskipun peraturan ini telah digulirkan pada tahun 2007, tetapi sampai saat ini masih banyak sekolah yang tetap menggunakan istilah RAPBS dari pada RKAS. Untuk itulah perlu adanya penjelasan dan sosialisasi lebih lanjut tentang penggunaan istilah RKAS tersebut agar sekolah dapat memahaminya. Untuk kepentingan tersebut dan untuk memberikan kemudahan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, maka Dit. Pembinaan Sekolah Menengah Atas menyusun Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menjalankan program-programnya.
B.Landasan Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2005 tentang Pendanaan Pendidikan
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
6. Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
7. Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
8. Permendiknas No. 24 Tahun 2006 dan No. 6 Tahun 2007 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
9. Permendiknas No.25 Tahun 2006 tentang Rincian Tugas Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Mandikdasmen.
10. Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah
11. Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
12. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan
13. Permendiknas No. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan
14. Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan
15. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses
16. Permendiknas No. 39 Tahun 2009 tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dan Pengawas Satuan Pendidikan, dan penjabarannya dalam Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas yang diterbitkan oleh Ditjen PMPTK, Agustus 2009
17. Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan
C. Landasan Operasional
1. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 94 butir b menyatakan, bahwa satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan mengenai 8 (delapan) SNP paling lambat 7 (tujuh) tahun setelah berlakunya PP tersebut.
2. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007, Lampiran Bagian B butir 1 a menyatakan, bahwa dalam pelaksanaan rencana kerja, sekolah/madrasah membuat dan memiliki pedoman yang mengatur berbagai aspek pengelolaan secara tertulis yang mudah dibaca oleh pihak-pihak yang terkait.
3. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 pasal 1 menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran.
4. Permendiknas No. 22 tahun 2006 pada Pendahuluan Lampiran menyatakan, bahwa peningkatan efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis sekolah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan.
5. Permendiknas No.13 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 2.1 menyatakan kompetensi kepala sekolah menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
6. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian A:
a. butir 1: Perencanaan Program meliputi Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah/Madrasah, serta Rencana Kerja Sekolah
b. butir 4 d: Sekolah/Madrasah membuat:
1) rencana kerja jangka menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun, berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2) rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
7. Permendiknas No.19 Tahun 2007 pada Lampiran bagian B butir 8 b menyatakan, bahwa Pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional Sekolah/ Madrasah mengatur:
a) sumber pemasukan, pengeluaran dan jumlah dana yang dikelola;
b) penyusunan dan pencairan anggaran, serta penggalangan dana di luar dana investasi dan operasional;
c) kewenangan dan tanggungjawab kepala sekolah/madrasah dalam membelanjakan anggaran pendidikan sesuai dengan peruntukannya;
d) pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya.
D. Landasan Empiris
1. Masih ada sekolah yang menganggap bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sebagai barang baru yang esensinya berbeda dengan Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah (RAPBS), sehingga perlu adanya sosialisasi tentang RKAS yang merupakan istilah lain dari RAPBS.
2. Masih ada sekolah yang mengalami kesulitan dalam menyusun Rencana Kerja Sekolah (RKS), baik Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) maupun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) sesuai dengan tuntutan dalam memenuhi SNP dan program-program lainnya
3. Strategi sekolah dalam pencapaian SNP bervariasi, tergantung pada kemampuan sekolah menganalisis kebutuhan sekolah berdasarkan kondisi riil, serta kesiapan dan kemampuan sekolah dalam mengelola dan mengoptimalkan seluruh sumber daya di sekolah.
4. Belum adanya panduan atau petunjuk teknis yang lebih operasional yang dapat dijadikan acuan oleh sekolah dalam penyusunan RKAS.
E. Tujuan
Panduan Penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) ini disusun dengan tujuan:
1.Menyamakan pemahaman tentang konsep dan substansi RKAS
2.Memberikan rambu-rambu kepada sekolah dalam menyusun dan mengembangkan RKAS, sesuai dengan kondisi riil sekolah dengan dan mengacu pada tuntutan SNP
F. Hasil yang Diharapkan
1. Setiap sekolah memiliki pemahaman yang sama tentang konsep dan substansi RKAS
2. Adanya acuan bagi sekolah dalam menyusun RKAS, sehingga sekolah dapat menyusun substansi RKAS sesuai dengan kondisi riil sekolah
G. Sasaran
Panduan ini dapat digunakan oleh seluruh SMA dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) untuk memenuhi SNP.
BAB II
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH
A. Pengertian
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan menyatakan bahwa Rencana Kerja Sekolah/Madrasah (RKS) meliputi:
1. Rencana Kerja Jangka Menengah yang menggambarkan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu empat tahun berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan;
2. Rencana kerja tahunan yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M), dilaksanakan berdasarkan rencana jangka menengah.
Selanjutnya Glosarium butir 10 Permendiknas tersebut menyatakan, bahwa: “RKT adalah rencana kerja tahunan sekolah/madrasah yang berdasar pada rencana kerja jangka menengah (empat tahunan) yang dinyatakan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah/Madrasah (RKA-S/M) sebagai istilah lain dari Rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja Sekolah/Madrasah (RAPB-S/M).
Dalam hal ini juga Muhaimin, et al (2009:185) mengungkapkan bahwa: “Rencana program dikembangkan dengan tujuan untuk memperjelas bagaimana suatu visi dapat dicapai. Rencana program pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi utama organisasi. Rencana program merupakan proses penentuan jumlah dan jenis sumber daya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan suatu rencana”.
