View
219
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
1/38
1
BAB I
PENDAHULUAN
2.1
Latar Belakang
Saat ini arus barang impor semakin tidak tertahankan lagi sehingga menyebabkan
pasar lokal mengalami kebanjiran produk impor yang memiliki kualitas serupa dengan
produk lokat tetapi dengan harga yang lebih kompetitif. Bahkan Himpunan Pengusaha
Muda Indonesia (Hipmi) menilai jika kondisi industri manufaktur Indonesia saat ini
semakin terpuruk. Persaingan yang semakin ketat semakin mengharuskan perusahaan untuk
mengambil tindakan yang tepat agar dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan sesuai
dengan konsep going concern. Oleh karena itu, untuk menjamin kelangsungan hidupnya,perusahaan melaksanakan berbagai kebijaksanaan untuk mencapai tujuan umum yaitu
untuk memaksimalkan laba yang dicapai melalui peningkatan penjualan produk perusahaan
dan efesiensi biaya. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang manajer perusahaan
harus mampu membuat perencanaan dan pengendalian biaya terutama biaya produksi
karena biaya produksi merupakan faktor utama dalam pelaksanaan produksi perusahaan.
Hansen dan Mowen (2009) dalam Kwary menyatakan bahwa dalam pengendalian biaya,
manajemen perlu menetapkan biaya standar. Pengendalian biaya produksi memerlukan
patokan atau standar sebagai dasar yang dipakai sebagai tolok ukur terhadap pengendalian
biaya produksi. Bila pengendalian biaya produksi telah efektif, hal ini akan mempengaruhi
harga pokok produksi, sehingga produk yang dihasilkan akan mampu bersaing dengan
produk lain sejenis dengan harga yang kompetitif.
Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi bahan baku,
tenaga kerja, modal dan keahlian pengusaha. Semua faktor produksi yang dipakai adalah
merupakan pengorbanan dari proses produksi dan berfungsi sebagai ukuran untuk
menentukan harga pokok barang. Menurut Sherman Rosyidi, biaya produksi adalah biaya
yang harus dikeluarkan oleh pengusaha untuk dapat diambil kesimpulan bahwa biaya apa
saja yang diperlukan untuk membuat produk, baik barang maupun jasa. Biaya produk
dibagi menjadi dua, yaitu: biaya eksplisit, adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas
perusahaan untuk membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
2/38
2
berproduksi. Contohnya adalah biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Yang kedua adalah
biaya implicit yaitu biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung
dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang
dimiliki sendiri oleh perusahaan. Contohnya adalah penggunaan gedung milik perusahaan
sendiri.
Biaya produksi juga merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi
perusahaan dari kemungkinan kerugian. Kerugian akan mengakibatkan suatu usaha tidak
dapat tumbuh dan bahkan akan mengakibatkan perusahaan harus menghentikan kegiatan
bisnisnya. Untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha
memperoleh pendapatan yang memungkinkan untuk menutupi biaya produksi. Dengan
demikian, sangat penting memperhitungkan biaya produksi dan menetapkan harga jual
produks dengan tepat untuk memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan
kerugian.
2.2 Rumusan Masalah
1) Apa saja klasifikasi biaya?
2) Bagaimana strategi penetuan harga?
3) Bagaimana konsep biaya produksi?
4)
Bagaimana perhitungan biaya produksi?
5) Bagaimana perhitungan biaya satuan rata-rata?
2.3 Tujuan Penulisan
1) Mengetahui klasifikasi biaya
2) Mengetahui strategi penentuan harga
3) Memahami konsep biaya produksi
4)
Mengetahui cara perhitungan biaya produksi
5) Mengetahui perhitungan biaya satuan rata-rata
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
3/38
3
2.4 Manfaat
Mengetahui konsep dari biaya produksi serta mengetahui cara perhitungan, baik
perhitungan biaya produksi maupun perhitungan biaya satuan rata-rata serta dapat
menganalisis kejadian biaya produksi.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
4/38
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Biaya Produksi
Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor produksi seperti
bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-faktor
produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga
berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang.
Menurut Sherman Rosyidi, biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan
oleh pengusaha untuk dapat diambil kesimpulan bahwa biaya apa saja yang
diperlukan untuk membuat produk, baik barang maupun jasa.
Biaya Produksi dapat dibagi menjadi dua, biaya eksplisit dan biaya implisit.
Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melihat
laporan keuangan, pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk
membeli atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam
berproduksi. Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah
biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit ini tidak dikeluarkan langsung dari kas
perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-faktor produksi yang dimiliki
sendiri oleh perusahaa, bisa disebut juga dengan biaya kesempatan (oportunity cost);
contoh: penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.
Menurut Sadono Sukirno (2005, 208), biaya produksi adalah semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang
yang diproduksi perusahaan tersebut. Dalam menganalisis biaya produksi perlu
dibedakan dua jangka waktu adalah sebagai berikut:
1)
Biaya jangka pendek, yaitu jangka waktu di mana sebagai faktor produksi tidak
dapat ditambah jumlahnya. Dalam biaya jangka pendek biaya produksi
dibedakan:
a. Biaya total
Biaya total dibedakan menjadi tiga jenis biaya:
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
5/38
5
1. Biaya tetap total (TFC)
Biaya yang meliputi perbelanjaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi yang tetap jumlahnya.
2. Biaya berubah total (TVC)
Biaya yang meliputi semua perbelanjaan yang digunakan untuk
memperoleh faktor-faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya.
3. Biaya total (TC)
Biaya meliputi semua perbelenjaaan ke atas faktor-faktor produksi yang
digunakan.
b. Biaya rata-rata
Biaya rata-rata dibedakan menjadi tiga jenis:
1. Biaya tetap rata-rata (AFC)
Biaya ini merupakan biaya tetap yang dibelanjakan untuk menghasilkan
setiap unit produksi.
2. Biaya berubah rata-rata (AVC)
Biaya ini merupakan biaya variabel yang dibelanjakan untuk
menghasilkan setiap unit produksi.
3.
Biaya total rata-rata (AC)
Biaya ini meliputi keseluruhan yang digunakan untuk menghasilkan setiap
unit produksi.
TC = TFC + TVC
=
=
=
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
6/38
6
2) Biaya jangka panjang, yaitu jangka waktu dimana semua faktor produksi dapat
mengalami perubahan.oleh karna itu tidak dibedakan antara biaya tetap dan biaya
berubah dan semua jenis biaya dikeluarkan merupakan biaya berubah (Sadono
Sukirno, 2005:209-217).
Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan perusahaan dapat
dikelompokkan menjadi:
1)Biaya Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
2)Biaya Pemasaran, yaitu biaya dalam rangka penjualan produk selesai sampai
dengan pengumpulan piutang menjadi kas.
3)Biaya Administrasi dan Umum yaitu semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi administrasi dan umum. Biaya ini terjadi dalam rangka penentuan
kebijaksanaan, pengarahan,dan pengawasan kegiatan perusahaan secara
keseluruhan.
4)Biaya Keuangan yaitu semua biaya yang terjadi dalam melaksanakan fungsi
keuangan (Supriyono, 1953 : 19).
2.2
Klasifikasi Biaya
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara.
Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai
dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal
konsep: different cost for different purpose.
Dalam buku Akuntansi Biaya, biaya dapat digolongkan menurut:
1)Objek pengeluaran.
2)
Fungsi pokok dalam perusahaan.
3)Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4)
Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5)Jangka waktu manfaatnya.
6)Hubungannya dengan Perencanaan, Pengendalian, dan Pembuatan Keputusan.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
7/38
7
Uraian dari masing-masing penggolongan biaya di atas adalah sebagai berikut:
1)Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka
semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan
bakar.
Contoh: penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran dalam Perusahaan
Kertas adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah,
biaya soda, biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat
warna.
2)Penggolongan biaya menurut fungsi pokok perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam
perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
a. Biaya produksi
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek pengeluarannya, secara
garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overheadpabrik (factory overhead cost).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan
istilah biaya utama (prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung
dan biaya overhead pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya
konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi
(mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
b. Biaya pemasaran
Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan pemasaran
produk. Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi, biaya angkutan dari
gudang perusahaan ke gudang pembeli; gaji karyawan bagian-bagian yang
melaksanakan kegiatan pemasaran; biaya contoh (sample).
c. Biaya administrasi dan umum
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
8/38
8
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji
karyawan bagian keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan
masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, biaya fotokopi.
3)Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan suatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan menjadi dua
golongan:
a. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct
departmental cost) adalah semua yang terjadi di dalam departemen
tertentu.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungnnya
dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau
biaya overhead pabrik (factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah
diidentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan
departemen, biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu
departemen.
Biaya Produksi Tidak Langsung atau Biaya Overhead Pabrik (BOP)
adalah biaya-biaya yang diperlukan dalam pembuatan produk selain biaya
bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Yang termasuk BOP
antara lain:
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
9/38
9
1. Bahan penolong, yaitu bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan
produk yang penggunaannya relatif kecil atau terlalu sulit untuk
diperlakukan sebagai bahan langsung. Contoh: perekat dan tinta
koreksi pada perusahaan percetakan.
2. Tenaga kerja tidak langsung, yaitu gaji dan upah tenaga kerja yang
secara fisik tidak langsung berhubungan dengan pembuatan produk.
Misalnya gaji pengawas bagian produksi, gaji manajer produksi, gaji
panjaga pabrik, dll.
3. Biaya produksi tidak langsung lainnya misalnya biaya perlengkapan
pabrik, biaya penerangan pabrik, biaya penyusutan mesin dan gedung
pabrik, dll.
4)Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan
volume kegiatan
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh: biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.
b. Biaya semi-variabel
Biaya semi-variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semi-variabel mengandung unsur biaya
tetap dan biaya variabel.
Contoh: biaya pengawasan, biaya pemeriksaan, jasa bagian kalkulasi, biaya
pemeliharaan dan perbaikan mesin
c. Biaya semi-fixed
Biaya semi-fixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi
tertentu.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
10/38
10
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
Contoh: dari biaya tetap adalah biaya gaji, biaya penyusutan aktiva tetap,
pajak bumi dan bangunan, biaya sewa dan asuransi.
5)Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan
sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang
menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.
Contoh: pembelian gedung, tanah, peralatan, dll.
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat
terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan
dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya
tersebut.
Contoh: pembayaran gaji administrasi kantor, gaji akuntan, rekening listrik
dan telepon, komisi penjualan.
6)Hubungan dengan perencanaan, pengendalian, dan pembuatan keputusan
a. Biaya standar dan biaya dianggarkan
1. Biaya standar, merupakan biaya yang ditentukan di muka (predetermine
cost) yang merupakan jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk
menghasilkan satu unit produk.
2. Biaya yang dianggarkan, merupakan perkiraan total pada tingkat
produksi yang direncanakan.
b. Biaya terkendali dan biaya tidak terkendali
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
11/38
11
1. Biaya terkendali (controllable cost), merupakan biaya yang dapat
dipengaruhi secara signifikan oleh manajer tertentu.
2. Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost), merupakan biaya yang
tidak secara langsung dikelola oleh otoritas manajer tertentu.
c. Biaya tetap committeddan discretionary
1. Biaya tetap committed, merupakan biaya tetap yang timbul dan jumlah
maupun pengeluarannya dipengaruhi oleh pihak ketiga dan tidak bisa
dikendalikan oleh manajemen.
2. Biaya tetap discretionary, merupakan biaya tetap yang jumlahnya
dipengaruhi oleh keputusan manajemen.
d. Biaya variabel teknis dan biaya kebijakan
1. Biaya variabel teknis (engineered variabel cost) adalah biaya variabel
yang sudah diprogramkan atau distandarkan seperti biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung.
2.
Biaya variabel kebijakan (discretionary variabel cost) adalah biaya
variabel yang tingkat variabilitasnya dipengaruhi kebijakan manajemen.
e. Biaya relevan dan biaya tidak relevan
1. Biaya relevan (relevan cost), dalam pembuatan keputusan merupakan
biaya yang secara langsung dipengaruhi oleh pemilihan alternatif
tindakan oleh manajemen.
2. Biaya tidak relevan (irrelevant cost), merupakan biaya yang tidak
dipengaruhi oleh keputusan manajemen.
f. Biaya terhindarkan dan biaya tidak terhindarkan
1. Biaya terhindarkan (avoidable costs) adalah biaya yang dapat dihindari
dengan diambilnya suatu alternatif keputusan.
2.
Biaya tidak terhindarkan (unavoidable costs) adalah biaya yang tidak
dapat dihindari pengeluarannya.
g. Biaya diferensial dan biaya marjinal
2.5.1 Biaya diferensial (differential cost) adalah tambahan total
biaya akibat adanya tambahan penjualan sejumlah unit tertentu.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
12/38
12
2.5.2 Biaya marjinal (marginal cost) adalah biaya di mana produksi
harus sama dengan penghasilan marjinal jika ingin memaksimalkan
laba.
h. Biaya kesempatan (opportunity cost)
merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai
akibat dipilihnya alternatif tertentu.
Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat
membantu manajemen dalam pencapaian tujuan perusahaan. Penggolongan biaya ini
didasarkan pada hubungan biaya dengan: objek pengeluaran; fungsi pokok
perusahaan yaitu biaya produksi, biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum:
sesuatu yang dibiayai yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung; volume
kegiatan yaitu biaya variabel, biaya semi-variabel, biaya semi-fixed, dan biaya tetap;
dan jangka watu manfaatnya yaitu pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan.
Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya
penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: different cost
for different purpose.
2.3
Perhitungan Biaya Produksi (Total Cost)
Sebagai produsen, perusahaan harus mengetahui cara menghitung biaya
produksi untuk mengetahui laba atau rugi suatu perusahaan (usaha yang dilakukan),
roda produksi perusahaan setiap harinya memproduksi barang dan jasa yang
dinikmati konsumen. Semua perusahaan mulai dari perusahaan raksasa multinasional
hingga pedagang kaki lima mengeluarkan biaya agar bisa menyediakan barang dan
jasa yang dapat dimanfaatkan konsumen. Biaya peluang (opportunity cost) adalah
pengorbanan yang dilakukan seseorang karena mengambil sebuah pilihan.
Cara penentuan biaya pembuatan produk:
1)
Biaya historis adalah penentuan biaya produk dengan mengumpulkan semua
biaya yang telah terjadi dan diperhitungkan setelah operasi pembuatan produk
selesai.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
13/38
13
2)Biaya sebelum pembuatan adalah suatu cara penentuan biaya pembuatan produk
sebelum produk tersebut dibuat.
Biaya ini terbagi menjadi dua:
a.
Biaya anggaran yaitu suatu biaya yang berdasarkan kegiatan masa lalu dan
perkiraan kegiatan pada masa yang direncanakan.
b. Biaya standar yaitu suatu biaya yang berdasarkan standar-standar pelaksanaan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.3.1Contoh Perhitungan Biaya Produksi
Harga jual hasil produksi PT. X sebesar 20.425. dengan data-data biaya yang
dikeluarkan adalah sebagai berikut:
Tabel. 2.3.1.1 Bahan Produksi PT X"
Bahan Baku yang Digunakan Awal Tahun Akhir Tahun
Departemen A 2400 3400
Tarif upah langsung Dept. A 4,10/jam 4,10/jam
Jam kerja yang terjadi pada Dept. A 600 400
Tarif upah langsung pada Dept. B 4,00/jam 4,00/jam
Jam kerja yang terjadi pada Dept. B 300 140
Jam mesin pada Dept. B 200 120
Overhead pabrik Dept. A (per jam
buruh langsung)
2,00 2,00
Overhead pabrik pada Dept. B (per
jam mesin)
1,80 1,80
Biaya pemasaran dan administrasi yang dibebankan oleh perusahaan sebesar
25% dari harga pokok produksi. Tentukan biaya total produksi serta persentasi
margin.
Tabel 2.3.1.2 Bahan Langsung Produksi PT. X
Tanggal Departemen Biaya Biaya Total1 Januari A 2.400
31 Desember A 1.300
3.700
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
14/38
14
Tabel. 2.3.1.3 Buruh Langsung
Tanggal Departemen Jam Upah/jam Biaya Biaya Total
1 Januari A 600 4,10 2.460
1 Januari B 300 4,00 1.200
31 Desember A 400 4,10 1.64031 Desember B 140 4,00 560
5.860
Tabel. 2.3.1.4 Overhead Pabrik
Tanggal Departemen Dasar
Pengenaan
(DP)
Jam Biaya/
DP
Biaya Biaya Total
1 Januari A /jam buruh 600 2,00 1.200
1 Januari B /jam mesin 200 2,00 360
31 Desember A /jam buruh 400 1,80 800
31 Desember B /jam mesin 120 1,80 216
2.576
Buruh langsung :
Departemen A 4.100
Departemen B 1.760 +
5.860
Bahan Langsung : 3.700 +
9.560
Overhead Pabrik :
Departemen A 2.000
Departemen B 576 +
2.576
Biaya Total Produksi : 9.560 + 2.576 = 12.136
Biaya pemasaran dan administrasi : 25% x 12.136 = 3.034
Maka biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan :
12.136 + 3.034 = 15.170
Harga jual produksi oleh perusahaan = 20.425
Laba yang diperoleh perusahaan :
20.42515.170 = 5.255
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
15/38
15
Presentasi margin yang diperoleh perusahaan sebesar :
(5.255/20.425) x 100% = 25,73%
2.4
Perhitungan Biaya Satuan Rata-rata
Sebelum melakukan perhitungan terhadap biaya rata-rata produksi maka perlu
diketahui mengenai:
1. Biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC)
Biaya atau Ongkos tetap yang dibebankan kepada setiap unit output. Apabila
biaya tetap (FC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya tetap rata-rata.
Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata atau AFC
adalah:
Gambar 1.Average Fixed Cost
2. Biaya variabel rata-rata (Average Variable Cost/AVC)
Ongkos atau Biaya varibel yang dibeban kan untuk setiap unit output. Apabila
biaya variabel (VC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan
jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya variabel rata-rata.
Biaya variable rata-rata dihitung dengan rumus:
=
=
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
16/38
16
3. Biaya total rata-rata (Average Cost/AC)
Ongkos produksi yang dibebankan untuk setiap unit outputApabila biaya total
(TC) untuk memproduksi barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Rumus perhitungan
biaya total rata-rata adalah sebagai berikut:
atau
4. Biaya marjinal (Marginal Cost/MC)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi sebanyak
satu unit. Tambahan biaya yang dikeluarkan karena adanya pertambahan satu
unit produksi.
2.4.1Hubungan The Law of Diminishing Returns dengan Biaya Variabel
Gambar 2. Kurva AVC dan AC
Kurva-kurva AVC dan AC berbentuk huruf U..Bentuk Kurva yang semacam itu
mencerminkan bahwa kegiatan produksi dipengaruhi oleh hukum Hasil Lebih yang
Semakin Berkurang (The Law of Diminishing Returns).
=
AC = FC + TC
=
Q
P
AC
AVC
MC
AFC
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
17/38
17
2.5 Break Event Point (BEP)
2.5.1Pengertian Break Event Point
Break Event Point (BEP) dapat diartikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan tidak
menderita kerugian.Break Event Point (BEP) menurut para ahli :
a. Definisi analisa break even menurut Schmidgall, Hayes, dan Ninemeier
(2002) adalah Break even analysis is a management tool that can help
restaurant managers examine the relationship between various costs,
revenues and sales volume. It allows to determine revenue required at any
desired profit level that called Cost-Volume-Profit (CVP) analysis (p.
