View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Data penelitian diarahkan untuk memperoleh gambaran tentang: (1)
tindak tutur lokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin,
M.Z; (2) tindak tutur ilokusi dalam penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH.
Zainuddin, M.Z; (3) tindak tutur perlokusi dalam penyampaian tausiyah
Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. Untuk data-data yang dimaksud pada
point-point tersebut, akan diuraikan data tindak tutur bahasa berdasarkan
tiga judul teks yang berbeda sebagai berikut.
4.1.1 Tindak Tutur Lokusi
Tindak Lokusi adalah tindak yang dimaksudkan untuk
menyampaikan informasi oleh penutur kepada lawan tutur tanpa
melakukan sesuatu. Berikut ini akan diuraikan data tindak tutur lokusi
berdasarkan tiga judul teks dalam penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust.
KH. Zainuddin, M.Z.
Data: Teks 01
Judul: “Manisnya Iman“.
(1) Orang yang memiliki sesuatu tentu ingin merasakan nikmat dan
manfaat atas segala sesuatu.
(2) Apa gunanya punya iman, kalau belum pernah merasakan indah,
nikmat, dan manisnya iman itu.
(3) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika dia
sedang sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis ketika
menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis ketika
mengadakan wuquf di padang arafah, serta manis ketika melakukan
apapun yang merupakan tuntutan dari imannya itu.
(4) Seseorang yang dikatakan beriman adalah yang meyakini kesenangan
kehidupan akhirat lebih baik dari kesenangan dunia.
(5) Kesenangan akhirat menjadi tujuan dan harapan, sementara kesulitan
hidup didunia adalah hiasan dalam menjangkau kesenangan akhirat.
(6) Salah satu ciri seorang muslim yang mampu menguatkan iman sesuai
dengan Rosul dan sahabat-sahabatnya pahami yakni mencintai
seseorang dengan ketaatannya kepada Allah.
(7) Cinta adalah buah dari sebuah kecintaan terhadap Allah.
(8) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan lezatnya
menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama,
barangkali inilah saatnya kita intropeksi.
(9) Makna dari manisnya iman adalah ketika dapat merasakan nikmatnya
beribadah.
(10) Dengan manisnya iman, seorang muslim bisa tegar, sabar dan kuat
dalam mengarungi kehidupan.
(11) Barang siapa yang merasakan manisnya iman tidak akan pernah
memiliki pikiran-pikiran kebencian, kedengkian atau permusuhan.
(12) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat
menemukan manisnya iman, yaitu mencintai Allah dan Rosul
daripada yang lain, mencintai orang lain karena Allah, dan tidak suka
kembali ke dalam kekufuran.
(13) Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan membenarkan
dengan hati, serta mengerjakan dengan anggota-anggota.
(14) Iman, yaitu melaksanakan 6 rukun iman yakni iman kepada Allah,
malaikat, nabi dan rosul, kitab-kitab, hari kiamat dan ketetapan baik
dan buruk.
(15) Menjalin cinta antara anak adam dan yang lainnya senantiasa dibatasi
dengan kesadaran, berdasarkan cinta karena Allah dan Rosulnya.
(16) Manusia yang senantiasa beribadah, merubah dan menyerahkan
setiap masalah hanya kepada Allah untuk ridhonya dan rosul-Nya,
adalah ciri dari manusia yang telah merasakan manisnya iman itu.
(17) Sesungguhnya persaudaraan karena Allah melahirkan kenikmatan
iman, sebab iman yang mengayomi itu. Dalam artian bertemu karena
Allah dan berpisah pun karena Allah.
(18) Perintah;
(19) Kepedihan dunia ibarat seseorang digigit semut merah saat memetik
buah.
(20) Dengan manisnya iman dihati, ia mampu bersikap tawakal. Hal ini
karena manisnya iman hanya dapat diraih tatkala semua hal didunia
ini telah dapat dilihatnya dari sisi cinta ilahiah.
Data: Teks 02
Judul: “Mukjizat Al-qur’an”.