B. Komponen Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
PP Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) pada dasarnya harus mencakup substansi yang telah ditetapkan, sesuai dengan tuntutan SNP. Sementara itu, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 secara rinci mengatakan bahwa RKAS harus memuat secara jelas tentang;
1. kesiswaan
2. kurikulum dan kegiatan pembelajaran
3. pendidik dan tenaga kependidikan serta pengembangannya
4. sarana dan prasarana
5. keuangan dan pembiayaan
6. budaya dan lingkungan sekolah
7. peranserta masyarakat dan kemitraan
8. rencana-rencana kerja lain yang mengarah kepada peningkatan dan pengembangan mutu.
Kedua peraturan tersebut pada dasarnya tidak bertentangan, tetapi saling melengkapi dan menguatkan. Komponen pada Permendiknas No. 19 Tahun 2007 terakumulasi pada 8 (delapan) SNP yang dimaksud oleh PP No. 19 Tahun 2005. Dengan demikian komponen kegiatan pada RKAS mengacu kepada delapan standar nasional pendidikan.
C. Prinsip Penyusunan/Pengembangan RKAS
RKAS disusun berdasarkan hasil analisis kesenjangan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal yang diharapkan dengan memperhatikan skala prioritas. Menurut Muhaimin (2009; 196) RKAS disusun dengan tujuan sebagai berikut:
1. menjamin agar perubahan/tujuan sekolah yang ditetapkan dapat dicapai dengan tingkatan kepastian yang tinggi dan resiko yang kecil;
2. mendukung koordinasi antar pelaku sekolah;
3. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar pelaku sekolah dan/atau antara sekolah dan Dinas Pendidikan;
4. menjamin keterkaitan antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan;
5. mengoptimalkan partisipasi warga sekolah dan masyarakat;
6. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Oleh sebab itu, dalam penyusunan RKAS juga harus menerapkan prinsip-prinsip berikut:
1. demand driven (berdasarkan kebutuhan)
2. data driven, realistik sesuai dengan hasil analisis konteks
3. dapat memperbaiki prestasi belajar peserta didik
4. membawa perubahan yang lebih baik (peningkatan/ pengembangan)
5. sistematis, terarah, terpadu (saling terkait & sepadan), dan menyeluruh
6. tanggap terhadap perubahan
7. bersifat partisipasif, keterwakilan, dan transparansi,
8. berdasarkan pada hasil review dan evaluasi.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada lampiran bagian A butir 4.d menyatakan bahwa Rencana Kerja Tahunan dijadikan dasar pengelolaan sekolah/madrasah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
D. Keterkaitan antar-Komponen 8 SNP dalam Penyusunan RKAS
Satuan pendidikan merupakan bagian dari masyarakat dan lingkungan. Oleh sebab itu analisis konteks terhadap satuan pendidikan dan lingkungannya merupakan suatu hal yang harus dilaksanakan sebelum menyusun RKAS. Program dan kegiatan sekolah yang dituangkan dalam RKAS, pelaksanaan, dan pengawasannya akan dapat menentukan keberhasilan sekolah tersebut baik dalam peningkatan mutu pendidikan maupun dalam kedudukannya di masyarakat/lingkungan tempat sekolah itu berada. Selain itu semua program dan kegiatan yang dicanangkan oleh sekolah merupakan jembatan yang akan dijalani sekolah dalam menyongsong masa depan yang diinginkan. Dalam hal ini Smith (2001; 18) berpendapat bahwa analisis lingkungan merupakan hal yang sangat penting dalam penentuan program sekolah, karena:
· Schools are a subset of society and as such are reflective and dependent upon it
· An examination of past trends allows us to understand the present and anticipate the future
· Schools have been called upon by society to solve many of its problems. A thorough understanding of such problems provides an opportunity for taking appropriate action with regard to program and personnel development
· Schools and the school staff are part of this culture. An understanding of the culture helps us understand and meet staff needs
Dari pernyataan di atas jelas terlihat bahwa sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari lingkungannya, dan dapat memberikan warna kepada lingkungannya, serta adanya ketergantungan sekolah terhadap lingkungannya. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sekolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan dan dapat mewarnainya serta memiliki ketergantungan. Selain itu evaluasi terhadap apa yang sudah dikerjakan dapat memberikan masukan dan bahan bagi masa depannya, sehingga sekolah dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam membawa mereka ke arah peningkatan dan kemajuan. Adapun hasil evaluasi terhadap pelaksanaa 8 SNP dapat memberikan masukan untuk peningkatan dan kemajuan sekolah yang akan datang
Keterkaitan antar komponen yang menjadi dasar dalam penyusunan RKAS terlihat pada pada bagan 1 berikut;
Bagan 1 Keterkaitan antar komponen dalam penyusunan RKAS
(dimodifikasi dari Model Smith)
Penjelasan Bagan 1
Keseluruhan proses kegiatan yang terjadi di sekolah mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan harus mengacu kepada berbagai ketentuan yang diatur dalam PP No.17 Tahun 2010 tentang Standar Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan.
a. Perencanaan
Proses perencanaan dimulai dengan melakukan analisis konteks dan menelaah hasilnya, dilanjutkan dengan merumuskan/menyusun visi, misi, tujuan, sasaran dan hasil yang diharapkan, serta strategi pelaksanaan.