169). Dengan kata lain memiliki arti : analisa titik impas adalah suatu alat
manajemen yang dapat membantu manajer restoran untuk melihat
hubungan antara bermacam-macam biaya, pendapatan dan volume
penjualan. Melalui analisa titik impas, manajer juga dapat menentukan
jumlah pendapatan yang diperlukan pada suatu tingkat pencapaian laba
yang diinginkan yang juga biasa disebut Analisis Biaya-Volume-Laba
b. Menurut Syahrul dan Muhammad Afdi Nizar (2000; 114) disebutkan
bahwa: Break Event Point (titik impas) adala titik yang menunjukkan
tingkat dimana penjualan sama dengan biaya, sehingga pendapatan
sebelum bunga dan pajak sama dengan nol.
c. Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 140) disebutkan
bahwa: Titik impas (Break Event Point) adalah titik dmn total biaya sama
dengan total penghasilan.
Dari berbagai pengertian Break Event Point diatas, maka dapat disimpulkan
bahwaBreak Event Point atau titik impas adalah suatu titik yang menunjukkan total
penghasilan sama dengan total biaya, sehingga pendapatan sebelum bunga dan pajak
dalam satu periode adalah nol.
2.5.2Analisis Break Event Point (BEP
a. Menurut Mulyadi (1993, 230) Analisa break even adalah suatu cara untuk
mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
18/38
18
rugi, tetapi juga belum memperoleh laba yang dengan kata lain labanya
sama dengan nol.
b. Menurut Matz, Usry, dan Hammer (1991, p. 202), Analisa break even
merupakan suatu analisa yang digunakan untuk menentukan tingkat
penjualan dan bauran produk yang diperlukan agar semua biaya yang
terjadi dalam periode tersebut dapat tertutupi, yang mana analisa tersebut
dapat menunjukkan suatu titik dimana perusahaan tidak memperoleh laba
ataupun menderita rugi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa AnalisisBreak Event Point (BEP) Analisis
yang dilakukan ialah analisis break even point, yaitu suatu analisis atau cara atau
teknik yang digunakan oleh perusahaan untuk mengetahui pada tingkat atau jumlah
produksi dan penjualan berapakah perusahaan tidak akan mengalami kerugian
ataupun memperoleh keuntungan.
2.5.3Asumsi dan Keterbatasan dalam Break Event Point
Menurut Mulyadi (2002; 260-261) asumsi yang mendasari analisis impas
adalah:
a. Variabilitas biaya dianggap akan mendekati pola perilaku yang diramalkan.
Biaya tetap akan selalu konstan dalam kisar volume yang dipakai dalam
perhitungan impas, sedangkan biuaya variable berubah sebanding dengan
perubahan volume penjualan.
b. Harga jual produk dianggap tidak berubah-ubah pada berbagai tingkat
kegiatan. Jika dalam usaha menaikkan volume penjualan dilakukan
penurunan harga jual atau memberikan potongan harga, maka hal ini akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.
c. Kapasitas produksi pabrik dianggap secara relative konstan. Penambahan
fasilitas produksi akan berakibat pada penambahan biaya tetap dan akan
mempengaruhi hubungan biaya, volume, dan laba.
d.
Harga factor-faktor produksi dianggap tidak berubah. Jika harga bahan
baku dan tariff upah menyimpang terlalu jauh disbanding dengan data yang
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
19/38
19
dipakai sebagai dasar perhitungan impas, maka hal ini akan mempengaruhi
biaya, volume, dan laba.
e. Efisiensi produksi dianggap tidk berubah. Apabila terjadi penghematan
biaya karena adanya penggunaan bahan pengganti yang harganya lebih
rendah atau perubahan metode produksi, maka hal ini akan mempengaruhi
biaya, volume, dan laba.
f. Perubahan jumlah persediaan awal dan akhir dianggap tidak signifikan.
g. Komposisi produk yang akan dijual dianggap tidak berubah.
Sedangkan menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Juliaty (2002; 141)
asumsi-asumsi yang mendasari dan keterbatasa yang dimiliki analisis break even
pointadalah:
a. Biaya-biaya yang berkaitan dengan tingkat penjualan saat ini, cukup akurat
dapat dipisahkan dalam elemen biaya variable dan biaya tetap.
b.
Analisis ini berasumsi bahwa biaya tetap akan senatiasa tetap selama
periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.
c. Biaya variable berubah secara langsung (proporsional) dengan penjualan
selama periode yang dipengaruhi oleh keputusan yang telah diambil.
d.
Analisis tersebut dibatasi pada situasi dimana kondisi ekonomi dan kondisi
lainnya diasumsikan relative stabil.
e. Merupakan pedoman pengambilan keputusan.
2.5.4Perhitungan BEP (Break Event Point)
Perhitungan BEP dapat dilakuan dengan rumus :
QBEP(u) = TFC / (P-AVC)
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
20/38
20
Keterangan :
QBEP(u) : Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi
TFC : Biaya tetap total
P : Tarif per unit
AVC : Biaya variabel per unit
Keterangan :
QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi
TFC : Biaya tetap total
P : Tarif per unit
AVC : Biaya variabel per unit
2.5.5Jenis Break Even Point(BEP)
a)
Break Even Chart
Suatu peta yang menggambarkan grafik yang terdiri atas kurva jumlah
seluruh biaya (tetap dan variabel) dan kurva pendapatan pada tiap tingkatan
produksi, perpotongan kedua kurva adalah titik kembali pokok (titik
yang berpotongan dari 2 garis lurus yang sama besar wilayahnya).
b) Break Even Equation
Suatu persamaan yang dinyatakan dengan rumus :
Penjualan pada titik kembali pokok = FC
1- Pct VC
Keterangan :
FC = biaya tetap
Pct VC = Persentase biaya variabel terhadap penjualan
QBEP(sales) = TFC / [1-(AVC/P)]
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
21/38
21
c) Break Even Function
Fungsi kembali pokok yang dirumuskan sebagai berikut :
FC . S = ( 1VC )
Keterangan :
S = Jumlah penjualan
FC = Biaya tetap
VC = Rasio biaya variabel terhadap jumlah penjualan yang diharapkan.
