View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu
Bab ini berisi landasan teori yang menjadi dasar dan berhubungan dengan
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu definisi motivasi,
definisi kemampuan komunikasi, definisi kepribadian dan definisi auditing. Juga
dibahas penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi dasar
pengembangan bagi penulisan ini, sehingga dapat disusun kerangka pemikiran
penelitian ini dan hipotesis.
2.1.1 Motivasi
2.1.1.1 Pengertian Motivasi
Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti
bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang membuat orang melakukan
sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep motivasi digunakan
untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas
perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau prestasi yang
sesungguhnya (Pintrich, 2003). Pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi
atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka
mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan mempertahankan kehidupan (Samsudin, 2005).
10
Menurut Sardiman, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan
kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Sardiman, 2007).
2.1.1.2 Aspek-Aspek Motivasi
Terdapat dua aspek dalam teori motivasi belajar yang dikemukakan oleh
Sardiman (2007), yaitu:
a. Motivasi ekstrinsik, yaitu melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu
yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering
dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
b. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Terdapat dua jenis motivasi
intrinsik, yaitu:
1. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan pilihan personal.
Dalam pandangan ini, murid ingin percaya bahwa mereka melakukan
sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau
imbalan eksternal. Minat intrinsik mahasiswa akan meningkat jika
mereka mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung
jawab personal atas pembelajaran mereka.
2. Motivasi intrinsik berdasarkan pengalaman optimal. Pengalaman
optimal kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas serta terlibat
dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga
tidak terlalu mudah.
11
2.1.1.3 Teori Motivasi
Menurut Siagian (2004), teori motivasi belajar dapat dikembangkan
menjadi tiga teori turunan, yaitu:
1. Teori Kebutuhan sebagai Hierarki
Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow berintikan pendapat
yang mengatakan bahwa kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan pada lima
hierarki kebutuhan, yaitu:
a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk menunjang kehidupan
manusia seperti makanan, air, pakaian, dan tempat tinggal. Menurut
Maslow, jika kebutuhan fisiologis belum terpenuhi, maka kebutuhan lain
tidak akan memotivasi manusia.
b. Kebutuhan akan keamanan, yaitu kebutuhan untuk terbebas dari bahaya
fisik dan rasa takut kehilangan.
c. Kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk bergaul dengan orang lain dan
untuk diterima sebagai bagian dari yang lain.
d. Kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan untuk dihargai orang lain.
Kebutuhan ini akan menghasilkan kepuasan seperti kuasa, prestis, status,
dan kebanggaan akan diri sendiri.
e. Kebutuhan untuk aktualisasi diri, yaitu kebutuhan untuk
mengaktualisasikan semua kemampuan dan potensi yang dimiliki hingga
menjadi orang seperti yang dicita-citakan.
12
2. Teori Motivasi-Higiene
Teori Motivasi-Higiene dikembangkan oleh Frederick Herzberg yang
menyebutkan tiga kebutuhan terendah dalam hirarki kebutuhan Maslow yaitu
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, dan kebutuhan sosial sebagai faktor
ketidakpuasan (dissatisfaction), artinya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut
hanya akan menghindarkan seseorang dari ketidakpuasan namun tidak
menghasilkan kepuasan. Sementara dua kebutuhan lainnya, yaitu kebutuhan akan
penghargan dan aktualisasi diri disebut sebagai faktor kepuasan (satisfaction)
yang akan menghasilkan perasaan puas atau tidak puas jadi bukan ketidakpuasan.
Faktor yang pertama selanjutnya disebut sebagai faktor pemeliharaan (hygiene
factors) sedangkan yang kedua disebut faktor motivasi (motivational factors).
Dari sudut pandang lain, faktor pemeliharaan dapat juga disebut sebagai faktor
intrinsik, yaitu faktor dalam diri manusia berupa sikap, kepribadian, pendidikan,
pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor motivasi dapat disebut
faktor ekstrinsik, yaitu faktor dari luar diri manusia berupa kepemimpinan,
dorongan atau bimbingan, dan kondisi lingkungan.
3. Teori Tiga Kebutuhan
Teori ini dikemukakan oleh David Mc Cleland yang berpendapat bahwa
pemahaman tentang motivasi akan semakin mendalam apabila disadari setiap
orang yang mempunyai tiga jenis kebutuhan.
