View
230
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSAT TARI MODERN
1. Pengertian Tari
Menurut beberapa pakar seni tari mengatakan pada hakikatnya tari
adalah ekspresi perasaan manusia yang diungkapkan lewat gerak ritmis
dan indah yang telah mengalami stilisasi maupun distorsi.
Definisi lain, tentang tari dapat dijabarkan sebagai sebuah
visualisasi, sebuah ekspresi dalam gerak yang berisi pesan-pesan
terhadap kenyataan yang tetap tinggal dibenak penonton setelah
pertunjukkan selesai. Tari dapat dikatakan sebagai ekspresi seni
menciptakan image-image gerak yang membuat penonton lebih sensitif
terhadap realitas tari akan memberikan pengalaman yang berguna untuk
memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik bagi seniman
maupun penikmat.
2. Pengertian Tari Modern
Menurut pakar tari, Kenneth Macgowan dalam bukunya “The
Living Stage: A Story of The World Theater”, yang menyebutkan bahwa
tari modern adalah merupakan tari yang didominasi oleh emosi atau rasa
yang sebagaimana ciri kodrati emosi manusia yang memiliki desakan
untuk ingin bebas, maka jenis tari ini lebih mengarah untuk bebas dari
tradisi. Bebas di sini adalah bebas untuk mengungkapkan gerak yang
tidak diharuskan oleh pola-pola yang sudah ada.
Menurut Horosko, seorang pakar tari modern, menuturkan tari
modern adalah salah satu genre yang paling sulit untuk mendefinisikan
dengan teknik. Modern tidak selalu cepat atau lambat atau dilakukan
untuk musik tertentu atau musik apapun. Itu tidak selalu menyorot
ketrampilan fisik tertentu. Ini merupakan kabar baik dan besar menurut
16
sudut pandang koreografer dan penari karena dalam teori itu memberi
mereka kemungkinan tak terbatas untuk mengeksplorasi gerak.
3. Klasifikasi Tari Modern
Sejalan dengan perkembangannya, tari modern dapat dikategorikan
menjadi beberapa macam, antara lain:
a. Robot Dance
Gambar 2.1 Salah Satu Gerakan Robot Dance
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
Robot dance adalah sebuah ilusi gaya yang mencoba untuk
meniru sebuah robot atau manekin. Tari ini dipelopori oleh Charles
Washington pada akhir tahun 1960-an dan memperoleh ketenaran
setelah Jackson melakukan tari tersebut ketika mereka tampil dalam
acara Dancing Machine.
b. Breakdance
Gambar 2.2 Salah Satu Gerakan Breakdance
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
B-boying atau yang sering disebut sebagai breakdancing
adalah gaya tari jalanan yang berevolusi sebagai bagian dari budaya
hip-hop di antara pemuda kulit hitam dan Amerika latin di New
York City pada tahun 1970-an. Penari yang menari tarian ini untuk
17
laki-laki disebut b-boy dan untuk penari perempuan disebut b-girl.
Pertandingan kompetisi antar breaker dilakukan di arena terbuka
(pada panggung atau sebuah lapangan). Pemenang ditentukan dari
kombinasi dari berbagai variasi gaya.
Ciri khusus gerakan breakdance adalah
Gambar 2.3 Salah Satu Gerakan Toprocks
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
1) Toprocks adalah tarian yang menampilkan gerakan fleksibilitas,
gaya, dan yang paling penting adalah irama. Tarian ini biasa
digunakan pada awal pertunjukan sebagai pemanasan beberapa
gaya akrobatik lain.
Gambar 2.4 Salah Satu Gerakan Downrock
Sumber: upload.wikimedia.org diakses pada tanggal 14 Januari 2015
2) Downrock biasanya ditampilkan dengan posisi tangan dan kaki
pada lantai. Pada downrock, seorang breaker menampilkan
perputaran tubuh dengan kecepatan kaki dan kontrol dengan
cara mengkombinasi gerakan kaki. Kombinasi ini akan
menampilkan gaya baru yang disebut power move.
18
Gambar 2.5 Salah Satu Gerakan Power Move
Sumber: yogadork.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015
3) Power Move adalah gerakan yang membutuhkan momentum
dan kekuatan fisik untuk menjalankannya. Pada power move,
breaker lebih bergatung pada kekuatan tubuh bagian atas untuk
menari, menggunakan tangan untuk bergerak.
Gambar 2.6 Salah Satu Gerakan Freeze
Sumber: yogadork.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015
4) Freeze adalah menahan gerakan dengan pose yang bagus.
Semakin sulit freeze, membutuhkan kekuatan tubuh breaker
untuk menahan dirinya, dengan pose seperti handstand.
Gambar 2.7 Salah Satu Gerakan Suicide 1
Sumber: flickr.com diakses pada tanggal 8 Februari 2015
5) Suicide adalah tarian penutup sebagai kebiasaan breaker.
Breaker akan membuat dirinya terlihat kehilangan kendali dan
jatuh dengan punggung, perut, dan lain-lain. Semakin sakit
penampilan suicide terlihat, semakin bagus tarian tersebut, tetapi
breaker akan melakukannya dengan sebuah trik untuk
mengurangi sakit. Biasanya tarian ini juga digunakan untuk
menarik penonton setelah gerakan freeze.
19
c. Popping
Gambar 2.8 Salah Satu Gerakan Popping
Sumber: campofhiphop.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
Popping adalah tari jalanan dan salah satu gaya funk asli yang
berasal dari California selama tahun 1960 sampai 1970-an. Gerakan
ini didasarkan pada teknik kecepatan gerak dan relaksasi otot yang
dikombinasikan dengan pose. Seorang penari popping sering disebut
sebagai popper.
Dalam sebuah pertandingan, peserta mencoba untuk
mengungguli satu sama lain di depan banyak orang dengan
menunjukkan improvisasi dan gerak gaya bebas yang jarang terlihat
di acara dan pertunjukkan lainnya, seperti berinteraksi dengan
sesama penari dan penonton. Gaya popping biasanya dilakukan
seperti melambaikan tangan dan tutting, selain itu dilakukan pula
beberapa gerakan robotic.
Macam-macam gerakan popping:
1) Electric Boogalo
Gambar 2.9 Salah Satu Gerakan Electric Boogalo
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015
Electric boogalo adalah gaya tari funk dan tari hip-hop
yang berkaitan erat dengan popping. Hal ini menjadi gaya khas
dari kelompok tari yang dimulai pada tahun 1970-an. Seiring
20
dengan berjalannya waktu, electric boogalo menjadi populer di
kalangan popping. Hal ini ditandai sebagai gaya berorientasi
dari crazy legs footwalk yang diciptakan oleh Poppin Pete.
Gerakan dasar popping yaitu antara tubuh, lengan, dan kaki.
Penari menciptakan kesan sendi tubuh alami dengan
memindahkan dan memutar berbagai bagian tubuh secara
berurutan. Bagian yang tidak memutar harus tetap benar-benar
diam. Hal ini lebih disempurnakan dengan menggunakan tangan
untuk mendorong atau menarik tubuh bagian memutar dan hal
ini sangat umum dilakukan untuk gerakan popping.
2) Moonwalk
Gambar 2.10 Salah Satu Gerakan Moonwalk
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015
Floating, gliding atau sliding mengacu pada sekelompok
teknik tari footwork yang berorientasi dan mempunyai gaya
mencoba menciptakan ilusi bahwa tubuh penari mengambang di
lantai atau kaki berjalan ke belakang, sementara tubuh bergerak
tak tentu arah. Hal ini paling terkenal digunakan oleh Michael
Jackson dengan memunculkan beragam variasi yang lebih
banyak. Floating adalah teknik gerak sederhana bergantian
antara kaki dan tumit kaki untuk membuat tubuh mengapung di
lantai. Hal ini biasanya dilakukan ke samping. Gliding
menggunakan teknik mengambang tetapi juga menambah
dorongan dan tarikan yang menyebabkan kaki terlihat meluncur
di atas lantai dan menciptakan ilusi yang bagus. Gliding dapat
dilakukan ke banyak arah, tetapi paling umum adalah slide glide
21
dan circle glide. Sliding dan air walking adalah semacam
gerakan yang membuat penari seolah-olah tampak berjalan di
udara tanpa gesekan.
3) Strobing
Gambar 2.11 Salah Satu Gerakan Strobing
Sumber: dancehipology.com diakses pada tanggal 16 Januari 2015
Strobing adalah teknik tari popping yang memberikan
kesan bahwa penari bergerak dalam pengaturan lampu sorot atau
film low-framerate.