2.6 Cost Recovery Rate
Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya (cost) dibandingkan dengan
penghasilan yang didapatkan (revenue). Proses ini menghasilkan seberapa besar
subsidi yang dikeluarkan kepada pasien. Berikut ini cara perhitungan untuk
mengetahui CRR:
Cost Recovery Rate =
CRR per unit =
CRR per pasien =
Tujuan dari perhitungan CRR dapat digunakan sebagai indikator kinerja
keuangan sebuah perlayanan kesehatan dalam mengidentifikasi keadaan untung atau
ruginya pelayanan kesehatan. Dalam pelaksanaannya, CRR berfokus pada
kemampuan pelayanan kesehatan menutup biaya operasionalnya, jika dalam
perhitungan CRR didapat hasil melebihi seratus persen, maka hasil tersebut memiliki
arti bahwa pelayanan kesehatan tersebut telah mampu menutup biaya operasionalnya
dengan penghasilan yang didapat dari pasien atau konsumen, selain itu nilai surplus
tersebut menyatakan keuntungan yang didapat oleh pelayanan kesehatan tersebut, jika
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
22/38
22
terjadi defisit atau tidak sampai seratus persen, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pelayanan kesehatan tersebut merugi.
2.7
Perhitungan biaya penyusutan (Depreciation)
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya mengenai biaya investasi dan biaya
penyusutan, dimana biaya penyusutan (depreciation cost), adalah biaya yang timbul
akibat terjadinya pengurangan nilai barang investasi (asset) sebagai akibat
penggunaannya dalam proses produksi. Setiap barang investasi yang dipakai dalam
proses produksi akan mengalami penyusutan nilai, baik karena makin usang atau
karena mengalami kerusakan fisik. Untuk menghitung biaya tersebut di atas harus
diketahui terlebih dahulu umur ekonomis dari peralatan tersebut.
Turunnya nilai modal dilakukan dengan pengurangan nilai penyusutan yang
sama besar sepanjang umur ekonomis dari peralatan. Contohnya adalah sebagai
berikut:
Sebuah alat radiologi dengan harga pokok Rp. 70.000.000,00 menyusut
(depresiasi), umur ekonomis dari peralatan 5 tahun. Hitunglah biaya
penyusutan
Perhitungan :
Biaya penyusutan = Harga barang / umur ekonomis barang
= Rp. 70.000.000,00 / 5 tahun
= Rp. 14.000.000,00
Jadi, biaya penyusutan untuk sebuah alat radiologi setiap tahunnya adalah
14.000.000,00
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
23/38
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Data pada penelitian ini didapatkan melalui metode observasi langsung dan
indepth interview dengan pemilik Klinik Ortodonti Kartini 22 Sidoarjo untuk
mengetahui biaya produksi pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh pemilik klinik
untuk memberikan pelayanan kesehatan gigi yang meliputi pengobatan dan
perawatan gigi. Biaya jasa dokter untuk satu kali pemeriksaan tanpa tindakan adalah
Rp 130.000,00. Harga pemeriksaan tanpa tindakan merupakan biaya jasa dokter
spesialis ortodonti diluar biaya produk pengobatan dan perawatan, hanya biaya
pemeriksaan tanpa tindakan atau biasa disebut dengan jasa medis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah di Klinik Ortodonti Kartini 22 yang berlokasi di
Jalan Kartini Nomor 22 Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo.
3.2.2 Waktu Penelitian
Survei biaya produksi dilakukan pada hari Sabtu, 29 November 2014 pada
pukul 16.3018.00 WIB.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
24/38
24
BAB IV
HASIL SURVEI
Nama Klinik : Klinik Ortodonti Kartini 22
Alamat : Jalan Kartini Nomor 22 Sidoarjo
Nama Pemilik : Agus El Arief.,drg.,Sp.Ort
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
25/38
25
4.1 Klasifikasi Biaya
Tabel 4.1.1 Daftar Unsur Biaya Klinik Ortodonti Kartini 22
No. Unsur Biaya Harga Satuan Qty Life Time Jumlah Biaya Produksi
1 tahun
1. Gedung Rp 625.000.000,00 1 buah 10 tahun Rp 625.000.000,00 Rp 62.500.0000,00
2. Fasilitasa. Televisib.
AC
c. Komputer
d. Meja dan KursiAdministrasi
e. Meja dan SofaRuang Tunggu
f. Meja, Kursi,
dan LemariRuang Dokter
Rp 3.000.000,00Rp 2.500.000,00
Rp 5.300.000,00
Rp 2.800.000,00
Rp 4.500.000,00
Rp 3.200.000,00
1 buah2 buah
1 buah
1 buah
1 set
1 set
5 tahun
Rp 3.000.000,00Rp 5.000.000,00
Rp 5.300.000,00
Rp 2.800.000,00
Rp 4.500.000,00
Rp 3.200.000,00
Rp 600.000,00Rp 1.000.000,00
Rp 1.060.000,00
Rp 560.000,00
Rp 900.000,00
Rp 640.000,00
3. Dental Chair
Unit Gnatus Type
Lazio Pad Opti
Rp 63.700.000,00 1 buah 5 tahun Rp 63.700.000,00 Rp 12.740.000,00
4 Peralatan Medis Rp 368.000.000,00 1 set 5 tahun Rp 368.000.000,00 Rp 73.600.000,005. Bahan Habis Pakai
Medis
Rp 4.700.000,00 1 pack 1 bulan Rp 4.700.000,00 Rp 56.400.000,00
6. Bahan Habis Pakai
Non Medis
Rp 600.000,00 1 1 bulan Rp 600.000,00 Rp 7.200.000,00
7. Bahan Umum
a. Listrikb.
Air
c. Telepon
Rp 275.000,00Rp 48.000,00
Rp 130.000,00
1 bulan1 bulan
1 bulan
Rp 275.000,00Rp 48.000,00
Rp 130.000,00
Rp 3.300.000,00Rp 576.000,00
Rp 1.560.000,00
8. Gaji Tenaga Medis Rp 2.300.000,00 2 orang 1 bulan Rp 4.600.000,00 Rp 55.200.000,00
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
26/38
26
No. Unsur Biaya Harga Satuan Qty Life Time Jumlah Biaya Produksi
1 tahun
9. Gaji PegawaiAdministrasi
Rp 1.800.000,00 1 orang 1 bulan Rp 1.800.000,00 Rp 21.600.000,00
10. Biaya MakanPegawai Medis dan
Administrasi
Rp 400.000,00 3 orang 1 bulan Rp 1.200.000,00 Rp 14.400.000,00
11. Insentif Pegawai
medis dan non medis
Rp 800.000,00 3 orang 3 bulan Rp 2.400.000,00 Rp 9.600.000,00
12. Alat Tulis Kantor
(ATK)
Rp 1.400.000,00 1 tahun Rp 1.400.000,00 Rp 1.400.000,00
13. PemeliharaanGedung
Rp 1.200.000,00 1 tahun Rp 600.000,00 Rp 600.000,00
14. PemeliharaanPeralatan Medis
Rp 3.400.000,00 1 tahun Rp 575.000,00 Rp 575.000,00
15 Pemeliharaan AlatNon-medis
Rp 800.000,00 1 tahun Rp 250.000,00 Rp 250.000,00
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
27/38
27
Tabel 4.1.2 Klasifikasi Biaya
No
.
