View
222
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA DENGAN METODE
PENGAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENGGUNAAN MEDIA
GAMBAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MANTINGAN
NGAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
Asri Musandi Waraulia
S841102004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA DENGAN METODE
PENGAJARAN BERBASIS MASALAH DAN PENGGUNAAN MEDIA
GAMBAR SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 1 MANTINGAN
NGAWI TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
Asri Musandi Waraulia
S841102004
TESIS
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Berita dengan Metode
Pengajaran Berbasis Masalah dan Penggunaan Media Gambar Siswa Kelas
VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Tahun Pelajaran 2011/2012” ini adalah karya
penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, tidak terdapat karya ilmiah yang
pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik, serta tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan
disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari
terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun
2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain
harus seizin dan menyertakan pembimbing sebagai author dan PPs UNS
sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester
(enam bulan sejak pengesahan tesis) saya tidak melakukan publikasi dari
sebagian atau keseluruhan tesis ini, maka Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia
PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan
oleh Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS. Apabila saya melakukan
pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapat sanksi
akedemik yang berlaku.
Surakarta, ___ Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Asri Musandi Waraulia
S8441102004
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis
ini merupakan salah satu persyaratan untuk menempuh derajat magister pada
Program Studi S2 Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana UNS.
Penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M. S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret yang telah memberikan izin penulisan tesis;
2. Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M. Pd., Ketua Program Pendidikan Bahasa
Indonesia PPs-UNS yang telah memberikan izin penulisan tesis, sekaligus
pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, arahan, dan
motivasi yang telah diberikan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan
lancar;
3. Dr. Nugraheni E. Wardani, M. Hum., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis sehingga tesis
ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu;
4. Bapak dan Ibu dosen Program Pendidikan Bahasa Indonesia PPs-UNS yang
telah membantu penulis selama menimba ilmu di Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret;
5. Ibu dan Bapak tercinta, yang telah memberikan dukungan berupa doa dan
harta tak terkira selama ini;
6. Mas Ar, Mbak In, dan Mas Er yang selalu memberi semangat serta doa; dan
7. Teman-teman S2 PBI UNS, teman seperjuangan.
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna. Oleh karena itu, saran
dan kritik yang membangun penulis harapkan untuk perbaikan Akhirnya, penulis
berharap tesis ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan
bagi para pembaca.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Asri Musandi Waraulia, NIM S841102004. Peningkatan Kemampuan Menulis
Berita dengan Metode Pengajaran Berbasis Masalah dan Penggunaan Media
Gambar Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Ngawi Tahun
Pelajaran 2011/2012. Tesis. Pembimbing I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
Pembimbing II: Dr. Nugraheni E. Wardhani, M.Pd. Program Pascasarjana,
Fakultas Pendidikan Bahasa Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
2012.
Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: (1) peningkatan keaktifan
siswa dan (2) peningkatan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Mantingan dengan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar.
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research) yang dilaksanakan dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa dan guru
bahasa Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan tahun pelajaran
2011/2012. Data diperoleh melalui observasi, wawancara, tes, dan analisis
dokumen. Validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan dua
teknik, yakni triangulasi metode dan triangulasi sumber data. Teknik analisis kritis
komparatif merupakan teknik analisis data pada penelitian ini.
Penelitian ini dapat meningkatkan keaktifan siswa dan kemampuan siswa.
Keaktifan siswa dapat dilihat dari, yakni aktif (1) memperhatikan penjelasan guru;
(2) mengamati gambar; (3) berkelompok, mendiskusikan topik, dan kerangka
berita; (4) mencari informasi dan materi untuk berita; (5) mengomentari atau
mengemukakan pendapat terhadap berita teman; (6) bertanya tentang masalah
yang belum dipahami; dan (7) merefleksikan pembelajaran. Peningkatan
kemampuan menulis berita siswa dapat dilihat dari nilai akhir siswa. Siklus I nilai
rata-rata 73,4 dengan persentase ketuntasan 50% atau 10 siswa. Pada siklus II
nilai rata-rata naik menjadi 77,2 dengan persentase ketuntasan 85% atau 17 siswa.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pengajaran
berbasis masalah dan penggunaan media gambar dapat meningkatkan keaktifan
siswa dan kemampuan menulis berita siswa.
Kata Kunci: Menulis Berita, Pengajaran Berbasis Masalah, dan Media Gambar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Asri Musandi Waraulia, Id S841102004. Increased Ability to Write a News
With Problem-Based Instruction Methods and the Use of Media Image for
Student Class VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Ngawi The School Years
2011/2012. Thesis. Adviser I: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd. Adviser II: Dr.
Nugraheni E. Wardani, M.Hum. Graduate Program, Faculty of Indonesian
Education. University of Sebelas Maret. Surakarta. 2012.
The purpose of this study are to describe: (1) increased activity of
student and (2) increased ability to write news for students in class VIII A SMP
Negeri 1 Mantingan with problem-based instruction methods and the use of media
images.
This study is the Classroom Action Research two cycles. Subjects
were students and teachers of VIII A SMP Negeri 1 Mantingan school year
2011/2012. Data obtained through observation, interview, test, and document
analysis. Data validation is performed in this study using two techniques, namely
the triangulation method, and the triangulation of data sources. Techniques is the
technique of critical analysis of comparative data analisis this study.
This research may enhance the activity of the student and the student's
ability. The activity of the students can be seen from, namely active (1) noticing
the teacher's explanations, (2) observed image, (3) in group, discuss topics, and
news framework, (4) looking for information and materials for the news, (5)
commenting on the news or an opinions to the news of friends, (6) ask about
issues that are not yet understood, and (7) reflects the learning. Increased ability to
write a news that students can be seen from the students' final grades. The first
cycle of the average value of 73.4 with a completeness percentage of 50% or 10
students. In the second cycle the average value of the percentage rose to 77.2 with
a percentage of completeness 85% or 17 students. Based on it can be concluded
that the application of problem-based instruction methods and the use of media
images can enhance the activity of students and student news writing skill.
Keywords: News Writing, Problem-Based instruction, and Media Images.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
MOTTO
“Hidup adalah Perjuangan ”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Untuk Beliau (Bapak, Ibu, Mas Ar, Mbak In), aku,
dan kamu (Mas Er)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PERSETUJUAN ........................................................................................ ii
PENGESAHAN ......................................................................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN HAK PUBLIKASI...................
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
ABSTRAK ................................................................................................. ix
ABSTRACT ...............................................................................................
MOTTO......................................................................................................
PERSEMBAHAN......................................................................................
DARTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan Penelitian......................................................................
D. Manfaat Penelitian....................................................................
BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN,
KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN.....
A. Kajian Teori..............................................................................
1. Kemampuan Menulis Berita...............................................
2. Hakikat Metode Pengajaran Berbasis Masalah..................
3. Hakikat Media Gambar......................................................
4. Hakikat Keaktifan Belajar Siswa........................................
5. Penilaian Kemampuan Menulis Berita...............................
B. Penelitian yang Relevan...........................................................
C. Kerangka Berpikir....................................................................
D. Hipotesis Tindakan...................................................................
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
x
xi
xiii
xiv
1
1
6
6
7
9
9
9
19
23
28
34
35
37
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….
A. Tempat dan Waktu Penelitian……………………………….
B. Subjek Penelitian…………………………………………….
C. Sumber Data…………………………………………………
D. Teknik Pengumpulan Data…………………………………..
E. Validitas Data………………………………………………..
F. Teknik Analisis Data………………………………………...
G. Indikator Kerja………………………………………………
H. Prosedur Penelitian………………………………………….
BAB IV HASIL PENELITIAN…………………………………………
A. Keadaan Pratindakan………………………………………...
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Berita di Kelas……..
2. Pembahasan Permasalahan yang Dihadapi Guru dan
Siswa dalam Proses Pembelajaran Menulis Berita……..
3. Menyusun Rancangan Pembaharuan Pembelajaran
Menulis Berita…………………………………………...
B. Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………...
1. Siklus I…………………………………………………
2. Siklus II………………………………………………….
C. Pembahasan………………………………………............
1. Peningkatan Kualitas Proses Pembelajaran Menulis
Berita…………………………………………………….
2. Peningkatan Kemampuan Menulis Berita………………..
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN................................
A. Simpulan…………………………………………………….
B. Implikasi…………………………………………………….
C. Saran…………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………
41
41
43
43
44
45
45
46
48
51
51
51
56
67
71
71
87
101
103
106
110
110
111
113
114
117
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian……………………………………..
Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Berita Siklus I
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Berita
Siklus II………………………………………………………..
42
84
99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pola Piramida Terbalik Berita………………………………..
Gambar 2. Proses Pengajaran Berbasis Masalah………………………..
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir………………………………………
Gambar 4. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas……………………..
Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I………………………..
Gambar 6. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Menulis Berita
Siklus I………………………………………………………
Gambar 7. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II………………………..
Gambar 8. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Menulis Berita
Siklus II………………………………………………………
Gambar 9. Diagram Peningkatan Nilai Akhir Pembelajaran Menulis
Berita…………………………………………………………
Gambar 10. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar…………………..
15
22
39
50
85
85
100
100
108
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri dari empat keterampilan dasar. Empat
keterampilan dasar tersebut yaitu keterampilan menyimak atau mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan
yang paling kompleks. Karena dalam melakukan kegiatan menulis, seseorang
harus memiliki pula keterampilan yang lainnya.
Menulis merupakan keterampilan yang selalu diajarkan dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah. Jika dibedakan berdasarkan materi yang harus
disampaikan, keterampilan menulis dibedakan menjadi dua, yakni keterampilan
menulis kebahasaan dan keterampilan menulis kesastraan. Keterampilan menulis
kebahasaan dapat diartikan sebagai keterampilan menulis yang menggunakan dan
mengkaji dari segi materi kebahasaan. Keterampilan menulis kesastraan ialah
keterampilan menulis yang menggunakan dan mengkaji dari segi materi
kesastraan.
Banyak penelitian yang telah dilakukan dalam dunia pendidikan yang
berkaitan dengan materi keterampilan menulis. Hal ini menunjukkan rendahnya
tingkat kemampuan menulis di Indonesia khususnya. Kemampuan menulis belum
dapat dikuasai dengan baik oleh siswa. Ada anggapan yang salah tentang
kemampuan menulis. Anggapan salah tersebut antara lain bahwa kemampuan
menulis itu sulit dan menjemukan. Hal ini didasari oleh tingkat ketelitian dan
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ketekunan yang lebih tinggi dari keterampilan yang lain. Tingkat ketelitian dalam
tata bahasa haruslah diperhitungkan. Namun, anggapan ketelitian tersebut
membuat siswa merasa takut untuk mencoba melakukan sebuah kegiatan menulis,
sehingga muncul anggapan yang salah tersebut.
Rendahnya kompetensi kemampuan menulis juga dialami oleh siswa SMP
Negeri 1 Mantingan, khususnya kelas VIII A. Siswa kelas tersebut kurang
memenuhi standar ketuntasan minimum yang dipatok oleh sekolah tersebut yakni
sebesar 75 baik dari segi ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal..
Informasi ini diperoleh setelah diadakan observasi mendalam dengan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah tersebut. Berdasarkan observasi mendalam
(pratindakan) yang dilakukan pada Rabu, 22 Februari 2012 dan Jumat, 24
Februari 2012, kompetensi keterampilan menulis yang rendah tersebut
dikarenakan beberapa faktor.
Faktor pertama ialah kreativitas bahasa dan penguasaan tata bahasa serta
ketekunan siswa dalam mencari informasi untuk menulis berita masih rendah. Hal
ini dapat diketahui dari hasil tugas-tugas yang diberikan guru kepada siswa. Masih
banyak kesalahan tata bahasa, seperti ejaan, tanda baca, dan pilihan kata dalam
tugas tersebut. Kesalahan-kesalahan tersebut membuat hasil tulisan siswa kurang
mampu mengemukakan gagasan yang hendak disampaikan dalam tulisannya.
Selain itu, materi berita dari informasi yang dikumpulkan siswa kurang kreatif dan
terkesn monoton.
Faktor pertama ada kemungkinan efek dari faktor kedua. Faktor kedua
yakni, lemahnya kemampuan menulis siswa. Kedua, kreativitas guru dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
pembelajaran. Kreativitas guru yang kurang ditinjau dari metode dan media.
Metode dan media yang digunakan guru kurang diminati oleh siswa. Guru kurang
mampu memunculkan pembelajaran yang inovatif sehingga ketertarikan siswa
dalam pembelajaran menulis kurang dan akhirnya kemampuan berbahasanya
rendah. Selain metode yang kurang inovatif, penggunaan media oleh guru
cenderung kurang atau malah tidak menggunakan media. Keterangan tentang
metode dan media yang digunakan oleh guru kurang inovatif didapat dari
wawancara dengan Putri, siswa kelas VIII A. Menurut Putri, guru kurang
memberikan sentuhan yang menarik pada pembelajaran. Guru cenderung
menerangkan dengan cara ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan berdampak
tidak memperhatikan pelajaran. Siswa hanya diberikan teori-teori tentang menulis.
Praktik menulisnya pun dilakukan secara individu, tanpa ada tindak lanjut dari
guru. Hal ini diakui oleh Musrianik, S.Pd., guru mata pelajaran Bahasa Indonesia
di SMP tersebut. Karena kedua hal tersebut, wajar jika siswa memiliki
kemampuan menulis yang rendah.
Kedua faktor yang mempengaruhi tingkat keterampilan menulis siswa
tersebut tidak dapat dibiarkan begitu saja. Hal ini akan berdampak pada kualitas
proses dan hasil belajar selanjutnya, khususnya dalam pembelajaran menulis.
Padahal, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat
penting untuk dikuasai siswa. Dengan memiliki kemampuan menulis, siswa akan
mampu mengungkapkan gagasannya secara terstruktur dengan baik. Tercapainya
tujuan menulis, yakni siswa mampu mengungkapkan gagasannya secara
terstruktur dengan baik, dapat dilakukan dengan materi menulis berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi KTSP, telah
memuat materi menulis berita. Permendiknas tersebut memuat Kompetensi Dasar
(KD) Bahasa Indonesia kelas VIII semester 2 yakni 12.2 Menulis teks berita secara
singkat, padat, dan jelas. Materi menulis teks berita ini akan disinergikan dengan
kegiatan menyunting dan mempublikasikan, sehingga pembelajaran menulis akan
lebih kritis. Dikatakan pembelajaran kritis karena pembelajaran menyunting dan
mempublikasikan berita yang telah ditulis mengajarkan siswa mempunyai
kemampuan menganalisis kesalahan dalam sebuah tulisan yang sudah dibuatnya,
serta berani bertanggung jawab terhadap berita yang telah ditulisnya.
Kegiatan menyunting tulisan dapat dibedakan menjadi dua, yakni
menyunting redaksional dan menyunting substansional. Menyunting redaksional
atau bahasa dapat diartikan sebagai sebuah kegiatan penganalisisan setiap kata
atau kalimat agar menjadi logis, tidak rancu, sehingga mudah dipahami. Kegiatan
menyunting bahasa ini mencakup ejaan, tanda baca, pilihan kata, serta kefektifan
kalimat. Kegiatan menyunting yang kedua ialah menyunting substansional
diartikan menyunting isi atau materi tulisan agar benar serta sesuai dengan data
dan fakta. Menyunting materi isi ini berisi aspek kedalaman kajian serta keaslian
tulisan. Sedangkan kegiatan publikasi ditujukan untuk pembelajaran tanggung
jawab siswa tentang apa yang telah dia gali dan mereka tuangkan dalam bentuk
berita.
Pembelajaran yang bersifat kritis hendaknya menggunakan metode
pembelajaran yang tepat dalam mengajarkannya. Salah satu pembelajaran yang
dapat digunakan ialah Pengajaran Berbasis Masalah (PBM) atau Problem Based
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Instruction (PBI). Selain penerapan metode pengajaran berbasis masalah,
pembelajaran menulis dapat menggunakan media gambar sebagai perangsang
semangat siswa.
Menurut Rusman (2011:229), Pengajaran Berbasis Masalah merupakan
salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan dikembangkannya
keterampilan berpikir siswa dalam memecahkan sebuah masalah. Keterampilan
siswa tersebut mencakup penalaran, komunikasi, dan koneksi. Pada metode
pengajaran Berbasis Masalah ini, siswa dituntut untuk mengembangkan
kemampuan berpikirnya dengan mengoptimalkan proses kerja kelompok atau tim
yang sistematis.
Pembelajaran model ini berdasar pada kajian seorang filsuf pendidikan pada
tahun 1923, 1938 yakni John Dewey (David A. Jacobsen, Paul Enggen, dan Donal
Kauchak, 2009:242). Menurut filsuf ini, pengajaran berbasis masalah menekankan
pada pentingnya sebuah pembelajaran melalui pengalaman, sehingga apa yang
dialami oleh siswa dapat dieksplorasi secara baik oleh mereka. Hal ini
dikarenakan, siswa aktif dalam pembelajaran.
Pengajaran berbasis masalah memiliki lima langkah dalam penerapannya
(Trianto, 2007:71). Tahap pertama ialah siswa berorientasi pada masalah yang
disajikan dengan media gambar. Selanjutnya, siswa mendeskripsikan dan
mengorganisasikan tugas belajar. Tahap ketiga, siswa menyelidiki masalah. Tahap
keempat, yakni mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Tahap terakhir ialah
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Pengajaran berbasis masalah dan penerapan media gambar membuat siswa
dapat berpikir kritis dan memiliki daya nalar tinggi dalam menulis berita. Siswa
lebih berperan aktif dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator. Hal ini dapat membentuk pembelajaran yang menyenangkan karena
siswa merasa aktif berperan dalam pembelajaran. Berdasar uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengajaran berbasis masalah dinilai tepat untuk diterapkan
dalam pembelajaran menulis teks berita.
B. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan, fokus penelitian ini
dinyatakan dalam rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apakah penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar dapat meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran
menulis berita siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan?
2. Apakah penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas
VIII A SMP Negeri 1 Mantingan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ialah:
1. meningkatkan keaktifan belajar dalam pembelajaran menulis berita dengan
penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. meningkatkan kemampuan menulis berita dengan penerapan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar siswa kelas VIII
A SMP Negeri 1 Mantingan.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, diharapkan hasil dari
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberikan beberapa manfaat sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoretis
Memperkaya khazanah keilmuan dalam hal hubungan pemahaman metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar untuk meningkatkan
kemampuan menulis teks berita siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Siswa dapat menemukan solusi yang tepat dari masalah yang mereka hadapi
dalam kegiatan menulis teks berita, sehingga dapat mengatasi masalah
tersebut. Selain itu menanamkan pada siswa bahwa belajar bahasa bukanlah
suatu hal yang sulit serta membosankan melainkan sesuatu yang
menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dalam belajar.
b. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan guru
terhadap metode-metode yang inovatif dalam pembelajaran. Penelitian ini
juga diharapkan dapat menambah wawasan baru dan melatih diri menjadi guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang lebih tanggap terhadap permasalahan yang sering dihadapi siswa di
kelas. Selain itu, diharapkan ada perbaikan proses pembelajaran setelah
penelitian ini.
c. Bagi sekolah
Penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran pada semua warga
sekolah dalam rangka perbaikan cara belajar untuk meningkatkan mutu
pendidikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA
BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Menulis Berita
a. Hakikat Menulis
1) Pengertian Menulis
Menulis seperti halnya ketiga keterampilan berbahasa lainnya, merupakan
suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan,
latihan, dan keterampilan-keterampilan khusus. Selain itu, menulis juga menurut
gagasan yang tersusun secara logis diekspresikan dengan jelas dan disusun dengan
menarik.
The Liang Gie (2002:9) berpendapat bahwa menulis merupakan segenap
rangkaian kegiatan seseorang yang mengungkapkan pikirannya melalui bahasa
tulis yang tujuan akhirnya ialah untuk dibaca dan dimengerti orang lain. Sejalan
dengan pendapat tersebut, Nurudin (2007:4) mendefinisikan menulis ialah suatu
kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Maksudnya ialah
kegiatan seseorang dalam rangka menegaskan gagasan atau informasi dan
menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain,
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
menulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata.
Kemampuan menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan melalui latihan
dan praktik yang banyak dan teratur (Tarigan, 2008: 3-4).
Dalam kehidupan yang modern ini dapat dikatakan bahwa keterampilan
menulis merupakan suatu ciri dari orang atau bangsa yang terpelajar. “Menulis
digunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat/ merekam, meyakinkan,
melaporkan dan mempengaruhi, tujuan itu dapat dicapai dengan baik oleh orang-
orang yang dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas,
kejelasan suatu maksud terletak pada struktur kalimatnya” (Morsey,
1976:122/Tarigan,1982:4)
Dari uraian pengertian menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan kegiatan menghasilkan tulisan yang berfungsi sebagai alat komunikasi
dalam bentuk tulis dan bisa digunakan sebagai sarana komunikasi secara tidak
langsung. Kemampuan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan
harus melalui latihan dan praktik secara langsung dan juga adanya suatu stimulus
atau rangsangan dari lingkungan sekitar agar kegiatan menulis tersebut manjadi
lancar.
