View
8
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
personal hygiene
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pelayanan Keperawatan
1. Definisi Pelayanan
Pengertian pelayanan menurut (Kotler, 2002) adalah setiap tindakan atau
kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang
pada dasarnya tidak terwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan
apapun.
Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara
fisik, dan menyediakan kepuasaan pelanggan kata kualitas memiliki
banyak definisi yang berbeda dan bervariasi mulai dari yang konvesional
sampai strategis. Definisi konvesional dari kualitas biasanya
menggambarkan karakteristik suatu suatu produk seperti : kinerja
(performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (easy of
use), estetika (esthetics) dan sebagainya, sedangkan dalam definsi strategis
dinyatakan kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi
keinginan dan kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers).
Pelayanan keperawatan adalah suatu upaya untuk membantu individu baik
yang sehat maupun yang sakit, dari lahir sampai meninggal dalam bentuk
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan yang dimilki
sehingga individu tersebut dapat melakukan kegiatan secara mandiri dan
optimal (Zaidin, 2001).
STIKes Faletehan7
8
2. Kualitas Pelayanan Keperawatan
a. Pengertian Kualitas Pelayanan Keperawatan
Menurut Tjiptono (2000), kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan. Pelayanan yang berkualitas adalah
pelayanan yang simpatik, disiplin, bertanggung jawab dan penuh
perhatian kepada setiap pelayanan yang diberikan sehingga memberikan
kepuasan pelayanan yang diberikan.
Kualitas pelayanan keperawatan mempunyai dua komponen, yaitu
kepatuhan terhadap standar dan kepatuhan terhadap harapan pengguna
pelayanan keperawatan. Sedangkan dari segi pemberi pelayanan
keperawatan, kualitas merupakan sesuatu yang sesuai dengan standar
yang diterapkan. Kemampuan untuk mencapai sesuatu yang sesuai
dengan standar tersebut merupakan fungsi dari serangkaian faktor proses
pelayanan.
Kualitas pelayanan keperawatan adalah sikap profesional perawat yang
memberikan perasaan nyaman, terlindungi pada diri setiap pasien yang
sedang menjalani proses penyembuhan dimana sikap itu merupakan
kompensasi sebagai pemberi layanan dan diharapkan menimbulkan
perasaan puas pada diri sendiri (Aditama, 2007).
b. Aspek-Aspek Kualitas Pelayanan Keperawatan
Menurut Depkes RI (Aditama, 2007). Menetapkan bahwa pelayanan
perawatan dikatakan berkualitas baik apabila perawat dalam memberikan
pelayanan kepada pasien sesuai dengan aspek-aspek dasar perawatan.
Aspek tersebut meliputi aspek penerimaan, perhatian, tanggung jawab,
komunikasi dan kerjasama, seperti pada uraian berikut :
1) Aspek penerimaan
Aspek ini meliputi sikap perawat yang selalu ramah, periang,
selalu tersenyum, menyapa semua pasien. Perawat perlu memiliki
STIKes Faletehan
9
minat terhadap orang lain, menerima pasien tanpa membedakan
golongan, pangkat, latar belakang sosial ekonomi dan budaya,
sehingga pribadi utuh. Agar dapat melakukan pelayanan sesuai
aspek penerimaan perawat harus memiliki minat terhadap orang
lain dan memiliki wawasan luas.
2) Aspek perhatian
Aspek ini meliputi sikap perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan perlu bersikap sabar, murah hati dalam arti bersedia
memberikan bantuan dan pertolongan kepada pasien dengan
sukarela tanpa mengharapkan imbalan, memiliki sensitivitas dan
peka terhadap setiap perubahan pasien, mau mengerti terhadap
kecemasan dan ketakutan pasien.
3) Aspek komunikasi
Aspek ini meliputi sikap perawat harus bisa melakukan komunikasi
yang baik dengan pasien, dan keluarga pasien. Adanya komunikasi
yang saling berinteraksi antara pasien dengan perawat, dan adanya
hubungan yang baik dengan keluarga pasien.
4) Aspek kerjasama
Aspek ini meliputi sikap perawat yang harus mampu melakukan
kerjasama yang baik dengan pasien dan keluarga pasien.
