View
220
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN
RECALL MEMORY PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
NEGERI BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Pendidikan Strata I Psikologi
Oleh:
Masrika Lestina Raharjani
G0106063
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
HALAMAN PENGESAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi
ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga
tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan ini, maka saya
bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.
Surakarta, Januari 2012
Masrika Lestina Raharjani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
MOTTO
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allahlah
hati menjadi tenteram.
(ar-
Man jadda wajada. Man shabara zhafira.
Siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil.
Siapa yang bersabar akan beruntung.
(Ahmad Fuadi)
Hidup dan hati boleh jatuh bangun. Konsistensi berkarya jalan terus.
(Steve Jobs)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari adanya hambatan dan kesulitan
dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat
berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi
Efektivitas Brain Gym Terhadap Peningkatan Recall Memory Pada
Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
untuk memenuhi persyaratan guna mendapatkan gelar sarjana dari Program Studi
Psikologi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi telah melibatkan berbagai
pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp. PD-KR-FINASIM selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
kesempatan bagi penulis untuk dapat menuntut ilmu di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi
kesempatan bagi penulis untuk dapat menuntut ilmu di Program Studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta serta
memberi izin atas penelitian ini.
3. Bapak Drs. H. Thulus Hidayat, SU., MA. selaku dosen pembimbing utama
dan Bapak Aditya Nanda Priyatama, S. Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing
pendamping dan pembimbing akademik yang telah memberikan arahan,
motivasi, dan ilmu yang bermanfaat bagi penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Sri Wiyanti, M.Si. selaku dosen penguji I dan Bapak Nugraha Arif
Karyanta, M.Psi. selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran
maupun kritik kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak, Ibu dosen, staf tata usaha, dan staf perpustakaan Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan bantuan kepada penulis selama proses studi.
6. Bapak Maryanto, S.Pd., M.M., selaku Kepala Sekolah Dasar Negeri
Bulukantil No. 150 Surakarta, dan Bapak Sriyadi A.Md., selaku Wali Kelas V,
beserta seluruh staf tenaga kependidikan yang telah memberikan izin dan
membantu penulis dalam melakukan penelitian serta seluruh siswa kelas V
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi subjek penelitian
dan membantu dalam proses pengumpulan data.
7. Bapak, Ibu, adik
dukungan yang senatiasa diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
8. Kru Brain Gym (Rasty, Arfi, Zhaifa, Vera, Sheila, Sita, Jaya, Wildan, Gendig,
Prehaten, Indri, Burhan, dan Uwie) yang telah bersedia meluangkan waktu
dan tenaga untuk suksesnya penelitian ini.
9. Keluarga besar Psikologi Dua Ribu Enem) yang telah berbagi
cerita dan semangat, menemaniku hingga karya ini terselesaikan. Perjalanan
kita masih panjang, ini hanyalah awal dari sebuah tahapan yang baru.
10. Keluarga besar Marching Band Sebelas Maret Surakarta, untuk persahabatan,
pengalaman, dan pelajaran yang kuperoleh. Kepada rekan-rekan Tim Pelatih
GPMB 2010 dan BMBC 2011, serta Color Guard Marching Band Sebelas
Maret, terima kasih atas kebersamaan yang teriring dalam perjuangan ini.
Bangga menjadi bagian dari kalian.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan kelemahan dalam karya
ini, karena keterbatasan pengetahuan yang ada dan hasilnya masih jauh dari
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
psikologi, khususnya psikologi pendidikan.
Surakarta, Januari 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
EFEKTIVITAS BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN RECALL MEMORY PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI
BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA
Masrika Lestina Raharjani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK Ingatan merupakan komponen penting dalam belajar, terutama terkait dengan kemampuan siswa untuk mereproduksi pengetahuan yang sudah diterimanya. Permasalahan yang kerap dijumpai adalah banyak siswa yang mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diajarkan atau yang baru saja diajarkan. Kegiatan seseorang dalam mengambil kembali atau mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada waktu lampau dalam ilmu psikologi disebut recall memory. Peningkatan kemampuan recall memory pada siswa dapat ditinjau dari cara belajar yang merupakan kunci pokok untuk menunjang keberhasilan belajar. Brain gym merupakan aktivitas fisik dalam cara belajar kinestetik yang digunakan untuk merangsang kedua belahan otak sehingga memungkinkan pencapaian kinerja otak yang maksimal. Brain gym dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan recall memory siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Penelitian ini menggunakan Randomized Pretest-Posttest Control Group Design dengan subjek penelitian sebanyak 46 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta yang terbagi dalam Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol. Pemberian brain gym menggunakan metode ice breaking, presentasi, dan simulasi gerakan serta materi pelatihan yang telah disusun dalam modul. Pengambilan data dilakukan menggunakan Tes Recall Memory yaitu Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dengan daya beda aitem 0,088-0,803 dan koefisien
Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U-Test diperoleh probabilitas (p) pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,014, sehingga Asymp. Sig. (2-tailed) 0,014 < 0,05 Level of Significant bahwa pemberian brain gym efektif terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Kata Kunci: Brain Gym, Recall Memory, Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
THE EFFECTIVENESS OF BRAIN GYM TO INCREASE RECALL MEMORY ON 5th GRADE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS OF
BULUKANTIL NO. 150 SURAKARTA
Masrika Lestina Raharjani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRACT Memory is the important aspect in learning, especially it is related to the
students' ability to reproduce the knowledge that has been received before. The most common problem is there are many students who easily forget the subject that are given to them. The activity in taking-back or re-calling the previous subject that has been learned before in psychologics, is called recall memory. The increasing method. This becomes the main key to support the study. Brain gym is the physical activity in kinesthetic study which is used to stimulate both hemispheres of the brain in order to reach the maximum performance. Brain gym is intended to enhance students' ability to recall memory. This research is conducted to know the effectiveness of brain gym to increase recall memory in 5th Grade elementary school students of Bulukantil No. 150 Surakarta.
This research applies Randomized Pretest-Posttest Control Group Design. This research involves 46 students in 5th Grade elementary school of Bulukantil No. 150 Surakarta which are divided into two groups. First group is Experimental Group, while the second is Control Group. Brain gym is given by ice breaking method, presentation, movement simulation, and training materials that have been compiled in modules. The data is collected using a Recall Memory Test is Not Meaningful Letter Composition Tests with different power aitem 0.088 to 0.803 and the reliability coefficient ( 0.941.
Based on test results the Mann-Whitney U-Test obtained probability (p) in column Asymp. Sig. (2-tailed) of 0.014, so Asymp. Sig. (2-tailed) 0.014 < 0.05 Level of Significant ( This research concludes that there is an effectiveness of brain gym to increase recall memory in 5th Grade elementary school students of Bulukantil No. 150 Surakarta. Key words: Brain Gym, Recall Memory, 5th Grade Elementary School Students of Bulukantil No. 150 Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN.........................................................................iv
MOTTO..........................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................vii
ABSTRAK .....................................................................................................x
ABSTRACT .....................................................................................................xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................xii
DAFTAR BAGAN .........................................................................................xvi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................xvii
DAFTAR GRAFIK.........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................1
B. Perumusan Masalah ..............................................................................9
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................9
D. Manfaat Penelitian ................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Recall Memory .....................................................................................11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
1. Pengertian Recall Memory ...............................................................11
2. Tahapan Memory .............................................................................13
3. Syarat Terjadinya Recall Memory ....................................................18
4. Pengukuran Recall Memory .............................................................19
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory .........................21
B. Brain Gym ............................................................................................28
1. Pengertian Brain Gym .....................................................................28
2. Pengaruh Brain Gym pada Kinerja Otak ..........................................29
3. Dimensi Kerja Otak dalam Brain Gym.............................................32
4. Bentuk-Bentuk Gerakan Brain Gym ................................................34
5. Manfaat Brain Gym .........................................................................44
C. Pengaruh Brain Gym Terhadap Recall Memory
pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar.......................................................46
D. Kerangka Pemikiran .............................................................................50
E. Hipotesis ...............................................................................................51
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................52
B. Definisi Operasional .............................................................................52
C. Subjek Penelitian ..................................................................................53
D. Teknik Pengumpulan Data....................................................................54
E. Validitas dan Reliabilitas ......................................................................56
F. Rancangan Penelitian ............................................................................57
G. Prosedur Penelitian ...............................................................................58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
H. Teknik Analisis Data ............................................................................60
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian .............................................................................61
1. Orientasi Kancah Penelitian .............................................................61
2. Persiapan Administrasi ....................................................................63
3. Persiapan Alat Ukur ........................................................................63
a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba .......................................................63
b. Uji Coba Alat Ukur .....................................................................66
c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas ................................68
4. Persiapan Eksperimen......................................................................73
a. Persiapan Alat dan Bahan ............................................................73
b. Screening ....................................................................................74
c. Penentuan Subjek Penelitian ........................................................77
B. Pelaksanaan Penelitian ..........................................................................79
1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest ............................................79
2. Pelaksanaan Eksperimen..................................................................82
3. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest ..........................................85
C. Hasil Penelitian.....................................................................................89
1. Hasil Analisis Kuantitatif.................................................................89
2. Hasil Analisis Deskriptif ..................................................................91
D. Pembahasan..........................................................................................126
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................................134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
B. Saran ....................................................................................................135
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................136
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 Aktivitas Utama pada Ingatan............................................................13
Bagan 2 Tahapan Ingatan ................................................................................14
Bagan 3 Model Pemrosesan Informasi dalam Ingatan .....................................17
Bagan 4 Kerangka Pemikiran ..........................................................................50
Bagan 5 Desain Penelitian Randomized Control Group Pretest-
Posttest Design .................................................................................58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta .....62
Tabel 2 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Sebelum Uji Coba ........................64
Tabel 3 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Setelah Uji Coba ..........................70
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas .............................................72
Tabel 5 Hasil Tes IQ Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil
No. 150 Surakarta ..............................................................................75
Tabel 6 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ......78
Tabel 7 Skor Pretest Kelompok Eksperimen ...................................................80
Tabel 8 Skor Pretest Kelompok Kontrol .........................................................81
Tabel 9 Skor Posttest Kelompok Eksperimen ..................................................86
Tabel 10 Skor Posttest Kelompok Kontrol ......................................................88
Tabel 11 Hasil Uji Mann Whitney U-Test pada Dua Independen Sampel .........90
Tabel 12 Distribusi Kategori Recall Memory pada Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol (dalam Persen) ..........................128
Tabel 13 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan ..........................131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Skor Recall Memory pada Peserta AW (Pretest-Posttest) ..................92
Grafik 2 Skor Recall Memory pada Peserta HSM (Pretest-Posttest) ................93
Grafik 3 Skor Recall Memory pada Peserta ITC (Pretest-Posttest) ..................95
Grafik 4 Skor Recall Memory pada Peserta ATY (Pretest-Posttest).................96
Grafik 5 Skor Recall Memory pada Peserta YWA (Pretest-Posttest) ...............98
Grafik 6 Skor Recall Memory pada Peserta ASA (Pretest-Posttest) .................99
Grafik 7 Skor Recall Memory pada Peserta RFCP ( Pretest-Posttest) ...............101
Grafik 8 Skor Recall Memory pada Peserta EHPP (Pretest-Posttest) ...............102
Grafik 9 Skor Recall Memory pada Peserta HAL ( Pretest-Posttest).................104
Grafik 10 Skor Recall Memory pada Peserta MHA (Pretest-Posttest)..............105
Grafik 11 Skor Recall Memory pada Peserta RNS (Pretest-Posttest) ...............107
Grafik 12 Skor Recall Memory pada Peserta HCP (Pretest-Posttest) ...............108
Grafik 13 Skor Recall Memory pada Peserta MMA (Pretest-Posttest) .............109
Grafik 14 Skor Recall Memory pada Peserta AAAM (Pretest-Posttest) ...........111
Grafik 15 Skor Recall Memory pada Peserta ZKT ( Pretest-Posttest) ...............113
Grafik 16 Skor Recall Memory pada Peserta LSJ ( Pretest-Posttest).................114
Grafik 17 Skor Recall Memory pada Peserta GSP ( Pretest-Posttest) ...............115
Grafik 18 Skor Recall Memory pada Peserta ASIH (Pretest-Posttest)..............117
Grafik 19 Skor Recall Memory pada Peserta ERP (Pretest-Posttest) ...............119
Grafik 20 Skor Recall Memory pada Peserta SA (Pretest-Posttest)..................120
Grafik 21 Skor Recall Memory pada Peserta ARN (Pretest-Posttest) ..............122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Grafik 22 Skor Recall Memory pada Peserta RAR (Pretest-Posttest)...............123
Grafik 23 Skor Recall Memory pada Peserta OMR (Pretest-Posttest) ..............125
Grafik 24 Perbedaan Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...............................129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Jadwal Kegiatan Penelitian ..........................................................140
Lampiran B Tes Recall Memory Try Out & Penelitian
(Tes Susunan Huruf Tak Bermakna) ...........................................142
Lampiran C Modul Pelatihan Brain Gym........................................................161
Lampiran D Detail Rancangan Penelitian .......................................................171
Lampiran E Lembar Panduan Observasi & Lembar Evaluasi Proses ..............176
Lampiran F Daftar Hadir Siswa .....................................................................179
Lampiran G Tabulasi Try Out, Tabulasi Pretest, Tabulasi Posttest,
Kategorisasi Recall Memory .......................................................182
Lampira n H Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Hipotesis ................................200
Lampiran I Dokumentasi .................................................................................207
Lampiran J Surat -Surat ...................................................................................215
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepanjang kehidupannya, manusia tidak terlepas dari proses belajar.
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat
positif pada diri seseorang. Dunia pendidikan merupakan komponen penting yang
berperan dalam usaha membangun dan mencerdaskan anak bangsa, terutama di
sekolah-sekolah karena disinilah berlangsungnya proses belajar mengajar dan
evaluasi hasil belajar berlangsung.
Endang Ekowarni (1993) menjelaskan bahwa pada dasarnya proses
pendidikan mengandung education transmission, sehingga diharapkan sekolah
dapat memacu dan menunjang perkembangan kognitif melalui proses belajar
mengajar yang sesuai dan searah dengan ciri perkembangan pada tahap tertentu.
Piaget (dalam Syamsu Yusuf, 2002) membagi tahap perkembangan kognitif
menjadi empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap praoperasional
(2-7 tahun), tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan tahap operasional formal
(11 tahun keatas).
Pada usia sekolah dasar yang termasuk dalam tahap operasional konkret,
kemampuan kognitif anak telah berkembang ke arah berpikir konkret dan
rasional. Menurut Papalia dkk (2008), ketika anak bergerak melewati masa
sekolahnya, mereka membuat kemajuan berkesinambungan dalam kemampuan
memproses dan menyimpan informasi. Anak telah lebih paham tentang kinerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
ingatan dan pengetahuan ini memungkinkan mereka menggunakan strategi, atau
dengan sengaja membuat rencana, untuk membantu mengingat.
Seiring dengan berkembangnya pengetahuan anak melalui proses belajar,
mereka menjadi semakin awas terhadap jenis informasi yang penting untuk
diperhatikan dan diingat. Atkinson dkk (1983) mengungkapkan bahwa segala
macam belajar melibatkan ingatan. Jika seseorang tidak dapat mengingat apa pun
mengenai pengalamannya, maka seseorang tidak akan dapat belajar apa-apa.
Tanpa ingatan, seseorang tidak dapat merefleksikan dirinya, karena pemahaman
diri tergantung pada suatu kesadaran yang berkesinambungan yang hanya dapat
terlaksana dengan adanya ingatan.
Aktivitas belajar menurut Syaiful Bahri Djamarah (2003) tidak lepas dari
proses mengingat, terutama anak-anak karena pada masa ini terjadi perkembangan
memori yang sangat pesat, begitu pula dengan kemampuan mengingatnya. Hasil
belajar atau informasi yang diperoleh akan disimpan agar dapat digunakan
kembali, sehingga informasi tersebut harus disimpan dalam ingatan atau memori.
Menurut Alex Sobur (2003) antara proses-proses belajar dan ingatan
terdapat hubungan yang erat. Tidak mungkin seseorang dapat mempelajari sesuatu
tanpa tersangkutnya fungsi ingatan sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis.
Belajar tanpa memori, tanpa mengingat apa yang dipelajari adalah nonsens, tidak
ada artinya.
Hal senada diungkapkan oleh E. P. Hutabarat (1988) yang menyebutkan
bahwa kemampuan mengingat mempunyai peran yang sangat penting dalam
belajar. Mengingat adalah kegiatan yang telah dilakukan oleh manusia dan sering
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
dilakukan tanpa disadari. Hal ini membuat banyak orang beranggapan bahwa
kegiatan mengingat bukanlah sesuatu yang penting untuk dipelajari. Stine (1999)
menyatakan bahwa cara mengingat yang efektif perlu diajarkan sehingga daya
ingat dapat meningkat. Melalui ingatan yang baik, seseorang dapat mengingat
kembali materi yang telah dipelajarinya.
King (2010) mengatakan bahwa ingatan menunjuk pada penyimpanan
informasi seiring dengan berjalannya waktu melalui proses pengodean,
penyimpanan, dan pengambilan. Ellis dkk (dalam Suharnan, 2005) menjelaskan
bahwa ingatan atau memory menunjuk pada proses penyimpanan atau
pemeliharaan informasi sepanjang waktu (maintaining information overtime).
Hampir semua aktivitas manusia selalu melibatkan aspek ingatan, sehingga
ingatan memegang peranan penting di dalam proses-proses kognitif manusia.
Ingatan merupakan komponen penting dalam belajar, terutama terkait
dengan kemampuan siswa untuk mereproduksi pengetahuan yang sudah
diterimanya, misalnya pada waktu ujian para siswa harus mereproduksi
pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh selama mengikuti pelajaran. Namun
permasalahan yang kerap dijumpai adalah banyak siswa yang mudah lupa dengan
materi pelajaran yang telah diajarkan atau yang baru saja diajarkan. Sumadi
Suryabrata (2004) mengungkapkan bahwa salah satu sifat khas anak pada masa
kelas-kelas tinggi sekolah dasar (9-12 tahun) yaitu anak memandang nilai (angka
rapor) adalah ukuran yang tepat mengenai prestasi sekolahnya. Oleh karena itu
untuk mendapatkan prestasi dan nilai yang baik maka siswa perlu memiliki
kemampuan mengingat yang baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Kemampuan mengingat menunjukkan bahwa manusia mampu menerima,
menyimpan, dan menimbulkan kembali pengalaman-pengalaman yang dialaminya
(Bimo Walgito, 2004). Kegiatan seseorang dalam mengambil kembali atau
mengingat kembali pengetahuan yang dipelajarinya pada waktu lampau dalam
ilmu psikologi disebut recall memory.
Recall memory merupakan salah satu tahapan dalam proses ingatan yang
disebut dengan retrieval. Adapun tahap pemrosesan informasi pada ingatan terdiri
dari encoding (pemasukan informasi ke dalam ingatan), penyimpanan, dan
retrieval (pengambilan informasi dari penyimpanan). Pengambilan kembali
(retrieval) ingatan terjadi ketika informasi yang disimpan pada ingatan
dikeluarkan dari penyimpanan (King, 2010). Nobel dan Shiffrin (dalam King,
2010) mengungkapkan bahwa kehadiran atau ketiadaan isyarat yang baik dan
tugas retrieval adalah faktor yang penting dalam pembedaan ingatan yaitu
mengingat kembali (recall) dan mengenali kembali (recognition).
Mengingat kembali (recall) adalah tugas ingatan ketika seseorang harus
mengambil kembali informasi yang telah dipelajari sebelumnya, seperti ketika
ujian esai. Mengenali kembali (recognition) adalah tugas ingatan ketika seseorang
hanya harus mengidentifikasi atau mengenali hal-hal yang sudah pernah dipelajari
sebelumnya, seperti dalam ujian pilihan ganda. Tes mengingat seperti tes esai
yang terkait dengan recall memory memiliki isyarat retrieval yang buruk (King,
2010).
Menurut Bimo Walgito (2004) pada mengingat kembali (recall) seseorang
dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu adanya objek sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
stimulus untuk dapat diingat kembali. Sedangkan pada mengenali kembali
(recognition) seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat atau apa
yang telah dipelajari dengan bantuan adanya objek yang harus diingat. Karena
pada mengenal kembali (recognition) dibantu dengan adanya objek, maka besar
kemungkinannya seseorang dapat melakukan retrieval dengan baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa mengenal kembali akan lebih mudah apabila
dibandingkan dengan mengingat kembali.
Kemampuan ingatan seseorang itu terbatas, dalam arti bahwa tidak semua
yang disimpan dalam ingatan itu dapat ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran. Penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghauss dan Boreas (dalam Bimo
Walgito, 2004) menunjukkan bahwa kekuatan mengingat (recall) seseorang
makin lama makin berkurang, yang pada akhirnya seseorang dapat mengalami
kelupaan. Berdasarkan hasil penelitian Ebbinghauss dan Boreas (dalam Bimo
Walgito, 2004) maka dapat dikemukakan bahwa kelupaan dapat terjadi karena
materi yang disimpan dalam ingatan tidak sering ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran, sehingga akhirnya seseorang mengalami kelupaan.
Burt dan Dobell (dalam Bimo Walgito, 2004) mengadakan suatu
eksperimen berkaitan dengan mengenal kembali (recognition) dan mengingat
kembali (recall) yang hasilnya menunjukkan bahwa mengenal kembali
menampilkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan mengingat
kembali. Permasalahan yang muncul pada siswa adalah saat diadakannya tes
evaluasi belajar. Pada umumnya bentuk dari tes yang disajikan berupa tes esai dan
tes pilihan ganda. Telah diungkapkan sebelumnya bahwa tes esai yang terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dengan recall memory memiliki isyarat retrieval yang buruk. Padahal tujuan
pelaksanaan tes evaluasi belajar adalah untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam mengingat materi pelajaran yang berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.
Winkel (1991) mengemukakan bahwa recall memory memegang peranan
penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam pendidikan. Hal ini terkait
dengan reproduksi pengetahuan, misalnya pada waktu ujian siswa harus me-recall
kembali pengetahuan dan pemahaman yang telah diperoleh selama mengikuti
pelajaran. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menggunakan teknik atau
metode yang dapat meningkatkan kemampuan recall memory pada siswa.
Peningkatan kemampuan recall memory pada siswa dapat ditinjau dari cara
belajar yang merupakan kunci pokok untuk menunjang keberhasilan belajar.
Menurut Denisson dan Denisson (2004), terdapat tiga macam cara belajar yaitu
visual (belajar dengan cara melihat), audiotorial (belajar dengan cara mendengar),
dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh). Cara
belajar kinestetik merupakan cara belajar yang mengintegrasikan potensi otak dan
penerapan gerakan untuk proses pembelajaran. Menurut Rentschler (2007), cara
belajar kinestetik mencakup senam otak, senam penglihatan, dan teknik-teknik
lainnya untuk meningkatkan pembelajaran dan performansi.
