37
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu gangguan metabolik pada metabolisme karbohidrat, yang menyebabkan glukosa kurang dimanfaatkan dan terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan kadar glukosa yang melebihi batas normal di dalam plasma darah. Hiperglikemia terjadi akibat hormon insulin yang tidak bekerja secara sempurna untuk mengendalikan kadar glukosa pada kondisi normal. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta kelenjar pankreas dan berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi atau cadangan energi dalam tubuh (Maulana, 2009). Penyakit diabetes mellitus adalah salah satu penyebab kematian terbesar di Asia Tenggara dan Pasifik Barat (Tiwari dan Rao, 2002). Negara berkembang seperti Indonesia bahkan menjadi negara urutan ke empat dengan penderita diabetes mellitus terbanyak setelah negara India, China dan Amerika Serikat. Tahun 2000 WHO (World Health Organization) Aktivitas Antidiabetes terhadap Mencit dari Ekstrak Metanol Daun Mangga (Mangifera indica L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa Bioaktifnya LISTYA ANDHIKA PRATIWI (H1A011004) Pembimbing I : Dian Riana Ningsih, S.Si., M.Si. Pembimbing II : Purwati, S.Si., M.Si.

Booklet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Booklet

Citation preview

Page 1: Booklet

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu gangguan metabolik pada metabolisme

karbohidrat, yang menyebabkan glukosa kurang dimanfaatkan dan terjadi

hiperglikemia. Hiperglikemia adalah istilah medis untuk keadaan kadar glukosa yang

melebihi batas normal di dalam plasma darah. Hiperglikemia terjadi akibat hormon

insulin yang tidak bekerja secara sempurna untuk mengendalikan kadar glukosa pada

kondisi normal. Hormon insulin dihasilkan oleh sekelompok sel beta kelenjar pankreas

dan berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi atau cadangan energi

dalam tubuh (Maulana, 2009).

Penyakit diabetes mellitus adalah salah satu penyebab kematian terbesar di Asia

Tenggara dan Pasifik Barat (Tiwari dan Rao, 2002). Negara berkembang seperti

Indonesia bahkan menjadi negara urutan ke empat dengan penderita diabetes mellitus

terbanyak setelah negara India, China dan Amerika Serikat. Tahun 2000 WHO (World

Health Organization) mencatat penderita diabetes mellitus di dunia mencapai 171 juta

penduduk dan tahun 2005 meningkat menjadi 220 juta dengan jumlah kematian 1,1 juta

penduduk. Data WHO tahun 2012 menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 347 juta

pengidap diabetes di dunia dan 21,3 juta orang diantaranya adalah pengidap diabetes di

Indonesia (WHO, 2012). Peningkatan penderita diabetes mellitus ini seiring dengan

perkembangan zaman yang menyebabkan meningkatnya tingkat kemakmuran,

berubahnya pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat.

Pengobatan diabetes mellitus dilakukan selama menahun hingga seumur hidup.

Pengobatan seperti penggunaan obat-obat diabetes dan insulin relatif lebih mahal karena

penggunaannya dalam jangka waktu yang panjang. Selain itu, penggunaan obat-obat

Aktivitas Antidiabetes terhadap Mencit dari Ekstrak Metanol Daun Mangga (Mangifera indica L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa Bioaktifnya

LISTYA ANDHIKA PRATIWI (H1A011004)

Pembimbing I : Dian Riana Ningsih, S.Si., M.Si.

Pembimbing II : Purwati, S.Si., M.Si.

Penelaah I : Zusfahair, S.Si., M.Si.

Penelaah II : Dr. Suwandri, S.Si., M.Si.

Page 2: Booklet

tersebut dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan atau bahkan

menyebabkan komplikasi penyakit. Oleh karena itu, saat ini diperlukan obat yang lebih

efektif, dengan efek samping yang relatif rendah, serta harga yang relatif murah

(Dalimartha dan Adrian, 2012).

Tanaman buah mangga (Mangifera indica L.) merupakan tanaman buah yang

memiliki beberapa manfaat. Daun mangga dapat digunakan sebagai obat alami untuk

mengobati beberapa penyakit, contohnya diare, demam, hipertensi, insomnia, bahkan

diabetes (Sangeetha et al., 2010). Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui

golongan senyawa bioaktif yang terkandung dalam daun mangga seperti alkaloid,

senyawa fenol, saponin, tanin, flavonoid, terpenoid, dan steroid. Namun, belum banyak

penelitian yang dilakukan untuk mengetahui potensi daun mangga sebagai agen

antidiabetes.

Metode toleransi glukosa dan metode induksi zat kimia merupakan metode yang

umum digunakan untuk meneliti suatu senyawa antidiabetes. Metode toleransi glukosa

yaitu metode menginduksi hewan uji dengan glukosa berlebih sehingga mengalami

hiperglikemia. Metode induksi zat kimia yaitu metode menginduksi hewan uji dengan

zat kimia yang dapat mengganggu bahkan merusak fungsi pankreas sehingga tidak

dapat menghasilkan insulin yang menyebabkan hewan uji mengalami hiperglikemia.

Diabetogen yang umum digunakan adalah aloksan, karena zat ini menimbulkan

peningkatan kadar glukosa darah dalam waktu dua sampai tiga hari (Suharmiati, 2003).

Hewan uji yang umum digunakan untuk menguji antidiabetes adalah mencit dan tikus

putih. Metode secara in vivo ini merupakan metode praklinis yang lazim digunakan

untuk menguji suatu ekstrak dari tumbuhan, karena penggunaan hewan uji dalam

penelitian dapat dianggap sebagai penderita diabetes yang sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui

aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit

yang telah diinduksi aloksan dan mengidentifikasi golongan senyawa bioaktifnya yang

mempunyai aktivitas antidiabetes. Identifikasi golongan senyawa bioaktif tersebut dapat

dilakukan dengan uji fitokimia.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

Page 3: Booklet

a. Bagaimana aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar

glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan?

b. Golongan senyawa apa yang terkandung dalam ekstrak metanol daun mangga ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui aktivitas ekstrak metanol daun mangga terhadap penurunan kadar

glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan.

b. Mengidentifikasi golongan senyawa dari ekstrak metanol daun mangga.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

kandungan senyawa bioaktif pada daun mangga yang berfungsi sebagai antidiabetes,

sehingga dapat digunakan sebagai dasar penggunaan dalam pengobatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan serta untuk meningkatkan pemanfaatannya secara

maksimal.

