View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TENGGAK 3 SIDOHARJO SRAGEN TAHUN PELAJARAN
2010/2011.
DEDY TRI SULISTYO.
NIM X7107016.
PROGRAM STUDI S1 PGSD FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
DEDY TRI SULISTYO. NIM X7107016. PENERAPAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP GAYA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI
TENGGAK 3 SIDOHARJO SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas sebelas
Maret Surakarta, Juli 2011.
Tujuan ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya yang ada
pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan
dua siklus. Tiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Sebagai subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas IV SD
Negeri Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Jumlah siswa kelas IV
SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki – laki dan 10
siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi/pengamatan,
kajian dokumen, tes dan wawancara. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis model interaktif yang terdiri dari tiga komponen analisis yaitu reduksi data,
sajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan penguasaan
konsep gaya setelah dilaksanakan tindakan kelas dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas juga terjadi
peningkatan yaitu pada Nilai awal sebesar 57, 58, pada siklus I sebesar 69, 91; dan
pada siklus II sebesar 77, 88. Untuk siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada
Nilai awal 8 siswa atau 33, 33%, siklus I 20 siswa atau 83, 3% setelah dilakukan
refleksi terdapat 4 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun secara
keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari presentase ketuntasan
siswa, dan pada tes siklus II menjadi 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang tidak
tuntas.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kontekstual, penguasaan konsep, gaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
DEDY TRI SULISTYO. NIM X7107016. THE APPLICATION OF
CONTEXTUAL LEARNING METHOD TO IMPROVE THE FORCE
CONCEPT MASTERY IN IV GRADERS OF SD NEGERI TENGGAK 3
SIDOHARJO SRAGEN IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Skripsi,
Surakarta: Teacher Training and Education Faculty. Surakarta Sebelas Maret
University, July 2011.
The objectives of this research are: to improve the force concept mastery in
Science subject by applying the contextual learning model in the IV graders of SD
Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen in the school year of 2010/2011.
The study belongs to a classroom action research using two cycles. Each
cycle consist of four stages: planning, acting, observing, and reflecting. The subject
of research was the IV graders of SD Negeri Tenggak 3 of Sidoharjo subdistrict of
Sragen Regency. The number of students were 24 consisting of 14 boys and 1o girls.
Techniques of collecting data used were observation, document study, test and
interview. Technique of analyzing data used was an interactive model analysis one
consisting of three components of analysis: data reduction, data display, and
conclusion drawing or verification.
The result of research, it can be concluded that there is an improvement of
force concept mastery after the implementation of classroom action research by
applying the contextual learning model. It can be seen from the mean class value
increasing from the prior value of 57.58 to value 69.91 in cycle I and to value 77.88
in cycle II. The students who pass the learning successfully (passing score of 65) in
prior value is 8 students or 33.33%, in cycle I 20 students or 83.3%, and after the
reflection 4 students do not pass successfully (the quiz scores are below 65), but
overall their learning achievement increases viewed from the percentage of student
passing, and in the cycle II tests it increase to 91.67% or there are two students who
do not pass successfully.
Keyword : Contextual learning ,consept mastery, Force
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
"Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai dari pekerjaan/tugas, kerjakanlah yang lain dengan sungguh."
(Terjemahan: QS. Al Nasyirah 6-7).
“Hanya dengan tindakan dan keberanian yang mampu mengubah dan
mengembangkan gagasan yang mengendap dalam pikiran”
( Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Karya ini dipersembahkan kepada:
Sungadi yang selalu mengais rejeki hanya untuk
sesuap nasi dan Siti Rohkayani yang tak pernah
berhenti memberi kasih sayang baik dikala
teriknya Sang Surya maupun dalam sepertiga
malam
Saudaraku yang tersayang yang senantiyasa
memberikan semangat dan dorongan.
(Arif Handoko dan Dwi Prabowo)
Rekan-rekan semuanya dan Almamaterku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan.
Skripsi yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi, Surakarta,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli
2011 ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua
pihak, khususnya kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Drs. Chumdari , M.Pd. selaku Pembimbing I yang mengarahkan dan membimbing
dengan sabar hingga selesainya skripsi ini.
5. Dra. Yulianti, M.Pd selaku pembimbing II yang membimbing hingga selesainya
skripsi ini.
6. Achmad Jaed, S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri Tenggak 3 Kecamatan
Sidoharjo, Kabupaten Sragen yang telah memberikan izin dan tempat penelitian
kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan
karena keterbatasan pengetahuan yang ada. Oleh karena itu saran dan kritik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
bersifat membangun sangat peneliti harapkan. Harapan peneliti semoga skripsi ini
dapat memberi manfaat kepada peneliti khususnya dan para pembaca umumnya.
Surakarta, Juli 2011
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iii
HALAMAN ABSTRAK .......................................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .............................................................................................. vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 5
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7
1. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya dalam IPA ................................... 7
a. Pengertian Pemguasaan Konsep ................................................... 7
b. Pembelajaran IPA di SD ............................................................... 8
1) Hakikat IPA .............................................................................. 8
2) Tujuan IPA ................................................................................ 10
3) Ruang Lingkup IPA .................................................................. 10
4) Pembelajaran IPA kelas IV ....................................................... 11
5) Gaya .......................................................................................... 15
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual .......................................... 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
a. Pengertian Model Pembelajaran ................................................... 17
b. Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual ................................ 19
c. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual ...................................... 21
3. Tinjauan tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar .......................... 23
a. Pengertian Siswa.......................................................................... .. 23
b. Karakteristik Anak Sekolah Dasar.............................................. .. 24
1) Kreatifitas................................................................................... 24
2) Bakat........................................................................................ .. 25
3) Motivasi................................................................................... .. 27
B. Penelitian Yang Relevan ............................................................................ 28
C. Kerangka Berpikir.................................................................................... .. 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 32
B. Subjek Data ............................................................................................... 32
C. Sumber Data .............................................................................................. 32
D. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... .. 33
1. Metode Observasi................................................................................ 33
2. Metode Wawancara ............................................................................. 33
3. Metode Tes .......................................................................................... 33
4. Metode Dokumentasi .......................................................................... 33
E. Validitas Data ............................................................................................ 34
F. Analisis Data ............................................................................................ 34
G. Indikator Kinerja ....................................................................................... 35
H. Prosedur Penelitian.................................................................................... 36
1. Tindakan Siklus I ................................................................................ 37
2. Tindakan siklus II ................................................................................ 38
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Lokasi Penelitian dan Data Awal .............................................. 40
B. Diskripsi Hasil dan Prosedur Penelitian .................................................... 43
1. Tindakan Siklus I ................................................................................ 43
2. Tindakan Siklus II ............................................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Pembahasan ............................................................................................... 59
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................................... 61
B. Implikasi .................................................................................................... 61
C. Saran .......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 65
LAMPIRAN.......................................................................................................... ... 69
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 1 ........... 11
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 2 ........... 13
Tabel 3. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual ................................................ 21
Tabel 4. Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Kelas IV SDN Tenggak 3 ....... 41
Tabel 5. Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus I SDN Tenggak 3........................... 49
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II kelas IV SDN Tenggak 3 .... 55
Tabel 7. Nilai Rata – rata dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV SDN
Tenggak 3 Nilai Awal, Siklus I, dan Siklus II ........................................ 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ...................................................................... 30
Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 36
Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Awal ................................................................. 41
Gambar 4. Grafik Frekuensi Nila Hasil Belajar Siklus I ....................................... 49
Gambar 5. Grafik Frekuansi Nilai Siklus II ........................................................... 55
Gambar 6. Grafik Hasil Tes Nilai Awal, Siklus I, dan Siklus II
Siswa yang Belajar Tuntas ................................................................... 56
Gambar 7. Grafik Nilai Rata – rata pada Awal, Siklus I, dan Siklus II ................ 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Gaya ................................................................................... 67
Lampiran 2. Panduan Wawancara untuk Guru ...................................................... 68
Lampiran 3. Deskripsi Wawancara Sebelum Tindakan ......................................... 70
Lampiran 4. Panduan Wawancara Untuk Siswa .................................................... 74
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.................................... 76
Lampiran 6. Tes Individu Siklus I.......................................................................... 82
Lampiran 7. Kunci Jawaban ................................................................................... 83
Lampiran 8. Lembar Kerja Kelompok ................................................................... 84
Lampiran 9. Lembar Kerja Kelompok .................................................................. 85
Lampiran 10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ................................. 86
Lampiran 11. Tes Individu Siklus II ...................................................................... 92
Lampiran 12. Kunci Jawaban ................................................................................. 94
Lampiran 13. Lembar Kerja Kelompok................................................................. 95
Lampiran 14. Lembar Kerja Kelompok................................................................. 96
Lampiran 15. Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Siklus I .................................. 97
Lampiran 16. Hasil Observasi Belajar Afektif Siklus I ........................................ 98
Lampiran 17. Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus I .............................. 99
Lampiran 18. Aktivitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus II ................................ 100
Lampiran 19. Hasil Obsevasi Belajar Afektif Siklus II ......................................... 101
Lampiran 20. Hasil Observasi Belajar Psikomotorik Siklus II .............................. 102
Lampiran 21. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN
Tenggak 3 Nilai Awal ....................................................................... 103
Lampiran 22. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN
Tenggak 3 Siklus I ............................................................................ 104
Lampiran 23. Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN
Tenggak 3 Siklus II ........................................................................... 105
Lampiran 24. Cara Menentukan Jumlah Kelas Interval ......................................... 106
Lampiran 25. Lembar Wawancara Untuk Guru Setelah
Diterapkan Model Pembelajaran Kontekstual.................................112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
Lampiran 26. Deskripsi Wawancara Sesudah Tindakan.........................................113
Lampiran 27. Foto Kegiatan....................................................................................117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan formal khususnya pendidikan di sekolah adalah pendidikan yang
secara sengaja dirancang dan dilaksanakan dengan aturan-aturan yang ketat,
seperti harus berjenjang dan berkesinambungan dan lain sebagainya. Dalam
pendidikan formal ini ada beberapa komponen yang menyebabkan berjalannya
kegiatan belajar yaitu tenaga pendidik (guru) dan peserta didik, baik untuk tingkat
pendidikan sekolah dasar, sekolah tingkat menengah maupun sekolah lanjutan.
Dalam melaksanakan pengajaran di sekolah dasar, setiap guru senantiasa
menghadapi situasi yang berbeda dan menantang yang mempunyai pengaruh
besar terhadap proses belajar mengajar itu sendiri.
Bukanlah sesuatu yang mudah untuk mewujudkan pembelajaran yang
berlangsung optimal. Karena dalam kenyataan yang sesunguhnya masih banyak
sekali berbagai macam hambatan yang muncul seiring berlangsungnya proses
pembelajaran. Hambatan yang biasa terlihat berupa minimnya sarana dan
prasarana yang mendukung pembelajaran dan kurangnya kemampuan guru dalam
mengembangkan variasi mengajarnya, ini dibuktikan yaitu dengan kurang
tepatnya pemilihan metode mengajar dan model pembelajaran yang diterapkan.
Dengan pemilihan metode mengajar serta model pembelajaran yang kurang tepat
itu, sehingga berpengaruh pada menurunnya hasil belajar siswa. Dalam proses
pembelajaran guru harus dapat memilih metode dan model yang sesuai dan cocok
dengan kondisi siswa, kelas, dan lingkingan tempat belajar. Seorang guru juga
dituntut untuk bisa melakukan variasi mengajar dari berbagai mata pelajaran agar
materi ajar dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang optimal.
Hal ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun
emosional. Tujuan pembelajaran menyatakan suatu hasil yang diharapkan dari
pembelajaran itu dan bukan sekedar suatu proses dari pembelajaran itu sendiri.
Tujuan pembelajaran diharapkan mampu membentuk manusia yang berkualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
hanya dapat dipenuhi oleh dunia pendidikan. Upaya pemenuhan tersebut
merupakan suatu proses yang panjang yang dimulai sejak anak belajar di SD.
Salah satu unsur yang turut menentukan kualitas Sumber Daya Manusia yaitu
penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA.
Salah satu mata pelajaran yang ada di SD yang perlu ditingkatkan
kualitasnya adalah IPA. Sekolah Dasar merupakan tempat pertama siswa
mengenal konsep-konsep dasar IPA, karena itu pengetahuan yang diterima siswa
hendaknya menjadi dasar yang dapat dikembangkan di tingkat sekolah yang lebih
tinggi di samping mempunyai kegiatan praktis yang dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Pada pembelajaran IPA dengan materi gaya sangat berkaitan dengan dunia
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat menggali pengetahuan dari siswa
yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep - konsep dalam
penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk
memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat
hubungan antara materi IPA tentang gaya dan penerapannya yang berkaitan
dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan
yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPA sangat
berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPA
upaya untuk membangkitkan minat siswa serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu IPA juga
mengandung pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta
yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia. Sehingga fakta penemuannya
dapat dikembangkan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara
yang lain” ( Abdullah (1998:18) dalam http://juhji-science-
sd.blogspot.com/2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html diakses 7
Februari 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan
kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk
dipelajari. Akibatnya rata-rata hasil belajar siswa cenderung lebih rendah
dibanding mata pelajaran lainnya.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas
IV SD Negeri Tenggak 3 pada tanggal 20 Januari 2011 dan data hasil ulangan
IPA dengan materi gaya, penguasaan konsep gaya oleh siswa masih rendah.
Persentasi siswa tuntas yaitun dengan nilai 65 keatas hanya 8 orang (33,33%) dan
yang belum tuntas dengan nilai 60 ke bawah 16 orang (66, 67%), dengan KKM 65
maka siswa seluruhnya diperlukan remedial ( data selengkapnya ada di lampiran
21 halaman 103 ). Pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya penguasan
konsepnya masih rendah, yang akhirnya hasil belajar siswa juga rendah dibanding
mata pelajaran lain. Hal itu terjadi karena guru lebih banyak berfungsi sebagai
instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.
Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan
mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk menghadapi ulangan.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas
yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya
pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, kemudian biasa
dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya
dengan pengalaman dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi
kurang bermakna.
Terkait masih rendahnya penguasaan konsep gaya oleh siswa yang
berpengaruh belum optimalnya hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Tenggak
3, maka peneliti berupaya menerapkan model pembelajaran Kontekstual sebagai
salah satu alternatif pembelajaran yang bermakna yang bermuara pada
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Menurut Elaine B. Johnson (2009:67), Pembelajaran kontekstual
merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan
cara menghubungkan subjek – subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi,
sosial dan budaya mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Di dalam kegiatan belajar-mengajar berlangsung suatu proses
pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang
berkualitas kedua proses tersebut maka dalam pembelajaran dapat diterapkan
model pembelajaran kontekstual. Kemudian model kontekstual itu dikelola dan
dilaksanakan dengan baik, yaitu dengan menggali potensi anak agar selalu kreatif
dan berkembang.
Dengan menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang maka
akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman
yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh
merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang
melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah
menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar-mengajar adalah memilih
model pembelajaran yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna.
Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses
pembelajaran tidak lagi hanya sekedar menstransfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran
yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Bertitik tolak daripada latar belakang masalah di atas, penelitian ini
mengambil judul “Penerapan Model Pembalajaran Kontekstual Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Gaya Pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka
dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa.
Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPA sulit untuk dipelajari.
2. Hasil ulangan siswa SDN Tenggak 3 pada mata pelajaran IPA khususnya
materi gaya, prestasi belajar siswa masih rendah.
3. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan
siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
4. Pembelajaran yang pasif menjadikan siswa berada pada rutinitas yang
membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik.
C. Pembatasan Masalah
Dengan adanya permasalahan yang cukup banyak, maka penelitian
ini perlu dibatasi pada :
1. Peningkatkan penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran IPA kelas IV
SD masih rendah.
2. Penerapan model pembelajaran kontekstual belum diterapkan dalam mata
pelajaran IPA materi gaya.
D. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang akan di bahas
dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model pembelajaran kontekstual
dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya bagi siswa kelas IV SDN Tenggak 3
Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran 2010/2011?”
E. Tujuan Penelitian
Bertolak dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan yang
hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep
gaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen 2010/2011
dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis dan manfaat
praktis, diantaranya :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini untuk menambah pengetahuan berupa pentingnya
peran guru sebagai pendidik yang kreatif dan inovatif dalam menciptakan
variasi mengajar diberbagai bidang mata pelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1) Meningkatnya prestasi atau hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
pada materi gaya.
2) Bertambahnya kemampuan siswa dalam penguasaan konsep gaya pada
mata pelajaran IPA.
b. Bagi Guru
1) Diperolehnya guru yang profesional, karena melibatkan siswa seutuhnya
dalam pembelajaran.
2) Bertambahnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran
kontekstual.
c. Bagi Sekolah
1) Tumbuhnya iklim pembelajaran yang kondusif
2) Bertambahnya kualitas pembelajaran, karena lebih variatif dan kreatif
dalam menerapkan model pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Penguasaan Konsep Gaya
a. Pengertian Penguasaan Konsep
Untuk mengetahui sebuah istilah,tentulah kita juga harus mengerti arti
dari masing – masing kata atau kalimat. Demikian juga apabila kita ingin
mengerti dan memahami arti dari pengertian penguasaan konsep, kita juga
harus paham terlebih dahulu apa itu penguasaan dan apa itu konsep?
Menurut Bambang Sarwiji ( 2006 : 394 ), Penguasaan adalah suatu
proses, pembuatan menguasai atau menguasakan.
Faqih Samiawi dan Bunyamin Maftuh ( 2001: 10) berpendapat bahwa
konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan merupakan
alat intelektual yang membantu kegiatan berfikir dan memecahkan masalah.
Soedjadi (2000 : 14), konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk
menggolongkan atau mengklasifikasikan sekumpulan objek. Sedangkan
menurut Oemar Hamalik ( 2001 : 162 ), konsep adalah suatu kelas atau
kategori stimuli yang memiliki ciri – ciri umum.
Penguasaan konsep dapat diartikan sebagai pemahaman atau
kesangguapan untuk menggunakan pengetahuan maupun kepandaian.
Penguasaan konsep merupakan kemampuan siswa dalam memahami
konsep kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik
konsep teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
http://repository.upi.edu/operator/uploud/s_d5251_0602176_chapter2.p
df. ( diakses tanggal 21 Juni 2011).
Menguasai konsep dalam suatu pembelajaran menjadi kunci
penting dalam hasil belajar siswa. Dengan menguasai konsep siswa akan
terbantu untuk mengeluarkan ide atau gagasan serta dalam memecahkan suatu
masalah.
Dari beberapa pengertian tentang penguasaan konsep diatas dapat
peneliti simpulkan bahwa penguasaan konsep adalah suatu proses atau cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
untuk menguasai sesuatu yang merupakan alat untuk membantu kegiatan
berfikir yang tersimpan dalam pikiran yang berupa ide atau gagasan dengan
stimuli yang memiliki ciri – ciri umum guna untuk memecahkan suatu
masalah.
b. Pembelajaran IPA di SD
1 ) Hakikat IPA
Kata “IPA” merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”.
Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-
kata bahasa Inggris “Natural Science” secara singkat disebut “Science”.
Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut
dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan ( Maridi, dkk, 2005:2).
Jadi Ilmu Pengetahuan Alam atau Science itu secara harfiah dapat
disebut sebagai ilmu tentang alam mini, ilmu yang mempelajari
peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.
New Lollegiate Dictionary (1981) dalam Maridi, dkk (2005:2)
menyatakan natural science Knoledge with the physical and its
phenomena, yang artinya Ilmu pengetahuan Alam adalah pengetahuan
tentang alam dan gejala-gejalanya. Sedangkan di dalam purnell’s :
Concise Dictionary of Science (1983) dalam Maridi, dkk (2005:2)
tercantum definisi “Science the broad field of human knowledge, acuired
by sistematic observation and experiment, and explained by means of
rules, law, principles, theories, and hypotheses”, yang artinya Ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapat
dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori,
dan hipotesa-hipotesa.
The Liang Gie (2000) dalam Leo Sutrisno, dkk (2007:16),
menyatakan bahwa ilmu pengetahuan (science) adalah kumpulan
sistematis dari pengetahuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun
dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,
eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi,
observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu
dengan cara yang lain”. ( Abdullah (1998:18) dalam http://juhji-science-
sd.blogspot.com /2008/07/pengertian-pendidikan-ipa-dan.html diakses 7
Februari 2011)
JS. Sukardjo, dkk (2005:1), menyatakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam (IPA) adalah ilmu yang mempelajari alam dengan segala isinya,
atau secara sederhana merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang
tersusun secara sistematis tentang gejala alam.
Selanjutnya science adalah continuing effort to disciver and
increase human knowledge and understanding though disciplined
research. Using controlled methods, scientist collect observable
evidence of natural or social phenomena, record measurable data
relating to the observations, and analize this information to
contruct theoretical explanations of how things work. The method
of scientific research include the generation of hypotheses about
how phenomena work, and experimentation that tests these
hypotheses under controled conditions. Scientists are also expected
to publish their information so other scientists can do similar
experments to double-check their conclusions. The result of this
prosses enable betther understanding of past event, and better
ability to perdict future event of the same kind as those that have
been tested ( Parkin, 1991) dalam http://juhji-science-sd.blog.com/.
Yang artinya ilmu pengetahuan adalah usaha yang melanjutkan dan
meningkatkan pemahaman dan pengetahuan manusia untuk melakukan
penelitian. Penggunaan metoda dikendalikan, ilmuwan mengumpulkan
bukti yang tampak tentang gejala sosial atau alami, merekam data terukur
berkenaan dengan pengamatan, dan analize informasi ini ke penjelasan
yang teoritis bagaimana hal-hal bekerja. Metoda tentang penelitian
ilmiah meliputi pembuatan hipotesis tentang bagaimana pekerjaan gejala,
dan percobaan yang menguji hipotesis ini di bawah kondisi-kondisi yang
terkontrol. Ilmuwan juga diharapkan untuk menerbitkan informasi
mereka , ilmuwan lain dapat melakukan serupa experimen untuk cek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
sekali lagi kesimpulan mereka. Hasil prosses ini memungkinkan
pemahaman yang lebih baik dari peristiwa masa lampau, dan
kemampuan lebih baik ke peristiwa masa depan yang telah diuji
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa,
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu yang mempelajari alam dengan
segala isinya dengan bersikap almiah.
2) Tujuan IPA
Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa : 1)
Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains,
teknologi dan masyarakat. 2) Mengembangkan keterampilan proses untuk
menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3)
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang
akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4)
Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam
kehidupan sehari-hari. 5) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan
pemahaman ke bidang pengajaran lain. 6) Ikut serta dalam memelihara,
menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 7) Menghargai berbagai
macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari (Sri
Sulistiyorini, 2007: 40) dalam http://adfal86.blogspot.com/.
Maksud dan tujuan pembelajaran IPA tersebut adalah agar siswa
memiliki pengetahuan tentang gejala alam, berbagai jenis dan perangai
lingkungan melalui pengamatan agar siswa tidak buta akan pengetahuan
dasar mengenai IPA.
3) Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup bahan kajian Ilmu Pengetahuan Alam untuk
Sekolah Dasar menurut Sri Sulistyorini (2007:40) dalam
http://adfal86.blogspot.com/ meliputi aspek-aspek :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda atau materi,sifat-sifat dan kegunaannya meliputi : cair, padat dan
gas
3. Energi dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi : tanah, bumi, tata surya, dan benda-
benda langit lainnya.
Menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan sebagai mata pelajaran sejak
kelas IV, sedang kelas I sampai kelas III diberikan secara tematik dengan
pelajaran yang lain. Karena dalam penelitian ini yang penulis kaji bahan
kelas IV.
4) Pembelajaran IPA Kelas IV
Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ilmu
Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar diberikan secara mata pelajaran sejak
kelas IV sampai kelas VI, sedang kelas 1 sampai kelas III diberikan secara
tematik pada pelajaran lain. Karena di dalam penelitian ini yang peneliti kaji
bahan kelas IV, maka di bawah ini peneliti sampaikan standar kompetensi
dan kompetensi dasar pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Makhluk hidup dan
Proses kehidupan
1. Memahami hubungan
antara struktur organ
tubuh manusia dengan
fungsinya, serta
1.1 Mendeskripsikan hubungan antara
stuktur kerangka tubuh manusia
dengan fungsinya.
1.2 Menerapkan cara memelihara
kesehatan kerangka tubuh.
1.3 Mendeskripsikan hubungan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
pemeliharaannya. struktur panca indra dengan
fungsinya.
1.4 Menerapkan cara memelihara
kesehatan panca indra.
2. Memahami hubungan
antara struktur bagian
tumbuhan dengan
fungsinya.
2.1 Menjelaskan hubungan antara
stuktur akar tumbuhan dengan
fungsinya.
2.2 Menjelaskan hubungan antara
stuktur batang tumbuhan dengan
fungsinya.
2.3 Menjelaskan hubungan antara
struktur daun tumbuhan dengan
fungsinya.
2.4 Menjelaskan hubungan antara
bunga dengan fungsinya.
3. Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis
makanannya
3.1 Mengidentifikasi jenis makanan
hewan
3.2 Menggolongkan hewan
berdasarkan jenis makanannya.
4. Memahami daur hidup
beragam jenis makhluk
hidup.
4.1 Mendeskripsikan daur hidup
beberapa hewan di lingkungan
sekitar, misalnya kecoa, nyamuk,
kupu-kupu, kucing.
4.2 Menunjukkan kepedulian
terhadap hewan peliharaan,
misalnya kucing, ayam, ikan.
5. Memahami hubungan
sesama makhluk hidup
antar makhluk hidup
5.1. Mengidentifikasi beberapa jenis
hubungan khas (simbiosis dan
hubungan “makn dimakan” antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
dengan lingkunannya makhluk hidup (rantai makanan)
5.2. Mendeskripsikan hubungan antara
makhluk hidup dengan
lingkungannya
6. Memahami beragam
sifat dan perubahan
wujud benda serta
berbagai cara
penggunaan benda
berdasarkan sifatnya
6.1. Mengidentifikasi wujud benda
padat, cair dan gas memiliki sifat
tertentu
6.2. Mendeskripsikan terjadinya
perubahan wujud cair padat
cair; cair gas cair; padt
gas.
6.3. Menjelaskan hubungan antara sifat
bahan dengan kegunaannya.
Tabel 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas IV
semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
7. Memahami gaya dapat
mengubah gerak dan/atau
bentuk suatu benda.
7.1.Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat
mengubah gerak suatu benda.
7.2.Menyimpulkan hasil
percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat
mengubah bentuk suatu
benda.
8. Memahami berbagai berbagai
bentuk energi dan cara
penggunaannya dalam
8.1 Mendeskripsikan energi panas
dan bunyi yang terdapat di
lingkungan sekitar serta sifat-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
kehidupan sehari-hari.
sifatnya.
8.2 Menjelaskan berbagai energi
alternatif dan cara
penggunaannya.
8.3 Membuat suatu karya.model
untuk menunjukkan
perubahan energi gerak akibat
pengaruh udara, misalnya
roket dari kertas/baling-
baling/pesawat
kertas/parasut..