Dennison dan Denisson (1986) memandang aktivitas fisik dalam cara
belajar kinestetik sebagai salah satu kecerdasan bodily-kinesthetic, yaitu proses
untuk mempermudah pembelajaran yang biasanya dimasukkan dalam bidang
pendidikan kinestetik. Dennison dan Denisson (1986) lebih lanjut mendalami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
pendidikan ini seperti halnya prinsip yoga untuk menjadikan senam otak sebagai
program pengembangan kecerdasan. Brain gym meliputi 26 gerakan sederhana
untuk menstimuli kedua belahan otak sehingga memungkinkan pencapaian kinerja
otak yang maksimal.
Menurut Ayinosa (dalam Untari Retno Wulan, 2010), brain gym atau
senam otak menjadi alat bantu pembelajaran yang sangat efektif. Brain gym dapat
dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa setelah menjalani proses
pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi yang mengakibatkan
kelelahan pada otak. Brain gym adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana
untuk memudahkan kegiatan belajar.
Penelitian sebelumnya mengenai efektivitas brain gym terkait dengan
ingatan yaitu daya ingat jangka pendek dilakukan oleh Untari Retno Wulan
(2010). Berdasarkan penelitiannya, diketahui pada kelompok eksperimen sebelum
diberi perlakuan rata-rata subjek memiliki daya ingat jangka pendek berada pada
kategori sedang yaitu 50%. Setelah diberi perlakuan rata-rata subjek memiliki
daya ingat jangka pendek yang berada dalam kategori tinggi yaitu sebesar 70%.
Hal ini berarti rata-rata daya ingat jangka pendek pada kelompok eksperimen
mengalami peningkatan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai manfaat
brain gym terhadap ingatan, membuat peneliti tertarik untuk dapat
menggunakannya sebagai salah satu metode meningkatkan kemampuan recall
memory siswa sekolah dasar. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
perkembangan kognitif anak usia sekolah dasar terutama ingatan pada masa ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
mencapai intensitas yang paling besar dan kuat. Sejalan dengan pendapat Kartini
Kartono (1990), ingatan anak mengalami kemajuan pesat pada fase-fase tertentu.
Ingatan pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas yang paling besar. Menurut
Slavin (2008), anak-anak pada masa ini dapat dengan pesat mengembangkan
kemampuan daya ingat dan kognitifnya. Hal tersebut yang melandasi peneliti
memilih siswa kelas V sekolah dasar sebagai subjek penelitian karena pada
rentang usia tersebut anak mencapai intensitas ingatan paling besar.
Hasil wawancara dengan guru dan siswa kelas V mengenai recall memory
yang ditemukan dalam subjek penelitian diketahui bahwa dalam kegiatan belajar
siswa seringkali kesulitan untuk mengingat kembali dengan cermat materi-materi
pelajaran yang diberikan oleh guru, terutama pada saat evaluasi atau ujian. Hal ini
mengakibatkan pencapaian prestasi belajar siswa menjadi kurang optimal,
terutama pada mata pelajaran yang lebih banyak menghafal seperti PKn, IPA, dan
IPS. Rata-rata nilai siswa kelas V untuk ketiga mata pelajaran tersebut antara lain
PKn sebesar 63.16, IPA sebesar 62.35, dan IPS sebesar 72.04. Selain itu kendala
dari guru adalah belum menggunakan secara efektif mengenai cara belajar
kinestetik, terutama dengan menggunakan brain gym atau senam otak.
Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut membuat Peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil
No. 150 Surakarta. Brain gym diharapkan dapat memberi pengaruh dalam
mengoptimalkan ingatan, terutama recall memory pada siswa. Hal tersebut yang
mendasari Peneliti mengemukakan Efektivitas Brain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Gym Terhadap Peningkatan Recall Memory Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
B. Perumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah terdapat efektivitas dari
pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada
siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Memberi informasi tentang pengertian pembelajaran menggunakan brain
gym.
b. Memberi pengertian tentang pentingnya pembelajaran menggunakan brain
gym pada cara belajar kinestetik terhadap peningkatan kemampuan recall
memory anak.
c. Memberi masukan kepada guru tentang kesesuaian pembelajaran
menggunakan brain gym dengan perkembangan jiwa anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2. Manfaat Praktis
a. Melatih siswa sekolah dasar untuk mempermudah mengingat atau
melakukan recall memory atas materi pelajaran dengan pembelajaran
menggunakan brain gym.
b. Mengenalkan kepada guru mengenai pembelajaran dengan menggunakan
brain gym dalam cara belajar kinestetik.
c. Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya melalui cara
belajar kinestetik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Recall Memory
1. Pengertian Recall Memory
Recall memory adalah kemampuan menggali kembali dan mereproduksi
informasi yang telah dimiliki sebelumnya. Soal ujian esai dan isian singkat
merupakan contoh jenis soal yang membutuhkan kemampuan penggalian
kembali atau recall (Wade dan Tavris, 2007). Menurut Ahmad Fauzi (1997),
seseorang me-recall sesuatu apabila ia sadar bahwa ia telah mengalami
sesuatu di masa yang lalu, tanpa mengenakan sesuatu pada inderanya.
Misalnya saat me-recall nama buku yang telah selesai dibaca minggu lalu.
Recall memory merupakan suatu tipe pengembalian ingatan dengan
isyarat minimum yang membuat seseorang dapat mengingat kembali
pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari sebelumnya (Kartini
Kartono dan Dali Gulo, 2000). Winkel (1991) mengemukakan bahwa dalam
recall memory, dihadirkan suatu kesan dari masa lampau dalam bentuk suatu
tanggapan atau gagasan, tetapi hal yang diingat itu tidak hadir pada saat
mengingat kembali. Berdasarkan pejelasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa pada waktu mengingat kembali, seseorang memproduksi apa yang
pernah dijumpai tanpa berkontak kembali dengan hal yang pernah dijumpai
itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
Sternberg (2008) menyatakan bahwa dalam pengingatan kembali
(recall) seseorang harus mereproduksi sebuah fakta, sebuah kata, atau hal lain
dalam memorinya, sehingga recall memory umumnya menghasilkan tingkat
ingatan yang lebih dalam. Menurut Akyas Azhari (2004), recall memory
merupakan bentuk mengingat yang lebih sukar, seperti mengingat-ingat
rangkaian kejadian yang pernah terjadi dimasa lalu.
Recall memory berarti mengingat kembali atau mereproduksi kembali
fakta-fakta atau informasi dari ingatan. Kemampuan recall memory pada
umumnya diperlukan dalam tes esai, karena dalam bentuk tes ini seseorang
diharuskan untuk menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu
adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali. Kemampuan
recall memory juga berarti kemampuan untuk mereproduksi atau
menimbulkan kembali informasi dengan meminimalisasi stimulus eksternal
(Coon, 1988).
Penelitian ini menggunakan waktu yang terbatas untuk mengukur
kemampuan recall memory dari materi yang disimpan dalam short term
memory. Menurut Atkinson dan Shiffrin (dalam King, 2010), short term
memory atau ingatan jangka pendek adalah penyimpanan ingatan dengan
rentang waktu hingga 30 detik. Menurut Wade dan Tavris (2007),
penyimpanan dalam short term memory memiliki kemampuan yang terbatas
dan terlibat dalam proses mengingat suatu informasi untuk kurun waktu yang
singkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa recall memory adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat kembali pengalaman atau informasi yang disimpan dalam short
term memory tanpa dibantu suatu objek sebagai stimulus untuk mengingat
kembali, atau dengan kata lain tanpa berkontak kembali dengan hal yang
pernah dipelajari atau ditemui sebelumnya.
2. Tahapan Memori
Ingatan atau memory terjadi melalui tiga aktivitas utama diantaranya
encoding, penyimpanan, dan retrieval (King, 2010). Ketiga aktivitas utama
pada ingatan dijelaskan dalam bagan dibawah ini.
Bagan 1 Aktivitas Utama pada Ingatan
(Sumber: King, 2010).
Ketiga aktivitas utama tersebut kemudian menjalankan fungsinya dalam
proses pembentukan dan pengambilan ingatan yang disebut dengan tahapan
ingatan, mencakup kemampuan-kemampuan sebagai berikut.
Encoding Memasukkan
informasi ke dalam ingatan
Penyimpanan Menyimpan ingatan
seiring dengan berjalannya waktu
Retrieval Mengambil
informasi dari penyimpanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Bagan 2 Tahapan Ingatan
(Sumber: Bimo Walgito, 2004).
Berdasarkan gambar di atas, dapat dikemukakan bahwa ingatan
merupakan kemampuan psikis untuk memasukkan (learning), menyimpan
(retention), dan menimbulkan kembali (remembering) hal-hal yang telah
lampau. Bimo Walgito (2004) mengemukakan istilah-istilah lain yaitu
encoding, storage, dan retrieval untuk tahapan masuknya informasi,
penyimpanan informasi, dan pengingatan kembali. Penjelasan mengenai
ketiga tahapan ingatan antara lain sebagai berikut.
a. Encoding (Masuknya Informasi).
Encoding adalah proses saat informasi masuk ke dalam
penyimpanan ingatan. Sebagian informasi masuk ke dalam ingatan nyaris
secara otomatis, sedangkan encoding sebagian informasi yang lain
mungkin membutuhkan usaha (King, 2010). Encoding merupakan proses
masuknya rangsangan ke dalam otak melalui indera dan diproses oleh
jaringan yang terdiri dari impuls syaraf. Proses masuknya rangsangan ini
oleh Bimo Walgito (2004) dibedakan menjadi dua cara yaitu:
1) Cara tidak sengaja, cara ini merupakan ketidaksengajaan dari suatu
peristiwa yang dialami sehingga terekam dalam ingatan. Cara tidak
sengaja ini umumnya terlihat jelas pada diri anak-anak saat
Memasukkan Mengeluarkan kembali (learning) (remembering) Penyimpanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tidak sengaja dari suatu
peristiwa-peristiwa tertentu disekitarnya sehingga disimpan dalam
memorinya sebagai pengertian-pengertian.
2) Cara sengaja, individu yang sengaja memasukkan pengalaman-
pengalaman dan pengetahuan-pengetahuan kedalam memori. Dalam
bidang ilmu pada umumnya seseorang akan memperoleh pengetahuan
secara sengaja melalui pemahaman dan pembelajaran dari hal-hal atau
keadaan-keadaan yang pada akhirnya akan dimasukkan kedalam
ingatannya.
Cepat atau lambat seseorang memasukkan apa yang dipersepsi atau
apa yang dipelajari itu merupakan sifat ingatan yang berkaitan dengan
kemampuan memasukkan (learning). Problem psikologisnya adalah
bagaimana usaha agar yang dipelajari atau yang dipersepsi itu dapat cepat
masuk dan dapat dengan baik disimpannya (Bimo Walgito, 2004).
b. Retensi atau Retention atau Storage (Penyimpanan Informasi).
Selain kualitas encoding yang mempengaruhi kualitas ingatan,
ingatan juga harus disimpan dengan baik setelah dikodekan. Penyimpanan
(storage) mencakup bagaimana informasi dipertahankan seiring dengan
waktu dan bagaimana informasi direpresentasikan dalam ingatan (King,
2010).
Problem yang timbul berkaitan dengan fungsi ini ialah bagaimana
agar yang telah dipelajari atau yang telah dimasukkan itu dapat disimpan
dengan baik, sehingga pada suatu waktu dapat ditimbulkan kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
apabila dibutuhkan. Sehubungan dengan fungsi retensi atau penyimpanan,
terdapat pula masalah kelupaan, dimana persoalan yang timbul adalah
masalah interval, yaitu jarak waktu antara memasukkan atau mempelajari
dan menimbulkan kembali apa yang telah dipelajari (Bimo Walgito,
2004).
c. Retrieval (Pengingatan Kembali atau Mereproduksi Kembali).
Merupakan proses menimbulkan kembali hal-hal yang disimpan
dalam ingatan, melalui tahap pencarian dan menemukan informasi yang
disimpan dalam ingatan untuk digunakan kembali. Gardiner dan
Radvansky (dalam King, 2010) menyebutkan bahwa retrieval sangat
tergantung pada situasi bagaimana ingatan tersebut dikodekan dan
bagaimana ingatan tersebut disimpan.
Retrieval dapat ditempuh dengan (1) mengingat kembali (to recall)
dan (2) mengenal kembali (to recognize). Pada mengingat kembali,
seseorang dapat menimbulkan kembali apa yang diingat tanpa dibantu
adanya objek sebagai stimulus untuk dapat diingat kembali, contohnya
seperti ketika ada ujian esai. Pada mengenal kembali, seseorang dapat
menimbulkan kembali apa yang diingat dengan bantuan adanya objek
yang harus diingat, contohnya dalam ujian pilihan ganda (Bimo Walgito,
2004).
Sistem ingatan memerlukan suatu prosedur tertentu guna memasukkan
dan mengambil kembali informasi. Sesuai dengan yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa apabila seseorang memasukkan informasi ke dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
ingatannya, akan terjadi tahapan atau stage tertentu dalam proses mengingat
informasi tersebut (Bimo Walgito, 2004). Berikut adalah bagan dari proses
ingatan berdasarkan teori ingatan dari Atkinson dan Shiffrin.
Rehearsal Retrieval
Sensory
Input
Attention Storage
Bagan 3 Model Pemrosesan Informasi dalam Ingatan
(Sumber: Bimo Walgito, 2004).
Stimulus atau informasi yang merupakan sensory input dipersepsi
melalui alat indera atau sensory register. Untuk mengadakan persepsi maka
perlu adanya perhatian. Apa yang dipersepsi masuk dalam ingatan dan dalam
waktu yang singkat apa yang dipersepsi tersebut dapat ditimbulkan kembali
sebagai memory output. Inilah yang disebut dengan short-term memory (King,
2010) atau disebut juga dengan short-term store (Morgan dalam Bimo
Walgito, 2004). Namun di samping itu apa yang dipersepsi dapat pula tidak
segera ditimbulkan dalam alam kesadaran sebagai memory output, tetapi
disimpan dalam ingatan melalui encoding. Pada suatu waktu apabila
diperlukan melalui retrieval apa yang ada dalam ingatan dapat ditimbulkan
kembali sebagai memory output. Retrieval merupakan kebalikan dari
encoding, yaitu mencari informasi dalam gudang ingatan. Informasi yang
dipersepsi atau dipelajari dapat disimpan dalam ingatan dalam waktu yang
Sensory Register
Short-Term Store
Long-Term Store
Memory Output
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
lama, dan apabila dibutuhkan dapat ditimbulkan kembali dalam alam
kesadaran. Inilah yang disebut dengan long-term memory (King, 2010) atau
disebut juga dengan long-term store (Morgan dalam Bimo Walgito, 2004).
Sehubungan dengan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat
diketahui bahwa ingatan mencakup tiga tahapan yakni encoding (masuknya
informasi), penyimpanan informasi (retensi atau retention atau storage), dan
retrieval (pengingatan kembali atau mereproduksi kembali). Ketiga tahapan
tersebut kemudian menjalankan fungsinya dalam proses pembentukan dan
pengambilan ingatan.
3. Syarat Terjadinya Recall Memory
Atkinson dan Shiffrin (dalam Matlin, 1998), menjelaskan bahwa
terdapat beberapa syarat terjadinya proses mengingat kembali informasi
(recall memory) antara lain:
a. Adanya stimulus yang diterima
Stimulus akan diperhatikan jika (a) stimulus tersebut lain daripada
biasanya maka stimulus tersebut akan lebih diperhatikan, (b) jika stimulus
tersebut kontras dibanding lingkungannya, (c) intensitas/kekuatan stimulus,
yang berarti semakin kuat stimulus maka cenderung akan lebih
diperhatikan, (d) ulangan stimulus, yang berat semakin menarik perhatian,
(e) ukuran stimulus lain daripada biasanya cenderung akan lebih
diperhatikan, dan (f) individu, jika ada hal yang terkait secara mendalam
akan lebih menarik perhatian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Alat indera
Jika alat indera yang digunakan sehat dan berfungsi dengan baik
maka informasi yang diterima akan semakin jelas.
c. Waktu
Semakin lama stimulus tidak diakses maka akan dimasukkan ke
dalam long term memory namun jika stimulus segera diakses atau
ditimbulkan kembali maka masuk ke dalam short term memory yang akan
lebih mudah untuk ditimbulkan kembali.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa syarat
terjadinya recall memory antara lain adanya stimulus yang diterima, alat
indera, dan waktu.
4. Pengukuran Recall Memory
Recall memory dapat diukur dengan menggunakan tes recall. Tes recall
akan mengarahkan subjek untuk memproduksi stimulus-stimulus yang
terdapat di dalam peristiwa sasaran. Pada tahap pengetesan ingatan atau tes
recall, subjek diminta menghasilkan kembali stimulus-stimulus yang telah
disajikan dalam tahap belajar (Suharnan, 2005).
Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2008), terdapat tiga tipe utama
dalam mengukur recall memory yang digunakan dalam eksperimen-
eksperimen, diantaranya:
a. Serial recall atau tugas pengingatan-berseri, yaitu dimana subjek diminta
untuk mengulangi penyebutan item di sebuah daftar sepersis mungkin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
setelah membaca atau mendengarnya. Menurut Crowder dan Green (dalam
Sternberg, 2008) dalam tipe tes ini subjek diminta mengingat item-item
dalam urutan yang tepat seperti yang telah diperlihatkan kepada subjek.
Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan rangkaian angka
2-8-7-1-6-4, maka subjek diminta untuk mengulangi rangkaian tersebut
sesuai urutan yang diberikan.
b. Free-recall atau tugas pengingatan-bebas, yaitu dimana subjek diminta
untuk mengulangi penyebutan item-item di dalam daftar berdasarkan
urutan apapun yang dapat diingat. Pengertian lain diungkapkan oleh
Davidoff (1981) bahwa dalam tugas pengingatan bebas, subjek harus
mengingat materi yang diberikan secara bebas, tanpa terdapat aturan.
Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan daftar kata-kata
seperti anjing, pensil, waktu, rambut, kera, monyet, restoran. Subjek
kemudian diminta untuk menyebutkan kata-kata tersebut secara bebas.
c. Clued-recall atau tugas pengingatan-berpetunjuk, yaitu dimana subjek
harus mengingat sebuah daftar berisi pasangan-pasangan item yang
berbeda-beda, kemudian ketika diberikan salah satu item dari pasangan-
pasangan tersebut, maka subjek harus dapat mengingat kembali
pasangannya. Menurut Lockhart (dalam Sternberg, 2008), selama proses
mengingat dalam tugas pengingatan-berpetunjuk, subjek diberi petunjuk
hanya salah satu dari setiap pasangan dan kemudian diminta menyebutkan
setiap pasangannya dengan tepat. Mengingat dengan menggunakan
petunjuk juga sering disebut dengan mengingat item yang berpasangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Contoh tugasnya adalah jika kepada subjek diperlihatkan rangkaian
pasangan kata seperti: waktu-kota, tombol-kertas, penghargaan-hari, tinju-
awan, angka-cabang. Kemudian subjek akan diberikan stimulus seperti
sebagai pasangan katanya.
Pengukuran dalam recall memory diketahui dapat dilakukan dengan
menggunakan tes recall. Tes recall itu sendiri terbagi menjadi tiga tipe utama
yaitu serial recall, free recall, dan clued recall. Peneliti memilih
menggunakan pengukuran recall memory secara langsung dengan clued-recall
atau tugas pengingatan-berpetunjuk. Pengukuran recall memory dilakukan
dengan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna yang diadaptasi dari penelitian
Peterson dan Peterson (1959). Setiap item dari tes berupa rangkaian 3 huruf
(trigram) yang membentuk susunan huruf tak bermakna (nonsense syllable)
dan pasangannya berupa rangkaian angka yang terdiri dari 2 digit angka.
Subjek akan diminta untuk mengingat trigram tersebut dengan pentunjuk yang
diberikan berasal dari rangkaian 2 digit angka yang menjadi pasangan dari
trigram tersebut.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Recall Memory
Menurut Haberlandt (1997), beberapa faktor yang mempengaruhi recall
memory antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a. Jangka waktu penyimpanan (retention interval).
Semakin lama interval penyimpanan, maka semakin lemah
retensinya. Hal ini akan mengakibatkan kemampuan recall memory
menurun. Menurut Bimo Walgito (2004), lama interval berkaitan dengan
lamanya waktu antara waktu pemasukan bahan (act of learning) sampai
ditimbulkan kembali bahan itu (act of remembering).
b. Kuantitas materi.
Kemampuan recall memory akan menurun seiring dengan semakin
banyaknya materi yang harus diingat.
c. Efek posisi serial (serial position effect).
Recall memory khususnya dalam free-recall, informasi yang
terletak pada bagian awal dan akhir akan cenderung diingat lebih baik
daripada informasi yang berada di urutan tengah.
Menurut Suharnan (2005), informasi yang terletak di bagian awal
akan lebih dulu memasuki ingatan jangka pendek sehingga memungkinkan
dilakukan pengulangan (rehearsal) secara memadai untuk kemudian
dipindahkan ke dalam ingatan jangka panjang. Bagi informasi yang
terletak di tengah urutan, ketika memasuki ingatan jangka pendek
bersamaan waktunya dengan proses pengulangan informasi di bagian
depan, sehingga hanya sedikit kapasitas bagi pengulangan kembali
informasi yang terletak di tengah. Dengan demikian, informasi yang
terletak di tengah urutan belum sampai dipindahkan ke ingatan jangka
panjang. Sementara itu, informasi yang terletak di bagian akhir cenderung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
diingat lebih baik, sebab informasinya masih berada di ingatan jangka
pendek pada waktu di-recall.
d. Kedalaman pemrosesan (depth of processing).
Pemrosesan informasi pada tingkat yang lebih dalam akan
meningkatkan kinerja penggalian kembali informasi di dalam ingatan
(recall). Menurut Suharnan (2005), pemrosesan yang lebih dalam ini
disebabkan oleh dua faktor yaitu adanya karakteristik yang menonjol
(distinctiveness) dan pemerincian (elaboration). Karakteristik yang
menonjol berarti seberapa jauh suatu stimulus berbeda dengan stimulus
yang lain di dalam berkas atau sistem ingatan seseorang. Elaborasi
melibatkan proses penambahan atau perluasan makna informasi. Selain itu
elaborate) berarti
memberikan perhatian penuh kepada sebuah subjek dan menanmbahkan
detail. Kellog (dalam King, 2010) mengatakan bahwa dalam sebuah
pemrosesan yang mendalam, semakin luas pemrosesan, maka semakin
baik dalam mengingat kembali.
