View
23
Download
1
Category
Preview:
DESCRIPTION
Booklet
Citation preview
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu gangguan metabolik pada metabolisme
karbohidrat, yang menyebabkan glukosa kurang dimanfaatkan dan terjadi
hiperglikemia. Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan kadar glukosa yang
melebihi batas normal di dalam plasma darah. Hiperglikemia terjadi akibat hormon
insulin yang tidak bekerja secara sempurna untuk mengendalikan kadar glukosa pada
kondisi normal. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta kelenjar pankreas
dan berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi atau cadangan energi
dalam tubuh (Maulana, 2009).
Penyakit diabetes mellitus adalah salah satu penyebab kematian terbesar di Asia
Tenggara dan Pasifik Barat (Tiwari dan Rao, 2002). Negara berkembang seperti
Indonesia bahkan menjadi negara urutan ke empat dengan penderita diabetes mellitus
terbanyak setelah negara India, China dan Amerika Serikat. Tahun 2000 WHO (World
Health Organization) mencatat penderita diabetes mellitus di dunia mencapai 171 juta
penduduk dan tahun 2005 meningkat menjadi 220 juta dengan jumlah kematian 1,1 juta
penduduk. Data WHO tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 347 juta
pengidap diabetes di dunia dan 21,3 juta orang diantaranya adalah pengidap diabetes di
Indonesia (WHO, 2012). Peningkatan penderita diabetes mellitus ini seiring dengan
perkembangan zaman yang menyebabkan meningkatnya tingkat kemakmuran,
berubahnya pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Pengobatan diabetes mellitus dilakukan selama menahun hingga seumur hidup.
Pengobatan seperti penggunaan obat-obat diabetes dan insulin relatif lebih mahal karena
penggunaannya dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, penggunaan obat-obat
Aktivitas Antidiabetes terhadap Mencit dari Ekstrak Metanol Daun Mangga (Mangifera indica L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa Bioaktifnya
LISTYA ANDHIKA PRATIWI (H1A011004)
Pembimbing I : Dian Riana Ningsih, S.Si., M.Si.
Pembimbing II : Purwati, S.Si., M.Si.
Penelaah I : Zusfahair, S.Si., M.Si.
Penelaah II : Dr. Suwandri, S.Si., M.Si.
tersebut dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan
menyebabkan komplikasi penyakit. Oleh karena itu, saat ini diperlukan obat yang lebih
efektif, dengan efek samping yang relatif rendah, serta harga yang relatif murah
(Dalimartha dan Adrian, 2012).
Tanaman buah mangga (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah yang
memiliki beberapa manfaat. Daun mangga dapat digunakan sebagai obat alami untuk
mengobati beberapa penyakit, contohnya diare, demam, hipertensi, insomnia, bahkan
diabetes (Sangeetha et al., 2010). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui
golongan senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun mangga seperti alkaloid,
senyawa fenol, saponin, tanin, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Namun, belum banyak
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui potensi daun mangga sebagai agen
antidiabetes.
Metode toleransi glukosa dan metode induksi zat kimia merupakan metode yang
umum digunakan untuk meneliti suatu senyawa antidiabetes. Metode toleransi glukosa
yaitu metode menginduksi hewan uji dengan glukosa berlebih sehingga mengalami
hiperglikemia. Metode induksi zat kimia yaitu metode menginduksi hewan uji dengan
zat kimia yang dapat mengganggu bahkan merusak fungsi pankreas sehingga tidak
dapat menghasilkan insulin yang menyebabkan hewan uji mengalami hiperglikemia.
Diabetogen yang umum digunakan adalah aloksan, karena zat ini menimbulkan
peningkatan kadar glukosa darah dalam waktu dua sampai tiga hari (Suharmiati, 2003).
Hewan uji yang umum digunakan untuk menguji antidiabetes adalah mencit dan tikus
putih. Metode secara in vivo ini merupakan metode praklinis yang lazim digunakan
untuk menguji suatu ekstrak dari tumbuhan, karena penggunaan hewan uji dalam
penelitian dapat dianggap sebagai penderita diabetes yang sebenarnya.
Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit
yang telah diinduksi aloksan dan mengidentifikasi golongan senyawa bioaktifnya yang
mempunyai aktivitas antidiabetes. Identifikasi golongan senyawa bioaktif tersebut dapat
dilakukan dengan uji fitokimia.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
a. Bagaimana aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar
glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan?
b. Golongan senyawa apa yang terkandung dalam ekstrak metanol daun mangga ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar
glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan.
b. Mengidentifikasi golongan senyawa dari ekstrak metanol daun mangga.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai
kandungan senyawa bioaktif pada daun mangga yang berfungsi sebagai antidiabetes,
sehingga dapat digunakan sebagai dasar penggunaan dalam pengobatan dan
pengembangan ilmu pengetahuan serta untuk meningkatkan pemanfaatannya secara
maksimal.
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Maret sampai Juni 2015, di
Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam dan Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
3.2.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain: daun mangga arum manis (Mangifera indica
L.) yang diambil dari kampus MIPA Unsoed, mencit, pakan mencit, metanol, aquades,
aloksan, glibenklamid, strip Easy Touch® Glucose Blood Test, serbuk Mg, HCl pekat,
HCl 2%, pereaksi Mayer, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi FeCl3, KOH, kertas
saring, dan tisu.
3.2.2 Alat
Alat-alat yang digunakan antara lain: blender, gelas piala (Pyrex), corong, tabung reaksi
(Pyrex), vacuum rotary evaporator (IKA), waterbath, neraca analitik (OHAUS),
penangas air, sonde, alumunium foil, alat pengukur kadar glukosa darah (Easy Touch®
GCU).
