View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah isian angket keyakinan siswa
terhadap matematika awal-akhir dan data tes prestasi pretest –posttest. Data yang
telah terkumpul kemudian dianalisis dan hasil analisis datanya dijabarkan sebagai
berikut.
a. Deskripsi Pembelajaran
Populasi pada penelitian eksperimen ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN
6 Yogyakarta, sedangkan sampel untuk penelitianya adalah siswa kelas VII-F dengan
jumlah 34 siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan pembelajaran berbasis kecerdasan
majemuk. Peneliti terlebih dahulu melakukan observasi pembelajaran dan
memberikan angket kecerdasan majemuk. Peneliti menggunakan angket kecerdasan
majemuk yang sebelumnya sudah digunakan oleh Melissa (2015). Kisi-kisi dan
angket kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Lampiran 2.11-2.12 halaman 338-339.
Pemberian angket kecerdasan majemuk bertujuan untuk dapat mengetahui
kecenderungan jenis kecerdasan-kecerdasan yang dominan pada siswa. Data dan
analisis hasil angket kecerdasan majemuk siswa secara lengkap dapat dilihat di
Lampiran 4.13-4.14 halaman 398-399. Data sebaran kecenderungan kecerdasan
majemuk siswa yang diperoleh disajikan pada Tabel 9.
62
Tabel 9. Sebaran Kecenderungan Kecerdasan Majemuk Siswa
No Jenis Kecerdasan Jumlah Siswa
1 Interpersonal 14
2 Naturalist 14
3 Exsistentialist 10
4 Musical 9
5 Linguistic 8
6 Bodily-Kinesthetic 8
7 Visual-Spatial 6
8 Logical-Mathematical 4
9 Intrapersonal 4
Jumlah Siswa 77
Data sebaran kecenderungan kecerdasan siswa pada Tabel 9 digunakan untuk
menentukan kombinasi kecerdasan yang akan difasilitasi pada setiap pertemuan.
Kecenderungan kecerdasan siswa yang paling banyak dimiliki siswa adalah
kecerdasan Interpersonal dan Naturalist, sehingga kegiatan pembelajaran yang
dirancang lebih didominasi kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan
tersebut. Pada setiap pertemuan akan ada diskusi kelompok untuk memfasilitasi
kecerdasan Interpersonal dan di LKS terdapat halaman rangkuman yang didesain
dengan gambar-gambar mahluk hidup untuk menarik perhatian siswa dengan
kecerdasan Naturalist yang tinggi. Selain itu peneliti menyediakan kegiatan observasi
keluar kelas untuk memfasilitasi kecerdasan Naturalist siswa. Kecerdasan Logical-
Mathematical juga diberdayakan pada setiap pertemuan karena penelitian ini terkait
dengan pembelajaran matematika, sehingga di setiap pertemuan siswa difasilitasi
denga pemberian soal-soal matematika. Dalam 6 kali pertemuan terdapat kegiatan
pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan Interpersonal, Naturalist dan Logical-
Mathematical. Kecerdasan yang lain juga tetap diberdayakan dengan proporsi yang
63
berbeda disesuaikan dengan banyaknya siswa yang memiliki kecerdasan tersebut.
Semakin banyak siswa yang memiliki kecenderungan kecerdasan tertentu maka
semakin sering kecerdasan itu diberdayakan pada setiap pertemuan. Kombinasi
kecerdasan majemuk pada setiap pertemuan disajikan pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Kombinasi Kecerdasan Majemuk dalam Setiap Pertemuan
Jenis Kecerdasan
Jml Linguis-
tic
Music-
al
Logical-
Matematic
Visual-
Spatial
Bodily-
Kinesthetic
Intra-
personal
Inter-
personal
Natural-
is
Eksitent-
ialist
P1 √ √ √ √ √ √ 6
P2 √ √ √ √ √ 5
P3 √ √ √ √ √ √ √ 7
P4 √ √ √ √ √ √ √ 7
P5 √ √ √ √ 4
P6 √ √ √ √ √ √ 6
Jml 3 4 6 1 3 1 6 6 5 35
Pada Tabel 10 menjelaskan bahwa, sebagai contoh pada pertemuan pertama
(P1) guru akan memberikan kegiatan pembelajaran yang
memberdayakan/memfasilitiasi kecerdasan linguistic, logical-mathematical, bodily-
kinesthetic, interperonal, naturalist, dan exsisentialist. Selanjutnya peneliti membuat
rancangan pelaksanaan pembelajaran di mana kegiatan pembelajarannya disesuaikan
dengan kombinasi kecerdasan yang akan diberdayakan pada setiap pertemuan.
Sebagai contoh pada P1 yaitu pembelajaran mengenai untung, rugi, dan impas,
kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan siswa yang akan diberdayakan
pada P1 atara lain: kecerdasan linguistic dengan pemberian cerita di dalam LKS,
kecerdasan logical-methemtical siswa difalisitasi dengan pemberian soal matematika,
kecerdasan bodly-kinesthetic siswa difasiltiasi dengan adanya game matematika,
64
kecerdasan interpersonal siswa difasilitasi dengan diskusi kelompok, kecerdasan
naturalis siswa difasilitasi dengan pembelajaran diluar kelas, dan kecerdasan
exsistentialist siswa difasilitasi dengan pemberian tugas opsional.
Penelitian ini dilaksanakan pada minggu pertama bulan Februari Tahun 2017.
Jadwal penelitian disajikan pada Tabel 11 berikut .
