Upload
vantram
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT
SASARAN (SLTS) DI DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN PERATURAN MENTERI ESDM
NOMOR 29 TAHUN 2016
Studi Kasus Konsumen Listrik Rumah Tangga di Kelurahan Curug
Bojongsari Kota Depok
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Dian Nur Rizkiani
NIM. 11140480000068
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440H/2018M
i
PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT
SASARAN (SLTS) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN PERATURAN MENTERI ESDM
NOMOR 29 TAHUN 2016
Studi Kasus Konsumen Listrik Rumah Tangga di Kelurahan Curug
Bojongsari Kota Depok
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)
Oleh:
Dian Nur Rizkiani
NIM. 11140480000068
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440H/2018M
v
ABSTRAK
Dian Nur Rizkiani. NIM 11140480000068. “PELAKSANAAN KEBIJAKANSUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN (SLTS) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN PERATURAN MENTERI ESDMNOMOR 29 TAHUN 2016 Studi Kasus Konsumen Listrik Rumah Tangga diKelurahan Curug Bojongsari Kota Depok”. Program Studi Ilmu Hukum, FakultasSyariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440H / 2018 M. + 87 halaman + 117 halaman lampiran.
Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan pelaksanaan kebijakan subsidilistrik tepat sasaran bagi konsumen listrik rumah tangga daya 450 VA dan 900VA yang miskin dan tidak mampu dalam wilayah Desa/Kelurahan Curug(Bojongsari, Kota Depok) yang mekanisme pemberian subsidi diatur berdasarkanPeraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016, Undang-Undang Nomor 8Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009.
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian normatif-empiris,jenis metode penelitian kualitatif, dan metode penelitian kepustakaan danlapangan. Peneliti melakukan penelitian lapangan dengan wawancara kepadaKepala Humas/PPID/Account Executive Pemasaran PT PLN (Persero) UPPPDepok, Supervisor Niaga/Pelayanan Pelanggan PT PLN (Persero) ULPSawangan, Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K),Kantor Kecamatan Bojongsari, Kepala Seksi Kemasyarakatan Kelurahan Curugdan warga didesa/kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme pemberian subsidi listrikpelaksanaan dilapangan sesuai dengan PERMEN ESDM Nomor 29 Tahun 2016.Data penerima subsidi berdasarkan data BDT dari TNP2K, yaitu konsumen daya450 VA dan 900 VA miskin dan tidak mampu, sedangkan kepengaduankepesertaan subsidi dikantor Desa/Kelurahan untuk konsumen diluar data BDTmilik TNP2K (900 VA). Daya 450 VA masih seluruhnya disubsidi dan 900 VAterdapat penggolongan subsidi dan non subsidi. Konsumen pengadu tidakmendapatkan informasi hasil status laporan pengaduan, sedangkan Kecamatan,Kota/Kabupaten dan Provinsi dapat memonitoring status laporan danmemberitahukan hasil pengaduan kepada Desa/Kelurahan untuk disampaikan kekonsumen/pengadu. Perlu pembaharuan data BDT oleh TNP2K. TNP2Kbekerjasama dengan Kementerian ESDM/Direktorat Jenderal Ketenagalistrikandengan PT PLN (Persero) Pusat hingga ULP untuk pencocokkan lapangan danpenginputan hasil pencocokkan lapangan ke aplikasi e-DISON, KementerianSosial terkait kepesertaan kartu perlindungan sosial, dan Kementerian DalamNegeri (koordinasi antara Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsidalam hal penginputan data dan memonitoring ke http://subsidi.djk.esdm.go.id).
Kata Kunci: Subsidi Listrik, Konsumen Listrik, Perlindungan Konsumen
Pembimbing : Dr. Muhammad Maksum, S.H., M.A., MDC.
Daftar Pustaka: 1982 – 2014
vi
KATA PENGANTAR
حیم ن الر حم الر بسم Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah S.W.T, karena dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI
LISTRIK TEPAT SASARAN (SLTS) DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG
NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN PERATURAN MENTERI ESDM NOMOR 29
TAHUN 2016 Studi Kasus Konsumen Listrik Rumah Tangga di Kelurahan Curug
Bojongsari Kota Depok”. Selanjutnya, dalam penelitian skripsi ini, peneliti
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat sebagai berikut:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat, S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu Hukum
dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum
3. Dr. Muhammad Maksum, S.H., M.A., MDC Dosen Pembimbing Skripsi, dan
Dr. Alfitra, S.H., M.Hum Dosen Penasehat Akademik
4. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (KESBANGPOL) Kota Depok, Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), PT PLN
(Persero) UPPP Depok, PT PLN (Persero) ULP Sawangan, Kantor Kelurahan
Curug, Kantor Kecamatan Bojongsari dan warga didesa/kelurahan Curug
5. Kepala dan Staff Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
6. Kedua orangtua, yaitu Bapak (Suhartono), Almh Mama (Rita Anita Anwar)
dan Adek (Mochamad Iqbal). Keluarga Alm Embah Kakung, Embah Putri,
dan Almh Nenek. Nauval Fathu Dzulfikar beserta keluarga. Teman-teman
“Kusem”, Imah, Icha, Ulan, Nurul, Halida, Dara, Dina dan Ilmu Hukum 2014
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca, Aamiin.
Ciputat, 25 November 2018
Peneliti
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI .......................... iii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................v
KATA PENGANTAR................................................................................... vi
DAFTAR ISI................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................1
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah...................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................7
D. Metode Penelitian......................................................................8
E. Sistematika Penulisan..............................................................12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Kerangka Konseptual ..............................................................13
B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen .................15
C. Tinjauan Umum Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
(SLTS) .....................................................................................28
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu.......................................30
BAB III : GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK
TEPAT SASARAN
A. Data APBN 2018 (Alokasi Subsidi Listrik) ............................33
B. Perkembangan Subsidi (Energi dan Non Energi) Pada
Tahun 2014 – 2018..................................................................35
C. Perbandingan Jumlah Konsumen dan Besaran Subsidi
Yang Dibayar Oleh R-1/450 VA Dan R-1/900 VA ...............37
D. Mekanisme Pemberian Subsidi Listrik....................................40
BAB IV : ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI
LISTRIK TEPAT SASARAN
viii
A. Hasil / Temuan Penelitian .......................................................48
B. Analisis Perlindungan Konsumen Jasa Listrik ........................66
C. Mekanisme Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik ........................73
D. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kebijakan SLTS.............77
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................80
B. Rekomendasi ...........................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................84
LAMPIRAN...................................................................................................88
A. Surat Rekomendasi Perihal Permohonan Izin
Data/Wawancara Dari Kesatuan Bangsa dan Politik
(KESBANGPOL) Kota Depok 11 September – 18 September
2018 dan 20 September – 31 Oktober 2018 ................................
B. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian di Kelurahan
Curug ...........................................................................................
C. Formulir Rekapitulasi Dari Desa/Kelurahan ...............................
D. Formulir Berita Acara Serah Terima Pengaduan dan Berita
Acara Musyawarah Desa Usulan Rumah Tangga Penerima
Subsidi Listrik Tepat Sasaran ......................................................
E. Formulir Daftar Nama Usulan Rumah Tangga Penerima
Subsidi Listrik Tepat Sasaran......................................................
F. Formulir Pengaduan Cetak dan Pengaduan Upload....................
G. Rekapitulasi Data Warga Kelurahan Curug Dalam
Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik Pada Bulan Januari
– April 2017.................................................................................
H. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian di Kecamatan
Bojongsari....................................................................................
I. Tanda Terima Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik Untuk
Rumah Tangga.............................................................................
J. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian di PT PLN
(Persero) ULP Sawangan ............................................................
ix
K. Surat Balasan Telah Melakukan Penelitian PT PLN (Persero)
UPPP Depok................................................................................
L. Foto Selama Penelitian Lapangan ...............................................
M. Formulir Tindak Lanjut Permintaan Data Basis Data Terpadu
Program Perlindungan Sosial ......................................................
N. Formulir Tanda Terima Basis Data Terpadu...............................
O. Keterangan Variabel BDT ..........................................................
P. Data Individu Dan Rumah Tangga..............................................
Q. Data Agregat Dengan 16 Indikator Pada Provinsi Jawa Barat,
Kota Depok..................................................................................
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.2 : Uraian Alokasi Subsidi Energi dan Non Energi Pada APBN
2018..............................................................................................34
Tabel 3.3 : Uraian Alokasi Belanja Negara Dalam Postur APBN 2018 ......34
Tabel 3.6 : Perbandingan Konsumen R-1/450 VA dan R-1/900 VA...........37
Tabel 3.7 :Jumlah Besaran Subsidi Yang Dibayar Konsumen dan
Pemerintah....................................................................................37
Tabel 3.13 :Karakteristik Rumah Tangga Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin – PBDT 2015 .....................................45
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 :Uraian Alokasi Subsidi 2018 (Subsidi Energi & Non
Energi) .......................................................................................33
Gambar 3.4 :Perkembangan Subsidi (Energi dan Non Energi) Pada
Tahun 2014 – 2018 ....................................................................35
Gambar 3.5 :Perkembangan Subsidi Energi Tahun 2014 – 2018..................36
Gambar 3.8 :Perbandingan Total Penerima Subsidi Listrik Yang
Terdaftar di PLN, Pengguna Listrik PLN Dalam Data
Terpadu, dan Penerima Subsidi Listrik Setelah Pencocokkan
Data Untuk Pelanggan 900 VA .................................................38
Gambar 3.9 : Perbandingan Penerima Subsidi Listrik Tahun 2016 – 2017
(Dalam Juta Rumah Tangga) .....................................................39
Gambar 3.10: Alur Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik ..........................40
Gambar 3.11 : Tahapan / Metodologi Pencocokkan Data ...............................42
Gambar 3.12 : Mekanisme Pemadanan Data Oleh PT PLN ...........................43
Gambar 3.14 :Data Terpadu Berisi Kelompok Masyarakat 40% Status
Sosial Ekonomi Terendah..........................................................47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemberian listrik bersubsidi yang belum tepat sasaran maka pemerintah
melakukan kebijakan pengurangan listrik bersubsidi hanya diberikan ke yang
berhak, yaitu konsumen dengan daya 450 VA dan 900 VA yang miskin dan
tidak mampu. Pemerintah memberikan subsidi listrik sesuai dengan amanat
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Penyediaan dana bagi
kelompok masyarakat tidak mampu diberikan dalam bentuk subsidi terhadap
tarif tenaga listrik konsumen rumah tangga daya 450 VA dan 900 VA.1
Konsumen daya 450 VA masih sepenuhnya disubsidi karena belum ada
penggolongan antara subsidi dan non subsidi, sedangkan untuk daya 900 VA
dibedakan menjadi dua, yaitu 900 VA miskin dan tidak mampu, dan 900 VA-
RTM (rumah tangga mampu) dan/atau bisa disebut juga 900 VA-M (mampu).
Dana subsidi listrik diperuntukkan untuk kelompok masyarakat miskin
dan tidak mampu. Pemerintah juga memberikan subsidi bagi usaha kecil
menengah (bisnis kecil, industri kecil) dan fasilitas sosial seperti masjid,
musala, langgar, pura, vihara, gereja, puskesmas atau rumah sakit.2 Subsidi
listrik adalah bantuan yang diberikan Pemerintah kepada konsumen dalam
bentuk tarif tenaga listrik yang lebih rendah dari tarif keekonomiannya. Dengan
jumlah pemakaian listrik yang sama, konsumen yang memperoleh tarif
1 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero),Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h.1, dikutip darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/finalisasi%20juknis%20lampiran%20SE.pdf,pada 8 Agustus 2018.
2 Anggita Rezki Amelia, Pemerintah Tetap Memberikan Subsidi Listrik Sesuai Amanat UU,katadata.co.id/konten/2017/06/24 dikutip dari https://katadata.co.id/opini/2017/06/24/subsidi-listrik-lebih-banyak-dinikmati-orang-mampu pada 9 Mei 2018.
2
bersubsidi akan membayar rekening atau tagihan listrik lebih rendah daripada
konsumen yang tidak mendapatkan subsidi. Selisih antara tarif bersubsidi
dengan tarif keekonomian tersebut ditanggung oleh Pemerintah, yang
kemudian dibayarkan ke PLN.3
Penerapan kebijakan SLTS oleh Pemerintah disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu konsumen yang sebelumnya telah terdaftar sebagai penerima listrik
bersubsidi namun setelah dilakukan pemadanan data oleh Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (yang selanjutnya akan disebut
TNP2K) dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) (yang selanjutnya akan
disebut PT PLN) tergolong konsumen mampu. Terdapat pula masyarakat yang
tergolong miskin dan tidak mampu, namun belum dapat mengakses listrik
dan/atau tidak terdaftar sebagai penerima listrik bersubsidi. Konsumen listrik
dengan daya 900 VA yang sebelumnya menerima subsidi listrik namun
tergolong konsumen mampu (900 VA-RTM), maka pemerintah akan
menerapkan penyesuaian tarif secara bertahap per-dua bulan dan dilakukan tiga
tahap sampai pada tarif keekonomian dan/atau tarif tenaga listrik seharusnya.
Penelitian ini berdasarkan konsumen listrik rumah tangga yang berada
didesa / kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok yang mana kebijakan subsidi
diperuntukkan bagi konsumen dengan daya 450 VA dan 900 VA miskin dan
tidak mampu. Berdasarkan wawancara dengan beberapa konsumen dengan
daya 900 VA yang mengeluhkan kenaikan biaya / tagihan rekening listriknya
per tiap bulan yang biasanya kurang lebih Rp. 150.000,00 namun mengalami
kenaikan menjadi Rp. 200.000,00 – Rp. 300.000,00 tiap bulannya. Terdapat
beberapa konsumen yang baru bisa membayar tagihan listriknya tiap per dua
bulan, yang mana jika dalam jangka waktu 60 hari terhitung sejak dilakukan
pemutusan sementara tunggakan belum dilunasi, maka instalasi PLN milik
3 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin PT PLN (Persero),Buku Tanya Jawab Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h. 2, dikutip darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Tanya%20Jawab%20Lampiran%20Juknis.pdf pada 30 Mei 2018.
3
konsumen akan dibongkar dan beberapa ada yang harus meminjam uang untuk
membayar tagihan listrik atau memenuhi kebutuhannya.
Konsumen 900 VA yang mendaftar dalam kepengaduan kepesertaan
subsidi dikantor Desa/Kelurahan terdapat perbedaan pembayaran rata-rata tiap
bulannya dengan konsumen 900 VA yang tidak mendaftar dalam kepengaduan
kepesertaan subsidi dikantor Desa/Kelurahan. Konsumen 900 VA yang tidak
mendaftar kepengaduan kepesertaan terdapat pembayaran atau tagihan
listriknya lebih murah dibandingkan dengan yang mendaftar kepengaduan
kepesertaan, namun secara lapangan yang mendaftar kepengaduan kepesertaan
merupakan konsumen kurang mampu jika dibandingkan dengan 900 VA yang
tidak mendaftar, dan konsumen 900 VA yang tidak mendaftar kepengaduan
kepesertaan subsidi pembayarannya tidak jauh berbeda dengan konsumen 450
VA.
Konsumen daya 450VA belum ada penggolongan subsidi dan non subsidi
maka tetap menerima subsidi tanpa harus melakukan pengaduan kepesertaan
subsidi dikantor Desa/Kelurahan. PT PLN (Persero) akan melakukan
pencocokkan data lapangan kerumah konsumen berdasarkan data BDT dari
TNP2K (450 VA dan 900VA miskin dan tidak mampu). PT PLN juga
melakukan pencocokkan data lapangan untuk konsumen yang melakukan
pengaduan dikantor Desa/Kelurahan jika ternyata konsumen tersebut berhak
atas subsidi (NIK konsumen terdata dalam data BDT) dan dicocokkan dengan
data pelanggan PLN.
Penginformasi terkait kebijakan SLTS sudah disosialisasikan oleh PT PLN
ditingkat Pemerintah Kota dan Kecamatan, memberikan lembaran kertas
mengenai kebijakan SLTS dan memberikan formulir kepengaduan kepesertaan
subsidi listrik untuk dilengkapi dengan fotokopi KTP, KK ataupun tagihan
rekening listrik. Setelah konsumen melakukan pengaduan kepesertaan subsidi
dikantor desa/kelurahan tidak mendapatkan hasil laporan pengaduan berupa
status berhak menerima subsidi, tidak berhak dan dalam proses dari kantor
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten, dan Provinsi.
4
Konsumen daya 450 VA yang mana pencocokkan lapangan dilaksanakan
oleh PT PLN ULP melakukan pencocokkan data ke rumah tangga sasaran
(selanjutnya akan disebut RTS) menginformasikan terkait subsidi listrik karena
rumahnya berdaya 450 VA masih seluruhnya disubsidi. Setelah pencocokkan
data oleh PT PLN terdapat konsumen daya 450 VA yang tidak memahami atau
mengetahui setelah pihak PT PLN melakukan pencocokkan data lapangan
apakah tagihan rekening listriknya selama ini sudah disubsidi atau belum
disubsidi. Konsumen masih ada yang kurang informasi bahwa untuk daya 450
VA masih disubsidi seluruhnya, dan daya 900 VA hanya yang terdata dalam
data BDT yang dimiliki oleh TNP2K (900 VA miskin dan tidak mampu).
Formulir kepengaduan kepesertaan dikantor Desa/Kelurahan untuk konsumen
yang ingin terdata sebagai penerima subsidi dengan daya 900 VA diluar data
BDT yang dimiliki TNP2K.
Data penerima subsidi listrik berdasarkan data yang dimiliki oleh TNP2K
tahun 2015, yang mana data basis data terpadu memuat data konsumen dengan
daya 450 VA dan 900 VA miskin dan tidak mampu. PT PLN (Persero) tidak
mempunyai kewenangan dalam penetapan jumlah penerima subsidi listrik, PT
PLN (Persero) hanya melakukan pendataan lapangan berdasarkan data yang
diberikan oleh TNP2K. Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan
Provinsi juga tidak mempunyai hak dalam penetapan jumlah penerima subsidi
listrik. Kantor Desa/Kelurahan bertugas mengumpulkan data dalam data
rekapitulasi kepengaduan kepesertaan subsidi dibantu oleh ketua RT/RW
menginformasikan ke warga, lalu setelah terkumpul datanya oleh Kelurahan
menyerahkan kekantor Kecamatan untuk diinput. Kecamatan menginput dan
hasil input tersebut berupa tanda terima kepengaduan subsidi listrik untuk
rumah tangga yang berisi nomor pengaduan, nama, alamat, desa/kelurahan,
kecamatan, kabupaten/kota, jenis pengaduan dan nomor NIK.
Penginformasian hasil status laporan pengaduan konsumen berupa terdata
atau tidak terdata sebagai penerima subsidi pada 2017 bisa dimonitoring oleh
Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi. Kecamatan, Kota/Kabupaten dan
Provinsi diberikan username login untuk menginput dan memonitoring atau
5
memonitoring saja. Pihak Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi yang
mempunyai akses memonitoring status hasil laporan pengaduan tidak
menyampaikan hasil tersebut kepada kantor Desa/Kelurahan untuk
disampaikan ke konsumen / pengadu sehingga konsumen tidak mengetahui
status hasil laporan pengaduannya.
PT PLN (Persero) dapat melakukan pengecekkan di aplikasi e-DISON
atau sistem yang dimiliki oleh PT PLN dilihat berdasarkan NIK konsumen. PT
PLN setelah melakukan pencocokkan data lapangan berdasarkan data yang
diberikan TNP2K (bagi konsumen 450 VA dan 900VA miskin dan tidak
mampu) dan data melalui pengaduan kepesertaan subsidi (konsumen daya 900
VA diluar data BDT) dan hasilnya diinput ke aplikasi e-DISON. Jika
konsumen tersebut berhak menerima subsidi atau terdata dalam data BDT
maka ID pelanggan (IDPEL) akan ditandai sebagai penerima subsidi.
Pelaksanaan kebijakan SLTS bekerjasama dengan tiga Kementerian, yaitu
Kementerian Sosial, Kementerian ESDM dan Kementerian Dalam Negeri.
Kementerian ESDM dalam hal ini Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan (yang
selanjutnya akan disebut DITJEN GATRIK) yang bertanggungjawab kepada
Kementerian ESDM dan PT PLN (Persero) sebagai pelaksanaan usaha
penyediaan tenaga listrik. Kementerian Sosial dalam hal pencocokkan data
terkait konsumen yang terdata dalam BDT tahun 2015 memang benar terdata
sebagai penerima kartu perlindungan sosial yang diterbitkan oleh Pemerintah
seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Beras Miskin (Raskin), Kartu
Indonesia Sehat (KIS) / peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS),
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(Jamsostek), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP),
dan lain-lainnya. Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini terkait prosedur
kepengaduan kepesertaan subsidi listrik yang mana melalui tahap kantor
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi yang merupakan
kewenangan dari Kementerian Dalam Negeri.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kebijakan SLTS merupakan
upaya pemerintah dalam melindungi hak-hak konsumen listrik bersubsidi yang
6
berdaya 450 VA dan 900 VA yang miskin dan tidak mampu agar pemberian
listrik bersubsidi lebih tepat sasaran yang diperuntukkan bagi konsumen
dan/atau masyarakat miskin dan tidak mampu. Berdasarkan Pasal 1 Butir (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (yang
selanjutnya akan disebut UUPK), perlindungan konsumen adalah segala upaya
yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen. Konsumen yang dalam hal ini kurang pengetahuan mengenai hak-
haknya sebagai konsumen memerlukan perlindungan hukum. Upaya
pemerintah salahsatunya untuk menjamin perlindungan hak konsumen dengan
menerapkan kebijakan SLTS dan mekanisme pemberian subsidi listrik telah
diatur dalam Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 29 Tahun 2016 Tentang
Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan
suatu penelitian dengan judul “PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI
LISTRIK TEPAT SASARAN (SLTS) DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 DAN PERATURAN MENTERI
ESDM NOMOR 29 TAHUN 2016 Studi Kasus Konsumen Listrik Rumah
Tangga di Kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok”.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran yang termaktub pada latar belakang masalah,
identifikasi masalah pada studi ini antara lain:
a. Konsumen daya 900 VA yang mengeluhkan kenaikan tagihan
rekening listrik
b. Perbedaan pembayaran tagihan rekening listrik bagi daya 900 VA
c. Konsumen pengadu tidak mendapat informasi hasil status laporan
pengaduan
d. Konsumen kurang informasi terkait kebijakan SLTS
e. Pihak yang mempunyai akses memonitoring hasil laporan pengaduan
tidak menyampaikan ke konsumen pengadu
7
2. Pembatasan Masalah
Penelitian ini berkonsentrasi mengkaji pelaksanaan kebijakan subsidi
listrik tepat sasaran (SLTS) ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri ESDM RI
Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif
Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga. Kebijakan yang ditetapkan
diperuntukkan bagi konsumen rumah tangga daya 450 VA dan 900 VA
miskin dan tidak mampu dengan studi kasus konsumen rumah tangga di
Kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok.
3. Perumusan Masalah
Sesuai permasalahan yang telah diuraikan di atas maka pokok
permasalahan utama yang akan dijadikan titik fokus pembahasan dalam
penelitian ini adalah terkait dengan pelaksanaan kebijakan subsidi listrik
tepat sasaran ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 dan
Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016 studi kasus konsumen
listrik rumah tangga dikelurahan Curug Bojongsari Kota Depok. Maka
untuk mempertegas perumusan masalah, maka peneliti menjabarkan
dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
a. Bagaimana mekanisme pemberian subsidi listrik bagi konsumen
rumah tangga yang terdata (daya 450 VA dan 900 VA miskin dan
tidak mampu), tidak terdata (900 VA diluar data BDT) dan terdata
namun tidak berhak?
b. Bagaimana peran instansi yang berwenang dalam pelaksanaan
pemberian subsidi listrik terkait kebijakan subsidi listrik tepat
sasaran?
c. Bagaimana pengawasan yang dilakukan setelah pelaksanaan
kebijakan subsidi listrik tepat sasaran?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi serta rumusan masalah yang dijelaskan
sebelumnya, penelitian ini bertujuan:
8
a. Untuk mengetahui mekanisme pemberian subsidi listrik bagi
konsumen rumah tangga yang terdata (daya 450 VA dan 900 VA
miskin dan tidak mampu), tidak terdata (900 VA diluar data BDT) dan
terdata namun tidak berhak
b. Untuk mengetahui peran instansi yang berwenang dalam pelaksanaan
pemberian subsidi listrik terkait kebijakan subsidi listrik tepat sasaran
c. Untuk mengetahui pengawasan yang dilakukan setelah pelaksanaan
kebijakan subsidi listrik tepat sasaran
2. Manfaat Penelitian
Secara garis besar manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
sebagai berikut:
a. Secara Teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan, keilmuan,
pembelajaran, dan pengaplikasian proses perkuliahan selama ini.
Khususnya dalam bidang ilmu hukum perlindungan konsumen
dengan penerapannya didunia nyata.
b. Secara Praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan peneliti
mengenai kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah yang lebih tepat
sasaran sehingga terjaminnya perlindungan hukum bagi konsumen
yang dalam hal ini kebijakan pemberian listrik bersubsidi tepat
sasaran (SLTS) ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Menteri ESDM RI
Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif
Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga.
D. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian normatif-empiris.
Penelitian normatif ialah pendekatan penelitian yang berobjekkan pada
norma atau aturan yang berlaku, sedangkan pendekatan penelitian empiris
ialah penelitian yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Pendekatan
penelitian normatif, yaitu peraturan yang berkaitan dengan perlindungan
konsumen dan kebijakan subsidi listrik. Peneliti juga melakukan wawancara
9
ke Humas/PPID/Account Executive Pemasaran PT PLN (Persero) Unit
Pelaksaaan Pelayanan Pelanggan (UPPP) Depok, Supervisor Niaga
(Pelayanan Pelanggan) PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP)
Sawangan, Bagian Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Kantor Kecamatan Bojongsari,
Kepala Seksi Kemasyarakatan Kelurahan Curug Bojongsari, dan warga
didesa/kelurahan Curug.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dengan metode
penelitian kualitatif. Penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif
adalah penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan serta norma – norma
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.4
3. Data Penelitian
Data penelitian yang digunakan, yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer, yaitu data yang diperoleh oleh peneliti secara langsung dari
sumber data. Peneliti melakukan wawancara dengan Humas/PPID/Account
Executive Pemasaran PT PLN (Persero) Unit Pelaksaaan Pelayanan
Pelanggan (UPPP) Depok, Supervisor Niaga (Pelayanan Pelanggan) PT
PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Sawangan, Bagian Basis
Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Kantor Kecamatan Bojongsari, Kepala Seksi Kemasyarakatan
Kelurahan Curug Bojongsari dan warga didesa/kelurahan Curug.
Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari peraturan perundang-
undangan, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, skripsi,
tesis, disertasi, dan lain-lain. Bahan hukum atau data sekunder diperinci
dalam berbagai macam tingkatan, yaitu:5
4 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), h. 105.
5 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 141 – 169. Lihatjuga dalam Mukti Fajar ND, Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 42 -43.
