View
20
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
17
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Landasan teori dimaksudkan untuk landasan pustaka, mengamati suatu
fenomena dan instrumental. Landasan Pustaka dipergunakan sebagai dasar
berpijak dalam mengembangkan pemikiran lebih lanjut. Selain itu landasan teori
(kajian teoritis) juga di gunakan sebagai alat untuk mengamati suatu penomena.
Selanjutnya landasan teoritis dapat di gunakan pula sebagai alat dalam melakukan
analisis penelitian.
Adapun teori yang melandasi ini adalah konsep diklat, konsep pembelajaran
pada anak usia dini, hakikat pendidikan anak usia dini, konsep tutor Paud,
kerangka berfikir, serta penelitian yang relevan.
A. Konsep Diklat
Pelatihan adalah keseluruhan aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan
kinerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan mempertimbangkan berbagai
masukan proses, keluaran, dan dampak. Kegiatan tersebut dirancang secara
sistematis untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pelatihan merupakan
“.....pengalaman-pengalaman instruksional (instructional experiences) yang
diberikan oleh pimpinan bagi karyawan. Artinya pelatihan merupakan kegiatan
yang dirancang dalam lembaga pelatihan untuk meningkatkan kinerja seseorang
dalam bidang pekerjaaan melalui pengembangan pengetahuan, keterampilan dan
sikap”. J.R Davis dan B. Adelaide (1998, hlm. 65).
Craig (1987, hlm. 82-83), mengemukakan bahwa:
Training and development are term used torefer to planned efforts
designed facilitate the acquisition of relevant skills, knowledge and attitude
by organization members. Development focuses more on improving the
decision making and human relations skills and the presentation of a more
factual and narrow subject matter.
Definisi tersebut menegaskan bahwa pelatihan merupakan alat manajemen
dalam mengkomunikasikan keputusan, kebijakan serta strategi untuk menciptakan
perubahan dalam memperbaharui suasana kerja dan memperbaiki kualitas
pekerjaaan melalui proses belajar.
17
18
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelatihan dilaksanakan untuk karyawan baru agar dapat menjalankan tugas-
tugas baru yang dibebankan dan untuk karyawan lama guna meningkatkan mutu
pelaksanaan tugasnya sekarang maupun masa depan dalam jurnal Rendri Mamahit
(2013) vol 1 Nomor 4, hlm. 936-945 dengan judul “Tingkat Pendidikan, Pelatihan
dan Kepuasan Kerja Pengaruhnya Terhadap Kinerja Pegawai di Badan
Penanggulangan Bencana Provinsi Sulawesi Utara”
Menurut Kamil (2007, hlm. 3) berbagai pelatihan memang banyak
dilaksanakan dalam dunia kerja untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan fungsioanal.
Kegiatan-kegiatan pelatihan sangat populer dan mudah dilakukan karena
menggunakan prinsip-prinsip dan metode-metode pendidikan dan pembelajaran
pada pendidikan luar sekolah. Meskipun demikian dalam banyak kasus pula
pelaksanaan pelatihan ini tidak jarang dipadukan atau saling melengkapi dengan
pendidikan formal.
Tabel 2.1 perbandingan antara pendidikan dan pelatihan
No Aspek Pendidikan Pelatihan
1. Pengembangan
kemampuan
Menyeluruh (overall) Khusus (specific)
2. Area kemampuan Kognitif, afektif,
psikomotor,
Psikomotor
3. Jangka waktu
Pelaksanaan
Jangka panjang (long
term)
Jangka pendek (short
term)
4. Penggunaan metode
Pembelajaran
Konvensional Inkonvensional
5. Materi Lebih umum Lebih khusus
6. Penghargaan akhir Gelar (degree) Sertifikat (non degree)
Sumber: Notoatmodjo, (1988, hlm. 26) dalam Kamil (2007)
Diklat dasar adalah salah satu tahap dari tiga tahap diklat berjenjang. Diklat
berjenjang adalah proses pendidikan dan pelatihan yang dirancang untuk
memenuhi tuntutan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan PAUD
yang terdiri dari guru, guru pendamping, dan pengasuh yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan berjenjang (Dasar, Lanjutan, dan Mahir). Panduan
Penyelenggaraan Program DIKLAT Berjenjang Tingkat Dasar (2015).
19
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Pengertian Diklat
Istilah pelatihan merupakan terjemahan dari kata ‘training”dalam bahasa
inggris. Secara harfiah akar kata “training”adalah “train”, yang berarti : (1)
memberi pelajaran dan praktik (give teaching and practice), (2) menjadikan
berkembang dalam arah yang dikehendaki (cause to grow in a required direction),
(3) persiapan (preparation), dan (4) praktik (practice).
Banyak pengertian pelatihan menurut para ahli, antara lain sebagai berikut.
Edwin B.Flippo (1971) dalam Kamil (2007, hlm. 3) mengemukakan bahwa :
“Training is the act of increasing the knowledge and skill of employes for doing a
particular job”(pelatihan adalah tindakan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan seorang pegawai untuk melaksanakan pekerjaan tertentu).
Michael J.J Jucius (1972) dalam Kamil ( 2007, hlm. 3) mengemukakan: The
term training is used here to indicate any process bay wich the aptitudes, skills,
and abilities of employes to perform specipic jobs are creased “(istilah latihan
yang dipergunakan di sini adalah untuk menunjukkan setiap proses untuk
mengembangkan bakat, keterampilan, dan kemampuan pegawai guna
menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu).
Dalam kedua pengertian di atas tampak pelatihan dilihat dalam hubungan
dengan pekerjaan –pekerjaan tertentu. Dalam kenyataan, pelatihan sebenarnya
tidak harus selalu dalam kaitan dengan pekerjaan, atau tidak selalu dalam kaitan
dengan pekerjaan, atau tidak selalu di peruntukkan bagi pegawai.
Simamora (1997, hlm. 287) mengartikan pelatihan sebagai serangkaian
aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan,
pengalaman, ataupun perubahan sikap seorang individu. Sementara dalam
instruksi Presiden No. 15 tahun 1974, pengertian pelatihan dirumuskan sebagai
berikut:
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan
yang berlaku, dalam waktu yang relatif singkat, dan dengan menggunakan
metode yang lebih mengutamakan praktik dari pada teori.
Kamil (2007, hlm. 10) merumuskan mengenai makna pelatihan sebagai berikut:
Pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan
kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan. Pelatihan merupakan proses
20
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang sistematis dan terencana yang
terarah pada suatu tujuan. Pelatihan diselenggarakan baik terkait kebutuhan
dunia kerja maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Istilah pelatihan biasa dihubungkan dengan pendidikan. Ini terutama karena
secara konsepsional pelatihan tidak dapat dipisahkan dari pendidikan. Meskipun
demikian secara khusus pelatihan dapat dibedakan dari pendidikan. Untuk
memahami istilah pendidikan kriteria yang dikemukakan oleh Peters (1996, hlm.
45) dalam Kamil (2007, hlm. 19) berikut ini dapat menjadi acuan, kriteria tersebut
antara lain sebagai berikut.
a. Pendidikan meliputi penyebaran hal yang bermanfaat bagi mereka yang
terlibat didalamnya
b. Pendidikan harus melibatkan pengetahuan dan pemahaman serta sejumlah
Perspektif kognitif.
c. Pendidikan setidaknya memiliki jumlah prosedur, dengan asumsi bahwa
peserta didik belum memiliki pengetahuan dan kesiapan belajar secara
sukarela.
Pelatihan adalah bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar untuk
memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan yang
berlaku dalam waktu yang relatif singkat dan dengan metode yang lebih
mengutamakan praktik dari pada teori. Ardana, dkk ( 2012, hlm.91).
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2005,
dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Secara sederhana UNESCO mendefinisikan pendidikan sebagai”proses
belajar dan mengajar yang terorganisir dan terus menerus yang dirancang untuk
mengkomunikasikan perpaduan pengetahuan, skill, dan pemahaman yang bernilai
untuk seluruh aktifitas hidup” (dalam Jaervis 1990, hal 105) dalam Kamil, (2007,
hlm. 4). Kata kunci yang membedakan antara pendidikan dan pembelajaran,
adalah “proses belajar mengajar yang terorganisir dan terus menerus .”Hal ini
mengimplikasikan adanya keterlibatan semacam pengajar dan mungkin juga
21
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
institusi, walaupun pendidikan tersebut bias saja melalui teks ataupun program
komputer. Di samping itu, tergambar bahwa pendidikan bukan merupakan proses
yang terjadi dalam waktu singkat, namun memerlukan kurun waktu tertentu.
Sebaliknya, pembelajaran tidak harus melibatkan proses belajar mengajar dan
sering kali terjadi dalam kerangka waktu yang lebih pendek dan dalam cakupan
yang lebih sempit,
Definisi yang diberikan UNESCO dalam Kamil (2007, hlm.5) menunjukkan
bahwa pendidikan lebih bersifat umum dan bukan merupakan aktivitas yang
spesifik. Pendidikan digambarkan memiliki kaitan dengan pengembangan dan
pemahaman.
Dari uraian mengenai pengertian-pengertian di atas menurut kamil (2007,
hlm.10) dapat disimpulkan beberapa makna pelatihan sebagai berikut.
a. Pelatihan merupakan proses yang disengaja atau direncanakan, bukan
kegiatan yang bersifat kebetulan atau spontan. Pelatihan merupakan proses
yang terdiri dari serangkaian kegiatan yang sistematis dan terencana yang
terarah pada suatu tujuan.
b. Pelatihan merupakan bagian pendidikan yang menyangkut proses belajar
yang dilaksanakan diluar system sekolah, memerlukan waktu yang relative
singkat, dan lebih menekankan pada praktik.
c. Pelatihan diselenggarakan baik terkait dengan kebutuhan dunia kerja
maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Ada anggapan bahwa pelatihan harus direncanakan secara siklis dan
bahwa pendekatan ini akan menyebabkan kualitas tinggi, pelatihan yang
direncanakan (Iqbal dan Khan 2011, Barrington dan Reid 1999, Bartram dan
Gibson tahun 1999, Wills, 1998, Buckley dan Caple 1995) Bartram dan Gibson
(1999) dalam Kamil (2007, hlm.13) menyatakan bahwa "sistematis pendekatan
untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan memastikan bahwa orang-orang yang
ditawarkan kesempatan untuk belajar yang efisien dan efektif "(hal.107). Semua
dari pendekatan sistematis dalam literatur menguraikan sejumlah langkah dalam
proses dan mencakup elemen dasar yang sama yaitu menentukan kebutuhan
pelatihan, merancang (memilih) metode yang tepat untuk mengatasi diidentifikasi,
perlu Perencanaan (berkembang) pelatihan kursus / program menerapkan
22
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengevaluasi. Manfaat dari pendekatan ini adalah bahwa tidak ada yang
dihilangkan dan ada sebuah direncanakan dan pendekatan profesional untuk
pengembangan pelatihan dan pengiriman. Semua dari pendekatan sistematis
dalam literatur menguraikan sejumlah langkah dalam proses dan mencakup
elemen dasar yang sama. Ini adalah sebagai berikut: menentukan kebutuhan
pelatihan yaitu merancang (memilih) metode yang tepat untuk mengatasi
diidentifikasi, perencanaan (berkembang) pelatihan kursus / program,
menerapkan, dan mengevaluasi. (Menzel, 2011)
2. Tujuan Diklat
Jika suatu organisasi atau lembaga menyelenggarakan pelatihan bagi para
Tutor, terlebih dahulu perlu di jelaskan apa yang ingin dicapai dari latihan
tersebut. Dengan tujuan yang jelas jelaskan tujuan dan nyata, arah yang ingin
dicapai dari pelatihan tersebut akan lebih jelas. Tujuan pelatihan merupakan
pedoman dalam penyusunan program, pelaksanaan, dan penilaianya.
Tujuan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar ( panduan Dasar Diklat Pendidik
PAUD 2015) adalah
a. Tutor PAUD memahami dan menguasai konsep Pendidikan Anak Usia Dini.
b. Tutor PAUD mampu melaksanakan dan mengelola Program Pendidikan Anak
Usia Dini.
c. Tutor PAUD memiliki kemampuan dalam memfasilitasi anak untuk berkreasi,
bereksplorasi dan berintegrasi dengan lingkungannya.
d. Tutor PAUD terampil dalam melaksanakan kegiatan bermain sambil belajar
dan menggunakan alat permainan edukatif.
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam melaksanakan
proses pembelajaran PTK PAUD.
3. Manfaat Diklat
Pada Dasarnya, manfaat dari Diklat bagi Tutor PAUD adalah agar Tutor
PAUD lebih mudah dalam melaksanakan ttugasnya sebagai pendidik anak usia
dini. Tingkat pemahaman, efektifitas dalam pelaksanaan metode pembelajaran
dapat tercapai; Kreatifitas para Tutor PAUD dalam pengembangan metode
pembelajaran dapat sesuai dengan indikator, Tutor PAUD dapat cepat
23
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menemukan solusi/memecahan masalah apabila ada masalah yang mendesak,
Menambah wawasan, cara berfikir serta meningkatkan pengetahuan sikap dan
mental yang positif, Tutor PAUD memiliki keahlian untuk hidup mandiri,
Meningkatkan sumber daya Manusia (SDM) siap pakai, dapat menularkan
pengetahuannya kepada orang lain, klasifikasi dan kualitas Tutor PAUD dapat
terukur dan memenuhi SPM Pendidikan demi tercapainya sertifikasi yang
independen, sehingga sangat menunjang bagi Tutor PAUD itu sendiri, Motivasi
Tutor PAUD dalam melaksanakan pembelajaran terhadap Peserta Didik
meningkat dan pengetahuan akademik serta penguasaan keterampilan praktis
menjadi suatu nilai lebih yang dimiliki Tutor PAUD.
4. Prinsip-pronsip Diklat
Dalam proses pelatihan harus diperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran.
Prinsip pelatihan akan memberi arah bagi cara-cara seseorang (peserta pelatihan)
untuk belajar efektif dalam kegiatan pelatihan.
Berhubungan dengan prinsip pelatihan ini, Soenarto (1999, hlm. 59)
mengemukakan beberapa prinsip yang melandasi penyelenggaraan pelatihan
diantaranya: a) setiap organisasi bertanggung jawab meningkatkan kemampuan
para karyawan, b) pengetahuan dan keterampilan kerja yang dapat dipelajari dan
dapat dihayati pada situasi yang nyata, c) pelatihan mendukung fungsi dan misi
organisasi, d) kinerja Tutor pasca pelatihan merupakan tolak ukur keberhasilan
program Diklat, e) pelatihan bertujuan mengatasi kesenjangan kemampuan, baik
kemampuan managerial bagi para pemimpin, supervise bagi para pengawas, dan
kemampuan keterampilan keterampilan operasional pata teknisi, f) disamping
meningkatkan kemampuan, program pelatihan hendaknya mempunyai dampak
meningkatkan kerja organisasi, meningkatkan kesejahteraan dan kepuasan kerja
karyawan, g) perbedaan individu trainee merupakan dasar dalam perencanaan,
pengelompokan dan pelaksanaan pelatihan, h) penelitian kelas merupakan
pendekatan penting dalam pelaksanaan pelatihan, i) penyelenggaraan pelatihan
hendaknya ditangani oleh tenaga yang memiliki kompetensi, didukung oleh
fasilitas yang memadai, dan diberikan dengan metode yang tepat) kerja sama
24
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan instansi lain, untuk memanfaatkan potensi yang ada (SDM dan fasilitas)
didasarkan pada analisis cost effectiveness.
JR. Werther (1991, hlm. 130) menjelaskan, bahwa prinsip pembelajaran yang
dapat diaplikasikan dalam proses pelatihan adalah participant, repetition,
relevance, transference and feedback. Prinsip partisipasi berhubungan dengan
seberapa besar peserta pelatihan terlibat dalam secara aktif. Partisipasi yang tinggi
akan mempermudah penyampaian materi, sedangkan bagi peserta pelatihan
keterlibatannya secara penuh dalam pembelajaran akan meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang disampaikan. Prinsip repetisi dalam pembelajaran akan
menguatkan suatu pola pemahaman ke dalam memori seseorang. Prinsip relevansi
mengandung maksud, bahwa pelatihan akan bermakna apabila sesuai dengan
kebutuhan pesrta. Prinsip pengalihan pengetahuan dan keterampilan mengandung
makna, bahwa pengetahuan dan keterampilan akan cepat ditransfer pada peserta
pelatihan apabila materi bisa diterapkan dalam situasi nyata, seperti penggunaan
metode simulasi dan bermain peran. Prinsip belajar yang terakhir adalah umpan
balik, yang mengandung maksud bahwa dengan sistem umpan balik peserta dapat
mengetahui tercapai atsu tidaknya tujuan pelatihan, artinya bahwa apakah
pelatihan yang dilaksanakan sudah berubah dan meningkatkan perubahan
pengetahuan, keterampilan, kepribadian dan sikap atau belum. Apabila belum,
mereka termotivasi untuk menyesuaikannya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pembelajaran
tersebut di atas akan memberi arah, bagaimana seseorang atau peserta Diklat
untuk bisa belajar efektif dalam kegiatan pelatihan. Penerapan prinsip-prinsip
tersebut diarahkan agar tujuan pelatihan dapat tercapai dengan baik sesuai dengan
yang telah ditetapkan.
25
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Landasan-landasan Diklat
Menurut Kamil (2007, hlm. 13). Terdapat beberapa landasan yang
mengukuhkan eksistensi pelatihan. Landasan -landasan dimaksud adalah:
a. Landasan filosofis
Pelatihan merupakan wahana formal yang berperan sebagai instrumen yang
menunjang pembangunan dalam mencapai masyarakat yang maju, tangguh,
mandiri, dan sejahtera berdasarkan nilai-nilai yang berlaku. Dengan demikian
pelatihan harus didasarkan pada sistem nilai yang diakui dan terarah pada
penyediaan tenaga yang berkualifikasi agar mampu mengemban tugas dan
melaksanakan perannya dalam organisasi atau masyarakat.
b. Landasan Humanistik
Pelatihan didasarkan pada pandangan yang menitik beratkan pada kebebasan,
nilai-nilai, kebaikan, harga diri, dan kepribadian yang utuh.
c. Landasan Psikologis
Dalam pandangan psikologi, karakteristik manusia dapat dijabarkan kedalam
seperangkat tingkah laku.
d. Landasan Sosio-Demografis
Permasalahan peningkatan kesejahteraan ekonomi dan sosial terkait dengan
upaya penyediaan dan peningkatan kualitas Tutor PAUD.
e. Landasan Kultural
Pelatihan yang terintergrasi yang berfungsi mengembangkan sumber daya
manusia merupakan bagian penting dari upaya membudayakan manusia.
