View
214
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar
Menurut Sardiman, (2011:75) motivasi belajar adalah faktor psikis
yang bersifat non-intelektual, peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar serta siswa yang
memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar.
Menurut Mudjiono, Dimiyati (2009:80) motivasi belajar adalah siswa
belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mentalnya itu berupa
keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat
tergolong rendah atau tinggi.
Menurut Mudjiono, Dimiyati (2009:85) motivasi belajar adalah
menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir, contohnya
setelah seorang siswa membaca suatu bab buku bacaan, dibandingkan dengan
temannya sekelas yang juga membaca bab tersebut, ia kurang berhasil menangkap
isi, maka ia terdorong membaca lagi.
Berdasarkan pengertian motivasi belajar atau pendapat para ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah faktor dan dorongan siswa
untuk merasa senang serta berkeinginan untuk belajar seperti membaca buku yang
memiliki kekuatan mental tinggi menggapai cita-citanya.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
9
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling memengaruhi,
motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan
berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor
ekstrinsiknya adalah penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan
belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh
rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas
belajar yang lebih giat dan semangat.(Uno, 2009:23)
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada
umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1) adanya hasrat dan
keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya
harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang
kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan
baik.(Uno, 2009:23)
1. Pengertian Motivasi
Menurut Winkel, (1984:27), motivasi adalah daya penggerak yang
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, bila kebutuhan
untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/dihayati.
Menurut Suhana Cucu, (2009:26) motivasi adalah kekuatan(power
motivation), daya pendorong(driving force), atau alat pembangun kesediaan
dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif,
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
10
kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku,
baik dalam aspek kognitif, afektif, maupaun psikomotor.
Oleh karena itu, motivasi sebagai proses batin atau proses psikologis
yang terjadi pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal
(lingkungan), dan faktor internal yang melekat pada setiap orang
(pembawaan), tingkat pendidikan, pengalaman masa lalu, keinginan atau
harapan masa depan.
Berdasarkan pengertian motivasi atau pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu proses perubahan tenaga dalam
diri individu yang memberi kekuatan baginya untuk bertingkah laku (dengan
giat belajar) dalam usaha mencapai tujuan belajarnya.
2. Bentuk motivasi
Menurut Winkel, (1984:27) bentuk motivasi yaitu :
a. Motivasi ekstrinsik yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas
belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang tidak
secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak rajin
belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan kepadanya oleh
orang tua.
b. Motivasi intrinsik yaitu bentuk motivasi yang didalamnya aktivitas belajar
dimulai dan diteruskan berdasarkan suatu dorongan yang secara mutlak
berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya anak belajar karena ingin
mengetahui seluk-beluk suatu masalah selengkap-lengkapnya.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
11
3. Fungsi motivasi
Menurut Suhana Cucu, (2009:26) fungsi motivasi ialah :
a. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar peserta
didik.
b. Motivasi merupakan alat untuk memengaruhi prestasi belajar peserta didik.
c. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian
tujuan pembelajaran.
d. Motivasi merupakan alat untuk membangun system pembelajaran lebih
bermakna.
Fungsi Motivasi
Menurut Sardiman, (2007:85) fungsi motivasi adalah :
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyeleksi perbuatan,yakni menetukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
4. Macam-Macam Motivasi
Menurut Uno, (2009:3) macam-macam motivasi adalah :
a. Motif biogenetis yaitu motif-motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan
organisme demi kelanjutan hidupnya, misalnya lapar, haus, kebutuhan akan
kegiatan dan istirahat, mengambil napas dsb.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
12
b. Motif sosigenetis yaitu motif-motif yang berkembang berasal dari
lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut berada, misalnya keinginan
mendengarkan musik
c. Motif teologis yaitu sebagai makhluk yang berketuhanan, sehingga ada
interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya seperti ibadah.