Page 4: Booklet

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan dari bulan Maret sampai Juni 2015, di

Laboratorium Biokimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam dan Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu

Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman.

3.2 Bahan dan Alat Penelitian

3.2.1 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan antara lain: daun mangga arum manis (Mangifera indica

L.) yang diambil dari kampus MIPA Unsoed, mencit, pakan mencit, metanol, aquades,

aloksan, glibenklamid, strip Easy Touch® Glucose Blood Test, serbuk Mg, HCl pekat,

HCl 2%, pereaksi Mayer, pereaksi Liebermann-Burchard, pereaksi FeCl3, KOH, kertas

saring, dan tisu.

3.2.2 Alat

Alat-alat yang digunakan antara lain: blender, gelas piala (Pyrex), corong, tabung reaksi

(Pyrex), vacuum rotary evaporator (IKA), waterbath, neraca analitik (OHAUS),

penangas air, sonde, alumunium foil, alat pengukur kadar glukosa darah (Easy Touch®

GCU).

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Determinasi Sampel

Bagian daun dari tanaman buah mangga di determinasi di Laboratorium Taksonomi

Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto untuk

menentukan kebenaran bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian.

3.3.2 Preparasi Sampel

Bagian daun dari tanaman buah mangga dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara

langsung hingga kering patah, kemudian dipotong-potong kecil, dan dihaluskan dengan

blender hingga menjadi serbuk.

3.3.3 Ekstraksi (Ningsih dkk., 2014)

Sebanyak 100 gram serbuk daun mangga diekstraksi secara maserasi dengan

menggunakan metanol 700 mL sampai semua serbuk terendam lalu ditutup dan

disimpan di ruang gelap selama tiga hari. Selanjutnya dilakukan penyaringan sehingga

Page 5: Booklet

didapat filtrat dan residu. Maserasi diulang beberapa kali sampai ekstrak terlihat bening.

Ekstrak metanol kemudian dipekatkan menggunakan alat vacuum rotary evaporator dan

ditimbang.

3.3.4 Uji Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan

3.3.4.1 Tahap Persiapan

Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan berumur 1-2 bulan dengan berat 25-40

gram. Mencit diaklimatisasi selama kurang lebih 7 hari agar dapat menyesuaikan

dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi, dilakukan pengamatan kondisi umum

dan penimbangan berat badan. Setelah diaklimatisasi, mencit dikelompokkan menjadi 5

kelompok, masing-masing terdiri dari 5 ekor sesuai dengan pembagian kelompok

mencit pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pembagian Kelompok Mencit Induksi Aloksan

KelJumlah Mencit

Perlakuan

1 5Kontrol negatif, diberi pakan, diinduksi aloksan, tidak diberi glibenklamid dan ekstrak, hanya diberi aquades

2 5Kontrol positif, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi glibenklamid dengan dosis 1,3 mg/kgbb mencit

3 5Kelompok uji 1, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 125 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)

4 5Kelompok uji 2, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 250 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)

5 5Kelompok uji 3, diberi pakan, diinduksi aloksan, diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 500 mg/kgbb mencit secara oral (Mathalaimutoo, 2012)

Penentuan jumlah mencit tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer :

(n-1) (t-1) ≥ 15, dimana t menunjukkan kelompok perlakuan dan n menunjukkan jumlah

sampel perkelompok perlakuan (Sudjana, 2005).

Rumus Federer :

(n-1) (t-1) ≥ 15

(n-1) (5-1) ≥ 15

n ≥ 4,75

n ≥ 5

Page 6: Booklet

3.3.4.2 Induksi Aloksan

Sebelum dilakukan induksi aloksan, mencit dipuasakan selama 16 jam untuk dilakukan

pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa puasa seluruh hewan uji secara

kuantitatif menggunakan Easy Touch® GCU. Kadar glukosa yang didapat merupakan

kadar glukosa awal. Selain itu, mencit ditimbang berat badannya untuk mengetahui

berat badan sebelum perlakuan. Setelah dilakukan pengukuran kadar glukosa darah

awal dan ditimbang berat badannya, seluruh mencit diinduksi aloksan dengan dosis 168

mg/kgbb mencit untuk merusak sel β pankreas.

3.3.4.3 Uji Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan

Uji pendahuluan dilakukan upaya peningkatan glukosa darah mencit dengan

menginduksi aloksan dosis 168 mg/kgbb mencit. Setelah penginduksian tersebut, kadar

glukosa darah mencit diukur pada hari ke tujuh untuk meyakinkan bahwa aloksan

dengan dosis tersebut menyebabkan kerusakan pankreas.

Pada hari ke-7 setelah diinduksi aloksan, mencit dipuasakan selama 16 jam

untuk dilakukan pengambilan darah dan pengukuran kadar glukosa darah menggunakan

Easy Touch® GCU. Hasil pengukuran kadar glukosa darah ditetapkan sebagai kadar

glukosa darah diabetes (hiperglikemia awal). Kemudian mencit diberikan bahan uji

sesuai kelompok perlakuan yang diperlihatkan pada Tabel 3.1. Selesai perlakuan, semua

mencit diistirahatkan di dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum.

Pemberian larutan ekstrak, glibenklamid dan aquades dilakukan setiap hari

selama 9 hari. Pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya dilakukan pada hari ke-3,

ke-6, dan ke-9 setelah pemberian bahan uji yang pertama (Sari, 2012). Pengambilan

darah dilakukan pada pembuluh darah ekor mencit, kemudian kadar glukosa darahnya

diukur menggunakan Easy Touch® GCU. Sampel darah kemudian diteteskan pada strip

uji glukosa darah. Strip dimasukkan ke dalam alat, kemudian kadar glukosa darah

terbaca dengan satuan mg/dL.

3.3.5 Uji Fitokimia (Harborne, 1996)

Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji alkaloid, terpenoid dan steroid, saponin,

polifenol, flavonoid dan tanin. Metode analisis yang digunakan berdasarkan pada

Harborne (1996).

Page 7: Booklet

3.3.5.1 Uji Senyawa Flavonoid

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) serbuk magnesium dan HCl pekat sebanyak 5

tetes. Adanya senyawa flavonoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah atau

jingga.

3.3.5.2 Uji Senyawa Alkaloid

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) dilarutkan dalam 2 mL HCl 2% (v/v), dipanaskan

5 menit dan disaring. Filtrat yang diperoleh ditetesi degan pereaksi Mayer sebanyak 2-3

tetes. Adanya senyawa alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih

kekuningan.