6. Jenis-jenis Pelatihan
Ada banyak jenis dan pendekatan yang digunakan dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan dari program pelatihan. Simamora (1997, hlm. 349)
mengemukakan jenis-jenis pelatihan yang dapat digunakan dalam organisasi
adalah pelatihan keahlian, pelatihan ulang, pelatihan fungsional silang, pelatihan
tim dan pelatihan kreativitas.
a. Pelatihan keahlian. Pelatihan keahlian (skill training) merupakan pelatihan
yang sering dijumpai di dalam organisasi-organisasi. Pelatihan-pelatihan
tersebut bisa bisa pelatihan yang sifatnya teknis. Rekruitment peserta harus
26
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilakukan dengan cermat. Program pelatihan relatif sederhana, kebutuhan atau
kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli.
b. Pelatihan ulang. Pelatihan ulang (re-training) berupaya memberikan kepada
Tutor PAUD , mempelajari keahlian-keahlian yang mereka butuhkan untuk
mengejar tuntutan yang berubah, misalnya dalam hal cara pembelajaran pada
anak usia dini.
c. Pelatihan fungsional silang. Pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan yang
menekankan pada berbagai keahlian, dari pada spesialisasi. Melatih Tutor
semakin dibutuhkan mereka untuk melengkapi berbagai keahlian yang bisa
menunjang pekerjaan mereka.
d. Pelatihan kreativitas (creative Training). Pelatihan ini beranggapan bahwa
kreativitas itu bisa dikembangkan. Seorang Tutor PAUD dilatih dengan
harapan mereka lebih kreatif dalam melaksanakan program.
7. Manajemen Diklat
Menurut Mustafa Kamil (2007, hlm. 16) Dengan jenis dan berbagai
karakteristik apa pun, pada akhirnya pelatihan perlu dikelola atau dimanajer.
Pengelolaan pelatihan secara tepat dan profesional dapat memberikan makna
fungsional pelatihan terhadap individu, organisasi, maupun masyarakat.
Sementara secara operasional, tugas-tugas popok organizer pelatihan adalah
meliputi hal-hal berikut.
a. Mengurusi kebutuhan pelatihan pada umumnya
b. Mengembangkan kebijakan dan prosedur pelatihan
c. Mengelola anggaran pelatihan
d. Mengembangkan dan menerapkan administrasi pelatihan
e. Meneliti metode-metode pelatihan yang sesuai untuk di terapkan
f. Mempersiapkan materi, peralatan, dan fasilitas pelatihan, dan
g. Menganalisis dan memperbaiki sistem pelatihan.
Sudjana (1996) dalam Kamil ( 2007, hlm. 17) mengembangkan sepuluh
langkah pengelolaan sebagai berikut. 1) Rekrutmen peserta pelatihan, 2)
identifikasi kebutuhan belajar, sumber belajar, dan kemungkinan hambatan, 3)
menentukan dan merumuskan tujuan pelatihan, 4) menyusun alat evaluasi awal
27
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan evaluasi akhir, 5) menyusun kegiatan pelatihan, 6) pelatihan untuk pelatih, 7)
melaksanakan evaluasi bagi peserta, 8) mengimplementasikan pelatihan, 9)
evaluasi, dan 10) evaluasi program pelatihan.
8. Pendekatan Sistem untuk Diklat
Menurut Kamil (2007, hlm. 19) Penilaian kebutuhan (need assessment)
pelatihan merupakan tahap yang paling penting dalam penyelenggaraan pelatihan.
Tahap ini berguna sebagai dasar bagi keseluruhan upaya pelatihan. Dari tahap
inilah seluruh proses pelatihan akan mengalir. Baik pelaksanaan maupun tahap
evaluasi sangat bergantung pada tahap ini. Jika penentuan kebutuhan pelatihan
tidak akurat, maka arah pelatihan akan menyimpang. Secara komprehensif,
dengan melihat pelatihan sebagai suatu sistem, Sudjana (1996) dalam Mustofa
Kamil (2007, hlm. 20) mengemukakan komponen-komponen pelatihan yaitu
msukan sarana (instrumen input), masukan mentah (raw input), masukan
lingkungan (environment input), proses (process), keluaran (output), masukan lain
(other input), pengaruh (impact).
Kebutuhan masyarakat akan pendidikan nonformal (PNF) terus mengalami
peningkatan. Banyak faktor yang mendorong terjadinya peningkatan kebutuhan
PNF dalam kehidupan masyarakat. Perubahan masyarakat yang sangat cepat
menyebabkan hasil pendidikan yang diperoleh di sekolah (pendidikan formal)
menjadi tidak sesuai lagi atau tertinggal dari tuntutan baru dalam dunia kerja.
Ilmu pengetahuan dan atau ketrampilan yang didapatkan dari sekolah cepat
menjadi usang dan kurang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
baru dalam kehidupan sehari-hari dalam jurnal Samsul H (2012) Volume 02
nomor 02 dengan judul” Evaluasi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pada Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Program Otomotif.”
9. Perencanaan Diklat
Waterson (1965) dalam Sudjana (2010, hlm. 55) mengemukakan bahwa
pada hakekatnya perencanaan merupakan usaha sadar, terorganisasi, dan terus
menerus dilakukan untuk memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif
tindakan guna mencapai tujuan. Perencanaan bukan kegiatan yang tersendiri
28
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melainkan merupakan suatu bagian dari proses pengambilan keputusan yang
kompleks. Karena itu Schaffer (1970) dalam Sudjana (2010, hlm. 55) menjelaskan
bahwa apabila bicara mengenai perencanaan, kegiatan ini tidak akan terlepas dari
hal-hal yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan. Proses
pengambilan keputusan tersebut dimulai dengan perumusan tujuan,
kebijaksanaan, dan sasaran secara luas, yang kemudian berkembang pada tahapan
pencapaian tujuan. Kebijaksanaan dalam perencanaan lebih rinci berbentuk
program untuk dilaksanakan.
Perencanaan menurut Suherman (1988) dalam Sudjana (2010, hlm. 56)
adalah suatu penentuan urutan tindakan, perkiraan biaya serta penggunaan waktu
untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas data dengan memperhatikan prioritas
yang wajar dengan efisiensi untuk ketercapaian tujuan.
Keputusan yang diambil dalam perencanaan berkaitan dengan rangkian
tindakan atau kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan di masa
yang akan datang. Rangkaian tindakan atau kegiatan itu perlu dilakukan karena
dua alasan, yaitu: (a) untuk mewujudkan kemajuan atau keberhasilan sesuai
dengan yang diinginkan, dan, (b) agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan,
dengan kondisi yang sama atau lebih rendah dari pada keadaan sekarang. Sudjana
( 2010, hlm. 56)
Perencanaan adalah proses bagaimana menetapkan tujuan serta menetapkan
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tahapan analisis
dan alternatif yang mungkin dikerjakan. Salah satunya pendekatan khusus dalam
perencanaan yaitu perencanaan strategis, dengan menggabungkan secara
komprehensif dasar-dasar manajemen. Perencanaan ini lebih merupakan
metodologi yang mempertimbangkan secara sungguh-sungguh seluruh
pertimbangan lingkungan dan peluang secara hambatan. Tujuan utama dari
perencanaan strategis yaitu memdukan antara tujuan fungsional dengan
perencanaan operasional dari staf. Langerman dan Smith (1979) dalam Sudjana
(2010, hlm. 58) mengemukakan lima langkah perencanaan strategis yaitu:
a. Penetapan tujuan dari lembaga (bagaimana cara untuk memberikan
pelayanan pada klien).
b. Menetapkan kekuatan lembaga (bagaimana cara kerja yang baik serta
mengapa dilakukan).
29
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Penetapan kenyataan dan potensi dari klien (bagaimana sasaran dilayani,
apa yang seharusnya dilakukan serta sejauh mana kita memahami harapan
mereka).
d. Penetapan faktor internal dan ekternal yang mempengaruhi lembaga
(sumber-sumber yang dibutuhkan dari lembaga dan masyarakat).
e. Pengembangan dan operasional kegiatan (apa yang seharusnya
dilaksanakan dalam pemrograman, staffing dan pemasaran serta apakah
semua itu bisa didanai).
Sementara Coombs dan Manzoor Ahmed (1985, hlm. 336) dalam Sudjana
(2010, hlm, 59) merumuskan tujuh langkah yang dilakukan pada tahap
perencanaan, yakni sebagai berikut:
a. Mengadakan diagnosa mengenai keadaan umum.
b. Mengadakan diagnosa ciri-ciri khas serta kebutuhan yang realistis dan
minat dikalangan kelompok calon peserta potensial.
c. Membuat rincian tugas mengenai tujuan pengajaran, termasuk urutan
prioritas serta jadwal yang tepat, golongan klien yang akan dilayani.
d. Indentifikasi kegiatan lain dalam bidang pendidikan yang yang masih
dalam tahap perencanaan ataupun pada tingkat lebih tinggi.
e. Investasi serupa berkenaan dengan faktor-faktor dan jasa-jasa luar
pendidikan yang ada relevansinya serta rencana dan tujuan
pembangunandalam makna luas berlaku terhadap daerah yang sama,
yang patut dikaitkan kepada kegiatan pendidikan yang baru agar ia
dapat memberi sumbangan.sebesar mungkin kepada usaha
pembangunan.
f. Menginventarisasi segala faktor tetap dalam bidang sosial, ekonomi,
kelembagaan, administrasi atau politik yang dapat menunjang atau
sebaliknya menghambat daya guna program yang baru.
g. Mengindentifikasi kebijakan dan urutan prioritas nasional yang dapat
mempengaruhi daya guna program yang baru.
Lebih lanjut Sudjana (2010, hlm. 56-57) mengemukakan dua kegiatan
dalam perencanaan pendidikan formal, yaitu:
a. Upaya sistematis yang menggambarkan penyusunan rangkaian
tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan organisasi
atau lembaga dengan mempertimbangkan sumber-sumber yang
tersedia atau sumber-sumber yang dapat disediakan. Sumber-sumber
itu meliputi sumber daya manusia dan sumber daya non-manusia.
b. Perencanaan merupakan kegiatan untuk mengerahkan atau
menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efisien dan efektif
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan perencanaan ini
diharapkan dapat dihindari penyimpangan sekecil mungkin dalam
penggunaan sumber-sumber tersebut.
30
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari beberapa pendapat di atas mengenai langkah-langkah dalam
merencanakan kegiatan-kegiatan maka diperolehlah gambaran bahwasanya ada
bebrapa langkah atau tahap yang harus dilalui dalam perencanaan kegiatan
pelatihan, yaitu: (1) indentifikasi kebutuhan pelatihan; (2) perumusan tujuan
pelatihan; (3) menentukan sumber-sumber yang tersedia atau sumber-sumber
yang dapat disediakan meliputi sumberdaya manusia dan non-manusia; (4)
mendesain program pelatihan; dan (5) merancang silabus dan kurikulum
pelatihan.
Pada tahap perencanaan kegiatan adalah: pertama identifikasi kebutuhan
belajar hasilnya berupa materi dalam dimensi pengetahuan, meliputi: (1)
pemahaman karakteristik peserta pelatihan, (2) penguasaan konsep dan landasan
pendidikan, (3) pemahaman perencanaan pelatihan, (4) pelaksanaan pelatihan
beserta metode dan teknik dan (5) evaluasi dalam pelatihan.(Badu, n.d.)
10. Pelaksanaan Diklat
Pelaksanaan diklat merupakan implementasi dari rencana yang telah dibuat
yang merupakan salah satu faktor utama dan sangat mempengaruhi terhadap
efektifnya program diklat. Oleh karena itu, pelaksanaan hendaknya dilakukan
sesuai dengan ketentuan, aturan dan persyaratan pelaksanaan diklat, sehingga
hasil diklat bisa efektif, berdaya guna, bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang
diharapkan. Dalam kaitan dengan pelaksanaan, Anisah (1995, hlm. 44)
mengemukakan bahwa “pelaksanaan adalah kegiatan untuk mewujudkan rencana
menjadi tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien”. Kemudian Supandi dan Sunasi dalam Anisah ( 1995,
hlm. 44) menyatakan bahwa “implementasi atau pelaksanaan kegiatan, ialah suatu
proses menjalankan, menyelenggarakan atau mengupayakan agar alternatif-
alternatif yang telah diputuskan berdasarkan hukum berlaku dalam praktek”.
Dengan demikian, pelaksanaan dalam penyelenggraan diklat merupakan
serangkaian tindakan nyata untuk mengupayakan agar semua komponen yang
telah dipersiapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan secara terpadu dalam
upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk menjamin kelangsungan
proses pelaksanaan diklat dapat berjalan dan mencapai hasil yang efektif, maka
31
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
harus melalui serangkaian tahapan yang saling terkait. Tahapan -tahapan tersebut
ada tiga, yaitu: tahapan kegiatan pra atau persiapan pelaksanaan, tahapan kegiatan
pelaksanaan diklat dan tahapan kegiatan pasca atau akhir pelaksanaan.
Menurut Dharma (1998, hlm. 5) menegaskan bahwa waktu pelatihan
ditetapkan tergantung pada tujuan pelatihan yang ingin dicapai dan cukup
fleksibel atau luwes untuk mengakomodasi kemungkinan-kemungkinan terjadinya
perubahan yang tidak terduga. Dengan demikian penetapan waktu yang digunakan
dalam pelatihan benar-benar fleksibel dan seefektif mungkin dengan
mempertimbangkan keperluan yang dibutuhkan. Upaya pencapaian tujuan belajar
yang telah ditetapkan tidak terlepas dari berbagai cara yang digunakan. Cara
tersebut adalah merupakan metode pembelajaran dalam pelatihan. Abdulhak
(2000, hlm. 43) mendefinisikan metode pembelajaran dalam pelatihan prosedur
yang teratur dan sistematis untuk membelajarkan peserta pelatihan dalam
mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kedududukan metode belajar dalam
pelatihan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan materi pelatihan saja, tetapi
juga termasuk mengelola kegiatan pembelajaran, sehingga pelatihan dapat belajar
dengan baik untuk mencapai tujuan secara tepat.
Menurut Sudjana (2010, hlm. 35) pengaruh (outcomes) kegiatan nonformal
meliputi;
(1) Perubahan serta peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang ditandai
dengan berubahnya pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatnya
keterampilan; (2) membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang
telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan; dan (3) peningkatan
pastisipasi dalam kegiatan sosial dan atau pembangunan masyarakat, dalam
wujud pastisipasi buah pikiran, tenaga, dan harta benda.
Pengkondisian awal pelatihan sebelum pelatihan inti di mulai, pantia selaku
fasilitator mengatur pembuka pelatihan dengan maksud untuk (1) menciptakan
suasana yang kondusif untuk menempuh pelatihan, (2) memberikan pemahaman
terhadap langkah-langkah belajar yang harus ditempuh selama pelatihan, (3)
menyampaikan kebermanfaatan mengikuti kegiatan pelatihan, (3)
menginformasikan tentang langkah-langkah peserta pelatihan, meliputi kegiatan
teori dan praktek. (Badu, n.d.)
Sudjana (2007, hlm. 198) memaparkan bahwasanya pelaksanaan
pembelajaran dalam pelatihan dilakukan melaui langkah-langkah sebagai berikut :
32
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(1) pembinaan keakraban; (2) indentifikasi kebutuhan, aspirasi dan potensi peserta
pelatihan; (3) penetapan kontrak belajar; (4) tes awal peserta pelatihan; (5) proses
pembelajaran; dan (6) tes akhir peserta pelatihan. Langkah-langkah pembelajaran
akan diuraikan di bawah ini:
a. Pembinaan Keakraban
Pembinaan keakaraban adalah kegiatan saling mengenal antara peserta
pelatihan, antara peserta pelatihan dengan pelatih. Tujuannya adalah untuk
mengkondisikan agar mereka siap melakukan kegiatan pelatihan secara akrab dan
menyenangkan. Upaya ini perlu dilakukan sebelum memulai kegiatan
pembelajaran untuk menghindari hambatan psikologis yaitu terganggunya
partisipasi peserta pelatihan dalam kegiatan saling belajar karena mereka tidak
saling mengenal secara akrab anatara satu dan lainnya. Pembinaan keakraban
dapat dilakukan dengan menggunakan teknik-teknikpembelajaran partisipatif.
b. Indentifikasi Kebutuhan, Aspirasi dan Potensi Peserta Pelatihan
Pada tahap ini pelatih melibatkan peserta pelatihan dalam mengenali,
menyatakan, dan menyusun kebutuhan belajar, harapan, dan potensi yang dimiliki
peserta pelatihan. Kegiatan indentifikasi kebutuhan dan harapan ini berfungsi
untuk mencocokan atau menyempurnakan kebutuhan dan harapan yang telah
disusun sebelumnya oleh penyelenggaraan pelatihan dengan pernyataan mereka
sebelum mengikuti kegiatan pelatihan, dan untuk memotivasi peserta pelatihan
sehingga program pelatihan disusun dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan peserta pelatihan. Potensi peserta pelatihan diindentifikasi untuk
mengenal kemampuan mereka yang dapat dimanfaatkan dalam pelatihan.
c. Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran dalam pelatihan menggunakan strategi yang
mencangkup pendekatan, metode, teknik, dan media pembelajaran. Pendekatan
terdiri atas andragogi, pedagogi, atau kontinum. Andragogi adalah ilmu dan seni
untuk membantu orang dewasa belajar. Pedagogi adalah ilmu dan seni mengajar
anak-anak. Sedangkan kontinum adalah gabungan pendekatan andragogi dan
pedagogi, dilakukan secara beradaur mulai dari andragogi dilanjutkan dengan
andragogi, dan sebaliknya.
33
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abdulhak (2000, hlm. 43) mendefinisikan metode pembelajaran dalam
pelatihan adalah prosedur yang teratur dan sistematis untuk membelajarkan
peserta pelatihan dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Kedudukan
metode belajar dalam pelatihan tidak hanya berfungsi untuk menyampaikan
materi pelatihan saja, tetapi juga termasuk mengelola kegiatan pembelajaran,
sehingga peserta pelatihan dapat belajar dengan baik untuk mencapai tujuan
secara tepat.
Metode pembelajaran menurut Knowles (1977) dalam Sudjana (2010 hlm.
133) adalaha cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan
pelatihan. Metode mencakup pembelajaran individual (individual learning
method), pembelajaran kelompok (group learning method), dan pembelajaran
komunitas (community learning method atau community development method).
