View
4
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
ETNOMATEMATIKA PADA CARA BERTAHAN HIDUP
MANUSIA PERAHU DI KAMPUNG VIETNAM,
KELURAHAN SIJANTUNG, KECAMATAN GALANG,
KEPULAUAN RIAU
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
SUSANTI MARSAULINA HOLE
NIM : 161414031
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur atas berkat Tuhan Yang Maha Kuasa, karya ini
kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menuntun dan menyertai hidupku
Bapak Mangara Hole dan Ibu Roslina Hutajulu yang selalu menyemangatiku dan
tiada pernah mengeluh membesarkanku
Alex Saputra Hole, Deliana Hole, dan Moses Abednego Hole sebagai saudara
yang selalu memberikanku dukungan
Teman-teman kelas A Pendidikan Matematika
Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma
Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTTO
Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku
ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku
akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa
kemenangan.
(Yesaya 41:10)
“A person who never make a mistake never tried anything new”
-Albert Einstein
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Susanti Marsaulina Hole. 2020. Etnomatematika pada Cara Bertahan Hidup
Manusia Perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang, Kepulauan Riau. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika,
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui sejarah dan budaya manusia
perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang sampai
saat ini, (2) untuk mengetahui pandangan masyarakat Pulau Galang terhadap cara
bertahan hidup manusia perahu ketika di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang, (3) untuk mengetahui aspek matematis yang terkait
dengan cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang, (4) untuk mengetahui pemanfaatan hasil
etnomatematika dari cara bertahan hidup manusia perahu untuk pembelajaran
matematika di sekolah, Kecamatan Galang.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Narasumber penelitian terdiri atas ahli, warga, masyarakat yang pernah
berbaur dengan manusia perahu, dan penjaga yang bertugas di Kampung Vietnam
dengan objeknya adalah cara bertahan hidup manusia perahu. Adapun metode
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan
dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat aspek sejarah, budaya,
pandangan masyarakat, dan aspek matematis. Ada banyak aspek matematis yang
ditemukan pada cara bertahan manusia perahu di Kampung Vietnam yang sesuai
dengan aktivitas fundamental menurut Bishop di antaranya locating, designing,
measuring, counting, explaining, dan playing. Kemudian penemuan dari aspek
matematis ini dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika di tingkat SMP dan
SMA dalam bentuk materi pembelajaran dan masalah kontekstual.
Kata kunci: Manusia Perahu, Etnomatematika, Aspek Matematis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Susanti Marsaulina Hole. 2020. Ethnomatematics on How to Survive of the
Boat People in Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Galang District, Riau
Islands. Undergraduate Thesis. Mathematics Education Study Program,
Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teacher
Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.
The aims of this research were (1) to find out the history and culture of the
boat people from the beginning in Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Galang District to the present, (2) to find out the views of Galang Island people
on how the boat people survived when they lived in Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Galang District, (3) to find out the mathematical aspects related to the
way of survival of boat people in Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Galang District, (4) to find out the utilization of ethnomatematics result from the
way of survival of the boat people for mathematics learning in schools, Galang
District.
The type of research used in this research was descriptive qualitative.
Research sources consisted of experts, the citizens, the people who once mingled
with boat people, and the guards who served in Kampung Vietnam with the object
of research was how the boat people survived. The data collection methods were
observation, interviews and documentation.
The results showed that there were aspects of history, culture, community
views, and mathematical aspects. There are many aspects of mathematics found in
the way of survival of the boat people in Kampung Vietnam that are in
accordance with Bishop‟s fundamental activities including locating, designing,
measuring, counting, explaining, and playing. These mathematical aspects were
used for mathematics learning in Junior High School dan Senior High School in
the form of learning materials and contextual problems.
Keywords: Boat People, Ethnomatematics, Mathematical Aspects
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul:
ETNOMATEMATIKA PADA CARA BERTAHAN HIDUP MANUSIA
PERAHU DI KAMPUNG VIETNAM, KELURAHAN SIJANTUNG,
KECAMATAN GALANG, KEPULAUAN RIAU dengan baik. Penulisan skripsi
ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Skripsi ini, banyak
pihak yang telah turut terlibat dalam memberikan bantuan, bimbingan, dukungan,
doa, dan motivasi, oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Prof. Dr. St. Suwarsono selaku dosen pembimbing yang telah berkenan
untuk membimbing, mengarahkan, memberi waktu, tenaga, ilmu, dan
masukan yang bermanfaat kepada penulis demi keberhasilan skripsi ini.
5. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik (DPA)
yang telah memberikan bimbingan dan nasehat kepada penulis selama
mejalani dinamika selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat
sebagai bekal untuk menjadi seorang guru kelak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
7. Bapak Herawan, selaku General Manager Hunian Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Kampung
Vietnam.
8. Bapak Said Adnan, Bapak Abu Nawastewe, dan mamak yang telah bersedia
memberikan waktunya untuk menjadi narasumber.
9. Orangtua terkasih, Bapak Mangara Hole dan Ibu Roslina Hutajulu yang selalu
memberi semangat, dukungan dan masukan dalam proses menyelesaikan
skripsi ini.
10. Clarisa Nathania Goto, Sola Gracia Bernadine Mboeik, Brigita Junia Tamara,
dan Desty Sandy Lionokas, Reno Andrean Handoko yang telah menjadi
sahabat penulis selama menjalani kuliah di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut
memberikan bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap agar mendapat kritik dan saran
yang membangun agar dapat bermanfaat bagi penulis untuk penulisan karya
ilmiah selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Yogyakarta, 27 Juli 2020
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
HALAMAN MOTTO .................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
D. Penjelasan Istilah ..................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 6
A. Perang Vietnam .................................................................................... 6
B. Manusia Perahu .................................................................................... 8
C. Kebudayaan .......................................................................................... 9
D. Etnomatematika.................................................................................... 10
E. Aktivitas Fundamental Matematis menurut Bishop ............................. 11
F. Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika .............................. 13
G. Penerapan Soal Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika ........... 15
H. Kerangka Berpikir ................................................................................ 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 19
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 19
B. Narasumber Penelitian ......................................................................... 20
C. Objek Penelitian ................................................................................... 20
D. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 20
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 21
F. Instrumen Penelitian Pendukung.......................................................... 22
G. Kredibilitas Data .................................................................................. 22
H. Teknik Analisis Data ............................................................................ 25
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .......................................................... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 28
A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 28
B. Deskripsi Letak Geografis Kampung Vietnam .................................... 28
C. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 30
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 87
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 88
A. Kesimpulan .......................................................................................... 88
B. Saran ..................................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 93
LAMPIRAN .................................................................................................... 97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2. 1 Luas Wilayah Kelurahan di Pulau Galang ................................... 29
Tabel 4.3. 1. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Geografis ...................... 30
Tabel 4.3. 2. Pertanyaan dan Jawaban N1 Mengenai Sejarah ......................... 30
Tabel 4.3. 3. Pertanyaan dan Jawaban N2 Mengenai Sejarah ......................... 31
Tabel 4.3. 4. Kredibilitas mengenai Sejarah .................................................... 33
Tabel 4.3. 5. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Budaya .......................... 37
Tabel 4.3. 6.Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Budaya ........................... 38
Tabel 4.3. 7. Kredibilitas mengenai Budaya ................................................... 40
Tabel 4.3. 8. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Keterbauran dengan
Manusia Perahu ................................................................................................ 45
Tabel 4.3. 9. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Keterbauran dengan
Manusia Perahu ................................................................................................ 45
Tabel 4.3. 10. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Keterbauran dengan
Manusia Perahu ................................................................................................ 46
Tabel 4.3. 11. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Hal Berkesan .............. 46
Tabel 4.3. 12. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Hal Berkesan .............. 47
Tabel 4.3. 13. Kredibilitas mengenai Pandangan Masyarakat ......................... 47
Tabel 4.3. 14. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Banyaknya Penumpang 50
Tabel 4.3. 15. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Banyaknya Penumpang 51
Tabel 4.3. 16. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengeni Banyaknya Jumlah
Pengungsi ......................................................................................................... 51
Tabel 4.3. 17. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Banyaknya Jumlah
Pengungsi ......................................................................................................... 52
Tabel 4.3. 18. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Banyaknya Jumlah
Pengungsi ......................................................................................................... 52
Tabel 4.3. 19. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Fasilitas yang termuat
dalam Kampung Vietnam ................................................................................ 52
Tabel 4.3. 20. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Banyaknya Kebutuhan
Pengurus ........................................................................................................... 53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel 4.3. 21. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Tempat Tinggal
Sementara ......................................................................................................... 54
Tabel 4.3. 22. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Pusat Tempat
Pengungsian ..................................................................................................... 54
Tabel 4.3. 23. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pusat Tempat
Pengungsian ..................................................................................................... 55
Tabel 4.3. 24. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Lokasi Negara Ketiga . 55
Tabel 4.3. 25. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Lokasi Penempatan
Fasilitas ............................................................................................................ 55
Tabel 4.3. 26. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Luas Kampung Vietnam 56
Tabel 4.3. 27. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Luas Kampung Vietnam 57
Tabel 4.3. 28. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Lamanya Perjalanan ke
Indonesia .......................................................................................................... 57
Tabel 4.3. 29. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Lamanya Perjalanan ke
Indonesia .......................................................................................................... 57
Tabel 4.3. 30. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Kesesuaian Jumlah
Manusia Perahu dengan Luas Wilayah ............................................................ 58
Tabel 4.3. 31. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pola Penyebaran ......... 58
Tabel 4.3. 32. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Susunan Bangunan ..... 59
Tabel 4.3. 33. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Susunan Bangunan ..... 60
Tabel 4.3. 34. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Desain Lokasi Kampung
Vietnam ............................................................................................................ 60
Tabel 4.3. 35. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Kegiatan Permainan
Manusia Perahu ................................................................................................ 61
Tabel 4.3. 36. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Cara Bertahan Hidup .. 62
Tabel 4.3. 37. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Sistem Pertambahan
Penduduk .......................................................................................................... 62
Tabel 4.3. 38. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Cara Manusia Perahu
bisa Sampai di Indonesia .................................................................................. 63
Tabel 4.3. 39. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Makna Pemberian
Logistik ............................................................................................................ 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.3. 40. Rangkuman Aspek Fundamental Matematis menurut Bishop
pada .................................................................................................................. 65
Tabel 4.3. 41. Kebutuhan Keperngurusan dengan Total 12 Orang .................. 74
Tabel 4.3. 42. Contoh Masalah Kontekstual .................................................... 77
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.2. 1. Peta Lokasi Kampung Vietnam............................................... 29
Gambar 4.3. 1. Manusia Perahu Melarikan Diri .............................................. 65
Gambar 4.3. 2. Manusia Perahu saat di Kampung Vietnam ............................ 68
Gambar 4.3. 3. Kegiatan Jual Beli di Pasar Kampung Vietnam ...................... 68
Gambar 4.3. 4. Kegiatan berlibur ke Pantai Melur .......................................... 68
Gambar 4.3. 5. Pemenuhan Kebutuhan Manusia Perahu ................................. 69
Gambar 4.3. 6. Suasana Pemulangan Manusia Perahu .................................... 71
Gambar 4.3. 7. Penyebaran Manusia Perahu di Kampung Vietnam ................ 72
Gambar 4.3. 8. Gambaran Tempat Tinggal Manusia Perahu ........................... 73
Gambar 4.3. 9. Gambaran Tempat Tinggal Manusia Perahu ........................... 73
Gambar 4.3. 10. Manusia Perahu Berangkat untuk Kegiatan Shopping Boat . 74
Gambar 4.3. 11. Tempat Penampungan Air Bersih di Kampung Vietnam ..... 75
Gambar 4.3. 12. Tempat Penampungan Air Bersih di Kampung Vietnam ..... 75
Gambar 4.3. 13. Hasil Ukiran Kayu Manusia Perahu ...................................... 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil Wawancara ........................................................................ 98
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian ................................................................... 103
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dari Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam .......................................... 105
Lampiran 4: Kisi-kisi Pedoman Wawancara .................................................. 106
Lampiran 5: Pedoman Wawancara ................................................................. 107
Lampiran 6: Lembar Validasi Pedoman Wawancara ..................................... 110
Lampiran 7: Transkrip Data N1 ...................................................................... 114
Lampiran 8: Transkrip Data N2 ...................................................................... 123
Lampiran 9: Transkrip Data N3 ...................................................................... 134
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Matematika merupakan suatu ilmu yang sudah dipelajari oleh manusia
sejak zaman dulu hingga saat ini. Tanpa disadari hampir setiap hari manusia
melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan matematika. Seperti
menghitung, memprediksi, membuat pemetaan, sampai pada membuat pola.
Namun menurut Hardiyono (2011) bahwa dalam pembelajaran matematika di
jenjang pendidikan formal peserta didik sering menemukan kesulitan untuk
mengaitkan pelajaran matematika sekolah dengan realitas keseharian dan
kegunaan dalam sehari-harinya karena dalam pembelajaran matematika lebih
menekankan aspek produk dari pada aspek proses dan sikap.
Hal ini tentunya keliru karena matematika sudah memegang peranan
penting dalam kebudayaan setiap hari. Hal ini ditegaskan oleh Hendriana dan
Soemarmo (2014:1) yang menyatakan bahwa “… setiap orang dalam kegiatan
hidupnya akan terlibat dengan matematika, mulai dari bentuk yang sederhana
dan rutin sampai pada bentuknya yang sangat kompleks”.
Koentjaraningrat (1993:9) mengungkapkan bahwa “kebudayaan”
berasal dari kata Sansekerta yaitu buddhayah bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal, sehingga menurutnya kebudayaan dapat diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal, ada juga yang
berpendapat sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya yang
artinya daya dari budi atau kekuatan dari akal. Sedangkan menurut Kroeber
dan Kluckhohn (dalam Clifford Geertz, 1986: 11) definisi kultur dengan pola-
pola tingkah laku dan pola bertingkah laku, secara eksplisit maupun yang
implisit yang diperoleh dan diturunkan melalui simbol-simbol yang
membentuk pencapaian yang khas dari kelompok-kelompok manusia,
termasuk perwujudannya dalam benda-benda materi. Dengan demikian
matematika yang dimiliki oleh setiap manusia dipengaruhi oleh latar
budayanya, karena didasari dari penglihatan dan pengalaman. Budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
mempunyai peranan besar dalam perkembangan pemahaman dan
pembelajaran matematika.
Keterkaitan antara budaya dengan matematika dapat dijembatani
dengan etnomatematika. Dalam bidang pendidikan matematika,
etnomatematika masih merupakan kajian yang baru dan berpotensi sangat baik
untuk dikembangkan menjadi inovasi pembelajaran kontekstual sekaligus
mengenalkan budaya Indonesia kepada peserta didik sehingga bidang
etnomatematika dapat digunakan sebagai pusat proses pembelajaran dan
metode pengajaran, walaupun relatif baru dalam dunia pendidikan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono (2019) mengenai
etnomatematika pada seni pencak silat di Kepulauan Riau dapat digunakan
dalam penyusunan bahan ajar matematika di sekolah. Demikian pula hasil
penelitian yang dilakukan oleh Afriyanty dan Izzati (2019) mengenai
eksplorasi etnomatematika pada corak alat musik kesenian marawis di
Kepulauan Riau sebagai sumber belajar matematika. Kedua hasil penelitian
tersebut dapat memanfaatkan kebudayaan untuk pembelajaran matematika.
Hal ini dapat dilihat dari cara mempertahankan hidup yang berbeda di
setiap provinsi yang ada di Indonesia. Salah satu provinsi di Indonesia yaitu
Kepulauan Riau tepatnya di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, terdapat
sebuah kisah sejarah dan kebudayaan dari cara bertahan hidup dari masyarakat
yang sebelumnya pernah tinggal yaitu manusia perahu. Manusia perahu adalah
orang-orang kewarganegaraan Vietnam yang melarikan diri dari negaranya
karena adanya perang Vietnam pada tahun 1954 sampai 1975. Perang
Vietnam yang terjadi saat itu disebut dengan perang Indocina II yang
merupakan perang antara Vietnam Utara (Republik Demoktratik Vietnam) dan
Vietnam Selatan (Republik Vietnam).
Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa hal tersebut unik, memiliki
banyak pelajaran yang dapat diambil dari berbagai aspek, dan budaya lokal
cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam tersebut belum
pernah dikaitkan dengan pembelajaran matematika di sekolah, Kecamatan
Galang, sehingga peneliti tertarik untuk mengkajinya dalam bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Etnomatematika. Seperti halnya manusia perahu yang mampu bertahan hidup
di tempat perkemahan sementara ketika sedang perang. Kondisi yang sangat
memprihatinkan ternyata mampu membuat manusia perahu mempertahankan
kehidupannya di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang, Kepulauan Riau mulai tahun 1979 sampai 1996, selama 17 tahun
lamanya. Selain itu budaya dari manusia perahu ini juga akan membantu
peserta didik dalam penggunaan matematika di kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti bertujuan ingin mengetahui secara
detail sejarah keberadaan manusia perahu di Pulau Galang dan aspek-aspek
matematis yang terdapat pada kehidupan manusia perahu melalui penelitian
ini. Kemudian peneliti akan mengkaji aspek-aspek matematis tersebut ke
dalam materi pembelajaran tingkat SMP dan SMA yang akan digunakan
dalam pembelajaran matematika dan penelitian lainnya di bidang
etnomatematika.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah dan budaya manusia perahu di Kampung Vietnam,
Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang sampai saat ini?
2. Bagaimana pandangan masyarakat Pulau Galang terhadap cara bertahan
hidup manusia perahu ketika di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Kecamatan Galang?
3. Apa saja aspek matematis yang terkait dengan cara bertahan hidup
manusia perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang?
4. Bagaimana pemanfaatan hasil etnomatematika dari manusia perahu untuk
pembelajaran matematika di sekolah, Kecamatan Galang?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan sejarah dan budaya manusia perahu di Kampung
Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kepulauan Riau sampai saat ini.
2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat Pulau Galang terhadap cara
bertahan hidup manusia perahu ketika di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang
3. Untuk mengetahui aspek matematis yang terkait dengan cara bertahan
hidup manusia perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Kepulauan Riau.
4. Untuk mengetahui pemanfaatan hasil etnomatematika dari manusia perahu
untuk pembelajaran matematika di sekolah, Kecamatan Galang.
D. PENJELASAN ISTILAH
1. Etnomatematika adalah bidang kajian yang menjelaskan hubungan antara
matematika dengan budaya setempat.
2. Manusia perahu adalah orang-orang kewarganegaraan Vietnam yang
melarikan diri dari negaranya karena adanya perang Vietnam pada tahun
1954 sampai 1975.
3. Kampung Vietnam adalah kamp pengungsian warga Vietnam ketika
terjadinya perang antara Vietnam Utara (Republik Demokratik Vietnam)
dengan Vietnam Selatan (Republik Vietnam) yang berlangsung hingga
tahun 1975 yang kemudian mendapat julukan “Perang Indocina Kedua”.
4. Aktivitas fundamental matematis menurut Bishop yaitu Counting
(aktivitas menghitung, mencacah, maupun menaksir suatu hal), measuring
(aktivitas mengukur atau membandingkan dua objek atau lebih), playing
(aktivitas dalam merencanakan suatu strategi dalam memenangkan suatu
permainan), explaining (aktivitas dalam menjelaskan suatu makna dari
suatu simbol atau lambang atau fenomena), locating (aktivitas menentukan
lokasi atau penugasan), dan designing (aktivitas merancang suatu hal dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
berupa bangunan, motif kain, motif dinding, dan sebagainya serta aktivitas
dalam merealisasi rancangan yang telah dibuat).
E. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Penulis, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan penulis mengenai
etnomatematika yang nantinya bisa digunakan untuk mengajar saat di
sekolah.
2. Guru, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan pembelajaran di
sekolah dalam pembelajaran matematika.
3. Peserta didik, hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai contoh
penerapan pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari.
4. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian
lain di bidang etnomatematika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Perang Vietnam
Perang Vietnam dalam bahasa Vietnam sendiri disebut dengan Chi n
tranh Vi t Namế ệ, merupakan salah satu perang terpanjang di dunia yang
terjadi pada tahun 1954-1975 dan tergolong paling berpengaruh di dunia.
