View
220
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
23
BAB III
ANALISIS KARYA
Komposisi “Tre Discordes” dalam Fantasia, Kolaborasi Arumba, Kuartet
Gesek dan Instrumen Tiup Dalam Tiga Nuansa terinspirasi oleh pertunjukan
angklung modern yang dilakukan di Saung Angklung Udjo Bandung, saat penulis
melakukan observasi pada tanggal 20 dan 22 Oktober 2014. Di situ angklung
dapat memainkan bukan hanya lagu tradisional atau lagu pop saja, namun juga
memainkan komposisi-komposisi musik klasik Barat. Ternyata, angklung juga
dapat dikombinasikan dengan alat musik modern lain seperti combo band. Dari
pengalaman tersebut, kemudian penulis mendapatkan ide untuk mengangkat
musik daerah, yaitu angklung sebagai sarana ekspresi musikal yang
dikombinasikan dengan musik dari negara lain. Penulis kemudian melanjutkan
observasi dengan melakukan wawancara dengan Drs. Haris Sungkawa dan
Hardianto S.Pd. Keduanya dikenal sebagai Guru Besar Angklung yang telah
mengajar dan mengadakan konser baik di dalam maupun luar negeri. Wawancara
dilakukan pada tanggal 21 Oktober 2014 di kampus UPI Bandung. Penulis juga
diberi kesempatan mengikuti kelas dasar angklung untuk mengetahui bagaimana
dasar-dasar bermain angklung dan mengenal jenis-jenis angklung.
Di dalam komposisi ini, disuguhkan tiga nuansa musik yang berbeda yaitu
Sunda, Irlandia, dan Persia. Nuansa Sunda dipilih karena Sunda merupakan
daerah asal kelahiran penulis, sedangkan Irlandia dipilih karena penulis sangat
menyukai dan terinspirasi oleh musik Irlandia, khususnya The Corrs. Sementara
nuansa Persia dipilih karena di dalam lingkup fakultas sangat sedikit komposer
maupun musisi yang mengangkat musik Persia. Ketiga nuansa tersebut akan
diwakili oleh masing-masing instrumen yang juga berbeda. Nuansa Sunda
diwakili oleh penggunaan arumba khususnya angklung dan calung, yang
merupakan alat musik daerah Jawa Barat. Selain kedua instrumen tersebut,
penulis menambahkan flute untuk menggambarkan permainan suling sunda
24
karena sulit mendapatkan pemain suling Sunda asli. Nuansa Irlandia, diwakili
oleh penggunaan instrumen gesek dan irish whistle. Sedangkan untuk nuansa
Persia, diwakili oleh penggunaan saxophone dan gitar yang menggunakan efek
suara sitar.
Alasan penggunaan angklung dan calung untuk mewakili nuansa Sunda
adalah karena karakteristik dan asal muasal instrumen tersebut yang memang asli
dari Sunda dan mewakili warna suara yang sangat khas. Sedangkan kuartet gesek
dipilih untuk mewakili nuansa Irlandia karena musik tradisional Irlandia
menggunakan instrumen biola (yang disebut fiddle). Selain fiddle, musik Irlandia
juga menggunakan irish whistle, yang merupakan alat musik tiup tradisional
Irlandia. Penggunaan saxophone dalam nuansa Persia untuk mewakili penggunaan
alat musik tiup khas Persia yaitu ney. Karakter saxophone yang jauh berbeda
dengan instrumen tiup sebelumnya sekaligus untuk memudahkan pendengar
dalam membedakan tiap nuansa. Komposisi ini terdiri dari tiga bagian yaitu A,B,
dan C.
Melodi utama yang digunakan pada bagian A adalah:
Gambar 3.1 Melodi utama nuansa Sunda
Gambar 3.2 Melodi utama nuansa Irlandia
25
Gambar 3.3 Melodi utama nuansa Persia
A. Bagian A
Bagian A menggambarkan karakter dari masing-masing nuansa, yaitu
Sunda, Irlandia dan Persia. Bagian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu A.1,
A.2, dan A.3.