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Determinasi Sampel
Bagian daun dari tanaman buah mangga di determinasi di Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto untuk
menentukan kebenaran bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian.
3.3.2 Preparasi Sampel
Bagian daun dari tanaman buah mangga dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara
langsung hingga kering patah, kemudian dipotong-potong kecil, dan dihaluskan dengan
blender hingga menjadi serbuk.
3.3.3 Ekstraksi (Ningsih dkk., 2014)
Sebanyak 100 gram serbuk daun mangga diekstraksi secara maserasi dengan
menggunakan metanol 700 mL sampai semua serbuk terendam lalu ditutup dan
disimpan di ruang gelap selama tiga hari. Selanjutnya dilakukan penyaringan sehingga
didapat filtrat dan residu. Maserasi diulang beberapa kali sampai ekstrak terlihat bening.
Ekstrak metanol kemudian dipekatkan menggunakan alat vacuum rotary evaporator dan
ditimbang.
3.3.4 Uji Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan
3.3.4.1 Tahap Persiapan
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan berumur 1-2 bulan dengan berat 25-40
gram. Mencit diaklimatisasi selama kurang lebih 7 hari agar dapat menyesuaikan
dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum
dan penimbangan berat badan. Setelah diaklimatisasi, mencit dikelompokkan menjadi 5
kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor sesuai dengan pembagian kelompok
mencit pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Mencit Induksi Aloksan
KelJumlah Mencit
Perlakuan
1 5Kontrol negatif, diberi pakan, diinduksi aloksan, tidak diberi glibenklamid dan ekstrak, hanya diberi aquades
2 5Kontrol positif, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi glibenklamid dengan dosis 1,3 mg/kgbb mencit
3 5Kelompok uji 1, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 125 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)
4 5Kelompok uji 2, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 250 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)
5 5Kelompok uji 3, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 500 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)
Penentuan jumlah mencit tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer :
(n-1) (t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan kelompok perlakuan dan n menunjukkan jumlah
sampel perkelompok perlakuan (Sudjana, 2005).
Rumus Federer :
(n-1) (t-1) ≥ 15
(n-1) (5-1) ≥ 15
n ≥ 4,75
n ≥ 5
3.3.4.2 Induksi Aloksan
Sebelum dilakukan induksi aloksan, mencit dipuasakan selama 16 jam untuk dilakukan
pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa puasa seluruh hewan uji secara
kuantitatif menggunakan Easy Touch® GCU. Kadar glukosa yang didapat merupakan
kadar glukosa awal. Selain itu, mencit ditimbang berat badannya untuk mengetahui
berat badan sebelum perlakuan. Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah
awal dan ditimbang berat badannya, seluruh mencit diinduksi aloksan dengan dosis 168
mg/kgbb mencit untuk merusak sel β pankreas.
3.3.4.3 Uji Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan
Uji pendahuluan dilakukan upaya peningkatan glukosa darah mencit dengan
menginduksi aloksan dosis 168 mg/kgbb mencit. Setelah penginduksian tersebut, kadar
glukosa darah mencit diukur pada hari ke tujuh untuk meyakinkan bahwa aloksan
dengan dosis tersebut menyebabkan kerusakan pankreas.
Pada hari ke-7 setelah diinduksi aloksan, mencit dipuasakan selama 16 jam
untuk dilakukan pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa darah menggunakan
Easy Touch® GCU. Hasil pengukuran kadar glukosa darah ditetapkan sebagai kadar
glukosa darah diabetes (hiperglikemia awal). Kemudian mencit diberikan bahan uji
sesuai kelompok perlakuan yang diperlihatkan pada Tabel 3.1. Selesai perlakuan, semua
mencit diistirahatkan di dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum.
Pemberian larutan ekstrak, glibenklamid dan aquades dilakukan setiap hari
selama 9 hari. Pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya dilakukan pada hari ke-3,
ke-6, dan ke-9 setelah pemberian bahan uji yang pertama (Sari, 2012). Pengambilan
darah dilakukan pada pembuluh darah ekor mencit, kemudian kadar glukosa darahnya
diukur menggunakan Easy Touch® GCU. Sampel darah kemudian diteteskan pada strip
uji glukosa darah. Strip dimasukkan ke dalam alat, kemudian kadar glukosa darah
terbaca dengan satuan mg/dL.
3.3.5 Uji Fitokimia (Harborne, 1996)
Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, terpenoid dan steroid, saponin,
polifenol, flavonoid dan tanin. Metode analisis yang digunakan berdasarkan pada
Harborne (1996).
3.3.5.1 Uji Senyawa Flavonoid
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) serbuk magnesium dan HCl pekat sebanyak 5
tetes. Adanya senyawa flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau
jingga.
3.3.5.2 Uji Senyawa Alkaloid
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) dilarutkan dalam 2 mL HCl 2% (v/v), dipanaskan
5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi degan pereaksi Mayer sebanyak 2-3
tetes. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
kekuningan.
3.3.5.3 Uji Senyawa Saponin
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambahkan 10 tetes KOH dan dipanaskan dalam
penangas air 50oC selama 5 menit. Larutan dikocok selama 1 menit, jika terbentuk busa
mantap setinggi 1 cm dan tetap stabil selama 5 menit menunjukkan adanya senyawa
saponin.
3.3.5.4 Uji Senyawa Terpenoid dan Steroid
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi Liebermann-Burchard
1 mL. Adanya senyawa terpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga atau
ungu dan berwarna biru tua atau hijau kehitaman apabila positif mengandung steroid.
3.3.5.5 Uji Polifenol
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtrat
yang terbentuk ditambahkan ditambahkan 4-5 tetes FeCl3 5% (b/v). Adanya senyawa
polifenol ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.