Perang ini disebut sebagai Perang Indocina II yang merupakan perang antara
Vietnam Utara (Republik Demokratik Vietnam) dengan Vietnam Selatan
(Republik Vietnam). Pada awalnya Perang Indocina I, musuh utama Vietnam
adalah Prancis kemudian Prancis kalah. Saat itu muncul konflik antara
Vietnam sendiri yang menghasilkan Vietnam Utara dan Vietnam Selatan dan
menimbulkan munculnya peperangan di antara keduanya yang disebut Perang
Vietnam (Sanditya, 2019: 1).
Perang Vietnam merupakan salah satu dari beberapa konflik semasa
Perang Dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan sekutunya menentang
Uni Soviet dan negara lainnya yang berhubungan erat dengan paham
komunisme, sehingga terbagi menjadi dua kubu yang saling berperang dengan
masing-masing sekutunya. Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand,
Australia, Selandia Baru dan Filipina bersekutu dengan Vietnam Selatan,
sedangkan Uni Soviet, Rusia, Korea Utara dan Tiongkok mendukung Vietnam
Utara yang merupakan negara berlatar belakang negara komunis (Sardiman,
1983: 7).
Kedua bagian Vietnam saat berperang tidak dapat berdiri sendiri karena
ketergantungan tank kepada negara-negara pendukungnya. Saat Prancis
hendak mengakui kemerdekaan Vietnam, Laos, dan Kamboja, hal tersebut
malah membuat Vietnam kewalahan, terutama bagian selatan. Sedangkan
Vietnam bagian utara masih mendapatkan sokongan dari sekutunya. Hal ini
membuat Amerika Serikat mulai mengirimkan bantuan ekonomi dan militer
kepada Vietnam Selatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Di bawah pimpinan Hanoi, Komunis Vietnam selatan membentuk
National Liberation Front (NLF) sebagai kekuatan sayap politik anti-
pemerintah di Vietnam Selatan. NLF bersekutu dengan Vietnam Utara untuk
melawan pasukan dari Vietnam Selatan dan Amerika Serikat. Pada bulan
Januari 1961, President John F. Keneddy mengkonfirmasi janji Amerika untuk
mempertahankan kebebasan dunia. Sehingga diturunkanlah pasukan militer ke
lapangan yang bertujuan untuk membantu menyukseskan Program Desa
Strategis dalam rangka meningkatkan kapabilitas para petani di Vietnam
Selatan, dalam menangkal serangan-serangan yang dilancarkan oleh Vietnam
Utara, yang berideologi sosialis komunis.
Pada Juli 1964, kapal patrol Vietnam Utara dituduh menyerang kapal
perusahaan milik Amerika Serikat, Maddox yang berada di teluk Tonkin,
Vietnam. Pihak militer Amerika Serikat melakukan serangan pertama kepada
Vietnam Utara sebagai balas dendam. Aksi tersebut dilakukan dengan
mengebom wilayah Vietnam Utara. Tidak hanya itu, langkah tersebut
dilanjutkan dengan pengesahan Resolusi Teluk Tonkin. Tidak terima dengan
perlakuan Amerika Serikat yang semena-mena, pada Desember 1964 hingga
Februari 1965 Tentara Rakyat Vietnam menyerang pangkalan militer Amerika
Serikat di Pleiku, Vietnam. Sejak saat itu Perang Vietnam resmi dimulai dan
pertempuran terus berlangsung secara intens. Banyak korban jiwa yang jatuh.
Meski kapabilitas militer yang dimiliki Tentara Vietnam Utara dapat
dikatakan tertinggal, namun kelompok tersebut memiliki taktik perang yang
jitu, yaitu dengan bergeliya ke hutan-hutan dan membuat terowongan bawah
tanah, yang membuat pasukan Amerika Serikat kewalahan.
Memasuki tahun 1969, Presiden Amerika Serikat yang baru, Richard
Nixon, memilih untuk mengambil jalur damai, namun Vietnam Utara tidak
bersedia duduk di meja perundingan untuk berdamai. Akhirnya membuat
kesabaran Amerika Serikat habis, sehingga Nixon memerintahkan
pengeboman tanpa kenal batas ke wilayah Vietnam Utara pada tahun 1973.
Tidak disangka bahwa semangat Tentara Utara tetap tidak surut. Kejadian ini
pun mendorong Nixon untuk mengeluarkan kebijakan Vietnamisation, tentara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Amerika Serikat akan ditarik mundur dan digantikan dengan Tentara Republik
Vietnam. Hal ini berdampak bahwa Tentara Utara dan kelompok komunis di
Vietnam Selatan berhasil menguasai Saigon hanya dalam beberapa bulan saja,
yakni pada 30 April 1975. Peristiwa inilah yang kemudian menandakan
kekalahan Amerika Serikat atas Vietnam Utara
Perang ini memicu banyak orang dari Vietnam Selatan melarikan diri
mulai dari yang telah berusia tua, muda sampai anak-anak karena ketakutan
dan akhirnya mengungsi ke negara-negara lain, menggunakan perahu-perahu
kecil sehingga dari fenomena tersebut maka mereka dikenal sebagai manusia
perahu (boat people) (Utama dkk, 2015: 17-21).
B. Manusia Perahu
Manusia perahu (boat people) adalah pengungsi Indocina dari Vietnam
yang pergi keluar dari negaranya sejak tahun 1975, saat kejatuhan Vietnam
Selatan ke Vietnam Utara. Mereka pergi menaiki perahu-perahu kecil dan
mengarungi Lautan Cina. Dalam pelayaran manusia perahu sangat ditentukan
oleh arah mata angin. Jika angin yang bertiup adalah angin timur, maka
manusia perahu akan mendarat di Thailand, jika angin selatan maka akan
mendarat di Hongkong, dan jika angin yang bertiup adalah angin barat maka
akan mendarat di Malaysia, Singapura, dan Indonesia (Budiman, 2012: 1).
Firmansyah (2019) menyebutkan ada banyak kejadian yang membuat
puluhan ribu manusia perahu tewas di perjalanan, yaitu kapal yang digunakan
tidak sesuai dengan laut terbuka, kelaparan, penyakit, dan bajak laut yang
tega membunuh, merampok, dan memperkosa manusia perahu ketika di laut
lepas. Manusia perahu yang mendarat di Pulau Laut, Kecamatan Bunguran,
Kepulauan Natuna pada tanggal 25 Mei 1975 datang dengan kondisi
mengenaskan.
Arman (2020) menyebutkan adanya keprihatinan dan kepedulian dari
masyarakat Indonesia terhadap masalah-masalah kemanusiaan termasuk
manusia perahu yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang. Hal ini
mendorong Indonesia berinisiatif untuk menyelamatkan mereka dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ketidakpastian yang terkatung-katung di tengah laut dan terdampar di
berbagai pulau di Kepulauan Riau. Upaya penyelamatan yang dilakukan pada
manusia perahu tidak hanya sekedar upaya penyelamatan, melainkan juga
berhasil menyalurkan manusia perahu ke negara ketiga untuk menempuh
kehidupan baru.
C. Kebudayaan
Soemardjan dan Soemardi (dalam Ranjabar, 2006: 21) merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau
kebudayaan jasmaniah yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam
sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk keperluan
masyarakat.
Tylor (dalam Haviland, 1985: 332) mengemukakan bahwa kebudayaan
adalah kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, hukum, moral, kebiasaan, kecakapan yang diperoleh oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dipelihara oleh anggota masyarakat
untuk menangani berbagai masalah-masalah yang timbul dan berbagai
persoalan yang mereka hadapi. Artinya seorang anak manusia akan belajar
bagaimana cara mengatasi sebuah masalah dengan memperhatikan tindakan-
tindakan yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya.
Linton (1945) mengungkapkan bahwa:
“A culture is the configuration of learned behavior and results of
behavior whose component elements are shared and transmitted by the
members of particular society”
(kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dari
hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan
diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu).
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Tiap-tiap
kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud
kebudayaan yaitu wujudnya yang berupa sistem budaya, sistem sosial dan
unsur-unsur kebudayaan fisik. Disebutkan bahwa ada tujuh unsur-unsur
kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa, ketujuh unsur
kebudayaan tersebut adalah : 1) Bahasa, 2) Sistem pengetahuan, 3) Sistem
organisasi sosial, 4) Sistem peralatan hidup dan teknologi, 5) Sistem mata
pencarian hidup, 6) Sistem religi, 7) Kesenian (Koentjaraningrat, 2002: 203-
204).
Bagi Geertz (dalam Nurdiarti, 2017: 123-124) kebudayaan memiliki sifat
interpretatif, sebagai sebuah konsep semiotik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan simbol yang tersedia di depan umum dan dikenal serta diberlakukan
oleh masyarakat bersangkutan, dan sebagai sebuah “teks”. Kebudayaan
merupakan sebuah teks maka ia perlu ditafsirkan agar makna yang terkandung
di dalamnya dapat ditemukan. Kebudayaan bagi Geertz adalah jaringan makna
simbol yang perlu diuraikan dalam sebuah deskripsi mendalam (thick
description). Geertz menyatakan bahwa kebudayaan sebagai suatu sistem
makna dan simbol, ditransmisikan secara historis, diwujudkan di dalam
bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-orang
mengkomunikasikan, mengabadikannya, dan mengembangkan pengetahuan
dan sikap-sikapnya ke arah kehidupan.
D. Etnomatematika
Istilah etnomatematika pertama kali dikemukakan oleh Ubiratan
D’Ambrosio seorang matematikawan dan guru matematika Brazil pada tahun
1977. Istilah etnomatematika pertama kali diperkenalkan D’Ambrosio sebagai
metodologi untuk melacak dan menganalisis proses produksi, pemindahan,
penyebaran, dan pelembagaan (matematika) dalam berbagai macam sistem
budaya, yang mana D’Ambrosio membedakan matematika menjadi
matematika akademik yang diajarkan di sekolah, serta etnomatematika yang
digambarkan sebagai matematika yang dipraktikkan di antara kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
budaya yang dapat diidentifikasi, seperti masyarakat, suku, kelompok buruh,
anak-anak dari kelompok tertentu dan kelas profesional (Ulum dkk, 2018: 3).
Menurut Rosa dan Orey (2011) secara bahasa etnomatematika berasal
dari awalan ethno, kata dasar mathema, dan akhiran tics. Ethno diartikan
sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya,
termasuk bahasa, jargon, kode, perilaku, mitos, dan simbol. Sedangan,
mathema memiliki arti menjelaskan, mengetahui, memahami dan melakukan
kegiatan seperti pengodean, mengukur, mengklasifikasikan, dan
menyimpulkan. Serta, akhiran tics berasal dari kata techne yang memiliki
makna sama dengan teknik.
Wahyuni (2013) menyatakan bahwa salah satu yang dapat menjembatani
antara budaya dan pendidikan matematika adalah etnomatematika. Secara
singkat, pengertian dari etnomatematika adalah matematika dalam budaya.
Etnomatematika terdiri atas dua kata, etno (etnis/budaya) dan matematika. Itu
berarti bahwa etnomatematika merupakan matematika dalam budaya.
Sehingga etnomatematika adalah bentuk matematika yang dipengaruhi atau
didasarkan budaya. Melalui penerapan etnomatematika dalam pendidikan
khususnya pendidikan matematika diharapkan nantinya peserta didik dapat
lebih memahami matematika dan budaya mereka, dan para pendidik lebih
mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri dalam diri peserta
didiknya, sehingga nilai budaya yang merupakan bagian karakter bangsa
tertanam sejak dini.
E. Aktivitas fundamental Matematis menurut Bishop
Bishop (1998) mengidentifikasi ada 6 aspek kegiatan yang dicirikan
sebagai kegiatan matematika yang berkembang di kehidupan masyarakat.
Enam kegiatan tersebut adalah:
1. Counting (Perhitungan)
Counting merupakan kegiatan yang berkaitan dengan menghitung,
mencacah, dan bilangan. Kegiatan counting meliputi aktivitas
kuantifikasi/kuantor (masing-masing, beberapa, banyak, tidak ada); nama-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
nama bilangan; perhitungan menggunakan jari dan tubuh; bilangan.
Aktivitas counting berkaitan dengan data diskrit (data bilangan bulat).
2. Locating (Penempatan Lokasi)
Locating merupakan aktivitas yang berkaitan dengan gagasan
geometris. Kegiatan ini memberi kita beberapa gagasan geometri yang ada
di semua budaya. Locating mengacu pada topografis dan kartografis
lingkungan. Bishop menjelaskan lebih lanjut bahwa aktivitas locating
mengacu pada kegiatan memposisikan diri dan benda-benda lain dalam
lingkungan spasial.
3. Measuring (Pengukuran)
Measuring berkaitan dengan comparing (membandingkan), ordering
(mengurutkan atau menyusun), dan quantifying qualities (menguantifikasi
kualitas) yang bernilai dan penting. Bishop menjelaskan lebih lanjut
bahwa aktivitas measuring menaruh perhatian besar terhadap
pembandingan hal-hal berdasarkan kualitas bersama, dan berkembang
melalui pembandingan-pembandingan berpasangan hingga banyak
pembandingan, melalui satuan-satuan yang sesuai untuk menstandarisasi
satuan standar dan sistem satuan. Di dalam measuring terdapat ide tentang
kualitas sebagai kuantitas “kontinu” (sebagai lawan diskrit dalam
counting). Masalah yang berkaitan dengan measuring menjelaskan
masalah “how much”, bukan masalah “how many” yang memicu aktivitas
counting.
4. Designing (Merancang)
Designing mengacu pada konseptualisasi dari objek-objek dan
artefak-artefak yang mengarah kepada ide fundamental dari Shape
(bentuk). Bishop menjelaskan lebih lanjut bahwa designing berkaitan
dengan objek-objek, artefak dan teknologi yang semua budaya membuat
untuk their home life (kehidupan rumah tangga), trade (perdagangan),
adornment (perhiasan), warfare (peperangan), dan spatial environment
(lingkungan spasial) seperti untuk rumah, desa, kebun, ladang, jalan, dan
kota.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
5. Playing (Bermain)
Playing berkaitan dengan prosedur sosial dan aturan-aturan
performance (keterampilan dan juga menstimulus “seolah-olah” karakter
dari perilaku yang dibayangkan dan perilaku pendugaan). Pada sebuah
permainan yang menggunakan aspek-aspek matematis, pemain diharapkan
memiliki strategi, melihat kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
dan mengantisipasi lawan sehingga bisa memenangkan suatu permainan
tersebut.
6. Explaining (Penjelasan)
Explaining mengacu pada berbagai aspek kognitif dari penyelidikan
dan konseptualisasi, lingkungan dan sharing konseptualisasi. Explaining
berfokus pada pertanyaan “mengapa?”. Aktivitas ini dapat digunakan
untuk menjelaskan suatu hal dan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.
6 aspek aktivitas fundamental matematis menurut Bishop akan dijadikan
sebagai acuan untuk menggali aspek fundamental dari aktivitas-aktivitas
manusia perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang. Kemudian aspek fundamental yang telah didapat disajikan sesuai
dengan ke 6 aspek yang terkait.
F. Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika
Menurut D'Ambrosio (2001), tujuan dari etnomatematika adalah untuk
mengakui bahwa ada cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dengan
mempertimbangkan pengetahuan matematika yang dikembangkan oleh
berbagai sektor masyarakat serta dengan mempertimbangkan modus yang
berbeda dimana budaya yang berbeda merundingkan praktik matematika
mereka (cara mengelompokkan, berhitung, mengukur, merancang bangunan
atau alat, bermain dan lainnya). Etnomatematika memunculkan kearifan
budaya sehingga mampu memotivasi peserta didik dalam pembelajaran
matematika. Dalam pembelajaran matematika, terdapat beberapa kemampuan
yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik. Di antara kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
matematika tersebut adalah kemampuan literasi matematika (Fajriyah, 2018:
114-115).
Kemampuan literasi matematika berdasarkan draft assessment
framework PISA2012 (OECD, 2013) didefinisikan sebagai berikut:
Mathematical literacy is an individual‟s capacity to formulate, employ,
and interpret mathematics in a variety of contexts. It includes reasoning
mathematically and using mathematical concepts, procedures, facts, and
tools to describe, explain, and predict phenomena. It assists individuals
to recongnise the role that mathematics plays in the world and to make
the well-founded judgments and decisions needed by constructive,
engaged and reflective citizens.
(Literasi matematika adalah kapasitas individu untuk merumuskan,
menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks. Ini
termasuk penalaran matematis dan menggunakan konsep, prosedur,
fakta, dan alat matematika untuk menggambarkan, menjelaskan, dan
memprediksi fenomena. Ini membantu individu untuk mengenali peran
yang dimainkan matematika di dunia dan untuk membuat penilaian dan
keputusan yang dibutuhkan oleh warga negara yang konstruktif, terlibat,
dan reflektif).
Tampak dari kutipan di atas bahwa literasi matematika erat kaitannya dengan
etnomatematika.
Richardo (2016) melakukan penelitian mengenai peran etnomatematika
dalam penerapan pembelajaran matematika pada Kurikulum 2013. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa hadirnya etnomatematika dalam
pembelajaran matematika memberikan nuansa baru bahwa belajar matematika
tidak hanya terkurung di dalam kelas tetapi dunia luar dengan mengunjungi
atau berinteraksi dengan kebudayaan setempat dapat digunakan sebagai media
pembelajaran matematika. Sementara itu, dilihat dari sisi pendekatan
pembelajaran, maka etnomatematika selaras dengan pendekatan pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
matematika yang cocok jika diterapkan dalam Kurikulum 2013 (Richardo,
2016: 118-125).
Ulya (2016) menyatakan bahwa pembelajaran etnomatematika
membantu peserta didik lebih mudah dalam mempelajari konsep karena
berhubungan langsung dengan praktik budaya lokal. Oleh karena konsep
matematika dapat dipahami lebih mudah, maka peserta didik lebih berminat
dan termotivasi dalam menyelesaikan masalah sehingga kecemasan
matematika menjadi berkurang.
Menurut Arisetyawan, et al. (2014) yang berpendapat bahwa budaya
yang dimasukkan dalam pembelajaran matematika akan menciptakan
pembelajaran menjadi bermakna dan dapat meningkatkan ranah kognitif
peserta didik.
Anita (2014) (dalam Ulya, 2016: 22) menyatakan bahwa kondisi
pembelajaran di kelas yang kurang menyenangkan dapat menyebabkan
kecemasan matematika menjadi lebih parah. Namun melalui pembelajaran
probing-prompting yaitu model pembelajaran yang menuntut peserta didik
berkegiatan aktif selama proses pembelajaran, bernuansa etnomatematika,
peserta didik dapat belajar secara menyenangkan. Di dalam pembelajaran
tersebut peserta didik aktif berdiskusi dengan panduan Lembar Kerja Sisiwa
(LKS), saling bertukar pikiran dengan teman kelompoknya, sehingga suasana
kelas menjadi lebih dinamis. Peserta didik terbiasa berinteraksi dengan peserta
didik lain atau dengan guru sehingga peserta didik tidak lagi menjadi takut dan
cemas ketika belajar matematika (Ulya dkk, 2017: 21-22).
G. Penerapan Soal Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika
Menurut Zulkardi dan Ratu Ilma (2006) soal kontekstual matematika
adalah soal-soal matematika yang menggunakan beragam konteks sehingga
dapat menghadirkan situasi nyata yang pernah dialami oleh peserta didik.
Kejadian nyata yang terkait harus sesuai dengan konsep matematika yang
sedang dipelajari. Adapun kesulitan soal kontekstual bagi peserta didik dibagi
menjadi 3 yaitu, yaitu level I (mudah-reproduksi, definisi, prosedur standar,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
fakta), level II (sedang-kombinasi, integrasi, koneksi), dan level III (sulit-
matematisasi, bernalar, generalisasi, modeling).