Lebih lanjut mengenai metode Knowles (1977) dalam Sudjana (2010, hlm. 133)
mengemukakan bahwa:
Metode berkaitan dengan pengorganisasia peserta pelatihan dalam
rangka mencapai tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran adalah cara-
cara pelaksanaan yang dipilih dan digunakan oleh pelatih dalam metode
pembelajaran tertentu untuk membantu peserta pelatihan melakukan
kegiatan belajar. Media adalah sarana atau kondisi tertentu yang digunakan
dalam metode dan teknik pembelajaran sehingga kegiatan belajar menjadi
lebih menarik, mantap dan bermanfaat.
Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara membelajarkan yang dipilih
sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan. Sedangkan alat bantu belajar
(devices) adalah sarana pembelajaran terdiri dari video tape, over head projectot
(OHP), Infocus, komputer, dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan diatas bisa dikatakan bahwa metode, teknik, dan
media pembelajaran merupakan satu kesatuan dan saling menguatkan antara satu
dengan yang lainnya dalam pelaksanaan proses pelatihan.
Langkah-Langkah Pelaksanaan Program Diklat Berjenjang Tingkat Dasar.
(panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015). Pelaksanaan program Diklat Dasar
secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, antara lain persiapan, pelaksanaan
dan tindak lanjut.
1. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan mencakup kegiatan sebagai berikut :
a. Menyusun proposal dan desain diklat
34
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Pembahasan desain diklat (struktur program, silabus diklat, waktu pelaksanaan,
jadwal, tempat pelaksanaan, alur, kegiatan dan hal-hal lain yang terkait dengan
penyelenggaraan diklat)
c. Rapat koordinasi dengan instansi terkait dan organisasi profesi (HIMPAUDI)
yang relevan
d. Penetapan kepanitiaan diklat melalui surat keputusan
e. Rapat koordinasi dengan narasumber.
f. Sosialisasi pemanggilan peserta dan melakukan seleksi peserta
g. Penyusunan surat-surat (surat pemanggilan peserta, ijintempat diklat,
permohonan fasilitator, undanganpembukaan dan penutupan, pemberitahuan
kepada Lembaga Penguji Kelulusan, dll)
h. Persiapan administrasi pelatihan (daftar hadir, biodata narasumber dan peserta,
sertifikat dsb)
i. Persiapan akomodasi, konsumsi, dokumentasi, dan publikasi
j. Pengadaan modul diklat
k. Pengadaan ATK
l. Penyiapan dokumentasi.
m. Rapat persiapan akhir (sumber : panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)
2. Tahap Pelaksanaan
Rangkaian kegiatan selama diklat berlangsung sebagai berikut:
a. Penerimaan peserta
b. Pembukaan
c. Penjelasan teknis
d. Pretest.
e. Dinamika kelompok
f. Penyampaian materi diklat
g. Penyampaian materi penutup berupa motivasi diri untuk mengimplementasikan
hasil diklat dalam pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik. Peserta
diinformasikan bahwa peserta akan dievaluasi tentang implementasi tersebut.
h. Postest ( sumber : panduan dasar Diklat Pendidik PAUD 2015)
3. Tahap Evaluasi
a. Evaluasi Penyelenggaraan.
35
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Evaluasi Daftar Hadir dan Peran Aktif Peserta.
c. Evaluasi Kinerja Fasilitator.
d. Refleksi; yakni kegiatan meminta umpan balik (feedback) dari peserta diklat
terhadap proses diklat yang telah dilaksanakan dengan memberikan
saran/masukan sebagai upaya penyempurnaan diklat di masa mendatang.
(Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)
4. Tindak Lanjut
a. Tugas mandiri selama 200 jam pelajaran (25 hari kerja efektif)
b. Penyusunan instrument evaluasi hasil pelaksanaan diklat.
c. Laporan hasil tugas mandiri. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang
Tingkat Dasar tahun 2015)
D. Penyelenggara
Penyelenggara diklat Dasar dengan kriteria minimal sebagai berikut :
1. Mampu menyediakan narasumber dan fasilitator yang kompeten di bidangnya.
2. Mampu menyediakan Tempat pelatihan yang representatif.
3. Mampu membuat dan mengembangkan program diklat. (Panduan
Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)
E. Sarana dan Prasarana Pendukung
Sarana dan prasarana yang digunakan adalah:
1. Media dan bahan belajar yang terdiri dari modul/diktat/handout, lembar
bacaan, lembar peraga (transparan), lembar tugas, format instrumen dan
lembar evaluasi (pre-tes, proses dan post-test).
2. Sarana pembelajaran terdiri atas, meja dan kursi, papan tulis/white board dan
spidol, kertas dinding, OHP/LCD/Laptop, ATK peserta, ATK panitia dan
ATK Fasilitator.
3. Prasarana penyelenggaraan diklat terdiri atas, ruang belajar/ruang diskusi,
lokasi praktek pembelajaran PAUD atau memiliki kemitraan dengan lembaga
PAUD di sekitar tempat penyelenggaraan.
4. Sarana-sarana lain yang diperlukan untuk kegiatan praktek sesuai materi.
(Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)
36
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
F. Metode/Strategi Pelaksanaan
Metode yang dapat dipergunakan, dalam pelaksanaan pelatihan Tutor PAUD,
antara lain:
1. Ceramah, penyampaian materi dengan memperhatikan perbedaan intelektual
dan pengalaman peserta dan disampaikan dengan bahasa yang dipahami
peserta. Sehingga pelatih harus pandai memilih dan memilah kalimat. Materi
harus fokus, dari umum ke rinci. Setelah itu memperjelas setiap rincian yang
dibuat. Dengan pembagian point akan memudahkan peserta menyerap materi
pelatihan
2. Diskusi, bertujuan untuk mengukur tingkat penerimaan dan pemahaman peserta
terhadap materi yang disampaikan
3. Tanya jawab, ditujukan untuk menarik perhatian peserta dan membuat peserta
selalu siap terhadap apa yang disampaikan pelatih;
4. Studi kasus, memaparkan kasus yang berhubungan dengan materi agar mudah
diterima dan dipahami oleh peserta;
5. Praktek, dan demonstrasi; mengaktualisasikan materi pelatihan ke dalam
bentuk kegiatan yang terlihat dan menghasilkan karya;
6. Motivasi, setiap kalimat yang disampaikan menggunakan kata-kata dan bahasa
yang santun dan penuh motivasi;
7. Energizer, kegiatan untuk menghindarkan peserta dari kejenuhan;
8. Refleksi diri, memberikan kesempatan kepada peserta untuk melakukan
pemaknaan terhadap apapun yang ingin ia kuasi melalui pelatihan dan didukung
oleh pelatih dan peserta lainnya. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang
Tingkat Dasar tahun 2015)
G. Peserta Kegiatan
Kriteria peserta antara lain:
1. Belum Pernah mengikuti diklat PAUD
2. Diutamakan pendidik PAUD yang telah bertugas minimal 1 tahun
3. Usia maksimal 40 tahun
4. Sehat jasmani dan rohani
5. Bersedia mengikuti diklat dari awal sampai akhir
37
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. Kualifikasi pendidikan minimal SMA. (Panduan Penyelenggaraan Diklat
Berjenjang Tingkat Dasar tahun 2015)
H. Narasumber
Narasumber dan Fasilitator dapat berasal dari unsur birokrat, akademisi,
profesional, praktisi dan anggota masyarakat sepanjang memenuhi kriteria sebagai
berikut: Kualifikasi pendidikan minimal S1, memiliki kompetensi dalam bidang
PAUD, menguasai materi diklat, menguasai metode dan strategi pembelajaran
orang dewasa, mampu menyediakan dan menyajikan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) dan evaluasinya, dapat berkomunikasi dengan baik,
diutamakan memiliki sertifikat TOT, minimal TOT Diklat Tingkat dasar, dan
mampu mengoperasikan IT. (Panduan Penyelenggaraan Diklat Berjenjang
Tingkat Dasar tahun 2015)
11. Evaluasi Diklat
Penilaian adalah salah satu unsur penting dalam pelatihan, yang dilakukan
untuk mengetahui tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai, apakah pelaksanaan
program sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan dampak apa yang
terjadi setelah program diselenggarakan.
Croncbach dann Stufflebeam menambahkan bahwa evaluasi bukan hanya
mengukur sejauhmana tujuan telah tercapai tetapi digunakan pula untuk
pengambilan keputusan. Secara fisolofis, Rothwell (1996) memberi arti bahwa
evaluasi adalah proses menentukan nilai (value). Nilai disini menunjukan derajat
sesuatu yang dievaluasi dengan kategori baik atau buruk, penting atau tidak
penting, bermanfaat atau tidak bermanfaat, tinggi atau rendah, berhasil atau tidak
berhasil, dan lain sebagainya. Nilai dapat mencerminkan sejauhmana tingkatan
keterampilan, pengetahuan, sikap dan atau nilai-nilai yang diperoleh peserta
pelatihan selama dan atau setelah mengikuti proses pelatihan dalam jurnal: Lenny
Nuraeni, dkk (2015). Volume 02. Nomor 01 dengan judul” Implementasi
Penyusunan Instrumen Evaluasi yang digunakan oleh Widyaiswara dalam
Mengukur Keberhasilan Pelatihan Di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan
Kesejahteraan Sosial Lembang.”
38
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Sudjana (2000, hlm. 267) mengemukakan bahwa penilaian
didefinisikan sebagai kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk
mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data atau informasi yang diperlukan
sebagai masukan untuk pengambilan keputusan. Hamblin (Moekijat, 1993)
merumuskan evaluasi pelatihan sebagai setiap usaha untuk memperoleh data atau
informasi (umpan balik) tentang pengaruh program pelatihan dan untuk
memberikan nilai pelatihan berdasarkan informasi tersebut. Sementara itu tujuan
penilaian adalah menyediakan masukan bagi pengambilan keputusan tentang
perencanaan, berkelanjutan, perluasan, penghentian, dan modifikasi program,
serta penggunaan dan pengembangan landasan ilmiah yang mendasari proses
penilaian.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian
merupakan kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh data atau
informasi yang diperlukan sebagai umpan balik (feedback) bagi perbaikan atau
penyempurnaan dan pengembangan program pelatihan.
S. Mappa dan A. Basleman (1994, hlm. 112) mengemukakan aspek-aspek
yang dinilai adalah komponen program dan penyelenggaraan program. Komponen
program meliputi masukan, proses, dan hasil program. Sedangkan
penyelenggaraan program mencakup kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan,
dan pengembangan, efisiensi ekonomik dampak program.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan, bahwa evaluasi
pelatihan dilakukan mencakup kelembagaan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi dari pelaksanaan pelatihan. Penilaian terhadap perencanaan bertujuan
untuk menetapkan prioritas aktivitas yang akan dilakukan dalam mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Hasil dari kegiatan ini menjadi umpan balik (feedback) bagi
perencana untuk penyempurnaan atau pengembangan program pelatihan.
Penilaian terhadap proses dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan
pelatihan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hasil dari kegiatan evaluasi
akan memberikan masukan bagi pengembangan pelaksanaan pelatihan. Hasil
evaluasi ini akan menunjukkan gambaran yang jelas tentang perubahan dan
peningkatan kemampuan peserta setelah selesai mengikuti pelatihan. Hasil dari
evaluasi ini akan menunjukkan gambaran yang jelas tentang perubahan dan
39
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peningkatan kemampuan peserta. Teknik-teknik yang digunakan dalam penilaian
pelatihan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu teknik tes dan non tes. Dijelaskan
oleh Sudjiono (1996, hlm. 62-76) bahwa dalam konteks evaluasi hasil
pembelajaran pelatihan, dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan
teknik non-tes. Teknik tes ddapat dibedakan menjadi enam golongan, yaitu (1)
Tes seleksi, (2) Tes awal, (3) Tes akhir, (4) Tes Diagnostik, (5) Tes formatif, dan
tes sumatif. Sedangkan non tes difokuskan melalui pengamatan atau observasi,
wawancara, angket dan memeriksa atau meneliti dokumen-dokumen.
Sudjana (2007, hlm. 211) mengemukakan bahwa dalam pelatihan terdapat
tiga tahapan perubahan perilaku peserta pelatihan yang dievaluasi. Ketiga tahapan
perubahan itu adalah sebagai berikut:
1) Tahap pertama adalah pengukuran tentang sejauhmana keluaran
(output) pelatihan berupa perubahan perilaku peserta pelatihan dalam
ranah (domain) keterampilan (skill atau psikomotorik), pengetahuan
(kognitif) dan sikap serta nilai (afektif) tertentu sesuai dengan tujuan
pelatihan. Perubahan perilaku peserta pelatihan ini dapat diukur pada
saat sebelum pelatihan dimulai, sewaktu pelatihan sedang berlangsung,
dan atau pada saat pelatihan selesai.
2) Tahap kedua adalah pemantauan (observasi) terhadap penampilan para
peserta atau lulusan pelatihan setelah mereka kembali kemasyarakat
atau setelah memasuki kembali lembaga tempat dimana mereka
bertugas atau bekerja. Pemantauan ini digunakan untuk mengukur
sejauhmana penggunaan perolehan belajar selama pelatihan pada
kegiatan atau tugas pekerjaannya. Kegiatan pemantauan ini adalah
sebagai kelanjutan dari evaluasi tahap pertama. Melalui pemantauan
dapat diketahui sejauhmana para lulusan dapat memanfaatkan hasil
pelatihan dalam lingkungan kehidupan dan pekerjaannya.
3) Tahap ketiga adalah pengukuran tentang pengaruh (outcome) pelatihan
pada lembaga dan masyarakat. Pengaruh terhadap lembaga
penyelenggara pelatihan berkaitan dengan nilai-nilai yang diperoleh
lembaga tersebut setelah menyelenggarakan program pelatihan. Nilai
pelatihan, biaya pelatihan, investasi dalam bentuk pelatihan, dan umpan
balik tentang pelatihan bagi lembaga, dan lain sebaginya. Demikian
pula staf atau masyarakat yang mungkin menjadi layanan para peserta
atau lulusan program pelatihan perlu dievaluasi untuk mengetahui
sejauhmana mereka telah memperoleh dampak positif berupa nilai-nilai
peningkatan kemampuan dan perubahan masyarakat serta sejauhmana
adanya timbal balik antara lembaga penyelenggara pelatihan dengan
masyarakat.
Penyelenggara dan pelatih program pelatihan perlu menyadari bahwa
evaluasi adalah kegiatan berkelanjutan. Kegiatan dan hasil evaluasi sangat
40
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bermanfaat bagi penyelenggara, pelatih, dan pengelola program pelatihan, serta
peserta atau lulusan program pelatihan. Salah satunya prinsip pembelajaran yang
dikemukakan Thorndike ‘low of effect’ menyatakan bahwa setiap pihak yang
terkait dengan pelatihan memerlukan umpan balik yang berkelanjutan sebagai
motivasi untuk pengelolaan program pelatihan selanjutnya.
Evaluasi pembelajaran yang dimaksud dalam bagian ini adalah evaluasi tahap
pertama yang berkaitan dengan hasil (output) belajar yang meliputi tiga ranah
(domain), yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap serta nilai (afektif) dan
keterampilan (skills atau psikomotorik).
Tes akhir dilakukan dalam setiap mata latihan dan dalam gabungan semua
mata latihan yang tercantum dalam kurikulum pelatihan. Format tes akhir dapat
serupa dengan format tes awal peserta penyajihan atau berupa modifikasi materi
dalam format tes awal, namun bobot informasi dan hasilnya sama. Hasil tes akhir
dan tes awal setiap mata latihan dan atau semua mata latihan dapat dibandingkan
dengan menganalisis perbedaan kedudukan dan hasil setiap mata latihan dan
seluruh materi latihan. Sudjana (2007, hlm. 206).
12. Konsep Diklat Berbasis Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan yang ditunjukan seseorang dalam
menyelesaikan tugas-tugas tertentu berdasarkan standar yang telah di tetapkan
konsep tentang pelatihan berbasis kompetensi lebih menekankan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan standar
performans yang telah di tetapkan.
Pelatihan yang didasarkan pada kompetensi adalah kegiatan pelatihan yang
diarahkan untuk dapat memberikan pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta
untuk melakukan sesuatu, berupa seperangkat tindakan intelegensi (dalam bentuk
kemahiran, ketepatan dan keberhasilan), penuh tanggung jawab yang harus
memiliki seseorang untuk melakukan tugas-tugas pada jenis pekerjaan tertentu.
Mc Clelland (1981, hlm. 45) menyatakan “Competency is a knowledge, skill, and
abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her
baing to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,
affective, and psychomotor behaviors”. Bahwa kompetensi merupakan
41
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang diperoleh oleh yang telah
menjadi bagian dari dirinya dimana ia dapat melakukan dengan baik perilaku-
perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik.
Mayo (1987, hlm. 22) menjelaskan bahwa “kompetensi adalah pernyataan
dari suatu tugas, dimana individu diharapkan mampu mengerjakannya dengan
baik(to perform successfully) sebagai hasil pendidikan dan pelatihan yang
diikutinya.” Lynton (1992, hlm. 22) mengatakan bahwa kompetensi sebagai :”
those task, skills, attitude, values, and appretiation that are deemed critical to
successful employment”(kompetensi diartikan sebagai tugas-tugas, keterampilan,
sikap, dan apresiasi yang dianggap kritis atau penting untuk keberhasilan
pelaksanaan ketenagakerjaan), jadi kompetensi adalah merupakan tugas,
keterampilan, sikap dan nilai yang harus dimiliki oleh individu dalam
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan uraian tugas yang dilakukannya. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi hasil pelatihan atau diklat adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang tutor PAUD setelah selesai mengikuti
pelatihan, berupa peningkatan pengetahuan, sikap dan kecakapan dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada anak usia dini.
Jack Gordon (1988, hlm. 109) mengemukakan beberapa unsur atau elemen-
elemen yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
a. Pengetahuan (knowledge), yaitu kesadaran di bidang kognitif,
b. Pengertian (understanding), yaitu kedalam kognitif dan afektif yang dimiliki
oleh individu.
c. Keterampilan (skills), yaitu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk
melakukan suatu tugas pekerjaan yang dibebankan kepadanya.
d. Nilai (values), adalah suatu norma atau standar yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri individu.
e. Sikap (attitude) yaitu perasaan atau reaksi terhadap suatu stimuli (rangsangan)
misalnya situasi lingkungan, manusia dan lain sebagainya.
f. Minat (interest) adalah keadaan yang mendasari motivasi individu, keinginan
yang berkelanjutan, orientasi psikologis.
