View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Aziz Maliki,2014
HUBUNGAN PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA
BIMBINGAN KETERAMPILAN KERJA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi dari penelitian ini yaitu Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja
(BPSBR). Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja beralamat di Jl. Jend. Amir
Machmud. No. 331. Cibabat Cimahi. Peneliti berkonsentrasi pada jurusan montir
motor sebagai bagian dari beberapa kelas bimbingan keterampilan kerja di
BPSBR.
Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja (BPSBR) terbentuk tanggal 1
Januari 2010 berdasarkan Kep.Gub No. 113 Tahun 2010. BPSBR dirintis sejak
tahun 1969 dibawah naungan Departemen Sosial RI yang berlokasi di
Pangandaran, namanya mengalami beberapa perubahan; tahun 1972 bernama
Panti Karya Taruna, tahun 1980 berubah nama menjadi Sasana Penyantunan Anak
Galuh Rahayu, tahun 1995 berubah nama menjadi Panti Sosial Bina Remaja dan
pada tahun 2002 berubah menjadi Balai Pengembangan Sosial Anak (BPSA)
Pangandaran, sesuai Kep.Gub Jawa Barat No.52 Tahun 2002 dan pada tanggal 1
Januari 2010 berubah menjadi BPSBR.
Peneliti memilih lokasi penelitian di BPSBR karena balai ini merupakan balai
pemberdayaan sosial yang mencakup pendidikan nonformal yang di khususkan
bagi usia remaja (produktif). Didalamnya terdapat bagian dari pendidikan non
formal yaitu bimbingan keterampilan kerja.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi
Langkah pertama dalam pengumpulan dan analisis data adalah penentuan
populasi. Menurut Sugiyono (2010: 80), populasi adalah “Wilayah generalisasi
yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.
33
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta bimbingan keterampilan
kerja jurusan montir motor/otomotif di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja
Jawa Barat tahun 2013 yaitu sebanyak 24 orang.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2008: 73), sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel
yang ditetapkan adalah peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir
motor/otomotif di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat Angkatan
I tahun 2013 sebanyak 24 orang
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan sebuah rancangan dalam menentukan alur
penelitian. Desain penelitian digunakan agar proses kegiatan yang dilakukan
tidak menjalur keluar dari tujuan penelitian sehingga penulisan skripsi akan tetap
pada alur yang efektif dan efisien.
Desain penelitian dapat dikatakan sebagai rancangan kompleks peneliti dalam
meneliti suatu permasalahan. Apa pun jenis penelitiannya, desain penelitian selalu
dimulai dari adanya permasalahan yang merupakan kesenjangan dari kenyataan
dan harapan, ataupun dari yang tersedia dan yang seharusnya. Dengan adanya
kesenjangan tersebut, peneliti mencari konsep serta teori yang tepat untuk
menunjang permasalahan tersebut agar dapat teratasi melalui penelitian ini, atau
setidaknya hasil dari penelitian ini akan bisa digunakan untuk mengurangi
permasalahan tersebut.
Oleh karena itu, peneliti membuat terlebih dahulu sebuah desain penelitian
yang akan menunjang pada penelitian hubungan penerapan model Problem Based
Learning dengan hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan
montir motor di Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja Jawa Barat.
Desain penelitian yang dirancang dan dikerjakan oleh peneliti adalah sebagai
berikut:
34
Rumusan Masalah
Gambar 3.1 (desain penelitian)
Desain dalam penelitian ini dimulai dari adanya masalah yang timbul dari
hasil belajar yang kurang baik dalam beberapa konsentrasi bimbingan
keterampilan kerja. Penelitian ini kemudian ditunjang oleh teori-teori mengenai
konsep model pembelajaran, konsep Problem Based Learning, hakikat hasil
belajar dan konsep bimbingan keterampilan kerja. Teori tersebut digunakan oleh
peneliti karena dengan diterapkannya model Problem Based Learning diharapkan
Permasalahan
Hasil belajar bimbingan
keterampilan kerja
Teori Pendukung
1. Konsep Model Pembelajaran
2. Konsep PBL
3. Hakikat hasil belajar
4. Konsep Program bimbingan
keterampilan kerja
Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran penerapan model PBL
yang dilaksanakan pada bimbingan
keterampilan kerja jurusan montir motor?
