View
4.343
Download
4
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH
BUDAYA BATIK SOLO DIKALANGAN MASYARAKATNYA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliahPendidikan Agama Islam
DI SUSUN OLEH :
Muhammad Abassi Ali Bilhadj (113500025)
PRODI / KELAS :
ILMU KOMUNIKASI / A
Telkom Economics & Business School
Ilmu Komunikasi
2013 – 2014
MOTTO
Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan
bila anda sedang takut, jangan terlalu takut.
Karena keseimbangan sikap adalah penentu
ketepatan perjalanan kesuksesan anda.
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita
adalah untuk mencoba, karena didalam mencoba
itulah kita menemukan dan belajar membangun
kesempatan untuk berhasil.
Anda hanya dekat dengan mereka yang anda
sukai. Dan seringkali anda menghindari orang
yang tidak anda sukai, padahal dari dialah
Anda akan mengenal sudut pandang yang baru.
Orang-orang yang berhenti belajar akan menjadi
pemilik masa lalu. Orang-orang yang masih terus
belajar, akan menjadi pemilik masa depan.
(MARIO TEGUH)
Kata Pengantar
Puji Syukur atas kehadirat Allah ‘Azza wa Jalla yang telah memberikan
nikmat iman dan Islam kepada kita. Shalawat serta salam kita haturkan pada
Rosulullah Muhammad SAW , keluarga , sahabat , dan kita sebagai generasi
penerusnya hingga akhir zaman.
Adapun penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang diberikan ibu Iis Suryani sebagai
dosen pengampu.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam makalah. Untuk itu
saya memohon bimbingan lebih lanjut dari Ibu dosen guna penyempurnaan
makalah ini. Dalam kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih
kepada Ibu dosen selaku pembimbing yang telah membantu terciptanya makalah
ini. Akhir kata , semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi amal sholeh
bagi penulis , amin.
Bandung, 13 November
2013
Penyusun
BUDAYA BATIK SOLO DIKALANGAN MASYARAKATNYA
Halaman Judul
Halaman Motto
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang1.2. Tujuan Penulisan1.3. Manfaat penulisan
BAB II MENGENAL BATIK SOLO
1.1. Pengertian Batik 1.2. Sejarah batik Solo1.3. Jenis – jenis motif batik Solo1.4. Cara pembuatan batik1.5. Musium batik tua danar hadi Solo
BAB III MENGENAL BATIK SOLO DIKALANGAN MASYARAKATNYA
1.1. Batik sebagai identitas kota Solo1.2. Kampung batik di kota Solo1.3. Solo batik carnaval1.4. Filosofi motif batik pada masyarakat jawa
BAB IV PENUTUP
1.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang penulisan masalah
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memnuhi tugas mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan. Tugas ini disusun dengan mempelajari
materi tentang “Budaya batik solo dikalangan masyarakatnya” dimana materi ini
akan menjadi pembelajaran kepada kita untuk menerapkan unsur budaya yang
dicontohkan masyarakat solo.
1.2. Tujuan penulisan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mendapatkan nilai pada mata
kuliah pendidikan kewarganegaraan dan menuntaskan tugas dari kajian materi
yang telah diberikan. Selain itu tugas ini bertujuan untuk pelatihan dalam
mengenali dan menganalisis suatu unsur budaya dan sosial pada masyarakat solo.
1.3. Manfaat penulisan
Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah kita dapat mempelajari
dan menganalisis unsur budaya dan sosial pada masyarakat solo, dan kita bisa
mengambil hikmah atas semua yang dicintohkan masyarakat solo.
BAB II
MENGENAL BATIK SOLO
1.1. Pengertian Batik
Batik adalah lukisan yang dibuat pada kain dengan bahan lilin dan
pewarna (naptol), menggunakan alat canting atau kuas serta teknik tutup
celup. Dalam perkembangannya, untuk mempercepat proses membatik
digunakan cap. Itulah sebabnya, karya batik dengan canting dan cap dikenal
dengan istilah batik tulis dan batik cap. Batik memiliki fungsi ganda, yaitu
kebutuhan akan pakaian, penutup tempat tidur, sarung bantal, dan
sebagainya. Secara estetis, batik lukis bisa dibingkai dan dijadikan menjadi
perhiasan ruangan.