5) Aspek tanggung jawab
Aspek ini meliputi sikap perawat yang jujur, tekun dalam tugas,
mampu mencurahkan waktu dan perhatian, sportif dalam tugas,
konsisten serta tepat dalam bertindak.
Joewono (Aditama, 2007), menyebutkan adanya delapan aspek yang perlu
diperhatikan dalam pelayanan keperawatan, yaitu:
1) Kepedulian, seberapa jauh tempat kerja memperhatikan emosi atau
perasaan pasien.
2) Lingkungan fisik, aspek ini menunjukkan tingkat kebersihan dari
lingkungan yang akan dinikmati pasien, ketika mereka mendapatkan
perawatan.
STIKes Faletehan
10
3) Cepat tanggap, aspek yang menunjukkan kecepatan rumah sakit dalam
menanggapi kebutuhan pasien.
4) Kemudahan bertransaksi, seberapa mudah pasien melakukan transaksi
atau mengurus administrasi.
5) Kemudahan memperoleh informasi, seberapa besar perhatian rumah
sakit dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan pasien.
6) Kemudahan mengakses, seberapa mudah pasien dapat mengakses
tenaga medis pada saat pasien memerlukannya.
7) Prosedur, seberapa baik prosedur yang harus dijalankan oleh pasien
saat berurusan dengan rumah sakit.
8) Harga, aspek yang menetukan nilai pengalaman pelayanan yang
dirasakan oleh pasien saat berinteraksi dengan petugas.
3. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan
di rumah sakit. Pada standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu
dijelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus-menerus melibatkan diri
dalam program pengendalian mutu di rumah sakit (Yani Achir, 2007).
Hasil beberapa survei menunjukkan bahwa kepuasan pasien banyak
dipengaruhi secara langsung oleh mutu pelayanan yang diberikan rumah
sakit terutama yang berhubungan dengan fasilitas rumah sakit, proses
pelayanan dan sumber daya yang bekerja di rumah sakit. Suryawati, dkk.
(2008) mengatakan bahwa sebagian besar keluhan pasien dalam suatu
survei kepuasan menyangkut tentang keberadaan petugas yang tidak
profesional dalam memberikan pelayanan kesehatan diantaranya masih
terdengar keluhan akan petugas yang tidak ramah dan acuh terhadap
keluhan pasiennya. Selain itu juga masih sering terdengar tentang sulitnya
meminta informasi dari tenaga kesehatan terutama dokter dan perawat,
sulitnya untuk berkomunikasi dua arah dengan dokter, dan lain sebagainya
STIKes Faletehan
11
yang mencerminkan betapa lemahnya posisi pasien sebagai penerima jasa
pelayanan kesehatan.
4. Manfaat Penggunaan Pelayanan Keperawatan
Pelakasanaan asuhan keperawatan melalu pendekatan proses keperawatan
sangat bermanfaat bagi :
a. Manfaat bagi pasien
1). Mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu efektif dan
efisisen
2). Pasien bebas mengemukan pendapat/kebutuhan demi mempercepat
kesembuhan
3). Melalui proses yang sisitematik, proses kesembuhan dapat
dipercepat dan pasien mendapat kepuasan dari pelayanan yang
diberikan
b Manfaat untuk tenaga keperawatan
1) Kemampuan inteletual dan teknis tenaga keperawatan dapat
berkembang sehingga kemampuan perawat baik dalam berpikir
kritis analitis maupun keterampilan teknis juga meningkat
2) Meningkatkan kemandiran pasien. Dengan menggunakan proses
keperawatan maka diagnosis keperawatan, rencana tindakan,
pelaksanaan tindakan serta evaluasi pasein dapat ditentukan tanpa
harus bergantung pada tenaga kesehatan lain (misalnya dokter)
sehinggan prinsip kemitraan dapat diwujudkan
3). Kepuasan yang dirasakan pasien akan semakin meningkat citra
perawat dimata masyarakt
c. Manfaat untuk institusi rumah sakit
1). Banyak pengunjung (masuk/keluar) sehingga yang diperoleh akan
meningkat
2). Citra rumah sakit bertambah baik di mata masyarakat
d. Manfaat bagi masyarakat
Masyarakat mendapat pelayanan keperawatan
STIKes Faletehan
12
B. KONSEP DASAR PERSONAL HYGIENE
Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Ukuran kebersihan atau
penampilan seseorang dalam pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda
pada setiap orang sakit karena terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat
dapat memberikan informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih baik
terkait dengan waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam
melakukan perawatan diri.
