View
20
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas telah selesainya
penulisan makalah ini dengan judul “ Etika Umum, Etika Bisnis dan Etika Profesi” yang mana
penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah ETIKA.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya yang
berkecimpung dalam dunia bisnis dan profesi khususnya di bidang kesehatan dan bagi
mahasiswa yang mengambil program studi di bidang kesehatan terutama jurusan farmasi.
Jakarta, 20 Januari 2014
Penulis
Page 1
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etika (Yunani Kuno : "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama
filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan
kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak
jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari
tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
B. Rumusan Masalah
Selanjutnya dalam makalah ini akan dibahas mengenai etika yaitu etika umum, etika bisnis,
dan etika profesi. Pokok bahasan yang akan diterangkan yaitu : pengertian,
C. Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan etika
umum, etika bisnis, dan etika profesi.
2. Agar mahasiswa dapat menjadikan tulisan ini sebagai referensi untuk dapat belajar dan
memperbaiki etika dalam bertingkah laku, berkata-kata atau berbicara, dan berperilaku
baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbisnis dan menjalankan suatu profesi
yang ditekuni.
3. Agar makalah ini dapat menjadi referensi dan penambah wawasan tentang etika, etika
bisnis, dan etika profesi bagi para pembaca.
Page 2
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
BAB II
PEMBAHASAN
A. ETIKA UMUM
Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata ‘etika’ yaitu ethos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu taetha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal
yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti taetha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki penilaian
normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan
etika muncul dari keinginan untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.
Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1988- mengutip dari Bertens 2000), mempunyai arti :
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak);
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan
tanggung jawab.
B. ETIKA BISNIS
Sepanjang sejarah, kegiatan perdagangan ataupun bisnis tidak pernah luput dari sorotan etika.
Perhatian etika untuk bisnis seumur dengan bisnis itu sendiri. Sejak manusia terjun ke bidang
perniagaan, disadari juga kegiatan ini tidak terlepas dari masalah etika. Sesuai fungsinya baik
secara makro maupun mikro, sebuah bisnis yang baik harus memiliki etika dan tanggung jawab
sosial. Pada nantinya, jika suatu bisnis dijalankan berdasarkan etika dan tanggung jawab sosial,
Page 3
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
tidak hanya lingkungan makro dan mikronya saja yang mendapat keuntungan, namun perusahaan
itu sendiri juga akan mendapatkan keuntungan secara langsung.
Pengertian Etika Bisnis
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang
sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang
memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial,
dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis
(Muslich,1998:4). Ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-batasan sosial,
ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus
dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam
Hardjanto, 2005).
Pada kesempatan lain, ada juga yang mengemukakan pengertian etika bisnis secara
sederhana adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan berbisnis yang mencakup seluruh aspek
yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri, juga masyarakat. Kesemuanya ini
mencakup bagaimana menjalankan bisnis secara adil sesuai dengan hukum yang berlaku, dan
tidak bergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Etika bisnis lebih
luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi
dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam bisinis seringkali ditemukan
wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh hukum.
Dari berbagai pendapat diatas, ada banyak pengertian tentang etika bisnis. Yang terpenting
bagi pelaku bisnis adalah bagaimana menempatkan etika pada kedudukan yang pantas di dunia
bisnis. Tugas pelaku bisnis adalah berorientasi pada norma-norma moral. Dalam melaksanakan
pekerjaan sehari-hari dia selalu berusaha dalam kerangka ‘etis’, yaitu tidak merugikan siapapun
secara moral.
Prinsip Etika Bisnis
Etika bisnis mempunyai prinsip-prinsip yang harus ditempuh oleh perusahaan untuk
mencapai tujuannya dan harus dijadikan pedoman agar mempunyai standar baku yang mencegah
Page 4
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar kerja atau operasional
perusahaan, Muchlish (1998:31-33) mengemukakan prinsip-prinsip etika bisnis sebagai berikut :
1) Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai
dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya.
Kebijakan yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi
perusahaan yang berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
2) Prinsip Kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan
perusahaan. Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal
perusahaan. Jika prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat
meningkatkan kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut.
3) Prinsip Tidak Berniat Jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang
ketat akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
Selain yang tersebut di atas, Sony Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip etika
bisnis adalah sebagai berikut :
1) Prinsip otonomi, adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
2) Prinsip kejujuran, terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara
jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas
kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua,
kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
Page 5
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
3) Prinsip keadilan, prinsip ini menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif, serta dapat
dipertanggung jawabkan.
4) Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle), pada prinsip ini pebisnis
dituntut agar menjalankan bisnis sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
5) Prinsip integritas moral, terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku
bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi.
Tolok ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu
mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai
baik atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang
lain, atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain pengendalian
diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan
yang sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang
benar, dan lain sebagainya.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Perusahaan meyakini prinsip bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis
dengan kinerja unggul dan berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah
etika sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Page 6
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah.
Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan,
institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar
itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk
memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang
ada di dalam organisasi.
Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban
diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai
perilaku moral yang nyata?
Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :
Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang
mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak
seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat
mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa
tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang
dilakukan manusia.
Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir
bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar
moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama
seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang
tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap
organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada
mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral.
Page 7
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia,
individu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan
tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku
mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang
dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu
disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.
Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi
serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang, jasa,
modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah dari
satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya
penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global
dan system transportasi seperti internet dan pelayaran global, perkembangan organisasi
perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.
Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab dalam
transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah perusahaan
yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi administrasi di
beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang melakukan kegiatan
produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yang berbeda.
Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak negara dengan ragam budaya dan
standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa perusahaan melanggar
norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Relativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan
etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan
masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar
etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan terhadap perusahaan
atau orang dari semua masyarakat.
Page 8
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Dalam penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku
dalam masyarakat manapun dimana dia berada.
Pandangan lain dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral
tertentu yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus
berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif.
Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan
moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral
kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.
Teknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan
bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah revolusi dalam
bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapa perubahan radikal,
seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak, kemampuan menemukan bentuk-
bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonya tidak terprediksi. Dengan perubahan
cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.
Riset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubah ketika
dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apa yang salah, dan
patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja, standar moral konvensional
secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahap ini didasarkan pada pemenuhan
harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanya sebagian manusia dewasa yang rasional
dan berpengalaman memiliki kemampuan merefleksikan secara kritis standar moral
konvensional yang diwariskan keluarga, teman, budaya atau agama kita. Yaitu standar moral
yang tidak memihak dan yang lebih memperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai
menyeimbangkan perhatian terhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri.
Penalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana prilaku, institusi, atau kebijakan
dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu melibatkan dua komponen
mendasar :
Page 9
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
1) Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang
masuk akal;
2) Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau prilaku
tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau
menyalahkan;
3) Menganalisis Penalaran Moral.
Ada beberapa criteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan
penalaran moral, yaitu :
1) Penalaran moral harus logis;
2) Bukti factual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan dan lengkap;
3) Standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten.
Banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis. Bagian ini
membahas keberatan-keberatan tersebut dan melihat apa yang dapat dikatakan berkenaan dengan
kesetujuan untuk menerapkan etika ke dalam bisnis. Tiga keberatan atas penerapan etika ke
dalam bisnis : Orang yang terlibat dalam bisnis, kata mereka hendaknya berfokus pada pencarian
keuntungan finansial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energi mereka atau sumber daya
perusahaan untuk melakukan ”pekerjaan baik”.
Tiga argumen diajukan untuk mendukung perusahaan ini :
1) Pertama, beberapa berpendapat bahwa di pasar bebas kompetitif sempurna, pencarian
keuntungan dengan sendirinya menekankan bahwa anggota masyarakat berfungsi dengan
cara-cara yang paling menguntungkan secara sosial. Agar beruntung, masing-masing
perusahaan harus memproduksi hanya apa yang diinginkan oleh anggota masyarakat dan
harus melakukannya dengan cara yang paling efisien yang tersedia. Anggota masyarakat
akan sangat beruntung jika manajer tidak memaksakan nilai-nilai pada bisnis, namun
mengabdikan dirinya pada pencarian keuntungan yang berfokus.
2) Kedua, Kadang diajukan untuk menunjukan bahwa manajer bisnis hendaknya berfokus
mengejar keuntungan perusahaan mereka dan mengabaikan pertimbangan etis, yang oleh Ale
C. Michales disebut ”argumen dari agen yang loyal”.
Page 10
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
3) Ketiga, untuk menjadi etis cukuplah bagi orang-orang bisnis sekedar mentaati hukum.
Dalam perusahaan modern, tanggung jawab atas tindakan perusahaan sering didistribusikan
kepada sejumlah pihak yang bekerja sama. Tindakan perusahaan biasanya terdiri atas
tindakan atau kelalaian orang-orang berbeda yang bekerja sama sehingga tindakan atau
kelalaian mereka bersama-sama menghasilkan tindakan perusahaan. Jadi, siapakah yang
bertanggung jawab atas tindakan yang dihasilkan bersama-sama itu?
Pandangan tradisional berpendapat bahwa mereka yang melakukan secara sadar dan bebas
apa yang diperlukan perusahaan, masing-masing secara moral bertanggung jawab.
Lain halnya pendapat para kritikus pandangan tradisional, yang menyatakan bahwa ketika
sebuah kelompok terorganisasi seperti perusahaan bertindak bersama-sama, tindakan perusahaan
mereka dapat dideskripsikan sebagai tindakan kelompok, dan konsekuensinya tindakan
kelompoklah, bukan tindakan individu, yang mengharuskan kelompok bertanggung jawab atas
tindakan tersebut.
Kaum tradisional membantah bahwa, meskipun kita kadang membebankan tindakan kepada
kelompok perusahaan, fakta legal tersebut tidak mengubah realitas moral dibalik semua tindakan
perusahaan itu. Individu manapun yang bergabung secara sukarela dan bebas dalam tindakan
bersama dengan orang lain, yang bermaksud menghasilkan tindakan perusahaan, secara moral
akan bertanggung jawab atas tindakan itu.
Namun demikian, karyawan perusahaan besar tidak dapat dikatakan “dengan sengaja dan
dengan bebas turut dalam tindakan bersama itu” untuk menghasilkan tindakan perusahaan atau
untuk mengejar tujuan perusahaan. Seseorang yang bekerja dalam struktur birokrasi organisasi
besar tidak harus bertanggung jawab secara moral atas setiap tindakan perusahaan yang turut dia
bantu, seperti seorang sekretaris, juru tulis, atau tukang bersih-bersih di sebuah perusahaan.
Faktor ketidaktahuan dan ketidakmampuan yang meringankan dalam organisasi perusahaan
birokrasi berskala besar, sepenuhnya akan menghilangkan tanggung jawab moral orang itu.
Dalam perusahaan, karyawan sering bertindak berdasarkan perintah atasan mereka.