Desain ragam hias untuk pola batik, Ragam hias dalam seni rupa
bisa berfungsi mengisi kekosongan suatu bidang dan juga berfungsi
simbolis. Ragam hias berkaitan dengan pola hias dan motif. Pola hias
merupakan unsur dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
merancang suatu hiasan. Sedangkan, motif hias merupakan pokok pikiran
dan bentuk dasar dalam perwujudan ragam hias, meliputi bentuk alami dan
hasil kreasi manusia.
Jadi, ragam hias adalah susunan pola hias yang menggunakan motif-
motif hias dengan kaidah tertentu pada suatu bidang atau ruang sehingga
menghasilkan bentuk yang indah. Ragam hias dapat dibedakan menjadi 3
motif yaitu sebagai berikut:
a. Motif geometris, meliputi pilin ganda, tumpal, meander, swastika, dan
kawung
b. Motif nongeometris, meliputi manusia, binatang, dan tumbuhan
c. Motif benda mati, meliputi air, api, awan, batu, gunung, dan matahari.
1.2. Sejarah batik solo
Sejarah batik berkaitan dengan sejarah majapahit dan penyebaran
agama islam di tanah jawa. Dalam catatan perkembangan batik banyak di
lakukan pada masa masa jaman kerajaan mataram, kemudian pada masa
kerajaan solo dan Yogyakarta, jadi batik telah di kenal pada jama kerajaam
majapahit dan dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja
berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik
rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-
XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya adalah
batik tulis. sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah
perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan
ajaran agama islam banyak daerah pusat perbatikan di jawa adalah daerah
santri-santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh
tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda. Kesenian
batik adalah dalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaianyang menjadi
salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya
batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari
pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa
oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya
untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari,
baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu
adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai
terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain
dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari
soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Pada jaman Majapahit
dapat di telusuri di daerah mojokerto, tulungagung. Mojokerto adalah
daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit karena semasa
dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.
Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di
Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat
digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah
Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal
dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit
daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak
mau tunduk kepada kerajaan Majapahit. Daerah pembatikan sekarang di
Mojokerto terdapat di Kwali, Mojosari, Betero dan Sidomulyo. Diluar
daerah Kabupaten Mojokerto ialah di Jombang. Pada akhir abad ke-XIX ada
beberapa orang kerajinan batik yang dikenal di Mojokerto, bahan-bahan
yang dipakai waktu itu kain putih yang ditenun sendiri dan obat obat batik
dari soga jambal, mengkudu, nila tom, tinggi dan sebagainya.
1.3. Jenis – jenis motif batik solo
Batik Solo memiliki berbagai macam motif, namun yang paling
banyak digemari serta merupakan motif yang khas pada batik solo yaitu ada
lima motif, diantaranya motif sido asih dengan motif geometris berpola
dasar segi empat dengan arti keluhuran, motif ratu ratih yang diambil dari
kata ratu patih, yang menggambarkan kemuliaan, motif parang kusuma yang
merupakan motif diagonal berupa garis berlekuk-lekuk yang berarti bunga,
motif bokor kencana yaitu motif geometris berpola dasar yang berbentuk
lung-lungan yang berarti harapan, keagungan, dan kewibawaan, motif sekar
jagad yang merupakan perulangan geometris dengan cara ceplok yang
mengandung arti keindahan dan keluhuran kehidupan di dunia.
Berikut jenis – jenis motif yang ada dikota solo, diantaranya adalah :
a. Batik motif sido asih
Batik motif Sidoasih berasal dari Kraton Surakarta dan biasanya
dikenakan temanten puteri pada saat malam temanten. Motif Sidoasih
bermakna, Sido dalam bahasa jawa memiliki arti jadi, asih berasal dari
kata kasih yang mengalami pelepasan huruf K, asih bisa berarti sayang,
cinta dan eman. Motif ini mempunyai makna agar hidup berumah
tangga selalu penuh kasih sayang. Makna dari motif Sidoasih adalah
harapan agar manusia mengembangkan rasa saling menyayangi dan
mengasihi antar sesama.
b. Batik motif ratu ratih
Nama batik “ratu-ratih’ berasal dari kata “ratu-patih” karena terjadi
salin swara ada yang memberikan makna “tunjung-putih” yang artinya
ratu jinunjung patih atau raja yang dijunjung oleh patih atau diembani
oleh patih karena usianya yang masih muda. Batik ini muncul pada
masa pemerintahan Paku Buwono ke VI, dimana pada saat diangkat
menjadi raja usianya masioh sangat muda sehingga diemban oleh
patihnya (ayahnya sendiri) pada tahun 1824 M. Makna dari motif batik
ini diibaratkan cincin emas yang bermata berlian yang dikaitkan dengan
kemuliaan, keagungan dan mudah menyesuaikan dengan
lingkungannya. Motif batik ini dipakai oleh semua golongan dan
biasanya dipakai pada saat menghadiri jamuan.
c. Batik motif parang kusuma
Motif ini bermakna hidup harus dilandasi dengan perjuangan untuk
mencari kebahagiaan lahir dan batin, ibarat keharuman bunga (kusuma).
