View
8
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Celeng
1. Pengertian
Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat jawa menyebutnya, yang
berarti babi liar, dalam bahasa latin Susscrofa. Babi liar tersebut tersebar luas di
seluruh benua kecuali antartika, sekaligus nenek moyang dari babi peliharaan
ataupun babi ternak. (http:/id.wikipedia.org/wiki/Babi_hutan). Babi hutan sudah
dipelihara manusia sejak lima ribu tahun lalu dan kini keturunannya pun
beranekaragam jenisnya.
Hewan ini berkembang biak beranak sepanjang tahun. Berdasarkan hasil
pengamatan pada 8 ekor babi hutan celeng betina menunjukkan bahwa mereka
beranak antara 2–8 ekor, dengan rata-rata 5 ekor (Anon 1983, dalam Suripto,
1994:4). Babi hutan terutama yang berjenis celeng masih tersebar luas di pulau jawa.
Secara geografis penyebaran babi hutan celeng di pulau Jawa masih luas, namun
keadaan populasi di masing-masing tempat relatif kecil, sehingga tingkat kepunahan
babi hutan berjenis celeng tersebut kemungkinan tidak lama lagi habitatnya akan
terancam akibat dari bertambahnya penduduk yang sangat cepat di pulau jawa
(Blouch 1983, dalam Suripto, 1994:5).
2. Habitat
Secara umum habitat babi celeng lebih menyukai yang padat pepohonannya
(Suripto, 1994:5). Sementara itu menurut Oliver (1925), dalam Suripto, (1994:5)
menyatakan bahwa babi celeng menyukai hutan yang jarang di huni oleh manusia
6
sebagai habitatnya. Namun secara umum Blouch (1988), dalam Suripto, (1994:5-6)
menyimpulkan bahwa babi celeng hanya di temukan di tempat ketinggian di bawah
800 m. hewan ini banyak di temukan di daerah yang terbuka atau hutan yang jarang
di huni oleh manusia.
3. Morfologi
Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai panjang
badan 1.350 - 1.500 mm, dengan tinggi mencapai 950 – 1.050 mm, berat tubuh
jantan berkisar antara 75 – 200 kg (Jamaludin, 2007:12). Ukuran tubuhnya lebih
kecil dari pada babi berjanggut, warna lebih gelap, kepala lebih pendek tanpa janggut
pada rahang bawah, tanpa kutil dan bulu keras memanjang di atas moncong (Payne,
et al., 2000, dalam Jamaludin, 2007:12). Hidungnya mempunyai lempengan tulang
dan otot yang kuat yang berfungsi untuk menggali permukaan tanah untuk mencari
makanan seperti umbi dan akar-akaran (Koen Setyawan, 2006:12).
Repro Gambar 2.1 Babi Celeng (Sus scrofa)
(Sumber: http:// www.flickr.com/photos/sexecutioner/4846205506/?rb=1 diunduh pada 8 Maret 2015jam 22.23 WIB)
7
Selain itu, salah satunya yang membedakan jantan dan betina adalah pada
gigi taring yang terdapat pada babi hutan yang berjenis celeng tersebut. Babi celeng
jantan mempunyai taring lebih besar dari pada betina yang mempunyai taring kecil
dan hampir tak terlihat.
Repro Gambar 2.2 Babi Celeng (Sus scrofa)
(Sumber: http:// c2.staticflickr.com/8/7460/8750051577_9f89429910_b.jpg diunduh pada 18 September 2015 jam 11:55 WIB)
4. Jenis-Jenis Babi hutan
Selain babi hutan berjenis celeng, di Indonesia terdapat beberapa jenis babi
hutan lainnya. Berikut ini adalah jenis babi hutan lain yang terdapat di Indonesia :
a) Babi berjanggut (Sus barbatus)
Babi berjanggut terdapat di Kalimantan dan Sumatera. Tinggi tubuh
babi berjanggut antara 800 – 900 mm. Panjang kepala dan badan 1000 –
1800 mm, panjang ekor 200 – 300 mm, panjang telapak kaki belakang
200 – 250 mm, panjang tengkorak 400 – 500 mm dan berat badan 100 –
150 kg (Payne, et al., 2000), dalam Jamaludin, 2007:11). Kepala lebih
memanjang dari jenis babi lain, mempunyai rumbai-rumbai rambut pada
8
setengah bagian moncong. Warna abu-abu agak merah muda yang terlihat
hamper putih di bawah cahaya tertentu warnanya putih seperti kapur,
kelabu sampai kekuning-kuningan.