Adapun aspek-aspek lain yang mempengaruhi keoptimalan hasil dari
recall memory antara lain:
a. Inteligensi.
Menurut Suharnan (2005) inteligensi adalah salah satu kemampuan
mental, pikiran atau intelektual manusia. Inteligensi merupakan bagian dari
proses-proses kognitif pada urutan yang lebih tinggi (higher order
cognition). Secara umum inteligensi sering disebut kecerdasan, sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
orang yang memiliki inteligensi tinggi sering disebut pula sebagai orang
cerdas atau jenius. Suatu definisi kerja tentang inteligensi manusia diajukan
oleh Solso (1995) di dalam perspektif kognitif dan pemrosesan informasi.
Solso mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan memperoleh dan
menggali pengetahuan; menggunakan pengetahuan untuk memahami
konsep-konsep konkret dan abstrak, dan menghubungkan diantara objek-
objek dan gagasan-gagasan; menggunakan pengetahuan dengan cara-cara
yang lebih berguna (in a meaningful way) atau efektif.
Menurut Schunn dkk (dalam Suharnan, 2005), individu yang
memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih cepat dan akurat di dalam
memproses informasi jika dibandingkan dengan yang memiliki inteligensi
rendah. Hal ini berlaku pada proses mengingat kembali atau me-recall
pengetahuan dari ingatan. Individu yang memiliki inteligensi tinggi lebih
efisien atau baik di dalam encoding informasi sehingga recall memory yang
dihasilkan lebih maksimal.
b. Asosiasi.
Asosiasi merupakan kemampuan untuk menghubungkan materi yang
yang tengah dipelajari dengan fakta yang ada dalam ingatan (Higbee, 2003).
Membuat asosiasi antara data baru dengan yang telah diketahui sering
dilakukan tanpa sadar. Semakin banyak asosiasi yang dibuat, semakin dalam
pemrosesannya dan semakin kuat pengkodeannya. Hal ini terkait dengan
elaborasi, dimana menurut King (2010), semakin banyak elaborasi yang
digunakan maka semakin baik seseorang me-recall informasi dari ingatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c. Konteks.
Konteks yang dimaksud dalam hal ini adalah memastikan bahwa
konteks informasi yang diingat kembali sama dengan konteks informasi
dimana seseorang memasukkan pesan dalam ingatan. Menurut Estes (dalam
Atkinson dkk, 1983), merupakan hal yang lebih mudah jika untuk
pengingatan kembali suatu episode tertentu, seseorang berada dalam
konteks yang sama dengan konteks dimana episode itu terjadi.
Konteks tidak selalu merupakan sesuatu yang eksternal bagi orang
yang mengingat, seperti lokasi fisik atau wajah tertentu. Sesuatu yang
terjadi dalam diri seseorang sewaktu menyusun informasi (keadaan internal)
juga merupakan bagian dari konteks. Ingatan sebagian tergantung pada
keadaan internal selama masa belajar yang disebut dengan belajar yang
tergantung pada keadaan. Menurut pendapat Eich dkk (dalam Atkinson dkk,
1983), terdapat banyak penelitian mengenai belajar yang tergantung pada
keadaan, dan meskipun buktinya bersifat kotroversial, tetapi menunjukkan
bahwa ingatan memang bertambah baik jika keadaan internal sewaktu
pengingatan kembali sesuai dengan keadaan pada waktu menyusun
informasi dalam ingatan. Konteks merupakan suatu syarat pengingatan
kembali atau recall memory yang kuat, hal ini dapat ditingkatkan dengan
memulihkan konteks dimana belajar terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
d. Faktor emosional.
Menurut Rapport (dalam Atkinson dkk, 1983), banyak peneliti telah
menemukan adanya ingatan yang lebih baik dalam situasi emosional
dibandingkan dengan situasi yang tidak emosional.
Selain emosi yang bersifat positif, emosi negatif juga dapat
menghalangi terjadinya pengingatan kembali. Holmes (dalam Atkinson dkk,
1983) menyatakan bahwa secara tidak langsung kecemasan merupakan
sebab gagalnya ingatan, tetapi kecemasan itu menyebabkan atau
diasosiasikan dengan pikiran yang bukan-bukan dan pikiran inilah yang
menyebabkan kagagalan ingatan dengan cara mengganggu pengingatan
kembali (recall memory).
Emosi dapat mengganggu ingatan adalah melalui dampak konteks.
Ingatan akan kuat bila konteks pada pengingatan kembali cocok dengan
konteks pada saat penyusunan informasi. Karena keadaan emosi selama
belajar merupakan bagian dari konteks, bila seseorang merasakan emosi
sedih ketika belajar materi tertentu, maka ia dapat dengan baik mengingat
kembali materi itu bila dalam keadaan sedih pula
e. Perhatian.
Perhatian dipengaruhi minat. Dari semua metode alamiah yang telah
digunakan dalam recall memory atau mengingat informasi, selama ini minat
adalah metode yang paling mudah dan sederhana. Seseorang mempunyai
begitu banyak informasi dalam otaknya dan butuh untuk disimpan dalam
ingatan jangka pendek. Karena kapasitas dalam ingatan jangka pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
terbatas, maka jika hanya diperhatikan sepintas, sebuah informasi tak akan
pernah berhasil memasuki ingatan permanen. Seseorang harus memutuskan
informasi mana yang ingin dipindahkan ke dalam ingatan permanen, lalu
memusatkan perhatian pada informasi tersebut. Kegagalan recall memory
atau mengingat informasi merupakan kegagalan untuk memberi perhatian
secara optimal. Fenomena seperti ini dinamakan sebagai absent minded,
atau pikiran kosong (Chernow, 2001).
f. Pengulangan.
Pengulangan merupakan penghafalan repetitif suatu item (Sternberg,
2006). Eksperimen Peterson dan Peterson (dalam Solso dkk, 2008)
menunjukkan bahwa kemampuan mengingat (recall) menurun drastis ketika
partisipan tidak dijinkan mengulang informasi (kluster tiga huruf) yang
disimpan di dalam short term memory.
g. Sisi yang menarik dari informasi.
Menurut Chernow (2001), agar dapat me-recall atau mengingat
sesuatu, maka seseorang harus tertarik pada hal itu. Seseorang tidak bisa
berharap bahwa apa yang dilihat atau didengar akan secara ajaib terekam
dalam ingatan. Apabila suatu informasi memiliki sisi yang menarik untuk
diperhatikan, maka tingkat ketertarikan ini akan membuat informasi tersebut
me-recall informasi
yang bersangkutan.
Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat diketahui faktor yang
mempengaruhi recall memory yang diungkapkan oleh Haberlandt (1997)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
antara lain jangka waktu penyimpanan (retention interval), kuantitas materi,
efek posisi serial (serial position effect), dan kedalaman pemrosesan (depth of
processing). Selain itu faktor-faktor lain yang mempengaruhi keoptimalan dari
recall memory antara lain inteligensi, asosiasi, konteks, faktor emosional,
perhatian, pengulangan, serta sisi yang menarik dari sebuah informasi.
B. Brain Gym
1. Pengertian Brain Gym
Brain gym atau senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang
menyenangkan dan digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar
dengan mengoptimalkan kemampuan otak. Brain gym terdiri dari serangkaian
gerakan yang dapat membantu mengoptimalkan kemampuan belajar dan
bermanfaat secara akademik (Dennison dan Dennison, 2002).
Menurut McClelland (dalam Ihwan Sidiq Nugroho, 2008) brain gym
merupakan metode yang dapat meningkatkan kemampuan koordinasi tubuh
melalui gerakan-gerakan sederhana. Metode brain gym sering digunakan
untuk membantu siswa agar lebih sukses di sekolah, meningkatkan
kepercayaan diri, serta membantu penderita yang mengalami kelemahan otak,
cacat otak, gangguan perhatian, dan gangguan perilaku.
Soemarmo Markam (2005) mengemukakan bahwa brain gym atau
senam otak adalah senam yang bertujuan utama untuk mempertahankan
kesehatan otak dengan melakukan gerakan badan. Latihan vitalisasi otak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
dalam brain gym merupakan sebuah produk latihan kebugaran fisik yang
mengkhususkan diri pada upaya mempertahankan kebugaran otak manusia.
Otak manusia terdiri dari tiga dimensi dengan bagian-bagian yang
saling berhubungan sebagai satu kesatuan. Pelajaran akan lebih mudah
diterima bila mengaktifkan sejumlah panca indera daripada hanya diberikan
secara abstrak saja. Otak manusia memiliki tugas-tugas yang spesifik,
sehingga untuk aplikasi brain gym digunakan istilah Dimensi Lateralitas untuk
belahan otak kiri dan kanan, Dimensi Pemfokusan untuk bagian belakang otak
(batang otak atau brainstem) dan bagian depan otak (frontal lobes), serta
Dimensi Pemusatan untuk sistem limbis (midbrain) dan otak besar (cerebral
cortex). Gerakan-gerakan dalam brain gym dibuat guna menstimulasi
(Dimensi Lateralitas), meringankan (Dimensi Pemfokusan), atau merelaksasi
(Dimensi Pemusatan) murid yang terlibat dalam situasi belajar tertentu
sehingga membuat pengalaman belajar lebih bermutu dan tepat (Dennison dan
Dennison, 2002).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan tubuh sederhana
yang digunakan sebagai latihan vitalisasi otak sehingga dapat membantu
mengoptimalkan kegiatan belajar.
2. Pengaruh Brain Gym pada Kinerja Otak
Menurut Atkinson dkk (1983), otak merupakan organ terpenting dalam
tubuh manusia dan sistem saraf otonom yang utama dalam tubuh yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
berfungsi mengendalikan semua aktivitas tubuh. Otak manusia terdiri atas tiga
lapisan konsentrik antara lain:
a. Sentral core. Mencakup medulla, yang bertanggung jawab terhadap
pengeluaran dan gerak refleks postural; serebelum yang menyangkut
koordinasi motorik; thalamus sebagai atasiun pemancar untuk informasi
sensorik yang masuk; serta hipotalamus yang berperan penting dalam hal
emosi dan mempertahankan homeostatis. Sistem retikular yang menyilang
melalui beberapa struktur yang disebut di atas mengendalikan keadaan
organisme dalam keadaan terjaga dan terkena rangsang.
b. Sistem limbic. Bertanggung jawab mengendalikan beberapa kegiatan
instingtif yang diatur oleh hipotalamus yang juga memegang peranan
penting dalam emosi dan ingatan.
c. Sereberum. Dibagi dalam dua belahan sentral. Permukaan belahan yang
bergelombang yaitu korteks serebral mengendalikan diskriminasi,
pembuatan keputusan, belajar, dan berpikir. Bagian tertentu otak
merupakan pusat masukan sensorik atau untuk pengendalian gerakan
khusus. Bagian otak selebihnya terdiri dari bagian yang berasosiasi.
Soemarmo Markam (2005) berpendapat bahwa secara neurologi (ilmu
yang mempelajari tentang otak), pemeliharaan otak dapat dilakukan melalui
kegiatan pemeliharaan struktural dan fungsional. Pemeliharaan otak secara
struktural memerlukan suplai darah, oksigen, dan energi yang cukup ke otak
hingga diharapkan struktur otak akan terpelihara dan fungsi otak pun akan
menjadi lebih optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Otak dapat diibaratkan sebagai komputer istimewa. Menurut Soemarmo
Markam (2005) perilaku manusia tergantung pada program-program yang ada
di dalamnya. Sementara chips otak adalah sel saraf-neuron. Sel-sel saraf yang
berhubungan satu dengan lainnya membentuk suatu jaringan. Hubungan satu
sel saraf dengan sel saraf lainnya disebut sinapsis. Makin rimbun hubungan
antar sel saraf, makin tinggi kecerdasannya. Makin banyak dan baik asupan
program yang terjadi dalam proses belajar, makin banyak percabangan juluran
sel saraf yang terjadi sehingga daya ingat meningkat.
Soemarmo Markam (2005) mengungkapkan bahwa salah satu upaya
untuk menjaga vitalisasi otak adalah dengan cara latihan. Latihan vitalisasi
otak merupakan penyelarasan fungsi gerak, pernapasan, dan pusat berpikir.
Gerakan-gerakan yang dilakukan dalam brain gym atau senam otak dapat
merangsang kerja sama antarbelahan otak dan antar bagian-bagian otak.
Menurut Jensen dan Kovalik (dalam Ihwan Sidiq Nugroho, 2008)
pergerakan atau aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang
(1991) menyatakan bahwa aktivitas fisik tidak hanya meningkatkan hubungan
antar neuron akan tetapi juga menstimuli otak untuk mengoptimalkan kegiatan
belajar.
Sehubungan dengan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
brain gym dapat digunakan untuk meningkatkan hubungan antar neuron dan
menstimuli otak dengan cara merangsang kerja sama antarbelahan otak dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
antar bagian-bagian otak, sehingga dapat berfungsi secara optimal terutama
dalam belajar.
3. Dimensi Kerja Otak dalam Brain Gym
Dennison dan Dennison (2002) mengatakan bahwa otak dibagi ke
dalam tiga fungsi yakni, dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi
pemfokusan (otak depan-belakang), serta dimensi pemusatan (otak atas-
bawah). Masing-masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan
senam yang harus dilakukan bervariasi, diantaranya:
a. Dimensi Lateralitas.
Tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan. Sifat ini
memungkinkan dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan
kanan atau kiri, dan juga untuk integrasi ke dua sisi tubuh (bilateral
integration), yaitu untuk menyebrangi garis tengah tubuh untuk bekerja di
bidang tengah. Bila keterampilan ini telah dikuasai, seseorang akan mampu
memproses kode linear, simbollis tertulis (misalnya tulisan), dengan dua
belahan otak dari kedua jurusan: kiri ke kanan atau kanan ke kiri, yang
merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik. Ketidakmampuan
untuk menyebrangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut
ketidakmampuan belajar (learning disabled) seperti sulit menulis dan
cenderung menulis huruf terbalik (disgrafia) dan sulit membaca (disleksia).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
b. Dimensi Pemfokusan.
uh, dan juga
bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe). Garis tengah
partisipasi adalah garis bayangan vertikal di tengah tubuh (dilihat dari
samping); tergantung partisipasi batin pada suatu kegiatan apakah
seseorang berada di depan atau di belakang garis tersebut. Informasi
diterima oleh otak bagian belakang (batang otak atau brainstem) yang
merekam semua pengalaman, lalu informasi diproses dan diteruskan ke
otak bagian depan untuk diekspresikan sesuai tuntutan dan keinginannya.
Ketidaklengakapan perkembangan refleks dapat menghasilkan
ketidakmampuan untuk secara mudah mengekspresikan diri sendiri dan
ikut aktif dalam proses belajar. Murid yang mengalami fokus-kurang
(underfocused) disebut kurang perhatian, kurang pengertian, terlambat
bicara, atau hiperaktif. Sementara, sebagian lain adalah anak yang terlalu
mengalami fokus lebih (overfocused) dan berusaha terlalu keras. Contoh
gerakan untuk dimensi ini adalah burung hantu.
c. Dimensi Pemusatan.
Pemusatan adalah kemampuan untuk menyebrangi garis pisah antara
bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari bagian dan bawah
otak; bagian tengah sisten limbis (midbrain) yang berhubungan dengan
informasi emosional serta otak besar (cerebrum) untuk berpikir abstrak.
Apa yang dipelajari benar-benar harus dapat dihubungkan dengan perasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan memberi arti. Ketidakmampuan untuk mempertahankan pemusatan
ditandai
atau
menyatakan emosi. Gerakan yang membuat sistem badan menjadi relaks
dan membantu menyiapkan murid untuk mengolah informasi tanpa
pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau bertumpu pada dasar yang
kokoh. Contoh gerakan untuk dimensi ini adalah tombol bumi, tombol
keseimbangan, tombol angkasa, pasang telinga, titik positif dan lain-lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mekanisme
kerja brain gym didasarkan pada pembagian otak ke dalam tiga fungsi yaitu
dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak depan-
belakang), dan dimensi pemusatan (otak atas-bawah) yang masing-masing
dimensi tersebut memiliki tugas tertentu, sehingga setiap dimensi memiliki
gerakan senamnya masing-masing.
4. Bentuk-Bentuk Gerakan Brain Gym
Gerakan brain gym yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada
gerakan brain gym yang diperkenalkan oleh Dennison dan Dennison (2002).
Gerakan brain gym yang digunakan berhubungan dengan ingatan dan
dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan recall memory anak, dengan
mekanisme gerakan antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
a. 8 Tidur (Lazy 8s).
Gerakan dilakukan dengan membuat angka delapan tidur di udara,
tangan mengepal dan jari jempol ke atas, dimulai dengan menggerakkan
kepalan ke sebelah kiri dan membentuk angka delapan tidur. Gerakan ini
diikuti dengan gerakan mata melihat ke ujung jari jempol. Angka delapan
tidur dibuat 3 kali setiap tangan dan dilanjutkan 3 kali dengan kedua
tangan.
Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk memperbaiki penglihatan
dengan dua mata bersamaan (binocular) dan melihat lebih jauh ke samping
(perifer), serta meningkatkan koordinasi otot mata (terutama untuk
menyusuri).
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat digunakan untuk melepaskan ketegangan mata, otot tengkuk dan
bahu pada waktu memusatkan perhatian; meningkatkan kedalaman
persepsi; meningkatkan keseimbangan dan koordinasi.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mekanisme membaca
melalui gerakan mata ke kiri dan ke kanan dan menangkap arti dari
bacaan (ingatan asosiatif jangka panjang).
b. Gajah (The Elephant).
Gerakan dilakukan dengan menekuk lutut sedikit, letakkan telinga di
atas bahu dan tangan direntangkan lurus ke depan. Bayangkan tangan
menjadi belalai gajah yang menyatu dengan kepala. Gerakan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
membuat angka delapan tidur di udara, dimulai dengan menggerakkan
tangan ke sebelah kiri atas dan membentuk angka delapan tidur. Mata
diarahkan melewati jari tangan ke kejauhan sambil melakukan gerakan
delapan tidur dari pinggul.
Gerakan ini mengaktifkan bagian dalam telinga untuk keseimbangan
yang lebih baik, juga mengintegrasi otak untuk mendengar dengan kedua
telinga, membuat rileks otot-otot tengkuk yang tegang yang sering timbul
sebagai reaksi terhadap bunyi atau gerakan bibir yang berlebihan sewaktu
membaca dalam hati.
Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis
tengah pendengaran, daya ingat jangka panjang dan pendek, kemampuan
berbicara dalam hati dan berpikir, integrasi penglihatan, pendengaran, dan
gerakan tubuh, kedalaman persepsi, dan kemampuan koordinasi kedua
mata.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat meningkatkan kemampuan gerakan kepala ke kiri dan kanan;
penglihatan binokuler; tengkuk tetap rileks saat berkonsentrasi;
koordinasi tubuh bagian atas dan bawah meningkat; mengaktifkan
telinga bagian dalam untuk keseimbangan.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat membantu meningkatkan pemahaman mendengar,
berbicara, mengeja, dan mengingat secara berurutan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
c. Burung Hantu (The Owl).
Gerakan dilakukan dengan mengurut otot bahu kiri dan kanan, tarik
nafas saat kepala berada di posisi tengah. Kemudian hembuskan nafas ke
samping atau ke otot yang tegang sambil rileks. Gerakan tersebut kemudian
diulangi dengan tangan kiri.
Gerakan burung hantu akan memperpanjang otot tengkuk dan bahu,
dengan mengatur kembali jangkauan gerakannya dan peredaran darah ke
otak untuk meningkatkan kemampuan fokus, perhatian, dan ingatan.
Gerakan ini melegakan otot trapezius atas dan digunakan untuk melepaskan
ketegangan saat melakukan keterampilan dengan jarak pandang dekat.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat meningkatkan kemampuan menggerakkan kepala ke kiri dan
kanan; meningkatkan kekuatan dan keseimbangan otot leher dan
tengkuk; melegakan otot-otot tengkuk, rahang dan bahu;
menyeimbangkan otot leher dan tengkuk.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mendengarkan dengan
pemahaman, perhitungan matematika, ingatan, dan pekerjaan lain yang
menggunakan papan tombol.
d. Pasang Kuda-Kuda (The Grounder).
Gerakan dilakukan dengan kaki terbuka. Arahkan kaki kanan ke
kanan dan kaki kiri tetap lurus ke depan. Tekuk lutut kanan sambil buang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
nafas, lalu ambil nafas saat lutut kanan diluruskan kembali. Pinggul ditarik
ke atas, ulangi tiga kali kemudian ganti dengan kaki kiri.
Gerakan ini termasuk dalam gerakan meregangkan otot yang
membuat rileks kelompok otot dasar tubuh yang kelenturannya penting
bagi keseimbangan dan koordinasi seluruh tubuh. Gerakan ini dapat
membantu pernafasan yang lebih baik, kesadaran ruang gerak, dan
merelaksasi seluruh tubuh.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan; konsentrasi dan
perhatian meningkat; tubuh atas dan bawah bergerak sebagai satu
kesatuan simetris; sikap lebih mantap dan lebih rileks.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan pemahaman, ingatan untuk jangka
panjang, penyimpanan ingatan jangka pendek, keterampilan mengatur
pikiran, kemampuan matematika, dan ekspresi diri.
e. Pasang Telinga (The Thinking Cap).
Gerakan ini membantu pendengaran lebih baik, dan sebaiknya
dilakukan sebelum kelas dimulai. Gerakan dilakukan dengan memijit daun
telinga pelan-pelan, dari atas sampai ke bawah sebanyak 3-5 kali.
Gerakan ini berfungsi mengaktifkan otak dalam memperbaiki
pendengaran (termasuk pengenalan, perhatian, pembedaan bunyi, persepsi,
dan ingatan melalui pendengaran), memperbaiki ingatan jangka pendek,
kebugaran mental dan fisik meningkat, dan mengaktifkan formatio
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
retricularis atau kemampuan untuk menyaring suara-suara yang
mengganggu dari yang perlu didengar.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Energi dan nafas akan lebih baik; resonansi meningkat; merelaksasi otot
wajah, lidah, dan rahang; kemampuan menolehkan kepala ke kiri dan
kanan lebih baik; fokus perhatian meningkat; keseimbangan lebih baik;
jangkauan pendengaran yang lebih luas.
2) Secara akademik:
Gerakan ini mempunyai manfaat untuk meningkatkan pemahaman
ketika mendengar, berbicara di depan umum, penyampaian lisan, dan
mengeja.
f. Titik Positif.