Contohnya bagi orang Jawa, yang paling utama dari hidup masyarakat
adalah keharuman (kebaikan) pribadinya tanpa meninggalkan norma-
norma yang berlaku dan sopan santun agar dapat terhindar dari bencana
lahir dan batin. ,ereka harus mematuhi aturan hidup bermasyarakat dan
taat kepada perintah Tuhan. Kondisi ini memang tidak mudah untuk
direalisasikan tetapi umumnya orang Jawa berharap bisa menemukan
hidup yang sempurna lahir batin. Mereka akan mengusahakan banyak
hal untuk mencapai kehidupan bahagia lahir dan batin. Di zaman yang
serba terbuka sekarang ini, sungguh sulit untuk mencapai ke tingkat
seperti yang diharapkan karena banyak godaan. Orang pun lebih
cenderung mencari nama harum dengan cara membeli dengan uang
yang dimiliki, bukan dari tingkah laku dan prbadi yang baik.
d. Batik motif bokor kencana
Bokor biasanya untuk tempat air bunga sebagai kelengkapan
upacara. Kencana berarti emas. Motif ini dari ampilan raja. Apabila raja
duduk disinggasana selalu disertai perlengkapan yang disebut ampilan
upacara yang dibawa oleh putra ataupun cucu raja yang masih kecil.
Putra atau cucu raja disebut palara–lara yang berarti masih belajar tata
krama. Makna dari bathik ini diharapkan akan mendatangkan
kewibawaan dan keagungan sehingga disegani di dalam lingkungan
masyarakat. Motif ini bisa dipakai oleh semua golongan pangkat dalam
masyarakat, baik tua maupun muda dan motif ini muncul pada masa
pemerintahan PB IX pada akhir abad XIX juga termasuk bathik gagrak
anyar.
e. Batik motif sekar jagad
Batik motif Sekar Jagad merupakan salah satu motif batik
khas Indonesia. Batik pedalaman ini berasal dari Solo & Yogya.
Dengan latar putih, maknanya adalah peta dunia. “Kar” dalam Bahasa
Belanda berarti peta dan “Jagad” dalam Bahasa Jawa berarti dunia,
sehingga motif ini juga melambangkan keragaman baik di Indonesia
maupun di seluruh dunia. Batik ini menggambarkan bentuk kebaikan
dan biasa dipakai oleh orang ahli, orang pintar, dukun istana dan
keraton. Motif ini mengandung makna kecantikan dan keindahan
sehingga orang lain yang melihat akan terpesona.
1.4. Cara pembuatan batik
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk
membuat batik tulis :
a. Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
b. Canting sebagai alat pembentuk motif,
c. Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
d. Lilin (malam) yang dicairkan
e. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
f. Larutan pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
1. Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut
molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap orang memiliki selera
berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri,
namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum
yang telah ada. Motif yang kerap dipakai diindonesia sendiri adalah
batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain
dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural
seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini
dapat menggunakan pensil.
2. Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis
dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi)
dengan mengikuti pola tersebut.
3. Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang
akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk bagian
halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah
supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang
diberi lapisan lilin tidak terkena.
4. Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak
tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada warna
tertentu .
5. Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
6. Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis
dengan lilin malam menggunakan canting untuk menutup bagian yang
akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
7. Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
8. Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut
dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku.
9. Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali
proses pembatikan dengan penutupan lilin (menggunakan alat
canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
10. Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan
berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan kompleksitas motif
yang diinginkan.
11. Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah
warna direbus air panas. Tujuannya adalah untuk menghilangkan
lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat
jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat
motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain
tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur).
Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
12. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian
mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum dapat digunakan dan
dipakai.
1.5. Musium batik tua danar hadi solo
Batik merupakan warisan budaya yang penting untuk dilestarikan.
Bahkan UNESCO telah mengukuhkan batik sebagai warisan budaya dunia.