Tabel 11. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Pertemuan Kegiatan Hari/Tanggal
Sebelum
penelitian
Angket keyakinan siswa
terhadap matematika
Pretest
Senin, 6 Februari 2017
Pertemuan 1 Untung, rugi, impas Kamis, 9 Februari 2017
Pertemuan 2 Harga jual dan harga beli Senin, 13 Februari 2017
Pertemuan 3 Diskon dan pajak Kamis, 16 Februari 2017
Pertemuan 4 Bruto, netto, dan tara Senin, 20 Februari 2017
Pertemuan 5 Mencari besar bunga tunggal Kamis, 24 Februari 2017
Pertemuan 6 Mencari lama waktu menabung Senin, 27 Februari 2017
Setelah
penelitian
Angket keyakinan siswa
terhadap matematika
Posttest
Kamis, 2 Maret 2017
Tes (pretest) dan angket keyakinan siswa terhadap matematika diberikan saat
pertemuan pertama untuk mengukur kemampuan awal siswa dan tingkat keyakinan
awal siswa terhadap matematika. Pretest dilaksanakan selama 2 jam pelajaran,
setelah siswa mengerjakan pretest kemudian siswa mengisi angket keyakinan siswa
terhadap matematika.
Pertemuan selanjutnya dilaksanakan proses pembelajaran yang menerapkan
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk. Peneliti membuat RPP untuk 6
pertemuan (15 jam pelajaran). Pada pertemuan terakhir, siswa diberikan tes (posttest)
65
dan angket untuk mengetahui prestasi yang dicapai siswa dan tingkat keyakinan
siswa terhadap matematika setelah dilakukannya penelitian.
Kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan RPP yang telah dirancang
oleh peneliti. Ada beberapa kendala selama penelitian. Pada pembelajaran hari
pertama, terdapat kegiatan observasi keluar kelas yaitu mengobservasi kegiatan jual-
beli yang ada di sekitar sekolah. Namun kegiatan ini tidak terlaksana karena waktu
pembelajaran yang tidak sesuai dengan perkiraan peneliti. Oleh karena itu, tugas
observasi keluar kelas diganti sebagai tugas rumah, mengobservasi kegiatan jual-beli
di sekitar rumah.
Kendala selanjutnya mengenai pembagian kelompok. Peneliti telah
menentapkan kelompok berdasarkan kombinasi kecerdasan yang akan difasilitasi saat
pembelajaran. Namun, beberapa siswa tidak setuju dengan pengelompokan yang telah
ditetapkan oleh peneliti. Siswa memberikan masukan agar peneliti menentukan ketua
kelompok, dan selanjutnya ketua kelompok yang akan memilih anggotanya sendiri.
Pada pertemuan selanjutnya pengelompokan dilakukan berdasarkan masukan siswa.
Hal tersebut mengakibatkan ada salah satu siswa yang tidak mendapat kelompok
karena siswa tersebut memiliki sifat yang kurang disukai oleh teman-temannya. Pada
hari berikutnya, pengelompokan dibuat sesuai rancangan peneliti semula.
Selama penelitian dilakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh
observer dari mahasiswa pendidikan matematika. Hasil isian dan rekap penilaian
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat selengkapnya pada
66
Lampiran 4.19 halaman 408 dan Lampiran 4.12 halaman 396. Presentase
keterlaksanaan pembelajaran adalah 94% termasuk dalam kriteria sangat baik.
Proses pembelajaran diawali dan diakhiri dengan doa. Pada setiap pertemuan
peneliti memeriksa kehadiran siswa. Setiap pertemuan menggunakan LKS yang
sudah dipersiapkan peneliti. LKS berisi kegiatan-kegiatan yang berbasis kecerdasan
majemuk. Terdapat 9 jenis kecerdasan majemuk antara lain kecerdasan interperonal,
musical, bodily-kinesthetic, intrapersonal, visual-spatial, naturalist, exsistentialist,
logical-matematical, dan linguistic. Kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi
kecerdasan interpersonal siswa adalah dengan kegiatan diskusi (Gambar 3). Siswa
mendiskusikan permasalahan yang ada di LKS bersama teman satu kelompoknya.
Sedangkan kegiatan untuk memfasilitasi kecerdasan intrapersonal adalah dengan
pemberian tugas individu.
Gambar 3. Siswa Berdiskusi
Kegiatan pembelajaran untuk memfasilitasi kecerdasan musical siswa yaitu
kegiatan menyanyi. Siswa diajak untuk menyanyikan beberapa lagu yang sudah ada
di LKS. Kegiatan yang memfasilitasi kecerdasan bodily-kinesthetic adalah melalui
67
games. Terdapat dua games yaitu memancing (Gambar 4) dan ular tangga (Gambar
5). Games dilakukan dalam rangka untuk mengerjakan latihan soal yang ada di LKS.
Game memancing digunakan salah satunya sebagai alat mengundi pemilihan nomor
soal. Pada game ular tangga, kelompok yang melanggar peraturan akan diberikan soal
dan diminta mengerjakan di papan tulis, sebelum soal selesai dikerjakan kelompok
tidak boleh melanjutkan permainan.
Gambar 4. Siswa Bermain Game
Memancing
Gambar 5. Siswa Bermain Game
Ular Tangga
Kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan visual-spatial siswa
adalah dengan menonton video pembelajaran. Peneliti memutarkan video tentang
kegiatan jual-beli dan siswa mengamati permasalahan yang ada di dalam video.
Kegiatan memfasilitasi kecerdasan logis-matematis adalah dengan mengerjakan soal-
soal. Kemudian untuk memfasilitasi kecerdasan linguistic salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah membaca kisah tokoh yang telah disajikan di LKS.
Kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan exsistentilist siswa
yaitu dengan memberikan tugas opsional seperti mencari tahu asal usul/sejarah dan
biografi kesuksesan tokoh. Contoh hasil pekerjaan siswa terlihat pada Gambar 6
berikut.
68
Gambar 6. Hasil Tugas Opsional Siswa
Pada penelitian ini kegiatan observasi keluar kelas merupakan salah satu
kegiatan untuk memfasilitasi kecerdasan naturalist siswa, siswa mengamati dan
mewawancarai pedagang yang ada di sekitar untuk mendapatkan data sesuai dengan
perintah yang ada di LKS. Contoh hasil pekerjaan siswa ditunjukan pada Gambar 7
berikut.
Gambar 7. Hasil Observasi Siswa.
b. Deskripsi Data
1) Hasil Angket Keyakinan Siswa terhadap Matematika
Keyakinan siswa terhadap matematika diukur menggunakan instrumen berupa
angket yang terdiri dari 36 pernyataan. Angket keyakinan siswa terhadap matematika
diberikan kepada siswa pada awal dan akhir penelitian.
69
Contoh isian angket awal dan akhir dapat dilihat pada Lampiran 4.17-4.18
halaman 402-405. Secara rinci rekap skor isian angket keyakinan siswa terhadap
matematika awal dan akhir dapat dilihat pada Lampiran 4.9-4.10 halaman 387-390.
Deskripsi data keyakinan siswa terhadap matematika disajikan pada Tabel 12 berikut.
Tabel 12. Deskripsi Data Keyakinan Siswa terhadap Matematika
Awal dan Akhir
Deskrpsi Awal Akhir
n 34 34
Rata-Rata 119,56 134,59
Max 145 158
Min 97 118
Variansi 124,254 124,856
SD 11,147 11,174
Skor Max yang mungkin 180 180
Skor Min yang mungkin 36 36
Keterangan:
n=banyak siswa
SD= standar deviasi
-Berdasarkan deskripsi data yang ditunjukan pada Tabel 12, rentang skor yang
mungkin diperoleh siswa adalah dari 36 sampai 180. Rata-rata skor awal dan skor
akhir keyakinan siswa terhadap matematika meningkat dari 119,56 (kategori sedang)
menjadi 134,59 (kategori tinggi), sehingga dapat dikatakan terjadi peningkatan rata-
rata skor keyakinan siswa terhadap matematika sebesar 15,03.
Tingkat keyakinan siswa terhadap matematika dipengaruhi oleh beberapa
aspek/indikator. Pada Tabel 13 menyajikan distribusi frekuensi tingkat keyakinan
siswa pada setiap aspek. Secara lengkap data kategori tingkat keyakinan siswa
terhadap matematika awal dan akhir tiap aspek dapat dilihat pada Lampiran 4.11
halaman 393.
70
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Skor Keyakinan Siswa terhadap Matematika
No Aspek Kat Awal Akhir
f % F %
1 Keyakinan siswa terhadap
kegunaan matematika
ST 1 2,94 5 14,70
T 8 23,52 19 55,88
S 21 61,76 9 26,47
K 4 11,76 1 2,94
SK 0 0 0 0
2
Keyakinan siswa terhadap
kemampuan diri sendiri dalam
matematika
ST 7 20,58 7 20,58
T 16 47,05 20 58,82
S 9 26,47 7 20,58
K 2 5,88 0 0
SK 0 0 0 0
3 Keyakinan siswa terhadap
matematika
ST 0 0 2 5,88
T 12 35,29 22 64,70
S 20 58,82 10 29,41
K 2 5,88 0 0
SK 0 0 0 0
4
Keyakinan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran
matematika
ST 2 5,88 7 20,58
T 13 38,23 24 70,58
S 17 50 3 8,82
K 2 5,88 0 0
SK 0 0 0 0
Ket: ST= Sangat Tinggi, T= Tinggi, S= Sedang, K= Kurang, SK= Sangat
Kurang
Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa setelah penelitian tingkat
keyakinan siswa yang memiliki kategori tinggi dan sangat tinggi berdasarkan aspek
pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-turut 70,58%; 79,4%; 70,58%; dan
91,16%, sedangkan sebelum penelitian secara hanya 26,46%; 67,63%; 35,29%; dan
44,11%. Dapat dikatakan terdapat peningkatan pada setiap aspek sebesar 44,12%;
11,77%; 35,29%; dan 47,05%.
Butir-butir pernyataan pada setiap aspek dianalisis. Secara kumulatif
distribusi frekuensi jawaban siswa yang menjawab pertanyaan dengan jawaban Setuju
71
(S) dan Sangat Setuju (SS) pada angket awal dan akhir disajikan pada tabel-tabel
berikut ini.
Tabel 14. Deskripsi Butir Aspek Ke-1
Butir Pernyataan Awal Akhir
f % f %
Butir 2 (+) :Matematika berguna untuk mempelajari
ilmu lain. 16 47,05 21 61,76
Butir 36 (+) :Matematika berguna dalam kegiatan
pembangunan jembatan. 14 41,17 24 70,58
Butir 16 (-) :Matematika tidak dapat diterapkan di
pelajaran lain. 30 88,23 19 55,88
Butir 35 (-) :Matematika hanya berguna dalam
kegiatan perniagaan/perdagangan. 26 76,47 14 41,17
Pada deskripsi butir positif nomor 3 dan 36 menunjukan bahwa peningkatan
persentase berturut-turut sebesar 14,71% dan 29,41%. Kemudian analisis butir negatif
nomor 16 dan 35 diketahui bahwa persentase siswa turun sebesar 32,35% dan 35,3%.
Deskripsi butir aspek kedua disajikan pada Tabel 15.