3.3.5.3 Uji Senyawa Saponin

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambahkan 10 tetes KOH dan dipanaskan dalam

penangas air 50oC selama 5 menit. Larutan dikocok selama 1 menit, jika terbentuk busa

mantap setinggi 1 cm dan tetap stabil selama 5 menit menunjukkan adanya senyawa

saponin.

3.3.5.4 Uji Senyawa Terpenoid dan Steroid

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan pereaksi Liebermann-Burchard

1 mL. Adanya senyawa terpenoid ditunjukkan dengan terbentuknya warna jingga atau

ungu dan berwarna biru tua atau hijau kehitaman apabila positif mengandung steroid.

3.3.5.5 Uji Polifenol

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) dipanaskan selama 5 menit dan disaring. Filtrat

yang terbentuk ditambahkan ditambahkan 4-5 tetes FeCl3 5% (b/v). Adanya senyawa

polifenol ditunjukkan dengan terbentuknya warna biru tua atau hijau kehitaman.

3.4.5.6 Uji Tanin

Sebanyak 2 mL sampel (±0,05% b/v) ditambah dengan FeCl3 sebanyak 2-3 tetes.

Adanya senyawa tanin ditunjukkan dengan terbentuknya warna hijau kehitaman.

3.4 Analisis Data

Data hasil pengukuran kadar glukosa dalam darah mencit selama pengujian antidiabetes

diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil percobaan dihitung dan diolah

secara statistika untuk menentukan kadar glukosa darah antarkelompok yang terlebih

dahulu diuji kenormalan distribusinya dengan menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov

dan diuji homogenitasnya menggunakan uji Levene, kemudian dilanjutkan dengan uji

analisis varians satu arah (one way ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata

Page 8: Booklet

Terkecil (BNT) atau uji LSD untuk melihat adanya perbedaan kadar glukosa darah

mencit antarkelompok yang bermakna.

Persentase penurunan kadar glukosa darah dengan rumus sebagai berikut :

% penurunan glukosa darah =(Go-Gt)Go

×100%

Keterangan :

Go : Gula darah puasa sebelum diberikan sediaan uji

Gt : Gula darah puasa setelah diberikan sediaan uji

Page 9: Booklet

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Sampel

Determinasi tumbuhan merupakan proses membandingkan suatu tumbuhan dengan satu

tumbuhan lain yang telah dikenali sebelumnya dengan tujuan untuk memastikan jenis

tumbuhan yang dimaksud adalah benar. Determinasi dilakukan oleh ahli dengan cara

mengidentifikasi morfologi daun, batang, akar, buah dan bagian tumbuhan lain untuk

menentukan ciri-ciri khasnya. Hasil determinasi kemudian dibandingkan dengan

tumbuhan lain atau diklasifikasikan menurut persamaannya (Hulshof et al., 1997).

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun mangga yang diperoleh

dari Kampus MIPA Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto. Daun mangga

dideterminasi di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan, Fakultas Biologi, Universitas

Jenderal Soedirman. Hasil determinasi menunjukkan bahwa daun yang diteliti adalah

spesies Mangifera indica L. atau memiliki nama lokal mangga arum manis. Hasil

determinasi daun mangga selengkapnya dapat dilihat di Lampiran A.

4.2 Preparasi Sampel

Sampel daun mangga yang akan digunakan dicuci sampai bersih agar kotoran-kotoran

seperti debu yang menempel pada daun mangga tersebut hilang. Daun mangga yang

telah bersih kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan dan tidak terkena

sinar matahari secara langsung hingga kering patah. Pengeringan ini bertujuan untuk

menghilangkan kandungan air dalam sampel yang dapat menyebabkan terjadinya reaksi

enzimatis. Reaksi enzimatis dapat mengakibatkan rusaknya sampel, karena susunan

senyawa dalam sampel daun tersebut telah berubah (Ningsih dkk., 2014).

Sampel daun mangga yang telah kering dipotong-potong kecil kemudian dibuat

serbuk dengan cara diblender. Hal tersebut bertujuan agar ukuran partikelnya menjadi

lebih kecil dan memperluas bidang permukaan sampel sehingga daya interaksinya

dengan pelarut dapat meningkat. Selain itu, pembuatan sampel menjadi serbuk

menyebabkan kerusakan pada dinding sel yang mempermudah pelepasan zat aktif oleh

pelarut sehingga jumlah ekstrak yang diperoleh lebih optimal (Ningsih dkk., 2014).

Serbuk daun mangga yang diperoleh selanjutnya diekstraksi secara maserasi untuk

mengisolasi senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya.

Page 10: Booklet

4.3 Ekstraksi Daun Mangga

Serbuk daun mangga selanjutnya diekstraksi secara maserasi. Maserasi merupakan

proses penyarian yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia ke dalam

pelarut dengan beberapa kali pengadukan. Metode ini sangat sederhana namun mampu

memisahkan senyawa kimia yang diinginkan hanya dengan menggunakan pelarut

tertentu (Harborne, 1996). Metode maserasi memiliki kelebihan antara lain alatnya

sederhana karena hanya membutuhkan bejana perendam dan mengurangi rusaknya

kandungan senyawa dalam sampel akibat pemanasan (Depkes, 2000).

Proses maserasi dianggap menguntungkan untuk isolasi bahan alam, karena

perendaman ekstrak tanaman dapat memecah dinding dan membran sel akibat

perbedaan tekanan di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder di dalam

sitoplasma dapat terlarut dan terekstrak sempurna ke dalam pelarut. Pelarut organik

dapat menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung

metabolit sekunder. Metabolit sekunder akan terlarut dalam pelarut organik sesuai

dengan kepolaran pelarutnya. Proses ini berulang sampai terjadi keseimbangan

konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel (Lenny, 2006). Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Bonaerense (2005), metode maserasi lebih baik daripada metode

perkolasi dalam membandingkan kadar flavonoid Momordica charantia L.

Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan memberikan efektifitas yang

tinggi dengan memperhatikan kelarutan senyawa bahan alamnya. Metanol dipilih

sebagai pelarut organik pada penelitian ini karena memiliki kepolaran yang tinggi serta

bersifat universal untuk melarutkan semua jenis komponen senyawa polar, non polar,

dan semipolar (Sewell dan Brian, 1991). Metanol dapat melarutkan seluruh metabolit

sekunder seperti alkaloid, flavonoid, steroid, saponin, terpenoid dan senyawa fenolik

dari tanaman (Thompson, 1985). Selain itu, metanol dipilih karena mangiferin yang

terkandung pada daun mangga diketahui memiliki sifat polar, sehingga diharapkan

senyawa tersebut dapat dengan mudah larut dalam pelarut polar (Ismail et al., 2004).