Danar Hadi merupakan salah satu produsen batik yang terkenal di kota
Surakarta. Selain memproduksi batik dan melakukan inovasi produk, Danar
Hadi juga melestarikan budaya yang adiluhung ini dengan mendirikan
sebuah museum, yaitu Museum Batik Kuno Danar Hadi.
Beragam corak, motif dan jenis kain batik dari seluruh nusantara
menjadi koleksi Museum Batik Kuno Danar Hadi. Koleksinya bahkan
mencapai 10000 helai kain batik, sehingga museum ini diakui oleh MURI
(museum rekor indonesia) sebagai museum yang mempunyai koleksi kain
batik terbanyak.
Dibuka pada tahun 2002 oleh wakil presiden Megawati Soekarnoputri,
museum ini menyimpan berbagi corak dan motif kain batik beserta nilai-
nilai sejarahnya. Kain batik belanda merupakan salah satu koleksi penting
Museum Batik Kuno Danar Hadi. Kain ini dipengaruhi oleh ragam corak
dan warna khas eropa, yang dibawa oleh orang-orang Eropa pada masa
penjajahan belanda. Selain itu terdapat motif batik Djawa Hokokai. Jenis
kain batik ini dipengaruhi oleh ragam corak dan warna khas jepang, di mana
pada masa itu menjajah Indonesia. Perpaduan corak budaya ini menjadikan
kain batik Djawa Hokokai semakin unik dan indah.
Ruang galeri pertama berisi koleksi Batik Belanda yang sebagian
besar berbentuk sarung dengan dominasi motif bunga, dedaunan, hewan
terutama burung dan kupu-kupu. Batik Belanda umumnya tampil dengan
warna-warna cerah seperti merah, hijau, oranye, dan merah jambu. Di
dinding terpajang foto-foto orang Belanda yang sedang mengenakan kain
batik. Ruang galeri kedua dipenuhi dengan koleksi Batik Kraton, baik
Kraton Surakarta, Mangkunegaran, Yogyakarta, maupun Pakualaman. Motif
batik dari keempat kraton ini hampir sama, hanya modifikasi motif dan cara
pemakaiannya saja yang berbeda. Ada pula koleksi yang disebut dengan
Batik Tiga Negeri. Batik yang menggunakan tiga warna yaitu merah, biru,
dan coklat ini ternyata dibuat di tiga tempat yang berbeda. Pemberian warna
merah dikerjakan di Lasem, warna biru di Pekalongan, sementara warna
coklat di Solo. Karena itulah jenis batik ini dinamakan Batik Tiga Negeri.
Koleksi lain yang bisa dinikmati adalah Batik China, Batik Jawa Hokokai
(batik yang terpengaruh oleh kebudayaan Jepang), Batik Pesisir (Kudus,
Lasem, Pekalongan), Batik Sumatra, Batik Saudagaran, Batik Petani, Batik
Kontemporer, dan berbagai jenis batik lainnya. Salah satu yang menarik
perhatian adalah Batik Cirebon. Selain pengaruh China, jenis batik ini
memiliki motif-motif sayap yang menunjukkan pengaruh budaya Hindu dari
Kerajaan Mataram Kuno. Yang tidak boleh dilewatkan adalah koleksi
spesial museum ini. Ada beberapa koleksi batik kuno dengan motif unik
yang terinspirasi oleh cerita rakyat ataupun cerita legenda. Salah satunya
adalah motif Snow White. Batik ini dibuat dengan motif berupa gambar-
gambar yang bertutur tentang cerita Snow White. Cerita dimulai ketika ibu
tiri Snow White diberitahu oleh cermin ajaib bahwa Snow White adalah
wanita tercantik di negeri mereka. Ini membuat sang ibu tiri marah dan
membuangnya ke dalam hutan. Gambar-gambar terus berlanjut
menceritakan kehidupan Snow White di dalam hutan bersama tujuh kurcaci,
makan apel beracun, sampai dengan pertemuannya dengan pangeran yang
membangunkannya dari tidur panjang. Batik Snow White yang termasuk
dalam jenis Batik Belanda ini didesain oleh wanita Indo-Belanda pada
pertengahan abad ke 19. Meskipun demikian, pengerjaannya tetaplah
dikerjakan oleh orang-orang Indonesia. Selain itu masih ada beberapa batik
dengan motif yang bercerita tentang Hans and Gretel, Little Red Riding
Hood, dan bahkan cerita Perang Diponegoro.