Pemeliharaan personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya. Menurut Potter dan Perry (2005) macam-macam personal
hygiene dan tujuannya adalah:
1. Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai
kuman atau trauma, sekresi, eksresi, pengatur temperature, dan sensasi,
sehingga diperlukan perawatan yang adekuat dalam mempertahankan
fungsinya. Kulit memiliki 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis, dan
subkutan. Ketika pasien tidak mampu atau melakukan perawatan kulit pribadi
maka perawat memberikan bantuan atau mengajarkan keluarga bagaimana
melaksanakan personal higiene. Seorang pasien yang tidak mampu bergerak
bebas karena penyakit akan beresiko terjadinya kerusakan kulit. Bagian badan
yang tergantung dan terpapar tekanan dari dasar permukaan tubuh (misalnya
matrasi gips tubuh atau lapisan linen yang berkerut), akan mengurangi sirkulasi
pada bagian tubuh yang terkena sehingga dapat menyebabkan dekubitus.
Pelembab pada permukaan kulit merupakan media pertumbuhan bakteri dan
menyebabkan iritasi lokal, menghaluskan sel epidermis, dan dapat
menyebabkan maserasi kulit. Keringat, urine, material fekal berair, dan
STIKes Faletehan
13
drainase luka dapat mengakumulasikan pada permukaan kulit dan akan
menyebabkan kerusakan kulit dan infeksi. Pasien yang menggunakan beberapa
jenis alat eksternal pada kulit seperti gips, baju pengikat, pembalut, balutan,
dan jaket ortopedik dapat menimbulkan tekanan atau friksi terhadap
permukaan kulit sehinggga menyebabkan kerusakan kulit. Tujuan perawatan
kulit adalah pasien akan memiliki kulit yang utuh, bebas bau badan, pasien
dapat mempertahankan rentang gerak, merasa nyaman dan sejahtera, serta
dapat berpartisifasi dan memahami metode perawatan kulit.
2. Mandi
Memandikan pasien merupakan perawatan higienis total. Mandi dapat
dikategorikan sebagai pembersihan atau terapeutik. Mandi ditempat tidur yang
lengkap diperlukan bagi pasien dengan ketergantungan total dan memerlukan
personal higiene total. Keluasan mandi pasien dan metode yang digunakan
untuk mandi berdasarkan pada kemampuan fisik pasien dan kebutuhan tingkat
hygiene yang dibutuhkan. Pasien yang bergantung dalam pemenuhan
kebutuhan personal higiene, terbaring ditempat tidur dan tidak mampu
mencapai semua anggota badan dapat memperoleh mandi sebagian di tempat
tidur. Tujuan memandikan pasien di tempat tidur adalah untuk menjaga
kebersihan tubuh, mengurangi infeksi akibat kulit kotor, memperlancar sistem
peredaran darah, dan menambah kenyamanan pasien. Mandi dapat
menghilangkan mikroorganisme dari kulit serta sekresi tubuh, menghilangkan
bau tidak enak, memperbaiki sirkulasi darah ke kulit, dan membuat pasien
merasa lebih rileks dan segar. Pasien dapat dimandikan setiap hari di rumah
sakit. Namun, bila kulit pasien kering, mandi mungkin dibatasi sekali atau dua
kali seminggu sehingga tidak akan menambah kulit menjadi kering. Perawat
atau anggota keluarga mungkin perlu membantu pasien berjalan ke kamar
mandi atau kembali dari kamar mandi. Perawat atau anggota keluarga harus
ada untuk membantu pasien mengguyur atau mengeringkan bila perlu atau
mengganti pakaian bersih setelah mandi. Kadang pasien dapat mandi sendiri di
tempat tidur atau mereka memerlukan bantuan dari perawat atau anggota
keluarga untuk memandikan bagian punggung atau kakinya. Kadang pasien
STIKes Faletehan
14
tidak dapat mandi sendiri dan perawat atau anggota keluarga memandikan
pasien di tempat tidur.