1) Melakukan analisis konteks meliputi:
(a) Analisis konteks 8 SNP
(b) Analisis kondisi satuan pendidikan
(c) Analisis Kondisi lingkungan eksternal satuan pendidikan
(Untuk melakukan analisis konteks sangat dianjurkan membaca Petunjuk Teknis Analisis Konteks yang telah dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan SMA).
2) Menelaah hasil analisi konteks untuk mendapatkan kesenjangan yang dihadapi sekolah
Hasil analisis konteks dimaksud, pada dasarnya merupakan acuan utama bagi sekolah dalam penyusunan program kerja sekolah, sebagai contoh: hasil pemetaan standar Isi, SKL, dan Standar Penilaian merupakan bahan dasar dalam penyusunan KTSP yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Analisis terhadap pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan akan sangat diperlukan dalam menunjang keberlangsungan proses pembelajaran. Untuk dapat melaksanakan pemetaan dan analisis standar – standar ini dapat dibaca di Seri Petunjuk Teknis penyusunan KTSP.
3) Mendata hasil kesenjangan dan menetapkan skala prioritas penanganan program sekolah.
4) Merumuskan/menyusun Visi
Wibisono (2006) menyatakan bahwa visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan, atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat “genting” bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Pernyataan visi harus selalu berlaku pada semua kemungkinan perubahan yang mungkin terjadi sehingga suatu visi hendaknya mempunyai sifat fleksibel.
Sementara itu Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 1.b menyatakan bahwa visi sekolah/ madrasah;
(a) dijadikan sebagai cita-cita bersama warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang;
(b) mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan kekuatan pada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(c) dirumuskan berdasar masukan dari berbagai warga sekolah/madrasah dan pihak-pihak yang berkepentingan, selaras dengan visi institusi diatasnya serta visi pendidikan nasional;
(d) diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah dengan memperhatikan masukan komite sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(f) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Memperhatikan kedua pernyataan tersebut, maka ada beberapa persyaratan yang hendaknya dipenuhi oleh suatu pernyataan visi, yaitu;
(a) Berorientasi pada masa depan
(b) Tidak dibuat berdasarkan kondisi atau trend saat ini
(c) Mengekspresikan kreativitas
(d) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung penghargaan bagi setiap warga sekolah
(e) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai sekolah meskipun ada perubahan
(f) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta harapan bagi anggota lembaga sekolah
(g) Memberikan klarifikasi bagi manfaat sekolah serta tujuan-tujuannya
(h) Memberikan semangat dan mendorong timbulnya dedikasi setiap warga sekolah
(i) Menggambarkan keunikan/ciri khas sekolah dalam kompetisi serta citranya
(j) Dirumuskan bersama seluruh warga dan dijadikan pedoman atau cita–cita bersama, dan ditetapkan melalui rapat sekolah
5) Merumuskan/menyusun misi sekolah
Setelah visi ditetapkan, maka untuk mencapainya dirumuskan misi yang merupakan pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh sekolah. Dalam operasionalnya seluruh personil yang terlibat berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil kompromi intepretasi visi. Misi juga merupakan serangkaian aktivitas yang akan dilakukan oleh sekolah dalam rangka mewujudkan visi jangka panjangnya. Misi dapat dimaknai juga sebagai sebuah deskripsi alasan bagi eksistensi suatu sekolah yang mencerminkan tujuan fundamentalnya. Misi merupakan prinsip yang mengarahkan dan merangsang proses perumusan tujuan dan strategi.
Welch dalam Nisjar dan Winardi (1997:117) menyatakan bahwa; “Misi merupakan sebuah “... pervasive, although general, expression of the philosophical objectives of the entreprise.” Mission should focus on “long-range economic potentials, attitudes toward customers, product and service quality, employees, and attitudes toward owners”. Untuk selanjutnya Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 2.b menyatakan bahwa misi sekolah/madrasah;
(a) memberikan arah dalam mewujudkan visi sekolah/madrasah sesuai dengan tujuan pendidikan nasional;
(b) merupakan tujuan yang akan dicapai dalam kurun waktu tertentu;
(c) menjadi dasar program pokok sekolah/madrasah;
(d) menekankan pada kualitas layanan peserta didik dan mutu lulusan yang diharapkan oleh sekolah/madrasah;
(e) memuat pernyataan umum dan khusus yang berkaitan dengan program sekolah/madrasah;
(f) memberikan keluwesan dan ruang gerak pengembangan kegiatan satuan-satuan unit sekolah/madrasah yang terlibat;
(g) dirumuskan berdasarkan masukan dari segenap pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(h) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan;
(i) ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan dan tantangan di masyarakat.
Mengingat demikian pentingnya pernyataan misi maka proses perumusannya perlu melibatkan dan memperhatikan masukan-masukan dari berbagai pihak yang terkait khususnya seluruh warga sekolah serta sumber-sumber lain yang secara langsung berpengaruh terhadap kemajuan sekolah. Untuk memberikan tekanan pada faktor komprehensif dari pernyataan misi maka pernyataan tersebut hendaknya mampu memberikan gambaran yang menjawab pertanyaan-pertanyaan diantaranya sebagai berikut:
(a) Apa yang akan dikerjakan oleh sekolah?
