View
288
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 1/8
BIOGRAFI 1
NURCHOLIS MAJID
Nurcholis Madjid, yang populer dipanggil Cak Nur,
itu merupakan ikon pembaruan pemikiran dan
gerakan Islam di Indonesia. Ia cendekiawan muslim
milik bangsa. Gagasan tentang pluralisme telah
menempatkannya sebagai intelektual muslim
terdepan. Terlebih di saat Indonesia sedang
terjerumus di dalam berbagai kemorosotan dan
ancaman disintegrasi bangsa. Namanya semat
mencuat sebagai kandidat terkuat calon presiden
Pemilu 2004.
Namun keputusannya sebagai Capres independen
yang terlalu dini menyatakan bersedia mengikuti
Konvensi Calon Presiden Partai Golkar, dan
kemudian mengundurkan diri, telah memerosotkan
peluangnya meraih kursi RI-1 itu. Sebelumnya,
cukup banyak partai yang ingin melamarnya menjadi
Capres. Namun selepas kesediaannya mengikuti
konvensi Golkar itu, lamaran itu menjadi surut. Ia
tampaknya tersendat cukup sebagai Capres
pengeras suara, seperti pernah dikemukakannya.
Cak Nur lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga
kiai terpandang di Mojoanyar, Jombang, Jawa
Timur, pada 17 Maret 1939. Ayahnya, KH Abdul
Madjid, dikenal sebagai pendukung Masyumi.
Setelah melewati pendidikan di berbagai pesantren,
termasuk Gontor, Ponorogo, menempuh studi
kesarjanaan IAIN Jakarta (1961-1968), tokoh HMI ini
menjalani studi doktoralnya di Universitas Chicago,
Amerika Serikat (1978-1984), dengan disertasi
tentang filsafat dan khalam Ibnu Taimiya.
Nurcholish Madjid kecil semula bercita-cita menjadi
masinis kereta api. Namun, setelah dewasa malah
menjadi kandidat masinis dalam bentuk lain,
menjadi pengemudi lokomotif yang membawa
gerbong bangsa.
Sebenarnya menjadi masinis lokomotif politik
adalah pilihan yang lebih masuk akal. Nurcholish
muda hidup di tengah keluarga yang lebih kental
membicarakan soal politik ketimbang mesin uap.
Keluarganya berasal dari lingkungan Nahdlatul
Ulama (NU) dan ayahnya, Kiai Haji Abdul Madjid,
adalah salah seorang pemimpin partai politik
Masyumi. Saat terjadi “geger” politik NU keluar dari
Masyumi dan membentuk partai sendiri, ayahnya
tetap bertahan di Masyumi.
Kesadaran politik Nurcholish muda terpicu oleh
kegiatan orang tuanya yang sangat aktif dalam
urusan pemilu.
Politik praktis mulai dikenalnya saat menjadi
mahasiswa. Ia terpilih sebagai Ketua Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ciputat, tempat
Nurcholish menimba ilmu di Fakultas Sastra dan
Kebudayaan Islam Institut Agama Islam Negeri
Syarief Hidayatullah, Jakarta. Pengalamannya
bertambah saat menjadi salah satu calon Ketua
Umum Pengurus Besar HMI.
Kendati memimpin organisasi mahasiswa
ekstrakurikuler yang disegani pada awal zaman Orde
Baru, Nurcholish tidak menonjol di lapangan sebagai
demonstran. Bahkan namanya juga tidak berkibar di
lingkungan politik sebagai pengurus Komite Aksi
Mahasiswa Indonesia (KAMI), kumpulan mahasiswa
yang dianggap berperan menumbangkan Presiden
Sukarno dan mendudukkan Mayor Jenderal
Soeharto sebagai penggantinya. Prestasi Cak Nur
lebih terukir di pentas pemikiran. Terutama
pendapatnya tentang soal demokrasi, pluralisme,
humanisme, dan keyakinannya untuk memandang
modernisasi atau modernisme bukan sebagai Barat,
modernisme bukan westernisme. Modernisme
dilihat Cak Nur sebagai gejala global, seperti halnya
demokrasi.