3.4.5.6 Uji Tanin
Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan FeCl3 sebanyak 2-3 tetes.
Adanya senyawa tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.
3.4 Analisis Data
Data hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah mencit selama pengujian antidiabetes
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil percobaan dihitung dan diolah
secara statistika untuk menentukan kadar glukosa darah antarkelompok yang terlebih
dahulu diuji kenormalan distribusinya dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov
dan diuji homogenitasnya menggunakan uji Levene, kemudian dilanjutkan dengan uji
analisis varians satu arah (one way ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) atau uji LSD untuk melihat adanya perbedaan kadar glukosa darah
mencit antarkelompok yang bermakna.
Persentase penurunan kadar glukosa darah dengan rumus sebagai berikut :
% penurunan glukosa darah =(Go-Gt)Go
×100%
Keterangan :
Go : Gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji
Gt : Gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi Sampel
Determinasi tumbuhan merupakan proses membandingkan suatu tumbuhan dengan satu
tumbuhan lain yang telah dikenali sebelumnya dengan tujuan untuk memastikan jenis
tumbuhan yang dimaksud adalah benar. Determinasi dilakukan oleh ahli dengan cara
mengidentifikasi morfologi daun, batang, akar, buah dan bagian tumbuhan lain untuk
menentukan ciri-ciri khasnya. Hasil determinasi kemudian dibandingkan dengan
tumbuhan lain atau diklasifikasikan menurut persamaannya (Hulshof et al., 1997).
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun mangga yang diperoleh
dari Kampus MIPA Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Daun mangga
dideterminasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas
Jenderal Soedirman. Hasil determinasi menunjukkan bahwa daun yang diteliti adalah
spesies Mangifera indica L. atau memiliki nama lokal mangga arum manis. Hasil
determinasi daun mangga selengkapnya dapat dilihat di Lampiran A.
4.2 Preparasi Sampel
Sampel daun mangga yang akan digunakan dicuci sampai bersih agar kotoran-kotoran
seperti debu yang menempel pada daun mangga tersebut hilang. Daun mangga yang
telah bersih kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena
sinar matahari secara langsung hingga kering patah. Pengeringan ini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan air dalam sampel yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi
enzimatis. Reaksi enzimatis dapat mengakibatkan rusaknya sampel, karena susunan
senyawa dalam sampel daun tersebut telah berubah (Ningsih dkk., 2014).
Sampel daun mangga yang telah kering dipotong-potong kecil kemudian dibuat
serbuk dengan cara diblender. Hal tersebut bertujuan agar ukuran partikelnya menjadi
lebih kecil dan memperluas bidang permukaan sampel sehingga daya interaksinya
dengan pelarut dapat meningkat. Selain itu, pembuatan sampel menjadi serbuk
menyebabkan kerusakan pada dinding sel yang mempermudah pelepasan zat aktif oleh
pelarut sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh lebih optimal (Ningsih dkk., 2014).
Serbuk daun mangga yang diperoleh selanjutnya diekstraksi secara maserasi untuk
mengisolasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya.
4.3 Ekstraksi Daun Mangga
Serbuk daun mangga selanjutnya diekstraksi secara maserasi. Maserasi merupakan
proses penyarian yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam
pelarut dengan beberapa kali pengadukan. Metode ini sangat sederhana namun mampu
memisahkan senyawa kimia yang diinginkan hanya dengan menggunakan pelarut
tertentu (Harborne, 1996). Metode maserasi memiliki kelebihan antara lain alatnya
sederhana karena hanya membutuhkan bejana perendam dan mengurangi rusaknya
kandungan senyawa dalam sampel akibat pemanasan (Depkes, 2000).
Proses maserasi dianggap menguntungkan untuk isolasi bahan alam, karena
perendaman ekstrak tanaman dapat memecah dinding dan membran sel akibat
perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder di dalam
sitoplasma dapat terlarut dan terekstrak sempurna ke dalam pelarut. Pelarut organik
dapat menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung
metabolit sekunder. Metabolit sekunder akan terlarut dalam pelarut organik sesuai
dengan kepolaran pelarutnya. Proses ini berulang sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Lenny, 2006). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Bonaerense (2005), metode maserasi lebih baik daripada metode
perkolasi dalam membandingkan kadar flavonoid Momordica charantia L.
Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang
tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alamnya. Metanol dipilih
sebagai pelarut organik pada penelitian ini karena memiliki kepolaran yang tinggi serta
bersifat universal untuk melarutkan semua jenis komponen senyawa polar, non polar,
dan semipolar (Sewell dan Brian, 1991). Metanol dapat melarutkan seluruh metabolit
sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid dan senyawa fenolik
dari tanaman (Thompson, 1985). Selain itu, metanol dipilih karena mangiferin yang
terkandung pada daun mangga diketahui memiliki sifat polar, sehingga diharapkan
senyawa tersebut dapat dengan mudah larut dalam pelarut polar (Ismail et al., 2004).
Aiyelaagbe dan Osamudiamen (2009) meneliti kandungan senyawa metabolit sekunder
daun mangga pada berbagai pelarut. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak
metanol daun mangga mengandung lebih banyak jenis senyawa metabolit sekundernya,
dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksana. Berdasarkan hal tersebut,
maserasi daun mangga dilakukan menggunakan pelarut metanol.