10
a. Bahan hukum primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas
peraturan perundangan, risalah resmi, putusan pengadilan, dan
dokumen resmi Negara. Peraturan perundang-undangan yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi
2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan
3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
4) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik
5) Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 29 Tahun 2016 Tentang
Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah
Tangga
6) Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero)
7) Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Tingkat
Mutu Pelayanan dan Biaya Yang Terkait Dengan Penyaluran
Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero)
b. Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang terdiri atas buku
atau jurnal hukum yang berisi mengenai prinsip-prinsip dasar (asas
hukum), pandangan para ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum,
kamus hukum dan ensiklopedia hukum.
c. Bahan non hukum
Bahan non hukum adalah bahan penelitian yang terdiri atas buku
teks bukan hukum yang terkait dengan penelitian seperti buku politik,
buku ekonomi, laporan tahunan perusahaan, kamus bahasa dan
ensiklopedia umum.
11
4. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan, yaitu metode penelitian
kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research).
Metode penelitian kepustakaan adalah data kepustakaan diperoleh melalui
penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-
undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi, dan hasil penelitian.
Penelitian lapangan, yaitu wawancara dengan ke Humas/PPID/Account
Executive Pemasaran PT PLN (Persero) Unit Pelaksaaan Pelayanan
Pelanggan (UPPP) Depok, Supervisor Niaga (Pelayanan Pelanggan) PT
PLN (Persero) Unit Pelayanan Pelanggan (ULP) Sawangan, Bagian Basis
Data Terpadu Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan
(TNP2K), Kantor Kecamatan Bojongsari, Kepala Seksi Kemasyarakatan
Kelurahan Curug Bojongsari, Kota Depok, dan warga didesa/kelurahan
Curug. Hasil data Interview atau wawancara tersebut kemudian diubah
dari format audio menjadi visual dalam bentuk teks.6
5. Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum
a. Pengolahan Bahan Hukum
Dalam mengolah data hasil wawancara berupa audio visual yang
dilakukan peneliti, selanjutnya peneliti mengolah data hasil
wawancara tersebut ke dalam bentuk teks tulisan.
b. Analisis Bahan Hukum
Bahan hukum baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
maupun bahan hukum tersier dan/atau bahan non-hukum diolah,
ditelaah atau disusun ulang agar dapat dihubungkan sedemikian rupa,
sehingga dapat ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis
dalam penelitian ini sehingga dapat menjawab permasalahan yang
telah dirumuskan.
6 Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penelitian Skripsi,(Jakarta: FSH, 2017), h. 37.
12
6. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini
mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi dalam bentuk bab dan sub bab yang saling
berhubungan dan merupakan suatu masalah yang diteliti, adapun sistem
penulisan skripsi ini sebagai berikut:
BAB I : Bab ini memuat latar belakang permasalahan, identifikasi
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Bab ini membahas mengenai kajian pustaka perlindungan
konsumen, yaitu kerangka konseptual, tinjauan umum
hukum perlindungan konsumen, tinjauan umum kebijakan
subsidi listrik tepat sasaran dan tinjauan (review) kajian
terdahulu.
BAB III : Pada bab ini membahas gambaran umum kebijakan subsidi
listrik tepat sasaran, yaitu data apbn 2018 (alokasi subsidi
listrik), perkembangan subsidi (energi dan non energi) pada
tahun 2014 – 2018, perbandingan jumlah konsumen dan
besaran subsidi yang dibayar oleh R-1/450 VA dan R-1/900
VA, dan mekanisme pemberian subsidi listrik.
BAB IV : Pada bab ini analisis pelaksanaan kebijakan subsidi listrik
tepat sasaran, yaitu hasil / temuan penelitian, analisis
perlindungan konsumen jasa listrik, mekanisme penyesuaian
tarif tenaga listrik dan pengawasan terhadap pelaksanaan
kebijakan subsidi listrik tepat sasaran (SLTS).
BAB V : Memuat tentang kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini
merupakan bab terakhir dari sistematika penulisan skripsi ini
yang berisi kesimpulan dari penelitian untuk menjawab
rumusan masalah dan saran yang dianggap perlu.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA PERLINDUNGAN KONSUMEN
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan kerangka yang menggambarkan
hubungan antara konsep-konsep khusus, yang ingin atau akan diteliti.1 Pada
penelitian ini memiliki kerangka konseptual sebagai berikut:
1. Perlindungan Konsumen
Berdasarkan Pasal 1 Butir (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi
perlindungan kepada konsumen
2. Konsumen
a. Pasal 1 Butir (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu:
“Setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalammasyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lainmaupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.
b. Pasal 1 Butir (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Ketenagalistrikan, yaitu:
“Setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegangizin usaha penyediaan tenaga listrik”
c. Pasal 1 Butir (3) Peraturan Menteri (PERMEN) ESDM RI Nomor 28
Tahun 2016 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT.
Perusahaan Listrik Negara (Persero) dan Pasal 1 Butir (5) Peraturan
Menteri (PERMEN) ESDM RI Nomor 29 Tahun 2016 Tentang
Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah
Tangga, yaitu:
“Setiap orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegangizin usaha penyediaan tenaga listrik”
1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1984), h. 132.
14
3. Pelaku Usaha
Berdasarkan Pasal 1 Butir (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu:
“Setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentukbadan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan danberkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negaraRepublik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melaluiperjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidangekonomi”
4. Pemerintah
Pasal 1 Angka (15) dan Angka (16) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 Tentang Ketenagalistrikan dan Pasal 1 Butir (28) dan Butir (29)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi menjelaskan
terdapat dua yang dimaksud pemerintah, yaitu:
a. Pemerintah Pusat yang selanjutnya Pemerintah adalah Presiden
Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintah negara
Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDN RI Tahun
1945)
b. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah
5. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik
Berdasarkan Pasal 1 Butir (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Tentang Ketenagalistrikan, yaitu:
“Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrikmeliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga listrikkepada konsumen”
6. Data Terpadu
Berdasarkan Pasal 1 Butir (2) Peraturan Menteri ESDM Nomor 29
Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik
Untuk Rumah Tangga, yaitu:
“sistem data elektronik berisi data nama dan alamat yang memuatinformasi sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan statuskesejahteraan terendah di Indonesia”
15
7. Rumah Tangga Miskin dan Tidak Mampu dan Golongan Rumah Tangga
Daya 900 VA-RTM
a. Rumah tangga miskin dan tidak mampu berdasarkan Pasal 1 Butir (3)
Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Mekanisme
Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga, yaitu:
“Rumah tangga yang terdapat dalam data terpadu programpenanganan fakir miskin yang ditetapkan oleh Menteri Sosial”
b. Berdasarkan Pasal 1 Butir (4) Peraturan Menteri ESDM Nomor 29
Tahun 2016 Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga
Listrik Untuk Rumah Tangga, yaitu
“konsumen rumah tangga pengguna daya 900 VA yang tidaktermasuk dalam rumah tangga miskin dan tidak mampu”
B. Tinjauan Umum Hukum Perlindungan Konsumen
1. Pengertian Perlindungan Hukum
Menurut Utrecht, hukum adalah himpunan peraturan (perintah-
perintah dan larangan-larangan) yang pengurus tata tertib suatu
masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat.2 Hukum
positif (Indonesia) adalah keseluruhan asas dan kaidah-kaidah yang
mengatur hubungan manusia dalam masyarakat.3 Tujuan hukum adalah
untuk mewujudkan keadilan, kemanfaatan dan kepastian hukum.4
H.M.N. Purwosutjipto, S.H.,5 membuat definisi hukum sebagaimana
berikut, hukum adalah keseluruhan norma yang oleh penguasa negara atau
penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan hukum, dinyatakan
atau dianggap sebagai peraturan yang mengikat bagi sebagian atau seluruh
2 Abdul R. Saliman dkk, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus, Cet.Kedua, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007), h.8.
3 Mochtar Kusumaatmadja & Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Suatu PengenalanPertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum, Buku I, (Bandung: P.T. Alumni, 1999), h. 4.
4 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013),h. 23.
5 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1, (Jakarta: Djambatan,1985). h. 1. Lihat juga dalam R.T. Sutantya R. Hadhikusuma dan Sumantoro, Pengertian PokokHukum Perusahaan, (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h. 2.
16
anggota masyarakat, dengan tujuan untuk mengadakan suatu tata yang
dikehendaki oleh penguasa tersebut.
Pengakuan dan perlindungan bersumber pada Pancasila, karena
pengakuan dan perlindungan terhadapnya secara instrinsik melekat pada
Pancasila dan seyogianya memberi warna dan corak serta isi negara
hukum berdasarkan Pancasila.6 Menurut Satjipto Rahardjo, perlindungan
hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak asasi manusia
(HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada
masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum.7
2. Pengertian Hukum Konsumen atau Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut Az. Nasution, hukum konsumen adalah keseluruhan asas-
asas dan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan dan masalah penyediaan
dan penggunaan produk (barang dan/atau jasa) antara penyedia dan
penggunanya dalam kehidupan bermasyarakat. Hukum perlindungan
konsumen, sebagai bagian khusus dari hukum konsumen dan dengan
penggambaran masalah yang telah diberikan dimuka adalah keseluruhan
asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen
dalam hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk (barang
dan/atau jasa antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan
bermasyarakat).8
Pelaksanaan perekonomian antara pelaku usaha dan konsumen perlu
mendapatkan perlindungan, perlindungan konsumen ini adalah istilah
yang digunakan untuk menggambarkan perlindungan hukum yang
diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi
6 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Cet. Pertama,(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1987), h.20.
7 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum , (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 69.
8 Az. Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Cet. Kedua, (Jakarta: DiaditMedia, 2002), h. 22.
17
kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu sendiri.9
Perlindungan terhadap konsumen merupakan konsekuensi dan bagian dari
kemajuan teknologi dan industri, karena perkembangan produk-produk
industri disatu pihak, pada pihak lainnya memerlukan perlindungan
terhadap konsumen.10
Hukum perlindungan konsumen tidak bertujuan untuk mematikan
usaha dari pelaku usaha, namun bertujuan untuk menciptakan persaingan
usaha atau perekonomian yang sehat dengan penyediaan barang dan/atau
jasa yang berkualitas untuk dipasarkan dan dipergunakan oleh konsumen.
Hukum perlindungan konsumen juga memuat keseimbangan antara hak
dan kewajiban dari pelaku usaha dan konsumen. Dengan adanya hukum
perlindungan konsumen, diharapkan konsumen lebih peduli terhadap hak-
haknya sehingga konsumen memperoleh jaminan atau kepastian hukum
dan keamanan dalam menggunakan produk barang dan/atau jasa.
3. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen
a. Asas Perlindungan Konsumen
Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu perlindungan
konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan,
dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Berikut ini
penjelasan dari asas manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan
keselamatan, dan kepastian hukum sebagai berikut:11
1) Asas manfaat adalah segala upaya dalam menyelenggarakan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-
9 Janus Sibadalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: Citra AdityaBakti, 2014), h. 7.
10 Inosentius Samsul, Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan Tanggung JawabMutlak, Cet.Pertama, (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004),h. 2.
11 Ahmadi Miru & Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Cet.Kedua, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2004), h. 25-26.
18
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
2) Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat
diwujudkan secara maksimal dan memberikan kesempatan
kepada konsumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya
dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3) Asas keseimbangan, yaitu memberikan keseimbangan antara
kepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti
materiil dan spiritual.
4) Asas keamanan dan keselamatan konsumen ialah memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam
penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa
yang dikonsumsi atau digunakan.
5) Asas kepastian hukum, yaitu pelaku maupun konsumen mentaati
hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen serta negara menjamin kepastian hukum.
b. Tujuan Perlindungan Konsumen
Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) disebutkan perlindungan
konsumen bertujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian
konsumen untuk melindungi diri
2) Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara
menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau
jasa
3) Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,
menentukan dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen
4) Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung
unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses
untuk mendapatkan informasi
19
5) Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya
perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggungjawab dalam berusaha
6) Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin
kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.
4. Pihak-pihak Terkait
a. Konsumen
Kamus umum Bahasa Indonesia mendefinisikan konsumen
sebagai lawan produsen, yakni pemakai barang-barang hasil industri,
bahan makanan, dan sebagainya.12 Banyak literatur yang mencoba
mendefinisikan istilah ini secara harfiah ini artinya adalah “orang
yang memerlukan, membelanjakan, atau menggunakan; pemakai atau
pembutuh”.13
Muhammad dan Alimin, mendefinisikan konsumen berangkat
dari pandangan atau konsep Islam terhadap harta, hak, dan
kepemilikan perlindungan konsumen dalam Islam. Definisi konsumen
tersebut adalah “setiap orang, kelompok atau badan hukum pemakai
suatu harta benda atau jasa karena adanya hak yang sah, baik ia
dipakai untuk pemakai akhir ataupun untuk proses produksi
selanjutnya”.14
b. Pelaku Usaha
Berdasarkan penjelasan dari Undang-Undang bahwa yang
dimaksud pelaku usaha dapat berbentuk perusahaan, Badan Usaha
12 WJS. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976, h.521. Lihat juga dalam Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada MediaGroup, 2013), h. 15.
13 N. H. T. Siahaan, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk, Cet.Pertama, (Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2005), h. 23.
14 Muhammad dan Alimin, Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam,(Yogyakarta: BPFE, 2004), h. 129. Lihat juga dalam Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen,(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 18.
20
Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD),
koperasi, pedagang, distributor, korporasi, dan lain-lain. Selain itu
termasuk juga dalam pengertian pelaku usaha menurut Agnes M.
Toar, yaitu pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional,
yakni setiap orang atau badan yang ikut serta dalam penyediaan
barang dan jasa hingga sampai ketangan konsumen, yang dalam
melaksanakan kegiatannya mensyaratkan secara mutlak sifat
professional dalam hal menuntut tanggungjawab pelaku usaha.15
c. Pemerintah
Penyelenggaraan penyediaan tenaga listrik dilakukan oleh
Pemerintah dan pemerintah daerah berlandaskan prinsip otonomi
daerah, yang mana penyediaan tenaga listrik dikuasai oleh negara atau
penguasaannya oleh negara. Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
kewenangan nya dapat menetapkan kebijakan, pengaturan,
pengawasan, dan melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik.
Usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan Pasal 1 Butir (3)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan,
yaitu usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik
meliputi pembangkitan, transmisi, distribusi, dan penjualan tenaga
listrik kepada konsumen.
5. Hak dan Kewajiban Konsumen dan Pelaku Usaha
a. Hak dan Kewajiban Konsumen
Hak konsumen berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu:
1) Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam
mengkonsumsi barang dan/atau jasa
15 Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk, Sejarah dan Perkembangannya di BerbagaiNegara, (Ujung Pandang: DKIH Belanda – Indonesia, 1988), h. 2.
21
2) Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan
barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan
kondisi serta jaminan yang dijanjikan
3) Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi
dan jaminan barang dan/atau jasa
4) Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang
dan/atau jasa yang digunakan
5) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut
6) Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen
7) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta
tidak diskriminatif
8) Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau
penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak
sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya
9) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya
Hak konsumen berdasarkan Pasal 29 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan, yaitu:
1) Mendapat pelayanan yang baik
2) Mendapat tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan
keandalan yang baik
3) Memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya dengan harga
yang wajar
4) Mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan
tenaga listrik
5) Mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan
kesalahan daan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam
perjanjian jual beli tenaga listrik
22
Kewajiban konsumen berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK),
yaitu:
1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi
keamanan dan keselamatan
2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang
dan/atau jasa
3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati
4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan
konsumen secara patut
Kewajiban konsumen berdasarkan Pasal 29 Ayat (2) Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan sebagai
berikut:
1) Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin
timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik
2) Menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik konsumen
3) Memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya
4) Membayar tagihan pemakaian tenaga listrik
5) Menaati persyaratan teknis dibidang ketenagalistrikan
b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak pelaku usaha berdasarkan Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), yaitu:
1) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan
kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau
jasa yang diperdagangkan
2) Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan
konsumen yang beritikad tidak baik
3) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya didalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen
23
4) Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum
bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan
5) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan lainnya
Hak pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik berdasarkan
Pasal 27 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 Tentang Ketenagalistrikan sebagai berikut:
1) Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan
tenaga listrik dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga
listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 Ayat (1) berhak:
a) Melintasi sungai atau danau baik diatas maupun dibawah
permukaan
b) Melintasi laut baik diatas maupun dibawah permukaan
c) Melintasi jalan umum dan jalan kereta api
d) Masuk ke tempat umum atau perorangan dan
menggunakannya untuk sementara waktu
e) Menggunakan tanah dan melintas diatas atau dibawah tanah
f) Melintas diatas atau dibawah bangunan yang dibangun diatas
atau dibawah tanah; dan
g) Memotong dan/atau menebang tanaman yang
menghalanginya
2) Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada Ayat
(1), pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik harus
melaksanakannya berdasarkan peraturan perundang-undangan
Kewajiban pelaku usaha berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK),
yaitu:
1) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya
24
2) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi
penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan
3) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif
4) Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang
dan/atau jasa yang berlaku
5) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau
mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan
dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang
diperdagangkan
6) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang
dan/atau jasa yang diperdagangkan
7) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila
barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak
sesuai dengan perjanjian
Kewajiban pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik
berdasarkan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Tentang Ketenagalistrikan sebagai berikut:
1) Menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan
keandalan yang berlaku
2) Memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen
dan masyarakat
3) Memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan
4) Mengutamakan produk dan potensi dalam negeri
6. Upaya Hukum
Sengketa konsumen adalah suatu sengketa yang terjadi antara pelaku
usaha dan konsumen, yang mana objek dari suatu sengketa merupakan
suatu barang dan/atau jasa yang diperjualbelikan antara pelaku usaha dan
25
konsumen. Sengketa dapat berupa salah satu pihak tidak mendapatkan atau
menikmati apa yang seharusnya menjadi haknya karena pihak lawan tidak
memenuhi kewajibannya. Misalnya, pembeli tidak memperoleh barang
sesuai dengan pesanannya, atau pembeli tidak mendapat pelayanan
sebagaimana telah disepakati, atau penjual tidak mendapatkan
pembayaran sesuai dengan haknya.16 Penyelesaian sengketa dapat
dilakukan diluar pengadilan dan melalui pengadilan sebagai berikut:
a. Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan
Berdasarkan Pasal 47 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu:
“penyelesaian sengketa diluar pengadilan diselenggarakan untukmencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti rugidan/atau mengenai tindakan tertentu untuk menjamin tidak akanterjadi kembali atau tidak akan terulang kembali kerugian yangdiderita konsumen”.
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan dapat berupa melakukan
pembicaraan dengan para pihak, Lembaga Perlindungan Konsumen
Swadaya Masyarakat (LPKSM), Direktorat Perlindungan konsumen
dan/atau melalui lembaga yang dibentuk oleh Undang-Undang dalam
hal ini, yaitu Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. BPSK
menurut Pasal 49 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
“Pemerintah membentuk badan penyelesaian sengketa konsumendidaerah tingkat II (kabupaten/kota) untuk penyelesaian sengketakonsumen diluar pengadilan”.
Anggota BPSK terdiri dari unsur pemerintah, konsumen dan
pelaku usaha. Masing-masing unsur berjumlah sedikit tiga orang dan
paling banyak lima orang. Pengangkatan dan pemberhentian anggota
BPSK ditetapkan oleh Menteri. Tugas dan wewenang BPSK diatur
dalam Pasal 52 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
16 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, (Bandung: PT Citra AdityaBakti, 2010), h. 143.
26
1) Menyelesaikan sengketa konsumen melalui mediasi
2) Memberikan konsultasi perlindungan konsumen
3) Melakukan pengawasan terhadap pencantuman klausula baku
4) Melaporkan kepada penyidik umum apabila terjadi pelanggaran
ketentuan dalam UUPK
5) Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis, dari
konsumen tentang terjadinya pelanggaran terhadap perlindungan
konsumen
6) Melakukan penelitian dan pemeriksaan sengketa perlindungan
konsumen
7) Memanggil pelaku usaha yang diduga telah melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
8) Memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan/atau setiap
orang yang dianggap mengetahui pelanggaran terhadap UUPK
9) Meminta bantuan penyidik untuk menghadirkan pelaku usaha,
saksi atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen
10) Mendapatkan, meneliti dan/atau menilai surat, dokumen, atau alat
bukti lain guna penyelidikan dan/atau pemeriksaan
11) Memutuskan dan menetapkan ada atau tidaknya kerugian dipihak
konsumen
12) Memberitahukan putusan kepada pelaku usaha yang melakukan
pelanggaran terhadap perlindungan konsumen
13) Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang
melanggar UUPK
Berdasarkan Pasal 54 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen bahwa putusan BPSK atau
putusan majelis bersifat final dan mengikat. Berdasarkan Pasal 56
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen bahwa apabila ada pihak yang tidak puas
dapat mengajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri.
27
b. Penyelesaian Sengketa Melalui Pengadilan
Berdasarkan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
“Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan mengacu padaketentuan tentang peradilan umum yang berlaku denganmemperhatikan ketentuan dalam Pasal 45”.
Dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen sebagai berikut:
1) Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha
melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara
konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada
dilingkungan peradilan umum
2) Penyelesaian sengketa konsumen dapat ditempuh melalui
pengadilan atau diluar pengadilan berdasarkan pilihan sukarela
para pihak yang bersengketa
3) Penyelesaian sengketa diluar pengadilan sebagaimana dimaksud
pada Ayat (2) tidak menghilangkan tanggungjawab pidana
sebagaimana diatur Undang-Undang
4) Apabila telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen
diluar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat
ditempuh apabila upaya tersebut dinyatakan tidak berhasil oleh
salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa
Pasal 46 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen bahwa pihak-pihak yang dapat mengajukan
gugatan sebagai berikut:
1) Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang
bersangkutan
2) Kelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama
3) Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang
memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan,
yang dalam hal anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas
bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk
28
kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan
kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya
4) Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa
yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian
materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit
C. Tinjauan Umum Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran (SLTS)
1. Pengertian Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
Kebijakan subsidi listrik tepat sasaran adalah kebijakan pemberian
subsidi listrik hanya kepada rumah tangga yang memang berhak, yaitu
mereka yang termasuk golongan masyarakat miskin dan tidak mampu.17
Subsidi listrik adalah selisih kurang antara tarif tenaga listrik rata-rata
(Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif dikurangi BPP (Rp/kWh)
pada tegangan dimasing-masing golongan tarif ditambah marjin (%
tertentu dari BPP) dikalikan volume penjualan (kWh) untuk setiap
golongan tarif.18 Pengertian lain subsidi listrik adalah19 bantuan yang
diberikan Pemerintah kepada konsumen dalam bentuk tarif tenaga listrik
yang lebih rendah dari tarif keekonomiannya. Dengan jumlah pemakaian
listrik yang sama, konsumen yang memperoleh tarif bersubsidi akan
membayar rekening atau tagihan listrik lebih rendah daripada konsumen
yang tidak mendapatkan subsidi. Selisih antara tarif bersubsidi dengan
tarif keekonomian tersebut ditanggung oleh Pemerintah, yang kemudian
dibayarkan ke PLN.
17 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin PT PLN (Persero),Buku Tanya Jawab Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h. 7, dikutip darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Tanya%20Jawab%20Lampiran%20Juknis.pdf pada 30 Mei 2018.
18 BEM KEMA FEB UNPAD 2017 KABINET HARMONI, “Subsidi Listrik, MasihTepatkah?”, diupload pada 1 Mei 2017, dikutip dari http://bem-s1.fe.unpad.ac.id/subsidi-listrik-masih-tepatkah/, (Jakarta), 27 November 2017.
19 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin PT PLN (Persero),Buku Tanya Jawab Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, …, h. 2.
29
2. Landasan Hukum Kebijakan SLTS
Landasan hukum kebijakan subsidi listrik tepat sasaran pada rumah
tangga daya 900 VA berdasarkan:
a. Pasal 7 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007
Tentang Energi
1) Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian
berkeadilan
2) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana subsidi
untuk kelompok masyarakat tidak mampu
b. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan
1) Pasal 4 Ayat (3) sebagai berikut:
Untuk penyediaan tenaga listrik sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 Ayat (1), Pemerintah dan pemerintah daerah
menyediakan dana untuk:
a) Kelompok masyarakat tidak mampu
b) Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah
yang belum berkembang
c) Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan
perbatasan; dan
d) Pembangunan listrik perdesaan
2) Pasal 34 Ayat (1)
“Pemerintah sesuai dengan kewenangannya menetapkan tariftenaga listrik untuk konsumen dengan persetujuan DewanPerwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia.”
3. Tujuan Kebijakan SLTS
Tujuan pelaksanaan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran adalah
untuk memastikan agar subsidi listrik hanya diberikan kepada kelompok
masyarakat tidak mampu sesuai amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 Tentang Ketenagalistrikan dan Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2007 Tentang Energi.
30
4. Sasaran Kebijakan SLTS
Sasaran dari kebijakan subsidi listrik tepat sasaran ini adalah rumah
tangga miskin dan tidak mampu yang tersambung dengan daya listrik 900
VA dan terdapat di dalam Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Miskin yang dikelola oleh Kementerian Sosial dan TNP2K melalui
Kelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir
Miskin
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Penelitian ini memiliki tinjauan (review) kajian terdahulu terdiri dari
skripsi, buku dan jurnal, sebagai berikut:
1. Skripsi yang disusun oleh Dea Melina Nugraheni dari Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, tahun 2008, dengan judul “Perlindungan Hukum
Terhadap Konsumen Listrik Atas Pemadaman Listrik Oleh PT PLN
(Persero) Ditinjau Dari Persepektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen”. Skripsi ini dilatarbelakangi adanya
keterlambatan pasokan energi listrik / BBM untuk pembangkit listrik
tenaga gas dan uap yang mana terdapat beberapa pembangkit listrik
kelebihan beban sehingga mengalami penurunan daya maka menyebabkan
pemadaman listrik bergiliran, akibatnya konsumen mengalami kerugian
dari pemadaman listrik. Skripsi ini membahas tentang pelanggaran hukum
yang dilakukan oleh PT PLN dan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
konsumen ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen (selanjutnya akan disebut UUPK). Skripsi ini
menggunakan metode penelitian yuridis-normatif, mengolah dan
menganalisis data menggunakan metode kualitatif, alat pengumpulan data
dengan penelurusan kepustakaan dan sumber data yang terdiri dari bahan
hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.20
20Dea Melina Nugraheni, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik Atas PemadamanListrik Oleh PT PLN (Persero) Ditinjau Dari Persepektif Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999tentang Perlindungan Konsumen”, (Skripsi S1 Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,2008).
31
Persamaan pada penelitian skripsi, yaitu membahas perlindungan
konsumen jasa tenaga listrik. Perbedaannya pada penelitian skripsi Dea
Melina membahas perlindungan konsumen listrik atas pemadaman listrik
secara bergiliran, sedangkan pada penelitian ini membahas perlindungan
konsumen jasa listrik terhadap kebijakan subsidi listrik tepat sasaran.
2. Buku yang berjudul “Hukum Perlindungan Konsumen” disusun oleh
Zulham, Penerbit Kencana Prenada Media Group, tahun 2013. Buku ini
membahas antara lain konsumen dan hukum perlindungan konsumen,
sejarah perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen, klausula
baku, prinsip-prinsip perlindungan konsumen, sertifikasi halal dan badan
dan lembaga perlindungan konsumen.21
3. Buku yang berjudul “Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat
Sasaran” disusun oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Kelompok Kerja Pengelola Data
Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, dan PT PLN. Pada buku ini
dengan maksud memberikan pemahaman dan panduan untuk para pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan subsidi listrik tepat sasaran.22
4. Jurnal dengan judul “Perlindungan Konsumen Listrik PT PLN (Persero)
Terhadap Harga Listrik Yang Wajar”, yang disusun oleh Rivia Nugraheni,
Bambang Eko Turisno, dan Suradi, diterbitkan oleh Diponegoro Law
Journal, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Semarang. Jurnal ini
menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, metode pengumpulan
data dengan cara data primer dan sekunder, dan metode analisis kualitatif.