(1) Setiap penganut agama mempunyai kitab-kitab suci atau yang
dianggap suci. semua agama.
(2) Orang nasrani punya kitab injil.
(3) Orang yahudi punya kitab taurat.
(4) Orang hindu punya kitab weda.
(5) Orang budha punya kitab tripetaka.
(6) Pengikut konghuchu punya kitab tautehking.
(7) Orang majusi punya kitab zenafesta.
(8) Orang kebathinan punya kitab zeratzentanni atau darmugadun
(9) Umat islam diberikan kitab Al-qur’an.
(10) Sesungguhnya Al-qur’an harus diyakini kebenarannya.
(11) Al-qur’an adalah perkataan Allah yang mulia yang berisi petunjuk
bagi umat manusia.
(12) Al-qur’an dikatakan suci karena ajarannya sesuai dengan fitrah
manusia, Alqur’an bersih dari interfensi manusia serta isinya tidak
saling bertentangan.
(13) Dalam sistem pendidikan, banyak manusia yang berlomba-lomba
mengisi otak bukan watak. Akhirnya timbul manusia-manusia pintar
tapi hati kosong, agama rapuh, akhirnya moral rendah.
(14) Al-qur’an mengangkat harkat dan martabat manusia
(15) Al-qur’an membebaskan dari belenggu kebodohan
(16) Menerima Al-qur’an dengan setengah-setengah merupakan salah satu
cirri seorang muslim yang munafik dalam beragama.
(17) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci
(18) Mempelajari isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya sesuai dengan
syariat islam.
(19) Kitab suci bersih dari interfensi manusia. Pada abad yang ke-14 lalu
pernah seorang ulama yang bernama Musailamah Al-kadzab
mencoba membuat Al-qur’an. Salah satu surahnya adalah Q.S. Al-
Fill yang berbunyi:
Al-fill : gajah
Waman fiil : Apakah gajah itu?
Wama adraka fiil : Tahukah kamu apa itu gajah?
Lahutrun man towil : Dia punya belalai panjang
Walahut zail : Dan dia punya ekor.
Jika bunyi Al-qur’an seperti itu, meski tidak dibuat, orang tahu.
Kalau kitab suci bersih dari campur tangan manusia, maka Al-qur’an
ketatabahasapun dia diterjemahkan, naskah aslinya tetap ada.
(20) Sesungguhnya orang yang gemar membaca Al-qur’an, hatinya
akan selalu tentram, teduh dan bersih dari noda kotoran.
(21) Satu ciri orang munafik beragama; sudah menerima Al-qur’an dan
berlomba-lomba mengamalkannya. Ironi, jangan sampai orang
melantunkan Al-qur’an dengan suara yang nyaring dan merdu dapat
piala dan yang mengamalkannya masuk penjara.
Data: Teks 03
Judul: “Bila doa tak terjawab”.
(1) Mintalah kamu kepada-Ku, niscaya akan aku kabulkan dan
berdo’alah kamu kepada-Ku sesungguhnya akan aku jawab doa’mu.
(2) Hati yang mati adalah hati yang suka menyekutukan Allah
(3) Do’a yang tidak dijawab oleh Allah itu disebabkan karena hati
manusia yang telah mati dari sepuluh hal. Dari hati yang mati,
channel tidak nyambung, dari channel yang putus tidak ada getaran
untuk masuk.
(4) Hati yang sehat, dan bersih akan senantiasa memberi manfaat bagi
diri manusia baik di dunia maupun akhirat
(5) Mesjid merupakan pusat kegiatan umat islam.
(6) Umat dan mesjid ibarat ikan sama air. Kalau ikan jauh dengan air,
maka ikan tersebut akan mati. Sebaliknya, jika ada manusia yang
sudah jauh dengan mesjid, jiwanya yang mati. Apabila jiwanya mati
tapi jasadnya masih ada, itu namanya bangkai yang sedang berjalan-
jalan.
(7) Hati yang bersih adalah hati yang selamat dari sikap yang
menyekutukan Allah dengan sesuatu selain Allah.