Perusahaan biasanya memiliki struktur yang lebih tinggi ke beragam agen pada level yang lebih
Page 11
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
rendah. Jadi, siapakah yang harus bertanggung jawab secara moral ketika seorang atasan
memerintahkan bawahannya untuk melakukan tindakan yang mereka ketahui salah.
Orang kadang berpendapat bahwa, ketika seorang bawahan bertindak sesuai dengan perintah
atasannya yang sah, dia dibebaskan dari semua tanggung jawab atas tindakan itu.
Hanya atasan yang secara moral bertanggung jawab atas tindakan yang keliru, bahkan jika
bawahan adalah agen yang melakukannya. Pendapat tersebut keliru, karena bagaimanapun
tanggung jawab moral menuntut seseorang bertindak secara bebas dan sadar, dan tidak relevan
bahwa tindakan seseorang yang salah merupakan pilihan secara bebas dan sadar mengikuti
perintah. Ada batas-batas kewajiban karyawan untuk mentaati atasannya. Seorang karyawan
tidak mempunyai kewajiban untuk mentaati perintah melakukan apapun yang tidak bermoral.
Dengan demikian, ketika seorang atasan memerintahkan seorang karyawan untuk melakukan
sebuah tindakan yang mereka ketahui salah, karyawan secara moral bertanggung jawab atas
tindakan itu jika dia melakukannya. Atasan juga bertanggung jawab secara moral, karena fakta
atasan menggunakan bawahan untuk melaksanakan tindakan yang salah tidak mengubah fakta
bahwa atasan melakukannya.
Etika Bisnis dalam Praktek Bisnis di Indonesia
Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup
bisnis itu sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat
dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi
bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Pelanggaran etika bisa terjadi di mana saja, termasuk dalam dunia bisnis. Untuk
mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya banyak perusahaan yang menghalalkan segala
cara. Praktek curang ini bukan saja merugikan masyarakat, tapi perusahaan itu sendiri
sebenarnya. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering
dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktek bisnis yang
terjadi selama ini dinilai masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali
diwarnai praktek-praktek tidak terpuji atau moral hazard.
Page 12
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Pelanggaran etika yang sering dilakukan oleh pihak swasta, menurut ketua
Taufiequrachman Ruki (Ketua KPK Periode 2003-2007), adalah penyuapan dan pemerasan.
Berdasarkan data Bank Dunia, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak US$ 1 triliun (sekitar Rp
9.000 triliun) dihabiskan untuk suap. Dana itu diyakini telah meningkatkan biaya operasional
perusahaan. (Koran Tempo - 05/08/2006)
Di bidang keuangan, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran etika.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Erni Rusyani, terungkap bahwa hampir 61.9% dari 21
perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap dalam menyampaikan
laporan keuangannya (not available).
Pelanggaran etika perusahaan terhadap pelanggannya di Indonesia merupakan fenomena
yang sudah sering terjadi. Contohnya adalah kasus pelezat masakan merek ”A”. Kehalalan “A”
dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan
bahwa pengembangan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung
bactosoytone (nutrisi untuk pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai
terhadap biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi.
Kasus lainnya, adalah produk minuman berenergi yang sebagian produknya diduga
mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan Minuman.
Kita juga masih ingat, obat anti-nyamuk “H” yang dilarang beredar karena mengandung bahan
berbahaya.
Pada kasus lain, suatu perusahaan di kawasan di Kalimantan melakukan sayembara untuk
memburu hewan Pongo. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan habitat hewan tersebut untuk
digunakan sebagai lahan perkebunan sawit. Hal ini merupakan masalah bagi pemerintah dan
dunia usaha, dimana suatu usaha dituntut untuk tetap melestarikan alam berdampingan dengan
kegiatan usahanya.
Selain itu, pelanggaran juga dilakukan oleh suatu perusahaan di kawasan Jawa Barat.
Perusahaan tersebut membuang limbah kawat dengan cara membakar kawat tersebut tersebut.
Hal ini menyebabkan asap hitam pekat yang membuat orang mengalami sesak napas dan pusing
saat menghirupnya. Perusahaan tersebut disinyalir tidak melakukan penyaringan udara saat
Page 13
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
pembakaran berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar yang
berdekatan dengan lokasi pabrik tersebut.
Contoh kasus lain, sebuah perusahaan yang merupakan suplier resmi dari Petronas
melakukan kecurangan bisnis dengan mengoplos solar menjadi minyak tanah dan menjualnya
kepada masyaraka. Hal ini tentu menjelekkan nama baik Petronas. Selain itu hal ini juga
menyebabkan konsumen Petronas tidak percaya lagi dengan produk-produk Petronas.
Contoh lain yang nyata, yang sering kita saksikan sendiri atau mungkin bahkan kita pernah
mengalaminya sendiri saat membeli buah-buahan. Buah yang sudah dipilih, saat membungkus
buah pilihan tersebut pedagang menukarnya dengan buah-buahan yang tidak baik kualitasnya
tanpa sepengetahuan pembeli. Atau kasus mengurangi timbangan. Alat timbangan dipasangi
benda yang dapat memberatkan timbangan. Hal ini menyebabkan hasil timbangan akan
berkurang.
Atau tindakan pengoplosan bahan baku dalam pembuatan makanan kecil atau makanan
ringan. Juga tindakan pemberian zat-zat berbahaya pada makanan kecil yang dijual. Banyak
tindakan menyimpang yang dilakukan oleh pebisnis, baik kecil maupun besar, untuk
mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda tanpa memikirkan efek negatif yang akan terjadi.
