View
28
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Disampaikan Oleh :
BAHRI, SSTP,M.Si
KASUBDIT FASILITASI DANA ALOKASI KHUSUS
DIREKTORAT FASILITASI DANA PERIMBANGAN DAN PINJAMAN DAERAH
DITJEN BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Jakarta, Juni 2017
Disampaikan Pada Acara
Konsultasi Pimpinan dan Anggota DPRD Kota Bau-Bau
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
I. GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUDA
II. KEBIJAKAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANSOS
III. PERMASALAHAN HIBAH DAN BANSOS DI PEMDA
IV. LAIN-LAIN TERKAIT HIBAH
OUTLINE
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
I. Gambaran Umum Pengelolaan Keuangan Daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEKUASAAN PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
MERUPAKAN BAGIAN DARI KEKUASAAN
PEMERINTAHAN
BUPATI/WALI KOTAGUBERNUR
OTORITAS DAN TANGGUNGJAWAB ATAS
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
MENYERAHKAN SEBAGIAN
MEMILIKI
PRESIDEN selaku PKPKN
(Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 7 ayat (1) UU 17/2003
Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 17/2003
mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan [Pasal 18 (2)**]
menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh UU ditentukan
sebagai urusan Pemerintah Pusat [Pasal 18 (5) **]
berhak menetapkan peraturan daerah dan
peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan
tugas pembantuan [Pasal 18 (6)**]
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-
daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas
kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten,
dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang
diatur dengan undang-undang
[Pasal 18 (1)**]
PEMERINTAHAN DAERAH
KEPALA PEMERINTAH
DAERAHDPRD
BAB VI. PEMERINTAHAN DAERAH
Anggota
DPRD dipilih
melalui
pemilu[Pasal 18 (3) **]
Gubernur,
Bupati,
Walikota
dipilih secara
demokratis
[Pasal 18 (4)**]
6
UUD 1945
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
7
PERAN DPRD DAN PEMDA DALAM
PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Pembentukan
Perda
DPRD
Anggaran
Pengawasan
PEMDA
Perencanaan
Pelaksanaan
Penatausahaan
Pelaporan
P-jawaban
APBD
Pengawasan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
MEKANISME PENGANGGARAN DALAM KONTEKS TUGASDAN WEWENANG
8
Pasal 101 ayat (1) huruf b dan
Pasal 154 ayat (1) huruf b UU
No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah, tugas dan
wewenang DPRD adalah
“membahas dan memberikan
persetujuan rancangan Perda
Provinsi/Kab/Kota tentang APBD
Provinsi/Kab/Kota yang diajukan
Gubernur/Bupati/Walikota”
Pasal 65 ayat (1) huruf d UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, tugas KDH adalah
“menyusun dan mengajukan
rancangan Perda tentang APBD,
rancangan Perda tentang perubahan
APBD dan rancangan Perda tentang
pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD kepada DPRD untuk dibahas
bersama”
DPRDKEPALA DAERAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEUANGAN
DAERAH
semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang dapat dinilai dengan uang
AZAZ UMUM APBD
1. Disusun sesuai kebutuhan dan
penyelenggaraan pemerintah
daerah
2. Berpedoman pada RKPD dalam
rangka Mewujudkan Pelayanan
Kepada Masyarakat
3. Mempunyai fungsi Otorisasi,
perencanaan, pengawasan, alokasi,
distribusi, dan stabilisasi
4. Ditetapkan dengan PERDA
APBD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
10
RPJMD RKPD
KUA PPAS
Nota Kesepakatan
Pedoman
Penyusunan
RKA-SKPD o/ KDH
RKA-SKPD
RAPBD
Evaluasi
Raperda APBD
oleh Gubernur/
Mendagri
Perda APBD
PEDUM APBD
o/ MDN
Penatausahaan
Belanja
• Penerbitan SPM-UP,
SPM-GU, SPM-TU dan
SPM-LS oleh Kepala
SKPD
• Penerbitan SP2D oleh
PPKD
Penatausahaan
Pendapatan
Kekayaan dan
Kewajiban daerah
• Kas Umum
• Piutang
• Investasi
• Barang
• Dana Cadangan
• Utang
Akuntansi
Keuangan Daerah
• Bendahara penerimaan
wajib menyetor
penerimaannya ke
rekening kas umum
daerah selambat-
lambatnya 1 hari kerja
Penatausahaan
Pembiayaan
• Dilakukan oleh PPKD
Laporan Keuangan
diperiksa oleh BPK
Rancangan
DPA-SKPD
DPA-SKPD
Verifikasi
Laporan Realisasi
Semester Pertama
R P-APBD
Pelaksanaan APBD
Pendapatan
Belanja
Pembiayaan
Evaluasi
R P-APBD
Oleh
Gbrnr/MDN
Perda P-APBD
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
• LRA
• Neraca
• Lap. Arus Kas
• CaLK
Raperda PJ
Pel APBD
Disusun dan disajikan Sesuai
SAP
Persetujuan
Bersama (KDH +
DPRD)
Evaluasi o/ Gubernur/MDN
15 hari
7 hari
penyesuaian o/
Pemda
Perda PJ Pel
APBD
setelah 3 hari
Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertgjwban Pemeriksaan
DPRDmelakukan
pengawasan
bukan
pemeriksaan
Pengelolaan Keuangan Daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
11
PENJABARANAPBD
ANGGARAN KAS
PERDA APBD
RKPD KUA/PPAS RKA
SKPD/PPKDRAPBD
DPA SKPD/PPKD
SPD
SPP/SPM/SP2D
SPJ LKPDRAPERDA PJP
APBD
PENJABARANAPBD
RAPERDA PJP APBD
SA
P
Perencanaan dan Penganggaran
Pelaksanaan dan Penatausahaan
Pertangggungjawaban dan Pelaporan
Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
12
Struktur A P B D
PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN
PAD
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hsl Pengelolaan
Keyaan yg Dipisahkan
Lain –lain PAD yg Sah
DANA PERIMBANGAN
DBH
DAU
DAK
LAIN 2 PD YG SAH
Hibah
Bantuan Keuangan
Dana Darurat
Dana Penyesuain
Belanja Tdk Langsung
B. Pegawai
B. Bunga
B. Subsidi
B. Hibah
B. Bantuan Sosial
B. Bagi Hasil