BAB III
MENGENAL BATIK SOLO DIKALANGAN MASYARAKATNYA
1.1. Batik sebagai identitas kota solo
Solo merupakan sebuah kota diprovinsi Jawa Tengah, yang memiliki
nilai-nilai kejawaan yang sangat tinggi dan kental adanya. Solo yang
merupakan sebuah kota Jawa Tengah ini selalu berupaya melestarikan dan
mengenalkan adat-adat dan nilai-nilai kejawaannya yang masih dianut
mempunyai slogan dalam bahasa inggris ialah solo the spirit of java. Hal
tersebut merupakan upaya untuk memperkenalkan kota solo dikalangan
turis dan wisatawan-wisatawan lainnya.
Dengan nilai-nilai kejawaan itulah, solo memang menjadi kota wisata
yang tidak pernah habis pengunjung disetiap saatnya. Karya solo yang
berupa Batik inilah yang menjadi salah satu kebanggan tersendiri yang
dimiliki oleh masyarakat solo tersebut. Dari mulai corak, warna, pola dan
lainnya., batik ini memang sangat berbeda dari batik lainnya yang ada
diindonesia. Kekhasannya tersebut, membuat para pecinta batik selalu
memburu batik ini sebagai buah tangan yang tidak pernah ketinggalan.
Solo memang terkenal dengan wilayah penghasil batik. Solo juga
merupakan tempat wisata berbelanja batik yang cukup terkenal dan sering
dikunjungi oleh wisatawan asing dan domestik. Batik sudah seperti identitas
dari kota solo. Hasil produksi kain batik ini pun sudah diekspor hingga luar
negeri, batik solo memang lebih khas, karena selain solo juga disebut-sebut
sebagai ikon indonesia. Batik –batik yang dihasilkan oleh solo banyak
ragamnya, dari mulai batik celup, batik cetak, sampai batik tulis yang sangat
indah polanya.
1.2. Kampung batik dikota solo
a. Kampung Batik Laweyan merupakan kampung batik tertua di Indonesia
yang sudah eksis sejak tahun 1546, semasa pemerintahan Kerajaan
Pajang yang dipimpin oleh Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir). Maka dari
itu kampung batik Laweyan ini selain unik juga menyimpan cerita
sejarah.
Pada jaman sebelum kemerdekaan kampung Laweyan pernah
memegang peranan penting dalam kehidupan politik terutama pada
masa pertumbuhan pergerakan nasional. Sekitar tahun 1911 Serikat
Dagang Islam (SDI) berdiri di kampung Laweyan dengan Kyai Haji
Samanhudi sebagai pendirinya. Dalam bidang ekonomi para saudagar
batik Laweyan juga merupakan perintis pergerakan koperasi dengan
didirikannya “Persatoean Peroesahaan Batik Boemi Putera Soerakarta”
pada tahun 1935.
Saat ini di kampung batik Laweyan terdapat kurang lebih 70 pengrajin
batik berskala kecil sampai dengan menengah, yang memproduksi
bermacam-macam kerajinan batik seperti selendang, sprei, interior,
sarung, dan lain-lain. Hasil produksi kampung batik Laweyan ini selain
diminati oleh pembeli domestik, juga sangat digemari oleh turis
mancanegara. Kampung batik Laweyan pernah mendapatkan
penghargaan dari pemerintah RI berupa UPAKARTI untuk kategori
KAWASAN INDUSTRI KECIL pada tahun 2009.
b. Kampung Batik Kauman mempunyai kaitan erat dengan sejarah
perpindahan kraton Kartosuro ke Solo yang kemudian berubah nama
menjadi Kasunanan. Kauman merupakan tempat ulama yang terdiri dari
beberapa lapisan masyarakat mulai dari penghulu tafsir anom, ketip,
modin, suronoto dan kaum. Keberadaan kaum sebagai penduduk
mayoritas di kawasan inilah yang menjadi dasar pemilihan nama
"kauman".
