View
22
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
. Ekstremitas BawahKedua ekstremitas bawah tidak tampak pucat, nyeri otot dan sendi tidak ada, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, pigmentasi dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup, edema pretibial ada.
Citation preview
21
BAB III
RINGKASAN
Insufisiensi mitral terjadi dalam tiga fase, yakni fase akut, fase kronik
kompensata, dan fase kronik dekompensata. Pada fase akut, tidak terjadi adaptasi
atrium dan ventrikel sehingga kerap kali mengakibatkan penderita jatuh pada
keadaan gagal jantung. Fase kronik kompensata cukup sulit diketahui karena
penderita biasanya asimptomatik. Sedangkan pada fase kronik dekompensata,
penderita telah melakukan adaptasi terhadap banyaknya volume regurgitan. Akan
tetapi, pada suatu saat terjadi kegagalan dalam adaptasi ini sehingga penderita
mengalami gagal jantung.
Gejala yang ditemukan pada insufisiensi mitral adalah rasa lelah, sesak
nafas, orthopnea, dyspnea nocturnal, dan palpitasi. Sedangkan tanda fisik yang
ditemukan adalah apeks hiperdinamik, getar sistolik, murmur pansistolik, dan klik
sistolik. Denyut dan tekanan vena cenderung normal pada insufisiensi mitral
murni, kecuali bila ada hipertensi paru sekunder. Jika insufisiensi ringan, impuls
prekordial tidak dapat dirasakan. Namun, seiring dengan perburukan derajat
keparahan dapat ditemukan systolic thrill.
Penegakan diagnosis dimulai dari anamnesis berupa gejala-gejala,
pemeriksaan fisik berupa tanda-tanda fisik yang ditemukan, dan pemeriksaan
penunjang. Beberapa pemeriksaan yang dilakukan adalah EKG, foto polos
thoraks, ekokardiografi, kateterisasi jantung, CT scan jantung, dan MRI jantung.
Pada foto polos thoraks, tampak gambaran konfigurasi mitral. Atrium kiri
dan ventrikel kiri membesar, aorta tampak kecil bila volume regurgitan banyak.
Pada paru tampak pelebaran pembuluh darah, bintik opak di parenkim paru, efusi
pleura, dan bintik perkapuran di paru.
Pemeriksaan ekokardiografi lebih spesifik dalam menentukan letak kelainan
pada insufisiensi mitral. Pemeriksa dapat melihat gambaran kerja jantung dan
pembuluh darah di sekitarnya. Dengan suatu metode tertentu, juga dapat
ditentukan besarnya volume regurgitan menggunakan ekokardiografi.
21
22
Dengan menggunakan MRI, dapat ditentukan jumlah regurgitan yang
mengalir. Pada keadaan tertentu, dapat diinjeksikan sejumlah kontras untuk
melihat lebih jelas letak kelainan.
Kateterisasi jantung seringkali dilakukan untuk mengevaluasi perbedaan
antara temuan pada ekokardiografi dengan gejala klinis yang muncul, mendeteksi
lesi pada katup, dan mendeteksi adanya CAD. Dengan pewarnaan pada
kateterisasi jantung, akan terlihat anatomi dan fungsi jantung dan kelainan katup
jantung.
Temuan CT scan jantung pada kasus insufisiensi mitral dapat bervariasi
bergantung pada kronisitas dan penyebab. Pada keadaan akut, hanya dijumpai
hipertensi atrium dan edema pulmoner dengan koaptasi inkomplet pada daun
katup. Pada keadaan kronik, terdapat pembesaran atrium kiri dan ventrikel kiri
yang berhubungan dengan penebalan otot jantung.
Berbagai jenis pemeriksaan radiologi sangat membantu dalam menegakkan
diagnosis insufisiensi mitral. Melalui pemeriksaan-pemeriksaan ini dapat
diketahui adanya kelainan jantung, kelainan katup jantung, besarnya volume
regurgitan, dan kelainan pembuluh darah di sekitar jantung. Pemeriksaan-
pemeriksaan tersebut memiliki cara interpretasi, keunggulan, dan kelemahannya
masing-masing.
Recommended