View
123
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
BUFER DAN KAPASITAS BUFER
A. TUJUAN
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperkenalkan cara
pembuatan buffer dan penetapan pH larutan serta penentuan kapasitasnya.
B. LANDASAN TEORI
Asidimetri dan alkalimetri adalah suatu metode analisis secara volumetri yang
dilakukan dengan cara titrasi berdasarkan terjadinya reaksi netralisasi. Pada
asidimetri digunakan asam sebagai larutan standar, sedangkan pada alkalimetri
digunakan basa sebagai larutan standar (Anonim, 2011).
Titrasi merupakan salah satu aplikasi stoikiometri larutan. Pada umumnya, digunakan
untuk penentuan konsentrasi asam atau basa. Titrasi seperti itu (yang melibatkan
reaksi asam dan basa) disebut titrasi asam basa atau asidi-alkalimetri. Proses ini
melibatkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui (titran), kemudian larutan ini
dikeluarkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai
pada titik stoikiometri atau titik ekivalen. Namun pada prakteknya titik ekivalen ini
tidak bisa diamati langsung dari percobaan. Yang bias diamati adalah titik di mana
saat warna indikator tepat berubah warna (titrasi dihentikan) yang disebut titik akhir
titrasi (Permana, 2007).
Suatu reaksi kimia tertentu hanya dapat berlangsung pada kondisi lingkungan
yang mempunyai pH tertentu. Misalnya oksigen dapat terikat dengan baik oleh butir
– butir darah merah jika pH sekitar 6,1 – 7. Dalam sistem biologis misalnya dalam
cairan tubuh juga dalam berbagai proses seperti dalam fotografi, perubahan pH yang
besar dapat sangat mengganggu. Untuk menjaga agar tidak terjadi perubahan pH
yang berarti, meskipun ditambah suatu asam atau suatu basa diperlukan suatu sistem
yang dapat mempertahankan pH. Sistem yang dapat dipergunakan untuk
mempertahankan harga pH adalah larutan buffer (Qodariyah, et al., 2006).
Buffer dapat didefinisikan sebagai campuran asam/basa lemah dengan
garamnya. Fungsi buffer adalah mempertahankan pH larutan saat ditambahkan
sedikit asam/basa dalam jumlah relative sedikit. Mekanisme buffer dapat
mempertahankan pH larutan adalah akibat pengaruh ion yang sama (Anonim, 2012).
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH,
sedangkan kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya
sedikit dipengaruhi oleh pH. Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asam
karboksilat (HA) kelarutan merupakan fungsi dari pH
Peningkatan pH dapatmeningkatkankelarutansenyawaasamlemah, dan penurunan pH
dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa lemah. Penentuan pH optimum, untuk
menjamin larutan yang jernih dan keefektifan terapi yang maksimum
(Budiman,2011).
Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta
sifat-sifat biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impact terhadap sistem
biologis, aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor. Sebagai contoh buffer phosphat
akan menghambat aktivitas dari beberapa metabolik enzim termasuk karboksilase,
fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturate menghambat phophorilasi oksidatif.
Tris buffer bereaksi dengan amin primer dan memodifikasi transport elektron dan
phosphorilasi pada kloroplast. Tris juga menghambat enzim respirasi di mitokondria.
Dan masih banyak efek lain yang diberikan buffer. Oleh karena itu pemilihan buffer
terkadang menjadi kesulitan yang cukup merepotkan. Oleh karena itu, gunakan
konsentrasi buffer serendah mungkin yang masih dapat untuk memaintain pH
(Riyadi, 2008).
C. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. pH meter
2. corong
3. gelas kimia 250 mL
4. gelas ukur 50 mL
5. pipet ukur
6. pipet tetes
7. buret
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah :
1. Buffer asetat pH 5 dengan kapasitas 0,010, 0,15, 0,10
2. NaOH 0,1 M
3. Indikator phenolpthalein
4. Buffer fosfat pH 3
5. Akuades
6. Tissu
C. PROSEDUR KERJA
- dimasukkan buffer fosfat 10 ml digelas kimia
- dititrasi menggunakan NaOH
- ditetesi phenolplatein
- dilihat pH-nya
pH Bufer fosfat =
- Dimasukkan ke dalam tabung reaksi
- Diukur pH awalnya
- Ditambahkan indikator phenolpthalein,
- Dititrasi dengan NaOH
- Diukur pH-nya tiap kali diteteskan larutan NaOH
- Dilakukan cara yang sama pada buffer asetat
dengan kapasitas 0,15 dan 0,10
Buffer asetat pH 5 kapasitas 0,01 =
Buffer asetat pH 5 kapasitas 0,15 =
Buffer asetat pH 5 kapasitas 0,10 =
Buffer asetat pH 5 kapasitas
0,01;0,15 dan 0,10
Buffer Fosfat
E. HASIL PENGAMATAN
Volume buffer asetat kapasitas
0,01
Volume NaOH (tetes) pH
10 ml - 7,98
10 ml 1 6,22
10 ml 3 6,66
10 ml 6 6,93
Volume buffer asetat kapasitas
0,015
Volume NaOH (tetes) pH
10 ml - 7, 52
10 ml 1 10,55
Volume buffer asetat kapasitas
0,1
Volume NaOH (tetes) pH
10 ml - 7, 89
10 ml 1 10,34
Volume buffer asetat Volume NaOH pH
10 ml - 2,6
10 ml 1 ml 5,2
10 ml 2 ml 6,2
10 ml 3 ml 6,9
10 ml 4 ml 7,9
10 ml 4,6 ml 11,1
Berikut ini adalah kurva hubungan antara jumlah larutan sodium hidroksida 0,1 M
dengan pH larutan.