Masyarakat kaum (abdi dalem) mendapatkan latihan secara khusus dari
kasunanan untuk mebuat batik baik berupa jarik/selendang dan
sebagainya. Dengan kata lain, tradisi batik kauman mewarisi secara
langsung inspirasi membatik dari Ndalem Kraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Berdasarkan bekal keahlian yang diberikan tersebut
masyarakat kauman dapat menghasilkan karya batik yang langsung
berhubungan dengan motif-motif batik yang sering dipakai oleh
keluarga kraton. Dalam perkembangannya, seni batik yang ada di
kampung kauman dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu batik
klasik motif pakem (batik tulis), batik murni cap dan model kombinasi
antara tulis dan cap. Batik tulis bermotif pakem yang banyak
dipengaruhi oleh seni batik kraton Kasunanan merupakan produk
unggulan kampung batik kauman. Produk-produk batik kampung
kauman dibuat menggunakan bahan sutra alam dan sutra tenun, katun
jenis premisima dan prima, rayon. Kampung yang memiliki 20-30an
home industri ini menjadi langganan dari para pembeli yang sudah
terjalin secara turun temurun dan wisatawan mancanegara (Jepang,
Eropa, Asia Tenggara dan Amerika Serikat). Keunikan yang ditawarkan
kepada para wisatawan adalah kemudahan transaksi sambil melihat-lihat
rumah produksi tempat berlangsungnya kegiatan membatik. Artinya,
pengunjung memiliki kesempatan luas untuk mengetahui secara
langsung proses pembuatan batik. Bahkan untuk mencoba sendiri
mempraktekkan kegiatan membatik. Disamping produk batik, kampung
batik Kauman juga dilingkupi suasana situs-situs bangunan bersejarah
berupa bangunan rumah joglo, limasan, kolonial dan perpaduan
arsitektur Jawa dan Kolonial. Bangunan-bangunan tempo dulu yang
tetap kokoh menjulang ditengah arsitektur modern pusat perbelanjaan,
lembaga keuangan (perbankan dan valas), homestay dan hotel yang
banyak terdapat disekitar kampung kauman. Fasilitas-fasilitas
pendukung yang ada di sekitar kampung kauman ini jelas menyediakan
kemudahan-kemudahan khusus bagi segenap wisatawan yang
berkunjung dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan lain di luar batik.
1.3. Solo batik carnival
Solo Batik Carnival adalah karnaval berbasis masyarakat yang
dirancang untuk menjadi sebuah karnaval tingkat dunia. Awalnya, karnaval
ini terinspirasi dari Jember Fashion Carnaval (JFC), sebuah parade peragaan
busana di jalanan. Karena itu tak heran jika konsep keduanya hampir sama.
Hanya saja yang membedakan adalah dalam bahan utama pembuatan
kostum. Sesuai dengan namanya Solo Batik Carnival, batik dijadikan
sebagai sumber ide sekaligus materi utama penciptaan kostum karnaval
yang fantastis. Sebelum mengikuti karnaval, setiap peserta diwajibkan
mengikuti workshop merancang kostum selama berbulan-bulan. Kostum
karnaval yang dirancang kemudian dipakai sendiri oleh para peserta dalam
puncak acara Solo Batik Carnival yang berlangsung di sepanjang Jalan
Slamet Riyadi hingga Kantor Balai Kota Solo.
Pada awal pelaksanaannya, Solo Batik Carnival selalu dilakukan pada
siang hari. Namun mulai tahun ke-4 Solo Batik Carnival dilaksanakan pada
malam hari. Kostum berbahan utama batik yang mewah dan megah serta
sorotan lampu warna-warni menjadikan gelaran Solo Batik Carnival
semakin istimewa. Tak heran jika ribuan penonton berdatangan dari
berbagai tempat dan memadati jalan yang dijadikan sebagai lokasi parade.
Tanggal pelaksanaan Solo Batik Carnival selalu berganti tiap tahunnya,
namun mulai tahun 2009 Solo Batik Carnival selalu dilaksanakan pada
bulan Juni.
Setiap tahunnya, Solo Batik Carnival mengusung tema yang berbeda
mulai dari "Topeng", "Sekar Jagad", hingga "Keajaiban Legenda". Tema-
tema tersebut kemudian diterjemahkan melalui kostum rancangan peserta
yang unik dan kreatif. Corak batik klasik dipadukan dengan batik
kontemporer dan dihiasi dengan manik-manik serta mahkota menjadikan
kostum makin semarak. Tak heran jika saat mengikuti Chingay Festival di
Singapura, delegasi Solo Batik Carnival mendapat apresiasi meriah dari
penonton. Saat ini Solo Batik Carnival terus berbenah diri guna menjadi
salah satu karnaval yang diperhitungkan di kancah internasional.
1.4. Filosofi motif batik pada masyarakat jawa
Filosofi Jawa Zaman memang berubah. Toh meski demikian, bagi
sebagian masyarakat Jawa, pemakaian batik tetap saja untuk menandai
setiap peristiwa penting dalam kehidupan manusia, sejak lahir hingga mati.