2) Asas Menulis
Seorang penulis dalam usaha perwujudannya menulis, hendaknya harus
memahami asas-asas menulis (The Liang Gie, 2002:33-37). Asas menulis tersebut
ada enam. Asas pertama ialah kejelasan atau clarity. Asas kejelasan ialah seorang
penulis hendaknya benar-benar jelas dalam menulis sehingga tulisannya dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
dibaca dan dipahami pembaca. Kejelasan dapat didukung dengan menggunakan
kata-kata umum, kata konkret, dan kata yang pendek namun bermakna jelas.
Asas kedua ialah ketepatan (correctness) yang berarti setiap penulis harus
tepat dalam menggunakan bahasa, tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kelaziman
memakai bahasa tulis. Bila salah satu aspek tidak terpenuhi, maka pesan yang ada
dalam tulisan kurang dapat tersampaikan kepada pembaca. Keringkasan atau
conciseness merupakan asas ketiga dalam kegiatan menulis. Gagasan yang hendak
disampaikan baiknya ditulis dengan kata yang hemat, tidak ada penghamburan
kata, tidak dikemukakan berulang-ulang, dan tidak terlalu panjang. Bahasa yang
digunakan hendaknya singkat, padat, dan jelas.
Sebuah tulisan harus memiliki kesatuan antara tulisan sebelum dan
sesudahnya, sehingga kesatuan atau unity menjadi asas yang keempat. Asas
kelima ialah pertautan (coherence). Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya
keterkaitan pokok pembahasan antar kata, antar kalimat, dan antar paragraf dalam
sebuah tulisan sehingga ada kelogisan dari ide yang satu menuju ide yang lain.
Asas terakhir adalah penegasan atau emphasis. Setiap tulisan haruslah ada
penekanan, Penonjolan, atau penegasan. Penekanan atau penonjolan ini
diharapkan mampu meberikan penegasan bagian terpenting dalam sebuah tulisan.
3) Tahapan Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang perlu perencanaan untuk
melakukannya, karena menulis merupakan sebuah proses. Hal tersebut berarti,
menulis terdiri dari beberapa tahapan, yakni tahap prapenulisan, penulisan, dan
tahap revisi (Akhadiah, 1992:104).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
a) Tahap Prapenulisan
Tahap prapenulisan dapat diartikan tahap persiapan atau perencanaan.
Perencanaan dalam menulis dilakukan dengan memilih topik, memilih judul,
tujuan penulisan, mengumpulkan bahan tulisan, dan membuat kerangka karangan.
b) Tahap Penulisan
Setelah semua pada tahap prapenulisan terlaksana, saatnya
mengembangkan gagasan dalam kalimat, paragraf, bagian tubuh atau bab.
Pengembangan kerangka yang telah dibuat disebut dengan tahap penulisan.
c) Tahap Revisi atau Penyuntingan
Setelah tulisan dihasilkan, dilakukan tahap terakhir yakni tahap revisi.
Dalam tahap revisi, kegiatan yang dilakukan adalah membaca dan menilai
kembali tulisan yang telah dibuat. Bila ada kesalahan, tulisan tersebut dapat
diperbaiki, diubah, atau bahkan bila perlu diperluas lagi.
b. Hakikat Berita
1) Pengertian Berita
Berita lebih mudah dikenali dari pada diartikan (Hikmat Kusumaningrat
dan Purnama Kusumaningrat, 2007:31). Masih dalam buku yang sama, Hikmat
dan Purnama (2007:32-33) membedakan dua pengertian berita menurut pers timur
dan pers barat. Pers timur memandang berita adalah suatu proses yang ditentukan
arahnya, tidak didasari rasa ingin tahu melainkan pada keharusan untuk ikut
mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan negara sosialis. Sedangkan
berita menurut pers barat ialah sebuah barang dagangan yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
diperjualbelikan. Dari dua perbedaan tersebut, Hikmat Kusumaningrat dan
Purnama Kusumaningrat (2007:40) mengartikan berita sebagai suatu informasi
aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang.
Sejalan dengan pengertian tersebut, Romly (dalam Mondry, 2008:133)
mendefinisikan pengertian berita ialah laporan peristiwa yang memiliki new value
atau nilai berita. Nilai berita terdiri dari aktual, faktual, penting, dan menarik.
Sedangkan Mondry (2008:133) menyimpulkan bahwa berita dapat diartikan
sebagai informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat, berdasar
fakta, dan disebarkan ke media massa dalam waktu yang cepat.
Fakta berita yang disajikan merupakan jawaban dari pertanyaan enam
pokok jurnalistik yakni 5W + 1 H (Ashadi Siregar, 1998: 153). Enam pokok
jurnalistik ialah what, who, where, why, when, dan How. What ialah apa yang
akan dijadikan berita. Who memiliki arti siapa saya yang ada dalam berita. Where
merupakan kata tanya untuk menanyakan tempat kejadian berita. Why
menanyakan sebab, dan when menanyakan kapan kejadian berita. Pertanyaan
terakhir ialah how yakni bagaimana urutan berita yang akan ditulis tersebut.
Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa berita ialah sebuah
informasi penting dan menarik yang berdasar fakta, yang dikemas dalam bentuk
laporan, dan disajikan secepatnya.
2) Ragam Berita
Berita yang banyak muncul dalam surat kabar atau dalam majalah dapat
digolongkan menjadi empat ragam berita. Ragam berita tersebut adalah berita
langsung (straight/spot/hard news), berita ringan (soft news), berita kisah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(feature), dan laporan mendalam (indepth report) (Ashadi Siregar, 1998:154).
Ragam berita ini ditinjau dari cara penyampaian yang berbeda.
Berita langsung ialah cara penyampaian sebuah berita yang kejadian-
kejadian penting di dalamnya harus segera diketahui oleh pembaca secara
langsung (Straig news). Dapat disebut dengan spot news, bila wartawan
berhadapan langsung dengan berita yang disampaikan. Sebutan yang lain untuk
berita langsung ialah hard news. Hard news berarti berita yang keras. Fakta yang
akan diberitakan merupakan sebuah berita keras yang langsung dapat dinilai oleh
persepsi inderawi manusia. Unsur yang paling utama dalam berita langsung ialah
aktualitas.
Ragam berita yang kedua ialah berita ringan. Berita ringan berbeda
dengan berita langsung. Berita ringan lebih menekankan pada segi kemenarikan
sebuah informasi yang diberitakan. Berdasarkan kejadiannya, berita ringan dapat
dibedakan menjadi (1) side bar atau berita yang isinya merupakan sampiran dari
berita langsung, dan (2) berita ringan yang berdiri sendiri.
Berita kisah adalah ragam berita yang ketiga. Sejalan dengan namanya,
berita kisah adalah berita yang mengisahkan kejadian yang menyentuh perasaan.
Berita ini didukung dengan penjelasan rinci, lengkap, serta mendalam tentang
kisah seseorang dan terdapat unsur manusiawi. Selain berisi tentang kisah
seseorang yang menyentuh perasaan, berita kisah juga dapat terwujud dalam
berita kisah yang menjelaskan bagaimana melakukan sesuatu.
Ragam berita yang terakhir ialah laporan mendalam. Cara penulisan
laporan mendalam hampir sama dengan berita kisah. Perbedaan kedua ragam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
berita tersebut terletak pada unsur manusiawi yang tidak ditemukan dalam laporan
mendalam. Tujuan dari laporan mendalam ialah agar pembaca lebih mengetahui
duduk perkara sebuah berita dengan cara penulisan yang lebih lengkap,
mendalam, dan analitis.
3) Susunan dan Isi Berita
Susunan tulisan berita dikenal dengan istilah ’piramida terbalik’. Piramida
terbalik menggambarkan bangunan-bangunan informasi dimulai dari yang paling
penting, diikuti oleh hal-hal yang dianggap kurang begitu penting. Berita dimulai
dari dengan menyuguhkan ringkasan berita atau dapat disebut dengan klimaks
berita. Teras berita disusun secara ringkas dan diharapkan mampu menjawab
pertanyaan pokok jurnalistik (5W + 1H). Setelah ringkasan berita disuguhkan,
dilanjutkan menuliskan kronologis dari berita secara detail.
Gambar 1. Pola Piramida Terbalik (Hikmat Kusumaningrat dan Purnama
Kusumaningrat, 2007:126)
Lead (5W + 1H)
Pengembangan
lebih detil
Alinea 1
Alinea 2,3,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Setelah mengetahui susunan berita, hal yang perlu diketahui selanjutnya
ialah mengetahui isi berita. Berbagai ragam berita yang ada, pada dasarnya terdiri
dari judul berita, alinea pembuka (lead), tubuh berita, dan ekor berita (Mondry,
2008:150-151). Keempat isi berita harus diramu dengan padu agar menghasilkan
berita yang bermutu.
c. Kemampuan Menulis Berita
Menulis berita adalah kegiatan yang sangat kompleks. Ketelitian dalam
memilih informasi yang akan disampaikan merupakan menu utama yang harus
”dihabiskan”. Berita merupakan peristiwa yang dilaporkan dan mengandung unsur
peristiwa yang aktual, penting, lengkap, serta menarik. Dikatakan demikian,
karena tidak semua peristiwa layak diberitakan. Seorang penulis berita hendaknya
mampu membedakan mana peristiwa yang mempunyai nilai berita dan mana
peristiwa yang biasa-biasa saja. Setelah memilih materi yang akan dberitakan,
penulis harus menulis empat isi berita yakni judul berita, alinea pembukan (lead),
tubuh berita, dan ekor berita secara padu. Materi yang menarik akan lebih menarik
jika cara penulisan menarik pula. Materi menarik akan menjadi tidak menarik jika
cara menulisnya tidak menarik. Berikut cara menulis isi berita.
1) Judul Berita
Judul berita harus mencerminkan isi atau informasi yang akan
disampaikan. Judul berita mempunyai fungsi menarik perhatian pembaca. Gagal
menulis judul, berarti gagal pula menarik perhatian pembaca. Judul yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
menarik cenderung dilewatkan oleh pembaca walaupun news value nya tinggi.
Judul berita berfungsi sebagai identitas berita. Judul berita dapat dijadikan
pembeda atau pemisah antara berita yang satu dengan berita yang lain dan
pencerminan isi berita. Judul berita sebaiknya merupakan bagian terpenting atau
intisari dari sebuah berita. Mengintisarikan berita berarti sekaligus mencerminkan
isi berita. Isi berita tidak harus mengutip kalimat dalam berita (Widodo, 1997:52).
Supaya lebih mudah, judul haruslah disesuaikan dengan lead dari berita yang
menjadi tubuhnya (Mondry, 2008:150).
2) Teras Berita
Teras berita disebut juga lead atau disebut dengan paragraf pembuka berita.
Pada bagian ini disajikan pengantar berita yang memberikan inti substansi berita
dan gambaran umum situasi berita. Teras berita dianggap bagian yang paling
penting karena sifatnya yang ingin menonjolkan semua unsur pokok dari peristiwa
yang dilaporkan, namun secara singkat. Pada bagian ini idealnya memuat
komponen 5 W + 1 H.
Mondry (2008:153-154) mengemukakan sepuluh pedoman penulisan lead
yakni:
a) teras berita harus mencerminkan pokok terpenting dari berita;
b) jangan mengandung lebih dari 30 hingga 45 kata, dan lebih baik terdiri 25 kata
atau kurang;
c) mudah ditangkap, kalimat singkat, jelas;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
d) hal yang tidak mendesak namun dapat berfungsi sebagai penambah informasi
dalam lead dapat ditambahkan;
e) mengutamakan unsur what;
f) dapat dimulai dari unsur who;
g) jarang menggunakan when, atau menggunakannya bila memiliki makna khusus
dalam berita;
h) unsur where didahulukan dari unsur when;
i) unsur why dan how diuraikan di tubuh berita;
j) dan boleh memuat kutipan pernyataan asal bukan merupakan kalimat yang
panjang.
3) Tubuh Berita
Tubuh berita merupakan rincian atau tempat yang memuat semua unsur
berita yang sudah dikemukakan dalam teras berita. Selain itu, tubuh berita sebagai
tempat mengungkapkan secara lengkap dan bertahap unsur-unsur bagaimana dan
mengapa, yang tidak mungkin secara tuntas dibicarakan dalam teras berita.
Sebagai ilustrasi, jika lead merupakan janji, maka body merupakan pemenuhan
akan janji itu. Lebih lanjut, apabila dalam lead para pembaca mendapatkan
informasi mendasar realitas yang menimbulkan sejumlah pertanyaan baru dalam
benak pembaca, maka dalam body harus memberi jawab atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4) Ekor Berita
Ekor berita merupakan struktur paling bawah dari sebuah berita. Struktur
piramida terbalik mempunyai makna bahwa dalam struktur teratas merupakan
unsur terpenting, dan semakin ke bawah nilainya semakin kurang penting. Pola ini
dimaksudkan jika sebuah wacana berita dipandang oleh editor terlalu panjang,
keterbatasan kolom, dan terpaksa harus diperpendek, maka pemotongan
berjenjang dilakukan dari lapisan yag paling bawah atau ekor berita. Meskipun
demikian, pemotongan tersebut tidak sampai merusak susunan informasi yang
perlu diberitakan (Widodo, 1997:41).
Dari uraian panjang mengenai kemampuan menulis berita di atas, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan menulis berita ialah kemampuan seseorang untuk
menguraikan informasi untuk disampaikan dalam bentuk tulis yang harus
mengutamakan unsur aktual, fakta, dan menarik. Kemampuan menulis berita
haruslah mampu menuliskan lead yang menarik, tubuh berita yang detail, dan
ekor berita yang dapat menyempurnakan sebuah berita.
2. Hakikat Metode Pengajaran Berbasis Masalah
a. Pengertian Metode Pengajaran Berbasis Masalah
Menurut Tan (dalam Rusman, 2011: 232) pengajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pembelajaran yang menggunakan berbagai macam kecerdasan
dalam melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, sehingga terbentuk
kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dari kompleksitas yang
ada. Model pembelajaran ini telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang ditinjau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
lebih memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan,
inkuiri situasi masalah yang otentik, dan bermakna dapat dipecahkan (Trianto,
2007:67).
Menurut Dewey (dalam Jacobsen, 2009:242) pengajaran berbasis masalah
menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman. Hal ini disebabkan
oleh karakteristik siswa yang aktif secara sosial. Karakteristik siswa yang aktif
secara sosial dapat ditunjukkan dengan kegiatan belajar dengan mengeksplorasi
lingkungan mereka. Pengetahuan akan berguna dan hidup ketika pengetahuan
yang didapat tersebut diterapkan sebagai solusi beberapa masalah.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Trianto (2007:67) mendefinisikan
metode pengajaran berbasis masalah merupakan metode pembelajaran yang
didasarkan pada banyaknya permasalahan yang sesuai dengan kebutuhan
penyelidikan autentik. Penyelidikan autentik yang dimaksud ialah penyelidikan
yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata pula.
Dengan menghadirkan permasalahan dan pemecahan yang nyata pula, siswa dapat
menyusun pengetahuan mereka sendiri, berpikir lebih tinggi, mandiri, dan percaya
diri.
Dari uraian pengertian metode berbasis masalah yang telah dibahas, dapat
disimpulkan bahwa metode pengajaran berbasis masalah merupakan metode
pembelajaran yang menekankan kegiatan pembelajaran pada siswa. Siswa
berperan aktif dalam memecahkan masalah nyata yang dihadapkan kepada
mereka, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan siswa lebih percaya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
dirinya sendiri karena dapat menyusun pengetahuan, berpikir lebih tinggi, secara
mandiri.
b. Langkah-langkah Pengajaran Berbasis Masalah
Pengajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
mengedepankan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah. Siswa akan
memiliki skill-skill investigasi dan sistematis dalam memecahkan masalah
(Jacobsen, 2009:246). Untuk mencapai tujuan tersebut, ada karakteristik yang
harus dipenuhi, yakni:
1) pembelajaran berangkat dari masalah;
2) permasalahan yang disajikan diambil dari kenyataan;
3) perspektif ganda dalam memandang sebuah masalah;
4) permasalahan menantang pengetahuan siswa dan akhirnya membutuhkan
identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
5) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, baik dari segi
penggunaan dan evaluasinya
6) belajar merupakan proses kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif;
7) pengembangan keterampilan inquiri
8) keterbukaan proses belajar;
9) dan melibatkan valuasi dan kilas balik pengalaman siswa dalam proses
pembelajaran (Rusman, 2011:232-234).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Adapun langkah proses pembelajaran dapat ditampilkan dalam gambar
berikut.
Gambar 2. Proses Pengajaran Berbasis Masalah (Rusman, 2011:233).
Sejalan dengan langkah yang telah disajikan dalam bentuk gambar,
Trianto (2007: 71-72) merumuskan sintak pengajaran berbasis masalah ini sebagai
berikut.
1) Tahap orientasi siswa
2) Tahap mengorganisasi siswa
3) Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Menentukan
Masalah
Analisis Masalah
dan Isu Belajar
Pertemuan dan
Laporan
Penyajian Solusi
dan Refleksi
Simpulan, Integrasi, dan
Evaluasi
Belajar
Pengarahan Diri
Belajar
Pengarahan Diri
Belajar
Pengarahan Diri
Belajar
Pengarahan Diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4) Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5) Tahap menganalisis mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru dalam pengajaran berbasis masalah antara lain mengajukan atau
mengorientasikan masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari, membimbing
dan memfasilitasi siswa. Baik memfasilitasi dalam penyelidikan siswa,
memfasilitasi dialog siswa, dan mendukung belajar siswa.
Dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran berbasis masalah ini ialah
metode pembelajaran yang menyajikan masalah dari kehidupan sehari-hari
sebagai awal pembelajaran, dan mengedepankan keaktifan siswa dalam
prosesnya. Guru hanya sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran.
3. Hakikat Media Gambar
a. Pengertian Media Gambar
Kata “media” berasal dari bahasa Latin, yakni medium yang secara
harfiahnya berarti “tengah”, “pengantar”, atau “perantara”. Kata “tengah” itu
sendiri berarti berada di antara dua sisi. Karena posisinya berada di tengah, ia bisa
juga disebut sebagai perantara atau penghubung, yakni yang mengantarkan,
menghubungkan, atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi yang lainnya
(Munadi, 2008:6).
Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari
pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (1971) mengatakan bahwa media
bila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap (Arsyad, 2008:3).
Media gambar merupakan salah satu bentuk perantara yang digunakan
untuk menyampaikan ide. Sehingga, ide, pendapat, atau gagasan yang
disampaikan itu bisa sampai pada penerima melalui perantara gambar tersebut.
Media gambar juga memiliki peran yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, karena media gambar sangat efektif digunakan oleh pengajar
dalam mengajarkan Bahasa Indonesia khususnya mengembangkan kemampuan
menulis berita. Selain itu, dikatakan penting sebab ia dapat mengganti kata verbal,
mengonkretkan yang abstrak, dan mengatasi pengamatan manusia. Media gambar
dapat membuat sisa menangkap ide atau informasi yangt terkandung di dalamnya
degan jelas, lebih jelas daripada yang diungkapkan kata-kata. Akan tetapi, karena
setiap orang merasa mudah untuk memperoleh gambar, ia menganggapnya
sebagai “hal yang biasa” atau “terlalu biasa’ sehingga melupakan manfaatnya
(Munadi, 2008:89).
Agar penggunaan media gambar dapat maksimal, guru dalam memilih
gambar haruslah mengetahui kriteria dasar media gambar yang baik. Kriteria
dasar dalam memilih gambar yang baik adalah sebagai berikut:
1) Keaslian gambar, yakni gambar bisa menunjukkan situasi yang sebenarnya
seperti melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya.
2) Kesederhanaan, yakni gambar yang tidak membuat siswa menjadi
bingung dan tidak tertarik dengan gambar tersebut (Sardiman dalam
Prajatama, 2006:27).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media gambar merupakan
media yang berbentuk gambar dan dalam pemilihannya mengutamakan keaslian
dan kesederhanaan gambar, agar dapat membantu siswa dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreativitas dalam bercerita,
dramatisasi, bacaan, penulisan, serta membantu mereka menafsirkan dan
mengingat-ingat isi materi.
b. Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran Menulis Berita
Kedudukan media dalam proses belajar mengajar tidak dapat berdiri
sendiri. Media dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran sehingga siswa dapat
menerima suatu pesan dengan jelas. Maka, media gambar tersebut harus benar-
benar sesuai dengan tujuan yang diinginkan sehingga proses pembelajaran dapat
berjalan dengan baik.
Selain memerhatikan segi keaslian gambar dan kesederhanaan sebuah
gambar, ada beberapa kriteria dalam memilih gambar-gambar yang memenuhi
persyaratan bagi tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, guru hendaknya menetapkan
kegunaan gambar agar relatif memadai, dan memilihnya yang terbaik untuk tujuan
khusus pengajaran.