Titik positif adalah dua tonjolan di tengah dahi. Titik positif ini
disentuh dengan kedua ujung jari tangan selama ± 30 detik. Dalam keadaan
stres, otot bagian depan pada kening adalah salah satu yang mengalami
kerutan, sehingga menghambat kelancaran arus neurovascular ke daerah
prefrontal di bagian depan otak. Jika otot pada bagian tersebut diber i
pijatan lembut,maka otot wajah akan rileks dan arus neurovascular tidak
terhambat lagi.
Gerakan ini mengaktifkan bagian depan otak guna menyeimbangkan
stres yang berhubungan dengan ingatan tertentu, situasi, orang, tempat, dan
keterampilan. Mengatasi lupa karena gugup, menenangkan pada saat tes di
sekolah, dan dalam penyesuaian sehari-hari. Titik-titik ini merupakan titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
keseimbangan neurovascular untuk meridian perut. Titik positif membuat
darah mengalir dari hipotalamus ke otak bagian depan yang berfungsi
sebagai pemikiran logis. Hal ini dapat meningkatkan respon untuk
mempelajari situasi yang baru.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Gerakan ini akan meningkatkan kemampuan dalam mengatur
pekerjaan, keterampilan belajar, dan memperbaiki kinerja pada saat tes.
2) Secara akademik:
Gerakan titik positif ini dapat membantu mengoptimalkan ingatan,
meningkatkan kemampuan berhitung, dan ketika ingatan jangka
panjang dibutuhkan.
g. Positive (Kait Relaks).
Mekanisme gerakan ini, pertama letakkan kaki kiri di atas kaki
kanan, dan tangan kiri di atas tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah,
jari-jari kedua tangan saling menggenggam, kemudian tarik kedua tangan
kearah pusat dan terus ke depan dada. Tutuplah mata dan pada saat menarik
nafas lidah ditempelkan di langit-langit mulut dan dilepaskan lagi pada saat
menghembuskan nafas. Tahap kedua, buka silangan kaki dan ujung-ujung
jari kedua tangan saling bersentuhan secara halus di dada atau di pangkuan,
sambil bernafas dalam 1 menit lagi.
Gerakan ini memindahkan energi listrik dari pusat-pusat pertahanan
hidup di batang otak ke pusat-pusat penalaran di otak tengah dan neocortex,
sehingga mengaktifkan integrasi hemisferik, meningkatkan koordinasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
motorik halus, dan meningkatkan penalaran formal. Tangan dan kaki
menyilang menstimuli korteks motorik di dalam kedua hemisfer dan secara
simultan mengaktifkan semua pusat kontrol motorik otak, sehingga
menolak setiap respons yang tidak memadai dari refleks pertahanan diri,
hormon stres, atau sistem saraf simpatik.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat mengendalikan diri dan lebih menyadari batas-batas;
keseimbangan dan koordinasi meningkat; perasaan nyaman terhadap
lingkungan sekitar; dan pernafasan yang lebih mendalam.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mendengar dan berbicara,
kesiapan menghadapi tes, dan tantangan sejenisnya.
h. Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl).
Dilakukan dengan menggerakkan tangan kanan bersamaan dengan
kaki kiri dan tangan kiri dengan kaki kanan. Bergerak ke depan, ke
samping, ke belakang, atau jalan di tempat. Selain itu menyentuh lutut
dengan tangan secara berlawanan juga dapat dilakukan.
Gerakan silang mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan
merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang
memerlukan penyebrangan garis tengah bagian lateral tubuh. Juga efektif
karena merangsang bagian otak yang menerima informasi (receptive) dan
juga bagian yang mengungkapkannya (expressive), sehingga
mempermudah proses belajar yang terintegrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Gerakan ini berfungsi mengaktifkan otak untuk menyebrangi garis
tengah penglihatan/pendengaran/kinestetik/perabaan/sentuhan, gerakan
mata dari kiri ke kanan, meningkatkan kebersamaan penglihatan kedua
mata (binocular).
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Meningkatkan koordinasi tubuh bagian kiri dan kanan; memperbaiki
pernafasan dan stamina; memperbaiki koordinasi dan kesadaran tentang
ruang gerak; memperbaiki pendengaran dan penglihatan.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan mengeja, menulis,
mendengarkan, membaca, dan memahami.
i. Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons).
Sakelar otak (jaringan lunak di bawah tulang selangka di kiri dan
kanan tulang dada), dipijat dengan satu tangan, sementara tangan yang lain
memegang pusar.
Sakelar otak terletak persis di atas pembuluh darah carotid, yang
mensuplai darah yang baru saja dioksigenasi ke otak. Tindakan menstimuli
titik-titik ini akan menstimuli carotid untuk memperbaiki kerja mengantar
oksigen. Menaruh tangan di pusar akan membangun kembali pusat
gravitasional tubuh, dengan menyeimbangkan rangsangan ke dan dari
kanal-kanal semilingkaran (pusat-pusat keseimbangan di telinga dalam).
Gerakan ini dapat mengaktifkan otak untuk mengirim pesan dari
bagian otak kanan ke sisi kiri tubuh dan sebaliknya, meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penerimaan oksigen, stimulasi arteri karotis untuk meningkatkan aliran
darah ke otak, dan meningkatkan aliran energi elektromagnetik.
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Keseimbangan tubuh kiri dan kanan (pinggang tidak ditekuk, kepala
tegak tidak menunduk) meningkat; tingkat energi lebih baik;
memperbaiki kerja sama kedua mata (dapat meringankan stres visual
atau memperbaiki pandangan yang terus-menerus); otot tengkuk dan
bahu lebih rileks.
2) Secara akademik:
Gerakan ini dapat meningkatkan kemampuan membaca, koordinasi
tubuh, koreksi terbaliknya huruf dan angka, memadukan konsonan, dan
fokus pada saat membaca.
j. Energetic (Minum Air).
Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua per
tiga tubuh manusia terdiri dari air. Air dapat mengaktifkan otak untuk
hubungan elektro kimiawi yang efisien antara otak dan sistem saraf,
menyimpan, dan menggunakan kembali informasi secara efisien. Dengan
kecukupan air, maka kemampuan akademik akan meningkat. Minum air
yang cukup sangat bermanfaat sebelum menghadapi tes atau kegiatan lain
yang dapat menimbulkan stres. Kebutuhan air adalah kira-kira 2% dari
berat badan per hari. Semua aksi listrik dan kimia dari otak dan sistem saraf
pusat tergantung pada aliran arus listrik antara otak dan organ sensorik,
yang dimudahkan oleh air.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Hubungan perilaku dengan sikap tubuh:
Dapat meningkatkan konsentrasi (mengurangi kelelahan mental);
kemampuan bergerak dan berpartisipasi meningkat; koordinasi mental
dan fisik meningkat (mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan
dengan perubahan neurologis); melepas stres; meningkatkan
komunikasi dan keterampilan sosial.
2) Secara akademik:
Jika kecukupan air, maka kemampuan akademik dapat meningkat,
selain itu apabila minum air sebelum menghadapi tes atau kegiatan lain
akan membantu mengurangi stres.
Melalui penjelasan di atas, diketahui bahwa gerakan brain gym yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh macam gerakan antara lain
8 Tidur (Lazy 8s), Gajah (The Elephant), Burung Hantu (The Owl), Pasang
Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The Thinking Cap), Titik
Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan Silang atau Cross Crawl),
Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan Energetic (Minum Air). Gerakan
brain gym yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan recall
memory anak.
5. Manfaat Brain Gym
Kegiatan brain gym dapat dikatakan telah mencapai tujuannya setelah
para murid mampu belajar bagaimana mengoordinasikan gerakan mata,
tangan, dan tubuh. Menurut Dennison dan Dennison (2002), sebagian orang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
akan mengakui bahwa gerakan-gerakan brain gym dalam waktu singkat sangat
membantu untuk mencapai perilaku tertentu. Kebanyakan murid secara sadar
memilih untuk melakukan gerakan-gerakan tersebut secara teratur selama
beberapa minggu atau bulan guna membantu memperkuat sesuatu yang
dipelajari. Banyak murid akan kembali menggunakan gerakan-gerkan rutin
brain gym yang disenangi bilamana stres atau menghadapi evaluasi belajar.
Dennison dan Dennison (2002) juga mengungkapkan bahwa brain gym
didasarkan pada tiga pokok pemikiran, yaitu:
a. Belajar adalah kegiatan yang alami dan menyenangkan yang terus terjadi
sepanjang hidup.
b. Kesulitan belajar adalah ketidakmampuan menghadapi stres dan keraguan
dalam menghadapi suatu tugas yang baru.
c. elajar
untuk tidak bergerak.
Berdasarkan tiga pokok pemikiran tersebut, diketahui bahwa gerakan-gerakan
brain gym efektif untuk mengurangi kelelahan mental. Brain gym juga dapat
menimbulkan rasa senang, mengeliminasi situasi emosional, dan
menumbuhkan rasa percaya diri.
Selain dapat meningkatkan kemampuan belajar, brain gym juga dapat
memberikan beberapa manfaat lain seperti yang dikemukakan oleh Demuth
(2005) antara lain:
a. Mengurangi stres dan pikiran menjadi lebih jernih.
b. Suasana bekerja atau belajar dapat menjadi lebih rileks dan lebih tenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
c. Kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat.
d. Menjadi lebih bersemangat,lebih kreatif, dan efisien.
e. Prestasi kerja dan belajar dapat meningkat.
Sehubungan dengan penjelasan di atas dapat diketahui beberapa
manfaat dari brain gym yaitu dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa;
mengurangi stress dan menjernihkan pikiran; membuat suasana bekerja dan
belajar menjadi lebih rileks; meningkatkan kemampuan berbahasa dan daya
ingat; menambah semangat, kreativitas, dan lebih efisien; serta meningkatkan
prestasi kerja dan belajar.
C. Pengaruh Brain Gym Terhadap Recall Memory pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar
Recall memory adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari atau dijumpai sebelumnya
tanpa dibantu adanya objek sebagai stimulus untuk mengingat informasi tersebut
dari ingatan. Pembicaraan tentang ingatan termasuk recall memory berarti terkait
dengan potensi otak dan segala kelebihannya, sebagaimana yang diungkapkan
oleh Rolls dkk (dalam King, 2010) bahwa banyak bagian sistem saraf dan otak
yang terlibat dalam proses yang kaya dan kompleks yang disebut ingatan.
Menurut Sperry (dalam Deasy Harianti, 2008) otak menusia terbagi
menjadi dua belahan yaitu belahan kiri dan kanan. Setiap belahan atau hemisfer
memiliki fungsi yang berbeda walaupun keduanya saling mendukung.
Diungkapkan pula oleh Deasy Harianti (2008) bahwa setiap belahan otak bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
dominan dalam aktivitas tertentu, tetapi masing-masing belahan otak tetap saling
mendukung dalam proses berpikir. Agar aktivitas setiap belahan otak dapat saling
mendukung, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyeimbangkan
keterampilan mental antara otak kiri dan otak kanan. Kedua belahan otak
ra optimal sehingga dapat mencapai hasil
pembelajaran yang maksimal,. Hal ini penting, mengingat dalam proses berpikir
Dennison dan Dennison (2002) mengemukakan bahwa cara yang dapat
digunakan untuk mengoptimalkan fungsi otak adalah dengan brain gym. Menurut
Demuth (2005) brain gym atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan senam
otak adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan kegiatan
belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari, serta merupakan inti dari
Edu-K.
Edu-K merupakan singkatan dari Educational Kinesiology atau ilmu
education
educare
Berdasarkan arti harfiah tersebut, education tidak seperti yang sering dipahami
menarik keluar potensi-potensi yang terdapat dalam diri (Demuth, 2005). Menurut
penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan dasar Educational
Kinesiology sebagai metode belajar adalah menarik keluar potensi belajar yang
terpendam dalam diri seseorang melalui gerakan tubuh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Gerakan merupakan pintu dari pembelajaran. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Hannaford (1995), bahwa gerakan akan membangunkan dan
mengaktivasi kapasitas mental, mengintegrasikan, dan menjangkarkan informasi
baru dalam sistem saraf, serta berperan penting dalam mengekspresikan proses
berpikir dan pemahaman diri. Menurut Hannaford (1995) gerakan dibutuhkan
untuk memasukkan sebuah informasi yang penting dalam ingatan, salah satu
caranya adalah materialisasi dengan kata-kata atau menulis. Gerakan tangan pada
saat menulis akan membantu seseorang membuat hubungan dalam pemikirannya
dan hal ini diperlukan untuk membangun jaringan saraf.
Pendapat lain dikemukakan oleh Ratey (2001) yang menjelaskan bahwa
pergerakan fisik seseorang dapat mempengaruhi kemampuan belajar, berpikir, dan
mengingat. Kapasitas untuk menguasai daya ingat secara biologis akan meningkat
oleh karena aktivitas fisik. Gerakan-gerakan fisik yang dilakukan dapat
merangsang neuron untuk memaksimalkan kemampuan kognitif seseorang.
Beberapa pendapat di atas diperkuat oleh penemuan para pakar neurosains
yang diungkapkan oleh Hannaford (1995). Pada dasawarsa terakhir ini ditemukan
dua area di otak yang sebelumnya ditengarai hanya berhubungan dengan kontrol
gerakan, ternyata juga berperan penting dalam koordinasi pikiran. Area tersebut
adalah ganglia basalis dan serebelum. Area ini ditemukan berhubungan dengan
lobus frontalis yang berperan dalam fungsi kognitif.
Menurut Kulak dan Sobaniec (2004) latihan fisik akan meningkatkan
jumlah neuron-neuron baru yang mungkin diperantarai oleh faktor neurotrofik
seperti Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Brain-Derived Neurotrophic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Factor (BDNF) adalah suatu faktor neurotrofik yang ditemukan pertama kali di
otak. BDNF merupakan suatu protein yang mempunyai aktivitas pada neuron-
neuron sistem saraf pusat dan perifer yang membantu survival neuron,
meningkatkan pertumbuhan dan diferensiasi neuron serta sinaps baru. BDNF pada
otak ditemukan aktif di hippokampus, korteks, dan basal forebrain, yaitu area-area
vital dalam proses belajar, mengingat, dan proses berpikir yang lebih tinggi.
Molteni dkk (2002) berpendapat bahwa peningkatan kadar BDNF akibat latihan
fisik dapat mempengaruhi plastisitas neuronal pada terminal pre dan pasca sinaps,
dengan kata lain latihan fisik dapat berpotensial meningkatkan plastisitas neuronal
di hippokampus.
Gomez-Pinilla dkk (2002) menenemukan bahwa terdapat mekanisme lain
yang mengalami peningkatan selain BDNF, yaitu peningkatan sinapsin I, Growth-
Asscociated Protein 43 (GAP-43), serta Cyclic AMP Response Element-Binding
Protein (CREB). Sinapsin I merupakan anggota fosfoprotein spesifik terminal
saraf dan terlibat dalam pengeluaran neurotransmitter, pemanjangan akson, dan
pemeliharaan kontak sinaptik. BDNF mempengaruhi sintesis dan fosforilasi
sinapsin I sehingga meningkatkan pelepasan neurotransmitter. GAP-43 terdapat
dalam terminal akson yang sedang tumbuh dan memiliki peranan penting dalam
pertumbuhan akson, pelepasan neurotransmitter, serta proses belajar dan
mengingat. CREB merupakan salah satu faktor transkripsi di otak dan dapat
dimodulasi oleh BDNF, dibutuhkan dalam berbagai bentuk mengingat dan
memiliki peran dalam ketahanan neuronal bersama-sama dengan BDNF.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka diketahui
bahwa gerakan fisik mampu meningkatkan kemampuan belajar, berpikir, dan
mengingat. Hal ini didasari dengan penemuan bahwa gerakan fisik diketahui
dapat meningkatkan platisitas neuronal di hippokampus, yaitu bagian otak yang
berperan dalam proses belajar, mengingat, dan proses berpikir yang lebih tinggi.
Bentuk-bentuk gerakan fisik yang terangkum dalam brain gym diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan belajar terutama kemampuan recall memory pada
siswa kelas V sekolah dasar. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kartini
Kartono (1990) bahwa ingatan pada usia 8-12 tahun merupakan masa dimana
mencapai intensitas yang paling besar. Brain gym diharapkan efektif dalam
mengoptimalkan ingatan, terutama recall memory pada siswa.
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini secara sistematis terlihat seperti
bagan di bawah ini:
Bagan 4 Kerangka Pemikiran
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V sekolah dasar yang
terbagi dalam dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Perlakuan Berupa Brain Gym
Recall Memory
Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen
Tanpa Perlakuan
Recall Memory
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Siswa yang termasuk dalam kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa
brain gym, sementara siswa yang termasuk ke dalam kelompok kontrol tidak
diberi perlakuan. Selanjutnya akan dibandingkan kemampuan recall memory
antara kedua kelompok penelitian, yakni kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat efektivitas dari pemberian
brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel merupakan konsep yang mempunyai variabilitas, suatu konstruk
yang bervariasi atau yang dapat memiliki bermacam nilai tertentu (Latipun, 2006).
Variabel diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian (Sumadi Suryabrata, 2006).
Berdasarkan uraian yang telah dibahas sebelumnya, maka variabel dalam
penelitian ini adalah :
1. Variabel tergantung : Recall Memory
2. Variabel bebas : Brain Gym
B. Definisi Operasional
Definisi operasional berarti meletakkan arti pada suatu variabel dengan cara
menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur
variabel itu (Latipun, 2006). Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan
atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Sumadi Suryabrata,
2006). Definisi operasional dari variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
1. Recall Memory.
Recall memory adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
pengalaman atau informasi yang pernah dipelajari tanpa dibantu suatu objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sebagai stimulus untuk mengingat kembali. Penelitian ini menggunakan waktu
yang terbatas untuk mengukur kemampuan recall memory dalam short term
memory, dengan rentang waktu hingga 30 detik.
Pengukuran recall memory dilakukan dengan Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna dari penelitian Peterson dan Peterson (1959). Semakin tinggi skor
yang diperoleh maka kemampuan recall memory juga tinggi, dan sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh maka kemampuan recall memory juga
rendah.
2. Brain Gym.
Brain gym atau senam otak merupakan serangkaian gerakan tubuh
sederhana yang digunakan untuk latihan vitalisasi otak sehingga dapat
membantu mengoptimalkan kegiatan belajar. Gerakan-gerakan brain gym
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari sepuluh macam gerakan
antara lain 8 Tidur (Lazy 8s), Gajah (The Elephant), Burung Hantu (The Owl),
Pasang Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The Thinking Cap),
Titik Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan Silang atau Cross
Crawl), Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan Energetic (Minum Air).
Gerakan brain gym yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan recall memory anak.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil
No. 150 Surakarta, sebanyak 49 siswa. Pemilihan sekelompok subjek yang terbagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol didasarkan atas karakteristik
subjek penelitian, antara lain:
1. Siswa kelas V sekolah dasar dengan rentang usia 8-12 tahun.
Sesuai dengan pendapat Kartini Kartono (1990) bahwa ingatan anak
pada usia 8-12 tahun mencapai intensitas yang paling besar. Brain gym
diharapkan dapat memberi pengaruh positif dalam mengoptimalkan ingatan,
terutama recall memory pada siswa.
2. Subjek yang memiliki tingkat kecerdasan average.
Berdasarkan pendapat dari Schunn dkk (dalam Suharnan, 2005) bahwa
subjek yang memiliki inteligensi tinggi cenderung lebih cepat dan akurat
dalam memproses informasi jika dibandingkan dengan subjek yang memiliki
inteligensi rendah. Hal ini berlaku pada proses mengingat kembali atau me-
recall pengetahuan dari ingatan. Subjek yang memiliki inteligensi tinggi lebih
efisien atau baik di dalam encoding informasi sehingga recall memory yang
dihasilkan lebih optimal. Subjek yang diambil adalah subjek yang memiliki
tingkat kecerdasan average sesuai dengan norma CFIT (Culture Fair
Intelligence Test).
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode tes. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu Tes Susunan Huruf Tak Bermakna untuk mengukur recall memory. Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
modifikasi dari tes serupa yang dikembangkan dalam penelitian Peterson dan
Peterson (1959).
Setiap aitem dalam tes terdiri dari rangkaian 3 huruf (trigram) yang
membentuk susunan huruf tak bermakna (nonsense syllable) dan pasangannya
berupa rangkaian angka yang terdiri dari 2 digit angka. Urutan dibuat sedemikian
rupa sehingga pengulangan huruf untuk soal yang berurutan dibuat minimal.
Jumlah soal yang diberikan sebanyak 44 soal.
Modifikasi yang dilakukan Peneliti terletak pada cara penyampaian soal,
cara menjawab, dan materi soal yang diberikan. Pada tes yang asli, penyajian soal
dilakukan secara individual, setiap soal disampaikan kepada subjek secara verbal,
dan jawaban yang diberikan subjek secara verbal pula. Pada penelitian ini,
pemberian tes dilakukan secara klasikal. Modifikasi dilakukan pada cara
penyampaian soal dan cara menjawab. Setiap soal disampaikan dengan cara
ditayangkan menggunakan LCD dan jawaban dituliskan oleh subjek pada kolom
dalam lembar jawaban yang disediakan.
Tiap-tiap aitem soal ditampilkan selama 2 detik. Setelah 1 aitem soal
ditayangkan, maka tugas subjek adalah menghitung mundur sebanyak 3 angka
dari 2 digit angka yang menjadi pasangan trigram yang ditayangkan. Misalnya
trigram yang ditayangkan adalah ABC, kemudian subjek diminta untuk
menghitung mundur angka pasangannya, misalnya 25, yaitu 22-19-16. Jawaban
ditulis pada kolom dalam lembar jawaban yang disediakan, dimulai dari angka
acak yang diberikan, lalu kemudian menuliskan kembali trigram yang
ditayangkan sebelumnya. Menurut Davidoff (1981) tugas menghitung mundur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
diberikan untuk mengurangi efek latihan agar recall memory dapat diukur secara
murni. Selang waktu yang diberikan kepada subjek untuk mengerjakan adalah
selama 15 detik.
Tugas menghitung mundur dapat dilakukan sebanyak 3 atau 4 angka seperti
yang dikemukakan oleh Peterson dan Peterson (1959). Peneliti memilih untuk
melakukan perhitungan mundur sebanyak 3 angka, dengan komposisi angka ganjil
dan angka genap dibuat sama banyaknya. Skor yang diberikan adalah 1 (satu)
untuk jawaban benar, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna.
Jawaban yang salah, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna
maupun salah satunya, maka skor yang diberikan adalah 0 (nol).
Tes Susunan Huruf Tak Bermakna diberikan sebanyak dua kali kepada
subjek penelitian sebagai pretest dan posttest. Hal ini bertujuan untuk melihat
pengaruh brain gym terhadap recall memory pada subjek dengan membandingkan
hasil sebelum dan setelah diberikan perlakuan.