B. Bantuan Keuangan
B. Tidak Terduga
Belanja Langsung
B. Pegawai
B. Barang & Jasa
B. Modal
Penerimaan Pembiayaan
SiLPA
Pencairan d. cadangan
Penj yang dipisahkan
Penerimaan pinjaman
Penerimaan kembali
pemberian pinjaman
Penerimaan piutang
Pengeluaran Pembiayaan
Pembentukan dana
cadangan
Penyertaan modal
Pembayaran hutang
Pemberian pinjaman
Menerapkan Prinsip Efisiensi, Efektifitas, Transparansi,
Akuntabilitas, dan Partisipasi;
Keterpaduan dan Sinkronisasi Antar Kegiatan;
Disesuaikan dengan TUPOKSI SKPD dan Urusan yang
menjadi Kewenangan Daerah;
Taati Jadwal sesuai dengan Tahapan Penyusunan
APBD.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Strategi Penyusunan APBD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
14
NO URAIAN WAKTU KET
1. Penyusunan RKPD Awal Bulan Mei
2. Penyampaian KUA dan PPAS oleh TAPD kpd KDH Minggu I Bulan Juni 1 Minggu
3. Penyampaian KUA dan PPAS oleh KDH kpd DPRD Awal Minggu ke-2 (dua) Bulan Juni 6 Minggu
4. KUA dan PPAS disepakati antara KDH & DPRD Akhir Bulan Juli
5. SE KDH perihal Pedoman RKA-SKPD dan RKA-PPKD Awal Bulan Agustus 1 Minggu
6. Penyusunan RKA-SKPD & RKA-PPKD Agustus s/d September 7 Minggu
7. Penyampaian RAPBD kpd DPRD Minggu pertama Bulan Oktober
8 Minggu8. Pengambilan Kep.Bersama (DPRD & KDH) Paling lama 1 (satu) Bulan sebelum TA yang
bersangkutan (tgl 30 Nopember)
9. Hasil evaluasi RAPBD 15 hari kerja ( bulan Desember)
10. Penetapan Perda ttg APBD & Raperkada ttgPenjabaran APBD sesuai dgn hasil evaluasi
Akhir Desember (31 Desember)
Jadwal Penyusunan dan Penetapan APBD
Kepala daerah wajib mengajukan rancangan Perda tentang APBD
disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada
DPRD sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk memperoleh persetujuan bersama.
Kepala daerah yang tidak mengajukan rancangan Perda tentang
APBD dikenai sanksi administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak
keuangannya yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan selama 6 (enam) bulan.
Rancangan Perda dibahas kepala daerah bersama DPRD dengan
berpedoman pada RKPD, KUA, dan PPAS untuk mendapat
persetujuan bersama.
Atas dasar persetujuan bersama DPRD dan kepala daerah, kepala
daerah menyiapkan rancangan Perkada tentang penjabaran APBD
dan rancangan dokumen pelaksanaan anggaran.
SANKSI ADMINISTRATIF(PASAL 311 s/d 312 UU 23/2014)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pasal 312 UU 23/214:
Ayat (1) Kepala daerah dan DPRD wajib menyetujui bersama
rancangan Perda tentang APBD paling lambat 1 (satu) bulan sebelum
dimulainya tahun anggaran setiap tahun.
Ayat (2) DPRD dan kepala daerah yang tidak menyetujui bersama
rancangan Perda tentang APBD sebelum dimulainya tahun anggaran
setiap tahun sebagaimana dimaksud ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa tidak dibayarkan hak-hak keuangan yang diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan selama 6 (enam)
bulan.
Ayat (3) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat
dikenakan kepada anggota DPRD apabila keterlambatan penetapan
APBD disebabkan oleh kepala daerah terlambat menyampaikan
rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD dari jadwal yang telah
ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Lanjutan….KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Saat ini telah Terbit Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, (Bab VI Sanksi
Administratif Pasal 36 s.d 48)
PERENCANAAN PENGANGGARAN
RPJMD RKPDKUA & PPAS
APBD
SINKRONISASI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Pasal 310
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
18
RPJMD
Renstra
SKPD
Renja
SKPDRKPD
KUA PPAS
PEDOMAN
PENYUSUNAN
RKA-SKPD
RAPERDA
APBD
TAPD
RKA-SKPD
Dibahas bersama
DPRD
5 tahun
5 tahun
1 tahun 1 tahun
RKP
RPJMN
NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN
DPRD DGN KDH
1 tahun 1 tahun
5 tahun
1 tahun
RPJPD RPJPN
20 tahun 20 tahun
Renstra
K/L
Renja
K/L
5 tahun
1 tahun
pedoman
dijabarkan
pedoman
diacu
pedoman
pedoman
pedoman
dijabarkan
diacu
pedoman Diserasikan dg
Musrenbang
Diacu
Diperhatikan
KUA = Kebijakan umum anggaranPPAS = Prioritas pagu anggaran sementara
TAPD = Tim anggaran pemdaRKA-SKPD= Rencana kerja dan anggaran
satuan kerja perangkat daerah
Proses Penyusunan RPJPD, RPJMD,
RKPD dan APBD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
19
RKA-SKPDRKA-PPKD
DPA-SKPDDPA PPKD
SPD
PENYAMPAIAN RAPBD PMBHSN MITRA
& KOMISIEvaluasi
Mendagri
RKPD KUA & PPAS (Nota Kesepakatan)
RPJMD
PELAKSANAAN PROG&KEG
PERTENGAHAN
JUNI –JULI 2016MEI-2016
AGUST-SEPT
2016OKT-NOP 2016DES-2016
JANUARI 2017 JAN-DES 2017
PAGU/JUKNIS DAK
P-APBD
AGS-SEP 2017
PERSETUJUAN BERSAMA ANTARA
KDH & DPRD
INFO RESMI KEMENKEU PAGU
SEMENTARA
30 Nov -2016
PERDA APBD & PERKADA TTG
PENJABARAN APBD
DES-2016
Pencermatan/Ketaatan dan
Kepatuhanatas hasilEvaluasiMendagri
Proses Perencanaan dan
Penganggaran APBD 2017
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SIKLUS TITIK KRITIS
Perencanaan Ketidak selarasan RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD dengan APBD
Penganggaran a. Belum diterapkannya Analisis Standar Belanja (ASB) dan standar harga
satuan untuk mengukur kewajaran pengalokasian dana dalam menghasilkan
output tertentu untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal
b. Ketidakjelasan indikator kinerja output dan outcome, tidak didukung
dokumen perencanaan
c. Kesalahan penganggaran
d. Perhitungan anggaran tidak cermat, sehingga selisih tender membengkak.
