View
213
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
4‐1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Daerah Kajian
Daerah yang akan dikaji dalam penelitian adalah perairan Jawa bagian selatan
yang ditetapkan berada di antara 6,5º – 12º LS dan 102º – 114,5º BT, seperti dapat
dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Daerah Studi (di dalam kotak merah)
Perairan selatan Jawa memiliki batas-batas sebagai berikut :
• Di sebelah utara berbatasan dengan Pulau Jawa
• Di sebelah selatan, timur, dan barat berada di Samudera Hindia
Perairan tersebut berbatasan langsung dengan daratan, sehingga daerah perairan
yang berada dekat dengan pesisir selatan Pulau Jawa mendapat pengaruh yang
cukup signifikan dari berbagai aktivitas yang dilakukan di pesisir. Namun
demikian, yang paling mempengaruhi perairan selatan Jawa adalah keberadaan
4‐2
Samudera Hindia. Terdapat beberapa sirkulasi arus yang bersifat global yang
berada di sekitar perairan tersebut. Salah satunya adalah South Equatorial
Current (SEC) yang terutama dipengaruhi oleh angin pasat tenggara. Arus ini
arahnya cenderung selalu menuju ke barat. Sumber suplai massa air SEC
didominasi oleh massa air dari perairan selatan, seperti Laut Timor dan perairan
sebelah barat laut Australia. Selain itu, pola arus lain adalah South Java Current
(SJC) yang bergerak sepanjang pantai selatan Pulau Jawa dengan kecepatan rata-
rata sebesar 0,3 – 0,6 m/s pada musim monsun barat dan timur dan kecepatannya
mencapai dua sampai tiga kali lebih besar dibandingkan pada saat musim transisi
(Tomczack, 2002). Siklus aliran musiman dari SJC dipengaruhi oleh perubahan
angin monsun dan variasi fluks air tawar dari daratan (Quadfasel, 2002).
Keberadaan monsun juga menyebabkan suatu sirkulasi musiman yang khas dari
arus permukaan di perairan selatan Jawa yang masih terletak dekat dengan pantai.
Pada musim monsun barat, maka pola arus bergerak dari barat ke timur,
sedangkan saaat musim monsun timur cenderung bergerak dari timur ke barat
(Wyrtki, 1961)
Karakteristik lain dari perairan selatan Jawa adalah terjadinya fenomena
upwelling secara musiman yang biasanya terjadi saat musim monsun timur,
sekitar bulan Juni sampai Oktober. Angin sejajar pantai yang bertiup dari Benua
Australia menyebabkan pergerakan massa air ke arah lepas pantai di sepanjang
perairan selatan Jawa.
4‐3
4.2 Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Tabel Kecepatan, Arah, dan Error Arus Permukaan TOPEX
dan NOAA (Arus dengan Metode MCC)
Bulan Tanggal Waktu TOPEX NOAA R_Error (%) Δt
Av_arah (°) Av_kec (cm/s) Av_arah (°) Av_kec (cm/s) Arah Kec (jam)
Januari 23, 24 17:27 - 09:04 202.955 27.106 181.89 22.817 10.379 15.823 15.7
Februari 1, 2 09:02 - 08:48 216.646 17.926 167.138 15.978 22.852 10.867 23.8
April 12 08:58 – 14:48 188.671 34.152 162.153 46.33 14.055 35.658 5.8
Mei 1 08:14 – 17:07 173.067 32.043 113.359 30.936 34.521 3.455 8.9
Juni 7 08:37 - 16:54 135.347 31.405 165.882 40.658 22.561 29.463 8.3
Juli 5 09:17 - 17:03 116.251 35.940 153.214 42.132 31.796 17.230 7.8
September 27 09:34 - 17:29 136.608 43.461 164.528 40.219 20.438 7.460 7.9
Oktober 9 08:39 - 15:06 151.611 47.616 181.339 55.237 19.608 16.005 6.5
November 1 08:43 - 16:24 181.450 33.115 156.231 44.012 13.898 32.905 7.7
Keterangan : Av_arah = rata-rata arah arus
Av_kec = rata-rata kecepatan arus
4.2.1 Arus Permukaan dengan Metode MCC Pada Saat Monsun Barat
Untuk musim barat, penentuan arus permukaan dengan MCC diperoleh dari data
bulan Januari dan Februari. Penentuan arus dengan MCC untuk awal musim
barat, yaitu Desember tidak dapat dilakukan karena keterbatasan data dan adanya
gangguan tutupan awan pada daerah kajian.