(b) Usaha apa yang akan dilaksanakan sekolah dalam meningkatkan mutunya?
(c) Apa yang yang menjadi ciri khas dari sekolah?
(d) Pihak luar mana yang berkepentingan dengan sekolah dan mengapa?
(e) Apa nilai dasar sekolah?
(f) Apa yang berbeda pada sekolah 4 tahun yang lalu dengan sekarang?
(g) Mengapa berbeda?
(h) Cita – cita apa yang diinginkan sekolah 4 tahun yang akan datang?
(i) Apakah jawaban pertanyaan-pertanyaan di atas merefleksikan visi sekolah?
6) Merumuskan/menyusun Tujuan Sekolah
Setelah visi dan misi ditentukan, maka kegiatan selanjutnya adalah menentukan tujuan sekolah yang dijabarkan kedalam masing – masing tujuan kegiatan/program. Tujuan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dari suatu rencana kegiatan. Tujuan ini harus terdefinisikan dengan tepat dan dapat ditentukan atau diukur keberhasilan yang ingin dicapainya pada satuan waktu tertentu, dengan target tertentu, mengacu pada analisis kesenjangan.
Kesenjangan merupakan hasil pengukuran terhadap perbedaan antara kondisi riil sekolah dengan kondisi ideal yang dicita - citakan sekolah sesuai dengan visi atau standar yang berlaku. Analisis kesenjangan dilaksanakan untuk menentukan tindak lanjut yang akan dilakukan dalam penentuan program dan kegiatan yang harus dicanangkan dalam RKAS mengacu kepada visi, misi, dan tujuan sekolah yang telah ditentukan.
Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran bagian A butir 3.b menyatakan bahwa tujuan sekolah/madrasah:
(a) menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah (empat tahunan);
(b) mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan kebutuhan masyarakat;
(c) mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah/madrasah dan Pemerintah;
(d) mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk komite sekolah/madrasah, dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah/madrasah;
(e) disosialisasikan kepada warga sekolah/madrasah dan segenap pihak yang berkepentingan.
7) Merumuskan/menyusun Hasil dan Sasaran Yang Akan Dicapai
Sasaran adalah hasil yang akan dicapai secara nyata oleh sekolah dalam rumusan yang lebih spesifik, terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator sasaran. Indikator sasaran adalah ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan. Setiap indikator sasaran disertai rencana tingkat capaiannya (targetnya) masing-masing. Sasaran diupayakan untuk dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu/tahunan secara berkesinambungan sejalan dengan tujuan yang ditetapkan dalam rencana strategik.
Dalam kaitannya dengan RKAS, penentuan sasaran untuk pencapaian setiap tahun dituangkan dalam RKAS. Sasaran ini bisa berupa dokumen, orang, atau kegiatan sesuai dengan rencana kegiatan yang dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk kegiatan pelatihan yang menjadi sasaran misalnya guru, pegawai tata usaha, atau peserta didik dengan hasil kegiatan berupa keterampilan dan/atau dokumen.
8) Merumuskan/menyusun Strategi Pelaksanaan
Strategi merupakan rencana komprehensip yang disusun untuk mencapai misi, tujuan, dan sasaran yang telah ditentukan. Strategi harus dapat memaksimalkan seluruh peluang dan potensi yang tersedia di dalam dan di luar sekolah yang dapat memacu pengembangan sekolah, dan sekaligus mampu meminimalkan permasalahan yang dapat menghambat peningkatan mutu sekolah tersebut. Richard Vancil dalam Nisjar dan Winardi (1997) mengemukakan bahwa: “... Strategi sebuah organisasi, atau sub-unit sebuah organisasi lebih besar yaitu sebuah konseptualisasi yang dinyatakan atau yang diimplikasi oleh pemimpin organisasi yang bersangkutan, berupa:
(a) sasaran-sasaran jangka panjang atau tujuan-tujuan organisasi tersebut;
(b) kendala-kendala dan kebijakan-kebijakan, yang ditetapkan sendiri oleh pemimpin, atau yang diterima dari atasannya, yang membatasi ruang lingkup aktivitas-aktivitas organisasi yang bersangkutan, dan
(c) kelompok rencana dan tujuan jangka pendek yang telah diterapkan dengan harapan akan diberikannya kontribusi mereka dalam hal mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut”
b. Pelaksanaan
RKAS disusun sebagai pedoman sekolah dalam melaksanakan program dan kegiatan, serta pembiayaan yang telah dianggarkan. Semua warga sekolah harus memiliki komitmen bersama untuk mencapai tujuan dan sasaran dan mematuhi jadwal yang telah ditetapkan. Selain itu, warga sekolah juga harus mentaati semua peraturan dan membuat pelaporan untuk semua kegiatan yang telah dilaksanakan sesuai dengan yang tercantum dalam RKAS. Apabila ada perubahan program/kegiatan, maka harus segera dilakukan penyesuaian, dan diberitahukan kepada seluruh warga yang berkepentingan, agar keberlangsungan program dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian B butir 3.b dan 3.c menyatakan:
1) Pelaksanaan kegiatan sekolah/madrasah yang tidak sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan perlu mendapat persetujuan melalui rapat dewan pendidik dan komite sekolah/madrasah.