42
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pelatihan menurut Marjuki (2000, hlm. 4), adalah pengajaran atau pemberian
pengalaman kepada seseorang untuk mengembangkan pengetahuan, tingkah laku,
dan keterampilan agar mencapai tujuan yang diinginkan. Pelatihan lebih
mengarah pada proses pengembangan bakat, keterampilan, dan kemampuan
pegawai untuk menuntaskan tugas-tugasnya dengan baik dan benar. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang
dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, pengalaman,
ataupun perubahan sikap individu.
Pelatihan berkenaan dengan perolehan keahlian- keahlian atau pengetahuan
tertentu. Tujuan dari pelatihan adalah: 1) Untuk mengembangkan keahlian,
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional, 2) Untuk mengembangkan
pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional dan 3) Untuk
mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama dengan
pegawai lain dan dengan pimpinan. Sedangkan Laird (1985) merumuskan
beberapa penekanan tujuan pelatihan yang harus diperhatikan sebagai berikut: 1)
Tujuan harus menunjukan pada suatu aktivitas/ tindakan yang dapat diobservasi,
2) Tujuan hanya mengandung satu kriteria yang dapat diukur, 3) Mengandung
pra-syarat agar proses pembelajaran terhadap anak usia dini meningkat.
B. Konsep Pembelajaran Pada Anak Usia Dini
Menurut Suyono dan Haryanto (2011, hlm. 9). Istilah pembelajaran berasal
dari kata belajar, yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengkukuhkan kepribadian. Pengertian ini lebih diarahkan kepada perubahan
individu seseorang, baik menyangkut ilmu pengetahuan maupun berkaitan dengan
sikap dan kepribadian dalam kehidupan sehari-hari. Melakui pembelajaran ini
harapannya ilmu akan bertambah keterampilan meningkat, dan membentuk
akhlak mulia.
Menurut Rusman (2011, hlm. 116). Pembelajaran merupakan proses yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara
keseleruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
43
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Latif (2013, hlm. 108). Belajar adalah proses perubahan perilaku
berdasarkan pengalaman dan latihan. Prinsip –prinsip belajar merupakan suatu
ketentuan yang harus dilakukan anak ketika belajar. Anak merupakan pembelajar
yang aktif. Saat bergerak, anak mencari stimulasi yang dapat meningkatkan
kesempatan untuk belajar.
Anak belajar dengan gaya yang berbeda. Ada tiga tipe gaya belajar yaitu tipe
visual, tipe auditorial, dan tipe kinestetik. Anak belajar melalui bermain, dengan
bermain anak dapat memahami, menciptakan, memanipulasi simbol-simbol, dan
mentransformasikan objek-objek tersebut. (Novan dan Barnawi. 2012, hlm. 119)
Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan
faktor-faktor lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi
serta berbagai strategi pembelajaran, baik penyampaian, pengelolaan, maupu
pengorganisasian pembelajaran. Hamzah B. Uno (2009, hlm, 5).
Dengan demikian dapat didimpulkan bahwa pembelajaran anak usia dini
adalah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun.
Pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperoleh ilmu
pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan
optimal. Dengan pembelajaran pula, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku
peserta didik anak usia dini menjadi yang lebih baik.
Tiap anak perlu mendapatkan stimulasi yang cukup sejak dini dalam setiap
aspek perkembangan, yaitu fisik motorik, kognitif, sosial, emosional, bahasa dan
moral. Salah satu orang yang paling berperan penting dalam melaksanakannya
adalah guru.Upaya pengembangan tersebut dapat dilakukan guru melalui kegiatan
bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.Dengan bermain anak
memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu
anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Atas dasar hal tersebut
diatas, maka kurikulum dikembangkan dan disusun berdasarkan tahap
perkembangan anak untuk mengembangkan seluruh potensi anak, dalam Jurnal
Ria Novianti, dkk (2012) vol 08 nomor 01 April hal 1-104 dengan judul
44
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Pemetaan Kemampuan Guru PAUD Dalam Melaksanakan Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini Di Pekan Baru.”
Pembelajaran sebagai suatu sistem merupakan pengorganisasian berbagai
komponen dalam upaya mengubah siswa mencapai suatu kondisi yang lebih
meningkat secara positif. Untuk mencapai sasaran pembelajaran dibutuhkan
banyak persyaratan menyangkut materi, dalam hal ini materi yang meliputi bahan
ajar atau medianya (Sutjiono, 2005) dalam jurnal Yukni Arifianti (2011), volume
06 nomor 03, hlm. 17-24 dengan judul “Buku Mengenal Tanah Longsor
Sebagai Media Pembelajaran Bencana Sejak Dini.”
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 1 menyatakan bahwa, ”pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar”. Pembelajaran menurut Sudjana (2000, hlm. 115 ) adalah upaya pendidik
untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.
Satu kegiatan dapat menjadi wahana belajar berbagai hal bagi anak. Belajar
yang efektif jika dapat menggunakan seluruh pengetahuan dan potensi yang
dimiliki anak. Semakin banyak keterlibatan indera anak semakin banyak anak
memperoleh hasil belajar, dalam Jurnal :Siwi Widiastuti ( 2012) volume 01, edisi
01 dengan judul “Pembelajaran Proyek Berbasis Budaya Lokal untuk
Menstimulasi Kecerdasan Majemuk Anak Usia Dini.”
Selanjutnya Sudjana (2000, hlm. 120) menjelaskan bahwa pembelajaran
adalah fungsi pendidik untuk membelajarkan peserta didik terhadap materi
pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang menimbulkan pengaruh belajar.
Definisi pembelajaran tersebut mengandung berbagai fungsi seperti membantu,
membimbing, melatih, memelihara, merawat, menumbuhkan, mendorong,
membentuk, meluruskan, menilai, dan mengembangkan. Fungsi-fungsi
pembelajaran ini dilakukan oleh dan menjadi tanggung jawab pendidik yaitu guru,
pamong belajar, pelatih, sehingga peserta didik dapat melakukan perubahan dalam
dirinya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan
pendidikan.
Pengertian pembelajaran di atas, mengandung makna yang menggambarkan
interaksi dinamis antar unsur-unsur yang terlibat dalam pembelajaran yaitu
45
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pendidik, peserta didik, materi, proses, keluaran dan pengaruh kegiatan
pembelajaran. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mencakup kegiatan belajar dan
mengajar. Kegiatan pembelajaran dilakukan berdasarkan rencana yang
terorganisir secara sistematis yang mencakup tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran yang mencakup metode dan media
pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan umpan balik evaluasi pembelajaran.
Proses pembelajaran seharusnya memperhatikan kebermaknaan. Artinya, apa
yang bermakna bagi anak menunjuk pada pengalaman-pengalaman belajar yang
sesuai dengan minat-minatnya. Pelaksanaan PAUD yang selama ini lebih
menekankan pada kegiatan akademik (membaca, menulis, dan berhitung ) serta
hapalan yang kurang bermakna bagi diri anak, seyogyanya diarahkan pada
pembelajaran yang berpusat pada minat-minat anak dengan menerapkan
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangannya (Development
Appropriate Practice atau DAP). Nasriah (2000, hlm. 50)
Suatu rencana pembelajaran dan pelaksanaannya perlu memperhatikan hal-hal
yang terkait dengan belajar bagaimana belajar (learning to learn), belajar
bagaimana berfikir (learning how to think), belajar bagaimana melakukan
(learning how to do), dan belajar bagaimana bekerja sama dan hidup bersama
(learning how to live together). (Empat Pilar Pendidikan Dalam Pendidikan
Sepanjang Hayat).
Sejalan dengan perkembangan anak usia dini, maka pembelajaran perlu
menekankan keempat aspek tersebut di atas. Oleh sebab itu maka pembelajaran
yang direncanakan dan dilaksanakan dilakukan dalam bentuk kegiatan bermain.
Pembelajaran disusun sehingga menyenangkan, menggembirakan, dan demokratis
agar menarik anak untuk terlibat dalam setiap kegiatan pembelajaran. Anak tidak
hanya duduk tenang mendengarkan ceramah gurunya, tetapi mereka aktif
berinteraksi dengan berbagai benda dan orang lain di lingkungannya, baik secara
fisik maupun mental.
Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja
melainkan menitikberatkan kepada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik, bahasa, intelektual, sosial-emosi serta seluruh kecerdasan
46
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(Kecerdasan Jamak). Dengan demikian, pendidikan anak usia dini yang
diselenggarakan harus dapat mengakomodasi semua aspek pekembangan anak
dalam suasana yang menyenangkan dan menimbulkan minat anak dalam jurnal
Luluk Iffatur Rocmah (2012) volume 01 nomor 02, dengan judul “ Model
Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini.”
Pembelajaran pada masa anak usia dini, seharusnya bertujuan untuk mengem
bangkan semua aspek perkembangan anak terutama kemampuan dasarnya yang
akan digunakan pada masa dewasa nantinya. Bukan dengan memberikan beban
pembelajaran yang seharusnya belum dikuasai anak. Dalam proses pendidikan
anak usia dini, guru harus memahami prinsip yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran yang mengembangkan aspek perkembangan anak dalam jurnal
Avanti dan Sugito (2014), volume 01 nomor 02 dengan judul “Implementasi
Pembelajaran Terpadu Terhadap Perkembangan Anak Usia Dini di KB-TK Islam
Al Azhar 31 Yogyakarta”
Pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran pada hakikatnya dapat
dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keempat istilah tersebut merupakan satu
kesatuan dalam pembelajaran. Pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran yang akan dan/atau sedang digunakan dapat diketahui dari langkah-
langkah pembelajaran yang telah tersusun dan/atau sedang terjadi. Pendekatan
pembelajaran adalah cara umum dalam memandang pembelajaran. Sedangkan
strategi pembelajaran adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber
belajar yang dimiliki dan/atau yang dapat dikerahkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Metode mengajar adalah berbagai cara kerja
yang bersifat relatif umum yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu dan teknik pembelajaran adalah ragam khas penerapan suatu metode
sesuai dengan latar penerapan tertentu. Teknik pembelajaran mengambarkan
langkah-langkah penggunaan metode mengajar yang sifatnya lebih operasional.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan teknik pembelajaran di
antaranya adalah kemampuan dan kebiasaan guru, ketersedian sarana dan waktu,
serta kesiapan siswa. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
strategi pembelajaran ialah tujuan pembelajaran, jenis dan tingkat kesulitan materi
pelajaran, sarana, waktu yang tersedia, siswa, dan guru dalam jurnal Lamijan
47
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hardi Susarno (2010) volume 10 nomor 01 dengan judul “Strategi Penyampaian
Bahan Ajar Melalui Pemanfaatan Metode dan Media Dalam Proses
Pembelajaran.”
1. Penyusunan perencanaan Pembelajaran PAUD
Menurut Latif dkk (2013, hlm. 85). Pengertian Rencana pembelajaran (Lesson
Plan). Rencana pembelajaran adalah sebuah rencana belajar yang disusun untuk
mengalirkan materi-materi yang telah dipilih, yang diorganisasikan ke dalam
serangkaian kegiatan prosedur kerja.
Rencana pembelajaran adalah sebuah rencana belajar yang disusun terencana
untuk mengalirkan materi-materi yang telah dipilih dengan metode-metode
(dalam hal ini metode sentra ) yang diorganisasikan ke dalam serangkaian
kegiatan serta prosedur kerja. (Martini Saleh dan Wismiarti, 2010, hlm. 69).
Rencana pembelajaran (lesson plan) adalah sebuah rencana pembelajaran yang
disusun untuk panduan guru tentang materi dan metode penyajian serta prosedur
kerjanya. ( Retno Soendari dan wismiarti, 2010, hlm. 84)
Menurut Mulyasa (2007, hlm. 217-218). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan disebutkan bahwa perencanaan pembelajaran paling paling tidak
memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.
Fungsi perencanaan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat
mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan
yang matang. Sedangkan fungsi pelaksanaan, yaitu rencana pelaksanaan
pembelajaran harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh, menyeluruh,
dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang
aktual. Dengan kata lain, rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan apa
yang direncanakan.
a. Prinsip-prinsip dari Rencana Pembelajaran.
Menurut Latif dkk (2013, hlm. 86). Dalam pembuatan rencana pembelajaran
sangat penting memperhatikan isi dari rencana pembelajaran itu sendiri. Pada
rencana pembelajaran yang baik akan berisi:
1) Nama tema dan topik pembelajaran, kelompok/kelas dan tanggal pelaksanaan
pembelajaran. Selain itu nama sentra subtema juga ditampilkan.
48
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Tujuan pembelajaran merupakan pertanyaan yang merupakan kemampuan
yang akan dibangun pada anak melalui materi-materi yang diberikan pada
mereka setiap tema.
3) Kosakata: terdiri dari kosakata baru yang akan dipelajari anak dan
berhubungan dengan tema.
4) Media (alat-alat dan bahan yang dibutuhkan): sebagai guru yang siap
memberikan pelajaran, sangat penting untuk mempunyai semua bahan yang
dibutuhkan di dalam jangkauannya.
5) Strategi: ada tiga langkah dalam pembelajaran, yaitu: say, show, check.
Say: memberikan informasi berupa pernyataan-pernyataan langsung
Show: membacakan buku-buku, memperlihatkan gambar-gambar yang
berkaitan dengan tema yang sedang dibahas
Check: memberikan macam-macam pertanyaan (fakta, konvergen, divergen,
dan evaluatutive), hasil karya, ungkapan-ungkapan, dan catatan pengamatan
main anak.
6) Kegiatan: ada macam-macam kegiatan yang dapat dipilih untuk mencapai
tujuan dari rencana pembelajaran dengan perincian dari penataan lingkungan
main, pijakan awal main, pijakan saat main, dan pijakan setelah main
(recalling).
7) Evaluasi: evaluasi berguna untuk mengetahui apakah anak memahami konsep-
konsep yang telah diajarkan, melalui metode evaluasi berupa pengamatan
langsung dan terus menurus selama anak main.
a. Jenis Rencana Pembelajaran (Lesson Plan).
Menurut Latif dkk (2013, hlm. 88). Ada beberapa Lesson Plan yang dibuat
guru, antara lain:
1) Lesson plan satu tahun.
Rencana Pembelajaran satu tahun adalah rencana pembelajaran yang dibuat
oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu tahun atau
dua semester, biasanya LP satu tahun.
49
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Lesson Plan satu semester.
Rencana pembelajaran satu semester adalah rencana pembelajaran yang dibuat
oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu semester,
biasanya LP satu tahun meliputi tema dan sub tema atau topik yang akan
dibahas selama satu semester.
3) Lesson Plan setiap tema.
Rencana pembelajaran satu semester adalah rencana pembelajaran yang dibuat
oleh guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran untuk satu semester,
LP setiap tema harus mengandung prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran
itu sendiri yang akan dibahas selama pemakaian tema tersebut.
4) Lesson Plan harian.
Rencana pembelajaran harian adalah rencana pembelajaran yang dibuat oleh
guru untuk merancang kegiatan pembelajaran untuk satu kali pertemuan,
biasanya LP setiap tema harus mengandung prinsip-prinsip dari rencana
pembelajaran itu sendiri yang akan dibahas selama pemakaian tema tersebut
dalam satu kali pertemuan.
5) Lesson Plan setiap sentra.
Rencana pembelajaran setiap sentra adalah rencana pembelajaran yang dibuat
oleh guru sentra untuk merancang kegiatan pembelajaran untuk satu macam
sentra, berdasarkan prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran dan disesuaikan
dengan sentra yang dipegang.
6) Lesson Plan individual.
Rencana pembelajaran individual adalah rencana pembelajaran yang dibuat
oleh guru yang dirancang khusus untuk anak secara individu, berdasarkan
prinsip-prinsip dari rencana pembelajaran, dan disesuaikan dengan
kemampuan dasar anak secara individu guna mendukung perkembangan anak
ke tahap yang lebih tinggi.
a. Langkah-langkah menyusun RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu rencana yang
menggambarkan prisedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau
lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan jabarkan dalam
50
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
silabus. Rencana pelaksanaan pembelajaran merupakan skenario pembelajaran
yang menjadi pegangan bagi guru untuk menyiapkan, menyelenggarakan, dan
mengevaluasi hasil kegiatan belajar dan pembelajaran. Mulyasa (2007, hlm. 212).
Sebelum menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), perlu kiranya
mengetahui isi atau bagian RPP yang akan dikembangkan. Yang mana isi ini
merupakan hal yang utama dan yang tidak terpisahkan dalam kegiatan
pembelajaran. Secara umum, berikut adalah beberapa isi atau bagian yang
terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajara. Fadillah (2012, hlm. 142)
1) Bagian penjelasan umum; berisi tentang topik, siapa yang mengajarkan, siapa
yang belajar, kapan, dan berapa lama waktu yang diperlukan .
2) Bagian tujuan; berisi tentang kompetensi yang akan dikuasai oleh siswa
setelah terselenggaranya kegiatan belajar dan pembelajaran.
3) Bagian pendukung; berisi tentang tujuan dan sarana serta prasarana yang
diperlukan, tentang gambaran umum tentang skenario belajar dan
pembelajaran yang akan diselenggarakan.Bagian ini diperlukan oleh guru dan
teknisi untuk menyiapkan sarana dan prasarana yang akan diperlukan.
4) Bagian utama; berisi rincian tentang tahapan-tahapan kegiatan belajar dan
pembelajaran berikut dan metode yang digunakan. Semakin rinci isi bagian ini
semakin baik, sebab kegiatan pembelajaran akan lebih terarah.
Demikian beberapa isi dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran yang
akan dikembangkan. Bila semua itu telah dipahami dengan jelas, selanjutnya ialah
menyusunnya secara praktis dan sistematis dalam bentuk perencanaan
pembelajaran yang sesungguhnya.
Menurut Fadillah (2012, hlm. 135). Perencanaan pelaksanaan pembelajaran
yang baik adalah perencanaan pembelajaran yang dapat memuat dan merangkum
seluruh materi yang akan disampaikan. Mulai dari hal yang teknis sampai pada
implementasi. Oleh karenanya, untuk dapat menyusun perencanaan pelaksanaan
pembelajaran tersebut diperlukan prinsip-prinsip dalam pengembangannya di
antaranya adalah sebagai berikut.
1) Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus
jelas, semakin konkret kompetensi semakin mudah diamati, dan semakin tepat
51
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi
tersebut.
2) Rencana pelaksanaan pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat
dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi
peserta didik.
3) Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang
akan diwujudkan.
4) Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dikembangkan harus utuh dan
menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.