Aiyelaagbe dan Osamudiamen (2009) meneliti kandungan senyawa metabolit sekunder

daun mangga pada berbagai pelarut. Hasil uji fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak

metanol daun mangga mengandung lebih banyak jenis senyawa metabolit sekundernya,

dibandingkan dengan ekstrak etil asetat dan n-heksana. Berdasarkan hal tersebut,

maserasi daun mangga dilakukan menggunakan pelarut metanol.

Page 11: Booklet

Ekstraksi daun mangga dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut metanol

selama 6 hari dan disertai dengan pengadukan. Pengadukan secara berkala bertujuan

untuk mempercepat distribusi pelarut ke dalam jaringan tanaman sehingga senyawa

metabolit sekunder dapat terekstrak sempurna (Lenny, 2006). Filtrat daun mangga yang

diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan alat vacuum rotary evaporator dengan

suhu 400C dan laju perputaran 55 rpm. Ekstrak yang diperoleh berwarna hijau

kehitaman berbentuk pasta. Berat ekstrak pekat ditimbang dan diperoleh berat sebesar

23,13 gram dengan rendemen 23,13% (b/b). Perhitungan rendemen dapat dilihat pada

Lampiran D. Ekstrak metanol daun mangga selanjutnya diuji aktivitas antidiabetesnya

terhadap mencit yang diinduksi aloksan dan diidentifikasi senyawa metabolit

sekundernya dengan uji fitokimia.

4.4 Aktivitas Antidiabetes dengan Metode Induksi Aloksan

Ekstrak metanol daun mangga yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antidiabetesnya.

Metode pengujian yang dilakukan yaitu metode induksi zat kimia. Metode induksi zat

kimia merupakan metode induksi hewan uji dengan zat kimia yang dapat mengganggu

bahkan merusak fungsi sel-sel β pankreas sehingga tidak dapat menghasilkan insulin

yang menyebabkan hewan uji mengalami diabetes. Zat kimia yang umum digunakan

adalah aloksan, karena zat ini menghasilkan radikal bebas dan radikal aloksan yang

mengakibatkan kerusakan sel β pakreas (Szkudelski, 2001).

Pengujian ini diawali dengan persiapan hewan uji. Hewan uji yang digunakan

adalah mencit jantan berumur 1-2 bulan dengan berat badan 25-40 gram. Mencit jantan

dipilih karena aktivitas hormonalnya lebih stabil dibandingkan mencit betina (Sari,

2012). Mencit diaklimatisasi selama tujuh hari sebelum digunakan dengan tujuan agar

mencit dapat beradaptasi dengan kandang, makanan, minuman, dan lingkungan

sekitarnya. Mencit diberi makan dan minum, diamati kondisi umum, dan ditimbang

berat badannya selama proses adaptasi berlangsung. Setelah diaklimatisasi, mencit

dikelompokkan dan dipuasakan selama 16 jam untuk menentukan kadar glukosa darah

awal.

Mencit dikelompokkan menjadi lima kelompok dan masing-masing kelompok

terdiri dari lima ekor mencit. Kelompok pertama yaitu kontrol negatif, kelompok kedua

yaitu kontrol positif, dan tiga kelompok lainnya merupakan kelompok. Pengukuran

kadar glukosa darah mencit dilakukan setelah pembagian kelompok. Masing-masing

Page 12: Booklet

mencit diukur kadar glukosa darahnya dengan cara menyayat pembuluh darah ekor

mencit untuk diambil darahnya dan diteteskan ke dalam strip alat tes glukosa. Kadar

glukosa darah yang diperoleh merupakan kadar glukosa darah awal atau kadar glukosa

normal dan data dapat dilihat di Lampiran H. Setelah dilakukan pengukuran kadar

glukosa darah, masing-masing mencit ditimbang berat badannya untuk menentukan

banyaknya aloksan yang digunakan agar mencit mengalami hiperglikemia.

Dosis aloksan yang digunakan pada penelitian ini adalah 168 mg/kgbb mencit.

Dosis ini dipilih, karena diharapkan produksi sel-sel β pankreas masih dapat

berlangsung. Aloksan yang akan diberikan pada mencit sebelumnya dilarutkan

menggunakan aquades. Hal ini dilakukan agar aloksan dapat terdistribusi dengan mudah

di dalam tubuh mencit dan dapat bekerja secara optimal dalam merusak sel-sel β

pankreas. Mencit pada setiap kelompok diinduksi dengan aloksan secara oral.

Pemberian secara oral dilakukan melalui mulut mencit menggunakan alat sonde,

sehingga aloksan langsung masuk ke dalam lambung. Setelah diinduksi aloksan, mencit

diistirahatkan di dalam kandang dan diberi makan dan minum.

Perlakuan selanjutnya adalah pemberian aquades, glibenklamid serta ekstrak

metanol daun mangga pada hari ke tujuh setelah mencit diinduksi aloksan. Mencit

dipuasakan selama 16 jam sebelum diberi aquades, glibenklamid serta ekstrak daun

mangga, kemudian kadar glukosa darah mencit diukur dengan cara yang sama dengan

sebelumnya menggunakan alat tes glukosa. Tujuannya untuk memastikan bahwa pada

hari ke tujuh setelah diinduksi aloksan kadar glukosa darah mencit meningkat ≥ 140

mg/dL dan data yang diperoleh dapat dilihat di Lampiran H. Pemberian aquades,

glibenklamid serta ekstrak daun mangga dilakukan sesuai dengan kelompok perlakuan.

Kelompok kontrol negatif diberi aquades, kelompok kontrol positif diberi glibenklamid

dan tiga kelompok uji diberi ekstrak metanol daun mangga dengan dosis yang berbeda

(dosis rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi). Glibenklamid dipilih sebagai kontrol

positif karena dapat merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas (Depkes RI, 2005).

Dosis glibenklamid yang digunakan adalah 1,3 mg/kgbb mencit. Dosis tersebut

digunakan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia, yaitu 10 mg/hari yang kemudian

dikonversi ke dosis mencit. Variasi dosis yang digunakan untuk ekstrak daun mangga

adalah 125 mg/kgbb mencit untuk dosis rendah, 250 mg/kgbb mencit untuk dosis

sedang, dan 500 mg/kgbb mencit untuk dosis tinggi (Mathalaimutoo, 2012). Ekstrak

Page 13: Booklet

daun mangga dan glibenklamid diberikan kepada mencit dalam bentuk larutan dengan

penambahan aquades sebagai pelarut.