Taksonomi Bloom merupakan suatu tingkatan dalam
mengidentifikasikan keterampilan berpikir peserta didik dari jenjang yang
dasar sampai yang tertinggi dengan tujuan agar dapat menyusun soal
kontekstual matematika sesuai dengan konsep revisi taksonomi (Effendi,
Ramlan, tanpa tahun: 72).
Taksonomi Bloom (Arikunto, 2009) membagi tujuan pendidikan ke
dalam 3 domain, yaitu: ranah kognitif (Cognitive Domain), ranah afektif
(Affective Domain), ranah psikomotor (Psychomotor Domain).
Adapun Jenjang dalam taksonomi Bloom revisi sebagai berikut
(Wahyudi, Dudi, 2015):
1. Kategori C1- Mengingat (Remembering)
Mengingat adalah kemampuan mengambil pengetahuan dari memori
jangka panjang. Indikator untuk jenjang ini adalah mengenali
(recognizing), mendaftar (listing), menggambarkan (describing),
mengidentifikasi (identifying), menamakan (naming), meletakan (locating)
dan menemukan (finding).
2. Kategori C2- Memahami (understanding)
Memahami adalah kemampuan untuk mengaitkan informasi baru ke dalam
skema yang ada dalam pemikiran. Indikator untuk jenjang ini adalah
menafsirkan (interpreting), mencontohkan (exemplify), merangkum
(summarizing), menyimpulkan (inferring), menyatakan kembali
(paraphrasing), mengklasifikasi (classifying), membandingkan
(comparing) dan menjelaskan (explaning).
3. Kategori C3- Mengaplikasikan (Applying)
Mengaplikasikan adalah kemampuan memecahkan masalah yang
berhubungan dengan pengetahuan prosedural. Indikator untuk jenjang ini
adalah menjalankan (implementing), melaksanakan (carrying out),
menggunakan (using) dan menyelesaikan (executing).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Kategori C4- Menganalisis (Analyzing)
Menganalisis adalah kemampuan memecahkan suatu permasalahan ke
unsur-unsur penyusunya dengan struktur besarnya. Indikator untuk jenjang
ini adalah membandingkan (comparing).
5. Kategori C5- Mengevaluasi (Evaluating)
Mengevaluasi adalah kemampuan untuk membuat suatu pertimbangan
berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Indikator untuk jenjang ini
adalah memeriksa (checking), membuat dugaan (hypothesizing),
mengkritisi (critiquing), melakukan percobaan (experimenting), menilai
(judging), menguji (testing), mendeteksi (detecting), dan memonitor
(monitoring).
6. Kategori C6- Mengkreasi (Creating)
Mengkreasi adalah kemampuan mereorganisasi unsur ke dalam struktur
yang baru. Indikator untuk jenjang ini adalah mendesain (designing),
menkonstruksi (constructing), merencanakan (planning), menghasilkan
(producing), menemukan (inventing), menciptakan (devising) dan
membuat (making).
High Order Thinking Skills adalah suatu proses berpikir peserta didik
dalam level kognitif yang lebih tinggi yang dikembangkan dari berbagai
konsep dan metode kognitif dan taksonomi pembelajaran seperti metode
problem solving, taksonomi bloom, dan taksonomi pembelajaran, pengajaran,
dan penilaian (Saputra, 2016:91). Seseorang dapat dikatakan mampu
menyelesaikan suatu masalah apabila ia mampu menelaah dan menggunakan
pengetahuannya ke dalam situasi baru untuk menyelesaikan suatu masalah.
Kemampuan ini dikenal sebagai HOTS (High Order Thinking Skills) atau
keterampilan berpikir tingkat tinggi (Dinni, Husna Nur, 2018: 1).
H. Kerangka Berpikir
Kehidupan bermasyarakat di Indonesia dilatar belakangi oleh budaya
yang masih terus dijalankan turun temurun oleh masyarakat. Setiap daerah
memiliki berbagai ciri khas yang berbeda-beda dan sampai saat ini masih terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dijalankan oleh masyarakat setempat. Perbedaan budaya dari berbagai daerah
bukanlah menjadi suatu masalah bagi masyarakat Indonesia, melainkan
menjadi suatu kebanggaan yang berbeda dari negara-negara lain.
Kebudayaan yang dijalankan oleh masyarakat tentunya memiliki
keunikan dan pemaknaan tersendiri dengan nenek moyang mereka. Salah
satunya yang masih terus dilestarikan dan terus dirawat adalah Kampung
Vietnam yang berada di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, Kepulauan
Riau. Kampung Vietnam merupakan kamp pengungsian warga Vietnam ketika
terjadinya perang antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan yang
berlangsung hingga tahun 1975 yang kemudian mendapat julukan “Perang
Indocina Kedua”. Seluruh manusia perahu yang datang, tinggal untuk
sementara waktu di Kampung Vietnam. Aktivitas yang dilakukan oleh
manusia perahu tersebut meninggalkan sejarah dan budaya bagi masyarakat
Indonesia. Aktivitas yang dilakukan oleh manusia perahu juga merupakan
aktivitas matematika yang belum banyak disadari oleh orang-orang.
Aktivitas matematika yang dilakukan saat bertahan hidup selama 17
tahun di Kampung Vietnam dalam kehidupan sehari-hari mereka di antaranya
seperti membuat pola, menghitung, menaksir, mengukur, dan memprediksi.
Semua aktivitas tersebut merupakan aktivitas matematika yang banyak
diantaranya terselubung di dalam aktivitas sehari-hari masyarakat di Kampung
Vietnam tersebut. Aktivitas-aktivitas itulah yang akan disebut dalam
penelitian ini. Karena aktivitas-aktivitas tersebut sudah terjadi di masa lalu,
aktivitas-aktivitas tersebut bisa diketahui dengan melihat sejarah-sejarah,
peninggalan-peninggalan, dari wawancara dengan orang-orang yang
mengetahui situs kehidupan di Kampung Vietnam pada saat itu.
Dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Kampung
Vietnam tersebut, aspek matematikanya bisa digali dengan menggunakan
enam aktivitas fundamental matematis dari Bishop. Aspek matematis yang
digali dari aktivitas-aktivitas para warga Kampung Vietnam tersebut
kemudian akan dikaitkan dengan Kurikulum pembelajaran matematika yang
kini digunakan di sekolah, terutama di tingkat SMP dan SMA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas
fundamental matematis pada aktivitas bertahan hidup manusia perahu.
Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan
subjek sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik
pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi (Sugiyono, 2012: 15).
Menurut Singarimbun (1989) penelitian deskriptif dimaksudkan untuk
pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya
perceraian, pengangguran, keadaan gizi, preferensi terhadap politik tertentu
dan lain-lain (Singarimbun dan Effendi, 1989: 4).
Metode penelitian yang akan digunakan adalah etnografi dimana
menurut Richard Johnson (2005) etnografi adalah bentuk penelitian yang
berfokus pada menggambarkan budaya sekelompok orang. Metode etnografi
menginterpretasikan kelompok sosial, sistem yang berlaku dan peran yang
dijalankan, serta interaksi sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Metode
etnografi biasanya digunakan untuk berfokus pada kegiatan ritual tertentu di
dalam masyarakat, bahasa, kepercayaan, cara-cara hidup dan lain sebagainya.
Dengan alasan tersebutlah peneliti menggunakan penelitian deskriptif
kualitatif untuk melihat sudut pandang masyarakat dan aspek matematis yang
berkaitan dengan cara bertahan hidup manusia perahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
B. Narasumber Penelitian
Narasumber penelitian terdiri atas ahli, masyarakat yang pernah berbaur
dengan manusia perahu dan penjaga yang bertugas di Kampung Vietnam.
Dalam penelitian ini, narasumbernya terdiri atas:
N1, yaitu Bapak Said Adnan berusia 54 tahun yang bekerja di Kampung
Vietnam dari tahun 1987 bagian enginerring listrik. Beliau sempat membaur
dengan pengungsi dan sampai saat ini masih bekerja di Kampung Vietnam
sebagai Koordinator Lapangan Pulau Galang (Museum Ex Kamp Vietnam).
N2, yaitu Bapak Abu Nawastewe berusia 43 tahun dan tinggal di Pulau
Galang sejak kecil. Saat ini Beliau menjabat sebagai Petugas Ditpam
(Direktorat Pengamanan) Badan Pengusahaan Batam.
N3, yaitu Mamak berusia 63 tahun yang bertugas sebagai penjaga Gereja
Katolik yang ada di Kampung Vietnam. Beliau sudah bekerja di Kampung
Vietnam lebih dari 3 tahun. Beliau setiap hari datang ke Kampung Vietnam
dan pulang sekitar pukul 4 atau 5 sore.
C. Objek Penelitian
Menurut Supranto (2000) objek penelitian adalah himpunan elemen
yang dapat berupa orang, organisasi atau barang yang akan diteliti (Supranto,
2000: 21). Objek yang akan diteliti adalah cara bertahan hidup manusia
perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang,
Kepulauan Riau.
D. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Juli 2020.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-April 2020, sedangkan
analisis data dan penarikan kesimpulan dilaksanakan pada bulan April-Juli
2020.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
2. Tempat Penelitian
Penelitan ini dilaksanakan di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang, Kepulauan Riau.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan studi
pustaka, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Studi pustaka dilakukan
untuk dapat mengetahui sejarah Perang Vietnam. Pada pengambilan data studi
pustaka bisa melalui jurnal, buku kebudayaan, serta artikel-artikel yang
memuat tentang Perang Vietnam. Hal ini juga dapat didukung melalui teknik
wawancara.
Teknik wawancara dilakukan untuk mengetahui sejarah awalnya
manusia perahu masuk ke Galang, proses berlangsung hidupnya mereka
selama di tempat pengungsian, sampai proses disalurkannya. Pada teknik
wawancara digunakan sebuah pedoman dalam memberi pertanyaan, dan tidak
menutup kemungkinan ada pertanyaan tambahan untuk mendapatkan data
yang lebih lengkap.
Teknik obsevasi dilakukan untuk mengamati barang-barang peninggalan
manusia perahu yang masih ada di Kampung Vietnam. Selain itu juga peneliti
datang ke lokasi untuk mengamati tempat mereka tinggl selama di Kampung
Vietnam, lokasi-lokasi tempat mereka melakukan proses berlangsungnya
kehidupan selama mengungsi. Kegiatan observasi juga tentunya memiliki
instrumen yang digunakan sebagai panduan dalam kegiatan observasi.
Teknik dokumentasi dilakukan dengan mengambil gambar dari lokasi
Kampung Vietnam, barang-barang peningggalan, wajah-wajah orang
Vietnam, serta bangunan-bangunan yang mereka tempati dulunya. Peneliti
juga bisa mengamati dokumen-dokumen yang masih ada agar dapat
melakukan pengambilan data di Kampung Vietnam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
F. Instrumen Penelitian Pendukung
Pada penelitian ini instrumen pendukung yang digunakan adalah
pedoman wawancara dan observasi sedangkan instrumen utama dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri.
Isi dari pedoman wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan mulai dari
sejarah keberadaan manusia perahu, proses menjalani kehidupan, fungsi
bangunan, lokasi tempat mereka mengungsi, serta aktivitas-aktivitas yang
dilakukan dahulu. Sedangkan isi dari pedoman observasi adalah proses
perjalanan manusia kapal, tempat tinggal yang mereka tempati, fasilitas yang
ada di Kampung Vietnam, barang-barang yang mereka gunakan dan foto-foto
manusia perahu.
G. Kredibilitas Data
Data yang telah dilakukan uji kredibilitas dapat dikatakan valid.
Sehingga hasil data yang telah diperoleh oleh peneliti perlu dilakukan uji
kredibilitas yang sesuai dengan prosedur uji kredibilitas data.
Menurut Moleong (2005) tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu
untuk menilai kebenaran dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas
ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan bahwa transkrip penelitian
memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya sendiri (Hariyanti, 2015).
Menurut Sugiyono (2014 dalam Dea, 2015) macam-macam pengujian
kredibilitas di antaranya adalah perpanjangan pengamatan, meningkatan
kecermatan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus negatif,
menggunakan bahan referensi, dan membercheck.
1. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan untuk
melakukan pengamatan, wawancara kembali dengan narasumber data
yang ditemui atau pun sumber data baru. Perpanjangan pengamatan ini
mengakibatkan hubungan yang terjalin antara peneliti dengan sumber
semakin akrab, terbuka, dan timbul kepercayaan sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan oleh sumber kepada peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Data yang telah diperoleh dicek kembali ke lapangan untuk
mengetahui kebenarannya. Setelah dilakukan pengecekan kembali ke
lapangan dan data yang diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan
berarti kredibel, maka berakhirlah perpanjangan pengamatan.
2. Meningkatan Kecermatan dalam Penelitian
Meningkatkan kecermatan adalah salah satu cara mengecek
kebenaran dari data yang telah dikumpulkan, dibuat maupun disajikan oleh
peneliti. Peneliti dapat mencatat atau pun merekam data yang telah
diperoleh dari sumber dalam meningkatkan kecermatan secara
berkelanjutan.
Meningkatkan kecermatan peneliti juga dapat dilakukan dengan
mencari dan membaca berbagai referensi baik dari buku, hasil penelitian
terdahulu serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian
yang telah diperoleh oleh peneliti agar dapat dibandingkan. Hal tersebut
dapat membuat peneliti lebih cermat dalam membuat hasil penelitian yang
semakin berkualitas
3. Triangulasi
Triangulasi adalah pengecekan informasi yang diperoleh dari
berbagai sumber sehingga hanya data yang benar saja yang digunakan
sebagai data hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2007) ada tiga macam
triangulasi yaitu (Salaka, 2019):
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dapat
dilakukan dengan pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa
sumber. Kemudian peneliti membandingkan data yang diperoleh
sehingga dapat diperoleh suatu kesimpulan tentang konsistensi data
yang diperoleh dari beberapa sumber data tersebut.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan
dengan pengecekan data kepada sumber yang sama namun dengan
teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dari wawancara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Apabila
hasil data dari teknik pengujian kredibiltas data tersebut berbeda, maka
peneliti dapat melanjutkan dengan diskusi untuk memastikan
kebenaran data.
c. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu untuk menguji kredibilitas data dapat dilakukan
dengan membandingkan hasil pengambilan data yang dilakukan di lain
waktu karena waktu juga mempengaruhi kredibilitas data. Misalnya
data yang telah diperoleh dengan teknik wawancara pada suatu saat
diverifikasi dengan data yang diperoleh pada wawancara dengan
sumber yang sama tetapi pada waktu yang berbeda. Maka dapat dilihat
hasil ujinya, apabila terdapat perbedaan data, maka peneliti dapat
melakukannya kembali sampai menemukan data yang benar.
4. Analisis Kasus Negatif
Analisis kasus negatif dapat dilakukan oleh peneliti dengan mencari
data yang berbeda dengan data yang telah ditemukan. Perbedaan data
tersebut perlu dicek kebenarannya bila data yang berbeda tersebut telah
dijelaskan asal muasalnya, berarti data yang ditemukan sudah kredibel
atau dapat dipercaya.
5. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi sebagai pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Data yang
dilengkapi dengan foto atau dokumen autentik dapat dijadikan sebagai
dasar agar dapat lebih dipercaya atau kredibel.
6. Member check
Member check dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kesesuaian data yang telah diperoleh oleh peneliti dengan narasumber
yang memberikan data. Sehingga informasi yang diperoleh dan digunakan
dapat sesuai dengan sumber data atau informan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
H. Teknik Analisis Data
Data penelitian dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi
selanjutnya dianalisis, sebagaimana menurut Sugiyono (2016) bahwa analisis
data kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis
yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara
berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis
tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila
berdasarkan data yang dapat dikumpulkan secara berulang-ulang dengan
teknik triangulasi, ternyata hipotesis diterima maka hipotesis tersebut
berkembang menjadi teori (Sugiyono, 2016: 335).
Adapun langkah-langkah analisis data menurut Model Miles dan
Huberman yang dikutip oleh Sugiyono yaitu sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
sehingga peneliti hanya memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari
tema dan polanya, dan membuang hal-hal yang tidak perlu sampai
memperoleh data yang sederhana dan merupakan data yang tercakup
dalam scope penelitian. Data yang dipilih adalah data terkait
etnomatematika pada cara bertahan hidup manusia perahu.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan lalu
mengambil keputusan untuk menindaklanjuti perlu tidaknya dilakukan
analisis atau tindakan lainnya. Pada penelitian ini, peneliti berupaya untuk
menyajikan data bersifat deskriptif dari hasil reduksi data kualitatif.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan yang dikemukan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Penarikan kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan
membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengan
makna yang terkandung dengan konsep dasar dalam penelitian tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti dapat menarik kesimpulan dari hasil
penyajian data yang sudah sesuai dengan rumusan masalah (Sugiyono,
2016: 337).
I. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data yang akan dilakukan secara kualitatif dengan
prosedur yang dilakukan peneliti yang pertama adalah membuat pedoman dan
instrumen wawancara. Pedoman dan instrumen wawancara berisi tentang
pertanyaan-pertanyaan mulai dari sejarah keberadaan manusia perahu, proses
menjalani kehidupan, fungsi bangunan, lokasi tempat mereka mengungsi,
serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan dahulu. Kemudian melakukan validasi
pedoman dan instrumen wawancara kepada dosen ahli dengan tujuan
pedoman dan instrumen yang telah dibuat mampu menggali informasi
mengenai aspek sejarah dan filosofi, aspek matematis pada cara bertahan
hidup manusia perahu di Kampung Vietnam.
Selanjutnya tahap pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu
melakukan wawancara dengan narasumber penelitian. Kegiatan wawancara
dilakukan kepada ahli, masyarakat yang pernah berbaur dengan manusia
perahu dan penjaga yang bertugas di Kampung Vietnam. Peneliti
menggunakan pedoman dan instrumen wawancara yang sudah divalidasi,
guna menggali informasi tentang cara bertahan hidup manusia perahu.
Peneliti juga mengambil dokumentasi tempat tinggal yang mereka tempati,
fasilitas yang ada di Kampung Vietnam, barang-barang yang mereka gunakan
dan foto-foto manusia perahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Setelah peneliti mendapatkan data dari wawancara dan dokumentasi,
tahap selanjutnya peneliti dapat melakukan analisis data dengan
mendeskripsikan hasil wawancara yang mana hasil wawancara yang telah
dilakukan kemudian dideskripsikan dan dirangkum dalam poin-poin yang
dibutuhkan untuk memenuhi data peneliti. Kemudian data deskripsi yang
sudah diperoleh kemudian divalidasi kepada narasumber penelitian agar data
sah dan valid untuk dianalisis lebih lanjut dan mencari aspek-aspek matematis
yang dapat dijadikan suatu kesimpulan dari kegiatan penelitian yang sudah
dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian diawali dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan oleh
peneliti untuk membantu proses penelitian. Adapun hal tersebut di antaranya
adalah peneliti mempersiapkan instrumen bantu yaitu pedoman wawancara
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data penelitian.
Pertanyaan pada pedoman wawancara menyangkut aspek historis, aspek
geografis, aspek filosofis, dan aspek matematis Bishop yang terdapat pada
cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang, Kepulauan Riau. Peneliti menyiapkan pedoman
wawancara, lalu diserahkan kepada dosen pembimbing untuk dilakukan
pemeriksaan. Setelah peneliti diberikan masukan untuk perbaikan pedoman
wawancara, peneliti melakukan perbaikan terhadap pedoman wawancara
tersebut. Selanjutnya peneliti mempersiapkan alat-alat yang dapat membantu
peneliti dalam pengambilan data. Adapun alat bantunya berupa kamera untuk
membantu mendokumentasikan dan voice recorder untuk merekam saat
wawancara. Setelah itu peneliti dapat terjun di lapangan untuk mengambil data
yang dibutuhkan. Penelitian dilakukan di lapangan mulai dari bulan Maret
2020 – April 2020.