Tabel 15. Deskripsi Butir Aspek Ke-2
Butir Pernyataan Awal Akhir
f % f %
Butir 3 (+) :Saya berhasil dalam tes
matematika karena
kemampuan saya.
22 64,70 22 64,70
Butir 4 (+) :Bagi saya matematika dapat
dipelajari. 25 73,59 24 70,58
Butir 17 (-) :Saya berhasil dalam tes
matematika karena nasib
baik/keberuntungan.
21 61,76 20 58,82
Butir 18 (-) :Bagi saya mempelajari
matematika hanya untuk
orang yang pandai.
22 64,70 0 0
Pada deskripsi butir positif nomor 3 dapat diketahui bahwa persentase tetap
atau tidak berubah, sedangkan pada butir positif nomor 4 mengalami penurunan
72
sebesar 3,01%. Kemudian deskripsi butir negatif nomor 17 dan 18 menunjukan
bahwa persentase turun dengan besar penurunan persentase berturut-turut 2,94% dan
64%. Deskripsi butir selanjutnya adalah deskripsi butir positif aspek ketiga yang
disajikan pada Tabel 16 berikut.
Tabel 16. Deskripsi Butir Aspek Ke-3
Butir Pernyataan Awal Akhir
F % f %
Butir 28 (+) :Seseorang yang belajar matematika
dengan tekun cenderung akan bisa
berpikir dengan logis.
13 38,23 26 76,47
Butir 29 (+) :Matematika adalah ilmu yang penting. 11 32,35 26 76,47
Butir 30 (+) :Seseorang yang belajar matematika
cenderung kemampuan bernalarnya
bagus.
16 47,05 12 35,29
Butir 31 (+) :Matematika adalah pelajaran yang
menyenangkan. 8 23,05 19 55,88
Butir 32 (+) :Matematika adalah ilmu yang
mendasari IPTEK . 18 52,94 14 41,17
Butir 33 (+) :Menggunakan alat peraga/benda
langsung mempermudah proses
bernalar.
17 50 21 61,76
Butir 34 (+) :Selain berhitung matematika adalah
ilmu bernalar. 30 88,23 31 91,17
Butir 5 (-) :Seseorang cenderung akan berpikir
logis tanpa belajar matematika. 25 75,52 29 85,29
Butir 6 (-) :Hanya beberapa orang yang
memerlukan ilmu matematika. 28 82,35 5 14,70
Butir 7 (-) :Kemampuan bernalar seseorang
cenderung akan bagus tanpa belajar
matematika.
26 76,47 21 61,76
Butir 8 (-) :Matematika adalah ilmu yang
membosankan. 24 70,58 19 55,88
Butir 9 (-) :Matematika tidak ada kaitanya dengan
ilmu lain. 19 55,88 8 23,52
Butir 10 (-) :Belajar matematika tidak bisa
menggunakan komputer. 12 35,29 6 17,64
Butir 11 (-) :Matematika hanyalah ilmu berhitung. 34 100 23 67,64
73
Terdapat peningkatan persentase pada butir positif nomor 28, 29, 31, 33 dan
34 berturut-turut sebesar 38,24%; 44,12%; 32,83%; 11,76%; dan 2,94%, sedangkan
pada butir positif nomor 30 dan 32 mengalami penurunan sebesar 11,76% dan
11,47%. Kemudian analisis butir negatif nomor 6, 7, 8, 9, 10 dan 11 menunjukan
bahwa persentase turun sebesar 67,65%; 14,71%; 14,7%; 32,36%; 17,65%; dan
32,36%. Sedangkan pada butir 5 presentase mengalami kenaikan sebesar 9,77%.
Deskripsi butir aspek keempat disajikan pada Tabel 17 berikut.
Tabe17. Deskripsi Butir Aspek Ke-4
Butir Pernyataan Awal Akhir
f % F %
Butir 1 (+) :Belajar matematika dapat
dilakukan di alam terbuka. 18 52,94 32 94,11
Butir 12 (+) :Belajar matematika dapat
dilakukan dengan diskusi. 20 58,82 28 82,35
Butir 13 (+) :Belajar matematika dapat
dilakukan dengan kegiatan
bernyanyi.
12 35,29 27 79,41
Butir 14 (+) :Belajar matematika dapat
dilakukan dengan permainan. 9 26,47 31 91,17
Butir 22 (+) :Seseorang yang memahami
konsep matematika dengan baik
cenderung akan berhasil dalam
pembelajaran matematika.
25 73,52 20 58,82
Butir 23 (+) :Seseorang yang rajin
mengerjakan soal-soal
matematika cenderung akan
berhasil dalam pembelajaran
matematika.
15 44,11 20 58,82
Butir 24 (+) :Seseorang yang malas dalam
mengerjakan latihan soal
matematika cenderung akan
gagal dalam pembelajaran
matematika.
12 35,29 16 47,05
Butir 15 (-) :Belajar matematika dapat
dilakukan di kelas saja. 22 64,70 9 26,47
74
Butir Pernyataan Awal Akhir
f % F %
Butir 19 (-) :Seseorang cenderung akan bisa
menyelesaikan soal matematika
yang rumit tanpa perlu
memahami konsep matematika.
16 47,05 14 41,17
Butir 20 (-) :Hanya dengan mengerjakan soal
matematika terus menerus
seseorang akan berhasil dalam
pembelajaran matematika.
24 70,58 22 64,70
Butir 21 (-) :Untuk dapat berhasil dalam
pembelajaran matematika
seseorang hanya perlu memahami
konsep matematika tanpa perlu
latihan soal.