Pemberian ekstrak daun mangga dan glibenklamid dilakukan setiap hari selama 9

hari (Sari, 2012) secara oral menggunakan alat sonde. Selama sembilan hari tersebut,

mencit diukur kembali kadar glukosa darahnya menggunakan alat tes glukosa dengan

cara mengambil darah mencit yang telah dipuasakan selama 16 jam pada hari ke 3, ke 6,

dan ke 9. Hal ini dimaksudkan untuk melihat penurunan kadar glukosa darah setelah

pemberian ekstrak daun mangga dan glibenklamid. Data yang diperoleh dapat dilihat di

Lampiran H. Data kadar glukosa darah yang diperoleh kemudian dihitung rata-ratanya

(Lampiran I) dan dihitung dalam persen (Lampiran J) untuk mengetahui persentase

penurunan kadar glukosa darah dengan bertambahnya waktu pemberian ekstrak. Hasil

persentase rata-rata penurunan kadar glukosa darah dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil persentase rata-rata penurunan kadar glukosa darah mencit

Kelompok perlakuan%Penurunan

Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9Kontrol negatifKontrol positif

Dosis 125 mg/kgbbDosis 250 mg/kgbbDosis 500 mg/kgbb

2,6831,6814,9920,2316,87

4,7338,1927,5628,7226,84

5,8949,2336,9647,5934,88

Berdasarkan Tabel 4.1 kelompok kontrol negatif menunjukkan persentase

penurunan yang stabil dengan bertambahnya hari, namun penurunannya sangat berbeda

dibanding kelompok lainnya. Kelompok kontrol negatif hanya diberikan aquades,

namun tetap mengalami penurunan kadar glukosa darah. Hal tersebut mungkin

dikarenakan masih terdapat sel-sel β pankreas yang dapat berfungsi walaupun tidak

secara sempurna, sehingga hormon insulin yang dihasilkan oleh sel tersebut dapat

memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi atau cadangan energi di dalam tubuh

mencit (Maulana, 2009). Kelompok kontrol positif dan ketiga kelompok uji

menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah yang stabil dengan

bertambahnya hari perlakuan, dari hari ke 3, hari ke 6, dan hari ke 9. Kelompok kontrol

positif menunjukkan penurunan yang paling besar pada hari ke 3, ke 6 maupun ke 9.

Kelompok uji dengan ketiga dosis tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah,

namun kelompok yang diberikan ekstrak daun mangga dengan dosis sedang 250

mg/kgbb menunjukkan persentase penurunan kadar glukosa darah yang lebih baik pada

Page 14: Booklet

hari ke 3, ke 6, dan ke 9 dibandingkan kelompok uji lain. Hal tersebut mungkin

dikarenakan absorpsi ekstrak lebih sempurna dibandingkan dengan dosis lain

(Mutschler, 1991).

Dosis yang sesuai dapat membuat suatu senyawa obat dapat bekerja secara

sempurna, apabila dosis yang diberikan lebih rendah daripada dosis yang seharusnya

maka dimungkinkan senyawa obat tersebut kurang bekerja dengan sempurna (Sholikhah

dkk., 2006). Apabila dosis yang diberikan lebih tinggi daripada dosis yang seharusnya

maka dimungkinkan semakin banyak senyawa antagonis lain yang dapat menghambat

senyawa aktif di dalam daun mangga sehingga tidak dapat bekerja secara sempurna,

selain itu dikhawatirkan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan toksik di dalam

tubuh dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Mutschler, 1991).

Data pengukuran kadar glukosa darah selanjutnya dianalisa secara statistika

menggunakan program SPSS 19.0 for windows. Analisis statistika awal yang dilakukan

adalah uji normalitas data menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov. Tabel normalitas

pada Lampiran L menunjukkan bahwa data seluruh hewan uji terdistribusi dengan

normal (ρ≥0,05). Uji normalitas bertujuan untuk menguji data yang diperoleh dari setiap

kelompok memiliki sebaran yang normal atau tidak. Analisis selanjutnya adalah uji

homogenitas menggunakan uji Levene yang bertujuan untuk menguji data yang

diperoleh dari setiap kelompok memiliki varian homogen atau tidak. Hasil uji Levene

pada Lampiran L menunjukkan seluruh data dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA

karena syarat homogenitasnya telah terpenuhi (ρ≥0,05).

Analisis statistika dapat dilanjutkan dengan uji one way ANOVA, karena syarat

uji normalitas data dan uji homogenitas telah terpenuhi. ANOVA satu arah digunakan

untuk melihat kesamaan atau perbedaan penurunan kadar glukosa darah pada kelompok

perlakuan. Hasil uji ANOVA pada Lampiran L menunjukkan nilai signifikansi 0,00

pada hari ke 3, ke 6, dan ke 9 yang berarti data pada hari-hari tersebut bisa dikatakan

berbeda secara bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun

mangga dengan dosis berbeda memberikan perbedaan bermakna dalam mempengaruhi

kadar glukosa darah pada mencit diabetes. Setelah itu, analisis dilanjutkan dengan uji

Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk melihat perbedaan antarkelompok hewan uji.

Berdasarkan hasil uji BNT pada Lampiran L menunjukkan bahwa pada hari ke

3, hari ke 6, dan hari ke 9 kontrol negatif berbeda secara bermakna dengan kontrol

Page 15: Booklet

positif dan ketiga kelompok uji (ρ≤0,05). Hal ini dikarenakan kontrol negatif hanya

mengalami sedikit penurunan kadar glukosa darah, sedangkan kontrol positif dan ketiga

kelompok uji mengalami penurunan kadar glukosa darah. Kelompok uji dosis 125, 250,

dan 500 mg/kgbb pada hari ke 3, ke 6, dan ke 9 tidak berbeda secara bermakna (ρ≤0,05)

satu sama lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kelompok uji dosis 125, 250, dan 500

mg/kgbb memiliki efek yang sama dalam menurunkan kadar glukosa darah. Namun,

kelompok uji dosis 250 mg/kgbb pada hari ke 9 menunjukkan hasil tidak berbeda secara

bermakna dengan kontrol positif (ρ≥0,05). Hal tersebut berarti, pada hari ke 9 dosis 250

mg/kgbb mampu menurunkan kadar glukosa darah secara lebih baik dibandingkan dosis

lain. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun mangga dengan dosis

250 mg/kgbb dengan waktu 9 hari dapat menurunkan kadar glukosa darah mencit yang

telah diinduksi aloksan.