Untuk menghasilkan efek ini, penari akan menegangkan
tubuhnya dan mengambil gerakan dengan tempo: gerakan cepat
- berhenti sejenak - gerakan pergi. Hal itu berarti seorang penari
dapat membuat langkah sederhana seperti melambai ke
penonton sesuai dengan gerakan nyala lampu. Menguasai nyala
lampu membutuhkan waktu yang tepat sempurna dan jarak antar
tiap gerakan. Melakukan gerakan dengan kecepatan tempo
musik akan sangat membantu mencapai hal ini dan
mengintensifkan ilusi teknik.
4) Waving
Gambar 2.12 Salah Satu Gerakan Waving
Sumber: wordpress.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
22
Waving adalah gaya tari terdiri dari serangkaian gerakan
yang memberikan kesan bahwa sebuah gelombang melintasi
tubuh penari. Waving diperkirakan muncul dari teknik tari
popping dan funk serta sering terlihat dikombinasikan dengan
popping dan gaya terkait lainnya. Banyak penari yang berlatih
melambai tanpa melibatkan popping, seperti David. Waving juga
terlihat dikombinasikan dengan tarian lainnya, terutama ketika
dipraktekkan dalam teknik electronica.
Macam Gerakan:
Armwave diawali dengan memegang kedua lengan ke
samping tubuh penari, sejajar dengan tanah. Penari mengangkat
lengan lalu menurunkan bagian sebelah lengannya sambil
menjaga seluruh tubuhnya tetap pada posisi gerakan semula
sambil menggerakkan jari dan berakhir di pada jari lengan yang
lainnya. Hal ini sangat penting dilakukan agar seluruh tubuh
tampak bergerak.
Salah satu kesalahan gerakan dalam armwave yang
biasanya dilakukan oleh pemula adalah mengangkat siku. Ketika
mengangkat siku, penari juga mengangkat tangan. Seharusnya
penari harus secara aktif menurunkan tangannya untuk
mempertahankan ilusi. Ketika gelombang mencapai dada,
gelombang dapat dijadikan ilusi di depan dada atau di
punggung. Penari dapat menambahkan gerakan seperti memutar
kepalanya ke arah gerakan gelombang atau menghirup sebagai
gelombang mencapai dada dan menghembuskan napas untuk
menciptakan ilusi gelombang tersebut keluar dari tubuhnya.
23
d. Locking
Gambar 2.13 Salah Satu Gerakan Loocking
Sumber: stoptime.lv diakses pada tanggal 14 Januari 2015
Locking adalah gaya tari funk yang saat ini juga terkait dengan
hip-hop yang ditemukan oleh seorang penari bernama Don Campbell
di awal tahun 1970-an. Nama ini didasarkan pada konsep
penguncian gerakan yang berarti freeze dari gerakan cepat dan
mengunci pada posisi tertentu. Bertahan pada posisi tersebut untuk
sementara waktu dan kemudian berlanjut di kecepatan sama seperti
sebelumnya. Hal ini bergantung pada kecepatan lengan dan gerakan
tangan dikombinasikan dengan gerakan pinggul dan kaki yang lebih
santai. Ada sejumlah langkah locking yang dikombinasikan dengan
popping.
e. Hip-Hop Dance
Gambar 2.14 Salah Satu Gerakan Hip-Hop Dance
Sumber: loop-barcelona.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
Hip-hop dance mengacu pada gaya tari jalanan terutama
dilakukan dengan musik yang muncul pada tahun 1970-an dan
dipopulerkan oleh komunitas Breakin‟ Beat di Amerika Serikat.
Dengan adanya gaya tari baru ini, seorang penari klasik menciptakan
koreografi dari tarian hip-hop yang dilakukan di jalanan dengan
24
musik jazz-punk. Seiring perkembangan zaman, hip-hop dance
dipraktikkan di studio ataupun di luar ruang. Perbedaan hip-hop
dance dengan tarian lainnya adalah menggunakan improvisasi gaya
bebas yang terlihat di kompetisi yang disebut dengan pertempuran
atau dalam komunitas disebut dengan battle. Hip-hop dance bisa
menjadi bentuk hiburan maupun hobi yang didasari oleh kru,
freestyling, dan pertempuran antar kru.
f. Ballroom Dance
Gambar 2.15 Salah Satu Gerakan Ballroom Dance
Sumber: wordpress.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
Ballroom dance berasal dari bahasa Inggris “ball” yang berarti
bola dan dari bahasa Latin yaitu “ballare” yang berarti menari. Maka
dari itu Ballroom Dance adalah sebuah ballroom atau ruangan besar
yang dirancang khusus untuk menari pada satu set tarian mitra atau
berpasangan yang dinikmati baik secara sosial dan kompetitif di
seluruh dunia. Namun, dengan munculnya dance sport di jaman
modern ini, istilah tersebut menjadi sempit. Sekarang hal ini lebih
mengacu kepada tari gaya Amerika Latin.
g. Shuffle Dance
Gambar 2.16 Salah Satu Gerakan Shuffle Dance
Sumber: bp.blogspot.com diakses pada tanggal 14 Januari 2015
25
Tarian yang mulai muncul pada tahun 1980-an yang dilakukan
oleh MC Hammer selama konser live show dan video musik. Akan
tetapi tari ini mulai mencapai popularitas di tahun 2000. Tari ini
diciptakan oleh Paula Abdul, seorang koreografer dari Janet Jackson
pada akhir tahun 1980-an. Shuffle dance terdiri dari langkah hopping
atau geser yang dilakukan sedemikian rupa untuk lebih ditekankan
pada kecepatan dan kekuatan kaki.
4. Metode Penciptaan Tari Modern
Penciptaan suatu karya seni terutama tari modern membutuhkan
proses yang cukup panjang, karena merupakan hasil kreatifitas manusia
melalui olah pikir budinya yang terwujudkan melalui gerakan tubuh yang
memiliki makna estetik dengan iringan musik yang menambah keindahan
dari sebuah tari tersebut.
Menurut Alma Hawkins dalam bukunya yang berjudul “Creating
Through Dance”, bahwa di dalam metode penciptaan tari modern
berintikan:
a. Eksplorasi
Menentukan judul/tema/topik ciptaan melalui cerita, ide, dan
konsepsi.
Berpikir, imajunasi, merasakan, menanggapi, dan menafsirkan
tentang tema yang dipilih.
b. Improvisasi
Percobaan, memilih, membedakan, mempertimbangkan, membuat
harmonisasi, dan kontras-kontras tertentu.
Menentukan integrasi dan kesatuan terhadap berbagai percobaan
yang dilakukan.
c. Pembentukan
Menentukan bentuk ciptaan dengan menggabungkan simbol-simbol
yang dihasilkan dari berbagai percobaab yang telah dilakukan.
26
Menentukan kesatuan dengan parameter yang lain seperti gerak
dengan iringan, busana, dan warna.
Memberi bobot seni (kerumitan, kesederhanaan, dan intensitas,
dramatisasi dan bobot keragaman).
d. Observasi dan Kritik
Penelitian seni untuk mengkaji karya seni sering disebut sebagao
observasi dan kritik. Penelitian ini terkait erat dengan taksonomi ilmu-
ilmu apresiasi seni. Agar karya seni dapat dinikmati oleh masyarakat,
baik secara individual maupun kolektif perlu adanya pengenalan,
pengamatan, pemahaman, dan apresisasi yang mendalam.
5. Pusat Tari Modern
Pusat tari modern adalah suatu wadah pemusatan segala kegiatan
tari modern yang menyangkut kegiatan berlatih, berkumpul,
bersosialisasi, marketing, dan menjadi pusat kegiatan seperti adanya
studio film, tempat latihan, dan tempat pertunjukkan.
6. Preseden Pusat Tari
a. Padepokan Seni Bagong Kussudiardja, Yogyakarta
Salah satu padepokan seni yang telah berdiri di Yogyakarta
adalah Padepokan seni Bagong Kussudiarja. Padepokan Seni
Bagong Kussudiarja ini merupakan sebuah "rumah" serta "ladang"
berkesenian bagi banyak seniman serta pemerhati bidang seni. Di
tempat inilah, baik masyarakat Yogyakarta maupun masyarakat dari
luar, dapat mengapresiasi berbagai karya seni pertunjukan lewat
program-program yang dihadirkan oleh padepokan ini. Pada
mulanya, padepokan yang berdiri di atas tanah seluas 5.000 m² ini
berawal dari tempat latihan menari saja dan ia dirikan pada tahun
1958. Semenjak itu, begitu banyak penari hebat yang telah
dilahirkan. Kemudian dalam proses berkesenian yang ia jalani serta
keterlibatannya secara terus-menerus dalam dunia itu, membuat
27
Bagong ingin menciptakan sebuah tempat dimana siapa saja dapat
berlatih berkesenian.