Tiga jenis kebutuhan yang dimaksud yaitu:
13
a. Kebutuhan berprestasi, yaitu kebutuhan untuk mendapat prestasi dari
setiap hal yang dikerjakan. Contoh menang dalam perlombaan atau lulus
kuliah dengan IPK lebih dari 3,50.
b. Kebutuhan afiliasi, yaitu kebutuhan untuk bersahabat atau berinteraksi
dengan orang lain.
c. Kebutuhan memperoleh kekuasaan yaitu kebutuhan yang ada pada suatu
persaingan dan menginginkan dirinya mempunyai pengaruh yang besar
terhadap orang lain.
Menurut David Mc Cleland dikutip dari Ischayati (2011) :
Motif merupakan implikasi dari hasil pertimbangan yang telah dipelajari dengan
ditandai suatu perubahan pada situasi afektif. Sumber utama munculnya motif
adalah dari rangsangan perbedaan situasi sekarang dengan situasi yang
diharapkan, sehingga tanda perubahan tersebut tampak adanya perbedaan afektif
saat munculnya motif dan saat usaha pencapaian yang diharapkan.
Dari teori yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa pemahaman
mahasiswa terhadap pemeriksaan akuntansi akan termotivasi untuk memahami
apabila mahasiswa tersebut memiliki dorongan dan kekuatan dalam dirinya, yang
tercipta dari lingkungan belajarnya, baik di perguruan tinggi maupun di tempat
tinggal untuk melakukan tujuan tertentu untuk memenuhi kebutuhannya (tujuan).
2.1.2 Kemampuan Komunikasi
2.1.2.1 Pengertian Komunikasi
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006), kata
“komunikasi” berasal dari bahasa Latin, communis, yang berarti membuat
14
kebersamaan atau membangun kebersamaan atau antara dua orang atau lebih.
Akar katanya communis adalah communico, yang artinya berbagi (Stuart, 1983).
Menurut William C. Himstreet dan Wayne Murlin Baty dalam Business
Communications: Prinsiples and ,Methods, komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi antarindividu melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik
dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan. “Dengan
kata lain, komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya
dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Pada definisi ini
mereka menganggap komunikasi sebagai suatu proses, bukan sebagai suatu hal”.
(Purwanto, 2002)
2.1.2.2 Unsur Komunikasi
a. Komunikator
Komunikator adalah pihak yang mengirim pesan kepada khlayak atau
komunikan. Karena itu komunikator bisa disebut pengirim, sumber, source,
encoder. Sebagai pelaku utama dalam proses komunikasi, komunikator
memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam mengendalikan
jalannya komunikasi.
b. Pesan
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi, pesan yang dimaksud dalam proses
komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima.
Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau media komunikasi.
Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau
propaganda.
15
c. Media
Dalam Buku Pengantar Ilmu Komunikasi (Cangara, 2006 ), media adalah alat
atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator
kepada khalayak. Ada beberapa pakar psikologi memandang bahwa dalam
komunikasi antarmanusia, maka media yang paling dominasi dalam
berkomunikasi adalah pancaindera manusia seperti mata dan telinga.
d. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan adalah yang menganalisis dan
menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya.
e. Efek
Efek komunikasi diartikan sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan
komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam
diri komunikasn, yaitu kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu),
afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap
sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak
melakukan sesuatu).
2.1.2.3 Fungsi Komunikasi
a. Komunikasi Sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyarakan
bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, untuk
kelansungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan
dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan
memupuk hubungan dengan orang lain.
16
1. Pembentukan konsep diri
Konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita peroleh lewat
informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Konsep diri yang paling
dini umumnya dipengaruhi oleh keluarga, dan orang – orang dekat lainnya
dekat sekitar kita, termasuk kerabat, mereka itulah yang disebut dengan
significan others.
2. Pernyataan eksistensi diri
Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang
disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.
3. Untuk keberlangsunga hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh
kebahagiaan
Komunikasi, dalam konteks apapun, adalah bentuk dasar adaptasi terhadap
lingkungan. Melalui komunikasi pula kita dapat memenuhi kebutuhan
emosional kita dan meningkatkan kesehatan mental kita. Komunikasi
sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi dilakukan untuk pemenuhan
diri, untuk merasa terhibur, nyaman dan tentram dengan diri sendiri dan
juga orang lain.
b. Komunikasi Ekspresif
Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang
dapat dilakuakan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi
ekspresif tidak bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan
sejauh komunikasi tersebut menjadi instrument untuk menyampaikan
perasaan-perasaan (emosi) kita.
