View
6
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tentang hasil penelitian yang terdiri dari hasil
analisis normalitas dan homogenitas pretest, gambaran pelaksanaan penelitian
pada kelas kontrol dan ekperimen atau pembelajaran menggunakan model
problem based learning dengan dongeng, deskriptif data hasil belajar matematika,
uji t independent sample test, serta pembahasan yang terdiri dari uji hipotesis dan
pembahasan hasil penelitian. Secara rinci akan dibahas sebagai berikut ini.
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini subjek penelitian 71 siswa dengan rincian 32 siswa
kelas III SD Negeri Salatiga 03 semeser II tahun pelajaran 205/2016 sebagai
kelas ekperimen dan 39 siswa kelas III SD Negeri Salatiga 10 semester II Tahun
Pelajaran 205/2016 sebagai kelas kontrol. Pemilihan kedua kelas pada SD tersebut
didasarkan pada :
a. Kedua sekolah tersebut berada pada gugus yang sama yaitu gugus Kartini.
b. Kedua sekolah tersebut sama-sama SD imbas di gugus kartini.
c. Kedua sekolah tersebut berada pada lokasi yang sama yaitu Jalan
Margosari Nomor 3 Salatiga.
d. Kedua kelas memiliki jumlah siswa yang perbedaannya tidak terlalu jauh
dibandingkan dengan sekolah lain yang satu gugus Kartini yaitu 32 dan 39
e. Memilih kelas rendah yaitu kelas III karena siswa kelas rendah lebih suka
untuk didongengi.
Kelas III di SD N Salatiga 03 yang terletak di jalan Margosari Nomor 03
Salatiga. Dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari terbiasa dengan metode
ceramah dan tanya jawab yang digunakan oleh guru sehingga siswa cenderung
pasif dan guru yang lebih aktif dan pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
Karena siswa hanya mendengarkan dan mencatat apa yang diterangkan oleh guru.
Penyempaian materi matematika lebih disampaikan secara parsial sehingga siswa
kurang begitu memahami dalam penerapan kehidupan sehari-hari siswa. Hal ini
dapat dilihat dari hasil mengerjakan soal pretest. Siswa kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
51
Nilai rata-rata pretest kelas ekperimen 57,69 dan pada kelas kontrol 59,39. Di
dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu problem based learning dengan dongeng
sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal cerita matematika.
Penelitaian ini dilaksanakan pada 32 siswa kelas III semester II SD N
Salatiga 03 dan 39 siswa kelas III semester II SD N Salatiga 10 tahun pelajaran
2015/2016 yang berjumlah 71 siswa. Kelas ekperimen berjumlah 32 siswa dan
kelas kontrol 39 siswa karena 3 siswa tidak berangkat dalam pretest, mengajar
dan postes. Sehingga dalam pengolahan data hanya diambil siswa yang mengikuti
kegitan pretest, mengajar dan postes saja sehingga jumlah sisiwa kelas kontrol 36
siswa. Berdasarkan hasil pretest kedua kelas tersebut sudah diuji normalitas, uji
homogen, dan uji keseimbangan dengan mengunakan SPSS 22.0 for windows dan
menunjukkan kedua kelas itu homogen, yang berarti data berdestribusi normal
dan memiliki varian yang tak berbeda secara signifikan. Ini menunjukkan bahwa
sebelum diberi perlakuan kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama
sehingga peneliti dapat melanjutkan penelitiannya dengan memberikan perlakuan
pada kelas eksperimen dengan menggunakan Problem Based Learning dengan
dongeng. Sedangkan pada kelas kontrol diajar sesuai dengan standar yang berlaku
yaitu diajar seperti biasa. Setelah keduanya selesai dengan pembelajaran dengan
cara yang berbeda, selanjutnya diadakan tes akhir (postest).
Penelitian ini dilakukan dalam 6 pertemuan, yaitu 2 pertemuan pada
tanggal 25,26 dan 27 April 2016 untuk kelas eksperimen (Problem Based
Learning dengan dongeng) dan 3 pertemuan pada tanggal 03, 04 dan 05 Mei
2016 untuk kelas Kontrol. Pertemuan pertama terdiri dari tiga jam pelajaran
dengan alokasi waktu 35 menit setiap satu jam pelajaran. Materi yang diberikan
untuk kelas eksperimen sama dengan materi yang diberikan untuk kelas kontrol
yaitu membahas tentang persamaan luas persegi dan persegi panjang. Pada saat
pelaksanaan tes akhir, kelas eksperimen terlebih dahulu mengerjakan tes pada
hari selasa tanggal 27 April 2016 jam ke-1. Sedangkan kelas kontrol
52
mengerjakan tes pada hari Kamis tanggal 05 Mei 2016. Materi yang diajarkan
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 14
Pelaksanaan Penelitian pada kelas Ekperimen Pertemuan Materi
I 1. Memberikan permasalahan awal yang disampaikan dalam
bentuk dongeng.