2) Kepala sekolah/madrasah mempertanggungjawabkan pelaksanaan pengelolaan bidang akademik pada rapat dewan pendidik, dan bidang non akademik pada rapat komite sekolah/madrasah dalam bentuk laporan pada akhir tahun ajaran yang disampaikan sebelum penyusunan rencana kerja tahunan berikutnya.
c. Pengawasan
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan adalah usaha memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama kepada para guru, baik secara individu maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran. Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama para guru yang ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian yang objektif serta mendalam, dengan acuan perencanaan program pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting, sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi bantuan yang diberikan harus mampu memperbaiki dan mengembangkan situasi belajar mengajar.
Program pengawasan tidak hanya terbatas pada proses pembelajaran saja, tetapi pengawasan dan kontrol dilaksanakan secara menyeluruh untuk setiap program dan kegiatan pendidikan di sekolah. Hal ini dilakukan agar sekolah dapat terus menerus mengevaluasi diri untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga peningkatan mutu pendidikan di sekolah tersebut secara umum dapat terlaksana.
Pengawasan juga merupakan bantuan dalam pengembangan untuk memperoleh kondisi yang lebih baik, terutama bantuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Selain itu, pengawasan juga merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu seseorang atau sekelompok orang agar dapat melakukan pekerjaannya secara efektif, serta merupakan pekerjaan pembinaan yang menggunakan sejumlah teknik atau pendekatan dalam memberikan dorongan dan bantuan secara profesional untuk memperbaiki kinerja. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian C butir 1.d menyatakan bahwa pengawasan pengelolaan sekolah/madrasah meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan.
Kegiatan pengawasan ini dapat dilakukan baik secara periodik maupun sewaktu-waktu, tetapi dengan tetap menggunakan prinsip pengawasan seperti yang dikemukakan oleh Sahertian & Mataheru (1982), yaitu;
(1) Ilmiah, dilakukan secara sistematis, objektif, dan menggunakan instrumen;
(2) Demokratis, menjunjung tinggi musyawarah dan memiliki jiwa kekeluargaan;
(3) Kooperatif, seluruh personil sekolah dapat bekerja sama, mengembangkan usaha bersama dalam menciptakan situasi belajar mengajar yang lebih baik;
(4) Konstruktik dan kreatif, membina guru serta mendorong untuk aktif menciptakan suasana dimana tiap orang merasa aman dan nyaman.
E. Mekanisme Penyusunan RKAS
Mekanisme penyusunan RKS, RKJM dan RKAS, dapat digambarkan seperti bagan 2 berikut.
F. Penyusunan dan Penentuan Besaran Biaya Kegiatan dan Anggaran Sekolah
Rencana kegiatan di setiap sekolah tergantung kepada hasil analisis kesenjangan yang terjadi di sekolah tersebut. Sedangkan besaran biaya dapat memgacu kepada ketentuan Kabupaten/Kota masing – masing, atau ketentuan lain yang ditetapkan menurut harga pasar. Semua sumber dana harus dicantumkan dalam RKAS, baik dana yang diterima sekolah dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, orang tua, masyarakat, dan sumber lainnya. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No. 19 tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan pada Lampiran Bagian A butir 8.b.4) yang menyatakan; “pembukuan semua penerimaan dan pengeluaran serta penggunaan anggaran, untuk dilaporkan kepada komite sekolah/madrasah, serta institusi di atasnya”. Penghitungan dan penentuan besaran biaya/harga mengacu kepada besaran biaya/plafon yang berlaku serta pembayaran kewajiban pajak sesuai dengan peruntukannya.
Cara menentukan program/kegiatan berdasarkan hasil analisis kondisi dapat dilihat pada contoh 1. Sedangkan cara menentukan besaran biaya, terutama yang berkaitan dengan operasional peserta didik dapat dilihat pada contoh 2. Untuk selanjutnya Adapun contoh 3 dan contoh 4 masing-masing adalah merupakan contoh cara menentukan besaran biaya dalam pelaksanaan In House Training (IHT) dan cara menentukan biaya untuk kebutuhan administrasi guru. Contoh 5 dan contoh 6 adalah contoh RKJM dan RKAS. Contoh RKAS dapat dilihat di lampiran 1 panduan ini.
G. Kerangka Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah harus disusun secara sistematik dan mencakup berbagai komponen yang diperlukan berikut pembiayaan (sumber dan jumlah dana) yang dibutuhkan. Contoh sistematika RKAS sebagai berikut:
1.Cover
2.Kata Pengantar dan Daftar Isi
3.Identitas Sekolah dan Kepala Sekolah
4.Pendahuluan (Latar Belakang, Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran )
5.Analisis Kondisi Riil Sekolah (hasil Analisis Konteks)
6.Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah untuk satu tahun dengan substansinya, yaitu aspek dan uraian kegiatan, tanggal pelaksanaan, unsur yang terlibat, tujuan kegiatan, hasil kegiatan dan sumber dana (format seperti contoh 6).
8.Lampiran - lampiran
Guna mendukung kelengkapan informasi, maka program kerja sekolah harus dilengkapi/dilampiri dengan :
1. Fotocopy surat keputusan pendirian sekolah (bagi sekolah negeri) atau Akte pendirian yayasan (bagi sekolah swasta)
2. Fotocopy surat keputusan pembentukan Komite Sekolah
3. Fotocopy surat keputusan pengangkatan Kepala Sekolah, sebagai bukti status Kepala Sekolah yang definitif
4. Data sekolah mengacu pada Lembar Identitas Sekolah/Madrasah (LISM)
5. Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang Tim Kerja Sekolah beserta uraian tugasnya.