4‐4
4.2.1.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Januari
Pada bulan Januari, didapatkan satu data arus permukaan MCC yang memiliki
periode waktu 23 Januari 2006 pukul 17:27 sampai dengan 24 Januari 2006 pukul
09:04. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX
masing-masing sebesar 15,823 % dan 10,379 %. Hasil layout arus permukaan
MCC dan TOPEX dapat dilihat pada gambar berikut ini.
(a) (b)
Gambar 4.2 (a) Arus Permukaan MCC 23 Januari 2006; 17:27
sampai 24 Januari 2006: 09:04 dan (b) Arus TOPEX 24 Januari 2006
4‐5
Gambar 4.3 Pola Angin Permukaan 24 Januari 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.4 Pola Angin Permukaan 23 Januari 2006 (Daerah Studi
di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐6
Gambar 4.5 Pola Angin Permukaan 24 Januari 2006 (Daerah Studi
di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.2 (a)) menunjukkan pola yang
relatif sama dengan arus dari TOPEX (Gambar 4.2 (b)) dengan kecenderungan
arah menuju barat daya pada daerah kajian dengan lintang kurang dari 11 °LS.
Hal tersebut diperkirakan disebabkan oleh pola angin permukaan pada sekitar
tanggal pengamatan (Gambar 4.3-4.5 dan Gambar L.1 di lampiran) yang
cenderung bertiup ke arah barat, baik di daerah kajian maupun di sepanjang
perairan selatan Pulau Jawa. Hal tersebut menjelaskan pergerakan arus yang
menuju ke barat meskipun pada bulan Januari seharusnya sedang terjadi monsun
barat (yang dapat menimbulkan gerakan arus dari barat ke timur). Namun
demikian, pada lintang yang lebih besar dari 11 °LS terlihat pada arus dengan
MCC bahwa terdapat pola arus yang cenderung mengarah ke tenggara. Pola angin
di bagian utara daerah kajian cenderung mengarah ke barat, sehingga arus
permukaan oleh gaya Coriolis akan mengalami pembelokan ke barat daya, namun
demikian semakin tinggi lintang maka pengaruh Coriolis makin besar sehingga
pola angin di selatan daerah kajian yang mengarah ke barat daya (Gambar 4.3)
menyebabkan pergerakan arus ke arah selatan dan tenggara. Kecepatan angin di
4‐7
wilayah timur laut pengamatan tampak lebih besar dibandingkan daerah lain
dengan rata-rata kecepatan arus hasil MCC sekitar 40 cm/s akibat efek angin
permukaan pada daerah tersebut yang memiliki kecepatan lebih besar
dibandingkan daerah lainnya, yaitu sekitar 8,5 m/s (Gambar 4.3).
4.2.1.2 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Februari
Pada bulan Februari, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang
memiliki periode waktu 1 Februari 2006 pukul 09:02 sampai dengan 2 Februari
2006 pukul 08:48. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap
arus TOPEX masing-masing sebesar 10,867 % dan 22,852 %. Hasil layout arus
permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.6.
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 1 Februari 2006; 09:02
sampai 2 Februari 2006: 08:48 dan (b) Arus TOPEX 1 Februari 2006
4‐8
Gambar 4.7 Pola Angin Permukaan 1 Februari 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.8 Pola Angin Permukaan 1 Februari 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐9
Gambar 4.9 Pola Angin Permukaan 2 Februari 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Pola arus hasil MCC (Gambar 4.6 (a)) secara keseluruhan menunjukkan pola
yang sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.6 (b)) dengan arah cenderung
menuju ke barat dan barat daya kecuali untuk di bagian selatan daerah kajian yang
pola arusnya mengarah ke selatan dan tenggara. Kecenderungan pola arus ke arah
barat diperkirakan disebabkan oleh kondisi angin permukaan yang pada saat itu
dominan bertiup ke arah barat dan barat daya (Gambar 4.7). Bulan Februari
adalah musim monsun barat, namun demikian angin lokal pada waktu
pengamatan bertiup dari arah timur ke barat (Gambar 4.8 - 4.9). Hal tersebut
menyebabkan terjadinya pergerakan arus ke barat dan barat daya yang disebabkan
oleh gaya Coriolis. Sedangkan di bagian selatan daerah kajian terdapat pergerakan
arus ke selatan dan tenggara karena pola angin di bagian tersebut cenderung
bergerak ke barat daya (Gambar 4.7), sehingga gaya Coriolis membelokkan arus
ke tenggara.
