View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Pemasaran
2.1.1 Pemasaran
Istilah pemasaran dalam dunia usaha sudah
tidak asing lagi, banyak orang berpendapat bahwa
pemasaran sama pengertiannya dengan penjualan,
pengiklanan, dan hubungan masyarakat. Selebihnya
mengatakan bahwa pemasaran merupakan suatu
sistem keseluruhan dari aktvitas usaha yang ditujukan
untuk menyusun rencana, menentukan harga,
mempromosikan, serta mendistribusikan barang dan
jasa yang dapat memuaskan kebutuhan baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Basu
Swastha & Handoko 2013:4).
Sesungguhnya pemasaran lebih kompleks dari
aktivitas tersebut. Bagi pelaku usaha aktivitas
pemasaran memegang peranan yang sangat penting
untuk menciptakan perputaran yang memungkinkan
pelaku usaha maupun suatu lembaga dalam
mempertahankan kelangsungan hidupnya dan dalam
rangka pencapaian tujuan. Pendapat lain mengatakan
bahwa konsep pemasaran sebagai fungsi organisasi dan
seperangkat proses untuk kreasi, komunikasi dan
penyampaian nilai kepada para pelanggan dan
mengelola hubungan pelanggan yang memberikan
manfaat bagi organisasi dan para pemangku
12
kepentingan (stakeholders) yang memiliki hubungan
erat dengan organisasi (George E. Belch dan Michael A.
Belch 2007:8). Dari pemikirannya dapat dikaji bahwa
dalam pemasaran faktor advertising dan promotion
memegang peranan penting di mana periklanan yaitu
advertising is as any paid form of nonpersonal
commonikation abaut an organization, product, sevice, or
idea by an identified sponsor. Periklanan adalah bentuk
penyajian dalam bentuk komonikasi non personal
tentang organisasi, produk, jasa atau ide oleh sponsor
yang diketahui). Periklanan dan promosi dilakukan
dalam bentuk komonikasi tersebut ditujukan untuk
mengajak orang melihat, membaca, atau mendengarnya
untuk melakukan sesuatu. Dan pada intinya mereka
lebih menekankan pemasaran itu pada fungsi dan
proses organisasi agar memperoleh hubungan yang erat
antara stakeholder dengan organisasi.
Definisi pemasaran menurut Kotler dam Keller
(2012:5) adalah “Marketing is a social process by which
individuals and groups obtain what they need and want
through creating, offering, and exchanging product and
services of value freely with others”. Pemasaran adalah
suatu proses sosial di mana individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran
produk dan jasa dari nilai bebas dengan pihak lain.
Pemasaran ini bermaksud untuk memperoleh tujuan
yang akan dicapai melalui sistem merencanakan
kegiatan pemasaran dan merakit program pemasaran
yang sepenuhnya dapat terpadu dalam menciptakan,
13
mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai-nilai bagi
konsumen. Kegiatan pemasaran tampil dalam sebuah
bentuk yaitu dari segi bauran pemasaran yang
merupakan seperangkat alat pemasaran dan digunakan
perusahaan untuk mengejar tujuan pemasarannya.
Konsep pemasaran adalah sebuah falsafah
bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan akan
kebutuhan konsumen merupakan syarat utama
ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan atau lembaga (Basu Swastha 2013: 4).
Lembaga yang sudah mengenal tentang konsep
pemasaran untuk mencapai kesuksesan maka
akan mengetahui adanya cara dan falsafah baru
yang terlibat didalamnya dengan tujuan
memberikan kepuasan terhadap keinginan dan
kebutuhan konsumen, atau berorientasi pada
konsumen (consumer oriented).
Sedangkan menurut Marketing Assiation of
Australia and New Zealand yang dikutip oleh Buchari
Alma (2007:3) definisi pemasaran sebagai berikut:
“Pemasaran adalah aktivitas yang memfasilitasi dan
memperlancar suatu hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui tahap-tahap penciptaan,
pendistribusian, promosi, dan penentuan harga dari
barang, jasa, dan ide”.
Dari kutipan tersebut pemasaran dijelaskan
sebagai suatu proses yang membentuk hubungan
antara produsen dengan individu, atau grup dalam
menyampaikan jenis-jenis produk, barang dan jasa
yang ditawarkan untuk memenuhi keinginan pelanggan
14
dan bertujuan mencapai kepuasan yang tinggi melalui
penciptaan produk yang berkualitas.
Pemasaran adalah suatu proses yang berfokus
pada sumber daya manusia dan bertujuan untuk
memanfaatkan peluang-peluang pasar secara global
(Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin 2010:2).
Aktivitas pemasaran (marketing) sebenarnya ditujukan
untuk menciptakan suatu tingkat kepuasan bagi
konsumen atas barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan
dan diinginkan oleh konsumen, sedangkan dari pihak
perusahaan itu sendiri mendapatkan timbal jasa yang
diperoleh atau didapat dari pemenuhan kepuasan yaitu
konsumen.
Pandangan lain tentang konsep pemasaran yaitu
merupakan kunci utama dalam mewujudkan tujuan
organisasi adalah terletak pada kemampuan suatu
organisasi dalam menciptakan, memberikan, dan
mengkomonikasikan (customer value) nilai pelanggan
kepada pasar sasarannya secara efektif (Tjiptono 2008).
Pemasaran diperlukan untuk membantu organisasi
mencapai tujuan utama dengan mencari laba dan
tujuan lainnya adalah mendapatkan dana yang
memadai untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial
serta pelayanan publik.
Bagi perusahaan atau lembaga aktivitas
pemasaran diarahkan demi terciptanya kelangsungan
hidup dan mendapat keuntungan. Berdasarkan
berbagai definisi yang telah dijabarkan menyatakan
bahwa arti pemasaran lebih luas daripada arti
15
penjualan. Pada dasarnya suatu lembaga yang ingin
sukses maka perlu menerapkan konsep pemasaran
yang tepat untuk menempatkan pelanggan sebagai
pusat pencapaian tujuan serta kemampuan lembaga
yang dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan
keinginan pelanggan.
Pemasaran memiliki banyak persamaan persepsi
yaitu sebagai aktivitas yang berorientasi pada
kebutuhan individu pelanggan maupun organisasi
menjadi titik awal aktivitas organisasi. Karena dengan
mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen dapat
menciptakan, menawarkan, menentukan harga yang
sesuai, dan dapat menentukan strategi promosi serta
penyaluran distribusinya. Sehingga tujuan pemasaran
pada akhirnya merupakan wujud program yang
terencana yang terarah di bidang pemasaran untuk
memperoleh suatu hasil yang optimal.
2.1.2 Manajemen
Pada suatu lembaga peran manajemen cukup
penting bila suatu lembaga mempunyai manajer yang
baik maka lembaga akan menjadi besar. Pemahaman
tentang manajemen perlu didalami dari aspek yang
paling besar pula. Menurut kamus besar Bahasa
Indonesia, manajemen merupakan penggunaan sumber
daya secara efektif untuk mencapai sasaran, atau
pimpinan yang bertanggung jawab atas jalannya
perusahaan dan organisasi. Hal itu sesuai dengan
pendapat beberapa pakar bahwa manajemen adalah
proses perencanaan, pengorganisasian kepemimpinan,
16
dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta
pengguna semua sumber yang ada pada organisasi
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya (Stoner 2006). Dari pendapatnya dapat
diartikan manajemen sebagai suatu proses yang terdiri
dari rangkaian aktivitas yang mencakup perencanaan,
pengorganisasian, pergerakan dan pengawasan yang
dilakukan mencapai tujuan yang ditetapkan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya
lainnya.