Hal ini pada akhirnya hanya akan memyebabkan kerugian pada konsumen, juga pada perusahaan
itu sendiri. Kepercayaan yang diberikan konsumen kepada perusahaan tersebut akan hilang, dan
hanya akan membuat perusahaan tersebut kehilangan konsumennya. Kejujuran adalah asset
penting bagi suatu perusahaan untuk melangsungkan kegiatan berbisnis.
Walaupun berbagai kasus tersebut banyak terjadi di Indonesia, namun tidak semua
perusahaan atau pebisnis di Indonesia melakukan pelanggaran etika dalam kegiatan berbisnis
yang dijalankannnya. Masih banyak pebisnis yang menerapkan etika bisnis dalam kegiatan
berbisnis yang dijalankannya. Dalam hal ini, perusahaan tidak berpikir pada keuntungan jangka
pendek. Tidak perlu melakukan kecurangan pada praktek berbisnis akan memberikan
keuntungan jangka panjang. Hal ini sebenarnya lebih penting bagi para pebisnis daripada
keuntungan yang banyak dalam sekali waktu, dan pada waktu selanjutnya kegiatan berbisnis
Page 14
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
harus dihentikan karena berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnisnya tidak
mempercayai lagi.
Bentuk Pelanggaran Etika Bisnis Dalam Kegiatan Berbisnis Di Indonesia
Jika aturan secara umum mengenai etika mengatakan bahwa berlaku tidak jujur adalah tidak
bermoral dan beretika, maka setiap insan bisnis yang tidak berlaku jujur dengan pegawainya,
pelanggan, kreditur, pemegang usaha maupun pesaing dan masyarakat, maka ia dikatakan tidak
etis dan tidak bermoral.
Berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran etika bisnis dan contoh pelanggaran etika dalam
kegiatan bisnis di Indonesia :
1. Pelanggaran etika bisnis terhadap hukum
Contoh pelanggaran tersebut seperti sebuah perusahaan X karena kondisi perusahaan
yang pailit akhirnya memutuskan untuk melakukan PHK kepada karyawannya. Namun
dalam melakukan PHK itu, perusahaan sama sekali tidak memberikan pesangon sebagaimana
yang diatur dalam UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam kasus ini perusahaan X
dapat dikatakan melanggar prinsip kepatuhan terhadap hukum.
2. Pelanggaran etika bisnis terhadap transparansi
Sebuah Yayasan X menyelenggarakan pendidikan setingkat SMA. Pada tahun ajaran
baru sekolah mengenakan biaya sebesar Rp 500.000,- kepada setiap siswa baru. Pungutan
sekolah ini sama sekali tidak diinformasikan kepada mereka saat akan mendaftar, sehingga
setelah diterima mau tidak mau mereka harus membayar.
Disamping itu tidak ada informasi maupun penjelasan resmi tentang penggunaan uang itu
kepada wali murid. Setelah didesak oleh banyak pihak, yayasan baru memberikan informasi
bahwa uang itu dipergunakan untuk pembelian seragam guru. Dalam kasus ini, pihak
yayasan dan sekolah dapat dikategorikan melanggar prinsip transparansi.
Page 15
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
3. Pelanggaran etika bisnis terhadap akuntabilitas
Sebuah RS Swasta melalui pihak Pengurus mengumumkan kepada seluruh karyawan
yang akan mendaftar PNS secara otomotis dinyatakan mengundurkan diri. A sebagai salah
seorang karyawan di RS Swasta itu mengabaikan pengumuman dari pihak pengurus karena
menurut pendapatnya ia diangkat oleh Pengelola, dalam hal ini direktur, sehingga segala hak
dan kewajiban dia berhubungan dengan Pengelola bukan Pengurus. Pihak Pengelola sendiri
tidak memberikan surat edaran resmi mengenai kebijakan tersebut. Karena sikapnya itu, A
akhirnya dinyatakan mengundurkan diri. Dari kasus ini RS Swasta itu dapat dikatakan
melanggar prinsip akuntabilitas karena tidak ada kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban antara Pengelola dan Pengurus Rumah Sakit.
4. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip pertanggungjawaban
Sebuah perusahaan PJTKI di Yogyakarta melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter.
Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke
negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang
dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan. B
yang tertarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya sebanyak
Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun setelah 2 bulan
training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak ada kejelasan. Ketika
dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan, begitu seterusnya. Dari
kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut telah melanggar prinsip
pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai calon TKI yang seharusnya
diberangkatkan ke negara lain tujuan untuk bekerja.
5. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan properti ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin
membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling
perumahan milik perusahaan tersebut. Konsumen pertama sudah memenuhi kewajibannya
membayar harga tanah sesuai kesepakatan dan biaya administrasi lainnya. Sementara
Page 16
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
konsumen kedua masih mempunyai kewajiban membayar kelebihan tanah, karena setiap kali
akan membayar pihak developer selalu menolak dengan alasan belum ada ijin dari pusat
perusahaan (pusatnya di Jakarta). Yang aneh adalah di kawasan kavling itu hanya dua orang
ini yang belum mengantongi izin pembangunan rumah, sementara 30 konsumen lainnya
sudah diberi izin dan rumah mereka sudah dibangun semuannya. Alasan yang dikemukakan
perusahaan itu adalah ingin memberikan pelajaran kepada dua konsumen tadi karena dua
orang ini telah memprovokasi konsumen lainnya untuk melakukan penuntutan segera
pemberian izin pembangunan rumah. Dari kasus ini perusahaan properti tersebut telah
melanggar prinsip kewajaran (fairness) karena tidak memenuhi hak-hak stakeholder
(konsumen) dengan alasan yang tidak masuk akal.
6. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kejujuran.