Repro Gambar 2.3. Babi berjanggut (Sus barbatus)
Sumber : ((http://www.doliwa-naturfoto.de/Bilder-Galerie/Tiere/Saeugetiere/Schwein/Schwein1/Schwein1a/schwein1a.html)
diunduh tanggal 8 Maret 2015 jam 22.34 WIB)
Babi berjanggut memakan bermacam-macam akar, umbi-umbi, buah-
buahan yang jatuh dan bangkai. Babi berjanggut merupakan satwa
crepuscular dan noktural, kadang-kadang juga aktif sepanjang hari
terutama sewaktu turun hujan. Jika hari panas ia beristirahat pada
tumpukan cabang dan ranting yang di potong dengan giginya serta di atur
dalam bentuk sarang. Pada saat tertentu, babi berjanggut membentuk
kawanan berjumlah sampai ratusan ekor yang mendiami territorial yang
luas (Jamaludin, 2007:11).
b) Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus)
Hewan jenis ini karakteristik anggota mamalia yang mempunyai
panjang tubuh 135 cm, dengan tinggi mencapai 90 cm, berat tubuh jantan
9
berkisar antara 80 – 120 kg dan berat tubuh betina hanya sekitar setengah
berat dari pada hewan jantan. Hewan bermoncong panjang dengan ujung
moncong berbentuk discus, telinga oval, tubuhnya berkulit tebal dengan
rambut kaku yang warnanya bervariasi mulai dari merah-kecokelatan
muda sampai cokelat kekuningan atau hitam. Kakinya berteracak genap,
jari kedua dan kelima lebih ramping dari pada ketiga dan keempat. Ciri-
ciri babi hutan jantan adalah taring besar, panjang, dan melengkung.
Sedangkan betina hanya taring kecil yang kadang hampir tak terlihat. Ciri
yang sangat menonjol adalah adanya tonjolan daging (“kutil”) yang besar
di bawah mata, dan tonjolan daging yang relatif lebih kecil di depan mata
dan di rahang (Groves 1981, dalam Suripto, 1994:5)
Repro Gambar 2.4. Babi Bagong atau Babi Hutan Jawa (Sus verucosus)
Sumber : ((http://http://www.ultimateungulate.com/Images/Sus_verrucosus/S_verrucosus
PdC32.jpg) diunduh tanggal 17 September 2015 Jam 03.47 WIB).
10
c) Babi hutan Sulawesi (Sus celebensis)
Babi jenis ini memiliki panjang tubuh total antara 800 – 1300 mm.
Berat badannya mencapai 40 – 70 kg dengan tinggi tubuh 700 mm pada
saat dewasa (Huffman 1999, dalam Jamaludin, 2007:5).
Babi hutan Sulawesi aktif mencari makan pada siang hari (diurnal)
walaupun kadang-kadang aktif pula pada malam hari (nokturnal).
Makanan babi hutan Sulawesi adalah akar-akaran, dedaunan, buah-
buahan, tunas, bangkai dan serangga. Habitat dari babi hutan Sulawesi
adalah hutan rawa sampai pegunungan.