a. kurva I
0 1 2 3 4 5 6 70123456789
Y-pHLinear (Y-pH)
volume NaOH (tetes)
pH
b. kurva II
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20
2
4
6
8
10
12
Y-pHLinear (Y-pH)
volume NaOH (tetes)
pH
c. kurva III
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.20
2
4
6
8
10
12
Y-pHLinear (Y-pH)
volume NaOH (tetes)
pH
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 50
2
4
6
8
10
12
Y-pHLinear (Y-pH)
volume NaOH (ml)
pH
- Perhitungan dari data pengamatan
Kapasitas Buffer Asetat A1
Mol natrium asetat = 0,93 L X 0,1 M = 0,193 Mol
Mol asam asetat = 0,07 X 0,1 = 0,007 Mol
a =mol garam
mol garam+mol asam =
0,1930,2
= 0,965
β = 2,3 x c x a x ( 1-a )
= 2,3 x 0,2 x 0,965 ( 1-0,965 )
= 0,46 x 0,033775
= 0,0150
Jadi, kapasitas buffer asetat A1 = 0,0150
Kapasitas Buffer Asetat A2
Mol natrium asetat = 0,96 L X 0,1 M = 0,196 Mol
Mol asam asetat = 0,04 X 0,1 = 0,004 Mol
a =mol garam
mol garam+mol asam =
0,1960,2
= 0,98
β = 2,3 x 0,2 x 0,98 x ( 1-0,98 )
= 0,46 x 0,0196
= 0,009 = 0,010
Jadi, kapasitas buffer asetat A2 = 0,01
Kapasitas Buffer Asetat A3
Mol natrium asetat = 1,35 L X 0,1 M = 0,135 Mol
Mol asam asetat = 0,65 X 0,1 = 0,065 Mol
a =mol garam
mol garam+mol asam =
0,1350,2
= 0,675
β = 2,3 x 0,2 x 0,675 ( 1-0,675 )
= 0,10
Jadi, kapasitas buffer asetat A3 = 0,1
Demikian beberapa buffer yang bisa dijadikan pilihan untuk digunakan. Perlu diingat, bahwa larutan buffer hanya berfungsi untuk mempertahankan pH. Tidak berarti bahwa pH tidak akan berubah. Perubahan dan gangguan yang cukup besar dalam sistem dapat merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya.
Hal ini karena buffer hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya sedikit perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam sistem.
F. PEMBAHASAN
Percobaan ini dilakukan bertujuan untuk memperkenalkan cara pembuatan
buffer dan penetapan pH larutan, serta penentuan kapasitasnya. Seperti yang telah
diketahui bahwa buffer dapat didefinisikan sebagai campuran asam atau basa lemah
dengan garamnya. Fungsi buffer adalah mempertahankan pH larutan saat
ditambahkan asam atau basa dalam jumlah relative sedikit. Mekanisme buffer dapat
mempertahankan pH larutan adalah akibat pengaruh ion yang sama (common ion
effect). Faktor – faktor yang mempengaruhi pH larutan buffer adalah penambahan
garam netral, pengenceran dengan sejumlah solven dan suhu. Kapasitas buffer adalah
parameter kuantitatif yang menunjukkan kekuatan untuk mempertahankan pH.
Pada percobaan kali ini, kita akan menetapkan pH larutan serta menetukan
berapa besar kapasitasnya. Adapun cara pembuatan buffer telah dilakukan oleh
kelompok sebelumnya, sehingga kita hanya menentukan penetapan pH dan penetuan
kapasitasnya. Bahan yang digunakan sebagai larutan bufer adalah larutan asam asetat
dengan kapasitas 0,01; 0,015; dan 0,10. Mekanisme dari percobaan ini adalah sebagai
berikut. Perlakuan pertama yaitu pada buffer asetat dengan kapasitas 0,01, mengukur
pH awal buffer asetat dalam gelas kimia menggunakan pH meter kemudian
ditambahkan indikator phenolphthalein satu tetes menggunakan pipet tetes. Indikator
ini digunakan untuk menentukan titik akhir titrasi. Setelah itu, diteteskan NaOH.