Pemikirannya tersebar melalui berbagai tulisan yang
dimuat secara berkala di tabloid Mimbar Demokrasi,
yang diterbitkan HMI. Gagasan Presiden Persatuan
Mahasiswa Islam Asia Tenggara ini memukau
banyak orang, hingga ia digelari oleh orang-orang
Masyumi sebagai “Natsir muda”.
Pemikirannya yang paling menggegerkan khalayak,
terutama para aktivis gerakan Islam, adalah saat
pemimpin umum majalah Mimbar Jakarta ini
melontarkan pernyataan “Islam yes, partai Islam
no”. Ia ketika itu menganggap partai-partai Islam
sudah menjadi “Tuhan” baru bagi orang-orang
Islam.
Partai atau organisasi Islam dianggap sakral dan
orang Islam yang tak memilih partai Islam dalam
pemilu dituding melakukan dosa besar. Bahkan, bagi
kalangan NU, haram memilih Partai Masyumi.
Padahal orang Islam tersebar di mana-mana,
termasuk di partai milik penguasa Orde Baru,
Golkar. Pada waktu itu sedang tumbuh obsesi
persatuan Islam. Kalau tidak bersatu, Islam menjadi
lemah. Cak Nur menawarkan tradisi baru bahwa
dalam semangat demokrasi tidak harus bersatu
dalam organisasi karena keyakinan, tetapi dalam
konteks yang lebih luas, yaitu kebangsaan.
Ide pembaharuan Islam
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 2/8
BIOGRAFI 2
Cak Nur merupakan ikon pembaruan pemikiran dan
gerakan Islam di Indonesia. Gagasannya tentang
pluralisme telah menempatkannya sebagai
intelektual Muslim terdepan, terlebih di saat
Indonesia sedang terjerumus di dalam berbagai
kemorosotan dan ancaman disintegrasi bangsa.
Sebagai tokoh pembaharu dan cendikiawan Muslim
Indonesia, seperti halnya K.H Abdurrahman Wahid
(Gus Dur). Nurholish Madjid sering mengutarakan
gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial
terutama gagasan mengenai pembaharuan Islam di
Indonesia. Pemikirannya diaggap sebagai sumber
pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam
terutama setelah berkiprah dalam Yayasan
Paramadina dalam mengembangkan ajaran Islam
yang moderat.
Reformasi 1998
Namun demikian, ia juga berjasa ketika bangsa
Indonesia mengalami krisis kepemimpinan pada
tahun 1998. Ialah yang sering diminta nasihat oleh
Presiden Soeharto terutama dalam mengatasi
gejolak pasca kerusuhan Mei 1998 di Jakarta setelah
Indonesia dilanda krisis hebat yang merupakan
imbas krisis 1997. Atas saran beliau, akhirnya
Presiden Soeharto mengundurkan diri dari
jabatannya untuk menghindari gejolak yang lebih
parah.
Kontroversi
Ide dan Gagasan Cak Nur tentang sekularisasi dan
pluralisme tidak sepenuhnya diterima dengan baik
di kalangan masyarakat Islam Indonesia. Terutama
di kalangan masyarakat Islam yang menganut
paham tekstualis literalis pada sumber ajaran Islam.
Mereka menganggap bahwa paham Cak Nur dan
Paramadinanya telah menyimpang dari teks-teks Al-
Quran dan Al-Sunnah. Gagasan yang paling
kontroversial adalah ketika Cak Nur menyatakan
"Islam Yes, Partai No?", sementara dalam waktu
yang bersamaan sebagian masyarakat Islam sedang
gandrung untuk berjuang mendirikan kembali
partai-partai yang berlabelkan Islam. Konsistensi
gagasan ini tidak pernah berubah ketika setelah
terjadi reformasi dan terbukanya kran untuk
membentuk partai yang berlabelkan agama.
Meninggal
Cak Nur meninggal dunia pada 29 Agustus 2005
akibat penyakit sirosis hati yang dideritanya. Ia
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata
meskipun merupakan warga sipil karena dianggap
telah banyak berjasa kepada negara.