1. Bagian A.1
Nuansa Sunda yang diwakili oleh angklung, calung, dan flute
memainkan motif utama bernuansa Sunda (birama 1-8). Dimainkan
dalam sukat 4/4 dan tonalitas C mayor, dengan tempo moderato. Tempo
ini dipilih untuk menggambarkan suasana musik Sunda yang lincah. Hal
tersebut juga digambarkan dengan kuartet gesek yang memainkan iringan
dengan teknik pizzicato. Bagian ini dimainkan sepanjang 24 birama.
Birama 1-16 merupakan tema utama, sementara birama 17 sampai
birama 24 merupakan pengembangan tema dan jembatan menuju
perubahan nuansa, dari Sunda ke Irlandia. Dalam nuansa Sunda, tangga
nada yang digunakan adalah laras pelog, yaitu Do, Mi, Fa, Sol, Si, Do.
Akord yang digunakan antara lain C, Em, F, dan G. Kadens dalam
codetta yang digunakan dalam bagian ini adalah deceptive cadence.
26
Gambar 3.4 Pengembangan tema dan jembatan nuansa dalam
bagian A.1
2. Bagian A.2
Progresi melodi mengalami perubahan nuansa menjadi nuansa
Irlandia pada bagian A.2, yang diwakili oleh kuartet gesek dan irish
whistle. Bagian ini dibagi menjadi dua yang dimainkan dalam tangga
nada E minor dan tempo allegro. Bagian pertama, yaitu birama 26
sampai birama 32 instrumen gesek memainkan progresi akord Emadd 9
-
C/E-A7/E-C/E, yang diulang dua kali. Bagian ini dimainkan dengan
irama reel dan bertujuan untuk memperkenalkan irama musik Irlandia.
27
Gambar 3.5 Birama 26 – 32 Pengenalan motif dan irama
Irlandia
Pada birama 34-41, violin satu memainkan motif utama nuansa
Irlandia dengan hanya diiringi oleh gitar. Motif utama juga dimainkan
oleh irish whistle (pada birama 42-50) dengan kuartet gesek yang
bermain bersamaan sebagai pengiring.
28
Gambar 3.6 Birama 34 – 41 Nuansa Irlandia dengan iringan gitar
Pada bagian A2 (birama 50-57), terdapat modulasi menuju tangga
nada B minor. Violin dua kemudian memainkan motif kedua. Bagian ini
dimainkan dengan progresi akord Bm-A-E-G-Em-A.
29
Gambar 3.7 Birama 50 – 57 Motif kedua nuansa Irlandia
Pada birama 58-68 terdapat modulasi menuju tangga nada E
minor dan memainkan motif utama. Dalam keseluruhan bagian ini
perkusi (tom-tom etnik) juga memainkan irama irlandia yang
mengadaptasi permainan Bodhran (rebana Irlandia).
Gambar 3.8 Pola irama perkusi Irlandia
3. Bagian A.3
Setelah nuansa Irlandia selesai dimainkan, komposisi mengalami
perubahan nuansa menjadi nuansa Persia. Dalam nuansa ini saxophone
30
dan gitar (dengan menggunakan efek sitar) mendominasi dengan
memainkan motif utama Persia. Nuansa ini dimainkan dalam tonalitas
E dalam tempo andante, dan menggunakan tangga nada minor
harmonis.
Bagian ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, yaitu
birama 69-70, merupakan bagian awal yang memperkenalkan irama
Persia (pīshdarāmad). Birama tersebut diawali oleh violoncello yang
memainkan teknik pizzicato. Selanjutnya pada birama 71-86,
saxophone dan gitar (yang dimainkan dengan efek suara sitar) saling
bersahut-sahutan memainkan motif utama. Violin solo juga ikut mengisi
bagian tersebut dengan motif Persia yang ekspresif.
Gambar 3.9 Irama Persia
Bagian selanjutnya yaitu birama 87-90, violin dua, viola, dan
violoncello memainkan iringan dalam nuansa ini dengan teknik arco.