Nama Barang Biaya Produksi
1 tahun
Klasifikasi Biaya
Skala Produksi Fungsi dan Aktivitas Lama Penggunaan
Fixed Cost
(Rp)
Variable
Cost
(Rp)
Direct Cost
(Rp)
Indirect
Cost
(Rp)
Investment
Cost
(Rp)
Operat
l Co
(Rp
1. Gedung Rp 62.500.000,00 62.500.000 62.500.000 62.500.000
2. Fasilitasa. Televisi
b. ACc.
Komputer
d. Meja dan Kursi
Administrasie. Meja dan Sofa Ruang
Tungguf. Meja, Kursi, dan Lemari
Ruang Dokter
Rp 600.000,00
Rp 1.000.000,00Rp 1.060.000,00
Rp 560.000,00
Rp 900.000,00
Rp 640.000,00
600.000
1.000.0001.060.000
560.000
900.000
640.000
600.000
1.000.0001.060.000
560.000
900.000
640.000
600.000
1.000.0001.060.000
560.000
900.000
640.000
3. Dental Chair
Unit Gnatus Type Lazio Pad
Opti
Rp 12.740.000,00 12.740.000 12.740.000 12.740.000
4. Peralatan Medis Rp 73.600.000,00 73.600.000 73.600.000 73.600.000
5. Bahan Habis Pakai Medis Rp 56.400.000,00 56.400.000 56.400.000 56.4006. Bahan Habis Pakai Non Medis Rp 7.200.000,00 7.200.000 7.200.000 7.200
7. Bahan Umum
a. Listrik
b. Airc.
Telepon
Rp 3.300.000,00
Rp 576.000,00Rp 1.560.000,00
3.300.000
576.0001.560.000
3.300.000
576.0001.560.000
3.300
5761.560
8. Gaji Tenaga Medis Rp 55.200.000,00 55.200.000 55.200.000 55.200
9. Gaji Pegawai Administrasi Rp 21.600.000,00 21.600.000 21.600.000 21.600
10. Biaya Makan Pegawai Medis
dan Administrasi
Rp 14.400.000,00 14.400.000 14.400.000 14.400
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
28/38
28
No
.
Nama Barang Biaya Produksi
1 tahun
Klasifikasi Biaya
Skala Produksi Fungsi dan Aktivitas Lama Penggunaan
Fixed Cost
(Rp)
Variable
Cost
(Rp)
Direct Cost
(Rp)
Indirect
Cost
(Rp)
Investment
Cost
(Rp)
Operati
Cos
(Rp
11. Insentif Pegawai medis dan
non medis
Rp 9.600.000,00 9.600.000 9.600.000 9.600.
12. Alat Tulis Kantor (ATK) Rp 1.400.000,00 1.400.000 1.400.000 1.400.13. Pemeliharaan Gedung Rp 600.000,00 600.000 600.000 600.
14. Pemeliharaan Peralatan Medis Rp 575.000,00 575.000 575.000 575.
15. Pemeliharaan Alat Non-medis Rp 250.000,00 250.000 250.000 250
TOTAL Rp 326.261.000,00 230.400.000 95.861.000 280.236.000 46.025.000 153.600.000 172.661
TOTAL COST Rp 326.261.000,00 Rp 326.261.000,00 Rp 326.261.000,00
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
29/38
29
4.2 Perhitungan Biaya Penyusutan
a. Perhitungan Biaya Penyusutan Gedung
Biaya penyusutan tahunan gedung yang dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti
Kartini 22 ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu (cost
nilai residu) dibagi dengan umur. Masa pakai gedung yaitu selama 10 tahun.
Nilai residu untuk gedung Klinik Ortodonti Kartini 22 dianggap 0 maka, biaya
penyusutan tahunan gedung yaitu (Rp 625.000.000,00 0) : 10 tahun =
Rp62.500.000,00
b. Perhitungan Biaya Penyusutan Peralatan Medis
Biaya penyusutan tahunan peralatan medis yang dikeluarkan oleh Klinik
Ortodonti Kartini 22 untuk pelayanan gigi ortodonti dapat menggunakan
metode garis lurus yaitu (cost nilai residu) dibagi dengan umur. Masa pakai
peralatan medis yaitu selama 5 tahun. Nilai residu untuk peralatan medis Klinik
Ortodonti Kartini 22 dianggap 0 . Peralatan medis di Klinik Ortodonti Kartini
22 yang utama adalahDental Chairdengan spesifikasi Unit Gnatus Type Lazio
Pad Opti dengan harga Rp 63.700.000,00. Maka, biaya penyusutan tahunan
untuk Dental Chairadalah (Rp 63.700.000,00 0) : 5 tahun = 12.740.000,00.
Sedangkan untuk peralatan medis penunjang lainnya juga memiliki masa pakai
5 tahun dengan harga 368.000.000,00. Biaya peralatan medis Klinik Ortodonti
Kartini 22 yaitu ( Rp 368.000.000,000) : 5 tahun = Rp 73.600.000,00.
c. Perhitungan Biaya Penyusutan Fasilitas Non Medis
Biaya penyusutan tahunan fasilitas non medis yang dikeluarkan oleh Klinik
Ortodonti Kartini 22 untuk pelayanan gigi ortodonti dapat menggunakan
metode garis lurus yaitu (cost nilai residu)/umur. Masa pakai fasilitas non
medis yaitu selama 5 tahun dengan total biaya fasilitas non medis adalah
sebesar Rp Nilai residu untuk peralatan medis Klinik Ortodonti Kartini 22
dianggap 0 maka, biaya penyusutan tahunan peralatan medis Klinik Ortodonti
Kartini 22 yaitu (Rp 23.800.000,000) : 5 tahun = Rp 4.760.000,00
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
30/38
30
4.3 Perhitungan Biaya Satuan Rata-Rata (Average Cost)
Berikut ini contoh perhitungan biaya satuan di Klinik Ortodonti Kartini 22. Sebelum
melakukan perhitungan pada masing-masing kegiatan diperlukan data hasil aktivitas
di Klinik Ortodonti Kartini 22 dan pelayanan rawat inap dengan hasil identifikasi
sebagai berikut:
Tabel 4.3.1 Aktivitas Pelayanan Klinik Ortodonti Karrtini 22 Tahun 2014
No. Jenis Aktivitas Jumlah
1. Jumlah Pasien 5760
2. Jumlah Pelayanan Pemeriksaan 5760
3. Hari Pelayanan SeninSabtu 288
Perhitungan Average Cost terdiri dari perhitungan Average Fixed Costdan Average
Variabel Cost.
a. Average Fixed Cost
AFC = TFC / Jumlah Pelayanan Pemeriksaan
= Rp 230.400.000,00 / 5.760
= Rp 40.000,00
b. Average Variabel Cost
AVC = TVC / Jumlah Pelayanan Pemeriksaan
= Rp 95.861.000,00 / 5.760
= Rp 16.624,53
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
31/38
31
4.4 Perhitungan Biaya Satuan (Unit Cost)
Unit Costadalah harga yang harus dibayarkan per pasien per pelayanan pemeriksaan
gigi tanpa tindakan di Klinik Ortodonti Kartini 22. Pada bagian ini akan dihitung Unit
Cost Actual.