Dalam jurnal ini membahas hubungan konsumen dengan PT PLN
didasarkan Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (selanjutnya akan disebut
21 Zulham, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013).
22 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kelompok Kerja Pengelola Data TerpaduProgram Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero), Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan,Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, diakses darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/finalisasi%20juknis%20lampiran%20SE.pdfpada 8 Agustus 2018.
32
PJBTL), namun dalam PJBTL tidak mengatur tentang hak konsumen
untuk mendapatkan tenaga listrik dengan harga yang wajar. Persamaannya
penelitian ini dengan jurnal, yaitu membahas tentang perlindungan
konsumen jasa tenaga listrik.23 Perbedaannya dalam jurnal ini membahas
tentang hak konsumen untuk mendapatkan listrik secara terus-menerus
dengan mutu dan keandalan yang baik dan memperoleh tenaga listrik
dengan harga yang wajar, sedangkan penelitian skripsi ini membahas
perlindungan konsumen terkait kebijakan subsidi listrik tepat sasaran.
23 Rivia Nugraheni, dkk, “Perlindungan Konsumen Listrik PT PLN (Persero) Terhadap HargaListrik Yang Wajar”, Diponegoro Law Journal, Volume 6, Nomor 1, (2017), dikutip darihttps://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/ pada 26 Mei 2018.
33
BAB III
GAMBARAN UMUM KEBIJAKAN SUBSIDI
LISTRIK TEPAT SASARAN
A. Data APBN 2018 (Alokasi Subsidi Listrik)
Berdasarkan uraian tabel dibawah ini, alokasi subsidi untuk tahun 2018
berjumlah Rp. 156,2 T (mencakup subsidi energi dan subsidi non energi),
jumlah kebutuhan subsidi untuk energi berjumlah Rp. 94,5 T (BBM & LPG
3KG, dan Listrik) lebih besar daripada subsidi non energi berjumlah Rp. 61,7
T (pupuk, pajak, bunga kredit program, PSO / Public Service Obligation).
Tujuan kebijakan subsidi lebih tepat sasaran untuk membantu masyarakat yang
kurang mampu dan/atau masyarakat miskin dan tidak mampu. Jumlah subsidi
listrik yang terbesar diantara jenis kebutuhan subsidi energi lainnya, yaitu
BBM dan LPG 3kg dengan uraiannya sebagai berikut:1
Gambar 3. 1 : Uraian Alokasi Subsidi 2018
(Subsidi Energi & Non Energi)
Sumber: Informasi APBN 2018, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal
Anggaran, h. 21
1 Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Penyusunan APBN, DirektoratJenderal Anggaran, Informasi APBN 2018 (Pemantapan Pengelolaan Fiskal Untuk MengakselerasiPertumbuhan Ekonomi Yang Berkeadilan), (Jakarta: Direktorat Penyusunan APBN, DirektoratJenderal Anggaran, diupload pada 6 Desember 2017), h. 21 -23, dikutip darihttps://www.kemenkeu.go.id/media/6552/informasi-apbn-2018.pdf diakses pada 19 Mei 2018.
94,5
61,7
Alokasi Subsidi 2018(Triliun rupiah)
Subsidi Energi (BBM &LPG 3KG, Listrik)
Subsidi Non Energi (Pupuk,Pajak, Bunga KreditProgram, PSO)
34
Tabel 3. 2 : Uraian Alokasi Subsidi Energi dan Non Energi
Pada APBN 2018
No Uraian Kebutuhan
Subsidi
Kebutuhan Subsidi
1. Subsidi Energi Rp. 94,5 T BBM & LPG
3KG
Listrik
Rp. 46,9 T
Rp. 47,7 T
2. Subsidi Non Energi Rp. 61,7 T Pupuk
Pajak
Bunga Kredit
Program
PSO
Rp. 28,5 T
Rp. 10,8 T
Rp. 18,0 T
Rp. 4, 4 T
3. Total Rp. 156,2 T
Sumber: Informasi APBN 2018, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran,h. 22 – 23.
Berdasarkan penjabaran tabel diatas bahwa jumlah dan/atau nilai untuk
jenis subsidi listrik (Rp. 47,7 T) lebih besar jika dibandingkan dengan jenis
subsidi BBM & LPG 3KG (Rp. 46,9 T), pupuk (Rp. 28,5 T), pajak (Rp. 10,8
T), bunga kredit program (Rp. 18,0 T) dan PSO / Public Service Obligation
(Rp. 4,4 T). Alokasi untuk subsidi dalam APBN 2018 tercantum dalam alokasi
belanja negara diuraian belanja pemerintah pusat untuk belanja non K
(Kementerian)/ L (Lembaga) dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 3. 3 : Uraian Alokasi Belanja Negara
Dalam Postur APBN 2018
POSTUR APBN 2018
Uraian
(triliun Rupiah)
Outlook 2017 APBN 2018
Belanja Negara Rp. 2.098,9 Rp. 2.220,7
A. Belanja Pemerintah Pusat
1. Belanja K/L
2. Belanja Non K/L
Rp. 1.343,1
Rp. 769,2
Rp. 573,9
Rp. 1.454,5
Rp. 847,4
Rp. 607,1
35
a. Pembayaran Bunga
Utang
b. Subsidi
c. Belanja Lain-lain
Rp. 218,6
Rp. 168,9
Rp. 56,0
Rp. 238,6
Rp. 156,2
Rp. 67,2
B. Transfer Ke Daerah Dan
Dana Desa
1. Transfer ke Daerah
a. Dana Bagi Hasil
b. Dana Alokasi Umum
2. Dana Desa
Rp. 755,9
Rp. 697,7
Rp. 95,4
Rp. 398,6
Rp. 58,2
Rp. 766,2
Rp. 706,2
Rp. 89,2
Rp. 401,5
Rp. 60,0
Sumber: Informasi APBN 2018, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal Anggaran,h. 6.
B. Perkembangan Subsidi (Energi dan Non Energi) Pada Tahun 2014 – 2018
Gambar 3. 4 : Perkembangan Subsidi (Energi dan Non Energi)
Pada Tahun 2014 – 2018
Sumber: Informasi APBN 2018, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat JenderalAnggaran, h. 21.
Berdasarkan tabel diatas untuk tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan
Rp. 37 T, tahun 2014 – 2015 mengalami penurunan Rp. 206 T, tahun 2015 –
2016 mengalami penurunan Rp. 11,8 T , tahun 2016 – 2017 mengalami
penurunan Rp. 5,3 T, dan tahun 2017 – 2018 mengalami penurunan Rp. 12,7
T. Penurunan tersebut dikarenakan data penerima subsidi listrik yang telah
dilakukan pemadanan data lebih rendah dibandingkan dengan sebelum
355 392
186
174,
2
168,
9
156,
2
2,5
10,4 52
,6
6,3
3,1
7,5
2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 O U T LO O K2 0 1 7
A P B N 2 0 1 8
PERKEMBANGAN SUBSIDIPADA TAHUN 2014 – 2018
Triliun Rupiah Pertumbuhan (%)
36
dilakukan pemadanan data, sehingga ditetapkan kebijakan subsidi listrik lebih
tepat sasaran (SLTS), yang mana penerima subsidi ialah masyarakat yang
miskin dan/atau tidak mampu, penerima subsidi listrik yang mampu yang
sebelumnya menerima subsidi akan dilakukan penyesuaian tarif listrik secara
bertahap sesuai nilai keekonomiannya. Maka pemerintah dapat
mengalokasikan dana untuk pembangunan infrastruktur dan/atau pemerataan
jaringan listrik didaerah-daerah yang belum teraliri listrik.
Gambar 3. 5 : Perkembangan Subsidi Energi Tahun 2014 - 2018
Sumber: Informasi APBN 2018, Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat Jenderal
Anggaran, h. 22.
Perkembangan subsidi energi untuk BBM dan LPG 3KG untuk tahun 2013
– 2014 mengalami kenaikan Rp. 30 T, tahun 2014 – 2015 mengalami
penurunan Rp. 179,2 T, tahun 2015 – 2016 mengalami penurunan Rp. 17,1 T,
tahun 2016 – 2017 mengalami kenaikan Rp. 0,8 T, dan tahun 2017 – 2018
mengalami kenaikan Rp. 2,4 T. Perkembangan subsidi energi untuk listrik
untuk tahun 2013 – 2014 mengalami kenaikan Rp. 1,8 T, tahun 2014 – 2015
mengalami penurunan Rp. 43,5 T, tahun 2015 – 2016 mengalami kenaikan Rp.
4,8 T, tahun 2016 – 2017 mengalami penurunan Rp. 17,7 T, dan tahun 2017 –
2018 mengalami kenaikan Rp. 2,3 T.
210240
60,843,7 44,5 46,9
100 101,8
58,3 63,1 45,4 47,7
050100150200250300
2013 2014 2015 2016 Outlook2017
APBN 2018
Tri
liun
rupi
ah
PE R KE M B A N GA N S U B S ID I E N E R GITA H U N 2 0 1 4 - 2 0 1 8
BBM & LPG 3KG LISTRIK
37
C. Perbandingan Jumlah Konsumen dan Besaran Subsidi Yang Dibayar
Oleh R-1/450 VA Dan R-1/900 VA
Tabel 3. 6 : Perbandingan Konsumen R-1/450 VA dan R-1/900 VA
No Uraian Konsumen
R-1/450VA
Konsumen
R-1/900 VA
1. Pengguna Rumah tangga Rumah tangga
2. Pemakaian Listrik Rata-
rata
86 kWh/bulan 124
kWh/bulan
3. Harga Listrik Rata-rata Rp. 416/kWh Rp. 585/kWh
4. Rekening Listrik Rata-rata Rp. 36 ribu/bulan Rp. 73
ribu/bulan
5. Jumlah Konsumen (Tahun
2016/Saat sebelum
dilakukan kebijakan SLTS)
23 juta 23 juta
Sumber: Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Tim Nasional
Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), h. 4.2
Tabel 3. 7 : Jumlah Besaran Subsidi Yang Dibayar Konsumen dan
Pemerintah
Rp/kWh Yang Dibayar Oleh Pelanggan
Uraian R-1/450 VA R-1/900 VA
Dibayar Pelanggan (Rp/kWh) Rp. 417 Rp. 585
Dibayar pemerintah
(Rp/kWh)
Rp. 1.043 Rp. 875
Rekening Listrik Yang Dibayar
Pelanggan/Bulan
Rp. 36.022 Rp. 74.470
2 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekretariat Wakil PresidenRI, Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h. 4, dikutip darihttp://tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Paparan%202_TNP2K_Kesiapan%20Data%20Dalam%20Pemberian%20Subsidi%20Listrik%20Tepat%20Sasa...-1.pdf pada 31 Mei 2018.
38
Sumber: Penerapan Subsidi Listrik Tepat Sasaran Bagi Konsumen R-1/900 VA, PT. PLN
(Persero), h. 46.3
Gambar 3. 8 : Perbandingan Total Penerima Subsidi Listrik Yang
Terdaftar di PLN, Pengguna Listrik PLN Dalam Data Terpadu,
dan Penerima Subsidi Listrik Setelah Pencocokkan Data
Untuk Pelanggan 900 VA
Sumber: Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Tim NasionalPercepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekretariat Wakil Presiden RI, h.6 &h.9.
Penjelasan gambar 3.18 tentang perbandingan penerima subsidi yang
terdasftar di PT PLN, tercatat pengguna listrik PLN dalam data terpadu
penanganan fakir miskin dan setelah pencocokkan data , yaitu konsumen daya
450 VA berdasarkan yang terdaftar di PT PLN dengan yang terdata dalam data
terpadu penanganan fakir miskin mengalami penurunan 8,3 juta pelanggan,
sedangkan berdasarkan yang terdata dalam data terpadu penanganan fakir
miskin dengan setelah pencocokkan data mengalami kenaikan 8,1 juta
pelanggan. Konsumen daya 900 VA yang terdaftar di PLN dengan tercatat
sebagai pengguna data terpadu penanaganan fakir miskin mengalami
penurunan 18,95 juta pelanggan, sedangkan berdasarkan yang tercatat sebagai
pengguna PLN dalam data terpadu penanganan fakir miskin dengan setelah
pencocokkan data berjumlah tetap, yaitu 4,05 juta pelanggan. Total penerima
3 PT PLN (Persero), Penerapan Subsidi Listrik Tepat Sasaran Bagi Konsumen R-1/900 VA, h.46, dikutip darihttp://www.djk.esdm.go.id/pdf/Coffee%20Morning/November%202016/3.%20Penerapan%20Subsidi%20Listrik%20Tepat%20Sasaran%20Bagi%20Konsumen%20R-1900%20VA.pdf pada 19 Mei2018.
2314,7
22,823
4,05 4,050
5
10
15
20
25
Penerima Subsidi ListrikYang Terdaftar Di PLN
Tercatat Sebagai PenggunaPLN Dalam Data TerpaduPenanganan Fakir Miskin
Penerima Subsidi LisstrikSetelah Pencocokkan DataUntuk Pelanggan 900 VA
Juta
Pel
angg
an
450 VA 900 VA
39
subsidi listrik dari yang terdaftar di PLN dengan data terpadu mengalami
penurunan 27,25 juta, sedangkan total penerima yang terdata dalam data
terpadu dengan setelah pencocokkan data mengalami kenaikan 8,1 juta.
Konsumen dari yang terdaftar di PLN dan setelah pencocokkan data
mengalami penurunan 19,15 juta pelanggan
Gambar 3. 9 : Perbandingan Penerima Subsidi Listrik
Tahun 2016 – 2017 (Dalam Juta Rumah Tangga)
Sumber: Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Tim NasionalPercepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekretariat Wakil Presiden RI, h. 11.
Penerima subsidi listrik golongan R-1/450 VA dari penerima subsidi listrik
saat ini (sebelum pencocokkan data) dengan yang terdata dalam data terapdu
mengalami penurunan 8,1 juta pelanggan, terdata dalam data terpadu dengan
berdasarkan arahan Presiden tahun 2015 mengalami kenaikan 7,38 juta
pelanggan, dan berdasarkan arahan Presiden 2015 dengan keputusan banggar
2016 mengalami penurunan 2,98 juta pelanggan. Penerima subsidi listrik
golongan R-1/900 VA dari sebelum pencocokkan data dengan yang terdata
dalam data terpadu mengalami penurunan 18,25 juta pelanggan, dan terdata
dalam data terpadu sampai dengan keputusan banggar 2016 berjumlah tetap.
Total penerima subsidi sebelum pencocokkan data dengan pengguna listrik
PLN dalam data terpadu mengalami penurunan 26,35 juta pelanggan,
pengguna listrik PLN dalam data terpadu dengan arahan Presiden 2015
mengalami kenaikan 8,1 juta, dan berdasarkan arahan Presiden 2015 dengan
keputusan banggar 2016 mengalami penurunan 3,7 juta pelanggan.
22,8
14,7
22,0819,1
22,3
4,05 4,05 4,05
0510152025
Penerima SubsidiSebelum Dilakukan
Pemadanan Data
Pengguna Listrik PLNDalam Data Terpadu
Penerima SubsidiBerdasarkan Arahan
Presiden (2015)
Penerima SubsidiBerdasarkan
Keputusan Banggar2016
Juta
Pel
angg
an
Perbandingan Penerima Subsidi ListrikTahun 2016 – 2017
450 VA 900 VA
40
D. Mekanisme Pemberian Subsidi Listrik
1. Alur Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik
Gambar 3.10 : Alur Pengaduan Kepesertaan
Subsidi Listrik
Sumber: Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Direktorat JenderalKetenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kelompok KerjaPengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero), h.15.
Uraian mekanisme pengaduan kepesertaan subsidi listrik rumah
tangga sebagai berikut:4
a. Formulir pengaduan kepesertaan subsidi tarif tenaga listrik untuk
rumah tangga miskin dan tidak mampu tersedia di Kantor Desa /
Kelurahan
b. Rumah tangga miskin dan tidak mampu yang akan melakukan
pengaduan mendatangi Kantor Desa/Kelurahan untuk mengisi
formulir dan kemudian menyerahkan kepada Petugas di Kantor
Desa/Kelurahan
c. Petugas Desa/Kelurahan menyiapkan dokumen kelengkapan
pengaduan dan menyampaikan kepada Kantor Kecamatan, yang
terdiri atas:
1) Formulir Rekapitulasi Desa/Kelurahan
4Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero),Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h.15-16, dikutip darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/finalisasi%20juknis%20lampiran%20SE.pdf,pada 8 Agustus 2018.
41
2) Berita Acara Serah Terima Pengaduan dari Desa/Kelurahan
3) Berita Acara Musyawarah Desa Rumah Tangga Sasaran
Penerima Subsidi Listrik Tepat Sasaran khusus untuk Desa
4) Daftar Nama Usulan Rumah Tangga Penerima Subsidi Listrik
Tepat Sasaran khusus untuk Desa
d. Penyampaian dokumen ke Kantor Kecamatan dapat dilakukan secara
periodik
e. Petugas Kecamatan melakukan proses input data berdasarkan isian
dokumen kelengkapan pengaduan ke dalam aplikasi Pengaduan
Kepesertaan Subsidi Tarif Tenaga Listrik untuk Rumah Tangga
Miskin dan Tidak Mampu, sebagai berikut:
1) Apabila terdapat jaringan internet, dengan mengakses secara
online melalui website: http://subsidi.djk.esdm.go.id
2) Apabila tidak terdapat jaringan internet, dengan mengisi format
elektronik dalam bentuk excel. Selanjutnya format excel yang
telah diisi disampaikan kepada Kabupaten/Kota untuk diunggah
ke website: http://subsidi.djk.esdm.go.id
f. Posko Penanganan Pengaduan Pusat melakukan pemilahan dan
pemeriksaan untuk menentukan kategori pengaduan
g. Dalam hal rumah tangga pengadu telah terdapat dalam Data Terpadu,
maka:
1) PT PLN (Persero) melakukan pencocokan data pengadu dengan
Konsumen PT PLN (Persero)
2) PT PLN (Persero) melaporkan hasil pencocokan data kepada
Dirjen Ketenagalistrikan
3) PT PLN (Persero) melakukan penandaan pada ID Konsumen
(IDPEL) yang diberikan subsidi tarif tenaga listrik dalam
Aplikasi Pelayanan Pelanggan Terpusat (AP2T)
4) Posko Penanganan Pengaduan Pusat mengunggah hasil
pengaduan pada website: http://subsidi.djk.esdm.go.id
42
5) Kecamatan dapat mengunduh hasil pengaduan dari website:
http://subsidi.djk.esdm.go.id. Untuk disampaikan ke rumah
tangga pengadu
h. Dalam hal rumah tangga pengadu tidak termasuk dalam Data
Terpadu, maka:
1) Pokja Pengelola Data Terpadu melakukan verifikasi terhadap
pengaduan tersebut
2) Bila hasil verifikasi menunjukan bahwa rumah tangga tersebut
termasuk kategori rumah tangga miskin dan tidak mampu, maka
diberikan subsidi listrik
3) Bila hasil verifikasi menunjukan bahwa rumah tangga tersebut
tidak termasuk kategori rumah tangga miskin dan tidak mampu,
maka Pokja Pengelola Data Terpadu menyampaikan ke Ditjen
Gatrik, dan mengikuti langkah-langkah pada angka 7 huruf d dan
angka 7 huruf (e)
2. Tahapan Pencocokkan atau Pemadanan Data
Gambar 3. 11 : Tahapan / Metodologi Pencocokkan Data
Sumber: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), SekretariatWakil Presiden Republik Indonesia, Kesiapan Data Dalam Pemberian Subsidi ListrikTepat Sasaran, h. 21.
Penjelasan dari tahapan dan/atau metodologi pencocokkan data, yaitu
sebagai berikut:5
a. Penyerahan data, sebagai berikut:
1) Penyerahan data oleh TNP2K kepada Kementerian ESDM
2) Penyerahan data oleh Kementerian ESDM kepada PT PLN
5Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekretariat Wakil PresidenRI, Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h. 21, dikutip darihttp://tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Paparan%202_TNP2K_Kesiapan%20Data%20Dalam%20Pemberian%20Subsidi%20Listrik%20Tepat%20Sasa...-1.pdf pada 31 Mei 2018.
PenyerahanData
PemilahanData
PendataanLapangan
UjiPetik
Penutupan
43
b. Pemilahan Data
PT PLN melakukan pemilahan data berjenjang, yaitu PLN
wilayah / distribusi, PLN Area dan PLN Rayon.
c. Pendataan Lapangan, yaitu dilakukan oleh PLN Rayon dengan ruang
lingkup aktivitas pencetakkan formulir pencocokkan, pendataan ke
RTS dan penginputan hasil pendataan ke aplikasi
d. Uji Petik
Uji petik dilakukan oleh PLN Rayon untuk memastikan
kesesuaian data entry dengan kondisi
e. Penutupan
Penutupan dilakukan oleh PLN Rayon dengan melakukan
penutupan pada aplikasi, disertai pencetakkan Berita Acara dan
lampiran.
Gambar 3. 12: Mekanisme Pemadanan Data Oleh PT PLN
Sumber: Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, Direktorat JenderalKetenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kelompok KerjaPengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero), h.17.
a. Tahap Pemilahan Data
1) TNP2K Menyerahkan data terpadu (DT) rumah tangga miskin
dan tidak mampu kepada Ditjen Gatrik (Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan)
2) PLN Pusat menerima data terpadu TNP2K dari Ditjen Gatrik
(Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan)
3) PLN Pusat menyediakan data rumah tangga sasaran (RTS) data
terpadu TNP2K pelanggan PLN dengan daya terpasang 900 VA
pada aplikasi e-DISON
4) PLN unit secara berjenjang melakukan pemilahan data
berdasarkan Provinsi, Kota/Kabupaten, Kecamatan dan
Desa/Kelurahan
PemilahanData (Web
BasedIntranet)
Pendataan
Penutupan(Web Based
Intranet)
44
b. Tahap Pendataan
1) Petugas lapangan melakukan pemadanan data ke alamat RTS
yang ada di data terpadu TNP2K dengan membawa Formulir
Pencocokan Data Terpadu dengan IDPEL PLN yang telah dicetak
dari aplikasi e-DISON
2) Petugas lapangan memfoto Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu
keluarga (KK) dan rumah RTS
3) Petugas lapangan melengkapi data verifikasi konsumen pada
Formulir Pencocokan Data Terpadu dengan IDPEL PLN, serta
meminta salah satu anggota RTS yang berusia di atas 18 tahun
dan termasuk di dalam daftar anggota keluarga pada KK untuk
menandatangani Formulir
4) PLN unit menginput hasil pendataan/pencocokan pada aplikasi e-
DISON
5) PLN unit melakukan verifikasi ulang (sampling) hasil pendataan/
pencocokan dan hasil input. Verifikasi ulang (sampling)
dilakukan atas hasil pendataan/pencocokan dilakukan untuk
beberapa RTS yang telah dilakukan pendataan/pencocokkan
6) PLN Rayon melakukan penginputan ulang pada Aplikasi e-
DISON dalam hal terdapat koreksi setelah dilakukan verifikasi
hasil input sebagaimana dimaksud dalam poin 5.
c. Tahap Penutupan
1) PLN Unit secara berjenjang mencetak dan menandatangani Berita
Acara Input Hasil Verifikasi beserta lampiran pada aplikasi e-
DISON, dan menyampaikannya kepada PLN Pusat dengan
menyertakan Berita Acara Pemilahan Data
2) PLN Pusat menyerahkan hasil pencocokan data kepada Ditjen
Gatrik untuk disahkan
3) PLN Pusat menerima hasil pengesahan Daftar Calon Penerima
Subsidi Listrik dari Ditjen Gatrik
45
4) PLN Pusat memberi penanda (flagging) pada ID Pelanggan
(IDPEL) di sistem AP2T.
3. Karakteristik Rumah Tangga Dalam Data Terpadu
Tabel 3. 13 : Karakteristik Rumah Tangga Data Terpadu Program
Penanganan Fakir Miskin - PBDT 2015
Identitas RTS
1) Nama kepala RTS
2) ALAMAT / SLS
3) Desa
4) Kecamatan
5) Kabupaten / Kota
6) Provinsi
7) Jumlah anggota RTS
Demografi
1) Nama anggota RTS
2) Hubungan dengan kepala
RTS
3) Jenis kelamin
4) Umur
5) Status perkawinan
6) Kepemilikan kartu ID
7) No. Induk Kependudukan
(NIK)
8) Akte / buku nikah
9) Akte cerai
10) Akte kelahiran
Ketenagakerjaan
1) Kegiatan bekerja
2) Lapangan kerja
3) Status / kedudukan
pekerjaan
4) Usaha mikro kecil
(UMK): pemilik usaha,
jenis usaha, jumlah
tenaga kerja, omset
Perumahan
1) Status penguasaan bangunan
tempat tinggal
2) Luas lantai
3) Luas bangunan
4) Jenis lantai
5) Jenis dinding
6) Jenis atap
7) Sumber air minum
8) Cara memperoleh air minum
9) Sumber penerangan
10) Kelas daya listrik terpasang
11) Bahan bakar untuk memasak
46
12) Tempat buang air besar
13) TPA tinja
14) Kamar tidur
Kepesertaan Program
1) PKH
2) Raskin
3) Jamkesmas
4) Asuransi kesehatan lain
5) Jamsostek
6) KKS
7) KIP
8) BPJS / KIS
Kesehatan
1) Jenis cacat
2) Penyakit kronis menahun
3) Status kehamilan wanita
4) Penggunaan alat / cara KB
Kepemilikan Aset
1) Mobil
2) Sepeda motor
3) Perahu motor
4) Kapal motor
5) Sepeda
6) Perahu
7) Lemari es
8) Tabung gas
9) Penguasaan lahan
10) Kepemilikan ternak
11) Emas
12) HP
13) TV
Pendidikan
1) Partisipasi sekolah
2) Status sekolah
3) Kelas / jenjang tertinggi
4) Ijazah tertinggi
Catatan: warna merah adalah variabel baru 2015
Sumber: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K), Sekretariat
Wakil Presiden RI, Kesiapan Data Dalam Pemberian Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h.
16.
47
Gambar 3. 14 : Data Terpadu Berisi Kelompok Masyarakat 40%
Status Sosial Ekonomi Terendah
Sumber: Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, DirektoratJenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral KelompokKerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero),h.7
Berdasarkan kedua tabel diatas bahwa yang berhak menerima subsidi
listrik, yaitu peserta yang terdaftar dalam data terpadu penanganan fakir
miskin dengan 40% status sosial ekonomi terendah (konsumen daya listrik
450 VA dan 900 VA miskin dan/atau tidak mampu). Data terpadu ialah
sistem data elektronik berisi data nama dan alamat yang memuat informasi
sosial, ekonomi, dan demografi dari individu dengan status kesejahteraan
terendah di Indonesia berdasarkan Pasal 1 Butir (2) Peraturan Menteri
ESDM Nomor 29 Tahun 2016. Selain tingkat kesejahteraan terendah,
namun juga dilihat dari karakteristik data rumah tangga yang tertera
dalam tabel 3.13.