Pendidikan
Pesantren Darul ‘ulum Rejoso, Jombang,
Jawa Timur, 1955
Pesantren Darul Salam, Gontor, Ponorogo,
Jawa Timur 1960
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1965 (BA, Sastra Arab)
Institut Agama Islam Negeri (IAIN), Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 1968 (Doktorandus,
Sastra Arab)
The University of Chicago (Universitas
Chicago), Chicago, Illinois, Amerika Serikat,
1984 (Ph.D, Studi Agama Islam) Bidang yang
diminati Filsafah dan Pemikiran Islam,
Reformasi Islam, Kebudayaan Islam, Politik
dan Agama Sosiologi Agama, Politik negara-
negara berkembang
Pekerjaan
Peneliti, Lembaga Penelitian Ekonomi dan
Sosial (LEKNAS-LIPI), Jakarta 1978 –1984
Peneliti Senior, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI), Jakarta, 1984 –2005
Guru Besar, Fakultas Pasca Sarjana, Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta 1985 –2005
Rektor, Universitas Paramadina, Jakarta,
1998 –2005
Karir (lain-lain)
Anggota MPR-RI 1987-1992 dan 1992 –1997
Anggota Dewan Pers Nasional, 1990 –1998
Ketua Yayasan Paramadina, Jakarta 1985 –
2005
Fellow, Eisenhower Fellowship,
Philadelphia, Amerika Serikat, 1990
Anggota KOMNAS HAM , 1993-2005
Profesor Tamu, McGill University , Montreal,Kanada, 1991 –1992
Wakil Ketua, Dewan Penasehat Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI),
1990 –1995
Anggota Dewan Penasehat ICM, 1996
Penerima Cultural Award ICM, 1995
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 3/8
BIOGRAFI 3
Rektor Universitas Paramadina Mulya,
Jakarta 1998 –2005
Penerima Bintang Mahaputra, Jakarta 1998
Penerbitan (Sebagian)
The issue of modernization among Muslim
in Indonesia, a participant point of view in
Gloria Davies, ed. What is Modern Indonesia
Culture (Athens, Ohio, Ohio University,
1978)
(“Issue tentang modernisasi di antara
Muslim di Indonesia: Titik pandangan
seorang peserta” dalam Gloria Davies edisi.
Apakah kebudayaan Indonesia Modern
(Athens, Ohio, Ohio University, 1978)
“Islam In Indonesia: Challenges and
Opportunities” in Cyriac K. Pullabilly, Ed.
Islam in Modern World (Bloomington,
Indiana: Crossroads, 1982)
“Islam Di Indonesia: Tantangan dan
Peluang”” dalam Cyriac K. Pullapilly, Edisi,
Islam dalam Dunia Modern (Bloomington,
Indiana: Crossroads, 1982)
Khazanah Intelektual Islam (Intellectual
Treasure of Islam) (Jakarta, Bulan Bintang,
1982)
Khazanah, Intelektual Islam (Jakarta, Bulan
Bintang, 1982)
Islam Kemoderanan dan Keindonesiaan
(Islam, Modernity and Indonesianism),
(Bandung: Mizan, 1987, 1988)
Islam, Doktrin dan Peradaban (Islam,
Doctrines and civilizations), (Jakarta,
Paramadina, 1992)
Islam, Kerakyatan dan KeIndonesiaan (Islam,
Populism and Indonesianism) (Bandung:
Mizan, 1993)
Pintu-pintu menuju Tuhan (Gates to God),
(Jakarta, Paramdina, 1994)
Islam, Agama Kemanusiaan (Islam, the
religion of Humanism), (Jakarta,
Paramadina, 1995)
Islam, Agama Peradaban (Islam, the Religion
of Civilization), (Jakarta, Paramadina, 1995)
“In Search of Islamic Roots for Modern
Pluralism: The Indonesian Experiences.” In
Mark Woodward ed., Toward a new
Paradigm, Recent Developments in
Indonesian
IslamicThoughts (Tempe, Arizona: Arizona
State University, 1996)
“Pencarian akar-akar Islam bagi pluralisme
Modern : Pengalaman Indonesia dalam
Mark Woodward edisi, menuju suatu dalam
paradigma baru, Perkembangan terkini
dalam pemikiran Islam Indonesia (Teme,
Arizona: Arizona State University, 1996)
Dialog Keterbukaan (Dialogues of
Openness), (Jakarta, Paradima, 1997)
Cendekiawan dan Religious Masyarakat
(Intellectuals and Community’s Religiously),
(Jakarta: Paramadina, 1999)
Pesan-pesan Takwa (kumpulan khutbah
Jumat di Paramadina) (Jakarta:Paramadina,
--)
Kegiatan
Presenter, Seminar Internasional tentang
“Agama Dunia dan Pluralisme”, November
1992, Bellagio, Italia
Presenter, Konferensi Internasional tentang
“Agama-agama dan Perdamaian Dunia”,
April 1993, Wina, Austria
Presenter, Seminar Internasional tentang
“Islam di Asia Tenggara”, Mei 1993,
Honolulu, Hawaii, Amerika Serikat
Presenter, Seminar Internasional tentang
“Persesuaian aliran Pemikiran Islam”, Mei
1993, Teheran, Iran.