2. Melakukan penyelidikan dengan menyusun pazzle persegi
satuan
3. Menyelesaikan permasalah yang terjadi di negeri
dongeng
4. Menemukan persamaan luas persegi dan persegi panjang
(penemuan mantra aji-aji)
II 1. Menghitung luas persegi dan persegi panjang pada soal
cerita
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas
persegi dan persegi panjang.
III Postest
Berikut ini merupakan gambaran pelaksaan penelitian pada kelas
ekperimen (Problem Based Learning dengan dongeng) dan kelas kontrol.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol
Pembelajaran kelas kontrol menggunakan pembelajaran seperti biasannya
sesuai dengan standar yang telah ada. Materi yang dibahas yaitu tentang luas
persegi dan persegi panjang. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan
berdasarkan tahapan pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa
tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan dan keterlaksananaannya dapat dilihat pada
Tabel berikut :
Tabel 15
Lembar Observasi Kelas Kontrol
No Aspek Kegiatan Guru
Keterlaksanaan
Pertemuan
1
Pertemuan
2
1. Kegiatan
Pendahuluan
Memotivasi siswa Ya Ya
Mengingatkan pelajaran yang telah
lalu
Ya Ya
Melakukan orientasi kelas dengan
menyampaikan tujuan
pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan.
Ya Ya
Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok.
Ya Tidak
2. Kegiatan Inti Membimbing siswa dalam
mengumpulkan informasi untuk
menyelesaikan soal latihan.
Ya Ya
53
No Aspek Kegiatan Guru
Keterlaksanaan
Pertemuan
1
Pertemuan
2
Mendampingi siswa dalam
menyelesaikan soal latihan bersama
dengan kelompok.
Ya Ya
Mengamati jalannya kerja
kelompok
Ya Ya
Melakukan pembetulan jawaban
siswa yang belum sesuai.
Ya Ya
3. Kegiatan
Penutup
Memberi penegasan dan membuat
rangkuman.
Ya Ya
Melakukan refleksi dengan
menanyakan hal yang didapat.
Ya Ya
Memberikan soal mandiri Ya Ya
Memberikan soal evaluasi Ya Ya
Pada kelas kontrol mengunakan model pembelajaran seperti yang biasanya
dilakukan oleh guru kelas dalam mengajar yaitu direct learning (pembelajaran
langsung) atau lebih dikenal metode ceramah atau ekspositori (ceramah
bervariasi). Sehingga pembelajaran lebih didominasi oleh guru dibandingkan
dengan siswa. Guru aktif memberikan penjelasan tentang materi, dengan
mempresentasikan bahan ajar yang disampaiakan dengan bantuan slide
PowerPoint. Siswa berperan aktif hanya pada saat pengumpulan informasi dan
data melalui kerja kelompok. Kegiatan selanjutnya lebih didominasi oleh guru
karena guru memberikan penjelasan dan siswa mendengarkan dan mencatatnya.
Ketika penanaman konsep luas diberikan oleh guru sehingga siswa lebih
cenderung menghafal tanpa mengetahui konsep tentang luas itu sendiri selain itu
pembelajaran disampaikan secara parsial tanpa dikaitkan dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Hal ini dapat dilihat saat siswa mengerjakan soal latihan dalam
bentuk cerita siswa banyak yang mengalami kesulitan dalam penyelesainnya dan
masih ada siswa yang terbalik mengenai konsep keliling dan luas. Namun
sebagian besar pembelajaran sudah terlaksana dengan baik sesuai rancangan
kegiatan yang telah direncanakan. Hanya terdapat satu langkah pembelajaran yang
tidak terlaksana yaitu pembentukan kelompok pada pertemuan kedua. Dalam
pertemuan kedua memang tidak dibentuk kelompok dengan tujuan untuk
mengetahui kemampuan setiap individu siswa dalam menyelesaikan soal karena
54
jika dibuat kelompok yang bekerja hanya beberapa siswa saja sedangkan siswa
yang memiliki kemampuan kurang cenderung acuh tak acuk dan tidak mau
mengerjakan. Selain itu untuk memberikan tanggung jawab pada setiap siswa
dalam menyelesaikan permasalahan.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Ekperimen
Pelaksanakan pembelajaran kelas ekperimen menggunakan model Problem
Based Learning dengan dongeng dilakukan dua kali pertemuan. Materi yang
diajarkan tentang luas persegi dan persegi panjang. Proses pembelajaran
dilakukan dengan mengacu pada tahapan pembelajaran yang dilakukan dalam
beberapa tahapan kegiatan. Tahapan kegiatan dan keterlaksanaan dapat dilihat
pada Tabel 19 berikut.
Tabel 16
Lembar Observasi Kelas Ekperimen (Problrm Based Learning)
No Indikator Tingkah Laku Guru
Keterlaksanaan Aktivitas
Pengajar (Ya/Tidak)
Pertemuan
1
Pertemuan
2
1. Orientasi siswa pada
Masalah
Menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang
diperlukan, dan memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah
Ya Ya
2. Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
Ya Ya
3. Membimbing
pengalaman
individual /
kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
Ya Ya
4. Mengembangkan
dan
menyajikan hasil
karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti laporan,
dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
Ya Ya
5. Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah
Membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses
yang mereka gunakan.
