View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Hipertensi
2.1.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu gangguan pembuluh darah yang
mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah ke
jaringan tubuh terhambat yang akan menyebabkan jantung harus berkerja
lebih keras, sehingga menyebabkan tekanan darah tinggi, seseorang
dikatakan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik diatas 140mmHg
dan diastolic 90 mmHg (Smeltzer, 2009).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah abnormal menetap
yang diukur paling tidak tiga dalam kesempatan yang berbeda, tekanan
darah normal bervariasi sesuai usia, pada lanjut usia hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan darah
diastolik 90 mmhg ( Corwin, 2009 ).
2.1.2 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
menurut Irianto ( 2014 ) , Corwin ( 2009 ), dan Nafrialdi ( 2009 ) yaitu :
a. Hipertensi essensial ( hipertensi primer )
Hipertensi essensial atau idiopatik adalah hipertensi tanpa
kelainan dasar patologis yang jelas. Penyebab hipertensi essensial
meliputi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik antara lain
kepekaan terhadap natrium, stress, reaktivitas pembuluh darah
terhadap vasokontriktor, resistensi insulin dan lain-lain. Sedangkan
faktor lingkungan antara lain diet, kebiasaan merokok, konsumsi
alkohol, stress emosi, obesitas dan lain-lain (Nafrialdi, 2009).
5
Beberapa faktor diduga berkaitan dengan hipertensi esensial seperti
berikut ini:
1. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi dapat beresiko tinggi terkena penyakit hipertensi.
2. Usia dan Jenis kelamin : laki-laki berusia 35-50 tahun keatas dan
perempuan yang sudah memasuki masa menopause beresiko
tinggi mengalami hipertensi, jenis kelamin laki-laki cenderung
lebih sering terkena hipertensi.
3. Diet : tingginya konsumsi garam atau lemak secara langsung
juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi khususnya pada
penderita hipertensi, diabetes dan seseorang yang sudah
memasuki lansia.
4. Berat badan : berat badan berlebih akan membuat aktifitas fisik
menjadi berkurang sehingga jantung bekerja lebih keras dalam
memompa darah hal ini dapat menyebabkan tekanan darah
menjadi tinggi
5. Gaya hidup : kebiasaan atau pola hidup seperti sering konsumsi
alkohol, merokok dan suka mengkonsumsi junk food dapat
mempengaruhi tekanan darah tinggi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit lain. Pada kebanyakan kasus disfungsi renal akibat
penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab
sekunder yang paling sering. Faktor lain pencetus munculnya
hipertensi sekunder antara lain adalah: penggunaan kontrasepsi oral,
neurogenik ( tumor otak, ensefalitis, gangguan psikiatris),
kehamilan, peningkatan volume intravaskular, luka bakar dan stress.
6
2.1.3 Klasifikasi
Menurut World Health Organization ( WHO, 2013 ) takanan darah
normal adalah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmhg dan tekanan
darah diastolik kurang dari 80 mmhg, dan seseorang dikatakan hipertensi
bila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah
diastolik lebih dari 90 mmhg.
Tabel 2.1 Klasifikas Hipertensi
No. Kategori Sistolik Diastolik
1. Normal < 120 mmhg < 80 mmhg
2. Prehipertensi 120 – 139 mmhg 80 – 89 mmhg
3. Hipertensi stage 1 140 – 159 mmhg 90 – 99 mmhg
4. Hipertensi stage 2 ≥ 160 mmhg ≥ 100 mmhg
5. Hipertensi stage 3 ≥ 180 mmhg ≥ 110 mmhg
Sumber : American Heart Association ( 2014 ).
Klasifikasi tekanan darah oleh Joint National Commite (JNC – VII)
2008. Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai
normal pada tekanan darah sistolik < 120 mmhg dan tekanan darah
diastolik < 80mmhg. Prehipertensi tidak dianggap sebagai penyakit tetapi
mengidentifikasikan pasien yang tekanan darahnya cenderung
meningkat ke klasifikasi hipertensi (Depkes, R.I., 2008).
2.1.4 Patofisiologi
Sejumlah mekanisme fisiologis terlibat dalam pengaturan tekanan
darah, salah satunya adalah reseptor yang menerima perubahan tekanan
darah yaitu baroreseptor yang terdapat pada sinus karotis dan arkus aorta.
Pada hipertensi, karena adanya berbagai gangguan genetik dan risiko
lingkungan, maka terjadi gangguan neirohormonal yaitu sistem saraf pusat
7
dan sistem renin – angiotensin – aldosteron, serta terjadinya inflamasi dan
resisten insulin. Resistensi insulin dan gangguan neurohormonal
menyebabkan vasokontriksi sistemik dan peningkatan resistensi perifer.