16 47,05 12 35,29
Butir 25 (-) :Belajar matematika dapat
dilakukan hanya dengan
mendengarkan penjelasan dari
guru.
19 55,88 9 26,47
Butir 26 (-) :Belajar matematika tidak dapat
dilakukan dengan kegiatan
bernyanyi.
26 76,47 4 11,76
Butir 27 (-) :Belajar matematika cukup dengan
mengerjakan latihan soal. 16 47,05 10 29,41
Pada Tabel 17 dapat diketahui bahwa pada semua butir kecuali butir nomor 22
mengalami peningkatan presentase. Peningkatan presentase masing-masing butir
yaitu 41,17%; 23,53%; 44,12%; 65,24%; 14,71%; dan 11,76%. Kemudian pada butir
negatif aspek keempat menunjukan presentase pada semua butir negatif aspek
keempat turun. Penurunan presentase masing-masing butir sebesar 38,23%; 5,88%;
5,88%; 11,76%; 29,41%; 64,71%; dan 17,64%.
2) Deskripsi Data Hasil Prestasi Belajar
Nilai prestasi belajar siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Contoh
isian jawaban soal pretest dan posttest siswa dapat dilihat pada Lampiran 4.15-4.16
75
halaman 400-401. Secara singkat deskripsi data pretest dan posttest disajikan pada
Tabel 18.
Tabel 18. Deskripsi Data Nilai Pretest dan Posttest
Deskrpsi Awal Akhir
n 34 34
Rata-Rata 55,76 77,53
Max 84 100
Min 24 40
Variansi 214,246 246,317
SD 14,637 15,931
Skor Max yang mungkin 100 100
Skor Min yang mungkin 0 0
Keterangan:
n=banyak siswa, SD= standar deviasi
Informasi pada Tabel 18 menunjukan bahwa rata-rata skor pretest ke posttest
meningkat dari 55,76 (kategori cukup) menjadi 77,53 (kategori baik). Peningkatan
pretest dan posttest sebesar 21,77. Distribusi frekuensi tingkat prestasi siswa
disajikan dalam Tabel 19 berikut.
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Prestasi Siswa
Kategori Pre Pos
F % F %
Sangat Baik (SB) 1 2,94 18 52,94
Baik (B) 12 35,29 12 35,29
Cukup (C) 14 41,17 2 5,88
Kurang (K) 7 20,58 2 5,88
Sangat Kurang (SK) 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 19, dapat diketahui bahwa setelah penelitian secara
komulatif 88,23% siswa mencapai kategori baik dan sangat baik, sedangkan sebelum
perlakuan secara komulatif hanya 38,23%, sehingga dapat dikatakan terdapat
peningkatan prestasi sebesar 50%.
76
2. Analisis Inferensial
a. Uji Prasyarat
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berasal dari populasi
yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan
terhadap hasil angket keyakinan siswa terhadap matematika, dan hasil pretest-
posttest. Pengujian normalitas menggunakan uji One-Sample Kolmogorof Smirnov
dengan taraf signifikansi . Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Kriteria keputusan diterima jika Asymp. Sig (p-value) lebih dari .
Data hasil uji normalitas disajikan pada Tabel 20 berikut.
Tabel 20. Uji Normalitas
Data Skor Nilai Asymp. Sig
Angket Awal 0,569
Akhir 0,991
Tes Pretest 0,263
Posttest 0,122
Berdasarkan hasil uji normalitas pada Tabel 20 menunjukan bahwa nilai
Asymp. Sig pada setiap data yang dianalisis lebih besar dari , sehingga H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti semua data yang dianalisis berasal dari populasi
yang berdistribusi normal. Adapun hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4.4 halaman 376.
77
b. Uji Hipotesis
1) Uji Hipotesis Menjawab Rumusan Masalah Pertama
Pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk efektif ditinjau dari
keyakinan siswa terhadap matematika jika memenuhi dua kriteria yaitu apabila rata-
rata skor keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal dan apabila
rata-rata skor keyakinan akhir minimal mencapai kategori tinggi yaitu Hasil
pengujiannya dijabarkan sebagai berikut.
a) Uji 1
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata skor keyakinan
akhir lebih dari rata-rata skor keyakinan awal. Hipotesis statistiknya sebagai berikut.
(Rata-rata skor keyakinan akhir tidak lebih besar dari rata-rata skor
keyakinan awal)
(Rata-rata skor keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor
keyakinan awal)
Keterangan :
Rata-rata skor keyakinan awal
Rata-rata skor keyakinan akhir
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan shoftware SPSS 21 dengan statistik
uji Paired Samples t-Test dengan taraf signifikan . Kriteria keputusan yang
diambil adalah ditolak jika
(uji yang dilakukan uji 2 sisi/2-tailed).
Hasil pengujiannya disajikan pada Tabel 21.
78
Tabel 21. Hasil Uji Hipotesis Keyakinan Siswa terhadap Matematika dengan
Paired Samples t-Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailled) Mean Std.
Devitiation
Std. Error
Mean
95% Cnfidence Interval of
the Difference
Lower Upper
15,029 9,301 1,595 11,784 18,275 9,422 33 ,000
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Paired Samples t-Test pada
Tabel 21 menunjukan bahwa nilai
dimana lebih kecil dari
, sehingga ditolak dan diterima yang berarti skor rata-rata keyakinan
akhir lebih besar dari skor rata-rata keyakinan awal.
b) Uji 2
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah rata-rata skor keyakinan akhir
mencapai minimal kategori tinggi yaitu . Hipotesis statistiknya sebagai berikut.