4‐10
4.2.2 Arus Permukaan Hasil MCC Pada Saat Monsun Peralihan Barat-Timur
Hasil pengolahan data pada musim ini menghasilkan arus permukaan dengan
metode MCC yang diwakili oleh data pada bulan April dan Mei.
4.2.2.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan April
Pada bulan April, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki
periode waktu 12 April 2006 pukul 08:58 sampai dengan pukul 14:48. Error dari
rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing
sebesar 35,658 % dan 14,055 %. Hasil layout arus permukaan hasil MCC dan
TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 12 April 2006; 08:58 – 14:48
dan (b) Arus TOPEX 12 April 2006
4‐11
Gambar 4.11 Pola Angin Permukaan 11 April 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.12 Pola Angin Permukaan 12 April 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐12
Gambar 4.13 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Januari (1959-2002)
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: Putri, 2005)
Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.10 (a)) relatif sama dengan pola
arus dari TOPEX (Gambar 4.10 (b)) di mana di bagian utara daerah kajian
terdapat pergerakan arus ke barat daya sedangkan di bagian selatan daerah kajian
mengarah ke selatan dan tenggara. Pola arus dengan MCC di bagian utara sesuai
dengan pola arus hasil model Putri (2005) pada Gambar 4.13 di mana terdapat
pergerakan arus ke arah barat dan barat daya yang diperkirakan merupakan efek
dari pola arus regional. Sedangkan di selatan pola arus permukaan cenderung
dipengaruhi oleh pola angin permukaan lokal di mana pada hari yang sama
bertiup ke arah tenggara.
4.2.2.2 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Mei
Pada bulan Mei, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki
periode waktu 1 Mei 2006 pukul 08:14 sampai dengan pukul 17:07. Error dari
4‐13
rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing
sebesar 3,455 % dan 34,522 %. Hasil layout arus permukaan dengan MCC dan
TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Gambar 4.14 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 1 Mei 2006; 08:14 – 17:07
dan (b) Arus TOPEX 1 Mei 2006
Gambar 4.15 Pola Angin Permukaan 30 April 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐14
Gambar 4.16 Pola Angin Permukaan 1 Mei 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Hasil arus dengan MCC (Gambar 4.14 (a)) menghasilkan error cukup besar
terhadap arus dari TOPEX (Gambar 4.14 (b)) untuk rata-rata arah yakni sekitar 34
% di mana arah dari arus TOPEX cenderung ke selatan sedangkan pola arus hasil
MCC cenderung ke timur dan tenggara. Pola arus hasil MCC tersebut secara
keseluruhan didukung oleh pola angin permukaan yang bertiup ke tenggara di
daerah kajian dan sepanjang perairan selatan Pulau Jawa selama rentang waktu
studi (Gambar 4.15 - 4.16)
4.2.3 Arus Permukaan Hasil MCC Pada Saat Monsun Timur
Hasil pengolahan data pada musim ini menghasilkan arus permukaan dengan
metode MCC yang diwakili oleh bulan Juni dan Juli.
4‐15
4.2.3.1 Pola Arus Permukaan Hasil MCC Bulan Juni
Pada bulan Juni, didapatkan satu data arus permukaan hasil MCC yang memiliki
periode waktu 7 Juni 2006 pukul 08:37 sampai dengan pukul 16:54. Error dari
rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing
sebesar 29,463 % dan 22,561 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX
dapat dilihat pada Gambar 4.17.