2. Apakah dimensi-dimensi model PBL
mempunyai hubungan yang signifikan dengan
hasil belajar peserta bimbingan keterampilan
kerja?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara penerapan model PBL dengan hasil
belajar peserta bimbingan keterampilan kerja?
Pengumpulan Data
Menggunakan angket/kuesioner
1. Uji validitas dan reliabilitas
2. Kecenderungan umum skor
Analisis Data (Pengujian Hipotesis)
Pendekatan Kuantiatif
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
3. Uji Chi square
4. Koefisien Kontingensi
5. PERB
Kesimpulan
Saran
35
peningkatan hasil belajar dapat terlaksana dengan baik. Setelah itu, masalah lalu
dikumpulkan dan dirumuskan ke dalam rumusan masalah. Data lalu dikumpulkan
melalui angket atau kuesioner yanng sebelumnya telah diuji instrumen melalui uji
validitas dan reliabilitas, kemudian dicari kecenderungan umum skornya untuk
setiap variabel dan indikatornya. Adapun pendekatan yang digunakan oleh
peneliti adalah pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Data kemudian
dianalisis dengan menggunakan pengujian hipotesis yang terdiri dari uji chi
square dan analisis koefisien kontingensi setelah sebelumnya data di analisis
menggunakan univariat dan bivariat. Chi square bisa digunakan untuk mengetahui
taraf hubungan dan perbedaan. Chi square disini digunakan untuk mengetahui
keeratan hubungan, antar variabel, sedangkan koefisien kontingensi digunakan
utnuk mengetahui besaran pengaruh. Setelah pengujian hipotesis dilakukan,
kemudian ditarik kesimpulan dan rekomendasi yang berguna bagi balai
pemberdayaan sosial bina remaja, pengambil kebijakan dan pihak-pihak terkait
lainnya.
C. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sebuah sebab akibat dari pengembangan ilmu
pengetahuan. Ilmu-ilmu tersebut mengalami peningkatan dalam hal wawasan dan
ruang lingkup. Semua itu didapatkan dari hasil penelitian yang menggunakan
metode-metode tertentu. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 52) bahwa
“Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Selanjutnya, menurut
Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 54) penelitian deskriptif adalah “suatu
penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
yang berlangsung saat ini atau lampau”. Penulis memilih metode ini karena
penulis ingin menjabarkan hasil dari penarikan kesimpulan tentang keadaan yang
terjadi, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
36
D. Definisi Operasional
Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjabarkan penelitian ini, maka
penulis menuliskan definisi operasional sebagai berikut:
1. BPSBR (Balai Pemberdayaan Sosial Bina Remaja) merupakan sebuah
lembaga pelayanan sosial yang berfungsi sebagai dinas pemberdayaan sosial
dengan segmentasi remaja (15-21 tahun), meliputi remaja putus sekolah
dan/atau tidak mampu melanjutkan sekolah.
2. PBL (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran berbasis
masalah yang digunakan sebagai model unggulan pada jurusan otomotif di
BPSBR. Dalam penelitian ini, aspek yang akan dibahas dari model
pembelajaran Problem Based Learning adalah dari mulai tahap orientasi
masalah, kegiatan pengorganisasian belajar, kegiatan penyelidikan, kegiatan
hasil karya dan kegiatan evaluasi.
3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif
(pengetahuan teori montir motor) dan psikomotor (praktek montir motor) yang
dimiliki peserta bimbingan keterampilan kerja yang dirangkum dalam
rekapitulasi nilai peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor
yang direkap oleh BPSBR.