17
c. Komunikasi Ritual
Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang
biasanya dilakukan secara kolektif.
d. Komunikasi Instrumental
Komunikasi istrumental mempunyai tujuan umum membujuk (bersifat
persuasif). Komunikasi yang bersifat memberitahukan atau menerangkan (to
inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara
menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang
disampaikannya akurat dan layak untuk diketahui.
2.1.2.4 Proses Komunikasi
Sebagai suatu proses, komunikasi mempunyai persamaan dengan
bagaimana seseorang mengekspresikan perasaan, hal – hal yang berlawanan
(kontradiktif), yang sama (selaras, serasi), serta melewati proses menulis,
mendengar, dan mempertukarkan informasi.
Menurut Effendy (1989), proses komunikasi adalah berlangsungnya
penyampaian ide, informasi, opini, kepercayaan, perasaan dan sebagainya oleh
komunikator kepada komunikan dengan menggunakan lambang, misalnya bahasa,
gambar, warna, dan sebagainya yang mempunyai syarat.
Menurut Purwanto (2002), proses komunikasi (communication process)
terdiri atas enam tahap, yaitu :
1. Pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim pesan
harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak
18
lain atau audience. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang
luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai macam informasi, baik
yang dapat dilihat, didengar, dicium, maupun diraba. Ide – ide yang ada dalm
benak kita disaring dan disusun ke dalam suatu memori yang ada dalam
jaringan otak, yang merupakan gambaran persepsi kita terhadap kenyataan
2. Pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Proses komunikasi dimulai dengan adanya ide
dalam pikiran, yang kemudian diubah ke dalam bentuk pesan – pesan seperti
dalam bentuk kata – kata, ekspresi wajah, dan sejenisnya, untuk kemudian
dipindahkan kepada orang lain.
3. Pengirim menyampaikan pesan
Setelah mengubah ide – ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada
kepada si penerima pesan.
4. Penerima menerima pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim
mengirimkan suatu pesan dan penerima pesan tersebut. Pesan yang diterima
adakalanya sempurna, namun tidak jarang hanya sebagian kecil saja.
5. Penerima menafsirkan pesan
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya ialah bagaimana ia
dapat menafsirkan pesan. Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus
mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan.
19
Selanjutnya, suatu pesan baru dapat ditafsirkan secara benar bila penerima
pesan telah memahami isi pesan sebagaiman yang dimaksud oleh pengirim
pesan.
6. Penerima memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai
komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan
pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Setelah menerima pesan,
penerima akan member tanggapan dengan cara tertentu dan member sinyal
terhadap pengirim pesan.
2.1.3 Kepribadian
2.1.3.1 Pengertian Kepribadian
Kepribadian merupakan pola khas seseorang dalam berpikir, merasakan
dan berperilaku yang relatif stabil dan dapat diperkirakan (Dorland, 2002).
Kepribadian juga merupakan jumlah total kecenderungan bawaan atau herediter
dengan berbagai pengaruh dari lingkungan serta pendidikan, yang membentuk
kondisi kejiwaan seseorang dan mempengaruhi sikapnya terhadap kehidupan
(Weller, 2005). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat
diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu. Sedangkan
indikator kepribadian meliputi tanggung jawab, saling menghargai, percaya diri,
santun dan kompetitif.
20
2.1.3.2 Faktor-Faktor Kepribadian
Menurut Purwanto (2006) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
antara lain:
1. Faktor Biologis
Faktor biologis merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan genetik,
pencernaan, pernafasaan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi
badan, berat badan, dan sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani
setiap orang sejak dilahirkan telah menunjukkan adanya perbedaan-
perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang baru lahir. Ini
menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada yang
diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan
anak/orang itu masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan
yang penting pada kepribadian seseorang.
2. Faktor Sosial
Faktor sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat ; yakni manusia-
manusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Termasuk juga kedalam
faktor sosial adalah tradisi-tradisi, adat istiadat, peraturan-peraturan, bahasa,
dan sebagainya yang berlaku dimasyarakat itu.
Sejak dilahirkan, anak telah mulai bergaul dengan orang-orang disekitarnya.