8.4 Menjelaskan energi bunyi
melalui penggunaan alat
musik.
Bumi dan Alam Semesta
9. Memahami perubahan
kenampakan permukaan
bumi dan benda langit.
9.1 Mendeskripsikan perubahan
kenampakan bumi.
9.2 Mendeskripsikan posisi bulan
dan kenampakan bumi dari
hari ke hari.
10. Memahami perubahan
lingkungan fisik dan
pengaruhnya terhadap
daratan.
10.1 Mendeskripsikan berbagai
penyebab perubahan
lingkungan fisik (angin,
hujan, cahaya matahari, dan
gelombang air laut).
10.2 Menjelaskan pengaruh
perubahan lingkungan fisik
terhadap daratan (erosi,
abrasi, banjir, dan longsor).
10.3 Mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
lingkungan (erosi, abrasi,
banjir, dan longsor).
11. Memahami hubugan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
11.1 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
lingkungan.
11.2 Menjelaskan hubungan antara
sumber daya alam dengan
teknologi yang digunakan.
11.3 Menjelaskan dampak
pengambilan bahan alam
terhadap pelestarian
lingkungan.
Materi IPA Kelas IV SD yang dipakai dalam penelitian ini adalah
gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda.
5) Pengertian Gaya
Untuk meringankan pekerjaan kita sering melakukan gaya. Dengan gaya
pekerjaan berat yang kita kerjakan akan terasa ringan. Adanya alat yang
membantu kita dalam melakukan gaya juga sangat mambantu cepat
selesainya pekerjaan kita. Tapi taukah anda apa itu gaya ?
Menurut Haryanto ( 2004 : 116 ), semua bentuk tarikan dan dorongan
adalah gaya. Gaya sesungguhnya tidak dapat lihat, tetapi akibat dari gaya
pada sebuah benda kita lihat dan rasakan. Contoh tarikan adalah gerakan
menarik gerobak, menarik pintu, menarik tali timba, menarik layang – layang.
Contoh dorongan adalah gerakan mendorong meja, menutup pintu, menekan
tombol, menginjak pedal sepeda dan menendang bola. Heri Sulistyanto dan
Edi Wiyono ( 2008 : 91 ), dorongan dan tarikan dikenal dengan sebutan
gaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Menurut Widodo dkk ( 2004 : 62 ), gaya adalah tarikan atau dorongan
terhadap suatu benda.
Secara tidak kita sadari, kita sering melakukan suatu gaya seperti
menendang bola, mengerem sepeda, mendorong meja, memukul kaleng
hingga berubah bentuk. Gaya yang kita lakukan dapat berupa gaya yang
mengubah gerak benda atau mengubah bentuk benda.
Berdasarkan pengertian gaya di atas maka dapat penulis simpulkan
bahwa Gaya adalah Tarikan dan dorongan terhadap suatu benda yang dapat
mengakibatkan perubahan arah dan bentuk benda.
a) Jenis – Jenis Gaya
Gaya sebenarnya di klasifikasikan menjadi beberapa jenis, akan
tetapi kita tidak mengetahui kita itu melakukan jenis gaya yang termasuk
dalam klasifikasi apa ? Sedangkan jenis gaya itu ada banyak sekali.
Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono ( 2008 : 92 ) menyatakan bahwa
berdasarkan sumber tenaga yang diperlukan, gaya dibedakan menjadi
beberapa di antaranya adalah sebagai berikut : 1) Gaya Otot, 2) Gaya
Gesek antara dua benda, 3) Gaya Magnet, 4) Gaya Gravitasi, 5) Gaya
Listrik.
Haryanto (1999 : 112) mengemukakan bahwa macam – macam
gaya yaitu : 1) Gaya Gesekan, 2) Gaya Pegas, 3) Gaya Magnet, 4) Gaya
Gravitasi Bumi, 5) Gaya Listrik Statis.
Dengan mengetahui jenis – jenis gaya seperti di atas kita akan
mengerti dan paham bila kita melakukan suatu gaya, pastilah termasuk
salah satu jenis gaya seperti yang di sebutkan diatas.
b) Gaya Dapat Mengubah Gerak dan Bentuk Benda
Gaya yang kita berikan pada benda akan sangat berpengaruh
terhadap gerak dan bentuk benda. Mungkin sering tidak kita sadari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
mengapa benda yang kita sentuh dapat bergerak ? dan mengapa benda
yang kita beri tekanan dapat berubah bentuknya?
Menurut Haryanto ( 2004 : 119), Gaya yang diberikan ke sebuah
benda mengkibatkan berbagai perubahan. Benda diam diberi gaya dapat
menjadi bergerak. Benda bergerak diberi gaya dapat menjadi bergerak
makin pelan atau menjadi diam. Gaya juga dapat membuat benda
bergerak menjadi berubah arah, benda bergerak makin cepat, atau bentuk
benda menjadi berubah.
Heri Sulistyanto dan Edy Wiyono ( 2008 : 96) mengemukakan
bahwa Gaya yang dihasilkan oleh dorongan ataupun tarikan dapat
mengakibatkan benda bergerak. Selain menyebabkan benda bergerak ,
gaya yang bekerja pada benda dapat mengubah bentuk benda. Gaya dapat
mengubah bentuk benda dapat kita lihat ketika tanah liat dapat dibentuk
menjadi bulat dan berbentuk seperti bola apabila dengan tangan kita bisa
membentuknya. Gaya yang diberikan oleh tangan pada tanah liat
membuat bentuk tanah liat berubah. Hal ini menunjukkan bahwa gaya
juga dapat mengubah bentuk benda.
Jadi suatu benda itu dapat bergerak dan berubah bentuknya karena
adanya gaya yang kita berikan pada benda tersebut. Akan menjadi
semakin jelas apabila kita melakukan percobaannya secara langsung.
2. Hakikat Model Pembelajaran Kontekstual
a. Pengertian Model Pembelajaran
Pada saat ini guru dituntut dapat mengembangkan serta menerapkan
sebuah pembelajaran yang aktif, kreatif, inovativ dan menyenangkan.
Sarana untuk mewujudkan pembelajaran yang seperti di sabutkan
diatas,diperlukanlah model pembelajaran. Apa yang dimaksud model
pembelajaran itu ?
Menurut Harjanto ( 2006 : 51 ), model dapat diartikan sebagai
kerangka konseptual, benda tiruan atau barang. Model sebagai kerangka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu
kegiatan. Dengan mnggunakan sarana seperti benda tiruan siswa akan
merasa memiliki keingintahuan yang besar dalam mengikuti pmbelajaran.
Sehingga siswa termotivasi untuk memahami mata pelajaran yang
diajarkan.
Menurut Oemar Hamalik (1994 : 57 ), pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur – unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari
siswa, guru, dan tenaga lainnya misalnya tenaga laboratorium. Material
meliputi buku – buku, papan tulis, dan kapur, fotografi, slide dan film,
audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas,
komputer, perlengkapan audio visual. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktik, belajar dan ujian.
Menurut Hamzah B. Uno (2007 : 54), pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar dan
sumber belajar pada suatu lingkungan untuk pencapaian tujuan belajar
tertentu.
Trianto (2007: 1) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah
suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Asep Jihad (2008: 25) model pembelajaran merupakan rencana atau pola
yang digunakan dalam menyusun kuriulum, mengatur materi peserta didik,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran
atau setting lainnya.
Mills dalam Agus Suprijono (2009: 45) berpendapat bahwa “model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu”. Joyce dan Weil dalam Trianto (2007:1)
berpendapat “… dengan model belajar guru dapat membantu siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
mendapatkan atau memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara pikir,dan
mengekpresikan ide diri sendiri... .” Agus Suprijono (2009: 46) model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial.
Joice dan Weil dalam Isjoni (2010: 50) mengemukakan bahwa
model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah
direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum,
mengatur materi pelajaran,dan member petunjuk kepada pengajar di
kelasnya. Untuk memilih model yang tepat maka perlu diperhatikan
relevansinya dengan pencapaian tujuan pengajaran. Dalam prakteknya
semua model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1) Semakin kecil upaya yang dilakukan guru dan semakin besar aktifitas
belajar siswa, maka hal itu semakin baik.
2) Semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan
siswa belajar juga semakin baik.
3) Sesuai dengan cara belajar siswa yang dilakukan.
4) Dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru
5) Tidak ada satupun metode yang paling sesuai untuk segala tujuan,
jenis materi,dan proses belajar yang ada, Hasan dalam Isjoni (2007 :
50)
Dengan adanya model pembelajaran akan membantu siswa
mengeluarkan ide, gagasan, skill, dan kemampuannya guna tercapainya
tujuan pembelajaran. Seharusnya dengan adanya model pembelajaran hasil
belajar siswa juga akan mengalami peningkatan.
Berdasarkan pengertian diatas maka peneliti dapat simpulkan model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai suatu
proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau sumber belajar
pada suatu lingkingan belajar untuk pencapaian tujuan belajar tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
b. Pengertian model Pembelajaran Kontekstual
Banyak sekali model – model pembelajaran yang di gunakan oleh
para guru. Model pembelajaran begitu penting digunakan sebagai sarana
untuk menyampaikan suatu materi pembalajaran. Salah satu model
pembelajaran yang cocok di gunakan sebagai sarana untuk menyampaikan
materi pembelajaran yaitu model pembelajaran kontekstual.
Menurut Elaine B. Johnson (2009:67) “Pembelajaran kontekstual
merupakan sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa
melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek – subjek akademik dengan konteks dalam
kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial
dan budaya mereka”.
Yatim Riyanto, ( 2009 : 159 ) berpendapat bahwa “model
kontekstual merupakan konsep belajar yng membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan
konsep itu diharapkan hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Proses
pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan
mengalami.
Menurut Rusman, ( 2010 : 187 ), Pembelajaran kontekstual adalah
usaha untuk membuat siswa aktif dalam memompa kemampuan diri tanpa
merugi dari segi manfaat, sebab siswa berusaha mempelajari konsep
sekaligus menerapkan dan mengaikkannnyadengan dunia nyata”.
Inti dari CTL adalah keterkaitan setiap materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata. Untuk mengkaitkannya bias
dilakukan berbagai cara , selain karena memang materi yang dipelajari
secara langsung terkait kondisi faktual, juga bias disiasati dengan pemberian
ilustrasi atau contoh, sumber belajar, media dan lain sebagainya, yang
memang baik secara langsung maupun tidak langsung terkait atau ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
hubungan dengan pengalaman hidup nyata. Dengan demikian selain
pembelajaran akan menarik, juga akan dirasakan sangat dibutuhkan oleh
setiap siswa karena apa yang dipelajari dirasakan langsung manfaatnya.
Dengan demikian menggunakan model pembelajaran kontekstual akan
memudahkan siswa dalam menguasai konsep dari suatu materi
pembelajaran. Siswa juga akan merasa terbantu dalam mengaitkan materi
pembelajaran dengan kehidupannya sehari – hari. Dengan demikian hasil
belajar siswa juga akan mengalami peningkatan.
Bedasarkan uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa Model
Kontekstual ( Contextual Teacher and Learning ) adalah Suatu sistem
pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan bahan ajarnya
dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan sehari – hari.
c. Sintaks Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual dei desain untuk membantu semua
anak belajar materi akademik yang sangat berat. Cara mengajar yang baik
akan bisa berlaku untuk semua anak, dan cara itu tercakup dalam komponen
model pembelajaran kontekstual.
Menurut Elaine B . Johnson ( 2009 : 65 ), ada delapan komponen
dalam pembelajaran kontekstual yang harus diterapkan oleh guru. Untuk
masing – masing tahapan komponen di sajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 3. Sintaks model pembelajaran Kontekstual
Fase Perilaku Guru
Fase 1 :
Membuat keterkaitan yang
bermakna
Guru membantu siswa dalam
mengaitkan materi pembelajaran di
sekolah dengan konteks kehidupan
nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Fase 2 :
Melakukan pekerjaan yang
berarti
Guru membagi siswa dalam beberapa
kelompok untuk melakukan percobaan
atau pekerjaan yang memiliki tujuan,
berguna untuk orang lain, dan
menghasilkan produk nyata maupun
tidak nyata.
Fase 3 :
Melakukan pembelajaran yang
diatur sendiri
Guru mendorong siswa untuk menjadi
pelajar yang dapat mengatur diri mereka
sendiri yang bekerja mencapai tujuan
dan menarik minat mereka yaitu
memperoleh pengetahuan akademik
melalui kegiatan langsung.
Fase 4 : Bekerja sama Guru meminta siswa untuk saling
bekerja sama dengan efektif dalam
kelompok
Fase 5 : Mnggunakan pemikiran
tingkat tinggi yang kreatif dan
kritis
Guru memberi bimbingan kepada siswa
dalam menganalisis, melakukan sintetis,
memecahkan masalah, membuat
keputusan, menggunakan logika da
bukti.
Fase 6 :
membantu individu untuk
tumbuh dan berkembang
Guru mengidentifikasi tujuan yang jelas
dan memotivasi untuk mencapainya.
Menunjukkankepada mereka cara untuk
mencapai keberhasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Fase 7 :
mencapai standar yang tinggi
Guru mendorong siswa dan memotivasi
siswa untuk bekerja keras, tahan
banting, penuh konsentrasi untuk
mencapai yang terbaik dalam
mengembangkan bakat dan minat.
Fase 8:
Melakukan penilaian yang
autentik
Guru melakukan penilaian yang autentik
dari hasil evaluasi yang dilakukan
Menurut Rusman (2010 : 200) Langkah – langkah pembelajaran
kontekstual adalah sebagai berikut :
1. Mengembangkan pemikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar
lebih bermakna apakah dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri
dan mengontruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang
dimilikinya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik yang
diajarkan.