Hal ini dilakukan untuk mengubah suasana irama Persia yang
sebelumnya tenang, menjadi lebih kuat dan tegas. Instrumen saxophone
tetap memainkan melodi utama bersahutan dengan iringannya.
Selanjutnya dalam birama 91-92 irama iringan kembali menjadi tenang
dan lincah. Hal ini digambarkan dengan iringan violin dua, viola, dan
violoncello yang kembali memainkan komposisi dengan teknik
pizzicato.
Seluruh komposisi pada bagian A menggambarkan tentang
keragaman budaya dan pengenalan karakter dari masing-masing budaya
tersebut. Keragaman budaya dan karakter tersebut menampilkan jenis
alat musik yang khas serta idiom musikal.
31
B. Bagian B
Bagian ini adalah bagian dimana setiap instrumen yaitu arumba, kuartet
gesek dan instrumen tiup (yang sebelumnya sudah ditetapkan untuk mewakili
nuansa Sunda, Irlandia, dan Persia) saling bertukar nuansa. Diawali dengan
calung yang memainkan motif melodi Persia pada birama 93-97, kemudian
disusul oleh flute yang juga memainkan motif melodi Persia dalam birama 97
sampai birama 101. Setelah itu angklung kemudian menyusul memainkan
motif melodi Persia dalam birama 101 sampai birama 104.
Gambar 3.10 Cuplikan motif Persia yang dimainkan calung
Gambar 3.11 Cuplikan motif Persia yang dimainkan flute
Gambar 3.12 Cuplikan motif Persia yang dimainkan angklung
Setelah nuansa Persia dimainkan oleh alat musik yang berasal dari
Sunda, dalam birama 104/3 posisi melodi utama bergeser dan dimainkan
oleh perwakilan dari kuartet gesek, yaitu violin satu dan violin dua.
Instrumen gesek ini kemudian memainkan motif melodi Sunda, namun
masih dalam iringan nuansa Persia. Pada birama 112, flute kemudian
mengisi motif melodi Persia sepanjang tiga birama, sementara instrumen
gesek masih memainkan motif melodi Sunda sampai birama 113. Birama
114-122, violoncello memainkan motif melodi Persia yang berulang-ulang.
Bagian ini sekaligus menjadi transisi.
32
Gambar 3.13 Birama 112-114 motif melodi Persia yang
dimainkan flute
Birama 123-174 merupakan bagian terakhir dalam bagian B. Pada awal
bagian ini, komposisi mengalami perubahan sukat menjadi 6/8, yang
mengadaptasi irama single jigs Irlandia. Motif melodi Irlandia pun
dimainkan oleh saxophone sepanjang delapan birama, diiringi oleh kuartet
gesek yang memainkan progresi akord VI-V-I/III-I dalam tonalitas G
mayor. Selanjutnya pada birama 130/6 saxophone dan irish whistle bersama
sama memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia dalam oktaf yang
berbeda. Bagian ini mengalami perubahan tonalitas menjadi D mayor dan
kuartet gesek mengiringi dengan progresi akord VI-V-IV-I/III-IV-I/III-II-V.
Hal tersebut berlangsung sampai birama 146.
Gambar 3.14 Motif irlandia yang dimainkan saxophone dan
irish whistle
Birama 146/6, angklung dan calung kemudian mengambil alih
memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia. Motif melodi dan progresi
akord yang digunakan masih sama dengan birama sebelumnya, hanya
iringan kuartet gesek menjadi lebih bervariasi. Bagian ini berlangsung
sampai birama 154.
Motif kedua dari nuansa Irlandia masih dimainkan dalam birama 155-
162, namun dengan modulasi menjadi E mayor. Angklung, calung, gitar,
violin satu, dan saxophone bersama-sama memainkan motif kedua
tersebut. Bagian ini dinamika juga berubah menjadi forte. Perpindahan
33
tonalitas dan dinamika tersebut bertujuan untuk menaikkan intensitas dan
suasana musik menjadi lebih riuh. Birama 162/6-171 hanya flute yang
memainkan motif kedua dari nuansa Irlandia dengan diiringi oleh gitar
akustik dengan dinamika mezzo forte. Hal ini dilakukan untuk memberikan
nuansa tenang setelah sebelumnya terasa riuh. Birama 171-174 menjadi
transisi untuk melangkah ke bagian akhir yaitu bagian C. Seluruh
komposisi pada bagian B menggambarkan tentang keanekaragaman
budaya yang dapat saling bertoleransi, menghormati, dan membuat warna
yang unik ketika suatu budaya mencoba masuk dan menyelami budaya
yang lain.