e. Jadwal penganggaran tidak ditaati (baik oleh TAPD maupun DPRD)
Pelaksanaan/
perbendaharaan
a. Keterlambatan pelaksanaan kegiatan, sehingga rendah penyerapan
b. Keraguan aparat dalam memulai kegiatan akibat perencanaan tidak matang
c. Banyaknya revisi/pergeseran anggaran
d. Penjadwalan kegiatan tidak tepat
Penatausahaan/
akuntansi/pelaporan
a. Kelemahan penguasaan akuntansi double entry
b. Rekonsiliasi kas daerah dengan Kuasa BUD tidak teratur
c. Rekonsiliasi data BMD tidak dilakukan
d. Pengolahan data belum berbasis IT
e. Keterlambatan penyampaian LKPD
Pemeriksaan Reviu dan pemeriksaan Inspektorat tidak optimal
Pertanggungjawaban Keterlambatan jadwal pertanggungjawaban
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
II. Kebijakan Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KMDN 29/02
UU 17/2003 UU 1/2004 UU 15/2004UU 25/2004 UU 33/2004
PP PP PP
UU 32/2004
(Psl 15, 16,
17, 21,22,23
155, 156)PERMENDAGRI 13/06
misal: SAP, dstnyaPP 58/2005
(Omnibus Regulation)
PERMENDAGRI 59/07
UU 5/74
PP 105/00UU 22/99
PP 41/07
PP 38/07
PERMENDAGRI 21/11
PERMENDAGRI 32/11 & 14/16
UU 20/2003
PP 71/10
PP 24/05
PERMENDAGRI 64/13
Telah terbit
UU 23/2014
(Bab XI)
PERMENDAGRI 20/09 & 59/10
PP 55/05
Dasar Hukum Pengelolaan Keuda
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Tertib administrasi, dan terciptanya harmonisasi, stabilisasi, efektifitas,
serta menjamin partisipasi masyarakat guna memperkuat dukungan
terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah, berkenaan dengan
berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
Mengatasi permasalahan pelaksanaan pemberian hibah dan bantuan
sosial yang bersumber dari APBD atas implementasi Permendagri No. 32
Tahun 2011 beserta perubahannya dengan ketentuan Pasal 298 UU No
23 Tahun 2014 antara lain :
1. Penegasan kriteria penerima hibah
2. Memperluas tujuan pemberian hibah
3. Mengakomodasi pemberian hibah kepada masyarakat (spt,
kelompok masyarakat, kelompok tani, dsb)
Latar Belakang Perubahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
(Pasal 298 ayat (4) UU Nomor 23 Tahun 2014)
Hibah dianggarkan dalam APBD sesuai dengan kemampuankeuangan daerah setelah memprioritaskan pemenuhan belanjaurusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan,kecuali ditentukan lain dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.
Latar Belakang Perubahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
(Pasal 298 ayat (5) UU Nomor 23 Tahun 2014)
Belanja hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat diberikankepada a. Pemerintah pusat, b. pemerintah daerah lainnya, c.BUMN/BUMD, d. badan, lembaga, organisasi masyarakat yangberbadan hukum Indonesia
Latar Belakang Perubahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
HIBAH BANSOS
Hibah adalah pemberian uang/barangatau jasa dari pemda kepada :
- pemerintah atau
- pemerintah daerah lainnya,
- BUMN/BUMD,
- Badan, lembaga dan
-organisasi kemasyarakatan
setelah memprioritaskan pemenuhanbelanja urusan wajib dan belanja urusanpilihan
bersifat tidak wajib, tidak mengikat atautidak secara terus menerus setiap tahunanggaran sesuai dengan kemampuankeuangan.
Bansos adalah pemberian bantuanberupa uang/barang dari pemdakepada :
- individu,
- keluarga,
- kelompok dan/atau
-Masyarakat
yang sifatnya tidak secara terusmenerus dan selektif yangbertujuan untuk melindungi darikemungkinan terjadinya resikososial
Ketentuan Umum
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
U
M
U
M
(1) Pemda dapat memberikan hibah sesuai kemampuan keuangan daerah(2) Pemberian hibah setelah memprioritaskan pemenuhan belanja urusanwajib dan belanja urusan pilihan.(Pasal 4 ayat 1 dan ayat 2 Permendagri No 14/2016)
MENUNJANG PENYELENGGARAAN URUSAN PEMDA
Ditujukan untuk menunjang pencapaian sasaran program dan kegiatan
pemda sesuai urgensi dan kepentingan daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas, dan manfaat untuk masyarakat.(Psl 4 ayat (3) Permendagri No
32/2011, sebagaimana diubah dengan Permendagri No 14/2016)
T
U
J
U
A
N
Hibah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Sekurang-kurangnya harus berdasar atas:
Peruntukan secara spesifik telah
ditetapkan;
Tidak wajib dan tidak mengikat, atau tidak
secara terus-menerus setiap tahun
anggaran sesuai kemampuan keuangan
daerah, kecuali ditentukan lain oleh
peraturan perundang-undangan;
memberikan nilai manfaat bagi
pemerintah daerah dalam mendukung
terselenggaranya fungsi pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan
Memenuhi persyaratan penerima hibah.