Repro Gambar 2.5. Babi Hutan Sulawesi (Sus celebensis)
Sumber :
((https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/c/ca/Sus_scrofa_1_-
_Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&imgrefurl=https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Sus_Celebensis_1_-
_Otter,_Owl,_and_Wildlife_Park.jpg&h=2103&w=3081&tbnid=Tx7dCQ_auYglRM:&docid=D73wrjYFkH9YaM&ei=qdf5VaSuFM69ugTivL_IAg&tbm=isch&ved=0CCgQMygPMA9qFQoTCOSm7te4_McCFc6ejgodYt4PKQ) diunduh tanggal 17
September 2015 Jam 04.06 WIB).
d) Babirusa (Babyrousa babyrussa)
Babirusa merupakan satwa endemik Sulawesi. Ciri paling khas pada
babi pendek bulat seperti sosis ini adalah giginya. Dua taring besar
menembus kulit moncongnya lalu mencuat bengkok ke belakang sampai
di depan matanya. Badannya memanjang, punggung agak lengkung,
11
kepala agak kecil, kaki panjang dan ramping sertakuat (Kinnaird 2002,
dalam Jamaludin, 2007:13).
Babirusa menyukai habitat berair, seperti rawa dan semak-semak yang
basah. Jenis pakan yang disukai adalah buah-buahan yang jatuh dari
pohon. Populasi babirusa terus menurun karena kehilangan habitat dan
perburuan liar. Satwa liar ini termasuk dalam daftar satwa liar yang
dilindungi, baik secara nasional maupun internasional (Jamaludin,
2007:14).
Repro Gambar 2.6. Babirusa (Babyrousa babyrussa)
Sumber : ((http://cokesmithphototravel.com/image/62383954.jpg) diunduh tanggal 18 September 2015 jam 11.35 WIB).
B. Definisi Seni
Seni menurut filsuf Leo Tolstoy mendefinisikan seni sebagai penyaluran
perasaan, dengan maksud bahwa seni ialah membangun perasaan yang dialami, lalu
dengan perantaraan garis, warna, bunyi atau bentuk, mengungkapkan apa yang
dirasakan sehingga orang lain tergugah perasaanya secara sama. Thomas Monroe
memiliki definisi sendiri, seni merupakan alat buatan manusia untuk menimbulkan
efek-efek psikologi manusia yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-
12
tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional maupun
emosional. Selain menurut pendapat filosuf-filosuf diatas, pendapat Sudarso SP
tentang seni adalah hasil karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman
batinnya secara indah dan menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman
batin manusia yang melihatnya (P. Mulyadi, 2000:6).
Seni menurut Nooryan Bahari dalam sebuah bukunya "Kritik Seni, Wacana,
Apresiasi dan Kreasi" menjelaskan bahwa seni merupakan suatu bentuk keterampilan
yang diperoleh melalui pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan (Nooryan
Bahari, 2008:61).
Pendapat penulis seni adalah suatu bakat, kecerdasan dan ketrampilan yang
dimiliki manusia dengan imajinasi kreatif mereka untuk menciptakan hal-hal yang
baru. Melalui ungkapan batin yang dirasakan untuk divisualiasikan ke dalam sebuah
obyek, sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin manusia yang melihatnya.
C. Definisi Seni Rupa
Seni rupa merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa
manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat-alat kedalam bentuk yang ditangkap
oleh indera pengelihatan (Van Hoeve 1992, dalam Mikke Susanto, 2011:354).
Sedangkan pengertian yang lainnya seni adalah suatu wujud hasil karya manusia
yang diterima dengan indera pengelihatan. Seni rupa secara garis besar dibagi
menjadi seni murni dengan seni terap. Seni murni adalah istilah untuk menandai
bahwa karya yang dihasilkan benar-benar murni sebagai media ekspresi, yang
meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis dengan berbagai teknik beserta
aliran-aliranya (Nooryan Bahari, 2008:61).
13
Menurut penulis dari kesimpulan pengertian seni berpendapat bahwa seni
adalah wujud hasil karya manusia yang indah dan menarik yang
mengekspresikannya lewat objek-objek dua dimensional ataupun tiga dimensional,
sehingga orang lain akan tergugah perasaanya bila melihatnya.
D. Komponen Seni
Karya seni tidak bisa terlepas dari komponen-komponen karya seni dalam
berkarya. Komponen-komponen tersebut ialah tema, bentuk, dan isi atau arti.