5. Ciri-ciri motivasi
Menurut Sardiman, (2007:83) disebutkan bahwa motivasi yang ada pada diri
siswa, memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a. Tekun menghadapi tugas(dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet mengahadapi kesulitan(tidak mudah putus asa). Tidak memerlukan
dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin(tidak cepat puas
dengan prestasi yang telah dicapainya.
c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang
dewasa”, misalnya masalah pembangunan agama, poltik, ekonomi,
keadilan, pemberantas korupsi, penetangan terhadap setiap tindakan
criminal, amoral dan sebagainya.
d. Lebih senang bekerja sendiri.
e. Cepat bosan dengan tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).
f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.
h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
13
B. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut Sardiman, (2011:20-21) belajar merupakan tingkah laku atau
penampilan dengan serangkaian kegiatan yang tidak bersifat verbalistik.
Misalnya dengan membaca mengamati dan mendengarkan serta meniru dan
sebagainya.
Menurut Slameto, (1995:2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
Menurut al-Tabany, (2014:18) belajar secara umum adalah sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak
lahir.
Berdasarkan pengertian belajar atau pendapat para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan dan tingkah laku
dalam diri seseorang untuk meningkatkan pengetahuan sebagai hasil
berinteraksi dengan lingkungannya.
2. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman, (2007:26-28) tujuan belajar ada 3 jenis yaitu :
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
14
lain,tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya kemampuan bepikir akan memperkaya
pengetahuan
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Keterampilan yang bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah
adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga
akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota
tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani
lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan-persoalan pengahayatan ,dan ketrampilan
berpikir serta kreatifitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
masalah atau konsep.
c. Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak didik, guru
harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan
kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model.
3. Jenis-Jenis Belajar
Menurut Slameto, (1995:5-8) Jenis-jenis belajar yaitu :
a. Belajar bagian
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan
pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif,misalnya
mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
15
b. Belajar dengan wawasan
Sebagai suatu konsep,wawasan ini merupakan pokok utama dalam
pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir.
c. Belajar diskriminatif
Diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih bebrapa sifat
situasi/stimulus dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam
bertingkah laku.
d. Belajar global/keseluruhan
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseleruhan beruulang sampai
pelajar menguasainya: lawan dari belajar bagian.
e. Belajar insidental
Konsep ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu
berarah tujuan. Belajar disebut incidental bila tidak ada intruksi atau
petunjuk yang diberikan pada individu mengenai maateri belajar yang
akan diujikan kelak.
f. Belajar instrumental
Pada belajar instrumental, reaksi-reaksi seseorang siswa yang
diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa
tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagah.
g. Belajar intensional
Belajar dalam arah tujuan,merupakan lawan dari belajar incidental.
h. Belajar laten
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
16
Yaitu perubahan-perubahan tingkah laku yang terlihat tidak secara
segera.
i. Belajar mental
Mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan
observasi dari tingkah laku orang lain,membayangkan gerakan-gerakan
orang lain dan lain-lain.
j. Belajar produktif
Belajar disebut produktif bila individu mampu mentransfer prinsip
menyelesaikan satu persoalan dalam satu situasi ke situasi lain.
k. Belajar verbal
Belajar verbal yaitu belajar mengenai materi verbal dengan melalui
latihan dan ingatan.
4. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Slameto, (1995:27-28) prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut:
a. Berdasarkan persyarat yang diperlukan untuk belajar yaitu siswa harus
diusahakan partisipasi aktif ,meningkatkan minat serta menimbulkan
motivasi yang kuat, dan perlu lingkungan yang menantang dimana anak
dapat mengembangkan kemampuannya berekplorasi.
b. Sesuai hakikat belajar yaitu belajar harus kontinyu,maka harus tahap
demi tahap menurut perkembangannya.
c. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari yaitu belajar bersifat
keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur dan penyajian yang
sederhana.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
17
d. Syarat keberhasilan belajar yaitu memerlukan sarana yang cukup dan
dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar keterampilan itu
mendalam pada siswa.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
18
C. Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut penjelasan pasal 39 Undang-Undang No.2 Tahun
1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional(dalam Tukiran Taniredja
2013:1-2), pendidikan kewarganegaraan(PKn) merupakan usaha untuk
membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar
berkenaan dengan hubungan antar warga negara dengan negara serta
pendidikan pendahuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat
diandalkan oleh bangsa dan negara.
