View
224
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/24/2019 DK2P2 Sarji Azis (5 Dan 14)
1/4
5. Hipertensi merupakan faktor risiko utama terjadinya stroke iskemik. Sering disebut sebagai the
silent killer karena hipertensi tidak memiliki gejala dan hipertensi meningkatkan risiko terjadinya
stroke sebanyak 6 kali. Dikatakan hipertensi bila tekanan darah lebih besar dari 140/0 mmHg.
!ika serangan stroke terjadi berkali"kali# maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup
akan semakin ke$il. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke iskemik yang dapat diubah. Dengan
mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kejadian stroke iskemik# maka diharapkan dapat
men$egah terjadinya stroke iskemik dan stroke iskemik ulangan %!unaidi# &011'.
Semakin tinggi tekanan darah pasien kemungkinan stroke akan semakin besar# karena hipertensi
dapat memper$epat pengerasan dinding pembuluh darah arteri dan mengakibatkan penghan$uran
lemak pada sel otot polos sehingga memper$epat proses aterosklerosis. Hipertensi berperan dalam
proses aterosklerosis melalui efek penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang
berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin $epat. !ika serangan stroke terjadi berkali"
kali# maka kemungkinan untuk sembuh dan bertahan hidup akan semakin ke$il %Sudoyo# &00(
!unaidi# &011'.
)bser*asi epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium menunjukan bah+a hipertensi tidak
terkontrol dengan baik menjadi predisposisi stroke ulang melalui tiga $ara# yaitu %1' memperburuk
aterosklerosis dalam ar$us aorta dan arteri,arteri ser*ikoserebral# %&' menyebabkan ateriosklerosis
dan lipohialinosis dalam diameter ke$il dan arteri serebral# %-' menyokong terjadinya penyakit
jantung %riday# &00&'.
erjadinya aterosklerosis pada pembuluh darah otak yang semakin banyak akan memperburuk
keadaan endotel pembuluh darah dan mengganggu aliran darah menuju jaringan otak. emudian
hal ini akan menyebabkan penurunan darah otak sehingga timbul hipoksia dan iskemik pada
jaringan otak dan akirnya terjadi kematian sel saraf sehingga timbul gejala klinis defisit neurologis
%!unaidi# &011'.
Sumber
" 2srin# 3r+an. engaruh Hipertensi erhadap ejadian Stroke 3skemik dan Stroke Hemoragik
di uang eurologi di umah Sakit Stroke asional %SS' 7ukittinggi. akultas esehatan
8asyarakat 2ni*ersitas Sumatera 2tara 8edan. &01-.
" 9ndromeda# 9yu 9rdilla. Hubungan Hipertensi idak erkontrol dengan ejadian Stroke
2lang di S 2mum Daerah Sukoharjo. akultas edokteran 2ni*ersitas 8uhammadiyah
Surakarta. &014.
14. 8enurut :hitaker# dalam %;ahyono# 7ambang
7/24/2019 DK2P2 Sarji Azis (5 Dan 14)
2/4
eterampilan bahasa %berbi$ara# menyimak# memba$a# dan menulis' dan struktur linguistik %$iri
sintaksis dan semantik# bentuk leksikal dan gramatikal' memiliki daerah khas dalam otak bukti
kedua ialah bah+a bahasa semua orang menempati daerah yang sama dalam otak. 7ukti ketiga
ialah terdapat hubungan antara kemampuan bahasa dengan belahan otak.
Se$ara garis besar# sistem otak manusia dapat dibagi menjadi tiga# yakni %1' otak besar
%sereberum'# %&' otak ke$il %serebelum'# %-' batang otak. 7agian otak yang paling penting dalam
kegiatan berbahasa adalah otak besar. 7agian pada otak besar yang terlibat langsung dalam
pemprosesan bahasa adalah korteks serebral.
orteks serebri %$erebral $orte>'# sering hanya disebut korteks# adalah lapisan luar materi abu"abu
%grey matter'# sekitar & mm tebalnya# yang menutupi seluruh permukaan belahan otak. orteks
serebri terdiri dari sel"sel neuron dan pendukung %sel glia' dan berfungsi menghubungkan
informasi dari banyak sumber untuk mempertahankan semua bentuk pengalaman sadar# termasuk
persepsi# emosi# berpikir# dan peren$anaan# serta koordinasi dari akti*itas motorik.
orteks serebral terdiri atas dua bagian# yakni belahan otak kiri %hemisfer kiri' dan belahan otak
kanan %hemisfer kanan'. Hemisfer kanan mengontrol pemprosesan informasi spasial dan *isual
%melihat# memperkirakan# atau memahami ruang atau benda se$ara tiga dimensi'. Sementara
hemisfer kiri mengontrol kegiatan berbahasa disamping# tentu saja# proses kognitif yang lain.
oordinasi diantara keduanya dimungkinkan
karena adanya struktur yang menyatukan kedua belah
hemisfer ini# yakni korpus kalosum. Struktur yang
berbentuk mirip tulang ra+an ini berperan dalam
menyampaikan informasi diantara kedua hemisfer.
ada tahun 1=61 aul 7ro$a# seorang ahli
bedah otak eran$is# memulai pengkajian
hubungan afasia dengan otak. 7ro$a meneliti kemampuan berbahasa pasien"pasien yang menderita
himiflegia sisi kanan badan dengan $ara mengautopsi otak pasien ini. Sebelum pasien"pasien ini
meninggal 7ro$a menemukan mereka tidak dapat berbi$ara tetapi memahami u$apan orang lain.
Setelah diatopsi 7ro$a menemukan keretakan syaraf otak dibagian belakang lobus depan kiri %?left
7/24/2019 DK2P2 Sarji Azis (5 Dan 14)
3/4
frontal lobe?' yang disebut ? 7ro$a@s 9rea? A 8edan 7ro$a. !adi# 7ro$alah yang pertama kali
membuktikan# bah+a afasia berhubungan dengan keretakan otak yang spesifik dan juga
menunjukkan bah+a keretakan"keretakan ini terjadi di hemisfer kiri otak untuk memproduksi
bahasa. 7ro$a membuktikan# bah+a terdapat lokalisasi khusus di hesmifer kiri otak untuk
memproduksi bahasa.%Simanjuntak# &00 1&'
8anusia memahami suatu kata dari pengalamannya atau imanjinasinya. 18anusia mendapatkan
kosakata dari apa yang dilihat# didengar# dirasakan# dan sebagainya. 19rea $erebrum yang
mengitegrasikan semua stimulus ini menjadi kemampuan berbahasa adalah area :erni$ke. 9rea
:erni$ke terletak pada ujung posterosuperior girus temporalis superior. 9rea :erni$k berdekatan
dengan area pendengaran primer dan sekunder. Hubungan antara area pendengaran dengan area
:erni$ke memungkinkan adanya interpretasi bahasa terhadap apa yang didengar. Selain berhubungan
dengan area pendengaran# area :erni$ke juga berhubungan dengan area asosiasi penglihatan. )leh
karena itu pemahaman bahasa juga dapat terjadi melalui memba$a. & %Bambar 1'
7/24/2019 DK2P2 Sarji Azis (5 Dan 14)
4/4
Sumber
Simanjuntak# 8angantar. Diktat Cinguistik. 7ahasa. emerolehan 7ahasa dan Bramatika Beneratif.
rogram Studi 8agister Cinguistik 2S2. &00=
Recommended