K
R
I
T
E
R
I
A
PEMBERIANHIBAH (Ps. 4)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMERINTAH
PEMERINTAH
DAERAH LAINNYA
BUMN/BUMD
BADAN/LEMBAGA
ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
PENERIMA HIBAH
Kepada badan dan lembaga yg bersifat nirlaba, sukarela dan
sosial
Kepada organisasi kemasyarakatan yg berbadan hukum
Indonesia yg telah mendapatkan pengesahan badan hukum
dari kementerian Hukum dan HAM
Hibah kepada BUMN, diberikan dalam rangka untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai
ketentuan PP dan BUMD diberikan dalam rangka untuk
meneruskan hibah yang diterima Pempus sesuai
ketentuan PP.
Diberikan kepada daerah otonom baru hasil
pemekaran daerah sebagaimana diamanatkan
dalam ketentuan PP.
Diberikan kepada Satker dari K/LPNK yang wilayahkerjanya berada dalam daerah bersangkutan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lanjutan………
Hibah kepada Badan dan Lembaga, diberikan kepada Badan dan lembaga:
1. Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang dibentuk berdasarkan
peraturan Perundang-undangan.
2. Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial yang telah memiliki Surat
Keterangan Terdaftar yang diterbitkan oleh MDN, Gubernur atau
Bupati/Walikota.
3. Yang bersifat nirlaba, sukarela dan sosial kemasyarakatan berupa
kelompok masyarakat/kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat,
dan keberadaannya diakui oleh Pempus/Pemda melalui pengesahan
atau penetapan dari pimpinan instansi vertikal atau kepala SKPD terkait
sesuai dengan kewenangan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lanjutan………
Hibah kepada Organisasi Kemasyarakatan diberikan kepada
Organisasi kemasyarakatan yang berbadan hukum yayasan atau
organisasi kemayarakatan yang berbadan hukum perkumpulan yang
telah mendapat pengesahan badan hukum dari Kementerian Hukum
dan HAM sesuai ketentuan PP.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lanjutan………
Organisasi Kemasyarakatan yang telah berbadan hukum sebelum
berlakunya UU No. 17/2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan,
diakui keberadaannya sesuai UU No. 17/2013.
Organisasi kemasyarakatan yang telah berbadan hukum
berdasarkan staatsblad 1870 No.64 tentang Perkumpulan-
perkumpulan berbadan hukum RI dan konsisten mempertahankan
NKRI, tetap diakui keberadaan dan kesejarahannya sebagai aset
bangsa, tidak perlu melakukan pendaftaran sesuai UU No. 17/2013.
Pasal 43 ayat (1) Permendagri No.32/2011 dirubah Permendagri
No.14/2016
Pengesahan Badan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (6), dikecualikan terhadap:
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lanjutan………
Organisasi Kemasyarakatan yang telah memiliki surat keterangan
terdaftar yang sudah diterbitkan sebelum UU No.17/2013, tetap
berlaku sampai akhir masa berlakunya.
Organisasi kemasyarakatan yang didirikan oleh WNA, WNA
bersama warga WNI atau berbadan hukum asing yang telah
beroperasi harus menyesuaikan dengan ketentuan UU No.17/2013
dalam jangka waktu paling lama 3 tahun terhitung sejak UU No.
17/2013 diundangkan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
HIBAH KEPADA ORGANISASI MASYARAKAT :
a. telah terdaftar pada Kementerian Hukum dan HAM paling singkat 3 tahun, kecuali ditentukan lain oleh peraturanPP;
b. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemerintah daerah yang bersangkutan; dan
c. memiliki sekretariat tetap di daerah ybs.
HIBAH KEPADA BADAN DAN LEMBAGA
a. memiliki pengurusan yang jelas di daerah bersangkutan;
b. memiliki surat keterangan domisili dari lurah/kepala desa atau sebutan lainnya; dan
c. berkedudukan dalam wilayah administrasi pemda ybs.
HIBAH
PERSYARATAN
(Pasal 7 Permendagri No 32/2011, sebagaimana diubah
dengan Permendagri No 14/2016)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Pemerintah, pemerintah daerah lainnya, perusahan daerah,
masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dapat menyampaikan
usulan hibah secara tertulis kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi
usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3. Kepala SKPD terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
menyampaikan hasil evaluasi berupa rekomendasi kepada kepala
daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sesuai prioritas dan kemampuan keuangan
daerah.
5. Rekomendasi kepada SKPD dan pertimbangan TAPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) dan ayat (4) menjadi dasar
pencantuman alokasi anggaran hibah dalam rancangan KUA dan
PPAS.
Penganggaran Hibah(Psl 8 dan Psl 9 ayat 1 Permendagri No 14/2016)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAMPIRAN III
KDH
SKPD
TERKAIT
TAPD
REKOMENDASI
PERTIMBANGAN
USULAN TERTULIS
DPRD
KUA/PPAS
RAPBD
KEP KDH
(NAMA PENERIMA)
DOKUMEN PENCAIRAN HIBAH
PERDA APBD
NPHD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN BERSAMAPERSETUJUAN BERSAMA
TRANSFER
EVALUASI
DIBAHAS BERSAMA
CALON PENERIMA
HIBAH
PERKDH APBD
PROSES PEMBERIAN HIBAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
HIBAH BERUPA UANG DIANGGARKAN DALAM KELOMPOK BELANJA
TIDAK LANGSUNG, JENIS BELANJA HIBAH, OBYEK BELANJA HIBAH
DAN RINCIAN OBYEK BELANJA HIBAH PADA PPKD.
HIBAH BERUPA BARANG ATAU JASA DIANGGARKAN DALAM KELOMPOK
BELANJA LANGSUNG YANG DIFORMULASIKAN KEDALAM PROGRAM
DAN KEGIATAN YANG DIURAIKAN KEDALAM JENIS BELANJA BARANG
DAN JASA, OBYEK BELANJA HIBAH BARANG ATAU JASA DAN
RINCIAN OBYEK BELANJA HIBAH BARANG ATAU JASA YANG
DISERAHKAN KEPADA PIHAK KETIGA/MASYARAKAT PADA SKPD.