Presenter, Seminar internasional tentang
“Ekspresi-ekspresi kebudayaan tentang
Pluralisme”, Jakarta 1995, Casablanca,
Maroko
Presenter, seminar internasional tentang
“Islam dan Masyarakat sipil”, Maret 1995,
Bellagio, Italia
Presenter, seminar internasional tentang
“Kebudayaan Islam di Asia Tenggara”, Juni
1995, Canberra, Australia
Presenter, seminar internasional tentang
“Islam dan Masyarakat sipil”, September
1995, Melbourne, Australia
Presenter, seminar internasional tentang
“Agama-agama dan Komunitas Dunia Abad
ke-21,” Juni 1996, Leiden, Belanda.
Presenter, seminar internasional tentang
“Hak-hak Asasi Manusia”, Juni 1996, Tokyo,
Jepang
Presenter, seminar internasional tentang
“Dunia Melayu”, September 1996, Kuala
Lumpur, Malaysia
Presenter, seminar internasional tentang
“Agama dan Masyarakat Sipil”, 1997 Kuala
lumpur
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 4/8
BIOGRAFI 4
Pembicara, konferensi USINDO (United
States Indonesian Society), Maret 1997,
Washington, DC, Amerika Serikat
Peserta, Konferensi Internasional tentang
“Agama dan Perdamaian Dunia”
(Konperensi Kedua), Mei 1997, Wina,
Austria
Peserta, Seminar tentang “Kebangkitan
Islam”, November 1997, Universitas Emory,
Atlanta, Georgia, Amerika Serikat
Pembicara, Seminar tentang “Islam dan
Masyarakat Sipil” November 1997,
Universitas Georgetown, Washington, DC,
Amerika Serikat
Pembicara, Seminar tentang “Islam dan
Pluralisme”, November 1997, Universitas
Washington, Seattle, Washington DC,
Amerika Serikat
Sarjana Tamu dan Pembicara, Konferensi
Tahunan, MESA (Asosiasi Studi tentang
Timur Tengah), November 1997, San
Francisco, California, Amerika Serikat
Sarjana Tamu dan Pembicara, Konferensi
Tahunan AAR (American Academy of
Religion) Akademi Keagamaan Amerika,
November 1997, California, Amerika Serikat
Presenter, Konferensi Internasional tentang
“Islam dan Hak-hak Asasi Manusia”, Oktober
1998, Jenewa, Swiss
Presenter, Konferensi Internasional tentang
“Agama-agama dan Hak-hak asasi Manusia”,
November 1998 State Department
(Departemen Luar Negeri Amerika),
Washington DC, Amerika Serikat
Peserta Presenter “Konferensi Pemimpin-
pemimpin Asia”, September 1999, Brisbane,
Australia
Presenter, Konferensi Internasional tentang
“Islam dan Hak-hak Asasi Manusia, pesan-
pesan dari Asia Tenggara”, November 1999,
Ito, Jepang
Peserta, Sidang ke-7 Konferensi Dunia
tentang Agama dan Perdamaian (WCRP),
November 1999, Amman, Yordania
ANIS BASWEDAN
Anies Baswedan Ph.D., (lahir di Kuningan, Jawa
Barat, 7 Mei 1969; umur 42 tahun[1]
) adalah
intelektual asal Indonesia.