1. Subject matter atau tema
Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni
kepada khalayak. Tema bisa saja menyangkut masalah sosial, budaya, religi,
pendidikan, politik, pembangunan, dan sebagainya (Nooryan Bahari, 2006:22).
2. Bentuk
Merupakan hasil karya yang berwujud, berbangun, gambaran, rupa, sistem
susunan. Dalam karya seni rupa biasanya dikatkan dengan matra yang ada, seperti
bentuk dwimatra atau trimatra (Mikke Susanto, 2011:54).
3. Isi atau arti
Isi merupakan arti yang esensial dari pada bentuk, dan seringkali dinyatakan
sebagai bentuk sejenis emosi. Aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan
terhadap suatu karya seni. Apabila ada suatu usaha untuk menganalisa mengapa
bentuk dari suatu karya menimbulkan emosi atau ekspresi. Terhadap kita, atau
menstimulasi aktifitas intelektual penghayatan sebenarnya kita sedang berhadapan
dengan isi atau arti (P. Mulyadi, 1998:16).
14
E. Elemen-elemen Seni Rupa
Menurut Sadjiman Ebdi Sanyoto dalam bukunya “NIRMANA” terdapat
elemen-elemen penting dasar seni rupa yang meliputi warna, bentuk (termasuk
unsur-unsur garis dan titik), bidang dan tekstur.
1. Warna
Warna adalah gelombang cahaya dengan frekuensi yang dapat
mempengaruhi pengelihatan manusia. Warna memiliki tiga dimensi dasar
Hue, nilai (Value) dan intensitas (Intensity) (Nooryan Bahari, 2006:100).
Penggunaan warna dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini secara
keseluruhan penulis menggunakan warna primer seperti merah, biru, dan
kuning, warna sekunder, seperti hijau, maupun warna tersier, seperti ungu.
2. Bentuk
Benda apa saja di alam ini, juga karya seni maupun desain, tentu
mempunyai bentuk (form). Bentuk apa saja yang ada di alam dapat
disederhanakan menjadi titik, garis, dan bidang. Menurut penulis dalam
pandangan seni rupa, bentuk mempunyai unsur-unsur yang meliputi:
a) Titik
Merupakan sentuhan alat tulis ataupun alat gambar tanpa
pergeseran sedikitpun dari suatu alat tulis yang menghasilkan bekas.
Bentuk bekas tersebut dinamakan titik. Tidak peduli alat yang
digunakan apakah runcing seperti ujung pensil atau benda besar
seperti sapu ijuk yang dicelup cat sebagai penyentuhnya (Sanyoto, S.
E., 2010:83-84).
b) Garis
Merupakan sentuhan alat gambar atau penggores yang lain dan
berusaha menggerakkannya pada bidang gambar maka akan
meninggalkan bekas goresan atau garis (Sanyoto, S. E., 2010:86).
15
Penulis menggunakan dua jenis garis (garis nyata dan garis
semu) dalam karyanya. Garis nyata muncul karena outline (berwarna),
sedangkan garis semu terlihat pada pertemuan antara obyek dengan
obyek lain dan pada background.
3. Bidang
Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi
panjang dan lebar serta menutup permukaan. Sebagai contoh triplek, kertas,
karton, seng, papan tulis, dan semacamnya (Sanyoto, S. E., 2010:103).
Raut-raut bidang diantaranya raut bidang geometri yaitu raut bidang
yang dibuat secara matematis. Terdapat pula raut bidang organik yaitu bidang
yang dibatasi garis lengkung bebas (Sanyoto, S. E, 2010:104).
Penerapan bidang dalam visualisai karya tugas akhir kali ini secara
keseluruhan dari delapan karya yang disajikan penulis menggunakan bidang
organik.
Repro Gambar 2.7. Beberapa Macam Bidang
(Sumber : Sadjiman Ebdi Sanyoto, “Nirmana: Elemen-Elemen Seni dan Desain”. Tahun 2010, halaman 105)
16
4. Tekstur
Setiap permukaan atau raut tentu memiliki nilai atau ciri khas. Nilai
atau ciri khas permukaan tersebut dapat kasar, halus, polos,
bermotif/bercorak, mengkilat, buram, licin, keras, lunak, dan sebagainya.