E. Validitas dan Reliabilitas
Validitas dan reliabilitas merupakan dua hal yang berperan penting dalam
menentukan baik atau tidaknya suatu hasil penelitian. Oleh karena itu, alat ukur
yang digunakan berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna harus memenuhi syarat
valid dan reliabel.
Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dimodifikasi oleh Peneliti dari tes
serupa yang dikembangkan dalam penelitian Peterson dan Peterson (1959).
Modifikasi yang dilakukan terletak pada cara penyampaian soal, cara menjawab,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dan materi soal yang diberikan. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan
uji validitas dan uji reliabilitas pada Tes Susunan Huruf Tak Bermakna.
Pengukuran uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi
Product Moment dari Pearson. Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis dengan bantuan SPSS 16.
Try Out atau uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilakukan di SD Negeri
Ngoresan Surakarta dengan karakteristik subjek yang sama dengan subjek
penelitian.
F. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan true experimental research. Desain yang
digunakan dalam penelitian ini adalah randomized pretest-posttest control group
design. Peneliti menggunakan desain penelitian ini karena validitas internalnya
menjadi lebih kuat (tinggi) dan variasi antar-session (yaitu extraneous variables
yang terjadi antara T1 dan T2) telah dikontrol (Sumadi Suryabrata, 2006). Dengan
kata lain, dalam desain penelitian ini hampir semua variabel luar dan sumber
invaliditas dapat terkendali sepenuhnya (Latipun,2006).
Pertama-tama dilakukan pengukuran (pretest) dengan menggunakan tes
susunan huruf tak bermakna pada kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen
(Te) dan kelompok kontrol (Tk), lalu dikenakan perlakuan berupa brain gym pada
kelompok eksperimen (Te) untuk jangka waktu tertentu sedangkan kelompok
kontrol (Tk) tidak mendapatkan perlakukan. Setelah jangka waktu tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
kemudian dilakukan pengukuran untuk kedua kalinya (posttest) pada kedua
kelompok. Rancangan eksperimen ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Group Pretest Treatment Posttest
Exp. Group (Te)
Contr. Group (Tk)
Bagan 5 Desain Penelitian Randomized Control Group Pretest-Posttest Design
(Sumber: Sumadi Suryabrata, 2006)
G. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Pengukuran tingkat kecerdasan pada subjek penelitian dengan menggunakan
norma CFIT (Culture Fair Intelligence Test). Tes yang digunakan adalah
CFIT skala 2 karena sesuai dengan usia subjek penelitian antara 8-12 tahun.
2. Melakukan matching. Matching dilakukan dengan mengurutkan nilai atau
skor dari pengukuran tingkat kecerdasan yang telah dilakukan. Setiap subjek
dibuatkan pasangan berdasarkan urutan skor CFIT, yaitu pasangan pertama:
subjek urutan no.1 dengan no.2; pasangan kedua: subjek urutan no.3 dengan
no.4, dan seterusnya.
Setelah matching dilakukan, randomisasi juga dilakukan saat memasukkan
subjek ke dalam setiap kelompok penelitian. Randomisasi atau random
assigment adalah prosedur memasukkan secara acak subjek penelitian pada
sampel penelitian ke dalam setiap kelompok penelitian (Te dan Tk) sehingga
T1 X T2
T1 T2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kedua kelompok penelitian diasumsikan setara sebelum manipulasi dilakukan
(Liche Seniati, 2005). Dari setiap pasangan yang diperoleh, salah satu subjek
dimasukkan secara acak ke dalam kelompok eksperimen (Te) dan salah satu
subjek lagi ke dalam kelompok kontrol (Tk).
Liche Seniati (2005) juga mengungkapkan bahwa penggunaan teknik
matching hanya dapat dilakukan apabila memenuhi 2 syarat. Pertama, apabila
besar atau nilai variabel sekunder subjek sudah atau dapat diketahui oleh
peneliti sebelum penelitian dilakukan, dalam penelitian ini yaitu skor tes
inteligensi setiap subjek sudah diketahui. Kedua, matching dapat dilakukan
apabila hanya melibatkan 2 kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen
(Te) dan kelompok kontrol (Tk).
3. Melaksanakan pretest (T1) berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna pada
kelompok eksperimen (Te) dan kelompok kontrol (Tk).
4. Memberikan perlakuan yang dilaksanakan selama sembilan kali perlakuan
dalam kurun waktu tiga minggu pada kelompok eksperimen (Te) berupa brain
gym, sedangkan untuk kelompok kontrol (Tk) tidak diberi perlakuan.
5. Melaksanakan posttest (T2) berupa Tes Susunan Huruf Tak Bermakna baik
pada kelompok eksperimen (Te) maupun kelompok kontrol (Tk). Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna yang digunakan pada saat posttest (T2) merupakan
bentuk tes yang sama dengan pretest (T1).
6. Menganalisis hasil perlakuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan dan
nonperlakuan pada kemampuan recall memory siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan statistik non parametrik Mann-Whitney U-Test. Perhitungan
selengkapnya menggunakan analisis data statistik dengan SPSS version 16 for MS
Windows.
Analisis Mann-Whitney U-Test digunakan dengan alasan karena penelitian
ini bertujuan untuk membandingkan hasil skor recall memory perlakuan dan non
perlakuan pada siswa. Selain itu menurut Imam Ghozali (2006), Mann-Whitney
U-Test digunakan karena menguji signifikansi hipotesis komparatif dua grup
independen yang datanya berbentuk ordinal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
Penentuan tempat penelitian merupakan salah satu tahapan persiapan
penelitian yang dilakukan oleh Peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah
Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Penentuan tempat penelitian
didasarkan oleh populasi dan karakteristik yang telah ditetapkan sebelumnya
oleh Peneliti. Peneliti berkoordinasi dengan Guru Wali Kelas V untuk melihat
nilai-nilai mata pelajaran yang terkait dengan ingatan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan recall memory siswa berdasarkan performansi siswa
saat tes mata pelajaran.
Mata pelajaran yang dijadikan acuan oleh Peneliti adalah Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dan Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Rata-rata nilai siswa kelas V untuk ketiga mata
pelajaran tersebut antara lain PKn sebesar 63.16, IPA sebesar 62.35, dan IPS
sebesar 72.04. Selain itu cara belajar yang digunakan selama di dalam kelas
hanya mencakup cara belajar visual dan audiotorial. Sedangkan kendala dari
guru adalah belum menggunakan secara efektif untuk cara belajar kinestetik,
terutama dengan menggunakan brain gym atau senam otak. Hal ini yang
menjadi perhatian utama Peneliti dalam mencermati permasalahan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta beralamat di Jl.
Kartika No. 32 Ngoresan, Jebres, Surakarta. Visi dan misi dari sekolah ini
antara lain sebagai berikut:
Tabel 1 Visi dan Misi Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta
Visi Terwujudnya sekolah berkualitas yang berdasarkan imtaq,
iptek dan dapat dijangkau lapisan masyarakat.
Misi 1. Menciptakan suasana sekolah yang kondusif melalui
budaya disiplin di segala bidang.
2. Mengembangkan intelektual siswa dengan mendorong
serta membantu untuk mengenal potensi dirinya agar
tercapai perestasi yang sesuai dengan bakat dan
kemampuannya
3. Membina anak agar dapat tumbuh menjadi manusia
yang sehat sosial, jasmani, rohani, berbudaya, terampil,
dan berbudi luhur, bertanggung jawab sesuai dengan
agamanya masing-masing.
4. Mengembangkan komunikasi dan kegiatan dengan
lingkungan masyarakat dan sekolah
(Sumber: Profil Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta)
Tenaga kependidikan dari sekolah ini terdiri dari 15 orang guru, 1 orang
petugas tata usaha, dan 1 orang tenaga bantu. Jumlah anak didik tahun
pelajaran 2010/2011 sebanyak 271 siswa, dengan rincian siswa Kelas I
sebanyak 42 siswa, Kelas II sebanyak 45 siswa, Kelas III sebanyak 44 siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Kelas IV sebanyak 45 siswa, Kelas V sebanyak 49 siswa, dan Kelas VI
sebanyak 46 siswa. Penelitian ini melibatkan seluruh siswa Kelas V sejumlah
49 siswa yang terdiri dari 21 putra dan 28 putri.
2. Persiapan Administrasi
Persiapan administrasi untuk penelitian meliputi perizinan yang
diajukan kepada pihak yang terkai
Brain Gym Terhadap Recall Memory Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar
penelitian dilakukan
melalui surat pengantar dari Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan nomor surat
820/UN27.06.7.1/TU/2011 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah Dasar
Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Melalui surat izin tersebut, Peneliti
mengajukan permohonan kepada pihak Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No.
150 Surakarta. Berdasarkan izin dari pihak sekolah dan jadwal yang telah
disepakati bersama maka penelitian dilakukan pada bulan November 2011
setelah pelaksanaan ujian tengah semester.
3. Persiapan Alat Ukur
a. Alat Ukur Sebelum Uji Coba
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna yang digunakan untuk mengukur kemampuan recall
memory siswa. Tes ini terdiri dari 48 soal. Setiap item dalam tes terdiri
dari rangkaian 3 huruf (trigram) yang membentuk susunan huruf tak
bermakna (nonsense syllable) dan pasangannya berupa rangkaian angka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
yang terdiri dari 2 digit angka. Urutan dibuat sedemikian rupa sehingga
pengulangan huruf untuk soal yang berurutan dibuat minimal.
Skor yang diberikan dalam tes ini adalah 1 (satu) untuk jawaban
benar, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna. Jawaban
yang salah, baik untuk hitungan dan susunan huruf tak bermakna maupun
salah satunya, maka skor yang diberikan adalah 0 (nol).
Tabel 2 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Sebelum Uji Coba
No Angka Acak 3 Angka yang Dihitung Mundur Huruf Tak
Bermakna
1. 45 42 39 36 BFH
2. 74 71 68 65 PGZ
3. 26 23 20 17 RJH
4. 52 49 46 43 QGK
5. 87 84 81 78 CJP
6. 40 37 34 31 BGK
7. 58 55 52 49 FNQ
8. 75 72 69 66 SZP
9. 70 67 64 61 DEX
10. 77 74 71 68 NRZ
11. 94 91 88 85 LSH
12. 51 48 45 42 PXT
13. 56 53 50 47 KGD
14. 93 90 87 84 RPB
15. 69 66 63 60 MQX
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
16. 96 93 90 87 ZSN
17. 25 22 19 16 LXH
18. 22 19 16 13 MBS
19. 61 58 55 52 SHX
20. 20 17 14 11 DKM
21. 32 29 26 23 TJN
22. 44 41 38 35 CMF
23. 31 28 25 22 GJP
24. 36 33 30 27 FDM
25. 23 20 17 14 GMB
26. 64 61 58 55 TQH
27. 55 52 49 46 JNB
28. 78 75 72 69 HZT
29. 21 18 15 12 QSW
30. 80 77 74 71 ZBK
31. 27 24 21 18 JXZ
32. 84 81 78 75 NLR
33. 46 43 40 37 HBK
34. 35 32 29 26 DSZ
35. 71 68 65 62 KPB
36. 95 92 89 86 NCS
37. 54 51 48 45 HCT
38. 29 26 23 20 JDP
39. 66 63 60 57 ZET
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
40. 47 44 41 38 MPB
41. 88 85 82 79 QSG
42. 79 76 73 70 CMZ
43. 65 62 59 56 KMX
44. 48 45 42 39 CQK
45. 37 34 31 28 SBF
46. 53 50 47 44 THL
47. 68 65 62 59 XFR
48. 57 54 51 48 BPM
b. Uji Coba Alat Ukur
Uji coba alat ukur dilakukan dengan uji coba Tes Susunan Huruf
Tak Bermakna kepada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan
Surakarta yang berjumlah 38 orang dari total siswa kelas V sebanyak 48
orang. Peneliti menggunakan siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri
Ngoresan Surakarta sebagai subjek uji coba Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna karena memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
penelitian di Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta, yaitu
siswa kelas V memiliki rentang usia yang sama antara 8-12 tahun dan
memiliki tingkat kecerdasan average atau rata-rata berdasarkan hasil
screening menggunakan tes CFIT skala 2.
Uji coba Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilaksanakan tanggal 4
November 2011 terhadap siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Ngoresan
Surakarta, setelah satu hari sebelumnya yaitu tanggal 3 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
dilakukan screening untuk subjek yang sama. Prosedur pelaksanaannya
adalah sebelumnya Peneliti memberikan informasi kepada pihak sekolah
yang bersangkutan bahwa Peneliti akan melakukan screening dan uji coba
alat tes, serta negosiasi jadwal dengan pihak sekolah.
Pada tanggal 3 November 2011 sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati, Peneliti melakukan screening terhadap 48 siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Ngoresan Surakarta. Screening dilakukan dengan
menggunakan tes CFIT skala 2 untuk mengukur tingkat kecerdasan siswa.
Pada hari pelaksanaan screening, 2 siswa tidak hadir sehingga screening
dilakukan pada 46 siswa.
Hasil screening tersebut kemudian ditindak lanjuti oleh Peneliti
dengan mengambil beberapa siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rata-
rata sebagai subjek uji coba alat tes. Hal ini dilakukan dalam upaya
menyamakan kriterianya dengan subjek penelitian. Peneliti mengambil 40
siswa dengan tingkat kecerdasan rata-rata sebagai subjek uji coba alat tes
yang terdiri dari 4 siswa dengan klasifikasi high average, 25 siswa dengan
klasifikasi average, dan 11 siswa dengan klasifikasi low average.
Hari berikutnya yaitu pada tanggal 4 November 2011, Peneliti
melaksanakan uji coba alat tes terhadap 40 siswa kelas V Sekolah Dasar
Negeri Ngoresan Surakarta. Peneliti didampingi oleh Guru dan 3 orang
observer selama proses uji coba alat tes berlangsung. Sebelum melakukan
uji coba, Peneliti terlebih dahulu menginformasikan kepada para siswa
mengenai maksud dan tujuan uji coba alat tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Setelah uji coba alat tes dilakukan, diperoleh 38 alat tes yang dapat
dianalisis, hal ini karena 2 orang subjek tidak hadir pada hari itu. Langkah
selanjutnya adalah penskoran dan analisis terhadap 38 alat tes untuk
pengujian validitas dan reliabilitas. Selanjutnya Peneliti mengkategorikan
skor menjadi tiga kategori (Saifuddin Azwar, 2003) yaitu:
Rendah : X < MH - 1(SD)
Sedang : MH 1(SD) X < MH + 1(SD)
Tinggi : MH + 1(SD) X
Keterangan:
MH = Mean Hipotetik
SD = Standar Deviasi
Perhitungan kategori skor recall memory dan tabulasi try out
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran G.
c. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas
Penskoran Tes Susunan Huruf Tak Bermakna dilakukan oleh
Peneliti terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian validitas dan
reliabilitas. Skor untuk setiap aitem yang benar, untuk susunan huruf tak
bermakna dan 3 angka yang dihitung mundur adalah 1 (satu). Skor untuk
setiap aitem yang salah, baik untuk susunan huruf tak bermakna, 3 angka
yang dihitung mundur, maupun keduanya adalah 0 (nol). Setelah
penskoran selesai dilakukan, maka diperoleh skor total untuk setiap
subjek. Berdasarkan hasil penskoran tersebut maka dilakukan pengujian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
validitas dan reliabilitas tes, dengan menggunakan bantuan program SPSS
version 16 for MS Windows.
1) Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini mencakup content validity dan
construct validity. Content validity dilakukan melalui review
professional judgement, dalam hal ini adalah Pembimbing sebagai
pihak yang berkompeten. Review professional judgement dilakukan
untuk menilai tes agar memenuhi kesan mampu mengungkap atribut
yang hendak diukur.
Uji daya beda aitem selanjutnya dilakukan dengan
menggunakan teknik korelasi Product Moment Pearson dengan
bantuan SPSS 16. Peneliti mendapati hasil uji tersebut memiliki indeks
korelasi berkisar antara 0,088 hingga 0,803. Seleksi atau dasar
pengambilan keputusan untuk aitem yang valid dengan cara
membandingkan nilai r hitung dengan nilai r kriteria 0,320 untuk taraf
signifikansi 5%. Jika nilai corrected item total correlation bernilai
positif dan > 0,320 maka aitem dianggap valid, sedangkan jika nilai
corrected item total correlation bernilai negatif dan < 0,320 maka
aitem dianggap tidak valid.
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, Peneliti
memperoleh 44 aitem yang valid dari 48 aitem yang diujicobakan
dengan kisaran nilai antara 0,323 hingga 0,803. Aitem yang valid
sejumlah 44 aitem, antara lain aitem 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33,
34, 35, 36, 37, 38, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 47, dan 48. Aitem yang gugur
sejumlah 4 aitem yaitu aitem 6, 25, 39, dan 42.
Tabel 3 Tes Susunan Huruf Tak Bermakna Setelah Uji Coba
No Angka Acak 3 Angka yang Dihitung Mundur Huruf Tak
Bermakna
1. 45 42 39 36 BFH
2. 74 71 68 65 PGZ
3. 26 23 20 17 RJH
4. 52 49 46 43 QGK
5. 87 84 81 78 CJP
6. 58 55 52 49 FNQ
7. 75 72 69 66 SZP
8. 70 67 64 61 DEX
9. 77 74 71 68 NRZ
10. 94 91 88 85 LSH
11. 51 48 45 42 PXT
12. 56 53 50 47 KGD
13. 93 90 87 84 RPB
14. 69 66 63 60 MQX
15. 96 93 90 87 ZSN
16. 25 22 19 16 LXH
17. 22 19 16 13 MBS
18. 61 58 55 52 SHX
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
19. 20 17 14 11 DKM
20. 32 29 26 23 TJN
21. 44 41 38 35 CMF
22. 31 28 25 22 GJP
23. 36 33 30 27 FDM
24. 64 61 58 55 TQH
25. 55 52 49 46 JNB
26. 78 75 72 69 HZT
27. 21 18 15 12 QSW
28. 80 77 74 71 ZBK
29. 27 24 21 18 JXZ
30. 84 81 78 75 NLR
31. 46 43 40 37 HBK
32. 35 32 29 26 DSZ
33. 71 68 65 62 KPB
34. 95 92 89 86 NCS
35. 54 51 48 45 HCT
36. 29 26 23 20 JDP
37. 47 44 41 38 MPB
38. 88 85 82 79 QSG
39. 65 62 59 56 KMX
40. 48 45 42 39 CQK
41. 37 34 31 28 SBF
42. 53 50 47 44 THL
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
43. 68 65 62 59 XFR
44. 57 54 51 48 BPM
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas pada aitem yang valid merupakan tahapan
selanjutnya yang dilakukan setelah pengujian validitas. Uji reliabilitas
dilakukan menggunakan teknik analisis dengan
bantuan SPSS 16. Hasil uji reliabilitas ditunjukkan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 4 Hasil Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.941 44
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya
berada dalam rentang 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi
reliabilitasnya (Saifuddin Azwar, 2003). Hasil uji reliabilitas Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna diperoleh koefisien reliabilitas ( )
sebesar 0,941 sehingga dapat dinyatakan bahwa Tes Susunan Huruf
Tak Bermakna tersebut reliabel, yang selanjutnya dapat digunakan
sebagai alat ukur penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
4. Persiapan Eksperimen
Eksperimen dalam penelitian ini menggunakan pelatihan brain gym
sebagai perlakuan terhadap kelompok eksperimen. Pelatihan brain gym ini
dilakukan oleh seorang fasilitator atau penyaji, dan lima orang observer.
Sebelum berjalannya eksperimen, Peneliti melakukan briefing terlebih dahulu
dengan fasilitator dan observer mengenai materi dan pelaksanaan pelatihan.
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk memberikan penjelasan mengenai
materi dan detail pelatihan kepada fasilitator dan observer.
Persiapan eksperimen yang dilakukan oleh Peneliti antara lain
persiapan alat dan bahan, screening pada subjek penelitian, serta penentuan
subjek penelitian ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Selain itu Peneliti juga mempersiapkan materi brain gym yang tersusun dalam
modul sebagai perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen.
a. Persiapan Alat dan Bahan
Peneliti mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan dalam
rangka eksperimen. Adapun alat dan bahan tersebut antara lain:
1) Satu unit laptop, laptop dalam penelitian ini digunakan untuk
menayangkan slide Tes Susunan Huruf Tak Bermakna pada saat
pretest dan posttest.
2) Slide Tes Susunan Huruf Tak Bermakna, slide dibuat untuk
pelaksanaan pretest dan posttest, terdiri dari 44 butir soal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Lembar observasi, lembar observasi ini dibuat untuk membantu
Peneliti dalam mengamati keaktifan, ekspresi, dan sikap subjek selama
berlangsungnya pelatihan brain gym.
4) Lembar evaluasi proses, lembar evaluasi proses dibuat untuk
mengetahui pendapat subjek penelitian, dalam hal ini kelompok
eksperimen, terhadap pelatihan brain gym.
5) Alat tulis, alat tulis berupa pulpen atau pensil digunakan oleh subjek
penelitian untuk mengerjakan soal pretest dan posttest serta mengisi
lembar evaluasi proses.
6) Kamera digital, dipergunakan untuk keperluan dokumentasi penelitian.
b. Screening
Screening dilaksanakan pada hari yang sama dengan screening
untuk subjek uji coba alat tes, yaitu tanggal 3 November 2011. Screening
dilakukan dengan menggunakan tes IQ yaitu CFIT skala 2 terhadap kelas
V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Jumlah
keseluruhan siswa kelas V adalah sebanyak 49 orang, namun pada hari
pelaksanaan ternyata 2 siswa tidak hadir. Sehingga screening dilakukan
terhadap 47 siswa. Berdasarkan hasil screening diperoleh data sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 5 Hasil Tes IQ Siswa Kelas V SDN Bulukantil No. 150 Surakarta
No Nama Usia Jenis
Kelamin IQ Klasifikasi
1 WSA 11 L 121 Superior
2 AW 10 P 119 High Average
3 DAR 10 P 119 High Average
4 HSM 10 L 119 High Average
5 RA 10 P 119 High Average
6 ITC 10 L 116 High Average
7 NL 10 P 116 High Average
8 ATY 10 P 114 High Average
9 ELR 10 P 114 High Average
10 YWA 10 P 114 High Average
11 OA 11 L 111 High Average
12 ASA 10 P 108 Average
13 AM 10 P 108 Average
14 RFCP 10 P 108 Average
15 MAS 11 L 107 Average
16 EHPP 10 L 105 Average
17 EM 11 P 105 Average
18 HAL 10 L 105 Average
19 KDE 10 P 105 Average
20 MHA 10 L 105 Average
21 RIS 10 L 105 Average
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
22 RNS 10 P 105 Average
23 SAD 10 P 103 Average
24 HCP 10 L 100 Average
25 ITH 10 L 100 Average
26 MMA 10 L 100 Average
27 RRPP 10 L 100 Average
28 AAAM 11 P 97 Average
29 JAN 10 P 97 Average
30 ZKT 10 P 97 Average
31 EBMA 10 P 95 Average
32 LSJ 10 P 95 Average
33 LNK 10 P 95 Average
34 GSP 11 L 93 Average
35 MIA 10 L 93 Average
36 ASIH 10 P 92 Average
37 B. Q. R. DIM 10 L 92 Average
38 ERP 10 P 92 Average
39 SEK 10 P 92 Average
40 SA 12 L 91 Average
41 GH 11 P 89 Low Average
42 ARN 11 P 87 Low Average
43 ANA 10 P 87 Low Average
44 RAR 11 L 84 Low Average
45 DNK 10 L 81 Low Average
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
46 OMR 10 P 81 Low Average
47 M 11 L 80 Low Average
48 RP - - - -
49 SNC - - - -
Keterangan:
RP dan SNC tidak hadir saat pelaksanaan screening.