3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui pertanyaan – pertanyaaan.
4. Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui kegiatan kelompok
berdiskusi, tanya jawab dan lain sebagainya.
5. Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi,
model bahkan media yang sebenarnya.
6. Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Melakukan penilaian secara objektif, yaitu menilai kemampuan
sebenarnya pada setiap siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
C. Tinjauan Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
1. Siswa Sekolah Dasar
Siswa Sekolah Dasar bisanya berusia 5 tahun sampai 12 tahun. Peran
siswa di sekolah yaitu sebagai anak didik atau peserta didik. Masing –
masing siswa itu memiliki karakteristik yang berbeda – beada. Tapi yang
menjadi pertanyaan di sini apa itu yang di maksud dengan Siswa atau
anak didik itu dan bagaimanakah karakteristiknya ?
Syaiful Bahri Djamarah (2005 : 51) menemukakan bahwa anak
didik atau siswa adalah Setiap orang yang menerima pengaruh dari
seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan. Anak didik bukan binatang, tetapi ia adalah manusiayang
mempunyai akal. Anak didik adalah unsur manusiawi yang penting
dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan sebagai pokok persoalan
dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sebagai pokok
persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi yang
menentukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa –
apa tanpa kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan.
Menurut Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono (2002 : 4), Setiap
individu memiliki ciri dan sifat atau karakteristik bawaan (heredity) dan
karakteristik yang diperoleh dari pengaruh lingkungan. Karakteristik
bawaan merupakan karakteristik keturunan yang dimiliki sejak lahir, baik
yang menyangkut faktor biologis maupun psikologis. Seorang anak
mungkin memulai pendidikan formalnya di Taman Kanak - kanak pada
usia 4 atau 5 tahun. Pada awal masuk sekolah mungkin tertunda sampai
ia berusia 5 sampai 6 tahun. Tanpa mempedulikan umur anak,
karakteristik pribadi dan kebiasaan – kebiasaan yang dibawanya ke
sekolah akhirnyaterbentuk oleh pengaruh lingkungan dan hal itu
tampaknya mempunyai pengaruh penting terhadap keberhasilannya di
sekolah dan masa perkembangan hidupnya dikelak kemudian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Jadi dalam memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar
sebenarnya setiap anak mempunyai karakteristik, sifat dan ciri yang
berbeda – beda. Faktor yang membentuk karakteristik anak terjadi karena
pembawaan maupun lingkungan anak tersebut.
2. Karakteristik Anak Sekolah Dasar
Ada beberapa karakteristik anak di usia sekolah dasar yang perlu
diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya di tingkat sekolah dasar. Sebagai guru harus dapat
menerapkan metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya,
maka sangatlah penting bagi seorang pendidik mengetahui karakteristik
siswanya. Karakteristik yang tidak dapat dipisahkan dari anak Sekolah
Dasar antara lain yang berkaitan dengan kreatifitas, bakat, dan motivasi.
Untuk lebih jelasnya marilah kita kupas secara satu persatu karakteristik
tersabut sebagai berikut:
1) Kreatifitas
Kreatifitas adalah keterampilan untuk membentuk kombinasi-
kombinasi baru dari dua atau lebih konsep yang telah ada dalam
pikiran. Setiap kreasi merupakan kombinasi baru dari ide-ide dan
produk yang inovatif, seni dalam pemenuhan kebutuhan manusia.
(http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/hubungan-intelrgensi-
minat-bakat-serta.html ).
Abu Ahmadi ( 2003 : 187 ) berpendapat bahwa kreatifitas adalah
kesanggupan menciptakan tujuan – tujuan baru dan mencari alat –
alat yang sesuai guna mencapai tujuan itu.
Setiap anak tentulah memiliki sifat – sifat kreatif dalam aktivitas
pembelajaran. Bagaimanakah ciri – ciri anak yang kreatif itu?
Menurut Utami Munandar (2004 : 37), ciri – ciri pribadi kreatif
adalah sebagai berikut : a) Imajinatif, b) mempunyai prakarsa, c)
mempunyai minat luas, d) mandiri dalam berpikir, e) Senang
berpetualang, f) penuh energi, g) penuh energi, h) percaya diri, i)
beraemni mengambil resiko, j) Berani dalam pendirian dan keyakinan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Dengan siswa memiliki kreatifitas maka suasana pembelajaran
dikelas akan menjadi hidup dan penuh keaktifan. Suasana kelas
menjadi hidup dan aktif dikarenakan siswa dengan kreatifitasnya
tentulah akan menuangkan kemampuannya secara optimal.
Dari pendapat diatas, dapat penulis disimpulkan bahwa
kreatifitas adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menemukan
hal baru dan menciptakan sesuatu yang baru serta dapat berguna dan
bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2) Bakat
Dalam diri setiap anak sebenarnya memiliki kemampuan
yang istimewa. Kemampuan itu sering kita sebut dengan istilah
bakat. Bakat dari tiap masing – masing anak itu berbeda – beda.
Sebelum membahas lebih jauh, perlu kita ketahui terlebih dahulu
apa pengertian dari bakat ?
Menurut Abu Ahmadi ( 2003 : 200 ), bahwa bakat
merupakan potensi – potensi yang berisi kebmungkinan –
kemungkinan untuk berkembang ke sesuatu arah. Bakat adalah
kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan
pembawaan.
(http://putusutrisna.blogspot.com/2010/11/hubungan-
intelegensi-minat-bakat.serta.html) diakses tanggal 20 Juni
20011. Bakat adalah semacam perasaan dan perhatian, ia
merupakan salah satu metode pikir. Bakat itu menjadi jelas
karena pengalaman, akan tetapi kita hanya condong kepada
sebagian saja dari sekumpulan aspek-aspek kegiatan yang
kita alami dan lakukan. Terbentuknya bakat manusia
terhadap macam-macam kegiatan yang dilakukannya atau
tidak terbentuknya bakat itu ditentukan oleh banyak faktor.
Sering kali bakat dan kemampuan berjalan seiring, hanya saja
ada keadaan-keadaan dimana keduanya muncul serentak. Jadi
kemampuan dan bakat adalah dua faktor yang berbeda dan
terpisah antara satu bidang dengan
lainnya.http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-
kepribadian (diakses tanggal 21 Juni 20011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Utami Munandar (2004 ; 12) menyatakan bahwa bakat
merupakan kreatifitas yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang,
yang dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat.
Dalam suatu pembelajaran sebuat bakat merupakan hal yang
berpengaruh dalam proses belajar mengajar setiap pekerjaan yang
baru. Maka seharusnya kita sebagai orang tua dan guru menggunakan
bakat anak-anak yang wajar, serta mengatur kehidupan sekolah
mereka agar anak-anak tidak kehilangan dorongan yang membawa
mereka pada hal yang baru. Akan tetapi bagaimana cara
menghadapi/memelihara bakat anak-anak agar selalu hidup dan kuat
untuk menjadi pendorong bagi mereka dalam belajar ?
http://nieujik.blogspot.com/2009/02/bakat-emosi-
kepribadian (diakses tanggal 21 Juni 20011) dijelaskan :
a) Mengetahui bakat dari masing-masing peserta didik dan tiap
mereka dipelajari dengan baik apa kecondongan yang menonjol,
b) Hendaknya kita selalu menjadikan peserta didik anda sebagai
titik tolak, dan mengarahkan mereka pada bakatnya masing-
masing di mana saja anda temukan serta jadikanlah bakat-bakat
tersebut asas dari pendidikan dan pengajaran mereka.c) Wajib
mengembangkan bakat kodrati yang umum terdapat pada murid-
murid. d) Membantu murid-murid untuk merasakan adanya
hubungan sekolah dengan kehidupan nyata, melalui hubungan
bidang studi dan pengalaman belajar dengan kehidupan pribadi
anak.
Apabila anak-anak telah sampai kepada tahap terakhir sekolah
menengah, bakat mereka tetap berfungsi sebagai kekuatan penggerak
dalam pengajarannya. Dan bakat itu, tetap menjadi pendorong yang
kuat, untuk memantapkan bidang studi yan dipelajarinya, seperti
bahasa dan ilmu pengetahuan alam. Akan tetapi bakat mempunyai
kepentingan lain dalam tahap ini. Anak laki-laki dan perempuan disini
menghadapi kesempatan dan keadaan yang menuntut mereka untuk
mempelajari berbagai bidang studi pilihan atau memilih salah satu
hobi ekstra kurikuler. Bidang studi pilihan dan hobi tersebut
mempunyai urgensi khusus, karena ia memberi kesempatan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
peserta didik untuk berusaha dan mencoba berbagai segio kegiatan
dan membekalinya dngan banyak pengalaman dan percobaan. Hal ini
menolongnya dalam persiapan, untuk memilih caranya dalam
pekerjaan yang cocok dan mengarahkan dirinya kejalan yang akan
ditempuhnya dalam kehidupan di kemudian hari.
Bakat adalah asas terpenting, yang harus dijadikan sandaran bagi
individu dalam memilih bidang-bidang studi dan hobinya. Tanpa
mengetahui bakatnya, peserta didik boleh jadi akan mengarahkan
dirinya kepada bidang studi pilihan secara kebetulan saja, atau karena
waktunya cocok, mungkin pula karena sebagian temannya telah
memilihnya, atau karena gurunya lebih mudah dari pada guru lain.
Apabila kita mengetahui bakat peserta didik dan peserta didik
mengetahui bakatnya, maka kita harus menyertainya dalam
memperhatikan hasil tes bakat yang dilaksanakan terhadap peserta
didik, dapat kita saranakan kepadanya bidang studi dan segi-segi
kegiatan yang berhubungan dengan bakatnya yang apabila diikutinya
ia merasakan ingin untuk meneruskannya dan kegiatan tersebut
bermanfaat.
Dengan demikian agar potensi ini menjadi aktualisasi dibutuhkan
kesempatan untuk dapat mengaktualisasikan bakat – bakat tersebut.
Bakat akan berkembang apabila adanya kesempatan untuk
mengenbangkannya. Disinilah peran lingkungan sangat penting
karena dengan lingkungan yang baik dan mendukung maka
kesempatan seseorang mengaktualisasikan bakatnya akan tercapai.
3) Motivasi
Dalam menjalani kehidupan tentulah kita mempunyai suatu
tujuan yang hendak dicapai. Agar tujuan tersebut dapat tercapai
tentulah ada faktor pendorongnya atau hal yang membuat kita
termotivasi untuk mencapainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Menurut Nanang Hanifah dan Cucu Suhana (2009 : 26), motivasi
merupakan kekuatan, daya pendorong, atau alat pembangunan
kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri seseorang. Ngalaim
Purwanto (1992 : 60), motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong
seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang
untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali
disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa
datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada
dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar
hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar
adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita.
Sementara meotivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari
inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih
kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang
bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari
rasa sakit. Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup
sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang untuk
menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar uang
karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan
seseorang untuk meraih kenikmatan.
http://www.sqvidoo.com/definisi-motivasi (diakses tanggal 21
Juni 2011).
Motivasi menjadi fungsi yang sangat penting dalam pelaksanaan
pembelajaran. Karena dengan motivasi yang kuat dari siswa untuk
maka situasi pembelajaran akan menjadi bersemangat dan berjalan
dengan aktif, kreatif dan penuh inovatif.
Nanang Hanifah dan Cucu Suhana (2009: 26), fungsi motivasi
dibagi menjadi berikut: a) Motivasi merupakan alat pendorong
terjadinya perilakubelajar peserta didik, b) Motivasi merupakan alat
untuk mempengaruhi prestasi belajar peserta didik, c) Motivasi
merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran, d) Motivasi merupakan alat untuk membangunsistem
pembelajaran lebih bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dengan demikian seseorang yang memiliki motivasi biasanya
akan selalu bekerja keras guna untuk mewujudkan keinginan serta
tujuannya. Karena dengan bekerja keras maka segala keinginan
pastilah akan tercapai.
Dari pendapat diatas, dapat penulis simpulkan pengertian
motivasi adalah dorongan dari jiwa untuk mewujudkan tujuan
tertentu.
B. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
1. Hasil penelitian tindakan kelas dalam skripsinya Ika Wahyu tahun 2009 yang
berjudul Peningkatan Pemahaman Konsep “Bentuk Energi” melalui
Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Sumber Simo
Boyolali Tahun Pelajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa melalui
Pedekatan Kontekstual hasil belajar siswa kelas IV SDN 2 Sumber Simo
Boyolali pokok bahasan bentuk energi meningkat dengan menerapkan
pendekatan kontekstual. Hal ini terbukti nilai rata – rata kelas yang pada tes
awal hanya 51, 67 meningkat di siklus I menjadi 68,00 dan pada siklus II
bahwa siswa mengalami peningkatan hasil sebesar 80,33. Siswa tuntas
belajar yang awalnya 33,34%, tes siklus I sebesar 80%, pada tes siklus II
meningkat menjadi 100%.
2. Hasil penelitian dalam skripsinya Nisa Us Sa’idah tahun 2009 dengan judul
Peningkatan Pemahaman konsep – konsep IPA melalui pendekatan Contextual
Teacher and Learning ( CTL ) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Sondakan No.
11 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010, menyimpulkan bahwa siswa
mengalami peningkatan yang pada tes awal dilakukan sebesar 60,5 dengan
presentase 50%, dan rata - rata nilai siklus I 67, 7 dengan presentase 71, 9 %
meningkat nilai rata – rata kelasnya menjadi 76,4 pada siklus 2 dengan
presentase 81,3%. Sedangkan ketuntasan belajar siswa menurut standar KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yaitu 67. Melalui penelitian yang relevan di atas maka penulis memperoleh
gambaran mengenai prosedur penelitian dan hasil yang diperoleh.