Gambar 2.17 Padepokan Seni Bagong Kussudiardja (bagian samping & belakang)
Sumber: http://www.jogjatrip.com/id/631/padepokan-seni-bagong-kussudiardja
diakses pada tanggal 14 Maret 2015
Para pengunjung padepokan seni milik Bagong dapat
menyaksikan berbagai kesenian di ruang pertunjukan utama. Ruang
pertunjukan utamanya yang menyerupai pendapa membuat kita
merasa tidak lepas dari dunia nyata dalam proses apresiasi. Sejumlah
karya seni pertunjukan dari dalam maupun luar negeri sempat
menorehkan aksinya di panggung itu. Sesuai dengan konsepnya,
semua pertunjukan itu terbuka bagi siapa saja yang ingin
menikmatinya. Salah satu program yang diadakan secara rutin oleh
padepokan ini antara lain adalah Jagongan Wagen yaitu program
pergelaran dan apresiasi karya seni pertunjukan yang
diselenggarakan secara terbuka dan rutin pada tiap bulan di rumah
budaya Yayasan Bagong Kussudiarja. Pagelaran seni pertunjukan
adalah ruang sinergi yang mempertemukan semangat kebersamaan
dan energi kreatif, mampu merangsang inspirasi dan imajinasi yang
membangkitkan gairah hidup.
Gambar 2.18 Ruang Pelatihan Seni Padepokan Seni Bagong
Sumber: http://www.jogjatrip.com/id/631/padepokan-seni-bagong-kussudiardja
diakses pada tanggal 14 Maret 2015
28
Melalui program ini, dapat diyakini bahwa kekuatan ruang
pementasan seni pertunjukan sebagai media dan sarana untuk saling
berbagi pengetahuan, energi kreatif, dan kreativitas yang senantiasa
harus dijaga serta ditumbuhkan. Sajian (karya) seni pertunjukan dan
obrolan seputar seni dan karya itu sendiri merupakan hal yang paling
ditunggu karena keakraban yang terbangun penuh dengan
kehangatan. Kegiatan kreatif ini memanfaatkan seni pertunjukan
sebagai sumber pembelajaran dan aktivitas berbasis seni yang
mengangkat dan menyertakan masyarakat di sekitar dengan seniman.
b. Cube Studio, Korea
Gambar 2.19 Desain Cube Studio dan Cube Studio (bagian depan)
Sumber: Photo-News-Korean-Entertainment-Agencies-Tour-Route_Official-Korea-
Tourism-Organization.html dan (x)clusive-visit-to-the-new-home-of-CUBE-artists,CUBE-
Studio.html diakses pada tanggal 20 Maret 2015
Gambar 2.20 Cube Studio (bagian depan dan samping)
Sumber: Photo-News-Korean-Entertainment-Agencies-Tour-Route_Official-Korea-
Tourism-Organization.html diakses pada tanggal 20 Maret 2015
29
Gambar 2.21 Cafe Cube Entertainment
Sumber: (x)clusive-visit-to-the-new-home-of-CUBE-artists,CUBE-Studio.html
diakses pada tanggal 20 Maret 2015
Cube Studio merupakan studio tari artis K-pop Korea dari
agensi Cube Entertainment yang mengusung tema Cafe and Studio
Dance. Fasilitas bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Pada lantai 1,
terdapat cafe. Tujuan utama dari cafe ini adalah mempererat
komunikasi antara fans dengan artis Cube Entertainment seperti
Beast, 4Minute, dan G.NA. pada lantai 1 ini terdapat Cube
Entertainment CD‟s dan merchandise, serta minuman dan makanan
dengan nama artis K-pop.
Gambar 2.22 Studio 1 dan 2 Cube
Sumber: http://www.cubeent.co.kr/ diakses pada 20 Maret 2015
Pada lantai 2, terdapat beberapa studio tari untuk berlatih
koreografi, ruang latihan vokal, dan ruang latihan band untuk artis
Cube Entertainment. Orang yang tidak memiliki keperluan ataupun
bukan merupakan pengurus Cube ini tidak memiliki akses untuk
masuk ke lantai 2.
30
a. Juilliard Art School, New York
Gambar 2.23 Tampak depan dan bangunan Juilliard Art School
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Sekolah ini berada di Licoln Center Performing Arts, New
York City. Entrance berada di jalan 155 W, 65 Street, antara
Broadway dan Amsterdam Avenue. Pada mulanya sekolah ini
dinamakan menurut nama Augustus Juilliard, seorang pedagang
tekstil yang kaya untuk mendirikan The Juilliard school of music
pada tahun 1924. Pada tahun 1926, sekolah ini bergabung dengan
Institute of Musical Art dan menjadi Juilliard School of Music.
Kemudian terdapat penambahan divisi tari pada tahun 1951 dan
Drama pada tahun 1968. Hingga akhirnya nama sekolah diperpendek
menjadi The Juilliard School. Alumni Juilliard telah memenangkan
lebih dari 105 Grammy Awards, 62 Tony Awards, 47 Emmy
Awards, 26 Bessie Awards, 24 Academy Awards, 16 Pulitzer Prizes,
dan 12 National Medals for the Arts.
Sekolah ini merupakan sekolah terkemuka di dunia dan
memiliki fasilitas lengkap dengan beberapa studio musik, tari, dan
teater drama eksperimental maupun teater pertunjukkan. Lokasi
sekolah ini terletak dalam Lincoln Performing Center, sehingga
sekolah ini mampu berkembang pesat dan menarik perhatian
masyarakat luas.
1) Interior Ruang Objek
Fasilitas sekolah ini antara lain:
Main Entrance dan Lobby
31
Bangunan ini memiliki 2 entrance, yaitu entrance utama yang
berhubungan dengan fasilitas teater, sementara entrance di
sisi bangunan untuk sekolah.
Gambar 2.24 Main Entrance Alice Tuly Hall dan Lobby
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Peter Jay Sharp Theater
Tiket box untuk peter hay sharp theater menggunakan lampu
backlit dan dekat dengan area lobby.
Gambar 2.25 Ticket box untuk Peter Jay Sharp Theater
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Kapasitas tempat duduk yaitu 933 orang dengan panggung
selebar 60 ft2. Ruangan ini menampung pertunjukkan opera,
tari, konser, recitals, dan acara khusus bagi juilliard.
Gambar 2.26 Area tunggu dan interior Peter Jay Sharp Theater
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
32
Experimental Theater (Black Box Theater)
Gambar 2.27 Interior experimental Theater
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Kapasitas duduk sekitar 100 orang dan didesain dengan
teknologi canggih terbaru yang memungkinkan agar dapat
digunakan bagi ketiga divisi. Juilliard Theater ini akan
menjadi fasilitas pertama yang ditambahkan pada sekolah
sejak dibukanya Recital Hall pada tahun 1990 yang kini
dinamakan Morse Recital Hall pada tahun 2004. Fasilitas ini
menyediakan hampir sekitar 2.000 ft2 untuk space produksi
termasuk pemasangan sistem suara permanen, lantai tari yang
dapat dipindahkan, dan kemampuan proyeksi video. Fasilitas
baru Juilliard yaitu Music Technology Center yang akan
dihubungkan dengan theater ini, sehingga para siswa dapat
menggunakan kemampuan suara yang canggih dari teater ini.
Adanya fasilitas ini, diharapkan para siswa ikut
mengembangkan departemen musik untuk menciptakan suara
baru dari instrumen elektronik. Bentuk teater ini adalah teater
eksperimental, dimana bisa digunakan untuk berbagai fungsi.
Wolfson Orchestral Studio
Studio ini merupakan tempat latihan bersama antara orchestra
dan paduan suara. Ruangan ini sangat memperhatkan akustik
karena bentuk musik orchestra.
33
Gambar 2.28 Interior Orchestra Studio
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Jazz and Music Rehearsal Studio
Merupakan fasilitas berlatih bersama dan pertunjukkan musik
(recital) karena letaknya yang berada di fasad kaca bangunan.
Gambar 2.29 Interior Jazz and Rehearsal Studio
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Instrumental Practice Room
Merupakan studio latihan kecil dan privat.
Gambar 2.30 Instrumental Practice Studio
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Dance Rehearsal Studio
Ini merupakan studio tari regular yang biasa digunakan untuk
tujuan latihan saja. Studio ini bersifat tertutup, artinya
ruangan ini tidak dapat dilihat dari luar.
34
Gambar 2.31 Dance Rehearsal Studio
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Glorya Kauffman Dance Studio
Sementara itu Glorya Kauffman dance studio ini memiliki
sisi yang terbuka menghadap jalan. Tujuannya adalah agar
masyarakat dapat melihat aktivitas latihan dan menjadi
tontonan.
Gambar 2.32 Glorya Kauffman Dance Studio
Sumber: http://www.juilliard.edu/ diakses pada 28 Mei 2015
Secara keseluruhan, fasilitas di bangunan Juillard ini tertata
dan terencana dengan baik. Selain elemen interior yang
sangat bagus, secara keseluruhan penampilan interiornya juga
sangat modern. masing-masing divisi juga memiliki fasilitas
yang sangat lengkap. Fasilitas ini juga memanfaatkan sumber
sekitarnya dengan baik, seperti view yang mendukung
kegiatan siswa, juga difungsikan secara cerdas untuk menarik
perhatian masyarakat. Dengan pemanfaatan cahaya alami
yang maksimal dan pencahayaan buatan yang kompleks.