5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program disekolah, terutama
apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau
dilaksanakan diluar kelas, agar tidak menganganggu jam-jam pelajaran yang
lain.
Menurut Asmawati (2014, hlm. 15). Proses pembelajaran menyusun tujuan
pembelajaran terdiri atas 3 tahap yaitu penentuan (define), pengembangan
(development), penilaian (evaluation).
Pembelajaran bagi anak usia dini bukan berorientasi pada sisi akademis saja
melainkan menitikberatkan kepada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik, bahasa, intelektual, sosial-emosi serta seluruh kecerdasan
(Kecerdasan Jamak). Dengan demikian, pendidikan anak usia dini yang
diselenggarakan harus dapat mengakomodasi semua aspek pekembangan anak
dalam suasana yang menyenangkan dan menimbulkan minat anak dalam jurnal
Luluk Iffatur Rocmah (2012) volume 01 nomor 02, 173-188 dengan judul “Model
Pembelajaran Outbound untuk Anak Usia Dini.”
Berdasarkan definisi tersebut diatas dapat dideskripsikan bahwa searangkaian
proses pembelajaran, yaitu perencanaan pengembangan, pelaksanaan,dan
evaluasi. Dalam desain pembelajaran proses untuk menentukan kondisi belajar
diantaranya metode, sumber belajar, media, waktu, tempat, dan anak PAUD.
Walaupun kajian desain pembelajaran merupakan disiplin tertua dalam studi
teknologi pembelajaran, istilah desain masih menimbulkan penafsiran. Banyak
52
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
definisi diberikan secara berbeda antara satu ilmuwan dengan yang lainnya. Seels
dan Richey (1994, hlm. 30) dalam Yaumi (2013, hlm. 5) memberikan definisi
tentang design is process of specifying conditions for learning (desain adalah
proses untuk menentukan kondisi belajar).
1. Desain Pembelajaran
Reigeluth (1983, hlm. 25) dalam yaumi (2013, hlm.14) menjelaskan bahwa
desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari penerapan teori belajar dan pembelajaran
untuk memfasilitasi proses belajar seseorang. Jadi Reigeluth menjelaskan desain
pembelajaran berdasarkan teori belajar dan pembelajaran yang di buat kisi-kisi
pembelajaran. Desain instruksional yang berisi kisi-kisi teori belajar dan
pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran.
Rothwell dan Kazanas (2004) dalam Yaumi (2013, hlm. 10)) menjabarkan
definisi desain pembelajaran mencakup: (1) suatu profesi yang muncul, (2)
difokuskan pada membangun dan mempertahankan kinerja manusia secara efektif
dan efisien, (3) diarahkan dengan model kinerja manusia, (4) dilakukan secara
sistematis, (5) berdasarkan teori sistem terbuka, (6) berorentasi untuk menemukan
dan memberikan solusi pada permasalahan kinerja manusia secara efektip dan
menemukan lompatan-lompatan quantum dalam perbaikan produktivitas melalui
kecerdasan manusia.
Carl and Rosalind (2011) dalam Yaumi (2013, hlm. 11) dengan mengadaptasi
definisi desain pembelajaran dari Training and Instructional Design Applied
Research Laboratory, Penn State University mengatakan bahwa definisi
pembelajaran dapat didekati dari berbagai perspektif, yakni: (1) sebagai suatu
proses, (2) sebagai suatu disiplin, (3) ilmu pengetahuan, (4) sebagai realitas.
Dari pengertian Diatas Desain Pembelajaran sebagai upaya yang disengaja
untuk mengelola kejadian atau peristiwa belajar dalam memfasilitasi peserta
didik, sehingga memperoleh tujuan yang dipelajari. Desain pembelajaran
diperlukan agar pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai efektivitas dan
efisiensi.( Muhammad Yaumi, 2013, hlm. 18)
Gagne, Briggs (1979, hlm. 55) dalam Yaumi (2013, hlm. 12) menjelaskan
bahwa desain pembelajaran dapat membantu proses belajar seseorang secara
53
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertahap dalam jangka waktu yang panjang. Mereka menyatakan bahwa proses
belajar terjadi karena adanya kondisi-kondisi belajar internaldan eksternal.
Kondisi belajar internal adalah kemampuan dan kesiapan diri anak. Kondisi
eksternal adalah pengaturan lingkungan belajar yang didesain oleh Tutor/guru.
Jadi, penyiapan kondisi belajar belajar eksternal ini harus didesain oleh
Tutor/guru dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kurikulum Pembelajaran
Kurikulum (curriculum) secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, curir
yang artinya” pelari “ dan curere yang berarti “tempat berpacu”. Istilah kurikulum
berasal dari dunia olahraga yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus
ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Seiring dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan, istilah kurikulum bergeser makna
menjadi sejumlah pengetahuan atau mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa untuk mencapai suatu tingkatan ijazah. Suyadi dan Dahlia
(2014, hlm. 2)
Menurut B. Othanel Smith, W.O. Starley dan J. Harlan Shores dalam Suyadi
dan Dahlia (2014, hlm. 2), kurikulum merupakan “a sequence of potensial
experience is set up in the school for the purpose of disciplining children and
youth in group ways of thingking. Kurikulum merupakan sejumlah pengalaman
potensial yang diatur untuk tujuan mendisiplinkan anak-anak dan remaja agar
mereka dapat berfikir dan bertindak sesuai dengan kelompoknya.
Sudjana (1995, hlm. 2-3) memandang kurikulum sebagai sebuah program
belajar bagi siswa yang disusun secara sistematik dan diberikan oleh lembaga
pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan pendidikan.
Nasution (2006, hlm. 5) dalam bukunya yang berjudul kurikulum dan
pengajaran, menegaskan kurikulum sebagai suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab
sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.
Hamalik (2006, hlm. 97) menjelaskan bahwa kurikulum adalah perencanaan
kesempatan belajar untuk membina siswa ke arah perubahan perilaku yang
54
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diinginkan dan menilai hingga di mana perubahan-perubahan tersebut telah terjadi
pada diri yang bersangkutan.
Dari berbagai pandangan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum
merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang didalamnya memuat tujuan,
isi, bahan ajar, dan metode pembelajaran yang semuanya itu digunakan untuk
membina siswa ke arah perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana
perubahan perilaku yang diinginkan dan menilai sejauh mana perubahan perilaku
tersebut telah terjadi pada siswa.
Pada Pendidikan Anak Usia Dini kurikulum yang gunakan adalah berbentuk
tema, di mana Tutor secara bersama menentukan tema yang cocok untuk anak
yang disesuaikan dengan lingkungan lembaga. Kurikulum yang disusun dalam
“tema” membuat anak melibatkan dirinya di dalam semua area yang mereka
pelajari dan menjadikan mereka untuk selalu tertarik pada suatu topik dengan
sikap ingin tahu. Dalam hal ini guru mampu mengorganisasikan antara pikiran
dan rencana (planning), sehingga dapat memilih aktivitas yang bermanfaat untuk
anak. Dengan cara Tutor mengumpulkan semua data dan diorganisasikan sebagai
dasar perencanaan oleh mereka, dimana hal ini berguna untuk menjaga dan
meningkatkan akurasi informasi yang mendukung anak. Latif, dkk (2013, hlm.
49)
3. Pendekatan Pembelajaran Anak Usia Dini (AUD)
Menurut Jean Jacques Rousseau, dalam Latif dkk (2013, hlm. 100) bahwa
bermain adalah kodrat anak dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih apa
yang ingin mereka pelajari, anak bermain karena menginginkan kebebasan.
Kemudian ide gagasan free play dikembangkan oleh para ahli pendidikan dengan
menggunakan istilah discovery learning (pembelajaran untuk menemukan) yang
pada intinya mempunyai tujuan dan maksud yang sama, dan dalam
pelaksanaannya juga mengandung unsur-unsur belajar serta dalam kebebasannya
bermain dengan berbagai alat, bahan dan perlengkapan yang disediakan.
Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Area-area Kegiatan. Area kegiatan
merupakan pusat-pusat belajar yang diberi tanda di dalam kelas, diisi dengan
berbagai jenis kegaiatan belajar dan alat-alat berdasarkan pada program
kemampuan dasar tiap kelas, serta pada tema dan subtema yan g sedang dalam
55
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembahahasan. Area-area kegiatan didesain untuk mengajarkan anak konsep-
konsep yang spesefik. Konsep-konsep tersebut dapat diciptakan sendiri oleh guru,
guru bersama anak-anak atau anak-anak itu sendiri.
Strategi Pembelajaran Dengan Pendekatan Sentra dan Waktu Lingkaran.
Sentra dapat diartikan sebagai suatu wadah yang disiapkan oleh guru untuk
kegiatan bermain anak, dimana dalam kegiatan tersebut guru dapat mengalirkan
materi pembelajaran yang sebelumnya telah direncanakan dan disusun dalam
bentuk lesson plan.
4. Metode/ Strategi Pembelajaran PAUD
Metode pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai
metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian,
metode pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan
kreativitas anak belajar.
Menurut Latif (2013, hlm. 108) Metode pembelajaran PAUD terdiri dari
beberapa metode, antara lain:
a. Metode pembelajaran bermain.
Metode bermain adalah metode bermain metode yang menerapkan permainan
atau mainan tertentu sebagai wahana pembelajaran siswa. Bermain adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Piaget dalam Hurlock (1995, hlm. 320)
menjelaskan bahwa bermain terdiri atas tanggapan yang diulang sekedar untuk
kesenangan fungsional. Sedangkan menurut Bettelheim dalam Hurlock (1995,
hlm. 320), kegiatan bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir.
Menurut Fadillah (2012, hlm. 168), bermain adalah salah satu kesukaan
mayoritas anak usia dini. Secara normal tidak ada seorang anak pun yang tidak
suka bermain. Semua anak suka bermain, meskipun sifatnya sangat sedrhana.
Oleh karenanya, metode bermain ini sangat cocok bila diterapkan dalam
pembelajaran anak usia dini.
Dworetzky dalam Latif (2013, hlm. 108) memberikan batasan bermain,
setidaknya ada lima kriteria dalam bermain, yaitu: 1) motivasi intrinsik: motivasi
bermain muncul dari dalam diri anak itu sendiri, bukan karena ada tuntutan atau
56
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
paksaan dari luar dirinya; (2) pengaruh positif: kegiatan bermain merupakan
tingkah laku yang menyenangkan atau menggembirakan. (3) bukan dikerjakan
sambil lalu: kegiatan main merupakan kegiatan utama anak dan lebih bersifat
pura-pura; (4) cara atau tujuan: cara bermain lebih diutamakan daripada tujuan
bermain; dan (5) kelenturan-kelenturan ditunjukkan baik dalam bentuk maupun
dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam stiap situasi.
a. Metode Pembelajaran Melalui Bercerita.
Menurut Montolalu,dkk (2010, hlm. 103), bercerita adalah cara bertutur dan
menyampaikan cerita atau memberikan penjelasan secara lisan. Bercerita juga
merupakan cara untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Isi
cerita diupayakan berkaitan dengan: a) dunia kehidupan anak yang penuh suka
cita, yang menuntut isi cerita memiliki unsur yang dapat memberikan perasaan
gembira, lucu, menarik, dan mengasyikann bagi anak; b) disesuaikan dengan
minat anak yang biasanya berkenaan dengan binatang, tanaman, kendaraan,
boneka, robot, planet, dan lain sebagainya; c) tingkat usia, kebutuhan dan
kemampuan anak menangkap isi cerita berbeda-beda. Maka cerita yang
diharapkan haruslah bersifar ringkas atau pendek dalam rentang perhatian anak; d)
membuka kesempatan bagi anak untuk bertanya dan menanggapi setelah selesai
bercerita.
a. Metode Pembelajaran Melalui Bernyanyi.
Hoing dalam Latif, dkk (2013, hlm. 112) menyatakan bahwa bernyanyi
memiliki banyak manfaat untuk praktik pendidikan anak dan pengembangan
pribadi anak secara luas, karena: (1) bernyanyi bersifat menyenangkan ; (2)
bernyanyi dapat dipakai untuk mengatasi kecemasan; (3) bernyanyi merupakan
media untuk mengekspresikan perasaan; (4) bernyanyi dapat membantu
membangun rasa percaya diri anak; (5) bernyanyi dapat membantu daya ingat
anak; (6) bernyanyi dapat mengembangkan rasa humor; (7) bernyanyi dapat
mengembangkan keterampilan berpikir dan kemampuan motorik anak; dan (8)
bernyanyi dapat meningkatkan keeratan dalam sebuah kelompok.
Sukses tidaknya penggunaan metode bernyanyi dalam pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh pendidik sendiri dan lagu yang dibawakannya. Bila pendidik
57
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pandai bernyanyi atau membawakan lagu, khususnya lagu anak-anak, tentu anak
akan senang mendengar dan mengikutinya.
b. Metode Pembelajaran Karyawisata.
Menurut Latif,dkk (2013, hlm. 115) Metode ini adalah kunjungan secara
langsung ke obyek-obyek wisata yang sesuai dengan tema yang dibahas. Melalui
kunjungan tersebut anak dapat mengamati langsung sekaligus memperoleh kesan
dari pengamatannya. Melalui karyawisata diharapkan dapat: (1) merangsang
minat anak terhadap sesuatu; (2) memperluas informasi yang diperoleh ditempat
kegiatan; (3) memberi pengalaman belajar secara langsung; (4) menumbuhkan
minat anak terhadap sesuatu; (5) menambah wawasan anak; (6) menjadi sarana
rekreasi; (7) memberi perasaan yang menyenangkan; (8) sarana memperat
hubungan antara orang tua dan Tutor PAUD, orang tua dengan anak, serta anak
dengan anak.
c. Metode Pembelajaran Sentra dan Lingkaran (Seling).
Menurut Latif, dkk (2013, hlm. 115), metode ini lebih memberi keleluasaan
kepada anak-anak untuk bebas bermain di sentra-sentra yang sudah disiapkan.
Pembelajaran dengan metode ini mengacu pada empat pijakan yang ada. Kegiatan
sentra melalui empat pijakan main yang saling berhubungan sehingga dapat
mendukung perkembangan seluruh aspek yang dibangun anak, pijakan tersebut
tersebut antara lain: pijakan lingkungan main, berupa penataan lingkungan main,
pijakan awal main, pijakan saat main merupakan pijakan individual yang
diberikan saat anak main, pijakan setelah main (recalling). Waktu lingkaran anak-
anak dan guru melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menimbulkan motivasi
dan menumbuhkan kreativitas anak untuk membangun pikirannya sehingga anak
mendapatkan ide-ide yang akan dapat mereka tuangkan saat mereka bermain
nantinya.
Pendekatan Sentra dan lingkaran adalah pendekatan penyelenggaraan PAUD
yang berfokus pada anak yang dalam pijakan adalah dukungan yang berubah-ubah
yang disesuaikan dengan perkembangan yang dicapai anak yang diberikan sebagai
pijakan untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi dalam Jurnal : Ida
Rindaningsih (2012) volume 01 nomor 02. 213-223 dengan judul “Pengembangan
58
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Model Manajemen Staregik Berbasis (beyond Center and Circle Time) BCCT
pada PAUD.
Dalam menggunakan media balok, agar lebih menarik dan anak lebih
bersemangat, maka disini menggunakan model pembelajaran yaitu model
pembelajaran inside-outside Ciycle yaitu teknik mengajar dengan cara anak
membuat lingkaran besar dan lingkaran kecil, dalam model pembelajaran ini
diberikan kesempatan kepada anak untuksaling berbagi informasi baru yang
didapat oleh anak di dalam proses pembelajaran saat pelajaran berlangsung dan
anak dapat berbagi informasi dan kreasi pada saat yang bersamaan, dan disini juga
memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa bereksplorasi dengan
lingkungannya. Jurnal dalam Gusti Ayu RA, dkk (2014) volume 02 nomor 01,
dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inside Outside Circle berbantuan
Media Balok Untuk Meningkatkan Kreativitas Anak Kelompok B.”
5. Evaluasi Pembelajaran PAUD
Istilah “evaluasi” sering kali dimaknai berbeda-beda. Ada yang menyamakan
“evaluasi”dengan istilah “ pengukuran”, atau “assessment”jika berhubungan
dengan praktik yang menggambarkan kemajuan anak didik dalam perkembangan
dan belajarnya. Informasi dari assessment akan digunakan sebagai dasar dalam
mengevaluasi perkembangan anak dalam pendidikan anak usia dini (PAUD).
Iksan Waseso, dkk (2009, hlm.13).
Setiap hari guru melakukan penilaian atau evaluasi, dalam hal ini guru
mempertimbangkan efektivitas suatu perencanaan program atau sasaran. Penilaian
semacam ini disebut dengan penilaian reflektatif. Adapun penilaian tentang
efesiensi proses program disebut dengan penilaian formatif, dan perihal kesahihan
(validitas) dan keterandalan (reliabilitas) penilaian hasil pelaksanaan program
kegiatan belajar disebut dengan penilaian sumatif. Ibid (2009, hlm. 11). Evaluasi
program bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program PAUD.
Evaluasi program mencakup penilaian terhadap. (departemen pendidikan
nasioanal, pedoman penerapan pendekatan”BCCT”2009, Hlm. 17) yaitu ;
a. Kinerja Tutor (guru/kader/pamong) dan pengelola.
b. Program pembelajaran.
c. Administrasi kelompok.
59
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Evaluasi program dilakukan oleh petugas dinas pendidikan kecamatan
bersama unsur terkait. Evaluasi program dapat dilakukan paling tidak setiap alhir
tahun kegiatan belajar anak. Evaluasi dalam pembelajaran anak usia dini
berdasarkan permendiknas No. 58 tahun 2009, dimana penilaian anak berdasarkan
tingkat pencapaian perkembangan anak, yaitu nilai-nilai agama dan moral,
motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional.
Dalam evaluasi pendidikan anak usia dini (PAUD), ada beberapa hal yang
dapat dilakukan oleh Tutor,antara lain.(wismiarti, 2011, hlm. 15)
a. Pengamatan langsung (observasi)
b. Mencatat kegiatan yang dilakukan dan tahapan main anak.
c. Mencatat ungkapan, pertanyaan(tanya jawab), pernyataan anak.
d. Membaca hasil karya anak, mendokumentasikan semua bahasa natural anak
kedalam portofolio masing-masing anak.