Artinya, beberapa motif batik hanya bisa digunakan untuk peristiwa-
peristiwa penting. Peristiwa kelahiran, misalnya, sebaiknya jabang bayi
dialasi dengan kain batik tua milik neneknya atau kopohan yang berarti
basah. Ini mengandung harapan agar si bayi berumur panjang seperti sang
nenek. Untuk pernikahan, batik yang cocok dikenakan mempelai adalah
batik dengan motif yang berawalan sida, misalnya Sida Mulya, Sida Luhur,
Sida Asih, dan Sida Mukti. Motif Sida Mukti biasanya dipakai oleh
pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sawitan
(sepasang). Ada pula motif yang bukan sawitan kembar, tetapi biasanya
dipakai pasangan pengantin yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan
Semen Rama, yang melambangkan kesetiaan seorang istri kepada suaminya.
Namun jika tak ada motif sida, mempelai bisa juga mengenakan motif
Truntum, Wahyu Tumurun, Semen Gurdha, Semen Rama dan Semen
Jlekithet. Masing-masing mengandung maksud agar kedua mempelai
mendapat kebahagiaan, kemakmuran dan menjadi orang terpandang. Namun
sangat pamali jika mempelai mengenakan motif Parang Rusak. Sebab,
rumah tangganya kelak akan hancur. Sementara pada upacara perkawinan,
orang tua pengantin akan mengenakan motif Truntum, yang maknanya
menuntun kedua mempelai dalam memasuki liku-liku kehidupan baru yaitu
berumah tangga. Dikenal juga motif Sida Wirasat. Wirasat berarti nasehat,
dan pada motif ini selalu terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya.
Motif Wirasat merupakan pengembangan dari motif Sida Mulya, yang
isinya terdiri dari bermacam–macam motif batik, antara lain motif Cakar,
Truntum, Sida Luhur, dan Sida Mulya. Makna motif ini, supaya dikabulkan
segala permohonannya, mencapai kedudukan tinggi, terpenuhi segala
materi, juga permohonan petunjuk dari Tuhan saat mendapat kegelapan agar
cepat diberi jalan yang terang. Motif ini muncul bersamaan dengan motif
Sida Mukti pada masa PB IV tahun 1800-an. Pada awalnya motif ini dipakai
oleh golongan tua saja, tetapi dalam perkembangannya motif ini didalam
masyarakat sering dipakai orang tua penganten putra dalam acara mbesan.
Motif ini berpola geometris seperti batik Sido Luhur, Sido Mukti dan
berkaitan dengan kepercayaan kejawen. Dasar pengertian ini adalah konsep
kekuasaan dipercaya muncul dari alam semesta, disamping dari kekuasaan
manusia. Dalam pola batik geometris ini, raja merupakan simbol kekuasaan
dunia dan sarana memberikan wahyu yang di wujudkan dengan pemberian
pangkat kedudukan kepada kawulanya.
Raja juga pelindung lewat hukum yang diberlakukan. Hal ini
digambarkan motif yang ketemu dalam empat titik temu bentuk belah
ketupat, sebagai lambang raja yang di kelilingi oleh para pembantunya
seperti yang disebut Pancaniti, dimana raja sebagai sebagai hakim, patih
sebagai jaksa, pujangga sebagai panitera, dan senapati serta ulama sebagai
dasar perimbangan keputusan. Motif Wirasat sebelum muncul di Surakarta,
telah berkembang lebih dulu motif ceplok.
Simbol Status dan Pangkat Motif batik gagrak Surakarta sangat erat
kaitannya dengan perjanjian Giyanti tahun 1755, yang memecah Kerajaan
Mataram menjadi dua: Surakarta dan Yogyakarta. Dari perpecahan tersebut,
seluruh busana (batik) keraton dibawa ke Yogyakarta. Sejak perpecahan
itulah keraton Mataram Surakarta tidak mempunyai corak busana khas
keraton, hingga kemudian Paku Buwono III memerintahkan untuk membuat
motif batik Surakarta. Namun perkembanganan corak batik gagrak
Surakarta yang pesat, justru mengakibatkan nilai-nilai filosofi, budaya, dan
tatanan dalam penggunaan kain batik menjadi kabur; kain batik yang
diperuntukkan bangsawan dan kawula menjadi tidak jelas.
Sang Raja, PB III, pun membuat sejumlah aturan, antara lain dengan
mengeluarkan motif batik larangan. Yaitu motif batik tertentu yang hanya
boleh dipakai oleh kalangan keraton, dan rakyat jelata dilarang
memakainya. Inilah awal batik gagrak Surakarta mengenal tatanan
berbusana di dalam kehidupan masyarakat jawa, khususnya dibumi
Mataram Surakarta Hadiningrat). Selain batik larangan, pihak keraton juga
menjadikan batik sebagai simbol status dan tanda kepangkatan pemakainya.