George R. Terry (2006), merumuskan fungsi
manajemen sebagai POAC (Planning. Organizing,
Actuating, Controlling):
1. Planning merupakan langkah perencanaan untuk
mempersiapkan segala kebutuhan termasuk
memperhitungkan segala kendala yang ada dan
merumuskan pelaksanaan kegiatan.
2. Organizing merupakan langkah yang bertugas
mengharmonisasikan kelompok orang yang
berbeda, mempertemukan berbagai kepentingan
dan manfaat dari seluruh kemampuan ke suatu
arah tertentu.
3. Actuating berarti merangsang anggota kelompok
supaya melaksanakan tugas dengan antusias dan
kemauan yang baik.
4. Controlling atau pengawasan merupakan kegiatan
dalam rangka memantau, membuktikan, dan
memastikan bahwa seluruh kegiatan yang telah
direncanakan dengan matang, diorganisasikan,
17
diperintahkan, dan dikondisikan sebelumnya agar
sesuai dengan target dan tujuan.
Manajemen dapat dikatakan suatu proses
tertentu yang terdiri dari POAC yang dilakukan untuk
menentukan dan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dengan menggunakan manusia dan sumber
daya lain. Suatu proses atau kerangka kerja, yang
melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu
kelompok ke arah tujuan-tujuan organisasional atau
maksud-maksud yang nyata.
Manajemen merupakan ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan (Hasibuan 2000:2). Manajemen
dikatakan sebagai seni karena mengandung arti bahwa
hal itu adalah kemampuan atau keterampilan pribadi
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan
pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan
pengetahuan manajemen. Sedangkan manajemen
dikatakan sebagai suatu proses karena ada cara
sistematis untuk melakukan pekerjaan atau karena
manajemen tanpa memperdulikan kecakapan atau
keterampilan khusus yang mereka miliki. Sehingga
dalam melaksanakan kegiatan tertentu perlu yang
saling berkaitan dengan tujuan yang mereka inginkan.
Manajemen adalah bekerja sama dengan orang-
orang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan
mencapai tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi
perencanaan, organisasi, personalia, pengarahan,
18
kepemimpinan dan pengawasan (T. Hani Handoko
2000:10).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa:
1. Manajemen mempunyai tujuan yang ingin
dicapai.
2. Manajemen merupakan kolaborasi antara
ilmu, proses, dan seni.
3. Manajemen baru dapat diterapkan jika ada
dua orang lebih melakukan kerja sama dalam
suatu organisasi.
4. Manajemen terdiri dari beberapa fungsi yaitu:
perencanaan program, pengorganisasian,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan.
Selain itu menajemen pada dasarnya baru dapat
diterapkan jika:
1. Ada tujuan bersama dan kepentingan yang
sama yang akan dicapai.
2. Ada kerja sama diantara sekelompok orang
dalam ikatan formal dan ikatan tata tertib
yang baik.
3. Ada pembagian kerja, tugas dan tanggung
jawab yang teratur.
4. Ada organisasi untuk melakukan kerja sama.
Berangkat dari pemikiran di atas maka
manajemen sangat penting untuk mengatur semua
kegiatan dalam kehidupan baik di rumah tangga,
sekolah, organisasi, perusahaan, yayasan-yayasan,
pemerintahan dan lain sebagainya. Manajemen yang
baik akan menimbulkan pembinaan kerja sama akan
19
serasi harmonis, saling menghormati dan menghargai
sehingga tujuan dari organisasi akan tercapai secara
optimal. Dari beberapa definisi para ahli di atas dapat
dikatakan bahwa manajemen adalah ilmu, seni, dan
proses perencanaan, perorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan sumber daya organisasi, yang
dilaksanakan dengan orang-orang untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan melalui pengelolaan
sumber daya yang efektif dan efisien.
2.1.3 Manajemen pemasaran
Perusahaan memerlukan berbagai cara untuk
dapat mengatur kegiatan pemasarannya agar sesuai
dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan,
demikian juga lembaga pendidikan diperlukan suatu
pengaturan atau manajemen dalam hal ini adalah
manajemen pemasaran yang tepat agar meningkat
dalam perolehan peserta didik baru.
Menurut Stanton yang dikutip oleh Djaslim
Saladin (2007:3) pengertian manajemen pemasaran
didefinisikan sebagai berikut :
“Manajemen pemasaran adalah suatu proses
analisis, perencanaan, penerapan dan pengendalian
program yang telah dirancang untuk menciptakan,
membangun, dan untuk mempertahankan makna pertukaran yang sebenarnya menguntungkan pasar
sasaran dengan maksud untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi”.
Selain itu, menurut Kotler dan Keller (2012:5),
definisi manajemen pemasaran adalah: “Marketing
management as the art and science of choosing target
markets and getting, keeping, and growing customers
20
through creating, delivering, and communicating superior
customer value”. Manajemen pemasaran sebagai suatu
seni dan ilmu dalam memilih pasar sasaran dan
dengan cara mendapatkan, menjaga, dan tumbuh
pelanggan melalui penciptaan, memberikan, serta
mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Manajemen pemasaran merupakan suatu seni
dan ilmu memilih target pasar dan membangun
hubungan yang menguntungkan dengan target pasar
itu (Benyamin Molan 2008:10). Dapat dipahami dari
dua pengertian tersebut menunjukkan bahwa
manajemen pemasaran merupakan suatu seni dan ilmu
untuk memilih pasar sasaran yang dituju agar dapat
meraih, mempertahankan, serta dapat menumbuhkan
pelanggan dengan melakukan analisis, perencanaan,
penerapan, dan pengendalian program dengan harapan
agar tujuan perusahaan dapat tercapai.
Menurut Laksana (2008:5 dalam Hadiyati 2010),
pemasaran yaitu pertukaran produk yang dilakukan
melalui aktifitas dari bauran pemasaran, yaitu Product,
Price, Promotion dan Place. Manajemen pemasaran
merupakan faktor penting yang harus perusahaan
kuasai agar perusahaan mampu bersaing dengan
kompetitor dalam menjalankan aktivitas produksinya.
Kegiatan yang dapat dilakukan dalam pemasaran
dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk
melihat, mengatur perkembangan dari sebuah tujuan
pemasaran. Segala kegiatan ini dapat diberi nama
manajemen pemasaran.
21
Manajemen pemasaran menurut Philip William J.
Shultz yang dikutip oleh Buchari Alma (2005:130)
adalah: “Manajemen pemasaran adalah perencanaan,
pengarahan, dan pengawasan untuk seluruh kegiatan
pemasaran suatu perusahaan atau bagian dari
perusahaan”.
Manajemen pemasaran adalah suatu analisis,
perencanaan, pelaksanaan serta kontrol program-
program yang telah direncanakan dalam hubungannya
dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan
terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh
keuntungan pribadi maupun bersama (Lupiyoadi
2006:6). Dari kedua definisi itu jika ditelaah pada
prinsipnya hampir sama bahwa manajemen pemasaran
sebagai proses yang mencakup analisis, pelaksanaan,
pengendalian dengan tujuan memperoleh kepuasan
kepada pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Beberapa definisi yang telah dipaparkan di atas,
bahwa manajemen pemasaran merupakan suatu proses
dari fungsi-fungsi manajemen yang mencakup
perencanaan program, pengorganisasian, pelaksanaan
dan pengawasan dari kegiatan pemasaran. Dalam
kegiatan manajemen pemasaran selain melakukan
proses manajemen, terdapat juga proses interaksi sosial
yang terjadi antara anggota pemasar terhadap suatu
individu maupun kelompok. Pada proses ini
manajemen juga harus memperhatikan faktor eksternal
yang mempengaruhi seperti penciptaan, penyerahan,
menjaga hubungan konsumen dengan melihat
22
kebutuhan dan keinginan sehingga tercapainya sasaran
baik bagi konsumen maupun perusahaan itu sendiri.