(Rata-rata skor keyakinan akhir tidak lebih besar dari )
(Rata-rata skor keyakinan akhir lebih besar dari )
Keterangan :
Rata-rata skor keyakinan akhir
Pengujian ini menggunakan One Sample t-Test dengan batuan software SPSS
Versi 21. Taraf signifikansinya adalah Kriteria keputusan pada pengujian
ini adalah ditolak jika dan nilai
(uji yang dilakukan uji 2
sisi/2-tailed). Hasil uji statistikanya disajikan pada Tabel 22 berikut.
79
Tabel 22. Hasil Uji Hipotesis Keyakinan Siswa terhadap Matematika dengan
One Sample t-Test
Test Value = 122,4
t df Sig. (2-
tailled)
Mean
Difference
95% Cnfidence Interval of the
Difference
Lower Upper
6,360 33 ,000 12,188 8,29 16,09
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan One Sample t-Test pada Tabel 22
diperoleh dimana lebih besar dari , dan nilai
dimana lebih kecil dari , sehingga ditolak dan diterima yang
berarti rata-rata skor keyakinan akhir siswa lebih besar dari 122,4 atau mencapai
kategori tinggi.
2) Uji Hipotesis Menjawab Rumusan Masalah 2
Pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk ditinjau dari prestasi
belajar siswa efektif jika memenuhi dua kriteria yaitu apabila rata-rata nilai posttest
lebih dari rata-rata nilai pretest dan apabila proporsi siswa yang memperoleh nilai
minimal kategori baik lebih dari 75%. Hasil pengujiannya dijabarkan sebagai berikut.
a) Uji 1
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rata-rata nilai posttest lebih
dari rata-rata nilai pretest. Hipotesis statistiknya sebagai berikut.
(Rata-rata nilai posttest tidak lebih besar dari rata nilai pretest)
(Rata-rata nilai posttest lebih besar dari rata-rata nilai pretest)
80
Keterangan :
Rata-rata nilai pretest
Rata-rata nilai posttest
Pengujian ini dilakukan dengan bantuan shoftware SPSS 21 dengan statistik
uji Paired Samples t-Test dengan taraf signifikan . Kriteria keputusan yang
diambil adalah ditolak jika
(uji yang dilakukan uji 2 sisi/2-tailed).
Hasil pengujiannya disajikan pada Tabel 23.
Tabel 23. Hasil Uji Hipotesis Prestasi Belajar dengan Paired Samples t-Test
Paired Differences
t df Sig. (2-
tailled) Mean Std.
Devitiation
Std. Error
Mean
95% Cnfidence Interval of
the Difference
Lower Upper
21,765 16,216 2,781 16,107 27,423 7,826 33 ,000
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Paired Samples t-Test pada
Tabel 23 menunjukan bahwa nilai
dimana lebih kecil dari
, sehingga ditolak dan diterima. Artinya, rata-rata nilai posttest lebih
besar dari rata-rata nilai pretest.
b) Uji 2
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah proporsi siswa yang
memperoleh nilai kategori minimal baik lebih dari 75%. Hipotesis statistiknya
sebagai berikut.
(proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik kurang
dari atau sama dengan 75%)
81
(proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori minimal baik lebih
dari 75%)
Staistika uji yang digunakan adalah Single Sample Propotion Test dengan
taraf signifikasi . Kriteria keputusan pada pengujjian ini adalah ditolak
jika . Pada perhitungan manual diperoleh persentase siswa yang
memperoleh nilai kategori minimal baik adalah 88,23%. Hasil uji statistikanya adalah
sebagai berikut.
√
√
Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai yang lebih besar dari
maka keputusan ditolak dan diterima. Artinya, proporsi siswa
yang memperoleh nilai kategori minimal baik lebih dari .
B. Pembahasan
1. Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk
Ditinjau dari Keyakinan Siswa Terhadap Matematika
Pada Tabel 12 halaman 69, diperoleh hasil bahwa rata-rata keyakinan siswa
terhadap matematika meningkat dari (kategori sedang) menjadi
(kategori tinggi). Peningkatan juga terjadi pada setiap aspek, bahwa secara kumulatif
82
siswa yang memiliki keyakinan terhadap matematika dengan kategori tinggi dan
sangat tinggi mengalami peningkatan (Tabel 13 halaman 70).
Efektivitas pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk ditinjau
dari keyakinan siswa terhadap matematika didasarkan pada kriteria keefektifan yang
sudah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran dikatakan efektif apabila rata-rata skor
keyakinan akhir lebih besar dari rata-rata skor keyakinan awal dan apabila rata-rata
skor keyakinan akhir mencapai kategori minimal tinggi.
Pada pengujian hipotesis pertama dengan uji 1 menggunakan statistik uji
Paired Sample t-Test dengan bantuan Software SPSS versi 21 diperoleh nilai
di mana lebih kecil dari , sehingga ditolak dan
diterima. Hal ini berarti skor rata-rata keyakinan akhir lebih besar dari skor rata-rata
keyakinan awal. Pada pengujian hipotesis pertama dengan uji 2 menggunakan One
Sample t-Test dengan bantuan Software SPSS versi 21 diperoleh nilai
, sehingga ditolak dan diterima. Hal ini berarti rata-rata skor keyakinan
lebih besar dari 122,4 atau rata-rata skor keyakinan akhir mencapai kategori tinggi.
Setelah menguji kedua kriteria keefektifan dan kedua kriteria telah terpenuhi maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran matematika berbasis kecerdasan
majemuk efektif ditinjau dari keyakinan siswa terhadap matematika.