PENGANGGARAN HIBAH
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PELAKSANAAN & PENATAUSAHAAN
Hibah berupa uang ditetapkan dalam DPA-PPKD, hibah berupa barang atau jasa
ditetapkan dalam DPA-SKPD.
KDH menetapkan daftar penerima hibah beserta besaran uang atau jenis barang
atau jasa yang akan dihibahkan dengan keputusan KDH berdasarkan Perkada
tentang penjabaran APBD (Lampiran III). sebagai dasar penyaluran/penyerahan
Hibah.
Hibah dituangkan dalam NPHD yang sekurang-kurangnya memuat:
1. Pemberi dan penerima hibah;
2. Tujuan pemberian hibah;
3. Besaran/jenis hibah;
4. Hak dan kewajiban;
5. Tata cara penyaluran/ penyerahan hibah;
6. Tata cara pelaporan hibah;
KDH dapat menunjuk pejabat yang menandatangani NPHD.
Penyaluran/penyerahaan hibah dilakukan setelah penandatanganan NPHD.
Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan LS.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEPALA DAERAH MENETAPKAN DAFTAR PENERIMA DAN BESARAN
UANG ATAU BARANG/JASA.
PENYALURAN/PENYERAHAN HIBAH DIDASARKAN PADA DAFTAR
PENERIMA HIBAH DAN NASKAH PERJANJIAN HIBAH DAERAH (NPHD)
PENYERAHAN HIBAH BARANG
BUKTI SERAH TERIMA BARANG/JASA
PELAKSANAAN HIBAH
PENCAIRAN HIBAH UANG
MEKANISMEPEMBAYARAN LANGSUNG (LS).
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PELAPORAN
DAN
PERTANGG
UNGJA-
WABAN
HIBAH
PEMDA
a. usulan calon
b. SK KDH - daftar penerima hibah
c. NPHD
d. pakta integritas penerima hibah
e. bukti transfer uang atau bukti
serah terima barang/jasa
PENERIMA
a. Lap. penggunaan hibah
b. Surat peryataan tanggungjawab
penggunaan hibah
c. Bukti pengeluaran yg lengkap
dan sah
catatan :
a dan b disampaikan kepada
KDH
sedangkan c disimpan oleh
penerima sebagai objek
pemeriksaan.
Penerima hibah berupa
uang menyampaikan
laporan kpd KDH
melalui PPKD tembusan
SKPD terkait
Penerima hibah
bertanggungjawab
secara formal dan
material atas
penggunaan hibah yang
diterimanya
Penerima hibah
berupa barang/jasa
menyampaikan Lap
kpd KDH melalui
SKPD terkait.
Hibah berupa barang
yg belum diserahkan
kpd penerima hibah
sampai dengan akhir
tahun anggaran
berkenaan, dilaporkan
sebagai persediaan
dalam neraca daerah
PERTANGGUNGJAWABAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
U
M
U
M
1) Pemda dapat memberikan bantuan sosial kepada anggota/kelompokmasyarakat sesuai kemampuan keuangan daerah
2) Pemberian Bantuan Sosial setelah memprioritaskan pemenuhan belanjaurusan wajib dan belanja urusan pilihan dengan memperhatikan asaskeadilan, kepatuhan, rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.(Pasal 22 Permendagri No 14/2016)
Anggota/Kelompok Masyarakat (Psl 23 Permendagri No 14/2016)
Individu, keluarga, dan/atau
masyarakat yang mengalami
keadaan yang tidak stabil
sebagai akibat krisis sosial,
ekonomi, politik, bencana,
atau fenomena alam agar
dapat memenuhi kebutuhan
hidup minimum.
Bantuan Sosial
Lembaga non pemerintahan
bidang pendidikan,
keagamaan, dan bidang lain
yang berperan untuk
melidungi individu, kelompok
dan/atau masyarakat dari
kemungkinan terjadinya
resiko sosial.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
RESIKO SOSIAL
Kejadian atau peristiwa yang dapat
menimbulkan potensi terjadinya kerentanan
sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga,
kelompok dan/atau masyarakat sebagai
dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis
politik, bencana, atau fenomena alam yang jika
tidak diberikan belanja bantuan sosial akan
semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam
kondisi wajar
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
INDIVIDU
KELUARGA/
MASYARAKAT
TIDAK DIRENCANAKANDIRENCANAKAN
Sudah jelas nama, alamat
penerima, berbadan hukum
Indonesia dan besarannya
pada saat penyusunan APBD
Dialokasikan untuk kebutuhan
akibat resiko sosial yang tidak
dapat diperkirakan pada saat
penyusunan APBD, apabila
ditunda penanganannya akan
menimbulkan resiko sosial yang
lebih besar
Pagu alokasi anggaran yang
tidak dapat direncanakan
sebelumnya tidak melebihi pagu
alokasi anggaran yang
direncanakan
Bantuan Sosial berupa Uang kepada
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SELEKTIF
MEMENUHI
PERSYARATAN
SEMENTARA DAN
TIDAK TERUS
MENERUS
SESUAI DENGAN
TUJUAN
KRITERIA DALAM PEMBERIAN BANSOS
SESUAI DENGAN TUJUAN
PENGGUNAANNYA
TDK DIBERIKAN SETIAP TAHUN
ANGGARAN, (KECUALI DLM KEADAAN
TERTENTU DAPAT BERKELANJUTAN)
MEMILIKI IDENTITAS YG JELAS DAN
BERDOMISILI DALAM WIL ADMINISTRATIF
PEMERINTAHAN DAERAH BERKENAAN.