(8) Membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada
syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat yang
diberikan oleh Allah merupakan ciri dari manusia yang doanya akan
dijawab oleh Allah Swt.
(9) Hal-hal untuk menjaga kesucian hati antara lain; memperbaiki bathin,
rajin membaca Al-qur’an dan mempelajarinya, mengaktifkan dzikir,
istigfar, taubatan nasuha, membaca salawat nabi, berdo’a, sholat
malam, menghadiri majlis serta serta mengingat mati.
(10) Dengan berdzikir, kesucian hati akan terasah, terbentuk menjadi
lentera yang senantiasa terpancar diantara relung-relung hati.
(11) Sesungguhnya hati yang sehat dalah hati yang bersih, yaitu hati yang
tidak ada orang selamat pada hari kiamat kecuali orang yang
menghadap kepada Allah dengan hati seperti itu.
4.1.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah tindak yang mengandung dua maksud yaitu
menginformasikan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna
ilokusi. Berikut ini data tindak tutur ilokusi yang diperoleh dari tiga teks
penyampaian tausiyah Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z.
Data: Teks 01
Judul: “Manisnya Iman”
(1) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika dia
sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis ketika
menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis ketika
melaksanakan wuquf dipadang arafah, serta manis ketika melakukan
apapun yang merupakan tuntutan dari imannya itu.
(2) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat
menemukan manisnya iman itu yakni mencintai Allah dan Rosul
daripada yang lain, mencintai orang lain karena Allah, tidak kembali
dalam kekufuran.
Data: Teks 02
Judul: “Mukjizat Al-qur’an”
(3) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci dengan
cara mempelajari isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya sesuai
dengan syariat islam.
Data: Teks 03
Judul: “Bila doa tak terjawab”
(4) Kenalilah Allah serta tunaikanlah hak-Nya dengan cara beribadah
kepada-Nya.
(5) Ciri-ciri dari manusia yang doanya akan dijawab oleh Allah yakni
membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada
syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat
yang diberikan oleh Allah.
4.1.3 Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tuturnya/pendengar. Berikut ini data tindak tindak
perlokusi yang diperoleh dari tiga teks penyampaian tausiyah Alm. Ust.
KH. Zainuddin, M.Z.
Data: Teks 01
Judul: “Manisnya Iman”
(6) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan lezatnya
menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama,
barangkali inilah saatnya kita intropeksi diri. Sudahah kita mampu
menghadirkan Tuhan dan Rosulnya dalam seluruh perhtian cinta kita
sebagai standar rasa dan kecondongan hati kita di setiap tarikan
nafas kita?
(7) Dengan manisnya iman, seorang muslim mampu bisa tegar, sabar,
tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan, ia bahagia dalam
cobaan hidup yang penuh penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan.
Data: Teks 02
Judul: “Mukjizat Al-qur’an”
(8) Ajaran yang ada dalam Al-qur’an sesuai dengn fitrah manusia jika
tidak sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan fitrah manusia.
(9) Sesungguhnya orang yang gemar mempelajari isi Al-qur’an serta
mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram, teduh dan
bersih dari noda kotoran
Data: Teks. 03
Judul: “Bila do’a tak terjawab”
(10) Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar beriman
kepada-Nya maka seruan, permohonan doa niscaya akan dikabulkan
oleh-Nya.
(11) Hati yang putih adalah hati yang telah disinari oleh cahaya iman.
Pelita iman telah bersinar di dalamnya.
4.2. Pembahasan
4.2.1 Tindak Tutur Lokusi
Pada data I, II, dan III pada masing-masing judul dalam teks
penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z. mengandung
tindak tutur lokusi. Tindak yang dimaksudkan untuk
menyampaikan/menginformasikan sesuatu informasi oleh penutur kepada
lawan tutur tanpa melakukan sesuatu. Berikut ini salah satu uraian kalimat
lokusi dari masing-masing judul dalam teks penyampaian tausiyah oleh
Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z berdasarkan hasil data yang diperoleh
sebelumnya.