4. Bimbingan keterampilan kerja adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu
program yang sistematik antar proses-proses, teknik-teknik, atau layanan-
layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan berbuat
atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam
pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan keterampilan-
keterampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan kariernya. Bimbingan
keterampilan kerja yang dilaksanakan di BPSBR ada lima jurusan yaitu:
modiste, tata rias, montir motor, elektronika, tata boga dan perhotelan.
Sedangkan dalam penelitian ini, jurusan yang akan diambil adalah
jurusan/kelas otomotif.
37
Berdasarkan definisi operasional yang dijabarkan di atas, terdapat dua
variabel yang akan diteliti, yaitu penerapan model Problem Based Learning dan
hasil belajar peserta bimbingan keterampilan kerja. Peneliti mengembangkan
variabel pertama ke dalam beberapa dimensi dan pengembangan indikator
penelitian sesuai dengan teori-teori yang telah dipaparkan pada bab kajian
pustaka. Hal ini dilakukan agar dapat memudahkan dalam pengembangan kisi-kisi
dan instrumen penelitian. Sedangkan variabel yang kedua yaitu hasil belajar
peserta bimbingan keterampilan kerja sengaja tidak dikembangkan sendiri oleh
peneliti karena telah disusun oleh tutor BPSBR.
Variabel penelitian yang pertama yaitu penerapan model Problem Based
Learning jika dirangkum dalam sebuah tabel, maka beberapa dimensi penelitian
dan pengembangan indikator yang digunakan peneliti dalam meneliti penerapan
model Problem Based Learning dalam meningkatkan hasil belajar peserta
bimbingan keterampilan kerja di BPSBR adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1
Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian
Variabel Dimensi Indikator
Penerapan Model
Problem Based
Learning
(X)
Orientasi masalah Informasi
Deskripsi
Pengorganisasian belajar Tugas belajar
Penyelidikan Materi pembelajaran
Eksperimen
Solusi
Hasil Karya Presentasi
Analisis
Evaluasi Refleksi
38
E. Instrumen Penelitian
1. Jenis Instrumen
Dalam penelitian yang menggunakan penelitian kuantitatif, peneliti harus
menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. “Instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati” (Sugiyono, 2010: 148). Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif juga, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengukur nilai
variabel. Dengan demikian jumlah instrumen yang akan digunakan untuk
penelitian akan tergantung pada jumlah variabel yang akan diteliti. Dalam
penelitian ini, instrumen yang digunakan oleh peneliti yaitu angket/kuesioner
yang bertujuan untuk mengetahui skor variabel X (penerapan model Problem
Based Learning).
2. Skala Pengukuran
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur variabel tentunya harus
memiliki sebuah skala pengukuran untuk dapat mengumpulkan data kuantitatif
secara akurat.
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert.
Skala Likert digunakan karena peneliti ingin mengukur sikap, pendapat dan
persepsi peserta bimbingan keterampilan kerja tentang fenomena sosial khusunya
dalam penerapan model PBL (variabel X). Dengan menggunakan skala Likert,
skor setiap jawaban dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Sangat setuju, diberi skor 5
2. Setuju, diberi skor 4
3. Ragu, diberi skor 3
4. Tidak setuju, diberi skor 2
5. Sangat tidak setuju, diberi skor 1
Selanjutnya menurut Sugiyono (2007:25) disebutkan bahwa dalam penelitian
sosial yang menggunakan instrumen skala Likert, Guttman, Semantic, Differential
dan Thurstone, maka data yang diperoleh adalah data interval. Data interval
merupakan data yang tidak memiliki nilai nol mutlak.
39
3. Penyusunan Instrumen
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap penyusunan instrumen yang
dilakukan oleh peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Penyusunan kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi yang dirumuskan ke dalam tabel oleh peneliti disesuaikan dengan
hipotesis, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan variabel yang telah
ditetapkan. Titik tolak dari suatu penyusunan instrumen adalah variabel-variabel
penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Dari variabel-variabel tersebut diberikan
definisi operasionalnya, dan selanjutnya ditentukan indikator-indikator yang akan
diukur. Dari indikator ini kemudian dijabarkan menjadi butir-butir pernyataan
atau pertanyaan.