Dengan demikian, tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan atau
raut (Sanyoto, S. E., 2010:120).
Visualisai karya celeng dalam delapan karya yang disajikan salah
satunya terdapat dua jenis tekstur sekaligus, yakni pada karya “celeng 5”,
tekstur tersebut meliputi tekstur semu dan tekstur nyata.
F. Prinsip-prinsip Seni Rupa
Secara garis besar dalam seni rupa bahwa untuk menciptakan karya seni
selalu berpegang pada prinsip keorganisasian biasanya disebut prinsip organisasi,
prinsip desain, atau asas-asas desain, antara lain proportion (proporsi), rhytm
(irama), unity (kesatuan), balance (keseimbangan) dan dominans (penekanan).
Dalam komposisi perlu diperhatikan adanya unsur yang saling berintegrasi dan
saling mendukung. Oleh sebab itu, tidak perlu bahwa tiap-tiap unsur memiliki
kekuatan yang sama (Mulyadi, P., 1998:22).
1. Proporsi
Proporsi berasal dari kata inggris proportion yang artinya
perbandingan, proporsional artinya setimbang, sebanding. Dengan demikian
proporsi merupakan suatu ukuran perbandingan dari penciptaan karya seni
yang dibuat atas dasar kaidah-kaidah perbandingan yang dianggap paling
ideal sehingga diperoleh karya seni/desain yang menarik (Sanyoto, S. E.,
2010:249-251).
Bagi penulis proporsi dalam visualisasi karya tugas akhir kali ini
sangatlah penting, karena dalam pengerjaan karya celeng pada dasarnya harus
paham/mengerti proporsi bentuk figur celeng secara utuh sebelum di eksekusi
dalam media kanvas dengan menggunakan teknik deformasi.
17
2. Irama
Irama/ritme dalam seni rupa ialah gerak perulangan atau gerak
mengalir/aliran yang ajeg, runtut teratur, terus-menerus. Pengertian ajeg
dalam irama artinya bias keajegan pengungalangan dengan kesamaan-
kesamaan atau pengulangan dengan perubahan-perubahan (dekat) atau
keajegan pengulangan kekontras-kontrasan/pertentangan-pertentangan yang
kesemuanya dilakukan secara runtut, teratur, terus menerus, seperti sebuah
aliran tanpa henti. Ajeg sesungguhnya dari istilah kata bahasa jawa yang
artinya terus menerus dengan jarak, waktu, gerak, yang sama (Sanyoto, S. E.,
2010:160-161).
Bagi penulis dalam visualisai karya tugas akhir kali ini, irama/ritme
hanya digunakan pada beberapa karya yang disajikan, salah satunya pada
karya “celeng 2”. Pada karya ini terdapat irama/ritme pada dua objek
dibelakang objek utama. Dua objek tersebut terdapat pengulangan objek
utama yang diposisikan berhadapan dengan warna yang berbeda.
3. Kesatuan
Prinsip dasar kesatuan adalah seluruh bagian-bagian atau dari semua
unsur/elemen harus saling berhubungan antara satu dengan bagian yang
lainnya agar menjadi satu keutuhan (Sanyoto, S. E., 2010:213).
Bagi penulis dalam viualisasi semua karya yang disajikan terdapat
juga kesatuan dari seluruh bagian-bagian unsur-unsur yang saling
berhubungan, dari delapan karya yang disajikan salah satunya pada karya
“celeng 1” terdapat beberapa unsur-unsur seni rupa yang saling berhubungan,
unsur-unsur tersebut meliputi proporsi, irama/pengulangan, dan
dominasi/penekanan.