Contoh 1: Penentuan rencana kegiatan yang didasarkan pada hasil analisis dan penentuan kebutuhan biaya dalam RKAS
No.
Kondisi Ideal
Kondisi Riil
Rencana Tindak Lanjut/Kegiatan
Biaya yang dibutuhkan
Keterangan
Sumber Dana
1.
Semua pendidik menyusun Silabus secara mandiri
Belum semua pendidik dapat menyusun Silabus
Melakukan kegiatan pelatihan bagi guru, misalnya IHT
· Honor fasilitator
· Konsumsi pendidik dan fasilitator
· ATK
Besaran biaya sesuai dengan jumlah fasilitator dan pendidik yg ada
Komite Sekolah
.....
·
7.
Jumlah rombel 18
Jumlah ruang kelas 15
1.Penambahan ruang kelas
Biaya pembangunan RKB
Jumlah ruang yang dibangun sesuai dengan kemampu-an /rencana tahun berjalan dengan besaran biaya di-sesuaikan dengan standar yang berlaku
· Komite Sekkolah
· Masyarakat
· Pemerintah
.....
·
18
Semua pendidik telah tersertifikasi
Baru 50% pendidik tersertifikasi
Persiapan dan pengusulan guru unyuk disertifikasi
· Transport
· ATK
Disesuaikan dengan ketentuan Kab./Kota
Mendorong Dinas Kab/Kota merealisasikan usulan
Komite sekolah
......
·
22.
Semua bangunan/ gedung difungsikan se-cara optimal dan ter-pelihara dengan baik
Sebagian gedung kurang terpelihara/ terawat
Pemeliharaan/pera- watan bangunan/ gedung
Pemeliharaan rutin berpe- doman pada pembiayaan pemeliharaan dan rehab ringan
Sesuai kebutuhan
· Komite Sekolah
· Block Grant
23.
Ruang kelas dilengkapi dengan sarana TIK yang memadai
Baru sebagian ruang kelas yang dileng-kapi sarana TIK
Pemenuhan sarana TIK di ruang kelas
· Pembelian sarana TIK (infocus, screen, komputer, dll)
Besaran biaya disesuaikan dengan aturan/harga yang berlaku
Block Grant
....
·
30.
Peserta didik memiliki pengalaman berorganisasi
Belum seluruh peserta didik memiliki pengalaman organisasi
Kegiatan OSIS
· Transport
· ATK
· Konsumsi
Disesuaikan dengan ketentuan Kab./Kota
Komite Sekolah
Seluruh peserta didik menjadi anggota OSIS
Baru sebagian peserta didik memiliki kartu OSIS
Pembuatan kartu OSIS
· ATK
· Biaya cetak
Sesuai kebutuhan
Komite Sekolah
Contoh 2: Perhitungan biaya operasional peserta didik (non inventaris)
a. Ulangan harian.
Ulangan harian diperhitungkan dari jumlah SK/KD untuk setiap mata pelajaran. Sebagai contoh untuk mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut:
Kelas
Jumlah SK
Jumlah KD
Banyak Ulangan Harian
Kebutuhan Kertas
X
6
24
8 kali
24 lembar
XI IPA
6
21
7 kali
21 lembar
XI IPS
3
14
5 kali
15 lembar
XI BHS
2
6
4 kali
12 lembar
XII IPA
5
20
6 kali
18 lembar
XII IPS
4
12
4 X
12 lembar
XII BHS
3
8
4 X
12 lembar
Dari daftar di atas, jika dirata–rata setiap mata pelajaran melaksanakan 6 kali Ulangan Harian setiap yahunnya (diperhitungkan terhadap banyaknya SK/KD), maka kebutuhan Ulangan Harian dapat dihitung sebagai berikut;
· 18 MP x 6 UH x 3 lbr kertas = 324 lembar ≈ 0, 67 rim kertas
· Tinta 1 tube untuk 800 lembar, sehingga kebutuhan tinta adalah 0,438 tube, dan
· Master 1 lembar untuk 100 kertas, maka kebutuhannya adalah 3,24 lembar.
Jumlah biaya untuk kebutuhan Ulangan Harian /peserta didik/tahun adalah
Jenis kebutuhan
volume
Harga satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
Keterangan
Kertas
0,67
40.000,00
26.800,00
Harga disesuaikan dengan plafon/ ketentuan/ harga pasar
Tinta
0,4378
300.000,00
131.250,00
Master
3,24
3.000,00
9.700,00
Jumlah
167.750,00
b. Praktikum
Rata–rata pelaksanaan praktikum untuk 1 mata pelajaran adalah 4 kali/tahun (disesuaikan dengan SK/KD mapel yang relevan), maka perhitungan biaya adalah sebagai berikut:
10 MP x 4 x Rp 5.000,00 = Rp 200.000,00
c. Pembinaan Prestasi
1) Ekstra kurikuler ± Rp 60.000,00
2) Akademik ± Rp 60.000,00
Jumlah kebutuhan Rp 120.000,00/peserta didik/tahun
d. Ulangan Akhir Semester/ Ujian
2 x Rp 30.000,00 = Rp 60.000,00
e. Buku Teks
18 MP x Rp 30.000,00 = Rp 540.000,00/3 tahun, sehingga menjadi
Rp 180.000,00/peserta didik/tahun
f. Administrasi (kartu OSIS, Perpustakaan, dll) Rp 30.000,00
Jumlah kebutuhan operasional /peserta didik/Tahun adalah;
No.