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang relevan diatas
memperkuat peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan
Model Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Gaya Pada Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Tenggak 3 Sidoharjo Sragen
Tahun Pelajaran 2010/2011.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan di atas maka dapat disusun
suatu kerangka pemikiran. Pada kondisi awal pembelajaran sebelum menerapkan
model pembelajaran kotekstual, guru masih menggunakan pembelajaran
konvensional. Siswa menjadi lebih cepat bosan dan informasi yang disampaikan
sulit diserap oleh siswa serta tidak merangsang kreativitas dan partisipasi siswa,
Guru lebih menekankan pada terselesainya materi pelajaran daripada tingkat
kemampuan siswa dalam memahami materi, komunikasi pembelajaran hanya satu
arah sehingga kurang adanya timbal balik antara guru dengan siswa untuk aktif
dan kreatif dalam menyerap dan mempertajam gagasannya, siswa masih merasa
malu untuk bertanya kepada guru tentang materi yang belum mereka pahami
sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran, siswa menganggap
bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang sulit sehingga mereka enggan
mempelajarinya. Akibat dari permasalahan tersebut dapat mempengaruhi
penguasaan konsep gaya oleh siswa yang masih rendah.
Dengan kondisi tersebut, maka peneliti melaksanakan tindakan dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan penguasaan
konsep gaya pada mata pelajaran IPA. Model pembelajaran kotekstual memiliki
kelebihan sebagai berikut 1). Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil.
Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman
belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang
dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sihingga tidak akan mudah
dilupakan. 2). Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”.
Pada kondisi akhir dengan menerapkan model pembelajaran penguasaan
konsep gaya oleh siswa meningkat.
Dari pemikiran di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran dalam
penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir
Penguasaan
konsep gaya pada
mata pelajaran
IPA masih rendah
Guru menggunakan metode yang
konvensional dalam pembelajaran
IPA
Kondisi
Awal
Siklus I
Ada peningkatan
penguasaan konsep
gaya oleh sisswa pada
mata pelajaran IPA
Kopetensi Dasar Gaya
Melaui PTK Guru
menggunakan model
pembelajaran kontekstual dalam
pembelajaran IPA Kopetensi
Dasar gaya Tindakan
Siklus II
Hasil belajar siswa
pada mata pelajaran
IPA Kopetensi Dasar
gaya meningkat
sesuai indikator kerja
Penguasaan konsep gaya
oleh siswa pada mata
pelajaran IPA Kopetensi
Dasar gaya meningkat.
Kondisi
Akhir
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut melalui penerapan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya pada mata pelajaran
IPA siswa di kelas IV SD Tenggak 3 Sidoharjo Sragen Tahun Pelajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Tenggak 3 di kelas IV tahun pelajaran
2011 Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara bertahap yang secara garis besar dapat dibagi
menjadi tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap penelitian, dan tahap
penyelesaian.
a. Tahap persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, survey lokasi
penelitian, pembuatan proposal, dan konsultasi instrument.
b. Tahap penelitian
Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang dilakukan di lapangan,
yaitu uji instrument dan pengambilan data. Tahap ini dilakukan pada
bulan Mei.
c. Tahap penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan.
Tahap ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai selesai.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dilakukan pada siswa kelas IV SD Negeri Tenggak 3,
Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen tahun pelajaran 2010/2011.
C. Sumber Data
Sumber data atau informasi yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah
dari:
1. Sumber data pokok antara lain siswa dan guru SDN Tenggak 3 kelas IV
tahun pelajaran 2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
2. Sumber data berupa dokumen atau arsip, yang antara lain berupa catatan
observasi guru dan hasil evaluasi belajar siswa. Sumber data ini digunakan
untuk melengkapi sumber data pokok.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengambilan dan pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode Observasi
Observasi merupakan suatu langkah yang sangat baik untuk
memperoleh data pribadi dan tingkah laku setiap peserta didik. Dalam
penelitian ini observasi digunakan untuk memperoleh data tentang hasil
belajar IPA siswa pada materi pokok gaya. Adapun rancangan lembar
observasi, memuat perilaku siswa pada saat mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model Pembelajaran kontekstual.
2. Metode Wawancara
Teknik wawancara ini digunakan untuk dengan mewawancarai guru dan
siswa mengenai pelaksaaan proses belajar mengajar yang selama ini
dilakukan. Wawancara dilakukan adalah wawancara bebas atau terbuka.
3. Metode Tes
Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang
hasil belajar IPA ranah kognitif setelah kegiatan pembelajaran pada materi
operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Tes ini berbentuk
obyektif yaitu bentuk pilihan ganda dan isian.
4. Metode Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk mencari data mengenai arsip yang digunakan
dalam proses pembelajaran, misalnya silabus, rencana pembelajaran,
presensi siswa dan daftar nilai semester genap kelas IV SDN Tenggak 3.
Fungsi dokumentasi dalam penelitian ini untuk mendapatkan catatan-
catatan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
E. Validitas Data
Validitas atau kesahihan merupakan hal penting dalam sebuah penelitian,
karena tanpa adanya validitas sebuah penelitian perlu dipertanyakan
keilmiahannya. Untuk membuktikan bahwa penelitian ini merupakan
penelitian ilmiah maka validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik
triangulasi. Moh. Kasiram (2008: 252) mengartikan triangulasi sebagai
penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian
dengan tujuan untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah
laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang.
Macam triangulasi Moh. Kasiram( 2008: 252) yaitu data triangulasi,
investigator triangulasi, theory triangulasi, dan methodological triangulasi.
Teknik triangulasi yang dipilih adalah triangulasi data dan triangulasi metode.
Data triangulasi yaitu triangulasi data, dimana peneliti menguji keabsahan data
dengan membandingkan informasi dari narasumber satu dengan informasi dari
narasumber lainnya.
Triangulasi metode yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
metode pengumpulan data yang berbeda. Dengan menggunakan metode
pengumpulan data berupa observasi dilanjutkan wawancara mendalam dari
informan yang sama dan hasilnya diuji dengan pengumpulan data dengan
teknik tes dan dokumentasi. Data yang diperoleh tersebut selanjutnya
dideskripsikan untuk mendapat kesimpulan.
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model
analisis interaktif, dengan mengikuti pola pemikiran yang kajiannya
didasarkan pada kenyataan-kenyataan empirik serta unsur-unsur terkecil dari
pendekatan secara mikro ke makro. Data-data dari hasil penelitian di lapangan
diolah dan dianalisis secara kualitatif. Hal ini dilakukan karena sebagian besar
data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa deskripsi tentang
perkembangan proses pembelajaran. Analisis data memiliki tiga komponen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
yaitu reduksi data (Data Reduction), penyajian data (Data Display), dan
penarikan kesimpulan ( Verification).
1. Reduksi data meliputi penyeleksian data dari catatan-catatan tertulis di
lapangan melalui ringkasan atau uraian singkat dan penggolongan data ke
dalam pola yang lebih luas.
2. Penyajian data dilakukan dalam rangka mengorganisasikan data yang
merupakan penyusunan informasi secara sistematik dari hasil reduksi data
mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan observasi dan refleksi pada
masing-masing siklus. Hasil dari data-data penelitian selanjutnya
digabungkan dan disimpulkan kemudian disusun dalam bentuk tabel,
grafik, dan dinarasikan dalam pembahasan penelitian. Data yang disajikan
meliputi data yang berasal dari nilai tes pada materi gaya.
3. Penarikan kesimpulan merupakan upaya pencarian makna data, mencatat
keteraturan dan penggolongan data. Simpulan yang hendak dicapai
peneliti yaitu peningkatan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa
tentang materi gaya melalui model pembelajaran kontekstual. Penarikan
simpulan dilakukan secara bertahap mulai dari simpulan sementara pada
siklus I dan simpulan akhir pada siklus II yang selanjutnya hasil simpulan
tersebut dikaitkan dan dilakukan refleksi untuk menyusun tindakan
selanjutnya.
G. Indikator Kerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian.
Indikator kinerja yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
meningkatnya penguasaan gaya pada mata pelajaran IPA di siswa kelas IV SD
Negeri Tenggak 3 kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual (Contextual Teacher and Learning). Indikator
penelitian ini bersumber dari kurikulum dan silabus KTSP Ilmu Pengetahuan
Alam kelas IV serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Pada siklus I pembelajaran dikatakan berhasil apabila nilai IPA siswa
mencapai rata-rata kelas 75% dan siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 mencapai
85%.
Pada siklus II pembelajaran dikatakan berhasil apabila penguasaan konsep
gaya oleh siswa yang dibuktikan dengan hasil belajar mencapai rata-rata kelas
≥75% dan siswa yang memperoleh nilai ≥70 mencapai 85%.
Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk., 2006: 74)
H. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian adalah sebuah rangkaian tahap penelitian dari awal
hingga akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur
Permasalahan
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Perencanaan
tindakan I
Refleksi I
Perencanaan
tindakan II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan atau
pengumpulan data
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan atau
pengumpulan
data II
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Supardi dalam
Suharsimi Arikunto (2008: 104). Prosedur penelitian mencakup tahapan-tahapan
sebagai berikut: (1) perencanaan (planning); (b) penerapan tindakan (action); (c)
mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation); dan (d) melakukan refleksi (reflecting). Dan seterusnya sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Prosedur yang diterapkan pada penelitian ini meliputi tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan
Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kontekstual ( Contextual Teacher and Learning)
2) Mengembangkan skenario pembelajaran
3) Menyiapkan sumber belajar
4) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung
5) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan Awal
1) Kegiatan rutin (Berdoa, Presensi, Mengkondisikan kelas)
2) Menyampaikan tujuan pembelajaran
3) Apersepsi
Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan tentang konsep gaya
2) Guru memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu
3) Guru membagi kelas kedalam 5 kelompok, dengan anggota setiap
kelompok bersifat heterogen
4) Siswa mengerjakan tugas dari guru bersama anggota kelompoknya
melakukan percobaan.
5) Guru membimbing siswa dan memberikan informasi dalam
melakukan percobaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Kegitan Akhir
1. Siswa dan guru menyimpulkan semua hasil kegiatan pembelajaran.
2. Guru menutup pelajaran.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada
siklus I. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran siklus I dan hasil belajar berupa nilai siswa pada
siklus I tentang materi Gaya dengan menggunakan model pembelajaran
Kontekstual. Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk membantu
menemukan permasalahan pembelajaran yang akan digunakan sebagai
dasar untuk perbaikan dalam perencanaan siklus berikutnya. Penemuan
masalah yang akan didiskusikan mengarah pada kelebihan dan kelemahan
proses dan hasil pembelajaran pada siklus I.
Temuan yang terdapat pada siklus I yaitu terjadi peningkatan kualitas
proses dan penguasaan konsep gaya oleh siswa yang dibuktikan dengan
hasil belajar siswa. Ketuntasan klasikal hasil belajar mencapai 83, 3%.
Siswa juga sudah terlihat aktif dan antusias dibanding dengan kondisi awal.
Namun, kondisi ini belum mencapai indikator akhir ketercapaian penelitian
sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan Tindakan
1. Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan
masalah
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model
pembelajaran kontekstual (Contextual Teacher and Learning )
3. Mengembangkan skenario pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Menyiapkan sumber belajar
5. Mengembangkan format evaluasi pembelajaran
b. Tahap pelaksanaan Tindakan
1. Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.
2. Guru menerapkan pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual ( Cotextual Teacher and Learning).
3. Siswa belajar dalam situasi pembelajaran dengan model pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teacher and learning).
4. Memantau peningkatan siswa dalam penguasaan konsep tentang gaya
pada mata pembelajaran IPA.
c. Tahap Observasi
Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran
(aktivitas guru dan siswa). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam
pedoman yang telah disiapkan peneliti.
d. Tahap Refleksi
Peneliti bersama guru kelas IV membuat refleksi atas tindakan pada
siklus II. Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa pada siklus II tentang
materi Gaya dengan menggunakan model pembelajaran Kontekstual.
Peneliti juga berdiskusi dengan kolaborator untuk menemukan temuan-
temuan pada siklus II.
Temuan yang terdapat pada siklus II yaitu terjadi peningkatan kualitas
proses dan penguasaan konsep gaya oleh siswa yang dibuktikan hasil
belajar siswa meningkat signifikan. Ketuntasan klasikal hasil belajar
kterampilan berbicara mencapai 91, 67%. Berdasarkan data tersebut,
penguasaan konsep gaya oleh siswa sudah mencapai indikator
ketercapaian penelitian sehingga siklus (tindakan) dapat dihentikan. Hal
ini membuktikan bahwa model Kontekstual dapat meningkatkan
penguasaan konsep gaya pada siswa kelas IV SDN Tenggak 3 Sidoharjo
Sragen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian dan Data Awal
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Tenggak Kecamatan
Sidoharjo Kabupaten Sragen. Sekolah Dasar Negeri Tenggak 3 tepatnya
berada di Dukuh Nglombo, Desa Tenggak, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten
Sragen. SDN Tenggak 3 dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang
membawahi 7 (tujuh) guru kelas, 4 (empat) guru mata pelajaran, 1(satu)
penjaga sekolah. SDN Tenggak 3 mempuyai siswa berjumlah 132 siswa, yang
terdiri dari kelas I sebanyak 20 siswa, kelas II sebanyak 17 siswa, kelas III
sebanyak 25 siswa, kelas IV dengan 24 siswa, kelas V sebanyak 22 siswa dan
kelas VI sebanyak 24 siswa.