Ya Ya
Tahapan pembelajaran terlaksana dalam dua kali pertemuan. Pada
pertemuan pertama pembelajaran berfokus dalam proses penyelesaian masalah
yang disampaikan guru melalui dongeng yang bertujuan untuk memotivasi siswa
55
agar bersemangat untuk melakukan penyelesaian masalah. Dalam proses
penyelidikan guru membagikan pazzle kepada setiap kelompok yang telah dibagi.
Dalam penyusunan pazzle siswa lebih tertarik dan berantusias. Pembelajaran hari
pertama hanya berfokus pada proses penemuan persamaan luas persegi dan
persegi panjang. Sedangkan untuk hari kedua siswa diberikan latihan dalam
pengaplikasian dalam kehidupan sehari-hari siswa dengan diberikan soal cerita
yang berkaitan permasalahan yang dijumpai dalam lingkungan siswa. Setelah
pembelajaran selama 2 hari di kelas ekperimen dihari ketiga diadakan postest.
Selama pertemuan pertama dan pertemuan ketiga siswa lebih banyak
melakukan penyelidikan untuk penyelesaian masalah. Kerena permasalahan awal
disampaiakn dengan menggunakan dongeng sehingga siswa lebih termotivasi dan
berantusia dalam proses penyelidikan untuk menyelesaikan masalah. Sehingga
kegiatan pembelajaran siswa lebih terlibat aktif dibandingakan dengan gurunya.
Selain itu siswa lebih berani dalam penyapaian pendapat atau ide-idenya. Selain
itu, siswa tidak terlihat bosan dalam mengikuti setiap tahapan pembelajaran.
Berdasarkan lembar observasi kegiatan pembelajaran berjalan baik tanpa ada
halangaan yang cukup berarti, mulai dari persiapan, kegiatan inti dan akhir
pembelajaran terlaksana sesuai dengan langkah-lamgkah dalam model Problem
based learning dengan dongeng seperti yang telah direncanakan dan diharapkan.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Data
Deskripsi data yang disajikan adalah data hasil nilai pretest matematika
materi keliling persegi dan persegi panjang sebelum perlakuan sebagai data
kemampuan awal. Kemudian setelah diberikan perlakuan diperoleh data akhir
melalui postest kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang berkaitan
dengan luas persegi dan persegi panjang. Dari data tersebut diperoleh ringkasan
data yang disajikan dalam tabel dan gambar berikut.
56
Tabel 17
Deskripsi Data Sebelum Perlakuan
Tabel 18
Deskripsi Data Setelah Perlakuan
Statistik
Kelas Eksperimen
(kelas model Problem
Based Learning dengan
dongeng)
Kelas Kontrol
(kelas dengan pembelajaran
seperti biasa)
N (jumlah siswa) 32 36
Nilai rata-rata 78,69 70,92
Nilai tertinggi 100 88
Nilai terendah 60 40
Standar deviasi 10,050 10,739
Berdasarkan kedua tabel di atas, dapat diketahui bahwa pada kelas
ekperimen mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kemampuan awal sebelum
perlakuan 56,94 meningkat sebesar 21,75 sehingga menjadi 78,69 setelah
diadakan perlakuan. Sedangkan pada kelas kontrol, rata-rata awal 59,39
meningkat sebesar 11,53 sehingga menjadi 70,92 setelah diadakan perlakuan. Dari
hasil rata-rata nilai postes dapat diketahui bahwa peningkatan nilai rata-rata kelas
ekperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Secara garis besar
keadaan ini dapat dilaihat pada Gambar 2 diagram batang di bawah ini.
Statistik
Kelas Eksperimen
(kelas model Problem
Based Learning dengan
dongeng)
Kelas Kontrol
(kelas dengan pembelajaran
seperti biasa)
N (jumlah siswa) 32 36
Nilai rata-rata 56,94 59,39
Nilai tertinggi 85 90
Nilai terendah 25 20
Standar deviasi 15,742 19,691
57
Gambar 2 Deskripsi Data Pretest
Gambar 3 Deskripsi Data Postest
4.2.2 Data Hasil Penelitian
Sebelum melakukan analisis data terlebih dahulu menyusun tabel
distribusi frekuensi untuk menyederhanakan nilai Pretes dan postest. Berikut
adalah langkah-langkah dalam menyususn tabel frekuensi pretest kelas ekperimen
dengan rumusan sebagai berikut.