Pada 2005, Anies menjadi direktur riset pada The
Indonesian Institute.[2]
Kemudian pada 2008, ia
mendapat anugerah sebagai 100 Tokoh Intelektual
Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dariAmerika Serikat.[3]
Pada tahun yang sama, di usia
muda (38 tahun) ia menjadi rektor Universitas
Paramadina.[4]
Meskipun lahir di Kuningan, Jawa
Barat, Anies menghabiskan masa kecil hingga
kuliahnya di Yogyakarta.[1]
Masa kecil
Anies dan keluarganya tinggal di rumah kakeknya,
Abdurrachman Baswedan (AR Baswedan).[1]
Kakeknya adalah seorang jurnalis dan perintiskemerdekaan yang pernah menjabat sebagai
Menteri Penerangan (1946) dan anggota
konstituante (Dewan Perwakilan Rakyat).[1]
Kedua orang tua Anies adalah dosen, Rasyid
Baswedan, ayah Anies, pernah menjadi Wakil Rektor
Universitas Islam Indonesia, sementara Aliyah
Rasyid, ibu Anies, adalah guru besar di Universitas
Negeri Yogyakarta.[1]
Anies memulai pendidikan formalnya menjelang
usia lima tahun.[1]
Ia masuk ke sekolah TK Mesjid
Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta.[rujukan? ]
Kemudian,
memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD
Laboratori Yogyakarta.[1]
Anies melanjutkan masa
SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta.[1]
Kemudian,
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2
Yogyakarta.[rujukan? ]
Anies menjalani masa SMA
selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih
sebagai peserta dalam program AFS.[1]
Anies
mengikuti program pertukaran pelajar AFS
Intercultural Programs, yang di Indonesia
diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu
tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat
(1987-1988).[1]
Jiwa kepemimpinan
Sejak kecil Anies sudah akrab dengan dunia
organisasi dan kepemimpinan.[rujukan? ]
Ketika usianya
baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-
anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi
nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang).[1]
Mereka
kemudian membuat seragam lengkap dengan
tulisan 'Kelabang' dan gambar binatang kelabang
(lipan), dan mengadakan berbagai kegiatan olahraga
dan kesenian.
[1]
Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-
Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan
kepemimpinan di Jakarta pada September 1985.[1]
Ia
menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 5/8
BIOGRAFI 5
Indonesia.[rujukan? ]
Saat itu Anies baru berada di kelas
satu.[1]
Dari aktivis hingga rektor
Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM)
(1989-1995)[1]
, dia aktif di gerakan mahasiswa dan
menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM.[1]
Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia
mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation
untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian
Studies di Universitas Sophia di Tokyo,
Jepang.[rujukan? ]
Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies
bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di
UGM.[2]
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa
Fulbright untuk pendidikan Master Bidang
International Security and Economic Policy di
Universitas Maryland, College Park.[rujukan? ]
Sewaktu
kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di
Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship,
dan ASEAN Student Award .[2]
Pada 2005, Anies
menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di
Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern
Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya
tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di
Indonesia".[rujukan? ]
Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di
dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai
konferensi.[1]
Ia banyak menulis artikel mengenai
desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di
Indonesia.[5]
Artikel jurnalnya yang berjudul
"Political Islam: Present and Future Trajectory"
dimuat di Asian Survey , sebuah jurnal yang
diterbitkan oleh Universitas California.[5]
Sementara,
artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency,
Local Elections and The Future of Democracy
diterbitkan oleh BIES, Australian National
University.[6]
Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai
National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi
daerah di Partnership for Governance Reform,
Jakarta (2006-2007).[7]
Selain itu pernah juga
menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia
(2005-2007).[7]
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi
rektor Universitas Paramadina.[1]
Anies menjadi
rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh
cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish
Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas
tersebut.[8]
Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan
menjadi rektor termuda di Indonesia.[4][8]
[sunting] Intelektual Dunia
Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam
daftar 100 Intelektual Publik Dunia.[9]