HANYA DIBERIKAN KPD CALON PENERIMA
YANG DITUJUKAN UNTUK MELINDUNGI DARI
KEMUNGKINAN RESIKO SOSIAL.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Rehabilitasi Sosial : Ditujukan utk memenuhi dan mengembangkan kemampuansesorang yg mengalami disfungsi sosial agr dpt melaksanakan fungsi sosialnyasecara wajar
2. Perlindungan Sosial : ditujukan utk mencegah dan menangani resiko drguncangan dan kerentanan sosial sesorang, keluarga, kel masyarakat agrkelangsungan hidupnya dpt dipenuhi sesuai dgn kebutuhan dasar minimal.
3. Pemberdayaan Sosial : ditujukan utk menjadikan sesorang atau kel masyarakat ygmengalami masalah sosial mempunyai daya sehingga mampu memenuhi kebutuhandasarnya.
4. Jaminan Sosial : merupakan skema yg melembaga utk menjamin penerima bantuanagr dpt memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yg layak.
5. Penangulangan Kemiskinan : merupakan kebijakan program dan kegiatan ygdilakukan terhadap orang, keluarga, kel masyarakat yg tdk mempunyai ataumempunyai sumber mata pencaharian dan tdk dpt memenuhi kebutuhan yg layakbagi kemanusiaan
6. Penanggulangan Bencana : merupakan serangkayaan upaya yg ditujukan utkrehabilitasi
TUJUAN PEMBERIAN BANSOS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Bantuan Sosial dapat berupa uang atau barang yang diterima langsung olehpenerima bantuan sosial
Bansos berupa uang adalah
uang diberikan secara langsung
kepada penerima seperti
beasiswa bagi anak miskin,
yayasan pengelola yatim piatu,
nelayan miskin, masyarakat
lanjut usia, terlantar, cacat berat
dan tunjangan kesehatan
putra/putri pahlawan yang tidak
mampu
Bansos berupa barang
diberikan secara langsung
kepada penerima seperti
bantuan kendaraan
operasional ut SLB swasata
dan masyarakat tidak mampu,
bantuan perahu untuk
nelayan miskin, bantuan
makanan/pakaian kepada
yaitm piatu/tuna sosial, ternak
bagi kelompok masyarakat
kurang mampu
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Anggota/kelompok masyarakat menyampaikan usulan tertulis
kepada kepala daerah.
2. Kepala daerah menunjuk SKPD terkait untuk melakukan evaluasi
usulan tertulis.
3. Kepala SKPD terkait menyampaikan hasil evaluasi berupa
rekomendasi kepada kepala daerah melalui TAPD.
4. TAPD memberikan pertimbangan atas rekomendasi sesuai
prioritas dan kemampuan keuangan daerah.
5. Rekomendasi kepada SKPD dan pertimbangan TAPD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) dan ayat (4) menjadi dasar
pencantuman alokasi anggaran bansos dalam rancangan KUA dan
PPAS.
Penganggaran Bansos(Psl 27 dan Psl 28 ayat 1 Permendagri No 14/2016)
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LAMPIRAN III
KDH
SKPD TERKAIT
TAPD
REKOMENDASI
PERTIMBANGAN
USULAN TERTULIS
DPRD
KUA/PPAS
RAPBD
KEP KDH (NAMA
PENERIMA)
DOKUMEN PENCAIRAN
BANSOS
PERDA APBD
DIBAHAS BERSAMA
PERSETUJUAN BERSAMA
PERSETUJUAN BERSAMA
TRANSFER
EVALUASI
DIBAHAS BERSAMA
CALON PENERIMA
BANSOS
PERKDH APBD
KDH
SKPD TERKAIT
REKOMENDASI
PERMINTAAN TERTULIS/SRT KET
DPRD
NAMA PENERIMA dan BESARAN
DOKUMEN PENCAIRAN
BANSOS
MELAKUKAN PENGAWASAN
TRANSFER/PENYERAHAN TUNAI
EVALUASI
CALON PENERIMA
BANSOS
PPKD
PROSES PEMBERIAN BANSOS YANG
DIRENCANAKAN
PROSES PEMBERIAN BANSOS YANG TIDAK
DAPAT DIRENCANAKAN SEBELUMNYA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG DIANGGARKAN DALAM KELOMPOK
BELANJA TIDAK LANGSUNG, JENIS BELANJA BANTUAN SOSIAL,
OBJEK BELANJA BANTUAN SOSIAL, DAN RINCIAN OBJEK BELANJA
BANTUAN SOSIAL PADA PPKD .
BANTUAN SOSIAL BERUPA BARANG DIANGGARKAN DALAM KELOMPOK
BELANJA LANGSUNG YANG DIFORMULASIKAN KE DALAM PROGRAM
DAN KEGIATAN, YANG DIURAIKAN KEDALAM JENIS BELANJA
BARANG DAN JASA, OBJEK BELANJA BANTUAN SOSIAL BARANG DAN
RINCIAN OBJEK BELANJA BANTUAN SOSIAL BARANG YANG
DISERAHKAN KEPADA PIHAK KETIGA/MASYARAKAT PADA SKPD.
PENGANGGARAN BANSOS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEPALA DAERAH MENETAPKAN DAFTAR PENERIMA DAN BESARAN
BANSOS KECUALI BANSOS YG TDK TERENCANA SEBELUMNYA.
PENYALURAN/PENYERAHAN BANSOS DIDASARKAN PADA DAFTAR
PENERIMA BANSOS UTK YG TERENCANA DAN PERMINTAAN TERTULIS
DARI YG TDK TERENCANA.
PENYERAHAN HIBAHBARANG
BUKTI SERAH TERIMA BARANG
PELAKSANAAN BANSOS
MEKANISME LS.</= RP. 5JT DAPAT MEKN TU=
KWITANSI
PENCAIRAN BANSOS UANG
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PELAKSANAAN & PENATAUSAHAAN
Pelaksanaan anggaran bantuan sosial berupa uang berdasarkan atas DPA-
PPKD, sedangkan Pelaksanaan Bantuan Sosial berupa barang berdasarkan
DPA-SKPD.