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3, log n
N (Jumlah siswa) = 32
Log 32 = 1,505
Jadi banyak kelas = 1 + (3,3 × 1,505)
= 1 + 4,9665
= 5,9665 dibulatkan menjadi 6 kelas
0102030405060708090
100
N (jumlah siswa)
Nilai rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Standar deviasi
Kelas Eksperimen (kelas model Problem Based Learning dengan dongeng)
Kelas Kontrol (kelas dengan pembelajaran seperti biasa)
0
20
40
60
80
100
120
N (jumlah siswa)
Nilai rata-rata
Nilai tertinggi
Nilai terendah
Standar deviasi
Kelas Eksperimen (kelas model Problem Based Learning dengan dongeng)
Kelas Kontrol (kelas dengan pembelajaran seperti biasa)
58
Range = Nilai maksimum – nilai minimum + 1
= 85 – 25 + 1
= 61
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
= 61
6
= 10,17 dibulatkan menjadi 10
Hasil tabel distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 19
Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
Interval Kelas Eksperimen
Frekuensi Prosentase
25-35 4 12,50%
36-45 4 12,50%
46-55 5 16%
56-65 7 21,88%
66-75 9 28,13%
76-85 3 9,38%
N 32 100%
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi pretest kelas eksperimen dapat
dilihat pada Gambar 6 seperti di bawah ini:
Gambar 4 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Eksperimen
Berikut adalah langkah-langkah dalam menyususn tabel frekuensi pretest
kelas kontrol dengan rumusan sebagai berikut.
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3 log n
0
5
10
15
20
25
30
35
25-35 36-45 46-55 56-65 66-75 76-85 N
Kelas Eksperimen Frekuensi
Kelas Eksperimen Prosentase
59
N (Jumlah siswa) = 36
Log 36 = 1,556
Jadi banyak kelas = 1 + (3,3 × 1,556)
= 1 + 5,134
= 6,134 dibulatkan menjadi 6 kelas
Range = Nilai maksimum – nilai minimum + 1
= 90 – 20 + 1
= 71
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
= 71
6
= 11,83 dibulatkan kebawah menjadi 12
Hasil tabel distribusi frekuensi pretest kelas kontrol dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 20
Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kontrol
Interval Kelas Kontrol
Frekuensi Prosentase
20-31 5 13,89%
32-43 4 11,11%
44-55 5 14%
56-67 8 22,22%
68-79 5 13,89%
80-91 9 25,00%
N 36 100%
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi pretest kelas kontrol dapat dilihat
pada Gambar 7 seperti di bawah ini:
Gambar 5 Distribusi Frekuensi Pretest Kelas Kotrol
Berdasarkan tabel 19, tabel 20 dan gambar 4, gambar 5 di atas
menunjukkan pada pretest kelas eksperimen dan pretest kelas kontrol diperoleh
nilai terendah pretest kelas eksperimen sebanyak 3 siswa pada interval 25-35
0
5
10
15
20
25
30
35
40
20-3132-4344-5556-6768-79 80-91 N
Kelas Kontrol Frekuensi
Kelas Kontrol Prosentase
60
dengan persentase 9,38%. Sedangkan untuk nilai tertinggi pretest kelas
eksperimen sebanyak 3 siswa pada interval 76 – 85 dengan persentase 9,38%.
Sedangkan pretest kelas kontrol niai terendah sebanyak 5 anak pada
interval 20-31 dengan persentase 18,18%. Nilai tertinggi pretest kelas kontrol
sebanyak 9 anak dengan interal 80-91 dengan persentase 25%. Berikut ini adalah
distribusi frekuensi setelah perlakuan (postest). Langkah-langkah dalam
menyusun tabel frekuensi postest kelas eksperimen dengan rumus sebagai berikut:
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3, log n
N (Jumlah siswa) = 32
Log 32 = 1,505
Jadi banyak kelas = 1 + (3,3 × 1,505)
= 1 + 4,9665
= 5,9665 dibulatkan menjadi 6 kelas
Range = Nilai maksimum – nilai minimum + 1
= 100 – 60 + 1
= 41
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
= 41
6
= 6,83 dibulatkan menjadi 7
Hasil tabel distribusi frekuensi posttest kelas eksperimen dapat dilihat
sebagai berikut :
Tabel 21
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Eksperimen
Interval Kelas Eksperimen
Frekuensi Prosentase
60-66 6 18,75%
67-73 4 12,5%
74-80 8 25%
81-87 7 21,88%
88-94 6 18,75%
95-100 1 3,13%
N 32 100%
Hasil analisis tabel distribusi frekuensi postes kelas ekperimen dapat
dilihat pada Gambar 8 seperti di bawah ini :
61
Gambar 6 Distribusi Frekuensi Postes Kelas Ekperimen
Berikut adalah langkah-langlah dalam menyususn tabel frekuensi postest
kelas kontrol dengan rumus sebagai berkut :
Banyaknya Kelas = 1 + 3,3, log n
N (Jumlah siswa) = 36
Log 36 = 1,556
Jadi banyak kelas = 1 + (3,3 × 1,556)
= 1 + 5,1348
= 6,1348 dibulatkan menjadi 6 kelas
Range = Nilai maksimum – nilai minimum + 1
= 88 – 40 + 1
= 49
Interval = 𝑅𝑎𝑛𝑔𝑒
𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠
= 49
6
= 8,166 dibulatkan ke atas menjadi 9
Hasil tabel distribusi frekuensi postes kelas kontrol dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 22
Distribusi Frekuensi Posttest Kelas Kontrol
Interval Kelas Kontrol
Frekuensi Prosentase
40-48 2 5,56%
49-57 1 2,78%
58-66 7 19%
67-75 10 27,78%
76-84 14 38,89%
85-93 2 5,56%
N 36 100%
0
20
40
60
80
100
120
Kelas Eksperimen
Frekuensi
Kelas Eksperimen
Prosentase
62
Hasil tabel distribusi frekuensi postest kelas kontrol dapat dilihat
pada Gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7 Distribusi Frekuensi Postest Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 20, tabel 21 dan gambar 6, gambar 7 di atas
menunjukan postest kelas ekperimen dan postest kelas kontrol. Dari tabel dan
gambar di atas diperoleh nilai terendah postest kelas ekperimen sebanyak 6 siswa
pada interval 60-66 dengan presentase 18,75%. Sedangkan nilai tertinggi postest
pada kelas ekperimen sebanyak 1 siswa pada interval 91-100 dengan presentase
3,13 %. Sedangkan postest kelas kontrol nilai terendah sebaknyak 2 siswa pada
interval 40-48 dengan presentase 5,56%. Nilai tertinggi postest kelas kontrol
sebanyak 2 siswa pada interval 85-93 dengan presentase 5,56 %.