Inflamasi menyebabkan gangguan ginjal yang disertai gangguan sistem
renin – angiotensin – aldosteron yang menyebabkan retensi garam dan air
di ginjal, sehingga terjadi peningkatan volume darah. Peningkatan
resistensi perifer dan volume darah merupakan dua penyebab utama
terjadinya hipertensi. Pusat yang menerima impuls yang dapat mengenali
keadaan tekanan darah terletak pada medula di batang otak.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer mempengaruhi perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia
lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot pembuluh darah, yang
pada akhirnya akan menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya yaitu kemampuan aorta dan arteri besar
menjadi berkurang dalam mengakomodasi volume darah yang di pompa
oleh jantung (volume sekuncup), sehingga mengakibatkan penurunan
curah jantung dan peningkatan resistensi perifer (Brunner & Suddarth,
2008).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala yang
terkait dengan hipertensi. Akan tetapi hipertensi terkadang memunculkan
gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpitasi dan
epistaksis. Jika gejala-gejala tersebut tidak bisa dijadikan tolak ukur
keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).
Menurut Teori Asikin,dkk dalam Buku Amin dan hardi (2016)
gejala yang sering muncul pada penderita hipertensi diantaranya yaitu
,nyeri kepala disertai pusing atau migrain, rasa berat di bagian tengkuk,
kadang juga disertai dengan sulit untuk tidur, lemah, mudah lelah, dan
mual.
8
Pada keadaan simtomatik pasien biasanya mengalami peningkatan
tekanan darah disertai dengan rasa berdebar-debar, rasa melayang dan
impoten, Hipertensi vaskuler terasa tubuh mudah merasakan capek, sesak
nafas, sakit pada bagian dada, bengkak pada kedua kaki atau perut. Ada
lagi gejala yang bisa muncul seperti sakit kepala, pendarahan pada hidung,
pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan (Irianto, 2014).
2.1.6 Komplikasi
Jika hipertensi tidak segera ditangani maka dapat beresiko
terserang penyakit lain yang timbul di kemudian hari. Pada hipertensi pun
berbagai penyakit lain dapat menyertai. Beberapa penyakit yang timbul
sebagai akibat hipertensi diantaranya sebagai berikut :
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami oleh penderita hipertensi diakibatkan
karena terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung
dan penyempitan lubang pembuluh darah jantung menyebabkan
berkurangnya aliran darah pada beberapa bagian otot jantung
sehingga dapat menyebabkan timbulnya serangan jantung.
2. Gagal jantung
Dalam keadaan tekanan darah yang tinggi memaksakan otot jantung
bekerja lebih kera untuk memompa darah, kondisi ini dapat berakibat
otot jantung menebal dan meregang sehingga pompa otot jantung
menurun dan pada akhirnya dapat terjadi kegagalan kerja jantung.
3. Kerusakan pembuluh darah Otak
Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa hipertensi menjadi
penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak, ada dua
kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah
dan rusaknya dinding pembuluh darah. Dan dampak akhirnya
seseorang dapat mengalami Stroke bahkan kematian.
9
4. Gagal Ginjal
Terdapat dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu nefroklerosis
benigna dan nefrosklerosis maligna. Nefroklerosis benigna terjadi
pada penderita hipertensi yang sudah berlangsung lama sehingga
terjadi pengendapan plasma pada pembuluh darah akibat proses
menua yang menyebabkan daya permeabilitas dinding pembuluh
darah berkurang. Adapun nefroklerosis maligna merupakan kelainan
ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan diastole diatas 130
mmhg yang disebabkan terganggunya fungsi ginjal (Asikin, 2016).
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis (konsultasi
dokter), pemeriksaan jasmani, pemeriksaan laboratorium, maupun
pemeriksaan penunjang. Pada saat konsultasi dengan dokter, pasien perlu
memeberitahukan hal-hal berikut
a. Riwayat hipertensi dari orang tuanya. Mengingat hipertensi 70-80 %
hipertensi diturunkan dari orang tua.
b. Pengobatan yang sedang dijalani, karena terdapat beberapa obat-
obatan yang dapat mengakibatkan hipertensi salah satu contohnya
golongan obat kortikosteroid.
c. Pada perempuan, keterangan mengenai hipertensi pada masa
kehamilan, riwayat eklamsia ( keracunan kehamilan ).
d. Data mengenai penyakit yang diderita, seperti diabetes melitus
(kencing manis), penyakit ginjal, serta faktor risiko terjadinya
hipertensi misalnya : konsumsi rokok, alkohol, dan stress.