Setiap diteteskan NaOH diukur perubahan pH yang terjadi. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna yang terjadi pada larutan. Setelah terjadi perubaahan warna,
maka titrasi dihentikan dan dicatat titik akhir titrasi terjadi pada pH 6,93. Perlakuan
kedua yaitu pada buffer asetat dengan kapasitas 0,015. Dilakukan cara yang sama
seperti pada perlakuan pertama sehingga didapat titik akhir titrasi terjadi pada
pH10,55. Begitu pula pada perlakuan ketiga yaitu buffer asetat 0,10 sehingga didapat
titik akhir titrasi terjadi pada pH 10,34. Selajutnya mengukur volume buffer fosfat.
Dilakukan juga cara yang sama pada perlakuan ini sehingga didapat titik akhir titrasi
terjadi pada pH 11,1. Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kurva hubungan
antara jumlah larutan NaOH yang ditambahkan dengan pH larutan sebagaiman
terlampir pada hasil pengamatan. Perubahan dan gangguan yang cukup besar dalam
sistem dapat merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya. Hal ini
karena kapasitas buffer sebagai parameter kuantitatif yang menunjukkan kekuatan
untuk mempertahankan pH, hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan
dengan adanya sedikit perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam sistem.
G. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa larutan
buffer hanya berfungsi untuk mempertahankan pH. Tidak berarti bahwa pH tidak
akan berubah. Perubahan dan gangguan yang cukup besar dalam sistem dapat
merubah pH meskipun telah ditambahkan buffer ke dalamnya. Hal ini karena buffer
hanya menjaga agar pH tidak terlalu berubah signifikan dengan adanya sedikit
perubahan konsentrasi ion hidrogen dalam sistem.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011, Penuntun Praktikun Kimia Farmasi Dasar, Universitas Haluoleo, Kendari.
Anonim, 2012, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika I, Universitas Haluoleo, Kendari.
Budiman, Arif, 2011, Farmasi Fisika, File PDF.
Permana, Irvan, 2007, Kimia II, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Bandung.
Qodariyah, et al., 2006, Kimia, Temprina Media Grafika, Nganjuk.
Riyadi, Wahyu, 2008, Berbagai larutan buffer dan cara pembuatan, http:// wahyuriyadi.blogspot.com/2008/11/berbagai-larutan-buffer-dan-cara.html, diakses tanggal 10 April 2012.
Wahyu Riyadi
Berbagai larutan buffer dan cara pembuatan
Bicara tentang analisa kimia, salah satu hal yang sedikit merepotkan bagi saya adalah
buffer. Buffer atau larutan penyangga adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan
garam-nya yang dapat mempertahankan dan menjaga pH. Bidang bioteknologi tidak
bisa dipisahkan dari penggunaan larutan ini.
Kebutuhan buffer kadang menyulitkan karena hampir setiap analisa membutuhkan
kondisi pH tertentu yang relatif stabil. Karena banyaknya macam dan jenis buffer,
pemilihan buffer yang akan digunakan menjadi masalah tersendiri.
Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan adalah pH optimum serta sifat-sifat
biologisnya. Banyak jenis buffer yang mempunyai impact terhadap sistem biologis,
aktivitas enzim, substrate, atau kofaktor.
Sebagai contoh buffer phosphat akan menghambat aktivitas dari beberapa metabolik
enzim termasuk karboksilase, fumarase, dan phosphoglucomutase. Barbiturate
menghambat phophorilasi oksidatif. Tris buffer bereaksi dengan amin primer dan
memodifikasi transport elektron dan phosphorilasi pada kloroplast. Tris juga
menghambat enzim respirasi di mitokondria. Dan masih banyak efek lain yang
diberikan buffer. Oleh karena itu pemilihan buffer terkadang menjadi kesulitan yang
cukup merepotkan. Oleh karena itu, gunakan konsentrasi buffer serendah mungkin
yang masih dapat untuk memaintain pH.
Pengaruh pH
Kelarutan senyawa yang terionisasi dalam air sangat dipengaruhi oleh pH, sedangkan
kelarutan senyawa non elektrolit yang tidak terionisasi dalam air hanya sedikit
dipengaruhi oleh pH
Untuk senyawa yang terionisasi (elektrolit) seperti asama karboksilat (HA)
kelarutan merupakan fungsi dari pH.
KELARUTAN ZAT PADAT DALAM AIR PENGARUH PH
Peningkatan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa asam lemah, dan
penurunan pH dapat meningkatkan kelarutan senyawa basa lemah
Penentuan pH optimum, untuk menjamin larutan yang jernih dan kefektifan
terapi yang maksimum
Ex; Asamsalisilat, AtropinSulfat, tetrakainHCl, Sulfonamida, FenobarbitalNa
Recommended