Data hasil tes IQ digunakan untuk memilih subjek penelitian dan
untuk membagi subjek menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Teknik yang digunakan adalah dengan teknik
matching, yaitu mengurutkan IQ yang tertinggi sampai terendah seperti
yang telah dipaparkan dalam Tabel 5.
c. Penentuan Subjek Penelitian
Peneliti mengambil subjek penelitian yang berada dalam kategori
IQ Average, termasuk didalamnya yaitu High Average, Average, dan Low
Average. Jumlah subjek penelitian sebanyak 46 orang adalah siswa yang
berada dalam tiga tingkat kategori IQ yaitu kategori High Average
sebanyak 10 siswa, kategori Average sebanyak 29 siswa, dan kategori Low
Average sebanyak 7 siswa. Subjek penelitian dengan IQ yang sama dibagi
menjadi 2 kelompok dengan cara random assigment. Berikut dipaparkan
pembagian subjek penelitian kedalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Tabel 6 Subjek Penelitian Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
No Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Nama IQ Klasifikasi Nama IQ Klasifikasi
1 AW 119 High Average DAR 119 High Average
2 HSM 119 High Average RA 119 High Average
3 ITC 116 High Average NL 116 High Average
4 ATY 114 High Average ELR 114 High Average
5 YWA 114 High Average OA 111 High Average
6 ASA 108 Average AM 108 Average
7 RFCP 108 Average MAS 107 Average
8 EHPP 105 Average EM 105 Average
9 HAL 105 Average KDE 105 Average
10 MHA 105 Average RIS 105 Average
11 RNS 105 Average SAD 103 Average
12 HCP 100 Average ITH 100 Average
13 MMA 100 Average RRPP 100 Average
14 AAAM 97 Average JAN 97 Average
15 ZKT 97 Average EBMA 95 Average
16 LSJ 95 Average LNK 95 Average
17 GSP 93 Average MIA 93 Average
18 ASIH 92 Average B. Q. R. DIM 92 Average
19 ERP 92 Average SEK 92 Average
20 SA 91 Average GH 89 Low Average
21 ARN 87 Low Average ANA 87 Low Average
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
22 RAR 84 Low Average DNK 81 Low Average
23 OMR 81 Low Average M 80 Low Average
Selanjutnya, Peneliti menginformasikan hasil pembagian subjek
penelitian kepada pihak sekolah mengenai siswa yang termasuk dalam
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pihak sekolah kemudian
menginformasikan kepada siswa yang menjadi peserta pelatihan atau
masuk ke dalam kelompok eksperimen untuk mengikuti pelatihan brain
gym.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Pengambilan Data Pretest
Pengambilan data pretest dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 9
November 2011. Pretest dilakukan dengan menggunakan Tes Susunan Huruf
Tak Bermakna untuk mengetahui kemampuan recall memory dari 46 siswa
yang menjadi subjek penelitian. Peneliti membagi 46 siswa tersebut kedalam 5
kelompok dimana 4 kelompok terdiri dari 10 siswa dan 1 kelompok terdiri
dari 6 siswa.
Pelaksanaan pretest dilakukan secara bergantian per kelompok. Hal ini
dilakukan untuk meminimalkan kecurangan yang mungkin dilakukan oleh
siswa. Selain itu, Peneliti juga dibantu oleh 10 orang observer untuk
mengawasi tiap siswa selama pretest berlangsung.
Berdasarkan skor pretest yang diperoleh, maka subjek penelitian dapat
dikategorikan dalam tingkatan recall memory yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Skor pretest kelompok kontrol dan eksperimen ditampilkan pada tabel-tabel
berikut ini:
Tabel 7 Skor Pretest Kelompok Eksperimen
No Nama Usia Jenis
Kelamin Skor
Kategori
Recall Memory
1 AW 10 P 29 Sedang
2 HSM 10 L 34 Tinggi
3 ITC 10 L 33 Tinggi
4 ATY 10 P 43 Tinggi
5 YWA 10 P 16 Sedang
6 ASA 10 P 43 Tinggi
7 RFCP 10 P 44 Tinggi
8 EHPP 10 L 30 Tinggi
9 HAL 10 L 31 Tinggi
10 MHA 10 L 30 Tinggi
11 RNS 10 P 40 Tinggi
12 HCP 10 L 31 Tinggi
13 MMA 10 L 9 Rendah
14 AAAM 11 P 24 Sedang
15 ZKT 10 P 11 Rendah
16 LSJ 10 P 13 Rendah
17 GSP 11 L 17 Sedang
18 ASIH 10 P 16 Sedang
19 ERP 10 P 37 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
20 SA 12 L 41 Tinggi
21 ARN 11 P 7 Rendah
22 RAR 11 L 29 Sedang
23 OMR 10 P 14 Rendah
Jumlah 622
Rata-Rata 27.04 Sedang
Tabel 8 Skor Pretest Kelompok Kontrol
No Nama Usia Jenis
Kelamin Skor
Kategori
Recall Memory
1 DAR 10 P 40 Tinggi
2 RA 10 P 40 Tinggi
3 NL 10 P 37 Tinggi
4 ELR 10 P 18 Sedang
5 OA 11 L 35 Tinggi
6 AM 10 P 42 Tinggi
7 MAS 11 L 39 Tinggi
8 EM 11 P 43 Tinggi
9 KDE 10 P 42 Tinggi
10 RIS 10 L 22 Sedang
11 SAD 10 P 32 Tinggi
12 ITH 10 L 29 Sedang
13 RRPP 10 L 39 Tinggi
14 JAN 10 P 19 Sedang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
15 (EBMA) - - - -
16 LNK 10 P 29 Sedang
17 MIA 10 L 30 Tinggi
18 B. Q. R. DIM 10 L 24 Tinggi
19 SEK 10 P 22 Sedang
20 GH 11 P 41 Tinggi
21 ANA 10 P 32 Tinggi
22 DNK 10 L 40 Tinggi
23 M 11 L 10 Rendah
Jumlah 705
Rata-Rata 32.04 Tinggi
Keterangan:
EBMA tidak hadir saat pelaksanaan posttest sehingga jumlah subjek penelitian dalam
kelompok kontrol menjadi 22 siswa.
Berdasarkan hasil pretest maka diketahui bahwa kelompok eksperimen
memiliki rata-rata skor sebesar 27,04 yang termasuk dalam kategori Recall
memory sedang. Kelompok kontrol memiliki rata-rata skor sebesar 32,04 yang
termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Tabulasi pretest dan
kategorisasi Recall memory untuk pretest selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran G.
2. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen dengan memberikan perlakuan berupa
pelatihan brain gym. Pelatihan ini dilaksanakan selama sembilan kali
pertemuan selama kurun waktu tiga minggu. Durasi waktu tiap pertemuan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
pelatihan ini adalah 60 menit. Pelaksanaan eksperimen terdiri atas tiga sesi
yang berlangsung dari pukul 09.30 WIB hingga pukul 10.30 WIB untuk hari
Senin dan Sabtu, dan pukul 08.00 WIB hingga pukul 09.00 WIB untuk hari
Rabu dan Jumat. Pelatihan brain gym yang telah dilaksanakan yaitu:
a. Eksperimen 1 (Pertemuan Pertama) pada hari Senin tanggal 14 November
2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
b. Eksperimen 2 (Pertemuan Kedua) pada hari Rabu tanggal 16 November
2011 pukul 08.00-09.00 WIB.
c. Eksperimen 3 (Pertemuan Ketiga) pada hari Jumat tanggal 18 November
2011 pukul 08.00-09.00 WIB.
d. Eksperimen 4 (Pertemuan Keempat) pada hari Sabtu tanggal 19 November
2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
e. Eksperimen 5 (Pertemuan Kelima) pada hari Senin tanggal 21 November
2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
f. Eksperimen 6 (Pertemuan Keenam) pada hari Rabu tanggal 23 November
2011 pukul 08.00-09.00 WIB.
g. Eksperimen 7 (Pertemuan Ketujuh) pada hari Jumat tanggal 25 November
2011 pukul 08.00-09.00 WIB.
h. Eksperimen 8 (Pertemuan Kedelapan) pada hari Sabtu tanggal 26
November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
i. Eksperimen 9 (Pertemuan Kesembilan) pada hari Senin tanggal 28
November 2011 pukul 09.30-10.30 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Penjelasan tiap sesi pelatihan brain gym untuk sembilan kali pertemuan
adalah sebagai berikut:
a. Sesi I
Sesi I terdiri dari pembukaan, perkenalan, dan ice breaking. Durasi
waktu dalam sesi I ini adalah 10 menit. Kegiatan dalam sesi I diawali
dengan pengkondisian tempat pelatihan. Pembukaan pelatihan dilakukan
oleh fasilitator, kemudian seluruh pelaksana memperkenalkan diri kepada
peserta pelatihan. Sementara itu ice breaking yang dilakukan untuk sesi I
ini m
b. Sesi II
Sesi II merupakan pelatihan gerakan brain gym yang bertujuan
untuk meningkatkan recall memory, dengan durasi waktu 45 menit.
Gerakan brain gym yang diberikan terdiri dari sepuluh gerakan antara lain
8 Tidur (Lazy 8s), gerakan Gajah (The Elephant), gerakan Burung Hantu
(The Owl), Pasang Kuda-Kuda (The Grounder), Pasang Telinga (The
Thinking Cap), Titik Positif, Positive (Kait Relaks), Active (Gerakan
Silang atau Cross Crawl), Clear (Sakelar Otak atau Brain Buttons), dan
Energetic (Minum Air).
c. Sesi III
Sesi III adalah penutup untuk pelatihan brain gym dengan durasi 5
menit. Penutupan dilakukan oleh fasilitator. Fasilitator mengucapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
terima kasih dan salam penutup serta mengarahkan peserta pelatihan untuk
kembali ke kelas.
Pelatihan brain gym dilaksanakan di Ruang Serba Guna Sekolah Dasar
Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta. Selama berjalannya pelatihan, terdapat
beberapa pertemuan dimana kehadiran kelompok eksperimen yang tidak
lengkap 23 siswa. Daftar hadir siswa untuk setiap pertemuan dapat dilihat
pada Lampiran F.
Pelatihan brain gym dipandu oleh seorang fasilitator atau penyaji, dan
lima orang observer yang merupakan mahasiswa Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta semester 11. Pada
pelatihan ini Peneliti membagi kelompok eksperimen yang terdiri dari 23
siswa menjadi 5 kelompok kecil dimana 3 kelompok terdiri dari 5 siswa dan 2
kelompok terdiri dari 4 siswa. Pembagian kelompok eksperimen ini menjadi 5
kelompok kecil dilakukan oleh Peneliti dengan alasan untuk memudahkan
kinerja observer. Tiap observer bertanggungjawab atas 1 kelompok kecil
dalam mengamati keaktifan, ekspresi, dan sikap subjek selama
berlangsungnya pelatihan brain gym.
3. Pelaksanaan Pengambilan Data Posttest
Pengambilan data posttest dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 3
Desember 2011, dengan jarak 5 hari setelah pelaksanaan pelatihan terakhir.
Hal ini dilakukan karena menurut Latipun (2006) bahwa untuk mengetahui
efek suatu perlakuan dilakukan dengan jalan membandingkan kondisi atau
performansi subjek antara kondisi awal dengan kondisi setelah perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Masih menurut Latipun (2006), untuk menghindari carry over effect antara
pengambilan data awal dan setelah perlakuan maka harus diberi interval waktu
tertentu.
Berdasarkan teori tersebut, maka Peneliti melakukan posttest 5 hari
setelah pelatihan terakhir dan 24 hari setelah pretest. Pengambilan interval
waktu tersebut dilakukan dengan maksud untuk memberi waktu kepada subjek
untuk mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang telah diperoleh
dari pelatihan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pengambilan interval
waktu juga dilakukan untuk menghindari carry over effect antara pretest
dengan posttest karene menggunakan alat ukur yang sama yakni Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna.
Posttest direncanakan untuk diberikan pada 46 siswa subjek penelitian,
namun pada hari pelaksanaan posttest terdapat 1 orang siswa dari kelompok
kontrol yang tidak hadir, sehingga keseluruhan subjek penelitian menjadi 45
siswa. Prosedur untuk pelaksanaan posttest merupakan prosedur yang sama
dengan pelaksanaan pretest. Skor posttest kelompok kontrol dan eksperimen
ditampilkan pada tabel-tabel berikut ini:
Tabel 9 Skor Posttest Kelompok Eksperimen
No Nama Usia Jenis
Kelamin Skor
Kategori
Recall Memory
1 AW 10 P 36 Tinggi
2 HSM 10 L 40 Tinggi
3 ITC 10 L 40 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
4 ATY 10 P 44 Tinggi
5 YWA 10 P 17 Sedang
6 ASA 10 P 43 Tinggi
7 RFCP 10 P 44 Tinggi
8 EHPP 10 L 33 Tinggi
9 HAL 10 L 35 Tinggi
10 MHA 10 L 38 Tinggi
11 RNS 10 P 40 Tinggi
12 HCP 10 L 37 Tinggi
13 MMA 10 L 21 Sedang
14 AAAM 11 P 27 Sedang
15 ZKT 10 P 17 Sedang
16 LSJ 10 P 31 Tinggi
17 GSP 11 L 41 Tinggi
18 ASIH 10 P 28 Sedang
19 ERP 10 P 43 Tinggi
20 SA 12 L 42 Tinggi
21 ARN 11 P 14 Rendah
22 RAR 11 L 35 Tinggi
23 OMR 10 P 20 Sedang
Jumlah 766
Rata-Rata 33.30 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 10 Skor Posttest Kelompok Kontrol
No Nama Usia Jenis
Kelamin Skor
Kategori
Recall Memory
1 DAR 10 P 40 Tinggi
2 RA 10 P 44 Tinggi
3 NL 10 P 40 Tinggi
4 ELR 10 P 19 Sedang
5 OA 11 L 39 Tinggi
6 AM 10 P 44 Tinggi
7 MAS 11 L 39 Tinggi
8 EM 11 P 41 Tinggi
9 KDE 10 P 43 Tinggi
10 RIS 10 L 31 Tinggi
11 SAD 10 P 23 Sedang
12 ITH 10 L 34 Tinggi
13 RRPP 10 L 39 Tinggi
14 JAN 10 P 25 Sedang
15 (EBMA) 10 P - -
16 LNK 10 P 30 Tinggi
17 MIA 10 L 38 Tinggi
18 B. Q. R. DIM 10 L 29 Sedang
19 SEK 10 P 28 Sedang
20 GH 11 P 43 Tinggi
21 ANA 10 P 35 Tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
22 DNK 10 L 41 Tinggi
23 M 11 L 7 Rendah
Jumlah 752
Rata-Rata 34.18 Tinggi
Keterangan:
EBMA tidak hadir saat pelaksanaan posttest sehingga jumlah subjek penelitian dalam
kelompok kontrol menjadi 22 siswa.
Berdasarkan hasil posttest maka diketahui bahwa kelompok eksperimen
memiliki rata-rata skor sebesar 33,30 yang termasuk dalam kategori Recall
memory tinggi. Kelompok kontrol memiliki rata-rata skor sebesar 34,18 yang
termasuk dalam kategori recall memory tinggi. Tabulasi posttest dan
kategorisasi recall memory untuk posttest selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran G.
C. Hasil Penelitian
1. Hasil Analisis Kuantitatif
Berdasarkan hasil screening, diperoleh subjek penelitian yaitu sebanyak
23 siswa dalam kelompok eksperimen dan 22 siswa dalam kelompok kontrol.
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data statistik
nonparametrik dengan uji Mann-Whitney U-Test. Menurut pendapat Imam
Ghozali (2006), uji ini merupakan salah satu uji nonparametrik yang sangat
kuat (powerful) dan merupakan alternatif dari uji parametric T-test. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Mann-Whitney U-Test digunakan karena data dalam penelitian ini merupakan
data ordinal.
Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik nonparametrik yaitu
Mann-Whitney U-Test dengan gain skor (selisih skor posttest dan skor
pretest). Uji Mann-Whitney U-Test digunakan untuk melihat apakah terdapat
efektivitas dari pelatihan brain gym terhadap peningkatan recall memory
subjek penelitian. Hasil pengujian atas efektivitas dari pelatihan brain gym
terhadap peningkatan recall memory pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol sebagai berikut:
Tabel 11 Hasil Uji Mann-Whitney U-Test pada Dua Independen Sampel
(Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol)
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Recall_Memory Eksperimen 23 27.70 637.00
Kontrol 22 18.09 398.00
Total 45
Test Statisticsa
Recall_Memory
Mann-Whitney U 145.000
Wilcoxon W 398.000
Z -2.468
Asymp. Sig. (2-tailed) .014
a. Grouping Variable: Kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata ranking kelompok
eksperimen adalah 27,70 dengan jumlah ranking 637, sementara rata-rata
ranking kelompok kontrol adalah 18,09 dengan jumlah ranking 398. Besarnya
nilai Wilcoxon W (Wx) = 398 dengan nilai Z hitung -2,468. Tabel Test
Statistics diatas juga menunjukkan nilai probabilitas (p) pada kolom Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,014 (uji dua sisi), sehingga Asymp. Sig. (2-tailed)
0,014 < 0,05 Level of Significant
dapat diterima dan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan skor recall
memory yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok
kontrol setelah diberi perlakuan berupa pelatihan brain gym. Artinya, terdapat
efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory
pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta.
2. Hasil Analisis Deskriptif
Peneliti melakukan analisis deskriptif dengan tujuan untuk mengetahui
gambaran proses yang dialami peserta pelatihan selama proses pelatihan dan
setelah mengikuti pelatihan brain gym. Analisis deskriptif pada penelitian ini
diperoleh dari skor pretest, posttest, dan hasil observasi. Hasil analisis
deskriptif dari peserta pelatihan antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
a. Analisis Deskriptif pada Peserta 1 (AW)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 1
Skor Recall Memory pada Peserta AW (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (AW) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan
skor recall memory dari Peserta (AW) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (AW) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest
adalah 29, yang termasuk dalam kategori sedang. Sementara untuk
posttest, Peserta (AW) memperoleh skor 36 yang berada dalam kategori
tinggi.
Peningkatan skor recall memory dari Peserta (AW) didukung pula
dari hasil observasi selama pelatihan dalam sembilan kali pertemuan. Pada
umumnya keaktifan di kelas dari Peserta (AW) cukup baik. Posisi duduk
Peserta (AW) selama pelatihan berada didepan, sehingga dapat mengikuti
instruksi dari fasilitator dengan baik dan tidak berbicara sendiri maupun
tertawa-tawa dengan teman lainnya saat materi diberikan. Terutama pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pertemuan ke-5, Peserta (AW) berani memeragakan gerakan Burung
Hantu di depan kelas. Selama berjalannya pelatihan, Peserta (AW) hanya
sesekali bercanda dengan teman yang duduk disebelahnya. Ikut tertawa
bila ada candaan dari teman-temannya yang lain namun tidak pernah
membuat keributan di dalam kelas.
b. Analisis Deskriptif pada Peserta 2 (HSM)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 2
Skor Recall Memory pada Peserta HSM (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (HSM) setelah mengikuti pelatihan
brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
Peningkatan skor recall memory Peserta (HSM) diperoleh dari hasil
pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest.
Skor recall memory Peserta (HSM) yang berjenis kelamin laki-laki untuk
pretest adalah sebesar 34 yang termasuk dalam kategori recall memory
tinggi. Sementara dari hasil posttest, Peserta (HSM) memperoleh skor 40
yang juga berada dalam kategori recall memory tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan, Peserta (HSM)
umumnya sulit memfokuskan perhatiannya saat materi disampaikan oleh
fasilitator. Peserta (HSM) suka bermain sendiri, mengobrol, dan tertawa
dengan teman disebelahnya. Bahkan pada pertemuan ke-5, Peserta (HSM)
mengganggu teman yang duduk didepannya dengan cara menyundul
kepala temannya dengan tangan. Peserta (HSM) juga memain-mainkan
name tag dengan cara ditempelkan di dahi atau dagunya. Beberapa kali
Peserta (HSM) melontarkan perkataan yang menimpali perintah fasilitator.
Walaupun Peserta (HSM) sering bergurau dengan temannya saat
pelatihan, Peserta (HSM) dapat melakukan gerakan dengan cukup baik
sesuai instruksi dari fasilitator. Pada pertemuan ke-2 Peserta (HSM)
memberitahu teman yang duduk disebelahnya karena salah saat melakukan
gerakan Titik Positif. Peserta (HSM) juga suka mencoba-coba sendiri
gerakan brain gym sebelum diberi intruksi untuk dilakukan bersama-sama
peserta lainnya. Pada pertemuan ke-8 Peserta (HSM) tidak dapat hadir
karena sakit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
c. Analisis Deskriptif pada Peserta 3 (ITC)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 3
Skor Recall Memory pada Peserta ITC (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(ITC) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (ITC) yang berjenis kelamin
laki-laki memperoleh skor 33 saat pretest yang termasuk dalam kategori
recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (ITC)
memperoleh skor 40 yang juga termasuk dalam kategori recall memory
tinggi.
Menurut hasil observasi selama pelatihan, Peserta (ITC) cukup aktif
mengikuti instruksi dari fasilitator. Beberapa kali mengganggu dan
mengobrol dengan teman yang duduk disebelah kanan dan kirinya. Pada
pertemuan ke-5, Peserta (ITC) menambahkan gerakan sendiri untuk materi
Pasang Telinga dan Pasang Kuda-Kuda. Pada gerakan Pasang Telinga
yang seharusnya hanya memijat telinga, Peserta (ITC) menambahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
gerakan menggosok-gosok telinga dengan tangannya. Sedangkan untuk
gerakan Pasang Kuda-Kuda, tangan seharusnya diletakkan di pinggang,
beberapa kali Peserta (ITC) berpegangan pada kursi di depannya.