Untuk memudahkan penyusunan instrumen, maka dibuat dalam bentuk
matriks. Sedangkan matriks atau sering disebut juga kolom-kolom dalam
instrumen penelitian berisi judul, hipotesis, variabel, dimensi, indikator, sub
indikator, sumber data, alat pengumpul data dan nomor item soal.
b. Penyusunan Angket
Menurut Sukmadinata (2010:236), langkah-langkah penyusunan butir-butir
instrumen yang bersifat mengukur ada dua, yaitu:
1) Penyusunan kisi-kisi yang dijadikan pedoman dalam pembuatan angket.
2) Membuat daftar pernyataan yang dibuat sesuai dengan kisi-kisi penelitian.
Penyusunan angket/kuesioner menurut Sukmadinata diatas berdasarkan pada
kriteria angket yang baik yaitu pertama, pernyataan hanya satu pesan. Kedua,
dirumuskan dengan kalimat pendek namun lengkap dan jelas. Ketiga, hindari
perumusan kalimat yang berbelit-belit, menjebak atau mengarahkan pada
jawaban tertentu.
Adapun tahapan penyusunan instrumen yang dilakukan oleh peneliti adalah
sebagai berikut:
1) Penyusunan kisi-kisi yang akan dijadikan pedoman dalam pembuatan angket.
2) Membuat daftar pernyataan yang disesuaikan berdasarkan kisi-kisi angket
(terlampir), yang dibuat sesuai dengan tiga kriteria angket yang baik.
3) Membuat alternatif jawaban yang terdiri dari lima alternatif jawaban.
40
4) Membuat petunjuk pengisian angket untuk menghindari kesalahan dalam
penyusunan angket.
5) Membuat surat pengantar angket agar responden mengetahui maksud dan
tujuan dari pengisian.
F. Proses Pengembangan Instrumen
Sebelum disebarkan kepada seluruh subjek penelitian, maka angket harus
diujikan terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya agar kelak data kuantitatif
yang dihasilkan dapat dipertanggung jawabkan. Pengujian validitas dan
reliabilitas angket diujikan kepada 10 orang peserta bimbingan keterampilan kerja
jurusan montir motor di BPSBR Jawa Barat Angkatan II tahun 2013.
1. Uji Validitas Instrumen
Menurut Sukmadinata (2011:228) “validitas instrumen menunjukkan bahwa
hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur”.
Sedangkan menurut Sugiyono (2010:173) “instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid”. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Adapun uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
Pearson Product Moment (Sugiyono, 2010:255) sebagai berikut :
= ( ) –( )( )
* ( ) – ( ) ( ) –( )+
Keterangan :
r = Koefisien validitas item yang dicari
X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item
Y = Skor Total
= Jumlah skor dalam distribusi X
= Jumlah skor dalam disribusi Y
= Jumlah kuadrat dalam skor disitribusi X
= Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
= Banyaknya responden
41
Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikan dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Jika > maka instrumen valid
b. Jika ≤ maka instrumen tidak valid
Berikut hasil perhitungan uji validitas instrumen variabel X sebanyak 25 item
terhadap 10 responden dengan bantuan software SPSS 20:
Tabel 3.2
Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Variabel X
No > (0,834) No > (0,834)
1 0,953463 Valid 14 0,860876
Valid
2 0,953463
Valid 15
0,847615
Valid
3 0,874822
Valid 16
0,877576
Valid
4 0,867589
Valid 17
0,847522
Valid
5 0,843108
Valid 18
0,875811
Valid
6 0,923425
Valid 19
0,885068
Valid
7 0,844758
Valid 20
0,885068
Valid
8 0,860876
Valid 21
0,860876
Valid
9 0,860464
Valid 22
0,885068
Valid
10 0,881953
Valid 23
0,86003
Valid
11 0,854549
Valid 24
0,847615
Valid
12 0,934309
Valid
25 0,860876
Valid
13 0,853858
Valid
Dari hasil pengujian diketahui bahwa validitas instrumen dilakukan untuk
mengukur variabel penelitian yaitu penerapan model Problem Based Learning,
terhadap 10 responden untuk 25 item. Item pada instrumen penelitian dinyatakan
42
valid jika nilai rhitung > rtabel. Diketahui nilai rtabel dengan tingkat kesalahan 5% dan
dk = 10-2 = 8 diperoleh rtabel sebesar 0,834. Maka hasil perhitungan dari 25 item
yang dinyatakan valid sebanyak 25 item yang dapat mewakili setiap indikator
variabel penelitian.