48
BAB IV
ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN SUBSIDI LISTRIK TEPAT
SASARAN
A. Hasil / Temuan Penelitian
Peneliti telah melakukan wawancara dengan beberapa pihak, yaitu Kepala
Seksi Kemasyarakatan Kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok, Kantor
Kecamatan Bojongsari, Supervisor Niaga (Pelayanan Pelanggan) PT PLN
(Persero) Unit Layanan Pelanggan (ULP) Sawangan, Kepala
Humas/PPID/Account Executive Pemasaran PT PLN (Persero) Unit
Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan (UPPP) Depok, Bagian Basis Data Terpadu
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) dan warga
didesa/kelurahan Curug. Peneliti melakukan wawancara secara bertahap
sebagai berikut:
1. Tahap Kelurahan
Pada tahap ini peneliti melakukan studi lapangan dengan meminta
data warga yang telah melakukan pengaduan kepesertaan listrik bersubsidi
dikantor Kelurahan Curug Bojongsari Kota Depok dengan ibu Dewi
Anggraeni, S.AP selaku Kepala Seksi Kemasyarakatan Kelurahan Curug1,
yaitu pihak kecamatan dan kelurahan diundang ke sosialisasi kebijakan
SLTS yang dilakukan oleh Pemerintah Kota dibertempat dikantor Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok dengan
narasumber dari PT PLN Pusat dan PT PLN (Persero) setempat (UPPP
atau ULP). Setelah sosialisasi ditingkat Pemerintah Kota maka dilakukan
sosialisasi kembali ditiap kantor Kecamatan yang dihadiri oleh pihak
kelurahan yang berada dalam 1 (satu) kecamatan tersebut. Pada tahap
sosialisasi ditingkat kecamatan menghadirkan narasumber dari PT PLN
(Persero) setempat. Pihak Kelurahan akan memberitahukan kepada warga
1 Interview pribadi pada 13 September 2018 dikantor Kelurahan Curug (Bojongsari, KotaDepok).
49
melalui ketua RT/RW, kegiatan pengajian ditiap RT/RW, rapat RT/RW,
posyandu, dan lain-lain.
Pada tahap sosialisasi yang dilakukan bahwa yang berhak menerima
subsidi ialah daya 450 VA (masih seluruhnya disubsidi) dan 900VA
miskin dan tidak mampu. Bagi konsumen/pelanggan listrik PLN yang
merasa tidak mampu dan ingin menerima subsidi dapat melakukan
pengaduan melalui kantor Desa/Kelurahan untuk mengisi formulir
kepengaduan kepesertaan dilengkapi dengan fotokopi KTP, KK, tagihan
rekening listrik dan kartu perlindungan sosial bagi yang mempunyai kartu
tersebut. Pihak kelurahan diberikan formulir oleh PT PLN (Persero) ULP,
apabila formulirnya habis maka akan diberikan kembali formulirnya oleh
PT PLN (Persero) ULP.
Pada tahap sosialisasi bahwa pihak kantor Desa/Kelurahan bertugas
menerima/melakukan proses administrasi pengaduan
pelanggan/konsumen listrik yang ingin menerima subsidi dan diserahkan
kekantor Kecamatan. Penerimaan pengaduan hanya berdasarkan
konsumen yang mendaftar, apabila konsumen tidak mendaftar maka tidak
akan terdata dalam data rekapitulasi kepengaduan kepesertaan subsidi
tenaga listrik untuk rumah tangga dikantor Desa/Kelurahan.
Pada sosialisasi tidak diberitahukan untuk memberitahukan hasil dari
laporan pengaduan kepada konsumen/pelanggan yang telah melakukan
pengaduan kepesertaan subsidi dikantor Desa/Kelurahan. Apabila ada
konsumen/pelanggan yang ingin bertanya tentang status laporannya, pihak
Kelurahan akan meminta konsumen pengadu tersebut bertanya ke pihak
PT PLN setempat karena pihak Kelurahan tidak mempunyai akses yang
terhubung dengan Kementerian ESDM ataupun PT PLN terkait status
laporan pengaduan. Berdasarkan data rekapitulasi pengaduan kepesertaan
listrik bersubsidi Januari – April 2017 berjumlah 176 kepala rumah tangga
untuk daya 900 VA. Tahun 2018 sudah tidak ada konsumen/pelanggan
yang melakukan pengaduan terkait subsidi listrik dikantor
Desa/Kelurahan.
50
2. Tahap Kecamatan
Peneliti melakukan wawancara kekantor Kecamatan Bojongsari Kota
Depok dan meminta data tanda terima pengaduan kepesertaan subsidi
listrik untuk rumah tangga pada 2017.2 Tahap sosialisasi yang diberikan
kepihak Kecamatan sama seperti yang diberikan kepihak Kelurahan, yaitu
sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota bekerjasama dengan PT
PLN Pusat dan PT PLN setempat. Pihak Kecamatan akan melakukan
sosialisasi kembali dengan pihak Kelurahan yang termasuk dalam
Kecamatan masing-masing dengan dihadiri oleh PT PLN setempat sebagai
narasumber. Kecamatan Bojongsari terdapat 7 (tujuh) kelurahan, yaitu
kelurahan Bojongsari, Bojongsari Baru, Serua, Pondok Petir, Curug,
Duren Mekar, dan Duren Seribu . Pada sosialisasi ini pihak Kecamatan
akan menerima data pengaduan konsumen/pelanggan dari kantor
Desa/Kelurahan dan pihak Kecamatan akan menginput data tersebut ke
http://subsidi.djk.esdm.go.id. Pihak kecamatan memiliki username login
untuk menginput dan akan diterima tanda terima pengaduan kepesertaan
subsidi listrik untuk rumah tangga. Tanda terima pengaduan kepesertaan
subsidi listrik untuk rumah tangga memuat data nomor pengaduan, nama,
alamat, desa/kelurahan, kecamatan, kota/kabupaten, jenis pengaduan dan
nomor NIK. Pada tahap sosialisasi pihak Kecamatan memproses
administrasi pengaduan yang masuk yang diterima dari kantor
Desa/Kelurahan.
Pada saat peneliti melihat dalam situs http://subsidi.djk.esdm.go.id
yang diakses oleh pihak Kecamatan dilayar komputer ditampilkan
hasilnya, yaitu 552 total pengaduan, 28 verifikasi di TNP2K, 0 proses di
posko, 0 verifikasi di PLN, 0 verifikasi di GATRIK, dan 524 pengaduan
terselesaikan. Kecamatan hanya dapat melihat sebatas berupa jumlah
dalam total pengaduan, verifikasi di TNP2K, proses di posko, verifikasi di
PLN, verifikasi di GATRIK / DITJEN GATRIK (Direktorat Jenderal
2 Interview pribadi pada 21 September 2018 dikantor Kecamatan Bojongsari Kota Depok.
51
Ketenagalistrikan) dan pengaduan terselesaikan. Maksud dari 524
pengaduan terselesaikan pihak Kecamatan tidak mengetahui berapa
jumlah warga yang terdaftar sebagai penerima listrik bersubsidi. Pihak
Kecamatan tidak dapat mengetahui siapa saja warga yang datanya sudah
diinput ke http://subsidi.djk.esdm.go.id yang terdaftar sebagai penerima
listrik bersubsidi. Kecamatan menginput data untuk tahun 2017,
sedangkan tahun 2018 kecamatan sudah tidak ada menginput data terkait
pengaduan kepesertaan subsidi listrik untuk rumah tangga.
3. Tahap PT PLN (Persero) ULP
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan bapak
Suhendra3 selaku Supervisor PT PLN (Persero) Unit Layanan Pelanggan
(selanjutnya akan disebut ULP) Sawangan yang sebelumnya bernama PT
PLN (Persero) Rayon Sawangan dan perubahan nama dari Rayon menjadi
ULP sudah berlaku per-1 Oktober 2018. PT PLN (Persero) ULP
selanjutnya akan melakukan pencocokkan data ke lapangan dengan
membawa formulir pencocokkan data dari TNP2K yang memuat data
konsumen daya 450 VA dan 900 VA miskin dan tidak mampu. Dalam
formulir yang berisi data nama dan alamat terdapat beberapa kriteria yang
harus dilengkapi oleh petugas diantaranya sebagai berikut:
a. Data pencocokkan pelanggan terdiri dari nama, ID pelanggan
(IDPEL), alamat, daya, dan layanan (pascabayar atau prabayar)
b. Alamat terdiri dari sesuai, tidak ketemu dan tidak sesuai
c. Nama temuan (apakah sama dengan yang tertera dalam formulir
pencocokkan data basis data terpadu dengan identitas pelanggan PLN)
d. NIK temuan (apakah sama dengan yang tertera dalam formulir
pencocokkan data basis data terpadu dengan identitas pelanggan PLN)
e. Status langganan listrik
1) Listrik PLN
2) Listrik non PLN ialah menggunakan genset untuk rumah tangga
3 Interview pribadi pada 26 September 2018 dikantor PT PLN (Persero) ULP Sawangan.
52
3) Menyalur (Penyalur/Repling/Cating)
Menyalur ialah kondisi dimana terdapat dua pihak/dua
keluarga dengan satu ID Pelanggan (IDPEL) listrik. Misalnya
rumah yang bersebelahan (orangtua dan anak) yang mana
orangtua mempunyai listrik namun anaknya tidak mempunyai
listrik dan anaknya meminta listrik kepada orangtuanya.
Orangtuanya menerima subsidi listrik, jika suatu saat anaknya
ingin bermohon listrik maka bisa memasang listrik namun belum
tentu terdaftar sebagai penerima listrik bersubsidi.
f. Status kepemilikan rumah terdiri dari milik sendiri, milik keluarga,
sewa atau kontrak, rumah dinas dan lainnya
Provinsi Jawa Barat masih terdiri dari tiga layer, yaitu Distribusi,
UPPP dan ULP, sedangkan provinsi DKI Jakarta terdiri dari dua layer,
yaitu Distribusi dan UPPP. PT PLN (Persero) ULP setelah melakukan
pencocokkan data berdasarkan data BDT dari TNP2K maka akan
menginput hasil pencocokkan data dilapangan ke aplikasi e-DISON.
Data yang diberikan oleh TNP2K memuat data konsumen daya 450
VA dan 900 VA miskin dan tidak mampu. TNP2K memberikan data
kepada Kementerian ESDM, lalu Kementerian ESDM memerintahkan
atau memberikan data BDT dari TNP2K ke PT PLN (Persero) Pusat,
Distribusi, UPPP dan ULP. PT PLN (Persero) ULP yang akan melakukan
pencocokkan lapangan. PT PLN (Persero) ULP dalam hal ini hanya
melakukan pencocokkan data berdasarkan data yang diberikan oleh
TNP2K. Terhadap pengaduan yang dilakukan melalui kantor
Desa/Keluraham, PT PLN (Persero) ULP akan melakukan pencocokkan
lapangan apabila konsumen pengadu terdata dalam data BDT milik
TNP2K. PT PLN (Persero) ULP dapat melakukan pengecekkan apabila
konsumen meminta, namun PT PLN (Persero) tidak dapat memberikan
subsidi atau menetapkan data penerima subsidi.
PT PLN (Persero) saat melakukan pencocokkan lapangan akan
melengkapi pencocokkan data BDT milik TNP2K dengan data pelanggan
53
PLN, memfoto keadaan rumah, KTP, dan KK. Setelah pencocokkan
lapangan, PT PLN (Persero) akan menginput ke aplikasi e-DISON, maka
akan terhubung dengan PT PLN (Persero) Area, Distribusi dan Pusat. PT
PLN (Persero) Pusat memberikan hasil pendataan lapangan kepada
Kementerian ESDM. Pencocokkan data untuk daya 900 VA dilakukan
pada 2016, pelaksanaan penyesuaian tarif apabila terdata dalam daya 900
VA-RTM dilakukan 3 (tiga) tahap, yaitu 1 Januari, 1 Maret, dan 1 Mei
2017. Konsumen daya 900 VA miskin dan tidak mampu tetap disubsidi.
Daya 450 VA masih seluruhnya disubsidi oleh Pemerintah.
Jika pada saat pencocokkan data terdapat alamat yang tidak berhasil
ditemukan dikarenakan rumah tangga yang bersangkutan sudah pindah
atau sebab lainnya maka pada saat penginputan diberi keterangan alamat
tidak diketemukan dan konsumen tersebut tidak terdata sebagai penerima
listrik bersubsidi. Jika suatu saat konsumen rumah tangga yang tidak
diketemukan datang untuk melakukan pengaduan yang mana seharusnya
menerima subsidi listrik namun tidak menerima, maka dapat dilakukan
pengaduan kepesertaan subsidi listrik bertahap melalui kantor
Desa/Kelurahan. Apabila terdata konsumen tersebut pembayaran rekening
listrik dibulan selanjutnya (setelah disubsidi) akan dikurangi berdasarkan
kelebihan pembayaran rekening listrik sebelum disubsidi.
Jika kepengaduan kepesertaan terhenti dipihak kantor
Desa/Kelurahan dan/atau Kecamatan tidak menginput datanya maka
konsumen listrik rumah tangga yang telah melakukan pengaduan
kepesertaan subsidi listrik datanya tidak akan masuk kesistem yang
dimiliki PT PLN sehingga tidak bisa dilakukan pencocokkan data
lapangan jika konsumen tersebut terdata dalam data BDT.
Penetapan penerima subsidi berdasarkan data BDT TNP2K yang
berisi data konsumen daya 450 VA dan 900 VA miskin dan tidak mampu.
Jika ada warga yang ingin memasang listrik dengan daya 450 VA dan tidak
terdata dalam data BDT tahun 2015 yang dimiliki oleh TNP2K maka tidak
bisa memasang listrik dengan daya 450 VA. Konsumen tersebut bisa
54
memasang dengan daya listrik 900 VA-RTM atau daya diatasnya.
Penambahan daya dikenakan biaya sesuai peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sedangkan untuk penurunan daya tidak dibebankan biaya.
Konsumen daya 1300 VA dan daya diatasnya apabila terdata dalam data
BDT milik TNP2K, namun ingin menerima subsidi harus melakukan
penurunan daya menjadi daya 450 VA atau 900 VA miskin dan tidak
mampu.
4. Tahap PT PLN (Persero) UPPP
Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara dengan PT PLN
(Persero) UPPP (Unit Pelaksanaan Pelayanan Pelanggan) Depok yang
sebelumnya bernama PT PLN (Persero) Area Depok, perubahan terjadi
per-1 Oktober 2018. Peneliti melakukan wawancara dengan bapak Setiyo
Budiono4 selaku Kepala Humas / Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID) / Account Executive Pemasaran PT PLN UPPP
Depok. Hasil wawancaranya, yaitu listrik terdapat yang masih disubsidi
dan non subsidi. Listrik bersubsidi untuk daya 450 VA dan 900 VA miskin
dan tidak mampu. Listrik non subsidi untuk daya 900 VA – RTM atau
dapat disebut juga 900 VA – M, 1300 VA, dan daya diatas lainnya.
Listrik atau energi secara umum berinduk pada Kementerian ESDM.
Dalam pelaksanaan kebijakan SLTS, Kementerian ESDM bekerjasama
dengan Kementerian Sosial tentang pencocokkan data keikutsertaan
penerima listrik bersubsidi dalam kartu perlindungan sosial yang
diterbitkan oleh Pemerintah.
PT PLN (Persero) sudah memberikan informasi tentang kebijakan
SLTS dengan menyebarkan brosur dan sosialisasi dengan Pemerintah
Daerah bahwa yang berhak menerima subsidi, yaitu daya 450 VA (masih
seluruhnya disubsidi) dan 900 VA miskin dan tidak mampu. Daya 900 VA
terdapat penggolongan subsidi (900 VA miskin dan tidak mampu) dan non
subsidi (900 VA – RTM). Konsumen dengan golongan daya 900 VA-RTM
4 Interview pribadi pada 3 Oktober 2018 dikantor PT PLN (Persero) UPPP Depok.
55
akan mengalami kenaikan tarif listrik secara bertahap dilakukan 3 (tiga)
tahap per dua bulan mulai 1 Januari hingga 1 Mei 2017.
PT PLN (Persero) mendapatkan data penerima subsidi dari
Kementerian ESDM. Kementerian ESDM mendapatkan data dari TNP2K
yang memuat data konsumen daya 450 VA dan 900 VA miskin dan tidak
mampu. PT PLN (Persero) dalam hal ini PT PLN (Persero) ULP yang akan
melakukan pencocokkan lapangan. Hasil pencocokkan lapangan oleh PT
PLN (Persero) ULP akan diinput keaplikasi e-DISON yang terhubung
dengan PT PLN (Persero) UPPP, Distribusi dan Pusat.
Konsumen dapat mengajukan permohonan pengaduan kepesertaan
subsidi melalui kantor Desa/Kelurahan, pengajuan permohonan
pengaduan kepesertaan subsidi tidak dapat dilakukan melalui PT PLN
(Persero). PT PLN (Persero) dapat memberikan formulir pengaduan
kepesertaan, namun konsumen memberikannnya kepada kantor
Desa/Kelurahan untuk diproses.
Kementerian ESDM bekerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri
dalam hal Pemerintah Daerah dalam proses administrasi melalui kantor
Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi yang
merupakan wewenang Kementerian Dalam Negeri. Kelurahan menerima
data pengaduan konsumen berupa hardcopy dan memberikan kekantor
Kecamatan untuk diinput ke website yang terhubung dengan Kementerian
ESDM.
Konsumen disubsidi berdasarkan Nomor Induk Kependudukan
(NIK). Walaupun konsumen tersebut berpindah rumah dan berdaya sama
(450 VA atau 900 VA miskin dan tidak mampu) maka akan tetap
menerima subsidi. Jika konsumen tersebut telah melakukan penambahan
daya menjadi 1300 VA atau daya diatasnya maka tidak berhak disubsidi.
PT PLN (Persero) dalam hal ini hanya menerima data BDT dari TNP2K,
melakukan pencocokkan lapangan berdasarkan data BDT, dan mengikuti
perintah Pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM untuk
pencocokkan data lapangan berdasarkan data BDT milik TNP2K. PT PLN
56
(Persero) tidak mempunyai kewenangan menetapkan data penerima
subsidi.
5. Tahap Basis Data Terpadu Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Tahun 2015
Menurut mba Silvira Ayu Rosalia, S.Si5 bagian Data bahwa TNP2K
merupakan tim independen dibawah kantor Sekretariat Wakil Presiden,
yang mana tim ini merupakan konsultan untuk mengkoordinasikan
percepatan program penanggulangan kemiskinan. Data yang
dipergunakan dalam kebijakan subsidi listrik ialah data BDT tahun 2015
yang memuat data konsumen 450 VA dan 900 miskin dan tidak mampu.
Terdapat tiga bentuk jenis data, yaitu:
a. Data individu yang ada nama dan alamat. Permohonan datanya hanya
dapat diberikan untuk lembaga atau instansi daerah yang
bersangkutan untuk keperluan program pembangunan atau
penanggulangan kemiskinan didaerah tersebut
b. Data agregat berupa file excel yang dapat diakses diwebsite TNP2K
berisi jumlah dari tingkat Provinsi, Kota/Kabupaten, dan Kecamatan
dengan 16 indikator
c. Data individu (tanpa nama dan alamat). Permohonannya dapat
dilakukan ke TNP2K melalui surat ataupun email dan akan diproses
setelahnya
Pada tahap ini peneliti melakukan permohonan data BDT untuk
Provinsi Jawa Barat, Kota Depok, Kecamatan Bojongsari, Kelurahan
Curug dengan jenis data individu (tanpa nama dan alamat) dengan
keterangan variabel PBDT tahun 2015 (terdapat dalam lampiran) dan data
agregat dengan indikator sebagai berikut:
a. Status kesejahteraan (status kesejahteraan rumah tangga dan individu,
kepala rumah tangga perempuan menurut kelompok usia dan status
kesejahteraan individu menurut kelompok usia dan jenis kelamin)
5 Interview pribadi pada 20 September 2018 dikantor Tim Nasional PenanggulanganPercepatan Kemiskinan (TNP2K).
57
b. Pendidikan (anak bersekolah dan tidak bersekolah menurut kelompok
usia dan individu yang bersekolah menurut jenis sekolah dan jenis
kelamin)
c. Kesehatan (penggunaan fasilitas tempat buang air besar, tempat
pembuangan akhir tinja, kecacatan menurut kelompok usia dan jenis
kelamin, dan penyakit kronis menurut kelompok usia dan jenis
kelamin)
d. Ketenagakerjaan (individu yang bekerja dan tidak bekerja menurut
kelompok usia, lapangan usaha dari pekerjaan utama kepala rumah
tangga dan lapangan usaha dari pekerjaan utama individu)
e. Informasi pokok rumah tangga (status tempat tinggal, sumber air
minum, sumber penerangan utama dan bahan bakar utama untuk
memasak)
TNP2K menyerahkan data BDT rumah tangga miskin dan tidak
mampu ke Kementerian ESDM dan/atau Direktorat Jenderal
Ketenagalistrikan, yang mana akan dilanjutkan ke PT PLN (Persero) untuk
dilakukan pencocokan data lapangan berdasarkan data dari TNP2K.
Berikut keterangan lebih lanjut mengenai penetapan Basis Data Terpadu
tahun 2015 oleh TNP2K, sebagai berikut:6
a. Basis Data Terpadu dibangun dari hasil Pendataan Program
Perlindungan Sosial tahun 2011 (PPLS 2011) yang dilaksanakan
Badan Pusat Statistik (BPS) PPLS 2011 mendata sekitar 40% rumah
tangga diseluruh Indonesia yang paling rendah status sosial
ekonominya, yang awalnya diidentifikasi melalui pemetaan
kemiskinan (poverty map) dengan memanfaatkan hasil Sensus
Penduduk tahun 2010, Survei Sosial Ekonomi (SUSENAS) 2010, dan
Potensi Desa (PODES). Selain itu, petugas PPLS 2011 juga mendata
rumah tangga miskin lainnya dengan melakukan konsultasi dengan
6 Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Tanya Jawab Umum Basis DataTerpadu, diakses dari http://bdt.tnp2k.go.id/tanyajawab/ pada 28 Oktober 2018.
58
penduduk miskin selama proses pendataan, serta hasil pengamatan
langsung dilapangan. Pada bulan Februari 2012, hasil PPLS 2011
diserahkan oleh BPS kepada TNP2K untuk diolah menjadi Basis Data
Terpadu Data rumah tangga dalam Basis Data Terpadu diurutkan
menurut peringkat kesejahteraannya dengan metode Proxy-Means
Testing/PMT (model PMT dibangun berdasarkan data makro, yaitu
rumah tangga disetiap kabupaten/kota di Indonesia dan
mengakomodasi perbedaan karakteristik tersebut). PMT
dipergunakan untuk memperkirakan karakteristik rumah tangga
seperti jumlah anggota keluarga, status pendidikan, kondisi rumah,
kepemilikan aset dan lain-lain.
b. Rumah tangga dalam Basis Data Terpadu dapat dikelompokkan
kedalam kelompok yang disebut desil. Desil adalah kelompok per-
sepuluhan sehingga seluruh rumah tangga dapat dibagi kedalam 10
Desil. Pengelompokkan rumah tangga dalam Basis Data Terpadu
adalah sebagai berikut:
1) Desil 1 adalah rumah tangga dalam kelompok 10% terendah
2) Desil 2 adalah rumah tangga dalam kelompok 10-20%
3) Desil 3 adalah rumah tangga dalam kelompok antara 20-30%
terendah dan seterusnya
4) Desil 10 adalah rumah tangga dalam 10% dengan tingkat
kesejahteraan paling tinggi
6. Konsumen
Peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa warga yang
mendaftar pengaduan kepesertaan subsidi sebagai berikut:7
a. Ibu Neneng dan Suami yang bernama bapak Karnadi merupakan
konsumen terdata dalam data rekapitulasi kepengaduan kepesertaan
pada Maret 2017 dengan daya 900 VA, pembayaran listrik tiap bulan
kurang lebih Rp. 150.000,00 – Rp 200.000,00. Terkait informasi
7 Interview pribadi dengan warga didesa/kelurahan Curug, tanggal 14 September - 5 November2018.
59
status hasil pengaduan kepesertaan subsidi belum ada. Dalam kartu
keluarga (KK) terdapat delapan individu, yaitu suami yang bekerja
sebagai buruh bangunan tidak tetap dengan penghasilan Rp.
100.000,00 – Rp. 150.000,00 per hari namun dibayar tiap minggu dan
baru memulai usaha ikan hias dirumah dengan penghasilan Rp.
200.000,00 – Rp. 500.000,00, istri (ibu Neneng) yang tidak bekerja
atau ibu rumah tangga, ibu / orangtua dari ibu Neneng yang berusia
60 tahun yang tinggal dengan anaknya yang lain, dan lima anak (anak
pertama berumur 19 tahun sudah bekerja di PT, anak kedua berusia
15 tahun tamat SD namun belum bekerja, anak ketiga berusia 6,5
tahun duduk dibangku SD, anak keempat berusia 1,5 tahun dan anak
kelima berusia lima bulan). Memiliki kartu perlindungan sosial berupa
BPJS untuk suami (bapak Karnadi), istri (ibu Neneng), orangtua dari
ibu Neneng dan ketiga anak (anak ke satu hingga anak ketiga) dengan
jumlah pembayaran Rp.150.000,00 tiap bulan dengan kelas tiga.
b. Ibu Aminah dan suami yang bernama bapak Suwaji dengan daya
listrik 900 VA yang terdata dalam rekapitulasi kepesertaan subsidi
dikantor Desa/Kelurahan pada Maret 2017. Pembayaran rekening
listrik berjumlah Rp. 250.000,00 – Rp. 300.000,00 tiap bulan.
Informasi status hasil pengaduan kepesertaan subsidi belum ada.
Dalam kartu keluarga (KK) terdapat dua indvidu, yaitu suami (bapak
Suwaji) yang bekerja diproyek atau pekerja tidak tetap dengan
penghasilan kurang lebih Rp 1.500.000,00 tiap bulan dan istri (ibu
Aminah) sebagai ibu rumah tangga (IRT) yang mempunyai usaha
dagang pakaian dengan penghasilan kurang lebih Rp. 3.000.000,00
tiap bulan. Mempunyai dua anak yang berpendidikan terakhir tingkat
sekolah menengah pertama (SMP) sudah menikah dan mempunyai
anak. Tidak mempunyai kartu perlindungan sosial berupa BPJS, KIS,
dan lain-lain.
c. Ibu Warnih dan suami yang bernama bapak Bonin dengan daya listrik
900 VA yang telah mendaftar dalam kepengaduan kepesertaan subsidi
60
pada Maret 2017. Belum ada informasi status hasil pengaduan
kepesertaan subsidi. Pembayaran rekening listrik tiap bulan kurang
lebih Rp. 150.000,00 – Rp. 200.000,00. Dalam kartu keluarga (KK)
berjumlah tiga individu, yaitu suami (bapak Bonin) yang bekerja
sebagai koki disuatu restoran dengan penghasilan kurang lebih Rp.
3.500.000,00, istri (ibu Warni) sebagai ibu rumah tangga, dan anak
(Temi) berusia 29 tahun yang telah bekerja di PT bagian pengiriman
namun belum pekerja tetap dengan penghasilan kurang lebih Rp.
115.000,00 tiap hari dan dibayar per-minggu. Mempunyai kartu
perlindungan sosial berupa BPJS (kelas tiga) dengan pembayaran tiap
bulan Rp. 76.000,00.
d. Almarhum bapak Sunarya dan istri yang bernama ibu Limi.