4.2.3 Analisis Data
a. Sebelum Perlakuan (Pretest)
Hasil analisis data sebelum perlakuan dilakukan sebagai uji prasyarat
analisis untuk uji keseimbangan. Hasil uji prasyarat sebagai berikut :
1) Uji Normalitas
Pretest dilakukan untuk kedua kelas baik kelas ekperrimen maupun kelas
kontrol dengan soal yang sama, bertujuan untuk mengetahui kemampuan kognitif
siswa berkenaan dengan bahan pelajaran yang akan diberikan. Uji normalitas
dilakukan dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Normalitas dipenuhi jika hasil
uji signifikasi atau taraf signifikasi > 0,05. Sedangkan jika signifikasi yang
0
5
10
15
20
25
30
35
40
40-48 49-57 58-66 67-75 76-84 85-93 N
Kelas Kontrol Frekuensi
Kelas Kontrol Prosentase
63
diperoleh < 0,05 maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak
normal. Rangkuman uji normalitas menggunakan SPSS 22 for windows dapat
dilihat pada Tabel 22 berikut ini.
Tabel 23
Hasil Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol dan Ekperimen
Group
Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Nilai 1 ,956 32 ,207
2 ,941 36 ,053
Tabel 23 mendiskripsikan hasil normalitas terhadap sebaran data, hasil uji
normalitas sebagai berikut :
1. Hasil belajar pra penelitian kelas eksperimen dengan teknik Shapiro-Wilk.
Dari tabel tersebut tampak tingkat signifikan untuk hasil belajar pra
penelitian kelas eksperimen sebesar 0,207. Karena signifikansi lebih besar
dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pra penelitian
berdistribusi normal.
2. Hasil belajar pra penelitian kelas kontrol dengan teknik Shapiro-Wilk. Dari
tabel tersebut tampak tingkat signifikan untuk hasil belajar pra penelitian
kelas kontrol sebesar 0,053. Karena signifikan lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pra penelitian kelas kontrol
berdistribusi normal.
Sebelum uji t dilakukan maka dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat yang
kedua yaitu uji homogenitas.
2) Uji Homogenitas
Uji Homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kelas
ekperimen dan kontrol sebelum diberikan perlakuan mempunyai variansi yang
sama atau tidak. Berikut ini adalah hasil analisis uji homogenitas menggunakan
SPSS 22.0 for windows.
Tabel 24
Hasil Uji Homogenitas Pretest
Levene Statistic df1 df2 Sig.
2,638 1 66 ,109
64
Tabel di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan menggunakan
One-Way ANOVA dapat dilihat bahwa antara kelompok ekperimen dan kelompok
kontrol berasal dari kelompok yang homogen. Dibuktikan dengan nilai signifikasi
sebesar 0,109 > 0,05.
Setelah dilakukan uji prasyarat dapat diketahui bahwa kedua kelompok
ekperimen dan kontrol berdistribusi normal dan homogen. Dengan demikian, uji
keseimbangan dapat dilakukan.
3) Uji Keseimbangan
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu uji keseimbangan. Uji
keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah kelas ekperimen dan kelas
kontrol memiliki kemampuan yang sama. Sehingga untuk uji keseimbangan
dalam penelitian ini menggunakan uji t Independent Sample Test. Hasil
perhitungan uji keseimbangan menggunakan SPSS 22.0 for windows dengan taraf
signifikasi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut.
Tabel 25
Hasil Uji Keseimbangan Pretest
t-test for Equality of Means
t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed
-,562 66 ,576 -2,451 4,360 -11,156 6,253
Equal
variances not
assumed
-,570 65,306 ,571 -2,451 4,303 -11,044 6,141
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa data memiliki variansi yang
sama maka yang digunakan adalah Equal Variance Assumed dengan nilai sig (2-
tailed) yaitu 0,576. Sesuai dengan kriteria pengujian, nilai signifikansi > 0,05
maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kelompok ekperimen dan kelompok kontrol memiliki kemampuannya yang sama.