2.1.4 Manajemen Kesiswaan
Manajemen, menurut Depdikbud adalah suatu
proses untuk memberikan pengawasan pada semua hal
yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan
pencapaian tujuan tertentu. Sementara itu yang
dimaksud dengan kesiswaan ialah segala sesuatu yang
menyangkut dengan peserta didik atau yang lebih
popular dengan istilah siswa.
Manajemen kesiswaan keberadaanya sangat
dibutuhkan di lembaga pendidikan karena siswa
merupakan subjek sekaligus objek dalam proses
transformasi ilmu dan ketrampilan. Manajemen peserta
didik merupakan penataan dan pengaturan terhadap
kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai
dari siswa itu masuk sampai dengan keluar dari suatu
sekolah.
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan
pengaturan terhadap kegiatan anak didik mulai masuk
sampai keluar lokasi sekolah. Dalam arti manajemen
kesiswaan mencakup aspek yang cukup luas yaitu
untuk membantu upaya pertumbuhan dan
perkembangan anak melalui proses pendidikan sekolah
(Mulyasa 2003:45).
Adapun prinsip-prinsip manajemen kesiswaan
yaitu:
1. Manajemen siswa dapat dipandang sebagai
keseluruhan dari manajemen sekolah.
23
2. Segala bentuk kegiatan manajemen harus
mengemban misi pendidikan dalam rangka
mendidik.
3. Kegiatan pendidikan seharusnya diupayakan
untuk mempersatukan perbedaan yang ada pada
diri siswa.
Manajemen kesiswaan bertujuan mengatur
berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar
kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan
teratur.
Beberapa ahli berpendapat bahwa tujuan
manajemen kesiswaan adalah untuk menciptakan
kondisi lingkungan sekolah yang baik serta agar siswa
dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan
pengajaran yang efektif dan efisien. Manajemen peserta
didik juga sebagai usaha pengaturan terhadap peserta
didik tersebut masuk sekolah sampai mereka lulus
sekolah (Imron, dkk 2003:52). Manajemen kesiswaan
ini bermaksud untuk mengatur berbagai kegiatan
dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta
mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Manajemen kesiswaan merupakan kegiatan
pencatatan siswa dari proses penerimaan hingga siswa
tersebut keluar dari sekolah disebabkan telah tamat
(Sutikno 2012:76). Hal ini senada dengan yang
dikemukakan Arikunto, dkk. (2008:57) bahwa
manajemen kesiswaan adalah kegiatan pencatatan
siswa mulai dari proses penerimaan hingga siswa
24
tersebut lulus dari sekolah disebabkan karena tamat
atau sebab lain. Pemikiran tentang manajemen
kesiswaan itu terdapat persamaan tujuan yaitu menata
proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti
pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan
tujuan institusional agar dapat berlangsung secara
efektif dan efisien. Dalam mewujudkan tujuannya,
bidang manajemen kesiswaan sedikitnya memiliki
empat tugas utama yang harus diperhatikan, yaitu
penerimaan murid baru, pencatatan murid dalam buku
induk, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan
pembinaan disiplin. Berdasarkan empat tugas
manajemen kesiswaan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk
pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi
aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat
membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah.
Fungsi manajemen peserta didik sebagai wahana bagi
peserta didik untuk mengembangkan diri seoptimal
mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi
individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan
segi-segi potensi peserta didik lainnya.
2.2 Strategi
Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam
dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan
seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
peperangan. Pada era canggih ini istilah strategi telah
banyak diadopsi di banyak bidang ilmu termasuk
25
bidang ilmu pendidikan dengan pengertian sebagai
suatu garis besar acuan dalam melakukan tindakan
untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan
dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang,
program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber
daya. Pengertian itu diperkuat dengan pendapat David
(2004:228) mengenai strategi merupakan tindakan
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan
jangka panjang. Untuk alasan itulah maka proses
manajemen strategi berikutnya melakukan formulasi
strategi. Strategi adalah suatu langkah untuk mencapai
tujuan yang direncanakan dengan melakukan berbagai
aktifitas termasuk dialamnya kegiatan, pesan, dan
media yang digunakan (Rahmat 2001:201). Dengan
demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan
apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.
Menurut Lynch (dalam Wibisono 2006), strategi
merupakan pola atau rencana yang mengintegrasikan
tujuan utama atau kebijakan suatu lembaga dengan
rangkaian tindakan dalam sebuah pernyataan yang
saling mengikat.
Strategi menurut J. David Hunger & Thomas L.
Wheelen (2003:16) adalah sebagai berikut: “A strategy
of a corporation forms a comprehensive mater plan
stating how the corporation will achieve its mission and
objectives”. Strategi suatu perusahaan atau lembaga
merupakan rumusan perencanaan komprehensif
tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi
dan tujuannya. Strategi biasanya berkaitan dengan
26
prinsip-prinsip secara umum untuk mencapai misi
yang dicanangkan lembaga, serta bagaimana lembaga
memilih jalur yang spesifik untuk mencapai misi
tersebut. Untuk itu strategi dapat dikatakan suatu
proses untuk menentukan arah yang harus dituju oleh
lembaga agar misinya tercapai dan sebagai daya dorong
yang akan membantu lembaga dalam menentukan
produk, jasa, dan pasarnya di masa depan.
Strategi (strategy) bagi para manajer adalah
rencana main suatu perusahaan atau lembaga.
Strategi mencerminkan kesadaran perusahaan atau
lembaga mengenai bagaimana, kapan dan di mana ia
harus bersaing menghadapi pesaing dan dengan
maksud dan tujuan untuk apa rencana berskala besar
tersebut, adapun tujuan ke masa depan yang dimaksud
untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi
mencapai tujuan perusahaan (John A. Pearce II &
Richard B. Robinson 2008:6). Strategi merupakan
rencana permainan perusahaan. Meskipun tidak
merinci seluruh pemanfaatan manusia, keuangan dan
material di masa depan, rencana tersebut menjadi
kerangka bagi keputusan manajerial. Strategi
mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai
bagaimana, kapan, dan dimana perusahaan akan
bersaing, dengan siapa perusahaan sebaiknya bersaing,
dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing.
Berangkat dari pemikiran ini mengenai beberapa
pengertian strategi dapat dikaji bahwa strategi
merupakan alat untuk mencapai tujuan lembaga
dengan memperhatikan faktor-faktor perubahan
27
lingkungan baik eksternal maupun internal karena
sangat menentukan kekuatan dan kelemahan lembaga,
sehingga dapat disusun strategi untuk mencapai
keunggulan kompetitif lembaga. Dengan adanya
persaingan yang semakin kompetitif, suatu lembaga
dihadapkan pada penentuan strategi yang tepat dalam
pengelolaan kinerjanya. Penentuan strategi akan
dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja dalam
mewujudkan sasaran–sasaran kerja yang telah
ditentukan oleh manajemen lembaga. Untuk mencapai
sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh lembaga
dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka
kepala sekolah dan para guru, haruslah bekerja dalam
sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan
strategis. Kemampuan dan keunggulan sekolah harus
dipergunakan secara tepat, sehingga dapat menjadi
sebuah keunggulan dalam memajukan lembaganya.