Secara keseluruhan, Peserta (ITC) antusias menerima materi selama
berjalannya pelatihan namun ada beberapa gerakan yang dilakukan secara
berlebihan. Pada gerakan Burung Hantu saat bagian menoleh dan
menghembuskan nafas, Peserta (ITC) melakukannya sambil tertawa dan
memanggil teman yang duduk disebelahnya, sesekali menghembuskan
nafas dengan bersuara. Pada gerakan Silang, Peserta (ITC) melakukannya
hingga meloncat-loncat. Contoh lain adalah saat gerakan Kait Relaks,
Peserta (ITC) menghembuskan nafas hingga mulutnya terbuka.
d. Analisis Deskriptif pada Peserta 4 (ATY)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 4
Skor Recall Memory pada Peserta ATY (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya sedikit peningkatan skor recall
memory dari Peserta (ATY) setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Peningkatan skor recall memory dari Peserta (ATY) diperoleh dari hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest.
Skor recall memory Peserta (ATY) yang berjenis kelamin perempuan pada
saat pretest adalah 43, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara
untuk posttest, Peserta (ATY) memperoleh skor 44 yang juga berada
dalam kategori tinggi.
Peningkatan skor recall memory Peserta (ATY) yang kurang
maksimal terlihat dari hasil observasi Peserta (ATY) selama proses
pelatihan. Peserta (ATY) mempu memperhatikan dan mengikuti instruksi
yang diberikan oleh fasilitator namun perhatiannya mudah teralihkan,
misalnya saat ada teman lain yang membuat keributan dan tertawa-tawa.
Peserta (ATY) tampak bingung saat materi pertama kali diberikan di
pertemuan pertama, namun dalam kelanjutannya Peserta (ATY) dapat
mengikuti instruksi dan gerakan dengan baik. Sebaiknya selain dapat
mempraktekkan gerakan, Peserta (ATY) juga dapat memfokuskan
perhatiannya terhadap materi yang disampaikan sehingga benar-benar
memahami detail gerakan yang dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
e. Analisis Deskriptif pada Peserta 5 (YWA)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 5
Skor Recall Memory pada Peserta YWA (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(YWA) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (YWA) yang berjenis kelamin
perempuan memperoleh skor 16 saat pretest yang termasuk dalam kategori
recall memory sedang. Sedangkan untuk posttest, Peserta (YWA)
memperoleh skor 17 walaupun masih termasuk dalam kategori recall
memory sedang.
Hasil observasi selama pelatihan untuk Peserta (YWA)
memperlihatkan Peserta (YWA) cukup memperhatikan saat fasilitator
memberi materi gerakan brain gym dan dapat melakukan gerakan dengan
baik, namun beberapa kali bercanda dan mengobrol dengan teman yang
duduk disebelahnya. Hal inilah yang turut mempengaruhi keoptimalan dari
gerakan dan pemahaman akan detail gerakan yang dilakukan oleh Peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
(YWA). Pada pertemuan ke-4, Peserta (YWA) berani maju ke depan kelas
untuk memeragakan gerakan Pasang Telinga dan Titik Positif. Peserta
(YWA) sering tertawa sendiri bila fasilitator memeragakan gerakan yang
menurutnya lucu, contohnya gerakan Gajah, Pasang Kuda-Kuda, dan
gerakan Silang.
f. Analisis Deskriptif pada Peserta 6 (ASA)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 6
Skor Recall Memory pada Peserta ASA (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (ASA) setelah mengikuti pelatihan
brain gym tidak mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di
atas. Skor recall memory Peserta (ASA) diperoleh dari hasil pengerjaan
Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (ASA) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest
adalah sebesar 43 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
Sementara dari hasil posttest, Peserta (ASA) memperoleh skor yang sama.
Hasil observasi selama pelatihan untuk Peserta (ASA) menunjukkan
bahwa Peserta (ASA) kurang mengikuti instruksi dengan baik. Hal inilah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
yang dapat menjadi penyebab mengapa Peserta (ASA) tidak mengalami
peningkatan skor recall memory, walaupun kemampuan recall memory
Peserta (ASA) termasuk dalam kategori tinggi. Peserta (ASA) cukup aktif
dalam menjawab pertanyaan dari fasilitator, namun kurang mematuhi
instruksi. Contohnya suka mempercepat gerakan untuk gerakan 8 Tidur,
tidak mengikuti hitungan dari fasilitator sehingga gerakan lebih cepat
dibandingkan teman-temannya. Peserta (ASA) juga sering melakukan
kegiatan yang tidak perlu, misalnya menoleh dan melihat apa yang
dilakukan oleh teman yang lain. Peserta (ASA) cukup aktif memberi
intrupsi pada fasilitator apabila ada gerakan yang kurang dimengerti,
contohnya pada gerakan Kait Relaks. Secara keseluruhan, Peserta (ASA)
mengerti gerakan yang disampaikan dan ia lakukan, hanya kurang disiplin
dalam melakukannya. Selain itu Peserta (ASA) juga suka mencari
perhatian teman-temannya dan fasilitator dengan sengaja menjatuhkan diri
dari kursi atau dengan mengeluh pada fasilitator.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
g. Analisis Deskriptif pada Peserta 7 (RFCP)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 7
Skor Recall Memory pada Peserta RFCP (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan tidak adanya peningkatan skor recall
memory dari Peserta (RFCP) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor
recall memory dari Peserta (RFCP) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (RFCP) yang berjenis kelamin perempuan pada saat
pretest adalah 44, yang termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk
posttest, Peserta (RFCP) memperoleh skor yang sama.
Berdasarkan hasil observasi selama pelatihan, Peserta (RFCP)
melakukan seluruh gerakan dan mengikuti instruksi dengan tertib. Peserta
(RFCP) tetap memperhatikan fasilitator walaupun teman-teman
disebelahnya banyak yang bercanda. Gerakan-gerakan yang dilakukan
Peserta (RFCP) benar, sesuai dengan hitungan dari fasilitator. Pada
pertemuan ke-3, Peserta (RFCP) terlihat agak kesulitan melakukan
gerakan Silang saat membuang kaki. Hal ini dikarenakan Peserta (RFCP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
menggunakan rok agak panjang dan posisinya sedikit lebih dekat dengan
teman disebelahnya. Ekspresi yang ditunjukkan oleh Peserta (RFCP)
selama pelatihan cenderung biasa-biasa saja, namun secara keseluruhan
Peserta (RFCP) melakukan instruksi dengan disiplin gerakan dan
hitungan. Peserta (RFCP) tidak mengalami peningkatan skor recall
memory karena telah memperoleh skor maksimal pada saat pretest dan
posttest.
h. Analisis Deskriptif pada Peserta 8 (EHPP)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 8
Skor Recall Memory pada Peserta EHPP (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(EHPP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (EHPP) yang berjenis kelamin
laki-laki memperoleh skor 30 saat pretest yang termasuk dalam kategori
recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (EHPP)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
memperoleh skor 33 walaupun masih termasuk dalam kategori recall
memory tinggi.
Peningkatan skor recall memory Peserta (EHPP) ditunjukkan dari
hasil observasi selama pelatihan. Hasil observasi Peserta (EHPP)
menunjukkan Peserta (EHPP) tampak antusias, dapat mengikuti instruksi
yang diberikan oleh fasilitator, dan mampu melakukan gerakan dengan
baik. Peserta (EHPP) tampak bersemangat selama menjalani pelatihan.
Ekspresi wajah ceria dan banyak tersenyum sering terlihat dari Peserta
(EHPP) dalam beberapa kali pertemuan. Peserta (EHPP) disiplin dengan
instruksi dari fasilitator, beberapa kali ia memperhatikan dan menyamakan
gerakan dengan teman disebelahnya. Hanya sesekali Peserta (EHPP)
terlihat bergurau dengan teman disebelahnya, berbicara hanya pada saat
teman disebelahnya mengajak berbicara. Pada pertemuan pertama, Peserta
(EHPP) beberapa kali diganggu oleh teman disebelahnya sehingga terjatuh
dari kursi. Peserta (EHPP) pada pertemuan pertama terlihat sedikit
bingung dalam mengikuti gerakan Silang, saat mengordinasikan tangan
dan kaki mana yang harus digerakkan. Secara keseluruhan selama
berjalannya pelatihan, Peserta (EHPP) memperlihatkan sikap yang baik
dan sopan, serta melakukan instruksi dengan disiplin gerakan dan
hitungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
i. Analisis Deskriptif pada Peserta 9 (HAL)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 9
Skor Recall Memory pada Peserta HAL (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (HAL) setelah mengikuti pelatihan
brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
Skor recall memory Peserta (HAL) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (HAL) yang berjenis kelamin laki-laki untuk pretest
adalah sebesar 31 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
Sementara dari hasil posttest, Peserta (HAL) memperoleh skor 35 yang
tergolong dalam tingkat recall memory tinggi.
Hasil observasi Peserta (HAL) memperlihatkan bahwa Peserta
(HAL) dapat mengikuti instruksi dari fasilitator dengan baik, walaupun
beberapa kali bercanda dengan teman-teman yang duduk disebelahnya.
Peserta (HAL) suka memain-mainkan name tag dengan cara
meletakkannya di hidung atau pada dagunya. Pada awal pertemuan,
Peserta (HAL) tampak malas melakukan gerakan, namun lama-kelamaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
mulai menikmati gerakan yang dilakukan bersama teman-temannya.
Secara keseluruhan, Peserta (HAL) tidak cukup aktif dalam menjawab
pertanyaan maupun umpan dari fasilitator, namun melakukan gerakan
sesuai dengan yang disampaikan oleh fasilitator. Sikap Peserta (HAL)
yang kurang aktif selama proses pelatihan juga dapat mempengaruhi
performa Peserta (HAL) saat pelaksanaan pengukuran recall memory,
sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal.
j. Analisis Deskriptif pada Peserta 10 (MHA)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 10
Skor Recall Memory pada Peserta MHA (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (MHA) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall
memory dari Peserta (MHA) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta
(MHA) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 30, yang
termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (MHA)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
memperoleh skor 38 yang masih termasuk dalam kategori recall memory
tinggi.
Berdasarkan hasil observasi, Peserta (MHA) menunjukkan sikap
yang aktif di dalam kelas. Peserta (MHA) aktif dalam menjawab
pertanyaan maupun umpan dari fasilitator. Peserta (MHA) terlihat cepat
menangkap materi gerakan dan menghitung sendiri tahapan-tahapan
gerakan yang dilakukannya. Pada pertemuan ke-7, fasilitator
memperkenalkan sebuah ice breaking
(MHA) yang bernyanyi dengan suara paling keras disbanding teman-
temannya yang lain.
Peserta (MHA) terlihat bersemangat mengikuti kegiata pelatihan
dari awal hingga akhir. Walaupun beberapa kali banyak gangguan dari
teman disebelahnya, Peserta (MHA) tetap memperhatikan instruksi dengan
sungguh-sungguh. Peserta (MHA) juga sering melontarkan komentar-
komentar yang menimpali materi yang disampaikan fasilitator. Pada
pertemuan ke-3, Peserta (MHA) mengerjai teman yang duduk di depannya
dengan cara menarik kursi yang akan diduduki oleh temannya tersebut.
Beberapa kali saat jeda antar materi, Peserta (MHA) suka bernyanyi-
nyanyi sendiri dengan suara pelan. Secara keseluruhan selama mengikuti
pelatihan, Peserta (MHA) mampu mengikuti instruksi dan menerima
materi gerakan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
k. Analisis Deskriptif pada Peserta 11 (RNS)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 11
Skor Recall Memory pada Peserta RNS (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(RNS) tidak mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain
gym. Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna
saat pretest dan posttest. Peserta (RNS) yang berjenis kelamin perempuan
memperoleh skor 40 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall
memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (RNS) memperoleh skor
yang sama.
Hasil observasi Peserta (RNS) mengesankan Peserta (RNS)
cenderung pasif terhadap pertanyaan atau umpan dari fasilitator, namun
Peserta (RNS) mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh fasilitator.
Selama mengikuti pelatihan, Peserta (RNS) menunjukkan sikap tenang
dan tidak banyak bercanda dengan teman lain. Peserta (RNS) terkadang
melamun dan tidak fokus, ekspresi yang terlihat cenderung datar dan
kurang bersemangat. Sikap Peserta (RNS) yang kurang aktif selama proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
pelatihan juga dapat mempengaruhi performa Peserta (RNS) saat
pelaksanaan pengukuran recall memory, sehingga hasil yang dicapai
kurang maksimal. Secara keseluruhan, Peserta (RNS) cukup baik dalam
mengikuti instruksi dan tidak melakukan hal-hal selain gerakan yang
diinstruksikan.
l. Analisis Deskriptif pada Peserta 12 (HCP)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 12
Skor Recall Memory pada Peserta HCP (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(HCP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Peningkatan skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna saat pretest dan posttest. Peserta (HCP) yang berjenis kelamin
laki-laki memperoleh skor 31 saat pretest yang termasuk dalam kategori
recall memory tinggi. Sedangkan untuk posttest, Peserta (HCP)
memperoleh skor 37 walaupun masih termasuk dalam kategori recall
memory tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
Berdasarkan hasil observasi, Peserta (HCP) dapat mengikuti
instruksi dari fasilitator dengan baik, walaupun beberapa kali bercanda
dengan teman-teman yang duduk disebelahnya. Peserta (HCP) juga
termasuk peserta pelatihan yang suka memainkan name tag dengan cara
menempelkan name tag di dahinya. Selama berjalannya pelatihan, Peserta
(HCP) memperhatikan penjelasan fasilitator dengan cukup baik, namun
perhatiannya mudah teralihkan. Fokus dari Peserta (HCP) teralihkan saat
ia mulai menoleh ke arah teman untuk melihat gerakan yang dilakukan
oleh temannya, atau memainkan name tag yang tertempel di dahi dengan
cara meniupnya. Pada pertemuan ke-4, Peserta (HCP) berani
memeragakan gerakan Titik Positif bersama dengan fasilitator di depan
kelas. Walaupun beberapa kali terlihat bergurau dengan teman
disebelahnya, Peserta (HCP) dapat mengikuti instruksi dan disiplin saat
melakukan gerakan maupun hitungannya.
m. Analisis Deskriptif pada Peserta 13 (MMA)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 13
Skor Recall Memory pada Peserta MMA (Pretest-Posttest)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (MMA) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall
memory dari Peserta (MMA) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta
(MMA) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 9, yang
termasuk dalam kategori rendah. Sementara untuk posttest, Peserta
(MMA) memperoleh skor 21 yang termasuk dalam kategori recall memory
sedang.
Peningkatan skor recall memory Peserta (MMA) didukung dari
hasil observasi selama pelatihan. Secara keseluruhan Peserta (MMA) tidak
terlalu aktif dalam menjawab pertanyaan maupun umpan dari fasilitator,
namun Peserta (MMA) selalu memperhatikan fasilitator dalam
menjelaskan materi. Pada pertemuan ke-6, Peserta (MMA) terlihat telah
hapal tahapan-tahapan dari gerakan brain gym yang diberikan. Pandangan
Peserta (MMA) melihat fasilitator saat materi disampaikan, namun
perhatiannya juga mudah teralihkan bila ada teman lain yang membuat
keributan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
n. Analisis Deskriptif pada Peserta 14 (AAAM)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 14
Skor Recall Memory pada Peserta AAAM (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(AAAM) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat
pretest dan posttest. Peserta (AAAM) yang berjenis kelamin perempuan
memperoleh skor 24 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall
memory sedang. Hasil posttest untuk Peserta (AAAM) memperoleh skor
27, yang masih tergolong recall memory sedang.
Hasil observasi Peserta (AAAM) selama mengikuti pelatihan
terlihat bahwa Peserta (AAAM) dapat mengikuti setiap instruksi yang
diberikan oleh fasilitator. Selama berjalannya pelatihan, Peserta (AAAM)
tidak begitu aktif menaggapi pertanyaan atau umpan dari fasilitator,
namun dapat melakukan gerakan dengan baik sesuai instruksi. Sikap
Peserta (AAAM) yang kurang aktif selama proses pelatihan juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
mempengaruhi performa Peserta (AAAM) saat pelaksanaan pengukuran
recall memory, sehingga hasil yang dicapai kurang maksimal.
Pada pertemuan pertama, Peserta (AAAM) terlihat agak bingung
saat diberi penjelasan tentang materi brain gym. Setelah diberi penjelasan
dan mekanisme gerakan, Peserta (AAAM) mulai menikmati gerakan yang
ia lakukan. Pada pertemuan ke-5, bahkan Peserta (AAAM) berani
menemani fasilitator di depan kelas untuk memeragakan gerakan Burung
Hantu dan Pasang Kuda-Kuda.
Peserta (AAAM) terlihat bersemangat saat mempraktekkan gerakan.
Saat merasa kesulitan melakukan gerakan, ia tidak bertanya pada
fasilitator namun melihat gerakan teman disebelahnya untuk kemudian
membenarkan gerakannya sendiri. Secara keseluruhan, sikap yang
ditunjukkan Peserta (AAAM) baik dan tidak membuat kegaduhan. Peserta
(AAAM) tampak fokus pada penjelasan fasilitator dan mengikuti instruksi
dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
o. Analisis Deskriptif pada Peserta 15 (ZKT)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 15
Skor Recall Memory pada Peserta ZKT (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (ZKT) setelah mengikuti pelatihan
brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
Skor recall memory Peserta (ZKT) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (ZKT) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest
adalah sebesar 11 yang termasuk dalam kategori recall memory rendah.
Sementara dari hasil posttest, Peserta (ZKT) memperoleh skor 17 yang
tergolong dalam tingkat recall memory sedang.
Berdasarkan hasil observasi, selama pelatihan Peserta (ZKT) dapat
mengikuti instruksi dan mempraktekkan materi gerakan yang diberikan,
walaupun sering kali bergurau dengan teman yang duduk disebelahnya.
Terdapat beberapa gerakan yang kurang sungguh-sungguh dilakukan oleh
Peserta (ZKT), yaitu gerakan 8 Tidur, Kait Relaks, dan Titik Positif. Pada
gerakan 8 Tidur, pandangan mata dari Peserta (ZKT) tidah melihat ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
ujung jari jempol melainkan melihat ke arah depan. Pada gerakan Kait
Relaks, beberapa kali Peserta (ZKT) tersenyum-senyum sendiri saat
bagian memejamkan mata. Sedangkan untuk gerakan Titik Positif, Peserta
(ZKT) memijat hingga bagian batang hidungnya. Konsentrasi Peserta
(ZKT) mudah teralihkan, sehingga beberapa kali terlambat memulai
instruksi dari fasilitator.
p. Analisis Deskriptif pada Peserta 16 (LSJ)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 16
Skor Recall Memory pada Peserta LSJ (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (LSJ) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall
memory dari Peserta (LSJ) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta
(LSJ) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 13, yang
termasuk dalam kategori rendah. Sementara untuk posttest, Peserta (LSJ)
memperoleh skor 31 yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Peningkatan skor recall memory Peserta (LSJ) didukung oleh hasil
observasi selama pelatihan. Peserta (LSJ) selalu memperhatikan materi
yang disampaikan dan instruksi yang diberikan oleh fasilitator. Selama
pelatihan, Peserta (LSJ) memperlihatkan sikap tenang dan tidak pernah
bercanda dengan teman lain atau membuat kegaduhan. Peserta (LSJ) dapat
mengikuti gerakan dengan baik sesuai aba-aba dari fasilitator.
Peserta (LSJ) khidmat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir,
walaupun teman-teman disebelahnya membuat kegaduhan. Pada
pertemuan pertama, Peserta (LSJ) terlihat kesulitan mempraktekkan
gerakan 8 Tidur, karena Peserta (LSJ) sulit mengikuti gerakan ujung ibu
jarinya. Pada pertemuan ke-2, Peserta (LSJ) berani memeragakan gerakan
Burung Hantu dan Pasang Kuda-Kuda. Secara keseluruhan, Peserta (LSJ)
memperlihatkan sikap yang baik selama pelatihan, memperhatikan
penjelasan fasilitator dengan baik, dan melakukan instruksi dengan tertib.
q. Analisis Deskriptif pada Peserta 17 (GSP)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 17
Skor Recall Memory pada Peserta GSP (Pretest-Posttest)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(GSP) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat
pretest dan posttest. Peserta (GSP) yang berjenis kelamin laki-laki
memperoleh skor 17 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall
memory sedang. Hasil posttest untuk Peserta (GSP) memperoleh skor 41,
yang tergolong recall memory tinggi.
Peningkatan skor recall memory Peserta (GSP) setelah mengikuti
pelatihan brain gym terlihat dari hasil observasi selama pelatihan. Peserta
(GSP) tampak antusias mengikuti kegiatan pelatihan. Peserta (GSP)
selama mengikuti pelatihan memunjukkan sikap yang aktif. Terkadang
beberapa kali keaktifan dari Peserta (GSP) sedikit mengganggu aktivitas
teman disampingnya. Contohnya saat gerakan Pasang Kuda-Kuda,
kakinya dibuka melebihi lebar bahu, hingga mengenai kaki teman
disebelahnya. Pada pertemuan ke-5, Peserta (GSP) berani maju ke depan
kelas untuk memeragakan gerakan Burung Hantu dan Pasang Kuda-Kuda.
Peserta (GSP) terlihat enjoy dan rileks selama kegiatan, serta tidak
tampak kesulitan dalam mengikuti setiap gerakan yang dicontohkan.
Peserta (GSP) memang terlihat tidak begitu serius, namun ia mampu
mengikuti instruksi dengan baik. Fokus dari Peserta (GSP) mudah
teralihkan, saat melakukan gerakan banyak menoleh ke arah teman
lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
Pada pertemuan ke-2 untuk gerakan 8 Tidur, Peserta (GSP) terlihat
telah hafal mekanisme gerakannya. Hal ini membuatnya melakukan
gerakan mendahului instruksi dari fasilitator. Peserta (GSP) melakukan
beberapa gerakan tambahan, antara lain menggoyang-goyangkan kaki,
bersandar pada meja, dan menyuarakan napas yang dihembuskan.
Peserta (GSP) terlihat tidak terlalu serius dalam memperhatikan
fasilitator saat menjelaskan, namun secara keseluruhan ia dapat
melakukan materi gerakan yang diberikan. Misalnya pada pertemuan ke-5,
ia mengoreksi gerakan Titik Positif yang dilakukan Peserta (ITC). Peserta
(GSP) memberitahukan bahwa seharusnya yang dilakukan adalah memijat
titik positif di tengah dahi, bukan menggosok dahi seperti yang dilakukan
oleh Peserta (ITC).
r. Analisis Deskriptif pada Peserta 18 (ASIH)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 18
Skor Recall Memory pada Peserta ASIH (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (ASIH) setelah mengikuti pelatihan
brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
Skor recall memory Peserta (ASIH) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (ASIH) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest
adalah sebesar 16 yang termasuk dalam kategori recall memory sedang.