3. Hygiene mulut
Pasien immobilisasi terlalu lemah untuk melakukan perawatan mulut, sebagai
akibatnya mulut menjadi terlalu kering atau teriritasi dan menimbulkan bau
tidak enak. Masalah ini dapat meningkat akibat penyakit atau medikasi yang
digunakan pasien. Perawatan mulut harus dilakukan setiap hari dan bergantung
terhadap keadaan mulut pasien. Gigi dan mulut merupakan bagian penting
yang harus dipertahankan kebersihannya sebab melalui organ ini berbagai
kuman dapat masuk. Hygiene mulut membantu mempertahankan status
kesehatan mulut, gigi, gusi, dan bibir, menggosok membersihkan gigi dari
partikel – partikel makanan, plak, bakteri, memasase gusi, dan mengurangi
ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang tidak nyaman.
Beberapa penyakit yang mungkin muncul akibat perawatan gigi dan mulut
yang buruk adalah karies, gingivitis (radang gusi), dan sariawan. Hygiene
mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya menstimulasi nafsu
makan. Tujuan perawatan hygiene mulut pasien adalah pasien akan memiliki
mukosa mulut utuh yang terhidrasi baik serta untuk mencegah penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui mulut (misalnya tifus, hepatitis), mencegah
penyakit mulut dan gigi, meningkatkan daya tahan tubuh, mencapai rasa
nyaman, memahami praktik hygiene mulut dan mampu melakukan sendiri
perawatan hygiene mulut dengan benar.
4. Perawatan mata, hidung, dan telinga
Perhatian khusus diberikan untuk membersihkan mata, hidung, dan telinga
selama pasien mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang
diperlukan untuk mata karena secara terus – menerus dibersihkan oleh air mata,
kelopak mata dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.
Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun, pasien
dengan serumen yang terlalu banyak telinganya perlu dibersihlkan baik
mandiri pasien atau dilakukan oeh perawat dan keluarga. Hygiene telinga
STIKes Faletehan
15
mempunyai implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing
berkumpul pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperature dan
kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya partikel asing ke
dalam sistem pernapasan. Pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi
memerlukan bantuan perawat atau anggota keluarga untuk melakukan
perawatan mata, hidung, dan telinga. Tujuan perawatan mata, hidung, dan
telinga adalah pasien akan memiliki organ sensorik yang berfungsi normal,
mata, hidung, dan telinga pasien akan bebas dari infeksi, dan pasien akan
mampu melakukan perawatan mata, hidung, dan telinga sehari – hari.
5. Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang seringkali tergantung dari cara
penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Penyakit atau ketidakmampuan
mencegah seseorang untuk memelihara perawatan rambut seharisehari.
Menyikat, menyisir dan bersampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status kesehatan umum,
perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik, penuaan, infeksi dan
penyakit tertentu atau obat obatan dapat mempengaruhi karakteristik rambut.
Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi
serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat
diidentifikasi. Penyakit atau ketidakmampuan menjadikan pasien tidak dapat
memelihara perawatan rambut sehari – hari. Pasien immobilisasi rambutnya
cenderung terlihat kusut. Menyikat, menyisir, dan bersampo merupakan dasar
higyene rambut untuk semua pasien. Pasien juga harus diizinkan bercukur bila
kondisi mengizinkan. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri harus
dimotivasi untuk memelihara perawatan rambut sehari – hari. Sedangkan pada
pasien yang memiliki keterbatasan mobilisasi memerlukan bantuan perawat
atau keluarga pasien dalam melakukan higyene rambut. Tujuan perawatan
rambut adalah pasien akan memiliki rambut dan kulit kepala yang bersih dan
sehat, pasien akan mencapai rasa nyaman dan harga diri, dan pasien dapat
berpartisifasi dalam melakukan praktik perawatan rambut.