Peningkatan tekanan darah merupakan satu-satunya tanda klinis
hipertensi oleh karena itu diperlukan pengukuran tekanan darah secara
akurat. Karena terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
tingginya tekanan darah antara lain faktor pasien, alat dan tempat
pengukuran.
10
Agar pengukuran didapatkan data yang akurat, sebaiknya
pengukuran dilakukan setelah pasien beristirahat cukup, minimal setelah
5 menit berbaring. Pengukuran dilakukan pada posisi berbaring, duduk,
berdiri pemeriksaan dengan interval waktu antara 5 – 10 menit.
2.1.8 Penatalaksanaan
Jenis penatalaksaan hipertensi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu
penatalaksaan nonfarmakologi dan farmakologi.
a. Penatalaksanaan nonfarmakologi
1. Mengatasi obesitas atau menurunkan kelebihan berat badan
2. Mengurangi asupan garam, idealnya dalam sehari menggunakan 5
gram atau 1 sendok teh.
3. Melakukan olahraga rutin, seperti aerobik atau jalan cepat selama
30 – 45 menit sebanyak 3 – 4 kali seminggu.
4. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol yang
berlebihan. Karena konsumsi rokok dan alkohol dapat
meningkatkan kerusakan pembuluh darah dengan mengendapkan
kolesterol pada pembuluh darah, minum kopi dan alkohol juga
dapat memacu detak jantung.
5. Ciptakan keadaan yang rileks, cara relaksasi seperti meditasi, yoga
atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf yang akan
menurunkan tekanan darah ( Depkes, 2008).
6. Diet hipertensi : diet rendah garam, diet rendah kolesterol, diet
tinggi serat, dan diet rendah kalori. Mengkonsumsi lebih banyak
sayur dan serat akan memperrmudah buang air besar dan menahan
sebagian asupan natrium (Ramayulis, 2008).
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan Farmakologi yaitu dengan menggunakan
terapi obat. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal
dengan masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi.
11
Pemilihan obat tunggal atau kombinasi tergantung pada keparahan
penyakit dan respon penderita terhadap obat antihipertensi.
1. Prinsip pemberian obat antihipertensi antara lain :
a) Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan
penyebab hipertensi
b) Pengobatan hipertensi essensial bertujuan untuk menurunkan
tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan
mengurangi timbulnya komplikasi
c) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan
menggunakan obat antihipertensi
d) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang
bahkan pengobatan seumur hidup (Nafrialdi, 2009)
2. Jenis obat hipertensi
a) Diuretik : mengobati hipertensi dengan meningkatkan ekskresi
natrium dan air melalui ginjal. Hal ini mengurangi volume dan
aliran balik vena sehingga mengurangi curah jantung (Casey,
2011)
b) Angiotensin converting Enzim ( ACE inhibitor) obat golongan
ini menurunkan pembentukan angiotensin II (Casey, 2012)
c) Calcium channel blocker obat golongan ini paling efektif dalam
mengurangi variabilitas pada tekanan darah.
d) Beta bloker, obat golongan ini berguna menghalangi ikatan
noradrenalin dengan reseptor pada sel dan pembuluh darah
perifer.
e) Alpha-I-Adrenegic bloker obat jenis ii digunakan untuk
mengobati hipertensi karena menginduksi vasodilatasi perifer.
2.2 Konsep Perilaku Menjaga Kestabilan Tekanan Darah
2.2.1 Definisi
Perilaku dari aspek biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas
organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan, perilaku merupakan
12
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang berkaitan
dengan pemeliharaan dan peningkatakan kesehatan. Pemeliharaan
kesehatan ini mencakup : mencegah komplikasi, meningkatkan
kesehatan dan mencari kesembuhan (Notoatmojo, 2014).
2.2.2 Konsep edukasi dan perilaku manusia
Berdasarkan psikologis pendidikan perilaku baru dan
berkembangnya kemampuan seseorang dapat terbentuk melalui tahapan
tertentu yang dimulai dari pembentukan pengetahuan, sikap,
keterampilan baru atau perilaku baru. Menurut (Suliha, 2008) aspek
perilaku yang dikembangkan dalam proses pendidikan ada 3 meliputi :
ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
1. Pendidikan kesehatan sebagai proses peruabahan perilaku
Hasil pengubahan perilaku yang yang diharapkan melalui proses
pendidikan hakikatnya adalah perilaku sehat. Erilaku sehat dapat
berupa emosi, pengetahuan, pikiran, keinginan, tindakan nyata
(Suliha, 2008).