Dalam memilih gambar untuk digunakan sebagai media, ada lima kriteria
untuk tujuan pengajaran. Kelim kriteria tersebt adalah sebagai berikut.
a) Gambar harus memadai untuk tujuan pengajaran, artinya media tersebut
pantas untuk tujuan pengajaran, yaitu harus menampilkan gagasan, bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
informasi atau satu konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan
pengajaran.
b) Gambar harus memenuhi persyaratan artistik yang bermutu, misalnya
ganbar yang baik itu cukup melukiskan daerah pemukiman kumuh
hendaknya menekankan kesan jorok, kotor, yang menggambarkan
lingkungan yang tidak sehat.
c) Gambar untuk tujuan pengajaran harus cukup besar dan jelas sehingga
tampak jelas ke seluruh siswa.
d) Validitas gambar, yaitu gambar yang representatif dari bidang studi
tertentu yang menampilkan pesan yang benar menurut ilmu dan
merupakan gambar yang tepat untuk maksud pengajaran yang sahih.
e) Menarik perhatian siswa, yaitu gambar yang diminati oleh siswa (Sudjana,
2005:74-75).
c. Karakteristik Media Gambar
Arti penting media gambar dalam proses pembelajaran adalah
memudahkan siswa dalam memahami materi, tetapi dalm penggunaan media
gambar perlu pemahaman karakteristik media gambar tersebut. Media gambar
memiliki beberapa karakteristik tertentu sebagai berikut.
1) Gambar adalah media yang berbentuk dua dimensi.
2) Gambar ialah medium yang “diam”
3) Gambar datar dapat memberi kesan gerak.
4) Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impresi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
5) Gambar datar memberi kesempatan untuk diamati rinciannya secara
individual.
6) Gambar datar dapat digunakan untuk berbagai macam mata pelajaran dan
objek.
Setiap guru hendaknya mengetahui media pembelajaran yang mana yang
dapat mencapai hasil paling baik dalam situasi pembelajaran yag diharapkan.
Untuk itu, guru harus mengenal secara tepat kekuatan serta kelemahan dari setiap
media pembelajaran yang akan digunakan.
d. Kekuatan dan Kelemahan Media Gambar
Beberapa kekuatan yang dapat diperoleh dari media gambar dalam
hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, antara lain:
1) mudah dimanfaatkan karena bersifat praktis
2) harganya relatif lebih murah
3) bisa dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu
4) dan dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak (Sudjana,
2005:71).
Selain memiliki beberapa kekuatan, media gambar juga memiliki beberapa
kelemahan sebagai berikut.
1) Mempunyai ukuran yang sangat terbatas untuk tujuan pembelajaran
kelompok besar, kecuali jka gambar tersebut diproyesikan melalui OHP
atau LCD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2) Mempunyai bentuk dua dimensi yang menyebabkan sulit untuk
melukiskan bentuk yang memiliki dimensi tiga.
3) Tidak memperlihatkan gerak, tapi beberapa gambar seri yang disusun
secara berurutan dapat memberikan kesan gerak (Sudjana, 2005:72).
Untuk meminimalkan kelemahan tersebut, peneliti akan menyediakan
beberapa gambar, sehingga gambar bisa dilihat oleh semua siswa tanpa takut ada
siswa yang tidak bisa menjangkau untuk melihat gambar tersebut. Penelitian ini
akan menggunakan gambar dua dimensi yang di dalamnya tidak mengandung
gagasan yang kompleks. Gambar yang akan digunakan dalam penelitian ini
gambar yang hanya menampilkan satu gagasan saja sehingga siswa tidak bingung
dalam membaca pesan yang ingin disampaikan gambar tersebut. Dengan
demikian, siswa akan menjadi lebih mudah dalam mendefinisikan gambar tersebut
ke dalam tulisan mereka.
4. Hakikat Keaktifan Belajar Siswa
Salah satu hal yang dapat dijadikan pedoman keberhasilan proses belajar
mengajar ialah dengan melihat keaktifan siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar. Keaktifan disini tentunya bukan aktif dalam pengertian ramai, namun
keaktifan yang berkualitas, ditandai dengan banyaknya respon dari siswa,
banyaknya pertanyaan atau jawaban seputar materi yang dipelajari atau ide-ide
yang mungkin muncul berhubungan dengan konsep materi yang dipelajari.
Pembelajaran yang baik tentunya akan mampu meningkatkan keaktifan
belajar siswa. Sama halnya dengan pembelajaran menulis berita dengan metode
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
pengajaran berbasis masalah dan menggunakan media gambar diharapkan mampu
meningkatkan keaktifan belajar siswa.
a. Pengertian Keaktifan Belajar Siswa
Keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari keterlibatan siswa dalam proses
belajar mengajar yang beragam seperti, siswa mendengarkan pada materi
ceramah, aktif berdiskusi, membuat suatu alat, membuat laporan pelaksanaan
tugas dan sebagainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Sriyono dalam bukuya
yang berjudul Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Menurut Sriyono (1992 :
75), keaktifan dalam belajar terdiri dari dua jeni yakni, aktif jasmani maupun
rohani. Keaktifan jasmani maupun rohani meliputi 1) Keaktifan indera; 2)
keaktifan akal; 3) keaktifan ingatan; dan 4) keaktifan emosi.
Dalam keaktifan indera, guru harus mampu merangsang murid agar dapat
menggunakan alat inderanya sebaik mungkin. Dalam pembelajaran menulis berita
ini, indera yang pertama kali dirangsang adalah indera penglihatan. Siswa
disuguhi dengan gambar-gambar yang bertujuan untuk dilihat, diamati, dan
akhirnya mampu menimbulkan rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu yang muncul
tersebut termasuk dalam keaktifan yang kedua, yakni keaktifan akal. Akal siswa
diaktifkan untuk memecahkan masalah. Keaktifan yang ketiga ialah keaktifan
ingatan. Saat proses pembelajaran sedang berlangsung, anak harus aktif menerima
bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru dan menyimpannya dalam otak.
Tiga kektifan tersebut tidak lepas dari keaktifan yang keempat, yakni keaktifan
emosi. Guru harus mampu membuat siswa senantiasa mencintai pelajarannya
sehingga pengetahuan yang disampaikan bermakna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Untuk mewujudkan terciptanya keaktifan jasmani dan rohani siswa, ada
beberapa asas yang harus ditinjau. Tinjauan asas keaktifan terdiri dari empat hal.
Asas pertama yakni, berdasarkan pengalaman, siswa akan dapat membentuk
pengertian dan pendapat, mengmbil keputusan, bersikap tepat dan memiliki
ketrampilan belajar, bekerja dan sebagainya. Asas kedua ialah segi pengamatan.
Indera yang paling penting untuk memperoleh pengetahuan adalah pendengaran
dan penglihatan. Segi berpikir adalah tinjauan asas keaktifan yang ketiga. Seluruh
tugas dan kegiatan sekolah yang diterima oleh siswa memerlukan pemikiran.
Dengan demikian, semua pengajaran harus membentuk pikiran anak dan
didukung oleh pendengaran, penglihatan, dan akal yang diusahakan aktif. Asas
ketiga ialah segi kejiwaan. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak dalam
pembelajaran haruslah sesuai dengan keadaan dan nalurinya. Dalam situasi
belajar, ia akan lebih menerima dan menguasai bahan jika ia aktif jasmaniah
maupun rohaniah. Untuk melaksanakan asas keaktifan tersebut, Sriyono (1992:
77-78) berpendapat bahwa ada beberapa cara yang yang bisa dilakukan untuk
mengaktifkan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Salah satunya dengan
meminta siswa menjawab pertanyaan atau meminta siswa membuat pertanyaan
dan menjawab sendiri tidak kecil artinya dalam interaksi belajar mengajar. Selain
itu, dengan cara guru dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
kepada siswa setiap kali mengajar lebih baik daripada sekedar memberi pelajaran
lisan saja. Sebab, hal tersebut akan mendorong siswa memecahkan masalah dan
mendorong guru lebih kreatif dan berinisiatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Untuk mengetahui pengertian keaktifan belajar, tidak leps dari apa
pengertian belajar itu sendiri. Ada beberapa definisi tentang belajar, antara lain: 1)
Cronbach memberikan definisi: Learning is shown by a change in behavior as
result of experience; 2) Harold Spears memberikan batasan: Learning is to
observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow
direction; dan 3) Geoch, mengatakan: Learning is a change in performance as a
result of practice. (Sardiman, 2007: 20). Dari ketiga definisi tersebut dapat
dirangkum bahwa belajar itu merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya. Belajar itu akan lebih baik, kalau si
subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.
Subjek dalam hal ini ialah siswa.
Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget, bahwa pengetahuan dibentuk oleh
individu. Sebab individu melakukan interaksi terus-menerus dengan lingkungan.
Lingkungan tersebut mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan
lingkungan maka fungsi intelek semakin berkembang. Belajar pengetahuan
meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan
aplikasi konsep (Dimyati, 1999: 13-14). Dengan demikian, belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap interaksinya dengan
lingkungan.
Untuk mewujudkan keaktifan belajar, ada beberapa faktor yang
mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.
Faktor-faktor intern teridi dari tiga hal. Pertama, faktor jasmaniah
(meliputi kesehatan dan cacat tubuh). Kedua, faktor psikologis (meliputi
inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan). Ketiga,
faktor kelelahan (meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan rohani/psikis).
Sedangkan faktor ekstern adalah sebagai berikut: 1)faktor keluarga yang meliputi
cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan
ekonomi keluarga dan pengertian orang tua; 2)faktor sekolah yang meliputi
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; dan 3) Faktor masyarakat yang
meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan
bentuk kehidupan masyaraka (Slameto, 2003: 54-60).
Dari beberapa uraian di atas, dapat ditarik simpulan bahwa keaktifan
belajar siswa adalah suatu keadaan di mana siswa aktif dalam kegiatan belajar.
Aktif dari segi jasmani dan rohani. Keaktifan siswa ini tentunya didukung oleh
beberapa faktor, baik dari dalam ataupun dari luar diri siswa. Aktif rohani dn
jasmani yang dimiliki siswa ini tentunya akan berpengaruh pada proses
pembelajaran atau penerimaan pengetahuan. Dengan keaktifan, pengetahuan yang
disampaikan oleh guru akan bermakna bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Indikator Keaktifan Belajar Siswa
Paul B. Diedrich (dalam Hamalik, 2005: 172) menyatakan bahwa
indikator keaktifan belajar siswa berdasar kegiatannya terdiri dari 8 kelompok,
yaitu: 1) visual activities (kegiatan-kegiatan visual) seperti membaca, mengamati,
mendemonstrasikan; 2) oral activities (kegiatan-kegiatan lisan) seperti
mengemukakan fakta, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, atau diskusi; 3) listening activities (kegiatan-kegiatan
mendengarkan) seperti mendengarkan radio, menyimak diskusi, mendengarkan
pidato, dan lainnya; 4) writing activities (kegiatan-kegiatan menulis) seperti
menulis berita, menulis karangan, menyalin, dan sebagainya; 5) drawing ctivities
atau kegiatan-kegiatan menggambar; 6) Motor activities yang berarti kegiatan-
kegiatan motorik; 7) mental activities (kegiatan-kegiatan mental) seperti
mengingat, merenung, memecahkan masalah, dan sebagainya; dan 8) emotional
activities (kegitan-kegiatan emosional). Klasifikasi tersebut menunjukkan bahwa
kegitan belajar dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan indikator keaktifan belajar siswa
dalam pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah
dan penggunaan media gambar. Indikator tersebut diharapkan mampu mengukur
tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis berita. Ada tujuh indikator
keaktifan belajar siswa, yang dinilai dengan lima skor. Skor 1 didapat bila siswa
sangat kurang, 2 kurang, 3 cukup baik, 4 baik, dan 5 sangat baik dinilai dari
indikator tersebut. Keaktifan siswa dapat dilihat dari, yakni aktif (1)
memerhatikan penjelasan guru; (2) mengamati gambar; (3) berkelompok,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
mendiskusikan topik, dan kerangka berita; (4) mencari informasi dan materi untuk
berita; (5) mengomentari atau mengemukakan pendapat terhadap berita teman; (6)
bertanya tentang masalah yang belum dipahami; dan (7) merefleksikan
pembelajaran.
5. Penilaian Kemampuan Menulis Berita
Kemampuan menulis dapat dikatakan sebagai kemampuan yang lebih sulit
dari kemampuan yang lain. Kemampuan menulis membutuhkan penguasaan unsur
bahasa dan luar bahasa yang saling menjalin (Burhan Nurgiantoro, 2010:422).
Unsur bahasa dapat dilihat pada kata, kalimat, ejaan, tanda baca, serta tata tulis
lainnya. Unsur di luar bahasa dapat ditunjukkan dengan kesesuaian isi dengan
media yang digunakan.
Materi menulis berita dapat diukur tingkat keberhasilannya dengan
menentukan kriteria penilaian terlebih dahulu. Kriteria penilaian menulis berita
antara lain dengan memperhatikan: (1) kesesuaian isi teks dengan gambar, (2)
ketepatan logika urutan berita, (3) ketepatan detil peristiwa, (4) ketepatan makna
keseluruhan berita, (5) ketepatan kata, (6) ketepatan kalimat, dan (7) ejaan serta
tata tulis (Burhan Nurgiantoro, 2010:430). Masing-masing kriteria tersebut diberi
rentangan skor 1-4. Misal kriteria pertama, berita yang ditulis siswa sangat sesuai
dengan gambar dapat diberi skor 4. Skor 3 diberikan kepada siswa yang isi berita
sesuai dengan gambar. Sedangkan siswa yang isi beritanya kurang sesuai dengan
gambar mendapat skor 2, dan yang tidak sesuai dengan berita hanya mendapatkan
skor 1.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian dengan “Model Pengajaran Berdasarkan Masalah (Problem-
Based Instruction) dalam Pembelajaran Apresiasi Novel dan Menulis Puisi “ yang
ditulis oleh Heny Subandiyah memiliki kesamaan dengan penelitian ini. Hasil dari
penelitian ini ialah siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran apresiasi novel
dan menulis puisi. Penelitian ini sama-sama menggunakan metode pengajaran
berbasis masalah. Perbedaan dalam penelitian ini ialah metode yang digunakan
dalam penelitian sebelumnya adalah penelitian kualitatif, sedangkan penelitian
yang akan dilaksanakan ialah penelitian tindakan kelas.
Penelitian yang kedua, yang relevan dengan penelitian ini ialah jurnal yang
berjudul The effect of problem-based video instruction on student satisfaction,
empathy, and learning achievement in the Korean teacher education context yang
ditulis oleh Hee Jun Choi dan Minwha Yang. Penelitian tersebut meneliti apakah
PBM mampu memberikan efek yang positif dalam proses pembelajaran. Dari
studi yang dilakukan oleh Hee Jun Choi dan Minwha Yang menunjukkan bahwa
metode ini mampu memberikan konstribusi positif dalam pembelajaran.
Sumarni (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Peningkatan
Kompetensi Siswa dalam Menulis Berita dengan Penerapan Metode Cooperative
Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas VIII E
Semester Genap pada SMP Negeri 2 Tasikmadu Tahun Pelajaran 2009/2010”.
Jenis penelitian yang digunakan ialah penelitian tindakan kelas, teknik
pengumpulan data menggunakan tes, wawancara, observasi, catatan lapangan, dan
angket.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dari penelitian yang dilaksanakan dua siklus ini diperoleh hasil penelitian
yang menunjukkan bahwa adanya peningkatan pada siklus I dari hasil pre-test dan
post-test yang awalnya didapatkan nilai 65 menjadi 75,51. Pada siklus II diperoleh
kenaikan rata-rata kelas menjadi 82,40. Dalam proses pembelajaran, ada kenaikan
yang ditunjukkan dengan adanya perubahan sikap siswa terhadap siswa, siswa
terhadap guru, dan guru terhadap siswa. Kerja sama siswa lebih terjalin, siswa
lebih menghargai guru, dan guru mampu membuat proses belajar lebih menarik.
Dalam penelitian ini, kompetensi yang diteliti ialah menulis berita. Permasalahan
yang sama dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini.
Penelitian yang ketiga ialah penelitian yang berjudul “Peningkatan
Kemampuan Menulis dengan Menggunakan Pendekatan Peoses dan Media
Gambar pada Siswa SD N 2 Trayu Banyudono Boyolali Tahun Ajaran
2008/2009”. Penelitian yang dilaksanakan oleh Sri Siswati ini memiliki kesamaan
yakni kemampuan yang ditingkatkan ialah kemampuan menulis, hanya saja
kemampuan menulis yang dimaksud bukanlah menulis berita. Kesamaan yang
kedua ialah penggunaan media, yakni media gambar. Penelitian tersebut berhasil
meningkatkan kemampuan menulis siswa dari segi proses dan hasil dengan
menggunakan pendekatan proses dan media gambar. Perbedaan terletak pada
kemampuan menulis yang ditingkatkan bukanlah kemampuan menulis berita dan
metode yang digunakan.
Temuan yang dianalisis dari berbagai peneliti terdahulu inilah yang
menjadi salah satu dasar mengadakan penelitian dengan menitikberatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
peningkatan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan menggunakan metode pengajaran berbasis masalah dan media gambar.
C. Kerangka Berpikir
Selama ini, pembelajaran menulis lebih menekankan pada teori-teori
tentang menulis. Pada materi pembelajaran menulis berita, siswa hanya diberi
teori-teori berita tanpa pemberian kemampuan menulis sebuah berita. Siswa
cenderung pasif dan tidak produktif. Selain itu, guru tidak menggunakan
pembelajaran inovatif dan tidak menggunakan media. Hal ini menjadikan siswa
malas dan akhirnya tidak aktif dalam proses pembelajaran. Karena itu, wajarlah
bila kemampuan mereka dalam menulis sebuah berita masih belum memenuhi
kriteria ketuntasan minimun yang telah ditentukan.
Keadaan yang demikian merupakan masalah bersama untuk
memecahkannya. Salah satu cara pemecahan kesulitan pencapaian kriteria
ketuntasan tersebut adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih
inovatif dan media yang menarik. Pembelajaran yang inovatif diharapkan mampu
membuat guru lebih kreatif, siswa lebih aktif, dan akhirnya lebih produktif dalam
menghasilkan sebuah berita.
Permasalahan yang muncul tersebut kemudian didiskusikan antara
kolaborasi guru dan peneliti. Setelah diskusi untuk pemecahan masalah,
diputuskan bahwa pembelajaran menulis berita akan ditingkatkan dengan metode
pengajaran berbasis masalah dan penerapan media gambar. Metode pengajaran
berbasis masalah ialah salah satu metode pembelajaran yang menekankan pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
kemampuan siswa untuk menulis sebuah berita. Metode ini secara umum terdiri
atas penyajian masalah yang otentik dan bermakna yang kemudian dapat
memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri
(Heni Subandiah, 2010). Masalah disajikan dengan menggunakan media gambar.
Penggunaan media gambar akan membuat siswa aktif dalam mencari pemecahan
masalahnya. Setelah menyelidiki dan menjawab masalah yang disajikan, siswa
mampu menuliskan berita sesuai dengan masalah yang sudah dipecahkan tersebut.
Pelaksanaan pembelajaran menulis berita diharapkan lebih aktif dan
akhirnya meningkat. Pelaksanaan proses pembelajaran diamati oleh peneliti, dan
nantinya dijadikan bahan evaluasi untuk mengetahui tingkat kesuksesan
pembelajaran. Bila pembelajaran menulis berita dinilai belum meningkat,
dilakukan pembelajaran kembali atau yang disebut dengan siklus II. Begitu
seterusnya, hingga pembelajaran dianggap berhasil (meningkat). Pembelajaran
diharapkan meningkat bila kreativitas bahasa dan penguasaan tata bahasa siswa
tinggi, guru mampu menerapkan metode PBM, dan menggunakan media gambar
dengan baik, serta siswa aktif dan tertarik dalam pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar mempunyai banyak
kelebihan. Penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar untuk meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII A SMP
Negeri 1 Mantingan dapat dibuat kerangka berpikir sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Gambar 3. Alur Kerangka Berpikir
Kolaborasi Peneliti dan
Guru
Pembelajaran Menulis
Berita dengan Metode
PBM dan Menggunakan
Media Gambar
Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Kondisi Setelah Tindakan
Kemampuan menulis berita
siswa tinggi
Kemampuan
Menulis Berita
Siswa Meningkat/
Tinggi
Guru menggunakan metode
pengajaran berbasis masalah
dan media gambar
Siswa Aktif dan Tertarik
dengan Pembelajaran
Kondisi Sebelum Tindakan
Kemampuan menulis berita
siswa rendah
Kurangnya
Kemampuan Menulis
Berita Siswa
Metode Mengajar Guru
Konvensional dan Tidak
Menggunakan Media
Siswa Pasif dan Tidak
Tertarik dengan
Pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
D. Hipotesis Tindakan
Berdasar kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir yang
sudah dipaparkan sebelumnya dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai
berikut.
1. Penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar dapat meningkatan keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran
menulis berita:
2. Penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis berita yang ditandai dengan
meningkatnya perolehan nilai pada pembelajaran menulis berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan. SMP Negeri 1 Mantingan merupakan salah satu SMP yang berada di
Kabupaten Ngawi wilayah barat dari provinsi Jawa Timur. SMP ini dapat
dikatakan sebagai SMP pinggiran, atau berbatasan dengan provinsi Jawa Tengah.
Pemilihan lokasi dalam penelitian ini dengan beberapa pertimbangan.
Pertimbangan pertama ialah kemampuan siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan dalam menulis berita masih kurang. Kedua, tempat tersebut belum
pernah digunakan untuk penelitian sejenis. Hal ini dimungkinkan tidak adanya
kemungkinan kesamaan penelitian tindakan.