4. Keseimbangan
Keseimbangan atau balans dari kata balance merupakan salah satu
prinsip dasar seni rupa. Karya seni/desain harus memiliki keseimbangan, agar
enak dilihat, tenang, tidak berat sebelah. Seperti halnya jika kita dekat dengan
pohon atau bangunan yang doyong akan roboh yang berarti dalam keadaan
kurang seimbang, perasaan kita tidak enak, tidak tenang, gelisah, takut
18
kejatuhan. Demikian juga pada karya seni/desain yang tidak seimbang akan
tidak enak dilihat dan menggelisahkan (Sanyoto, S. E., 2010:237).
Bagi penulis dalam penyajian sebuah karya tugas akhir kali ini secara
keseluruhan tidak begitu menerapkan keseimbangan yang simetris melainkan
keseimbangan asimetris.
5. Dominasi atau Penekanan
Dominasi berasal dari kata kerja domination yang artinya penjajah.
Banyak kata yang kita jumpai memiliki kedekatan arti, misalnya dominance
artinya keunggulan, dominant yang berarti unggul, istimewa, domineer yang
artinya menguasai.
Dengan demikian dominasi dalam karya seni bisa disebut penjajah
atau menguasai. Namun, dominasi bisa juga disebut keunggulan,
keistimewaan, keunikan, keganjilan, kelainan/penyimpangan (anomali).
Setiap karya seni harus memiliki dominasi agar tampak terlihat lebih menarik
(Sanyoto, S. E., 2010:225).
Bagi penulis dominasi/penekanan dalam visualisai karya tugas akhir
kali ini juga tidak kalah pentingnya, karena dari sekian karya yang saya
sajikan hampir semua karya, celeng begitu dominan dari segi objek utama
maupun celeng yang dijadikan background.
G. Komposisi
Komposisi merupakan kombinasi berbagai elemen gambar atau karya seni
untuk mencapai kesesuaian atau integrasi antara warna, garis, bidang dan unsur-
unsur karya seni yang lain untuk mencapai susunan yang dinamis, termasuk
tercapainya proporsi yang menarik serta artistik (Mikke Susanto, 2011:226-227).
Komposisi dalam sebuah karya seni terbagi menjadi 4 tipe, yaitu komposisi
terbuka, komposisi tertutup, komposisi statis, dan komposisi dinamis.
Komposisi terbuka merupakan aransemen atau komposisi tanpa ada batasan.
Figure atau objek dapat muncul di dalam atau diluar frame secara random dan objek
19
dapat disajikan sebagai bagian dari hal yang melebihi pandanganmata penonton.
Sedangkan komposisi tertutup adalah tipe komposisi yang semua elemen gambar
muncul hanya mengisi bidang gambar, figur-figurnya hadir dalam batas pandang
penonton (Mikke Susanto, 2011:226-227).
Selain komposisi terbuka dan komposisi tertutup masih terdapat dua
komposisi lainnya, yaitu komposisi statis dan komposisi dinamis. Komposisi statis
ialah komposisi dengan suatu struktur yang tersusun oleh suatu bentuk yang teratur
dalam bentuk-bentuk geometrik, dalam suatu kesamaan bentuk, dan dalam struktur
vertikal-horizontal. Komposisi dinamis adalah komposisi yang diciptakan merupakan
bentuk-bentuk organik di dalam alam, dalam struktur yang lebih bebas vertikal-
horizontal-diagonal-radial (Arfial Arsad Hakim,1997: 36).
Komposisi secara keseluruhan dalam visualisasi karya yang disajikan
terdapat dua komposisi, yaitu komposisi terbuka dan tertutup. Dimana komposisi
terbuka tersebut meliputi karya “celeng 1, celeng 2, celeng 4, celeng 5, dan celeng
8”. Sedangkan komposisi tertutup meliputi karya “celeng 3, celeng 6, dan celeng 7”.