Sebuah perusahaan pengembang di Sleman membuat kesepakatan dengan sebuah
perusahaan kontraktor untuk membangun sebuah perumahan. Sesuai dengan kesepakatan
pihak pengembang memberikan spesifikasi bangunan kepada kontraktor. Namun dalam
pelaksanaannya, perusahaan kontraktor melakukan penurunan kualitas spesifikasi bangunan
tanpa sepengetahuan perusahaan pengembang. Selang beberapa bulan kondisi bangunan
sudah mengalami kerusakan serius. Dalam kasus ini pihak perusahaan kontraktor dapat
dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi spesifikasi bangunan
yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang.
7. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip empati
Seorang nasabah X dari perusahaan pembiayaan terlambat membayar angsuran mobil
sesuai tanggal jatuh tempo karena anaknya sakit parah. X sudah memberitahukan kepada
pihak perusahaan tentang keterlambatannya membayar angsuran, namun tidak mendapatkan
respon dari perusahaan. Beberapa minggu setelah jatuh tempo pihak perusahaan langsung
mendatangi X untuk menagih angsuran dan mengancam akan mengambil mobil yang masih
diangsur itu. Pihak perusahaan menagih dengan cara yang tidak sopan dan melakukan
tekanan psikologis kepada nasabah. Dalam kasus ini kita dapat mengkategorikan pihak
perusahaan telah melakukan pelanggaran prinsip empati pada nasabah karena sebenarnya
Page 17
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
pihak perusahaan dapat memberikan peringatan kepada nasabah itu dengan cara yang bijak
dan tepat.
Faktor-Faktor Pebisnis Melakukan Pelanggaran Etika Bisnis
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Salah
satu hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa
memikirkan dampak buruk yang terjadi selanjutnya. Faktor lain yang membuat pebisnis
melakukan pelanggaran antara lain :
1. Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik
2. Ingin menambah pangsa pasar
3. Ingin menguasai pasar.
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh paling kuat.
Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan dengan
sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkann produk sendiri,
tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk menjelek-jelekkan
produk iklan lain.
Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Gwynn
Nettler dalam bukunya Lying, Cheating and Stealing memberikan kesimpulan tentang sebab-
sebab seseorang berbuat curang, yaitu :
1. Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan kecurangan.
2. Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung menjadi
pendusta.
3. Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat menangguhkan
keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.
4. Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa tersiksa) akan
lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk berbuat curang.
5. Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada orang yang
dungu (ignorant).
Page 18
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
6. Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih jujur.
7. Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan mendorong orang
melakukannya.
8. Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu menempati
tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk berbohong, berlaku curang atau
menjadi pencuri.
9. Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila orang mendapat
tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya sangat penting.
10. Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak jujur
Moral Dalam Dunia Bisnis
Berbicara tentang moral sangat erat kaitannya dengan pembicaraan agama dan budaya,
artinya kaidah-kaidah dari moral pelaku bisnis sangat dipengaruhi oleh ajaran serta budaya yang
dimiliki oleh pelaku-pelaku bisnis sendiri. Setiap agama mengajarkan pada umatnya untuk
memiliki moral yang terpuji, apakah itu dalam kegiatan mendapatkan keuntungan dalam
ber-"bisnis". Jadi, moral sudah jelas merupakan suatu yang terpuji dan pasti memberikan dampak
positif bagi kedua belah pihak. Misalnya dalam melakukan transaksi, jika dilakukan dengan jujur
dan konsekwen, jelas kedua belah pihak akan merasa puas dan memperoleh kepercayaan satu
sama lain, yang pada akhirnya akan terjalin kerja sama yang erat saling menguntungkan.
Moral dan bisnis perlu terus ada agar terdapat dunia bisnis yang benar-benar menjamin
tingkat kepuasan, baik pada konsumen maupun produsen. Kenapa hal perlu ini dibicarakan? Isu
yang mencuat adalah semakin pesatnya perkembangan informasi tanpa diimbangi dengan dunia
bisnis yang ber "moral", dunia ini akan menjadi suatu rimba modern yang di kuat menindas yang
lemah sehingga apa yang diamanatkan UUD 1945, Pasal 33 dan GBHN untuk menciptakan
keadilan dan pemerataan tidak akan pernah terwujud.
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan budaya. Agama telah
mengatur seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa
orang yang mendasarkan bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam
melakukan bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa ditentukan
dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-pihak tertentu. Moral harus
Page 19
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki
harus mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menciptakan Etika Bisnis
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain ialah :
a) Pengendalian diri, pelaku-pelaku bisnis dan pihak yang terkait mampu mengendalikan
diri mereka masing-masing untuk tidak memperoleh apapun dari siapapun dan dalam
bentuk apapun. Disamping itu, pelaku bisnis sendiri tidak mendapatkan keuntungan
dengan jalan main curang dan menekan pihak lain dan menggunakan keuntungan dengan
jalan main curang dan menakan pihak lain dan menggunakan keuntungan tersebut
walaupun keuntungan itu merupakan hak bagi pelaku bisnis, tetapi penggunaannya juga
harus memperhatikan kondisi masyarakat sekitarnya. Inilah etika bisnis yang "etis".
b) Pengembangan tanggung jawab sosial (social responsibility), Pelaku bisnis disini
dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk "uang"
dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai
contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga
yang tinggi sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian
bagi pelaku bisnis dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan
yang berlipat ganda. Jadi, dalam keadaan excess demand pelaku bisnis harus mampu
mengembangkan dan memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat
sekitarnya.
c) Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi, bukan berarti etika bisnis anti perkembangan
informasi dan teknologi, tetapi informasi dan teknologi itu harus dimanfaatkan untuk
meningkatkan kepedulian bagi golongan yang lemah dan tidak kehilangan budaya yang
dimiliki akibat adanya tranformasi informasi dan teknologi.