Tujuan dari perencanaan strategis ialah manajemen
dan perencanaan strategi untuk mendapatkan
keuntungan maksimal dan keberlanjutan lembaga
dengan berbasiskan kinerja lembaga.
Jika pahami lebih lanjut antara pengertian
menejemen yang meliputi perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian, pengendalian atas keputusan-
keputusan dan tindakan-tindakan lembaga, dengan
pengertian strategi yang merupakan alat atau sarana
yang digunakan untuk mencapai tujuan jangka
panjang dari suatu lembaga, serta pendayagunaan dan
alokasi semua sumber daya yang penting untuk
mencapai tujuan tersebut maka dari keduanya saling
28
berhubungan. Karena manajemen dalam mengambil
suatu keputusan juga harus dilandasi oleh pemikiran
yang bersifat strategi. Hal-hal yang bersifat strategi ini
sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yang
dihadapi lembaga.
Dengan demikian strategi dalam sebuah lembaga
sangat diperlukan supaya langkah-langkah yang akan
dilakukan demi kepentingan lembaga lebih terarah dan
mencapai hasil yang diinginkan termasuk di SDN 1
Gambasan terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan
perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi
inti (core competencies). Maka sekolah perlu mencari
kompetensi inti di dalam bersaing yang dilakukan.
2.3 Strategi Bersaing
Strategi bersaing berawal dari pemikiran
bagaimana perusahaan dapat secara aktual
menciptakan dan mempertahankan keunggulan dalam
industrinya dan upaya perusahaan atau lembaga dalam
mengimplementasikan strategi generik (Suyanto
2003:2). Demikian juga jika diterapkan pada lembaga
pendidikan maka sekolah dituntut untuk mampu
bersaing agar dapat bertahan dan berkembang lebih
maju sejalan dengan kebutuhan pelanggan dan
mengikuti alur perkembangan zaman termasuk di
dalamnya proses penerimaan peserta didik baru. Oleh
karenanya sekolah yang memiliki strategi bersaing
yang tepat maka akan mampu menghadapi
kerasnya persaingan ataupun krisis yang terjadi di
dalam perjalanan sekolah. Kompetitisi tidak hanya
29
menyangkut efisiensi penyelenggaraan pendidikan
namun lebih kepada keunggulan yang dimiliki oleh
lembaga pendidikan yang meliputi semua aspek
pendidikan yaitu aspek input, proses, dan output
(Purwanto 2011).
Strategi bersaing adalah strategi bisnis yang
berfokus pada peningkatan posisi bersaing produk dan
jasa perusahaan dalam industri atau segmen pasar
tertentu yang dilayani perusahaan dan mengatasi
masalah bagaimana perusahaan dan pesaingnya dapat
bersaing dalam bisnis dan industri (Hunger dan
Wheelen 2006). Dalam mengatasi permasalahan yang
dilakukan oleh perusahaan dengan menemukan cara
khusus dalam berbisnis yaitu dengan menyediakan
produk atau jasa inovasi terbaru yang belum dilakukan
oleh pesaing-pesaingnya. Inovasi adalah suatu adopsi
dari produk-produk atau proses-proses baru. Baik
inovasi proses maupun inovasi produk dapat dilakukan
secara agresif untuk menyerang pesaing-pesaing atau
untuk meniru atau menetralkan inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh pesaing.
Menurut Kotler dan Amstrong (2012) pesaing
sangat penting untuk dipelajari supaya bisa membuat
suatu strategi pemasaran yang efektif. Suatu
perusahaan perlu untuk mengidentifikasi strategi,
tujuan, kekuatan, kelemahan dan pola reaksi
pesaingnya.
Strategi bersaing merupakan suatu rencana
untuk pembagian dan penggunaan kekuatan suatu
lembaga dan material pada daerah-daerah tertentu
30
untuk mencapai tujuan tertentu bagi suatu lembaga
(Tjiptono 2000). Diharapkan pada akhirnya produk
yang dihasilkan dapat merupakan pemahaman
subyektif dari produsen atas suatu yang bisa
ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan
melalui pemenuhan dan keinginan konsumen sesuai
dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta
minat pasar.
Pola umum peta persaingan dalam pasar
biasanya melibatkan lima kekuatan yang masing–
masing saling menekan untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal (Hariadi, Bambang 2003:49). Kekuatan-
kekuatan tersebut berasal dari 5 kekuatan persaingan
dalam lembaga :
a. Ancaman Pendatang Baru (The Threat of New
Entrants).
Pendatang baru dalam suatu lembaga membawa
kapasitasi yang baru pula, keinginan untuk
memperoleh pangsa pasar dan sumber daya yang
substansial.
b. Daya Tawar Pelanggan (The Bargaining Power of
Costumers).
Pelanggan juga dapat menekan harga menurut
kualitas lebih tinggi atau layanan lebih baik.
c. Daya Tawar Pemasok (The Bargaining Power of
Suppliers).
Pemasok dapat mempergunakan kekuatan daya
tawar untuk peserta dalam lembaga.
d. Ancaman Produk atau Jasa Subtitusi (The Threat of
Substitutes Products or Services).
31
e. Produk lembaga sering menghadapi persaingan
yang ketat dengan produk dari lembaga lain yang
dapat menjadi alternative bagi konsumen untuk
memilih.
f. Persaingan Diantara Kontestan Yang Ada (The
Jockeying Among Current Contestants or Rivalry
Among Existing Firms). Persaingan diantara pesaing
yang ada dengan mengambil bentuk yang sama
dalam memperebutkan posisi dengan
menggunakan strategi-strategi seperti, kompetisi
harga, pengenalan produk, dan persaingan
advertensi.
Strategi bersaing adalah menghubungkan
lembaga dengan lingkungannya walaupun lingkungan
yang relevan sangat luas, mencakup kekuatan-
kekuatan sosial dan juga kekuatan ekonomi terutama
aspek kuncinya adalah lingkungan lembaga di mana
lembaga tersebut bersaing (Porter 2007). Strategi
bersaing ini ditujukan dapat digunakan dengan cara
memberikan kelengkapan produk, fasilitas yang
memadai dan dirancang sedemikian rupa dengan
memperhatikan faktor sosial, budaya, ekonomi serta
pemilihan lokasi sehingga mampu bersaing dengan
pesaing-pesaing yang lebih unggul.
Strategi bersaing di sekolah juga akan mampu
untuk bertahan dan bahkan akan berkembang dari
waktu ke waktu meskipun dihadapkan dengan
persaingan jika menerapkan strategi bersaing yang
efektif yaitu yang mencakup tindakan-tindakan
menyerang atau bertahan guna untuk menciptakan
32
posisi bertahan yang aman. Adapun tujuan strategi
bersaing yaitu untuk membina posisi di mana suatu
lembaga dapat melindungi diri sendiri dengan sebaik-
baiknya terhadap kekuatan tekanan pesaingan atau
dapat mempengaruhi tekanan tersebut secara positif.