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan di SD Negeri Tenggak
3 belum melaksanakan pembelajaran Kontekstual khususnya
pembelajaran IPA kelas IV pada materi konsep energi bunyi, sehingga
hasil belajar siswa banyak yang belum mencapai KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester.
Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti mengadakan penelitian di
kelas IV, maka peneliti menggunakan pembelajaran yang dapat
meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan pembelajaran
Kontekstual. Nilai prestasi belajar kognitif siswa diperoleh dari tes
uraian yang telah diujicobakan dari 10 item soal esai ternyata valid atau
memenuhi syarat untuk dapat dipergunakan sebagai alat tes prestasi.
Hasil Nilai Awal materi gaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini
(Lampiran 21) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Tabel 4. Frekuensi Nilai Awal Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN Tenggak 3
No Interval Nilai Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Keterangan
1 40 – 46 4 43 172 16, 67 Di bawah
KKM
2 47 - 53 3 50 150 12, 5 Di bawah
KKM
3 54 - 60 9 57 513 37, 5 Di bawah
KKM
4 61 - 67 4 64 256 16, 67 Di atas
KKM
5 68 - 74 3 71 213 12, 5 Di atas
KKM
6 75-80 1 78 78 4, 17 Di atas
KKM Jumlah 24 1358 100
Nilai Rata-rata Klasikal = 1358: 24 = 57, 58
Nilai tertinggi : 80, Nilai Terendah : 40
Berdasarkan tabel 4 frekuensi nilai hasil belajar IPA Nilai Awal Kelas
IV SDN Tenggak 3, maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN Tenggak 3 Nilai Awal
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Frekuensi
40 - 46
47 - 53
54 - 60
61 - 67
68 - 74
75 - 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pada Nilai Awal, siswa
memperoleh nilai 40 sampai 46 sebanyak 4 siswa atau 16, 67%, siswa
memperoleh nilai 47 sampai 53 sebanyak 3 siswa atau 12, 5 %, siswa
mendapat nilai 54 sampai 60 sebanyak 9 siswa atau 37, 5%, siswa
mendapat nilai 61 sampai 67 sebanyak 4 siswa atau 16, 67%, siswa
mendapat nilai 68 sampai 74 sebanyak 3 siswa atau 12, 5%, dan yang
mendapat nilai 75 sampai 80 sebanyak 1 siswa atau 4, 17 %. Nilai
terendahnya yaitu 40, nilai tertinggi 80, nilai rata – ratanya 57, 58.
Berdasarkan data nilai di atas dapat dilihat bahwa sebelum
dilaksanakan tindakan, siswa kelas IV SDN Tenggak 3 sebanyak 24 siswa
hanya 8 atau 33, 33% siswa yang memperoleh nilai di atas batas nilai
ketuntasan minimal. Sebanyak 16 siswa atau 66, 67 % memperoleh nilai di
bawah batas nilai ketuntasan yaitu 65. Maka peneliti melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Kontekstual.
Analisis hasil evaluasi dari Nilai Awal siswa diperoleh nilai
rata-rata kemampuan siswa menjawab soal dengan benar adalah 57, 58
di mana hasil tersebut masih di bawah rata-rata nilai yang diinginkan
dari pihak guru, peneliti, dan sekolah yaitu sebesar 65. Sedangkan
besarnya persentase siswa tuntas pada materi gaya sebesar 33, 33%
saja, dari pihak sekolah ketuntasan siswa diharapkan mencapai lebih
dari 75%. Dari hasil analisis Nilai Awal tersebut, maka dilakukan
tindakan lanjutan untuk meningkatkan penguasaan konsep, prestasi
belajar, aktivitas siswa pada kegiatan pembelajaran, khususnya untuk
materi pokok gaya.
Dari hasil Nilai Awal pada di atas dapat disimpulkan sementara
bahwa penguasaan konsep pada materi gaya oleh siswa kelas IV SDN
Tenggak 3 masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki
porsi jawaban yang kurang dari 75% memberikan indikasi bahwa siswa masih
belum begitu paham dan menguasai pada beberapa indikator belajar materi
pokok gaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Deskripsi Prosedur dan Hasil Penelitian
Tindakan siklus 1
Tindakan siklus I dilaksanakan selama 2 kali pertemuan (2 × 35 menit) pada
tanggal 31 Mei 2011 dan 1 Juni 2011. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan
pada siklus I adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Berdasarkan pengamatan dan pencatatan terhadap pembelajaran dan
hasil belajar pada tes awal diperoleh informasi sebagai data awal bahwa siswa
kelas IV SD Negeri Tenggak 3 sebanyak 24 siswa terdapat 16 anak atau
66,67% yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65.
Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata sebagian besar siswa belum
penguasaan konsep gaya. Bertolak dari kenyataan tersebut diadakan
konsultasi dengan guru kelas IV mengenai alternatif peningkatan penguasaan
konsep gaya dengan model pembelajaraan kontekstual.
Adapun perencanaan penelitian tindakan kelas pada siklus I meliputi
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1) Menentukan pokok bahasan atau memilih Kompetensi Dasar atau
indikator yang sesuai dengan pokok bahasan gaya di kelas IV. Alasan
memilih Kompetensi Dasar atau indikator tersebut adalah:
a) Kompetensi dasar atau indikator pokok bahasan gaya sulit dikuasai
oleh siswa. Siswa banyak mengalami kesulitan pada indikator
tersebut.
b) Kompetensi Dasar atau indikator pokok bahasan gaya tersebut
nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
c) Pemilihan Kompetensi Dasar atau indikator pokok bahasan gaya
didasarkan pada kurikulum yang berlaku dan harapan masyarakat
terhadap hasil belajar siswa.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun 2 × pertemuan.
Masing-masing pertemuan 2 x 35 menit. Perencanaan RPP mencakup
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
penentuan: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator, langkah-
langkah/skenario pembelajaran, media, model dan sumber pembelajaran
serta sistem penilaian. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus I.
3) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung
Fasilitas dan sarana pendukung yang perlu disiapkan untuk
pelaksanaan pembelajaran adalah:
a) Ruang belajar
Ruang belajar yang digunakan adalah ruang belajar yang biasa
digunakan setiap hari. Meja tempat duduk siswa diatur membentuk
berhadapan sehingga memudahkan kerja kelompok siswa waktu
pembelajaran kontekstual dilaksanakan.
b) Buku pelajaran
Buku pelajaran IPA digunakan sebagai buku acuan belajar.
c) Media
Media yang digunakan adalah bola, kelereng, kaleng bekas,
tanah liat yang digunakan untuk melakukan percobaan tentang gaya
dapat mengubah gerak dan bentuk benda.
d) Lembar soal evaluasi
Lembar evaluasi digunakan sebagai tes akhir dalam proses
pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai acuan menentukan
keberhasilan siswa.
e) Lembar penilaian
Lembar penilaian digunakan sebagai instrumen penyaji hasil tes
siswa.
f) Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan adalah lembar observasi guru
dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan
sebagai instrumen penyaji kinerja guru selama proses pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
berlangsung, sedangkan lembar observasi siswa digunakan sebagai
instrumen penyaji aktivitas siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah atau tindakan yang dilakukan, direncanakan
secara teliti oleh peneliti yang kemudian dikonsultasikan dengan guru
pengampu untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan tindakan.
Peneliti menyusun lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran dan
observasi keterampilan mengajar guru dengan menggunakan Model
Pembelajaran kontekstual, sedangkan sebagai alat evaluasinya guru
dan peneliti membuat soal ulangan berbentuk uraian untuk mengetahui
tingkat penguasaan konsep oleh siswa terhadap materi gaya.
Dalam tahapan ini guru menerapkan model pembelajaran kontekstual
sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun. Dalam kegiatan
belajar mengajar, guru berusaha menyampaikan materi gaya dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dalam 2
kali pertemuan.
1) Pertemuan Ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang gaya dengan
indikator : a) Menyebutkan macam – macam benda yang dapat kita
gerakkan yang sering terjadi dalam kehidupan sehari – hari. b)
Mendemonstrasikan cara menggerakkan benda.
Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam, berdoa
bersama dan mengabsen siswa, guru memberikan apersepsi “Guru
mengeluarkan kata keras, lambat kemudian makin melemah. Kemudian
guru bertanya apakah yang akan terjadi apabila di bola tendang?”
A. Kegiatan Awal
1. Salam Pembuka
2. Absensi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3. Apersepsi
Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna
1) Guru meminta siswa menyebutkan benda – benda yang
dapat digerakkan yang terjadi dalam kehidupan sehari–
hari.
2) Guru menunjukkan gambar – gambar yang berkaitan
tentang benda yang dapat kita gerakkan dalam
kehidupan sehari – hari.
B. Kegiatan Inti
Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti
Guru membagi siswa menjadi bebeerapa kelompok untuk
melakukan percobaan tentang gaya yang dapat mengubah
gerak benda.
Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
Siswa mencari tahu sendiri dan mengidentifikasi proses
terjadinya gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda
melalui percobaan secara langsung.
Fase 4 : Bekerja sama
Siswa saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya
dalam melakukan percobaan dan praktik secara langsung.
Fase 5 : Berfikir kritis dan kreatif
Guru meminta siswa untuk menganalisis, memecahkan
masalah dan membuat keputusan berdasarkan logika dan
hasil nyata dari percobaan.
2. Elaborasi
Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
Guru membantu siswa untuk mengembangkan hasil
percobaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
3. Konfirmasi
Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi
Siswa yang berhasil melakukan percobaan mendapat
penghargaan dari guru agar termotivasi untuk melakukan
percobaan berikutnya pada pertemuan yang akan datang.
C. Kegiatan Akhir
1. Guru memberi pujian kepada siswa yang berhasil mengerjakan tugas
dengan baik.
2. Guru menutup dengan salam
2) Pertemuan Ke-2
Pada pertemuan ke-2 materi yang dipelajari adalah a)
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. b) memberi
contoh sehari – hari cara gaya mengubah bentuk benda.
A. Kegiatan awal
dimulai dari berdoa bersama, mengabsen siswa, guru
memberi apersepsi dengan menanyakan kembali apa yang
dimaksud dengan gaya?
B. Kegiatan inti
1. Eksplorasi
Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna
1) Guru menyebutkan benda yang dapat kita rubah bentuknya
dengan mudah yang terjadi dalam kehidupan sehari – hari.
2) Guru menunjukkan gambar – gambar yang berkaitan
tentang benda yang dapat kita gerakkan dalam kehidupan
sehari – hari.
Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti
Guru membagi siswa menjadi bebeerapa kelompok untuk
melakukan percobaan tentang gaya yang dapat mengubah
bentuk benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
Siswa mencari tahu sendiri dan mengidentifikasi proses
terjadinya gaya dapat mengubah gerak dan bentuk benda
melalui percobaan secara langsung.
Fase 4 : Bekerja sama
Siswa saling bekerja sama dengan anggota kelompoknya
dalam melakukan percobaan dan praktik secara langsung.
Fase 5 : Berfikir kritis dan kreatif
Siswa menganalisis, memecahkan masalah dan membuat
keputusan berdasarkan logika dan hasil nyata dari percobaan.
2. Elaborasi
Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
Guru membantu siswa untuk mengembangkan hasil percobaan.
3. Konfirmasi
Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi
Siswa yang berhasil melakukan percobaan mendapat
penghargaan dari guru agar termotivasi untuk melakukan
percobaan berikutnya pada pertemuan yang akan datang.
C. Kegiatan diakhiri
Guru memberi evaluasi dengan membagi lembar soal evaluasi.
Fase 8 : Penilaian yang autentik dari
Guru melakukan penilaian yang autentik dari evaluasi yang
dikerjakan siswa
Guru menutup dengan salam.
c. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan tingkah laku dan sikap siswa selama
ketika melakukan pembelajaran IPA dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual.
1) Hasil observasi bagi guru
Dari data observasi dalam siklus 1 selama 2 kali pertemuan
diperoleh hasil observasi sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
a) Guru telah menyiapkan rencana pembelajaran dengan baik.
b) Guru telah membuka pelajaran dengan baik, guru telah memberi
pengantar dan tanya jawab mengenai materi yang diajarkan guna
meningkatkan motivasi siswa.
c) Guru dalam bertanya jawab hanya menunjuk siswa yang duduk di
bagian depan dan belakang, untuk yang dibagian tengah kurang
diperhatikan.
d) Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum jelas.
e) Guru belum memberikan teguran secara tegas pada siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran.
f) Guru belum optimal dalam memberi pujian kepada siswa yang mampu
menjawab pertanyaan dengan benar.
g) Guru dalam menyampaikan materi pelajaran sudah baik
h) Guru sudah baik dalam mengelola kelas-kelas.
i) Guru memanfaatkan media dan alat pembelajaran dengan baik.
j) Guru sudah mampu merangsang siswa untuk aktif bertanya dan
mengemukakan pendapat karena pembelajaran dibuat
menyenangkan.
k) Guru kurang memberi kesempatan tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil percobaan di depan kelas.
l) Guru kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merangkum
dan menyimpulkan pelajaran yang telah diajarkan.
m) Guru belum berkeliling untuk mengecek kegiatan siswa-siswa dalam
proses pembelajaran.
n) Pengelolaan waktu pada langkah-langkah pembelajaran kurang ditaati
oleh guru, jadi aplikasi pengajaran kurang terealisasi dengan baik.