Nama Anies
Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang
Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis
majalah tersebut pada edisi April 2008.[9]
Anies
berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara
lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para
penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta
Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon
demokrasi dari Ceko.[4]
Sementara, World Economic
Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai
salah satu Young Global Leaders (Februari
2009).[rujukan? ]
Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih
sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa
perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi
majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April
(2010).[10]
Dalam edisi khusus yang berjudul “20
Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan
20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian
dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan
dunia dua dekade mendatang.[10]
Nama Anies
disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti
Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden
Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David
Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian
National Congress India Rahul Gandhi, serta politisi
muda Partai Republik dan anggota House of
Representative AS, Paul Ryan.[10]
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai
bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah
satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang.[10]
Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai
saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk
tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu.[10]
Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam
acara debat calon presiden 2009.[11]
Pada akhir
2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam
kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu
Bibit dan Chandra.[12]
Anies, yang bukan berlatar
belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-
8.[rujukan? ]
Penyampaiannya yang sistematis, tenang
dan obyektif dianggap turut membantu
menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak
memanas di masa itu (Tim-8 bekerja non-stop
selama 2 minggu di bulan November 2009).[12][12]
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 6/8
BIOGRAFI 6
Pemikiran
Pendidikan Tinggi
Perihal pendidikan tinggi, menurut Anies, hubungan
mahasiswa dan perguruan tinggi bukanlah
hubungan transaksional komersial.[rujukan? ]
Sebuah
perguruan tinggi tidak boleh memandang dirinya
sebagai penjual jasa pendidikan dan memandangmahasiswa sebagai pembelinya.
[4] Pendidikan tinggi
di Indonesia seharusnya dipahami oleh pelakunya
sebagai pendorong kemajuan bangsa dan
memosisikan mahasiswa sebagai agent of change
(agen perubahan).[4]
Anies menganggap bahwa
pemuda inilah yang akan menggantikan peran
generasi tua di masa depan.[4]
Dalam hal pengelolaan pendidikan, Anies
berpendapat bahwa hal tersebut memang mahal.[14]
Baginya, ini merupakan tantangan bagi pimpinaninstitusi pendidikan untuk kreatif membuat
alternatif model-model pendanaan, baik dari
pemerintah maupun swasta.[14]
Sebagai seorang akademisi, bagi Anies, pendidikan
harus ditunjang oleh kemandirian dalam
pembiayaan pendidikan itu adalah suatu
keniscayaan.[14]
Di awal mungkin perguruan tinggi
memang perlu dibiayai pemerintah, tetapi dalam
perjalanan selanjutnya harus dapat mandiri.[rujukan? ]
Bahkan, dalam hal ini, Anies menyatakan bahwaperguruan tinggi harus mampu menerjemahkan
bahasa pengelolaan pendidikan dalam bahasa
pengelolaan bisnis modern.[14]
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di
Universitas Paramadina bernama Paramadina
Fellowship.[4]
Program ini mengadopsi konsep yang
biasa digunakan di universitas-universitas di
Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan
nama sponsor sebagai predikat penerima
beasiswa.[4]
Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi
B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di
belakang nama mahasiswa dicantumkan nama
sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow.
Sebagai contoh Andi, Paramadina Adaro Fellow .[4]
Predikat itu wajib digunakan dalam berbagai
publikasi dan tulisan.[4]
Anies mengakui bahwa kunci keberhasilan sebuah
perguruan tinggi adalah menerima yang terbaik
(admit for the best ).[8]
Selain itu, bagi Anies, lulusan
perguruan tinggi yang baik adalah bukan yang
setelah lulus berlomba membuat CV (curriculum
vitae) sebagus mungkin.[8]
Baginya, mahasiswa harus
dapat membuat proposal bisnis ketika lulus.[rujukan? ]
Harapannya, mereka bukan mencari pekerjaan kelak
tetapi akan membuka lapangan pekerjaan.[8]
[sunting] Kemampuan Menulis dan Bahasa
Internasional
Menurut Anies, mahasiswa memiliki tiga karakter
utama, yakni intelektualitas, moral dan ke-oposisi-
an.[15]
Selama ini, dua karakter terakhir sudah dapat
dikatakan tuntas.