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2010:173),”instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama”. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian
dilakukan dengan rumus Alfa Cronbach. Rumus Alfa digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen yang berjenis data interval atau essay. Pengujian reliabilitas
instrumen dilakukan dengan internal consistency, yang dianalisis dengan rumus
Alfa Cronbach, yaitu :
( )*
+
(Sugiyono, 2013:365)
Keterangan :
K = Mean kuadrat antara subjek
∑ = Mean kuadrat kesalahan
= Varians total
Kategori koefisien reliabilitas bisa dilihat dari interpretasi dibawah ini:
0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi
0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang
0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah
-1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel).
43
Perhitungan reliabilitas instrumen dilakukan dengan program SPSS. Hal ini
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Hasil Uji Reliabilitas Variabel X
(Penerapan Model PBL)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.986 25
Berdasarkan Perhitungan reliabilitas variabel dengan menggunakan SPSS,
diperoleh r hitung = 0,986. Maka tingkat reliabilitas instrumen variabel X dapat
dikategorikan sangat tinggi karena ada pada rentang kategori koefisien 0,80 < r11
1,00 (sangat tinggi).
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian menggunakan beberapa instrumen
atau alat yang dapat dipakai sebagai pengumpul data agar data lebih akurat.
Teknik Pengumpulan data merupakan “langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data”.
Sugiyono (2011: 224). Data sendiri dapat diartikan sebagai suatu fakta yang bisa
digambarkan melalui simbol, angka, kode dan lain-lain.
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, diperlukan beberapa alat
yang dapat digunakan sebagai pengumpul data, diantaranya sebagai berikut:
1. Studi dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:231) studi dokumentasi yaitu mencari
data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti notulen agenda rapat dan lain sebagainya.
Dokumen dalam penelitian ini meliputi data rekapitulasi nilai peserta
bimbingan keterampilan kerja angkatan I tahun 2013 BPSBR Jawa Barat. Dari
44
data tersebut, akan mengungkapkan beberapa hasil uji kompetensi berdasarkan
ranah kognitif dan psikomotor.
2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari
buku, makalah, jurnal ilmiah dan lain-lain, guna memperoleh informasi yang
berhubungan dengan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
3. Angket/Kuesioner
Angket merupakan jenis instumen yang digunakan peneliti untuk mengukur
penerapan model PBL. Alasan peneliti menggunakan angket, sebab tujuan dari
penyebaran angket sendiri ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu
masalah dari responden.
Adapun tahap-tahap dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan, peneliti memperoleh gambaran mengenai penerapan
model Problem Based Learning yang dilakukan oleh tutor BPSBR kepada para
peserta bimbingan keterampilan kerja jurusan montir motor. Kemudian peneliti
menyusun instrumen pengumpulan data yang dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing untuk mendapat persetujuan melakukan uji coba instrumen. Dari
hasil uji coba tersebut, peneliti akan mampu melihat validitas dan reliabilitas
instrumen tersebut. Setelah peneliti mendapatkan data dan dinyatakan bahwa
instrumen tersebut valid dan reliabel, maka peneliti memperbanyak angket
sebanyak 24 eksemplar untuk mendapatkan data mengenai variabel X (penerapan
model Problem Based Learning).
Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap penyebaran angket kepada 24 orang
responden untuk mengetahui penilaian responden terhadap penerapan model
Problem Based Learning yang dilakukan oleh tutor. Peneliti menjelaskan tata
cara pengisian angket sebelum responden memulai pengisian angket. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman serta untuk mendapatkan hasil
45
yang diharapkan oleh peneliti. Kemudian peneliti memberikan angket kepada
responden dan menunggu responden mengisi angket
Tahap Pengumpulan Angket
Pada tahap terakhir ini, peneliti mengumpulkan semua angket yang telah diisi
oleh responden. Peneliti memeriksa apakah semua item pernyataan diisi dengan
lengkap oleh semua responden.
H. Analisis Data
Dalam penelitian Kuantitatif, jika semua data telah terkumpul, maka kegiatan
selanjutnya adalah pengolahan data dan analisis data. Berikut penjabaran lebih
lengkapnya mengenai pengolahan data dan analisis data:
1. Pengolahan Data
Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, maka langkah-langkah
pengolahan data yaitu:
a. Editing, yaitu pemeriksaan angket yang telah terkumpul dari hasil pengisian
responden. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat kelengkapan
pengisian angket secara menyeluruh.
b. Koding, yaitu pemberian kode atau skor pada setiap alternatif jawaban
berdasarkan ketentuan yang ada. Berikut merupakan pembobotan untuk
koding tersebut:
Tabel 3.4
Pembobotan Kuesioner
No Alternatif Jawaban Bobot
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Ragu 3
4 Tidak Setuju 2
5 Sangat Tidak Setuju 1
46
c. Tabulasi, bertujuan untuk menuangkan semua hasil koding ke dalam tabel
rekapitulasi secara menyeluruh. Adapun tabel rekapitulasi tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Skoring Angket
Responden Skor Item Total
1 2 3 4 5 6 ............................. N
1
2
N
d. Pemberian Kategori, hal ini dimaksudkan sebagai syarat analisis bivariat
dalam perhitungan chi square. Peneliti menetapkan cara normatif sebagai
pemberian kategori, karena peserta memiliki karakteristik yang beragam dari
mulai pendidikan, ekonomi, status sosial, dll, maka dengan penilaian acuan
normatif bisa dilihat apakah peserta didik akan mampu mengikuti
pembelajaran sesuai dengan kemampuan peserta yang lainnya. Adapun cara
dan tabel pemberian kategori tersebut adalah sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata skor total.
2) Menghitung standar deviasi dari skor total.
3) Untuk kategori rendah, dicari nilai minimal dari skor total. Kemudian dihitung
rata-rata skor total dikurangi standar deviasi. Setelah itu, ditentukan rentang
keduanya.
4) Untuk kategori sedang, diambil nilai rentang atas kategori rendah. Kemudian
jumlahkan rata-rata skor total dan standar deviasi. Setelah itu, ditentukan
rentang keduanya.
5) Untuk kategori tinggi, diambil nilai rentang atas kategori sedang. Kemudian
dicari nilai maksimal dari skor total. Setelah itu, ditentukan rentang keduanya.
47
Tabel 3.6
Pemberian Kategori nilai
Responden Skor Item Total Kategori
1 2 3 4 5 6 .............. N
1
2
N
Rata-rata
Standar Deviasi
Rentang 1
Rentang 2
Rentang 3
2. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor
Perhitungan kecenderungan umum skor responden merupakan penjabaran
dari nilai presentase dan kriteria setiap variabel. Sugiyono (2010:246) menyatakan
bahwa tujuan dari perhitungan ini adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang
dihitung dengan skor idealnya yaitu dengan menggunakan rumus:
P =
Keterangan :
P = Proporsi
X = Jumlah skor hasil penelitian (aktual)
Xid = Skor ideal (skor ynag diharapkan).