B. Deskripsi Letak Geografis Kampung Vietnam
Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 137 tahun 2017
tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, Kecamatan
Galang dengan kode 21.71.08 terbagi menjadi 8 kelurahan yaitu: Sijantung,
Karas, Galang Baru, Sembulang, Rempang Cafe, Subang Mas, Pulau Abang,
dan Air Mas (KEMENDAGRI, 2019). Kecamatan Galang memiliki luas
wilayah menurut hasil Badan Pusat Statistika Kota Batam tahun 2019
seluruhnya adalah 350,76 Km2. Adapun luas dari masing-masing kelurahan
disajikan dalam tabel berikut (Suwarno, 2019: 5):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Tabel 4.2. 1. Luas Wilayah Kelurahan di Pulau Galang
No. Nama Kelurahan Luas Wilayah (Km2)
1. Pulau Abang 28,61
2. Karas 50,45
3. Sijantung 39,62
4. Sembulang 65,83
5. Rempang Cate 91,52
6. Subang Mas 20,25
7. Galang Baru 50,29
8. Air Raja 4,19
Total 350,76
Kecamatan Galang merupakan salah satu dari 12 kecamatan yang ada di
Kota Batam. Kecamatan Galang terletak antara 0o25’29’’LU – 01
o08’00’’LU
dan 104o00’35’’BT 104
o24’04’’BT. Kecamatan Galang berbatasan dengan
Kecamatan Bintan Utara (Kabupaten Bintan) pada bagian utara, Kecamatan
Senayang (Kabupaten Lingga) pada bagian selatan, Kecamatan Bulang pada
bagian barat, dan Kecamatan Tanjung Pinang Kota (Kota Tanjung Pinang)
pada sebelah timur.
Letak Kampung Vietnam berada di Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang, Kepulauan Riau. Luas Kampung Vietnam adalah sekitar 80
dapat dilihat dalam peta sebagai berikut:
Gambar 4.2. 1. Peta Lokasi Kampung Vietnam
(sumber: Google Maps, 2020)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
C. Analisis dan Pembahasan
Analisis pada penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data,
kondensasi data, dan penarikan kesimpulan.
1. Analisis Aspek Sejarah dan Budaya Manusia Perahu di Kampung
Vietnam
a. Data hasil wawancara tentang sejarah manusia perahu di
Kampung Vietnam:
Tabel 4.3. 1. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Geografis
P Dimana letak Kampung Vietnam dan letak geografisnya?
N1 Daerah kamp ini memasuki Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang,
Kodya Batam.
P Bagaimana letak Geografis Kampung Vietnam?
N1 Sebelumnya daerah ini masuk Tanjung Pinang sepertinya pemekarannya
mulai tahun 1995 saat pembangunan Jembatan Barelang yaitu: Batam,
Rempang, Galang jadi ada 6 jembatan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh informasi bahwa
letak Kampung Vietnam yang merupakan tempat pengungsian orang
Vietnam, berada di Pulau Galang yang masuk dalam daerah Tanjung
Pinang sebelum dibangunnya Jembatan Barelang.
Tabel 4.3. 2. Pertanyaan dan Jawaban N1 Mengenai Sejarah
P Apa yang Bapak ketahui tentang kondisi fisik dari Kelurahan Galang
sebelum adanya Kampung Vietnam?
N1 Dulu sebelum dibangun Kampung Vietnam, di sini ada PT Mantrust
seluas 80 dibuka mulai tahun 1960, yang bergerak di bidang industri
penanaman pohon nenas. Hasil produksinya dikirim ke Singapura sekitar
tahun 1966-1967. Dahulunya daerah ini masih Desa Sijantung dan
masyarakatnya semua adalah pendatang, masyarakat aslinya yaitu
masyarakat Melayu berada di sebrang, dengan mata pencarian sebagai
nelayan atau tukang kayu pembuatan kapal-kapal. Karena waktu itu
cerita dari masyarakat bahwa pimpinan dari PT Mantrust kebunan nenas,
terlibat kasus G30S maka PT Mantrust langsung ditutup pada tahun
1970.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh informasi bahwa
kondisi fisik dari Pulau Galang adalah dulunya ada sebuah PT Mantrust
seluas 80 yang mengelola bagian industri penanaman pohon nenas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Hingga pada tahun 1970 PT Mantrust ditutup dan tidak dapat digunakan
lagi.
Tabel 4.3. 3. Pertanyaan dan Jawaban N2 Mengenai Sejarah
P Apa yang Bapak ketahui tentang kondisi fisik dari Kelurahan Galang
sebelum adanya Kampung Vietnam?
N2 Saya kurang tahu kondisi sebelumnya, karena saya datang ke Pulau
Galang pada tahun 1980, waktu itu Kampung Vietnam sudah ada. Kalau
dari cerita yang pernah saya dengar bahwa kondisi Pulau Galang dulunya
masih sepi, penduduknya belum terlalu banyak dan banyak rumput-
rumput dan ada sebuat PT Mantrust yang mengelola perkebunan nenas.
Selang beberapa tahun setelah tutup, bangunan PT Mantrust tersebut
ditumbuhi oleh rumput-rumput dan semak-semak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh informasi bahwa
kondisi fisik dari Kelurahan Galang sebelum adanya Kampung Vietnam,
ada sebuah PT Mantrust yang mengelola perkebunan nenas lalu tutup.
Sampai pada tahun 1979 dibangunlah Kampung Vietnam dilokasi yang
sama dimana PT itu berada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1 mengenai sejarah (lihat
tabel 1.a. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa sejarah manusia perahu
berawal dari perang yang terjadi di Vietnam pada tahun 1970, banyak
warga Vietnam yang melarikan diri menggunakan perahu sehingga mereka
dikenal dengan manusia perahu. Mereka berlayar sampai ke Indonesia
untuk pertama kalinya pada tanggal 22 Mei 1975 di Pulau Natuna dengan
jumlah 75 orang, menggunakan 1 kapal. Mereka bisa memasuki Indonesia
karena terdapat Sumur Udang, pengeboran minyak lepas pantai milik
Continental Oil Company (Conoco) yang memancarkan api yang tinggi.
Kapal-kapal yang berhasil mendarat di Natuna bertambah semakin
banyak. Hal ini membuat masyarakat yang tinggal di Natuna resah dan
melaporkannya ke Jakarta, sehingga terjalinlah kerja sama antara
pemerintahan Indonesia dengan UNHCR (United Nations High
Commissioner for Refugees) dan PBB untuk menampung pengungsi
Vietnam demi rasa kemanusiaan. Sampai diputuskanlah pada 14 Juni 1978
bahwa Pulau Galang yang menjadi tempat pengungsian sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
manusia perahu dan seluruh biaya kehidupan ditanggung oleh PBB.
Manusia perahu tinggal di Kampung Vietnam mulai dari tahun 1979
hingga 1996, lalu disalurkan ke negara ketiga. Jadi tidak ada dari mereka
yang menjadi warga negara Indonesia karena sesuai perjanjian di awal,
bahwa Indonesia hanya menampung para pengungsi untuk sementara.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2 mengenai sejarah (lihat
tabel 1.b. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa sejarah manusia perahu
berawal dari adanya perang saudara antara sesama warga Vietnam yang
pecah menjadi dua kubu yaitu Vietnam Utara dan Vietnam Selatan.
Banyak orang-orang Vietnam Selatan kabur meninggalkan negaranya
menggunakan perahu untuk menyebrangi lautan hinggal hampir sebulan
bahkan dua bulan lamanya.
Banyak dari mereka yang sudah menemukan tempat persinggahan
namun diusir, sehingga harus melanjutkan pelayaran hingga tiba di
Indonesia tepatnya di Natuna untuk pertama kalinya. Saat di Indonesia
mereka diterima baik, namun jumlah pengungsi yang datang terus
bertambah banyak hingga membuat masyarakat resah. Hal tersebut
kemudian dilaporkan dan akhirnya pihak dari UNHCR dan PBB turun
tangan dan meminta Indonesia untuk mau menampung para pengungsi
Vietnam sementara.
Diputuskan lah sebuah pulau di Kepulauan Riau, yaitu Pulau Galang
sebagai tempat pengungsian sementara dengan luas wilayah 80 dan
diberi nama Kampung Vietnam. Mereka tidak boleh tinggal dan menetap
di Indonesia sehingga tidak ada para pengungsi yang menjadi warga
negara Indonesia. Jika pun mereka ingin menjadi warga negara Indonesia,
maka harus mengurus secara pribadi ke Kedutaan Besar.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3 mengenai sejarah (lihat
tabel 1.c. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa sejarah manusia perahu
berawal dari pada tahun 1975 terjadi perang Vietnam, antara Vietnam
komunis dan Nasionalis. Mereka yang menganut Nasionalis melarikan diri
dari negaranya untuk menghindari perang. Kala peperangan berlangsung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
sudah banyak orang Vietnam yang meninggalkan negaranya sendiri
dengan menggunakan perahu, baik mulai dari bayi, anak kecil, sampai
orang dewasa maka disebutlah mereka dengan manusia perahu.
Tahun 1975 mereka terdampar di Tanjung Pinang, Pulau Matah,
Natuna, Anambas. Kemudian semakin lama jumlahnya terus bertambah
hingga akhirnya diputuskan untuk dipindahkan ke Pulau Galang. Mereka
tinggal di Pulau Galang atau yang diisebut juga dengan Kampung Vietnam
hanyalah bersifat sementara.
Tabel 4.3. 4. Kredibilitas mengenai Sejarah
No Materi
Wawancara Jawaban
1. Kondisi fisik
Kelurahan
Galang
sebelum
adanya
Kampung
Vietnam
N1
Ada sebuah PT Mantrust seluas 80 yang mengelola
bagian industri penanaman pohon nenas di Pulau
Galang, hingga pada tahun 1970 PT Mantrust ditutup
dan tidak digunakan lagi.
N2 Kelurahan Galang sebelum dibangunnya Kampung
Vietnam, ada sebuah PT Mantrust yang mengelola
perkebunan nenas. Kemudian dibangunlah Kampung
Vietnam di lokasi yang sama dimana PT itu berada.
N3 N3 tidak tahu keadaan Pulau Galang sebelum adanya
Kampung Vietnam karena dulu tidak tinggal di Pulau
Galang sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 4. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai kondisi fisik Kelurahan Galang sebelum
adanya Kampung Vietnam.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kondisi fisik dari Kelurahan Sijantung di Pulau Galang, sebelum
dibangunnya Kampung Vietnam adalah lahan yang ditumbuhi dengan
tanaman-tanaman liar dan semak-semak setelah tutupnya PT Mantrust.
Sampai pada akhirnya diputuskan Pulau Galang menjadi tempat
pengungsian orang Vietnam pada tahun 1978.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Sejarah awal
keberadaan
manusia
perahu
N1 Perang Vietnam terjadi mulai tahun 1970, lalu pada
tahun 1975 saat kota Saigon jatuh ke Vietnam Utara.
Hal ini menyebabkan banyak warga Vietnam yang
melarikan diri menggunakan perahu sehingga mereka
dikenal dengan manusia perahu. Mereka tiba di
Indonesia untuk pertama kalinya pada 22 Mei 1975 di
Pulau Natuna dengan jumlah 75 orang, 1 kapal. Mereka
bisa memasuki Indonesia karena terdapat Sumur
Udang, pengeboran minyak lepas pantai milik
Continental Oil Company (Conoco) yang
memancarkan api yang tinggi. Hingga pada tahun
1978, jumlah pengungsi di Indonesia mencapai 25.000
jiwa dan sangat meresahkan masyarakat Natuna,
sehingga pemerintah melaporkan kasus ini ke Jakarta.
Tak lama setelah melapor, Pak Soeharto yang waktu itu
menjabat sebagai Presiden RI melaporkannya pada
PBB. Demi rasa kemanusiaan diputuskan pada 14 Juni
1978 bahwa Pulau Galang menjadi tempat pengungsian
manusia perahu sementara dan seluruh biaya
ditanggung oleh PBB. Kemudian pada 1 Januari 1979
Kampung Vietnam diresmikan oleh Bapak Soeharto.
Manusia perahu tinggal di Kampung Vietnam mulai
dari tahun 1979 -1996, lalu disalurkan ke negara ketiga.
Jadi tidak ada dari mereka yang menjadi warga negara
Indonesia karena sesuai perjanjian di awal, bahwa
pengungsian hanya untuk sementara.
N2 Sejarah manusia perahu berawal dari adanya perang
saudara antara sesama warga Vietnam yang pecah
menjadi dua kubu yaitu Vietnam Utara dan Selatan.
Banyak orang-orang Vietnam Selatan kabur
menggunakan perahu untuk menyebrangi lautan hingga
hampir sebulan bahkan dua bulan. Mereka diusir dan
harus tetap melanjutkan pelayarannya. Ketika manusia
perahu tiba di Indonesia, Natuna tempat pertama di
Indonesia yang disinggahi. Saat di Indonesia mereka
diterima baik, namun jumlah pengugsi yang datang
terus bertambah banyak hingga membuat masyarakat
resah. Hal tersebut kemudian dilaporkan oleh bupati
Natuna ke Jakarta Pusat. Akhirnya pihak dari UNHCR
dan PBB turun tangan dan meminta Indonesia untuk
mau menampung sementara para pengungsi Vietnam.
Diputuskan lah Pulau Galang sebagai tempat
pengungsian sementara dengan lahan yang luasnya 80
dan diberi nama Kampung Vietnam. Pengungsi
Vietnam tinggal mulai dari tahun 1979 sampai 1996
karena hanya bersifat sementara. Mereka tidak boleh
tinggal dan menetap di Indonesia. Jika pun mereka
ingin menjadi warga negara Indonesia, maka harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mengurus keperluannya secara pribadi ke Kedutaan
Besar.
N3 Pada tahun 1975 terjadi perang Vietnam, antara
Vietnam komunis dan Nasionalis. Mereka yang
menganut Nasionalis melarikan diri dari negaranya
untuk menghindari perang. Mereka kabur
menggunakan perahu, baik mulai dari bayi, anak kecil,
sampai orang dewasa makanya mereka disebut dengan
manusia perahu. Tahun 1975 mereka terdampar di
Tanjung Pinang, Pulau Matah, Natuna, Anambas.
Kemudian semakin lama jumlahnya terus bertambah
hingga akhirnya diputuskan untuk dipindahkan ke
Pulau Galang. Manusia perahu tinggal di Kampung
Vietnam hanyalah bersifat sementara. Maka pada tahun
1995 sebenarnya mereka semua harusnya sudah
dikembalikan ke negara ketika, namun adanya aksi
protes yang dilakukan karena kekawatiran mereka saat
berada di negara ketiga sehingga PBB memperpanjang
masa pengungsian setahun lagi. Sehingga pada tahun
1996 seluruh pengungsi tidak boleh lagi tinggal di
Kampung Vietnam dan tidak boleh menjadi warga
negara Indonesia.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 4. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai sejarah awal keberadaan manusia
perahu.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pada tahun 1970, yaitu terjadinya perang antara Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan. Lalu pada tahun 1975 saat kota Saigon jatuh ke
Vietnam Utara, banyak warga Vietnam Selatan yang melarikan diri dari
negaranya menggunakan perahu demi menyelamatkan nyawanya,
makanya disebut dengan manusia perahu. Warga Vietnam yang
melarikan diri terdiri dari bayi, anak kecil, hingga orang dewasa.
Mereka berlayar selama hampir sebulan bahkan dua bulan, dan sampai
ke Indonesia untuk pertama kalinya pada tanggal 22 Mei 1975 di Pulau
Natuna dengan jumlah 75 orang, menggunakan 1 kapal. Mereka bisa
memasuki Indonesia karena terdapat Sumur Udang, pengeboran minyak
lepas pantai milik Continental Oil Company (Conoco) yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
memancarkan api yang tinggi. Jumlah pengungsi yang datang semakin
bertambah, yakni pada tahun 1978 jumlah pengungsi di Indonesia
mencapai 25.000 jiwa.
Bupati Natuna tentunya tidak tinggal diam, sehingga melaporkan hal
tersebut ke pemerintahan pusat dan mendapat respon dari Bapak
Soeharto, sehingga UNHCR yang bertanggung jawab pada kasus
pengungsian yang masih merupakan bagian dari PBB. Hingga akhirnya
terjalin kerja sama dan persetujuan pada tanggal 14 Juni 1978, bahwa
Indonesia bersedia menampung sementara para pengungsi Vietnam di
Pulau Galang atau yang dinamakan Kampung Vietnam. Kampung
Vietnam diberikan fasilitas yang memadai. Para pengungsi hanya
tinggal di Kampung Vietnam mulai dari diresmikannya pada tanggal 1
Januari 1979 sampai 1996. Semua pengungsi Vietnam disalurkan ke
negara ketiga dan tidak ada yang menjadi warga negara Indonesia.
Kesimpulan menyeluruh dari tabel 4.3. 4. tentang sejarah cara
bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam sebagai berikut:
a. Kondisi fisik dari Kelurahan Galang, sebelum dibangunnya Kampung
Vietnam adalah lahan yang ditumbuhi dengan tanaman-tanaman liar
dan semak-semak setelah tutupnya PT Mantrust. Sampai pada
akhirnya diputuskan Pulau Galang menjadi tempat pengungsian orang
Vietnam pada tahun 1978.
b. Pada tahun 1970, yaitu terjadinya perang antara Vietnam Utara dan
Vietnam Selatan. Lalu pada tahun 1975 saat kota Saigon jatuh ke
Vietnam Utara, banyak warga Vietnam Selatan yang kabur
menggunakan perahu makanya disebut dengan manusia perahu. Warga
Vietnam yang melarikan diri terdiri dari bayi, anak kecil, hingga orang
dewasa.
c. Pada tanggal 22 Mei 1975 untuk pertama kalinya manusia perahu tiba
di Pulau Natuna menggunakan 1 kapal berisi 75 orang. Mereka bisa
memasuki Indonesia karena terdapat Sumur Udang, pengeboran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
minyak lepas pantai milik Continental Oil Company (Conoco) yang
memancarkan api yang tinggi.
d. Tahun 1978 jumlah pengungsi di Indonesia mencapai 25.000 jiwa.
Sehingga adanya tindakan dari Bupati, pemerintahan pusat dan
UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) yang
bertanggung jawab pada kasus pengungsian yang masih merupakan
bagian dari PBB. Hingga akhirnya terjalin kerja sama dan persetujuan
pada tanggal 14 Juni 1978, bahwa Indonesia bersedia menampung para
pengungsi Vietnam untuk sementara di Pulau Galang atau yang
dinamakan Kampung Vietnam.
e. Para pengungsi hanya tinggal di Kampung Vietnam mulai dari
diresmikannya pada tanggal 1 Januari 1979 sampai 1996. Semua
pengungsi Vietnam disalurkan ke negara ketiga dan tidak ada yang
menjadi warga negara Indonesia.
b. Data hasil wawancara tentang budaya cara hidup manusia perahu
di Kampung Vietnam:
Tabel 4.3. 5. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Budaya
P Budaya apa saja yang terdapat pada cara bertahan hidup dari manusia
perahu?
N1 Mereka membawa budayanya sendiri ke Kampung Vietnam seperti
perayaan-perayaan hari besar yaitu: Natal, Imlek, dan lain sebagainya.
Mereka melakukan segala aktivitas hanya di luas daerah 80 ini saja
dan melakukan semua kebudayaan yang mereka bawa dari negara
asalnya, hanya saja mereka dilarang untuk mengibarkan bendera
negaranya di Kampung Vietnam. Mereka juga melakukan kegiatan sesuai
dengan bidangnya masing-masing seperti memahat, menjahit, melukis,
belajar dan berjualan. Saat berada di Kampung Vietnam, para pengungsi
menggunakan 2 bahasa yaitu: bahasa Inggris dan bahasa Prancis, begitu
pula dengan mata uang yang mereka gunakan yaitu Rupiah dan Dollar.
Mereka juga mempunyai hari-hari tertentu seperti pergi ke pantai Melur
pada hari Minggu, pembagian makanan dilakukan setiap 5 hari sekali,
dan pada hari yang kesepuluh akan ditambahkan minyak tanah pada
bahan makanan yang dibagikan oleh kepala logistik konsumsi, masih
banyak yang menggunakan nama Nguyen, ada shopping boat setiap hari
Sabtu, dan yang tidak mengikuti shopping boat dapat mengikuti kegiatan
sanitasi, serta adanya sistem zona dalam lokasi tempat tinggalnya.