2) Hasil observasi bagi siswa
Dari data observasi pada Siklus I diperoleh data hasil belajar siswa
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a) Kemauan siswa untuk menerima pelajaran sudah menunjukkan
peningkatan.
b) Perhatikan siswa sudah baik dalam memperhatikan pelajaran yang
disampaikan oleh guru tapi masih perlu ditingkatkan.
c) Perhatian, minat, dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d) Siswa aktif dalam pembelajaran.
e) Dua per tiga dari keseluruhan siswa sudah berani mengajukan
pertanyaan dan pendapat.
f) Siswa menunjukkan peningkatan kerjasama dalam kelompok.
g) Siswa dengan sungguh-sungguh mengerjakan tugas baik tugas
individu atau tugas kelompok.
h) Keberanian siswa maju ke depan untuk mempresentasikan hasil tugas
observasi masih kurang.
i) Kemauan dalam berdiskusi dengan teman kelompok sudah baik.
j) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
k) Siswa mau menyiapkan kebutuhan belajar.
l) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik
dan sistematis.
m) Siswa sudah berani bertanya dan meminta saran kepada guru
mengenai bahan pelajaran yang masih belum jelas.
n) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
o) Siswa segera membentuk kelompok diskusi.
p) Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 5 . Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I
Siswa Kelas IVSDN Tenggak 3
No Interval Nilai Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Keterangan
1 50 - 56 3 53 159 12, 5% Di bawah
KKM
2 57 - 63 1 60 60 4, 17% Di bawah
KKM
3 64 - 70 10 67 670 41, 67% Di atas
KKM
4 71 - 77 5 74 370 20, 83% Di atas
KKM
5 78 - 84 3 81 243 12, 5% Di atas
KKM
6 85 - 90 2 88 176 8, 33% Di atas
KKM Jumlah 24 1678 100
Nilai Rata-rata Klasikal = 1678 : 24 = 69, 91
Nilai tertinggi : 90, Nilai Terendah : 50
Berdasarkan tabel 6 frekuensi nilai hasil belajar IPA Siklus I Kelas IV
SDN Tenggak 3, maka dapat digambarkan grafik sebagai berikut :
Gambar 4. Grafik Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV
SDN Tenggak 3 Siklus I
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa setelah melaksanakan
siklus 1, siswa memperoleh nilai 50 sampai 56 sebanyak 3 siswa atau
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Frekuensi
50 - 56
57 - 63
64 - 70
71 - 77
78 - 84
85 - 90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
12, 5%, siswa memperoleh nilai 57 sampai 63 sebanyak 1 siswa atau
4, 17%, siswa mendapat nilai 64 sampai 70 sebanyak 10 siswa atau 41,
67%, siswa mendapat nilai 71 sampai 77 sebanyak 5 siswa atau 20,
83%, siswa mendapat nilai 78 sampai 84 sebanyak 3 siswa atau 12,
5%. dan yang mendapat nilai 85 sampai 90 sebanyak 2 siswa atau 8,
33 %. Nilai terendahnya 50, nilai tertinggi 90 dan nilai rata – rata
menjadi 69, 91.
d. Refleksi
Data-data yang diperoleh baik melalui observasi, hasil dokumentasi
foto maupun nilai tes siswa dikumpulkan untuk dianalisis. Berdasarkan hasil
analisis yang diperoleh selama proses pelaksanaan tindakan pada pertemuan I
dengan materi gaya telah menunjukkan perubahan, baik pada aktivitas siswa
namun pada pencapaian prosentase ketuntasan siswa mencapai 83, 3%, ini
berarti dari 24 siswa hanya 4 siswa yang mendapatkan nilai di atas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal).
Dari hasil analisa data perkembangan prestasi belajar siswa pada tes
Siklus I tabel 5, siswa yang tuntas belajar pada di Siklus I sebesar 20 siswa
atau 83, 33 %. Besarnya nilai terendah pada Siklus I menjadi 50. Untuk nilai
tertinggi terdapat kenaikan dari 80 naik menjadi 90 dan nilai rata-rata kelas
yang pada siklus I 69, 91 nilai tersebut belum di atas rata-rata nilai yang
diinginkan dari pihak guru, peneliti dan sekolah yaitu ≥ 75.
Dalam penelitian tindakan kelas Siklus I masih banyak ditemukan
kekurangan-kekurangan, antara lain:
1) Bagi Guru
a) Guru masih belum optimal dalam meningkatkan perhatian siswa pada
saat proses belajar mengajar.
b) Guru kurang tegas dalam menegur siswa yang kurang memperhatikan
pelajaran
c) Guru hanya menunjuk siswa yang berada di barisan belakang (belum
menyeluruh).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
d) Guru belum optimal memberikan pujian bagi siswa yang telah
menjawab pertanyaan dengan benar.
e) Guru belum melaksanakan alokasi waktu KBM dengan baik.
f) Guru belum optimal dalam memantau kegiatan siswa dalam kelas.
2) Bagi Siswa
a) Masih ada beberapa siswa yang sulit memahami hal – hal yang
mempengaruhi gaya dapat mengubah gerak benda.
b) Beberapa siswa kesulitan memahami contoh gaya yang dapat
mengubah gerak suatu benda dengan gaya yang dapat mengubah
bentuk benda.
c) Siswa sudah lumayan aktif dalam kegiatan belajar mengajar, namun
masih perlu ditingkatkan lagi agar hasil belajar lebih maksimal.
3. Tindakan Siklus II
Tindakan Siklus II dilaksanakan selama 1 minggu, perencanaan kegiatan
dilaksanakan 2 kali pertemuan. Tiap-tiap pertemuan lamanya 2x35 menit yaitu
dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4 Juni 2011. Adapun tahapan yang dilakukan
pada Siklus II meliputi :
a. Tahap perencanaan
Pada tahapan perencanaan ini peneliti membuat perancanaan sebagai berikut :
1) Menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran.
2) Lebih mengoptimalkan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran.
3) Memberikan pengulangan pada materi gaya
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
1) Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi IPA adalah tentang Gaya dengan
indikator : a) Menyebutkan macam – macam gaya yang sering terjadi
dalam kehidupan sehari – hari. b) Mendemonstrasikan cara menggerakkan
benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
A. Kegiatan Awal
1. Salam pembuka
2. Apersepsi : Mengulas kembali materi pada pertemuan sebelumnya
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna
Guru mengajak siswa keluar kelas untuk mengamati proses terjadinya
gaya yang terjadi dalam sehari – hari.
Fase 2 : Melakukan pekerjaan yang berarti
Setelah siswa diminta mengamati, guru membentuk siswa menjadi
beberapa kelompok kemudian setiap kelompok melakukan percobaan.
Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
Siswa menyelidiki sendiri proses terjadinya gaya dapat mengubah
bentuk benda.
Fase 4 : Bekerja sama
Antara anggota kelompok siswa saling bekerja sama untuk mencari
tahu proses terjadinya gaya mengubah bentuk benda.
Fase 5 : Berpikir kritis dan kreatif
Siswa menyampaikan pendapat dan hasil percobaannya secara kritis.
2. Elaborasi
Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
Guru membimbing siswa membuat rangkuman pembelajaran pada
pertemuan kali ini.
3. Konfirmasi
Fase 7 : Mecapai standar yang tinggi
Siswa melakukan refleksi dan melengkapi jika ada hasil percobaan
yang masih salah serta masih ada kekurangan.
C. Kegiatan Akhir
1. Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaraan
pada pertemuan kali ini.
2. Guru menutup dengan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
2) Pertemuan 2
Pada pertemuan ke-2 materi yang dipelajari adalah a)
mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak benda. b) memberi
contoh sehari – hari cara gaya mengubah bentuk benda.
A. Kegiatan awal
1. Mengucapkan salam pembuka
2. Berdoa dan absensi
3. Apersepsi :
Fase 1 : Membuat keterkaitan – keterkaitan yang bermakna
Melakukan apersepsi dengan siswa diminta menjatuhkan tanah liat
yang dia bawa!
B. Kegiatan Inti
1. Eksplorasi
Fase 2 : Melakukan Pekerjaan yang berarti
Siswa di ajak keluar kelas dan kemudian dibagi menjadi beberapa
kelompok, kemudian melakukan percobaan tentang gaya dapat
mengubah gerak dan bentuk benda.
Fase 3 : Melakukan pembelajaran yang diatur sendiri
Siswa menyelidiki sendiri proses terjadinya gaya dapat mengubah
bentuk benda.
Fase 4 : Bekerja sama
Guru meminta siswa untuk saling bekerja sama dengan anggota
kelompoknya dalam melakukan percobaan yaitu membentuk tanah
liat menjadi benda yang bermanfaat.
Fase 5 : Berpikir kritis dan kreatif
Siswa mendiskusikan hasil percobaan tentang gaya dapat mengubah
bentuk benda.
2. Elaborasi
Fase 6 : Membantu individu untuk tumbuh dan berkembang
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dari hasil
percobaan yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3. Konfirmasi
Fase 7 : Mencapai standar yang tinggi
Siswa yang paling aktif dan sering memberi masukan dalam
melakukan percobaan serta diskusi kelompok mendapat penghargaan
dari guru agar siswa termotivasi untuk mencapai hasil yang terbaik.
C. Kegiatan Akhir
1) Guru bersama dengan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
2) Guru melakukan evaluasi.
Fase 8: Melakukan penilaian yang autentik
3) Guru melakukan penilaian autentik evaluasi yang dikerjakan oleh
siswa
c. Observasi
Peneliti melakukan observasi terhadap sikap, perilaku siswa selama
proses pembelajaran serta keterampilan guru dalam mengajar dengan model
pembelajaran kontekstual pada materi gaya.
1) Hasil observasi guru.
Dari observasi di atas aktivitas guru adalah sebagai berikut :
a) Guru telah menyiapkan rencana pelajaran dan media dengan baik
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya oleh siswa
pada materi pokok gaya.
b) Guru telah mampu mengelola kelas dengan menciptakan suasana
kelas sesenang mungkin dan menegur siswa yang kurang
memperhatikan pelajaran selama diskusi.
c) Guru lebih merespon pertanyaan dan pendapat siswa.
d) Guru sudah memberi pujian kepada siswa yang berhasil menjawab
pertanyaan dengan benar dan pada kelompok yang melakukan
percobaan dengan baik dan kooperatif.
e) Guru sudah memberi bimbingan pada individu siswa dan pada
kelompok yang mengalami kesulitan pada saat melakukan
percobaan maupun berdiskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
f) Guru sudah dapat mengawasi atau mengalokasikan waktu
mengajar dengan baik dan sesuai dengan rencana
pembelajaran.
2) Hasil observasi siswa.
Dari data observasi pada Siklus II selama 2 kali pertemuan di
peroleh data hasil belajar siswa sebagai berikut :
a) Siswa memperhatikan pelajaran dengan sungguh-sungguh.
b) Kemauan untuk menerima pelajaran dari guru meningkat.
c) Perhatian, minat dan motivasi terhadap penjelasan guru meningkat.
d) Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat.
e) Banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan pendapat.
f) Kerjasama dalam kelompok meningkat.
g) Seluruh siswa mengerjakan tugas baik tugas individu atau tugas
kelompok.
h) Tidak ada siswa yang terlambat masuk kelas.
i) Siswa menyiapkan kebutuhan belajar dengan kemauan sendiri.
j) Siswa mau mencatat dan merangkum bahan pelajaran dengan baik
dan sistematis.
k) Siswa berani bertanya dan meminta saran kepada guru mengenai
bahan pelajaran yang masih belum jelas.
l) Banyak siswa yang mengangkat tangan mengajukan pertanyaan.
m) Siswa segera membentuk kelompok diskusi.
n) Siswa akrab dan mau berkomunikasi dengan guru.
d. Refleksi
Setelah pelaksanaan Siklus II selesai dilakukan, maka pada tanggal
4 Mei 2011 diadakan tes hasil belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa dapat
diketahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan
seperti dikemukakan pada tabel ( Lampiran 20 ) :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Tabel 6. Frekuensi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II Siswa Kelas IV
SDN Tenggak 3
No Interval Nilai Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi)
fi.xi Prosentase
(%)
Keterangan
1 60 - 66 2 63 126 8, 33% Di bawah
KKM
2 67 - 73 2 70 140 8, 33% Di bawah
KKM
3 74 - 80 13 77 1001 54, 16% Di atas
KKM
4 81 - 87 6 84 504 25% Di atas
KKM
5 88 - 94 0 91 0 0% Di atas
KKM
6 95 - 100 1 98 98 4, 16% Di atas
KKM Jumlah 24 1869 100
Nilai Rata-rata Klasikal = 1869 : 24 = 77, 88
Nilai tertinggi : 100, Nilai Terendah : 60
Dari tabel 6 dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 5. Grafik Nilai Siklus II Kelas IV SDN Tenggak 3
Dari analisa data frekuensi nilai hasil belajar IPA Siklus II pada tabel 9
dan 10 dapat dilihat bahwa siswa yang memperoleh nilai 60 sampai 66
sebanyak 2 siswa atau 8, 33%, siswa mendapat nilai 67 sampai 73 sebanyak 2
siswa atau 8, 33%, siswa yang memperoleh nilai 74 sampai 80 sebanyak 13
siswa atau 54, 16%, siswa yang memperoleh nilai 81 sampai 87 sebanyak 6
0
2
4
6
8
10
12
1460 - 66
67 - 73
74 - 80
81 - 87
88 - 94
95 –100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
siswa atau 25%, siswa mendapat nilai 88 – 94 0 atau 0% dan siswa yang
mendapat nilai 95 sampai 100 sebanyak 1 siswa atau 4, 17%. Nilai terendah
60, nilai tertinggi 100.