Jenis kegiatan
Biaya yang dibutuhkan (Rp)
Keterangan
a.
Ulangan Harian
167.750,00
Harga/besaran biaya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
b.
Praktikum
200.000,00
c.
Pembinaan Prestasi
120.000,00
d.
Ulangan Akhir Semester/ Ujian
30.000,00
e.
Buku Teks
180.000,00
f.
Administrasi
30.000,00
Jumlah
727.750,00
Contoh 3: Penghitungan biaya In House Training
In House Training (IHT), merupakan pelatihan yang dilakukan di sekolah. Waktu disesuaikan dengan banyaknya/luasnya substansi materi pelatihan, sedangkan pembiayaan disesuaikan dengan peraturan yang berlaku, misalnya sesuai dengan plafon biaya Pemerintah Daerah setempat. Berikut contoh perhitungan pembiayaan untuk IHT tentang pelaksanaan dan penyusunan hasil analisis konteks dilaksanakan selama 2 hari dengan jumlah peserta 50 orang:
No.
Jenis Pembiayaan
Volume
Harga Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1.
Honor
a. Nara Sumber/fasilitator
16 jam
50.000,00
800.000,00
b. Pengarah
2 orang
500.000,00
1.000.000,00
2.
Konsumsi
55org x 2 hr
30.000,00
3.300.000,00
3.
ATK
55 pkt
25.000,00
1.375.000,00
Jumlah
6.475.000,00
Contoh 4: Penghitungan biaya kebutuhan administrasi guru
Pembiayaan kebutuhan administrasi guru dalam pembelajaran berhubungan dengan ATK dan honor penugasan. Penghitungan untuk ATK dapat dilakukan dengan mempertimbangkan banyaknya guru dan program (IPA, IPS, dan Bahasa) yang ada di sekolah. Penugasan penyusunan administrasi (Silabus, RPP, dan pedoman/program kegiatan lainnya) dapat dilakukan per mata pelajaran. Sebagai contoh untuk sekolah dengan banyak guru 55 orang dan hanya ada jurusan IPA dan IPS saja, serta penugasan dilakukan per kelompok mata pelajaran, maka penghitungan pembiayaan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Honor Penugasan: 18 mapel x Rp 200.000 = 3.600.000 /semester
2. ATK diperkirakan
a. Kertas: 1 rim/orang/semester, sehingga kebutuhan ATK keseluruhan menjadi 55 orang x 1 rim x Rp 40.000 = Rp 2.200.000/semester
b. Tinta; 55 rim x 500 lembar = 27.500 lembar, maka kebutuhan tinta menjadi (27.500 : 800) x Rp 300.000,00 = Rp 10.312.500,00/semester
c. Master; (27.500 : 100) x Rp 3000,00 = Rp 825.000,00/semester
Dengan demikian maka kebutuhan biaya untuk administrasi guru dalam satu Tahun adalah sebagai berikut;
No.
Jenis Kebutuhan
Biaya per semester (Rp)
Biaya yang diperlukan dalam satu Tahun (Rp)
1.
Honor Penugasan
3.600.000,00
7.200.000,00
2.
ATK
a. Kertas
2.200.000,00
4.400.000,00
b. Tinta
10.312.500,00
20.625.000,00
c. Master
825.000,00
1.650.000,00
Jumlah
33.875.000,00
Contoh 5: Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM)
RENCANA KERJA JANGKA MENENGAH (RKJM) - PERIODE TAHUN 2010-2013
SMA ........
KAB./KOTA : .........
PROVINSI: ..........
NO.
KOMPONEN
KEGIATAN
URAIAN KEGIATAN
(DISESUAIKAN DENGAN HASIL ANALISIS KESENJANGAN)
SASARAN
TAHUN
2010
2011
2012
2013
1.
Standar Isi dan Standar
1.1Penyusunan/
1.1.1Penyusunan program kerja
... naskah
Kompetensi Lulusan
Penyempurnaan Dokumen kurikulum
1.1.2Penyusunan/penyempurnaan dokumen KTSP
... naskah
1.1.3Penyusunan/penyempurnaan komponen KTSP
...naskah
1.1.4Penyusunan/pengembangan silabus
22 naskah
6
6
6
4
2.
Standar Proses
2.2Penyusunan perangkat
2.2.1Penyusunan RPP
22 MP
...
....
...-
pebelajaran
2.2.2Penyusunan/pengembangan bahan ajar
5 judul/MP
2 judul/MP
2 judul/MP
2 judul/MP
3.
Standar Pendidik dan
3.1Pemenuhan Kualifikasi
3.1.1Pendidikan S1 bagi guru
10 orang
-
5 orang
5 orang
Tenaga Kependidikan
akademik pendidik dan
3.1.2Sertifikasi profesi guru
... orang
....-orang
... orang
.... orang
tenaga kependidikan
3.1.3Peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan bahan ajar berbasis TIK, melalui workshop/pelatihan eksternal dan IHT(internal)
....orang
.....
....
....