Dalam penentuan strategi bersaing suatu
lembaga pendidikan perlu mempertimbangkan dari
masing-masing kategori sekolah apakah termasuk
kategori besar, maju atau berkembang dapat
menentukan strategi tertentu yang tidak mungkin
dilakukan oleh sekolah lain yang tergolong kategori
kecil. Tapi tidak menutup kemungkinan sekolah yang
lebih kecil untuk menentukan strateginya sendiri agar
mampu menghasilkan keuntungan yang lebih besar
atau setidaknya setara jika dibanding sekolah
tergolong kategori besar.
Dengan demikian SDN 1 Gambasan sebagai
salah satu sekolah kategori berkembang perlu
memilih strategi keunggulan yang tepat yang dapat
diterapkan yang sesuai dengan kondisi kebutuhan
lembaga.
2.3.1 Keunggulan Biaya
Keunggulan biaya atau dikenal Cost Leadership
merupakan strategi generik yang paling jelas di antara
ketiga strategi generik yang ada. Ketika sebuah
lembaga mampu menghasilkan produk yang lebih
dengan biaya rendah maka lembaga tersebut baru
dikatakan unggul dibandingkan pesaingnya.
33
Dalam strategi keunggulan biaya, suatu
lembaga berusaha menjadi produsen berbiaya rendah
dalam bidangnya. Biaya rendah adalah kemampuan
sebuah unit bisnis atau suatu lembaga untuk
merancang, membuat, dan memasarkan sebuah
produk sebanding dengan cara yang lebih efisisen
dari pada pesaingnya (Hunger & Wheelen 2003). Posisi
biaya rendah membuat sekolah mampu bertahan
terhadap persingan harga yang terjadi. Namun
keunggulan sekolah juga tidak selalu harus
memberikan harga yang selalu murah, akan tetapi
sekolah boleh memberikan harga yang lebih tinggi
asal pelanggan harus merasakan nilai tambah
yang lebih besar dibandingkan harganya.
Dengan harga setara atau sedikit lebih rendah
dari pada harga pesaingnya, posisi biaya rendah dari
sekolah yang unggul biaya ini akan terwujud dalam
bentuk keuntungan yang didapat lebih tinggi (Porter
2007). Strategi ini menginplementasikan berbagai
susunan, prosedur kontrol, dan sistem intensif
lembaga. Maka jika sekolah dapat mempertahankan
keunggulan biaya menyeluruh, sekolah ini akan
menjadi sekolah yang prestasinnya di atas atau
mendekati rata-rata dalam bidang pendidikan.
Strategi biaya tidak menjadi masalah di SDN
1 Gambasan mengingat sekolah ini merupakan
salah satu lembaga yang berstatus negeri dan
terbentur dengan kebijakan pemerintah dalam
penyelenggaraan sekolah gratis maka lembaga
tidak diperkenankan untuk memungut biaya
34
apapun dari peserta didik maka untuk
melaksanakan program sekolah disediakan dana
operasional sekolah.
Dalam penelitian Ike Septiyorini dkk. (2012)
dengan judul Analisis Penggunaan Strategi Generik
Terhadap Kinerja Pada Lembaga Pendidikan Luar
Sekolah Di Kota Malang, bahwa strategi keunggulan
biaya memerlukan konstruksi agresif dari fasilitas skala
yang efisien, usaha yang giat untuk mencapai
penurunan biaya karena pengalaman, pengendalian
biaya dan overhead yang ketat, penghindaran
pelanggaran marjinal, serta meminimalkan biaya.
Memiliki posisi biaya rendah akan membuat
perusahaan atau lembaga mendapatkan hasil laba di
atas rata-rata dalam kinerjanya meskipun ada
kekuatan persaingan yang besar. Posisi biayanya
memberikan kepada lembaga tersebut ketahanan
terhadap rivalitas dari para pesaing, karena biayanya
yang lebih rendah memungkinkan untuk tetap dapat
menghasilkan laba setelah para pesaingnya
mengorbankan laba mereka demi persaingan. Posisi
biaya rendah melindungi lembaga dari pelanggan yang
kuat karena pelanggan hanya dapat menggunakan
kekuatannya untuk menekan para pesaing yang paling
efisien berikutnya gugur, dan karena pesaing yang
paling kurang efisien akan merupakan lembaga yang
pertama menderita dalam menghadapi tekanan
persaingan.
Strategi keunggulan biaya adalah suatu strategi yang
berupaya meminimalkan biaya-biaya yang dikeluarkan pada
35
aktivitas operasional agar dapat menekan biaya perkuliahan
bagi mahasiswa (Juhari Mas’udi 2013). Upaya yang biasa
dilakukan mungkin mengkombinasikan dan mengkaitkan
dengan berbagai kegiatan. Dengan konskuensi dapat
menekan biaya dengan aktivitas rantai nilai seperti masukan
(input), proses, keluaran (output), pemasaran, pelayanan,
fasilitas, teknologi, SDM).
Strategi keunggulan biaya adalah seperangkat aktivitas
yang dilakukan industri manufaktur pada saat
berlangsungnya proses produksi dan penyerahan barang
dengan biaya yang sama atau lebih rendah dibanding pesaing
(Ibrahim Ingga 2009). Keunggulan biaya merupakan strategi
yang paling jelas dari ketiga strategi generik. Dengan konsep
ini, perusahaan bersiap menjadi produsen berbiaya rendah di
dalam industrinya. Sumber keunggulan biaya bervariasi dan
bergantung pada stuktur industri.Produsen berbiaya rendah
harus menemukan dan mengeksploitasi semua sumber
keunggulan biaya. Apabila perusahaan dapat mencapai dan
mempertahankan keseluruhan keunggulan biaya, maka
perusahaan akan menjadi perusahaan berkinerja tinggi di
dalam industrinya asalkan perusahaan dapat menguasai
harga pada rata-rata industri.
Dari pemikiran ini strategi keunggulan biaya
dapat membuat lembaga mampu bertahan terhadap
persaingan harga bahkan menjadi pemimpin
pasar (market leader) dalam menentukan harga dan
memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi (di
atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif
dalam efisiensi dan kefektifan biaya. Untuk dapat
menjalankan strategi biaya rendah, sebuah lembaga
36
harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang,
yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi
ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa
keunggulan di bidang sumber daya sekolah, yaitu: kuat
akan modal, trampil pada rekayasa proses (process
engineering), pengawasan yang ketat, serta biaya
promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi,
lembaga harus memiliki: kemampuan mengendalikan
biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik,
insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis
hasil).
2.3.2 Diferensiasi
Strategi generik diferensiasi merupakan salah
satu strategi organisasi yang memberikan perbedaan
yang lebih unik daripada pesaing, sehingga dengan
perbedaan tersebut konsumen dapat memiliki nilai
yang lebih tinggi (Porter 2007). Dari konteks tersebut
maka strategi diferensiasi terletak pada perbedaan
target pangsa pasar yang dituju. Mendiferensiasikan
produk atau jasa yang yang ditawarkan suatu lembaga,
dengan cara menciptakan sesuatu yang baru secara
menyeluruh sebagai hal unik.
Diferensiasi adalah cara merancang perbedaan
yang berarti untuk membedakan penawaran
perusahaan dari penawaran pesaingnya (Kotler 2006).
Dalam pengertian strategi diferensiasi merupakan
suatu strategi yang dapat memelihara loyalitas
pelanggan dimana dengan menggunakan strategi
37
diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih
dibandingkan dengan produk lainnya.