Uni t Cost Actual :
UC = TC / Q
= Rp 326.261.000,00 / 5.760
= Rp 56.642,53
Keterangan:
UC = Unit Cost
TC = Total Cost aktual
Q = Quantitiy (jumlah pelayanan)
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa biaya satuan aktual yang
harus dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti Kartini 22 per pelayanan pemeriksaan
tanpa tindakan adalah sebesar Rp 56.642,53 dengan harga satu kali pelayanan
pemeriksaan tanpa tindakan per asien adalah Rp 130.000,00
4.5 Perhitungan BEP dan CRR
a. Perhitungan BEP
Titik impas (break even point) adalah sebuah titik dimana biaya atau
pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian
atau keuntungan. BEP yang dapat dihitung dari ketersediaan data yang ada dalam
penelitian yaitu jumlah pasien yang dapat dilayani agar biaya pengeluaran dan
pendapatan adalah seimbang.
Pada Klinik Ortodonti Kartini 22, harga tiap satu kali pelayanan pemeriksaan
tanpa tindakan adalah Rp. 130.000,00, maka nilai BEP dalam unit:
QBEP(u) = TFC / (P-AVC)
= Rp. 230.400.000,00/ (Rp.130.000 Rp 16.624,53)
= Rp. 230.400.000,00/ Rp 113.375,50
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
32/38
32
= 2.032,18 pelayanan
Jadi, Klinik Ortodonti Kartini 22 akan mencapai BEP ketika pelayanan
pemeriksaan tanpa tindakan mencapai 2.032,18 pelayanan.
Selain menghitung BEP dalam unit, dapat pula dihitung BEP Klinik
Ortodonti Kartini 22 dalam penjualan (sales). Berikut perhitungan BEP atas dasar
penjualan (sales).
BEP(sales) = TFC / (1AVC/P)
= Rp. 230.400.000,00 / (1Rp 16.624,53 / Rp 130.000,00)
= Rp 230.400,000,00 / (10,13)
= Rp 230.400,000,00 / 0,87
= Rp 264.827.586,21
Keterangan:
AVC =Average Variabel Cost
QBEP = BEP unit, dalam hal ini jumlah pelayanan
BEP(sales)=BEP penjualan, dalam hal ini penjualan pelayanan permeriksan
tanpa tindakan
TFC = Total Fixed Cost
P =Price actual
Jadi, dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa Klinik Ortodonti
Kartini 22 mencapai titik impas jika jumlah pelayanan telah digunakan sebanyak
2.032,18 pelayanan atau tingkat penjualan jasanya telah menerima uang
sebanyak Rp 264.827.586,21.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
33/38
33
Kurva BEP
Berdasarkan hasil perhitungan BEP atas dasar unit adalah 2.032,18
pelayanan dan atas dasar penjualan (sales) adaah Rp 264.827.586,21. Maka
kurvanya adalah sebagai berikut :
Gambar 3. Kurva BEP Klinik Ortodonti Kartini 22
b. Perhitungan CRR
Total Revenue (TR) = P x Q
= Rp 130.000,00 x 5.760
= Rp 748.800.000,00
Cost Recovery Rate =(TR / TC) x 100 %
= (Rp 748.800.000,00 / Rp 326.261.000,00) x 100%
= 229,51%
= 230%
264.827.586,21
230.400.000,00
BEP
Pendapatan
Biaya
2.032,18
Jumlah
Pelayanan
Rp
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
34/38
34
Dari perhitungan tersebut diatas dapat diketahuai bahwa pelayanan
pemeriksaan tanpa tindakan di Klinik Ortodonti Kartini 22 memiliki kemampuan
keuangan yang baik karena CRR yang diterima jauh melebihi 100%.
4.6 Analisis Perhitungan
Setelah melakukan klasifikasi biaya produksi yang ada di Klinik Ortodonti Kartini
22, didapat hasil total cost berdasarkan skala produksi, lama penggunaan, dan aktifitas
produksi adalah sama sehingga dapat dihitung unit cost actual. Unit cost actualmerupakan
hasil pembagian Total cost dengan jumlah pelayanan per tahun (2014), dari perhitungan
tersebut didapat unit cost di Klinik Ortodonti Kartini 22 sebesar Rp 56.642,53. Jadi harga
aktual yang harus dibayarkan per pasien gigi per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan di
Klinik Ortodonti Kartini 22 adalah Rp 56.642,53 dan tarif yang ditetapkan oleh Klinik
Ortodonti Kartini 22 untuk satu kali pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan adalah
Rp130.000,00 per pasien.
Dengan diketahui tarif pemeriksaan tanpa tindakan per pelayanan telah ditentukan
oleh Klinik Ortodonti Kartini 22, dapat dihitung BEP unit, dari perhitungan Total Fix Cost
dibagi denganPricedikurangi AVC, didapat hasil bahwa Klinik Ortodonti Kartini 22 harus
melayani 2.032,18 pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan agar modalnya kembali
(mencapai titik impas). CRR adalah nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan Klinik Ortodonti Kartini 22 untuk menutupi biayanya dengan penerimaan
dari pembayaran pelayanan yang dihitung dari pembagian antara TR unit bersangkutan
dengan TC unit bersangkutan dikali 100%.
Hasil perhitungan didapat CRR sebesar 230% yang berarti mengalami surplus. Hasil
CRR dapat memberi informasi bahwa Klinik Ortodonti Kartini 22 mampu menutupi biaya
yang dikeluarkan 100% dan laba yang didapat rumah sakit sebesar 230% - 100% yaitu
130% per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
35/38
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk
uang untuk menghasilkan suatu barang. Beberapa kriteria untuk keperluan analisis
klasifikasi konsep biaya, yaitu pembagian biaya berdasarkan pengaruhnya pada skala
produksi, pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya, dan pembagian biaya
berdasarkan fungsi atau aktifitas sumber biaya.