P Bagaimana pelaksanaan kebudayaan tersebut?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
N1 Pelaksanaan kebudayaan yang mereka lakukan hanyalah dengan orang-
orang Vietnam saja, mereka melaksanakan segala aktivitas dan budaya
yang biasa mereka lakukan baik dari negara asal mereka yang dibawa ke
Kampung Vietnam maupun budaya baru yang terbentuk saat bertahan
hidup di Kampung Vietnam. Saat pelaksanaan kebudayaan tersebut
mereka melaksanakannya dengan rasa hormat, menaati aturan, dan saling
menghargai.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh informasi bahwa
kebudayaan pada cara bertahan hidup manusia perahu cukup beragam
yaitu mulai dari melaksanakan hari-hari besar yang biasanya dilakukan
mereka saat di Vietnam, dilarang mengibarkan bendera kenegaraannya,
adanya kegiatan-kegiatan seperti memahat, menjahit, melukis, belajar,
berjualan, mereka juga menggunakan 2 bahasa yaitu: Vietnam dan Prancis,
menggunakan 2 mata uang yaitu: Rupiah dan Dollar, lalu ada hari-hari
khusus yaitu setiap 5 hari sekali dilakukan pembagian bahan pokok, pada
hari yang kesepuluh bahan pokok ditambah minyak tanah, shopping boat,
sanitasi, berlibur ke Pantai Melur pada hari Minggu, lalu masih banyak
yang menggunakan nama Nguyen, dan adanya sistem zona pada lokasi
tempat tinggal.
Tabel 4.3. 6. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Budaya
P Budaya apa saja yang terdapat pada cara bertahan hidup dari manusia
perahu?
N2 Mereka melakukan kegiatan yang dibawa dari kebiasaannya di negara
sebelumnya Vietnam, ya ada yang jualan, ada bioskop, tempat olahraga
atau gym, setiap hari Sabtu biasanya mereka ada pergi belanja di Tanjung
Pinang tapi digilir bukan semuanya pergi, pada hari Sabtu juga selalu ada
senitasi yaitu hari bersih-bersih yang dilakukan oleh para pengungsi, lalu
ada hari khusus untuk pembagian kebutuhan pokok biasanya 5 hari 1 kali
kalau tidak salah, lalu setiap hari Minggu mereka diperbolehkan untuk
pergi ke Pantai Melur, hanya ke Pantai Melur saja. Mereka juga ada
kegiatan belajar mengajar, paling banyak belajar bahasa seperti bahasa
Prancis, Inggris, Vietnam, Canada, karena di Kampung Vietnam mereka
menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Vietnam dan Prancis.
Penggunaan mata uangnya itu Dollar dan Rupiah, di Kampung Vietnam
tersedia money changer yang digunakan sebagai tempat menukarkan
uang. Mereka juga melakukan aktivitas bertani, menjahit, melukis, dan
memahat.
P Bagaimana pelaksanaan kebudayaan tersebut?
N2 Pelaksanaan kebudayaannya berjalan dengan baik, karena area Kampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Vietnam hanya sekitar 80 dan yang menjalani kebudayaan tersebut
hanyalah para pengungsi. Budaya yang tercipta di Kampung Vietnam
terus dilakukan dan mereka nurut dengan aturan-aturan yang berlaku.
Selama tinggal di Kampung Vietnam pun mereka saling menghormati
satu sama lain, mau terlibat dengan kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di
Kampung Vietnam.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh informasi bahwa
kebudayaan yang ada di Kampung Vietnam ada beberapa yang dibawa
dari negara asalnya Vietnam, namun ada juga kebudayaan yang baru
terbentuk saat di Kampung Vietnam. Beberapa budayanya yaitu setiap hari
Sabtu ada kegiata belanja ke Tanjung Pinang dan senitasi, hari Minggu ada
hari libur ke Pantai Melur, pembagian makanan dilakukan 5 hari sekali,
penggunaan 2 mata uang yaitu Rupiah dan Dollar, penggunaan 2 bahasa
yaitu bahasa Vietnam dan Prancis, adanya kegiatan bertani, menjahit,
melukis dan memahat. Mereka melakukan kebudayaannya dengan antusias
dan saling menghormati satu sama lain.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1 mengenai pemaknaan
budaya (lihat tabel 1.d. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa
pemaknaan dari kebudayaan manusia perahu selama berada di Kampung
Vietnam tentunya memilik makna tersendiri. Ada banyak makna seperti
pelaksanaan hari-hari besar, pekerjaan yang masih memanfaatkan
budayanya, dan lain sebagainya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2 mengenai pemaknaan
budaya (lihat tabel 1.e. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa setiap
kegiatan kebudayaan yang mereka lakukan tentunya memiliki pemaknaan
masing-masing. Setiap menjalani kebudayaan, manusia perahu selalu
menjalaninya dengan rasa hormat dan mereka selalu melakukannya
bersama-sama sehingga terjalin keharmonisan antara manusia perahu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1 mengenai pemaknaan
budaya (lihat tabel 1.f. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa
kebudayaan yang ada sebelum adanya manusia perahu di Pulau Galang
adalah berjalan seperti biasa, karena masyarakat yang tinggal di Pulau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Galang adalah pendatang, sehingga setiap suku menjalankan
kebudayaannya masing-masing sesuai sukunya. Namun semenjak adanya
manusia perahu, masyarakat sekitar yang tinggal di Pulau Galang dekat
dengan Kampung Vietnam boleh mendapatkan pengobatan gratis. Namun
setelah seluruh manusia perahu disalurkan, tidak ada lagi pengobatan
gratis namun tempat ini dijadikan sebagai tempat objek wisata. Saat tahun
2020 Rumah Sakit yang ada di Kampung Vietnam dijadikan Rumah sakit
tempat penanganan pasien Virus Corona.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2 mengenai budaya (lihat
tabel 1.g. Lampiran 1), diperoleh informasi bahwa perubahan yang terjadi
dari kebudayaan sebelum dan sesudah adanya manusia perahu adalah tidak
adanya lagi berobat gratis dan belajar bahasa asing yang dilakukan oleh
manusia perahu. Kini tempat ini hanya sebagai objek wisata, dan bekas
Rumah Sakitnya seluas 18 yang saat ini dijadikan Rumah Sakit
penanganan pasien Corona.
Tabel 4.3. 7. Kredibilitas mengenai Budaya
No Materi
Wawancara Jawaban
1. Kebudayaan
pada cara
bertahan
hidup
manusia
perahu di
Kampung
Vietnam
N1
Mereka melaksanakan hari-hari besar yang biasanya
dilakukan mereka saat di Vietnam, tidak diperbolehkan
oleh petugas untuk mengibarkan bendera
kenegaraannya, adanya kegiatan-kegiatan seperti
memahat, menjahit, melukis, belajar, berjualan, mereka
juga menggunakan 2 bahasa yaitu: Vietnam dan
Prancis, menggunakan 2 mata uang yaitu: Rupiah dan
Dollar, lalu ada hari-hari khusus yaitu setiap 5 hari
sekali dilakukan pembagian bahan pokok, pada hari
yang kesepuluh bahan pokok ditambah minyak tanah,
shopping boat secara bergilir dan sanitasi pada hari
Sabtu, ke Pantai Melur setiap hari Minggu, lalu masih
banyak yang menggunakan nama Nguyen, dan adanya
sistem zona pada lokasi tempat tinggal. Meskipun
pelaksanaan kebudayaan ini hanya dilakukan di
Kampung Vietnam, namun mereka melakukan
kebudayaannya dengan rasa hormat, menaati aturan,
dan saling menghargai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
N2 Ada beberapa kebudayaan yang dibawa dari negara
asalnya Vietnam, namun ada juga kebudayaan yang
baru terbentuk saat di Kampung Vietnam. Beberapa
budayanya yaitu setiap hari Sabtu ada kegiata belanja
ke Tanjung Pinang dan senitasi, hari Minggu ada hari
libur ke Pantai Melur, pembagian makanan dilakukan 5
hari sekali, penggunaan 2 mata uang yaitu Rupiah dan
Dollar, penggunaan 2 bahasa yaitu bahasa Vietnam dan
Prancis, adanya kegiatan bertani, menjahit, melukis dan
memahat. Mereka melakukan kebudayaannya dengan
antusias dan saling menghormati satu sama lain.
N3 N3 tidak tahu keadaan Pulau Galang sebelum adanya
Kampung Vietnam karena dulu tidak tinggal di Pulau
Galang sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 7. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai kebudayaan pada cara bertahan hidup
manusia perahu di Kampung Vietnam.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kebudayaan yang berkembang di Kampung Vietnam yaitu adanya
perayaan hari-hari besar seperti Natal, Imlek, dan lain-lain, adanya hari-
hari tertentu seperti hari Sabtu sebagai hari shopping boat, senitasi, hari
Minggu hari liburan ke Pantai Melur, pembagian bahan pokok makanan
dibagi setiap 5 hari sekali dan akan ditambahkan minyak tanah pada hari
yang ke sepuluh, masih banyaknya penggunaan nama Nguyen, adanya
kegiatan bersekolah, penggunaan 2 bahasa, 2 mata uang, dan sikap yang
saling menghargai antar sesama.
2. Makna
kebudayaan
cara bertahan
hidup bagi
manusia
perahu
N1 Semua kebudayaan yang mereka lakukan tentunya
memiliki makna. Kebudayaan yang mereka bawa dari
daerahnya mereka jalani seperti biasa dan tentunya
memiliki makna seperti melaksanakan hari-hari besar,
mengerjakan pekerjaan seperti memahat, melukis itu
masih membawa kebudayaannya yang tentunya sangat
bermakna bagi mereka untuk tetap dilestarikan.
Adapun penggunaan 2 bahasa yang masih mereka
gunakan adalah untuk tetap mengetahui asal usul
mereka dari Vietnam, penamaan nama Nguyen juga
bermakna sebagai simbol dari kebudayaan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
manusia perahu dan lain sebagainya semua memiliki
makna.
N2 Setiap kebudayaan yang ada di Kampung Vietnam
tentunya memiliki pemaknaan sendiri bagi mereka,
seperti kebudayaan belanja yang dilakukan setiap hari
Sabtu namun kegiatan tersebut bergilir tentunya dari
kebudayaan tersebut mereka belajar bagaimana untuk
menggunakan bahan-bahan makanan secara hemat
karena adanya keterbatasan, keseharian menggunakan
2 bahasa yaitu Vietnam dan Prancis yang
mengingatkan mereka bahwa dahulu pernah dijajah
lama oleh negara Prancis sehingga mereka mampu
menguasai bahasa Prancis, kemudian adanya
pembagian bahan pokok dalam 5 hari sekali yang
tentunya memiliki makna bagi mereka yaitu tidak
selalu bergantung pada PBB dan mampu untuk
menghasilkan pula, mereka juga melakukan perayaan-
perayaan hari besar seperti Imlek bagi orang yang
keturunanan Tionghoa, Natal untuk memperingati hari
Kelahiran Tuhan Yesus Kristus bagi umat Katolik dan
juga Protestan. Hal tersebut semua mereka lakukan
bersama-sama dan kebudayaan tersebut terus bejalan
selama mereka di Kampung Vietnam.
N3 N3 tidak tahu keadaan Pulau Galang sebelum adanya
Kampung Vietnam karena dulu tidak tinggal di Pulau
Galang sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 7. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai makna kebudayaan cara bertahan hidup
bagi manusia perahu.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Makna dari kebudayaan manusia perahu dari cara bertahan hidupnya
adalah kebudayaan belanja yang dilakukan setiap hari Sabtu secara
bergilir bermakna agar mereka belajar untuk menggunakan bahan-bahan
makanan secara hemat, keseharian menggunakan 2 bahasa yaitu
Vietnam dan Prancis yang bermakna bahasa kenegaraannya dan negara
yang pernah menjajah negaranya, kemudian adanya pembagian bahan
pokok dalam 5 hari sekali memiliki makna yaitu tidak selalu bergantung
pada PBB dan mampu untuk menghasilkan juga. Penggunaan nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Nguyen juga masih banyak, karena merupakan simbol dari nama
keturunan warga Vietnam. Hal tersebut semua mereka lakukan bersama-
sama dan kebudayaan tersebut terus bejalan selama mereka mengungsi.
3. Kebudayaan
yang ada di
Pulau Galang
sebelum dan
sesudah
adanya
manusia
perahu
N1 Kebudayaannya berjalan seperti biasa, karena
masyarakat yang tinggal di Pulau Galang mayoritas
pendatang, sehingga setiap suku menjalankan
kebudayaannya masing-masing sesuai sukunya. Namun
semenjak adanya manusia perahu, masyarakat sekitar
yang tinggal di Pulau Galang dekat dengan Kampung
Vietnam boleh mendapatkan pengobatan gratis. Namun
setelah seluruh manusia perahu dipulangkan, tidak ada
lagi pengobatan gratis namun tempat ini dijadikan
sebagai tempat objek wisata. Saat tahun 2020 Rumah
Sakit yang ada di Kampung Vietnam dijadikan Rumah
sakit tempat penanganan pasien Virus Corona.
N2 Perubahan yang terjadi dari kebudayaan sebelum dan
sesudah adanya manusia perahu adalah tidak adanya
lagi berobat gratis dan belajar bahasa asing serta ikut
berpartisipasi dengan budaya yang dilakukan oleh
manusia perahu. Kini tempat ini hanya sebagai objek
wisata, dan bekas Rumah Sakitnya seluas 18 kini
dijadikan Rumah Sakit penanganan pasien Corona.
N3 N3 tidak tahu keadaan Pulau Galang sebelum adanya
Kampung Vietnam karena dulu tidak tinggal di Pulau
Galang sebelumnya.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 7. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai kebudayaan yang ada di Pulau Galang
sebelum dan sesudah adanya manusia perahu
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kebudayaan di Pulau Galang sebelum adanya Manusia perahu tidak
ada, karena masyarakat yang tiggal merupakan orang perantauan dan
mereka melakukan budayanya masing-masing. Setelah adanya manusia
perahu, masyarakat yang tinggal di sekitar Kampung Vietnam diizinkan
untuk berobat gratis dan terkadang juga ikut belajar bahasa asing.
Namun setelah mereka pulang ke negara ketiga pada tahun 1996,
Kampung Vietnam hanya dijadikan tempat objek wisata, dan pada tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2020 Rumah sakit bekas pengungsi kini digunakan seluas 18
sebagai tempat penanganan penyakit Virus Corona atau COVID-19.
Kesimpulan menyeluruh dari tabel 4.3. 7. tentang budaya cara
bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam sebagai berikut:
a. kebudayaan yang berkembang di Kampung Vietnam yaitu adanya
perayaan hari-hari besar seperti Natal, Imlek, dan lain-lain, adanya
hari-hari tertentu seperti hari Sabtu sebagai hari shopping boat,
senitasi, hari Minggu hari liburan ke Pantai Melur, pembagian bahan
pokok makanan dibagi setiap 5 hari sekali dan akan ditambahkan
minyak tanah pada hari yang ke sepuluh, masih banyaknya
penggunaan nama Nguyen karena merupakan simbol dari nama
keturunan warga Vietnam, adanya kegiatan bersekolah, penggunaan 2
bahasa, 2 mata uang, dan sikap yang saling menghargai antar sesama.
b. Makna dari kebudayaan manusia perahu dari cara bertahan hidupnya
adalah kebudayaan belanja yang dilakukan setiap hari Sabtu secara
bergilir bermakna agar mereka belajar untuk menggunakan bahan-
bahan makanan secara hemat. Keseharian menggunakan 2 bahasa yaitu
Vietnam dan Prancis yang bermakna bahasa kenegaraannya dan negara
yang pernah menjajah negaranya
c. Tidak terdapat kebudayaan di Pulau Galang sebelum adanya manusia
perahu, karena masyarakat yang tiggal merupakan orang perantauan
dan mereka melakukan budayanya masing-masing.
d. Setelah adanya manusia perahu, masyarakat yang tinggal di sekitar
Kampung Vietnam diizinkan untuk berobat gratis dan terkadang juga
ikut belajar bahasa asing. Namun setelah mereka disalurkan ke negara
ketiga pada tahun 1996, Kampung Vietnam hanya dijadikan tempat
objek wisata, dan pada tahun 2020 Rumah sakit bekas pengungsi kini
digunakan seluas 18 ha sebagai tempat penanganan pasien Virus
Corona atau COVID-19.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Analisis Pandangan Masyarakat
Tabel 4.3. 8. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Keterbauran dengan Manusia
Perahu
P Ketika bapak bekerja di Kampung Vietnam mulai dari tahun 1987,
berarti apakah bapak sempat berbaur dengan manusia perahu?
N1 Iya saya sempat berbaur dengan manusia perahu ketika mereka tinggal
di Kampung Vietnam. Karena saya bekerja di Kampung Vietnam ini
dibantu juga dengan 3 orang manusia perahu yang mempunyai keahlian
listrik juga.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh informasi bahwa
beliau sempat berbaur dengan manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam saat bekerja. Manusia perahu yang memiliki kemampuan yang
sama dengan beliau yaitu bagian listrik, diajak bekerja untuk menangani
bagian listrik Kampung Vietnam.
Tabel 4.3. 9. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Keterbauran dengan Manusia
Perahu
P Apakah bapak pernah berbaur dengan manusia perahu ketika tinggal di
Sijantung?
N2 Saat saya tinggal pertama kali di Sijantung, saat masih berumur tiga
tahun bersama dengan keluarga. Saat masa kecil, saya sering sekali
bermain dengan anak-anak yang ada di Kampung Vietnam. Memang
saat itu ada pengawasan bagi masyarakat Pulau Galang untuk tidak
bergaul dengan manusia perahu kecuali untuk berobat saja. Namun saat
itu karena saya sudah mulai dari kecil sering bergaul dengan manusia
perahu dan berinteraksi maka saya diperbolehkan untuk keluar masuk
Kampung Vietnam. Ketika beranjak remaja saya sering membantu ibu
saya yang bekerja membuka koperasi dan terkadang berjualan di dalam
Kampung Vietnam. Masyarakat yang di tinggal di Kampung Vietnam
pun sudah sangat mengenal saya dengan baik, karena itu saya sering
diajak untuk ikut berpartisipasi dengan kegiatan yang mereka lakukan.
Saya juga mempunyai ayah dan ibu angkat di Kampung Vietnam, karena
sering bermain dengan anaknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh informasi bahwa
beliau telah berbaur dengan manusia perahu sejak kecil karena sering
bermain di Kampung Vietnam. Beliau juga senang ikut berpartisipasi
dalam kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu dan juga turut
membantu segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Tabel 4.3. 10. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Keterbauran dengan
Manusia Perahu
P Apakah Mamak pernah berbaur dengan manusia perahu ketika tinggal di
Sijantung?
N2 Mamak belum pernah berbaur dengan manusia perahu saat di Kampung
Vietnam, karena mamak bukan tinggal di daerah sini saat itu. Namun
untuk saat ini mamak berbaur dengan mereka sejak tahun 2017 karena
bekerja sebagai penjaga gereja dan manusia perahu yang dulunya pernah
tinggal di Kampung Vietnam sering datang berkunjung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh informasi bahwa
beliau berbaur dengan manusia perahu mulai dari tahun 2016 karena
banyak manusia perahu yang sering datang mengunjungi Kampung
Vietnam baik hanya sekedar datang berkeliling atau pun datang beribadah,
maupun ziarah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1 mengenai pandangan
terhadap kehidupan manusia perahu (lihat tabel 1.h. Lampiran 1),
diperoleh informasi bahwa pandangan terhadap kehidupan manusia perahu
adalah sangat baik dan dapat dicontoh karena manusia perahu dapat
menjalankan kehidupannya dengan sangat taat dan masih saling peduli
dengan sesama pengungsi lainnya yang belum memiliki pekerjaan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2 mengenai pandangan
terhadap kehidupan manusia perahu (lihat tabel 1.i. Lampiran 1), diperoleh
informasi bahwa pandangan terhadap kehidupan manusia perahu bisa
dikatakan mengagumkan karena dalam menjalani hidup selama mengungsi
di Kampung Vietnam, mereka tidak lupa untuk tetap saling tolong
menolong dengan adanya layanan berobat gratis dan juga pendidikan
bahasa yang ada di sekolahan manusia perahu dapat juga dirasakan oleh
masyarakat Pulau Galang.