2. Waktu Peneltian
Penelitian dengan objek materi menulis berita ini dilaksanakan pada akhir
semester pertama hingga semester kedua tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian ini
dimulai bulan Februari 2012 hingga bulan Juni 2012. Adapun rincian waktu dan
jenis kegiatan adalah sebagai berikut.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Bulan
No. Kegiatan Pertama Kedua Ketiga Keempat
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penelitian
a. Pengajuan Judul Penelitian x
b. Penyusunan Usulan
Penelitian x x
c. Seminar Usulan Penelitian x
d. Revisi Usulan Penelitian x
e. Izin Penelitian x
f. Penyusunan Instrumen
Penelitian x x
2 Pelaksanaan Penelitian
a. Siklus I x
b. Siklus II x
c. Siklus III x
3 Penyelesaian Penelitian
a. Penyusunan Draf Laporan
Tesis x x x x x
b. Perevisian Draf Laporan
Tesis x x x x x
c. Pendaftaran Ujian dan Ujian x x
4 Penyelesaian Akhir Tesis
a. Penyempurnaan dan
Penggandaan x x x
b. Penyelesaian Administrasi x x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini ialah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa kelas VIII A sebanyak 20
anak, yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Selain siswa,
subjek penelitian ialah guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas tersebut.
C. Sumber Data
Sumber data utama penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan
(Moleong, 2002:112). Sumber data penelitian ialah sebagai berikut.
1. Informan
Sumber data informan terdiri dari siswa, guru, dan peneliti. Sumber data siswa
ialah seluruh siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan yang menjadi
subjek penelitian. Sumber data guru ialah guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia di kelas tersebut yang mengajar saat penelitian berlangsung.
2. Dokumen
Sumber data dokumen berupa daftar nilai siswa dari observasi awal hingga
akhir tindakan, data aktivitas siswa dan guru, serta data hasil wawancara siswa
dan guru.
3. Peristiwa
Sumber data peristiwa yang dimaksud ialah semua peristiwa yang terjadi
dalam proses pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah
wawancara, observasi, tes, dan analisis dokumen.
1) Wawancara
Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang
proses pembelajaran. Informan dapat mengungkapkan kesulitan yang dialami oleh
guru, kesulitan yang dialami siswa, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Selain itu, wawancara dapat menggali lebih dalam tanggapan tentang penggunaan
metode pengajaran berbasis masalah dan media gambar dalam pembelajaran
menulis berita.
2) Observasi
Observasi ialah pemusatan kegiatan terhadap suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Suharsimi, 1997:46). Penggunaan seluruh
indera ini ialah untuk observasi langsung saat pelaksanaan pembelajaran.
Observasi langsung dipusatkan pada proses, hasil tindakan, dan peristiwa yang
melingkupinya. Sehingga, observasi dilakukan untuk memantau proses dan hasil
pembelajaran yang telah diberi tindakan. Observasi yang dilakukan ialah
observasi kepada siswa, observasi guru, dan observasi proses pembelajaran. Hasil
observasi dideskripsikan dan digunakan sebagai dasar acuan siklus berikutnya.
3) Tes
Tes dilaksanakan untuk mengukur tingkat kemampuan menulis berita siswa.
Pemberian tes kepada siswa dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
yang diperoleh siswa setelah dilaksanakan tindakan (Suwandi, 2011: 64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
4) Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilakukan dengan cara menganalisis RPP, materi yang
digunakan, lembar observasi siswa dan guru, daftar nilai, serta hasil wawancara.
E. Validitas Data
Validitas data dilakukan untuk dapat mempertanggungjawabkan penelitian
secara ilmiah. Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua teknik.
Dua teknik tersebut ialah triangulasi metode dan triangulasi sumber data.
Triangulasi metode dilakukan bertujuan untuk menggali data dari berbagai sumber
data dengan cara wawancara. Berdasarkan informasi tersebut dapat dibandingkan
dan ditarik simpulan sementara mengenai data yang dibutuhkan oleh peneliti.
Triangulasi metode dapat dilakukan dengan cara menggali data yang sama dari
berbagai sumber, sehingga kebenaran data tersebut dapat diketahui.
F. Teknik Analisis Data
Data yang sudah didapat hendaknya segera dianalisis agar dapat diketahui
hasilnya dengan cepat. Analisis data dapat dilakukan dengan teknik deskriptif
komparatif dan teknik analisis kritis. Teknik pertama, teknik deskriptif komparatif
atau statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif. Teknik ini
ditujukan untuk membandingkan hasil antarsiklus. Teknik yang kedua, teknik
analisis kritis, ditujukan untuk data kualitatif, yaitu untuk mengungkapkan
kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam pembelajaran menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
berita dengan metode PBM dan media gambar. Hasil analisis tersebut dijadikan
dasar untuk menyusun RPP kegiatan siklus selanjutnya (Suwandi, 2011: 66).
G. Indikator Kinerja
Berdasarkan uraian teknik analisis data, penelitian yang berhasil ialah
penelitian yang hasilnya sama atau lebih dari indikator yang telah ditentukan.
Penelitian ini dianggap berhasil bila hasil dari pembelajaran mampu mencapai
indikator sebagai berikut.
a. siswa tertarik mengikuti pembelajaran menulis berita dengan metode
pengajaran berbasis masalah;
b. siswa mampu termotivasi dalam kegiatan menulis berita;
c. siswa mampu menulis berita dan bekerja sama dalam kelompok;
d. siswa mampu menangkap masalah yang ada (sangat sesuai dengan gambar,
sesuai dengan gambar, kurang sesuai, atau tidak sesuai dengan gambar);
e. berdiskusi untuk memecahkan masalah yang ada;
d. siswa mampu menulis berita dengan baik (dari segi isi, kesesuaian dengan
gambar ejaan, tanda baca, serta berita yang ditulis runtut);
d. ada peningkatan yang mempunyai kemampuan menulis berita.
Kemampuan menulis berita siswa dinyatakan berhasil bila ketuntasan
belajar mencapai nilai 75 baik ketuntasan individu maupun ketuntasan klasikal
sesuai dengan KKM yang telah ditentukan sekolah. Perhitungan untuk
mengetahui hasil belajar siswa ialah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
a. Nilai akhir siswa
Keterangan: NA = Nilai Akhir
NP = Nilai Proses
NH = Nilai Hasil
b. Nilai rata-rata kelas siswa
Keterangan:
Mean : jumlah rata-rata
fx : jumlah seluruh nilai dalam kelas
N : jumlah siswa
c. Nilai ketuntasan belajar siswa
X100%
Keterangan: T = ketuntasan belajar siswa
N = jumlah siswa yang tuntas
x = jumlah siswa dalam kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H. Prosedur Penelitian
Prosedur yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian ini melalui empat
tahapan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ialah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi aktifitas siswa,
dan lembar observasi aktivitas guru. Instrumen-instrumen tersebut hendaknya
dipersiapkan secara matang sebelum melaksanakan penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pembelajaran sesuai dengan rencana
pembelajaran yang telah dibuat. Rencana pembelajaran tertuang dalam RPP.
pelaksanaan pembelajaran lebih menekankan keaktifan siswa. Guru hanya
berfungsi sebagai fasilitator dan membantu siswa apabila menemukan
kesulitan.
3. Observasi
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan
tindakan. Dalam tahap observasi, peneliti mengamati perilaku siswa terhadap
penerapan strategi pembelajaran, mengamati pemahaman masing-masing
anak.
4. Analisis dan Refleksi
Data yang sudah terkumpul, pada akhirnya dianalisis dan direfleksi. Tahap
analisis dan refleksi dilaksanakan kegiatan mencatat hasil observasi, mengevaluasi
hasil observasi, menganalisis hasil pembelajaran, memperbaiki kelemahan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
daur berikutnya yang dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan
tindakan yang dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan teknik analisis dan
perbandingan antara hasil tindakan dengan indikator-indikator yang telah
ditentukan. Jika hasil dari analisis dan perbandingan menunjukkan hasil tindakan
sama atau lebih baik dari indikator, penelitian ini dianggap berhasil. Jika hasil
lebih jelek, penelitian ini belum berhasil dan selanjutnya dilakukan perbaikan
dengan cara melaksanakan siklus berikutnya. Begitu seterusnya hingga mencapai
indikator yang ditentukan.
Di penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama dua siklus. Hal ini
dikarenakan, pada siklus II pembelajaran menulis berita telah dinyatakan berhasil
atau tujuan penelitian telah tercapai. Permaslahan yang muncul sebelum diadakan
penelitian dikaji mendalam dan kemudian diadakan perencanaan penelitian.
Setelah perencanaan tersusun, dilaksanakanlah tindakan yang selanjutnya disebut
tindakn siklus I. Tindakan siklus I terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam
pelaksanaan tindakan, sekaligus diadakan pengamatan dan pengumpulan data.
Setelah itu, diadakan refleksi yang pada akhirnya menemukan permasalahan baru.
Permasalahan yang belum terselesaikan ataupun masalah yang baru muncul di
siklus I dikaji dan diadakan perencanaan tindakan II. Setelah pelaksanaan matang
diadakan tindakan yang selanjutnya disebut tindakan siklus II. Sama dengan
siklus I, siklus II terdiri dari dua kali pertemuan. Sejalan dengan tindakan,
pengamatan dan pengumpulan data dilakukan. Akhirnya, di siklus II tujuan
penelitian telah tercapai. Dengan demikian, permasalahan dikatakan selesai.
Berikut bagan tahap-tahap penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Gambar 4. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, 2006: 74)
Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
Pengumpulan
Data I
Pelaksanaan
Tindakan II
Refleksi I
Refleksi II
Permasalahan
Baru Hasil
Refleksi
Perencanaan
Tindakan II
Pengamatan/
Pengumpulan
Data II
Permasalahan
Selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV dalam tesis ini merupakan jawaban atas permasalahan yang
dikemukakan pada bab I. Secara garis besar, bab ini terdiri dari tiga hal pokok
yakni keadaan pratindakan, deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan.
A. Keadaaan Pratindakan
Kegiatan pratindakan ditujukan untuk mengetahui kondisi awal objek
penelitian sebelum dilaksanakan tindakan. Kegiatan pratindakan meliputi: (1)
observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas, (2) pembahasan permasalahan yang
dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran menulis berita, (3) menyusun
rancangan pembaharuan pembelajaran menulis berita.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Berita di Kelas
a. Deskripsi Kegiatan Pratindakan Pembelajaran Menulis Berita
Sebelum dilaksanakan penelitian dalam pembelajaran menulis berita,
terlebih dahulu dilakukan observasi terhadap pembelajaran tersebut. Peneliti
melihat dan mengamati jalannya pembelajaran menulis berita yang diajarkan Ibu
Anik, sapaan akrab Ibu Musrianik, S.Pd.. Kegiatan ini dilaksanakan Rabu, 22
Februari 2012 mulai pukul 09.45 hingga 11.05 di kelas VIII A yang terletak di
lantai 2 SMP Negeri 1 Mantingan. Siswa yang hadir 19 anak yang tediri dari 13
siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Satu siswa tidak masuk karena sakit.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Guru memulai pelajaran dengan menyapa siswa dan menanyakan kenapa
Adi tidak dapat masuk hari ini. Siswa menjawab dengan antusias bahwa Adi
sedang sakit. Kegiatan awal ini dilaksanakan selama sepuluh menit. Selain
menyapa dan menanyakan Adi, guru juga mengabsen siswanya satu persatu.
Setelah itu, guru menjelaskan pengertiaan berita secara panjang lebar, selama 25
menit. Penjelasan yang dilakukan oleh guru tersebut menggunakan teknik
ceramah. Saat guru menjelaskan, ada dua siswa yang terlihat tidak mendengarkan.
Kedua siswa tersebut duduk di bangku paling depan sebelah kiri dari guru. Di
akhir penjelasan, guru bertanya apakah ada siswa yang belum mengerti dengan
penjelasan guru mengenai berita tadi.
Tidak ada siswa yang mengajukan pertanyaan terhadap penjelasan guru,
hal tersebut membuat guru langsung menunjuk satu siswa (Vidi) untuk membaca
berita di surat kabar sedangkan siswa yang lain mendengarkan. Pembacaan berita
tidak berlangsung lama, sekitar lima menit. Setalah itu, guru menginstruksikan
siswa-siswa untuk menulis ulang berita tersebut dengan bahasa mereka sendiri.
Namun, salah satu siswa yang mendengarkan (Putri) mengangkat jari dan berkata
bahwa cara membaca Vidi terlalu cepat sehingga menuliskan kembali rasanya
terlalu sulit. Sebagai pemecahannya, guru menunjuk Putri untuk membaca ulang
berita yang sebelumnya di baca oleh Vidi. Setelah siswa-siswa mendengarkan
kembali, mereka menulis ulang berita tersebut dengan bahasa mereka.
Tidak semua siswa benar-benar mengerjakan dengan semangat. Ada
empat siswa laki-laki yang justru bermain lempar kertas. Dua siswa duduk di
bangku nomor 3 pada deret ke dua dari guru, dan dua siswa lainnya duduk di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
bangku nomor tiga deret ke tiga dari guru. Karena lama kelamaan gaduh, guru
berdiri dari tepat duduknya dan berjalan ke arah keempat siswa tersebut. Guru
mengambil kertas yang dijadikan alat untuk melempar. Guru juga menasehati
keempat siswa tersebut agar tidak mengulangi kelakuan yang membuat gaduh
kelas, seperi melempar kertas. Bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, guru
mengakhiri pertemuan dengan berpesan agar siswa meneruskan kegiatan menulis
berita tersebut dan mengerjakan LKS halaman 7 – 11. Siswa menjawab dengan
serentak, “Iya, Bu.”
Pertemuan kedua pratindakan dilaksanakan Jumat, 24 Februari 2012 pukul
07.00 sampai dengan 08.20. Pertemuan kedua ini dihadiri oleh semua siswa kelas
VIII A. Seperti pada pertemuan pertama, di awal pertemuan kedua ini guru
mengawali kegiatan dengan memberi salam kepada siswa, dilanjutkan mengabsen
siswa satu persatu. Setelah selesai mengabsen siswa, guru menanyakan tentang
dua tugas yang diberikan pada pertemuan pertama. Dua tugas tersebut ialah
menulis kembali berita yang dibacakan oleh dua siswa dan mengerjakan LKS
halaman 7 – 11.
Guru meminta siswa untuk mengumpulkan berita yang sudah ditulis
kembali di meja guru. Kemudian, ada salah satu siswa yang mengangkat tangan
dan berkata, “Bu, saya belum mengerjakan.” Siswa tersebut adalah Adi, siswa
yang tidak mengikuti pelajaran pada pertemuan pertama. Guru menjawab dengan
bijak, “Iya. Tidak apa-apa. Tapi, kamu mengerjakan LKS halaman 7 – 11 kan?”
Adi menjawab, “Iya Bu, tapi belum selesai”. “Baiklah. Sekarang kalian selesaikan
terlebih dahulu LKS. Nanti kita cocokkan bersama-sama,” ucap Guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Selama 10 menit siswa dibiarkan untuk menyelesaikan tugas LKS
halaman 7 – 11. Tugas mengerjakan LKS tersebut, sebenarnya adalah tugas
rumah siswa. Dalam mengerjakan tugas, tidak sedikit siswa yang memanfaatkan
untuk mengobrol dengan temannya. Hampir semua siswa perempuan mengobrol
dengan teman sebangku mereka. Sedangkan yang sibuk mengerjakan adalah siswa
laki-laki. Hal ini dikarenakan, siswa perempuan telah mengerjakan tugas tersebut
di rumah, sedangkan siswa laki-laki belum mengerjakan tugas tersebut. Hanya ada
dua siswa laki-laki yang telah mengerjakan di rumah, yakni Wisnu dan Rizal. Di
samping itu, Guru mengoreksi hasil tulisan siswa di tempat duduknya.
Setelah guru selesai mengoreksi pekerjaan siswa, guru menginstruksikan
untuk menukar hasil kerja siswa. Guru menukar hasil pekerjakan dengan cara
siswa mengangkat LKS mereka dan memutar sesuai hitungan guru. Baris paling
depan bergerak ke kiri, baris kedua ke kanan, baris ketiga ke kiri, dan baris
keempat ke kanan. Siswa yang paling kanan dari baris terakhir harus memberikan
LKS yang menumpuk di depannya kepada baris yang paling depan. Setelah semua
siswa mendapat LKS yang bukan miliknya, guru menyuruh satu siswa secara
berurutan untuk membaca dan menentukan jawabannya. Bila ada jawaban yang
salah, maka guru akan langsung memberikan jawaban yang benar.
Pertemuan kedua berakhir setelah guru mencatat nilai pekerjaan siswa
baik yang menulis kembali berita yang dibacakan dan LKS halaman 7 – 11. Guru
menutup pertemuan hari itu dengan ucapan salam. Siswa secara serentak
menjawab salam yang diucapkan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Hasil Pelaksanaan Pratindakan Pembelajaran Menulis Berita
Pelaksanaan pratindakan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal
terhadap 20 siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan. Dalam kegiatan yang
dilaksanakan Rabu, 22 Februari 2012 dan Jumat, 24 Februari 2012, terdapat
kesalahan konsep oleh guru tentang materi menulis berita. Guru mengajarkan
pemahaman tentang berita bukan menulis berita. Selain itu, siswa diajak untuk
menulis kembali sebuah berita yang dibacakan temannya, bukan menulis berita
dari hasil wawancara terhadap narasumber.
Meskipun ada kesalahan konsep dalam penyampaian materi, penilaian
menulis berita harus tetap dilaksanakan. Ada tujuh kriteria yang digunakan untuk
menilai kemampuan menulis berita siswa (Nurgiantoro, 2010: 430). Dari kegiatan
pratindakan diperoleh hasil bahwa hanya empat siswa yang tuntas dalam
pembelajaan menulis berita. Nilai rata-rata yang dicapai kelas VIII A di akhir
pelajaran belum memenuhi nilai KKM. Nilai rata-rata kelas tersebut ialah 67,4.
Nilai yang paling rendah, yang didapat oleh siswa ialah 0. Sebagai catatan,
nilai rendah ini dikarenakan pada pertemuan pertama pratindakan, siswa yang
mendapat nilai 0 tidak masuk, sehingga tidak mengerjakan tugas pada pertemuan
tersebut. Nilai antara 61 - 64 didapat 5 siswa. Lima orang siswa mendapat nilai
akhir antara 65 - 70. Nilai 71 – 74 didapatkan tiga orang siswa. Di samping itu,
hanya 7 orang siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM, yakni 75. Nilai
tertinggi di kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan ialah 80. Sedangkan rata-rata
nilai siswa kelas belum memenuhi KKM yang telah ditentukan, yakni 67,4.
Berdasarkan hasil pratindakan tersebut, dapat dikatakan bahwa keterampilan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
menulis berita siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Mantingan belum sesuai dengan
yang diharapkan, yakni tuntas minimal 75 dan ketuntasan klasikal minimal 75%.
2. Pembahasan Permasalahan yang Dihadapi Guru dan Siswa dalam Proses
Pembelajaran Menulis Berita
a. Permasalahan Guru
Pendeskripsian permasalahan guru didapat dari tiga cara sekaligus. Ketiga
cara tersebut ialah observasi saat pelaksanaan pratindakan, wawancara siswa, dan
juga wawancara dengan guru. Ketiga cara ini digunakan agar lebih mampu
mendeskripsikan kelebihan dan kekurangan guru secara detail. Dengan
pendeskripsian yang detail, diharapkan mampu mencari pemecahan masalah
sehingga mampu meningkatkan kualitas kinerja dan cara pengajaran guru yang
akhirnya mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis berita.
Cara pertama ialah dengan mengobservasi pratindakan yang dilaksanakan
Rabu,22 Februari 2012 dan Jumat, 24 Februari 2012. Ada tujuh kriteria yang
ditentukan oleh observer (peneliti) dalam mengobservasi aktivitas guru dalam
pembelajaran menulis berita. Ketujuh kriteria tersebut ialah (1) mengondisikan
siswa, (2) menyampaikan tujuan pembelajaran, (3) menjelaskan materi menulis
berita dan media yang digunakan, (4) membimbing siswa mencari informasi dan
materi menulis berita sesuai media yang digunakan, (5) membimbing siswa
menulis berita, (6) memberikan kesempatan pada siswa untuk mengajukan
pertanyaan, dan (7) merefleksikan pembelajaran menulis berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Guru dalam kegiatan pratindakan menunjukkan bahwa beliau sudah
mengondisikan siswanya di kelas. Namun, kemampuan guru dalam
mengondisikan siswa kurang maksimal. Pada awal pertemuan pertama, guru
mampu membuat siswa memusatkan perhatian kepada pembelajaran. Di tengah
kegiatan pembelajaran, tepatnya saat siswa melakukan kegiatan menulis berita,
terjadi sedikit kegaduhan. Kegaduhan tersebut yakni, ada empat siswa yang
bermain lempar kertas. Hal tersebut membuat suasana kelas menjadi gaduh. Guru
akhirnya menghampiri dan menasihati keempat siswa tersebut. Pada pertemuan
kedua, guru kurang mampu mengondisikan siswa. Guru membiarkan siswa
berjalan sendiri yakni siswa hanya disuruh mengerjakan LKS, sedangkan guru
menilai tulisan siswa. Banyak siswa yang mengobrol dengan teman sebangku. Hal
ini terjadi karena LKS yang disuruh guru untuk dikerjakan siswa, sebenarnya
sudah menjadi tugas rumah siswa pada pertemuan sebelumnya. Sehingga, siswa
yang sudah selesai mengerjakan lebih memilih ramai dan mengobrol untuk
mengisi „waktu luang‟ tersebut.