Hanya saja fasilitas ini merupakan fasilitas pendidikan
formal, dimana jumlah siswanya banyak dan sistem
kurikulumnya lebih padat. Penataan interior yang menarik,
tanpa mengacuhkan pentingnya kebutuhan standar dan
perlengkapan ruang.
35
b. Kesimpulan Tipologi
Dari ketiga tipologi ini, terlihat bahwa fasilitas kota
Yogyakarta, standar fungsinya sudah cukup baik, terutama untuk
skala pelatihan informal, tetapi elemen estetikanya masih belum
diolah dan masih kalah dari segi teknologinya. Sementara itu,
fasilitas dari luar tersebut memang lebih besar jumlahnya siswa,
pengajar, dan kebutuhan, sebab merupakan sekolah formal dengan
kebutuhan yang kompleks dan teknologinya sudah maju, sehingga
terlihat lebih lengkap. Jika dilihat dari konteks kebutuhan kota
Yogyakarta dan bentuk pelatihan formal, sistem dan fasilitas yang
ada saat ini dapat dijadikan rujukan. Namun, untuk elemen interior,
material seperti akustik, lantai, desain ruang, dan ruangan yang
lainnya, jika mengikuti standar tipologi dari Juilliard School akan
lebih baik.
Dari tipologi ini juga diperoleh karakteristik bagi fasilitas
pelatihan seni yaitu harus mengutamakan elemen teknisnya terlebih
dahulu, baru elemen estetisnya. Dengan adanya hal ini, bukan
berarti bahwa ruangan harus bersifat kaku dan formal, karena
nantinya bangunan ini bersifat informal. Perbedaan lain yang
didapat adalah fasilitas pelatihan formal memiliki pembagian dan
penggolongan ruang yang lebih sedikit, sebab jumlah pemakai
fasilitas lebih banyak dan sistem pengajaran yang lebih besar dan
umum. Sementara untuk fasilitas informal, pembagian ruang lebih
kecil dan banyak karena menampung berbagai macam komunitas
tari modern di Yogyakarta yang lebih berfokus pada masing-
masing komunitas.
36
B. TINJAUAN KOMUNITAS TARI MODERN
1. Pengertian Komunitas
Istilah komunitas berasal dari bahasa latin “communis” yang
artinya sama, kemudian menjadi kata benda “communitas” yang artinya
kesamaan. Komunitas lazim dipergunakan untuk menyebut sebuah
kelompok dimana anggotanya memiliki ketertarikan terhadap terhadap
sesuatu yang sama atau berada dalam habitat yang sama.
Menurut Vanina Delobelle, definisi suatu komunitas adalah group
beberapa orang yang beberapa orang yang berbagi minat yang sama,
yang terbentuk oleh 4 faktor, yaitu:
Komunikasi dan keinginan berbagi (sharing): para anggota salong
menolong satu sama lain.
Tempat yang disepakati bersama untuk bertemu.
Ritual dan kebiasaan: orang-orang datang secara teratur dan periodik.
Influencer: influencer merintis sesuatu hal dan para anggota
selanjutnya ikut terlibat.
2. Pengertian Komunitas Tari Modern
Sejarah komunitas dimulai dimana Amerika Serikat pada tahun
1900-an dan mulai berkembang di indonesia pada tahun 1980-an.
Gerakan tari modernyang merupakan ekspresi diri dari setiap individu
merupakan kunci utama dari setiap teknik yang ada. Sejalan dengan
perkembangan jaman, di Indonesia mulai menjamur di kalangan remaja.
Maka dari itu, beberapa individu mulai membentuk kelompok yang
saling bertukar pikiran dan mengajarkan serta belajar bagaimana tari
modernitu. Kelompok-kelompok tersebut kemudian disebut dengan „kru‟
dan membentuk sekelompok kru dengan teknik dan jenis tari modern
yang mereka minati disebut dengan komunitas. Tari modern pertama kali
mulai berkembang pertama di kota Surabaya dan merambah ke kota
Yogyakarta merupakan kota yang disebut kota budaya. Maka dari itu,
potensi komunitas dan event tari modern di kota Yogyakarta sekarang
37
sangat besar dan menarik minat masyarakat, sehingga peminat tari
modern semakin lama semakin bertambah jumlahnya.
3. Fasilitas Utama untuk Komunitas Tari Modern
a. Studio Tari
Sebuah wadah komunitas tari modern memerlukan tempat berlatih
yang biasanya disebut studio tari. Studio tari terdiri dari dua macam,
yaitu:
1) Studio Tari Tertutup
Studio tertutup harus benar-benar kedap suara, terutama bunyi
yang datang dari studio tari di sebelahnya. Studio tari juga tidak
memerlukan pencahayaan khusus karena di dalam studio tari
terdapat banyak cermin untuk keperluan berlatih gerak tari.
Pencahayaan yang berlebihan akan menimbulkan pemantulan di
dalam ruang studio tari. Terutama karena di dalam studio terdapat
banyak cermin sehingga pemantulan harus diminimalisir.
Ketinggian plafon juga perlu diperhatikan sehingga memiliki ruang
gerak yang memadai untuk bermacam-macam gerakan tari. Luas
ruangan menyesuaikan pada tarian dan jumlah peserta tarinya serta
instruktur yang mengajar. Sirkulasi untuk instruktur sekitar 20%
dari luas ruang.
2) Studio Tari Terbuka
Studio tari terbuka hanya digunakan untuk jenis tari tertentu.
Studio tari terbuka harus lebih memperhatikan kebisisngan. Karena
tidak terdapat elemen-elemen dapat digunakan sebagai penghalang
kebisingan. Sehingga peletakan studio terbuka ini harus di tempat
yang jauh dari kebisingan. Studio terbuka ini dapat juga berfungsi
ganda menjadi ruang pertunjukkan kecil untuk acara-acara tertentu.
38
b. Ruang Pertunjukkan
Ruang pertunjukkan merupakan wadah atau tempat untuk mengadakan
kegiatan atau menyelenggarakan suatu pagelaran, dimana tempat
tersebut harus menyediakan fasilitas keamanan dan kenyamanan bagi
pengunjung. (Christos G, evolusi fasilitas pertunjukkan,
anthanaspulos).
Prinsip-prinsip perancangan gedung pertunjukkan:
1) Organisasi Ruang
Organisasi ruang gedung-gedung pertunjukkan pada umumnya
dibagi dalam tiga bagian:
Bagian penerimaan: pintu masuk, pemesanan karcis, serambi
depan, dan sebagainya.
Auditorium
Bagian panggung: panggung utama, sayap panggung, daerah
belakang panggung, gudang layar pertunjukkan, ruang pakaian,
ruang latihan. Situasi bangunan untuk pertunjukkan umum
harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga penonton dapat
meninggalkan ruang lebih cepat dari waktu ke waktu yang
diperkirakan.
Organisasi ruang dari ruang pertunjukkan harus dirancang dengan
tepat sehingga pemakaiannya dapat optimal.
2) Tempat Duduk
Ukuran tempat duduk bergantung pada jenis kursi dan jarak tempat
duduk yang d2syaratkan. Kursi bergaya tradisional membutuhkan
jarak minimum 84 cm dan lebar 50 cm. Sedangkan ukuran
umumnya di Amerika Serikat adalah 53 cm. Kursi yang bergaya
modern mempunyai ukuran yang bermacam-macam dapt
membutuhkan jarak 140 cm dan lebar 750 cm. Untuk mendapatkan
titik pusat jari-jari deretan tempat duduk yang baik maka perlu
mencoba berbagai posisi penataannya. Jari-jari yang pendek
memungkinkan semua penonton dapat menghadap lurus ke pusat
39
panggung. Tetapi hal ini harus dipertimbangkan agar dapat
memperoleh ruang sirkulasi yang cukup pada bagian sisi kursi-
kursi di sebelah bawah terdepan. Sedangkan layout kursi penonton
berkaitan dengan arah pandang penonton adalah sebagai berikut:
Gambar 2.33 Sudut Pandang Penonton ke Arah Panggung
Sumber: Joseph De Chiara, Time Saver Standard
3) Panggung
Panggung adalah ruang yang umumnya menjadi orientasi utama
dalam sebuah auditorium. Ruangan ini diperuntukkan bagi para
penyaji mengekspresikan materi yang akan disajikan. Dalam hal ini
para penyaji adalah para pemain teater dan pemain
musik/orkestra.Bentuk dan dimensi panggung sangat bermacam-
macam. Antara lain sebagai berikut:
a) Panggung Proscenium
Panggung seperti ini adalah peletakkan panggung yang
konvensional yaitu penonton hanya bisa melihat penampilan
penyaji dari arah depan saja. Komunikasi penonton dan
penyaji menjadi sangat minim. Panggung semacam ini lebih
cocok digunakan unutk model sajian yang membutuhkan
tingkat komunikasi yang tinggi seperti pertunjukkan tari.
b) Panggung Terbuka
Merupakan pengembangan dari panggung proscenium yang
memiliki sebagian area panggung menjorok ke arah penonton
sehingga memungkinkan penonton bagian depan untuk
menyaksikan penyaji dari arah samping seperti peragaan
busana. Komunikasi yang terjalin akan lebih baik.
c) Panggung Arena
Panggung yang terletak di tengah-tengah penonton, sehingga
penonton dapat berada di depan, samping, belakang.