(1) Orang yang memiliki sesuatu tentu ingin merasakan nikmat dan
manfaat atas segala sesuatu. (Teks. 01)
Tuturan pada kalimat (1) yang dimaksudkan pembicara untuk
menginformasikan tentang kecintaan manusia atas segala sesuatu, baik
harta benda, jabatan, ataupun seseorang yang dicintai. Jika segala sesuatu
itu tidak dibatasi dengan kesadaran atau dilandasi dengan iman maka
segala sesuatu itu akan sia-sia. Kalimat tersebut nampak pada tuturan (2)
yang ditandai dengan penanda lingual “Apa gunanya punya radio yang
bagus tapi tidak bisa mendengar, apa gunanya punya televisi yang
berwarna dan terang tapi tidak bisa melihat begitu pun dengan iman, apa
gunanya punya iman jika belum merasakan indah, nikmat, dan manisnya
iman itu”.
(2) Setiap penganut agama mempunyai kitab-kitab suci atau yang
dianggap suci. (Teks. 02)
Tuturan pada kalimat (1) yang dimaksudkan pembicara untuk
menginformasikan bahwasanya setiap penganut agama memiliki kitab-
kitab suci yang berbeda yang masing-masing penganut wajib meyakini
akan kebenaran kitab tersebut.
Kalimat tersebut nampak pada tuturan (1), (2), (3), (4), (5), (6), (7), (8)
dan (9) yang ditandai dengan penanda lingual “Orang nasrani punya kitab
injil, orang hindu punya kitab taurat, orang hindu punya kitab weda, orang
budha punya kitab tripetaka, pengikut konghuchu punya kitab tautehking,
orang majusi punya kitab zennafesta, orang kebathinan punya kitab
zeratzettanni atau darmugadun, dan umat islam sendiri oleh Allah
diberikan Al-qur’an”.
(2) Hati yang mati adalah hati yang suka menyekutukan Allah
(Teks. 03)
Tuturan pada kalimat (2) dimaksudkan pembicara untuk
menginformasikan tentang salah satu penyebab doa yang tidak pernah
dijawab oleh Allah. Hal tersebut dikarenakan hati manusia yang telah
mati. Kalimat tersebut nampak pada tuturan (3) ditandai dengan penanda
lingual “ Doa yang tidak dijawab oleh Allah itu disebabkan karena hati
yang telah mati dari sepuluh hal. Salah satunya adalah manusia yang suka
menyekutukan Allah”.
4.2.2 Tindak Tutur Ilokusi
Tindak yang selain berfungsi untuk menyatakan sesuatu juga
berfungsi untuk melakukan sesuatu. Dalam tindak ini berarti satu tuturan
mengandung dua maksud yaitu menginformasikan dan menyuruh
melakukan sesuatu. Sebagai contoh tindak ilokusi dalam beberapa teks
penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z adalah sebagai
berikut.
(1) Seseorang yang merasakan manisnya iman adalah manis ketika
dia sujud, manis ketika melaksanakan ibadah puasa, manis
ketika menginfakkan sebagian harta yang dimilikinya, manis
ketika melaksanakan wuquf dipadang arafah, serta manis
ketika melakukan apapun yang merupakan tuntutan dari
imannya itu. (Teks. 01)
Tuturan pada kalimat (1) diatas mengandung dua maksud yaitu
memberitahukan sebagai makna lokusidan menyuruh sebagai makna
ilokusi. Maksud tuturan pembicara yang pertama sebagai makna lokusi
pada kalimat (1) “Seorang muslim yang telah mendapatkan dan
merasakan manisnya iman”.
Makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (1) dengan
penanda lingual kalimat ”Manis ketika dia sujud, manis ketika
melaksanakan ibadah puasa, manis ketika menginfakkan sebagian harta
yang dimilikinya, manis ketika melaksanakan wuquf dipadang arafah,
serta manis ketika melakukan apapun yang merupakan tuntutan imannya
itu”.