d) Menciptakan persaingan yang sehat, persaingan dalam dunia bisnis perlu untuk
meningkatkan efisiensi dan kualitas, tetapi persaingan tersebut tidak mematikan yang
lemah, dan sebaliknya, harus terdapat jalinan yang erat antara pelaku bisnis besar dan
golongan menengah kebawah, sehingga dengan perkembangannya perusahaan besar
mampu memberikan spread effect terhadap perkembangan sekitarnya. Untuk itu dalam
Page 20
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
menciptakan persaingan perlu ada kekuatan-kekuatan yang seimbang dalam dunia bisnis
tersebut.
e) Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan", dunia bisnis seharusnya tidak
memikirkan keuntungan hanya pada saat sekarang, tetapi perlu memikirkan bagaimana
dengan keadaan dimasa mendatang. Berdasarkan ini jelas pelaku bisnis dituntut tidak
meng-"ekspoitasi" lingkungan dan keadaan saat sekarang semaksimal mungkin tanpa
mempertimbangkan lingkungan dan keadaan dimasa datang walaupun saat sekarang
merupakan kesempatan untuk memperoleh keuntungan besar.
f) Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi dan Komisi), jika
pelaku bisnis sudah mampu menghindari sikap seperti ini, kita yakin tidak akan terjadi
lagi apa yang dinamakan dengan korupsi, manipulasi dan segala bentuk permainan
curang dalam dunia bisnis ataupun berbagai kasus yang mencemarkan nama bangsa dan
negara.
g) Mampu menyatakan yang benar itu benar, kalau pelaku bisnis itu memang tidak
wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi,
jangan menggunakan "katabelece" dari "koneksi" serta melakukan "kongkalikong"
dengan data yang salah. Juga jangan memaksa diri untuk mengadakan “kolusi" serta
memberikan "komisi" kepada pihak yang terkait.
h) Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha kebawah, untuk menciptakan kondisi bisnis yang "kondusif" harus ada
saling percaya (trust) antara golongan pengusaha kuat dengan golongan pengusaha lemah
agar pengusaha lemah mampu berkembang bersama dengan pengusaha lainnya yang
sudah besar dan mapan. Yang selama ini kepercayaan itu hanya ada antara pihak
golongan kuat, saat sekarang sudah waktunya memberikan kesempatan kepada pihak
menengah untuk berkembang dan berkiprah dalam dunia bisnis.
i) Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama,
semua konsep etika bisnis yang telah ditentukan tidak akan dapat terlaksana apabila
setiap orang tidak mau konsekuen dan konsisten dengan etika tersebut. Mengapa?
Seandainya semua ketika bisnis telah disepakati, sementara ada "oknum", baik pengusaha
sendiri maupun pihak yang lain mencoba untuk melakukan "kecurangan" demi
kepentingan pribadi, jelas semua konsep etika bisnis itu akan "gugur" satu semi satu.
Page 21
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
j) Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati, jika etika ini telah memiliki oleh semua pihak, jelas semua memberikan suatu
ketentraman dan kenyamanan dalam berbisnis.
k) Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan, hal ini untuk menjamin kepastian
hukum dari etika bisnis tersebut, seperti "proteksi" terhadap pengusaha lemah.
Kebutuhan tenaga dunia bisnis yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan
dan sangat diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya perkembangan globalisasi
dimuka bumi ini.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis serta kesadaran semua pihak untuk
melaksanakannya, kita yakin jurang itu akan dapat diatasi, serta optimis salah satu kendala dalam
menghadapi tahun 2000 dapat diatasi.
D. ETIKA PROFESI
Pengertian Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar
dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja”
dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik.
Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang
memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari
manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi,
hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang
luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya
disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.
Page 22
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Pengertian Etika Profesi
Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan
kehidupan sebagai pengemban profesi.
Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan prinsip-prinsip moral dasar
atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.
Etika Profesi adalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada tatanan profesi atau
lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik, engineering (rekayasa), science,
medis/dokter, dan sebagainya.
Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan seseorang sehingga
sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan masyarakat atau terhadap konsumen (klien
atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)
Prinsip Dasar di Dalam Etika Profesi :
1. Tanggung jawab, yaitu tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap
hasilnya serta terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
2. Keadilan, Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya, kompetensi
dan ketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.
Page 23
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Etika profesi tentang kesehatan mencakup profesi kedokteran, psikologi, kebidanan,
apoteker, dan Rumah sakit. Yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu etika profesi apoteker di
Indonesia dan implementasi-jabaran kode etiknya. Keputusan Kongres Nasional XVIII/2009
ikatan Sarjana Farmasi Indonesia nomor : 006/KONGRES XVIII/ISFI/2009 tentang Kode Etik
Apoteker Indonesia Kongres Nasional XVIII :
Kode Etik Apoteker Indonesia Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Kefarmasian
Bahwasannya seorang apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya serta
mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan bimbingan dan keridhaan Tuhan
Yang Maha Esa. Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya selalu
berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker. Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam
pengabdian profesinya berpedoman pada satu ikatan moral, yaitu:
Setiap apoteker dalam melakukan pengabdian dan pengamalan ilmunya harus didasari
oleh sebuah niat luhur untuk kepentingan makhluk lain sesuai dengan tuntunnan Tuhan
Yang Maha Esa.
Sumpah dan janji apoteker adalah komitmen seorang apoteker yang harus dijadikan
landasan moral dalam pengabdian profesinya.