Menurut Mukhtar Latif, dkk (2013, hlm. 169) Langkah-langkah evaluasi
dilaksanakan untuk membantu guru membuat penilaian kemampuan anak dalam
mengikuti proses pembelajaran. Ada empat fokus evaluasi untuk pembelajaran
anak usia dini yaitu (1) Evaluasi Perencanaan, (2) Evaluasi Pelaksanaan, (3)
Evaluasi Media, dan (4) Evaluasi Perkembangan anak.
Dalam membahas evaluasi perkembangan, guru dapat membaca dari tampilan
bahasa anak, mulai saat anak datang kesekolah sampai waktunya pulang. Evaluasi
juga dapat dikumpulkan dari, (1) Hasil kerja anak, (2) catatan dari pengamatan
guru tentang bahasa natural anak, antara lain : dari gerakan tubuhnya, ucapannya,
tulisannya, gambarannya, yang mempresentasikan tahapan perkembangan domain
berpikirnya. Bahasa natural anak menampilkan informasi yang sangat kaya bagi
pengamatan guru, saat anak berinteraksi dengan anak lainnya, dan saat anak
berinteraksi dengan media lainnya. Dan, semua tampilan bahasa anak tersebut
dikumpulkan dalam portofolio yang menggambarkan tentang perkembangan anak
masing-masing.
6. Karakteristik Pembelajaran PAUD
Karakteristik Pembelajaran untuk Anak Usia Dini (PAUD). Kegiatan
pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono dan Sujiono (Yuliani Nurani
Sujiono, 2009, hlm. 138), pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara
60
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar
melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang
harus dimiliki oleh anak.
Atas dasar pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak
usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut.
Belajar, bermain, dan bernyanyi.
a. Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan
bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). Pembelajaran untuk anak usia dini
diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang,
bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat
permainan dan perlengkapan serta manusia. Anak belajar dengan bermain
dalam suasana yang menyenangkan. Hasil belajar anak menjadi lebih baik
jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya. Dalam belajar, anak
menggunakan seluruh alat inderanya.
b. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan.
Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal
penting, yaitu : 1) berorientasi pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada
individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks social budaya (Masitoh
dkk., 2005: 3.12). Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus
sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati,
kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut
menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan
makhluk individu. Perbedaan individual juga harus manjadi pertimbangan
guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi,
dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang
tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan
konteks sosial budaya anak. Untuk dapat mengembangkan program
pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks
keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya.
61
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. Teori-teori Pembelajaran Anak Usia Dini
Menurut Fadillah (2012, hlm. 102) Adapun teori-teori pembelajaran yang
dapat diterapkan untuk Pendidikan Anak Usia Dini adalah sebagai berikut
a. Teori Kognitif
Kognitif, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Kaum kognitivis berpandangan bahwa tingkah laku seseorang
lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada dalam
situasi. Jadi, dalam proses pembelajaran, teori ini lebih menekankan pada
kemampuan Kognitif peserta. Wasty Soemanto( 2003, hlm. 127).
Adapun ciri-ciri pembelajaran kognitif antara lain sebagai berikut: dalam
proses pembelajaran lebih menghendaki dengan pengertian dari pada hapalan,
hukuman, dan ganjaran (reward), pembelajaran lebih menggunakan insight untuk
pemecahan masalah. Adapun yang menjadi kelebihan-kelebihannya antara lain,
dapat menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri, serta membantu siswa
memahami bahan belajar secara mudah. Sedangkan kekurangan-kekurangannya
adalah teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkatan pendidikan, sulit
dipraktekkan, khususnya ditingkat lanjut, beberapa prinsip seperti inteligensi sulit
dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas. M.thobroni dan Arif Mustofa
(2011, hlm. 105).
Teori perkembangan Kognitif Piaget dalam George S. Marrison (2016,hlm.
69). Teori Piaget menjelaskan cara orang berfikir, memahami, dan belajar. Piaget
meyakini bahwa kecerdasan adalah proses kognitif atau mental yang digunakan
anak untuk memperoleh pengetahuan. Kecerdasan adalah “ mengetahui” dan
melibatkan penggunaan operasi mental, yang berkembang sebagai akibat dari
tindakan mental dan fisik dilingkungan sekitar. Keterlibatan aktif adalah teori
Piaget yang menyatakan bahwa anak mengembangkan kecerdasan lewat
pengalaman/praktik langsung dilingkungan fisik. Pengalaman praktik ini menjadi
dasar bagi kemampuan otak untuk berfikir dan belajar. Piaget juga berpikir bahwa
kecerdasan memiliki dasar biologis. Seluruh organisme, termasuk manusia,
beradaptasi terhadap lingkungannya. Sebagai contoh, dalam proses adaptasi fisik,
manusia bereaksi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Piaget
menerapkan konsep adaptasi hingga tingkat pikiran, dan menggunakannya untuk
62
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjelaskan cara anak merubah pemikirannya dan berkembang secara kognitif
sebagai hasil dari pergaulan dengan orang tua, guru, kerabat, teman, dan
lingkungan.
Perkembangan kognitif 3-6 tahun menurut Piaget (Jamaris, 2011. Hlm 37-38)
dalam tahap proaperasional kongkrit. Pada usia ini anak masuk dalam berfikir
intuitif yaitu fase dimana anak memiliki banyak pengetahuan namun tidak tahu
bagaimana anak mengetahui hal tersebut. Tahap ini mencirikan rasa ingin tahu
anak sangat besar terhadap sesuatu, banyak mengajukan pertanyaan, mampu
mengetahui alasan-alasan logis yang primitif, belum dapat memahami prinsip
konservasi, dan anak melalui contoh-contoh yang dilihat ketika bermain dalam
Jurnal Eka Sapti C, dkk (2014) volume 03 edisi 1 dengan judul” Pelatihan
Pengenalan Karakter untuk Anak Usia Dini melalui Cerita Rakyar Budaya Lokal
bagi Pendidik PAUD non Formal TPA/KB/SPS se Kecamatan Sleman.”
b. Teori Behaviouristik
Istilah teori behaviouristik diambil dari kata behavior yang memiliki
makna perilaku. Maksudnya adalah dalam teori ini tingkah laku manusia
dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Semakin seseorang diberikan reward dan penguatan, ia akan semakin
menunjukkan tingkah laku sesuai yang dikehendaki. Bila dikaitkan dengan
pembelajaran, tingkah laku ini merupakan wujud capaian hasil belajar. Ciri-ciri
pembelajaran dalam teori behavioristik adalah (1) dalam pembelajaran diperlukan
penghargaan (reward) dan penguatan (reinforcement), (2) dalam pembelajaran
terjadi refleksi –refleksi atau respons-responsbersyarat melalui stimulus, (3)
dalam pembelajaran membutuhkan pembiasaan-pembiasaan secara terus menerus.
Mustaqim (2004, hlm. 61).
c. Teori Humanistik
Humanistik merupakan teori belajar yang menganggap bahwa tingkah laku
individu ditentukan oleh individu sendiri, bukannya orang lain. Dalam teori ini,
pembelajaran lebih melibatkan keseluruhan pribadi peserta didik, seperti
intelektual, emosional, dan keterampilan. Di antara tokoh utama dari teori
humanistik adalah Arthur Combs, Abraham Maslow, Carl Ranson Rogers dalam
Fadillah (2012, hlm. 122), teori belajar humanistik mempunyai ciri-ciri sebagai
63
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berikut: (1) siswa akan maju menurut iramanya sendiri dalam mencapai tujuan
mereka sendiri. (2) pendidik aliran humanistik mempunyai perhatian yang murni
dalam pengembangan perbedaan individu siswa. (3) ada perhatian yang kuat
terhadap pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa secara individual. Wasti
Sumanto (2012, hlm. 238). Dalam teori humanistik dapat dipahami bahwa
pembelajaran lebih menekankan pada diri siswa. Dengan kata lain, dengan kata
lain siswalah yang lebih aktif, karena guru hanya berperan sebagai fasilitator yang
bertugas mengarahkan, membimbing, dan membina peserta didik.
d. Teori Neurosains
Neurosains secara harfiah memiliki arti ilmu tenatng otak. Sedangkan secara
istilah, neurosains merupakan ilmu yang khusus mempelajari neuron atau sel
saraf. Taufiq Pasiak (2006, hlm. 46). Otak merupakan komponen fisik dan
fungsional yang mendasari proses belajar. Pengetahuan tentang otak tidak saja
penting dalam proses pembelajran (learning), tetapi keseluruhan dalam proses
pendidikan (education). Ibid (2012, hlm. 47). Teori Neurosains merupakan salah
satu teori pembelajaran yang mendasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan
otak (sel saraf) seorang anak. Dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini, teori ini
sangat membantu seorang pendidik dalam memberikan materi untuk pembelajaran
peserta didik. Dengan mempelajari otak maupun sel saraf seseorang, pembelajaran
akan dapat dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan perkembangan otak yang
terdapat dalam diri seseorang. Jadi, dapat dipahami bahwa teori neurosanins
dalam pendidikan anak usia dini ialah berusaha memaksimalkan perkembangan
otak anak dengan memberikan berbagai rangsangan dan stimulus melalui kegiatan
pembelajaran. Dengan adanya rangsangan terhadap perkembangan otak anak ini,
diharapkan anak akan dapat memaksimalkan segala potensi yamg dimilikinya
sehingga akan memberikan kemanfaata dimasa-masa yang akan datang (tingkat
lanjutnya).
8. Belajar sambil Bermain pada Anak Usia Dini
Belajar sambil bermain adalah sistem pendidikan yang umum diterapkan di
setiap lembaga pendidikan usia dini. Danar Santi (2016, hlm. 3)
Bermain merupakan pekerjaan masa kanak-kanak dan cermin pertumbuhan
anak. Moeslichatoen (1999) dalam Isjoni (2009, hlm. 87). Bermain merupakan
64
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kegiatan yang memberikan kepuasaan bagi diri sendiri. Gordon &Browne,
1985dalam Oeslchatoen (1999) dalam Isjoni (2009, hlm.87). Bermain merupakan
kegiatan yang memberikan kepuasaan bagi diri sendiri. Melalui bermain anak
memperoleh pembatasan dan memahami kehidupan. Bermain merupakan kegiatan
yang memberikan kesenangan dan dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri, yang
lebih ditekankan pada caranya dari pada hasil yang diperoleh dari kegiatan itu.
Dworetsky, (1990) dalam Moelichotoen(199) dalam Isjoni (2009, hlm.87).
Kegiatan bermain dilaksanakan tidak serius dan fleksibel. Menurut Dearden
Hetherington & Parke (1979) dalam Isjoni (2009, hlm. 87) bermain merupakan
kegiatan non serius, lentur, dan bahan mainan terkandung dalam kegiatan yang
secara imajinatif ditransformasi sepadan dengan dunia orang dewasa. Bermain
mempunyai makna penting bagi pertumbuhan anak.
Frank dan Theresa Caplan (Hildebrand, 1986) dalam Isjoni (2009, hlm. 88)
mengemukakakan ada enam belas nilai bermain bagi anak yakni:
a) Bermain membantu pertumbuhan anak
b) Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela
c) Bermain memberikan kebebasan anak untuk bertindak
d) Bermain memberikan dunia khayal yang dapat dikuasai
e) Bermain mempunyai unsur berpetualang di dalamnya
f) Bermain meletakkan dasar pengembangan bahasa
g) Bermain mempunyai pengaruh yang unik dalam hubungan antar pribadi
h) Bermain memberi kesempatan untuk mengusai diri secara fisik
i) Bermain memperluas minat dan pemusatan perhatian.
j) Bermain merupakan cara anak untuk menyelidiki sesuatu
k) Bermain merupakan cara anak untuk mempelajari peran orang dewasa
l) Bermain merupakan cara dinamis untuk belajar
m) Bermain menjernih pertimbangan
n) Bermain dapat distruktur secara akademis,
Bermain merupakan kekuatan Hidup. Bermain merupakan sesuatu yang
esensial bagi kelestarian hidup manusia. Oleh karena begitu besar nilai bermain
dalam kehidupan anak , maka pemanfaatan kegiatan bermain dalam pelaksanaan
program kegiatan anak prasekolah merupakan syarat mutlak yang sama sekali
65
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tidak bisa diabaikan. Bagi anak prasekolah belajar adalah bermain dan bermain
sambil belajar.
Menurut Fadillah (2012, hlm, 169) bermain dapat dikategorikan menjadi dua
jenis yaitu, 1) bermain aktif, dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa
yang dilakukan individu, apakah dalam bentuk kesenangan berlari atau membuat
sesuatu dengan lilin cat, 2) bermain pasif, dalam bermain pasif (hiburan),
kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain. Pemain menghabiskan sedikit
energi. Anak-anak yang menikmati temannya bermain, memandang orang atau
hewan di televisi, menonton adegan lucu atau membaca adalah bermain tanpa
mengeluarkan tenaga, tetapi kesenangannya hampir seimbang dengan anak yang
menghabiskan tenaganya di tempat olah raga atau tempat bermain.
Berdasarkan pengertian bermain diatas, dapat di uraikan bahwa semua
aktivitas yang dilakukan oleh anak pada hakikatnya adalah bermain yang menjadi
kebutuhan dasar bagi setiap anak, baik itu bertujuan ataupun tanpa tujuan, yang
didalamnya mengandung berbagai unsur kesenangan dan kegembiraan. Dalam
bermain juga banyak memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan
seluruh potensi dalam dirinya dan menggali kekuatan yang ada dalam diri
a. Tujuan bermain pada anak usia dini.
Semua anak usia dini memiliki potensi kreatif tetapi perkembangan
kreativitas sangat individual antar anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi
dapat dikatakan bahwa dengan bermain anak dapat mengembangkan potensi
kreatifnya, anak dapat berkreativitas dalam setiap kegiatan bermainnya. Pada
dasarnya bermain memiliki tujuan utama yakni memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal anak usia dini melalui pendekatan bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. Menurut Catron dan
Allen penekanan dari bermain adalah perkembangan kreativitas dari anak-anak.
66
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini
Menurut Nasriah (2000, hlm. 66-67). Manfaat yang kita peroleh dari
bermain dan selalu menyangkut
pengembangan aspek-aspek yaitu :
1. Aspek Fisik
2. Anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan
tubuh yang membuat tubuh yang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot
tubuh menjadi kuat.
3. Aspek Sosial Ekonomi
Anak merasa senang karena ada teman bermainnya. Di tahun pertama
kehidupan, orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak.
4. Aspek Kognitif (Berhubungan Dengan Berpikir/kecerdasan)
Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai obyek-obyek tertentu
seperti: Benda dengan permukaan kasar halus, rasa asam, manis, dan asin; ia
pun memperhatikan sesuatu, memusatkan perhatian dan mengamati, sesering
mungkin diperlihatkan buku-buku bergambar.
5. Aspek seni
Kemampuan dan kepekaan anak, untuk mengikuti irama, nada berbagai
bunyi, gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif.
6. Mengasah Ketajaman Penginderaan.
Penginderaan anak perlu diasah agar anak menjadi lebih peka terhadap hal-
hal yang terjadi di lingkungannya. Anak menjadi lebih aktif, kritis dan kreatif.
7. Media Terapi
Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain
perilaku anak lebih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh
ahlinya dan tidak dilakukan sembarangan.
8. Media Intervensi
Bermain dapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusatan
perhatian pada tugas tertentu. Contohnya pada perkembangan bahasa, sosial,
komunikasi. Untuk itu, perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak
harus dirancang dengan seksama sesuai dengan situasi dan kondisi tempat
masing-masing.
67
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Montololu (2005, hlm. 15) bahwa manfaat sikap senang bermain
bagi anak adalah sebagai berikut: (a) Bermain memicu kreatifitas anak,(b)
Bermain bermanfaat mencerdaskan otak anak, (c) Bermain bermanfaat
mencerdaskan otak anak, (d) Bermain bermanfaat untuk melatih empati, (e)
Bermain bermanfaat mengasah panca indera, (g) Bermain itu melakukan
penemuan.
c. Fungsi Bermain Bagi Anak Usia Dini
Menurut Mutiah (2010, hlm.113). Dalam situasi bermain anak dapat
menunjukkan bakat, fantasi, dan kecenderungan-kecenderungannya. Saat bermain
anak akan menghayati berbagai kondisi emosi yang mungkin muncul seperti rasa
senang, gembira, tegang, kepuasan, dan mungkin rasa kecewa. Permainan
merupakan alat pendidikan karena memberikan rasa kepuasaan, kegembiraan, dan
kebahagiaan. Dengan permainan memberikan kesempatan pelatihan untuk
mengenal aturan-aturan (sebelum ke masyarakat), mematuhi norma-norma dan
larangan-larangan, berlaku jujur, setia (loyal), dan lain sebagainya. Dalam
permainan anak akan menggunakan semua fungsi kejiwaan/psikilogis dengan
suasana yang bervariasi. Permainan dan bermain bagi anak mempunyai beberapa
fungsi dalam proses tumbuh kembang anak. Fungsi bermain terhadap terhadap
sensoris motoris anak penting untuk mengembangkan otot-otot dan energi yang
ada. Aktivitas sensoris motorik merupakan komponen yang paling besar pada
semua usia.
d. Jenis-jenis Permainan.
Menurut Mutiah (2010, hlm. 115-116) Terdapat beberapa macam jenis
permainan, sebagai berikut:
1) Main Peran:
Main peran disebut juga main simbolis, pura-pura, make-believe, fantasi,
imajinasi, atau main drama, sangat penting untuk perkembangan kognitif,
sosial, dan emosi anak pada usia tiga sampai enam tahun (Vygotsy,
1967;Erikson, 1963).
a) Makro
Anak berperan sesungguhnya dan menjadi seseorang atau sesuatu. Saat
anak memiliki pengalaman sehari-hari dengan main peran makro (tema
68
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekitar kehidupan nyata), mereka belajar banyak keterampilan pra
akademis seperti: mendengarkan, tetap dalam tugas, menyelesaikan
masalah, dan bermain kerja sama dengan yang lain.
b) Mikro
Anak memegang atau menggerak-gerakkan benda-benda berukuran kecil
untuk menyusun adegan. Saat anak main peran mikro, mereka belajar
untuk menghubungkan dan mengambil sudut pandang orang lain.
2) Main Pembangunan
Main pembangunan membantu anak mengembangkan keterampilan yang
mendukung tugas-tugas di sekolahnya dikemudian hari (piaget: 1962).
Bahan Main Pembangunan, bahan bersifat cair/bahan alam (penggunaan &
bentuk ditentukan oleh anak). Seperti air, pasir, cat jari, lumpur, tanah liat,
play dough, krayon, cat, pulpen, pensil, dan lain-lain. Main pembangunan
bersifat cair, ada macam-macam alat bermain yang digunakan dalam main
pembangunan sifat cair, diantaranya: air, pasir, lumpur. Tepung, tanah liat,
play dough, plastisin, clay dough. Krayon, pensil warna, spidol, pulpen.