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sehat
Perilaku sehat dapat terbentuk karena berbagai faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. Faktor predisposisi merupakan faktor
internal, faktor internal diantaranya adalah pengetahuan, sikap, nilai,
persepsi dan keyakinan. Sedangkan faktor eksternal contohnya
adalah tersedianya sumber daya, keterjangkauan, rujukan,
keterampilan dan faktor penguat seperti sikap dan keterampilan
petugas kesehatan, teman sebaya, orangtua ( Suliha, 2008 )
3. Perubahan perilaku
Perubahan perilaku kesehatan sebagai tujuan dari pendidikan
kesehatan sekurangnya memiliki 3 dimensi yaitu : mengubah
perilaku negatif( tidak sehat menjadi perilaku positif (sesuai dengan
13
nilai-nilai kesehatan) mengembangkan perilaku positif adalah
pembentukan atau pengembangan perilaku sehat (Notoadmojo,
2014).
2.2.3 Pola perilaku dalam menjaga kestabilan tekanan darah
Hipertensi esensial dapat dikontrol dengan 3 cara antara lain
dengan mengkonsumsi obat-obatan antihipertensi atau obat penurun
tekanan darah, pola makan atau diet, dan aktivitas olahraga ( Ardiansyah,
2012). Berikut oenjelasan dari 3 hal tersebut :
1. Mengkonsumsi obat-obatan
Penderita hipertensi pada tahap awal memulai dengan jenis obat
antihipertensi diuretik yaitu B- Blocker, penghambat ACE,
antagonis kalsium dan alfa Blocker. Obat jenis diuretik, diuretik
tiazid yaitu ( hidroklorotiazid, klortaridon, bendroflumetiazid,
indapamid Xipamid), jenis beta blocker ada 2 yaitu kardioselektif
dan nonselektif, contoh dari kardiolselektif antara lain Asebutolol,
atenolol, bisoprolol, dan metoprolol. Sedangkan jenis nonselektif
antara lain alprenolol, karteolol, nedolol, oksprenolol). Contoh Alfa
blocker antara lain : Doxazosin, prazosin, terazosin, bunazosin, dan
labetalol. Untuk penghambat ACE antara lain kaptopril,
perinderopil, ramipril, dan silazapril. Untuk obat golongan antagonis
kalsium antara lain : verapamil, diltiazem dan nifedipine (Sutedjo,
2008).
Selain dari jenis obat hipertensi juga dapat dipengaruhi oleh
penderita dalam kepatuhan minum obat juga dapat dipengaruhi oleh
faktor kepatuhan dalam minum obat itu sendiri. Menurut WHO
(2013) kepatuhan adalah tingkatan perilaku seseorang dalam
melaksanakan gaya hidup sehat meliputi kepatuhan berobat dan
mengikuti diet yang disarankan oleh pemberi pelayanan kesehatan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat
menurut sulistiyowati (2008), Friedman (2010), dan Ningsih (2013)
antara lain yaitu pengetahuan, usia, keterjangkauan pelayanan
14
kesehatan, motivasi, dukungan petugas kesehatan dan dukungan
keluarga.
2. Diet
Pola makan atau atau jenis makanan yang dikonsumsi
contohnya seperti makanan yang mengandung tinggi sodium akan
menimbulkan retensi cairan dan meningkatkan tekanan darah (
Shep,2005). Konsumsi gula yang berlebihan akan mengakibatkan
peningkatan berat badan. Peningkatan berat badan yang berlebih
maka akan mengakibatkan hal buruk pada tekanan darah, obesitas
beresiko lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan berat
badan normal (Indriyanti, 2009).
Pada diet hipertensi dianjurkan untuk mengurangi konsumsi
garam, dikarenakan garam mengandung natrium, sifat natrium
sendiri dapat mengikat air dan hal ini dapat meningkatkan volume
tekanan darah. Oleh karena itu mengurangi konsumsi garam dalam
keseharian dapat mengontrol tekanan darah dalam batas stabil, selain
itu memperbanyak konsumsi buah dan sayur masih dalam konsumsi
harian juga dapat menjaga tekanan darah tetap stabil (Syamsudin,
2011).
Jenis diet hipertensi untuk menjaga atau mempertahankan agar
tekanan darah tetap stabil antara lain yaitu : diet rendah garam, diet
rendah kolesterol, diet tinggi serat dan diet rendah kalori serta
membatasi minum alkohol (Ramayulis, 2008). Sedangkan menurut
Depkes (2006) mengemukakan diet Dietary to stop hipertension
(DASH) yang didefinisikan dengan diet yang mengutamakan dan
meningkatkan beberapa jenis makanan seperti buah, sayur, dan
makanan yang mengandung biji-bijian, produk susu rendah lemak
makanan kaya kalium dan rendah natrium.