Dengan lingkungan yang pertama adalah keluarga. Dalam perkembangan
anak, peranan keluarga sangat penting dan menentukan bagi pembentukan
kepribadian selanjutnya. Keadaan dan suasana keluarga yang berlainan
21
memberikan pengaruh yang bermacam-macam pula terhadap perkembangan
kepribadian anak. Pengaruh lingkungan keluarga terhadap perkembangan
anak sejak kecil adalah sangat mendalam dan menentukan perkembangan
pribadi anak selanjutnya. Hal ini disebabkan karena pengaruh itu merupakan
pengalaman yang pertama, pengaruh yang diterima anak masih terbatas
jumlah dan luasnya, intensitas pengaruh itu sangat tinggi karena berlangsung
terus menerus, serta umumnya pengaruh itu diterima dalam suasana bernada
emosional. Kemudian semakin besar seorang anak maka pengaruh yang
diterima dari lingkungan sosial makin besar dan meluas. Ini dapat diartikan
bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh terhadap perkembangan dan
pembentukan kepribadian.
3. Faktor Kebudayaan
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri masing-masing orang
tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan masyarakat di mana seseorang itu
dibesarkan. Beberapa aspek kebudayaan yang sangat mempengaruhi
perkembangan dan pembentukan kepribadian antara lain:
a. Nilai-nilai (Values)
Untuk dapat diterima sebagai anggota suatu masyarakat, kita harus
memiliki kepribadian yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.
b. Adat dan Tradisi.
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di samping menentukan
nilai-nilai yang harus ditaati oleh anggota-anggotanya, juga menentukan
22
pula cara-cara bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang.
c. Pengetahuan dan Keterampilan.
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan seseorang atau suatu
masyarakat mencerminkan pula tinggi rendahnya kebudayaan masyarakat
itu.
d. Bahasa
Bahasa merupakan salah satu faktor yang turut menentukan ciri-ciri khas
dari suatu kebudayaan. Karena bahasa merupakan alat komunikasi dan alat
berpikir yang dapat menentukan bagaimana seseorang itu bersikap,
bertindak dan bergaul serta bereaksi dengan orang lain.
e. Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat, makin maju dan modern
pula alat-alat yang dipergunakan bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua
sangat mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki kebudayaan itu.
2.1.3.3 Teori Kepribadian
Dimensi Big Five Personality diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun
1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi
merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya
sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti
sistem yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan
penjelasan sistem kepribadian secara umum (Supratiknya, 2000). Big Five
Personality disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu
23
kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian
yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari.
Pendekatan ini disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language)
Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan
satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (Pervin, 2005).
Big Five Personality atau yang juga disebut dengan Five Factor Model
oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan yang lebih sederhana. Di
sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian dengan menganalisis
kata-kata yang digunakan orang pada umumnya, yang tidak hanya dimengerti
oleh para psikolog, namun juga orang biasa (Pervin, 2005). Tipe-Tipe
Kepribadian Big Five Personality terdiri dari lima tipe atau faktor. Terdapat
beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor tersebut. Namun, di sini kita
akan menyebutnya dengan istilah-istilah berikut:
1) Neuroticism (N)
2) Extraversion (E)
3) Openness to New Experience (O)
4) Agreeableness (A)
5) Conscientiousness (C)
Untuk lebih mudah mengingatnya, istilah-istilah tersebut di atas disingkat menjadi
OCEAN (Pervin, 2005).
Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup
perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan
tegang. Openness to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan
24
kompleksitas dari aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan
Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan
seseorang dengan dan kepada orang lain. Yang terakhir Conscientiousness
menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorogan
yang diperlukan dalam kehidupan sosial (Pervin, 2005).
2.1.4 Auditing
Auditing menurut ASOBAC (A Statement of Basic Auditing Concepts)
adalah proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti secara
obyektif mengenai pernyataan tentang kejadian dan tindakan ekonomi untuk
menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Dilihat dari jenis pemeriksaan yang dilakukan, auditing diklasifikasikan
dalam 3 jenis, yaitu:
1. Pemeriksaan laporan keuangan (financial statement audit)
Bertujuan untuk menilai kewajaran laporan keuangan yang disajikan klien atas
dasar prinsip akuntansi yang berlaku. Pemeriksaan ini dilakukan oleh akuntan
publik (external auditor).