40
Komunikasi penonoton dan penyaji akan terjalin dengan
sangat baik. Panggung arena sangat cocok untuk penampilan
kelompok musik beraliran remaja (group band).
d) Panggung Etended
Merupakan pengembangan dari panggung proscenium ke arah
samping kiri dan kanan. Bagian pelebaran panggung ini
dibatasi dengan dinding samping, sehingga penonton dapat
menyaksikan penyaji dari arah samping. Bentuk panggung
semacam ini sangat cocok digunakan untuk sajian acara yang
terdiri dari beberapa bagian pertunjukkan seperti
penganugerahan penghargaan. Masing-masing bagian sajian
tersebut dapat menempati sisi panggung yang berbeda,
sehingga persiapan set masing-masing sisi panggung tidak
saling mengganggu.
4) Ruang Persiapan Pertunjukkan (backstage)
Backstage pada umumnya berbentuk selasar, ruang pelatihan
pentas, ruang ganti, ruang rias, toilet, serta ruang-ruang penunjang
yang lain seperti ruang proyeksi dan ruang penyimpanan properti.
Ruang persiapan dari suatu area pertunjukkan harus memenuhi
standar tertentu. Fasilitas ruang tersebut adalah:
Ruang Kostum
Berfungsi sebagai ruang penyimpanan dan peletakan kostum
agar memudahkan penari memilih kostum yang akan dipakai.
Ruang Ganti
Ruang ganti pada ruang pertunjukkan dibutuhkan ruang untuk
pria dan wanita beserta toiletnya dan memerlukan ukuran yang
cukup luas karena keberagaman kostum yang memiliki tingkat
kesulitan cukup tinggi dalam penggunaannya.
41
Ruang Rias
Beberapa tuntutan untuk studio rias antara lain adalah
terdapatnya lampu pijar di samping cermin pada setiap meja
rias. Sehingga riasan pada wajah dapat terlihat maksimal.
Ruang Pendukung
Ruang pendukung dapat terdiri dari ruang tunggu/istirahat bagi
para pemain dan toilet.
c. Archade
Archade adalah suatu tempat jual beli suatu barang dimana menjual
barang-barang khusus untuk mendukung suatu bangunan dengan
luas are yang tidak terlalu besar (Delbert J. Duncan dan Stanley D.
Holander, 1977). Maka dari itu, biasanya Archade memiliki desain
interior yang ergonomis supaya para pengunjung lebih nyaman
melakukan aktivitas belanja dengan mudah.
C. TINJAUAN AKUSTIKA RUANG
Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau
suara, sebagaimana pendapat Shadily (1987:8) bahwa akustik berasal dari
kata dalam bahasa Inggris acoustics, yang berarti ilmu suara atau ilmu bunyi
(Halme, 1991:12). Sehingga Akustik ruang terdefinisi sebagai bentuk dan
bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara
yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat
pantul benda atau objek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh
dalam reproduksi suara (Joko Sarwono, 2009).
Dalam akustika, terdapat prinsip-prinsip akustika pada ruangan yaitu
akustika luar ruangan dan akustika dalam ruangan serta penerapan terhadap
bangunan auditorium dan studio tari.
1. Akustika Luar Ruangan
Permasalahan kebisingan di negara beriklim hangat-lembab juga
bertambah rumit sehubungan adanya kepentingan desain bangunan yang
42
saling berlawanan. Di satu sisi, bangunan harus lebih banyak
memanfaatkan elemen terbuka (seperti jendela dan angin-angin) untuk
mendapatkan ventilasi alami yang baik. Sedangkan di sisi lain, banyaknya
elemen terbuka akan menyebabkan kebisingan yang muncul di jalan lebih
mudah memasuki bangunan.
a. Reduksi Kebisingan Secara Alami
1) Jarak
Semakin jauhnya jarak telinga terhadap sumber kebisingan,
maka semakin lemahlah bunyi yang diterimanya. Reduksi
kebisingan akibat jarak akan berbeda besarnya antara sumber
kebisingan tunggal atau majemuk.
2) Serapan Udara
Udara di sekitar kita yang menjadi medium perambatan
gelombang bunyi, sesungguhnya mampu menyerap sebagian
kecil kekuatan gelombang bunyi yang melewatinya. Kemampuan
serapan udara tersebut bergantung pada suhu dan
kelembabannya. Serapan yang lebih besar akan terjadi pada
udara bersuhu rendah dibandingkan dengan udara bersuhu tinggi.
Serapan juga terjadi lebih baik pada udara dengan kelembaban
relatif rendah, dibandingkan pada udara dengan kelembaban
relatif tinggi.
3) Angin
Pengaruh angin dalam mengurangi kekuatan bunyi adalah
fenomena yang belum dapat dipahami sepenuhnya. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh kecepatan dan arah angin. Pada kondisi angin
bertiup dari sumber bunyi menuju suatu titik, maka titik tersebut
akan menerima bunyi dengan lebih cepat, dan dalam kekuatan
yang cukup besar, begitu juga sebaliknya.
4) Permukaan Tanah
Permukaan bumi yang masih dibiarkan sebagaimana
adanya, seperti tertutup tanah atau rerumputan adalah permukaan
43
yang lunak. Apabila bunyi merambat dari sumber ke suatu titik
melalui permukaan lunak semacam ini, permukaan tersebut akan
cukup signifikan menyerap bunyi yang merambat, sehingga
bunyi yang diterima titik tersebut akan melemah kekuatannya.
Adapun permukaan bumi yang keras, seperti jalan yang dilapis
aspal atau taman yng ditutup paving-block akan memberikan
efek sebaliknya. Hal ini terjadi karena permukaan keras tersebut
tidak menyerap gelombang bunyi yang merambat tetapi justru
memantulkannya, sehingga bunyi yang sampai ke suatu titik pada
jarak tertentu dari sumber bunyi dapat menjadi lebih kuat.
Gambar 2.34 Kondisi permukaan bumi yang rata atau berbukit yang
memungkinkan terjadinya reduksi oleh penghalang secara alamiah
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:61
5) Halangan
Reduksi bunyi akibat adanya objek penghalang dapat
dibedakan menjadi dua yaitu halangan yang terjadi secara
alamiah dan halangan buatan. Halangan alamiah terjadi ketika di
antara sumber bunyi dan suatu titik berdiri penghalang yang tidak
dengan sengaja dibangun oleh manusia, seperti kontur alam yang
membentuk bukit dan lembah. Adapun penghalang yang secara
sengaja dibangun oleh manusia bisa berupa pagar, tembok, dan
lain sebagainya.
44
Penanggulangan kebisingan akan sangat efektif bila
dilakukan secara menyeluruh. Artinya kita tidak hanya
memperhatikan elemen-elemen yang menempel atau berada pada
bangunan, namun juga merancang ruang luar yang mampu
menahan atau setidaknya mengurangi masuknya kebisingan dari
jalan ke lahan bangunan yang dimaksud. Adapun langkah-
langkah perancangan akustik luar ruangan yang dapat ditempuh
adalah:
Menciptakan jarak sejauh mungkin antara dinding muka
bangunan dengan jalan pada lahan yang tersedia melalui
siasat penataan (layout) bangunan.
Menempatkan elemen terbuka tidak secara langsung
menghadap ke jalan.
Mendirikan penghalang untuk menahan atau mengurangi
merambatnya kebisingan dari jalan ke lahan bangunan.
Memilih material dinding muka bangunan dengan kombinasi
elemen desain yang memberikan nilai insulasi tinggi.
6) Menata Layout Bangunan
Ketika kebutuhan akan luasan bangunan masih dapat
menyisakan lahan terbuka yang luas, maka pemilihan layout
bangunan tidak memberikan pengaruh yang berarti. Sebab pada
lahan yang luas, bangunan dapat dengan leluasa diletakkan jauh
di bagian belakang, menjauhi sumber kebisingan. Penataan
layout sangat penting dilakukan pada bangunan dengan luas
lahan terbatas. Pada pemilihan layout bangunan untuk
mengurangi kebisingan, langkah pertamanya adalah
pengelompokkan ruang-ruang yang membutuhkan ketenangan,
terpisah dari ruang-ruang yang justru menghasilkan kebisingan.