Berdasarkan kalimat di atas, makna ilokusi yang terkandung dalam
tuturan pembicara pada kalimat (1) adalah pembicara berharap kepada
setiap manusia senantiasa memelihara imannya dengan begitu, segala
sesuatu yang dikerjakan akan bernilai ibadah dihadapan Allah SWT.
(2) Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia
dapat menemukan manisnya iman itu yakni mencintai Allah
dan Rosul daripada yang lain, mencintai orang lain karena
Allah, tidak kembali dalam kekufuran. (Teks. 01)
Tuturan pada kalimat (2) mengandung dua makna, yaitu makna
lokusi dan makna ilokusi. Kalimat (2) menginformasikan tentang “Tiga
hal yang barang siapa mengamalkanya, maka ia dapat menemukan
manisnya iman itu”.
Makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (2) dengan
penanda lingual kalimat ”Mencintai Allah dan Rosul daripada yang lain,
mencintai orang lain karena Allah, dan tidak suka kembali ke dalam
kekufuran”. Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh
pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari
pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara
pada kalimat (2) adalah setiap muslim tersentuh hati mereka dalam
mengamalkan perintah sesuai dengan Rosul kerjakan.
(3) Tugas manusia adalah meyakini kebenaran dari kitab suci
dengan cara mempelajari isi dari Al-qur’an dan
mengamalkannya sesuai dengan syariat islam. (Teks. 02)
Tuturan pada kalimat (3) di atas mengandung dua maksud, yaitu
memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna
ilokusi. Kalimat (3) menginformasikan tentang ”Tugas manusia dalam
meyakini kebenaran dari kitab suci”.
Adapun makna ilokusi yang terkandung di dalam kalimat (3)
ditandai dengan penanda lingual ”Mempelajari isi dari Al-qur’an dan
mengamalkannya sesuai dengan syariat Islam”.
Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh
pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari
pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara
pada kalimat (3) adalah pembicara berharap agar setiap manusia
senantiasa meyakini akan kebenaran dari kitab suci, dengan mempelajari
isi dari Al-qur’an dan mengamalkannya.
(4) Kenalilah Allah serta tunaikanlah hak-Nya dengan cara
beribadah kepada-Nya. (Teks. 03)
Tuturan pada kalimat (4) di atas mengandung dua maksud, yaitu
memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna
ilokusi. Kalimat (4) menginformasikan tentang ”Salah satu cara agar doa
manusia diijabah oleh Allah”. Adapun makna ilokusi yang terkandung di
dalam kalimat (4) ditandai dengan penanda lingual ”Kenalilah Allah serta
tunaikanlh hak-Nya dengan cara beribadah kepada Allah”.
Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh
pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari
pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara
pada kalimat (4) adalah pembicara berharap kepada pendengar agar
senantiasa beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya.
(5) Ciri-ciri dari manusia yang doanya akan dijawab oleh Allah
yakni membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci
kepada syaitan, selalu memuhasabah diri, dan selalu
mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah.
Tuturan pada kalimat (5) di atas mengandung dua maksud, yaitu
memberitahukan sebagai makna lokusi dan menyuruh sebagai makna
ilokusi. Kalimat (5) menginformasikan tentang ”Ciri-ciri bagi orang
muslim yang ingin doanya diijabah oleh Allah SWT hendaknya
melaksanakan apa yang diperintahkan oleh-Nya”. Adapun makna ilokusi
yang terkandung di dalam kalimat (5) ditandai dengan penanda lingual
”Membaca Al-qur’an, cinta kepada Allah dan Rosul, benci kepada syaitan,
selalu memuhasabah diri, dan selalu mensyukuri nikmat yang diberikan
oleh Allah”.
Berdasarkan konteks situsional yang diketahui bersama oleh
pembicara dan pendengar tersebut, kita dapat mengetahui maksud dari
pembicara atau makna ilokusi yang terkandung dalam tuturan pembicara
pada kalimat (5) adalah pembicara berharap kepada pendengar agar
senantiasa melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Allah dengan begitu
segala permintaan akan dikabulkan oleh Allah SWT.