Sementara dari hasil posttest, Peserta (ASIH) memperoleh skor 28 yang
masih tergolong dalam tingkat recall memory sedang.
Pada pertemuan pertama, Peserta (ASIH) tidak dapat hadir
mengikuti pelatihan dikarenakan sakit, sehingga baru mulai mengikuti
pelatihan di pertemuan kedua. Selama pelatihan berlangsung, Peserta
(ASIH) menunjukkan sikap tenang, fokus pada penjelasan dari fasilitator,
dan mampu mempraktekkan materi gerakan dengan baik. Peserta (ASIH)
juga tergolong aktif karena berani menjawab pertanyaan atau umpan dari
fasilitator, walaupun sering kali dilakukan berbarengan dengan teman
lainnya.
Peserta (ASIH) pada pertemuan ke-3 telah berani maju ke depan
kelas bersama fasilitator untuk memandu gerakan 8 Tidur dan Gajah.
Secara keseluruhan Peserta (ASIH) mampu melakukan gerakan brain gym
dengan baik. Salah satu hal yang menjadi catatan Peneliti adalah saat
gerakan Silang, Peserta (ASIH) agak kesulitan mengkoordinasikan kaki
dan tangan yang harus digerakkan. Kesulitan yang dialami Peserta (ASIH)
tersebut hanya sementara, karena seiring berjalannya pelatihan ia mulai
terbiasa untuk mengkoordinasikan anggota tubuh dalam bergerak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
s. Analisis Deskriptif pada Peserta 19 (ERP)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 19
Skor Recall Memory pada Peserta ERP (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (ERP) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall
memory dari Peserta (ERP) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta
(ERP) yang berjenis kelamin perempuan pada saat pretest adalah 37, yang
termasuk dalam kategori tinggi. Sementara untuk posttest, Peserta (ERP)
memperoleh skor 43 yang masih termasuk dalam kategori recall memory
tinggi.
Hasil observasi Peserta (ERP) menunjukkan Peserta (ERP)
memperlihatkan sikap tenang selama pelatihan berlangsung. Peserta (ERP)
memang tidak begitu aktif dalam menjawab pertanyaan atau umpan dari
fasilitator, namun selalu memperhatikan penjelasan dan instruksi dari
fasilitator. Pada pertemuan ke-1 saat pertama kali diperkenalkan dengan
gerakan brain gym, Peserta (ERP) memperhatikan penjelasan fasilitator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
dengan serius. Walaupun terlihat sedikit bingung setiap mencoba gerakan
baru, Peserta (ERP) lama-kelamaan terbiasa dengan gerakan yang
dilakukannya.
Secara keseluruhan, Peserta (ERP) mengikuti pelatihan dengan
baik. Ekspresi wajah yang ditunjukkan cenderung datar, hanya sesekali
tersenyum. Sikap Peserta (ERP) selama pelatihan sopan, tidak
mengganggu teman lainnya, dan hanya sesekali berbicara dengan teman
disebelahnya.
t. Analisis Deskriptif pada Peserta 20 (SA)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 20
Skor Recall Memory pada Peserta SA (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(SA) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor
diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest
dan posttest. Peserta (SA) yang berjenis kelamin laki-laki memperoleh
skor 41 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall memory tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Hasil posttest untuk Peserta (SA) memperoleh skor 42, yang masih
tergolong recall memory tinggi.
Berdasarkan hasil observasi, Peserta (SA) tergolong aktif selama
mengikuti pelatihan. Peserta (SA) aktif menjawab pertanyaan dari
fasilitator. Beberapa kali Peserta (SA) bergurau dengan beberapa teman,
namun dapat mengikuti instruksi dengan baik. Pada pertemuan pertama,
pandangan Peserta (SA) lurus ke fasilitator saat diberikan penjelasan. Pada
pertemuan-pertemuan berikutnya Peserta (SA) mulai banyak menoleh ke
teman lain untuk melihat gerakan mereka.
Konsentrasi Peserta (SA) mudah teralihkan, terutama saat ada
teman didekatnya yang bercanda. Hal ini yang dapat menyebabkan
mengapa performansi Peserta (SA) yang kurang maksimal karena
konsentrasi yang sulit terfokus. Pada pertemuan ke-4 Peserta (SA) berani
maju ke depan kelas untuk memeragakan gerakan Gajah, Burung Hantu,
dan Pasang Kuda-Kuda. Pada pertemuan ke-8 Peserta (SA) tidak hadir
dikarenakan sakit. Secara umum meskipun Peserta (SA) suka bergurau
dengan teman lain, ia mengikuti jalannya kegiatan dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
u. Analisis Deskriptif pada Peserta 21 (ARN)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 21
Skor Recall Memory pada Peserta ARN (Pretest-Posttest)
Skor recall memory dari Peserta (ARN) setelah mengikuti pelatihan
brain gym mengalami peningkatan seperi ditunjukkan pada grafik di atas.
Skor recall memory Peserta (ARN) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes
Susunan Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall
memory Peserta (ARN) yang berjenis kelamin perempuan untuk pretest
adalah sebesar 7 yang termasuk dalam kategori recall memory rendah.
Sementara dari hasil posttest, Peserta (ARN) memperoleh skor 14 yang
masih tergolong dalam tingkat recall memory rendah.
Peningkatan skor recall memory Peserta (ARN) terlihat dari hasil
observasi selama pelatihan. Peserta (ARN) selalu memperhatikan
fasilitator dengan seksama, beberapa kali mencoba sendiri gerakan
sebelum fasilitator selesai menjelaskan. Selama pelatihan, Peserta (ARN)
melakukan gerakan dengan baik dan mengikuti instruksi dengan tertib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Selama mengikuti pelatihan, Peserta (ARN) terlihat bersemangat,
antusias, dan banyak tersenyum. Secara keseluruhan Peserta (ARN) tertib
mengikuti kegiatan dan dapat mengikuti instruksi dengan baik, walaupun
sesekali mengobrol dengan teman lain. Pada pertemuan ke-9 Peserta
(ARN) tidak mengikuti pelatihan dikarenakan sakit.
v. Analisis Deskriptif pada Peserta 22 (RAR)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 22
Skor Recall Memory pada Peserta RAR (Pretest-Posttest)
Grafik di atas menunjukkan adanya peningkatan skor recall memory
dari Peserta (RAR) setelah mengikuti pelatihan brain gym. Skor recall
memory dari Peserta (RAR) diperoleh dari hasil pengerjaan Tes Susunan
Huruf Tak Bermakna saat pretest dan posttest. Skor recall memory Peserta
(RAR) yang berjenis kelamin laki-laki pada saat pretest adalah 29, yang
termasuk dalam kategori sedang. Sementara untuk posttest, Peserta (RAR)
memperoleh skor 35 yang masih termasuk dalam kategori recall memory
tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Hasil observasi Peserta (RAR) menunjukkan bahwa Peserta (RAR)
selama mengikuti pelatihan brain gym menunjukkan sikap yang sangat
aktif. Pada awal pelatihan, Peserta (RAR) sering membuat kegaduhan, hal
ini juga dipicu karena posisi duduk Peserta (RAR) berada di deretan paling
belakang. Peserta (RAR) sering menyela saat fasilitator menerangkan
materi dan mengganggu teman yang duduk didepannya. Selain itu Peserta
(RAR) juga kurang memperhatikan fasilitator sehingga beberapa kali
gerakan yang dilakukan tidak sesuai dengan instruksi.
Pada hari ke-3, Peserta (RAR) mulai terlihat lebih tertib mengikuti
pelatihan dibandingkan hari-hari sebelaumnya. Pada pertemuan ke-3
Peserta (RAR) berani mencontohkan gerakan Silang kepada fasilitator.
Peserta (RAR) aktif mengikuti instruksi dari fasilitator, walaupun ada
gerakan yang ditambahkan sendiri. Gerakan yang dimodifikasi oleh
Peserta (RAR) adalah gerakan Pasang Telinga. Selain memijat daun
telinga, Peserta (RAR) juga menggosok-gosokkan daun telinganya dengan
telapak tangan. Walaupun demikian, dari pertemuan ke-3 hingga
selanjutnya Peserta (RAR) mempu mengikuti instruksi dengan baik selama
kegiatan berlangsung. Peserta (RAR) selalu menunjukkan sikap
bersemangat, baik motorik maupun verbal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
w. Analisis Deskriptif pada Peserta 23 (OMR)
Skor Recall Memory
0
10
20
30
40
Pretest Posゆe st
Grafik 23
Skor Recall Memory pada Peserta OMR (Pretest-Posttest)
Berdasarkan grafik di atas, terlihat skor recall memory dari Peserta
(OMR) mengalami peningkatan setelah mengikuti pelatihan brain gym.
Skor diperoleh dari pengerjaan Tes Susunan Huruf Tak Bermakna saat
pretest dan posttest. Peserta (OMR) yang berjenis kelamin perempuan
memperoleh skor 14 saat pretest yang termasuk dalam kategori recall
memory rendah. Hasil posttest untuk Peserta (OMR) memperoleh skor 20,
yang masih tergolong recall memory sedang.
Peningkatan skor recall memory Peserta (OMR) didukang pula
dengan hasil observasi. Peserta (OMR) menunjukkan sikap yang tertib
selama pelatihan, jarang mengobrol dan bercanda dengan teman lainnya.
Peserta (OMR) memperhatikan penjelasan materi dari fasilitator,
walaupun dari ekspresi wajahnya terlihat datar dan kurang bersemangat.
Pada gerakan Silang, Peserta (OMR) terlihat kurang bersemangat
dibandingkan teman-teman lainnya, terlihat kurang bertenaga. Beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
kali pandangan mata Peserta (OMR) terkesan kosong, sehingga terlambat
mengikuti instruksi. Peserta (OMR) suka memperhatikan teman-teman
lainnya saat bergerak, sehingga kurang fokus dengan gerakan sendiri.
Secara umum walaupun Peserta (OMR) sering terlihat tidak fokus, ia
mampu mempraktekkan gerakan dengan baik. Pada pertemuan ke-9
Peserta (OMR) tidak mengikuti pelatihan dikarenakan sakit.
Hasil analisis deskriptif yang telah dipaparkan di atas menunjukkan
bahwa sebagian besar peserta pelatihan mengalami peningkatan kemampuan
recall memory yang ditunjang dari hasil observasi selama pelatihan, namun
terdapat tiga orang peserta pelatihan yang tidak mengalami peningkatan skor.
Ketiga peserta tersebut adalah ASA, RFCP, dan RNS yang memperoleh skor
yang sama untuk pretest dan posttest. Hasil observasi peserta pelatihan yang
mengalami peningkatan kemampuan recall memory umumnya menunjukkan
keaktifan dalam mengikuti pelatihan, memperhatikan penjelasan dari
fasilitator, dan mengikuti instruksi dengan baik. Pada ketiga peserta yang
tidak mengalami peningkatan skor, hasil observasi menunjukkan keaktifan
yang kurang pada peserta RFCP dan RNS. Sedangkan pada peserta ASA
terlihat kurang disiplin hitungan saat melakukan gerakan dan kurang
memperhatikan penjelasan dari fasilitator.
D. Pembahasan
Pengujian hipotesis dari penelitian ini dilakukan dengan menguji selisih
skor posttest dan skor pretest (gain skor) antara kelompok eksperimen dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
kelompok kontrol. Hasil uji gain skor antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney U-Test terlihat pada
tabel 11. Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor recall
memory antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan probabilitas
(p) signifikansi 0,014 < 0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan skor recall
memory yang signifikan antara kelompok eksperimen yang mendapat pelatihan
brain gym dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan apapun.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, yang menyatakan terdapat efektivitas dari
pemberian brain gym terhadap peningkatan recall memory pada siswa kelas V
Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150 Surakarta dapat diterima.
Peningkatan rata-rata skor recall memory kelompok eksperimen sebelum
(pretest) dan setelah (posttest) pemberian perlakuan berupa pelatihan brain gym
dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 9. Pada Tabel 7 terlihat rata-rata skor pretest
kelompok eksperimen sebesar 27,04 yang berada dalam kategori recall memory
sedang. Pada Tabel 9 terlihat rata-rata skor posttest kelompok eksperimen
mengalami peningkatan, yaitu menjadi 33,30 yang berada dalam kategori recall
memory tinggi. Selanjutnya untuk mendukung analisis data diatas, Peneliti
menyusun tabel distribusi frekuensi relatif sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Tabel 12 Distribusi Kategori Recall Memory pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol (dalam Persen)
Kategori Recall
Memory Rentang Skor
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Rendah X < 14,7 21,74% 4,35% 4,55% 4,55%
Sedang 14,7 X < 29,3 26,09% 26,09% 27,27% 22,73%
Tinggi 29,3 X 52,17% 69,56% 68,18% 72,72%
Jumlah 100% 100% 100% 100%
Berdasarkan tabel di atas, diketahui rata-rata skor pretest dan posttest kedua
kelompok berada dalam kategori recall memory tinggi. Apabila dicermati saat
sebelum (pretest) dan setelah (posttest) perlakuan, rata-rata kelompok eksperimen
yang berada dalam kategori recall memory tinggi mengalami peningkatan yang
lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata
kelompok eksperimen sebesar 17,39%, sedangkan kelompok kontrol hanya
mengalami peningkatan sebesar 4,54%.
Perbedaan rata-rata skor pretest dan posttest pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
0
10
20
30
40
Pretest Posゆest
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Grafik 24
Perbedaan Rata-Rata Skor Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol
Rata-rata skor kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk pretest
dan posttest mengalami peningkatan. Rata-rata skor pretest kelompok eksperimen
adalah 27,04 dan skor posttest 33,30. Rata-rata skor pretest kelompok kontrol
adalah 32,04 dan skor posttest 34,18. Selisih skor pretest dan posttest kelompok
eksperimen adalah 6,26 sedangkan kelompok kontrol 2,14. Artinya, pada
kelompok eksperimen yang diberi pelatihan brain gym terjadi peningkatan skor
yang lebih besar dibandingkan peningkatan skor kelompok kontrol. Adanya
peningkatan skor recall memory yang lebih besar pada kelompok eksperimen
setelah pelatihan brain gym menunjukkan bahwa brain gym efektif dalam
meningkatkan kemampuan recall memory. Efektivitas yang dimaksud adalah
brain gym terbukti dapat meningkatkan kemampuan recall memory.
Hampir seluruh peserta pelatihan dalam kelompok eksperimen
menunjukkan perubahan positif berupa peningkatan kemampuan recall memory.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Peningkatan kemampuan recall memory peserta pelatihan juga ditunjang dengan
hasil observasi selama pelatihan brain gym. Peserta pelatihan pada umumnya
mengikuti kegiatan pelatihan dengan tertib, memperhatikan penjelasan dari
fasilitator, dan dapat mempraktekkan gerakan dengan baik. Peneliti berkoordinasi
dengan Guru Wali Kelas untuk mengkondisikan kelompok kontrol yang tidak
mengikuti pelatihan agar tetap belajar di dalam kelas.
Berdasarkan evaluasi proses pelatihan pada peserta pelatihan, perubahan
positif juga mulai dirasakan oleh sebagian besar peserta. Sebanyak 91,30%
peserta pelatihan merasa lebih rileks setelah mereka melakukan rangkaian gerakan
brain gym. Selain itu menurut 78,26% dari peserta pelatihan ingin melakukan
gerakan-gerakan brain gym sebelum mereka mulai belajar. Bagi 91,30% peserta
pelatihan, pelatihan brain gym sangat bermanfaat dan menambah pengetahuan.
Bagi Peneliti, perubahan positif dari peserta pelatihan menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan recall memory siswa setelah mengikuti pelatihan brain
gym. Peningkatan tersebut diperoleh dari peningkatan skor recall memory peserta
pelatihan sebelum (pretest) dan setelah (posttest) mengikuti pelatihan brain gym.
Selengkapnya mengenai evaluasi proses pelatihan terlihat dalam tabel di bawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Tabel 13 Distribusi Hasil Analisis Evaluasi Proses Pelatihan
No Aspek yang Dievaluasi Kriteria Evaluasi Jumlah (%)
1. Penyaji memperkenalkan diri dengan
jelas.
Setuju 100%
Tidak Setuju 0%
2. Penyaji dapat menjelaskan dan
memperagakan materi dengan baik.
Setuju 100%
Tidak Setuju 0%
3. Gerakan-gerakan brain gym mudah
dipahami dan diperagakan.
Setuju 100%
Tidak Setuju 0%
4. Gerakan-gerakan brain gym
menyenangkan untuk dilakukan.
Setuju 95.65%
Tidak Setuju 4.35%
5. Setelah melakukan gerakan-gerakan
brain gym, saya merasa lebih rileks.
Setuju 91.30%
Tidak Setuju 8.7%
6. Saya ingin melakukan gerakan-
gerakan brain gym sebelum mulai
belajar.
Setuju 78.26%
Tidak Setuju 21.74%
7. Kegiatan ini bermanfaat dan
menambah pengetahuan.
Setuju 91.30%
Tidak Setuju 8.7%
Hasil penelitian mengenai efektivitas brain gym terhadap peningkatan
recall memory ini sesuai dengan pendapat dari Hannaford (1995), bahwa gerakan
akan membangunkan dan mengaktivasi kapasitas mental, mengintegrasikan dan
menjangkarkan informasi baru dalam sistem saraf, serta berperan penting dalam
mengekspresikan proses berpikir dan pemahaman diri. Selain pendapat dari
Hannaford (1995), hasil penelitian ini juga sesuai dengan pendapat dari Ratey
(2001) bahwa pergerakan fisik seseorang dapat mempengaruhi kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
belajar, berpikir, dan mengingat. Kapasitas untuk menguasai daya ingat secara
biologis akan meningkat oleh karena aktivitas fisik. Gerakan-gerakan fisik yang
dilakukan dapat merangsang neuron untuk memaksimalkan kemampuan kognitif
seseorang.
Hal ini yang terjadi pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil
No. 150 Surakarta yang menjadi peserta pelatihan Brain Gym. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan kognitif yakni recall memory inilah yang dikaji oleh
Peneliti. Sementara gerakan fisik yang digunakan untuk meningkatkan
kemampuan recall memory adalah gerakan brain gym.
Faktor yang mendukung pelaksanaan penelitian ini adalah modul pelatihan
yang telah disusun sedemikian rupa oleh Peneliti sehingga memudahkan
fasilitator dalam memandu pelatihan dan menyampaikan materi. Selama
berlangsungnya pelatihan, fasilitator dapat menjelaskan dan memperagakan
materi dengan baik. Fasilitator mampu memandu pelatihan dan membangun
suasana keakraban dengan peserta pelatihan. Suasana keakraban dibangun oleh
fasilitator dari awal pertemuan dengan perkenalan dan ice breaking. Peneliti juga
membagi 23 siswa peserta pelatihan ke dalam 5 kelompok kecil untuk
mempermudah observasi selama pelatihan berlangsung.
Secara teknis dalam pelaksanaan pelatihan, Peneliti juga dimudahkan
dengan tersedianya sarana dan prasarana. Ruangan pelatihan yang kondusif dan
terpisah dari ruang kelas turut menunjang kenyamanan peserta pelatihan. Alat dan
bahan yang dibutuhkan Peneliti dalam penelitian ini juga tersedia, sehingga hal
tersebut turut menunjang keberhasilan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Hasil penelitian ini memang telah membuktikan hipotesis yang diajukan
oleh Peneliti, namun penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yakni:
1. Adanya proses belajar dari s ubjek penelitian karena Tes Susunan Huruf Tak
Bermakna diberikan dua kali, yaitu pada saat pretest dan posttest.
2. Minimnya variasi ice breaking maupun games selama pelatihan, sehingga
pada pertemuan-pertemuan terakhir peserta mudah merasa bosan.
3. Beberapa peserta pelatihan kurang mampu memfokuskan seluruh perhatian
pada fasilitator, sesekali bercanda dengan teman-teman yang lain.
4. Peneliti tidak mampu mengendalikan faktor -faktor yang mempengaruhi
penerimaan materi pelatihan untuk seluruh peserta pelatihan. Beberapa
diantaranya dari sembilan kali pertemuan, dalam dua kali pertemuan
kehadiran peserta pelatihan tidak lengkap karena ada peserta pelatihan yang
sakit. Selain itu pada saat posttest, 1 siswa dari kelompok kontrol tidak hadir
karena sakit, sehingga jumlah subjek penelitian berkurang dari 46 siswa
menjadi 45 siswa.
Penelitian ini memiliki beberapa kekurangan seperti yang telah disebutkan
di atas. Meskipun demikian, Peneliti telah berusaha untuk meminimalisir
kekurangan dengan cara memaksimalkan persiapan dan konsep penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian baik analisis kuantitatif maupun analisis
deskriptif yang telah dilakukan, Peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat efektivitas dari pemberian brain gym terhadap peningkatan recall
memory pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Bulukantil No. 150
Surakarta. Hal ini diketahui dari hasil analisis kuantitatif melalui uji hipotesis
bahwa terdapat perbedaan skor recall memory yang signifikan antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan probabilitas (p)
signifikansi 0,014 < 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan skor recall memory antara kelompok eksperimen yang mendapat
pelatihan brain gym dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan apapun.
2. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, sebagian besar siswa kelas V yang
menjadi peserta pelatihan mengalami peningkatan skor recall memory setelah
mengikuti pelatihan brain gym. Peningkatan kemampuan recall memory
peserta pelatihan diperoleh melalui peningkatan skor sebelum (pretest) dan
setelah (posttest) mengikuti pelatihan brain gym. Hal ini juga didukung dari
hasil observasi peserta pelatihan. Peserta pelatihan pada umumnya mengikuti
kegiatan pelatihan dengan baik, memperhatikan penjelasan dari fasilitator, dan
dapat mempraktekkan gerakan brain gym yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakan beberapa
saran antara lain:
1. Cara belajar kinestetik melalui brain gym dimasukkan dalam agenda kegiatan
belajar mengajar di sekolah sebagai alternatif peningkatan hasil belajar siswa,
terutama terkait dengan kemampuan recall memory. Contohnya sesaat
sebelum mulai pelajaran atau disela-sela jam pelajaran siswa melakukan brain
gym dengan dipandu oleh guru.
2. Kepada Peneliti selanjutnya agar mempertimbangkan secara matang faktor -
faktor lain yang dapat mempengaruhi invaliditas dari penelitian, agar
perubahan yang terjadi benar-benar disebabkan karena perlakuan atau
intervensi bukan karena faktor lain.
Recommended