Menurut Zamroni(dalam Tukiran Taniredja:2), Pendidikan
Kewarganegaran adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk
mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak
demokratis, melalui aktifitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru
bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling
menjamin hak-hak warga masyarakat.
2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut pasal 4 Keputusan Ditjen Dikti Depdiknas RI Pasal 3
No 267/DIKTI/2000( dalam Tukiran Taniredja 2013:3), menyebutkan
bahwa PKn di perguruan tinggi bertujuan untuk :
1) Dapat memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban secara
santun, jujur, dan demokratis serta ikhlas sebagai warga negara
terdidik dalam kehidupannya selaku warga negara Republik Indonesia
yang bertanggung jawab.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
19
2) Menguasai pemgetahuan dan pemahaman tentang beragam masalah
dasar kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang hendak
diatasi dengan penerapan pemikiran yang berlandaskan pancasila,
wawasan nusantara dan ketahanan nasioanal secara kritis dan
bertanggung jawab.
3) Menumpuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
kejuangan serta patriotisme yang cinta tanah air, rela berkorban bagi
nusa dan bangsa.
3. Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Ditjen Dikti( dalam Tukiran Taniredja 2013:5),
kompetensi diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa
tanggung jawab , yang harus dimiliki sesorang sebagi syarat untuk dapat
dianggap mampu melaksankan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu. Kompetensi lulusan PKn adalah seperangkat tindakan cerdas,
penuh rasa tanggung jawab seorang warga negara dalam berhubungan
dengan negara, dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah negara,
wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang
dimaksudkan tampak pada kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan
bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan sebagai
kebenaran tindakan ditilik dari nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, etika
maupun kepatutan ajaran agama dan budaya.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
20
Menurut Branson, (1999:8-25)Aspek-aspek kompetensi yang
dikembangkan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Aspek-
aspek tersebut yaitu :
1) Pengetahuan Kewarganegaraan ( Civic Knowledge )
Pengetahuan kewarganegaraan berkaitan dengan kandungan atau apa
yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Baik di dalam National
Standards dan Civics Framework for the 1998 National Assessment of
Educational Progress(NAEP), yang sekarang ini sedang diajarkan di
sekolah-sekolah Amerika, komponen pengetahuan itu diwujudkan
dalam bentuk lima pertanyaan penting yang terus-menerus diajukan.
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya telah terus-menerus menjadi
bahan diskusi para politisi dan filosof, warganegara yang bisa berpikir.
Lima pertanyaan yang dimaksud adalah :
a) Apa kehidupan kewarganegaraan, politik dan pemerintahan ?
b) Apa fondasi-fondasi sistem politik Amerika ?
c) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh Konstitusi
mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai dan prinsip-prinsip
demokrasi Amerika ?
d) Bagaimana hubungan antara Amerika Serikat dengan negara-
negara lain di didunia ?
e) Apa peran warganegara dalam demokrasi Amerika ?
f) Kegunaan pertanyaan-pertanyaan tadi, dimaksudkan untuk
menunjukan bahwa: proses perenungannya tidak pernah berakhir,
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
21
tempat pemasaran ide-ide, suatu pencarian cara baru dan lebih
baik untuk merealisasikan cita-cita demokrasi.
2) Kecakapan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Jika warganegara mempraktekan hak-haknya dan
menunaikan tanggung-jawabnya sebagai anggota masyarakat yang
berdaulat, mereka tidak hanya perlu menguasai pengetahuan induk
sebagaimana diwujudkan dalam lima pertanyaan yang baru saja
diuraikan tadi, namun mereka pun perlu memiliki kecakapan-
kecakapan intelektual dan pratisipatoris yang relevan.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengidentifikasi
kemampuan intelektual yaitu :
a) Mengidentifikasi: untuk mengenali dengan jelas sesuatu yang
masih samar, yaitu sesorang harus mampu (1) membedakannya
dengan lain, (2) mengklasifikasikannya dengan sesuatu yang lain
yang memiliki kesamaan, (3) menentukan asal-usulnya.
b) Mendeskripsikan: untuk mendeskripsikan objek, proses, institusi,
fungsi, tujuan, alat, dan kualitas yang jelas maupun yang samar.