(a) (b)
Gambar 4.17 (a) Arus Permukaan Hasil MCC 7 Juni 2006; 08:37 – 16:54
dan (b) Arus TOPEX 7 Juni 2006
4‐16
Gambar 4.18 Pola Angin Permukaan 7 Juni 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.19 Pola Angin Permukaan 7 Juni 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐17
Gambar 4.20 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Juni (1959-2002)
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: Putri, 2005)
Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.17 (a)) pada umumnya sama
dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.17 (b)) di mana untuk daerah kajian dengan
lintang lebih besar dari 9 °LS arahnya cenderung ke timur. Kecenderungan
tersebut bertentangan dengan pola umum, di mana biasanya arus permukaan akan
mengikuti arah angin monsun tenggara saat bulan Juni. Namun jika kita melihat
pola angin permukaan di daerah studi dan sepanjang perairan selatan Pulau Jawa
pada tanggal 6 dan 7 Juni 2006 (Gambar L.2 di lampiran, Gambar 4.18 - 4.19),
dapat diketahui bahwa perbedaan dengan pola arus umum tersebut beralasan
karena kondisi angin lokal pada saat itu bertiup cenderung ke tenggara dengan
kecepatan yang relatif cukup besar, yaitu sekitar 12 m/detik. Angin tersebut
menyebabkan terjadinya pergerakan arus yang dibelokkan ke timur dan timur laut
oleh gaya Coriolis. Sedangkan arus permukaan dengan MCC untuk daerah kajian
yang terletak di lintang kurang dari 9 °LS atau yang lebih dekat dengan daratan
4‐18
memiliki pola arus ke barat yang diperkirakan merupakan South Java Current
(SJC) di mana SJC tersebut memiliki pola yang cenderung mengikuti pergantian
monsun dan hal ini sesuai dengan hasil model Putri (2005) pada Gambar 4.20,
sehingga disinyalir bahwa di daerah tersebut pola arus lebih didominasi oleh
pengaruh pola arus regional. Kecepatan angin pada daerah tersebut lebih kecil
(rata-rata sekitar 7,5 m/detik) dibandingkan dengan kecepatan angin di bagian
selatan daerah kajian yang menyebabkan pengaruh SJC di bagian utara lebih
besar dibandingkan dengan pengaruh angin permukaan.
4.2.3.2 Pola Arus Permukaan MCC Bulan Juli
Pada bulan Juli, didapatkan satu data arus permukaan dengan MCC yang
memiliki periode waktu 5 Juli 2006 pukul 09:17 sampai dengan pukul 17:03.
Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-
masing sebesar 17,230 % dan 31,796 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan
TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.21.
(a) (b)
Gambar 4.21 (a) Arus Permukaan MCC 5 Juli 2006; 09:17 – 17:03
dan (b) Arus TOPEX 5 Juli 2006
4‐19
Gambar 4.22 Pola Angin Permukaan 5 Juli 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.23 Pola Angin Permukaan 5 Juli 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐20
Gambar 4.24 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Juli (1959-2002)
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: Putri, 2005)
Pola arus permukaan MCC pada tanggal 5 Juli 2006 (Gambar 4.21 (a)) relatif
sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.21 (b)) dengan arah cenderung menuju
timur dan timur laut pada lintang yang lebih besar dari 8 °LS. Hal itu disebabkan
oleh kondisi angin permukaan lokal pada saat sekitar waktu pengamatan (Gambar
4.22 - 4.23, dan Gambar L.3 di lampiran) cenderung bertiup ke arah tenggara baik
di daerah kajian maupun di sepanjang perairan selatan Pulau Jawa. Angin
permukaan akan menyebabkan pergerakan arus yang mengarah ke timur dan
timur laut akibat pembelokan oleh gaya Coriolis. Pengaruh SJC terlihat pada
bagian utara daerah kajian yang dekat dengan garis pantai di mana terdapat
gerakan rotasi menuju ke arah barat. Pada lintang yang lebih rendah, terdapat
kesamaan pola arus hasil olahan dengan pola arus dari Putri (2005), (Gambar
4.24), di mana di bagian barat laut terdapat pergerakan arus ke arah selatan
kemudian di timur laut pada hasil pengolahan dengan MCC terlihat gerakan rotasi
ke arah garis pantai yang pada model Putri (2005) tidak dapat terlihat yang
4‐21
mungkin disebabkan oleh ketelitian atau resolusi model yang lebih besar
dibandingkan dengan resolusi arus hasil MCC.
4.2.4 Arus Permukaan MCC Pada Saat Transisi Monsun Timur-Barat
Pola arus permukaan MCC untuk monsun transisi ini diwakili oleh hasil
pengolahani bulan September, Oktober, dan November.
4.2.4.1 Pola Arus Permukaan MCC Bulan September
Pada bulan September, didapatkan satu data arus permukaan dengan metode
MCC yang memiliki periode waktu 27 September 2006 pukul 09:34 sampai
dengan pukul 17:29. Error dari rata-rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap
arus TOPEX masing-masing sebesar 7,460 % dan 20,438 %. Hasil layout arus
permukaan MCC dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.25.