Ekstraksi daun mangga dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut metanol
selama 6 hari dan disertai dengan pengadukan. Pengadukan secara berkala bertujuan
untuk mempercepat distribusi pelarut ke dalam jaringan tanaman sehingga senyawa
metabolit sekunder dapat terekstrak sempurna (Lenny, 2006). Filtrat daun mangga yang
diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan alat vacuum rotary evaporator dengan
suhu 400C dan laju perputaran 55 rpm. Ekstrak yang diperoleh berwarna hijau
kehitaman berbentuk pasta. Berat ekstrak pekat ditimbang dan diperoleh berat sebesar
23,13 gram dengan rendemen 23,13% (b/b). Perhitungan rendemen dapat dilihat pada
Lampiran D. Ekstrak metanol daun mangga selanjutnya diuji aktivitas antidiabetesnya
terhadap mencit yang diinduksi aloksan dan diidentifikasi senyawa metabolit
sekundernya dengan uji fitokimia.
4.4 Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan
Ekstrak metanol daun mangga yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antidiabetesnya.
Metode pengujian yang dilakukan yaitu metode induksi zat kimia. Metode induksi zat
kimia merupakan metode induksi hewan uji dengan zat kimia yang dapat mengganggu
bahkan merusak fungsi sel-sel β pankreas sehingga tidak dapat menghasilkan insulin
yang menyebabkan hewan uji mengalami diabetes. Zat kimia yang umum digunakan
adalah aloksan, karena zat ini menghasilkan radikal bebas dan radikal aloksan yang
mengakibatkan kerusakan sel β pakreas (Szkudelski, 2001).
Pengujian ini diawali dengan persiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan
adalah mencit jantan berumur 1-2 bulan dengan berat badan 25-40 gram. Mencit jantan
dipilih karena aktivitas hormonalnya lebih stabil dibandingkan mencit betina (Sari,
2012). Mencit diaklimatisasi selama tujuh hari sebelum digunakan dengan tujuan agar
mencit dapat beradaptasi dengan kandang, makanan, minuman, dan lingkungan
sekitarnya. Mencit diberi makan dan minum, diamati kondisi umum, dan ditimbang
berat badannya selama proses adaptasi berlangsung. Setelah diaklimatisasi, mencit
dikelompokkan dan dipuasakan selama 16 jam untuk menentukan kadar glukosa darah
awal.
Mencit dikelompokkan menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok
terdiri dari lima ekor mencit. Kelompok pertama yaitu kontrol negatif, kelompok kedua
yaitu kontrol positif, dan tiga kelompok lainnya merupakan kelompok. Pengukuran
kadar glukosa darah mencit dilakukan setelah pembagian kelompok. Masing-masing
mencit diukur kadar glukosa darahnya dengan cara menyayat pembuluh darah ekor
mencit untuk diambil darahnya dan diteteskan ke dalam strip alat tes glukosa. Kadar
glukosa darah yang diperoleh merupakan kadar glukosa darah awal atau kadar glukosa
normal dan data dapat dilihat di Lampiran H. Setelah dilakukan pengukuran kadar
glukosa darah, masing-masing mencit ditimbang berat badannya untuk menentukan
banyaknya aloksan yang digunakan agar mencit mengalami hiperglikemia.
Dosis aloksan yang digunakan pada penelitian ini adalah 168 mg/kgbb mencit.
Dosis ini dipilih, karena diharapkan produksi sel-sel β pankreas masih dapat
berlangsung. Aloksan yang akan diberikan pada mencit sebelumnya dilarutkan
menggunakan aquades. Hal ini dilakukan agar aloksan dapat terdistribusi dengan mudah
di dalam tubuh mencit dan dapat bekerja secara optimal dalam merusak sel-sel β
pankreas. Mencit pada setiap kelompok diinduksi dengan aloksan secara oral.
Pemberian secara oral dilakukan melalui mulut mencit menggunakan alat sonde,
sehingga aloksan langsung masuk ke dalam lambung. Setelah diinduksi aloksan, mencit
diistirahatkan di dalam kandang dan diberi makan dan minum.
Perlakuan selanjutnya adalah pemberian aquades, glibenklamid serta ekstrak
metanol daun mangga pada hari ke tujuh setelah mencit diinduksi aloksan. Mencit
dipuasakan selama 16 jam sebelum diberi aquades, glibenklamid serta ekstrak daun
mangga, kemudian kadar glukosa darah mencit diukur dengan cara yang sama dengan
sebelumnya menggunakan alat tes glukosa. Tujuannya untuk memastikan bahwa pada
hari ke tujuh setelah diinduksi aloksan kadar glukosa darah mencit meningkat ≥ 140
mg/dL dan data yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran H. Pemberian aquades,
glibenklamid serta ekstrak daun mangga dilakukan sesuai dengan kelompok perlakuan.
Kelompok kontrol negatif diberi aquades, kelompok kontrol positif diberi glibenklamid
dan tiga kelompok uji diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis yang berbeda
(dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi). Glibenklamid dipilih sebagai kontrol
positif karena dapat merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas (Depkes RI, 2005).
Dosis glibenklamid yang digunakan adalah 1,3 mg/kgbb mencit. Dosis tersebut
digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 10 mg/hari yang kemudian
dikonversi ke dosis mencit. Variasi dosis yang digunakan untuk ekstrak daun mangga
adalah 125 mg/kgbb mencit untuk dosis rendah, 250 mg/kgbb mencit untuk dosis
sedang, dan 500 mg/kgbb mencit untuk dosis tinggi (Mathalaimutoo, 2012). Ekstrak
daun mangga dan glibenklamid diberikan kepada mencit dalam bentuk larutan dengan
penambahan aquades sebagai pelarut.