Konsep dasar strategi diferensiasi yaitu
menuntut sekolah untuk memiliki keistimewaan-
keistimewaan yang bisa membedakan dirinya dari
para pesaing (Wijaya 2008). Dalam pengertian prinsip
dasar dari strategi diferensiasi yaitu menggunakan
diferensiasi (diferentiation) untuk melayani pasar
tertentu dengan lebih baik dari pada pesaingnya. Untuk
itu perlu dipilih strategi yang tepat dalam menciptakan
posisi yang aman dalam mengatasi kekuatan
persaingan, meskipun dengan cara yang berbeda.
Berdasar beberapa pendapat tentang diferensiasi
diperoleh gambaran bahwa diferensiasi merupakan
suatu kegiatan merancang serangkaian keunikan agar
dapat membedakan penawaran produk lembaga dengan
pesaingnya melalui upaya memberikan unique benefit
dan nilai tambah bagi pelanggan sehingga lembaga
memperoleh keunggulan bersaing. Keunikan suatu
lembaga merupakan nilai jual pokok yang menonjolkan
kekuatan lembaga sehingga membentuk persepsi
kualitas yang lebih dibanding pesaing.
Dalam penelitian Dini Suci Ramadhani dan Dr.
Ratni Prima Lita, S.E., M.M. yang berjudul Pengaruh
Strategi Diferensiasi Terhadap Keunggulan Bersaing
(Studi Kasus Pada Konsumen Damarindo Digital
Printing di Padang) dijelaskan bahwa diferensiasi
berarti produk atau jasa memiliki tidak saja
keberbedaan dengan produk atau jasa yang sudah ada,
melainkan juga merupakan titik keunggulan
38
dibandingkan yang lainnya itu. Tetapi, diferensiasi
tidak berarti asal berbeda, sehingga kalau sudah
berbeda berarti pasti memiliki titik keunggulan yang
dimaksud (Catur Sugiyanto 2007). Esensi dari strategi
diferensiasi adalah lembaga yang dapat memberikan
perbedaan lebih unik dari pada pesaing, sehingga
dengan perbedaan itu konsumen memiliki nilai yang
lebih tinggi. Sehingga dengan menerapankan strategi
diferensiasi, lembaga akan dapat memperoleh
keunggulan diferensiasi lembaga.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ferdinand (2003
dalam penelitian Dwi Lestari 2005) yang berjudul
Analisis Strategi Diferensiasi Yang Mempengaruhi
Keunggulan Bersaing Dan Pengaruhnya Terhadap
Kinerja Pemasaran yang menyatakan bahwa
keunggulan diferensiasi adalah bawaan suatu
perusahaan dapat digambarkan sebagai posisi unik
yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan. hal ini
juga berlaku bagi para pesaing. Keunggulan diferensiasi
dapat dicapai melalui pemanfaatan berbagai sumber
daya yang dimiliki perusahaan dalam memberikan.
Adapun menurut Kartajaya (2001:137 dalam
Nugroheni 2014), bahwa rumusan diferensiasi
berdasarkan 3 dimensi diferensiasi, diantaranya :
1. Konten (content)
Dimensi diferensiasi yang menunjuk pada
pertanyaan value apa yang perusahaan tawarkan
kepada konsumen? Hal ini merupakan bagian
tangible dari diferensiasi. Content differentiation
39
sebagai penawaran utama dari produk dan
perusahaan kepada pelanggan.
2. Konteks (context)
Merupakan dimensi yang menunjuk pada (how to
offer) bagaimana cara perusahaan menawarkan
value kepada pelanggan? Dimana perusahaan
membedakan diri dari pesaing berdasarkan pada
cara menawarkan value ke pelanggan.
3. Infrastruktur (infrastructure)
Faktor pemungkin (enable) terealisasikannya
diferensiasi konten, menunjukan pada perbeban
terhadap pesaing berdasarkan kemampuan
teknologi (technology) kapabilitas SDM (people) dan
kepemilikkan fasilitas (facility) untuk mendukung
menciptakan diferensiasi konten dan konteks
diatas.
Diferensiasi merupakan upaya menciptakan
pembedaan baik dari sisi konten, kontek maupun
infrastruktur dan diferensiasi dibentuk tidak hanya
berbeda tetapi harus memiliki diferensiasi yang kokoh
dalam jangka panjang. Menurut Kartajaya (2004:148),
terdapat tiga kriteria sebagai acuan penentuan
diferensiasi, yaitu :
1. Menciptakan excellent value
Sebuah diferensiasi harus mampu menciptakan
excellent value kepada pelanggan yang ada sehingga
perbedaan tersebut memiliki makna yang lebih di
mata pelanggan.
40
2. Keunggulan bersaing
Strategi diferensiasi perusahaan/lembaga harus
merupakan keunggulan dibandingkan para
pesaingnya. Sebuah diferensiasi akan kokoh jika
mencerminkan perbedaan dengan pesaing dan
perbedaan tersebut mencerminkan keunggulan dari
penawaran perusahaan.
3. Memiliki keunikan
Agar diferensiasi kokoh dan sustainable, maka
harus memiliki uniqueness sehingga tidak mudah
untuk ditiru oleh pesaing. Untuk tidak mudah
ditiru maka seperti yang dikemukakan Michael
Porter maka diferensiasi harus tersusun atas
sekumpulan sistem aktivitas (activity system) yang
saling terkait di mana antar aktivitas-aktivitas
tersebut saling menunjang secara konstruktif
dengan lainnya.
Berdasar beberapa pendapat tentang diferensiasi
diperoleh gambaran bahwa diferensiasi merupakan
suatu kegiatan merancang serangkaian keunikan agar
dapat membedakan penawaran produk lembaga dengan
pesaingnya melalui upaya memberikan unique benefit
dan nilai tambah bagi pelanggan sehingga lembaga
memperoleh keunggulan bersaing. Keunikan suatu
lembaga merupakan nilai jual pokok yang menonjolkan
kekuatan lembaga sehingga membentuk persepsi
kualitas yang lebih dibanding pesaing.
Dari paparan itu SD Negeri 1 Gambasan telah
memiliki keunggulan bersaing yang dapat ditawarkan
41
yaitu keunggulan dalam peraihan UN sedang keunikan
yang dimiliki strategi kelompok belajar siswa kelas enam
yang terbimbing oleh guru kelas. Namun hal itu dirasa
belum cukup untuk menarik minat calon peserta didik
baru maka perlu mengkaji ulang diferensiasi sekolah
yang tepat agar membuat sekolahnya terus unggul
dalam bersaing. Dengan mendapat kepercayaan,
kesetiaan pelanggan, serta mendapatkan hasil yang
lebih dari biaya diferensiasi yang dikeluarkan serta
dapat mencegah para pesaing mengembangkan cara
untuk meniru hal unik yang diterapkan (David 2008).
2.3.3 Fokus
Strategi generik yang ketiga adalah fokus. Strategi
fokus merupakan strategi yang tepat untuk
mengahasilkan laba diatas rata-rata dalam suatu
industri karena strategi ini menciptakan posisi yang
aman untuk mengatasi kekuatan persaingan,
meskipun dengan cara yang berbeda dari strategi
keunggulan biaya (M. Porter 2007:74). Strategi fokus
dalam suatu perusahaan atau lembaga dapat
mengomtimumkan strateginya untuk segmen target
yang dipilih, lembaga fokus berupaya mencapai
keunggulan bersaing dalam segmen targetnya walaupun
perusahaan ini tidak memiliki keunggulan bersaing
secara menyeluruh.
Dalam penelitian Suyanto (2009) yang berjudul
Strategi Bisnis dari Michael E. Porter, bahwa strategi
fokus merupakan strategi unit bisnis yang
memfokuskan diri pada satu atau lebih segmen pasar
42
yang sempit dari pada mengejar pasar yang lebih besar.