Hal yang menjadi penyebab pembelajaran matematika berbasis kecerdasan
majemuk efektif ditinjau dari keyakinan siswa terhadap matematika karena dalam
pembelajaran guru memperhatikan perbedaan keberagaman kecerdasan siswa,
83
kegiatan pembelajarannya yang variatif, konteks dan ilustrasi permasalahan yang
beragam. Hal ini berpotensi dapat memberikan pengaruh positif terhadap keyakinan
siswa terhadap matematika.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hoerr (2000: x) bahwa teori kecerdasan
majemuk mengajarkan setiap anak itu pasti cedas, cerdas pada ranah yang berbeda-
beda dan setiap anak mempunyai potensi. Hoerr (2000:1) juga menambahkan bahwa
teori kecerdasan majemuk membantu kita untuk mendefinisikan kecerdasan siswa
dan memungkinkan kita menggunakan potensi siswa untuk membantu mereka
belajar.. Cambel dan Cambel (1999:3) berpendapat bahwa teori kecerdasan majemuk
mempengaruhi keyakinan guru yaitu yakin akan kecerdasan, instruksi, dan prestasi
siswa. Guru yakin bahwa setiap anak cerdas dan memiliki potensi yang berbeda-
beda, guru akan memberikan kegiatan pembelajaran yang beragam dimana
memanfaatkan setiap kecerdasan siswa.
Pada aspek pertama, banyaknya siswa yang memiliki keyakinan terhadap
kegunaan matematika meningkat (Tabel 14 halaman 71). Hal ini karena selama
pembelajaran siswa diberi permasalahan yang beragam dan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari atau bidang ilmu yang lain. Pada butir 36(+) yang menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan butir ini meningkat adalah pada kegiatan
pembelajaran peneliti memberikan motivasi pembelajaran menyangkut pajak yang
mana fungsi pajak yaitu untuk pembangunan jembatan, sekolah, jalan, dan
sebagainya.
84
Pada aspek kedua (Tabel 15 halaman 71) pada butir nomor 4(+) tentang
pandangan bahwa matematika dapat dipelajari, mengalami penurunan. Hal yang
menjadi sebab salah satunya karena masih ada siswa yang sangat bergantung pada
guru dan teman-temannya dikelas. Terlihat pada proses pembelajaran, siswa selalu
menunggu jawaban dari guru atau teman yang lain karena dia merasa kesulitan setiap
ada soal matematika tanpa pernah mencoba mengerjakannya. Sedangkan pada butir
18(-) turun, salah satu faktor yang membuat butir ini turun karena setelah
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk dilakukan siswa menyadari bahwa setiap
individu itu cerdas dan berbeda, sehingga dengan mengetahui potensinya siswa dapat
mempelajari matematika dengan gaya yang berbeda.
Pada aspek ketiga (Tabel 16 halaman 72) Penyebab butir 30(+) turun dan butir
5(-) naik karena dalam penelitian ini siswa kurang diberi soal-soal yang menuntut
penalaran. Sedangkan banyaknya siswa yang berpandangan bahwa matematika
adalah pelajaran yang menyenangkan (butir 31) meningkat, karena kegiatan
pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah kegiatan pembelajaran yang
variatif menjadikan siswa tidak bosan belajar matematika. Hal ini didukung juga
dalam penelitian Gürçay (2003:97) bahwa lebih dari setengah jumlah siswa setuju
bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk adalah pembelajaran yang sangat
menyenangkan dan penuh warna.
Pada aspek keempat (Tabel 17 halaman 73-74) butir nomor 22(+), banyaknya
siswa yang berpendapat bahwa seseorang belajar konsep matematika cenderung akan
berhasil dalam pembelajaran mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena masih ada
85
siswa yang tidak tahu dan belum sadar pentingnya memahami konsep matematika.
Sedangkan pada butir 14(+) mengalami kenaikan karena selama pembelajaran
berbasis kecerdasan majemuk siswa diberikan soal-soal matematika melaui media
pembelajaran yang menyenangkan seperti games. Pada butir 26(-) mengalami
penurunan karena dalam pembelajaran siswa diajarkan menghafal pelajaran atau
rumus melalui lagu.
Sementara itu peningkatan terbesar terjadi pada aspek ke-4, sedangkan
peningkatan terkecil adalah pada aspek ke-2. Berdasarkan hasil observasi, hal yang
menyebabkan peningkatan pada aspek ke-2 rendah adalah siswa masih cenderung
kurang yakin terhadap hasil pekerjaanya sehingga dia masih terpengaruh dengan
jawaban teman.
Peningkatan terbesar yaitu pada aspek ke-4 yaitu tentang keyakinan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran. Sebelum dilakukan penelitian terhitung 15
siswa siswa memiliki keyakinan yang tinggi dan sangat tinggi terhadap proses
pembelajaran matematika, setelah dilakukan penelitian jumlah siswa yang memiliki
keyakinan yang tinggi dan sangat tinggi meningkat menjadi 31 siswa. Hal ini terjadi
karena pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk memperhatikan perbedaan jenis
kecerdasan siswa, sehingga kegiatan pembelajarannya dirancang sesuai dengan jenis
kecerdasan siswa yang akan diberdayakan. Dengan demikian, siswa akan memiliki
pandangan bahwa belajar matematika dapat dilakukan dengan berbagai macam
kegiatan yang variatif di mana memfasilitasi kecerdasan/potensinya, sehingga siswa
lebih tertarik untuk belajar matematika. Pandangan yang positif ini mampu
86
mempengaruhi keyakinan siswa terhadap matematika, karena menurut Uysal, Ellise
dan Rasmussen (2013:1) mengungkapkan bahwa keyakinan siswa dapat
mempengaruhi atau berdampak pada ketertarikannya terhadap matematika,
kenyamanannya dalam belajar matematika dan motivasi dalam kelas matematika.