Pemberian ekstrak daun mangga dan glibenklamid dilakukan setiap hari selama 9
hari (Sari, 2012) secara oral menggunakan alat sonde. Selama sembilan hari tersebut,
mencit diukur kembali kadar glukosa darahnya menggunakan alat tes glukosa dengan
cara mengambil darah mencit yang telah dipuasakan selama 16 jam pada hari ke 3, ke 6,
dan ke 9. Hal ini dimaksudkan untuk melihat penurunan kadar glukosa darah setelah
pemberian ekstrak daun mangga dan glibenklamid. Data yang diperoleh dapat dilihat di
Lampiran H. Data kadar glukosa darah yang diperoleh kemudian dihitung rata-ratanya
(Lampiran I) dan dihitung dalam persen (Lampiran J) untuk mengetahui persentase
penurunan kadar glukosa darah dengan bertambahnya waktu pemberian ekstrak. Hasil
persentase rata-rata penurunan kadar glukosa darah dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil persentase rata-rata penurunan kadar glukosa darah mencit
Kelompok perlakuan%Penurunan
Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9Kontrol negatifKontrol positif
Dosis 125 mg/kgbbDosis 250 mg/kgbbDosis 500 mg/kgbb
2,6831,6814,9920,2316,87
4,7338,1927,5628,7226,84
5,8949,2336,9647,5934,88
Berdasarkan Tabel 4.1 kelompok kontrol negatif menunjukkan persentase
penurunan yang stabil dengan bertambahnya hari, namun penurunannya sangat berbeda
dibanding kelompok lainnya. Kelompok kontrol negatif hanya diberikan aquades,
namun tetap mengalami penurunan kadar glukosa darah. Hal tersebut mungkin
dikarenakan masih terdapat sel-sel β pankreas yang dapat berfungsi walaupun tidak
secara sempurna, sehingga hormon insulin yang dihasilkan oleh sel tersebut dapat
memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi atau cadangan energi di dalam tubuh
mencit (Maulana, 2009). Kelompok kontrol positif dan ketiga kelompok uji
menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah yang stabil dengan
bertambahnya hari perlakuan, dari hari ke 3, hari ke 6, dan hari ke 9. Kelompok kontrol
positif menunjukkan penurunan yang paling besar pada hari ke 3, ke 6 maupun ke 9.
Kelompok uji dengan ketiga dosis tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah,
namun kelompok yang diberikan ekstrak daun mangga dengan dosis sedang 250
mg/kgbb menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah yang lebih baik pada
hari ke 3, ke 6, dan ke 9 dibandingkan kelompok uji lain. Hal tersebut mungkin
dikarenakan absorpsi ekstrak lebih sempurna dibandingkan dengan dosis lain
(Mutschler, 1991).
Dosis yang sesuai dapat membuat suatu senyawa obat dapat bekerja secara
sempurna, apabila dosis yang diberikan lebih rendah daripada dosis yang seharusnya
maka dimungkinkan senyawa obat tersebut kurang bekerja dengan sempurna (Sholikhah
dkk., 2006). Apabila dosis yang diberikan lebih tinggi daripada dosis yang seharusnya
maka dimungkinkan semakin banyak senyawa antagonis lain yang dapat menghambat
senyawa aktif di dalam daun mangga sehingga tidak dapat bekerja secara sempurna,
selain itu dikhawatirkan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan toksik di dalam
tubuh dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Mutschler, 1991).
Data pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya dianalisa secara statistika
menggunakan program SPSS 19.0 for windows. Analisis statistika awal yang dilakukan
adalah uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Tabel normalitas
pada Lampiran L menunjukkan bahwa data seluruh hewan uji terdistribusi dengan
normal (ρ≥0,05). Uji normalitas bertujuan untuk menguji data yang diperoleh dari setiap
kelompok memiliki sebaran yang normal atau tidak. Analisis selanjutnya adalah uji
homogenitas menggunakan uji Levene yang bertujuan untuk menguji data yang
diperoleh dari setiap kelompok memiliki varian homogen atau tidak. Hasil uji Levene
pada Lampiran L menunjukkan seluruh data dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA
karena syarat homogenitasnya telah terpenuhi (ρ≥0,05).
Analisis statistika dapat dilanjutkan dengan uji one way ANOVA, karena syarat
uji normalitas data dan uji homogenitas telah terpenuhi. ANOVA satu arah digunakan
untuk melihat kesamaan atau perbedaan penurunan kadar glukosa darah pada kelompok
perlakuan. Hasil uji ANOVA pada Lampiran L menunjukkan nilai signifikansi 0,00
pada hari ke 3, ke 6, dan ke 9 yang berarti data pada hari-hari tersebut bisa dikatakan
berbeda secara bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun
mangga dengan dosis berbeda memberikan perbedaan bermakna dalam mempengaruhi
kadar glukosa darah pada mencit diabetes. Setelah itu, analisis dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat perbedaan antarkelompok hewan uji.
Berdasarkan hasil uji BNT pada Lampiran L menunjukkan bahwa pada hari ke
3, hari ke 6, dan hari ke 9 kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol
positif dan ketiga kelompok uji (ρ≤0,05). Hal ini dikarenakan kontrol negatif hanya
mengalami sedikit penurunan kadar glukosa darah, sedangkan kontrol positif dan ketiga
kelompok uji mengalami penurunan kadar glukosa darah. Kelompok uji dosis 125, 250,
dan 500 mg/kgbb pada hari ke 3, ke 6, dan ke 9 tidak berbeda secara bermakna (ρ≤0,05)
satu sama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji dosis 125, 250, dan 500
mg/kgbb memiliki efek yang sama dalam menurunkan kadar glukosa darah. Namun,
kelompok uji dosis 250 mg/kgbb pada hari ke 9 menunjukkan hasil tidak berbeda secara
bermakna dengan kontrol positif (ρ≥0,05). Hal tersebut berarti, pada hari ke 9 dosis 250
mg/kgbb mampu menurunkan kadar glukosa darah secara lebih baik dibandingkan dosis
lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun mangga dengan dosis
250 mg/kgbb dengan waktu 9 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang
telah diinduksi aloksan.