Pada awal pertemuan pertama pratindakan, guru sudah menjelaskan tujuan
pembelajaran, yakni menulis berita. Pada akhir pertemuan, siswa diharapkan
mampu menulis sebuah berita. Namun implementasinya, guru mengalami
kesalahan konsep tentang menulis berita. Guru malah mengintruksikan siswa
untuk menulis kembali berita yang dibaca oleh salah satu siswa, bukan
mengajarkan siswa untuk memiliki kemampuan menulis berita. Kesalahan konsep
inilah yang membuat kemampuan siswa hanya berhenti pada pemahaman tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
apa pengertian berita. Kemampuan siswa belum sampai pada menulis sebuah
berita.
Kegiatan pratindakan yang dilakukan guru sudah mengunakan media.
Pada awal pertemuan, guru menjelaskan pengertian berita dan unsur-unsur yang
membangun berita. Kekurangan guru adalah kurang menanamkan pengetahuan
dan keterampilan bagaimana cara menulis sebuah berita yang menarik. Guru
hanya mengajarkan bagaimana menulis kembali berita yang telah dibaca oleh
salah satu siswa. Kelebihan guru dalam pratindakan ini ialah sudah menggunakan
media. Media yang digunakan ialah koran yang terbit Senin, 20 Februari 2012.
Jadi, berita yang dijadikan contoh merupakan berita baru yang sedang hangat
dibicarakan di media massa. Guru membimbing siswa untuk mendengarkan berita
yang dibaca dari surat kabar oleh siswa. Hal ini bertujuan agar siswa nantinya
mampu menulis kembali berita yang sudah dibaca.
Kesalahan konsep guru dalam memandang kegiatan pembelajaran menulis
berita, membuat guru tidak mampu membimbing siswa mencari informasi dan
sumber menulis berita sesuai media yang digunakan. Siswa tidak mencari
informasi seperti wawancara atau terjun langsung mencari informasi dan materi
untuk menulis berita. Siswa hanya menyalin atau menulis kembali berita yang
dibacakan. Sehingga pada akhirnya, kemampuan yang muncul bukan kemampuan
menulis berita melainkan kemampuan menulis kembali berita yang dibacakan
teman.
Dalam kegiatan pratindakan, guru sudah memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengajukan pertanyaan jika belum mengerti. Hal ini terbukti dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
adanya pertanyaan yang ditujukan kepada siswa. “Adakah yang ingin bertanya?”
atau “Ada yang kurang jelas?” Kedua pertanyaan itu merupakan perwujudan
bahwa guru memberikan kesempatan kepada siswa bertanya bila belum paham
dengan pembelajaran.
Salah satu kegiatan yang seharusnya dilaksanakan di setiap pembelajaran
ialah merefleksikan pembelajaran menulis berita. Kegiatan refleksi sebenarnya
bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam pembelajaran
menulis berita. Selain itu, juga dapat mengetahui apakah ada kendala-kendala
selama pembelajaran berlangsung. Namun, guru dalam pembelajaran menulis
berita pratindakan, tidak melaksanakan kegiatan refleksi ini.
Cara kedua untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam
pembelajaran menulis berita ialah melakukan wawancara kepada siswa. Siswa
yang menjadi nara sumber ialah Wisnu dan Putri. Kegiatan wawancara
dilaksanakan di ruang BP SMP Negeri 1 Mantingan pada Jumat, 24 Februari 2012
pukul 09.15 sampai dengan 10.00. Ada delapan pertanyaan yang diajukan kepada
siswa secara keseluruhan. Tiga pertanyaan utama yang menyangkut tentang
kemampuan guru dalam mengajar kemampuan menulis berita. Ketiga pertanyaan
itu ialah (1) Apakah metode yang digunakan guru membantu siswa dalam
memahami berita? (2) Apakah guru menggunakan media dalam pembelajaran
menulis berita? dan (3) Apakah media yang digunakan guru mampu membantu
siswa dalam pembelajaran menulis berita?
Pertanyaan “Apakah metode yang digunakan guru membantu siswa dalam
memahami berita?” dijawab oleh Wisnu terlebih dahulu. Menurut dia, guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
menjelaskan materi menulis berita cenderung berbelit-belit, tidak langsung
sasaran. Wisnu merasa bahwa penjelasan yang terlalu panjang membuat dia
bingung untuk menentukan inti dari materi yang dijelaskan. Berbeda dengan
Wisnu, Putri justru merasa penjelasan guru yang demikian membuat dia lebih
memahami pengertian berita dan unsur-unsur di dalamnya. Namun, alangkah
baiknya kalau penjelasan guru tersebut menggunakan power point agar siswa juga
dapat membaca materinya.
Dari jawaban kedua siswa tersebut muncul pertanyaan baru yakni “Berarti
yang didapat siswa dalam pembelajaran adalah pengertian berita bukan
bagaimana menulis berita?” Kedua siswa saling pandang. Mereka masih belum
mengetahui maksud pertanyaan itu. Pertanyaan tersebut harus dijelaskan lebih
mendetail agar kedua siswa mampu menjawab. “Begini, pada awal pelajaran, bu
Anik menjelaskan tujuan akhir pembelajaran adala….” Kedua siswa langsung
menjawab, “Mampu menulis berita.” “Nah, tadi Putri menyebutkan bahwa lebih
memahami pengertian berita dan unsur di dalamnya kan?” Putri mengangguk.
“Berati, yang Putri dapat adalah pengertian berita, bukan menulis berita. Betul?”
Putri masih terlihat bingung dengan pertanyaan tersebut, namun Wisnu mencoba
menjawab. “Menurut saya, yang dijelaskan bu Anik itu pengertian berita dan
unsur-unsurnya tadi. Nah, selain itu kami diberi tugas untuk menulis berita yang
dibaca Vidi dan Putri.” “Iya, Bu. Kami juga mempelajari menulis berita, kok.”
“Ok, berarti yang diajarkan selain pengertian berita dan unsurnya, juga bagaimana
menulis kembali berita yang dibaca?” Kedua siswa mengangguk. “Tapi kalian
tidak mempelajari bagaimana menulis berita yang sebenarnya kan? Kalian tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
mencari informasi, mencari materi, dan akhirnya menulis berita dari informasi
tersebut?” “Nggak, Bu,” jawab Putri. “Berarti simpulannya?” pancing peneliti.
“Kami belum mempelajari menulis berita, Bu,” senyum lebar menghias wajah
kedua.
Pertanyaan yang selanjutnya ialah Apakah guru menggunakan media
dalam pembelajaran menulis berita? Kedua siswa langsung mengangguk. “Iya. Bu
Anik menggunakan koran kemarin. Ya kan Put?” jawab Wisnu sekaligus bertanya
kepada Putri untuk mendukung jawabannya. “Iya, Bu. Bu Anik menggunakan
koran. Tapi, seperti yang saya bilang tadi kalau alangkah lebih baik bila waktu
njelasin bu Anik menggunakan power point.”
Pertanyaan terakhir untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan guru ialah
Apakah media yang digunakan guru mampu membantu siswa dalam
pembelajaran menulis berita? Menurut kedua siswa tersebut, koran membantu
siswa mengetahui contoh berita. Siswa lebih tahu secara nyata bentuk berita yang
termuat di surat kabar. Namun, pembelajaran pratindakan tersebut belum sampai
pada pembelajaran kemampuan menulis berita. Hal ini dikarenakan siswa hanya
dibekali dengan kemampuan menuliskan kembali berita, bukan menulis berita.
Cara ketiga untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan guru ialah
berdialog langsung dengan guru tersebut. Ada sepuluh pertanyaan pokok yang
berikan kepada guru. Kesepuluh pertanyaan tersebut ialah (1) Apakah pengertian
menulis berita? (2) Metode apa yang digunakan dalam pembelajaran menulis
berita? (3) Apa dasar pemilihan metode tersebut? (4) Media apa yang digunakan
dalam pembelajaran menulis berita? (5) Apa dasar pemilihan media tersebut? (6)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Bagaimana jalan pembelajaran dengan metode dan media yang dipilih? (7)
Bagaimana respon siswa dengan metode dan media yang digunakan? (8)
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran menulis berita? (9)
Bagaimana memecahkan masalah tersebut? dan (10) Bagaimana hasil
pembelajaran menulis berita dengan metode dan media yang sudah dipilih guru
tersebut?
Pertanyaan yang langsung berhubungan dengan kinerja guru dalam
pembelajaran ialah pertanyaan nomor (1), (2), (3), (4), (5), (8), dan (9).
Pertanyaan pertama dijawab dengan mantab, yakni kegiatan menuangkan
informasi dalam sebuah tulisan dengan memperhatikan unsur 5 W + 1 H.
Pertanyaan kedua, mengenai metode yang digunakan dalam pembelajaran menulis
berita. “Saya sebenarnya kurang yakin dengan metode yang saya gunakan,” jawab
guru.”Kenapa tidak yakin? Kenapa dilaksanakan kalau tidak yakin?” “Maksud
saya, nama metodenya, Mbak. Menurut saya, metode yang saya gunakan ialah
berpusat pada siswa. Meskipun pada awalnya saya cenderung mendominasi
dengan menjelaskan pengertian berita kepada siswa. Namun, pada akhirnya saya
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih pembelajaran
dengan cara meminta siswa membaca berita dari koran dan siswa yang lainnya
mendengarkan. Setelah pembacaan tersebut, semua siswa menuliskan kembali
berita tersebut,” jawab guru dengan jelas. “Baik. Namun, bila dikaitkan antara
jawaban ibu barusan dan jawab pertanyaan pertama tadi, apakah sejalan? Apakah
kegiatan pembelajaran yang sudah dilaksanakan selama dua kali pertemuan itu
benar-benar mengajarkan menulis berita? Guru terdiam. Peneliti melanjutkan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
“Kalau boleh saya berpendapat, siswa mendapatkan pembelajaran tentang
menuliskan kembali berita yang didengar atau dibaca dengan bahanya sendiri,
bukan kemampuan menulis berita. Bagaimana menurut Ibu?” Guru terlihat
memikirkan jawabannya. “Ya, memang saya akui, pembelajaran yang telah kita
laksanakan Senin dan tadi, kurang memberikan siswa sebuah kemampuan menulis
berita. Namun saya rasa, siswa akan belajar menulis berita secara tidak langsung.”
“Hem…Kalau begitu,apa yang menjadikan dasar pemilihan metode tersebut?”
“Saya memilih metode itu berdasar dari pengalaman selama ini. Biasanya siswa
akan membutuhkan penjelasan terlebih dahulu sebelum dia melakukan kegiatan.
Setelah mendapatkan penjelasan, siswa akan lebih mudah melakukan suatu
kegiatan yang menggali kemampuaannya. Seperti kegiatan menulis berita
tersebut,” jawab guru. “Lalu, media yang digunakan dan alasan pemilihannya,
Ibu?” Guru itu memindah posisi duduk menjadi tegak, “Seperti yang sudah Mbak
lihat, media yang saya gunakan dalam pembelajaran ini ialah koran. Berita identik
dengan koran. Makanya, saya memilih menggunakan koran, dan juga koran yang
saya gunakan itu koran baru.” “Baik. Dari diskusi kita ini dan juga dari hasil
pembelajaran yang sudah ibu lakukan, kesulitan-kesulitan apa saja yang muncul
saat melakukan pembelajaran menulis berita?” “Mungkin, kesulitan yang utama
adalah materi. Sepertinya saya memang salah konsep dalam mengajarkan menulis
berita. Selain itu siswa rasanya kurang tertarik ya dengan pembelajaran tadi. Hal
itu terbukti dari ramai, dan nilai siswa yang masih di bawah KKM.” “Apakah Ibu
memiliki kiat untuk mengatasi kesulitan tersebut?” “Kalau untuk materi yang
salah tadi, saya rasa saya bisa memperbaikinya dengan membaca-membaca lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Trus, nilai siswa yang kurang, mungkin dari pembelajaran yang harus menarik ya.
Dengan pembelajaran menarik, siswa akan senang, setelah itu nilainya akan baik,”
ungkap guru dengan sabar. “Menurut ibu, bagaimana pembelajaran menulis berita
yang benar?” “Ya…mengajarkan dan membimbing siswa menuliskan sebuah
informasi menjadi berita. Bukan menulis kembali berita yang dibaca,” ungkap
guru mengakui kesalahannya.
Dari tiga cara yang dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan
guru tersebut, didapatkan simpulan sebagai berikut. Pertama, kesalahan fatal yang
dilakukan guru adalah kesalahan konsep pembelajaran menulis berita. Kreativitas
guru dalam pembelajaran dinilai kurang. Kreativitas yang kurang ini ditinjau dari
metode yang digunakan guru kurang diminati oleh siswa. Guru kurang mampu
memunculkan pembelajaran yang inovatif sehingga ketertarikan siswa dalam
pembelajaran menulis kurang dan akhirnya kemampuan berbahasanya rendah.
Guru sudah menggunakan media dalam pembelajaran, hanya saja saat
menjelaskan materi, guru tidak menggunakan media untuk merangsang minat
siswa. Guru kurang memberikan sentuhan yang menarik pada pembelajaran. Guru
cenderung menerangkan dengan cara ceramah, sehingga siswa merasa bosan dan
berdampak tidak memperhatikan pelajaran. Siswa hanya diberikan teori-teori
tentang menulis. Praktik menulisnya pun dilakukan secara individu, tanpa ada
tindak lanjut dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
b. Permasalahan Siswa
Sama halnya dengan cara mengetahui permasalahan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran menulis berita, ada tiga cara untuk mengetahui permasalahan
siswa. Ketiga cara tersebut ialah mengobservasi pembelajaran secara langsung,
wawancara dengan guru, dan wawancara dengan siswa. Pendeskripsian
permasalahan siswa ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kurangnya
kemampuan siswa dalam menulis berita dan dapat mengetahui cara
pemecahannya.
Dari hasil observasi kegiatan pembelajaran pratindakan, diketahui bahwa
siswa cenderung tidak tertarik dengan pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh
beberapa hal. Penyebab pertama ialah, di awal pembelajaran guru menerangkan
materi dengan ceramah. Hal ini berdampak siswa merasa bosan. Penyebab kedua
adalah kegiatan yang dilakukan siswa bukan menulis berita, melainkan
mendengar pembacaan berita, lalu menuliskan berita tersebut dengan bahasa
sendiri. Kemampuan siswa dalam menulis berita kurang digali lebih jauh oleh
guru, sehingga siswa tidak benar-benar praktik menulis berita. Penyebab ketiga
ialah kurang terfokusnya perhatian siswa terhadap pembelajaran. Siswa banyak
yang melakukan kegiatan di luar kegiatan menulis berita, seperti bermain lempar
kertas atau mengobrol.
Wawancara dengan guru dilaksanakan Jumat, 24 Februari 2012 selepas
pembelajaran pratindakan pertemuan kedua dilaksanakan. Menurut guru, siswa
mengalami permasalahan dalam menulis berita. Ada dua faktor utama yang
menjadi masalah pada siswa. Faktor pertama ialah kurangnya konsentrasi siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
dalam pembelajaran. Siswa berbicara sendiri, bermain, dan juga mengajak bicara
temannya. Kurangnya konsentrasi siswa ini disebabkan oleh faktor yang kedua,
yaitu kurangnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis berita. Namun, guru
juga tidak memungkiri bahwa salah satu penyebab kurangnya minat siswa adalah
metode yang digunakan guru kurang menarik.
Cara yang ketiga untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa
ialah berdialog langsung dengan siswa. Untuk mengetahui masalah yang dihadapi
siswa, tiga pertanyaan pokok diberikan kepada perwakilan siswa, yakni Wisnu
dan Putri. Empat pertanyaan tersebut ialah (1) Bagaimana pendapat siswa tentang
pembelajaran menulis berita? (2) Apa saja kendala yang dihadapi siswa dalam
menulis berita? dan (3) Bagaimana memecahkan kendala tersebut?
Wisnu, salah satu siswa yang diajak berdialog, mengemukakan bahwa
pembelajaran yang telah dilaksanakan bukan menulis berita. Melainkan pelajaran
menuliskan kembali berita yang dibaca Putri dan Vidi. Siswa menuliskan kembali
berita yang ada di koran dengan bahasa sendiri. Putri menambahkan, “Kan itu
dijadikan PR, Bu. Saya dapat mencari berita itu di rumah. Saya mengerjakan PR
itu dengan membaca lagi berita di koran. Rasanya kurang tertantang, Bu!” “Baik.
Kalau begitu, apa kendala yang kalian hadapi dalam melakukan kegiatan
tersebut?” “Kalau saya ya itu tadi, kurang tertantang. Jadinya ndak tertarik, Bu,”
jelas Putri.”Kalau kamu, Wisnu?” Wisnu tersenyum lebar sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, “Kalau saya males. Sama kayak Putri, kurang tertarik.”
“Kalau memang kurang tertarik, bagaimana cara mengatasinya Wis? Put?” “Kalau
menurut saya ya pelajarannya dibuat lebih menarik. Misalnya tidak melulu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
ceramah. Medianya juga yang menarik, jangan yang bisa dicari siswa, ya kan
Put?” Wisnu bertanya kepada Putri untuk meyakinkan jawabannya. “Iya,” Putri
mengangguk. “Dan jangan ceramah terus. Dan juga jangan LKS terus yang
dikerjakan. Bosan.” “Iya, jangan LKS terus,” sahut Wisnu lagi. “Atau keluar
kelas. Wawancara. Trus nulis hasil wawancara menjadi berita.” “Iya Wis. Idemu
bagus. Jadi kita ndak bosen di kelas terus,” Putri memberi dukungan jawaban
Wisnu. “Hem, ide yang bagus Wis. Nanti saya sampaikan kepada guru kalian,
agar pembelajaran selanjutnya lebih menarik. Terima kasih, ya.” “Iya, Bu” jawab
keduanya serentak.
Dari ketiga cara menggali informasi didapatkan bahwa hal utama
penyebab permasalahan yang muncul pada siswa adalah kurangnya minat siswa
untuk belajar menulis berita. Siswa kurang aktif dan cenderung acuh dengan
kegiatan menulis berita. Perhatian mereka kurang terpusat dalam satu hal, yakni
kegiatan menulis berita.
3. Menyusun Rancangan Pembaharuan Pembelajaran Menulis Berita
Dari deskripsi permasalahan yang dihadapi guru dan siswa, dapat
diketahui bahwa faktor utama yang membuat tujuan pembelajaran menulis berita
belum tercapai ialah metode yang digunakan oleh guru kurang menarik, sehingga
membuat siswa tidak fokus dengan kegiatan pembelajaran. Metode yang baik
akan berjalan dengan lancar bila didukung dengan penggunaan media
pembelajaran yang sesuai. Dengan kolaborasi kedua hal tersebut secara apik,
yakni metode dan media, akan membuat siswa tertarik dan terpusat perhatian pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
pembelajaran yang disampaikan. Selain itu, pembelajaran yang lebih berpusat
pada siswa dengan menekankan keaktifan siswa untuk terjun langsung ke
lapangan akan membuat siswa bersemangat menggali pengetahuannya tentang
pembelajaran yang dia hadapi.
Dari uraian di atas, jalan keluar yang harus diambil sebagai sebuah upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis berita salah satunya dengan
menggunakan metode pengajaran berbasis masalah (problem based instruction).
Dipilihnya metode tersebut dengan mempertimbangkan kondisi dan sikap siswa
yang kurang optimal dalam mengikuti proses pembelajaran menulis berita. Selain
itu, guru masih menekankan ceramah yang membosankan dan mengerjakan LKS
dalam pembelajaran. Sikap guru yang demikian, membuat siswa masih
diperlakukan sebagai objek bukan subjek dalam pembelajaran. Metode pengajaran
berbasis masalah diharapkan dapat menjawab permasalahan yang dihadapi dalam
poses pembelajaran menulis berita.
Selain penerapan metode pengajaran berbasis masalah, upaya perbaikan
juga didukung dengan penggunaan media yang mampu membuat siswa tertarik
dan akhirnya kemampuan siswa meningkat. Media yang digunakan untuk
mendukung pembelajaran menulis berita ialah media gambar. Pemilihan media ini
didasarkan pada ketertarikan siswa untuk mengamati lebih teliti sesuatu yang akan
digali. Dengan ditampilkan sebuah gambar, diharapkan sifat ingin tahu siswa
terangsang. Dengan terangsangnya rasa ingin tahu tersebut, siswa akan lebih
bersemangat dalam menggali informasi untuk ditulis menjadi sebuah berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Untuk mewujudkan upaya tersebut, terlebih dahulu diadakan diskusi
dengan guru tentang metode PBM (Pengajaran Berbasis Masalah) dan
penggunaan media gambar. Hal ini dilakukan agar guru dapat memahami metode
PBM yang akan digunakan dalam pembelajaran menulis berita. Guru bahasa
Indonesia Kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan ini menanggapinya secara
positif. Selanjutnya, disepakati untuk menerapkan metode PBM dan
menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan materi
menulis berita pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan. Proses
pembelajaran dengan metoe PBM dan media gambar ini lebih mengoptimalkan
keaktifan siswa dan membekalinya dengan rasa saling membutuhkan dalam
kelompok, rasa ingin tahu yang tinggi, tanggung jawab kelompok maupun
individu, dan kekreativitasan siswa untuk mengembangkan kerangka berita
berdasar informasi sehingga menjadi berita.