KDH menetapkan daftar penerima dan besaran bantuan sosial dengan
Keputusan KDH berdasarkan Perda tentang APBD dan Perkada tentang
Penjabaran APBD (Lampiran IV).
Penyaluran dan/atau penyerahan Bansos didasarkan pada daftar penerima
bantuan sosial yang tercantum dalam Keputusan KDH kecuali bansos kepada
individu dan/atau keluarga yang tidak dapat direncanakan.
Penyaluran/penyerahan bansos kepada individu/keluarga yang tidak dapat
direncanakan didasarkan pada permintaan tertulis dari individu/keluarga ybs atau
surat keterangan dari pejabat yang berwenang serta mendapat persetujuan KDH
setelah diverifikasi oleh SKPD terkait.
Pencairan hibah dalam bentuk uang dilakukan dengan LS.
Dalam hal nilai sampai dengan Rp5.000.000,- pencairan dapat melalui
mekanisme tambah uang (TU).
LOGO
PELAPORAN
&
PERTANGGU
NGJAWABA
N
PEMDA
a. usulan calon
b. daftar penerima bansos
c. pakta integritas
penerima bansos
d. bukti transfer uang atau
bukti serah terima
barang/jasa
PENERIMA
a. Lap. penggunaan bansos
b. Surat peryataan
tanggungjawab
penggunaan bansos
c. Bukti pengeluaran yg
lengkap dan sah
Penerima
bansos berupa
uang
menyampaikan
laporan kepada
KDH melalui
PPKD tembusan
SKPD terkait
Penerima
bansos berupa
barang/jasa
menyampaikan
laporan kepada
KDH melalui
SKPD terkait.
PERTANGGUNGJAWABANPELAPORANKEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. SKPD terkait melakukan monev atas pemberian hibahdan bansos.
2. Hasil monev disampaikan kpd KDH dgn tembusan kpdSKPDygmempunyai tugas dan fungsi pengawasan.
3. Dalamhal hasil monev terdapat penggunaan hibah ataubansos yg tdk sesuai dgn usulan yg telah disetujui,penerima hibah atau bansos yg bersangkutandikenakan sanksi sesuai dgn peraturan perundang-undangan.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Tata cara penganggaran, pelaksanaan danpenatausahaan, pertanggungjawaban danpelaporan serta monev hibah dan bansos diaturlebih lanjut dengan PERKADA
2. Pemerintah daerah dapat menganggarkan hibahdan bantuan sosial apabila telah menetapkanperaturan kepala daerah
3. Dalam hal pengelolaan hibah dan/ataubantuan sosial tertentu diatur lain denganperaturan perundang-undangan, makapengaturan pengelolaan dimaksuddikecualikan dari Peraturan Menteri ini.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
1. Pada saat Permendagri ini mulai berlaku, hibah danbansos TA 2016 dapat dilaksanakan sepanjangtelah dianggarkan dalam APBD TA 2016 dan telahsesuai dengan Peraturan ini.
2. Dalam hal penganggaran hibah dan bansos TA2016 belum sesuai, hibah dan bansos TA 2016dapat dianggarkan setelah dilakukan penyesuaianberdasarkan Peraturan ini dan ditetapkan dalamPerubahan APBD TA 2016
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
III. Permasalahan Hibah dan Bansos di Pemda
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
o Kurangnya komitmen aparat/pejabat dan DPRD dalammengimplementasikan kebijakan bansos.
o Pemda belum merinci nama penerima dan alamat dalam Lampiran IVPerkada tentang Penjabaran APBD (khususnya untuk bansos yangdirencanakan sebelumnya);
o Kesalahan penganggaran akibat tidak sesuai dengan definisi dan kriteria,sebagai contoh pemberian beasiswa bagi yg mampu, bansos kepadapanitia/pengurus rumah ibadah.
o Belum ditetapkannya Perkada sesuai amanat Permendagri 32/2011,39/2012, dan 14/2014
o Penerima tidak tepat sasaran;
o Rendahnya pengendalian dan pengawasan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
IV. Lain-Lain Terkait Hibah
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
H
I
B
A
H
BELANJA
BARANG &
JASA
BELANJA
MODAL
SKPD
VIA
PPKD
PROGRAM /
KEGIATAN
TRANSFER
PENGHAPUSAN
ASET
PENERIMA
HIBAH
BELANJA
HIBAH
PROSES
PENGADAAN
BARANG/JASA
OLEH PENERIMA
HIBAH
PROSES
PENGADAAN
BARANG/JASA
OLEH SKPD
UANG
BARANG/JASA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Belanja barang/jasa digunakan untuk menganggarkan pengadaan
barang dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan
dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintahan daerah,
termasuk barang yang akan diserahkan atau dijual kepada masyarakat
atau pihak ketiga.
(Pasal 50 ayat (1) Permendagri 21 Tahun 2011)
Pengadaan barang/jasa yang akan diserahkan kepada pihak
ketiga/masyarakat pada tahun anggaran berkenaan, dianggarkan pada
jenis belanja barang dan jasa.
Dianggarkan sebesar harga beli/bangun barang/jasa yang akan
diserahkan kepada pihak ketiga/masyarakat ditambah seluruh belanja
yang terkait dengan pengadaan/pembangunan barang/jasa sampai siap
diserahkan
(Permendagri 52 Tahun 2015)
PENGADAAN BARANG DAN JASA
yg akan diserahkan kpd Masyarakat/Pihak ke-3
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Bersifat sementara dan tidak terus menerus setiap tahun anggaran,
kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan
Pengertian “kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-
undangan” adalah sepanjang payung hukum berupa Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Instruksi
Presiden dan Keputusan Presiden, yang menyatakan
pembebanan belanja APBD atas organisasi kemasyarakatan
tertentu maka hibah dapat di alokasikan anggaran tersebut
dalam APBD setiap tahun
HIBAH TERUS MENERUS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KORPRIPasal 63 Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun2010 tentang Pengesahan Anggaran DasarKORPRI
PMI• Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
• Pasal 46 Peraturan Pemerintah Nomor 7
Tahun 2012 tentang Pelayanan Darah.