2. Pemeriksaan Kepatuhan (complience audit)
Pemeriksaan kepatuhan meliputi pemeriksaan atas aktivitas keuangan atau
aktivitas operasi tertentu dengan tujuan untuk menentukan kesesuaiannya
dengan kondisi atau aturan tertentu. Kriteria dalam pemeriksaan ini biasanya
datang dari penguasa, misalnya pemerintah.
25
3. Pemeriksaan operasional (operational audit)
Pemeriksaan operasional merupakan pemeriksaan sistematis atau aktivitas
operasional organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan
pemeriksaan ini adalah :
a. Menilai prestasi
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
c. Membuat rekomendasi untuk pengembangan dan tindakan lebih lanjut
Pemeriksaan operasional dapat dilakukan manajemen maupun pihak ke
tiga.
Auditing dikelompokan juga kedalam tiga jenis sebagai berikut
1. Pemeriksaan Eksternal (External Auditing)
Pemeriksaan eksternal adalah suatu kontrol sosial yang memberikan
jasa kebutuhan akan informasi untuk pihak luar dari suatu organisasi
yang diperiksa. Pemeriksanya adalah pihak luar perusahaan yang
independen terhadap perusahaan. Para pemeriksa pada umumnya
dibayar oleh manajemen organisasi yang diperiksa.
2. Pemeriksaan Internal (Internal Auditing)
Pemeriksaan internal adalah suatu kontrol organisasi yang mengukur
dan mengevaluasi efektifitas organisasi. Informasi yang dihasilkan
oleh pemeriksa internal adalah untuk organisasi itu sendiri.
Pemeriksanya adalah karyawan organisasi itu sendiri dan tentunya
dibayar oleh organisasi itu pula.
26
3. Pemeriksaan Sektor Publik (Publik Sektor Auditing)
Pemeriksaan sektor publik adalah suatu kontrol atas organisasi
pemerintah yang memberikan jasanya kepada masyarakat, seperti
pemerintah Tingkat satu, pemerintah tingkat dua. Pemeriksanya adalah
berasal dari pemerintah (akuntan pemerintah) dan tentunya dibayar
oleh pemerintah itu sendiri.
2.1.5 Pemahaman Mata Kuliah Auditing
Audit pada saat ini menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi. Selain
pemahaman umum atas pentingnya fungsi audit, peningkatan atas keberadaan
auditor dan lembaganya juga menambah pemahaman umum terhadap audit. Lebih
lanjut lagi, tuntutan-tuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan
kerugian keuangan yang terkait dengan tuntutan tersebut memunculkan berbagai
dimensi keperilakuan pada diri auditor, khususnya aspek-aspek yang terkait
dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas auditor dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal
yang perlu dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan
keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.
Profesi Akuntasi dihasilkan melalui pendidikan S1. Pada jenjang
pendidikan ini mahasiswa dituntut untuk menguasai mata kuliah auditing sebagai
salah satu mata kuliah pokok. Dengan penguasan penuh pada mata kuliah auditing
dapat menciptakan jasa profesional akuntan publik yang handal dan berkualitas.
Selaras dengan pernyataan di atas, Rosiji (2009) menyataka bahwa membangun
seorang akuntan yang profesional, bila memiliki skill di bidang itu, dan menekuni
27
bidangnya secara intens. Prasarat yang harus dipenuhi suatu profesi di antaranya
yaitu didasarkan pada disiplin pengetahuan khusus dan diperlukan proses
pendidikan tertentu untuk memperoleh pengetahuan itu. Program pendidikan pada
lembaga pendidikan tinggi yang diandalkan untuk pembentukan kompetisi pribadi
dan wawasan kebangsaan dalam penelitian ini yaitu auditing. Melalui mata kuliah
tersebut diharapkan mahasiswa mendapat bekal dalam hal menjalankan praktek
auditing. Keberhasilan program pendidikan khususnya mata kuliah auditing
ditandai adanya perubahan perilaku mahasiswa baik dari aspek kognitif,
afektif,dan psikomotoriknya sesuai dengan tujuan kurikuler. Perubahan perilaku
dalam pembelajaran pada umumnya tercermin dari hasil belajar yang diperoleh
mahasiswa.
2.1.6 Penelitian Terdahulu
Telah banyak peneliti sebelumnya yang dilakukan berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi niat berperilaku. Peneliti terdahulu tersebut
dijadikan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini. Ringkasan dari
penelitian-penelitian terdahulu disajikan dalam tabel berikut ini.