STIKes Faletehan
16
6. Perawatan kaki dan kuku
kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk mencegah
infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali orang tidak sadar akan
masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau ketidaknyamanan. Menjaga
kebersihan kuku penting dalam mempertahankan personal hygiene karena
berbagai kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu,
kuku seharusnya tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat
digabungkan selama mandi atau pada waktu yang terpisah. Tujuan perawatan
kaki dan kuku adalah pasien akan memiliki kulit utuh dan permukaan kulit
yang lembut, pasien merasa nyaman dan bersih, pasien akan memahami dan
melakukan metode perawatan kaki dan kuku dengan benar.
7. Perawatan genitalia
perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap. Pasien yang paling
butuh perawatan genitalia yang teliti adalah pasien yang beresiko terbesar
memperoleh infeksi. Pasien yang mampu melakukan perawatan diri dapat
diizinkan untuk melakukannya sendiri. Perawat mungkin menjadi malu untuk
memberikan perawatan genitalia, terutama pada pasien yang berlainan jenis
kelamin. Dapat membantu jika memiliki perawat yang sama jenis kelamin
dengan pasien dalam ruangan pada saat memberikan perawatan genitalia.
Tujuan perawatan genitalia adalah untuk mencegah terjadinya infeksi,
mempertahankan kebersihan genitalia, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan personal higiene.
Jenis personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya
Menurut Alimul (2006) personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya
dibagi menjadi empat yaitu:
1. Perawatan dini hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk
melakukan tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan
pemeriksaan (urine atau feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan
bedpan atau urinal jika pasien tidak mampu ambulasi , mempersiapkan pasien
STIKes Faletehan
17
dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan
personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut.
2. Perawatan pagi hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau
makan pagi seperti melakukan pertolongan dalampemenuhan kebutuhan
eliminasi (BAB / BAK), mandi atau mencuci rambut, melakukan perawatan
kulit, melakukan pijatan pada punggung, membersihkan mulut, kuku, rambut,
serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut sebagai perawatan
pagi yang lengkap.
3. Perawatan siang hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai
tindakan pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang dimana pasien
yang dirawat di rumah sakit seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang
melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai tindakan personal hygiene
yang dapat dilakukan, antara lain mencuci muka dan tangan, membersihkan
mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan
lingkungan kesehatan pasien.
4. Perawatan menjelang tidur
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar
pasien relaks sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang. Berbagai
kegiatan yang dapat dilakukan, antara lain pemenuhan kebutuhan eliminasi
(BAB / BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan mulut, dan memijat
daerah punggung.
STIKes Faletehan
18
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERSIHAN DIRI
Menurut Potter dan Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene
dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain:
1. Citra tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang
tersebut. Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang
penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat sering berubah. Citra tubuh
mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang klien rapi sekali
maka perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang
bagaimana memberikan peralatan hygienis. Karena citra tubuh klien dapat
berubah akibat pembedahan atau penyakit fisik maka perawat harus membuat
suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
2. Praktik social.
Kelompok-kelompok social wadah seorang klien berhubungan dapat
mempengaruhi praktik hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-
kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua mereka. Kebiasaan
keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktok yang mempengaruhi perawatan
kebersihan.
3. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik
kebersihan yang digunakan. Perawat hrus menentukan apakah klien dapat
menyediakan bahan-bahan yang penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi
dan kometik. Perawat juga harus menentukan jika penggunaan produk-produk
ini merupakan bagian dari kebiasaan social yang dipraktikkan oleh kelompok
social klien.
STIKes Faletehan
19
4. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan
mempengaruhi praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk
meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan
menguntungkan dalam mngurangi resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5. Variable kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygiene. Orang dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik
keperawatan diri yang berbeda pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi
kesehatan. Di Negara-negara eropa, bagaimanapun, hal ini biasa untuk mandi
secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
6. Pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur, dan melakukan perawatan rambut . klien memilih produk
yang berbeda (mis. Sabun, sampo, deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan
pribadi.
7. Kondisi fisik.
Orang yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau
menjalani operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk
melakukan hygiene pribadi.