Kode etik sebagai kumpulan nilai-nilai atau prinsip harus diikuti oleh apoteker sebagai
pedoman dan petunjuk serta standar perilaku dalam bertindak dan mengambil keputusan.
KEWAJIBAN UMUM
1) Seorang apoteker yaitu harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan
Sumpah/janji Apoteker.
Sumpah/janji apoteker yang diucapkan seorang apoteker untuk dapat diamalkan dalam
pengabdiannya, harus dihayati dengan baik dan dijadikan landasan moral dalam setiap tindakan
dan perilaku. Dalam sumpah apoteker ada beberapa poin yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Melaksanakan asuhan kefarmasian
Page 24
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
b. Merahasiakan kondisi pasien, resep, dan medication record untuk pasien.
c. Melakukan praktik profesi sesuai dengan landasan kode etik profesi, yaitu ilmu, hokum
dan etik.
2) Seorang apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan kode Etik Apoteker Indonesia.
Kesungguhan dalam menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker Indonesia dinilai
dari : ada tidaknya laporan masyarakat, ada tidaknya laporan dari sejawat apoteker atau sejawat
tenaga kesehatan lain, serta tidak asa laporan dari dinas kesehatan. Pengaturan pemberian sanksi
ditetapkan dalam peraturan organisasi (PO).
3) Seorang Apoteker harus senantiasa menjalan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
dalam melaksanakan kewajibannya.
Setiap apoteker Indonesia harus mengerti, menghayati dan mengamalkan kompetensi
sesuai standar kompeetensi apoteker Indonesia. Kompetensi yang dimaksus adalah ;
keterampilan, sikap, dan perilaku yang berdasarkan pada ilmu, hukum, dan etik.
Ukuran komptensi apoteker dinilai lewat uji kompetensi
Kepentingan kemanusiaan harus menjadi pertimbanagn utama dalam setiap tindakan dan
keputusan seorang apoteker Indonesia.
Bilamana suatu saat seorang apoteker dihadapkan kepada konflik tanggung jawab
professional, maka dari berbagai opsi yang ada, seorang appoteker harus memilih resiko
yang paling kecil dan paling tepat untuk kepentingan pasien serta masyarakat.
4) Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
umumnya dan di bidang farmasi pada kususnya.
Seorang apoteker harus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya
secara terus-menerus.
Page 25
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Aktivitas seorang apoteker dalam mengikuti perkembangan di bidang kesehatan, diukur
dari nilai SKP yang diperoleh dari hasil uji kompetensi.
Jumllah SKP minimal yang harus diperoleh apotker ditetapkan dalam peraturan
organisasi.
5) Di dalam menjalankan tugasnya seorang apoteker harus menjauhkan diri daei usaha
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat tradisi luhur jabatan
kefamasian.
Seorang apoteker dalam tindakan profesionalnya harus menghindari diri dari perbuatan
yang akan merusak seseorang ataupun merugikan orang lain.
Seorang apoteker dalam menjalankan tugasnya dapat memperoleh imbalan dari pasien
dan masyarakat atas jasa yang diberikannya dengan tetap memegang teguh kepada
prinsip mendahulukan kepentingan pasien.
Besarnya jasa pelayanan ditetapkan dalam peratturan organisasi.
6) Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
Seorang apoteker harus menjaga kepercayaan masyarakat atas profesi yang disandangkan
dengan jujur dan penuh integritas.
Seorang apoteker tidak akan menyalahgunakan kemampuan profesionalnya kepada orang
lain.
Seorang apoteker harus menjaga perilakunya di hadapan publik.
7) Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Seorang apoteker memberikan informasi kepada pasien/masyarakat harus dengan cara
yang mudah dimengerti dan yakin bahwa informasi tersebut harus sesuai, relevan, dan
uup to date.
Sebelum memberikan informasi apoteker harusmenggali informasi yang dibutuhkan dari
pasien ataupun orang yang datang menemui apoteker mengenai pasien serta penyakitnya
Page 26
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Seorang apoteker harus mampu bergbagi informasi mengenai pelayanan kepada pasien
dengan tenaga profesi kesehatan yang terlibat.
Seorang apoteker harus senantiasa meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap obat,
dalam bentuk penyukuhan, memberikan informasi secara jelas, melakukan menitoring
penggunaan obat dan sebagainya.
Kegiatan penyukuhan ini mendapat nilai SKP.
8) Seorang apoteker harus aktif megikuti perkembangan peraturan perundang-undangan di
bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khusunya.
Tidak ada alasan bagi apoteker tidak tahu peraturan perundangan yang terkait dengan
kefarmasian. Untuk itu setiap apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan
peraturan, sehingga setiap apoteker dapat menjalankan profesinya dengan tetap berada
dalam koridor peraturan perundangan yang berlaku.
Apoteker harus membuat Standar Prosedor Operasional (SPO) sebagai pedoman kerja
bagi seluruh personil di industry dan sarana pelayanan kefarmasian sesuai kewenangan
atas dasar peraturan perundangan yang ada.
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Seorang apoteker dalam melakukan paktik kerfarmasian harus mengutamakan kepentingan
masyarakat, menghormati hak pasien, dan melinddungi makhluk hidup insani.
Kepedulian kepada pasien merupakan hal yang paling utama dari seorang apoteker
Setiap tindakan dan keputusan professional dari apoteker harus berpihak kepada
kepentingan pasien dan masyarakat.
Seorang apoteker harus mampu mendorong pasien untuk terlibat dalam keputusan
pengobatan mereka.
Seorang apoteker harus mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan pasien
khusunya janin, bayi, anak-anak serta orang yang dalam kondisi lemah.