(a) (b)
Gambar 4.25 (a) Arus Permukaan MCC 27 September 2006; 09:34 – 17:29
dan (b) Arus TOPEX 27 September 2006
4‐22
(a) (b)
Gambar 4.26 (a) Pola Angin Permukaan 27 September 2006 dan (b) Pola Angin
Permukaan 28 September 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.27 Pola Angin Permukaan 27 September 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐23
Gambar 4.28 Pola Angin Permukaan 28 September 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Pola arus permukaan dengan MCC (Gambar 4.25 (a)) memiliki pola yang relatif
sama dengan pola arus TOPEX (Gambar 4.25 (b)) dengan arah dominan menuju
timur dan tenggara pada lintang lebih besar dari 10 °LS . Hal tersebut didominasi
oleh pengaruh angin permukaan yang cenderung mengarah ke tenggara di daerah
kajian (Gambar 4.26 (a) dan (b)) maupun di sepanjang perairan selatan Pulau
Jawa (Gambar 4.27 - 4.28 dan Gambar L.4 di lampiran). Tiupan angin ke
tenggara membangkitkan pergerakan arus ke tenggara dan timur yang dipengaruhi
oleh gaya Coriolis.
4.2.4.2 Pola Arus Permukaan MCC Bulan Oktober
Pola arus permukaan MCC bulan Oktober diwakili oleh arus MCC yang memiliki
periode 9 Oktober 2006 pukul 08:39 sampai dengan pukul 15:06. Error dari rata-
rata kecepatan dan arah arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar
16,005 % dan 19,608 %. Hasil layout arus permukaan MCC dan TOPEX dapat
dilihat pada Gambar 4.29.
4‐24
(a) (b)
Gambar 4.29 (a) Arus Permukaan MCC 9 Oktober 2006; 08:39 – 15:06
dan (b) Arus TOPEX 9 Oktober 2006
Gambar 4.30 Pola Angin Permukaan 9 Oktober 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐25
Gambar 4.31 Pola Angin Permukaan 8 Oktober 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Gambar 4.32 Pola Angin Permukaan 9 Oktober 2006
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
4‐26
Gambar 4.33 Arus Permukaan Rata-rata Bulan Oktober (1959-2002)
(Daerah Studi di dalam Kotak Merah)
(Sumber: Putri, 2005)
Pola arus permukaan MCC (Gambar 4.29 (a)) relatif sesuai dengan pola arus
TOPEX (Gambar 4.29 (b)) yang dominan bergerak ke arah timur untuk daerah
kajian dengan lintang di atas 10 °LS sedangkan pada daerah di bawah lintang
tersebut pola arus cenderung menuju barat. Pola arus pada lintang yang lebih
tinggi dipengaruhi oleh pola angin permukaan (Gambar 4.30) yang bergerak
menuju arah timur dan tenggara dan akibat gaya Coriolis membangkitkan gerakan
arus ke timur. Namun di bagian lintang rendah terdapat kecenderungan pola arus
ke arah barat yang sesuai dengan model Putri (2005) seperti ditunjukkan pada
Gambar 4.33, sehingga disinyalir pada daerah ini pola arus lebih didominasi oleh
pengaruh pola arus regional. Kecepatan arus MCC juga terlihat dipengaruhi oleh
angin permukaan, di mana untuk daerah kajian di bagian selatan (lintang lebih
besar dari 11 °LS) memiliki rata-rata kecepatan yang lebih kecil (sekitar 25 cm/s)
karena rata-rata kecepatan angin juga relatif kecil (1,5 m/s) dibandingkan dengan
4‐27
daerah kajian di bagian utara (lintang kurang dari 11 °LS), dengan rata-rata
kecepatan arus sekitar 50 cm/s dan rata-rata kecepatan angin sekitar 4 m/s.
4.2.4.3 Pola Arus Permukaan MCC Bulan November
Pada bulan ini, pola arus MCC diwakili oleh pola arus permukaan MCC periode
1 November 2006 pukul 08:43 sampai dengan pukul 16:24 yang terletak di antara
7,05 ° - 9,75 °LS dan 110,6 ° - 113,3 °B. Hasil layout arus permukaan MCC
dan TOPEX dapat dilihat pada Gambar 4.34.
Gambar 4.34 (a) Arus Permukaan MCC 1 November 2006; 08:43 – 16:24
dan (b) Arus TOPEX 1 November 2006
4‐28
Gambar 4.35 Pola Angin Permukaan 1 November 2006 di Daerah Studi
(Sumber: poet.jpl.nasa.gov)
Terlihat bahwa pola arus hasil MCC (Gambar 4.34 (a)) relatif sama dengan pola
arus TOPEX (Gambar 4.34 (b)) di mana error dari rata-rata kecepatan dan arah
arus MCC terhadap arus TOPEX masing-masing sebesar 32,905 % dan 13,898 %.