Almarhum bapak Sunarya terdata dalam rekapitulasi kepengaduan
subsidi pada Maret 2017 dengan daya 900 VA. Pembayaran rekening
listrik tiap bulannya kurang lebih Rp. 70.000,00. Ibu Limi sebagai ibu
rumah tangga berumur kurang lebih 50 tahun tinggal bersama anaknya
yang berusia 20 tahun, anaknya dengan pendidikan terakhir SMP
yang telah bekerja di toko dengan penghasilan kurang lebih Rp.
1.500.000,00 tiap bulan. Almarhum bapak Sunarya yang bekerja
sebagai buruh. Mempunyai kartu perlindungan sosial berupa Kartu
Indonesia Sehat (KIS). Ibu Limi dan anaknya tidak mengetahui bahwa
almarhum bapak Sunarya pernah mendaftar dalam program
kepengaduan kepesertaan subsidi pada Maret 2017. Terkait
mengetahui apakah terdata sebagai penerima listrik bersusbidi atau
tidak terdata ibu Limi dan anaknya tidak mengetahui, untuk pihak PT
PLN menurut ibu Limi dan anaknya pernah melakukan pengecekkan
kerumah-rumah warga tapi tidak mengetahui apakah terkait subsidi
listrik atau tidak.
e. Ibu Nuryana dan bapak Zakar merupakan konsumen berdaya listrik
900 VA. Ibu Nuryana bekerja sebagai asisten rumah tangga dengan
penghasilan tiap bulan kurang lebih Rp. 1.000.000,00 dan menerima
61
jasa mencuci atau setrika diluar bekerja sebagai asisten rumah tangga
dengan penghasilan kurang lebih Rp. 100.000,00. Suaminya bekerja
sebagai ojek motor dengan penghasilan tiap hari kurang lebih Rp.
50.000,00. Rumahnya memiliki kipas, kulkas, mesin cuci dan satu
kendaraan motor. Pembayaran rekening listrik tiap bulannya kurang
lebih Rp. 300.000,00 – Rp. 350.000,00. Ibu Nuryana sudah pernah
datang kekantor PT PLN (Persero) ULP Sawangan dan diminta untuk
mengisi formulir kepengaduan kepesertaan subsidi dikantor
Desa/Kelurahan dibantu oleh ketua RT bersama warga lainnya dengan
melengkapi dengan fotokopi kartu keluarga (KK) dan kartu tanda
penduduk (KTP). Beliau mempunyai tiga anak (kedua anak telah
menikah, satu masih sekolah yang berumur enam belas tahun yang
sedang duduk dibangku kelas satu SMK dengan pembayaran biaya
sekolah tiap bulan Rp. 250.000,00). Ibu Nuryana sudah bertanya
kepada pihak RT dan/atau kantor Desa/Kelurahan namun belum ada
informasi status hasil pengaduan.
Peneliti juga mewawancarai konsumen dengan daya 900 VA yang
tidak mendaftar dalam pengaduan kepesertaan subsidi sebagai berikut:
a. Bapak Suhaeri dan ibu Nur merupakan konsumen dengan daya 900
VA. Pembayaran rekening listriknya tiap bulan kurang lebih Rp.
100.000,00. Bapak Suhaeri mempunyai usaha bengkel perbaikan
televisi dengan penghasilan kurang lebih Rp. 3.000.000,00 – Rp.
5.000.000,00 tiap bulan, istrinya (ibu Nur) bekerja di PT dibidang
konveksi pakaian dengan penghasilan Rp. 3.000.000,00 tiap bulan,
mempunyai tiga anak (anak pertama berumur delapan belas tahun,
duduk dibangku kuliah dan bekerja di PT dibidang konveksi dengan
penghasilan Rp. 3.000.000,00 tiap bulan, anak kedua duduk dibangku
kelas 4 SD dan anak ketiga berumur satu tahun satu bulan). Memiliki
mesin cuci, televisi, motor dan mobil. Memiliki kartu perlindungan
sosial berupa BPJS dengan pembayaran kurang lebih Rp. 100.000,00
– Rp. 125.000,00 tiap bulan.
62
b. Bapak Adi dan istri yang bernama ibu Nia. Bapak Adi tidak
mengetahui apakah program subsidi listrik masih ada atau sudah tidak
ada program subsidi listrik. Bapak Adi dan ibu Nia menggunakan
daya listrik 900 VA dengan token, pembayaran rekening listrik tiap
bulan kurang lebih Rp. 200.000,00. Dalam kartu keluarga (KK)
terdapat lima individu, yaitu suami (bapak Adi) yang mempunyai
usaha bengkel mesin air berpendidikan terakhir SMP dengan
penghasilan tiap bulannya kurang lebih Rp. 4.000.000,00, istri (ibu
Nia) sebagai ibu rumah tangga berpendidikan terakhir SMP, dan
ketiga anak (anak pertama duduk dibangku SMP kelas 3, anak kedua
duduk dibangku SD kelas 2, dan anak ketiga bersekolah tingkat TK).
Bapak Adi dan ibu Nia tidak mempunyai kartu perlindungan sosial
c. Bapak Pendi dan istri merupakan konsumen dengan daya 900 VA
menggunakan token dengan pembayaran tiap bulan kurang lebih Rp.
200.000,00. Dalam kartu keluarga terdapat empat individu, yaitu
suami (bapak Pendi) yang bekerja sebagai wiraswasta atau proyek
pembuatan taman namun tidak tetap dengan penghasilan kurang lebih
Rp. 3.500.000,00 – Rp. 4.000.000,00, istri sebagai ibu rumah tangga
dan dua anak (anak pertama berusia empat tahun dan anak kedua
berusia satu setengah tahun). Bapak Pendi dan istri mempunyai kartu
perlindungan sosial berupa BPJS dengan pembayaran tiap bulan
kurang lebih Rp. 105.000,00
d. Bapak Andi dan istri merupakan konsumen dengan daya 900VA
menggunakan token dengan pembayaran tiap bulan kurang lebih Rp.
200.000,00 – Rp. 250.000,00. Menurut bapak Andi bahwa
mengetahui kepengaduan kepesertaan subsidi listrik dikantor
Desa/Kelurahan. Penginformasiannya disampaikan oleh pihak
Kelurahan (sekarang sudah ada grup dimedia sosial untuk ketua RT
RW dengan pihak kantor Desa/Kelurahan) disampaikan ke ketua
RT/RW untuk disampaikan ke warga dengan mengisi formulir dari
pihak kantor Desa/keluraham, fotokopi KTP, KK dan buku rekening.
63
Tidak mengetahui laporan status hasil pengaduan. Bapak Andi
sebelumnya berdaya 450 VA menggunakan meteran dengan
pembayaran rekening listrik tiap bulan kurang lebih Rp. 150.000,00,
namun merasakan kenaikan tarif tiap bulan menjadi kurang lebih Rp.
300.000,00, maka bapak Andi menambah daya menjadi 900 VA.
Dalam kartu keluarga (KK) terdiri dari enam individu, yaitu suami
(bapak Andi) berpendidikan terakhir SMK pada tahun 1997 yang
mempunyai usaha ikan hias dan istri mempunyai usaha menjual /
berdagang pakaian, dan ketiga anak (anak pertama berusia enam belas
tahun duduk dibangku SMA kelas 1, anak kedua berusia sepuluh
tahun duduk dibangku SD Kelas 4 dan anak ketiga berusia tiga tahun).
Peneliti juga melakukan wawancara dengan konsumen dengan daya
450 VA sebagai berikut:
a. Ibu Asmi dan suami yang bernama bapak Dirman dengan daya listrik
450 VA (untuk rumah dan warung). Pembayaran rekening listrik tiap
bulan kurang lebih Rp. 70.000,00 – Rp. 100.000,00. Menurut ibu
Asmi pihak PT PLN pernah melakukan pengecekkan atau
pencocokkan data kerumahnya terkait subsidi listrik, namun setelah
itu ibu Asmi tidak mengetahui apakah telah terdata sebagai penerima
subsidi atau tidak, dan tidak mengetahui apakah pembayaran listrik
senilai Rp. 70.000,00 – Rp. 100.000,00 sudah disubsidi atau belum
disubsidi. Dalam kartu keluarga (KK) terdapat tiga individu, yaitu
suami (bapak Dirman) yang mempunyai usaha rongsok dengan
penghasilan tiap minggu kurang lebih Rp. 700.000,00 , ibu Asmi
sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai usaha warung dengan
penghasilan tiap hari kurang lebih Rp. 150.000,00 – Rp. 300.000,00,
dan anak yang berusia 17 tahun pendidikan terakhir tamat SMP (putus
sekolah saat kelas 2 SMK jurusan otomotif) namun belum bekerja.
b. Bapak Syafei dan ibu Sukawati (adik dari bapak Syafei) merupakan
konsumen dengan 450 VA. Pembayaran rekening listrik kurang lebih
Rp. 100.000,00 – Rp. 120.000,00. Bapak Syafei tidak mengetahui ada
64
pihak yang melakukan pencocokkan data atau pengecekkan kerumah
terkait subsidi listrik karena sedang dirumah sakit, namun sepulang
dari rumah sakit bahwa adiknya (ibu Sukawati) mengatakan kepada
bapak Syafei bahwa mendapat subsidi listrik karena pihak PT PLN
kerumah (ibu Sukawati yang sedang dirumah, sedangkan bapak
Syafei sedang tidak dirumah). Anggota keluarga terdapat tiga
individu, yaitu bapak Syafei yang sudah tidak bekerja karena stroke
ringan, ibu Sukawati merupakan ibu rumah tangga dan anak dari ibu
Sukawati yang sudah bekerja (menurut bapak Syafei bahwa anak ibu
Sukawati sedang melanjutkan kuliah di Universitas Pamulang).
Mempunyai kartu perlindungan sosial berupa BPJS, mempunyai satu
motor, mesin cuci dan televisi
c. Bapak Mahar merupakan konsumen dengan daya 450 VA kelahiran
tahun 1950 (68 tahun). Pembayaran atau tagihan rekening listrik tiap
bulan kurang lebih Rp. 35.000,00, namun pada Oktober tagihan
rekening listrik kurang lebih Rp. 145.000,00. Bapak Mahar tidak
mengetahui tentang subsidi listrik, PT PLN pernah datang
kerumahnya. Beliau sudah tidak bekerja karena penurunan terhadap
kesehatan. Beliau tinggal bersama anaknya, anaknya bekerja tidak
tetap atau kuli kasar seperti kuli untuk tanaman hias dengan
penghasilan kurang lebih Rp. 300.000,00 – Rp. 500.000,00. Bapak
Mahar mempunyai tiga orang anak yang sudah menikah. Mempunyai
kartu kesehatan berupa kartu dari Puskesmas. Rumah milik sendiri,
mempunyai televisi dan tidak mempunyai kendaraan
d. Bapak Margani dan ibu Yuyun (istri) merupakan konsumen dengan
daya 450 VA. Bapak Margani berusia 52 tahun dan ibu Yuyun berusia
35 tahun. Pembayaran rekening listrik kurang lebih Rp. 120.000,00 –
Rp. 125.000,00 , daya 450 VA untuk dua rumah, yaitu rumah bapak
Margani beserta keluarga dan orangtua dari bapak Margani (bapak
Sanin dan ibu Nesi). Bapak Margani tidak mempunyai pekerjaan tetap
dengan penghasilan kurang lebih Rp. 1.500.000,00. Bapak Margani
65
sedang memulai ternak kambing, dan istri merupakan ibu rumah
tangga. Memiliki kulkas, televisi, dan satu motor. Sebelum
mempunyai kulkas dan televisi tagihan rekening listrik bapak Margani
kurang lebih Rp. 80.000,00. Bapak Margani mempunyai lima anak
(ketiga anaknya telah menikah, anak ke empat berusia enam belas
tahun tamat sekolah dasar dan belum bekerja, sedangkan anak kelima
berusia sepuluh tahun duduk dibangku sekolah dasar kelas dua). Tidak
mempunyai kartu perlindungan sosial.
Bapak Sanin dan ibu Nesi merupakan orangtua dari bapak
Margani. Bapak Sanin berusia sekitar 80 tahun, sedangkan ibu Nesi
berusia sekitar 65 tahun. Status kepemilikan rumah merupakan milik
sendiri. Bapak Sanin dan ibu Nesi sudah tidak bekerja. Bapak Sanin
dan ibu Nesi menumpang listrik kepada anaknya (bapak Margani),
dan menurut bapak Margani bahwa listrik yang terpasang dirumah
orangtuanya hanya lampu (penerangan). Bapak Sanin sebelumnya
bekerja sebagai petani namun tanah nya menumpang atau milik PT,
sehingga bapak Sanin dan ibu Nesi bertanam singkong dan pisang
ditanah milik PT. Selain bertani, ibu Nesi juga ibu rumah tangga.
Penghasilan bertani kurang lebih Rp. 10.000,00 – Rp. 15.000,00 untuk
satu atau dua baris tanaman yang ditanam. Beliau tidak mempunyai
kartu jaminan kesehatan, jika sakit berobat ke klinik. Bapak Sanin
mempunyai penyakit maag. Bapak Sanin dan ibu Nesi (orangtua dari
bapak Margani) termasuk dalam status langganan listrik kategori
menyalur, yaitu mendapatkan listrik dari listrik anaknya (bapak
Margani) yang berbeda rumah atau rumahnya berada disamping
rumah bapak Sanin.
Berdasarkan uraian di atas yang dapat dikategorikan sebagai penerima
subsidi listrik sebagai berikut:
a. Bapak Mahar dengan daya 450 VA dengan pembayaran rekening
listrik biasanya kurang lebih Rp. 30.000,00 namun Oktober
mengalami kenaikan menjadi Rp. 145.000,00.
66
b. Bapak Margani yang berdaya 450 VA (untuk rumah keluarga bapak
Margani dan orangtuanya, yaitu bapak Sanin dan ibu Nesi) dengan
pembayaran listrik kurang lebih Rp. 120.000,00 – Rp. 125.000,00.
c. Bapak Syafei dan ibu Sukawati dengan daya 450 VA dengan
pembayaran rekening listrik kurang lebih Rp. 100.000,00 – Rp.
125.000,00.
d. Ibu Asmi dengan daya 450 VA dengan pembayaran rekening listrik
tiap bulan kurang lebih Rp. 70.000,00 – Rp. 100.000,00.
e. Bapak Sunarya (Almarhum) dan ibu Limi dengan daya listrik 900 VA.
Dilihat dari pembayaran rekening listrik tiap bulan kurang lebih
sekitar Rp. 70.000,00 karena bapak Sunarya dengan daya listrik 900
VA dapat dikategorikan konsumen miskin dan tidak mampu.
f. Bapak Suhaeri yang berdaya 900 VA dengan pembayaran rekening
listrik kurang lebih Rp. 100.000,00 namun tidak lebih dari Rp.
200.000,00.
B. Analisis Perlindungan Konsumen Jasa Listrik
1. Hak Konsumen Listrik
Berdasarkan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009
Tentang Ketenagalistrikan bahwa konsumen berhak untuk sebagai
berikut:
a. Mendapat pelayanan yang baik
Pelayanan yang baik dapat berupa pelayanan yang tidak
membeda-bedakan antara konsumen listrik yang disubsidi atau non
subsidi, mendapatkan layanan pemeliharaan jaringan tenaga listrik
yang dilakukan oleh petugas secara berkala sehingga konsumen
merasakan kenyamanan dan keamanan saat menggunakan tenaga
listrik, pelayanan perbaikan apabila mengalami gangguan listrik dan
lain-lain.
b. Mendapat tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan
keandalan yang baik
67
Mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan
keandalan yang baik seperti tidak adanya keterlambatan pasokan
energi listrik untuk pembangkit listrik karena jika adanya
keterlambatan pasokan energi listrik disuatu pembangkit listrik dapat
menyebabkan penurunan daya atau tidak maksimalnya kerja
pembangkit listrik dan dapat menyebabkan kelebihan beban untuk
pembangkit listrik lainnya disebabkan oleh pembangkit listrik yang
mengalami penurunan daya tidak dapat bekerja maksimal dan harus
dibantu oleh pembangkit listrik lainnya, hal tersebut dapat
menyebabkan pemadaman listrik secara bergiliran sehingga
konsumen akan mengalami kerugian akibat pemadaman tersebut.
c. Memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya dengan harga yang
wajar
Memperoleh tenaga listrik dengan harga yang wajar diatur
berdasarkan Pasal 7 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2007 Tentang Energi, yaitu:
1) Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian
berkeadilan.
Harga energi ditetapkan berdasarkan nilai keekonomian
berkeadilan dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya
pemberian subsidi listrik yang terdapat dalam tabel 3.15 tentang
penyesuaian tarif untuk golongan R-1 / 900VA – RTM akan
dilakukan dalam tiga tahap dan terdapat dalam lampiran
Peraturan Menteri ESDM Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Tarif
Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh PT Perusahaan Listrik
Negara (Persero) mengenai penyesuaian tarif tenaga listrik untuk
rumah tangga.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dana subsidi
untuk kelompok masyarakat tidak mampu
Pemerintah pusat dan daerah telah menyediakan dana
subsidi untuk kelompok masyarakat tidak mampu yang telah
68
diatur dalam APBN 2018 tercantum dalam alokasi belanja negara
diuraian belanja pemerintah pusat untuk belanja non K
(Kementerian) / L (Lembaga) yang telah diuraikan dalam Tabel
3. 3: Uraian Alokasi Belanja Negara dalam Postur APBN 2018.
d. Mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga
listrik
Mendapat pelayanan berupa perbaikan apabila ada gangguan
tenaga listrik untuk menjamin rasa kenyamanan dan keamanan
konsumen menggunakan tenaga listrik.
e. Mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan
kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin
usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam
perjanjian jual beli tenaga listrik
Berdasarkan Pasal 4 Huruf H Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan konsumen telah diatur hak konsumen
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan
perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.
Dalam Pasal 6 Ayat (1) Peraturan Menteri ESDM Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang
Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), yaitu PT PLN (Persero) wajib memberikan
pengurangan tagihan listrik kepada konsumen apabila realisasi
tingkat mutu pelayanan tenaga listrik melebihi 10% (sepuluh persen)
diatas besaran tingkat mutu pelayanan tenaga listrik yang ditetapkan,
untuk indikator:
1) Lama gangguan
2) Jumlah gangguan
3) Kecepatan pelayanan perubahan daya tegangan rendah
4) Kesalahan pembacaan kWh meter
5) Waktu koreksi kesalahan rekening; dan/atau
69
6) Kecepatan pelayanan sambungan baru tegangan rendah
Dalam Pasal 7 Ayat (1) Peraturan Menteri ESDM Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang
Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), yaitu PT PLN (Persero) dibebaskan dari
kewajiban pemberian pengurangan tagihan listrik kepada konsumen
terhadap indikator lama gangguan dan jumlah gangguan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 Ayat (1) Huruf A dan Huruf B apabila:
1) Diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan pemeliharaan,
perluasan atau rehabilitasi instalasi ketenagalistrikan
2) Terjadi gangguan pada instalasi ketenagalistrikan yang bukan
karena kelalaian PT PLN (Persero)
2. Kewajiban Konsumen Listrik
Berdasarkan Pasal 29 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2009 Tentang Ketenagalistrikan kewajiban konsumen sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul
akibat pemanfaatan tenaga listrik
Melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin
timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik juga sesuai dengan Pasal 5
Huruf A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen bahwa konsumen wajib membaca atau
mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
b. Menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik konsumen
Dalam Pasal 5 Huruf A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen bahwa konsumen wajib membaca
atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
Apabila terjadi gangguan / kelalaian yang disebabkan oleh
konsumen maka sesuai dengan terjadi gangguan pada instalasi
ketenagalistrikan yang bukan karena kelalaian PT PLN (Persero)
70
sesuai Pasal 7 Ayat (1) Huruf B Peraturan Menteri ESDM Nomor 27
Tahun 2017 Tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang
Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PT Perusahaan
Listrik Negara (Persero), yaitu PT PLN (Persero) dibebaskan dari
kewajiban pemberian pengurangan tagihan listrik kepada konsumen
apabila terjadi gangguan pada instalasi ketenagalistrikan yang bukan
karena kelalaian PT PLN (Persero).
c. Memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukkannya
Memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukkannya
misalnya tenaga listrik yang terpasang untuk pelayanan sosial tidak
digunakan untuk keperluan rumah tangga, bisnis ataupun industri.
d. Membayar tagihan pemakaian tenaga listrik; dan
Membayar tagihan pemakaian tenaga listrik sesuai dengan Pasal
5 Huruf B dan C Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK)
mengenai kewajiban konsumen, yaitu beritikad baik dalam
melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa (huruf b), dan
membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati (huruf c)
e. Menaati persyaratan teknis dibidang ketenagalistrikan
Menaati persyaratan teknis dibidang ketenagalistrikan sesuai
dengan Pasal 5 Huruf A Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen bahwa konsumen wajib membaca
atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau
pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
3. Keterbukaan Informasi
Konsumen setelah mendaftar pengaduan kepesertaan subsidi dikantor
Desa/Kelurahan terkait status laporan berupa berhak atas subsidi, tidak
berhak atas subsidi dan dalam proses bahwa
Kecamatan/Provinsi/Kabupaten/Kota dapat memonitoring terkait hal
tersebut. Kecamatan pada saat penerapan kebijakan SLTS akan
mendapatkan dua username login, yaitu untuk menginput laporan
formulir pengaduan pada aplikasi pengaduan dan melakukan fungsi
71
monitoring terhadap laporan yang telah masuk. Kabupaten/Kota dan
Provinsi akan diberikan 1 (satu) username login dengan akses terbatas
untuk mengakses fungsi monitoring laporan pengaduan yang ada
didaerahnya kewenangannya masing-masing.8
Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016
Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk
Rumah Tangga dalam uraian tentang tata cara dan mekanisme
penanganan pengaduan kepesertaan subsidi tarif tenaga listrik untuk
rumah tangga miskin dan tidak mampu Angka 7 (tujuh) Huruf (E) , yaitu
kecamatan dapat mengunduh hasil pengaduan dari website:
subsidi.djk.esdm.go.id untuk disampaikan kerumah tangga pengadu.
Hasil pengaduan tersebut tidak diterima oleh pengadu sehingga pengadu
tidak mendapatkan informasi hasil pengaduan atau akses informasi untuk
mengetahui hasil pengaduan. Hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan
perlindungan konsumen berdasarkan Pasal 3 Huruf D Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yaitu
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi.
Konsumen yang telah melakukan pengaduan beberapa ada yang
bertanya ke ketua RT/RW dan kelurahan, namun ketua RT/RW dan
Kelurahan tidak mengetahui hasil laporan tersebut, dan
pengadu/konsumen tidak mencari informasi dengan bertanya/datang
kekantor Kecamatan, Kota/Kabupaten, Provinsi dan PT PLN setempat
untuk pengecekkan hasil laporan pengaduan. Kantor Desa/Kelurahan
tidak memiliki akses yang terhubung langsung dengan hasil penetapan
penerima subsidi, sehingga ketua RT/RW dan Kelurahan ditanya tentang
8 Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralKelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero),Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran, h.33-36, dikutip darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/finalisasi%20juknis%20lampiran%20SE.pdfpada 8 Agustus 2018.
72
hasil laporan pengaduan tidak bisa memberikan jawaban. Terdapat
beberapa pengadu yang tidak mencari informasi terkait laporan
pengaduan setelah melakukan pengaduan.
Pihak Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi tidak memberikan
hasil laporan pengaduan kepada pengadu yang mana bisa disampaikan
kekantor Desa/Kelurahan untuk disampaikan ke ketua RT/RW untuk
diberikan ke pengadu yang bersangkutan. Hubungan Kelurahan dalam hal
pengaduan kepesertaan subsidi, yaitu menyerahkan data pengaduan
kekantor Kecamatan, dan kantor Kecamatan menginput datanya ke
aplikasi. Kecamatan, Kota/Kabupaten, dan Provinsi mempunyai akses
terkait hasil laporan namun akses memonitoring hasil laporan tidak
diketahui atau kurang informasi terkait hal tersebut. Sehingga setelah
Kecamatan menginput terhenti sampai bukti penginputan berupa tanda
terima pengaduan kepesertaan subsidi listrik untuk rumah tangga.
Mekanisme memperoleh informasi berdasarkan Pasal 22 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
Publik, yaitu setiap pemohon informasi publik dapat mengajukan
permintaan untuk memperoleh informasi publik kepada badan publik
terkait secara tertulis atau tidak tertulis. Dalam Pasal 7 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
bahwa badan publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau
menerbitkan informasi publik yang berada dibawah kewenangannya
kepada pemohon informasi publik, selain informasi yang dikecualikan
sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini konsumen / pengadu dapat
meminta laporan hasil pengaduan subsidi karena bukan merupakan
informasi yang dikecualikan dalam Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Selain tidak sesuai dengan tujuan perlindungan konsumen, yaitu
menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk
mendapatkan informasi, konsumen juga berhak mendapatkan pembinaan
73
dan pendidikan sesuai dengan Huruf F Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Dalam hal ini konsumen tidak
mendapatkan pembinaan atau pendidikan berupa penginformasian terkait
pelaksanaan kebijakan subsidi listrik, masih terdapat beberapa konsumen
yang tidak mengetahui pemberian subsidi untuk konsumen daya 450 VA
masih seluruhnya disubsidi dan daya 900 VA bagi konsumen miskin dan
tidak mampu yang terdata dalam data BDT milik TNP2K.
Konsumen/pengadu setelah melakukan pengaduan tidak mengetahui
tahap selanjutnya untuk memperoleh hasil laporan pengaduan berupa
informasi terhadap status berhak menerima subsidi, tidak berhak atau
masih dalam proses.
C. Mekanisme Penyesuaian Tarif Tenaga Listrik
Bagi konsumen mampu berdaya listrik 900 VA (R-1/900 VA-RTM)
berdasarkan Pasal 1 Butir (4) Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016
Tentang Mekanisme Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah
Tangga ialah konsumen rumah tangga pengguna daya 900 VA yang tidak
termasuk dalam rumah tangga miskin dan tidak mampu. Berdasarkan Pasal 3
Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016, yaitu terhadap konsumen
PT PLN (Persero) golongan rumah tangga daya 900 VA yang tidak terdapat
dalam data terpadu, PT PLN (Persero) wajib menyesuaikan tarif tenaga listrik
menjadi tenaga listrik konsumen golongan rumah tangga daya 900 VA-RTM.
Penyesuaian tarif dilakukan per-dua bulan secara tiga tahap, yaitu 1
Januari, 1 Maret dan 1 Mei 2017. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM
Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), penyesuaian tarif tenaga listrik untuk
keperluan rumah tangga sebagai berikut:
74
Berlaku mulai 1 Januari 2017 – 28 Februari 2017
Gol Tarif
/ Batas
Daya
Reguler
PrabayarBiaya Beban
(Rp/Kva/bulan)
Biaya Pemakaian
(Rp/kWh)
R-1/TR
s.d 450
VA
11.000 Blok I: 0 s.d. 30 kWh =
169
Blok II: diatas 30 kWh s.d.
60 kWh = 360
Blok III: diatas 60 kWh =
495
415
Gol Tarif /
Batas
Daya
Reguler
PrabayarBiaya Beban
(Rp/Kva/bulan)
Biaya Pemakaian
(Rp/kWh)
R-1/TR
s.d 450
VA
11.000 Blok I: 0 s.d. 30 kWh = 169
Blok II: diatas 30 kWh s.d.
60 kWh = 360
Blok III: diatas 60 kWh =
495
415
R-1 / TR
900 VA
20.000 Blok I: 0 s.d. 20 kWh = 275
Blok II: diatas 20KWh s.d.