STIKes Faletehan
20
D. Kepuasan Pasien
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah suatu tingkat perasan pasien yang timbul sebagai akibat
dari kinerja layanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien
membandingkannya dengan apa yang diharapkan (Pohan, 2004). Irawan
(2003) menyatakan bahwa kepuasan adalah perasan senang atau kecewa
dari seseorang yang mendapat kesan dari membandingkan hasil layanan
kinerja dengan harapan-harapanya. Kepuasan pasien adalah dasar suatu
ukuran kualitas atau mutu pelayanan kesehatan dan merupakan alat yang
dapat dipercaya serta sahih dalam menyusun perencanaan, pelaksanaan dan
penilaian pengelola suatu institusi pelayanan kesehatan (Lumenta, 2003).
Menurut Kattara (2008), dalam studinya menyimpulkan bahwa prilaku
karyawan berpengaruh besar kepada kepuasan pasien/pelanggan secara
keseluruhan tanpa memandang gender pelanggan, kewarganegaraan, dan
tujuan kunjungan, jumlah kunjungan dan lama tinggal.
2. Dimensi Kepuasan pasien
Menurut Azwar (2003), secara umum, dimensi kepuasan pasien dapat
dibedakan ada 2 macam yaitu :
a. Kepuasan yang mengacu hanya pada penerapan standar antara kode etik.
Profesi ukuran kepuasan pemakai jasa layanan kesehatan terbatas hanya
pada kesesuaian dengan standar serta kode etik saja. Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayan an kesehatan yang bermutu apabila
penerapan dapat memuaskan pasien mengenai :
1) Hubungan dokter-pasien (Doctor-patient relationship)
Terbinanya hubungan dokter-pasien yang baik adalah salah satu
kewajiban etik, hubungan dokter-pasien yang baik ini harus dapat
dipertahankan. Adalah amat diharapkan setiap dokter dapat dan
bersedia memberikan perhatian yang cukup kepada pasiennya secara
STIKes Faletehan
21
pribadi, menampung dan memberikan keterangan yang sejelas-
jelasnya tentang hal yang ingin diketahui oleh pasien
2) Kenyamanan Pelayanan (Amenities)
Mengupayakan terselengaranya pelayanan yang nyaman adalah
salah satu kewajiban etik.Untuk dapat menyelengarakan pelayanan
yang bermutu, suasana pelayanan yang nyaman harus dapat
dipertahankan. Kenyaman yang dmaksud disini tidak hanya yang
menyangkut fasilitas yang disediakan, tetapi sikap serta tindakan
para pelaksana pelayanan kesehatan
3) Kebebasan melakukan pilihan (Choices)
Memberikan kebebasan kepada pasien untuk memilih serta
menentuakan pelayanan kesehatan adalah salah satu dari kewajiban
etik. Suatu pelayanan kesehatan bermutu apabila kebebasan memilih
ini dapat diberikan, Oleh karena harus diperhatikan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan
4) Pengetahuan dan kompetensi teknis (Scientific knowledge and
technical skill).
Menyelengarakan pelayanan kesehatan yang didukung oleh
pengetahuan dan kompetensi tehnis bukan saja merupakan bagian
dari kewajiban etik, tetapi juga merupakan prinsip pokok penerapan
standar pelayanan profesi. Secara umum disebutkan makin tinggi
tingkat pengetahuan dan kompetensi teknis tersebut maka makin
tinggi pula mutu layanan kesehatan
5) Efektivitas Pelayanan (Efectiviess)
Sama halnya dengan pengetahuan dan kompetensi teknis, maka
efektivitas pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban etik
prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Secara umum
disebutkan, makin efektivitas pelayanan kesehatan tersebut, makin
tinggi pula mutu pelayanan kesehatan
6) Keamanan Tindakan (Safety)
Keamanan tindakan adalah bagian dari kewajiban etik serta prinsip
pokok penerapan standar profesi. Untuk dapat terselenggara
STIKes Faletehan
22
pelayanan kesehatan yang bermutu, aspek keamanan tidakan ini
haruslah diperhatikan.. Pelayanan kesehatan yang membahayakan
pasien, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik, dan karena itu
tidak boleh dilakukan
b. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan.