Seorang apoteker harus yakin bahwa obat yang diserahkan ke pasien adalah obat yang
terjamin mutu, keamanan dan khasiat dan cara pakai obat yang tepat.
Page 27
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Seorang apoteker harus menjaga kerahasiaan pasien, rahasia kefarmasian, dan rahasia
kedokteran dengan baik.
Seorang apoteker harus menghormati keputusan profesi yang telah ditetapkan oleh dokter
dalam bentuk penulisan resep dan sebagainya.
Dalam hal seorang apoteker akan mengambil kebijakan yang berbeda dengan permintaan
seorang dokter, maka apoteker harus melakukan komunikasi dengan dokter tersebut,
kecuali peraturan perundangan membolehkan apoteker mengambil keputusan demi
kepentingan pasien.
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
1) Seorang apoteker harus memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri
diperlakukan.
Setiap apoteker harus menghargai teman sejawatnya, termasuk tekan kerjanya.
Bilamana seorang apoteker dihadapkan kepada suatu situasi yang problematic, baik
secara moral atau peraturan perundnagan yang berlaku, tentang hubungannya dengan
sejawatnya, maka komunikasi antar sejawat harus dilakukan dengan baik dan santun.
Apoteker harus berkoordinasi dengan IAI ataupun mejelis Pembina Etik Apoteker dalam
menyelesaikan permasalahan dengan teman sejawat.
2) Sesama apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Bilamana seorang apoteker mengetahui sejawatnya melanggar kode etik, dengan cara yang
santun dia harus melakukan komunikasi dengan sejawatnya tersebut untuk mengingatkan
kekeliruan tersebut. Bilamana ternyata yang bersangkutan sulit menerima maka dia dapat
menyampaikan kepada pengurus cabang dan atau MPEAD secara berjenjang.
3) Seorang apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan kerja
sama yang baik sesame apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat jabatan
kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.
Page 28
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Seorang apoteker harus menjalin dan memelihara kerja sama dengan sejawat apoteker
lainnya.
Seorang apoteker harus membantu teman sejawatnya dalam menjalankan pengabdian
profesinya.
Seorang apoteker harus saling mempercayai teman sejawatnya dalam menjalin,
memelihara kerjasama.
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN
1) Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, meghargai dan menghormati
sejawat petugas kesehatan lain.
Apoteker harus mampu menjalin hubungan yang harmoni dengan tenaga profesi kesehatan
lainnya secara seimbang dan bermartabat.
2) Seorang apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibaatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarkat kepada sejawat
petugas kesehatan lain.
Bilamana seorang apoteker menemui hal-hal yang kurang tepat dari pelayanan profesi
kesehatan lainnya, maka apoteker tersebut harus mampu mengkomunikasikannya dengan baik
kepada profesi tersebut, tanpa yang bersangkutan harus merasa dipermalukan.
Seorang apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode etik apoteker
Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang apoteker baik dengan sengaja maupun tidak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Page 29
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Apabila yang bersangkutan melakukan kode etik apoteker, yang bersangkutan dikenakan
sanksi organisasi. Sanksi dapat berupa pembinaan, peringatan, pencabutan keanggotaan
sementara, dan pencabutan keanggotaan tetap. Kriteria pelanggaran kode etik diatur dalam
peraturan organisasi, dan ditetapkan setelah melalui kajian yang mendalam dari MPEAD.
Selanjutnya MPEAD yang meyampaikan hasil telaah kepada pengurus cabang, pengurus daerah,
dan MPEA.
BAB IV
Page 30
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
PENUTUP
KESIMPULAN
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu ethos. Ethos mempunyai banyak arti yaitu :
tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan,
sikap, cara berpikir. Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang menyelidiki
penilaian normatif tentang apakah perilaku ini benar atau apa yang seharusnya dilakukan.
Etika Bisnis yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis
yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara
ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan
bisnis (Muslich,1998:4) atau batasan-batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari
nilai-nilai moral masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap
aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan pelayanan profesional
dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka kewajiban
masyarakat sebagai keseluruhan terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya
dengan disertai refleksi yang seksama (Anang Usman, SH., MSi.)
Pelanggaran etika bisnis dapat melemahkan daya saing hasil industri dipasar internasional.
Lebih parah lagi bila pengusaha Indonesia menganggap remeh etika bisnis yang berlaku secara
umum dan tidak pengikat itu. Kecenderungan makin banyaknya pelanggaran etika bisnis
membuat keprihatinan banyak pihak. Pengabaian etika bisnis dirasakan akan membawa kerugian
tidak saja buat masyarakat, tetapi juga bagi tatanan ekonomi nasional. Disadari atau tidak, para
pengusaha yang tidak memperhatikan etika bisnis akan menghancurkan nama mereka sendiri dan
negara.
Begitu pula terjadi pada etika profesi, setiap pelanggaran tentunya akan dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan yang berlaku yang ditetapkan oleh organisasi dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Page 31
Tugas Etika II – Etika Umum, Etika Bisnis Dan Etika Profesi
Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5. Penerbit Salemba Empat.
Sungguh As’ad, 2014. Kode Etik Profesi Tentang Kesehatan Kedokteran, Prikologi,
Kebidanan, Keperawatan, apoteker, dan Rumah Sakit. Penerbit Sinar Grafika.
N.Nuryesrnan M, Moral dan Etika Dalam Dunia Bisnis, Bank dan Manajemen, Mei/Juni
1996.
Purba Victor, Hukum Bisnis Dalam Kegiatan Bisnis Para Manajer, Manajemen, 1993.
Dunia Bisnis, Warta Ekonomi, No. 29, Desember 1994.
Page 32
Recommended