60 kWh = 445
Blok III: diatas 60 kWh =
495
605
R-1 / TR
900 VA-
RTM
26.000 Blok I: 0 s.d. 20 KWh =
360
Blok II: diatas 20 kWh s.d.
60 kWh = 582
Blok III: diatas 60 kWh =
692
791
75
R-1 / TR
900 VA
20.000 Blok I: 0 s.d. 20 kWh =
275
Blok II: diatas 20KWh s.d.
60 kWh = 445
Blok III: diatas 60 kWh =
495
605
R-1 / TR
900 VA-
RTM
34.000 Blok I: 0 s.d. 20 KWh =
470
Blok II: diatas 20 kWh s.d.
60 kWh = 761
Blok III: diatas 60 kWh =
1.014
1.034
Berlaku mulai 1 Maret 2017 – 30 April 2017
Gol Tarif
/ Batas
Daya
Reguler
PrabayarBiaya Beban
(Rp/Kva/bulan)
Biaya Pemakaian
(Rp/kWh)
R-1/TR
s.d 450
VA
11.000 Blok I: 0 s.d. 30 kWh =
169
Blok II: diatas 30 kWh s.d.
60 kWh = 360
Blok III: diatas 60 kWh =
495
415
R-1 / TR
900 VA
20.000 Blok I: 0 s.d. 20 kWh =
275
Blok II: diatas 20KWh s.d.
60 kWh = 445
Blok III: diatas 60 kWh =
495
605
R-1 / TR
900 VA-
RTM
*) 1.352 1.352
76
Catatan:
*) Diterapkan Rekening Minimum (RM)
RM 1 + 40 (jam Nyala) x Daya Tersambung (Kva) x Biaya Pemakaian
Berlaku mulai 1 Mei 2017.
Besaran subsidi listrik yang diterima oleh konsumen dengan 450 VA dan
900 VA miskin dan tidak mampu tergantung jumlah pemakaian energi
listriknya. Secara rata-rata konsumen rumah tangga daya 450 VA
mendapatkan subsidi sebesar Rp. 80.000,00 tiap konsumen per bulan,
sedangkan konsumen rumah tangga daya 900 VA rata-rata mendapatkan Rp.
90.000,00 per konsumen tiap bulan.9 Dikutip dari diskusi yang dilakukan
antara Hendra Iswahyudi (Direktur Pembinaan Pengusahaan
Ketenagalistrikan) yang menjadi pembicara dalam diskusi di iRadio Network
(iRadio 89,6FM) pada Rabu (8/8/2018) dengan Kepala Divisi Niaga PT PLN
(Persero) Yuddy Setyo Wicaksono dengan tema "Tarif Tidak Naik, Subsidi
Bagaimana?” bahwa setelah penyesuaian tarif tahap III (Mulai 1 Mei 2017
hingga 2018) tidak ada perubahan tarif listrik, berikut kutipannya:
“Pemerintah melalui Kementerian ESDM telah menetapkan bahwa tidak ada perubahantarif listrik sepanjang tahun 2017 yang lalu. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya belimasyarakat, daya saing industri, serta kestabilan perekonomian. Demikian juga hinggatriwulan tiga 2018 telah ditetapkan sama, meskipun terdapat kenaikan harga energiprimer seperti harga batubara, harga minyak dunia, dan lainnya. Pemerintah akanmenambah subsidi yang diberikan kepada PLN sebagai kompensasinya, agar keuanganPLN tetap sehat dan tetap bisa menyediakan listrik untuk masyarakat”.10
Konsumen diatas daya 900 VA yang ingin terdaftar sebagai penerima
listrik bersubsidi berdasarkan Pasal 2 Ayat (3) sampai dengan Ayat (5)
Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2016 Tentang Mekanisme
Pemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga, yaitu:
9Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian ESDM, Kelompok Kerja Pengelola DataProgram Penanganan Fakir Miskin, PT PLN, Tanya Jawab Pelaksanaan Kebijakan Subsidi ListrikTepat Sasaran, h. 5, diakses darihttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Tanya%20Jawab%20Lampiran%20Juknis.pdf pada 14 Agustus 2018.
10 “Tarif Tidak Naik, Subsidi Bagaimana?”, Kementerian Energi dan Sumber Daya MineralRepublik Indonesia, diupload pada 9 Agustus 2018, diakses dari https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-ketenagalistrikan/tarif-tidak-naik-subsidi-bagaimana pada 14 Agustus2018.
77
a. Konsumen PT PLN (Persero) golongan rumah tangga dengan daya 1300
VA keatas yang terdapat dalam data terpadu dengan menerima subsidi
tarif tenaga listrik setelah melakukan penurunan daya menjadi daya 450
VA atau daya 900 VA.
b. Penurunan daya dilaksanakan setelah konsumen PT PLN (Persero)
golongan rumah tangga dengan daya 1300 VA keatas sebagaimana
dimaksud pada Ayat (3) mengajukan permohonan penurunan daya
kepada PT PLN (Persero)
c. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada Ayat (4), PT PLN
(Persero) wajib melayani permohonan penurunan daya sesuai dengan
ketentuan di PT PLN (Persero).
D. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat
Sasaran (SLTS)
Pengawasan pelaksanaan kebijakan SLTS dibantu oleh tiga Kementerian,
yaitu Kementerian Dalam Negeri, Kementerian ESDM, dan Kementerian
Sosial. Mekanisme pemberian subsidi listrik diatur dalam Peraturan Menteri
ESDM Nomor 29 Tahun 2016. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) telah
menerbitkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 671/4809/SJ tanggal
16 Desember 2016, tentang Dukungan Penanganan Pengaduan Dalam
Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Pengawasan terhadap pemberian subsidi listrik dilakukan secara bertahap,
yaitu:
1. Konsumen terdata dalam data BDT milik TNP2K
TNP2K memberikan data BDT kepada Kementerian ESDM /
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan dan diproses oleh PT PLN untuk
dilakukan pencocokkan data lapangan. Pengawasan yang dilakukan bagi
konsumen daya 450 VA dan 900VA miskin dan tidak mampu (terdata
dalam data BDT) berupa pencocokkan data lapangan oleh PT PLN
(Persero) berdasarkan data dari TNP2K dengan data pelanggan PLN dan
hasilnya diinput kesistem atau aplikasi yang dimiliki oleh PT PLN yang
selanjutnya oleh akan disahkan sebagai daftar calon penerima subsidi. ID
78
pelanggan (IDPEL) akan ditandai dalam sistem yang dimiliki oleh PT PLN
(Persero) sebagai penerima subsidi.
2. Konsumen diluar data BDT
Pelanggan PLN yang ingin menerima subsidi dapat mengajukan
pengaduan dikantor Desa/Kelurahan untuk mengisi formulir kepengaduan
kepesertaan subsidi listrik. Desa/Kelurahan akan menyerahkan data
rekapitulasi kekantor Kecamatan untuk diinput ke
http://subsidi.djk.esdm.go.id. Proses validasi melibatkan Kementerian
Sosial dalam pencocokkan data pengaduan dengan data keikutsertaan
kartu perlindungan sosial, dan pencocokkan dengan data milik TNP2K
yang menjadi data penetapan penerima subsidi. Maka akan diketahui data
konsumen tersebut terdata dalam data BDT atau tidak terdata dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Terdata dalam data BDT
PT PLN akan melakukan pencocokkan lapangan dan menginput
kesistem atau aplikasi yang dimiliki oleh PT PLN (Persero). ID
pelanggan (IDPEL) pengadu akan diberikan penanda (flagging) pada
sistem AP2T. Apabila sebelumnya belum disubsidi namun setelah
melakukan pengaduan ternyata terdata maka kelebihan pembayaran
rekening listrik sebelum disubsidi akan dikembalikan melalui
pengurangan pembayaran listrik setelah terdata sebagai penerima
subsidi
b. Tidak terdata dalam data BDT milik TNP2K
Konsumen pengadu tidak akan diberikan subsidi dan akan
dilakukan penyesuaian tarif listrik secara bertahap yang dilakukan 3
(tiga) tahap per dua bulan mulai 1 Januari, 1 Maret dan 1 Mei 2017.
Hasil laporan pengaduan akan diberitahukan kepada pengadu.
Pengawasan hasil pengaduan dapat dimonitoring oleh kantor Kecamatan,
Kota/Kabupaten dan Provinsi karena memiliki akses untuk memonitoring hasil
pengaduan untuk diberitahukan kepada kantor Desa/Kelurahan dan diberikan
kepada konsumen pengadu. Konsumen pengadu juga dapat meminta
79
pengecekkan kepada PT PLN (Persero) setempat menggunakan NIK, namun
tidak dapat meminta pemberian subsidi oleh PT PLN (Persero) karena PT PLN
(Persero) tidak mempunyai kewenangan penetapan data penerima subsidi.
Pengawasan Kementerian Sosial dalam hal ini pencocokkan data
konsumen yang terdata dalam data BDT milik TNP2K, data pengaduan
kepesertaan subsidi yang dilakukan melalui kantor Desa/Kelurahan
dicocokkan dengan data keikutsertaan kartu perlindungan sosial yang
diterbitkan oleh Pemerintah. Pengawasan oleh Kementerian Dalam Negeri
dalam ini proses administrasi atau pengaduan kepesertaan subsidi dilakukan
melalui kantor Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi
yang merupakan kewenangan dari Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini
Pemerintah Daerah.
80
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari uraian terdahulu maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Mekanisme pemberian subsidi listrik untuk rumah tangga telah diatur
dalam Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 tentang Mekanisme Pemberian
Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga. Pemberian subsidi
bagi konsumen terdata dalam data BDT milik TNP2K, diluar data BDT
dan terdata namun tidak berhak sebagai berikut:
a. Terdata dalam data BDT milik TNP2K
Data BDT memuat data konsumen daya 450 VA (masih disubsidi
seluruhnya) dan 900 VA miskin dan tidak mampu. Daya 900 VA
terdapat penggolongan subsidi (900 VA miskin dan tidak mampu, dan
900 VA – RTM). Bagi konsumen yang terdata dalam data BDT maka
akan menerima subsidi tanpa harus melakukan pengaduan dikantor
Desa/Kelurahan. PT PLN (Persero) akan melakukan pencocokkan
lapangan berdasarkan data milik TNP2K dengan data pelanggan PLN.
b. Diluar data BDT milik TNP2K
Konsumen yang ingin mengajukan permohonan subsidi listrik
dilakukan melalui kantor Desa/Kelurahan yang akan diproses
kekantor Kecamatan atau Kota/Kabupaten untuk diinput datanya ke
website http://subsidi.djk.esdm.go.id. Proses validasi melibatkan
Kementerian Sosial dalam hal pencocokkan data pengadu dengan data
keikutsertaan kartu perlindungan sosial yang diterbitkan oleh
Pemerintah, pencocokkan data yang dimiliki oleh TNP2K dan
pencocokkan data pelanggan PT PLN (Persero). Apabila terdata maka
akan diberikan subsidi dengan pengurangan tagihan rekening listrik
pada bulan setelah terdata dalam penerima subsidi, pengurangan
81
tagihan rekening listrik berdasarkan kelebihan pembayaran saat
sebelum disubsidi. Apabila tidak terdata maka hasil laporan
pengaduan akan diberitahukan kepada pengadu.
c. Terdata dalam data BDT milik TNP2K namun tidak berhak
(konsumen mampu)
Konsumen mampu yang terdata dalam data BDT milik TNP2K
akan dilakukan penyesuaian tarif secara bertahap, dilakukan 3 (tiga)
tahap tiap 2 (dua) bulan mulai 1 Januari, 1 Maret dan 1 Mei 2017
hingga tarif keekonomian seharusnya. Konsumen dengan daya 1300
VA dan daya keatas lainnya yang terdata dapat melakukan penurunan
daya menjadi daya 450 VA atau 900 VA miskin dan tidak mampu
untuk mendapatkan subsidi.
2. Peran antar instansi terkait pelaksanaan pemberian subsidi listrik terdapat
tiga Kementerian yang bekerjasama sebagai berikut:
a. Kementerian ESDM menerima data BDT dari TNP2K. Kementerian
ESDM memerintahkan PT PLN (Persero) untuk melakukan
pencocokkan data lapangan berdasarkan data dari TNP2K untuk
diinput keaplikasi e-DISON. PT PLN (Persero) dan Kementerian
ESDM tidak mempunyai kewenangan dalam penetapan data penerima
subsidi
b. Kementerian Dalam Negeri dalam hal ini kantor Desa/Kelurahan,
Kecamatan, Kota/Kabupaten, dan Provinsi bertugas untuk melakukan
pendataan dalam data rekapitulasi kepengaduan kepesertaan,
menginput ke http://subsidi.djk.esdm.go.id dan memonitoring hasil
pengaduan.
c. Kementerian Sosial dalam hal ini bekerjasama dengan Kementerian
ESDM dan Kementerian Dalam Negeri terkait pencocokkan data
konsumen dalam keikutsertaan kartu perlindungan sosial yang
diterbitkan oleh Pemerintah seperti Program Keluarga Harapan
(PKH), beras miskin (Raskin), Kartu Indonesia Sehat (KIS)/ peserta
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Jaminan Kesehatan
82
Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),
Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan
lain-lain.
3. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan SLTS merupakan kerjasama
antara ketiga Kementerian yang telah disebut pada kesimpulan kedua
diatas. Pengawasan dimasing-masing Kementerian tidak dapat dipisahkan
atau saling berkesinambungan sebagai berikut:
a. Pengawasan oleh Kementerian Sosial berupa pencocokkan data
pengadu pelanggan PLN dan data BDT milik TNP2K dengan data
keikutsertaan dalam kartu perlindungan sosial yang diterbitkan oleh
Pemerintah
b. Pengawasan yang dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri dalam
hal ini Pemerintah Daerah melalui pengaduan kepesertaan subsidi
dikantor Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi.
Kantor Kecamatan, Kota/Kabupaten dan Provinsi memiliki akses
memonitoring atau pengawasan terhadap hasil laporan pengadu
karena diberikan username login untuk penginputan sekaligus
memonitoring ataupun memonitoring atau melakukan pengawasan
saja terhadap hasil laporan pengaduan
c. Kementerian ESDM dalam hal ini yang menerima data BDT tahun
2015 dari TNP2K yang mana data tersebut menjadi penetapan data
penerima subsidi yang memuat data konsumen daya 450 VA dan 900
VA miskin dan tidak mampu. Kementerian ESDM melakukan
pengawasan dengan memerintahkan PT PLN (Persero) Pusat hingga
ULP untuk melakukan pencocokkan data lapangan berdasarkan data
BDT dari TNP2K dengan data pelanggan PLN dan menginputnya ke
aplikasi e-DISON yang dimiliki oleh PT PLN (Persero).
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dengan ini peneliti dapat
mengemukakan rekomendasi, yaitu:
83
1. Perlu pembaharuan data BDT oleh TNP2K yang menjadi data penetapan
penerima subsidi, yaitu untuk daya 450 VA dan 900 VA miskin dan tidak
mampu. Dikarenakan keadaan kondisi sosial pelanggan PLN pasti
mengalami perubahan
2. Pemberian informasi kepada konsumen terkait kebijakan SLTS bahwa
untuk 450 VA masih seluruhnya disubsidi dan 900 VA terdapat
penggolongan subsidi dan non subsidi karena masih terdapat konsumen
yang tidak mengetahui masih adanya subsidi listrik
3. Pemberian pendidikan berupa informasi atau akses untuk memperoleh
informasi kepada konsumen untuk mengetahui status hasil laporan
pengaduan
4. Penjelasan tambahan dalam peraturan perundang-undangan terkait
pelaksanaan kebijakan SLTS tentang pemberian informasi hasil laporan
pengaduan kepada konsumen pengadu oleh pihak yang mempunyai akses
terhadap hasil laporan pengaduan
84
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Ali, Zainuddin. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, 2010.
Alimin dan Muhammad. Etika dan Perlindungan Konsumen Dalam EkonomiIslam. Yogyakarta: BPFE, 2004. dalam Zulham. Hukum PerlindunganKonsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. PedomanPenelitian Skripsi. Jakarta: FSH, 2017.
Hadjon, Philipus. M. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia. Surabaya:PT. Bina Ilmu, 1987.
Kusumaatmadja, Mochtar., & Sidharta, Arief. Pengantar Ilmu Hukum SuatuPengenalan Pertama Ruang Lingkup Berlakunya Ilmu Hukum. Bandung:P.T. Alumni, 1999.
Marzuki, Peter. Mahmud. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana, 2005. dalam FajarND, Mukti, dan Achmad, Yulianto. Dualisme Penelitian Hukum Normatif &Empiris. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2010.
Miru, Ahmadi, & Yodo, Sutarman. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarra: PTRaja Grafindo Persada, 2004.
Nasution, Az. Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar. Jakarta: DiaditMedia, 2002.
Nugraheni, Dea Melina.Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Listrik AtasPemadaman Listrik Oleh PT PLN (Persero) Ditinjau Dari Undang-UndangNomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: Skripsi S1Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, 2008.
Purba, A. Z. Perlindungan Konsumen: Sendi-sendi Pokok Pengaturan, 1982.
Purwosutjipto, H. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia 1. Jakarta:Djambata, 1985. dalam Hadhikusuma, R. S., & Sumantoro. Pengertian PokokHukum Perusahaan. Jakarta: Rajawali Press, 1996.
Poerwadarminta, WJS. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka,1976. Dalam Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: KencanaPrenada Media Group, 2013.
Raharjo, Satjipto. Ilmu Hukum. Bandung: PT. citra Aditya Bakti, 2000.
Saliman, Abdul R, dkk. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori & Contoh Kasus.Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2007.
85
Samsul, Inosentius. Perlindungan Konsumen: Kemungkinan Penerapan TanggungJawab Mutlak. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum UniversitasIndonesia, 2004.
Shofie, d. Pelaku Usaha, Konsumen, dan Tindak Pidana Korporasi. Jakarta: GhaliaIndonesia, 2002.
Siahaan, N. H. T. Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab Produk.Bogor: Grafika Mardi Yuana, 2005.
Sibadalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia. Bandung: CitraAditya Bakti, 2014.
Sidabalok, Janus. Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia. Bandung: PTCitra Aditya Bakti, 2010.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1984.
Toar, Agnes. M. Tanggung Jawab Produk, Sejarah Dan Perkembangannya DiBerbagai Negara. Ujung Pandang: DKIH Belanda, 1988.
Zulham. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,2013.
Peraturan Undang-Undang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 42. Tambahan Lembaran NegaraRI Nomor 3821.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi. Lembaran Negara RITahun 2009 Nomor 96. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4746.
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 Tentang Ketenagalistrikan. LembaranNegara RI Tahun 2007 Nomor 133. Tambahan Lembaran Negara RI Nomor5052.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 61. Tambahan Lembaran NegaraNomor 4846.
Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 29 Tahun 2016 Tentang MekanismePemberian Subsidi Tarif Tenaga Listrik Untuk Rumah Tangga. Berita NegaraRI Tahun 2016 Nomor 1566.
Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 28 Tahun 2016 Tentang Tarif Tenaga ListrikYang Disediakan Oleh PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). BeritaNegara Tahun 2016 Nomor 1565.
Peraturan Menteri ESDM Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Tingkat Mutu Pelayanandan Biaya Yang Terkait Dengan Penyaluran Tenaga Listrik Oleh PTPerusahaan Listrik Negara (Persero). Berita Negara Tahun 2017 Nomor 485.
86
Situs dan Dokumen Dari Internet
Anggita Rezki Amelia, Anggita. “Pemerintah Tetap Memberikan Subsidi ListrikSesuai Amanat UU”. katadata.co.id/konten/2017/06/24.https://katadata.co.id/opini/2017/06/24/subsidi-listrik-lebih-banyak-dinikmati-orang-mampu.
BEM KEMA FEB UNPAD 2017 KABINET HARMONI, “Subsidi Listrik, MasihTepatkah?”. Jakarta: 1 Mei 2017. http://bem-s1.fe.unpad.ac.id/subsidi-listrik-masih-tepatkah/.
Direktorat Jenderal Anggaran, Kementrian Keuangan Republik Indonesia,Direktorat Penyusunan APBN. Informasi APBN 2018 (PemantapanPengelolaan Fiskal Untuk Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi YangBerkeadilan), Jakarta: Direktorat Penyusunan APBN, Direktorat JenderalAnggaran, 6 Desember 2017. Juga dapat diunduh padahttps://www.kemenkeu.go.id/media/6552/informasi-apbn-2018.pdf.
Direktoral Jenderal Ketenagalistrikan, Kementrian Energi dan Sumber DayaMineral. Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran Rumah Tangga Daya 900VA. Jakarta: Kementrian ESDM, Ditjen Ketenagalistrikan, Januari 2017. Jugadapat diunduh pada https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-kebijakan-subsidi-listrik-tepat-sasaran-rumah-tangga-daya-900-va.pdf.
Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber DayaMineral Kelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan FakirMiskin PT PLN (Persero). Buku Tanya Jawab Pelaksanaan KebijakanSubsidi Listrik Tepat Sasaran. Juga dapat diunduh padahttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Buku%20Tanya%20Jawab%20Lampiran%20Juknis.pdf
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kelompok Kerja Pengelola DataTerpadu Program Penanganan Fakir Miskin, PT PLN (Persero), DirektoratJenderal Ketenagalistrikan. Petunjuk Teknis Kebijakan Subsidi Listrik TepatSasaran. Juga dapat diunduh padahttp://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/finalisasi%20juknis%20lampiran%20SE.pdf.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Tarif TidakNaik, Subsidi Bagaimana?. Diupload pada 9 Agustus 2018.https://www.esdm.go.id/id/berita-unit/direktorat-jenderal-ketenagalistrikan/tarif-tidak-naik-subsidi-bagaimana.
Nugraheni, Rivia, dkk. Perlindungan Konsumen Listrik PT PLN (Persero)Terhadap Harga Listrik Yang Wajar. Diponegoro Law Journal, Volume 6,Nomor 1, 2017. Juga dapat diunduh padahttps://ejournal3.undip.ac.id/index.php/dlr/.
87
PT PLN (Persero). Penerapan Subsidi Listrik Tepat Sasaran Bagi Konsumen R-1/900 VA. Juga dapat diunduh padahttp://www.djk.esdm.go.id/pdf/Coffee%20Morning/November%202016/3.%20Penerapan%20Subsidi%20Listrik%20Tepat%20Sasaran%20Bagi%20Konsumen%20R-1900%20VA.pdf.
Sekretariat Wakil Presiden RI, Tim Nasional Percepatan PenanggulanganKemiskinan (TNP2K),. Kesiapan Data Dalam Memberikan Subsidi ListrikTepat Sasaran.http://tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Paparan%202_TNP2K_Kesiapan%20Data%20Dalam%20Pemberian%20Subsidi%20Listrik%20Tepat%20Sasa...-1.pdf
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Tanya Jawab Umum Basis
Data Terpadu. Juga dapat diunduh pada http://bdt.tnp2k.go.id/tanyajawab
88
LAMPIRAN
Formulir Rekapitulasi Desa/Kelurahan
Provinsi :
Kabupaten/Kota :
Kecamatan :
Desa/kelurahan :
Jumlah Dusun/RW/Lingkungan :
Nama KepalaRumah Tangga
Nomor Induk
Kependudukan(NIK)
Pelanggan
PLN( Ya / Tidak)
Jenis
PengaduanKeterangan
(1) (2) (3) (4) (5)
Keterangan: Isian Kolom 41. Permohonan sambungan listrik baru dengan tarif bersubsidi2. Permohonan menjadi pelanggan tarif listrik bersubsidi3. Permohonan tidak menjadi pelanggan tarif listrik bersubsidi
Keterangan dalam rekapitulasi diatas dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan untukmemenuhi kebutuhan pemerintah.
Kepala Desa/Lurah(*)
tanda tangan & stempel
( )Catatan: *) Coret yang tidak sesuai
BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGADUANDesa/Kelurahan …………….…, Kecamatan ……………………… Kabupaten/Kota
………………………….
Pada tanggal ……. - …… bulan …..…. tahun 2017 telah diserahterimakan ……….. pengaduankepesertaan subsidi listrik rumah tangga.Demikian berita acara ini di buat untuk digunakan sebagai pertimbangan Pemerintah dalampelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Kepala Desa/Lurah ……………………..
(Nama Terang)
Lampiran:Formulir Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik Untuk Rumah TanggaCatatan: Berita acara ini dibuat rangkap 2:Lembar 1 untuk PLN & Lembar 2 untuk arsip desa/kelurahan
BERITA ACARA MUSYAWARAH DESA …USULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK
TEPAT SASARANDesa …………….…, Kecamatan ………………………
Kabupaten/Kota ………………………….
Pada tanggal …..…bulan …..…….. tahun 2017 telah diusulkan rumah tangga penerima subsidi
listrik di desa……………..… berdasarkan Formulir Pengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik
Tepat Sasaran sebagaimana daftar terlampir.Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagai pertimbangan Pemerintah dalampelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
1. Kepala Desa ……………… (………………..)2. Ketua BPD………… (………………..)
3. Perwakilan Tokoh Masyarakat Desa…………… (………………..)
DAFTAR NAMAUSULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK
TEPAT SASARAN
NO NAMA RT/RW
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13.
14.
15.
Pimpinan Musyawarah Desa
Ttd
(Ketua BPD)
Data Rekapitulasi Kepengaduan Kepesertaan Subsidi istrik Bulan Januari
2017 (Kelurahan Curug)
Lampiran 2
Formulir Rekapitulasi Kelurahan Curug
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Formulir Rekapitulasi Kelurahan
Provinsi : Jawa Barat-p
Kabupaten / Kota : Depok
Kecamatan : Bojongsari
Kelurahan : Curug
Jumlah RW : 13 RW
NoNama Kepala
RumahTangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5
1 JamhuriAnazar
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
2 Martin Surya Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
3 Sutinah Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
4 FentiTresnawati
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
5 Jaerusdi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
6 Haryono Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
7 Supardi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
8 Edi Sumaryana Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
9 Darwi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
10 Otam Rustam Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
11 Hj. Zulyati Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
12 Weniyah Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
13 TitinSupriyatin
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
14 Maswanih Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
15 H.HamdanB.Neman
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
16 Hidayatullah Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
17 Mawi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
18 Hj.Munawaroh
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
19 Resman Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
20 Syehabudin Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
NoNama Kepala
RumahTangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5
21 Mursanih Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
22 BarkahSantoso Edi
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
23 H.Mardani Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
24 Nuriman Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
25 Pendi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
26 Dasar AdiPrayitno
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
27 Karman Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
28 Apen Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
29 Teja Karyadi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
30 Dulhalim Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
31 Marup Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
32 SyamsulPadilah
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
33 Toni Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
34 Sayati Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
35 Agus Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
36 Marpudin Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
37 Nahadi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
38 Mahmud Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
39 Mardanih Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
40 Irmawati Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
41 Sairin Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
42 Nusad Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
43 Margani Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
44 Jaya Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
45 Wandi Efendi Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
Lampiran 3
Formulir Berita Acara Serah Terima Pengaduan dari Desa/Kelurahan
BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGADUAN
Kelurahan Curug Kecamatan Bojongsari kota Depok.
Pada tanggal 31 bulan Januari tahun 2017 telah diserahterimakan 45 ( Empat
Puluh Lima ) berkas pengaduan kepesertaan subsidi listrik rumah tangga.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagai pertimbangan
Pemerintah dalam pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Lurah Curug
JUANDA, SHNIP.1964120320021001
Lampiran :
- Formulir Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
Catatan :
- Berita Acara ini dibuat rangkap 2.