Agar dapat mendeskripsikan, seseorang memrlukan laporan
tertulis atau verbal tentang karakteristiknya.
c) Menjelaskan: untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan,
mengklarifikasi, atau menerjemahkan sesuatu, seseorang dapat
menjelaskan (1) sebab-sebab suatu peristiwa, (2) makna dan
pentingnya suatuperistiwa atau ide.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
22
d) Mengevaluasi posisi: untuk menggunakan kriteria atau standar
guna membuat keputusan mengenai (1) kekuatan dan kelemahan
posisi suatu isu tertentu, (2) tujuan yang dikedepankan posisi itu,
atau (3) alat yang dipakai untuk mencapai tujuan itu.
e) Mengambil sikap/posisi: untuk menggunakan kriteria atau standar
guna mencapai suatu posisi seseorang dapat mendorong (1)
memilih dari berbagai alternatif pilihan, atau (2) membuat pilihan
baru.
f) Membela posisi: untuk (1) mengemukakan argument atas sikap
yang diambil dan (2) mrespon argumentasi yang tidak disepakati.
Kata-kata yang sering digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan
partisipatoris yaitu :
1) Kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan dan keputusan
dengan bekerja sama dengan lain.
2) Memaparkan dengan gamblang suatu masalah yang penting
sehingga membuatnya diketahui oleh para pembuat kebijakan dan
keputusan.
3) Membangun koalisi, negoisasi, kompromi, dan mencari consensus.
4) Mengelola konflik.
3) Watak-Watak Kewarganegaraan (Civic Dispositions)
Watak-watak kewarganegaraan sebagaimana kecakapan
kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai akibat dari apa
yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di rumah, sekolah,
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
23
komunitas, dan organisasi-organisasi civil society. Pengalaman-
pengalaman demikian hendaknya membangkitkan pemahaman
bahwasanya demokrasi mensyaratkan adanya pemerintahan mandiri
yang bertanggung jawab dari setiap individu adalah wajib. Karakter
publik juga tidak kalah penting. Kepedulian sebagai warganegara,
kesopanan, mengindahkan aturan main (rule of law), berpikir kritis,
dan kemauan untuk mendengar, bernegoisasi dan berkompromi
merupakan karakter yang sangat diperlukan agar demokrasi berjalan
dengan sukses.
Secara singkat karakter publik dan privat itu dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
1). Menjadi anggota masyarakat yang independen.
2). Memenuhi tanggung-jawab personal kewarganegaraan di bidang
ekonomi dan politik.
3). Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu.
4). Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif
dan bijkasana.
5). Mengembangkan berfungsinya demokrasi konstitusional secara
sehat.
D. Hak Asasi Manusia
1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Menurut Tap.MPRRI No.XVII/MPR/1998 Tentang
HAM(dalam Tukiran Tandiredja 2013:92) Hak Asasi Manusia adalah hak
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
24
sebagai anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia
bersifat kodrati, universal dan abadi, berkait dengan harkat dan martabat
manusia.
Menurut Tukiran Taniredja (2013:93-94) Hak asasi manusia
yang termaktub didalam UUD 1945 cukup banyak, yaitu yang terdapat
pada pasal 28A sampai dengan pasal 28 J yang meliputi : (1) hak untuk
hidup serta mempertahankan hidup dan kehidupan, (2) hak membentuk
keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, (3)
hak kelangsungan hidup tumbuh, dan berkembang serta hak perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi bagi anak, (4) hak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya,mendapatkan pendidikan dan
memeperoleh manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya,
(5) hak memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara
kolektif untuk membangun masyarakat bangsa dan negaranya, (6) hak
atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama dihadapan hukum dsb.
2. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia
Menurut Tukiran Tandiredja (2013:95-96) lahirnya hak-hak
asasi manusia tidak lepas dari sejarah perjuangan manusia untuk
memperjuangkan hak asasi mereka yang dianggap suci dan harus ada
jaminan. Dalam hal lahirnya hak-hak asasi manusia ini lahirlah bebrapa
naskah yang mendasari kehidupan manusia. Secara berturut-turut naskah
yang dimaksud adalah :
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
25
1) Magna Charta (Piagam Agung, 1215) yang merupakan dokumen yang
mencatat bebrapa hak yang diberikan oleh Raja John dari Inggris
kepada beberapa bangsawan dan bawahannya atas tuntutan mereka.
Dengan lahirnya naskah ini sekaligus membatasi kekuasaan Raja
John.
2) Bill Of Rights (Undang-Undang Hak, 1689) merupakan Undang-
Undang yang diterima oleh parlemen Inggris sesudah berhasil dalam
tahun sebelumnya mengadakan perlawanan terhadap Raja James II,
dalam suatu revolusi tak berdarah(The Glorio us Revolution of 1688).
3) Declaration des droits de I’homme et du citoyen(pernyataan hak-hak
manusia dan warga negara, 1789) merupakan suatu naskah yang
dicetuskan pada permulaan revolusi Prancis, sebagai perlawanan
terhadap kesewenangan dari rezim lama.
4) Bill Of Rights (Undang-Undang Hak), yaitu suatu naskah yang
disusun oleh rakyat Amerika pada 1789, dan yang menajdi bagian dari
Undang-Undang Dasar pada 1791.
3. Hak dan Kewajiban Negara
Menurut Tukiran Taniredja (2013:97) UUD 1945 pasal 26 ayat
1 di negara kita yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dalam Undang-
Undang sebagai warga negara.
Menurut Tukiran Taniredja (2013:98) UUD 1945 Hak warga
negar di negara Republik Indonesia yaitu : (1) sama kedudukannya
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
26
didalam hukum dan pemerintahan, (2) hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, (3) ikut serta dalam
pembelaan negara, (4) hak kemerdekaan berserikat dan berkumpul, (5)
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, (6) ikut serta dalam usaha
pertahanan negara, (7) mendapatkan pendidikan, (8) dipelihara
negara(khusus fakir miskin dan anak terlantar). Sedangkan kewajiban
warga negara di negara Republik Indonesia yaitu: (1) kewajiban
menjunjung hukum dan pemerintahan, (2) ikut serta dalam upaya
pembelaan negara, (3) menghormati hak asasi orang lain, (4) tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang, (5) ikut serta
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara,dan (6) mengikuti
pendidikan dasar.
E. Model Examples Non Examples
1. Pengertian Model Examples Non Examples
Komalasari, (2013: 61) menyatakan, model pembelajaran
Examples Non-Examples merupakan model yang membelajarkan
kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui
analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/kasus yang bermuatan
masalah. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah, dan menemukan cara pemecahan masalah
yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut.
2. Prinsip/Ciri-ciri Metode Pembelajaran Examples Non-Examples
Model pembelajaran Examples Non-Examples juga merupakan
metode pembelajaran yang mengajarkan pada siswa untuk belajar
mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
27
dipelajari melalui dua cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di
luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari melalui definisi
konsep itu sendiri. Model pembelajaran Examples Non-Examples adalah
strategi yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.
3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Examples Non-Examples
Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam model
pembelajaran Examples Non-Examples ini adalah sebagai berikut (Suhana
Cucu, 2009:41).
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan tulis, ditayangkan melalui OHP
atau in fokus.
c. Guru memberikan petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta
didik untuk memerhatikan dan menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang peserta didik dan hasil diskusi
dari analisagambar tersebut dicatat.
e. Setiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar hasil diskusi peserta didik, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan.
4. Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non-Examples
a. Siswa lebih berfikir kritis dalam menganalisa gambar yang relevan
dengan Kompetensi Dasar (KD).
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
28
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar yang
relevan dengan Kompetensi Dasar (KD).
c. Siswa diberi kesempatan mengemukakan pendapatnya yang mengenai
analisis gambar yang relevan dengan Kompetensi Dasar(KD).