Ukuran kepuasan pemakai jasa pelayanan kesehatan dikaitkan dengan
penerapan semua persyaratan pelayanan kesehatan. Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu apabila
penerapan semua pesyaratan pelayanan kesehatan dapat memuaskan
pasien. Dengan pendapat ini, mudahlah dipahami bahwa ukuran
pelayanan kesehatan yang bermutu lebih bersifat luas, karena didalamnya
tercakup penilain terhadap kepuasan pasien mengenai :
1) Ketersedian Pelayanan Kesehatan (available)
Untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien terhadap pelayaan
kesehatan, banyak syarat yang yang harus dipenuhi. Salah satu
diantaranyan dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah
ketersedian pelayanan kesehatan tersebut. Bertolak pada pendapat
tersebut, dan karena kepuasan mempunyai hubungan yang erat
dengan mutu pelayanan, maka sering disebutkan bahwa suatu
pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut
tersedia di masyarakat
2) Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)
Syarat lain yang harus dipenuhi untuk dapat menimbulkan kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan adalah kewajaran pelayanan
kesehatan. Sama halnya denganketersedian, yang mengaitkan aspek
kepuasan dengan mutu pelayanan, maka suatu pelayanan pelayanan
kesehatan disebut bermutu apabila pelayanan tersebut bersifat wajar,
dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi.
STIKes Faletehan
23
3) Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)
Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan juga ditentukan
kesinambungan pelayanan kesehatan. Karena kepuasan pasien
mempunyai hubungan yang erat dengan mutu pelayanan, maka
aspek kesinambungan ini juga turut diperhitungakan sebagai salah
satu pelayanan kesehatan yang bermutu. Secara umum disebutkan
bahwa pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut
bersifat kesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat baik menurut
waktu dan ataupun kebutuhan pelayanan kesehatan
4) Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)
Dapat diterima atau tidaknya pelayanan kesehatan sangat
menentukan puas atau tidaknya pasien terhadap pelayanan
kesehatan. Dengan demikian untuk dapat menjamin menculnya
kepuasan yang terkait dengan mutu pelayanan, maka pelayanan
kesehatan tersebut harus dapat diupayakan sehingga dapat dapat
diterima oleh pemakai jasa pelayanan. Dengan perkata lain, suatu
pelayanan kesehatan dinilai bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebut dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5) Ketercapain pelayanan kesehatan (accessible)
Pelayanan kesehatan yang lokasinya cukup jauh dari daerah tempat
tinggal tentu tidak mudah dicapai. Apabila keadaan ini sampai
terjadi, tentu tidak akan memuaskan pasien. Dalam kaitan ini,
Karena kepuasan ada hubungan dengan mutu pelayanan, maka
disebutkan suatu pelayanan kesehatan yang bemutu apabila
pelayanan tersebut dapat dicapai oleh pemakai jasa pelayanan
kesehatan tersebut.
6) Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal, tidak dapat dijangkau oleh
semua pemakai jasa pelayanan kesehatan, dan karenanya tidak akan
memuaskan pasien. Sebagai jalan keluarnya, disarankan perlunya
mengupayakan pelayanan kesehatan yang biayanya sesuai dengan
kemampuan pemakai jasa pelayanan kesehatan erat hubunganya
STIKes Faletehan
24
dengan kepuasan pasien, dan kepuasan pasien berhubungan dengan
mutu pelayanan kesehatan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut
bermutu apabila pelayanan tersebut dapat dijangkau oleh pemakai
jasa pelayanan kesehatan
7) Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient)
Efisiensi pelayanan telah diketahui mempunyai hubungan yang erat
dengan kepuasan pemakai jasa pelayanan.Dengan demikian untuk
dapat menimbulkan kepuasan tersebut, perlu diupayakan
peningkatan efisiensi pelayanan. Karena puas tau tidaknya pemakai
jasa pelayanan mempunyai kaitan yang erat dengan baik tidaknya
mutu pelayanan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu
apabila pelayanan tersebut dapat diselengarakan secara efisien.
8) Mutu Pelayanan kesehatan (quality)
Mutu pelayanan kesehatan yang dimaksudkan disini adalah yang
menunjuk pada kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang
apabila berhasil diwujudkan pasti akan memuaskan pasien. Bertolak
dari pendapat adanya kaitan antara mutu pelayanan dengan
kepuasan, maka suatu pelayanan kesehatan disebut bermutu apabila
pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang
dilakukan aman.
STIKes Faletehan
Recommended