Arang, kapur. Cat air dengan kuas, cat minyak.
C. Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
Menurut Suyadi (2013, hlm. 22), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada
hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau
menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Oleh karena
itu, PAUD memberi kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian
dan potensi secara maksimal. Atas dasar ini, lembaga PAUD perlu menyediakan
berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan
seperti kognitif, bahasa, sosial, emosi, fisik, dan motorik.
Menurut Bredekamp dan Copple (1997) dalam Suyadi (2013, hlm. 23)
mengemukakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini mencakup berbagai program
yang melayani anak dari lahir sampai usia delapan tahun yang dirancang untuk
meningkatkan perkembangan intelektual, sosial, emosi, bahasa, dan fisik anak.
Pengertian ini diperkuat dokumen Kurikulum Berbasis Kompetensi (2004) dalam
69
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Suyadi (2013, hlm. 23) yang menegaskan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini
adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan
pemberian kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan
keterampilan pada anak.
Sedangkan untuk pengertian anak usia dini telah diungkapkan sebelumnya,
yaitu anak yang berada dalam kisaran usia 0-6 tahun. Pendapat lain menyebutkan,
0-8 tahun. Dengan demikian, secara sederhana Pendidikan anak Usia Dini dapat
didefinisikan sebagai pendidikan yang diberikan kepada anak yang berada pada
usia 0-6 atau 0-8 tahun. Menurut para pakar pendidikan, Pendidikan Anak Usia
Dini ialah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam
tahun secara menyeluruh , yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan
memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual),
motorik, akal pikir, emossional, dan sosial yang tepat agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Mansur (2009, hlm. 88-89)
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar
menempati posisi yang sangat strategis dalam pengembangan sumber daya
manusia. Mengingat anak usia dini, yaitu anak yang berada pada rentang usia lahir
sampai dengan enam tahun merupakan rentang usia kritis dan sekaligus strategis
dalam proses pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan
pada tahap selanjutnya. Itu artinya periode ini merupakan periode kondusif untuk
menumbuhk-embangkan berbagai kemampuan fisiologis, kog-nitif, bahasa,
sosioemosional, dan spiritual. Pen-didikan adalah hal yang sangat penting untuk
diperoleh semua anak karena pendidikan merupa-kan salah satu modal yang harus
dimiliki setiap individu untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dalam Jurnal
lAniendya Christianna, (2013). Volume 01 nomor 01, hlm. 7-13 dengan judul
“Pelatihan Perancangan Alat Permainan Edukatif (APE) Berbasis Bahan Bekas
untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Se-Siwalankerto Surabaya.”
Anak usia dini tumbuh dan berkembang dengan cepat melalui proses yang
bertahap, mulai dari pengenalan dalam keluarga, lingkungan permainan,
lingkungan sekiktar, dan masyarakat pada umumnya.(Usia, Di, & Bandung, n.d.)
Pendidikan anak usia dini terdiri dari kegiatan dan pengalaman yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi perubahan perkembangan pada anak sebelum
70
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mereka memasuki sekolah dasar. pendidikan anak usia dini Program mencakup
semua jenis program pendidikan yang melayani anak-anak di tahun-tahun
prasekolah dan dirancang untuk meningkatkan sekolah Kinerja nanti. (Nadeak,
2015)
Salah satu jalur terselenggaranya PAUD adalah jalur pendidikan non formal.
PAUD jalur non formal adalah pendidikan yang melaksanakan program
pembelajaran secara fleksibel sebagai upaya pembinaan dan pengembangan anak
sejak lahir sampai berusia 6 tahun yang dilaksanakan melalui Taman Penitipan
Anak, Kelompok Bermain, dan bentuk lain yang sederajat.(“Implementasi
Kebijakan Program Pendidikan Non Formal Pada Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) Di Kecamatan Sintang,” 2014)
Menurut Bambang dalam Mansur (2009, hlm. 115) mendeskripsikan
pendidikan anak usia dini, sebagai berikut.
a. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasuh, dan pemberian kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak.
b. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
dan menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, emosi, dan spiritual), sosio emosional (sikap perilaku dan
agama), bahasa dan komunikasi.
c. Sesuai dengan keunikan dan pertumbuhan pendidikan anak usia dini
disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia
dini.
Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan
pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun
sesungguhnya akan lebih optimal lagi apabila ditujukan kepada anak sejak dalam
kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Tujuannya adalah membantu mengembangkan seluruh
71
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
potensi dan kemampuan fisik, intelektual, emosional, moral dan agama secara
optimal dalam lingkungan pendidikan yang kondusif demokratis dan kompetitif
dalam jurnal Nana Widhianawati (2011), volume 02 nomor 01, hlm. 32-37 dengan
judul “Pengarauh Pembelajaran gerak dan Lagu dalam Meningkatkan Kecerdasan
Musikal dan Kecerdasan Kinestetik.”
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang diperuntukkan bagi
anak usia dini 0-6 tahun, yang dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuh
kembangkan segala kemampuan (potensi) yang dimiliki sang anak dalam rangka
mempersiapkan pendidikan lebih lanjut.
1. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
Menurut suyadi (2013, hlm. 24). Secara umum, tujuan Pendidikan Anak
Usia Dini adalah memberikan stimulasi atau rangsanagan bagi perkembangan
potensi anak agar menjadi manusia beriman dan bertaqwakepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Dalam hal ini, Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan cakap (Puskur, Depdiknas: 2007).
Solehuddin (1997) dalam Suyadi (2013, hlm.24) menyatakan bahwa tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan
anak secara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma dan nilai-nilai
kehidupan yang dianut. Melalui Pendidikan Anak Usia Dini, anak diharapkan
dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya, intelektual (kognitif),
sosial , emosi, dan fisik motorik. Di samping itu, aspek yang tidak boleh
ditinggalkan adalah perkembangan rasa beragama sebagai dasar-dasar akidah
yang lurus sesuai dengan agama yang dianutnya, memiliki kebiasaan atau perilaku
yang diharapkan menguasai sejumlah pengetahuan dan keterampilan dasar sesuai
dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya serta memiliki motivasi dan
sikap belajar yang positif.
72
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Suyadi (2013, hlm. 25). Bahwa secara praktis tujuan Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) adalah sebagai berikut;
a. Kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut
b. Mengurangi angka mengulang kelas
c. Mengurangi angka putus sekolah (DO)
d. Mempercepat pencepatan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun
e. Menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu
berpendidikan rendah.
f. Meningkatkan mutu pendidikan
g. Mengurangi angka buta huruf muda
h. Memperbaiki derajat kesehatan dan gizi anak usia dini
i. Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
2. Landasan Pendidikan Anak Usia Dini.
Menurut Fadillah (2012, hlm. 67-71) Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia
Dini tidak serta merta ada begitu saja. Namun, ada beberapa dasar yang menjadi
landasan mengapa diperlukannya pendidikan anak usia dini. Dengan adanya
landasan ini, maksud dan tujuan pendidikan tersebut akan dapat lebih terarah.
Adapun yang menjadi landasan-landasan dalam penyelenggraan Pendidikan Anak
usia Dini sebagai berikut.
a. Landasan yuridis.
Landasan yuridis adalah landasan hukum yang dijadikan pijakan dalam
penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini. Hukum disini daapat berupa
Undang-undang maupun peraturam-peraturan pemerintah lainnya. Dalam
konteks ini, yaitu UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional,
UU No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia, Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, dan Permendiknas No 58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini.
b. Landasan Filosofis
Landasan filosofis adalah landasan yang berkaitan dengan hakikat pendidikan
anak usia dini. Dalam artian, berbicara mengenai maksud dan tujauan
73
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam artian, berbicara
mengenai maksud dan tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia
Dini. Materinya seperti apa dan bentuk pembelajarannya bagaimana?
Semuanya dapat diketahui dengan memahami hakekat anak dan pendidikan
itu sendiri.
c. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang berpandangan bahwa anak
usia dini memiliki berbagai keunikan atau karakteristik yang khas. Keunikan-
keunikan inilah yang semestinya diperhatikan dalam pendidikan Anak Usia
Dini, sebagai upaya membentuk, mengarahkan, dan mengembangkan segala
potensi yang menjadi keunikan masing-masing anak. Dengan mendasarkan
pada landasan psikologis ini akan dapat diperoleh suatu pemahaman bahwa
setiap anak mempunyai potensi untuk berkembang sesuai minat dan bakat
yang dimilikinya.
d. Landasan keilmuwan
Landasan keilmuwan dimaksudkan sebagai suatu landasan yang mendasari
pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini didasarkan pada penemuan ahli tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak. Di antara kerangka ke ilmuwan
Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu psikologis, fisiologi, ilmu pendidikan anak
(pedagogi), sosiologi, antropologi, humaniora, manajemen, kesehatan, dan gizi,
serta neurosains (ilmu tentang perkembangan otak manusia).
e. Landasan Empiris
Landasan empiris ini didasarkan pada kenyataan yang ada masyarakat bahwa
banyak anak usia dini yang belum dapat terlayani dengan baik dalam hal
pendidikan. Tidak hanya dipedesaan, tetapi di kota-kota besar pun juga
demikian. Hal ini sungguh disayangkan, padahal usia anak-anak merupakan
masa yang tepat untuk dilakukan pengembangan kemampuan, dalam rangka
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dimasa yang akan datang.
f. Landasan Sosiologis
Salah satu upaya pendidikan anak usia dini ialah mempersiapkan anak-anak
untuk dapat menghadapi pendidikan lebih lanjut. Selain itu, juga untuk
menjalin hubungan dengan lingkungan. Bagaimana berhubungan dengan
74
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
orang tua, keluarga, teman, maupun masyarakat lebih luas? Semua dapat
diperoleh melalui pendidikansejak kecil. Oleh karenanya, pendidikan harus
dirancang dan diarahkan untuk mempersiapkan anak-anak pada kehidupan
masyarakat.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan disebutkan bahwa ruang lingkup
lembaga-lembaga PAUD terbagi ke dalam tiga jalur yakni formal, non-formal,
dan informal. Ketiganya merupakan jenjang pendidikan yang diselengarakan
sebelum pendidikan dasar. Skema berikut ini mengilustrasikan ketiga bentuk
penyelengaraan lembaga PAUD tersebut.
Gambar 2.1 Jalur dan jenjang PAUD (pasal 28 UUSPN No 20 tahun 2003).
Gambar diatas menunjukkan PAUD jalur pendidikan Formal yang
diselenggrarakan pada Taman Kanak-Kanak (TK), Raudlatul Atfhal (RA), atau
Jalur dan
jenjang PAUD
formal
Non Formal
Informal
Taman kanak-kanak (TK)
Raudlatul Atfhal (RA),
atau bentuk lain yang sederajat.
Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), atau bentuk lain yang
sederajat.
Pendidikan
Keluarga atau Pendidikan
yang diselengarakan oleh
lingkungan
75
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bentuk lain yang sederajat dengan rentang usia anak 4-5 tahun. Selanjutnya,
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal diselenggarakan pada
kelompok bermain (KB) dengan rentang usia anak 2-4 tahun. Terakhir,
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan informal diselenggarakan pada Taman
Penitipan Anak (TPA) dengan rentang usia anak 3 bulan- 2 tahun, atau bentuk lain
yang sederajat (Satuan PAUD Sejenis/SPS).
4. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-
undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak sejak bayi dalam rahim seorang ibu
sampai usia sekitar 6 tahun sangat menentukan derajat kesehatan, intelegensia,
kematangan emosional dan spiritual, serta produktivitas manusia pada tahap
berikutnya. Berbagai temua ilmiah mengungkapkan proses kehidupan manusia
sejak bayi dalam rahim seorang ibu dan usia emas (golden age) yaitu sampai usia
5 tahun terutama pada 2 tahun pertama kehidupannya merupakan tahap kritis
dalam perkembangan manusia. Jurnal dalam Ari Handayani, dkk (2011) volume
01 nomor 01, hlm. 1-18, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pos PAUD Melalui
Pengembangan Program Holistik Integratif.”
Anak-anak memang aktif, tetapi mereka tidak dan tidak dapat menjadi agen,
atau mereproduksi tidak lokalitas mereka atau masyarakat mereka pada yang
mereka pilih sendiri. Semua anak-anak hidup dalam masyarakat dan mereka
seperti orang dewasa untuk sebagian besar dibatasi dengan aturan masyarakat itu,
dengan sosial, konteks ekonomi, budaya dan politik, oleh perilaku orang dewasa
yang khas serta yang dari mereka.`Orang lain yang signifikan. Anak-anak Oleh
karena itu dalam hal ini rasa hidup di masa kecil dikontekstualisasikan, kerangka
yang menunjukkan bahwa anak-anak yang hidup dalam konteks ini memiliki
cukup banyak kesamaan, disaat yang sama karena mereka adalah anak-anak
masing-masing yang menggunakan pengaruh mereka di sejumlah subkonteks.
(Ambert & Corsaro, 2000)
a. Karakteristik Anak Usia Dini
Karakteristik yang sangat menonjol pada Anak Usia Dini menurut
Bredekamp, dkk. Solehuddin (2006, hlm 21) adalah (1) Anak bersifat unik.
76
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masing- masing anak berbeda satu sama lain. Anak memiliki bawaan, minat,
kapabilitas dan latar belakang kehidupan masing-masing. (2) Mengekspresikan
perilakunya secara spontan. Perilaku yang ditampilkan anak umumnya relatif asli,
tidak ditutup-tutupi. (3) Aktif dan energik. Anak senang melakukan berbagai
aktifitas, apalagi jika dihadapkan dengan suatu kegiatan baru dan menantang. (4)
Ekploratif dan berjiwa petualang. Karena terdorong rasa ingin tahu yang kuat
terhadap segala hal, anak senang menjelajah, mencoba, dan mempelajari hal-hal
baru.(5) Kaya dengan fantasi. Anak senang dengan hal-hal yang bersifat
imajinatif. (6) Masih mudah frustasi. Anak umumnya mudah menangis/ mudah
marah bila keinginannya tidak terpenuhi.
Menurut Mar,at (2005) dalam Nasriah (2000, hlm. 22), perkembangan fisik
pada masa amk- anak ditandai dengan perkembangan keterampilan motorik baik
kasar maupun halus. Sekitar usia 3 tahun, anak sudah dapat berjalan dengan baik
dan sekitar 4 tahun anak menguasai cara belajar orang dewasa. Usia 5 tahun anak
sudah terampil menggerakkan kakinya untuk berjalan dengan berbagai cara,
seperti maju dan mundur, jalan cepat dan pelan-pelan, melompat dan berjingkrak,
berlari kesana dan kemari, memanjat dan sebagainya yang dilakukan dengan
lebih bervariasi.
Selanjutnya Wahyuni (2011) dalam Nasriah (2000, hlm. 24) mengemukakan
karakteristik anak usia adalah (1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak usia
dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. (2) Merupakan pribadi yang unik,
meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangannya anak usia dini,
setiap anak memiliki kekhasan sendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar. (3)
Suka berfantasi dan berimajinasi, fantasi adalah kemampuan membentuk
tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. (4) Masa paling
potensial untuk belajar, masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau
usia emas. (5) Menunjukkan egosentris, pada usia ini anak memandang segala
sesuatu dari sudut pandangannya sendiri. (6) Memiliki rentang daya konsentrasi
yang pendek. (7) Sebagai bagian dari makhluk sosial, anak usia dini mulai suka
bergaul dan bermain dengan teman sebayanya.
77
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Perkembangan fisik/motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik
secara langsung ataupun tidak langsung. Hurlock, (1995, hlm. 114). Hurlock
menambahkan bahwa secara langsung, perkembangan fisik akan menentukan
kemampuan dalam bergerak. Secara tidak langsung, pertumbuhan dan
perkembangan fisik akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya
sendiri dan orang lain.Perkembangan fisik meliputi perkembangan badan , otot
kasar dan otot halus, yang selanjutnya lebih disebut dengan motorik kasar dan
motorik halus. Perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar
yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berjalan, melompat, memukul dan
menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih
spesifik seperti menulis, melipat, menggunting, mengancingkan baju dan
mengikat tali sepatu.
Menurut Bijau dan Baer dalam Fadillah (2012, hlm. 32) perkembangan ialah
perubahan progresif yang menunjukkan cara organisme bertingkah laku dan
berinteraksi dengan lingkungan. Sedangkan Libert, Paulus, dan Strauss dalam
Fadillah (2012, hlm. 32) mengartikan perkembangan sebagai proses perubahan
dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi
dengan lingkungan.
Dalam teori kematangan, Arnold Gesell (seorang dokter dari Amerika, 1920-
1930) dalam Wahyudin dan Agustin (2011, hlm.22) menyebutkan bahwa pola
tingkah laku dan perkembangan seorang anak secara otomatis sejalan dengan
pertumbuhan fisik dan perkembangan motoriknya. Menurutnya, anak berkembang
sesuai dengan waktu atau jadwal alaminya.
Setiap terjadi perkembangan fisik pada anak, secara otomatis pula akan terjadi
perkembangan motoriknya, baik itu motorik kasar maupun motorik halus.
Menurut Elizabeth, dalam Mansur (2009, hlm.22), perkembangan fisik sangat
penting untuk dipelajari, karena baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempengaruhi perilaku anak sehari-hari.
Menurut Beaty dalam Wahyudin dan Agustin (2011, hlm. 34), kemampuan
motorik kasar seorang anak itu paling tidak dapat dilihat melalui empat aspek,
yaitu (1) Berjalan atau walking, dengan indikator berjalan turun naik tangga
78
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dengan menggunakan kedua kaki, berjalan pada garis lurus dan berdiri dengan
satu kaki; (2) Berlari atau running, dengan indikator menunjukkan kekuatan dan
kecepatan berlari, berbelok ke kanan-ke kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti
dengan mudah; (3) Melompat atau jumping, dengan indikator mampu melompat
ke depan, ke belakang, dan kesamping; (4) Memanjat atau Climbing, dengan
indikator memanjat naik-turun tangga, memanjat pepohonan.