5. Kekurangan Model Pembelajaran Examples Non-Examples
a. Tidak semua materi dapat disampaikan atau disajikan dalam bentuk
gambar.
b. Kurangnya efektifitas waktu karena memakan waktu yang lama.
F. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
INPUT PROSES
PEMBELAJARAN
Metode Examples
Non Examples
- SIKLUS 1
- SIKLUS 2
OUTPUT
Kondisi Awal
Suasana belajar:
Motivasi belajar siswa
belum maksimal
Pemahaman Konsep
Rendah
Metode pembelajaran
kurang bervariasi
Metode Examples Non
Examples
Penggunaan Metode :
Penyajian gambar
Analisi
Diskusi
Kesimpulan
Kondisi Akhir
Suasana Belajar:
Motivasi belajar
siswa meningkat
Pemahaman konsep
meningkat
Proses pembelajaran
menarik bagi siswa
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
29
G. Kajian Hasil Penelitian
a. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Selvia Rosalina ,(2010) dengan judul
“Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Dengan Model Pembelajaran Examples Non Examples Di
Kelas VIII B Di SMP Negeri 1 Kejayan Kabupaten Pasuruan” menunjukan
adanya peningkatan motivasi belajar melalui model pembelajaran Examples
Non Examples berdasarkan hasil Hasil tindakan siklus I diketahui sebagai
berikut: dalam hal motivasi belajar siswa sebanyak 2 atau 5,5 % siswa masuk
dalam kriteria kurang, 7 siswa atau 19,4 % masuk dalam kriteria cukup, 17
siswa atau 47,2 % termasuk dalam kriteria baik, dan 10 orang atau 27,7 %
masuk dalam kriteria sangat baik. Hasil tindakan siklus II diketahui sebagai
berikut: dalam hal motivasi belajar siswa sebanyak 20 siswa atau 52,6 %
termasuk dalam kriteria baik, dan 18 orang atau 47,4 % masuk dalam kriteria
sangat baik.
b. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riki, (2013) dengan judul “
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Model Pembelajaran Examples Non Examples Pada Siswa
Kelas VII SMP Negeri 4 Bandung” menunjukan adanya dari indikator:
Pertama, 62% siswa masih terlihat kurang serius dalam mengerjakan tugas,
rendahnya motivasi siswa dalam belajar seperti bertanya dan mengemukakan
pendapat, rendahnya konsentrasi siswa pada saat menyimak penjelasan guru,
dan masih terdapat 14 siswa (65%) yang harus remedial. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
30
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, angket,
observasi, dokumentasi, dan studi pustaka. Subjek penelitiannya adalah kelas
VII-C berjumlah 40 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 22 siswa
perempuan.
c. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Siti Nurlaela, (2012) dengan judul
“Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Examples Non Examples Pada Bidang Studi Ips Kelas VII Di
Mts Khas Kempek Kabupaten Cirebon” Subjek dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-G berjumlah 45 siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dari
pokok bahasan ini mengalami peningkatan, yaitu nilai rata-rata 68,9. Pada
Siklus II nilai rata-rata 73,3. Pada Siklus III nilai rata-rata 77,7 dikatagorikan
Baik (66% -79%). Sedangkan Ketuntasan belajar siswa dari siklus I mencapai
62,2%. Pada siklus II ketuntasan belajar siswa mencapai 73,3%. Pada siklus
III ketuntasan belajar siswa mencapai 88,9% dikatagorikan Baik Sekali (80-
100%). Kenaikan nilai rata-rata dari siklus IIII sebesar 8,8, sedangkan
Ketuntasan belajar siswa dari siklus I-III sebesar 26,7%.
H. Hipotesis
Berdasarkan uraian diatas hipotesis tindakan dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Pembelajaran dengan model Examples Non Examples dapat meningkatkan
motivasi belajar PKn KD Hak Asasi Manusia pada siswa kelas VIIA SMP
Gunung Jati Kembaran semester genap tahun 2015/2016.
Meningkatkan Motivasi Belajar…, Anggara Dwi Yuningsih, FKIP, UMP, 2016
Recommended