Strategi fokus sebaiknya dapat diterapkan untuk
memperoleh keunggulan bersaing sesuai dengan
segmentasi dan target pasar yang diharapkan. Dengan
strategi ini pula lembaga dapat memusatkan produknya
untuk melayani sebagian kecil segmen pasar dan tidak
melayani pasar secara luas.
Strategi generik fokus digunakan untuk
membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen
pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan
untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya
relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya
untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga.
Dalam pelaksanaannya terutama pada lembaga
pendidikan kategori berkembang, strategi fokus
diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi
generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi
pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa
digunakan oleh pemasok niche market (segmen
khusus/khas dalam suatu pasar tertentu yang disebut
pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan
suatu produk jasa khusus.
2.4 Rencana Strategis
Penyusunan rencana strategis merupakan tahap
awal untuk menentukan peluang yang akan diterapkan
pada strategi yang akan derencanakan. Menurut James
& Edward (dalam Umar 2002), rencana strategis
merupakan rencana yang dilakukan oleh para manajer
puncak dan menengah untuk mencapai tujuan
43
organisasi yang lebih luas. Oleh karenanya kepala
sekolah sebagai seorang manajer dalam penerapannya
di sekolah perlu membuat suatu rencana strategis yang
dikoordinasi dengan guru-guru untuk dijalankan
bersama.
Renstra merupakan rencana-rencana yang
berlaku bagi seluruh organisasi, menentukan sasaran
umum organisasi tersebut, dan berusaha menempatkan
organisasi dan berusaha menempatkan organisasi
tersebut dalam lingkungannya (Robbins & Coulter
2009). Dengan maksud agar rencana strategis sekolah
yang dibuat dapat menempatkan sekolah sesuai posisi
di lingkungannya. Selain itu rencana strategis dapat
membantu memberikan arahan yang tepat mengenai
bagaimana cara memanfaatkan berbagai alat bantu
perencanaan. Hal ini ini sesuai dengan pendapat Anglin
(2003) bahwa rencana strategis yaitu suatu proses
membantu organisasi menjadi lebih produktif dan
mempunyai arah yang jelas bagi perjalanan bagi sebuah
organisasi pada mas depan dengan menggunakan
berbagai macam alat perncanaan seperti
konstituen/pihak, dokumen yang ada, program internal
organisasi atau perangkat keras.
Renstra dapat sebagai suatu cara dalam
mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan sumber-
sumber yang ada supaya lebih afisien dan efektif,
dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau
yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh
siapa (Tjokroamidjojo 2000). Dalam arti tujuan sebaik-
baiknya/maximum output dapat dicapai dengan cara
44
membuat rencana strategis yang tepat dengan sumber
yang diperoleh secara efektif dan efisien.
Rencana strategi merupakan suatu rencana
organisasi yang berkenaan dengan bagaimana
organisasi itu menyelaraskan kekuatan dan kelemahan
internalnya dengan peluang dan ancaman eksternal
untuk mempertahankan keunggulan kompetitif (Dessler
2008).
Berdasar dari beberapa pendapat mengenai
rencana strategis secara garis besar bahwa renstra
dimaksudkan untuk mengembangkan manajemen
strategis dalam mencapai tujuan program sekolah.
Suatu proses rencana manajemen strategis difungsikan
dalam menganalisis lingkungan strategis baik yang
langsung maupun tidak terhadap pelaksanaan tugas
pokok.
Tahapan Rencana Strategis menurut Jhon M.
Bryson (2004) terdapat delapan tahapan menyusun
rencana strategi, yaitu: (1) Memprakarsai dan
menyepakati proses perencanaan, (2) Memperjelas
makna organisasi, (3) menciptakan visi organisasi yang
efektif bagi masa depan, (4) memperjelas misi dan nilai-
nilai organisasi, (5) menilai lingkungan eksternal;
peluang dan tantangan, (6) menilai lingkungan internal;
kekuatan dan kelemahan, (7) mengidentifikasi isu
strategis yang dihadapi organisasi, (8) merumuskan
strategi untuk mengelola isu.
SDN 1 Gambasan terkait program strategis
pengembangan sekolah sudah banyak yang
45
direalisasikan namun secara manajemen belum dibuat
rencana strategis program pengembangan secara
sistematis dan baru dimiliki RKS tahunan. Untuk itu
peneliti dengan pertimbangan pihak sekolah menyusun
draft renstra bidang kesiswaan dengan sistematika
sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Dasar Hukum
D. Sitematika
BAB II Profil Sekolah
A. Deskripsi Sekolah
B. Visi, Misi, dan Tujuan
C. Kesiswaan
D. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
E. Sarana dan Prasarana
F. Prestasi
BAB III Analisis Lingkungan dan Program Strategis
A. Isu-isu Strategi Sekolah
B. Analisis Lingkungan
C. Analisis Pendidikan Saat ini
D. Analisis Kondisi 4 Tahun ke Depan
E. Penetapan Program-program Strategis
F. Penetapan Program-program dalam Mengatasi
Akar Masalah
G. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan
BAB IV Implementasi Rencana Strategis
A. Sistem Prosedur Pelaksanaan Rencana Strategis
46
B. Koordinasi Pelaksanaan Rencana Strategis
C. Monitoring Dan Evaluasi
BAB V Penutup
2.5 Diagram Tulang Ikan (Fishbone
Diagrams)
Fishbone Diagrams (Diagram Tulang Ikan)
merupakan konsep analisis sebab akibat yang
dikembangkan oleh Dr. Kaoru Ishikawa dari Jepang
untuk mendeskripsikan permasalahan dan
penyebabnya dalam bentuk menyerupai kerangka
tulang ikan.
Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari
diagram fishbone (Ishikawa) adalah permasalahan
mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram
atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.
Diagram tulang ikan dapat dipergunakan untuk :
1. Membantu memfokuskan dalam
mengidentifikasi penyebab masalah dari
suatu masalah.
2. Membantu membangkitkan ide-ide untuk
solusi suatu masalah.
3. Membantu dalam pencarian fakta lebih
lanjut.
4. Mengidentifikasi tindakan untuk
menciptakan hasil yang diinginkan.
5. Membuat issue yang berkembang.
6. Menghasilkan ide baru.
47
FISHBONE DIAGRAM
Cause Effect
Gambar 2.1 Sebab Akibat Fishbone (Ishikawa)
Langkah-Langkah Pembuatan Diagram Tulang
Ikan (Fishbone Diagrams) sebagai berikut:
1. Menyepakati permasalahan utama yang terjadi dan
diungkapkan bahwa masalah tersebut merupakan
suatu pernyataan masalah (problem statement).
Masalah merupakan perbedaan antara kondisi
yang ada dengan kondisi yang diinginkan menurut
W. Pounds (dalam Robbins dan Coulter, 2012),
pada langkah awal ini, harus dilakukan
kesepakatan terhadap sebuah pernyataan masalah
(problem statement). Pernyataan masalah yang
dimaksud diinterpretasilan sebagai effect atau
akibat secara visual dalam fishbone seperti kepala
ikan. Selanjutnya menuliskan problem statement
disebelah kanan diagram dan menggambar sebuah
tempat (kotak/lingkaran) yang mengelilingi tulisan
pernyataan masalah tersebut dan membuat panah
horizontal panjang menuju ke arah
kotak/lingkaran.