Setelah kesepakatan terjadi, diadakan persamaan persepsi antara peneliti
dan guru mengenai sintak pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran
berbasis masalah. Persamaan persepsi ini ditujukan agar guru mampu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) materi menulis berita. Rencana
pelaksanaan pembelajaran atau RPP ini sebagai pedoman untuk melaksanakan
tindakan dalam pembelajaran menulis berita bagi guru. Secara garis besar,
kegiatan yang akan dilaksanakan siswa dalam RPP yang telah disusun guru
terbagi menjadi dua pertemuan, dan masing-masing pertemuan terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kegiatan awal pertemuan pertama terdiri dari siswa menjawab pertanyaan
guru tentang pengertian berita dan pengetahuan menulis berita. Kegiatan inti
dalam pertemuan pertama terdiri dari delapan kegiatan. Kedelapan kegiatan
tersebut ialah (1) siswa memperhatikan sedikit penjelasan guru tentang macam-
macam berita dan contohnya, (2) siswa mengamati contoh yang diberikan guru,
(3) siswa bertanya kepada guru bila belum jelas, (4) siswa membentuk kelompok
yang terdiri dari 5 siswa, sehingga dalam satu kelas ada empat kelompok, (5)
siswa mengamati gambar yang diberikan oleh guru secara berkelompok, (6)
masing-masing kelompok menentukan topik permasalahan dan judul berita yang
akan diangkat, (7) masing-masing kelompok mendiskusikan kerangka berita yang
akan ditulis, dan (8) masing-masing kelompok membacakan kerangka yang telah
dibuat, kelompok lain memberi tanggapan. Kegiatan akhir pertemuan pertama
terdiri dari siswa bertanya bila belum mengerti dan siswa menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
Pertemuan pertama merupakan langkah awal penanaman pengetahuan
menulis berita. Praktik dan bukti nyata menulis berita dilaksanakan pada
pertemuan kedua. Kegiatan awal pertemuan kedua lebih diutamakan untuk
menggali pengetahuan yang telah tertanam di pertemuan pertama sebelumnya.
Kegiatan inti pertemuan kedua ialah mengembangkan kerangka berita yang telah
dibuat dengan cara mencari informasi-informasi untuk memecahkan masalah.
Setelah informasi terkumpul, menulis berita. Berita yang telah ditulis akan
disunting oleh teman, diperbaiki setelah disunting, dan akhirnya dipajang di
majalah dinding kelas. Kegiatan akhir pertemuan kedua, hampir sama dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
kegiatan akhir pertemuan pertama, yakni siswa bertanya bila belum mengerti dan
menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Inti dari pembelajaran menulis berita yang dirancang tersebut,
menekankan siswa sebagai subjek bukan objek. Selain merancang kegiatan apa
saja yang akan diberikan kepada siswa, guru juga merancang penilain outentik
menulis berita. Dengan merancang sistem penilaian yang autentik, diharapkan
kemampuan menulis berita siswa akan benar-benar terukur.
Rancangan tindakan dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan dua kali
pertemuan tiap siklusnya. Setiap akhir siklus selalu dikaji peneliti dan guru bahasa
Indonesia kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Ngawi sebagai langkah refleksi.
Dari hasil pengkajian dan refleksi, disusun revisi rancangan tindakan sesuai
dengan permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan siklus sebelumnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yang masing-masing
siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Hal ini dikarenakan, materi menulis berita
memiliki bobot empat jam pelajaran. Masing-masing siklus terdiri dari empat
tahapan, yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi
dan evaluasi, serta (4) analisis dan refleksi.
1. Siklus I
Siklus I ini dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada
Rabu, 14 Maret 2012 pukul 09.45 sampai dengan 11.05 di kelas VIII A SMP N 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Mantingan di lantai dua. Pertemuan kedua dilaksanakan Jumat, 16 Maret 2012
ditempat yang sama. Dalam siklus ini, siswa lebih berperan aktif untuk
menuliskan sebuah berita. Guru mengajak siswa untuk mengamati gambar yang
menjadi sumber masalah, berpikir aktif dalam memecahkan masalah, dan
akhirnya mampu menuliskan sebuah berita dari informasi yang dikumpulkan
siswa.
a. Perencanaan Tindakan Siklus I
Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi empat kegiatan utama.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah (1) merancang skenario pembelajaran, (2)
menyusun RPP, (3) mempersiapkan media pembelajaran, dan (4) instrument
penelitian. Awal kegiatan perencanaan tindakan siklus I ialah merancang skenario
pembelajaran. Skenario ini didiskusikan antara peneliti dan guru Bahasa
Indonesia. Hal ini bertujuan agar terbentuknya kesepakatan dan kesepahaman
tentang pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah
dan penggunaan media gambar, sehingga tidak terjadi salah konsep seperti saat
kegiatan prasiklus.
Kegiatan diskusi perencanaan tindakan siklus I dilaksanakan Kamis, 1
Maret 2012 di ruang Tata Usaha SMP Negeri 1 Mantingan. Kegiatan diskusi
tersebut merumuskan garis besar langkah-langkah pembelajaran atau skenario
pembelajaran. Kegiatan diskusi untuk merumuskan skenario pembelajaran
berlangsung selama dua jam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Setelah skenario dirumuskan secara bersama, guru mempunyai tanggung
jawab untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) materi menulis
berita. Penyusunan RPP yang dilakukan oleh guru haruslah sejalan dengan
skenario yang telah dibahas bersama oleh guru dan peneliti. RPP berhasil disusun
guru Selasa, 6 Maret 2012. Penyususnan RPP oleh guru, diiringi dengan
pembuatan media gambar sebagai penunjang proses pembelajaran menulis berita.
Guru memilih menggunakan potret yang dicetak di kertas manila berukuran A4.
Gambar tersebut dibingkai dengan kertas hitam dan dilaminating. Ukuran gambar
yang besar bertujuan agar siswa jelas dalam mengamatinya. Gambar yang
digunakan oleh masing-masing kelompok berbeda-beda. Satu kelas terdiri dari
empat kelompok, sehingga gambar yang digunakan ada empat. Gambar pertama
ialah gambar penjual pentol yang sering mangkal di pagar SMP Negeri 1
Mantingan. Gambar kedua ialah halaman sekolah yang penuh dengan sampah.
Gambar ketiga siswa yang di hukum saat upacara bendera. Gambar keempat ialah
gambar ruangan kelas yang rusak. Pemilihan keempat gambar tersebut didasari
oleh keadaan yang sebenarnya di SMP Negeri 1 Mantingan. Hal ini bertujuan agar
siswa mampu menuliskan berita yang akurat dan riil karena informasi dapat
diperoleh langsung dari sumbernya di sekolah.
Kegiatan terakhir ialah menyusun dan mempersiapkan instrumen
penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari tes dan nontes. Instrumen tes
digunakan untuk menilai hasil pekerjaan siswa dalam menulis berita dengan
metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar. Instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
nontes dinilai berdasarkan pedoman observasi keaktifan siswa, jurnal refleksi
siswa, dan jurnal refleksi guru.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan atau empat jam pelajaran.
Pelaksanaan siklus I, baik pertemuan pertama atau pertemuan kedua, disesuaikan
dengan skenario dan RPP yang telah dibuat, yakni kegiatan utamanya ialah siswa
mengamati gambar, menentukan kerangka, mencari informasi, dan menulis berita
dari informasi yang didapat. Pertemuan pertama maupun pertemuan kedua, terdiri
dari tiga kegiatan, yakni kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir.
1). Pertemuan Pertama Siklus I
Pertemuan pertama dilaksanakan Rabu, 14 Maret 2012. Kegiatan awal
pertemuan pertama, guru membuka pelajaran dengan ucapan salam terlebih
dahulu. Siswa menjawab dengan serentak dan bersemangat. Guru bertanya
keadaan siswa dan apakah ada yang tidak masuk hari ini. Semua siswa dapat
mengikuti pelajaran, namun ada dua siswa yang keadaannya kurang sehat karena
belum sarapan. Kedua siswa tersebut adalah Rini dan Siska. Guru berpesan
kepada mereka berdua dan juga kepada siswa yang lain untuk tidak lupa sarapan
sebelum berangkat sekolah. Setelah memberikan pesan, guru berdiri di tengah dan
menanyakan kepada siswa tentang menulis berita. Berikut petikan tanya jawab
yang dilakukan guru dan siswa.
Guru : “Siapa di antara kalian yang pernah menulis berita?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Empat siswa mengangkat jari. Keempat siswa tersebut adalah Wisnu,Putri,
Maharlika, dan Rizal. Mereka berempat bersemangat mengacungkan jarinya.
Guru lebih lanjut bertanya.
Guru : “Baik. Yang mengangkat tangan…Kapan terakhir kali
kalian menulis berita?”
Maharlika : “Bulan lalu Bu. Kebetulan saya, Wisnu, Putri dan Rizal
anggota dari mading sekolah, Bu.”
Guru : “Bagus sekali. Kalau yang lainnya? Masak tidak pernah
menulis berita?”
Siswa lain menjawab tidak kompak, cenderung diam dan tidak
berpendapat. Setelah itu, guru memberitahukan kepada siswa bahwa hari ini
mereka akan mempelajari menulis berita. Namun, sebelumnya siswa harus
mengamati gambar dan menyusun kerangka berita.
Masuk ke kegiatan inti, siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pengertian berita dan macam-macam berita. Guru memberikan contoh-contoh,
siswa memperhatikan dengan seksama. Bila penjelasan guru dinilai kurang, siswa
dapat bertanya kepada guru. Namun, dalam siklus I pertemuan pertama ini siswa
tidak ada yang bertanya.
Guru mulai menerapkan metode pengajaran berbasis masalah dan
penggunaan media gambar, sebab keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pembelajaran dan media yang digunakan. Dengan metode
yang inovatif, media yang mendukung pembelajaran, serta penyajian yang
menarik dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, begitu juga sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar
diharapkan mampu meningkakan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran
menulis berita kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan.
Guru membagi kelompok dalam kelas, yang masing-masing kelompok
terdiri dari lima siswa, sehingga satu kelas terdiri dari empat kelompok.
Pembagian kelompok didasari oleh berbagai hal, yang pertama ialah siswa yang
sudah pernah menulis berita tidak dijadikan satu, siswa yang (cenderung) aktif
tidak dijadikan satu, dan begitu juga sebaliknya. Tempat duduk harus disesuaikan
dengan kelompok masing-masing.
Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru memberikan gambar
yang berbeda pada masing-masing kelompok. Siswa mengamati gambar tersebut
dengan cermat. Pengamatan yang cermat bertujuan agar siswa mampu
menentukan topik permasalahan dan judul yang akan diangkat menjadi sebuah
berita. Topik dan judul berita sudah ditentukan dan disepakati oleh masing-
masing kelompok setelah melakukan diskusi selama + 7 menit.
Topik dan judul sudah ditentukan, dilanjutkan dengan diskusi kerangka
berita yang akan ditulis. Kelompok-kelompok sangat antusias untuk
mendiskusikan kerangka berita yang akan mereka tulis. Namun, ada satu
kelompok yang tidak seantusias kelompok yang lain. Kelompok dua yang
beranggotakan Putri, Nichal, Ayu, Fitri, dan Wahyu kurang bersemangat
berdiskusi. Nichal dan Wahyu tidak ikut berdiskusi melainkan mengganggu Fitri.
Guru menegur Nichal dan Wahyu. Kegiatan diskusi pun kembali berlangsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Diskusi untuk merumuskan kerangka berita yang akan ditulis dari gambar
yang diamati berjalan selama + 30 menit. Setelah kerangka disusun rapi oleh
masing-masing kelompok, guru meminta salah satu wakil kelompok membacakan
hasil diskusi mereka. Sedangkan kelompok yang lain mendengarkan dan
memberikan tanggapan atau masukan kepada kelompok yang membacakan
kerangkanya. Namun, tanggapan yang muncul cenderung memuji dan kurang
memberikan konstribusi kepada kelompok lain.
Di kegiatan akhir, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya bila belum mengerti. Namun, lagi-lagi tidak ada siswa yang bertanya
kepada guru. Guru memberikan gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan
siswa pada pertemuan berikutnya. Hal ini bertujuan agar siswa memiliki
gambaran tentang kegiatan yang akan dilaksanakan. Kegiatan terakhir ialah guru
mengajak siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pembelajaran ditutup dengan salam oleh guru.
2). Pertemuan Kedua Siklus I
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pertemuan kedua siklus I terdiri
dari tiga kegiatan pokok, yakni kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir. Pertemuan
kedua dilaksanakan Jumat, 16 Maret 2012 mulai pukul 07.00 – 08.20. Kegiatan
pembelajaran dibuka dengan salam dan berdoa bersama. Kegiatan dilanjutkan
dengan guru memberikan pertanyaan mengenai kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan pada pertemuan pertama. Siswa antusias menjawab pertanyaan
tersebut, dan akhirnya sedikit gaduh. Guru menenangkan dan menunjuk tiga orang
siswa untuk mengemukakan jawabannya. Setelah siswa menjawab, guru bertanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
lagi tentang kesiapan siswa untuk menulis berita. Berikut petikan percakapan guru
dan siswa.
Guru : “Baik. Apakah sekarang kalian siap menulis berita?”
Siswa : “Siap!” (tidak semua siswa menjawab)
Guru : (Mengulang pertanyaan yang sama untuk memancing semangat
siswa). “Apakah sekarang kalian siap menulis berita?”
Siswa : “SIAP!” (Siswa serentak dan bersemangat menjawab
pertanyaan guru).
Kegiatan inti diawali oleh penjelasan guru mengenai bagaimana menulis
berita dan diimbangi dengan contoh-contoh berita. Setelah menjelaskan, guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Sama dengan pertemuan
pertama, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru. Akhirnya, guru meminta
siswa untuk berkumpul lagi dengan kelompoknya, mengamati kembali gambar,
dan mendiskusikan kerangka yang telah dibuat. Guru bertanya apakah masing-
masing kelompok telah yakin dengan kerangkanya, jika sudah yakin dengan
kerangka yang ditulis. Masing-masing kelompok dapat mencari informasi sesuai
dengan kerangka yang telah disepakati. Pencarian informasi dibatasi selama 15
menit. Jadi, setelah 15 menit siswa harus berkumpul lagi di kelas.
Siswa berhamburan keluar kelas. Mereka mencari informasi sesuai dengan
gambar yang mereka dapat dan kerangka yang mereka buat. Waktu yang
diberikan guru hampir habis. Dua kelompok yakni kelompok dua dan tiga, telah
kembali ke kelas dan memulai menulis berita. Kelompok satu kembali tepat 15
menit waktu yang diberikan. Kelompok empat kembali tiga menit lebihnya dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
waktu yang telah ditentukan. Semua anggota kelompok menulis berita sesuai
dengan informasi yang didapat.
Guru : “Nah, setelah tadi kalian mengumpulkan informasi, sekarang
kalian menulis berita, ya?”
Siswa : “Iya, Bu!”
Guru : “Kalau sudah selesai, tukarkan dengan teman satu kelompok
kalian berikan masukan, kemudian dari masukan tersebut,
perbaikilah! Paham?”
Siswa : “Paham, Bu!”
Kegiatan menulis berita, memberi tanggapan, dan merevisi kembali
berlangsung selama + 45 menit. Setelah itu, masing-masing anggota kelompok
memamerkan hasil tulisannya di mading kelas. Siswa membaca berita yang ditulis
teman lain dan memberikan komentar terhadap berita tersebut. Guru memberikan
kesempatan kepada semua siswa untuk mengemukakan pendapat dan penilaian
terhadap berita yang dipajang. Guru memimpin siswa untuk melakukan voting
berita siapa yang paling bagus. Dari hasil voting tersebut, berita yang ditulis oleh
Maharlika lah yang paling baik. Guru mengajak siswa untuk memberikan
penghargaan kepada Maharlika yakni dengan bertepuk tangan.
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan hasil pembelajaran
yang telah dilakukan atau refleksi. Ada lima siswa yang mengemukakan
simpulannya. Guru menutup pertemuan dengan mengucapkan salam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
c. Observasi dan Evaluasi
Peneliti mengamati proses pembelajaran menulis berita dengan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Mantingan dengan mengambil posisi di dalam kelas. Pembelajaran
siklus I yang berlangsung selama 4 x 40 menit, guru menjelaskan pengertian
berita, macam-macam berita, dan contoh berita, serta dilanjutkan dengan
bagaimana menulis berita.
Pembelajaran siklus I pertemuan pertama difokuskan agar siswa mampu
menentukan topik berita, judul berita, dan menuliskan kerangka berita terlebih
dahulu sebelum menuliskan berita. Pembelajaran siklus I pertemuan kedua
difokuskan agar siswa mencari informasi yang akurat dan akhirnya
mengembangkan kerangka tersebut menjadi sebuah berita. Pada siklus I, siswa
belum terbiasa menerima pembelajaran dengan metode pengajaran berbasis
masalah dan penggunaan media gambar, sehingga aktivitas kelompok yang
diharapkan belum terwujud. Sebagian siswa saat melaksanakan diskusi kelompok
hanya mendengarkan saja, atau bahkan ada yang bermain sendiri, tidak mau ikut
berpartisipasi. Siswa yang tidak mau ikut berpartisipasi tersebut hanya
menggantungkan hasil pekerjaan teman yang lebih pandai. Keaktifan siswa dalam
diskusi kelompok dapat dilihat dari hasil pengamatan peneliti saat pembelajaran
menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar.
Dari kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut dapat dijelaskan keaktifan
siswa dalam pembelajaran menulis berita. Siswa cukup baik dalam memerhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
penjelasan guru dan gambar yang mereka dapat. Siswa termotivasi untuk
memperhatikan gambar dengan seksama. Siswa kurang bersemangat dalam
bekerjasama untuk mendiskusikan topik dan kerangka berita secara berkelompok.
Ada dua siswa dalam satu kelompok yang kurang mampu bekerja sama, mereka
mengganggu teman lain dalam kelompoknya. Kegiatan pencarian informasi ke
sumber yang ada di sekitar sekolah, siswa antusias ke luar kelas, namun kurang
antusias untuk mengumpulkan informasi. Sehingga, informasi yang didapat oleh
masing-masing kelompok kurang lengkap. Saat mengembangkan kerangka
menjadi sebuah berita dari informasi yang mereka cari, siswa kondusif dan
tenang. Hanya ada tiga siswa yang bingung sendiri dan kurang berkonsentrasi
untuk menulis berita. Kegiatan yang sama sekali tidak dilaksanakan oleh siswa
ialah bertanya bila belum mengerti. Kesempatan yang diberikan oleh guru, sama
sekali tidak dimanfaatkan siswa untuk bertanya hal-hal yang belum jelas. Di akhir
pembelajaran, lima siswa antusias dan termotivasi untuk menyimpulkan kegiatan
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Selain pengamatan terhadap masing-masing siswa dalam kelas,
pengamatan juga dilaksanakan dalam kegiatan kelompok. Lima kegiatan pokok
yang menjadi pedoman peneliti untuk mengobservasi empat kelompok di kelas
VIII A dalam pembelajaran menulis berita. Kegiatan pertama ialah pramenulis.
Keempat kelompok mampu menentukan topik dan judul berita yang akan ditulis
berdasar permasalahan yang disajikan oleh guru melalui gambar. Setelah
menentukan topik dan judul, masing-masing kelompok juga mampu merumuskan
kerangka berita yang berupa pertanyaan-pertanyaan 5W dan 1H. Kegiatan kedua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
yang diamati dalam pembelajaran tersebut ialah menulis berita. Kegiatan menulis
berita diawali dengan pengumpulan informasi ke sumber yang ada di sekitar
mereka. Siswa antusias ke luar kelas, namun kurang antusias untuk
mengumpulkan informasi. Sehingga, informasi yang didapat oleh masing-masing
kelompok kurang lengkap. Setelah mengumpulkan informasi, masing-masing
siswa dalam kelompok mengembangkan kerangka menjadi berita. Kegiatan ketiga
ialah mendiskusikan isi berita. Siswa dalam kelompok saling menukarkan berita
yang sudah ditulis, membaca, dan memberikan komentar terhadap berita yang
telah ditulis temannya. Pemberian komentar masih belum mendalam dan kurang
memberikan konstribusi positif terhadap teman yang lain, sehingga siswa kurang
mampu merevisi isi berita berdasarkan komentar teman.