4.2.3 Tindak Tutur Perlokusi
Tindak perlokusi adalah tindak yang dmaksudkan untuk
mempengaruhi lawan tuturnya. Dalam tindak perlokusi ini yang terpenting
adalah daya pengaruh/efek tindak ujaran pembicara kepada pendengar.
Sebagai contoh tindak ilokusi dalam beberapa teks penyampaian tausiyah
oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z adalah sebagai berikut.
(6) Jika kita masih merasa berat dan belum bisa merasakan
lezatnya menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar
sesama, barangkali inilah saatnya kita intropeksi diri.
Sudahkah kita mampu menghadirkan Tuhan dan Rosulnya
dalam seluruh perhatian cinta kita sebagai standar rasa dan
kecondongan hati kita di setiap tarikan nafas kita? (Teks. 01)
Tuturan kalimat (6) berkerangka topik tentang ketidaksanggupan
manusia dalam menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar
sesama. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu
makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada kalimat (6)
adalah menginformasikan tentang “ketidaksanggupan manusia dalam
menjalankan ibadah dan melakukan kebajikan antar sesama”. Sedangkan
makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (6) adalah pembicara
mengharap kepada pendengar hendaknya memuhasabah diri/intropeksi.
Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual “Sudahkah kita
mampu menghadirkan Tuhan dan Rosulnya dalam seluruh perhatian cinta
kita sebagai standar rasa dan kecondongan hati kita di setiap tarikan nafas
kita?”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(6) adalah setiap manusia akan senantiasa mengingat kembali kesalahan-
kesalahan yang pernah dibuat dengan cara inropeksi diri.
(7) Dengan manisnya iman, seorang muslim mampu bisa tegar,
sabar, tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan, ia
bahagia dalam cobaan hidup yang penuh penderitaan,
kesengsaraan dan kesakitan.
Tuturan kalimat (7) berkerangka topik tentang buah dari manisnya
iman itu. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu
makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada kalimat (7)
adalah menginformasikan tentang “Buah dari manisnya iman itu”.
Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (7) adalah
pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa mampu tegar,
sabar, tawakal dan kuat dalam mengarungi kehidupan. Makna ilokusi
tersebut terkandung dalam penanda lingual “ Dengan manisnya iman
seorang muslim akan mampu bisa tegar, tawakal, dan kuat dalam
mengarungi kehidupan. Ia akan bahagia dalam cobaan hidup yang penuh
dengan penderitaan, kesengsaraan dan kesakitan”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(7) adalah Dengan iman kuat, setiap manusia akan senantiasa mampu
bertahan dalam setiap cobaan.
(8) Ajaran yang ada dalam Al-qur’an sesuai dengn fitrah manusia
jika tidak sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan fitrah
manusia. (Teks.02).
Tuturan kalimat (8) berkerangka topik tentang Alasan mengenai
Al-qur’an dianggap suci. Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna
sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Makna lokusi pada
kalimat (8) menginformasikan tentang “Alasan Al-qur’an dianggap suci”.
Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat (8) adalah
pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa meyakini akan
keberadaan kitab suci bahwasanya ajarannya sesuai dengan fitrah
manusia. Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual “
Ajaran yang ada dalam Al-quran sesuai dengan fitrah manusia jika tidak
sesuai, maka hal itu akan bertentangan dengan manusia”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(8) adalah setiap manusia akan senantiasa percaya dan yakin bahwasanya
ajaran yang berada dalam kitab suci Al-qur’an sesuai dengan fitrah
manusia.
(9) Sesungguhnya orang yang gemar mempelajari isi Al-qur’an
serta mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram,
teduh dan bersih dari noda kotoran.
Tuturan kalimat (9) berkerangka topik sesungguhnya kitab suci Al-
qur’an adalah perkataan yang mulia yang berisi petunjuk bagi manusia.