Artinya, pada tatanan masyarakat Keraton Surakarta tempo dulu, status
sosial dan pangkat seseorang bisa dilihat dari motif batik yang
dikenakannya. Nah, motif batik yang dipakai kalangan lingkungan kerajaan
Surakarta tersebut, antara lain adalah : Batik Parangrusak. Motif ini dipakai
oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati (KGPAA), Pangeran Putra,
Pangeran Sentana dan Sentana dalem yang berpangkat bupati riya nginggil
yang bergelar KRMH. Batik Udan Riris. Motif batik ini dipakai oleh
pepatihdalem. Bathik Rejeng. Motif ini dikenakan para komandan prajurit
(setingkat Perwira Tinggi) dan duta keraton Batik Tambal Kanoman.
Batikan Kampuh atau Dodotan para Bupati dan dijadikan seragam Bupati
Anom dan juru tulis kantor di lingkungan Kabupaten. Batik Semen Latar
Putih. Motif ini di pakai oleh Abdidalem yang berpangkat Bupati, Bupati
Anom dalam dan luar. Batik Padas Gempal. Motif ini di pakai para
Abdidalem yang berpangkat Panewu/Mantri dari golongan sorogeni
(prajurit Sorogeni, yang berseragam merah) kebawah. Batik Medhangan.
Motif ini di pakai oleh para Panewu/Mantri ke bawah dari golongan
Sangkragnyana. Batik Kumitir. Motif ini di gunakan oleh para
Panewu/Mantri ke bawah dari golongan kanoman.
Batik Tambal Miring. Motif ini di pakai oleh para Abdidalem yang
berpangkat Panewu/Mantri dari golongan Juru Tulis.
Batik Jamblang. Motif ini di pakai oleh para Panewu/Mantri ke bawah
dari golongan kadipaten Anom. Batik Ayam Puser. Motif ini dipakai oleh
para Abdidalem yg berpangkat Panewu/Mantri ke bawah dari golongan
Yogeswara atau Suranata atau Abdidalem Ulama. Batik Slobog. Motif ini di
gunakan oleh para Abdidalem Panewu/Mantri ke bawah dari golongan
niyaga (penabuh gamelan).
Batik Wora wari Rumpuk. Motif ini di gunakan oleh para Abdidalem
Panewu/Mantri ke bawah dari golongan Pangrehpraja atau yang
membawahi wilayah. Batik Krambil Secukil. Motif ini di gunakan oleh para
Abdidalem Panewu/Mantri ke bawah, di bawah perintah Kepatihan.
BAB IV
PENUTUP
1.1. Kesimpulan :
Setelah memprhatikan isi dalam pembahasan diatas , maka penulis
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan
Indonesia dan penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang
dihargai adalah bangsa yang memelihara budayanya, bukan sebagai yang
menciptakan pertama kalinya.
AKHIRNYA dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan umat
manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta
penghargaan itu akan disampaikan secara resmi oleh United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO). Pengakuan
dilakukan pada 28 September 2009 dan penghargaan resmi pada hari ini (2
Oktober) di Abu Dhabi.
Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena penilaian terhadap
keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam. Penghargaan
itu juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia juga dinilai telah
melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan melestarikan
warisan budaya itu secara turun-menurun.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap Batik Indonesia, Presiden SBY meminta
kepada seluruh warga negara Indonesia untuk memulai memakai batik pada
hari ini. Semoga ini menjadi awal yang baik, untuk selalu nguri-uri
kebudayaan Indonesia. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang
baik.
Setelah proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh masyarakat dan
bangsa Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah akan membiarkannya
begitu saja? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan sekaligus
mempromosikan batik secara kontinyu, dengan memakai batik sebagai
busana kita sehari-hari. Disamping untuk menghidupkan industri batik secara
tidak langsung, kita ikut menjaga kebudayaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.batikmurahonline.com/page/26/sejarah-batik-solo
http://www.disolo.com/museum-batik-danar-hadi/
http://kerenbatik.wordpress.com/macam-macam-motif-batik/
http://pariwisatasolo.surakarta.go.id/index.php/tradisional/kultural/119-kmpungbatiklaweyan
https://www.google.com/
http://id.wikipedia.org/
Recommended