4.5 Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder

Ekstrak metanol daun mangga diidentifikasi senyawa metabolit sekundernya

menggunakan metode uji fitokimia. Uji fitokimia yang dilakukan adalah uji warna

untuk mengetahui adanya golongan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid,

alkaloid, polifenol, terpenoid/steroid, saponin dan tanin. Kemampuan ekstrak metanol

daun mangga dalam menurunkan kadar glukosa darah mencit dikarenakan zat-zat aktif

yang terkandung di dalam daun tersebut. Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun

mangga dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan gambar selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran N.

Tabel 4.2 Hasil uji fitokimia ekstrak metanol daun mangga

Senyawa Pereaksi Warna HasilFlavonoidAlkaloidSaponin

TerpenoidSteroid

PolifenolTanin

Mg + HCl pekatMayer

Aquades panasLiebermann-BurchardLiebermann-Burchard

FeCl3

FeCl3

JinggaEndapan putih

Busa yang stabil ±1,5 cm Hijau tuaHijau tua

HitamHitam

Positif(+)Positif (+)Positif (+)Negatif (-)Positif (+)Positif (+)Positif (+)

4.5.1 Uji Flavonoid

Flavonoid adalah kelompok senyawa fenolik terbesar yang ditemukan di alam terutama

pada jaringan tumbuhan tinggi. Flavonoid memiliki ikatan dengan gugus gula yang

menyebabkan flavonoid bersifat polar (Markham, 1988). Uji senyawa flavonoid

Page 16: Booklet

dilakukan dengan metode Wilstater. Uji flavonoid dinyatakan positif apabila terbentuk

kompleks berwarna merah atau jingga yang disebabkan oleh reduksi flavonoid oleh Mg

dan HCl pekat (Robinson, 1995). Hasil uji flavonoid ekstrak metanol daun mangga

menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks berwarna jingga.

Uji flavonoid diperlukan penambahan HCl yang berfungsi untuk menghidrolisis

flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis O-glikosil. Glikosil akan

tergantikan oleh H+ dari asam yang bersifat elektrofilik. Glukosa, galaktosa dan

ramnosa merupakan glikosida berupa gula yang biasa dijumpai. Sedangkan serbuk Mg

dapat menghasilkan senyawa kompleks berwarna merah atau jingga (Robinson, 1995).

Reaksi antara flavonoid dengan serbuk Mg dan HCl dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Garam flavilium merah tua

Gambar 4.1 Reaksi terbentuknya garam flavilium (Robinson, 1995)

4.5.2 Uji Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa nitrogen yang sering terdapat dalam tumbuhan. Atom

nitrogen yang terdapat pada molekul alkaloid umumnya merupakan atom nitrogen

sekunder ataupun tersier dan kadang terdapat sebagai atom nitrogen kuartener. Uji

senyawa alkaloid dilakukan dengan metode Mayer. Uji alkaloid dinyatakan positif

apabila terbentuk endapan berwarna putih kekuningan jika ditambahkan pereaksi

Mayer. Hasil uji alkaloid ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif

dengan terbentuknya endapan berwarna putih kekuningan di dasar tabung.

HCl yang ditambahkan pada pereaksi Mayer berfungsi untuk membuat suasana

larutan menjadi asam, karena golongan alkaloid bersifat basa. Larutan merkurium (II)

klorida yang bereaksi dengan kalium iodida pada pembuatan pereaksi Mayer akan

Page 17: Booklet

1-Arabinopiriosil-3β-asetil Glukosa

membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. Apabila kalium iodida ditambahkan

berlebih, maka akan terbentuk kalium tetraiodomerkurat (II) (Svehla, 1990). Endapan

putih kekuningan yang terbentuk disebabkan oleh pasangan elektron bebas dari atom

nitrogen senyawa alkaloid membentuk ikatan kovalen koordinat dengan ion logam.

Atom nitrogen tersebut bereaksi dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodomerkurat (II)

membentuk kompleks kalium-alkaloid dalam bentuk endapan (Mc. Murry dan Fay,

2004). Reaksi yang terjadi pada uji Mayer ditunjukkan pada Gambar 4.2.

Kalium tetraiodomerkurat (II)

Kalium-Alkaloid

Gambar 4.2 Reaksi uji Mayer (Mc. Murry dan Fay, 2004)

4.5.3 Uji Saponin

Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat

dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa. Saponin merupakan glikosida

triterpenoid yang memiliki sifat polar karena ikatan glikosidanya dan triterpen yang

bersifat nonpolar (Harborne, 1996). Uji senyawa saponin dilakukan dengan metode

Forth, yaitu hidrolisis saponin dalam air. Uji saponin dinyatakan positif apabila

terbentuk busa stabil setinggi ±1,5 cm dan tetap stabil selama 15 menit. Busa tersebut

menunjukkan adanya glikosida yang terhidrolisis dalam air menjadi glukosa dan

senyawa lainnya (Marliana dan Suryanti, 2005). Hasil uji saponin ekstrak metanol daun

mangga menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya busa stabil setinggi 1 cm

selama 15 menit. Reaksi pembentukkan busa pada uji saponin dapat dilihat pada

Gambar 4.3.

Aglikon

Page 18: Booklet

Gambar 4.3 Reaksi hidrolisis saponin dalam air (Marliana dan Suryanti, 2005)

4.5.4 Uji Terpenoid dan Steroid

Uji senyawa terpenoid dan steroid dilakukan menggunakan pereaksi Liebermann-

Burchard. Pereaksi tersebut merupakan campuran dari asam sulfat pekat dan asam asetat

glasial. Menurut Harborne (1996), uji senyawa terpenoid dinyatakan positif apabila

terbentuk larutan berwarna merah jingga atau ungu, sedangkan uji senyawa steroid

dinyatakan positif apabila terbentuk larutan berwarna hijau atau biru. Hasil uji terpenoid

dan steroid ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif steroid dengan

terbentuknya warna hijau tua dan hasil negatif untuk senyawa terpenoid. Steroid adalah

suatu golongan senyawa triterpenoid yang mengandung inti siklopentana

perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana

(Harborne, 1996).