[15]
Timbulnya pergerakanorganisasi-organisasi mahasiswa menunjukkan
karaker oposisi mahasiswa.[rujukan? ]
Meski kadang
terlihat anarkis, tetapi mahasiswa telah mengerti
batasan-batasan moral yang harus dijaga.[15]
Akan
tetapi, karakter pertama, intelektualitas, masih
belum dihayati. Implementasi karakter tersebut
adalah kemampuan menulis dan berbahasa
internasional.[15]
Anies menegaskan bahwa dalam satu waktu,
seseorang bukan hanya warga sebuah negara, tetapi
juga menjadi "warga dunia".[16]
Dengan kesadaran
menjadi ”warga dunia” , mahasiswa dapat melihat
ke depan.[16]
Menurut Anies, kompetitor mahasiswa
Indonesia bukanlah mahasiswa lain dari perguruan
tinggi terkemuka di Tanah Air[16]
, tetapi mahasiswa-
mahasiswa yang merupakan lulusan Melbourne,
Amerika Serikat, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki
kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan
jaringan internasional luas.[15]
Menurutnya saat ini
harus ada kesadaran melampaui Indonesia, beyond
Indonesia.[16]
Dalam dunia akademik yang kompetitif seperti itu,
maka kemampuan menulis menjadi perlu.[15]
Penyampaian ide dalam bentuk tulisan akan
berharga sekali.[rujukan? ]
Bahkan, menurut Anies,
dalam membangun peradaban, kemampuan
menulis menjadi fundamental.[15]
Selain itu,
kemampuan berbahasa internasional akan
membantu mahasiswa untuk menyampaikan ide-
idenya.[rujukan? ]
Di era globalisasi ini, akumulasi
pengetahuan jangan sampai sia-sia hanya karena
dua syarat itu diabaikan.[15]
[sunting] Optimisme Bangsa
Menurut Anies, sikap optimistis perlu diambil dalam
memandang bangsa Indonesia.[16]
Optimisme
seharusnya menjadi prioritas bagi generasi muda
Bangsa Indonesia.[rujukan? ]
Menurutnya, pemuda
Indonesia telah mengawalinya ketika terselenggara
Konferensi Pemuda II, 28 Oktober 1928.[17]
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 7/8
BIOGRAFI 7
Keputusan untuk menjadikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa persatuan adalah keputusan
jenius.[rujukan? ]
Oleh karena itu, banyak urusan bangsa
menjadi sederhana karena bahasa tersebut dapat
diterima seluruh rakyat.[17]
Anies menyatakan bahwa bagaimanapun
kondisinya, bangsa ini harus disikapi dengan kritis
dan optimistis.[17]
Selain itu, para pemuda perlu
fokus pada inspirasi tentang kemajuan bukan cerita
masa lalu.[rujukan? ]
Pandangan yang perlu dijadikan
prioritas adalah bahwa bangsa Indonesia perlu
memiliki perasaan kolektif positif untuk maju dan
berkembang.[rujukan? ]
Pesimisme seharusnya dikubur,
lalu munculkan optimisme.[17]
Realitas bangsa, menurut Anies, seharusnya
dipandang dengan sudut pandang optimisme.
Meskipun demikian, media perlu menggandakannya
agar menjadi optimisme kolektif seluruh elemen
bangsa.[16]
Jangan sampai semangat optimisme itu
dikalahkan oleh budaya korupsi.[16]
Anies
menegaskan bahwa janji kemerdekaan telah
dilunasi oleh pendahulu bangsa.[17]
Bangsa Indonesia
harus bekerja lebih keras untuk melunasi janji
kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia.[17]
NURCHOLIS MAJID
ANIS BASWEDAN
5/17/2018 Biografi Nurcholis Majid dan Anis Baswedan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/biografi-nurcholis-majid-dan-anis-baswedan 8/8
BIOGRAFI 8
Recommended