Tuturan kalimat di atas mengandung tiga makna sekaligus, yaitu makna
lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Makna lokusi pada kalimat (9) menginformasikan bahwasanya
Kitab suci Al-qur’an merupakan perkataan Allah yang berisi petunjuk
bagi manusia. Sedangkan makna ilokusi yang terkandung dalam kalimat
(9) adalah pembicara mengharap kepada pendengar agar senantiasa
mempelajari isi Al-qur’an dan mengamalkannya. Makna ilokusi tersebut
terkandung dalam penanda lingual “Seseorang yang gemar mempelajari
isi Al-qur’an dan mengamalkannya, maka hatinya akan selalu tentram,
teduh, dan bersih dari noda kotoran”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(9) adalah setiap manusia akan senantiasa percaya dan .gemar dalam
mempelajari isi Al-qur’an dan mengamalkannya.
(10) Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar
beriman kepada-Nya maka seruan, permohonan doa niscaya
akan dikabulkan oleh-Nya.
Tuturan kalimat (10) berkerangka topik bahwasanya Allah akan
senantiasa mengabulkan segala permintaan manusia apabila manusia
tersebut selalu mensyukuri nikmat yang diberikan. Tuturan kalimat di atas
mengandung tiga makna sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan
perlokusi.
Makna lokusi pada kalimat (10) menginformasikan bahwasanya
Allah akan mengabulkan segala permintaan manusia apabila manusia
tersebut selalu mensyukuri nikmat yang diberikan. Sedangkan makna
ilokusi yang terkandung dalam kalimat (10) adalah pembicara mengharap
kepada pendengar agar senantiasa mengenali Allah serta tunaikanlah hak-
Nya dengan cara beribadah kepada-Nya.
Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual
“Apabila kita rajin menjawab panggilan Allah atas dasar beriman kepada-
Nya maka seruan, permohonan doa niscaya akan dikabulkn oleh-Nya”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(10) adalah agar setiap manusia akan tergugah hatinya dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah SWT.
(11) Hati yang putih adalah hati yang telah disinari oleh cahaya
iman. Pelita iman telah bersinar di dalamnya.
Tuturan kalimat (11) berkerangka topik tentang Penyebab bagi
orang yang selalu menjaga hatinya. Tuturan kalimat di atas mengandung
tiga makna sekaligus, yaitu makna lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Makna lokusi pada kalimat (11) menginformasikan tanyang
penyebab bagi orang selalu menjaga hatinya. Sedangkan makna ilokusi
yang terkandung dalam kalimat (11) adalah pembicara mengharap kepada
pendengar agar senantiasa selalu menjaga hatinya dengan berdzikir
kepada Allah.
Makna ilokusi tersebut terkandung dalam penanda lingual
“Apabila kita selalu menjaga hati dengan berdzikir, maka hati kita telah
disinari oleh cahaya iman. Pelita iman telah bersinar di dalamnya”.
Adapun makna perlokusi yang terkandung dalam tuturan kalimat
(11) adalah setiap manusia kan senantiasa menjaga hatinya agar tidak
terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak baik.
Berdasarkan pada analisis di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud yang diutarakan oleh
seorang penutur tidak selmanya diutarakan secara langsung/tersirat.
Maksud yang tersirat/tidak langsung akan lebih sulit penafsirannya
dibandingkan maksud yang tersurat. Untuk dapat menafsirkan maksud
yang tersirat dalam tuturan seorang penutur, maka pendengar harus
memperhatikan konteks yang melingkupi tuturan tersebut. Demikian pula
halnya dalam penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z.
Maksud tuturan pembicara yang terkandung dalam teks
penyampaian tausiyah oleh Alm. Ust. KH. Zainuddin, M.Z disampaikan
secara tersirat dan tersurat. Maksud pembicara yang tersirat dalam
penyampaiannya terkesan menyindir/mengkritik. Meskipun pada
umumnya menyindir/mengkritik orang lain itu terasa tidak mengenakkan
perasaan. Akan tetapi kritikan dan sindiran dalam penyampaiannya
menggunakan pemilihan diksi, sehingga orang yang merasa
tersindir/terkritik tidak akan merasa tersinggung. Oleh karena itu seorang
Recommended