Perubahan warna yang terjadi pada uji ini disebabkan oleh terbentuknya garam

yang memberikan reaksi warna dari ikatan antara molekul-molekul asam anhidrida

asetat dan asam sulfat pada pereaksi Liebermann-Burchard dengan molekul senyawa

terpenoid atau steroid. Warna tersebut disebabkan oleh reaksi oksidasi pada golongan

steroid melalui pembentukkan ikatan rangkap konjugasi (senyawa pentainilik) (Soetarno

dan Soediro, 1997). Reaksi antara senyawa steroid dengan pereaksi Liebermann-

Burchard dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Reaksi antara senyawa steroid dengan pereaksi Liebermann-Burchard (Harborne, 1996).

4.5.5 Uji Polifenol

Page 19: Booklet

Polifenol merupakan zat kimia yang ditemukan pada tumbuhan, memiliki banyak gugus

fenol dalam molekulnya. Uji senyawa polifenol dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3.

FeCl3 yang ditambahkan hanya dapat menunjukkan keberadaan senyawa fenol secara

umum, namun tidak dapat dibedakan golongan senyawanya (Harborne, 1996). Uji

polifenol dinyatakan positif apabila terbentuk kompleks berwarna hijau, ungu, biru, atau

hitam. Hasil uji polifenol ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif

dengan terbentuknya kompleks berwarna hitam. Reaksi yang terjadi pada uji polifenol

dapat dilihat pada Gambar 4.5.

ArOH + FeCl3 [Fe(OAr)6]3- + 3HCl + 3H+

Kompleks berwarna (hijau, hitam, biru tua)

Gambar 4.5 Reaksi antara polifenol dengan pereaksi FeCl3 (Robinson, 1995)

4.5.6 Uji Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol dari kelompok flavonoid yang cenderung larut

dalam air dan pelarut polar (Harborne, 1996). Sama halnya dengan uji polifenol, uji

senyawa tanin dilakukan menggunakan pereaksi FeCl3 karena pereaksi tersebut

dipergunakan secara luas untuk mengidentifikasi senyawa fenol termasuk tanin. Uji

tanin dinyatakan positif apabila terbentuk kompleks berwarna hitam. Hasil uji tanin

ekstrak metanol daun mangga menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya kompleks

berwarna hitam. Warna hitam yang dihasilkan menunjukkan senyawa tanin

terkondensasi karena pereaksi FeCl3 bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang

terdapat pada senyawa tanin (Sangi dkk., 2008). Reaksi yang terjadi pada uji tanin dapat

dilihat pada Gambar 4.6.

Page 20: Booklet

Gambar 4.6 Reaksi uji tanin (Marliana dan Suryanti, 2005)

Mekanisme penurunan kadar glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan

berhubungan dengan kandungan senyawa-senyawa aktif yang terdapat pada ekstrak

metanol daun mangga. Menurut Ivorra et al. (1989), senyawa flavonoid, alkaloid dan

tanin banyak ditemukan pada penelitian antidiabetes dari ekstrak tanaman. Penelitian

Zuhrotun (2007) tentang ekstrak etanol biji buah alpukat sebagai antidiabetes dan

penelitian Sari (2012) tentang ekstrak etanol gambir untuk uji hipoglikemik juga

menunjukkan bahwa senyawa tersebut dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Senyawa flavonoid merupakan agen antidiabetes yang potensial karena flavonoid

bekerja sebagai insulinomimetic dan antihiperglikemik yang memiliki efek untuk

memperbaiki kondisi penderita diabetes mellitus. Tanin bekerja membentuk kompleks

dengan protein di jonjot-jonjot usus sehingga menghambat absorbsi glukosa dan lemak

(Ivorra et al., 1989).

Senyawa aktif yang diduga sangat berperan dalam mengobati hiperglikemia

adalah senyawa flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa golongan fenolik yang

dimiliki oleh banyak tanaman sebagai inhibitor α-glukosidase. Inhibitor α-glukosidase

menunda absorbsi karbohidrat yang didapatkan dari makanan, sehingga mengurangi

kadar glukosa dalam darah setelah makan. Flavonoid dalam bentuk glikosidanya

mampu berperan sebagai senyawa yang dapat menetralkan radikal bebas, sehingga

dapat melindungi sel dari paparan radikal bebas dan mencegah kerusakan sel β pankreas

yang memproduksi insulin. Jutiviboonsuk dan Sardsaengjun (2013) melaporkan bahwa

Page 21: Booklet

pada bagian daun mangga terdapat senyawa mangiferin (1,3,6,7-tetrahydroxy-xanthone-

C(2)-β-D-glucoside) yang termasuk dalam senyawa flavonoid. Mangiferin merupakan

senyawa dari daun mangga yang diduga memiliki aktivitas antidiabetes. Hal tersebut

dimungkinkan karena mangiferin mampu menetralkan radikal bebas aloksan pada sel β

pankreas mencit, sehingga kadar glukosa darah mencit diabetes dapat menurun. Struktur

mangiferin dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Struktur mangiferin (Matkowski et al., 2013)

Page 22: Booklet

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak metanol daun mangga dengan dosis 125, 250, dan 500 mg/kgbb dapat

menurunkan kadar glukosa darah mencit yang telah diinduksi aloksan. Dosis 125,

250 dan 500 mg/kgbb menunjukkan efek yang sama dalam menurunkan kadar

glukosa darah. Namun, dosis 250 mg/kgbb memiliki persentase penurunan kadar

glukosa darah paling tinggi yaitu sebesar 20,23% pada hari ke 3, 28,72% pada

hari ke 6, dan 47,59% pada hari ke 9.

2. Ekstrak metanol daun mangga mengandung senyawa metabolit sekunder

golongan alkaloid, flavonoid, steroid, polifenol, saponin, dan tanin.

5.2 Saran

Berdasarkan informasi dari hasil penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

untuk memurnikan ekstrak daun mangga, mengelusidasi struktur serta

mengaplikasikannya menjadi bentuk sediaan obat.

Page 23: Booklet

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. A. (1986). Buku Materi Pokok Kimia Organik Bahan Alam. Jakarta: Universitas Terbuka.

Aiyelaagbe, O. O., dan Osamudiamen, P. M. (2009). Phytochemical screening for active compounds in Mangifera indica leaves from Ibadan, Oyo State. Plant Sci Res, 2(1), 11-13.

Bonaerense, A. F. (2005). Standardization of extracts from Momordica charantia L.(Cucurbitaceae) by total flavonoids content determination. acta farmacéutica bonaerense, 24(4), 562-6.

Dalimartha, S., dan Adrian, F. (2012). Makanan dan Herbal untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadatya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2005). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G. C., Matzke, G. R., Wells, B. G., Posey, L. M., dan Pharmacotherapy 3rd, A. (2005). Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. South Carolina: McGraw Hill Companies.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Harborne, J.B. (1996). Metode Fitokimia: Cara Menganalisa Tanaman Edisi Kedua. Terjemahan K. Fadmawinata dan I.Sudiro. Bandung: Penerbit ITB.