Tabel 4.3. 11. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Hal Berkesan
P Menurut bapak apakah hal yang paling berkesan dari cara bertahan
hidup manusia perahu?
N1 Hal yang berkesan semua, ada banyak peninggalan sejarah yang
ditinggalkan manusia perahu sehingga bisa berkesan bagi kita semua
terutama untuk anak–anak sekolahan sekarang yang bisa belajar sejarah
dan kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh informasi
bahwa hal yang paling berkesan yaitu adanya kisah pengungsian yang
pernah ada membuat kesan dan sejarah bagi masyarakat Indonesia dan
dapat dipelajari untuk pendidikan.
Tabel 4.3. 12. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Hal Berkesan
P Menurut bapak apakah hal yang paling berkesan dari cara bertahan
hidup manusia perahu?
N2 Hal yang paling berkesan adalah saat mereka berada di Kampung
Vietnam yang bukan negaranya, mereka tetap menjunjung tinggi
budayanya, menghargai petugas keamanan, mau terlibat dalam program-
program yang telah diatur untuk manusia perahu, dan mereka sangat
ramah kepada saya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh informasi
bahwa hal yang paling berkesan yaitu adanya sikap dari manusia perahu
untuk tetap menjunjung tinggi budayanya, meskipun sudah tidak tinggal di
negara asalnya. Mereka juga selalu menerapkan sikap-sikap yang baik
selama berada di Kampung Vietnam, seperti menaati aturan dan ramah
terhadap yang lain.
Tabel 4.3. 13. Kredibilitas mengenai Pandangan Masyarakat
No Materi
Wawancara Jawaban
1. Keterbauran
dengan
manusia
perahu
N1
Saya (Pak Adnan) sempat berbaur dengan manusia
perahu yang tinggal di Kampung Vietnam saat bekerja
bagian listrik. Manusia perahu yang memiliki
kemampuan yang sama dengan beliau, diajak untuk
bekerja untuk menangani bagian listrik Kampung
Vietnam. Manusia perahu yang ikut membantu sangat
merasa senang dan ikut berpartisipasi juga dalam
segala kegiatan yang ada di Kampung Vietnam.
N2 Saya (Pak Abu) telah berbaur dengan manusia perahu
sejak kecil karena sering bermain di Kampung
Vietnam. Beliau juga senang ikut berpartisipasi dalam
kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu dan juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
turun membantu segala kegiatan yang dilakukan oleh
manusia perahu.
N3 N3 adalah salah satu narasumber yang disebut mamak,
belum pernah berbaur dengan manusia perahu ketika
masih tinggal di Kampung Vietnam. Mamak baru
berbaur dengan manusia perahu ketika bekerja di
Kampung Vietnam sebagai penjaga gereja Katholik
sejak 2017 sampai saat ini. Beliau bisa berbaur dengan
manusia perahu karena manusia perahu yang dulu
pernah tinggal di Kampung Vietnam sebelumnya
sering datang untuk berkunjung, memberikan
sumbangan, atau pun datang untuk ziarah.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 13. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai keterbauran dengan manusia perahu.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Saat mereka berbaur dengan manusia perahu, mereka senang karena
manusia perahu juga mau berbaur dengan masyarakat dari Indonesia.
2. Pandangan
masyarakat
terhadap cara
bertahan
hidup
manusia
perahu
N1 Kehidupan manusia perahu adalah sangat baik dan
dapat dicontoh karena mereka dapat menjalankan
kehidupannya dengan sangat taat dan masih saling
peduli dengan sesama pengungsi lainnya yang belum
memiliki pekerjaan.
N2 Kehidupan manusia perahu bisa dikatakan
mengagumkan karena dalam menjalani hidup selama
mengungsi, mereka tidak lupa untuk tetap saling tolong
menolong dengan adanya layanan berobat gratis dan
juga pendidikan bahasa yang dapat juga dirasakan oleh
masyarakat Pulau Galang.
N3 N3 tidak tahu persis kehidupan manusia perahu saat
tinggal di Kampung Vietnam karena tidak pernah
melihat langsung kondisi saat itu.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 13. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai pandangan masyarakat terhadap cara
bertahan hidup manusia perahu.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pandangan masyarakat mengenai kehidupan manusia perahu bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dikatakan mengagumkan dan dapat dicontoh, karena saat menjalani
kehidupannya mereka mau berbagi pengobatan gratis dan pendidikan
bahasa secara cuma-cuma kepada masyarakat Pulau Galang. Selain itu
mereka juga sangat rukun dan saling tolong menolong.
3. Hal berkesan
dari cara
bertahan
hidup
manusia
perahu
N1 Semua kehidupan manusia perahu berkesan buat saya
dan buat semua masyarakat kita karena kita bisa saling
belajar dari sejarah. Adanya kisah pengungsian yang
pernah ada membuat sejarah bagi Indonesia dan dapat
dipelajari bagi seluruh anak sekolahan.
N2 Hal yang paling berkesan yaitu adanya sikap dari
manusia perahu untuk tetap menjunjung tinggi
budayanya, meskipun sudah tidak tinggal di negara
asalnya. Mereka juga selalu menerapkan sikap-sikap
yang baik selama berada di Kampung Vietnam, seperti
menaati aturan dan ramah terhadap yang lain.
N3 N3 tidak tahu persis kehidupan manusia perahu saat
tinggal di Kampung Vietnam karena tidak pernah
melihat langsung kondisi saat itu.
Kesimpulan
Berdasarkan tabel 4.3. 13. dapat dilihat adanya data yang konsisten pada
jawaban N1, N2, N3 mengenai hal berkesan dari cara bertahan hidup
manusia perahu.
Maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Hal berkesan dari cara bertahan hidup manusia perahu adalah sikap
mereka saat menjalani kehidupannya dengan tetap menjunjung
kebudayaannya, bersikap baik selama berada di Kampung Vietnam,
menaati aturan, dan juga dengan adanya sejarah ini membuat kesan
yang baik buat kita semua dan dapat dijadikan pelajaran dalam berbagai
segi kehidupan.
Kesimpulan menyeluruh dari tabel 4.3. 13. tentang pandangan
masyarakat mengenai cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Saat mereka berbaur dengan manusia perahu, mereka senang karena
manusia perahu juga mau berbaur dengan masyarakat dari Indonesia.
b. Pandangan masyarakat mengenai kehidupan manusia perahu bisa
dikatakan mengagumkan dan dapat dicontoh, karena saat menjalani
kehidupannya mereka mau berbagi pengobatan gratis dan pendidikan
bahasa secara cuma-cuma kepada masyarakat Pulau Galang
c. Hal berkesan dari cara bertahan hidup manusia perahu adalah sikap
mereka saat menjalani kehidupannya dengan tetap menjunjung
kebudayaannya, bersikap baik selama berada di Kampung Vietnam,
menaati aturan, dan juga dengan adanya sejarah ini membuat kesan
yang baik buat kita semua dan dapat dijadikan pelajaran dalam
berbagai segi kehidupan.
3. Analisis Aspek Matematis
a. Aspek Counting pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam
1) Banyaknya Penumpang
Tabel 4.3. 14. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Banyaknya
Penumpang
P Berapa banyak jumlah manusia perahu dalam satu perahu saat
mengarungi lautan?
N1 Saat pertama kali, eksodus pertama tahun 1975 perahu membawa
penumpang tepat 75 orang, kemudian eksodus kedua tahun 1975
perahu membawa penumpang sekitar 300 orang, seterusnya
setiap perahu membawa sekitar 300 orang lebih.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa eksodus pertama membawa penumpang sebanyak
75 orang dalam 1 kapal, pada eksodus kedua dan seterusnya
membawa sekitar 300 orang lebih dalam satu kapal. Pada eksodus
kedua ada lebih dari 2 kapal yang datang ke Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 4.3. 15. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Banyaknya
Penumpang
P Berapa banyak jumlah manusia perahu dalam satu perahu saat
mengarungi lautan?
N3 Perahu yang mereka tumpangi itu termasuk agak besar sehingga
mereka bisa naik perahu beramai-ramai dengan jumlah
penumpang mencapai 300 orang lebih. Itu pun di dalam perahu
mereka berdesak-desakan, penuh, sampai susah untuk duduk.
Bisa dilihat di museum ada gambar perahu dan penumpangnya
yang waktu dulu baru datang ke Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3, diperoleh
informasi bahwa, jumlah manusia perahu dalam satu perahu adalah
sekitar 300 orang lebih. Jumlah ini sudah termasuk dalam golongan
sangat penuh karena penumpang tidak merasa aman dan juga
tenang saat menaiki perahu yang mereka pakai untuk mengarungi
lautan.
2) Banyaknya Jumlah Pengungsi
Tabel 4.3. 16. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Banyaknya Jumlah
Pengungsi
P Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam?
N1 Di Indonesia, jumlah pengungsi pada April 1979 berjumlah
11.060 orang. Pada pertengahan Juni, jumlah pengungsi
mengalami penaikankan menjadi sekitar 31.057 orang.
Kemudian pada akhir Juni jumlahnya telah mencapai sekitar
47.000 orang. Hingga jika dihitung dari tahun 1975-1977
jumlahnya kedatangan manusia perahu adalah sekitar 125.000
orang. Sementara ketika mereka tinggal di Kampung Vietnam
selama 16 tahun, jumlah seluruh penduduknya adalah 250.000
orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa jumlah manusia perahu yang ada di Kampung
Vietnam semakin mengalami peningkatan penduduk dan jumlah
penduduk secara keseluruhan selama 16 tahun adalah 250.000
orang. Seluruh manusia perahu tersebut disalurkan ke negera ketiga
setelah habisnya masa pengungsian di Indonesia, karena tempat
pengungsian hanyalah bersifat sementara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 4.3. 17. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Banyaknya Jumlah
Pengungsi
P Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam?
N2 Manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam itu hampir
mencapai 250.000 orang. Mereka tinggal bersama-sama
ditambah lagi ada petugas keamanan dan yang mengurusi
kehidupan manusia perahu, sehingga saat itu Kampung Vietnam
ini sangat ramai sekali.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa jumlah manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam mencapai 250.000 orang lebih, ditambah lagi dengan
petugas dari Indonesia yang membuat Kampung Vietnam terasa
sangat padat.
Tabel 4.3. 18. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Banyaknya Jumlah
Pengungsi
P Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam?
N3 Jumlah manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam kalau
sampai tahun 1996 itu ada sekitar 250.000 orang lebih. Mereka
terbilang sudah sangat banyak, itu karena mereka menolak untuk
pindah sebelumnya. Karena saat itu sudah pernah dilakukan
masa perpindahan manusia perahu ke negara ketiga, namun
manusia perahu turun aksi penolakan sehingga jumlah mereka
masih tetap sangat banyak.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3, diperoleh
informasi bahwa jumlah manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam sampai tahun 1996 adalah 250.000 orang lebih. Jumlah
tersebut sudah termasuk banyak karena ketika disalurkan mereka
melakukan aksi penolakan sehingga semakin bertambah banyak.
3) Fasilitas dalam Kampung Vietnam
Tabel 4.3. 19. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Fasilitas yang
termuat dalam Kampung Vietnam
P Berapa banyak fasilitas di tempat pengungsian manusia perahu?
N2 1. 13 barak untuk sekolah di site 1
2. 3 barak untuk kantor di site 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. 5 barak untuk karantina di site 1
4. 4 tangki air (1 tangki = 150 m3) di site 1
5. 2 tangki air (1 tangki = 250 m3) di site 2
6. 1 tangki air (1 tangki = 150 m3) di Sungai Gong
7. 1 sumur bor (kapasitas 80 ton/hari)
8. 1 Rumah Sakit di site 1 dengan fasilitas berupa:
1 departemen laboratorium
1 departemen radiologi
1 ruang operasi
1 farmasi
9. 1 Poliklinik di site 2
10. 1 set dental Chinac di site 1 dan 2
11. 2 buah Gereja
12. 2 buah Pagoda
13. 1 buah Musala
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa fasilitas yang ada di Kampung Vietnam yaitu
sekolah, kantor, karantina, tangki air, sumur bor, Rumah Sakit
(fasilitasnya: departemen laboratorium, departemen radiologi,
ruang operasi, farmasi), poliklinik, set dental Chinac, dan tempat
ibadah.
4) Banyaknya Kebutuhan Pengurus
Tabel 4.3. 20. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Banyaknya
Kebutuhan Pengurus
P Berapa banyak kebutuhan pengurus manusia perahu ketika
mengungsi di Kampung Vietnam?
N2 Kebutuhan kepengurusan dengan total 12 orang:
1. Administrasi dan keuangan
2. Pusat edukasi dan kebudayaan
3. Perlengkapan dan penyediaan
4. Pengobatan dan kesehatan
5. Surat menyurat
6. Permukiman dan peribadatan
7. Sanitasi
8. Kesejahteraan sosial
9. Hiburan dan olah raga
10. Distribusi air
Pengurusnya dipilih dari pengungsi yang dipercaya oleh petugas
Satpamwat. Dari dua site yang ada di kamp pengungsian, dibagi
ke dalam lima pimpinan barak. Tiap pemimpin barak dibantu
tiga seksi, yaitu seksi disiplin, logistik, dan sanitasi dan hygiene.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa jumlah kepengurusan yang dibutuhkan adalah 12
orang lalu dari dua site dibagi ke dalam 5 pimpinan barak. Tiap
pemimpin barak dibantu 3 seksi yaitu seksi disiplin, logistik, dan
sanitasi. Semua pengurus tersebut diambil dari manusia perahu
yang tiggal di Kampung Vietnam tersebut. Total kepengurusan
terbagi menjadi 10 jenis. Dari hal tersebut adanya sistem
kepengaturan dan komunikasi lebih baik agar tetap terjaganya
Kampung Vietnam.
b. Aspek Locating pada cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam
1) Tempat Tinggal Sementara
Tabel 4.3. 21. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Tempat Tinggal
Sementara
P Dimana saja kah manusia perahu tersebar saat mencari tempat
tinggal sementara?
N1 Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau Bintan,
Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Unggat di Pulau Bintan,
Tanjung Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya
di Pulau Jemaja
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa tempat tinggal sementara dari manusia perahu
adalah di Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau
Bintan, Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Unggat di Pulau Bintan,
Tanjung Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di
Pulau Jemaja.
2) Pusat Tempat Pengungsian
Tabel 4.3. 22. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Pusat Tempat
Pengungsian
P Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat
pengungsian manusia perahu?
N1 UNHCR, PBB, memutuskan untuk menempatkan pengungsi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
manusia perahu di Pulau Galang dengan izin dari Pemerintahan
Indonesia
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa pusat tempat pengungsian manusia perahu berada
di Pulau Galang, sehingga semua manusia perahu yang tersebar di
seluruh Indonesia dipindahkan ke Pulau Galang dan bagi manusia
perahu yang baru datang pun langsung diarahkan ke Pulau Galang.
Tabel 4.3. 23. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pusat Tempat
Pengungsian
P Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat
pengungsian manusia perahu?
N2 Sesuai persetujuan Pemerintah Indonesia, UNCHR, dan PBB
adalah di Pulau Galang, Kelurahan Sijantung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa pusat tempat pengungsian manusia perahu adalah
Pulau Galang.
3) Lokasi Negara Ketiga
Tabel 4.3. 24. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Lokasi Negara
Ketiga
P Dimana saja kah negara ketiga yang menjadi tempat manusia
perahu menetap?
N3 Negara ketiga yaitu ada Amerika, Kanada, Australia, Jepang, dan
negara-negara Eropa bagian barat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3, diperoleh
informasi bahwa negara ketiga tempat manusia perahu disalurkan
dari Kampung Vietnam adalah Amerika, Kanada, Australia,
Jepang, dan negara-negara Eropa bagian barat.
4) Lokasi Penempatan Fasilitas
Tabel 4.3. 25. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Lokasi Penempatan
Fasilitas
P Bagaimana lokasi penempatan fasilitas di Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
N2 Penempatan fasilitas disesuaikan dengan sumber daya
lingkungan di sekitar, seperti Rumah Sakit dibangun di dekat
pintu masuk Kampung Vietnam agar memudahkan masyarakat
yang tinggal di sekitar Kampung Vietnam bisa menjangkau
lokasinya, fasilitas-fasilitas Rumah Sakit juga dibangun tidak
jauh dari Rumah Sakit, lalu peletakan tangki-tangki air
diletakkan di kedua site agar semua pengungsi dapat terjangkau,
ada juga tangki air yang diletakkan di sungai gong agar dapat
menampung dari sumber air, kemudian peletakan pasar menjadi
1 lingkungan pasar seluruhnya, di depan gerbang pintu masuk
ada post satpam yang menjaga keluar masuknya orang dari
Kampung Vietnam, dan bangunan lain sebagainya
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa lokasi penempatan fasilitas di Kampung Vietnam
disesuaikan dengan sumber daya lingkungan sekitar. Pembangunan
fasilitas-fasilitas yang ada di Kampung Vietnam terbilang lengkap
karena hampir memuat fasilitas yang biasanya ada di kota besar.
Lokasinya diatur sedemikian rupa untuk dapat memantau dan dapat
memenuhi semua kebutuhan dari manusia perahu di Kampung
Vietnam.
c. Aspek Measuring pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam
1) Luas Kampung Vietnam
Tabel 4.3. 26. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Luas Kampung
Vietnam
P Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N1 Luas Kampung Vietnam adalah 80 , tapi terbagi-bagi menjadi
2 site yang memuat 6 zona, mulai dari Zona A-F. Setiap zona
memuat 2500-3000 orang, yang mana setiap memuat 9-10 blok,
setiap blok memiliki 33 barak. Pada blok di Zona selanjutnya
bertambah 10 barak setiap blok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa luas Kampung Vietnam yang berada di Kelurahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Sijantung adalah 80 , dimana tempat tersebut dibagi menjadi 6
Zona sama rata mulai dari Zona A-F.
Tabel 4.3. 27. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Luas Kampung
Vietnam
P Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N3 Luas Kampung Vietnam ini adalah 80 dengan luas Pulau
Galang adalah 250 . Luas ini disetujui oleh pemerintahan
Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3, diperoleh
informasi bahwa luas Kampung Vietnam adalah 80 dari 250
luasnya Pulau Galang yang digunakan untuk tempat
pengungsian sementara.
2) Lamanya Perjalanan Ke Indonesia
Tabel 4.3. 28. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Lamanya
Perjalanan ke Indonesia
P Berapa lama mereka berada di lautan sampai bisa menempati
tempat pengungsian?
N1 Lamanya ada yang hampir 1 bulan, ada yang 2 bulan, ada yang
hampir 4-5 bulan karena mereka mengalami pengusiran terus.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa lamanya perjalanan manusia perahu bisa sampai
tempat pengungsian di Indonesia yaitu sekitar 1-5 bulan, karena
adanya faktor-faktor terhambatnya perjalanan di laut akibat adanya
bajak laut, kondisi angin atau ombak yang tidak menentu serta
adanya pengusiran dari negara-negara yang pernah disinggahi.
Tabel 4.3. 29. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Lamanya
Perjalanan ke Indonesia
P Berapa lama mereka berada di lautan sampai bisa menempati
tempat pengungsian?
N3 Mereka bisa sampai ke tempat pengungsian pertama yaitu
Natuna memakan waktu sekitar 2 bulan, namun kemudian ada
perahu yang menyusul terus menerus setiap bulannya. Ada yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
lamanya di perjalanan selama 3 bulan, 4 bulan, bahkan 5 bulan
baru bisa sampai ke Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N3, diperoleh
informasi bahwa perjalanan yang ditempuh manusia perahu adalah
memakan waktu 2 sampai 5 bulan untuk bisa sampai ke tempat
pengungsian di Indonesia.
3) Kesesuaian Jumlah Manusia Perahu dengan Luas Wilayah
Tabel 4.3. 30. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Kesesuaian Jumlah
Manusia Perahu dengan Luas Wilayah
P Apakah dengan luas wilayah pengungsi dengan jumlah manusia
perahu yang mengungsi sesuai?