4.5 Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder
Ekstrak metanol daun mangga diidentifikasi senyawa metabolit sekundernya
menggunakan metode uji fitokimia. Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji warna
untuk mengetahui adanya golongan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,
alkaloid, polifenol, terpenoid/steroid, saponin dan tanin. Kemampuan ekstrak metanol
daun mangga dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit dikarenakan zat-zat aktif
yang terkandung di dalam daun tersebut. Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun
mangga dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan gambar selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran N.
Tabel 4.2 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun mangga
Senyawa Pereaksi Warna HasilFlavonoidAlkaloidSaponin
TerpenoidSteroid
PolifenolTanin
Mg + HCl pekatMayer
Aquades panasLiebermann-BurchardLiebermann-Burchard
FeCl3
FeCl3
JinggaEndapan putih
Busa yang stabil ±1,5 cm Hijau tuaHijau tua
HitamHitam
Positif(+)Positif (+)Positif (+)Negatif (-)Positif (+)Positif (+)Positif (+)
4.5.1 Uji Flavonoid
Flavonoid adalah kelompok senyawa fenolik terbesar yang ditemukan di alam terutama
pada jaringan tumbuhan tinggi. Flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula yang
menyebabkan flavonoid bersifat polar (Markham, 1988). Uji senyawa flavonoid
dilakukan dengan metode Wilstater. Uji flavonoid dinyatakan positif apabila terbentuk
kompleks berwarna merah atau jingga yang disebabkan oleh reduksi flavonoid oleh Mg
dan HCl pekat (Robinson, 1995). Hasil uji flavonoid ekstrak metanol daun mangga
menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks berwarna jingga.
Uji flavonoid diperlukan penambahan HCl yang berfungsi untuk menghidrolisis
flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan
tergantikan oleh H+ dari asam yang bersifat elektrofilik. Glukosa, galaktosa dan
ramnosa merupakan glikosida berupa gula yang biasa dijumpai. Sedangkan serbuk Mg
dapat menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah atau jingga (Robinson, 1995).
Reaksi antara flavonoid dengan serbuk Mg dan HCl dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Garam flavilium merah tua
Gambar 4.1 Reaksi terbentuknya garam flavilium (Robinson, 1995)
4.5.2 Uji Alkaloid
Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam tumbuhan. Atom
nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid umumnya merupakan atom nitrogen
sekunder ataupun tersier dan kadang terdapat sebagai atom nitrogen kuartener. Uji
senyawa alkaloid dilakukan dengan metode Mayer. Uji alkaloid dinyatakan positif
apabila terbentuk endapan berwarna putih kekuningan jika ditambahkan pereaksi
Mayer. Hasil uji alkaloid ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif
dengan terbentuknya endapan berwarna putih kekuningan di dasar tabung.
HCl yang ditambahkan pada pereaksi Mayer berfungsi untuk membuat suasana
larutan menjadi asam, karena golongan alkaloid bersifat basa. Larutan merkurium (II)
klorida yang bereaksi dengan kalium iodida pada pembuatan pereaksi Mayer akan
1-Arabinopiriosil-3β-asetil Glukosa
membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Apabila kalium iodida ditambahkan
berlebih, maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat (II) (Svehla, 1990). Endapan
putih kekuningan yang terbentuk disebabkan oleh pasangan elektron bebas dari atom
nitrogen senyawa alkaloid membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.
Atom nitrogen tersebut bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)
membentuk kompleks kalium-alkaloid dalam bentuk endapan (Mc. Murry dan Fay,
2004). Reaksi yang terjadi pada uji Mayer ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Kalium tetraiodomerkurat (II)
Kalium-Alkaloid
Gambar 4.2 Reaksi uji Mayer (Mc. Murry dan Fay, 2004)
4.5.3 Uji Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat
dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponin merupakan glikosida
triterpenoid yang memiliki sifat polar karena ikatan glikosidanya dan triterpen yang
bersifat nonpolar (Harborne, 1996). Uji senyawa saponin dilakukan dengan metode
Forth, yaitu hidrolisis saponin dalam air. Uji saponin dinyatakan positif apabila
terbentuk busa stabil setinggi ±1,5 cm dan tetap stabil selama 15 menit. Busa tersebut
menunjukkan adanya glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan
senyawa lainnya (Marliana dan Suryanti, 2005). Hasil uji saponin ekstrak metanol daun
mangga menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya busa stabil setinggi 1 cm
selama 15 menit. Reaksi pembentukkan busa pada uji saponin dapat dilihat pada
Gambar 4.3.
Aglikon
Gambar 4.3 Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Marliana dan Suryanti, 2005)
4.5.4 Uji Terpenoid dan Steroid
Uji senyawa terpenoid dan steroid dilakukan menggunakan pereaksi Liebermann-
Burchard. Pereaksi tersebut merupakan campuran dari asam sulfat pekat dan asam asetat
glasial. Menurut Harborne (1996), uji senyawa terpenoid dinyatakan positif apabila
terbentuk larutan berwarna merah jingga atau ungu, sedangkan uji senyawa steroid
dinyatakan positif apabila terbentuk larutan berwarna hijau atau biru. Hasil uji terpenoid
dan steroid ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif steroid dengan
terbentuknya warna hijau tua dan hasil negatif untuk senyawa terpenoid. Steroid adalah
suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana
perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana
(Harborne, 1996).