3.1.5Peningkatan kompetensi tenaga laboran melalui workshop/pelatihan eksternal dan IHT(internal)
.... orang
... orang
... orang
4.
Standar Sarana dan Prasarana
4.1Pemenuhan standar ruang kelas
4.1.1Penambahan ruang kelas
.... ruang
... ruang
... ruang
... ruang
4.1.2Pemenuhan sarana ruang kelas
... ruang
....ruang
... ruang
... ruang
4.2Pemenuhan ruang perpustakaan
4.2.1Perluasan ruang perpustakaan
.... unit
4.2.4Pengembangan perpustakaan berbasis TIK
1 paket
(
(
(
4.3Pemenuhan Laboratorium
4.3.1Pembangunan ruang laboratorium komputer
1 unit
(
Komputer
4.3.2Pemenuhan sarana
1 paket
(
(
dst
.....
Contoh 6: Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS)
RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) - TAHUN 2010/2011
SMA ......
KABUPATEN/KOTA: .......
PROVINSI: .......
NO
ASPEK DAN URAIAN KEGIATAN
TGL PELAKSANAAN
UNSUR YG TERLIBAT
TUJUAN KEGIATAN
HASIL KEGIATAN
SUMBER DANA
JABATAN
PERAN
URAIAN
OUT PUT
JUMLAH
SEKOLAH
(Rp)
BLOCK GRANT
(Rp)
LAIN-NYA
(Rp)
1.
Standar isi dan standar kompetensi lulusan
1.1Penyusunan/ Penyemp. dok. Kurikulum
1.1.1 Penyempur-naan doku-men KTSP
23-25 Agust
· Kasek
· 3 Wa- kasek
· 4 Guru
· 2 TU
Narasum-ber
Penyusun
Panitia
Menyempur nakan dokumen KTSP
Dokumen KTSP yang disempu-rnakan melalui analisis konteks
1 naskah
1.800.000
-
-
2.
Standar Sarana dan Prasarana
2.1Pengadaan 1 unit RKB
18 Juli s.d. 18 Oktober 2010
Panitia pemba-ngunan
Pelaksana
Memenuhi kebutuhan ruang kelas
Ruang kelas baru
1 unit
25.000.000
90.000.000.
-
dst
BAB III
PENUTUP
1. Semua SMA berkewajiban untuk terus berupaya meningkatan kuantitas dan kualitasnya secara proporsional melalui berbagai kegiatan yang dituangkan dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), agar pada saatnya dapat memenuhi SNP.
2. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan pedoman dan acuan bagi sekolah dalam pelaksanaan proses pendidikan yang harus ditaati oleh seluruh warga sekolah.
3. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah merupakan rencana yang komprehensif untuk mengoptimalkan pemanfaatan segala sumber daya yang ada dan yang mungkin diperoleh guna mencapai tujuan yang diinginkan di masa mendatang. RKAS juga harus berorientasi ke depan dan dapat menjembatani antara kondisi saat ini dan kondisi ideal.
4. Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah memiliki komponen dan cakupan yang harus dilaksanakan sesuai dengan hasil analisis kondisi, serta memperhatikan peluang dan tantangan dari lingkungan eksternal, kekuatan dan kelemahan internal, dalam rangka pemenuhan SNP.
5. Panduan Penyusunan RKAS ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi sekolah dalam menyusun rencana kerjanya untuk memenuhi SNP.
Untuk selanjutnya kritik, saran, dan masukan demi perbaikan naskah ini sangat diharapkan.
Pemenuhan
Pengadaan
Pemanfaatan secara optimal
Pemeliharaan/
Perawatan
Penambahan
Penghapusan/Hibah
Dukungan Eksternal.
Memenuhi, DiberdayakanDipelihara/ dirawat
Sesuai?
St. Proses
-ATK
-Honor Penugasan
-Biaya operasional Pesdik/Pend/TU/Administrasi
Pembenahan/
optimalisasi sesuai hasil analisis
Dukungan Ekternal
Rencana Kerja Sekolah (RKS)
RKAS
RKJM
Strategi Perencanaan
Strategi
4. St. Proses
Anaslisis Kesenjangann
Tujuan
Perencanaan
Analisis SNP dan Satdik
8. St. Pengelolaan
Analisis Konteks
KTSP
2. Pelaksanaan
Visi & Misi
Analisis Lingkungan
3. Pengawasan
3. St. Penilaian
2. SKL
5. St. Pend. & Tendik
6. St. Sarana Prasarana
7. St.Pembiayaan Pembiayaan
SI
St. Sarpras
-Nara sumber
/fasilitator
-Akomodasi
-Konsumsi
-ATK
-Honor Penugasan
-dll.
Penyusunan KTSP
Pelatihan/IHT/Workshop
Siap ?
Anslisis St.Pend & Tendik
Analisis SI, SKL, St. Penilaian
Kondisi Ideal
Kondisi Riil
RKAS
Skala prioritas
RKJM
Kegiatan
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
Pembiayaan
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
-Transport
-ATK
-Akomodasi
-Konsumsi
Koordinasi
Konsultasi
Kemitraan
Cukup?
St. Pembiayaan
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
St. Pengelolaan
-Honor/biaya jasa
-Pembelian
-Pembangunan
PAGE
23-28
(2010-Dit. Pembinaan SMA, Ditjen. Manajemen Dikdasmen
Recommended