45
Gambar 2.35 Layout bangunan yang memungkinkan terbentuknya ruang-ruang (ruang
B) yang jauh dari kebisingan untuk ruang privat, sementara ruang A yang lebih dekat
dengan kebisingan dapat difungsikan sebagai ruang publik
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:63
Layout bangunan tunggal berbentuk “L” atau “U” akan
memungkinkan pengelompokan ruang semacam gambar tersebut.
Layout “L” lebih cocok diterapkan pada bangunan domestik
dengan luasan kecil. Layout “U” cocok untuk bangunan publik
yang luas.
7) Penghalang Buatan
Penghalang buatan (disebut juga sound barrier atau
barrier) dapat pula menjadi pilihan ketika pengurangan
kebisingan melalui pemilihan layout bangunan tidak memberikan
reduksi maksimal. Agar dapat membangun barrier secara tepat,
beberapa faktor harus kita perhatikan, di antaranya: perletakaan
atau posisi, dimensi atau ukuran barrier, pemilihan material, dan
estetika.
Posisi atau peletakan
Pada permukaan bumi yang berkontur tajam, dalam kasus di
mana keberadaan bangunan lebih rendah dari jalan dan
berada di balik bukit, di manapun barrier diletakkan, akan
tercapai hasil yang maksimal. Sedangkan pada keadaan di
mana lahan bangunan lebih tinggi dari jalan (setidaknya ada
selisih 1 m), ketinggian barrier menjadi faktor yang lebih
penting dibandingkan faktor posisi. Sayangnya kondisi tanah
46
berkontur semacam ini tidak banyak dijumpai di kota besar,
sehingga posisi barrier menjadi sangat penting.
Gambar 2.36 Posisi barrier yang sedekat mungkin pada sumber atau pendengar
akan memberikan efek reduksi kebisingan maksimal, sebaliknya posisi barrier
yang berada di tengah-tengah tidak akan berfungsi efektif
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:64
Pada situasi di mana ketinggian permukaan jalan dan lahan
bangunan hampir sama, peletakan barrier sejauh mungkin
dari bangunan akan memberikan hasil yang maksimal. Bila
kondisi ini tidak dapat diterapkan akibat keterbatasan lahan,
maka diusahakan agar barrier dibangun sedekat mungkin ke
dinding muka bangunan. Untuk kondisi yang kedua kita
memerlukan ketinggian barrier yang melebihi ketinggian
dinding bangunan agar kebisingan yang terdefraksi dari ujung
atas barrier tidak masuk ke dalam bangunan. Bila sekiranya
diperlukan taman atau ruang terbuka, peletakan elemen ini
pada bagian belakang bangunan akan lebih ideal. Penempatan
taman pada bagian depan lahan sangat mungkin justru
menciptakan jarak yang sama antara barrier dengan sumber
bising dan barrier dengan bangunan.
Dimensi
Ketika menggunakan barrier yang lebih dekat ke arah
bangunan daripada ke arah jalan, dapat dipastikan dibutuhkan
47
ketinggian barrier yang melebihi dinding depan bangunan.
Sementara itu, pada keadaan yang memungkinkan ketinggian
barrier lebih rendah dari dinding, perlu kiranya dihitung
ketinggian yang tepat, sehingga diperoleh reduksi yang
dikehendaki. Penghitungan ketinggian barrier yang tepat
diharapkan dapat menjadi solusi bagi masalah kebisingan
sekaligus memungkinkan aliran udara yang sangat diperlukan
oleh bangunan di negara tropis lembab. Dimensi barrier
terdiri dari panjang (atau lebar) dan tinggi. Untuk
memperoleh hasil yang maksimal, usahakan agar barrier
dibangun sepanjang lebar lahan bagian depan yang
berhubungan langsung dengan jalan. Pintu atau gerbang
untuk akses dapat diletakkan berhadapan dengan ruangan
yang tidak membutuhkan ketenangan secara signifikan,
misalnya di antara dua lengan pada layout “U” atau
berhadapan dengan lengan sejajar jalan pada layout “L”.
Material
Mengingat sifat gelombang bunyi yang mampu menembus
celah atau retakan yang sangat kecil serta mampu
menggetarkan objek-objek, maka pemakaian bahan yang
berat, tebal, dan masif (tanpa cacat serta homogen) yang
dipasang secara rigid, kokoh, dan permanen sangatlah
disarankan.
Estetika
Secara akustik, faktor estetika adalah faktor yang tidak
mendapatkan perhatian dengan serius. Namun secara
arsitektur, faktor ini penting diperhatikan agar barrier yang
dibangun tidak menutupi fasad atau tampak depan bangunan
dengan terlalu ekstrim. Hal ini patut mendapatkan perhatian
yang serius terutama karena barrier yang efektif harus
memenuhi persyaratan tebal-berat-masif yang dapat
48
dikategorikan sebagai elemen yang mengganggu fasad.
Berikut beberapa gambar yang menunjukkan pemakaian
barrier yang memenuhi persyaratan akustik dan memberikan
tampilan yang cukup baik.
Gambar 2.37 Sketsa barrier yang menggunakan gorong-gorong (bius) kecil,
ditanami tumbuhan merambat, memberikan tampilan yang unik sekaligus
memenuhi standar sebuah sound barrier
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:74
2. Akustika Dalam Ruangan
Pada tempat terbuka yang bebas halangan (free sound field) bunyi
yang dihasilkan oleh suatu sumber bunyi akan merambat ke segala arah.
a. Refleksi
Refleksi atau pemantulan bunyi oleh suatu objek penghalang
atau bidang batas disebabkan oleh karakteristik penghalang yang
memungkinkan terjadinya pemantulan. Secara umum kita mengenal
persamaan sudut datang = sudut pantul (terhadap garis normal).
Pemantulan yang umumnya terjadi dapat digambarkan
sebagai:
Near Field, yaitu area yang terjadi di dekat sumber bunyi, yang
jaraknya diukur sekitar satu panjang gelombang dari frekuensi
bunyi tersebut, atau bila sumbernya mengeluarkan bunyi multi
frekuensi, jaraknya diukur satu panjang gelombang dari bunyi
pada frekuensi terendah.
49
Reverberant Field, yaitu area yang terjadi di dekat bidang batas,
berseberangan engan sumber bunyi. Mendekati bidang batas
yang besar dan sangat memantul, reverberant field akan sangat
dominan dan dapat mendekati kondisi difus. Meskipun sengaja
dirancang memantulkan bunyi, untuk mendistribusikan bunyi
secara merata, sebuah ruangan yang baik adalah ruangan yang
jauh dari kondisi difus.
Free Field, yaitu area yang berada di antara near dan reverberant
filed. Titik-titik pada area ini, cukup baik untuk dipakai
mengukur tingkat kekerasan bunyi. Pada ruangan amat sempit
yang bidang batasnya memantulkan bunyi, free field ini tidak
terbentuk.
Gambar 2.38 Skematik perambatan suara dalam ruang tertutup
(a. Denah dan b. Potongan)
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:78
Gambar 2.39 Lorong sempit/koridor semestinya disusun dari bahan
yang memiliki penyerapan baik, sehingga tidak terjadi flutter echoes
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:79
50
Gambar 2.40 Panel-panel dengan permukaannya yang mampu menyerap dan
memantulkan secara difus untuk mengatasi flutter echoes
(perspertif dan tampak depan)
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:79
Pemantulan yang terjadi bisa berupa pemantulan yang
tersebar (bila mengenai bidang batas mendatar atau bidang batas
cembung) dan bisa juga pemantulan terfokus (bila mengenai bidang
batas cekung).
Gambar 2.41 Pemantulan yang terjadi pada bidang batas cembung, datar, dan cekung
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:80
b. Absorpsi
Sesuai dengan karakteristik materialnya, sebuah bidang batas
selain dapat memantulkan kembali gelombang bunyi yang datang,
juga dapat menyerap gelombang bunyi. Penyerapan ini akan
mengakibatkan berkurang atau menurunnya energi bunyi yang
menimpa bidang batas tersebut. Penyerapan oleh elemen pembatas
ruangan sangat bermanfaat untuk mengurangi tingkat kekuatan bunyi
yang terjadi, sehingga dapat mengurangi kebisingan di dalam ruang.
Adapun jenis-jenis absorber yang umumnya dijumpai adalah:
51
1) Material Berpori
Penyerap yang terbuat dari material berpori bermanfaat untuk
menyerap bunyi yang berfrekuensi tinggi, sebab pori-porinya
kecil sesuai dengan besaran panjang gelombang bunyi yang
datang.