28
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Aditya Anggraeni
Evytasari
(2010)
Pengaruh
Pengendalian Diri,
Motivasi Dan Minat
Belajar Terhadap
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi
(Studi Kasus Pada
Mahasiswa
Akuntansi Upn
“Veteran” Jawa
Timur)
Variabel independen :
Pengendalian Diri,
Motivasi dan Minat
Belajar
Variabel dependen :
Pemahaman Akuntansi
Pengendalian diri,
motivasi tidak
mempunyai
pengaruh signifikan
dan minat belajar
mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap tingkat
pemahaman
akuntansi pada
mahasiswa UPN
“Veteran” Jawa
Timur.
2 Dian Agarista
Permata Sari
(2011)
Pengaruh Beberapa
Faktor Terhadap
Tingkat
Pemahaman
Akuntansi Pada
Mahasiswa
Akuntansi
Di Universitas
Pembangunan
Nasional “Veteran”
Jawa Timur
Variabel independen :
niat, motivasi, kualitas
dan potensi dosen
pengajar
Variabel dependen :
Pemahaman Akuntansi
Berdasarkan hasil uji
F berpengaruh
signifikan variabel
minat, motivasi, dan
kualitas dan potensi
dosen pengajar
terhadap pemahaman
akuntansi.
3 Hanum Atika
Riswanti (2010)
Pengaruh
Kemampuan
Komunikasi,
Berpikir Kritis, Dan
Kepribadian
Terhadap
Pemahaman
Akuntansi
Mahasiswa
(Studi Kasus Pada
Mahasiswa
Akuntansi Upn
”Veteran” Jawa
Timur)
Variabel independen :
kemampuan
komunikasi, berpikir
kritis dan kepribadian
Variabel dependen :
pemahaman akuntansi
mahasiswa
kemampuan
komunikasi, berpikir
kritis, dan
kepribadian
berpengaruh
terhadap pemahaman
akuntansi.
Sedangkan variabel
berpikir kritis
berpengaruh secara
signifikan terhadap
pemahaman
akuntansi
mahasiswa.
4 Irfan Affandi
(2011)
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Prestasi Belajar
Mahasiswa Dalam
Mata Kuliah
Pemeriksaan
Akuntansi Ii
(Studi Empiris Pada
Variabel independen :
Gaya Belajar, Motivasi,
Intelectual Skill dan
Lingkungan
Variabel dependen :
Prestasi belajar
mahasiswa
gaya belajar,
motivasi,
Intelectual skill, dan
lingkungan tidak
berpengaruh
terhadap prestasi
belajar sedangkan
intellectual skill
29
Mahasiswa
Akuntansi
Upn”Veteran”
Jatim)
berpengaruh
terhadap prestasi
belajar
5 Muhammad Zaid
(2011)
Kemampuan
Berkomunikasi,
Kemampuan
Intelektual, Dan
Kepribadian
Terhadap
Pemahaman
Akuntansi
Mahasiswa
(Studi Kasus Pada
Mahasiswa
Akuntansi Upn
“Veteran” Jawa
Timur)
Variabel independen :
Kemampuan
komunikasi, berpikir
kritis dan kepribadian
Variabel dependen :
Pemahaman akuntansi
Pemahaman
akuntansi mahasiswa
S1 Akuntansi
dipengaruhi oleh
kemampuan
komunikasi,
berpikir kritis, dan
kepribadian sebesar
26,3%. Sedangkan
sisanya dipengaruhi
oleh faktor lain yang
tidak diteliti dalam
penelitian ini
2.2 Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam memahami mata kuliah
auditing tidak terlepas dari beberapa penelitian terdahulu yang memiliki beberapa
perbedaan faktor, sesuai dengan kondisi yang melingkupinya. Variabel motivasi,
kemampuan komunikasi dan kepribadian merupakan variabel independen (sebab).
Sedangkan pemahaman mata kuliah auditing merupakan variabel dependen
(akibat). Berdasarkan uraian di atas dan hasil dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa memahami mata kuliah
auditing, maka kerangka pemikiran dapat dinyatakan dalam Gambar 2.1 berikut:
30
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Sumber: Dikembangkan untuk penelitian
2.3 Hipotesis
2.3.1 Pengaruh Motivasi Mahasiswa terhadap Pemahaman Mata Kuliah
Auditing
Untuk memperoleh lulusan mahasiswa yang berkualitas, peran dosen
tidaklah penting bila tidak diimbangi dengan dorongan dari dalam mahasiswa itu
sendiri. Menurut Purwanto (1990), secara umum tujuan motivasi adalah untuk
menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan
tertentu.