N2 Kalau secara kenyataan tidak sesuai karena jumlah penduduknya
mencapai 250.000 orang, dengan jumlah setiap zona memuat
2500-3000 orang, yang mana setiap zona memuat 9-10 blok,
setiap blok memiliki 33 barak. Ini berarti jumlah setiap barak
memuat sekitar 9-10 orang lebih. Namun mereka tetap bertahan
dengan alasan sudah nyaman dan ingin tetap tinggal di Indonesia
saja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa jumlah manusia perahu dengan luas wilayah
Kampung Vietnam tidak sesuai karena setiap barak memuat sekitar
9-10 anggota keluarga. Sehingga terkadang ada penambahan
barak-barak sendiri yang dibangun oleh pemuda yang tinggal di
Kampung Vietnam apabila mereka sudah merasa tidak muat lagi
dalam barak. Namun mereka tetap merasa nyaman karena diberi
kebebasan dalam membuat barak tambahan.
d. Aspek Designing pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam
1) Pola Penyebaran
Tabel 4.3. 31. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pola Penyebaran
P Bagaimana pola penyebaran manusia perahu di Indonesia saat
keluar dari peperangan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
N2 Manusia Perahu bisa sampai di Indonesia karena ada yang diusir
dari negara-negara sebelumnya yang telah mereka datangi seperti
Singpuran, Thailand, Hongkong dan lain-lain. Kemudian mereka
melanjutkan perjalanannya mengikuti mata angin barat sehingga
bisa sampai ke Indonesia. Manusia perahu yang sampai di
Indonesia tersebar di Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk
dalam Pulau Bintan, Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Ungat di
Pulau Bintan, Tanjung Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau
Jemaja, Air raya di Pulau Jemaja. Setelah itu mereka semua
dipindahkan ke Kampung Vietnam, di Pulau Galang
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa pola penyebaran manusia perahu di Indonesia
tersebar di Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau
Bintan, Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Ungat di Pulau Bintan,
Tanjung Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di
Pulau Jemaja lalu kemudian dikumpulkan di Kampung Vietnam,
Pulau Galang.
2) Susunan Bangunan
Tabel 4.3. 32. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Susunan Bangunan
P Bagaimana pengaturan susunan bangunan-bangunan tempat
pengungsian serta fasilitas di Kampung Vietnam?
N1 Ya susunannya di bangun beraturan dengan sistem 6 Zona, dari
Zona A sampai Zona F, setiap Zona memuat beberapa blok, dan
setiap blok itu memuat puluhan barak. Nah disetiap Zona
dibangun posko keamanan, yag bertugas menjaga keamanan, dan
juga ada sekolah, rumah sakit, dan bangunan-bangunan lainnya
dibangun berkumpul. Misalnya rumah ibadah, dibangun
berdekatan, lalu pasar 1 lokasi semua dan seperti itu juga yang
lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa susunan bangunan di Kampung Vietnam dibagi
menjadi 6 Zona. Bangunan-bangunan lainnya dibuat mengelompok
sesuai dengan kategori, misalnya rumah ibadah semuanya terletak
di Zona B, kemudian pasar terletak di zona tertentu dengan sistem
menyebar, yang berarti setiap zona memuat fasilitas tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 4.3. 33. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Susunan Bangunan
P Bagaimana pengaturan susunan bangunan-bangunan tempat
pengungsian serta fasilitas di Kampung Vietnam?
N2 Pengaturannya dengan sistem pengelompokan yang terbagi 6
Zona, dimana setiap Zona memiliki 9-10 blok, dan setiap blok
terdiri dari 33 barak pada Zona A, 43 barak setiap blok pada
Zona B, dengan perbedaan 10 barak setiap blok. Setiap Zona
memiliki 1 buah pos keamanan yang menjaga dan
menyampaikan informasi atau sebagai tempat melaporkan
kejadian-kejadian yang terjadi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa susunan bangunan diatur dengan sistem Zona
yang memudahkan petugas keamanan menjaga. Ada 6 buah Zona
yang terdapat pada wilayah Kampung Vietnam, yang mana setiap
Zona tersebut memuat 9-10 blok, dan setiap bloknya memuat barak
pengungsian yang memiliki perbedaan 10 barak dari zona
sebelumnya, mulai dari zona A yang terdiri dari 34 barak setiap
bloknya, kemudian pada Zona B terdiri dari 43 barak setiap
bloknya, dan seterusnya
3) Desain Lokasi Kampung Vietnam
Tabel 4.3. 34. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Desain Lokasi
Kampung Vietnam
P Apakah ada desain tertentu mengenai lokasi bangunan yang
dibangun di Kampung Vietnam?
N1 Lokasi bangunan di kampung memiliki desain yang diatur
sedemikian rupa dengan mengikuti kondisi alam. Misalnya saja
di dekat sumber perairan maka akan dibangun tangki-tangki
tempat penampungan air, di pinggiran dekat laut juga dibangun
pelabuhan agar memudahkan pasokan makanan, barang-barang,
serta keperluan lain masuk ke Kampung Vietnam selain dari
jalur darat, serta guna pelabuhan juga digunakan untuk jalur
transportasi untuk para pengungsi Kampung Vietnam berbelanja
ke Tanjung Pinang, desain bangunan kamp dibangun dua tingkat
dimana tingkat pertama digunakan untuk dapur, sedangkan
tingkat kedua digunakan untuk tempat tidur, berkumpul dengan
keluarga, dan aktivitas lainnya, lokasi bangunan tempat ibadah
dibuat berdekatan, rumah sakit dibangun di dekat jalan masuk
agar masyarakat dari Pulau Galang yang ingin berobat gratis
dapat langsung berobat tanpa harus masuk ke dalam bagian
lingkungan pengungsi manusia perahu, serta lokasi lainnya juga
tentunya pasti memiliki desain tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa desain lokasi Kampung Vietnam diatur
sedemikian rupa menyesuai kondisi lingkungan yang ada. Kamp
dibangun untuk tempat tinggal Manusia Perahu dibangun 2 lantai
dengan desain sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, adapun
lokasi-lokasi bangunan seperti pelabuhan, rumah sakit, tempat
penampungan air, serta bangunan-bangunan lainnya semua dibuat
dengan desain yang menyesuaikan kondisi lingkungan serta
fungsinya.
e. Aspek Playing pada cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam
1) Kegiatan Permainan Manusia Perahu
Tabel 4.3. 35. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Kegiatan
Permainan Manusia Perahu
P Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu saat
berada di Pantai Melur?
N1 Ketika di pantai biasanya mereka berenang, makan bersama, dan
bermain dengan sesama pengungsi. Permainannya yang biasa
dimainkan adalah menangkap jangkrik dengan mata tertutup.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa kegiatan permainan manusia perahu adalah
menangkap jangkrik dengan mata tertutup. Permainan ini biasanya
dimainkan oleh sekelompok orang yang membentuk lingkaran
kemudian ada 1 orang yang berdiri di tengah lingkaran yang
matanya ditutup lalu menangkap salah satu temannya dan menebak
namanya. Jika berhasil menebak nama orang yang ditangkap, maka
bisa bergantian dengan teman lainnya yang ditunjuk. Aktivitas
permainan ini merupakan permainan tradisional dari Vietnam dan
biasa dimainkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
2) Cara Bertahankan Hidup
Tabel 4.3. 36. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Cara Bertahan
Hidup
P Bagaimana cara manusia perahu mempertahankan hidupnya saat
mengungsi?
N2 Mereka menjalani aktivitasnya seperti biasa dan sesuai dengan
keahlian mereka masing-masing, seperti dokter yang bertugas di
Rumah Sakit, guru yang mengajar anak-anak di sekolah, tukang
pahat memahat, dan bagi orang-orang yang belum mempunyai
keahlian khusus diajarkan untuk menjahit, memahat, melukis,
mengurusi pengaturan air, bertani, dan lain sebagainya, agar
seluruh manusia perahu dapat hidup produktif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa saat mengungsi di Kampung Vietnam, mereka
melakukan aktivitas sesuai dengan keahlian dalam bidang masing-
masing. PBB pun sanggup untuk memenuhi kebutuhan yang
dibutuhkan oleh manusia perahu untuk menunjang keahlian yang
mereka miliki. Memang pada dasarnya tidak semua manusia
perahu yang mengungsi mempunyai keahlian tertentu, namun
mereka saling mengajari satu sama lain agar mempunyai kegiatan
dan hidup produktif di Kampung Vietnam.
3) Sistem Pertambahan Penduduk
Tabel 4.3. 37. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Sistem
Pertambahan Penduduk
P Bagaimana cara mengatur sistem kehidupan saat adanya
pertambahan manusia perahu di Kampung Vietnam
N2 Cara mengaturnya adalah dengan selalu melaporkan kepada
penjaga jika ada pengungsi yang meninggal atau melahirkan
dengan hal tersebut semua penduduk terdata dan penjumlahan
penduduk bisa untuk diatasi. Jika sudah didaftarkan anggota
pengungsi yang bertambah maka petugas bisa langsung
menjatah kebutuhan yang diperlukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa sistem aturan yang berlaku saat adanya
pertambahan jumlah penduduk adalah yang pertama kali dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
yaitu melaporkannya kepada petugas keamanan yang telah
disediakan di Kampung Vietnam. Sistem tersebut terbilang efektif
karena petugas yang mengurusi Kampung Vietnam bisa langsung
menjatah atau menambahkan kebutuhan pokok yang diperlukan
agar tidak menimbulkan suatu masalah bagi manusia perahu.
f. Aspek Explaining pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam
1) Cara Manusia Perahu bisa Sampai di Indonesia
Tabel 4.3. 38. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Cara Manusia
Perahu bisa Sampai di Indonesia
P1 Mengapa manusia perahu tidak mengungsinya ke negara
terdekat saja pak?
N1 Saat manusia perahu kabur menggunakan perahu, perahu
mereka sangat ditentukan oleh keadaan angin. Jika angin yang
bertiup adalah angin timur, maka akan mendarat di Thailand,
sedangkan jika yang bertiup angin selatan mereka akan
terdampar di Hong Kong. Namun apabila yang bertiup adalah
angin barat, maka negara yang dibanjiri pengungsi adalah
Malaysia, Singapura dan Indonesia. Jadi makanya mereka bisa
sampai di Indonesia, karena kapalnya mengikuti arah mata angin
saat itu, dan juga kalau mereka di usir maka kapalnya kembali
berlayar dengan mengikuti arah mata angin.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N1, diperoleh
informasi bahwa manusia perahu bisa sampai di Indonesia karena
mengikuti arah mata angin yang membawa kapalnya saat berlayar
Jika angin yang bertiup adalah angin timur, maka akan mendarat di
Thailand, sedangkan jika yang bertiup angin selatan mereka akan
terdampar di Hong Kong. Namun apabila yang bertiup adalah
angin barat, maka negara yang dibanjiri pengungsi adalah
Malaysia, Singapura dan Indonesia. Maka dari itu jika mereka
diusir dari negara yang mereka singgahi, maka perahunya akan
kembali berlayar mengikuti arah mata angin saat itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2) Makna Pemberian Logistik Konsumsi
Tabel 4.3. 39. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Makna Pemberian
Logistik
P Mengapa PBB memberikan kebutuhan pokok makanan pada
manusia perahu dengan aturan 1 kali dalam 5 hari?
N2 Kebutuhan yang diberikan oleh PBB kepada pengungsi memang
ada hari-hari tertentu, hal itu dikarenakan menurut perkiraan dari
PBB jumlah kebutuhan pokok yang diberikan cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan pokok yang diberikan
kepada pengungsi memang dalam 5 hari sekali, namun
kebutuhan tersebut dihitung berdasarkan per orang bukan per
kepala keluarga. Selain itu juga, pengungsi mempunyai hari
tertentu untuk berbelanja dalam memenuhi kebutuhan pokok
mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan N2, diperoleh
informasi bahwa makna dari pemberian logistik konsumsi
mempunyai alasan tertentu yaitu dengan adanya aturan 5 hari
sekali berarti setiap manusia perahu yang berada di Kampung
Vietnam, menghargai dan mengolah bahan-bahan pokok yang
diberikan oleh PBB secara benar. Selain itu juga adanya hari
berbelanja setiap 1 kali dalam seMinggu yaitu hari Minggu, yang
dilakukan secara bergilir. Manusia perahu juga diberi benih oleh
PBB untuk dapat bercocok tanam dalam menambah kebutuhan
pokoknya sendiri.
Dari analisis penentuan aspek fundamental matematis menurut
Bishop diperoleh hasil yang dirangkum dalam tabel dibawah ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 4.3. 40. Rangkuman Aspek Fundamental Matematis menurut Bishop
pada Aktivitas Bertahan Hidup Manusia Perahu
No Aktivitas yang dilakukan
1. Kedatangan Manusia Perahu
Gambar 4.3. 1. Manusia Perahu Melarikan Diri
- (Sumber : Dokumen Pribadi)
Aktivitas Fundamental Matematis
a. Counting (Membilang)
- Saat kedatangan manusia perahu pertama kali ke Indonesia
tepatnya di Natuna adalah berjumlah 75 orang dengan
menggunakan 1 perahu.
b. Measuring (Mengukur)
- Perjalanan yang mereka tempuh untuk mendarat di Indonesia
adalah sekitar 1 bulan lebih, ada yang lebih dari 2 bulan
bahkan ada juga yang hampir 5 bulan
c. Locating (Penempatan lokasi)
- Tempat tinggal yang berhasil mereka datangi untuk tempat
tinggal sementara adalah Sei Walang (Bintan), Pulau Boton,
Teluk dalam Pulau Bintan, Kawal di Pulau Bintan, Tanjung
Unggat di Pulau Bintan, Tanjung Uban di Pulau Bintan,
Letung di Pulau Jemaja, dan Air raya di Pulau Jemaja yang
mana saat itu manusia perahu masih diterima dan diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tempat tinggal oleh masyarakat yang berada di tempat tersebut
d. Designing (Merancang)
- Pola penyebaran manusia perahu di Indonesia tersebar dan
berpindah-pindah muali dari Sei Walang (Bintan), Pulau
Boton, Teluk dalam Pulau Bintan, Kawal di Pulau Bintan,
Tanjung Ungat di Pulau Bintan, Tanjung Uban di Pulau
Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di Pulau Jemaja lalu
kemudian dikumpulkan di Kampung Vietnam, Pulau Galang.
e. Explaining (Menjelaskan)
- Manusia perahu bisa sampai di Indonesia karena mengikuti
arah mata angin yang membawa kapalnya saat berlayar. Jika
angin yang bertiup adalah angin timur, maka akan mendarat
di Thailand, sedangkan jika yang bertiup angin selatan
mereka akan terdampar di Hong Kong. Namun apabila yang
bertiup adalah angin barat, maka negara yang dibanjiri
pengungsi adalah Malaysia, Singapura dan Indonesia.
No Aktivitas yang dilakukan
2. Penempatan di Kampung Vietnam
Gambar 4.3. 2. Manusia Perahu saat di Kampung Vietnam
(Sumber: Dokumen Pribadi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Aktivitas Fundamental Matematis
a. Measuring (Mengukur)
- Kampung Vietnam yang dijadikan tempat pengungsian
sementara manusia perahu adalah seluas 80 .
b. Locating (Menentukan Lokasi)
- Sesuai dengan persetujuan Pemerintah Indonesia, UNCHR,
dan PBB yang memutuskan Pulau Galang sebagai tempat
pengungsian manusia perahu untuk sementara.
c. Measuring (Mengukur)
- Kesesuai jumlah manusia perahu dengan luas wilayah
Kampung Vietnam tidak sesuai karena setiap barak memuat
sekitar 9-10 anggota keluarga. Sehingga terkadang ada
penambahan barak-barak sendiri yang dibangun oleh pemuda.
d. Designing (Merancang)
- Lokasi yang sudah ditentukan kemudian dirancang susunan
bangunanya dengan sistem 6 Zona agar lebih memudahkan
pengawasan, dan dibuat dengan desain blok lalu setiap blok
terdisi dari barak-barak yang menjadi tempat tinggal dari
manusia perahu
- Lokasi Kampung Vietnam didesain sedemikian rupa dengan
menyesuaikan sumber daya yang ada dan luas wilayah yang
harus mampu untuk memuat seluruh fasilitas yang dibutuhkan
oleh manusia perahu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
No Aktivitas yang dilakukan
3. Cara Bertahan Hidup di Kampung Vietnam
Gambar 4.3. 3. Kegiatan Jual Beli di Pasar Kampung Vietnam
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Gambar 4.3. 4. Kegiatan berlibur ke Pantai Melur
(Sumber: Dokumen Pribadi)
Aktivitas Fundamental Matematis
a. Playing (Bermain)
- Permainan menangkap jangkrik dengan mata tertutup
biasanya dimainkan oleh sekelompok orang yang membentuk
lingkaran kemudian ada 1 orang yang berdiri di tengah
lingkaran yang matanya ditutup lalu menangkap salah satu
temannya dan menebak namanya. Jika berhasil menebak
nama orang yang ditangkap, maka bisa bergantian dengan
teman lainnya yang ditunjuk.
- Kegiatan yang diajarkan kepada manusia perahu adalah belajar
memahat, menjahit, memahat, melukis, mengurusi pengaturan air,
bertani, dan lain sebagainya, agar semua dapat hidup produktif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
No Aktivitas yang dilakukan
4. Pemenuhan Kebutuhan Manusia Perahu
Gambar 4.3. 5. Pemenuhan Kebutuhan Manusia Perahu
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Aktivitas Fundamental Matematis
a. Counting (Membilang)
- Kampung Vietnam memuat fasilitas yang terbilang lengkap
yaitu:
1. 13 barak untuk sekolah di site 1
2. 3 barak untuk kantor di site 1
3. 5 barak untuk karantina di site 1
4. 4 tangki air (1 tangki = 150 m3) di site 1
5. 2 tangki air (1 tangki = 250 m3) di site 2
6. 1 tangki air (1 tangki = 150 m3) di Sungai Gong
7. 1 sumur bor (kapasitas 80 ton/hari)
8. 1 Rumah Sakit di site 1 dengan fasilitas berupa:
a) departemen laboratorium: 1 departemen radiologi, 1
ruang operasi 1 farmasi
b) 1 Poliklinik di site 2
c) 1 set dental Chinac di site 1 dan 2
d) 2 buah Gereja
e) 2 buah Pagoda
f) 1 buah Musala
- Kebutuhan yang dibutuhkan pun untuk mengolah Kampung
Vietnam juga melibatkan manusia perahu berjumlah 12 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
dengan kebutuhan kepengurusannya yaitu:
1. Administrasi dan keuangan
2. Pusat edukasi dan kebudayaan
3. Perlengkapan dan penyediaan
4. Pengobatan dan kesehatan
5. Surat menyurat
6. Permukiman dan peribadatan
7. Sanitasi
8. Kesejahteraan sosial
9. Hiburan dan olah raga
10. Distribusi air
Pengurusnya dipilih dari pengungsi yang dipercaya oleh
petugas Satpamwat. Dari dua site yang ada di kamp
pengungsi Galang, dibagi ke dalam lima pimpinan barak.