Arus MCC di daerah kajian yang berada pada lintang yang lebih besar dari 8,5
°LS arahnya cenderung ke timur, sedangkan untuk lintang yang lebih kecil dari
8,5 °LS memiliki pola yang mengarah ke barat. Untuk daerah kajian bagian
selatan diperkirakan dipengaruhi oleh pola angin permukaan yang terletak pada
lintang yang sama (Gambar 4.35) memiliki pola arah ke timur disertai
pembelokan ke arah timur laut di bagian timur yang menyebabkan arah arus MCC
membelok ke timur laut menuju utara akibat gaya Coriolis. Sedangkan pola arus
MCC di bagian utara daerah kajian mengarah ke barat yang diakibatkan oleh
pergerakan angin permukaan yang makin mengarah ke utara (Gambar L.6 di
lampiran) yang menggerakkan arus ke barat.
4‐29
4.2.5 Hasil Penentuan Arus dengan Metode MCC Pada Daerah Upwelling dan
Daerah Dekat Pantai
Hasil penentuan arus dengan MCC pada bulan Juni (Gambar 4.17 (a))
memperlihatkan adanya pergerakan ke barat di daerah dekat pantai yang
disinyalir sebagai SJC dan memperlihatkan bahwa metode MCC ini
memungkinkan untuk digunakan dalam penentuan arus permukaan di perairan
dekat pantai. Namun demikian, rata-rata kesalahan arus hasil MCC pada bulan
Juni dan Juli relatif besar (Tabel 4.1) jika dibandingkan dengan bulan lainnya
yang mungkin disebabkan oleh adanya upwelling. Upwelling di perairan selatan
Pulau Jawa mulai terbentuk pada saat musim timur dimulai, yaitu sekitar bulan
Juni. Dimana pada saat itu bertiup angin monsun timur sepanjang pantai yang
menyebabkan transpor Ekman ke arah lepas pantai. Adanya peristiwa tersebut
membuat pergerakan vertikal massa air lebih dominan dibandingkan adveksi
horisontal permukaan yang menjadi asumsi dasar bagi penggunaan metode MCC,
sehingga arus hasil MCC menghasilkan vektor arus permukaan yang tidak begitu
baik.
4.2.6 Kelebihan dan Kekurangan dari Penggunaan Metode MCC dengan Citra
Satelit NOAA dalam Penentuan Arus Permukaan
Penentuan arus permukaan dengan menggunakan data citra satelit NOAA dan
metode MCC ini menghasilkan suatu gambaran tentang arus permukaan yang
memiliki resolusi yang lebih detail dibandingkan dengan data arus TOPEX.
Resolusi yang dihasilkan mengikuti resolusi NOAA, yaitu 1,1 km seperti dapat
dilihat pada Gambar 4.36 (perbandingan resolusi arus permukaan hasil TOPEX
dan NOAA sebesar 27,75 : 1,1 km). Hal itu menyebabkan metode MCC ini dapat
digunakan untuk mendeteksi pergerakan arus yang sifatnya lokal.
4‐30
Gambar 4.36 Perbandingan Resolusi Antara Arus dari TOPEX (Vektor
Warna Merah) dengan Arus Hasil MCC (Vektor Warna Hitam)
Namun demikian, pada studi ini masih terdapat daerah kosong (blank) yang
disebabkan oleh adanya gangguan berupa tutupan awan yang merupakan
kelemahan sensor termal satelit NOAA. Pada citra satelit NOAA, tampakan suhu
permukaan laut tidak akan terdeteksi bila terdapat tutupan awan, sehingga piksel
kosong tersebut tidak dapat diolah lebih lanjut dalam penentuan arus permukaan.
Selain itu, faktor tutupan awan juga mempengaruhi luasan daerah kajian yang
dapat tercakup dalam satu hari pengamatan arus karena kita hanya bisa mengolah
daerah yang relatif bersih dari awan. Hal tersebut pada akhirnya berpengaruh
terhadap jumlah atau banyaknya data yang dapat diproses dan dalam studi ini hal
tersebut mengakibatkan arus hasil MCC belum dapat dianalisis lebih lanjut untuk
menentukan variasi pola arus umum dan untuk melengkapi atau memperdetail
arus dari TOPEX seperti yang dilakukan pada penelitian Emery, et al., (2000),
tetapi telah dapat melihat pola arus permukaan harian yang dibandingkan dengan
arus TOPEX dengan melihat pengaruh angin permukaan lokal.
Recommended