- Lembar 1 untuk PLN & lembar 2 untuk arsip Kelurahan Curug.
LAMPIRAN 5
Daftar Nama
Usulan Rumah Tangga Sasaran Penerima Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
DAFTAR NAMAUSULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN.
NO NAMA RT / RW
1 Jamhuri Anazar
2 Martin Surya
3 Sutinah
4 Fenti Tresnawati
5 Jaerusdi
6 Haryono
7 Supardi
8 Edi Sumaryana
9 Darwi
10 Otam Rustam
11 Hj. Zulyati
12 Weniyah
13 Titin Supriyatin
14 Maswanih
15 H.Hamdan B.Neman
16 Hidayatullah
17 Mawi
18 Hj.Munawaroh
19 Resman
20 Syehabudin
21 Mursanih
22 Barkah Santoso Edi
23 H.Mardani
24 Nuriman
25 Pendi
26 Dasar Adi Prayitno
27 Karman
28 Apen
29 Teja Karyadi
30 Dulhalim
NO NAMA RT / RW
31 Marup
32 Syamsul Padilah
33 Toni
34 Sayati
35 Agus
36 Marpudin
37 Nahadi
38 Mahmud
39 Mardanih
40 Irmawati
41 Sairin
42 Nusad
43 Margani
44 Jaya
45 Wandi Efendi
Pimpinan Musyawarah Kelurahan
....................................
Data Rekapitulasi Kepengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik Bulan Februari
2017 (Kelurahan Curug)
Lampiran 2
Formulir Rekapitulasi Kelurahan Curug
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Formulir Rekapitulasi Kelurahan
Provinsi : Jawa Barat
Kabupaten / Kota : Depok
Kecamatan : Bojongsari
Kelurahan : Curug
Jumlah RW : 13 RW
NoNama Kepala
RumahTangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
1 ULUNGMASDA
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
2 MUHAMMAD NURDIN
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
3 SYARIEFHIDAYATULLAH
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
4 MUHASRORI
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
5 FIRDAUS Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
6 kHOIRULLAH
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
7 Ma’MUN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
8 ABDULKARIM
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
9 SAE’AN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
10 MUHAMMAD YUSUF
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
11 ASRORI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
12 NURIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
13 SITI AISAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
14 NURJAYA Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
15 GUNAWAN.S
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
16 SUNGKONO Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
17 EENG HERUSUKMA
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
18 FALAHUDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
19 MULYADI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
20 ACHAMADSUPRIYADI
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
NoNama Kepala
RumahTangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
21 MUHAMADZAINILABIDIN
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
22 MASUM Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
23 SUPRIYADI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
24 MARTA Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
25 MANSYUR Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
26 BADRUDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
27 MURSALIH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
28 SUGITO Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
29 DARUSSALAM
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
30 SLAMETWAHYONO
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
31 NAWIDIH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
32 HASBULLOH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
33 SAAR Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
34 ROHIDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
35 ASMAT Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
36 SUWARDI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
37 ANDIRYAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
38 NANI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
39 SUPANDI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
40 DANIH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
41 DONO Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
Lampiran 3
Formulir Berita Acara Serah Terima Pengaduan dari Desa/Kelurahan
BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGADUAN
Kelurahan Curug Kecamatan Bojongsari kota Depok.
Pada tanggal 28 bulan Februari 2017 telah diserahterimakan 41 ( Empat Puluh
Satu ) berkas pengaduan kepesertaan subsidi listrik rumah tangga.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagai pertimbangan
Pemerintah dalam pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Lurah Curug
JUANDA, SHNIP.1964120320021001
Lampiran :
- Formulir Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
Catatan :
- Berita Acara ini dibuat rangkap 2.
- Lembar 1 untuk PLN & lembar 2 untuk arsip Kelurahan Curug
LAMPIRAN 5
Daftar Nama
Usulan Rumah Tangga Sasaran Penerima Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
DAFTAR NAMAUSULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN.
NO NAMA RT / RW
1 ULUNG MASDA
2 MUHAMMAD NURDIN
3 SYARIEF HIDAYATULLAH
4 MUH ASRORI
5 FIRDAUS
6 kHOIRULLAH
7 Ma’MUN
8 ABDUL KARIM
9 SAE’AN
10 MUHAMMAD YUSUF
11 ASRORI
12 NURIN
13 SITI AISAH
14 NURJAYA
15 GUNAWAN.S
16 SUNGKONO
17 EENG HERU SUKMA
18 FALAHUDIN
19 MULYADI
20 ACHAMAD SUPRIYADI
21 MUHAMAD ZAINIL ABIDIN
22 MASUM
23 SUPRIYADI
24 MARTA
25 MANSYUR
26 BADRUDIN
27 MURSALIH
28 SUGITO
29 DARUSSALAM
30 SLAMET WAHYONO
31 NAWIDIH
32 HASBULLOH
33 SAAR
34 ROHIDIN
35 ASMAT
36 SUWARDI
37 ANDIRYAH
38 NANI
39 SUPANDI
40 DANIH
41 DONO
Pimpinan Musyawarah Kelurahan
....................................
Rekapitulasi Data Subsidi Listrik Bulan Maret 2018 (Kelurahan Curug)
Lampiran 2
Formulir Rekapitulasi Kelurahan Curug
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Formulir Rekapitulasi Kelurahan
Provinsi : Jawa Barat
Kabupaten / Kota : Depok
Kecamatan : Bojongsari
Kelurahan : Curug
Jumlah RW : 13 RW
No
Nama Kepala
Rumah
Tangga
Nomor Induk
Kependudukan
(NIK)
Pelangga
n PLN
(Ya/Tidak
)
Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
1 Siti Rohani Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
2 Nuri Indah
Sari
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
3 Iyar Yuningsih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
4 Titin Sutinah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
5 Udin
Samsudin
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
6 A.Mubih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
7 Herman Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
8 H.Marta Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
9 Samsudin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
10 Ahmaludin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
11 Aminah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
12 Warnih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
13 Rodjichi Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
14 Nengsih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
15 Neneng Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
16 Akhmad
Kausar
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
17 Semad Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
18 Rojali Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
19 Saunah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
20 Ramdhan Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
No
Nama Kepala
Rumah
Tangga
Nomor Induk
Kependudukan
(NIK)
Pelangga
n PLN
(Ya/Tidak
)
Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
21 Darji Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
22 Siti Maemunah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
23 Jumiah Parso Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
24 Sigit Pramono Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
25 Saalih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
26 Sukiman Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
27 Angkih
Hidayat
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
28 Jani Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
29 Sumarno Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
30 Priyono Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
31 Dewi
Priyandini
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
32 Bonin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
33 Muhtar Salim Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
34 Adriansyah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
35 Mohamad
Fahmi
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
36 Subur Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
37 Sunyoto Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
38 Abdul Rosad Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
39 Bambang
Irawan
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
40 Sinah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
41 Samsudin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
42 Suwarta Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
43 Acep Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
44 Minah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
45 Jamaludin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
46 Juinah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
47 Supriyadi Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
48 Romlih Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
No
Nama Kepala
Rumah
Tangga
Nomor Induk
Kependudukan
(NIK)
Pelangga
n PLN
(Ya/Tidak
)
Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
49 Saipul Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
50 Yusuf Amin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
51 Siti Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
52 Muhammad
Rifat
Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
53 Omsah Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
54 Bunyamin Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
55 Ruslan Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
56 Rusli Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
57 Hendrik Pesik Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
58 Satiman Ya Permohonan menjadi
pelanggan tarif listrik
bersubsidi.
Lampiran 3
Formulir Berita Acara Serah Terima Pengaduan dari Desa/Kelurahan
BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGADUAN
Kelurahan Curug Kecamatan Bojongsari kota Depok.
Pada tanggal 14 bulan maret tahun 2017 telah diserahterimakan 58 ( Lima
puluh delapan ) berkas pengaduan kepesertaan subsidi listrik rumah tangga.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagai pertimbangan
Pemerintah dalam pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Lurah Curug
JUANDA, SH
NIP.
1964120320021001
Lampiran :
- Formulir Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
Catatan :
- Berita Acara ini dibuat rangkap 2.
- Lembar 1 untuk PLN & lembar 2 untuk arsip Kelurahan Curug.
LAMPIRAN 5
Daftar Nama
Usulan Rumah Tangga Sasaran Penerima Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
DAFTAR NAMA
USULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN.
NO NAMA RT / RW
1 Siti Rohani
2 Nuri Indah Sari
3 Iyar Yuningsih
4 Titin Sutinah
5 Udin Samsudin
6 A.Mubih
7 Herman
8 H.Marta
9 Samsudin
10 Ahmaludin
11 Aminah
12 Warnih
13 Rodjichi
14 Nengsih
15 Neneng
16 Akhmad Kausar
17 Semad
18 Rojali
19 Saunah
20 Ramdhan
21 Darji
22 Siti Maemunah
23 Jumiah Parso
24 Sigit Pramono
25 Saalih
26 Sukiman
27 Angkih Hidayat
28 Jani
29 Sumarno
30 Priyono
31 Dewi Priyandini
32 Bonin
33 Muhtar Salim
34 Adriansyah
35 Mohamad Fahmi
36 Subur
37 Sunyoto
38 Abdul Rosad
39 Bambang Irawan
40 Sinah
41 Samsudin
42 Suwarta
43 Acep
44 Minah
45 Jamaludin
46 Juinah
47 Supriyadi
48 Romlih
49 Saipul
50 Yusuf Amin
51 Siti
52 Muhammad Rifat
53 Omsah
54 Bunyamin
55 Ruslan
56 Rusli
57 Hendrik Pesik
58 Satiman
Pimpinan Musyawarah Kelurahan
....................................
Data Rekapitulasi Kepengaduan Kepesertaan Subsidi Listrik Bulan April
2017 (Kelurahan Curug)
Lampiran 2
Formulir Rekapitulasi Kelurahan Curug
Kecamatan Bojongsari Kota Depok
Formulir Rekapitulasi Kelurahan
Provinsi : Jawa Barat
Kabupaten / Kota : Depok
Kecamatan : Bojongsari
Kelurahan : Curug
Jumlah RW : 13 RW
NoNama Kepala
Rumah Tangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
1 sholehhudin Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
2 sunarya Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
3 nasri Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
4 Mujiyanti Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
5 Muhamad abdulsukur
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
6 wirja Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
7 Sopyan pauji Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
8 ROSIYAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
9 SUTINI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
10 ANAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
11 MIDAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
12 YUNUS Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
13 ROMELIH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
14 DEDI RUSDI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
15 SARIPUDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
16 ROJAK Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
17 SYAFRUDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
18 SAMIH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
19 SAPRI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
20 MAESAROH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
NoNama Kepala
Rumah Tangga
Nomor IndukKependudukan
(NIK)
PelangganPLN
(Ya/Tidak)Jenis Pengaduan KET
1 2 3 4 5 6
21 SUHENDRA Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
22 YULIANTI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
23 RASIDI Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
24 MARGANA Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
25 JAMALUDIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
26 ARNAH Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
27 TRISNA YANTO Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
28 USNI TAMRIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
29 SYAHRIAL Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
30 ARIWIJAYA Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
31 MARI BONIN Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
32 TB.ADUNGMOCH SYODIK
Ya Permohonan menjadi pelanggantarif listrik bersubsidi.
Lampiran 3
Formulir Berita Acara Serah Terima Pengaduan dari Desa/Kelurahan
BERITA ACARA SERAH TERIMA PENGADUAN
Kelurahan Curug Kecamatan Bojongsari kota Depok.
Pada tanggal 07 bulan April tahun 2017 telah diserahterimakan Tiga Puluh
Dua (32) berkas pengaduan kepesertaan subsidi listrik rumah tangga.
Demikian berita acara ini dibuat untuk digunakan sebagai pertimbangan
Pemerintah dalam pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
Lurah Curug
JUANDA, SHNIP.1964120320021001
Lampiran :
- Formulir Pengaduan Subsidi Listrik Tepat Sasaran
Catatan :
- Berita Acara ini dibuat rangkap 2.
- Lembar 1 untuk PLN & lembar 2 untuk arsip Kelurahan Curug.
LAMPIRAN 5
Daftar Nama
Usulan Rumah Tangga Sasaran Penerima Subsidi Listrik Tepat Sasaran.
DAFTAR NAMAUSULAN RUMAH TANGGA PENERIMA SUBSIDI LISTRIK TEPAT SASARAN.
NO NAMA RT / RW
1 sholehhudin
2 sunarya
3 nasri
4 Mujiyanti
5 Muhamad abdul sukur
6 wirja
7 Sopyan pauji
8 ROSIYAH
9 SUTINI
10 ANAH
11 MIDAH
12 YUNUS
13 ROMELIH
14 DEDI RUSDI
15 SARIPUDIN
16 ROJAK
17 SYAFRUDIN
18 SAMIH
19 SAPRI
20 MAESAROH
21 SUHENDRA
22 YULIANTI
23 RASIDI
24 MARGANA
25 JAMALUDIN
26 ARNAH
27 TRISNA YANTO
28 USNI TAMRIN
29 SYAHRIAL
30 ARIWIJAYA
31 MARI BONIN
32 TB.ADUNG MOCH SYODIK
Pimpinan Musyawarah Kelurahan
....................................
POSKO NASIONALPENGADUAN KEPESERTAAN SUBSIDI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
TANDA TERIMA
PENGADUANKEPESERTAANSUBSIDILISTRIKUNTUKRUMAHTANGGA
Pada Hari ini Selasa, Tanggal 14 Maret 2017 .Telah diterima PengaduanKepesertaan Subsidi Listrik Rumah Tangga.
No Pengaduan :
Nama : HENDRIK PESIK
Alamat : CURUG RAYA KELURAHAN CURUG
Desa/Kelurahan : CURUG
Kecamatan : BOJONGSARI
Kabupaten/Kota : KOTA DEPOK
Jenis :
Pengaduan
Permohonan Menjadi Pelanggan Tarif Listrik Bersubsidi
(Pelanggan)
No NIK :
Demikian Tanda Terima Pengaduan ini dibuat berdasarkan keadaan yangsebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kec. BOJONGSARI, 14 Maret 2017
Petugas Penerima Aduan
TOTO SUGIHARTO
POSKO NASIONALPENGADUAN KEPESERTAAN SUBSIDI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
TANDA TERIMA
PENGADUANKEPESERTAANSUBSIDILISTRIKUNTUKRUMAHTANGGA
Pada Hari ini Kamis, Tanggal 23 Maret 2017 .Telah diterima Pengaduan KepesertaanSubsidi Listrik Rumah Tangga.
No Pengaduan :
Nama : WARNIH
Alamat : JALAN RAYA CURUG KELURAHAN CURUG
Desa/Kelurahan : CURUG
Kecamatan : BOJONGSARI
Kabupaten/Kota : KOTA DEPOK
Jenis :
Pengaduan
Permohonan Menjadi Pelanggan Tarif Listrik Bersubsidi
(Pelanggan)
No NIK :
Demikian Tanda Terima Pengaduan ini dibuat berdasarkan keadaan yangsebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kec. BOJONGSARI, 23 Maret 2017
Petugas Penerima Aduan
TOTO SUGIHARTO
POSKO NASIONALPENGADUAN KEPESERTAAN SUBSIDI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
TANDA TERIMA
PENGADUANKEPESERTAANSUBSIDILISTRIKUNTUKRUMAHTANGGA
Pada Hari ini Kamis, Tanggal 23 Maret 2017 .Telah diterima Pengaduan KepesertaanSubsidi Listrik Rumah Tangga.
No Pengaduan :
Nama : AMINAH
Alamat : JALAN CURUG RAYA
Desa/Kelurahan : CURUG
Kecamatan : BOJONGSARI
Kabupaten/Kota : KOTA DEPOK
Jenis :
Pengaduan
Permohonan Menjadi Pelanggan Tarif Listrik Bersubsidi
(Pelanggan)
No NIK :
Demikian Tanda Terima Pengaduan ini dibuat berdasarkan keadaan yangsebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kec. BOJONGSARI, 23 Maret 2017
Petugas Penerima Aduan
TOTO SUGIHARTO
POSKO NASIONALPENGADUAN KEPESERTAAN SUBSIDI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA
---------------------------------------------------------------------------------------------------
TANDA TERIMA
PENGADUANKEPESERTAANSUBSIDILISTRIKUNTUKRUMAHTANGGA
Pada Hari ini Selasa, Tanggal 14 Maret 2017 .Telah diterima PengaduanKepesertaan Subsidi Listrik Rumah Tangga.
No Pengaduan :
Nama : MINAH
Alamat : KAMPUNG PONDOK KELURAHAN CURUG
Desa/Kelurahan : CURUG
Kecamatan : BOJONGSARI
Kabupaten/Kota : KOTA DEPOK
Jenis :
Pengaduan
Permohonan Menjadi Pelanggan Tarif Listrik Bersubsidi
(Pelanggan)
No NIK :
Demikian Tanda Terima Pengaduan ini dibuat berdasarkan keadaan yangsebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Kec. BOJONGSARI, 14 Maret 2017
Petugas Penerima Aduan
TOTO SUGIHARTO
Foto Selama Penelitian Lapangan
Keterangan: Bersama ibu Dewi Anggraeni, S.AP
Keterangan: Keadaan luar rumah ibu Aminah
Keterangan: Keadaan luar rumah ibu Neneng
Keterangan: Bersama ibu Aminah dan ibu Nenengdidalam rumah ibu Neneng
Keterangan: Bersama ibu Asmi dan ibu Aminah didepanwarung ibu Asmi
Keterangan: Keadaan rumah ibu
Keterangan: Keadaan warung milik ibu Asmi
Keterangan: Ibu Warnih dan ibu Neneng dihalaman depanrumah ibu Warnih
Keterangan: Ibu Neneng dan ibu Warnih didalam rumahibu Warnih
Keterangan: Ibu Limi / istri dari bapak Alm. Sunarya
Keterangan: Tampak luar rumah ibu Limi / istri dari bapakAlm. Sunarya bersama ibu Neneng
Keterangan: Bersama ibu Nia dan anaknya(suami dari ibu Nia yaitu bapak Adi)
Keterangan: Bersama bapak Suhaeri
Keterangan: Bersama bapak Andi
Keterangan: Keadaan tampak depan rumah bapak Margani
Keterangan: Keadaan tampak depan rumah bapak Margani
Keterangan: Bapak Margani
Keterangan: Bapak Sanin
Keterangan: Tampak depan rumah bapak Sanin
Keterangan: Bersama bapak Mahar
Keterangan: Tampak depan rumah bapak Mahar
Keterangan: Rumah ibu Nuryana
Keterangan: Rumah ibu Nuryana
Keterangan: Foto keadaan luar rumah ibu Sukawati danBapak Syafei
Keterangan: Foto keadaan luar rumah ibu Sukawati danBapak Syafei
Keterangan: Bersama bapak Setiyo Budiono selaku KepalaHUMAS/PPID PT PLN (Persero) UPPP Depok
Keterangan: Hasil penginputan data dikantor Kecamatan
TANDA TERIMA
Yang bertanda tangan di bawah ini :
N a m a : Dian Nur Rizkiani
Instansi : Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jabatan : Mahasiswi Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan Hukum
Menyatakan telah menerima Salinan elektronik data individual dengan nama dan alamat dari DataTerpadu Program Penanganan Fakir Miskin dan selaku penanggungjawab data, dengan inimenyatakan kesediaan sebagai berikut :
Setuju untuk menjaga integritas data yang diterima dan menggunakan data tersebut hanya untukkeperluan Program Penanggulangan Kemiskinan / Perlindungan Sosial.
Bersedia memenuhi kewajiban sebagai pengguna data sesuai ketentuan dalam PeraturanMenteri Sosial R.I No. 10 Tahun 2016, tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu ProgramPenanganan Fakir Miskin, dan Nota Kesepaham antara Pemohon dengan Kementerian Sosial R.Idan TNP2K, serta untuk melaporkan hasil pemanfaatan data yang diterima secara tertulis kepadaMenteri Sosial melalui Kelompok Kerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan FakirMiskin.