H. Deformasi
Deformasi merupakan sebuah perubahan susunan bentuk yang
dilakukan dengan sengaja untuk kepentingan seni, yang sering terkesan sangat
kuat/besar sehingga kadang-kadang tidak lagi berwujud figur semula atau yang
sebenarnya. Hal ini dapat memunculkan figur/karakter baru yang lain dari
sebelumnya. Adapun cara mengubah bentuk antara lain dengan cara simplifikasi
(penyederhanaan), distorsi (pembiasan), distruksi (perusakan) dan stilisasi
20
(penggayaan) atau kombinasi di antara semua susunan bentuk (mix). (Mikke
Susanto, 2011:98)
Bagi penulis deformasi sangatlah penting dalam berkarya atau saat
memvisualisasikan konsep kedalam sebuah karya, karena penulis ingin
memperkenalkan karakteristik celeng dengan figur/karakter baru yang pada
bentuk tubuh celeng tersebut di deformasi agar terlihat lucu dan menarik.
I. Referensi Karya
1. Djoko Pekik
Repro Gambar 2.8. Berburu Celeng
Sumber : ((http://www.siperubahan.com/data/2014/05/05/lukisan-berburu-celeng.jpg) diunduh 19 September 2015 jam 21.49 WIB)
Djoko Pekik dikenal salah satu seniman yang kritis pada situasi politik di
negara ini. Dengan karyanya “Indonesia 1998 Berburu Celeng”, Djoko pekik
menyandang julukan pelukis satu milyar karena karyanya tersebut terjual hingga satu
milyar rupiah di era tahun 1998.
Karya berburu celeng tersebut merupakan salah satu karya Trilogi favoritnya.
Karya trilogi tersebut adalah “Susu Raja Celeng” (1996), “Indonesia 1998 Berburu
21
Celeng”(1998), dan “Tanpa Bunga dan Tanpa Telegram” (2000). Obyek celeng
karya tersebut menandakan simbol rakus yang sangat merugikan di berbagai sisi
manapun, dari sisi manusia entah ekosistem ataupun yang lainnya. Sehingga orang-
orang memburunya beramai-ramai.
Penulis terinspirasi pada salah satu karya Djoko pekik “Indonesia 1998
Berburu Celeng”, karena objek celeng karya tersebut terdapat deformasi. Pada objek
celeng terlihat bentuk badan dan perut sengaja dibuat besar untuk dilebih-lebihkan
(distorsi) dan berbentuk oval. Karya tersebut menggambarkan karakter sifat celeng
yang sangat rakus serta sifatnya yang merusak dan berdampak merugikan
masyarakat, sehingga celeng tersebut diburu orang beramai-ramai untuk
dimusnahkan.
2. Piglet
Repro Gambar 2.9. Piglet Winnie the Pooh Sumber : ((http://dgeiu3fz282x5.cloudfront.net/g/l/lg61252b.jpg) diunduh 22 Maret 2016
jam 04.55 WIB)
22
Piglet adalah karakter fiksi dari buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the
Pooh”. Piglet adalah bayi babi yang merupakan teman baik dari pooh si beruang
madu. Walaupun piglet merupakan bayi babi yang pemalu dan penakut, ia ingin bisa
mengalahkan rasa takutnya untuk menjadi babi yang pemberani Meskipun ia
memiliki tubuh sangat kecil dan gaya bicaranya gagap.
Figur bayi babi piglet pada buku A.A. Milne yang berjudul “Winnie the
Pooh” menginspirasi penulis untuk mengolah bentuk celeng dalam visualisasi
karyanya lewat teknik deformasi tepatnya untuk disederhanakan (simplifikasi).
Penulis dalam menggunakan deformasi pada visualisasi karya yang akan disajikan
untuk tugas akhir kali ini bertujuan agar dapat terlihat lucu dan menarik.
3. Greg Craola
Repro Gambar 2.10. Karya Greg Craola
Sumber : ((http:// httpwww.booooooom.comwp-contentuploads200911greg_craola_simkins_01) diunduh 12 November 2015 jam 15.14
WIB)
Visualisasi kartun yang ditampilkan penulis terinspirasi oleh Greg Craola,
seniman yang mengkhususkan karya dalam obyek binatang. Setiap karakter di dalam
23
karyanya, anatomi hewan didistorsi seperti kartun. Hal tersebut menginspirasi
penulis untuk memvisualisasikan karya juga dalam bentuk kartun.
Recommended