Pembagian Biaya Berdasarkan Pengaruhnya pada Skala Produksi dibagi menjadi
biaya tetap (Fixed cost = FC), biaya variabel (Variabel cost = VC), dan total cost.
Pembagian biaya berdasarkan lama penggunaannya dibagi menjadi biaya invetasi, biaya
opersional dan total biaya.
Pembagian Biaya berdasarkan Fungsi atau Aktifitas Sumber Biaya, dibagi menjadi
biaya langsung (direct cost), biaya tidak langsung (indirect cost) dan total biaya.
Perhitungan biaya produksi bertujuan untuk mengetahui laba atau rugi suatu pelayanan
kesehatan atas segala usaha yang dilakukan.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi maka sebelumnya perlu mengetahui
terlebih dahulu mengenai, biaya tetap rerata (Average Fixed Cost/AFC), biaya variabel
rerata (Average Variable Cost/AVC),dan biaya total rerata (Average Cost/AC).
Cost Recovery Rate merupakan nilai dalam persen yang menunjukkan besarnya
kemampuan pelayanan kesehatan menutup biayanya dengan penghasilan yang didapatkan
(revenue). Suatu pelayanan kesehatan perlu dilakukan kegiatan analisis biaya untuk
mendapatkan informasi real kondisi dan posisi pelayanan kesehatan tersebut sehingga
didapatkan gambaran realistis biaya yang diperlukan untuk dijadikan bahan informasi
dalam menetapkan besar tarif satuan unit pelayanan kesehatan.
Hasil survey biaya produksi di Klinik Ortodonti Kartini 22 yang ditangani oleh
Dokter Gigi Spesialis Ortodonti Agus El Arief.,drg.,Sp.Ort yang berlokasi di Jalan Kartini
Nomor 22 Sidoarjo memiliki Total Cost sebesar Rp 326.261.000,00 dengan Total Fixed
Cost(TFC) sebesar Rp 230.400.000,00 dan Total Variabel Costsebesar Rp 95.861.000,00.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
36/38
36
Biaya jasa pelayanan untuk satu kali pemeriksaan tanpa tindakan adalah
Rp130.000,00. Dengan hari buka pelayanan pada hari Senin Sabtu dengan jumlah
pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan sebanyak 5760 pelayanan dalam satu tahun
(November 2014)
Dengan biaya gedung sebesar Rp 625.000.000,00 yang memiliki life time selama 10
tahun. Biaya penyusutan tahunan yang dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti Kartini 22 ini
dihitung dengan menggunakan metode garis lurus yaitu (cost nilai residu) dibagi dengan
umur. Sehingga biaya penyusutan atau depresiasi gedung adalah sebesar Rp 62.500.000,00.
Dalam menghitung biaya rata-rata produksi Klinik Ortodonti Kartini 22, maka
diketahu bahwa biaya tetap rerata (Average Fixed Cost/AFC)adalah sebesar Rp 40.000,00
danbiaya variabel rerata (Average Variable Cost/AVC)sebesar Rp 16.624,53.
Unit Cost atau biaya satuan aktual yang harus dikeluarkan oleh Klinik Ortodonti
Kartini 22 per pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan adalah sebesar Rp 56.642,53.
Perhitungan BEP didapatkan hasil bahwa BEP Klinik Ortodonti Kartini 22 atas dasar unit
adalah 2.032,18 pelayanan dan atas dasar penjualan (sales)adaah Rp 264.827.586,21. Jadi,
Klinik Ortodonti Kartini 22 akan mencapai titik impas atau break Event pont pada saat
telah melakukan pelayanan sebanyak 2.032,18 pelayanan atau telah menjual jasa pelayanan
sebesar Rp264.827.586,21.
Hasil perhitungan CRR didapatkan presentase sebesar 230% yang artinya bahwa
pelayanan pemeriksaan tanpa tindakan di Klinik Ortodonti Kartini 22 memiliki kemampuan
keuangan yang baik karena CRR yang diterima jauh melebihi 100%.
8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
37/38
37
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010.Pengertian, Definisi dan Rumus BEP Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan.
http://organisasi.org/.(diakses pada 23 Maret 2014)
Anonim. 2012.Ilmu Ekonomi Mikro Struktur Biaya. fuiguide.file.wordprees.com. (diakses
pada 24 Maret 2014)
Apriyono, Andri. 2009.Break Even Point (BEP).http://ilmumanajemen.wordpress.com.
(diakses pada 22 Maret 2014)
Irnawati. 2011.Pengertian, Definisi dan Rumus BEP.http://irnawt.wordpress.com.(diakses
pada 23 Maret 2014)
Iskandar, Riswan.2009. Klasifikasi Biayahttp://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/33-klasifikasi-
biaya.pdf.(diakses 23 Maret 2014)
Nifitri, Rida. 2012.Klasifikasi Biaya.
http://ridanifitri20.wordpress.com/2012/10/01/klasifikasi-biaya/.(diakses
24 Maret 2014)
Putri, Ayudya. 2012.Pengertian Ongkos Produksi.
http://ituuttie.blogspot.com/2011/02/pengertian-ongkos.html.(diakses pada 24
maret 2014)
Sadono Sukirno. 2000.Pengantar Mikroekonomi. Raja Grafindo Persada, Jakarta
http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_rumus_bep_break_even_point_ilmu_ekonomi_studi_pembangunanhttp://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_rumus_bep_break_even_point_ilmu_ekonomi_studi_pembangunanhttp://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/http://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-4/http://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-4/http://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-4/http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/33-klasifikasi-http://ridanifitri20.wordpress.com/2012/10/01/klasifikasi-biaya/http://ridanifitri20.wordpress.com/2012/10/01/klasifikasi-biaya/http://ituuttie.blogspot.com/2011/02/pengertian-ongkos.htmlhttp://ituuttie.blogspot.com/2011/02/pengertian-ongkos.htmlhttp://ituuttie.blogspot.com/2011/02/pengertian-ongkos.htmlhttp://ridanifitri20.wordpress.com/2012/10/01/klasifikasi-biaya/http://ridwaniskandar.files.wordpress.com/2009/05/33-klasifikasi-http://irnawt.wordpress.com/2011/04/28/pengertian-definisi-dan-rumus-bep-break-even-point-4/http://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/break-event-point-bep/http://organisasi.org/pengertian_definisi_dan_rumus_bep_break_even_point_ilmu_ekonomi_studi_pembangunan8/10/2019 biaya produksi survei KEL7 FIX.docx
38/38
Recommended