Perubahan warna yang terjadi pada uji ini disebabkan oleh terbentuknya garam
yang memberikan reaksi warna dari ikatan antara molekul-molekul asam anhidrida
asetat dan asam sulfat pada pereaksi Liebermann-Burchard dengan molekul senyawa
terpenoid atau steroid. Warna tersebut disebabkan oleh reaksi oksidasi pada golongan
steroid melalui pembentukkan ikatan rangkap konjugasi (senyawa pentainilik) (Soetarno
dan Soediro, 1997). Reaksi antara senyawa steroid dengan pereaksi Liebermann-
Burchard dapat dilihat pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4 Reaksi antara senyawa steroid dengan pereaksi Liebermann-Burchard (Harborne, 1996).
4.5.5 Uji Polifenol
Polifenol merupakan zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan, memiliki banyak gugus
fenol dalam molekulnya. Uji senyawa polifenol dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3.
FeCl3 yang ditambahkan hanya dapat menunjukkan keberadaan senyawa fenol secara
umum, namun tidak dapat dibedakan golongan senyawanya (Harborne, 1996). Uji
polifenol dinyatakan positif apabila terbentuk kompleks berwarna hijau, ungu, biru, atau
hitam. Hasil uji polifenol ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif
dengan terbentuknya kompleks berwarna hitam. Reaksi yang terjadi pada uji polifenol
dapat dilihat pada Gambar 4.5.
ArOH + FeCl3 [Fe(OAr)6]3- + 3HCl + 3H+
Kompleks berwarna (hijau, hitam, biru tua)
Gambar 4.5 Reaksi antara polifenol dengan pereaksi FeCl3 (Robinson, 1995)
4.5.6 Uji Tanin
Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang cenderung larut
dalam air dan pelarut polar (Harborne, 1996). Sama halnya dengan uji polifenol, uji
senyawa tanin dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3 karena pereaksi tersebut
dipergunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk tanin. Uji
tanin dinyatakan positif apabila terbentuk kompleks berwarna hitam. Hasil uji tanin
ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks
berwarna hitam. Warna hitam yang dihasilkan menunjukkan senyawa tanin
terkondensasi karena pereaksi FeCl3 bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang
terdapat pada senyawa tanin (Sangi dkk., 2008). Reaksi yang terjadi pada uji tanin dapat
dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Reaksi uji tanin (Marliana dan Suryanti, 2005)
Mekanisme penurunan kadar glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan
berhubungan dengan kandungan senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak
metanol daun mangga. Menurut Ivorra et al. (1989), senyawa flavonoid, alkaloid dan
tanin banyak ditemukan pada penelitian antidiabetes dari ekstrak tanaman. Penelitian
Zuhrotun (2007) tentang ekstrak etanol biji buah alpukat sebagai antidiabetes dan
penelitian Sari (2012) tentang ekstrak etanol gambir untuk uji hipoglikemik juga
menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Senyawa flavonoid merupakan agen antidiabetes yang potensial karena flavonoid
bekerja sebagai insulinomimetic dan antihiperglikemik yang memiliki efek untuk
memperbaiki kondisi penderita diabetes mellitus. Tanin bekerja membentuk kompleks
dengan protein di jonjot-jonjot usus sehingga menghambat absorbsi glukosa dan lemak
(Ivorra et al., 1989).
Senyawa aktif yang diduga sangat berperan dalam mengobati hiperglikemia
adalah senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa golongan fenolik yang
dimiliki oleh banyak tanaman sebagai inhibitor α-glukosidase. Inhibitor α-glukosidase
menunda absorbsi karbohidrat yang didapatkan dari makanan, sehingga mengurangi
kadar glukosa dalam darah setelah makan. Flavonoid dalam bentuk glikosidanya
mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga
dapat melindungi sel dari paparan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas
yang memproduksi insulin. Jutiviboonsuk dan Sardsaengjun (2013) melaporkan bahwa
pada bagian daun mangga terdapat senyawa mangiferin (1,3,6,7-tetrahydroxy-xanthone-
C(2)-β-D-glucoside) yang termasuk dalam senyawa flavonoid. Mangiferin merupakan
senyawa dari daun mangga yang diduga memiliki aktivitas antidiabetes. Hal tersebut
dimungkinkan karena mangiferin mampu menetralkan radikal bebas aloksan pada sel β
pankreas mencit, sehingga kadar glukosa darah mencit diabetes dapat menurun. Struktur
mangiferin dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Gambar 4.7 Struktur mangiferin (Matkowski et al., 2013)
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 125, 250, dan 500 mg/kgbb dapat
menurunkan kadar glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan. Dosis 125,
250 dan 500 mg/kgbb menunjukkan efek yang sama dalam menurunkan kadar
glukosa darah. Namun, dosis 250 mg/kgbb memiliki persentase penurunan kadar
glukosa darah paling tinggi yaitu sebesar 20,23% pada hari ke 3, 28,72% pada
hari ke 6, dan 47,59% pada hari ke 9.
2. Ekstrak metanol daun mangga mengandung senyawa metabolit sekunder
golongan alkaloid, flavonoid, steroid, polifenol, saponin, dan tanin.
5.2 Saran
Berdasarkan informasi dari hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk memurnikan ekstrak daun mangga, mengelusidasi struktur serta
mengaplikasikannya menjadi bentuk sediaan obat.
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, S. A. (1986). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka.
Aiyelaagbe, O. O., dan Osamudiamen, P. M. (2009). Phytochemical screening for active compounds in Mangifera indica leaves from Ibadan, Oyo State. Plant Sci Res, 2(1), 11-13.
Bonaerense, A. F. (2005). Standardization of extracts from Momordica charantia L.(Cucurbitaceae) by total flavonoids content determination. acta farmacéutica bonaerense, 24(4), 562-6.