Motivasi (X1)
Kuatnya kemauan untuk belajar.
Kesenangan
Kemudahan dalam belajar
Keinginan atau impian
Komunikasi (X2)
Komunikasi yang baik kepada
dosen pengajar
Saling berdiskusi
Aktif dalam perkuliahan
Kesenangan dalam komunikasi
Kepribadian (X3)
Tanggung jawab
Saling menghargai dosen dan
mahasiswa
Tidak mudah menyerah
Sopan dalam segala hal
Pemahaman Auditing (Y)
Nilai Auditing 1
Nilai Auditing 2
31
Menurut Sardiman, motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah,
dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang memiliki motivasi adalah perilaku
yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama (Sardiman, 2007). Dalam kegiatan
belajar, maka motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin
kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar,
sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai
(Sardiman, 2000). Oleh karena itu, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah:
H1 : Motivasi Berpengaruh Positif terhadap Pemahaman Mata
Kuliah Auditing
2.3.4 Pengaruh Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Berpengaruh
terhadap Pemahaman Mata Kuliah Auditing
Kemampuan komunikasi juga dianggap sebagai faktor penting untuk
mencapai kesuksesan dalam bidang akuntansi. Pada tahun 1993 ICCA
mengeluarkan satuan tugas khusus, yaitu The Skill for The 21th Century Task
Force, untuk meneliti masalah yang berhubungan dengan perubahan kebutuhan
akuntan pada abad-21. Satuan tugas ini menemukan, bahwa di abad-21, akuntan
yang dibutuhkan adalah yang memiliki kompetensi sebagai berikut: keterampilan
akuntansi, keterampilan komunikasi, keterampilan negoisasi, keterampilan
interpersonal, kemampuan intelektual, pengetahuan manajerial dan organisasi,
serta atribut personal. Kullberg et al. (1989) seperti yang dikutip oleh Aly & Islam
32
(2003) meneliti delapan Kantor Akuntan Publik terbesar (The Big Eight) dan
mengidentifikasi tiga kemampuan yang dibutuhkan agar menjadi sukses dalam
profesi akuntan, yaitu kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan intelektual.
Kemampuan komunikasi seseorang dapat meningkatkan produktivitas
individu maupun kelompok. Setiap orang memiliki kecenderungan terhadap gaya
komunikasi tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh perpaduan antara hereditas dan
faktor lingkungan seseorang. Lebih jauh, proses komunikasi seseorang
dipengaruhi oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi merupakan kombinasi dari
berbagai komponen, seperti pola suara, gerak mata, ekspresi wajah. Agar dapat
berkomunikasi dengan baik, gaya komunikasi haruslah fleksibel, disesuaikan
dengan situasi dan gaya komunikasi orang yang diajak berbicara (Franksiska,
2006 ). Oleh karena itu, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
H2 : Kemampuan Komunikasi Berpengaruh Positif terhadap
Pemahaman Mata Kuliah Auditing
2.3.5 Pengaruh Kepribadian Mahasiswa terhadap Pemahaman Mata
Kuliah Auditing
Kepribadian seseorang juga mempengaruhi gaya komunikasi seseorang.
Apakah orang itu pendiam, pasif, ceria, ambisius ataupun mudah bergaul.
Kepribadian merupakan pola perilaku, pikiran, dan emosi yang unik dan relatif
stabil yang dimiliki individu dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Kepribadian terbentuk dari faktor keturunan
33
maupun faktor lingkungan dalam kondisi situasional. Faktor keturunan merujuk
pada faktor – faktor yang ditentukan sejak lahir. Sedangkan faktor lingkungan
merujuk pada budaya tempat individu dibesarkan, kondisi awal individu, norma
keluarga dan kelompok sosial serta pengaruh yang dialami individu sepanjang
masa hidupnya. Oleh karena itu, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian
ini adalah:
H3 : Kepribadian Mahasiswa Berpengaruh Positif terhadap
Pemahaman Mata Kuliah Auditing
Recommended