2) Panel Penyerap
Penyerap ini terbuat dari lembaran-lembaran atau papan tipis
yang mungkin saja tidak memiliki permukaan berpori. Panel
semacam ini cocok untuk menyerap bunyi yang berfrekuensi
rendah.
3) Rongga Penyerap (cavity absorber)
Penyerap semacam ini disebut juga Helmholtz resonator, sesuai
dengan nama penemunya. Rongga penyerap bermanfaat untuk
menyerap bunyi pada frekuensi khusus yang telah diketahui
sebelumnya.
Gambar 2.42 Panel dengan rongga yang berfungsi menyerap bunyi berfrekuensi rendah
Sumber: Akustika Bangunan, 2005:85
52
D. TINJAUAN ARSITEKTUR METAFORA
1. Pemahaman Arsitektur Metafora
Keindahan ekspresi timbul dari pengalaman dan dalam arsitektur,
pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman melihat atau mengamati.
Oleh karena itu, yang dapat dilihat adalah bentuk. Maka dalam arsitektur,
media untuk mendapatkan keindahan arsitektur adalah bentuk bangunan.
Menurut Jenks, awalnya seni bangunan mengalami suatu
penganalogian bentuk,berkembang karena kejenuhan terhadap arsitektur
modern. Analogi metafora berkembang bersamaan terjadinya arsitektur
post modern yang merupakan bentuk bangunan dengan prinsip skalatis,
serba terukur sesuai kebutuhan manusia, dan kurang beradaptasi dengan
lingkungan alamnya.
Dalam sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa
“Architecture in other words is a form of communication, and this
communication is conditional to take place without coomon rules
because it takes place with the other.” Yang berarti bahwa arsitektur
dapat dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait
dengan hal-hal lain di luar dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi,
arsitektur sering dikaitkan dengan suatu sistem bahasa. Dengan
pemahaman bahwa arsitektur sering sekali dipahami sebagai suatu sistem
bahasa yang menyampaikan makna tertentu, maka metafora menjadi
suatu hal yang sering dipakai sebagai pendekatan mendesain arsitektur,
terutama dalam proses menemukan bentuk geometrinya.
Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan
analogi. Dalam mencari bentuk arsitektur ketika merancang, tidak jarang
bentuk analogi sebuah benda digunakan untuk diterjemahkan ke dalam
arsitektur. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter
pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk
arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut.
Metode ini dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan
„dibawa‟ oleh suatu bentuk arsitektur. Seringkali kemudian, bentuk
53
arsitektural yang muncul melambangkan makna yang dikenakan
padanya. Dengan melalui proses ini, metafora seolah memindahkan
karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga
bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik
tersebut.
Dengan pengalaman mengamati, Memasuki, dan menempati, kita
dapat merasakan sikap batin arsitek. Karakter merupakan perwujudan
antara ekspresi dan fungsi. Karakter merupakan aspek utama merancang
yang bersifat menyeluruh setiap keputusan desain. Tema berkaitan erat
dengan karakter. Aspek teknik menyangkut pemenuhan syarat, fungsi,
dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi
arsitektur sebagai lingkungan buatan di antara lingkungan fisik dan
budaya.
Menurut Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of
Architecture”, suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut
sebagai suatu hal yang lain sehingga dapat mempelajari pemahaman yang
lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Dengan kata lain
menerangkan suatu subyek dengan subyek lain, mencoba untuk melihat
suatu subyek sebagai suatu yang lain.
Terdapat tiga kategori dari metafora menurut Anthony C.
Antoniades yaitu:
a. Intangible Metaphor (metafora abstrak)
Ide pemberangkat metaforik berasal dari sebuah konsep yang
abstrak, yang tidak dapat dilihat dan hanya dapat dirasakan.
Termasuk dalam metafora abstrak misalnya suatu konsep, sebuah
ide, sifat manusia atau kualitas obyek, seperti individual, komunitas,
alami, tradisi, dan budaya).
b. Tangible Metaphors (metafora konkrit)
Ide pemberangkat metaforanya berasal dari karakter material atau
visual obyek yang konkrit dan dapat dilihat sekaligus dirasakan,
54
contohnya menara yang seperti tongkat, rumah seperti istana, dan
atap seperti perahu.
c. Combined Metaphors (metafora kombinasi antara keduanya)
Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek bergabung
sebagai ide pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter visualnya
dapat menjadi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas, dan karakter
wadah visual.
Kegunaan arsitektur metafora sebagai cara atau metode perwujudan
kreativitas arsitektural, yakni untuk memungkinkan melihat suatu karya
arsitektur dari sudut pandang lain, mempengaruhi untuk timbulnya
berbagai intrepetasi pengamat, mempengaruhi pengertian yang
sebelumnya dianggap belum dimengerti atau belum ada pengertiannya,
dan dapat menghasilkan arsitektural yang lebih ekspresif.
2. Analogi Bentuk Metafora
Meski banyak definisi tentang metafora, umumnya metafora dapat
didekatkan dengan pengertian berikut. Pertama, metafora ialah teknik
untuk mentransfer subjek atau deskripsi sesuatu menjadi sesuatu yang
lain, bisa keseluruhan atau sebagian saja dari unsur-unsurnya. Dalam hal
ini metafora berupaya untuk menemukan unsur-unsur dari suatu subjek,
kemudian ditransfer ke unsur-unsur subjek yang lain. Kedua, metafora
berupaya untuk melihat subjek sebagai atau menjadi suatu subjek yang
lain. Pendek kata, metafora berarti suatu analogi. Ketiga, metafora juga
merupakan usaha untuk mempertukarkan fokus tertentu pada suatu
subjek kepada subjek yang lain, berdasarkan suatu hasil penelitian atau
penemuan tertentu.
Dari pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa analogi dalam
metafora digunakan untuk mengkomunikasikan bentuk yang
dimetaforakan/dibandingkan. Menurut Goffrey Broadbent, bentuk
penganalogian metafora dalam arsitektur terbagi menjadi 4 macam, yaitu:
55
a. Analogi Romantik, ciri pokoknya bersifat mengembang dan
mendatangkan tanggapan emosional dalam diri pengamat. Analogi
romantik dilakukan melalui pernyataan yang dilebih-lebihkan dan
melakukan asosiasi rujukan pada alam, melalui bentuk rona, proses
alami, tempat eksotis, dan bentuk primitif lainnya.
b. Analogi Lingustik, menyampaikan informasi pandangan suatu
bangunan dengan salah satu cara yaitu melalui metode tata bahasa,
ekspresionis, dan semiotik. Melalui metode tata bahasa, arsitektur
dianggap terdiri dari unsur kata yang ditata menurut aturan tata
bahasa dan sinteksis, memungkinkan masyarakat dalam kebudayaan
tertentu cepat memahami dan menaksir apa yang disampaikan
bangunan. Dengan metode ekspresionis, bangunan dianggap sebagai
wahana arsitek mengungkapkan sikapnya terhadap proyek bangunan.
Sedang metode semiotik merupakan bentuk penafsiran yang
menggunakan tanda-tanda pada sebuah karya arsitektur, yang
merupakan tanda penyampaian informasi mengenai bangunan
sebenarnya, fungsi, dan tujuan keberadaannya.
c. Analogi Benda Hidup, menjelaskan bahwa arsitektur dari teori alam
menciptakan suatu bentuk dan fungsi bangunan. Suatu objek melihat
bentuk dari gejala alam, misal makhluk hidup. Seperti sarang laba-
laba yang mengilhami bentuk struktur kabel, kulit telur yang menjadi
landasan awal struktur shell, dan akar pohon yang menimbulkan
pemahaman bangunan tidak mampu berdiri tanpa pondasi.
d. Analogi Benda Mati, menjelaskan bahwa perbandingan pada bentuk
arsitektur tidak harus selalu berwujud benda hidup, misalnya folded
plate yang diilhami dari lipatan kertas alas obat nyamuk bakar, atau
tenda yang dapat menginspirasi struktur membran roof dan struktur
tensile.