Jakarta, 22 Oktober 2018
Formulir TANDA TERIMA yang sudah ditandatangani harap kirim kembali ke : KelompokKerja Pengelola Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin SekretariatDirektorat Jenderal Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Alamat : Jl. SalembaRaya no. 28, Jakarta Pusat 10430
Tel/Faks : 021-3161574
Surel : [email protected]
Keterangan Variabel PBDT 2015
No Nama Variabel Tingkat Keterangan
1. Kode wilayah Rumahtangga
2 digit pertama kode provinsi
2 digit berikutnya kode kabupaten/kota
3 digit berikutnya kode kecamatan
3 digit terakhir kode kecamatan
2. Nama provinsi Rumahtangga
-
3. Namakabupaten/kota
Rumahtangga
-
4. Nama kecamatan Rumahtangga
-
5. Namadesa/kelurahan/nigari
Rumahtangga
-
6. Jumlah anggotarumah tangga (ART)
Rumahtangga
-
7. Jumlah keluarga Rumahtangga
-
8. Status kesejahteraan(desil)
RumahTangga &Individu
1. Rumah Tangga/Individu dengan kondisikesejahteraan dengan 10% terendah
2. Rumah Tangga/Individu dengan kondisikesejahteraan antara 11% - 20% terendah
3. Rumah Tangga/Individu dengan kondisikesejahteraan antara 21% - 30% terendah
4. Rumah Tangga/Individu dengan kondisikesejahteraan antara 31% - 40% terendah
9. Status penguasaanbangunan tempattinggal yangditempati
Rumahtangga
1. Milik sendiri2. Kontrak/sewa3. Bebas sewa4. Dinas5. Lainnya
10. Status lahan tempattinggal yangditempati
Rumahtangga
1. Milik sendiri2. Kontrak/sewa3. Bebas sewa4. Dinas5. Lainnya
11. Luas lantai Rumahtangga
m2
12. Jenis lantai terluas Rumahtangga
1. Marmer/granit2. Keramik
3. Parket/vinil/permadani4. Ubin/tegel/teraso5. Kayu/papan kualitas tinggi6. Semen/bata merah7. Bambu8. Kayu/papan kualitas rendah9. Tanah10. lainnya
13. Jenis dinding terluas Rumahtangga
1. tembok2. plesteran anyaman bambu/kawat3. kayu4. anyaman bambu5. batang kayu6. bambu7. lainnya
14. Kondisi dinding Rumahtangga
1. bagus/kualitas tinggi2. jelek/kualitas rendah
15. Jenis atap terluas Rumahtangga
1. beton/genteng beton2. genteng keramin3. genteng metal4. genteng tanah liat5. asbes6. seng7. sirap8. bambu9. jerami/ijuk/daun-daunan/rumbia10. lainnya
16. Kondisi atap Rumahtangga
1. bagus/kualitas tinggi2. jelek/kualitas rendah
17. Jumlah kamar tidur Rumahtangga
kamar
18. Sumber air minum Rumahtangga
1. air kemasan bermerk2. air isi ulang3. leding meteran4. leding eceran5. sumur terlindung6. sumur tak terlindung7. air sunga/danau/waduk8. air hujan9. lainnya
19. Cara memperoleh airminum
Rumahtangga
1. membeli eceran2. langganan3. tidak membeli
20. Sumber peneranganutama
Rumahtangga
1. listrik PLN2. listrik non PLN
3. bukan listrik
21. Daya listrikterpasang
Rumahtangga
1. 450 watt2. 900 watt3. 1300 watt4. 2200 watt5. >2200 watt6. Tanpa meteran
22. Bahan bakar/energiutama untukmemasak
Rumahtangga
1. Listrik2. Gas> 3kg3. Gas 3kg4. Gas kota/biogas5. Minyak tanah6. Briket7. Arang8. Kayu bakar9. Tidak memasak dirumah
23. Penggunaan fasilitastempat buang airbesar
Rumahtangga
1. Sendiri2. Bersama3. Umum4. Tidak ada
24. Tempat pembuanganakhir tinja
Rumahtangga
1. Tangka2. SPAL3. Lubang tanah4. Kolan/sawah/sungai/danau/laut5. Pantai/tanah lapang/kebun6. lainnya
25. Kepemilikan tabunggas 5,5kg atau lebih
Rumahtangga
1. ya2. tidak
26. Kepemilikan sepeda Rumahtangga
1. ya2. tidak
27. Kepemilikan sepedamotor
Rumahtangga
3. ya4. tidak
28. Kepemilikan mobil Rumahtangga
1. ya2. tidak
29. Kepemilikan perahu Rumahtangga
3. ya4. tidak
30. Kepemilikan motortempel
Rumahtangga
1. ya2. tidak
31. Kepemilikan perahumotor
Rumahtangga
3. ya4. tidak
32. Kepemilikan kapal Rumahtangga
1. ya2. tidak
33. Kepemilikan asetlahan
Rumahtangga
1. ya2. tidak
34. Luas lahan Rumahtangga
m2
35. Kepemilikan assetrumah ditempat lain
Rumahtangga
3. ya4. tidak
36. Jumlah ternak sapi Rumahtangga
Ekor
37. Jumlah ternak kerbau Rumahtangga
Ekor
38. Jumlah ternak kuda Rumahtangga
Ekor
39. Jumlah ternak babi Rumahtangga
Ekor
40. Jumlah ternakkambing/domba
Rumahtangga
ekor
41.. Ada anggota rumahtangga (ART) yangmemiliki usahasendiri/bersama
Rumahtangga
1. ya2. tidak
42. Hubungan dengankepala rumah tangga(KRT)
individu 1. kepala rumah tangga2. istri/suami3. anak4. menantu5. cucu6. orangtua/mertua7. pembantu rumah tangga8. lainnya
43. Nomor urut keluarga individu -
44. Hubungan dengankepala keluarga
individu 1. kepala rumah tangga2. istri/suami3. anak4. menantu5. cucu6. orangtua/mertua7. pembantu rumah tangga8. lainnya
45. Jenis kelamin individu 1. laki-laki2. perempuan
46. Umur (pada saatpendataan tahun2015)
individu tahun
47. Status perkawinan individu 1. belum kawin2. kawin/nikah3. cerai hidup4. cerai mati
48. Kepemilikan kartuidentitas
individu 0. tidak memiliki1. akta kelahiran2. kartu pelajar4. ktp8. sim
49. Jenis cacat individu 0. tidak cacat1. tuna daksa/cacat tubuh2. tuna netra/buta3. tuna rungu4. tuna wicara5. tuna rungu & wicara6. tuna netra & cacat tubuh7. tuna netra, rungu & wicara8. runa rungu, wicara & cacat tubuh9. tuna rungu, wicara, netra & cacat tubuh10. cacat mental retardasi11. mantan penderita gangguan jiwa12. cacat fisik & mental
50. Penyakitkronik/menahun
individu 0. tidak ada1. hipertensi2. rematik3. asma4. masalah jantung5. diabetes6. tuberculosis7. stroke8. kanker/tumor9. lainnya (gagal ginjal, paru-paru, flek dan
sejenisnya)
51. Partisipasi sekolah individu 0. tidak/belum pernah sekolah1. masih sekolah2. tidak bersekolah lagi
52. Jenjang dan jenispendidikan tertinggiyang pernah/sedangdiduduki
individu 1. SD/SDLB2. Paket A3. M Ibtidaiyah4. SMP/SMPLB5. Paket B6. M Tsanawiyah7. SMA/SMK/SMALB8. Paket C9. M Aliyah10. Perguruan Tinggi
53. Kelas tertinggi yangdimiliki
individu 0. Tidak punya ijazah1. SD/sederajat2. SMP/sederajat3. SMA/sederajat4. D1/D2/D35. D4/S16. S2/S3
54. Bekerja/membantubekerja selamaseminggu yang lalu
individu 1. Ya2. tidak
55. Lapangan usaha daripekerjaan utama
individu 1. pertanian (padi & palawijaya)2. holtikultura3. perekbunan4. perikanan tangkap5. perikanan budidaya6. peternakan7. kehutanan dan pertanian lainnya8. pertambangan/penggalian9. industry pengolahan10. listrik & gas11. bangunan.konstruksi12. perdagangan13. hotel & rumah makan14. transportasi & pergudangan15. informasi dan komunikasi16. keunagan dan ausransi17. jasa pendidikan18. jasa kesehatan19. jasa kemaysrakatan, pemeirntahan dan
perorangan20. pemulung21. lainnya
56 Status keududkandalam pekerjaanutama
individu 1. berusaha sendiri2. berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak
dibayar3. berusaha dibantu buruh tetap/dibayar4. buruh/karyawan/pegawai swasta5. PNS/TNI/POLRI/BUMN/BUMD/anggota
legislative6. Pekerja bebas pertanian7. Pekerja bebas non-pertanian8. Pekerja keluarga/tidak dibayar
DATA INDIVIDU DAN RUMAH TANGGA
1. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 1
2. Umur saat pendataan (KRT) 42
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 60
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 3
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 4
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 70
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 5
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 2
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 55
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 3
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 16
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 3
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 2
13. Ijazah tertinggi 2
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 35
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 19
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 33
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 19
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 1
2. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 1
2. Umur saat pendataan (KRT) 60
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 80
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 2
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 4
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 4
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 88
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 1
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 2
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 1
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 60
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 1
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 1
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 2
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 2
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 55
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
3. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 1
2. Umur saat pendataan (KRT) 66
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 50
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 3
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 4
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 70
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 4
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 2
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 66
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 3
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 2
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 2
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 52
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 27
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 25
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 2
4. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 2
2. Umur saat pendataan (KRT) 56
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 45
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk memasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 4
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 4
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 60
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 1
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) Null
37. Jumlah keluarga Null
38. Status kesejahteraan 2
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 56
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 19
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 1
17. Status kesejahteraan 2
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 28
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 19
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 1
17. Status kesejahteraan 2
5. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 1
2. Umur saat pendataan (KRT) 39
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 60
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 3
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 3
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 66
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 6
37. Jumlah keluarga 2
38. Status kesejahteraan 1
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 2
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 39
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 12
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 62
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 3
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 2
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 2
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 58
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 3
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 4
2. Nomor urut keluarga 2
3. Hubungan dengan kepala keluarga 2
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 28
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 2
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 7
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 2
13. Ijazah tertinggi 0
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 6
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 1
13. Ijazah tertinggi 0
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
6. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 2
2. Umur saat pendataan (KRT) 44
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 60
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 2
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 4
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 44
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 4
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 2
25. Perahu motor 3
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 77
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 1
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 5
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 25
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 17
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 3
13. Ijazah tertinggi 2
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 6
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 6
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 73
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 17
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 3
13. Ijazah tertinggi 2
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
7. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 2
2. Umur saat pendataan (KRT) 75
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 70
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 3
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 1
21. Sepeda motor 4
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 3
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 80
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 5
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 1
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 75
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 1
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 2
13. Ijazah tertinggi 0
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 34
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 13
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 4
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 4
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 31
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 4
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah Null
11. Jenjang pendidikan tertinggi Null
12. Kelas tertinggi Null
13. Ijazah tertinggi Null
14. Bekerja/membantu bekerja Null
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 2
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah Null
11. Jenjang pendidikan tertinggi Null
12. Kelas tertinggi Null
13. Ijazah tertinggi Null
14. Bekerja/membantu bekerja Null
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
8. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 2
2. Umur saat pendataan (KRT) 69
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 90
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 1
9. Jenis atap terluas 3
10. Kondisi atap 1
11. Jumlah kamar tidur 4
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 2
16. Bahan bakar untuk uemasak 2
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 1
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 3
22. Mobil 1
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 3
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 120
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 6
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 4
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 69
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 2
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 1
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 4
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 42
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 13
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 19
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 4
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 4
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 4
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 27
6. Status perkawinan 2
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 4
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 15
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 3
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 2
13. Ijazah tertinggi 2
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 4
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 9
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 1
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 4
13. Ijazah tertinggi 0
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 4
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 5
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 5
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 21
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 5
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 12
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 4
9. Data Rumah Tangga dan Individu
Uraian Rumah Tangga
No Kode Rumah Tangga :
Uraian Keterangan
1. Jenis kelamin (KRT) 1
2. Umur saat pendataan (KRT) 53
3. Status bangunan tempat tinggal 1
4. Status lahan tempat tinggal 1
5. Luas lantai 80
6. Jenis lantai terluas 4
7 Jenis dinding terluas 1
8. Kondisi dinding 2
9. Jenis atap terluas 4
10. Kondisi atap 2
11. Jumlah kamar tidur 3
12. Sumber air minum 5
13. Cara memperoleh air minum 3
14. Sumber penerangan utama 1
15. Daya listrik terpasang 1
16. Bahan bakar untuk uemasak 3
17. Penggunaan fasilitas BAB 1
18. Tempat pembuangan akhir tinja 1
19. Tabung gas 5,5kg atau lebih 2
20. Sepeda 2
21. Sepeda motor 4
22. Mobil 2
23. Perahu 4
24. Motor tempel 2
25. Perahu motor 3
26. kapal 2
27. Aset lahan 1
28. Luas lahan 80
29. Rumah ditempat lain 4
30. Jumlah sapi Null
31. Jumlah kerbau Null
32. Jumlah kuda Null
33. Jumlah babi Null
34. Jumlah kambing/domba Null
35. ART memiliki usaha sendiri/bersama 2
36. Jumlah anggota rumah tangga (ART) 3
37. Jumlah keluarga 1
38. Status kesejahteraan 1
Uraian Individu
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 1
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 1
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 53
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 1
11. Jenjang pendidikan tertinggi 2
12. Kelas tertinggi 1
13. Ijazah tertinggi 8
14. Bekerja/membantu bekerja 3
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 3
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 3
4. Jenis kelamin 1
5. Umur saat pendataan 24
6. Status perkawinan 1
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 0
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 7
12. Kelas tertinggi 8
13. Ijazah tertinggi 3
14. Bekerja/membantu bekerja 1
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama 9
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama 4
17. Status kesejahteraan 1
No Kode Individu : Keterangan
1. Hubungan dengan kepala rumah tangga 6
2. Nomor urut keluarga 1
3. Hubungan dengan kepala keluarga 6
4. Jenis kelamin 2
5. Umur saat pendataan 73
6. Status perkawinan 4
7. Kepemilikan kartu identitas 4
8. Jenis cacat 0
9. Penyakit kronis 1
10. Partisipasi sekolah 2
11. Jenjang pendidikan tertinggi 1
12. Kelas tertinggi 2
13. Ijazah tertinggi 0
14. Bekerja/membantu bekerja 2
15. Lapangan usaha dari pekerjaan utama Null
16. Status kedudukan dalam pekerjaan utama Null
17. Status kesejahteraan 1
P L P L P L P L P L P L P LJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 1,206 1,268 289 297 3,060 766 831 97 81 1,775 681 721 11 9 1,422 59 38 97 6,354JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 962 1,034 38 64 2,098 508 574 19 26 1,127 361 387 2 2 752 41 41 82 4,059JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN M 3276020 1,721 1,934 99 122 3,876 995 1,121 34 24 2,174 848 875 6 3 1,732 78 64 142 7,924JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 1,636 1,794 188 217 3,835 978 991 25 15 2,009 754 742 10 8 1,514 45 39 84 7,442JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 1,206 1,316 45 41 2,608 661 812 13 12 1,498 579 583 5 5 1,172 78 57 135 5,413JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 768 875 58 53 1,754 441 445 31 42 959 383 371 10 5 769 38 31 69 3,551JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 1,393 1,569 24 18 3,004 797 850 33 26 1,706 651 659 6 6 1,322 123 83 206 6,238JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 2,296 2,533 75 91 4,995 1,289 1,418 42 43 2,792 1,003 992 5 4 2,004 59 64 123 9,914JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 1,231 1,299 23 30 2,583 683 759 11 14 1,467 557 617 4 1 1,179 123 118 241 5,470JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 700 823 106 115 1,744 453 482 11 18 964 392 368 2 1 763 46 55 101 3,572JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 365 424 72 75 936 226 253 11 18 508 221 196 2 1 420 23 28 51 1,915
TOTAL : 13,484 14,869 1,017 1,123 30,493 7,797 8,536 327 319 16,979 6,430 6,511 63 45 13,049 713 618 1,331 61,852
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
TOTAL
Jumlah anak bersekolah Jumlah anak bersekolah
TOTALPerguruan Tinggi
TOTAL
Jumlah anak bersekolah
TOTALSMPT/SMPLB/Paket B M. Tsanawiyah
Jumlah anak bersekolahSMA/SMK/SMALB/Paket C M. Aliyah
Jumlah anak yang bersekolah, menurut tingkat pendidikan dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Anak yang bersekolah adalah anak yang pada saat pendataan masih bersekolah
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/
Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
GRAND TOTAL
SD/SDLB/Paket A M.Ibtidaiyah
Desil 1Desil 2Desil 3Desil 4
Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTAL Desil 1 *) Desil 2 *) Desil 3 *) Desil 4 *) TOTALJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 4,786 1,947 326 92 7,151 21,002 6,107 873 255 28,237 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 3,241 1,441 305 88 5,075 14,150 4,442 804 237 19,633 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 4,661 3,571 859 305 9,396 21,117 12,353 2,477 864 36,811 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 4,616 2,877 648 214 8,355 21,542 10,023 1,935 547 34,047 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 2,917 2,349 703 350 6,319 13,696 8,268 2,173 929 25,066 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 2,231 1,339 327 108 4,005 10,612 4,466 876 263 16,217 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 2,854 2,997 1,057 415 7,323 13,205 10,582 3,060 1,107 27,954 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 6,584 5,101 1,313 377 13,375 27,861 15,411 3,222 890 47,384 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 2,705 2,744 816 306 6,571 12,220 9,478 2,343 821 24,862 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 2,171 1,699 407 148 4,425 9,563 5,505 1,072 351 16,491 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 786 955 379 162 2,282 3,718 3,392 1,106 414 8,630
TOTAL : 37,552 27,020 7,140 2,565 74,277 168,686 90,027 19,941 6,678 285,332
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan sampai dengan 10% terendah di Indonesia)(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 10% ‐ 20% terendah di Indonesia)(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 20% ‐ 30% terendah di Indonesia)(Rumah Tangga/Individu dengan kondisi kesejahteraan diatas 30% ‐ 40% terendah di Indonesia)
Jumlah Rumah Tangga dan Individu, menurut Kecamatan dan Status Kesejahteraan di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Rumah Tangga Jumlah Individu
Usia di bawah 45 tahunUsia 45 ‐ 59 tahun Usia 60 tahun keatas TOTAL
JAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 264 527 599 1,390JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 210 484 473 1,167JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN M 3276020 324 866 876 2,066JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 293 787 682 1,762JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 245 620 641 1,506JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 149 380 344 873JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 226 665 597 1,488JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 468 1,287 1,250 3,005JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 246 683 622 1,551JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 179 451 441 1,071JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 105 294 283 682
TOTAL : 2,709 7,044 6,808 16,561
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga dengan Kepala Rumah Tangga Perempuan menurut kelompok umur kepala rumah tangga dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARAT
Sumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/K
ota
Nama Kecamatan
Kode wilayah
Jumlah rumah tangga dengan kepala rumah tangga perempuan
P L Jumlah P L Jumlah P L Jumlah P L Jumlah P L JumlahJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 858 881 1,739 2,411 2,514 4,925 6,245 7,510 13,755 2,474 2,450 4,924 1,518 1,376 2,894 28,237JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 582 581 1,163 1,540 1,683 3,223 4,420 5,087 9,507 1,935 1,743 3,678 1,115 947 2,062 19,633JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN M 3276020 1,052 1,156 2,208 2,889 3,286 6,175 8,011 9,464 17,475 3,760 3,623 7,383 1,908 1,659 3,567 36,808JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 1,044 1,174 2,218 2,890 3,164 6,054 7,680 9,024 16,704 3,179 3,063 6,242 1,495 1,332 2,827 34,045JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 700 803 1,503 1,937 2,187 4,124 5,416 6,421 11,837 2,593 2,396 4,989 1,423 1,186 2,609 25,062JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 510 532 1,042 1,346 1,459 2,805 3,626 4,186 7,812 1,628 1,464 3,092 754 712 1,466 16,217JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 674 724 1,398 2,246 2,469 4,715 6,367 7,020 13,387 3,053 2,914 5,967 1,305 1,182 2,487 27,954JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 1,196 1,259 2,455 3,647 4,010 7,657 10,665 11,673 22,338 5,206 4,656 9,862 2,688 2,382 5,070 47,382JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 727 816 1,543 2,007 2,193 4,200 5,590 6,157 11,747 2,605 2,403 5,008 1,264 1,099 2,363 24,861JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 439 571 1,010 1,313 1,472 2,785 3,688 4,178 7,866 1,630 1,408 3,038 943 845 1,788 16,487JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 195 212 407 676 773 1,449 1,963 2,321 4,284 912 748 1,660 478 352 830 8,630
TOTAL : 7,977 8,709 16,686 22,902 25,210 48,112 63,671 73,041 136,712 28,975 26,868 55,843 14,891 13,072 27,963 28,237
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah Individu Usia di bawah 6 tahun
Jumlah IndividuUsia 6 ‐ 14 tahun
Jumlah IndividuUsia 15 ‐ 44 tahun
Jumlah IndividuUsia 45 ‐ 59 tahun
Jumlah Individu Usia 60 tahun keatas
Total
Jumlah individu, menurut kelompok usia dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/
Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Usia 7‐12 tahunUsia 13‐15 tahun
Usia 16‐18 tahun
TOTAL Usia 7‐12 tahunUsia 13‐15 tahun
Usia 16‐18 tahun
TOTAL
JAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 3,397 1,857 982 6,236 266 152 834 1,252 7,488JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 2,226 1,165 567 3,958 191 152 627 970 4,928JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN M 3276020 4,165 2,252 1,323 7,740 425 215 955 1,595 9,335JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 4,006 2,145 1,170 7,321 500 237 1,035 1,772 9,093JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 2,909 1,532 803 5,244 157 124 696 977 6,221JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 1,905 1,000 562 3,467 186 140 498 824 4,291JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 3,236 1,721 1,055 6,012 295 125 714 1,134 7,146JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 5,287 2,893 1,571 9,751 380 186 1,275 1,841 11,592JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 2,843 1,507 866 5,216 279 146 628 1,053 6,269JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 1,886 1,021 572 3,479 179 94 453 726 4,205JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 971 531 361 1,863 100 50 223 373 2,236
TOTAL : 32,831 17,624 9,832 60,287 2,958 1,621 7,938 12,517 72,804
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
GRAND TOTAL
Jumlah anak yang bersekolah dan tidak bersekolah menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/
Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Anak yang Bersekolah
Anak yang bersekolah adalah anak yang pada saat pendataan masih bersekolahAnak yang tidak bersekolah adalah anak yang pada saat pendataan belum bersekolah dan tidak lagi bersekolah
Jumlah Anak yang Tidak Bersekolah
Pertanian tanaman padi &
palawijaHortikultura Perkebunan
Perikanan tangkap
Perikanan budidaya
PeternakanKehutanan/ pertanian lainnya
Pertambangan/ penggalian
JAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 99 170 80 13 20 11 50 10 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 187 74 53 65 80 39 37 5 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 58 52 35 10 16 34 23 25 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 66 9 83 19 18 27 31 13 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 5 1 7 4 1 7 12 8 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 21 9 9 9 5 3 17 15 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 13 12 52 9 11 4 25 10 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 449 10 96 19 6 22 27 16 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 9 7 31 7 14 19 12 13 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 124 88 25 8 9 3 23 10 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 19 ‐ 7 6 1 ‐ 1 6
TOTAL : 1,050 432 478 169 181 169 258 131
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah individu yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan status keSumber: Data Ter
Individu yang bekerja adalah individu yang saat pendataan bekerja atau sementara tidak bekerja (misalnya: menunggu panen)
Industri pengolahan
Listrik dan gasBangunan/ konstruksi
PerdaganganHotel dan
rumah makan
Transportasi dan
pergudangan
Informasi & komunikasi
Keuangan dan asuransi
Jasa Pendidikan, Kesehatan,
Kemasyaraaktan, Pemerintahan & Perorangan
Pemulung Lainnya TOTAL
431 50 1,209 1,579 427 623 61 52 191 2,617 324 8,017 910 67 860 1,305 439 534 35 45 157 1,750 49 6,691 312 83 1,922 3,189 895 1,192 179 219 285 4,367 348 13,244 585 98 1,941 2,685 590 1,011 116 153 269 4,000 363 12,077 745 62 828 1,626 587 841 137 141 194 3,523 304 9,033 874 26 511 842 271 470 62 38 74 2,141 164 5,561
1,649 60 1,252 2,006 467 1,155 115 107 175 2,800 363 10,285 4,237 91 2,334 1,971 471 1,533 116 79 168 3,634 945 16,224 209 49 780 1,664 642 730 131 146 310 3,725 83 8,581 192 60 1,019 1,414 411 403 72 79 174 2,232 154 6,500 16 27 294 614 175 252 19 37 53 1,707 80 3,314
10,160 673 12,950 18,895 5,375 8,744 1,043 1,096 2,050 32,496 3,177 99,527
Jumlah individu yang bekerja
esejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATrpadu PPFM 2015
P L P L P L P LJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 25 21 182 254 370 460 516 606 2,434JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 19 18 69 104 142 222 184 272 1,030JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 46 37 214 353 454 798 495 638 3,035JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 29 25 145 210 281 430 281 337 1,738JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 33 31 150 272 347 576 387 513 2,309JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 13 8 87 113 161 255 168 219 1,024JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 14 14 89 168 279 401 302 388 1,655JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 29 34 203 284 395 736 619 767 3,067JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 32 19 102 178 248 430 289 399 1,697JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 15 5 67 123 156 273 217 280 1,136JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 20 14 92 130 123 243 120 192 934
TOTAL : 275 226 1,400 2,189 2,956 4,824 3,578 4,611 20,059
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Usia 45 ‐ 59 tahun Usia 60 tahun keatasTOTAL
Jumlah individu yang memiliki penyakit kronis menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah individu yang memiliki penyakit kronisUsia di bawah 15 tahun Usia 15 ‐ 44 tahun
P L P L P L P LJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 6 15 58 90 29 41 29 32 300JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 7 17 40 42 22 19 19 20 186JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN M 3276020 27 33 77 116 51 82 44 38 468JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 19 21 51 89 22 39 15 25 281JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 11 12 50 80 33 41 24 20 271JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 8 10 36 68 16 22 22 17 199JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 9 15 67 88 35 40 33 23 310JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 20 28 92 138 43 69 36 32 458JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 9 20 43 83 24 33 23 22 257JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 8 12 31 41 17 19 13 17 158JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 4 15 22 36 11 22 19 14 143
TOTAL : 128 198 567 871 303 427 277 260 3,031
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah individu yang menderita cacatUsia di bawah 15 tahun Usia 15 ‐ 44 tahun Usia 45 ‐ 59 tahun Usia 60 tahun keatas
TOTAL
Jumlah individu yang menderita cacat menurut kelompok usia dan jenis kelamin dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/
Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak Bekerja Bekerja Tidak BekerjaJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 12 5,296 7,473 11,206 532 2,362 8,017 18,864 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 7 3,472 6,174 7,011 510 1,552 6,691 12,035 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 40 6,672 12,290 12,568 915 2,651 13,245 21,891 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 22 6,558 11,258 11,688 797 2,029 12,077 20,275 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 8 4,481 8,391 8,434 634 1,974 9,033 14,889 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 20 3,036 5,192 5,712 349 1,117 5,561 9,865 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 7 5,035 9,602 9,752 676 1,811 10,285 16,598 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 13 8,209 14,944 17,256 1,268 3,802 16,225 29,267 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 10 4,508 8,023 8,732 548 1,815 8,581 15,055 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 5 3,022 5,973 4,931 522 1,266 6,500 9,219 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 4 1,556 3,106 2,838 204 626 3,314 5,020
TOTAL : 148 51,845 92,426 100,128 6,955 21,005 99,529 172,978
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah IndividuUsia 5 ‐ 14 tahun
Jumlah Individu Usia 15 ‐ 59 tahun
Jumlah IndividuUsia 60 tahun keatas Total
Jumlah individu yang bekerja dan tidak bekerja menurut kelompok usia dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Individu yang bekerja adalah individu yang saat pendataan bekerja atau sementara tidak bekerja (misalnya: menunggu panen)Individu yang tidak bekerja adalah individu yang tidak bekerja dan tidak menunggu kegiatan kerja tertentu
Pertanian tanaman padi &
palawijaHortikultura Perkebunan
Perikanan tangkap
Perikanan budidaya
PeternakanKehutanan/ pertanian lainnya
Pertambangan/ penggalian
JAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 90 135 54 9 13 8 25 6 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 161 55 43 44 44 29 27 3 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 51 37 27 7 13 27 16 6 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 59 7 72 16 13 23 18 3 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 5 1 2 1 1 1 7 4 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 16 8 6 2 3 1 11 8 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 9 7 40 3 7 3 19 3 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 399 9 71 11 4 19 19 6 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 6 6 30 4 10 11 8 5 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 95 66 17 7 5 1 18 4 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 18 ‐ 7 1 1 ‐ 1 5
TOTAL : 909 331 369 105 114 123 169 53
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah kepala rumah tangga yang bekerja menurut lapangan pekerjaan dengan stSumber: Data Ter
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Kepala rumah tangga yang bekerja adalah kepala rumah tangga yang saat pendataan bekerja atau sementara tidak bekerja (misalnya: menunggu panen)
Industri pengolahan
Listrik dan gasBangunan/ konstruksi
PerdaganganHotel dan
rumah makan
Transportasi dan
pergudangan
Informasi & komunikasi
Keuangan dan asuransi
Jasa Pendidikan, Kesehatan,
Kemasyaraaktan, Pemerintahan & Perorangan
Pemulung Lainnya TOTAL
114 20 958 570 112 459 18 9 59 1,383 199 4,241 241 33 625 561 109 371 10 10 58 949 27 3,400 99 33 1,449 1,184 224 829 49 36 96 1,934 172 6,289 221 52 1,393 1,007 136 658 24 42 96 1,896 195 5,931 185 38 604 615 195 561 27 29 64 1,670 186 4,196 205 13 393 325 95 354 22 9 16 1,084 69 2,640 427 27 999 918 173 914 22 19 58 1,398 173 5,219
1,153 37 1,932 1,060 135 1,254 36 15 57 1,994 555 8,766 96 30 599 615 199 504 27 23 106 2,032 32 4,343 72 27 761 425 77 278 15 8 55 1,078 64 3,073 5 5 215 221 17 178 2 4 17 760 43 1,500
2,818 315 9,928 7,501 1,472 6,360 252 204 682 16,178 1,715 49,598
tatus kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATrpadu PPFM 2015
Jumlah individu yang bekerja
Milik sendiri Kontrak/Sewa Bebas sewa LainnyaJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 6,612 261 259 19 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 4,526 247 289 13 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 6,699 1,487 1,138 70 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 6,872 916 459 108 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 3,833 1,239 1,219 28 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 2,916 700 327 62 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 4,671 1,999 600 53 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 10,809 1,648 847 70 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 4,320 1,255 918 78 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 3,753 420 240 12 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 1,419 625 212 26
TOTAL : 56,430 10,797 6,508 539
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut status penguasaan bangunan tempat tinggal yang ditempati dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah rumah tangga
Air Kemasan Air Ledeng Sumber TerlindungSumber Tidak Terlindung
JAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 91 20 6,783 257 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 125 16 4,865 69 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 861 200 8,251 84 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 805 87 7,422 41 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 901 1,143 4,255 20 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 432 39 3,478 56 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 1,314 43 5,850 116 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 667 62 12,460 186 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 649 22 5,882 18 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 400 7 3,995 23 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 138 8 2,130 6
TOTAL : 6,383 1,647 65,371 876
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut sumber air minum dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Rumah Tangga
Listrik PLN Listrik non‐PLN Tidak ada listrikJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 7,144 6 1 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 5,039 34 2 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 9,364 28 4 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 8,341 6 8 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 6,292 24 3 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 3,989 15 1 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 7,305 14 4 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 13,313 47 15 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 6,564 5 2 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 4,420 2 3 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 2,279 2 1
TOTAL : 74,050 183 44
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut sumber penerangan utama dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Rumah Tangga
Listrik/Gas Minyak tanah Briket/Arang/KayuTidak memasak di
rumahJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 6,776 5 301 69 JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 4,915 11 87 62 JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 9,182 59 83 72 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 8,187 45 80 43 JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 6,153 61 28 77 JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 3,871 24 60 50 JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 7,209 41 23 50 JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 13,043 19 167 146 JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 6,475 21 19 56 JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 4,260 20 96 49 JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 2,206 15 26 35
TOTAL : 72,277 321 970 709
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut bahan bakar/energi utama untuk memasak dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Rumah Tangga
Jamban Sendiri Jamban Bersama/Umum Tidak adaJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 6,451 445 255JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 4,656 338 81JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 8,518 823 55JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 7,834 459 62JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 5,731 584 4JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 3,746 232 27JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 6,718 601 4JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 12,630 687 58JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 6,395 174 2JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 4,186 171 68JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 2,098 163 21
TOTAL : 68,963 4,677 637
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut penggunaan fasilitas tempat buang air besar dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARAT
Sumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama Kecamatan
Kode Wilayah
Jumlah Rumah Tangga
Tangki/SPAL Lubang tanah LainnyaJAWA BARAT KOTA DEPOK SAWANGAN 3276010 4,927 948 1,276JAWA BARAT KOTA DEPOK BOJONGSARI 3276011 3,863 210 1,002JAWA BARAT KOTA DEPOK PANCORAN MAS 3276020 8,595 46 755JAWA BARAT KOTA DEPOK CIPAYUNG 3276021 7,152 545 658JAWA BARAT KOTA DEPOK SUKMA JAYA 3276030 6,003 221 95JAWA BARAT KOTA DEPOK CILODONG 3276031 3,787 23 195JAWA BARAT KOTA DEPOK CIMANGGIS 3276040 5,878 1,294 151JAWA BARAT KOTA DEPOK TAPOS 3276041 11,693 1,422 260JAWA BARAT KOTA DEPOK BEJI 3276050 6,367 70 134JAWA BARAT KOTA DEPOK LIMO 3276060 3,976 115 334JAWA BARAT KOTA DEPOK CINERE 3276061 2,082 116 84
TOTAL : 64,323 5,010 4,944
Keterangan: Berdasarkan Kepmensos Nomor 57/HUK/2017. Tidak termasuk keluarga PKH yang belum memiliki status kesejahteraan.
Jumlah rumah tangga menurut tempat pembuangan akhir tinja dengan status kesejahteraan 40% terendah di Kab/Kota KOTA DEPOK Provinsi JAWA BARATSumber: Data Terpadu PPFM 2015
Nama Provinsi
Nama Kabupaten/Kota
Nama KecamatanKode
WilayahJumlah Rumah Tangga