Jadi antara siswa yang akan dilaksanakan pembelajaran menggunakan model
65
problem based learning dan pembelajaran yang dilakukan seperti biasa
mempunyai hasil belajar awal yang sama.
b. Setelah Perlakuan
Uji prasyarat hipotesis setelah perlakuan meliputi uji normalitas dan
homogenitas. Hasil uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis setelah
perlakuan sebagai berikut:
1) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau
tidak. Perhitungan dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov
karena jumlah sampel >50. Rincian hasil uji normalitas kelas kontrol dan kelas
ekperimen dapat dilihat melalui Tabel 25 sebagai berikut:
Tabel 26
Hasil Uji Normalitas Posstest Kelas Eksperimen dan Kontrol Group Shapiro-Wilk
Statistic df Sig.
Nilai 1
2
,970 32 ,491
,931 36 ,062
Tabel 25 di atas menunjukan hasil uji normalitas dengan Shapiro-Wilk.
Diketahui pda tabel nilai signifikasi kelas ekperimen 0,491 dengan kata lain
0,491> 0,05 dan pada kelas kontrol nilai signifikasi 0,062 yang berarti 0,062>
0,05. Dapat disimpulkan bahwa data skor postest pada kelas ekperimen dan
kontrol berdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel kelas
ekperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan memiliki variansi yang
sama. Berikut adalah hasil analisis uji homogenitas menggunakan SPSS 22.0 for
windows.
Tabel 27
Hasil Uji Homogenitas Postest Kelas Eksperimen dan Kontrol Levene
Statistic df1 df2 Sig.
,031 1 66 ,861
Tabel di atas menunjukan hasil uji homogenitas dengan metode One-Way
ANOVA. Nilai signifikasi ditunjukan pada kolom (sig) sebesar 0,861. Nilai sig
0,861>0,05 sehingga dapat disimpulkan kedua kelompok kelas ekperimen dan
66
kelas kontrol setelah diberikan perlakuan memiliki varians yang sama atau
homogen.
3) Uji Hipotesis
Hasil perhitungan menunjukan bahwa hasil belajar matematika kelas
ekperimen (kelas dengan model problem based learning dengan dongeng) dan
kelas kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setanjutnya dilakukan uji
hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis ini bertujuan untuk menentukan apakah
hipotesis diterima atau ditolak.
Uji hipotesis dengan uji beda dilakukan dengan uji Independent Samples
Test. Jika varian sama, maka uji T menggunakan Equal Variances Assumed
(diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal variances
not Assumed (diasumsikan varian berbeda). Sehingga dalam penelitian ini
digunakan Equal Variances Assumed karena kedua kelompok homogen.
Uji beda dilakukan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar antara dua
kelompok yang diberikan perlakuan yang berbeda. Kelompok ekperimen
diberikan perlakuan dengan menggunakan model problem based learning dengan
dongeng, sedangkan kelas kontrol diberikan perlakuan sesuai dengan standar yang
telah ada. Pembelajaran dilakukan dengan materi yang sama yaitu luas persegi
dan persegi panjang.
Kriteria pengujian hipotesis dinyatakan dalam bentuk H0 dan Ha. H0
dinyatakan dengan hipotesis tidak terdapat pengaruh penerapan model Problem
Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika. Ha dinyatakan
dengan hipotesis terdapat pengaruh penerapan Problem Based Learning dengan
dongeng terhadap hasil belajar matematika. Uraian hipotesis penelitian di atas
dapat ditulis seperti di bawah ini :
1. H0 : µ1 ≤ µ2 diartikan tidak terdapat pengaruh penerapan model Problem Based
Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III
SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016.
2. Ha : µ1 > µ2 diartikan terdapat pengaruh penerapan model Problem Based
Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III
SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016.
67
Dalam menguji hipotesis menggubakan output olahan SPSS 22.0 for windows.
Kriteria pengujian
1) Menggunakan koefisien sig, dengan ketentuan:
a. Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) < 0,05 maka H0 ditolak.
b. Jika nilai sig. Hitung (probabilitas) > 0,05 maka H0diterima.
2) Menggunakan koefisien t hitung, dengan ketentuan :
a. Jika kefisien t hitung > t tabel maka H0 ditolak.
b. Jika kefisien t hitung < t tabel maka H0 diterima.
Hasil penghitungan uji hipotesis menggunakan uji t Independent Sample
Test dengan taraf signifikasi α = 0,05 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 28
Hasil Uji Hipotesis (Uji T Independent Samples Test Nilai Posttest)
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Group N Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Nilai 1 32 78,69 10,050 1,777
2 36 70,92 10,739 1,790
Berdasarkan hasil uji t, diperoleh Mean kelas ekperimen 78,69 dan mean
kelas kontrol 70,92. Kelas ekperimen (M=78,69) memiliki perubahan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (M=70,92). Independent Samples Test
t-test for Equality of Means
t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std. Error
Differenc
e
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Nilai Equal
variances
assumed 3,069 66 ,003 7,771 2,532 2,716 12,826
Equal
variances
not
assumed
3,081 65,814 ,003 7,771 2,522 2,735 12,806
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa signifikasi dilihat dari
Sig.(2-tailed) sebesar 0,003 yang artinya 0,003<0,05 nilai, thitung sebesar 3,069.