2. Efektivitas Pembelajaran Matematika Berbasis Kecerdasan Majemuk
Ditinjau dari Prestasi Belajar Siswa
Pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk ditinjau dari prestasi
belajar siswa dikatakan efektif jika nilai posttest lebih besar dari pada nilai pretest
dan proporsi siswa yang memperoleh nilai minimal kategori baik lebih dari 75%.
Pada pengujian uji hipotesis dengan uji 1 menggunakan statistik uji Paired Sample t-
Test dengan bantuan Software SPSS versi 21 diperoleh nilai
yang mana lebih kecil dari , sehingga ditolak dan diterima. Hal ini
berarti nilai posttest lebih besar dari pada nilai pretest.
Uji hipotesis 2 dengan uji 2 menggunakan Single Sample Propotion Test
diperoleh nilai yang lebih besar dari maka keputusan
ditolak dan diterima. Artinya, proporsi siswa yang memperoleh nilai kategori
minimal baik lebih dari .
Berdasarkan pengujian kedua hipotesis diketahui kedua kriteria keefektifan
telah terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
matematika berbasis kecerdasan majemuk efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa.
87
Selain itu, hasil penelitian ini didukung dari hasil penelitian-penelitian
sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Gürçay (2003), Temur (2007), Lee Min
dan Othman (2011), Al-zoyud dan Nemrawi (2015), Madha (2015) dan Suryani
(2016) menunjukan bahwa pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk berpengaruh
positif dan efektif ditinjau dari prestasi belajar siswa.
Pada penelitian ini soal pretesst dan posttest dibuat berbeda, namun indikator
dan tingkat kesulitan tiap nomor soal realtif sama. Pada hasil pretest dan posttest
diketahui bahwa banyak siswa yang menjawab benar pada soal nomor 25 mengalami
peningkatan. Pada pretest hanya ada 1 siswa yang menjawab benar (Lampiran 4.5-4.6
halaman 377-379), kemudian pada posttest terdapat 27 siswa menjawab benar
(Lampiran 4.7-4.8 halaman 382-384).
Pada hasil posttest diketahui bahwa kebanyakan siswa salah dalam menjawab
soal yaitu pada soal nomor 9 dan 14. Pada soal nomor 9 terdapat 28 siswa telah
memilih pilihan jawaban “A” (Lampiran 4.7 halaman 382). Berdasarkan alasan
distraktor yang sudah dibuat oleh peneliti dapat diketahui bahwa siswa masih salah
dalam konsep mencari harga beli jika diketahui harga jual dan persentase rugi
(Lampiran 2.5 halaman 261). Pada soal nomor 14 masih ada 17 siswa yang memilih
pilihan jawaban “A”. Berdasarkan alasan distraktor yang sudah dibuat oleh peneliti
dapat diketahui bahwa siswa masih salah dalam konsep pada materi diskon dimana
jika terdapat diskon ganda.
88
Pada Tabel 18 halaman 75 deskripsi data pretest dan posttest diperoleh hasil
bahwa rata-rata nilai siswa meningkat dari menjadi . Pada dasarnya teori
kecerdasan majemuk membantu kita untuk mendefinisikan kecerdasan siswa dan
memungkinkan kita menggunakan potensi siswa untuk membantu mereka belajar
(Hoerr, 2000:1). Di dalam kegiatan pembelajaran berbasis kecerdasan majemuk guru
memberikan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi/memanfaatkan keberagaman
kecerdasan siswa, hal ini yang menjadi salah satu faktor yang meningkatnya prestasi
siswa.
Menurut Eleftherios dan Theodosios (2007:102-103) bahwa performa dan
kemampuan matematika dipengaruhi oleh keyakinan dan sikap siswa. Berarti bahwa
prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh keyakinan siswa. Disajikan grafik hasil
keyakinan dan prestasi belajar siswa.
Grafik 1. Tingkat Keyakinan dan Prestasi Setiap Siswa
Grafik 1 adalah grafik tingkat keyakinan siswa terhadap matematika dan
tingkat prestasi siswa setelah penelitian. Diperoleh informasi bahwa sebagian besar
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
A1
A2
A3
A4
A5
A6
A7
A8
A9
A10
A11
A12
A13
A14
A15
A16
A17
A18
A19
A20
A21
A22
A23
A24
A25
A26
A27
A28
A29
A30
A31
A32
A33
A34
keyakinan prestasi
89
siswa yang mempunyai keyakinan yang tinggi (positif) terhadap matematika, prestai
belajar yang dicapai juga tinggi, sehingga terdapat kaitan antara keyakinan dan
keberhasilan belajar siswa. Hal ini juga didukung pada penelitian Uysal, Ellis dan
Rasmussen (2013:1) bahwa keyakinan siswa tentang matematika mempengaruhi
keberhasilannya di matematika.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini terbatas pada kondisi siswa yang memiliki jenis-jenis
kecerdasan yang dominan seperti di kelas eksperimen. Tetapi tidak menutup
kemungkinan bahwa pembelajaran matematika berbasis kecerdasan majemuk akan
berhasil dalam kondisi kelas dimana jenis-jenis kecerdasan dominan siswa berbeda
dengan kondisi kelas eksperimen pada penelitian ini.
Penelitian ini terbatas pada materi Aritmatika Sosial dan materi lain yang
memiliki karakteristik yang sama dengan materi Aritmatika Sosial yaitu dekat dengan
kehidupan sehari-hari, karena akan lebih mudah mengembangkan/merancang
kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi kecerdasan majemuk siswa.
Recommended