Kegiatan keempat ialah mengedit. Kegiatan ini terdiri dari (1) Apakah
siswa mengidentifikasi kesalahan bahasa dan ejaan dalam berita sendiri atau
teman? (2) Apakah siswa memperbaiki berita sendiri dari segi bahasa? dan (3)
Apakah siswa memperbaiki berita sendiri dari segi ejaan? Dari hasil pengamatan,
siswa dalam kelompok kurang mampu bekerja sama dan memberikan masukan
kepada teman yang lain. Hal ini mengakibatkan, kesalahan bahasa dan ejaan
kurang disoroti dalam siklus I ini. Siswa tidak memperhatikan berita dari segi
bahasa dan ejaan, sehingga diakhir kegiatan menulis berita masih banyak terdapat
kesalahan dari segi bahasa dan ejaan.
Kegiatan terakhir ialah mempublikasikan. Siswa sangat antusias untuk
mempublikasikan berita yang telah mereka tulis. Mereka mempublikasikan
dengan cara memajang di mading kelas. Setelah dipajang, semua siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
menentukan berita siapa yang paling bagus, baik dari segi isi, bahasa, dan ejaan.
Akhirnya, berita milik Maharlika lah yang menjadi berita terbaik untuk siklus I.
Selain dari observasi saat pembelajaran, kemampuan menulis berita juga
dapat dilihat dari jurnal refleksi siswa dan guru. Berdasar jurnal refleksi siswa
pada siklus I, siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan sudah mulai
memahami pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis
masalah dan penggunaan media gambar. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya
hasil akhir pembelajaran menulis berita siklus I bila dibandingkan prasiklus. Nilai
rata-rata pada siklus I lebih tinggi dari pratindakan. Berdasarkan jurnal refleksi
guru dalam pelaksanaan siklus I, penerapan metode pengajaran berbasis masalah
dan penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis berita belum berjalan
seoptimal mungkin. Dapat dikatakan demikian, karena masih ada siswa yang
belum aktif dalam mencari informasi untuk mengembangkan kerangka berita dan
masih ada yang kurang mampu menulis berita. Hal ini berpengaruh pada nilai
akhir pembelajaran menulis berita yang belum mencapai KKM yang telah
ditentukan. Adapun dari hasil pekerjaan siswa tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut. Rata-rata nilai siswa dalam kegiatan menulis berita masih di bawah KKM
yakni 73,4. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 82. Hasil distribusi frekuensi nilai
siswa dapat dilihat dalam tabel berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 2. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Berita Siklus I
Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
81 – 84 2 10
75 – 80 8 40
71 – 74 6 30
65 – 70 4 20
Jumlah 20 100
Nilai akhir siklus I mengalami peningkatan. Bila dalam kegiatan
pratindakan, hanya ada empat siswa yang telah memenuhi KKM, siklus I ada
delapan siswa yang sama atau lebih dari KKM yang telah ditentukan. Empat
siswa merupakan siswa yang sama dengan pembelajaran pratindakan. Siswa yang
dinyatakan tuntas dalam menulis berita siklus I sesuai kriteria penilaian sebesar
50% sejumlah 10 siswa. Sedangkan siswa yang dinyatakan tidak tuntas dalam
menulis berita sesuai kriteria penilaian sebesar 50% sejumlah 10 siswa.
Dari hasil siklus I, kemampuan menulis berita siswa sudah mengalami
kenaikan bila dibandingkan dengan keadaan saat pratindakan. Nilai rata-rata
pratindakan 67,4 dan siklus I mencapai 73,4. Selain dari rata-rata nilai yang
meningkat, jumlah siswa yang telah tuntaspun mengalami peningkatan. Pada
siklus I ini ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai sama atau di atas
KKM (75) dari 6 siswa (30%) menjadi 10 siswa (50%) dari 20 siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Mantingan. Kenaikan mencapai 20%. Untuk lebih jelas dapat
digambarkan dalam diagram berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Gambar 5. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus I
Gambar 6. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Menulis Berita Siklus I
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus I
Proses pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis
masalah dan penggunaan media gambar pada siklus I dilaksanakan Rabu, 14
Maret 2012 dan Jumat, 16 Maret 2012 berjalan dengan lancar. Pembelajaran
50%
50%
Tuntas
Belum Tuntas
82
65
73.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus I
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
menulis berita mengalami peningkatan dalam segi proses dan hasilnya. Hal
tersebut merupakan kelebihan dari pembelajaran menulis berita yang dilaksanakan
dengan menerapkan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
1) Guru mulai mampu menerapkan metode pengajaran berbasis masalah dalam
pembelajaran menulis berita
2) Guru menggunakan media gambar yang dipersiapkan sendiri dalam
pembelajaran menulis berita
3) Nilai akhir siswa mengalami peningkatan dari pratindakan ke siklus I
Namun ada beberapa hal dianggap masih menjadi faktor kurang
tercapainya KKM, karena rata-rata nilai yang didapat ialah 73,4. Beberapa hal
tersebut ialah sebagai berikut:
1) Siswa masih mengalami kesulitan dalam mencari informasi untuk
mengembangkan kerangka berita dengan baik.
2) Guru belum sepenuhnya mampu menguasai kelas, sehingga dalam kegiatan
kelompok belum tertib dan masih gaduh, serta kondisi kelas menjadi kurang
terkontrol.
3) Siswa juga kurang serius dan kurang berperan aktif dalam kegiatan
berkelompok.
4) Sebaiknya saat menerangkan, guru tidak hanya berdiri di tengah, tetapi juga
berkeliling ke belakang. Begitu juga saat siswa menulis berita, guru
seharusnya memantau lebih dekat kegiatan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
5) Siswa sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh guru
untuk bertanya hal yang belum mereka mengerti.
6) Nilai rata-rata kelas belum mencapai KKM yang telah ditentukan.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran menulis berita belum dapat terpenuhi. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran menulis berita perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya, dengan
mengkaji ulang rancangan pembelajaran menulis berita sesuai dengan
permasalahan pada siklus I.
2. Siklus II
Sama dengan siklus I, siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama pada Jumat, 18 Mei 2012 pukul 07.00 sampai dengan 08.20 di
kelas VIII A SMP N 1 Mantingan di lantai dua. Pertemuan kedua dilaksanakan
Rabu, 23 Mei 2012 ditempat yang sama. Dalam siklus ini, siswa lebih berperan
aktif untuk menuliskan sebuah berita. Guru mengajak siswa untuk mengamati
gambar yang menjadi sumber masalah, berpikir aktif dalam memecahkan
masalah, dan akhirnya mampu menuliskan sebuah berita dari informasi yang
dikumpulkan siswa.
a. Perencanaan Tindakan Siklus II
Tahap perencanaan tindakan siklus II meliputi lima kegiatan utama.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah (1) mengevaluasi ulang kekurang-kekurang
siklus I, (2) merancang skenario pembelajaran, (3) menyusun RPP, (4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
mempersiapkan media pembelajaran, dan (5) instrument penelitian. Kekurangan-
kekurang yang muncul di siklus I dikaji dan dievaluasi untuk menemukan
pemecahannya. Selanjutnya, kegiatan perencanaan tindakan siklus II ialah
merancang skenario pembelajaran berdasar evaluasi yang telah dilakukan pada
siklus I. Skenario ini didiskusikan antara peneliti dan guru Bahasa Indonesia
dengan tujuan agar terbentuknya kesepakatan dan kesepahaman tentang
pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan
penggunaan media gambar yang baik, sehingga kekurangan-kekurangan yang
muncul di sikus I tidak terulang lagi.
Kegiatan diskusi perencanaan tindakan siklus II dilaksanakan Minggu, 22
April 2012 di rumah Bu Anik, desa Sambirejo Kecamatan Mantingan. Kegiatan
diskusi tersebut merumuskan garis besar langkah-langkah pembelajaran atau
skenario pembelajaran. Kegiatan diskusi untuk merumuskan skenario
pembelajaran berlangsung selama tiga setengah jam. Mulai pukul 09.00 sampai
12.30.
Setelah skenario dirumuskan secara bersama, sama halnya dengan siklus I,
guru bertanggung jawab untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) materi menulis berita serta diimbangi dengan pembuatan media gambar.
Penyusunan RPP dan media yang dilakukan oleh guru haruslah sejalan dengan
skenario yang telah dibahas bersama oleh guru dan peneliti. Jumat, 25 April 2012,
RPP dan media berhasil disusun guru. Guru membuat empat media gambar yang
berbeda. Gambar yang dibuat oleh guru sebagai media, nantinya akan digunakan
oleh masing-masing kelompok berbeda-beda. Satu kelas terdiri dari empat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
kelompok, sehingga gambar yang digunakan ada empat. Pemilihan keempat
gambar tersebut didasari oleh keadaan yang sebenarnya di SMP Negeri 1
Mantingan agar siswa mampu menuliskan berita yang akurat dan riil karena
informasi dapat diperoleh langsung dari sumbernya di sekolah.
Kegiatan terakhir dalam perencanaan siklus II ialah menyusun dan
mempersiapkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian terdiri dari dua, yakni
tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk menilai hasil pekerjaan siswa
dalam menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan
penggunaan media gambar. Instrumen nontes dinilai berdasarkan pedoman
observasi keaktifan siswa, jurnal refleksi siswa, dan jurnal refleksi guru.
b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan yang terdiri dari dua jam
pelajaran pada masing-masing pertemuan. Pertemuan pertama siklus II
dilaksanakan Jumat, 18 Mei 2012 dan pertemuan kedua Rabu, 23 Mei 2012.
Pelaksanaan siklus II yang teridiri dari dua pertemuan disesuaikan skenario dan
RPP yang telah dibuat dengan kegiatan utamanya adalah siswa mengamati
gambar, menentukan kerangka, mencari informasi, dan menulis berita dari
informasi yang didapat. Tiga kegiatan utama dalam siklus II, baik pertemuan
pertama dan kedua ialah kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir.
1). Pertemuan Pertama Siklus II
Pertemuan pertama dilaksanakan Jumat, 18 Mei 2012. Kegiatan
pertemuan pertama diawali guru membuka pelajaran dengan ucapan salam. Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
menjawab dengan serentak. Guru bertanya keadaan siswa. Semua siswa
menjawab dengan semangat, “Baik Bu….”. Setelah menyapa siswa, guru berdiri
di tengah dan menanyakan kepada siswa tentang menulis berita. Berikut petikan
tanya jawab yang dilakukan guru dan siswa.
Guru : “Baik, bulan Maret lalu kita telah melakukan kegiatan
menulis berita. Nah, apakah setelah pembelajaran itu ada
yang menulis berita lagi?”
Siswa menjawab bahwa mereka tidak menulis berita lagi. Namun, ada dua
siswa yang menjawab dengan diberi tambahan. Kedua siswa tersebut adalah Adi
dan Maharlika.
Maharlika : “Tidak pernah, Bu. Tapi kalau membaca berita di koran
sering”.
Adi : “Iya, Bu. Kalau menulis tidak pernah lagi. Tapi kalau
membaca atau melihat berita sering”.
Guru : “Baiklah. Kalau begitu, hari ini kita akan belajar
menulis berita. OK?”
Siswa : “OK, Bu!”
Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang pengertian berita dan
macam-macam berita merupakan awal kegiatan inti. Guru memberikan contoh-
contoh berita kepada siswa. Siswa memperhatikan dengan seksama. Seorang
siswa bertanya kepada guru, karena kurang jelas. Siswa tersebut adalah Difta.
Difta : “Bu, tanya”.
Guru : “Ya, Dif?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Difta : “Kalau gossip di TV itu termasuk berita tidak?”
Adi : “O..biang gossip, Bu!”
Siswa : “Huuu..”
Guru : “Sudah, sudah. Pertanyaan yang bagus, Dif.”
Guru menjawab pertanyaan Difta hingga dia merasa jelas. Setelah
penjelasan dirasa cukup dan tidak ada yang bertanya lagi, pembelajaran
dilanjutkan ke kegiatan berikutnya. Guru membagi siswa menjadi empat
kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa. Pembagian
kelompok dilakukan secara acak tidak ada ketentuan.
Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya, guru memberikan media
gambar yang sudah dipersiapkan. Masing-masing kelompok mengamati gambar
dengan cermat. Pengamatan yang cermat bertujuan agar siswa mampu
menentukan topik permasalahan dan judul yang akan diangkat menjadi sebuah
berita. Topik dan judul berita sudah ditentukan dan disepakati oleh masing-
masing kelompok setelah melakukan diskusi kelompok selama + 8 menit.
Topik dan judul berita yang akan ditulis sudah ditentukan. Setelah itu,
dilanjutkan dengan diskusi kerangka berita. Masing-masing kelompok aktif
berdiskusi. Semua kelompok aktif dalam menyumbangkan ide untuk membuat
kerangka berita. Mereka juga merancang lokasi dan siapa saja yang akan mereka
jadikan sumber informasi menulis berita.
Diskusi berjalan selama + 40 menit. Setelah itu, guru meminta wakil
kelompok membacakan hasil diskusi mereka. Kelompok yang lain mendengarkan
dan memberikan tanggapan. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
untuk menanggapi satu persatu hasil yang dibacakan. Semua kelompok
mengemukakan pendapatnya.
Di akhir kegiatan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bertanya bila belum mengerti.
Putri : “Bu, kerangka ini langsung dikembangkan jadi berita?”
Guru : “Baik, pertanyaan yang bagus. Begini, ini kan waktunya
sudah habis. Mengembngkan kerangka menjadi berita
kita lakukan bersama-sama pada pertemuan selanjutnya
ya? OK?”
Siswa : “Yah..” (terlihat kecewa).
Guru menjelaskan gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa
pada pertemuan berikutnya dengan tujuan agar siswa memiliki gambaran kegiatan
yang akan dilaksanakan. Akhirnya, guru mengajak siswa untuk menyimpulkan
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Pembelajaran ditutup dengan
salam oleh guru.
2). Pertemuan Kedua Siklus II
Sama halnya dengan pertemuan pertama, pertemuan kedua siklus II terdiri
dari tiga kegiatan pokok, yakni kegiatan awal, inti, dan kegiatan akhir. Pertemuan
kedua dilaksanakan Rabu, 23 Mei 2012 mulai pukul 07.00 – 08.20. Guru memberi
salam dan membimbing berdoa bersama di awal pertemuan. Selanjutnya, guru
memberikan pertanyaan mengenai kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan
pada pertemuan pertama. Siswa antusias menjawab pertanyaan tersebut, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
akhirnya sedikit gaduh. Guru menenangkan dan meminta siswa yang akan
mengemukakan pendapat tunjuk jari. Lima orang anak mengangkat tangan
mereka.
Guru : “Baik. Kamu Nicha?”
Nicha : “Siap! Kemarin kita diskusi, melihat gambar, trus
menulis kerangka berita”
Putri : (langsung menjawab) “Dan sekarang kita mau nulis
berita…Ya kan, Bu?”
Siswa : “Huuuuu…..”
Guru : “Sudah, sudah…Betul Nicha, betul Putri. Kemarin kita
sudah mengamati gambar, lalu sudah berdiskusi
mengenai judul dan kerangka berita. Nah, sekarang kita
akan mengembangkannya. Kalian siap?”
Siswa : “SIAP!” (Siswa serentak dan bersemangat menjawab
pertanyaan guru).
Kegiatan inti diawali oleh penjelasan guru mengenai bagaimana menulis
berita dan contoh-contoh berita. Guru mengingatkan kembali bahwa berita yang
mereka tulis bersumber dari media gambar yang telah mereka amati. Guru
meminta siswa untuk berkumpul dengan kelompoknya, mengamati kembali
gambar, dan mendiskusikan lagi kerangka yang telah dibuat. Apakah kerangka
mereka sudah sesuai dengan gambar. Jika belum yakin dengan kerangka yang
ditulis, mereka dapat memperbaikinya. Selama + 10 menit berdiskusi, semua
kelompok yakin. Setelah itu, guru memberikan arahan kepada siswa bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
tata cara mencari informasi berita. Tata cara pencarian informasi baik dari sudut
tempat, cara, dan alokasi waktu. Pencarian informasi dibatasi selama 15 menit.
Setelah 15 menit siswa harus berkumpul lagi di kelas.
Siswa berhamburan keluar kelas. Mereka mencari informasi sesuai dengan
gambar yang mereka dapat dan kerangka yang mereka buat. Guru mengamati
siswa dari kejauhan. Semua kelompok kembali tepat 15 menit waktu yang
diberikan.
Guru : “Nah, sudah terkumpulkan informasi untuk berita?”
Siswa : “Sudah, Bu!” (menjawab dengan serentak)
Guru : “Baik, sekarang kalian menulis berita, ya? Semua anak
menulis berita sendiri-sendiri dengan berpedoman
kerangka dan informasi yang telah dibuat.”
Siswa : “Iya, Bu!”
Guru : “Kalau sudah selesai, tukarkan dengan teman satu
kelompok kalian berikan masukan, kemudian dari
masukan tersebut, perbaikilah! Setelah diperbaiki dan
yakin, tempelkan di madding. OK?”
Siswa : “OK, Bu!”
Guru : “Baik, silakan menulis…”
Kegiatan menulis berita, memberi tanggapan, dan merevisi kembali
berlangsung selama + 40 menit. Siswa yang sudah menyelesaikan tulisannya,
langsung menempelkan tulisannya di madding kelas. Setelah semua siswa
menempelkan beritanya, guru menyuruh siswa untuk mengamati dan membaca
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
berita-berita tersebut. Guru memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk
mengemukakan pendapat dan penilaian terhadap berita yang dipajang. Guru
memimpin siswa untuk menentukan dua berita yang paling baik. Dari hasil
voting, berita yang ditulis oleh Wisnu yang paling baik. Guru mengajak siswa
untuk memberikan penghargaan kepada Wisnu yakni dengan bertepuk tangan.
Semua siswa bertepuk tangan dengan ceria.
Pembelajaran diakhiri dengan menyimpulkan pembelajaran yang telah
dilakukan. Ada lima siswa yang mengemukakan simpulannya. Guru menutup
pertemuan dengan mengucapkan salam dan memberikan pesan agar siswa tetap
rajin belajar.
c. Observasi dan Evaluasi
Peneliti mengamati jalannya pembelajaran menulis berita dengan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Mantingan dengan menjadi partisipasi aktif dan berada di dalam
kelas. Pembelajaran siklus II yang berlangsung selama 4 x 40 menit, mempelajari
hakikat berita, macam-macam berita, dan contoh berita, serta bagaimana menulis
berita.
Kegiatan pembelajaran siklus II pertemuan pertama yang dilakukan siswa
adalah menentukan topik berita, judul berita, dan menuliskan kerangka berita.
Pembelajaran siklus II pertemuan kedua difokuskan agar siswa mencari informasi
yang akurat sehingga mampu mengembangkan kerangka berita yang telah dibuat
menjadi sebuah berita. Siswa sangat antusias mengikuti pembelajaran menulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media
gambar. Diskusi kelompok sudah berjalan lancar dan semua siswa berperan aktif
di dalamnya. Keaktifan siswa dalam diskusi kelompok dapat dilihat dari hasil
pengamatan peneliti saat pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran
berbasis masalah dan penggunaan media gambar.
Dari kegiatan siklus II dapat dijelaskan keaktifan siswa dalam
pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan
penggunaan media gambar. Siswa cukup baik dalam memerhatikan penjelasan
guru dan gambar yang mereka dapat. Siswa termotivasi untuk memperhatikan
gambar dengan seksama. Siswa cukup bersemangat dalam bekerjasama untuk
mendiskusikan topik dan kerangka berita secara berkelompok. Semua anggota
kelompok berperan aktif dalam merumuskan kerangka berita. Kegiatan pencarian
informasi ke sumber yang ada di sekitar sekolah, Siswa sangat antusias ke luar
kelas untuk mengumpulkan informasi. Saat mengembangkan kerangka menjadi
sebuah berita dari informasi yang mereka cari, siswa kondusif dan tenang.
Kesempatan untuk bertanya jika belum mengerti yang diberikan oleh guru
dimanfaatkan oleh empat orang siswa. Di akhir pembelajaran, lima siswa
termotivasi untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Pengamatan tidak hanya dilakukan kepada masing-masing siswa tetapi
juga siswa dalam kegiatan kelompok. Ada lima kegiatan pokok yang menjadi
pedoman peneliti untuk mengobservasi empat kelompok tersebut. Kegiatan
pertama ialah pramenulis. Keempat kelompok mampu menentukan topik dan
judul berita yang akan ditulis berdasar permasalahan yang disajikan oleh guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
melalui gambar. Setelah menentukan topik dan judul, masing-masing kelompok
juga mampu merumuskan kerangka berita yang berupa pertanyaan-pertanyaan 5W
dan 1H. Kegiatan kedua yang diamati dalam pembelajaran tersebut ialah menulis
berita. Kegiatan menulis berita diawali dengan pengumpulan informasi ke sumber
yang ada di sekitar mereka. Siswa antusias ke luar kelas untuk mengumpulkan
informasi. Setelah mengumpulkan informasi, masing-masing siswa dalam
kelompok mengembangkan kerangka menjadi berita. Kegiatan ketiga ialah
mendiskusikan isi berita. Siswa dalam kelompok saling menukarkan berita yang
sudah ditulis, membaca, dan memberikan komentar terhadap berita yang telah
ditulis temannya. Pemberian komentar cukup baik dan memberikan konstribusi
positif terhadap teman yang lain, sehingga siswa dapat merevisi kesalahan isi dan
tulisan berita berdasarkan komentar teman.