Hulshof, P. J., Xu, C., van de Bovenkamp, P., Muhilal, dan West, C. E. (1997). Application of a validated method for the determination of provitamin A carotenoids in Indonesian foods of different maturity and origin. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 45(4), 1174-1179.

Ismail, A., Marjan, Z. M., dan Foong, C. W. (2004). Total antioxidant activity and phenolic content in selected vegetables. Food Chemistry, 87(4), 581-586.

Ivorra, M. D., Paya, M., dan Villar, A. (1989). A review of natural roducts and plants as potential antidiabetic drugs. Journal of ethnopharmacology, 27(3), 243-275.

Jutiviboonsuk, A., dan Sardsaengjun, C. (2010). Mangiferin in leaves of three thai mango (Mangifera indica L.) varieties. International Journal Pharmaceutical Science, 6(3), 122-129.

Katzung, B. G. (2011). Farmakologi Dasar & Klinik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 24: Booklet

Kumalasari, E., & Sulistyani, N. (2011). Aktivitas antifungi ekstrak etanol batang binahong (Anredera cordifolia (Tenore) Steen) terhadap Candida albicans serta skrining fitokimia. Pharmaciana, 1(2), 51-62.

Laurence, D. R., dan Bacharach, A. L. (Eds.). (1964). Evaluation of drug activities: pharmacometrics. New York: Academic press.

Lenny, S. (2006). Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. [online], diunduh dari http://library.usu.ac.id/download/fmipa/06000441.pdf. Diakses tanggal 27 Juli 2015.

Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit ITB.

Marliana, S. D., dan Suryanti, V. (2005). Skrining fitokimia dan analisis kromatografi lapis tipis komponen kimia buah labu siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam ekstrak etanol. Biofarmasi, 3(1), 26-31.

Mathalaimutoo, A. (2012). Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun mangga bapang (Mangifera indica L. var. bapang) pada tikus galur wistar yang diinduksi aloksan. Students e-Journal, 1(1), 40.

Matkowski, A., Kus, P., Goralska, E., dan Wozniak, D. (2013). Mangiferin–a bioactive xanthonoid, not only from mango and not just antioxidant. Mini reviews in medicinal chemistry, 13(3), 439-455.

Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes Melitus. Yogyakarta: Katahati.

McMurry, J., dan Fay, R. C. (2004). McMurry fay chemistry. Edisi keempat. Belmont, CA: Pearson Education International.

Mutschler, E. (1991). Dinamika Obat, Farmakologi dan Toksikologi. Bandung: Penerbit ITB.

Ningsih, D. R., Zusfahair, dan Purwati. (2014). Potensi ekstrak daun kamboja (Plumeria Alba L.) sebagai antibakteri dan identifikasi golongan senyawa bioaktifnya. Jurnal Molekul, 9(2), 101-109.

Nobre, C., dan Moura, F. (2005). Standardization of extracts from Momordica Charantia L. (Cucurbitaceae) by total flavonoids content determination. Actafarm Bonaerense. vol. 24(1): 562-566.

Prihatman, K. (2000). Mangga (Mangifera sp.) sumber: BAPPENAS. Jakarta: Menegristek.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi VI. Bandung: ITB.

Rukmana, H. (1997). Budidaya Mangga. Yogyakarta: Kaninius.

Sangeetha, K. N., Sujatha, S., Muthusamy, V. S., Anand, S., Nithya, N., Velmurugan, D., Arun, B., dan Lakshmi, B. S. (2010). 3β-taraxerol of Mangifera indica, a PI3K dependent dual activator of glucose transport and glycogen synthesis in 3T3-L1

Page 25: Booklet

adipocytes. Biochimica et Biophysica Acta (BBA)-General Subjects, 1800(3), 359-366.

Sangi, M., Runtuwene, M. R., Simbala, H. E., dan Makang, V. (2008). Analisis fitokimia tumbuhan obat di kabupaten minahasa utara. Chemistry Progress, 1(1), 47-53.

Sari, H. M. (2012). Uji efek hipoglikkemik ekstrak etanol gambir (Uncaria gambir, Roxb) pada tikus putih jantan dengan metode induksi aloksan dan toleransi glukosa. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah.

Sastrohamidjojo, H. (2002). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.

Sewell, P. A., dan Brian, C. (1991). Chromatographic Separations Analytical Chemistry by Open Learning. Singapore: John Willey & Sons.

Soetarno, S. dan Soediro, I. S. (1997). Standardisasi Mutu Simplisia dan Ekstrak Bahan Obat Tradisional. Presidium Temu Ilmiah Nasional Bidang Farmasi.

Sholikhah, E. N., Ngatidjan, S., dan Prasetya, A. B. (2006). Cara kerja ekstrak etanol biji pisang (Musa balbisiana, Colla) sebagai penghambat sekresi asam lambung tikus putih in vitro. Berkala Ilmu Kedokteran, 38(2006).

Sudjana. (2005). Metode Statistika Edisi Keenam. Bandung: Tarsito.

Suharmiati. (2003). Pengujian Bioaktivitas Antidiabetes Mellitus Tumbuhan Obat. [online], diunduh dari http://www.kalbe.co.id. Diakses tanggal 20 Februari 2015.

Svehla, G. (1990). Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi kelima. Penerjemah Setiono, L. dan A.H. Pudjaatmaka. Jakarta: PT. Kalman Media Pusaka.

Szkudelski, T. (2001). The mechanism of alloxan and streptozotocin action in β cells of the rat pancreas. Physiology Research, 50(6), 537-546.

Thompson, E. B. (1985). Drug Bioscreening. America: Graceway Publishing Company, Inc.

Tiwari, A. K. dan Rao, J. M. (2002). Diabetes mellitus and multiple therapeutic approaches of phytochemicals: present status and future prospect. J. Curent Science, vol.83: 30-38.

Tohir, K. A. (1978). Bercocok Tanam Pohon Buah-Buahan. Jakarta: Pradnya Paramita.

World Health Organization (WHO). (2012). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and It’s Complications. Geneva: WHO Publishing.

Zuhrotun, A. (2007). Aktivitas antidiabetes ekstrak etanol biji buah alpukat (Persea americana Mill.) bentuk bulat. Universitas Padjadjaran, Bandung.(tidak dipublikasikan) Oktober.