C. Bagian C
Bagian C merupakan bagian akhir dari komposisi ini. Diawali birama
175, komposisi mengalami modulasi menuju tonalitas D mayor dan
mengalami perubahan tempo menjadi moderato. Violin satu memainkan
motif tema Irlandia selama delapan birama (yang pada bagian A terlebih
dahulu muncul) dengan modifikasi pada pola ritmiknya. Hal tersebut
dilakukan agar pendengar mengingat kembali motif-motif melodi utama
tiap nuansa yang sebelumnya sudah diperkenalkan. Pada birama 179, saat
violin satu masih memainkan motif tema Irlandia, gitar (yang dimainkan
dengan efek suara sitar) kemudian menyusul memainkan motif bernuansa
Persia. Sementara itu, instrumen perkusi yaitu tom tom etnik memainkan
pola ritmik Persia, dan hi-hat memainkan pola ritmik Sunda. Mulai pada
birama 183, violin dua, viola, dan violoncello menyusul memainkan
nuansa dan pola ritmik Sunda (seperti dalam bagian A) dengan teknik
pizzicato. Bagian ini calung juga memainkan motif utama nuansa Sunda
yang pada bagian A terlebih dahulu diperkenalkan, namun dengan tangga
nada B minor natural.
Birama 191-197, saxophone menimpali dengan memainkan motif
utama Persia (yang sebelumnya sudah muncul) dengan modifikasi. Birama
198, irish whistle juga menimpali dengan motif Irlandia yang panjang.
34
Bagian ini seluruh instrumen memainkan motif melodi masing-masing
secara bersamaan.
Gambar 3.15 Suasana riuh ketika instrumen bersama-sama
memainkan nuansa masing-masing
Menjelang akhir komposisi ini kuartet gesek memainkan motif dalam
not seperenambelas yang di repetisi. Dimainkan pada birama 207-217.
Pada birama 213-214, repetisi motif kemudian berubah menjadi not
seperempat, dan birama selanjutnya yaitu birama 215, 216 dan 217
pengulangan motif menjadi semakin melebar dalam not setengah dan not
penuh.
Birama 218-223, instrumen gitar (dengan efek sitar) kemudian
kembali memainkan motif yang bernuansa Persia. Irish whistle juga
memainkan motif Irlandia pada birama 223/4-228. Angklung memainkan
motif yang bernuansa Sunda pada birama 228-240. Terakhir, gitar kembali
memainkan nuansa Persia pada birama 238-241. Birama ini 218-241
adalah bagian yang dimainkan dengan tempo rubato et ad libitum, yaitu
tempo dimainkan sesuai dengan interpretasi pemain. Bagian ini juga dibuat
untuk mengingatkan pendengar akan peran masing-masing instrumen dan
nuansa yang dimainkan.
Bagian penutup dalam komposisi ini adalah birama 243-247. Bagian
ini memainkan progresi akord VI-II-V-VI, yang dimainkan dengan tempo
35
adagio con maestoso, (sedang/melangkah dan megah), dinamika
fortissimo, dan diakhiri deceptive cadence (V-VI) dengan perubahan
dinamika sforzando crescendo untuk menambah kesan yang lebih megah.
Gambar 3.16 Deceptive Cadence
Bagian C ini, secara keseluruhan menggambarkan tentang
bagaimana masing-masing budaya kembali bermain pada karakter
masing-masing, namun secara bersamaan dan suasana yang harmonis.
Gambaran tersebut dapat menciptakan suatu harmoni musikal yang
indah dan unik.
Recommended