Setelah semua dihitung proporsinya, maka diinterpretasikan kedalam tabel
nilai proporsi menurut Guilford berikut (Sardin, 2007: 10) :
Tabel 3.7
Nilai Proporsi Menurut Guilford
Proporsi Keterangan
48
0,00 – 19,99 Sangat rendah
20,00 – 39,99 Rendah
40,00 – 69,99 Sedang
70,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100 Sangat tinggi
3. Analisis Univariat
Penelitian analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap
variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo, 2005 : 188). Analisa univariat
berfungsi untuk meringkas kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa
sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna.
peringkasan tersebut dapat berupa ukuran statistik, tabel, grafik. Analisa univariat
dilakukan masing–masing variabel yang diteliti.
Berikut merupakan tabel perhitungan analisis univariat dengan menggunakan
distribusi frekuensi:
Tabel 3.8
Analisis Univariat
Variabel N %
Penerapan Model
Baik
Cukup Baik
Kurang baik
Total
Hasil Belajar
Tinggi
Sedang
Rendah
Total
49
4. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui keterkaitan
dua variabel. Setelah semua bentuk data dijadikan kategorik, maka selanjutnya
dibentuk sebuah cross tabulation atau contingency table dengan mencocokan tiap
skor responden pada variabel penerapan model Problem Based Learning dan
variabel hasil belajar lalu disejajarkan berdasarkan ketiga kategori tersebut. Pada
analisis bivariat, akan ditemukan bagaimana kausalitas dan korelasional antar
kategori tiap variabel.
Berikut ini merupakan tabel contingency table dengan membandingkan
kategori dengan kategori serta dilengkapi dengan skor ekspektasi (skor ideal):
Tabel 3.9
Tabel Kontingensi
Variabel Hasil Total
Tinggi Sedang Rendah
Pen
erap
an
Baik
Skor
Skor ideal
Cukup
Skor
Skor ideal
Kurang
Skor
Skor ideal
Total
Skor
Skor ideal
5. Pengujian Hipotesis
a. Uji Chi Square
Chi square (dibaca: kai kuadrat), merupakan metode perhitungan statistika
non parametrik yang jenis datanya harus bersifat nominal atau kategorik. Uji chi
50
square menurut (Andi Supangat, 2007:364) merupakan “uji hipotesis tentang
asosiasi atau korelasi antara frekuensi observasi dengan frekuensi harapan yang
didasarkan pada hipotesis tertentu pada setiap penelitian”. Ekspresi matematis
tentang distribusi chi square hanya tergantung pada suatu parameter, yaitu derajat
kebebasan (degree of freedom).
Adapun rumus uji chi square adalah sebagai berikut:
( )
=
(Andi Supangat, 2007:369)
Keterangan :
= Nilai chi hitung Jumlah skor aktual
= Frekuensi yang diharapkan = Jumlah skor ideal
= Skor aktual = Skor total
= Skor ideal
Dengan kriteria penerimaan :
Terima jika nilai Chi hitung pada output SPSS lebih kecil sama dengan
Chi tabel dan sebaliknya.
Atau:
Terima jika nilai Sig. Chi hitung pada output SPSS lebih besar dari alpha
dan sebaliknya.
b. Koefisien Kontingensi
Koefisien kontingensi merupakan metode yang digunakan untuk mengukur
taraf hubungan, atau ketakbebasan (ketergantungan) dari klasifikasi-klasifikasi
pada suatu tabel kontingensi. Asumsi dari koefisien kontingensi yaitu semakin
besar nilai C, maka semakin besar pula taraf hubungannya. Dalam tabel
kontingensi, jumlah baris dan kolom menentukan nilai maksimum C yang tidak
pernah lebih besar dari 0.
51
Adapun rumus dari koefisien kontingensi adalah sebagai berikut:
C = √
Sedangkan rumus dari koefisien kontingensi maksimum adalah sebagai
berikut:
= √( )
Keterangan:
C = Nilai koefisien Kontingensi
= Nilai chi hitung
N = Jumlah Responden
k = kategorik
Recommended