Terdapat df = 66, sedangkan perbedaan rata-rata (mean difference) 7,771.
Perbedaan mean difference berkisar antara 2,716 sampai 12,826.
68
Penelitian ini juga dapat juga dilihat dari uji t dua pihak dengan df =66
dan signifikasi α = 5 % maka diperoleh t tabel 1,99656 dibulatkan tiga angka
dibelakang koma menjadi 1,997. Karena dari 1
2α =
1
25% = 2,5%. Jadi 2,5 %
untuk kiri dan 2,5 % untuk kanan sehingga t tabel yang digunakan 1,99656
diambil dari kolom 2-tailed 0,003. Kriteria t hitung yang digunakan untuk
mengambil keputusan jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak. Jika t hitung < t
tabel maka H0 diterima. Untuk lebih jelasnya hasil pengujian uji t dapat dilihat
pada tabel di bawah ini.
Tabel 29
Rangkuman uji Hipotesis thirung ttabel Keputusan Uji
3,069 1,997 H0 ditolak Ha diterima
Gambar 8 Daerah Kritis Uji Hipotesis
Dari tabel 29 dan gambar 14 uji t di atas dapat diketahui bahwa t hitung >
t tabel, yaitu 3,069 > 1,997 dan dengan nilai signifikasi 0,003 < 0,005 yang
menunjukan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan dongeng
terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Salatiga 03 semester II
tahun pelajaran 2015/2016.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Problem
Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III
-1,997 -3,069 1,997 3,069
Daerah penerimaan H0
Daerah penolakan
H0
Daerah penolakan
H0
69
SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016. Dari hasil penelitian ini
diperoleh data awal (sebelum perlakuan) yang diperoleh melalui nilai pretest dan
data akhir hasil belajar matematika (setelah perlakuan) yang didapatkan melalui
postest setelah semua materi selesai diajarkan. Dari data yang diperoleh dari
pengolahan terdapat pengaruh yang signifikan dalam penerapan model Problem
Based Learning dengan dongeng terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III
SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Penelitain ini menggunakan dua kelompok yaitu kelompok ekperimen
dan kelompok kontrol. Sebelum perlakuan kedua kelompok sudah diuji
normalitas, homogenitas dan uji keseimbangan. Dari pengujian menunjukan
bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen serta memiliki
kemampuan yang sama (seimbang). Berdasarkan hasil pengujian setelah
perlakuan data hasil belajar matematika siswa kelas kontrol dan ekperimen
menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan homogen sehingga dalam uji
hipotesis menggunakan uji t. Dari penelitian yang telah dilakukan didapat nilai
rata-rata kelas ekperimen 78,69 dengan jumlah siswa 32 dan 70,92 pada kelas
kontrol dengan jumlah siswa 36. Melalui hasil uji t didapatkan thitung sebesar 3,069
dan ttabel 1,997. Hasil penghitungan tersebut dapat diketahui bahwa thitung > ttabel (3,069 >
1,997). Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan
dongeng terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Salatiga 03
semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Perbedaan yang sifnifikan penerapan model Problem Based Learing
dengan dongeng terdapap hasil belajar matematika ini dilakukan pada materi luas
persegi dan persegi panjang yang diajarkan pada kedua kelompok yaitu kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol. Perbedaan perlakuan ini terletak pada
pelaksanaan pembelajarannya pada kelas ekperimen diajar dengan menggunakan
model Problem Based Learning dengan dongeng sedangkan pada kelas kontrol
diajar sesuai dengan standar proses pembelajaran yang ada. Pembelajaran pada
kelas ekperimen ditekankan pada kemampuan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan dengan menyelidikan permasalahan awal. Pembelajaran dengan
70
model Problem Based Learning ini dikemas dalam cerita dongeng dengan tujuan
siswa lebih termotivasi melakukan penyelidikan guna penyelesaian permasalahan
yang disampaikan diawal pembelajaran. Melalui model Problem Based Learning
ini dapat melatih siswa berfikir logis, analitis, sistematis dan peka terhadap
masalah disekitarnya serta trampil dalam menyelesaian masalah. Sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD N Salatiga 03 semester
II tahun pelajaran 2015/2016.
Pembelajaran kelas kontrol dilakukan dengan berpacuan pada standar
proses yang ada yaitu melalui tahapan ekplorasi, elaborasi dan konfirmasi dengan
menggunakan bantuan power point dalam penyampaian materi. Aktivitas siswa
dalam pengumpulan data secara kelompok guna pengumpulan data. Aktivitas
dalam pembelajaran ini tidak didahului dengan pengkaitan dalam masalah
keseharian siswa namun langsung menjurus kedalam materi luas persegi dan
persegi panjang. Pembelajaran lebih didominasi oleh guru tanpa membahas lebih
lanjut data yang dicari oleh siswa. Konsep menghafal pada rumus mesih menjadi
bagian dalam pembelajaran, oleh karena itu siswa kurang memahami bagaimana
konsep itu ditemukan dan digunakan dalam penyelesaian masalahan dalam
kehidupan siswa atau dengan kata lain konsep matematika masih berdiri secara
parsial. Hal ini dapat dilihat pada saat pemberian soal latihan yang berupa soal
cerita mengenai pemecahan masalah siswa masih mengalami kebingungan dalam
menyelesaiakan permasalahan dalam soal. Pembelajaran yang dilakukan pada
kelas kontrol ini mengakibatkan nilai rata-rata pada kelas kontrol tebih rendah
dibandingkan dengan nilai kelas ekperimen yaitu 70,92.