2. Mengidentifikasi kategori penyebab masalah yang
mungkin.
Kategori 1
Kategori 3
Kategori 2
Ma
teri
als
(sa
rpr
as)
Kategori 4
Problem
48
Identifikasi penyebab dilakukan dengan metode
brainstorming. Menurut Wibisono (2006 dalam FP
Sitepu 2011), penyebab permasalahan diagram
Ishikawa (Ishikawa's diagram) dapat
dikelompokkan dalam empat kategori (sudah
dimodifikasi) yaitu:
1) Place (tempat/lingkungan)
2) Materials (sarpras)
3) People (staff/guru)
4) Polices (kebijakan/aturan)
3. Menemukan sebab potensial
Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal
sehingga banyak tulang kecil keluar dari garis
diagonal.
4. Mengkaji kembali kategori sebab utama
Setelah menemukan penyebab potensial dari setiap
penyebab yang mungkin, kemudian dikaji kembali
urutan penyebab hingga ditemukan akar
penyebabnya.
5. Mencapai kesepakatan
1) Setelah proses interpretasi dengan melihat
penyebab yang muncul secara berulang,
didapatkan kesepakatan melalui konsensus
tentang penyebab yang paling mungkin dan
tanyakan, “Mengapa ini sebabnya?”.
2) Pertanyaan “Mengapa” akan dapat membantu
sampai pokok permasalahan teridentifikasi.
49
3) Tanyakan “Mengapa” berulang kali (5 W)
sampai pertanyaan tidak bisa terjawab lagi
sehingga pada akhirnya dapat dilakukan
pemilihan penyebab yang paling penting dan
dapat diatasi.
2.6 Penelitian yang Relevan
Dari beberapa penelitian strategi bersaing telah
dilakukan baik dalam dunia pendidikan maupun dunia
bisnis. Satu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh
Aep Saepudin dan Ai Marlina (2013) dengan berjudul
The Effects Of Institution Service Quality On Student
Satisfaction Of SMPN 3 Cibadak, Sukabumi, dengan
tujuan peningkatan kualitas layanan lembaga dalam
layanan penggunaan produk sekolah untuk memenuhi
kebutuhan atau kepuasan pelanggan. Analisis
menunjukkan bahwa kualitas pelayanan SMPN 3
Cibadak, Sukabumi secara bersamaan memberikan
pengaruh signifikan terhadap kepuasan siswa dan
menarik minat calon siswa terhadap sekolah tersebut.
Penelitian lain dilakukan oleh Simeon Ozuombab,
Obinwa Christian (2014) dengan judul Strategies for
Improving Quality of Education in Nigeria through the
Use of Community Informatics Social E-Learning Network
Nicholas A. Esenea, ini menyajikan Komunitas
Informatika Sosial E-learning Jaringan (CISEN) strategi
yang menggunakan pendekatan berbasis masyarakat
untuk mengidentifikasi dan mengatasi tantangan yang
dihadapi pendidikan di berbagai komunitas di seluruh
Nigeria. Strategi fokus CISEN pada membawa bersama-
50
sama para pemangku kepentingan di setiap komunitas
lokal untuk menciptakan kesadaran, mengidentifikasi
isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan,
mengembangkan program pendidikan yang sesuai yang
akan membahas isu yang diangkat dan meningkatkan
kualitas pendidikan di masyarakat setempat sehingga
menumbuhkan minat komunitas local terhadap
lembaga.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Jubelina
dengan judul Strategi Bersaing Sekolah Kristen Lentera
Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
strategi bersaing yang tepat untuk diterapkan di
sekolah tersebut agar dapat bertahan dalam
menghadapi sekolah lain sebagai pesaingnya. Hasil
analisis penelitian mengindikasikan bahwa sekolah
tersebut hanya menerapkan strategi generic diferensiasi
sesuai dengan kondisi lembaga namun tidak
menjalankan strategi biaya maupun strategi focus
dalam menarik minat masyarakat ataupun dalam
menghadapi persaingan dengan sekolah lain.
Penelitian lain yang senada juga dilakukan oleh
Taylor & Francis (2015) dengan judul School-to-school
cooperation as a strategy for improving student outcomes
in challenging contexts, dengan menunjukkan hasil
bahwa sekolah berpotensi menjanjikan upaya
kolaboratif di mana sekolah bekerja sama untuk
kepentingan semua siswanya. Fokusnya adalah pada
sekolah-sekolah yang terletak jauh dari kota dan
daerah pinggiran kota agar yang paling diuntungkan
dari lingkungan masyarakat tersebut. Ini adalah
51
sekolah di mana pendapatan dan pekerjaan tingkat
orangtua masih menengah ke bawah.
Peneliti senada juga dilakukan oleh Nevi Olivia
Noya (2013) yang berjudul Strategi Bersaing Sekolah
Menengah Atas Kristen 1 Salatiga yang bertujuan
mendeskripsikan strategi bersaing yang diterapkan di
SMA Kresten 1 Salatiga. Penelitian ini dengan
menggunakan tiga pendekatan strategi generik yaitu
strategi keunggulan biaya, strategi diferensiasi dan
strategi fokus. Hasil penelitian menunjukan bahwa
SMA Kristen 1 Salatiga menerapkan stategi keunggulan
biaya dan diferensiasi untuk menghadapi persaingan
antar lembaga pendidikan. Memang strategi yang
dilakukan dengan menentukan biaya pendidikan yang
lebih murah dibandingkan dengan sekolah-sekolah
swasta yang ada di Salatiga dan memberikan pelayanan
yang baik dengan menerepkan berbagai program yang
berbeda dari sekolah yang ada di Salatiga dengan
menerapkan strategi deferensiasi dan strategi
keunggulan biaya untuk dapat bersaing dengan
sekolah yang lain, namun tidak menjalankan strategi
fokus agar menarik minat dan memberi kesempatan
kepada masyarakat tanpa ada batas bagi kelompok
tertentu.
Dari penelitian sebelumnya di atas peneliti
berpendapat bahwa dalam suatu usaha perlu
ditentukan rencana strategi keunggulan yang matang
dengan mengembangkan sistem pemasaran yang sesuai
dengan kondisi dan kemampuan lembaga agar produk
52
yang dikembangkan dapat diterima pangsa pasar
sesuai keinginan pelanggan.
2.7 Kerangka Berpikir
Dari analisis awal dari jumlah penerimaan siswa
baru di SDN 1 Gambasan untuk lima tahun terakhir
tidak mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan
adanya dugaan bahwa masyarakat cenderung memilih
sekolah yang lain dengan berbagai alasan. Mengingat
ditinjau dari kondisi ekonomi termasuk berpenghasilan
menengah ke bawah karena sebagian besar bermata
pencaharian sebagai petani dan ditinjau dari sudut
sosial budaya cenderung agamis. Maka berdasar
kenyataan tersebut perlu diterapkan strategi bersaing
yang tepat sesuai dengan kondisi sekolah agar
memperoleh calon peserta didik minimal 20 siswa
dalam satu rombelnya. Berbagai strategi dapat
dilakukan oleh lembaga diantaranya strategi
keunggulan biaya, strategi diferensiasi maupun strategi
fokus. Adapun langkah penelitian sebagai berikut:
Gambar 2.2 Langkah Penelitian
Validasi
Pakar Draft
Produk
Meru
mus
kan
masa
lah
Pengum
pulan
Data dan
Analisis
Data
Menyu
sun
Draff
Merevisi
Desain
Produk/
Hasil Produk
Recommended