Dalimartha, S., dan Adrian, F. (2012). Makanan dan Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadatya.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., dan Pharmacotherapy 3rd, A. (2005). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. South Carolina: McGraw Hill Companies.
Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Harborne, J.B. (1996). Metode Fitokimia: Cara Menganalisa Tanaman Edisi Kedua. Terjemahan K. Fadmawinata dan I.Sudiro. Bandung: Penerbit ITB.
Hulshof, P. J., Xu, C., van de Bovenkamp, P., Muhilal, dan West, C. E. (1997). Application of a validated method for the determination of provitamin A carotenoids in Indonesian foods of different maturity and origin. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 45(4), 1174-1179.
Ismail, A., Marjan, Z. M., dan Foong, C. W. (2004). Total antioxidant activity and phenolic content in selected vegetables. Food Chemistry, 87(4), 581-586.
Ivorra, M. D., Paya, M., dan Villar, A. (1989). A review of natural roducts and plants as potential antidiabetic drugs. Journal of ethnopharmacology, 27(3), 243-275.
Jutiviboonsuk, A., dan Sardsaengjun, C. (2010). Mangiferin in leaves of three thai mango (Mangifera indica L.) varieties. International Journal Pharmaceutical Science, 6(3), 122-129.
Katzung, B. G. (2011). Farmakologi Dasar & Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kumalasari, E., & Sulistyani, N. (2011). Aktivitas antifungi ekstrak etanol batang binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Candida albicans serta skrining fitokimia. Pharmaciana, 1(2), 51-62.
Laurence, D. R., dan Bacharach, A. L. (Eds.). (1964). Evaluation of drug activities: pharmacometrics. New York: Academic press.
Lenny, S. (2006). Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. [online], diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06000441.pdf. Diakses tanggal 27 Juli 2015.
Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.
Marliana, S. D., dan Suryanti, V. (2005). Skrining fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam ekstrak etanol. Biofarmasi, 3(1), 26-31.
Mathalaimutoo, A. (2012). Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun mangga bapang (Mangifera indica L. var. bapang) pada tikus galur wistar yang diinduksi aloksan. Students e-Journal, 1(1), 40.
Matkowski, A., Kus, P., Goralska, E., dan Wozniak, D. (2013). Mangiferin–a bioactive xanthonoid, not only from mango and not just antioxidant. Mini reviews in medicinal chemistry, 13(3), 439-455.
Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes Melitus. Yogyakarta: Katahati.
McMurry, J., dan Fay, R. C. (2004). McMurry fay chemistry. Edisi keempat. Belmont, CA: Pearson Education International.
Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat, Farmakologi dan Toksikologi. Bandung: Penerbit ITB.
Ningsih, D. R., Zusfahair, dan Purwati. (2014). Potensi ekstrak daun kamboja (Plumeria Alba L.) sebagai antibakteri dan identifikasi golongan senyawa bioaktifnya. Jurnal Molekul, 9(2), 101-109.
Nobre, C., dan Moura, F. (2005). Standardization of extracts from Momordica Charantia L. (Cucurbitaceae) by total flavonoids content determination. Actafarm Bonaerense. vol. 24(1): 562-566.
Prihatman, K. (2000). Mangga (Mangifera sp.) sumber: BAPPENAS. Jakarta: Menegristek.
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Bandung: ITB.
Rukmana, H. (1997). Budidaya Mangga. Yogyakarta: Kaninius.
Sangeetha, K. N., Sujatha, S., Muthusamy, V. S., Anand, S., Nithya, N., Velmurugan, D., Arun, B., dan Lakshmi, B. S. (2010). 3β-taraxerol of Mangifera indica, a PI3K dependent dual activator of glucose transport and glycogen synthesis in 3T3-L1
adipocytes. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-General Subjects, 1800(3), 359-366.
Sangi, M., Runtuwene, M. R., Simbala, H. E., dan Makang, V. (2008). Analisis fitokimia tumbuhan obat di kabupaten minahasa utara. Chemistry Progress, 1(1), 47-53.
Sari, H. M. (2012). Uji efek hipoglikkemik ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir, Roxb) pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.
Sastrohamidjojo, H. (2002). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Sewell, P. A., dan Brian, C. (1991). Chromatographic Separations Analytical Chemistry by Open Learning. Singapore: John Willey & Sons.
Soetarno, S. dan Soediro, I. S. (1997). Standardisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan Obat Tradisional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.
Sholikhah, E. N., Ngatidjan, S., dan Prasetya, A. B. (2006). Cara kerja ekstrak etanol biji pisang (Musa balbisiana, Colla) sebagai penghambat sekresi asam lambung tikus putih in vitro. Berkala Ilmu Kedokteran, 38(2006).
Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.
Suharmiati. (2003). Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Mellitus Tumbuhan Obat. [online], diunduh dari http://www.kalbe.co.id. Diakses tanggal 20 Februari 2015.
Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.
Szkudelski, T. (2001). The mechanism of alloxan and streptozotocin action in β cells of the rat pancreas. Physiology Research, 50(6), 537-546.
Thompson, E. B. (1985). Drug Bioscreening. America: Graceway Publishing Company, Inc.
Tiwari, A. K. dan Rao, J. M. (2002). Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of phytochemicals: present status and future prospect. J. Curent Science, vol.83: 30-38.
Tohir, K. A. (1978). Bercocok Tanam Pohon Buah-Buahan. Jakarta: Pradnya Paramita.
World Health Organization (WHO). (2012). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and It’s Complications. Geneva: WHO Publishing.
Zuhrotun, A. (2007). Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.) bentuk bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung.(tidak dipublikasikan) Oktober.
Recommended