Pertumbuhan adalah perubahan secara fifiologis sebagai hasil proses
pematangan fungsi dalam perjalanan waktu tertentu. Selain itu, bisa juga diartikan
sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan atau jasmaniah) dalam
bentuk proses aktif berkesinambungan. Fatimah (2006, hlm. 41)
D. Konsep Tutor PAUD
Tutor atau pendidik merupakan pekerjaan profesi seperti telah disampaikan
oleh Presiden Republik Indonesia dalam deklarasi guru sebagai profesi “pada
tanggal 2 Desember 2004. Hal ini dipertegas dalam UU No. 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dalam Bab II pasal 2 dinyatakan bahwa guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional khususnya pada jalur formal untuk jenjang
pendidikan anak usia dini. Kondisi ini juga diperkuat oleh pengakuan kedudukan
guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik. Kedudukan
guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan
peran guru sebagai agen pembelajaran yang berfungsi meningkatkan mutu
pendidikan formal dan nonformal. Asmawati (2014, hlm. 21)
Untuk dapat melakukan tugasnya, pendidik harus memenuhi kualifikasi dan
kompetensi sesuai ketentuan sehingga mampu menjadi pendidikyang berkualitas.
Dan kompetensi tersebut,selain diperoleh melalui pendidikanformal, yaitu di
perguruan tinggi juga dapatdiperoleh melalui seminar atau pelatihan dalam Jurnal
Beni Farida F dan Fx Soedarsono (2014) volume 01 nomor 02, hlm. 1-13 dengan
judul” Efektivitas Pelatihan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini di Kecamatan
Grabag.”
Peran Tutor dalam Pendidikan Anak Usia Dini Belajar adalah suatu proses
perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Dalam psikologi belajar,
proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa
79
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Jadi dapat
diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat
positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan
sebelumnya. Tutor adalah pihak utama yang langsung berhubungan dengan anak
dalam upaya proses pembelajaran, peran guru itu tidak terlepas dari keberadaan
kurikulum. Kegiatan dirancang oleh Tutor untuk menjadi diri sendiri mengoreksi,
dimana anak-anak mengikutsertakan praktek bersama. (Schumny, 1987) dalam
Asmawati (2014, hlm. 20).Tetapi menurut Brenner (1990) dalam Asmawati(2014,
hlm. 20) sebenarnya pendidikan anak prasekolah terefleksi dalam alat-alat
perlengkapan dan permainan yang tersedia, cara perlakuan guru terhadap anak,
adegan dan desain kelas, serta bangunan fisik lainnya yang disediakan untuk anak.
Istilah Pendidik pada PAUD pada hakikatnya terkait sangat erat dengan guru
umum. Guru diidentifikasi sebagai: (1) seorang yang memiliki karisma atau
wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani; (2) orang dewasa yang sadar
bertanggungjawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing anak; (3) orang
yang memiliki kemampuanmerancang program pembelajaran serta mampu
menata dan mengelola kelas; dan (4) suatu jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus. Yuliani Nurani Sujiono (2009. Hlm. 10).
Wawasan etika guru dapat dilihat dari bagaimana guru bersikap dan
berperilaku sesuai dengan aturan bersikap seperti yang tercantum dalam kode etik
seorang guru. Guru merupakan teladan bagi siswanya, jadi seharusnya wawasan
etika seorang guru harus luas agar dapat memberikan contoh bagaimana cara
bersikap dengan sesama guru, bersikap dengan anak, dan bersikap dengan orang
tua anak. Etika juga sebagai salah satu faktor penentu kompetensi profesional
seorang guru. Jika guru profesional tidak memiliki sikap yang baik, itu tidak akan
berarti, karena sikap adalah cerminan diri untuk bisa menunjukkan siapa dirinya
dalam Jurnal fitriana (2013) volume 05 nomor 02, hlm. 3-13 dengan judul”
Upaya Pengembangan Kompetensi Profesional Guru Taman Kanak –Kanak di
Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.”
Standar kompetensi Tutor sangat penting terutama sebagai dasar untuk
melakukan penilaian terhadap tingkat kompetensi Tutor. Hal ini lebih lanjut akan
80
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dapat menjadi kerangka dasar untuk melakukan pembinaan lebih lanjut dari setiap
Tutor sehingga secara bertahap dapat mencapai standar yang diharapkan dalam
jurnal Starmanto (2010) dengan judul” Kompetensi dan Profesionalisme Guru
Pendidikan Anak Usia Dini jurnal.”
Profesionalisme adalah sebuah pekerjaan jabatan yang memerlukan keahlian
khusus. Profesionalisme merupakan proses dinamis pada pekerjaan tertentu yang
dapat diamati untuk memperbaiki atau meningkatkan karakteristik yang penting
sesuai dengan aturan profesi. Yufiarti dan Chandrawati (2008, hlm.1-14) dalam
Asmawati (2014, hlm. 21-22) menjelaskan bahwa prinsip profesionalitas menurut
persyaratan antara lain: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme,
(2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimann,
ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar
belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memiliki kompetensi yang
diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memiliki penghasilan yang ditentukan
sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan
keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8)
memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan, dan (9) memiliki organisasi yang mempunyai wewenang
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan Tutor.
Kompetensi Tutor pada pendidikan anak usia dini memegang peran yang
sentral karena mereka bertanggung jawab terhadap optimal atau tidaknya
perkembangan anak. Kompetensi pedagogis yang dimiliki oleh Tutor PAUD
masih lemah dalam pembelajaran dan dibutuhkannya inovasi sehingga terdapat
Keberhasilan dalam suatu pembelajaran yang dilakukan dan dapat dilihat dari
perangkat pembelajaran yang telah disusun dan bagaimana cara menerapkannya di
dalam proses pembelajaran. Jurnal dalam Umi Farihah Widodo (2015). Volume :
04 nomor 01 dengan judul” Pengaruh Pelatihan Braindance Bagi Pendidik PAUD
Terhadap Peningkatan Kompetensi Pedagogik di PAUD Al-Islah Gunung Anyar
Surabaya.”
Karakteristik lain yang menunjuk pada kegiatan profesional adalah: (1)
mempunyai dasar pengetahuan, (2) penekanan pada pelayanan, (3) memiliki klien,
81
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(4) mempunyai praktik secara profesional yang diakui oleh sertifikat. Selanjutnya
Houle dalam Yufiarti dalam Amawati (2014, hlm. 22) menyatakan karakteristik
suatu profesi, antara lain: (1) kejelasan fungsi yang dijabarkan dalam jabatan, (2)
menguasai pengetahuan secara teoritis, (3) mampu memecahkan masalah. (4)
mendapatkan pelatihan secara formal, (5) menggunakan pengetahuan untuk
praktik, dan (6) peningkatan diri.
Tutor atau pendidik yang profesional layak untuk mendapat penghargaan baik
secara finansial maupun nonfinansial. Berbagai penelitian membuktikan bahwa
terdapat perbedaan hasil belajar pada anak usia dini yang diajar oleh guru yang
profesional dan guru yang tidak profesional. Hammond dalam wolfolk (2004.
hlm, 20-23) dalam Asmawati (2014, hlm. 22) menganalisis data survei dan NAEP
(National Assessment of Educational Progress) di 50 negara bagian dengan
mengkaji keterkaitan hubungan antara kualitas guru dengan hasil belajar membaca
dan matematika anak. Berdasarkan paparan di atas untuk menjadi guru PAUD
yang sesuai dengan kompetensi, maka guru PAUD juga harus mengikuti isi
Peraturan Pemerintah RI No. 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan
kompetensi guru PAUD.
1. Standar Tutor PAUD
Kualifikasi dan kompetensi guru PAUD didasarkan pada peraturan Menteri
Pendidikan Nasioanal Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifukasi Akademik dan kompetensi guru beserta lampirannya. Bagi guru
PAUD jalur pendidikan formal (Tk, RA, dan yang sederajat ) dan guru PAUD
jalur pendikikan non formal (TPA, KB, dan yang sederajat) yang belum
memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi disebut guru pendamping dan
pengasuh.
Menurut Asmawati (2014, hlm.23) Kualifikasi akademik yaitu memiliki
ijazah D-II PGTK dari perguruan tinggi terakreditasi atau memiliki ijazah
minimal sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat dan memiliki sertifikat
pelatihan/pendidikan/kursus PAUD yang terakreditasi. Dari semua aturan tersebut
bahwa kompetensi yang wajib dimiliki oleh guru ada 4 yaitu kompetensi
82
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
kepribadian.
Tabel 2.2 kompetensi Pedagogik
No Kompetensi Indikator
1.
Kemampuan memahami
filosofi dan prinsip PAUD
a. Mampu memahami filosofi dan
tujuan PAUD serta mengaplikasikan
dalam pembelajaran PAUD.
b. Mampu memahami serta
mengaplikasikan pendekatan dan
model PAUD.
c. Memahami dan mengaplikasikan
prinsip pembelajaran dalam PAUD
1.
Kemampuan memahami
perkembangan dan
karakteristik anak usia dini
a. Mampu memahami karakteristik
perkembangan bayi, anak-anak (0-3
tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan
kognitif.
b. Mampu memahami karakteristik
perkembangan anak prasekolah (3-6
tahun) baik fisik, emosi, sosial, dan
kognitif.
c. Mampu memahami karakteristik
perkembangan anak yang
berkebutuhan khusus (retardasi
mental gangguan emosi, autis,
ADD/ADHD, anak berbakat.
d. Memahami karakteristik anak-anak
yang dianiaya dan diabaikan.
Tabel 2.3 Kompetensi profesional.
No Kompetensi Indikator
1.
Kemampuan memanfaatkan
teknologi informasi untuk
komunikasi
a. Mampu menggunakan berbagai
peralatan teknologi pemebelajaran
untuk kepentingan anak didik.
2.
Kemampuan memahami
pembelajaran yang sesuai
dengan tahap perkembangan
anak (DAP)
a. Memahami konsep pembelajaran
melalui bermain yang sesuai dengan
tingkat perkembangan dan
pertumbuhan anak.
83
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Memahami pembelajaran yang sesuai
dengan kekuatan, kebutuhan, dan
minat anak.
c. Memahami pembelajaran yang sesuai
dengan konteks sosial budaya setiap
anak.
d. Mempu membuat dan
mengembangan APE.
e. Mampu memahami perlunya
dongeng dalam pembelajaran
PAUD.
f. Mampu mempersiapkan lingkungan
pembelajaran bagi AUD.
Tabel 2.4 Kompetensi Kepribadian
No Kompetensi Indikator
1.
Memiliki kemampuan untuk
bekerja mandiri
a. Menguasai lingkungan kerja sesuai
dengan profesi PAUD.
b. Mengusai kemampuan untuk
menyelesaikan tugas secara mandiri
c. Menguasai cara mengadaptasi diri
terhadap lingkungan pekerjaan.
2.
Memiliki sikap terhadap
Profesi
a. Menguasai dan memiliki sikap positif
terhadap sumber-sumber belajar
untuk mempertahankan kemampuan
profesinya.
b. Memiliki sikap positif terhadap
perannya sebagai pendidik PAUD.
c. Memiliki sikap positif terhadap
kegiatan pendidikan sehari-hari.
d. Memiliki sikap positif atas
lingkungan kerjanya.
e. Mampu menerima kritik dan saran.
84
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 2.5 Kompetensi Sosial
No Kompetensi Indikator
1.
Kemampuan berkomunikasi
a. Mampu berkomunikasi secara verbal
maupun non non verbal dengan anak
didik.
b. Mampu merangsang anak untuk
berkomunikasi
c. Mampu menciptakan suasana yang
nyaman untuk berkomunikasi
d. Mampu berkomunikasi dengan orang
tua dan teman sejawat.
2.
Kemampuan memaham budaya
masyarakat di sekitar tempat
Tugas
a. Mampu memahami nilai, adat istiadat
dan budaya yang berlaku di
masyarakat dalam mendidik anak
usia dini.
b. Mampu memahami memahami
bahasa yang digunakan dalam
masyarakat.
Menurut Luluk Asmawati (2014, hlm. 23-27)
Secara lebih terperinci tentang kemampuan dasar yang harus dimiliki pendidik
dalam pembelajaran menurut Oemar Hamalik (2002) dalam Hatimah (2014, hlm.
5) yaitu:
a. Kemampuan menguasai bahan
b. Kemanpuan mengelola program belajar mengajar
c. Kemampuan mengelola kelas dengan pengalaman belajar
d. Kemampuan menggunakan media/sumber dengan pengalaman belajar
e. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
f. Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar
g. Kemampuan menilai prestasi peserta didik
h. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.
i. Kemampuan mengenal dan menyelenggrakan administrasi
j. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan untuk kepentingan pembelajaran.
85
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Kerangka Berfikir
Sumberdaya manusia yang berkualitas merupakan salah satu aspek
pembangunan yang sebagai penentu keberhasilan suatu program pembangunan.
Pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas harus dilakukan sejak dini
mengingat masa emas anak menjadi dasar perkembangan anak usia dini.
Pendidikan anak usia dini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan anak untuk
melanjutkan jenjang pendidikan selanjutnya, tetapi bagaimana mengoptimalkan
potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada masa rawan secara optimal sehingga
tumbuh kembang anak pada masa emas dapat dirangsang dengan metode dan
media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan anak.
Pendidikan anak usia dini tidak hanya berfungsi untuk mempersiapkan anak
untuk melanjutkan pendidikan ke tahap yang lebih tinggi, tetapi yang terpenting
adalah bagaimana mengoptimalkan potensi dan bakat anak serta fungsi otak pada
masa rawan secara optimal sehingga tumbuh kembang anak pada masa emas ini
dapat dirangsang dengan metode dan media yang tepat sesuai dengan kebutuhan
anak.
Dalam mengimplementasikan hasil diklat tingkat dasar Tutor PAUD yang
diselenggarakan oleh HIMPAUDI KOTA TASIKMALAYA, menggunakan
konsep belajar sambil bermain sebagai ciri khas PAUD Ihya Assunnah Kota dan
PAUD Ghifari Tasikmalaya, penyusunan perencanaan pembelajaran PAUD
dengan efektif dan efisien baik dalam menentukan kondisi belajar diantaranya
Nama tema dan topik pembelajaran, tujuan pembelajaran, Media, Strategi
pelaksanaan pembelajaran PAUD seperti (a) Metode Pembelajaran Bermain, (b)
Metode Pembelajaran melalui bercerita, (c) Metode Pembelajaran Bernyanyi, (d)
Metode Pembelajaran karyawisata,(e) Metode Pembelajaran sentra dan lingkaran
(seling) Sedangkan evaluasi hasil belajar meliputi aspek psikomotorik,
pengembangan aspek motorik, agama dan moral.
Tutor merupakan salah satu penentu yang bergerak dilapangan menjadi salah
satu unsur yang harus diperhatikan baik kualitas maupun kuantitas. Program
diklat tingkat dasar bagi Tutor paud yang diselenggarakan oleh HIMPAUDI
KOTA TASIKMALAYA bertujuan untuk meningkatkan kompetensi Tutor
PAUD dalam meningkatkan proses pembelajaran anak usia dini.
86
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penjelasan dari gambar diatas HIMPAUDI di Kota Tasikmalaya mengadakan
Pendidikan dan Diklat tingkat dasar pada Tutor Paud di Kota Tasikmalaya, karena
dengan mengadakan Diklat seperti ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas
Tutor PAUD dalam memahami konsep dan manajemen Program PAUD. Dengan
tujuan yang diharapkan Tutor PAUD memahami konsep PAUD, Tutor PAUD
mampu melaksanakan dan mengelola program PAUD, Tutor PAUD memiliki
kemampuan memfasilitasi anak untuk berkreasi, bereksplorasi dan berintegrasi
dengan lingkungannya.
F. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian dan kajian ilmiah yang terdahulu dan
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Implementasi hasil Diklat
Berjenjang Tingkat Dasar Berbasis Kompetensi oleh Tutor PAUD dalam proses
pembelajaran pada anak usia dini.
1. Leni Nuraeni (2010) dengan judul tesis implementasi pelatihan berbasis
kompetensi dalam meningkatkan kinerja (studi pada Pelatihan Berbasis
Kompetensi bagi pekerja Sosial Masyarakat (PSM) Tingkat Dasar di
Kabupaten Bandung). Yang mana hasil penelitiaannya perencanaan program
pelatihan kompetensi cukup baik, hal ini ditandai dengan adanya analisis
kebutuhan pelatihan, rekruitment peserta, rekruitment nara sumber, tujuan
program pelatihan, dan penyusunan program pelatihan.
2. Dani Darmawan (2013) dengan judul tesis Implementasi Manajemen Inovasi
Pendidikan Non Formal (Studi Kasus di Pusat Pengembangan Pendidikan
Anak Usia Dini,Nonformal dan Informal Regional 1 Jaya Giri Bandung) yang
mana hasil penelitiaannya dapat disimpulkan masih perlu adanya proses
asimilasi inovasi pendidikan tersebut kedalam kerangka sistem manajemen
pendidikan non formal sebagai gambaram komprehensif kebutuhan layanan
pendidikan non formal dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang dinamis, bukan yang ada sekarang saja melainkan harus antisipasi dan
determinasi terhadap masalah agar program benar-benar muncul sebagai
solusi.
87
Lulu yuliani, 2016 IMPLEMENTASI HASIL DIKLAT BERJENJANG TINGKAT DASAR BERBASIS KOMPETENSI OLEH TUTOR PAUD DALAM PROSES PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kunarti ( 2008) dengan judul Tesis Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Beyond Centers And Circle Time (BCCT) dan Kurikulum yang sesuai dengan
Perkembangan Anak/Developmentally Appropriate Practice (DAP) Pada
Pendidikan Anak Usia Dini” (Studi Kasus pada Kelompok Bermain Bunga
Bangsa). Yang mana hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa Kelompok
Bermain Bunga Bangsa dalam menerapkan pendekatan pembelajaran BCCT
diawali dengan mempersiapkan tenaga-tenaga pendidik agar memahami benar
tentang BCCT. Dalam pelaksanaan pembelajaran Kelompok Bermain Bunga
Bangsa telah mengacu pada buku pedoman pembelajaran BCCT yang
dikeluarkan Direktorat PAUD Depdiknas, dengan tahapan-tahapan pijakan
lingkungan main, sebelum main, saat main dan setelah main. Adapun evaluasi
pembelajaran dilakukan melalui observasi, dan portofolio. Kekuatan
Kelompok Bermain Bunga Bangsa adalah mampu memanfaatkan rumah
tempat tinggal sebagai tempat pembelajaran, menciptakan alat-alatpermainan
edukatif dari barang bekas serta semangat dan kreatifitas pendidik dalam
melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi terkadang kesulitan untuk
menerapkan sesuai dengan padoman BCCT , kesulitan tersebut adalah masih
terbatasnya buku-buku pendukung sebagai sumber informasi bagi Pendidik.
Recommended