Tabel 7. Nila rata – rata dan presentase ketuntasan siswa Siswa Kelas IV
SDN Tenggak 3 Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II
Keterangan Nilai Awal Siklus I Siklus II
Rata-rata nilai 57, 58 69, 91 77, 88
Siswa belajar tuntas 33, 33% 83, 33 % 91, 67%
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kelas terlihat
terjadi peningkatan yaitu Nilai rata – rata pada tes awal 57, 58, Nilai rata –
rata Siklus I 69, 91; Nilai Rata – rata naik pada Siklus II 77, 88 siswa belajar
tuntas pada Awal 33, 33%, Siklus I 83, 33% pada Siklus II naik 91, 67%.
Setelah dilakukan refleksi I 22 siswa sudah mencapai ketuntasan.
Gambar 6. Grafik Hasil Tes Kognitif Nilai Awal, Siklus I dan
Siklus II Siswa yang Belajar Tuntas Kelas IV SDN tenggak 3
0
5
10
15
20
25
Nilai Awal Siklus I Siklus II
8
2022 belajar tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Gambar 7. Grafik Hasil Tes Kognitf Nilai Awal, Siklus I dan Siklus II Siswa yang
Belajar Tuntas serta Rata – rata Nilai Kelas IV SDN Tenggak 3
Nilai rata-rata kelas juga terjadi peningkatan yaitu pada Nilai
Awal sebesar 57, 58, Siklus I 69, 91; dan pada Siklus II 77, 88. Untuk
siswa tuntas belajar (nilai ketuntasan 65) pada Nilai Awal 8 siswa atau
33, 33%, Siklus I 20 siswa atau 83, 33% setelah dilakukan refleksi
terdapat 12 siswa yang tidak tuntas (nilai ulangan dibawah 65), namun
secara keseluruhan sudah meningkat hasil belajarnya bila dilihat dari
presentase ketuntasan siswa, dan pada tes Siklus II menjadi 91, 67%.
Dari data di atas diperoleh hasil bahwa adanya peningkatan tes Siklus
II. Peningkatan ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih efektif,
sebab siswa lebih banyak mengeluarkan pendapat, tidak hanya mendengar
menyimak dan mencatat. Siswa diberi kesempatan berdiskusi, melakukan
percobaan dan mendemonstrasikan hasil percobaan, siswa juga diberi
penguatan dan pujian sehingga lebih termotivasi belajar.
Dalam penelitian tindakan kelas Siklus II sudah mengalami banyak
peningkatan.
1) Bagi guru
a) Guru dapat meningkatkan perhatian siswa pada saat proses
pembelajaran.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Nilai Awal Siklus I Siklus II
57,58
69,91
77,7
rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
b) Guru sudah menegur siswa yang kurang memperhatikan proses
pembelajaran.
c) Guru meningkatkan interaksi dengan siswa.
d) Guru sudah memberi bimbingan individu/kelompok.
e) Guru sudah memberi pujian dan perayaan bagi siswa yang menjawab
pertanyaan dengan baik dan kelompok yang bekerja atau melakukan
kegiatan dengan baik dan kooperatif.
2) Bagi siswa
f) Sebagian besar siswa sudah paham dan menguasai mengenai gaya.
g) Siswa mampu menyebutkan jenis – jenis gaya.
Setelah melaksanakan tindakan pada setiap siklus diperoleh peningkatan
penguasaan konsep gaya oleh siswa dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual, ini dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar
siswa. Pada Siklus II disampikan kompetensi dasar menyimpulkan bahwa
gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak suatu benda dengan
indikator: a) menyebutkan macam – macam gaya yang terjadi dalam
kehidupan sehari – hari. b) mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi gerak
benda. Pembelajaran dengan model kontekstual sedikit mengalami kesulitan
dengan adanya adanya kompakan dalam kelompok. Selama melaksnakan
percobaan siswa selalu aktif, selain itu keberanian siswa maju ke depan
untuk mendemonstrasikan dan mempresentasikan hasil percobaan juga
terlihat pada siklus II ini. Pada siklus II ini guru lebih memperhatikan dan
membimbing siswa sehingga mereka dapat bekerja sama dengan baik serta
memberi motivasi agar lebih berani mendemonstrasikan hasil percobaan di
kelas dan diluar kelas.
Pelaksanaan tugas individual maupun tugas kelompok diselesaikan
dengan baik karena siswa mengalami dan menemukan sendiri konsep gaya
yang dipelajari. Siswa berhipotesis, melakukan percobaan, berinteraksi
sehingga pembelajaran menjadi aktif, efektif, kreatif dan menyenangkan.
Pada akhirnya penguasaan konsep gaya oleh siswa kelas IV SD
Negeri 2 Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan peningkatan keterampilan yang telah dicapai siswa, maka
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dianggap cukup dan diakhiri
pada Siklus II.
B. Pembahasan
Dari hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di kelas IV SD
Negeri Tenggak 3 pada tanggal 20 Januari 2011 dan data hasil ulangan IPA
dengan materi gaya, prestasi belajar siswa masih rendah. Persentasi siswa tuntas
yaitu dengan nilai 65 keatas hanya 8 orang (33,33%) dan yang belum tuntas
dengan nilai 60 ke bawah 16 orang (66, 67%), dengan KKM 65 maka siswa
seluruhnya diperlukan remedial. Pada mata pelajaran IPA dengan materi gaya
penguasan konsepnya masih rendah, yang akhirnya hasil belajar siswa juga
rendah dibanding mata pelajaran lain. Hal itu terjadi karena guru lebih banyak
berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima
pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk
mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal
untuk menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena
siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang
menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta,
pengetahuan, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan
masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman dalam kehidupan nyata sehingga
pembelajaran menjadi kurang bermakna.
Pada pelaksanaan Siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
IPA pada materi gaya menggunakan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan penguasaan konsep gaya oleh siswa dan ini terbukti hasil belajar
siswa kelas IV SDN Tenggak 3 juga meningkat.
Pada Siklus I proses pembelajaran disampaikan dengan strategi dan
terencana dimulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan ini terfokus
mengaktifkan siswa mulai dari memperhatikan penjelasan, melakukan
pengamatan dan percobaan untuk memperoleh kesimpulan, mendemonstrasikan,
tugas kelompok, tugas individual yang diakhiri dengan Lembar Kerja Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
(LKE). Setelah dilaksanakan Siklus I dan dievaluasi dapat dilihat adanya
peningkatan hasil belajar siswa yaitu masih ada 4 siswa memperoleh nilai kurang
dari 65 atau siswa yang tuntas 83, 33 % dan nilai rata-rata siswa 69, 91.
Siklus II merupakan lanjutan dari siklus sebelumnya untuk memantapkan
dan mencapai tujuan penelitian. Pembelajaran yang disampaikan tentang gaya,
gaya dapat mengubah gerak dan gaya dapat mengubah bentuk benda. Kegiatan
belajar mengajar disampaikan dengan strategi terencana sebagaimana Siklus I dan
kegiatan pembelajaran dilaksanakan lebih optimal. Hasil Siklus II menunjukkan
peningkatan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata siswa 77, 88, siswa belajar
tuntas mencapai 91, 67% atau terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai di bawah
batas nilai ketuntasan.
Pada penelitian kali ini lebih besar peningkatannya dibandingkan
penelitian yang terdahulu yaitu Nisa Us Sa’idah dari Universitas Sebelas Maret
(UNS) yang dijadikan penelitian yang relevan . Ini terbukti penelitian kali ini
dapat meningkatkan penguasaan konsep gaya atau hasil belajar siswa yang
awalnya nilai rata – rata 57, 58 dapat meningkat menjadi 77, 88. Siswa yang
belajar tumtas yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 91, 67%. Sedangakan
penelitian yang terdahulu yang awalnya nilai rata – rata 60, 5 meningkat menjadi
76, 4. Siswa yang belajar tuntas yang awalnya 83, 33% meningkat menjadi 81,
3%.
Penelitian yang peningkatannya signifikan dalam pemahaman konsep
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yaitu penelitian yang
terdahulu milik Ika Wahyu Wulandari yang dijadikan penelitian yang relevan
pada penelitian kali ini. Peningkatannya dapat dibuktikan dengan hasil belajar
yang awalnya nilai rata – rata 51, 67 meningkat menjadi 80, 33, ketuntasan belajar
yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 100%. Berbeda dengan penelitian ini
yang pada awalnya nilai rata – rata 57, 58 meningkat menjadi 77, 88 dengan siswa
belajar tuntas yang awalnya 33, 33% meningkat menjadi 91, 67%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
66
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam dua siklus
dapat disimpulan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan penguasaan gaya pada siswa kelas IV SD Negeri
Tenggak 3 Kecamatan Sidoharjo Kabupaten Sragen. Peningkatan penguasaan
konsep gaya tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai hasil belajar
pada setiap siklusnya yaitu: Sebelum tindakan nilai rata-rata siswa 57, 58, pada
siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 69, 91 dan pada siklus II nilai rata-rata siswa
menjadi 77, 88. Tingkat ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebanyak 8
siswa atau 33,33%, pada siklus I sebanyak 20 siswa atau 83, 33%, dan pada
siklus II sebanyak 22 siswa atau 91, 67%. Hal ini menunjukkan peningkatan
ketuntasan dari sebelum tindakan ke siklus I 50%., dari siklus I ke siklus II
ketuntasannya meningkat menjadi 41, 67%.
B. Implikasi
Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual dalam
pelaksanaan pembelajaran IPA. Model yang dipakai dalam penelitian ini adalah
model siklus. Prosedur penelitiannya terdiri dari 2 siklus. Siklus I dilaksanakan
pada tanggal 31 Mei dan 1 Juni 2011. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 dan 4
Mei 2011. Adapun indikatornya adalah : a) Menyebutkan macam – macam gaya
yang sering terjadi dalam kehidupan sehari - hari. b) Mengidentifikasi faktor yang
mempengaruhi gerak benda. c) Memberi contoh dalam kehidupan sehari – hari
cara gaya mengubah gerak atau bentuk benda. d) Mendemonstrasikan cara
menggerakkan benda dan mengubah bentuk benda.
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian ini, maka dapat diajukan
implikasi yang berguna dalam upaya meningkatkan hasil belajar materi energi
bunyi baik secara teoretis maupun secara praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
1. Implikasi Teoretis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan penguasaan
konsep gaya oleh siswa pada materi pokok gaya dan mendapatkan respon
positif dari siswa, hal tersebut dapat ditinjau dari hal berikut :
a) Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
meningkatkan hasil belajar IPA siswa karena model pembelajaran kontekstual
melibatkan interaksi antara siswa dan lingkungan, kebebasan bertanya dan
berpendapat, dan pujian dari guru saat siswa berhasil melakukan kegiatan
dengan baik.
Secara umum telah menunjukkan perubahan yang signifikan. Guru
dalam melaksanakan pembelajaran semakin mantap dan luwes dengan
kekurangan-kekurangan kecil diantaranya kontrol waktu.
Prosentase hasil belajar kognitif afektif dan psikomotori siswa
meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan siswa mencetuskan pendapat,
mengeluarkan pendapat, berinteraksi dengan guru, mampu medemonstrasikan,
kerjasama dengan kelompok meningkat, dan menyelesaikan soal-soal latihan.
Dengan partisipasi siswa yang aktif dan kreatif siswa dalam pembelajaran
yang semakin meningkat, suasana kelaspun menjadi lebih hidup dan
menyenangkan dan pada akhirnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN
Tenggak 3 meningkat.
b) Penerapan pembelajaran kontekstual secara tepat dan optimal sehingga
prestasi belajar IPA meningkat.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan
calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar sehubungan dengan prestasi
dan hasil belajar siswa yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran dan media yang tepat
bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk
membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu,
perlu penelitian lanjut tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga
dan meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual pada hakikatnya dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama
untuk mengatasi masalah untuk meningkatkan penguasaan konsep dan
peningkatan hasil belajar siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar
siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus
diatasi semaksimal mungkin.
Kendala yang dihadapi antara lain, guru akan sulit dalam mengendalikan
siswa sehingga suasana nampak ramai. Karena biasanya ketika siswa
melaksanakan percobaan, siswa pun mengobrolkan hal lain karena siswa
menganggap guru kurang memperhatikan. Untuk itu guru harus kreatif dalam
mengatasi hal tersebut. Guru mengatasinya, misalnya dengan menempatkan siswa
yang sering ramai di dekat guru, guru harus sering mendekati siswa-siswa
tersebut.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model pembelajaran
kontekstual untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada kelas IV SDN
Tenggak 3 tahun pelajaran 2010 / 2011, maka saran-saran yang diberikan sebagai
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pendidikan pada umumnya dan
meningkatkan kompetensi peserta didik SDN Tenggak 3 pada khususnya sebagai
berikut :
1. Bagi Sekolah
Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan model pembelajaran
kontekstual membantu dalam meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.
2. Bagi Guru
a. Untuk meningkatkan penguasaan konsep gaya pada materi gaya
diharapkan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
b. Untuk meningkatkan keaktifan, kreativitas siswa dan keefektifan
pembelajaran diharapkan menerapkan model pembelajaran kontekstual.
c. Untuk memperoleh jawaban yang tepat, sesuai dengan tujuan penelitian
disarankan untuk menggali pendapat atau tanggapan siswa dengan kalimat
yang lebih mengarah pada proses pembelajaran dengan model
pembelajaran kontekstual.
d. Adanya tindak lanjut terhadap penggunaan model pembelajaran
kontekstual pada materi gaya.
3. Bagi Siswa
a. Dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual peserta didik
hendaknya dapat berperan aktif dengan menyampaikan ide atau pemikiran
pada proses pembelajaran, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan
dengan lancar sehingga memperoleh hasil belajar yang optimal.
b. Melalui penerapan model pembelajaran kontekstual Siswa hendaknya
dapat mengaplikasikan hasil belajarnya kedalam kehidupan sehari hari.
Recommended