PRAMUKAPasal 36 Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2010 tentang Gerakan Pramuka
DASAR HUKUM YG MELANDASI KEBIJAKAN PENGANGGARANNYA
Pasal 69 Undang-Undang Nomor 3 tahun
2005 Tentang Sistim Keolahragaan
NasionalKONI
DUKUNGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UTK ORMAS MENERIMA HIBAH SECARA TERUS MENERUS
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Hibah Kepada Pendidikan Agama dan KeagamaanLampiran V angka 32 Permendagri No. 31 Tahun 2016
Dalam rangka mendukung peningkatan akses, mutu, daya saing, dan
relevansi pendidikan islam (madrasah, pendidikan diniyah, dan
pondok pesantren) dan pendidikan non islam dibawah binaan
Kementerian Agama sebagai bagian integral pendidikan nasional,
pemerintah daerah dapat memberikan dukungan pendanaan yang
dianggarkan dalam belanja hibah dengan mempedomani Pasal 298
ayat(4) dan ayat (5) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32
Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta peraturan perundang-
undangan lain dibidang hibah.
Hibah Kepada Pendidikan Agama dan Keagamaan
Apakah Bisa Terus Menerus??
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Pembahasan
UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Pasal 10 ayat (1) huruf f
Urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (2) meliputi: f. Agama
Penjelasan Pasal 10 ayat (1) huruf f UU No. 23 Tahun 2014.
Yang dimaksud dengan “urusan agama” misalnya menetapkan hari
libur keagamaan yang berlaku secara nasional, memberikan pengakuan
terhadap keberadaan suatu agama, menetapkan kebijakan dalam
penyelenggaraan kehidupan keagamaan, dan sebagainya.
Daerah dapat memberikan hibah untuk penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan keagamaan sebagai upaya meningkatkan keikutsertaan Daerah
dalam menumbuhkembangkan kehidupan beragama, misalnya
penyelenggaraan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ), pengembangan
bidang pendidikan keagamaan, dan sebagainya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
65
Pembahasan
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan.
Pendidikan Keagamaan meliputi: islam, Kristen, katolik, hindu, budha,
dan konghucu.
Pendidikan keagamaan islam berbentuk pendidikan diniyah dan
pesantren.
Pasal 12 ayat (1)
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan bantuan sumber
daya pendidikan kepada pendidikan keagamaan.
Penjelasan Pasal 12 ayat (1)
Pemberian bantuan sumber daya pendidikan meliputi pendidik, tenaga
kependidikan, dana, serta sarana dan prasarana pendidikan lainnya.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
66
Hibah Kepada Organisasi KemasyarakatanLampiran V angka 10 Permendagri No. 52 Tahun 2015
Lampiran V.10
Pemerintah Daerah dapat memberikan dukungan pendanaan
operasional yang bersumber dari APBD kepada organisasi
kemasyarakatan (termasuk organisasi keagamaan) dan dianggarkan
dalam jenis belanja hibah dengan mempedomani Pasal 298 ayat (4) dan
ayat (5) UU No.23 Tahun 2014 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 32 Tahun 2011, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 2016, serta peraturan perundang-
undangan lain dibidang hibah.
Apakah Bisa Terus Menerus??
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
67
MUI
Peraturan Presiden Nomor 151 Tahun 2014 tentang Bantuan
Pendanaan Kegiatan Majelis Ulama Indonesia.
Pasal 2
MUI merupakan mitra pemerintah dalam penyelenggaraan program
pembangunan pengembangan kehidupan yang islami.
Pasal 3
Untuk kelancaran pelaksanaan peranan MUI sebagai mitra pemerintah,
pemerintah pusat dan pemerintah daerah dapat memberikan bantuan
pendanaan kegiatan MUI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
68
BAZNAS
UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat
Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU
No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Pasal 67 ayat (1)
Biaya operasional BAZNAS dibebankan pada APBN dan Hak Amil.
Pasal 69 ayat (1)
Biaya operasional BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kab/Kota
dibebankan pada APBD dan Hak Amil.
Pasal 69 ayat (2)
Biaya operasional BAZNAS meliputi: hak keuangan pimpinan, biaya
adm umum dan biaya sosialisasi dan koordinasi dengan BAZNAS
Kab/Kota dengan LAZ Kab/Kota.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TP.PKK Lampiran V, angka 34 huruf d Permendagri No. 31 Tahun 2016
Pemerintah daerah mensinergikan penganggaran program dan
kegiatan dalam penyusunan APBD TA 2017 dengan kebijakan
Nasional, antara lain: d. pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK)
Provinsi/Kab/Kota dengan mempedomani Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 1 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Masyarakat melalui
Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraaan Keluarga.
Pasal 16 ayat (2) dan ayat (3) Permendagri No. 1 Tahun 2013
2) Gubernur melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan pemberdayaan
masyarakat di Provinsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK di
Provinsi dan Kabupaten/Kota di wilayahnya.
3) Bupati/Walikota melalui Kepala SKPD yang membidangi urusan
pemberdayaan masyarakat di Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat
melalui Gerakan PKK di Kabupaten/Kota.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Lanjutan TP.PKK Permendagri No. 1 Tahun 2013
Pasal 17 ayat (2) dan ayat (3)
2) TP PKK Provinsi melakukan pembinaan teknis penyelenggaraan
pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK yang dilakukan
TP PKK Kabupaten/Kota.
3) TP PKK Kabupaten/Kota melakukan pembinaan teknis
penyelenggaraan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK
yang dilakukan TP PKK Kecamatan, Desa/Kelurahan.
Pasal 18
Pendanaan pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan PKK
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi, Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Kabupaten/Kota, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa dan lain-lain sumber pendanaan yang sah dan tidak mengikat.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TerimaKasih
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
REPUBLIK IINDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH
Jl. Veteran Nomor 7 Jakarta 10110, Telp/Fax (021) 3504042
http://keuda.kemendagri.go.id Email: dak.djkd@kemendagri.go.id
Recommended