Berdasarkan hasil pengamatan pada kelas ekperimen tercipta
pembelajaran yang menyenangkan, menantang, memotivasi, melatih siswa
bertanggung jawab dan kritis serta tanggap terhadap masalah disekitarnya.
Diantara lain dapat dilihat pada: 1) Keantusiasan siswa dalam memahami
permasalahan yang disampaiakn dalam bentuk dongeng. Hal ini dapat dilihat pada
saat guru mendongeng semua siswa hening dan tenang mendengarkan cerita. 2)
Pada saat siswa diberikan masalah siswa tidak merasa keberatan ataupun
mengeluh namun sebaliknya siswa marasa senang karena merupakan tugas dari
71
tokoh dalam dongeng yaitu sang baginda raja dikerajaan banper. 3) Dalam kerja
kelompok siswa juga diberikan tanggung jawab selain menyelesaikan masalah
mereka juga bertanggung jawab terhadap kelompok mereka untuk menghendel
anggota bagi ketua kelompok dan anggota kelompok bertanggung jawab untuk
menyelesaikan tugas yang telah dibagi. 4) Melalui permasalahan yang diberikan
siswa menjadi tanggap dan kritis terhadap masalah sekitar yang sedang terjadi.
Siswa menjadi mengetahui akibat atas apa yang terjadi, jika akibat yang
ditimbulkan besifat negatif maka siswa akan mengubah sikapnya agar hal yang
negatif tersebut tidak terjadi. 5) pembelajaran yang biasanya bersifat teks book
dan membosankan, namun dalam pembelajaran ini semua siswa terlibat aktif dan
terbawa dengan suasana dalam cerita. Sehingga pembelajaran tidak menjadi
membosankan. Dari pembelajaran yang dilakukan nilai rata-rata kelas ekperimen
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yaitu 78,69.
Penelitian sejenis telah dilakukan oleh Ibrahim yang berjudul
“Peningkatan Kemampuan Berbicara Siswa Dengan Menggunakan Media
Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri No 01
Nanga Tebidah” dari hasil penelitian tersebuh media dongeng dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dalam kemampuan berbicara. Dari
pembahasan hasil penelitian, setelah diterapkan pembelajaran dengan media
dongeng hasil belajar siswa menjadi meningkat. Selain itu siswa lebih termotivasi
dan antusias dalam mengikuti pembelajaran. Berdasarkan temuan penelitian maka
pembelajaran dengan dongeng baik diterapkan dalam upaya meningkatkan
kualitas pendidikan.
Dalam penelitian dilakukan Andriastutik Novi yang berjudul “Penerapan
Model Problem Based Learning (Problem Based Learning) Pada Pembelajaran
Matematika Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas 5
Semester II Sekolah Dasar Negeri 6 Sindurejo Tahun Ajaran 2012/2013” dari
hasil penelitian menunjukan penerapan model problem based learning mampu
meningkatkan hasil belajar matematika. Selain itu dijelaskan juga dalam
penelitian ini siswa dilatih untuk berfikir aktif, analitis, sistematis, kritis dan
tarampil dalam menyelesaikan masalah. Berdasarkan penelitian ini penerapan
72
model problem based learning sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran
karena melatih sisiwa untuk trampil dalam menyelesaikan permasalahan yang
mereka hadapi.
Abdul Muiz Lidinillah dalam tulisannya tentan pembelajaran berbasis
masalah (Problem Based Learning) juga menjelaskan bahwa salah satu
kelemahan dari problem based learning tidak cocok diterapkan disekolah dasar
dikarenakan kemampaun siswa dalam kerja kelompok selain itu sesuai dengan
teori perkembangan Piaget bahwa usia siswa sekolah dasar masih dalam taraf pra-
oprasional kongkrit. Dilihat pula dari karakteristik siswa sekolah dasar terutama
kelas rendah yang senang untuk didongengi. Oleh karena itu pembelajaran
problem based learning sangat cocok diterapkan dengan dongeng.
Berdasarkan pengalaman praktis saat perlakuan, secara teoritis dan dilihat
dari berbagai penelitian yang relevan, maka diperoleh hasil akhir belajar
matematika pada materi luas persegi dan persegi panjang siswa kelas ekperimen
mendapatkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol hal ini
dapat dilihat dari hasil rata-rata kelas setelah perlakuan dan hasil uji hipotesis
penelitian. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
penerapan model problem based learning dengan dongeng terhadap hasil belajar
matematika siswa kelas III SD N Salatiga 03 semester II tahun pelajaran
2015/2016.
Recommended