15
Tabel 2.2 perencanaa makan dengan DASH
Golongan Jumlah Ukuran per porsi
Serealia dan olah 6-8/hari ½ gelas nasi 1 potong
roti
Sayuran dan Buah 8-10/hari Buah 1 gelas sayuran
segar ½ gelas buah
segar atau jus buah
Susu rendah atau
bebas lemak dan
hasil olahannya
2-3/hari 1 gelas susu atau yogurt
Daging tanpa
lemak, unggas dan
ikan
Kurang dari 6/hari 1 potong daging/
unggas/ ikan
Kacang-kacangan 4-5/minggu 1/3 cangkir kacang 2
sendok makan keju
kacang
Lemak dan minyak 2-3/hari 1 sendok teh minyak
Pemanis Kurang dari 5/minggu 1 sendok makan gula 1
sendok makan selai
Sodium/natrium 1500-2400 mg Na/hari 1500 mg Na setara
dengan 3,8 gram garam
meja.
2400 mg Na setara
dengan 6 gram garam
meja
Sumber: National Heart, Lung and Blood institute dalam Health
Education, Blood Pressure and Cholestrol, (2007)
3. Mengontrol Kesehatan
Bagi pasien hiperensi sangat penting untuk selalu memonitor
tekanan darah untuk menghindari komplikasi penyakit lain pada
16
penderita hipertensi oleh karena itu diperlukan penatalaksanaan
hipertensi secara tepat yaitu salah satunya dengan melakukan kontrol
tekanan darah secara rutin (Adib, 2009). Keteraturan dalam berobat
sangat penting dalam menjaga tekanan darah dalam batas normal
dengan periksa tekanan darah ke pelayanan kesehatan. Selain untuk
mengetahui tekanan darah darah dalam batas normal jaga untuk
menghindari komplikasi yang mungkin terjadi yang diakibatkan karena
penyakit hipertensi tidak terkontrol (Annisa, 2013).
4. Olahraga
Aktivitas atau olahraga dapat mempengaruhi terjadinya
hipertensi, karena pada orang yang kurang aktivitas atau olahraga
cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga akan meningkatkan beban kerja otot jantung pada saat
kontraksi. Sehingga dengan berolahraga dapat membuat jantung
lebih sehat dan terhindar dari hipertensi hal ini sesuai dengan teori
yang menjelaskan tentang manfaat olahraga untuk meningkatkan
fungsi jantung, paru dan pembuluh darah yang dapat menurunkan
denyut nadi saat istirahat, mengurangi penumpukan asam laktat dan
dapat meningkatkan HDL kolesterol (Harianto,2010)
Salah satu upaya untuk menjaga kestabilan tekanan darah yaitu
olahraga, terdapat beberapa olahraga yang dianjurkan untuk
penderita tekanan darah tinggi diantaranya adalah senam aerobik dan
yoga. Menurut (Ilkafah,2014) seseorang yang rutin dan teratur
melakukan senam akan mendapatkan kesehatan dan kebugaran
jasmani. Senam aerobik merupakan senam yang melibatkan gerakan
badan dan seluruh otot yang terutama yaitu otot-otot besar yang
dapat memicu kerja jantung dan paru, manfaat senam aerobik antara
lain yaitu beta blocker yang dapat menenangkan saraf simpatik
melambatkan denyut jantung, meningkatkan daya tahan jantung,
paru-paru, menguatkan otot-otot tubuh, dan membakar kalori
(Susanto, 2008).
17
Selain senam aerobik olahraga yang dapat menurunkan tekanan
darah yaitu yoga,yoga adalah suatu mekanisme mekanisme
penyatuan dari tubuh (body), pikiran (mind), dan jiwa (soul) yoga
dianjurkan pada penderita hipertensi karena yoga dapat
meningkatkan sirkulasi darah ke seluruh tubuh karena yoga memiliki
efek relaksasi, meditasi dan peregangan terhadap tubuh
(Ridwan,2009). Modifikasi senam dan yoga yang teratur dapat
merangsang pembentukan enzim lipase yang dapat memecah lemak
menjadi asam lemak bebas dan akan menghasilkan asetil Ko-A yang
selanjutnya akan diubah menjadi air, CO2 dan ATP sehingga
semakin banyak kolesterol yang dipecah menjadi energi maka kadar
kolesterol semakin menurun sehingga tekanan darah juga turun.
Recommended