Pedoman kegiatan keempat ialah mengedit. Kegiatan ini terdiri dari (1)
Apakah siswa mengidentifikasi kesalahan bahasa dan ejaan dalam berita sendiri
atau teman? (2) Apakah siswa memperbaiki berita sendiri dari segi bahasa? dan
(3) Apakah siswa memperbaiki berita sendiri dari segi ejaan? Dari hasil
pengamatan, siswa dalam kelompok saling memberikan masukan kepada teman
yang lain. Kesalahan bahasa dan ejaan dalam siklus II sudah diperhatikan oleh
siswa, sehingga diakhir kegiatan menulis berita kesalahan dari segi bahasa dan
ejaan hanya sedikit.
Kegiatan terakhir ialah mempublikasikan. Siswa sangat antusias untuk
mempublikasikan berita yang telah mereka tulis dengan cara memajang di mading
kelas. Siswa juga menghias beritanya dengan gambar yang mereka buat dan pita-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
pita kecil sehingga terlihat lebih indah. Setelah dipajang, semua siswa
menentukan dua berita yang paling bagus, baik dari segi isi, bahasa, dan ejaan.
Akhirnya, berita milik Maharlika dan Wisnu yang menjadi berita terbaik untuk
siklus II.
Selain dari observasi saat pembelajaran, kemampuan menulis berita dapat
dilihat dari jurnal refleksi siswa dan guru. Siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan sudah mulai memahami pembelajaran menulis berita dengan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar. Hal ini dibuktikan
dengan meningkatnya hasil akhir pembelajaran menulis berita siklus II bila
dibandingkan siklus I. Nilai rata-rata pada siklus II lebih tinggi dari siklus I yakni
77,2. Berdasarkan jurnal refleksi guru dalam pelaksanaan siklus II, penerapan
metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar dalam
pembelajaran menulis berita berjalan dengan optimal. Siswa aktif dalam
mendengarkan berita, mendiskusikan topik, judul, dan kerangka berita, mencari
informasi, dan mampu menulis berita. Nilai akhir 17 siswa dalam pembelajaran
menulis berita sudah mencapai KKM yang telah ditentukan. Hasil pekerjaan siswa
tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut. Rata-rata nilai siswa dalam kegiatan
menulis berita sudah memenuhi KKM yakni 77,2. Nilai terendah 69 dan nilai
tertinggi 84. Hasil distribusi frekuensi nilai siswa dapat dilihat dalam tabel
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Akhir Menulis Berita Siklus I
Interval Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif (%)
81 - 84 5 25
75 – 80 12 60
71 – 74 2 10
65 – 70 1 5
Jumlah 20 100
Nilai akhir siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Ada 17 siswa
yang telah memenuhi KKM. Delapan siswa merupakan siswa yang sama dengan
pembelajaran siklus I. Siswa yang dinyatakan tuntas sebesar 85% sesuai dengan
ketentuan SMP Negeri 1 Mantingan.
Kemampuan menulis berita siswa sudah mengalami kenaikan bila
dibandingkan dengan keadaan siklus I. Nilai rata-rata siklus II ialah 77, 25. Selain
dari rata-rata nilai yang meningkat, jumlah siswa yang telah tuntaspun mengalami
peningkatan. Pada siklus II ini ada peningkatan jumlah siswa yang memperoleh
nilai sama atau di atas KKM (75) dari 10 siswa (50%) menjadi 17 siswa (85%)
dari 20 siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan. Kenaikan mencapai 35%.
Untuk lebih jelas dapat digambarkan dalam diagram berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Gambar 7. Diagram Ketuntasan Belajar Siklus II
Gambar 8. Diagram Perolehan Nilai Kemampuan Menulis Berita Siklus II
d. Analisis dan Refleksi Tindakan Siklus II
Secara umum, proses pembelajaran menulis berita dengan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar pada siklus II
berjalan dengan lancar. Pembelajaran menulis berita mengalami peningkatan
85%
15%
Tuntas
Belum Tuntas
84
69 73.4
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Siklus II
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
dalam segi proses dan hasilnya. Hal tersebut merupakan kelebihan dari
pembelajaran menulis berita yang dilaksanakan dengan menerapkan metode
pengajaran berbasis masalah dan penggunaan media gambar. Guru semakin mahir
menerapkan metode pengajaran berbasis masalah dalam pembelajaran menulis
berita dan menggunakan media gambar yang dipersiapkan sendiri dalam
pembelajaran menulis berita. Siswa berani bertanya dan mengemukakan pendapat.
Selain itu, siswa juga telah mampu menentukan kerangka berita, mencari
informasi, dan mengembangkan kerangka tersebut dengan menulisnya menjadi
sebuah berita.
Nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan menjadi 77,2. Siswa yang
telah tuntaspun mencapai 85%. Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai dalam pembelajaran menulis berita telah terpenuhi. Dengan demikian,
kegiatan pembelajaran menulis berita telah mengalami peningkatan baik dari segi
kualitas proses dan kemampuan menulis berita siswa.
C. Pembahasan
Menulis berita merupakan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa
kelas VIII. Untuk mencapai kompetensi tersebut, pemilihan metode dalam
mengajar serta penggunaan media pembelajaran yang menarik akan menentukan
berhasil tidaknya tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran tersebut. Guru
harus mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan
akhirnya mampu meningkatkan kemampuan menulis berita siswa. Selain itu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
penggunaan media yang kreatif dan inovatif juga akan menambah keberhasilan
pembelajaran.
Tindakan yang telah dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah atau problem based
instruction. Selain pemilihan metode, penggunaan media juga mempengaruhi
proses dan hasil pembelajaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah
media gambar. Pemilihan metode dan penggunaan media tersebut merupakan
upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi guru dalam rangka
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis berita. Peningkatan tersebut
meliputi peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil yang dicapai setelah
pembelajaran.
Metode pengajaran berbasis masalah atau problem based instruction dan
media gambar menjadikan siswa lebih aktif dan terlibat langsung dalam
mengamati, mendiskusikan, mencari informasi, dan menulis berita. Metode ini
menekankan agar siswa lebih aktif dan mampu memecahkan masalah yang ada
dengan mandiri. Metode ini menjadikan siswa adalah pelaku utama dalam
pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan guru, mengamati gambar yang
disediakan, mendiskusikan topik, judul, dan kerangka berita, mencari informasi,
hingga akhirnya mampu menulis berita. Metode ini membuat siswa belajar untuk
mampu menemukan masalah dan memecahkannya, baik secara berkelompok atau
individu. Sedangkan media gambar membantu mempermudahnya dengan
memberikan gambaran nyata kepada siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Metode pengajaran berbasis masalah atau problem based instruction dan
media gambar dalam pembelajaran menulis berita telah dilaksanakan melalui
tindakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus dilakukan 4 x 40 menit.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis dari siklus I dan siklus II pembelajaran
menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah atau problem based
instruction dan penggunaan media gambar mengalami peningkatan. Peningkatan
mencakup peningkatan kualitas proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan
menulis berita siswa.
1. Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Berita
Penerapan metode pengajaran berbasis masalah atau problem based
instruction dan penggunaan media gambar dalam pembelajaran menulis berita
siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan dapat membuat siswa lebih tertarik
dan termotivasi untuk aktif. Siswa lebih bersemangat dalam mendengarkan
penjelasan guru, mendiskusikan kerangka, mencari informasi, dan bersemangat
menulis berita hingga mempublikasikan hasilnya.
Metode baru yang digunakan oleh guru, membuat siswa lebih aktif dalam
menentukan masalah dan menyelesaikannya. Masalah dimunculkan dengan
penggunaan media gambar yang telah disediakan oleh guru. Siswa diajak untuk
menentukan masalah apa saja yang muncul dalam gambar tersebut secara
berkelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Arthur W. Chickering dan Zelda F.
Gamson bahwa salah satu kunci sukses dari tujuh kunci, yakni membuat siswa
saling bekerja sama memecahkan masalah. Adanya timbal balik yang baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
antarsiswa akan membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Namun, pada
awal penelitian, timbal balik antarsiswa belum maksimal. Timbal balik yang
maksimal terlihat di siklus II.
Di siklus I, hanya empat siswa yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
Mereka cenderung ramai dan mengganggu teman yang lain. Namun, siklus II
menunjukkan peningkatan kegiatan berkelompok. Semua anggota kelompok
mampu berperan aktif dalam mendiskusikan, menentukan topik, serta menuliskan
kerangka berita dari gambar yang telah disajikan. Siswa di siklus I cenderung
diam dan tidak bertanya. Siswa siklus II lebih aktif dalam bertanya jika belum
mengerti dan berani mengemukakan pendapat serta penilaiannya terhadap hasil
tulisan teman.
Kegiatan menulis berita siswa siklus I kurang begitu lancar, hal ini
ditunjukkan dengan adanya dua orang siswa yang masih kebingungan untuk
mengembangkan berita dari kerangka dan informasi yang telah mereka buat. Guru
harus menjelaskan ulang agar mereka dapat menulis berita. Ada peningkatan
dalam pembelajaran di siklus II. Semua siswa sudah mampu mengembangkan
kerangka berita menjadi sebuah berita yang utuh tanpa diawali dengan
kebingungan seperti siklus I. Pempublikasian berita yang telah ditulispun
mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Di siklus I, siswa hanya
menempel begitu saja hasil tulisannya. Di siklus II, siswa bersemangat untuk
memamerkan hasil tulisannya di mading. Siswa tidak hanya menempel, tetapi
juga menghias berita tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
Peningkatan tidak hanya terjadi pada siswa, tetapi juga terjadi pada guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pada pratindakan, guru mengalami kesalahan
persepsi dalam menyampaikan materi menulis berita. Guru tidak memberikan
pelajaran menulis, melainkan memberikan pelajaran menyimak dan menulis berita
yang dibacakan oleh seorang siswa. Kesalahan konsep tersebut mengakibatkan
siswa tidak mendapatkan kemampuan menulis yang diharapkan. Metode yang
digunakan guru adalah metode konvensional. Hanya ceramah, mendengarkan
berita yang dibacakan, menulis kembali berita tersebut, dan mengerjakan LKS.
Selain kesalahan konsep dan pemilihan metode yang kurang tepat, media yang
digunakan guru dinilai kurang sesuai dengan kompetensi dasar menulis berita.
Media yang digunakan adalah koran. Meskipun yang digunakan adalah koran
terbaru, namun dalam mengerjakan tugas menulis kembali berita yang telah
dibacakan, siswa dapat membaca ulang berita tersebut di rumah. Hal tersebut
berdampak, siswa menyepelekan tugas yang diberikan guru dan tidak mengasah
kemampuannya untuk menulis berita.
Penelitian tindakan kelas ini, membantu guru untuk meluruskan konsep
yang salah, memilih metode yang tepat, dan menggunakan media yang sesuai
dalam pembelajaran menulis berita. Metode yang digunakan ialah pegajaran
berbasis masalah atau problem based instruction. Sedangkan media, penelitian ini
menggunakan media gambar. Di siklus I, guru kurang mampu menerapkan
metode pegajaran berbasis masalah atau problem based instruction dalam
pembelajaran menulis berita. Guru kurang mampu membimbing siswa dalam
menemukan dan memecahkan masalah. Namun, guru sudah mampu memberikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran meskipun kurang dapat
dimanfaatkan oleh siswa. Media gambar yang disediakan oleh guru juga sudah
dapat dinilai bagus. Media gambar yang digunakan mampu membuat siswa lebih
tertarik dengan pembelajaran menulis berita.
Kemampuan guru menerapkan metode pengajaran berbasis masalah atau
problem based instruction dan menggunakan media gambar dalam pembelajaran
menulis berita mengalami peningkatan di siklus II. Guru telah mampu
menerapkan metode dengan baik, serta menggunakan media dengan optimal.
Guru mampu membimbing siswa menentukan masalah dan memecahkan masalah
dalam menulis berita. Media yang digunakan juga lebih membantu siswa dalam
menulis berita.
2. Peningkatan Kemampuan Menulis Berita
Sebelum dilaksanakan tindakan, siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan memiliki kemampuan menulis berita yang masih rendah. Hasil akhir
siswa kurang mencapai KKM yang telah ditentukan, yakni 75 dan tuntas klasikal
minimal yakni 75%. Hal ini dapat diketahui dari hasil akhir pratindakan. Nilai
rata-rata kelas adalah 67,4 jauh dari KKM yang telah ditentukan. Hanya 6 siswa
yang telah mencapai ketuntasan. Untuk meningkatkan nilai siswa, baik nilai
individu maupun nilai klasikal, diterapkannya metode pengajaran berbasis
masalah atau problem based instruction dan digunakannya media gambar sebagai
penunjang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Pada siklus I, jumlah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan yang
mencapai KKM masih belum mencapai 75%. Hanya 10 siswa atau 50% yang
tuntas. Nilai rata-rata kelas juga masih 73,4. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan
siswa dan guru kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan belum terbiasa dengan
metode pegajaran berbasis masalah atau problem based instruction. Namun, hal
tersebut sudah mengalami peningkatan dibandingkan hasil pratindakan.
Karena hasil siklus I yang belum sesuai dengan tujuan akhir pembelajaran
menulis berita, maka tindakan dilanjutkan ke siklus II. Siklus II dilaksanakan
dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di siklus I. Hasil siklus
II memuaskan. Rata-rata kelas mengalami peningkatan 3,8 menjadi 77,2. Hal ini
berarti rata-rata siklus II telah memenuhi KKM yang telah ditentukan.
Peningkatan yang signivikan terlihat pada hasil ketuntasan klasikal. Siswa yang
tuntas mencapai 85% (17 siswa) atau 35% peningkatan dari hasil siklus I. Di
siklus II, guru dan siswa telah terbiasa dengan metode pegajaran berbasis masalah
atau problem based instruction dan media gambar, sehingga hasil akhir
pembelajaran telah mencapai KKM yang ditentukan. Namun, ada tiga siswa yang
masing berada di bawah nilai KKM.
Di akhir siklus II, dua siswa mendapat nilai di atas 70, di bawah 74, dan
seorang lagi mendapat nilai di bawah 70. Hal ini perlu diperhatikan oleh guru.
Kelemahan dari tiga siswa ini adalah kurangnya kemampuan untuk memilih kata
dalam menulis sebuah berita. Hal ini sejalan dengan pendapat Mondry (2008:
150) bahwa materi yang menarik akan menjadi tidak menarik jika cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
penulisannya kurang menarik, atau sebaliknya. Ketiga siswa perlu diadakan
tindak lanjut, yakni dengan remedial.
Kekurangan yang terjadi di akhir siklus II tersebut tidak mengurangi
keberhasilan penelitian yang dilaksanakan. Keberhasilan penelitian diperoleh
dengan pencapaian tujuan yang telah ditentukan yakni, rata-rata nilai mencapai
75% atau lebih, sesuai dengan KKM yang telah ditentukan. Nilai rata-rata akhir
siklus II mencapai 85%. Untuk memberikan gambaran yang jelas pencapaian hasil
penelitian dapat dilihat melalui diagram berikut.
Gambar 9. Diagram Peningkatan Nilai Akhir Pembelajaran Menulis Berita
67.4
73.4 77.2
80 82 84
64 65 69
6 10
17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Pratindakan Siklus I Siklus II
Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Jumlah siswa yangtuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Gambar 10. Diagram Peningkatan Ketuntasan Belajar
Berdasar diagram di atas, dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran menulis
berita dari pratindakan hingga siklus II mengalami peningkatan. Kenaikan
ketuntasan siklus I dari pratindakan mencapai 20%, yakni dari 30% menjadi 50%.
Kenaikan ketuntasan siklus II dari siklus I juga sebesar 35%. Di siklus II,
ketuntasan klasikal mencapai 85%. Hal ini membuktikan bahwa metode
pengajaran berbasis masalah atau problem based instruction dan penggunaan
media gambar mampu meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII
A SMP Negeri 1 Mantingan.
95% 100% 100%
30%
50%
85%
70%
50%
15%
0%
20%
35%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
Pratindakan Siklus I Siklus II
Jumlah Siswa
Tuntas
Belum Tuntas
Kenaikan dari SiklusSebelumnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasar hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dan
pembahasan yang telah dilakukan, dapat diambil dua simpulan besar sebagai
berikut.
Pertama, enerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Mantingan dalam pembelajaran menulis berita. Hal ini dapat dilihat dari (a) siswa
semakin aktif dalam mendengarkan penjelakan guru; (b) siswa mampu
menemukan masalah dengan mengamati gambar; (c) siswa mampu memecahkan
masalah dengan mencari informasi dan materi untuk menulis berita; (d) siswa
mampu mengomentari dan mengemukakan pendapat terhadap berita yang ditulis
teman; (e) siswa tidak canggung lagi bertanya bila belum mengerti; dan (f) siswa
mampu menulis berita dengan baik.
Kedua, penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan penggunaan
media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 sebagai berikut. Jumlah siswa tuntas dalam pembelajaran menulis
siswa mengalami peningkatan. Pratindakan berjumlah 6 (30%), siklus I berjumlah
10 (50%), dan siklus II berjumlah 17 (85%). Nilai rata-rata kelas dalam
110
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
pembelajaran menulis berita mengalami peningkatan. Nilai rata-rata pratindakan
adalah 67,4, siklus I adalah 73,4, dan siklus II adalah 77,2.
B. Implikasi
Penelitian tindakan kelas berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Berita
dengan Metode Pengajaran Berbasis Masalah dan Penggunaan Media Gambar
Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Mantingan Ngawi Tahun Pelajaran 2011/2012”
yang dilakukan sebanyak dua siklus terbukti telah meningkatkan kemampuan
siswa kelas VIII A dalam menulis berita. Peningkatan tersebut disebabkan oleh
penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan media gambar.
Walaupun pembelajaran yang digambarkan di atas tidak mudah untuk
diciptakan dan dilaksanakan, setidak-tidaknya guru harus dapat memberikan
ruang gerak yang lebih luas demi kepentingan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Hal yang tidak dapat diremehkan bagi perkembangan semangat dan
gairah belajar siswa adalah apakah pada diri guru terlihat adanya suatu sikap yang
memiliki daya tarik. Hal ini dapat terjadi jika guru merasa tergerak berada di
tengah-tengah mata pelajaran tersebut. Contoh sikap yang diperlihatkan oleh
seorang guru memiliki peranan penting. Sebaliknya, guru yang tidak merasa
tertarik dan tidak menaruh perhatian terhadap sesuatu, serta tidak disukai siswa,
akan sukar merangsang timbulnya keinginan siswa untuk mau belajar. Dengan
penyampaian guru yang menarik, maka keaktifan siswa akan meningkat. Begitu
juga sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Pembelajaran dengan media gambar yang ditetapkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis berita adalah upaya guru untuk memfasilitasi
siswa dalam belajar sehingga siswa tertarik dan akhirnya aktif dalam
pembelajaran. Siswa yang biasanya hanya pasif menerima pelajaran menurut
perintah atau petunjuk guru, berubah menjadi siswa yang aktif menentukan sendiri
bagaimana langkah-langkah menulis berita sesuai dengan gambar yang disajikan
tanpa banyak interversi oleh guru. Dengan demikian, siswa lebih aktif melakukan
praktik menulis berita. Pada akhir pembelajaran, siswa dapat merefleksikan bahwa
menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah dan menggunakan
media gambar bukanlah hal yang mebosankan. Bahkan, siswa semangat dan
bergairah dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berpengaruh positif
terhadap hasil pembelajaran sehingga akan terjadi peningkatan kemaampuan
siswa dalam menulis berita.
Pembelajaran menulis berita dengan metode pengajaran berbasis masalah
dan penggunaan media gambar merupakan pembelajaran yang mengutamakan
kerja sama, diskusi kelompok, saling berpartisipasi, saling berusaha membantu,
saling mendengarkan, saling memuji, saling bertanya, saling memperhatikan
sehingga suasana pembelajaran tampak menyenangkan, tidak membosankan,
belajar dengan bergairah, pembelajaran aktif-responsif, siswa aktif dan kritis, serta
guru kreatif. Mengingat penerapan metode pengajaran berbasis masalah dan
penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan menulis berita siswa,
maka diharapkan metode dan media tersebut dapat diterapkan di dalam
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
C. Saran
Berdasar dengan simpulan dan implikasi yang telah dipaparkan di atas,
maka peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut.
1. Siswa
Siswa hendaknya lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Sikap
aktif akan dapat mempermudah siswa untuk mengikuti pembelajaran yang
berdampak pada kemampuan.
2. Guru
Guru hendaknya lebih inovatif dan kreatif dalam memilih dan menerapkan
metode serta media pembelajaran agar penyampaian pengetahuan kepada
siswa lebih baik dan mudah dipahami. Guru juga disarankan untuk terus
berusaha untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengembangkan materi,
menyampaikan materi, serta dalam mengelola kelas sehingga kualitas
pembelajaran dapat terus meningkat seiring dengan peningkatan kemampuan
yang dimilikinya.
3. Kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang dapat mendukung
kelancaran kegiatan pembelajaran, sehingga prestasi belajar siswa meningkat.
4. Pihak Lain di Luar Penelitian
Penelitian ini dapat diterapkan di kelas lain maupun sekolah lain. Namun,
penerapannya harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi konteks kelas
ataupun sekolah masing-masing. Hal ini karena masing-masing kelas atau
sekolah memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Recommended