56
3. Contoh Bangunan Berarsitektur Metafora
a. Intangible Metaphor (metafora abstrak)
Gambar 2.43 Nagoya City Art Museum
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Nagoya_City_Science_Museum
diakses pada 14 Desember 2015
Contoh bangunan Nagoya City Art Museum. Keabstrakan
metafora tampak pada unsur sejarah dan budaya yang teraplikasi
melalui bentuk ruang yang diciptakan antara alam dan buatan, masa
lalu dan masa depan. Fungsi bangunan merupakan museum,
sehingga pendekatan arsitektur yang digunakan oleh sang arsitek
yaitu metafora abstrak yang berusaha menampakkan sejarah dan
budaya di dalamnya.
b. Tangible Metaphors (metafora konkrit)
Gambar 2.44 Stasiun TGV
Sumber: http://www.girinarasoma.com/memahami-metafora-arsitektur/
diakses pada 14 Desember 2015
Contoh bangunan Stasiun TGV. Kiasan objek benda nyata
teraplikasi pada bangunan melalui bentuk seekor burung. Bagian
depan bangunan diolah runcing menyerupai paruh, dan sisinya
diolah menyerupai sayap burung. Fungsi bangunan tersebut adalah
stasiun TV. Pendekatan seekor burung dipilih karena filosofi atas
57
fungsi bangunan sebagai stasiun udara, sehingga bentuk burung
dipilih menjadi cerminan bahwa bangunan diharapkan akan terus
mengudara seperti burung.
c. Combined Metaphors (metafora kombinasi antara keduanya)
Gambar 2.45 E.X Plaza Indonesia dilihat dari depan (kiri) dan dilihat dari atas (kanan)
Sumber: www.skyscrapercity.com dan bipedsopen.binus-event.com
diakses pada 14 Desember 2015
Konsep abstrak dan karakter materi atau visual obyek
bergabung sebagai ide pemberangkatan kreasi arsitektural. Karakter
visualnya dapat menajdi alasan untuk menilai sifat-sifat, kualitas,
dan karakter wadah visualnya.
Metafora kombinasi dapat dilihat pada E.X Plaza Indonesia
karya Budiman Hendropurnomo. Dalam buku “Indonesian
Architecture Now”, Imelda Akmal menulis bahwa gubahan massa
E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah
hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil-mobil yang sedang bergerak
dengan kecepatan tingi dan merespon gaya sentrifugal dari bundaran
Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan
dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding
melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal.
Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek
yang abstrak.
4. Kesimpulan Arsitektur Metafora yang Akan Digunakan
Teori arsitektur metafora yang akan digunakan adalah teori dalam
sebuah buku Architecture as Metaphor, dijelaskan bahwa “Architecture
58
in other words is a form of communication, and this communication is
conditional to take place without coomon rules because it takes place
with the other.” Yang berarti bahwa arsitektur dapat dipahami sebagai
suatu bentuk komunikasi yang selalu terkait dengan hal-hal lain di luar
dirinya. Sebagai suatu bentuk komunikasi, arsitektur sering dikaitkan
dengan suatu sistem bahasa. Dengan pemahaman bahwa arsitektur sering
sekali dipahami sebagai suatu sistem bahasa yang menyampaikan makna
tertentu, maka metafora menjadi suatu hal yang sering dipakai sebagai
pendekatan mendesain arsitektur, terutama dalam proses menemukan
bentuk geometrinya.
Pendekatan metafora dalam mendesain biasanya dilakukan dengan
analogi. Dengan melakukan ini, kita seolah memindahkan karakter pada
benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur, sehingga bentuk arsitektur
yang muncul adalah penggambaran dari karakteristik tersebut. Metode ini
dilakukan dengan mengambil suatu makna tertentu yang akan „dibawa‟
oleh suatu bentuk arsitektur. Dengan melalui proses ini, metafora seolah
memindahkan karakter pada benda yang sebelumnya ke dalam arsitektur,
sehingga bentuk arsitektur yang muncul adalah penggambaran dari
karakteristik tersebut.
Dengan pengalaman mengamati, Memasuki, dan menempati, kita
dapat merasakan sikap batin arsitek. Karakter merupakan perwujudan
antara ekspresi dan fungsi. Karakter merupakan aspek utama merancang
yang bersifat menyeluruh setiap keputusan desain. Tema berkaitan erat
dengan karakter. Aspek teknik menyangkut pemenuhan syarat, fungsi,
dan struktur adalah karakter, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Karakter arsitektur yang khas akan menentukan eksistensi
arsitektur sebagai lingkungan buatan di antara lingkungan fisik dan
budaya.
59
E. TINJAUAN KARAKTER TARI MODERN
1. Karakter Dinamis Dalam Tari Modern
Arti kata dinamis adalah bergerak, tidak statis, tidak monoton.
Dalam tarian diwujudkan dalam rangkaian gerak tarian yang terdiri dari
berbagai macam gerakann unik, menarik, dan mengalami banyak
perubahan gerak namun tetap harmonis, sehingga membentuk suatu
rangkaian tari yang tidak monoton.
Dalam tarian, dinamis dapat dilihat dari pergerakan penari ke bawah
ke atas dan ke depan ke belakang menggambarkan gerak tari yang selalu
bergerak dan tidak hanya bergeser saja. Pergerakan penari seperti berputar
atau meliuk-liuk juga dapat memberikan kesan yang berbeda-beda.
Kedinamisan tersebut tidak selalu ditunjukkan pada setiap bagian tari dari
awal sampai akhir. Namun dapat juga disajikan hanya pada bagian tertentu
dari keseluruhan rangkaian tari.
Selain arah hadap penari, gerakan penari yang menciptakan suatu
bentuk seperti zigzag, lingkaran, berjajar diagonal ataupun lurus, atau
membentuk formasi tertentu. Keberagaman formasi ini ditunjukkan ketika
tari modern dilakukan secara berkelompok.
2. Karakter Estetis Dalam Tari Modern
Arti kata estetis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
berkenaan dengan keindahan alam, seni, sastra, dan sebagainya;
mempunyai pandangan serta penilaian terhadap keindahan.
Nilai-nilai estetis/keindahan adalah sesuatu yang subjektif dan tidak
tetap. Nilai-nilai ini akan terus berubah dan berganti sebagai respon
terhadap semangat zaman. Sesuatu yang dianggap indah pada suatu
generasi, belum tentu dianggap indah oleh generasi lainnya. Sifat subjektif
ini disebabkan oleh adanya cara pandang yang berbeda-beda dari tiap
individu dalam mempersepsi keindahan. Terkadang bisa juga tergantung
oleh kepentingan tertentu, misalnya kepentingan budaya atau kepentingan
politis.
60
Salah satu pernyataan mengenai estetika dirumuskan oleh Clive Bell,
"keindahan hanya dapat ditemukan oleh orang yang dalam dirinya sendiri
telah memiliki pengalaman sehingga dapat mengenali wujud bermakna
dalam satu benda atau karya seni tertentu dengan getaran atau rangsangan
keindahan".
Pada tari modern, penghayatan irama bisa diikuti melalui gerakan
tubuh yang meliuk-liuk secara cepat atau lambat seiring dengan irama
musik. Tubuh penari lewat gerak tubuh bisa menimbulkan sensasi yang
berlebihan bagi penontonnya. Keindahan irama hanya bisa dilahirkan oleh
kemampuan individu.
Arti kata estetis yang lain adalah sesuatu yang dapat terlihat indah
karena dibalik sebuah karya tersimpan makna yang mendalam. Makna
inilah yang sangat nampak pada tari modern karena pada tari modern ini
menyajikan berbagai macam ekspresi yang berbeda (seperti sedih, senang,
dan marah) sekaligus dalam satu tubuh. Ini menunjukkan bahwa
sesungguhnya seseorang memiliki berbagai macam ekspresi dalam
hidupnya. Selain itu, tari modern tidak sedikit yang menggunakan topeng.
Topeng ini digunakan sebagai pengganti aktivitas “manipulasi” seseorang
di balik ekspresi yang diperlihatkan.
Nilai estetis tersebut juga ditunjukkan melalui perpindahan anggota
tubuh dari suatu titik ke titik yang lain. Perpindahan ini dilakukan baik
secara perlahan maupun secara cepat. Cara perpindahan ini menghasilkan
irama yang memiliki makna tersendiri. Karakter estetis adalah sesuatu
yang abstrak atau tidak dapat dilihat secara langsung dan sekilas. Estetika
dalam arsitektur dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berkaitan
dengan sensasi keindahan yang dirasakan seseorang, tetapi rasa keindahan
tersebut baru akan dirasakan apabila terjalin perpaduan yang harmonis dari
elemen-elemen keindahan yang terkandung pada suatu obyek.
Dalam teori Total Design seperti yang dikenalkan oleh Stuart Pugh
(1966) disebutkan bahwa dari sekian banyak persyaratan yang harus
diperhitungkan, maka faktor estetika termasuk dimensi yang dianggap
61
penting dan dapat menarik konsumen karena mampu memenuhi selera dan
kepuasan konsumen. Pencarian karya estetik adalah suatu usaha dalam
rangka membentuk komunikasi perasaan yang mampu memberi kepuasan
dan kenyamanan lewat keindahan.
3. Karakter Kekontrasan Dalam Tari Modern
Sebuah kekontrasan seringkali ditunjukkan melalui sesuatu yang
berubah secara signifikan dan secara tiba-tiba. Perubahan ini dapat berupa
perubahan bentuk, warna, gerak, ataupun perubahan-perubahan yang lain.
Pada tari modern, perubahan nampak pada perubahan gerak dan raut
wajah. Perubahan raut wajah ini dapat disajikan melalui perubahan
ekspresi wajah atau perubahan properti.
Recommended