Tiap pemimpin barak dibantu tiga seksi, yaitu seksi
disiplin, logistik, dan sanitasi dan hygiene.
b. Locating (Penempatan lokasi)
- Penempatan lokasi fasilitas yang ada di Kampung Vietnam
dibuat menyebar di seluruh Zona. Hal ini dibuat agar
memudahkan manusia perahu saat tinggal di tempat
pengungsian. Fasilitas rumah sakit yang dibangun di dekat
pintu rumah sakit dibangun agar lebih memudahkan
masyarakat sekitar yang ingin berobat.
b. Explaining (Menjelaskan)
- Saat manusia perahu tinggal di Kampung Vietnam, mereka
diberikan kebutuhan pokok konsumsi oleh PBB dengan aturan
dapat mengambilnya setiap 5 hari sekali dengan alasan agar
manusia perahu dapat mengatur kebutuhan pangannya dengan
baik dan selain itu juga mereka diberikan bibit agar dapat
bercocok tanam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
No Aktivitas yang dilakukan
5. Pemulangan Manusia Perahu
Gambar 4.3. 6. Suasana Pemulangan Manusia Perahu
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Aktivitas Fundamental Matematis
a. Counting (Membilang)
- Sampai pada tahun 1996 jumlah penduduk yang tinggal di
Kampung Vietnam adalah 250.000 orang dan mereka semua
disalurkan ke negara ketiga
b. Locating (Menentukan lokasi)
- Negara pilihan untuk menyalurkan manusia yaitu ke negara
ketiga diantaranya adalah Amerika, Kanada, Australia,
Jepang, dan negara-negara Eropa bagian barat
4. Pemanfaatan Hasil Etnomatematika untuk Pembelajaran
Matematika di Sekolah
Hasil etnomatematika yaitu aspek-aspek matematis dari cara
bertahan hidup manusia perahu di Kampung Vietnam yang telah diteliti
oleh peneliti dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika sekolah
di tingkat Sekolah Menengah Atas. Hal ini bertujuan untuk membantu
peserta didik agar dapat menguasai materi yang diajarkan. Aspek
matematis etnomatematika tersebut dapat disajikan dalam materi dan soal
matematika Kurikulum 2013 yang dikaitkan dengan budaya lokal dan
masalah kontekstual agar peserta didik mendapat pengalaman dalam
pembelajaran matematika. Berikut adalah materi dan masalah kontekstual
yang dapat disajikan dalam pembelajaran matematika berbasisi
etnomatematika:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Materi Kontekstual dalam Kurikulum 2013
a. Barisan aritmetika
Tabel 4.3. 44. Daftar bahan pokok pangan yang diberikan oleh PBB kepada
manusia perahu
No. Jenis Pangan Berat Lamanya pengambilan
1. Beras 2 Kg 1 kali dalam 5 hari
2. Gula 100 gr 1 kali dalam 5 hari
3. Teh 50 gr 1 kali dalam 5 hari
4. Garam 50 gr 1 kali dalam 5 hari
5. Lombok 25 gr 1 kali dalam 5 hari
6. Kacang Hijau 25 gr 1 kali dalam 5 hari
7. Mi instan 3 bungkus 1 kali dalam 5 hari
8. Susu bubuk 150 gr 1 kali dalam 5 hari
9. Minyak tanah 2 L 1 kali dalam 10 hari
Dapat dilihat dari tabel 4.3. 44 bahwa pengambilan dilakukan setiap 5
hari sekali, maka lamanya pengambilan dapat disusun menjadi sebuah
barisan sebagai berikut:
5, 10, 15, 20, 25, 30, ….
Urutan bilangan di atas merupakan sebuah barisan atimetika dimana:
Suku pertamanya adalah 5 dan memiliki beda konstan 5
b. Perbandingan
Gambar 4.3. 7. Penyebaran Manusia Perahu di Kampung Vietnam
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Perhatikan gambar 4.3. 7. tempat tinggal sementara manusia perahu di
sekitar Kepualaun Riau tersebar diberbagai daerah yaitu Sei Walang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
(Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau Bintan, Kawal di Pulau
Bintan, Tanjung Unggat di Pulau Bintan, Tanjung Uban di Pulau
Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di Pulau Jemaja. Kemudian
seluruhnya dipindahkan ke Kampung Vietnam.
Maka dapat dilihat bahwa untuk menghitung jarak sesungguhnya
dengan menggunakan skala pada peta.
c. Bilangan
Gambar 4.3. 8 . Gambar 4.3. 9.
Gambaran Tempat Tinggal Manusia Perahu
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Zona yang ada dalam Kampung Vietnam berjumlah 6, yaitu mulai dari
Zona A-F. Setiap zona memuat 9-10 blok dan setiap blok memiliki
beda 10 barak dari setiap zonanya seperti pada daftar di bawah ini:
a. Zona A
9 blok memuat 33 barak/blok, berarti:
= 33 + 33 + 33 + 33 + 33 + 33 + 33 + 33 + 33
= 9 x 33
= 297
Ada 297 barak pada Zona A
b. Zona B
9 blok memuat 43 barak/blok, berarti:
= 43 + 43 + 43 + 43 + 43 + 43 + 43 + 43 + 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
= 9 x 43
= 387
Ada 387 baak pada Zona B
dapat dilihat bahwa Zona A dan Zona B memiliki perbedaan 90 barak.
d. Peluang
Gambar 4.3. 10. Manusia Perahu Berangkat untuk Kegiatan Shopping Boat
(Gambar : Sumber Pribadi)
Perhatikan gambar 4.3. 10., kegiatan yaitu shopping boat, yaitu
kegiatan berbelanja di Tanjung Pinang biasanya dilakukan setiap hari
Sabtu secara bergilir yang artinya dalam 1 Minggu hanya
diperbolehkan 1 Zona untuk berangkat berbelanja. Jika di Kampung
Vietnam terdapat 6 Zona, maka akan ada 1 kesempatan dalam 1 bulan
e. Peluang
Tabel 4.3. 41. Kebutuhan Kepengurusan dengan Total 12 Orang
No. Jenis Kepengurusan Jumlah anggota
1. Administrasi dan keuangan 2
2. Pusat edukasi dan kebudayaan 1
3. Perlengkapan dan penyediaan 1
4. Pengobatan dan kesehatan 1
5. Surat menyurat 1
6. Permukiman dan peribadatan 1
7. Sanitasi 1
8. Kesejahteraan Sosial 1
9. Hiburan dan olah raga 1
10. Distribusi 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Sesuai dengan tabel 4.3. 41, kepengurusan yang ada di Kampung
Vietnam berjumlah 12 orang dengan 10 jenis kepengurusan. Maka
akan ada 10 kesempatan untuk ke 12 orang yang sudah terpilih untuk
menduduki jabatannya sesuai dengan jumlah anggota yang tertera.
f. Volume bangun ruang
Gambar 4.3. 11. Gambar 4.3. 12
Tempat Penampungan Air Bersih di Kampung Vietnam
(Sumber : Dokumen Pribadi)
Perhatikan gambar 4.3.11 dan gambar 4.3. 12., sumur dan PAM
(Perusahaan Air Minum) yang ada di Kampung Vietnam ditampung
dalam tangki-tangki yang tersebut tersebar di 2 site yaitu:
1. 4 tangki air (1 tangki = 150 m3) di site 1
2. 2 tangki air (1 tangki = 250 m3) di site 2
3. 1 tangki air (1 tangki = 150 m3) di Sungai Gong
Maka dapat dilihat bahwa volume air yang dapat ditampung oleh
tangki adalah berbeda-beda, yaitu 150 m3
dan 250 m3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
g. Kesebangunan dan Kongruensi
Gambar 4.3. 13. Hasil ukiran kayu manusia perahu
(Gambar : Sumber Pribadi)
Dari gambar 4.3. 13 dapat dilihat bangun-bangun yang sebangun dan
kongruen yaitu:
Maka dapat dilihat bahwa bangun yang sebangun adalah segitiga dan
bangun yang kongruen adalah persegi dan persegi panjang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Soal Kontekstual dalam Kurikulum 2013
Berikut adalah soal-soal kontekstual dalam Kurikulum 2013 di tingkat
SMP dan SMA:
Tabel 4.3. 42. Contoh Masalah Kontekstual
Kelas
Permasalahan
Kontekstual
mengenai
Butir Soal
VII Bilangan Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan operasi
hitung pada bilangan bulat
Setiap 10 hari sekali manusia perahu
memperoleh minyak tanah sebanyak
2L/orang. Jika dalam 1 barak terdiri dari 9
orang. Maka berapa banyak total minyak
yang didapat dalam 30 hari oleh seluruh
orang yang ada dalam 1 barak?
Penyelesaian:
Menghitung banyaknya pengambilan:
=
= 3
Banyaknya pengambilan selama 30 hari
adalah 3 kali
Banyaknya minyak tanah:
= 9 x 3 x 2
= 27 x 2
= 54
Jadi, banyak minyak yang diperoleh oleh
orang dalam 1 barak selama 30 hari adalah
54L
VII Bilangan Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan sifat-sifat
operasi hitung bilangan bulat
2 Site yang ada di kamp pengungsi Galang,
dipimpin oleh 5 orang. Tiap pemimpin
dibantu tiga seksi, yaitu:
1 orang untuk seksi disiplin
1 orang untuk seksi logistik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
1 orang untuk seksi sanitasi dan hygiene.
Maka berapakah jumlah seluruh orang yang
terlibat dalam pimpinan barak?
Penyelesaian:
Banyaknya orang terlibat = (1 + 3) + (1 + 3) + (1 + 3) + (1 + 3) + (1 + 3)
= 4 + 4 + 4 + 4 + 4
= 5 x 4
= 20 orang
Jadi, jumlah seluruh orang yang terlibat
adalah 20 orang
XI Logika Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan negasi
dari sebuah pernyataan
Tentukan negasi dari pernyataan di bawah
ini:
1. Setiap hari Minggu manusia perahu pergi
ke Pantai Melur
2. Bahasa Prancis adalah salah satu bahasa
yang digunakan di Kampung Vietnam
3. Semua manusia perahu adalah warga
Vietnam
Penyelesaian:
1. Tidak setiap hari Minggu manusia perahu
pergi ke Pantai Melur
2. Bahasa Prancis bukan merupakan salah
satu bahasa yang digunakan di Kampung
Vietnam
3. Tidak semua manusia perahu adalah
warga Vietnam
VIII
atau
XI
Pola Bilangan Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan barisan
aritmetika
Susunan barak di Kampung Vietnam
membentuk suatu barisan aritmetika. Jika
suku ke-2 dan suku ke-5 berturut-turut
adalah 43 dan 73. Tentukan beda dan jumlah
bilangan 5 suku pertama pada barisan
tersebut!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Penyelesaian:
b =
=
= 10
Bilangan suku ke-2
Un = a + (n - 1)b
43 = a + (2 – 1)10
43 = a + 20 – 10
43 = a + 10
a = 33
Jumlah lima suku
Sn =
S5 =
=
= 5 x 53
= 265
Jadi, bedanya adalah 10 dan jumlah bilangan
5 suku pertama pada barisan tersebut adalah
265
VIII Relasi Indikator :
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
menyatakan relasi
Berikut beberapa jenis kepengurusan di
Kampung Vietnam dan jumlah anggotanya:
No Jenis Kepengurusan Jumlah
anggota
1. Administrasi dan keuangan 2
2. Pusat edukasi dan
kebudayaan 1
3. Perlengkapan dan penyediaan 1
4. Pengobatan dan kesehatan 1
5. Surat menyurat 1
6. Permukiman dan peribadatan 1
7. Sanitasi 1
8. Kesejahteraan Sosial 1
9. Hiburan dan olah raga 1
10. Distribusi 2
Buatlah suatu relasi dari data di atas
kemudian tentukan domain, kodomain, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
range dari relasi tersebut!
Penyelesaian:
Jadi, Domain: {Administrasi & keuangan, Pusat edukasi dan kebudayaan, Perlengkapan
dan penyediaan, Pengobatan dan kesehatan,
Surat menyurat, Permukiman dan peribadatan,
Sanitasi, Kesejahteraan Sosial, Hiburan dan
olahraga, Distribusi}
Kodomain: {1, 2, 3, 4, 5} Range: {1,2}
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
VII Aritmetika
sosial
Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
pengeluaran
Anton adalah salah satu masyarakat
Kampung Vietnam yang menggunakan mata
uang Dollar dan Rupiah. Jika ia hendak
membeli 1 roti dengan harga 2 Dollar (1
dollar= Rp 626) dan ia membawa uang
sebanyak Rp 2000. Maka berapa uang
kembalian yang harus didapatkan Anton
dalam Rupiah?
Penyelesaian:
1 Dollar = Rp 626
Yang harus dibayar adalah
2 x 626 = 1252
Maka kembaliannya adalah:
2000 – 1252 = 748
Jadi, kembali yang didapat oleh Anton
adalah Rp 748
IX
atau
X1
Transformasi
geometri
Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan refleksi
Salah satu peninggalan manusia perahu
adalah ukiran seperti pada gambar di bawah
di bawah ini
Tunjukkan jenis transformasi yang ada pada
gambar tersebut dan jelaskan!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Penyelesaian:
Jenis pada gambar tersebut adalah refleksi
Karena bidang memiliki sifat banyangan
cermin seperti pada gambar tersebut
merupakan pencerminan terhadap sumbu y
X Trigonometri Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan teorema
Pythagoras
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar tersebut merupakan gapura pintu
masuk ke Museum Kemanusiaan. Jika
gapura tersebut membentuk segitiga siku-
siku seperti pada gambar di atas dengan
tinggi 3m dan panjang alas 1,2 m. Maka
Tentukan panjang sisi miringnya!
3 m
1,2 m
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Penyelesaian:
C
3m ?
A 1,2m B
BC = √
= √
= √
= √ = 3,23
Jadi, panjang sisi miring dari gapura tersebut
adalah 3,23 m
VII Bangun ruang Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan bentuk-
bentuk bangun ruang
Perhatikan gambar di bawah ini!
Gambar di atas merupakan patung
kemanusiaan yang ada di Kampung Vietnam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Bentuk-bentuk bangun ruang apa saja yang
dapat ditemukan pada patung kemanusiaan
tersebut? Jelaskan alasan mu!
Penyelesaian:
Bentuk bangun ruang yang ditemukan pada
patung kemanusiaan tersebut adalah
1. Balok
Karena bangun tersebut memiliki panjang
sisi yang berhadapan sama panjang
2. Prisma segi 4
Karena alas dan tutup berbentuk segi 4 dan
sisi-sisi tegaknya berbentuk persegi panjang
IX dan
XII
Peluang Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
menentukan banyaknya cara
Dari 8 orang akan dipilih 5 orang untuk menjadi
pimpinan barak A, B, C, D, E. Maka tentukan
banyaknya cara pemilihan pimpinan barak
tersebut!
Balok
Balok
Prisma
segi 4
Balok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Penyelesaian:
8 =
=
= 6720
Jadi, banyaknya cara pemlihan pimpinan barak
ada 6720 cara.
VIII Statistika dan
Penyajian data
Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan modus
dari sebuah data
Berikut ini merupakan beberapa bahan
pokok pangan dari PBB No. Jenis Pangan Berat
1. Beras 2000 gr
2. Gula 100 gr
3. Teh 50 gr
4. Garam 50 gr
5. Lombok 25 gr
6. Kacang Hijau 25 gr
7. Susu bubuk 150 gr
Tentukan modus nilai berat dari data di atas
dan jelaskan alasannya!
Penyelesaian:
25, 25, 50, 50, 100, 150, 2000
Nilai 25 dan 50 muncul 2 kali, lebih banyak
dari bilangan lainnya.
Jadi, modusnya adalah 25 dan 50 karena
berat yang paling sering muncul
VIII Statistika dan
Penyajian data
Indikator:
Peserta didik dapat menyelesaikan masalah
kontekstual yang berkaitan dengan
persentase sebuah data
Diketahui jumlah manusia perahu yang
produktif untuk mengikuti kegiatan
tambahan adalah 1800 orang. Diagram
lingkarannya sebagai berikut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Maka hitunglah banyak orang yang mengikuti
kegiatan menjahit dan tentukan persentasenya!
Penyelesaian:
Jumlah orang yang mengikuti kegiatan
menjahit
= 1800 – (350+300+600+100)
= 1800 – 1350
= 450
Persentasenya
=
x 100%
= 25%
Jadi, persentase jumlah orang yang
mengikuti kegiatan menjahit adalah 25%
Berdasakan dari contoh masalah kontekstual yang terdapat pada tabel
4.3. 42. maka hasil penelitian ini dapat digunakan dalam pembelajaran
Matematika tingkat SMP dan SMA dalam materi bilangan, perbandingan,
volume bangun ruang, kesebangunan dan kongruen, logika, pola bilangan,
relasi, aritmetika sosial, transformasi geometri, trigonometri, bangun datar,
peluang, statistika dan penyajian data. Hasil penelitian ini dapat digunakan
oleh pendidik saat mengajar pelajaran matematika yang berhubungan
dengan masalah kontekstual, baik untuk pengantar pembelajaran dan juga
soal-soal kontekstual yang berhubungan dengan materi terkait, agar dapat
350 org
300 org
600 org
100 org
Kegiatan Tambahan di Kamp. Vietnam
menjahit
memahat
melukis
bercocok tanam
elektronik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menarik minat dan lebih mudah untuk dipahami oleh peserta didik dalam
belajar matematika.
D. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian saya yang berjudul “Etnomatematika pada Cara Bertahan
Hidup Manusia Perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Kecamatan Galang, Kepulauan Riau” mempunyai keterbatasan dari segi
waktu, tenaga, pikiran, kondisi, dan biaya sehingga masih terdapat beberapa
kekurangan. Adapun kekurangan tersebut di antaranya sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini sudah dikembangkan ke dalam permasalahan
konstekstual pada pembelajaran matematika, namun belum dapat
diterapkan langsung dalam proses pembelajaran matematika di kelas
karena adanya keterbatasan waktu.
2. Saat melakukan kegiatan wawancara dengan para narasumber, suasana
Kampung Vietnam sangat ramai dan berisik karena saat itu sedang ada
proses pemasukan barang-barang bangunan dan persiapan pembangunan
Rumah Sakit untuk penanganan pasien COVID-19, sehingga proses
wawancara sedikit terganggu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada
penelitian Cara Bertahan Hidup Manusia Perahu di Kelurahan Sijantung,
Kecamatan Galang, Kepulauan Riau, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Sejarah dan budaya manusia perahu sampai saat ini
a. Kampung Vietnam merupakan tempat pengungsian sementara manusia
perahu yang berasal dari Vietnam. Luas dari Kampung Vietnam ini
adalah 80 , yang mana sebelum dijadikan tempat pengungsian pada
dahulunya adalah bekas lahan sebuat PT Mantrust yang merupakan
industri pengelolaan kebun nenas yang telah tutup pada tahun 1970.
b. Perang saudara antara Vietnam Utara dan Vietnam Selatan di Vietnam
pada tahun 1970, membuat banyak warga negaranya ketakutan hingga
akhirnya melarikan diri menggunakan perahu sehingga mereka disebut
manusia perahu.
c. Tempat singgahan mereka pertama kali saat sampai di Indonesia
adalah Pulau Natuna pada tanggal 22 Mei 1975. Kapal pertama yang
sampai Indonesia membawa penumpang sebanyak 75 orang.
d. Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Juni 1978 memutuskan
menyediakan lahan tempat pengungsian untuk manusia perahu yaitu di
Pulau Galang dengan sebutan Kampung Vietnam dan dengan syarat
semua kebutuhan dari manusia perahu ditanggung oleh PBB.
e. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia perahu berlangung
seperti kehidupan umumnya. Namun ada jadwal-jadwal tertentu yang
mereka harus lakukan yaitu setiap 5 hari sekali mereka boleh
mengambil bahan makanan dari logistik, setiap hari Minggu mereka
ada jadwal untuk berlibur ke Pantai Melur, setiap hari Sabtu ada
kegiatan shopping boat yang dilakukan secara bergilir dengan sistem
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
per Zona, kemudian ada kegiatan sanitasi yang dilakukan juga setiap
hari Sabtu jika sedang tidak mengikuti kegiatan shopping boat.
f. Kehidupan manusia perahu berlangsung dari tahun 1979 sampai 1996,
lalu kemudian mereka disalurkan ke negara ketiga yang telah bekerja
sama dengan PBB yaitu Amerika, Australia, Canada, dan Vietnam.
g. Semenjak manusia perahu disalurkan kenegara ketiga, Kampung
Vietnam diambil alih oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam atau disebut dengan BP Batam dan
dijadikan sebagai objek wisata yang boleh didatangi oleh masyarakat
Indonesia maupun dari mancanegara.
h. Pada tahun 2020 bekas rumah sakit Kampung Vietnam direnovasi dan
dijadikan menjadi rumah sakit tempat penanganan pasien COVID-19.
2. Pandangan masyarakat Pulau Galang terhadap cara bertahan hidup
manusia perahu
Masyarakat Indonesia yang tinggal di Pulau Galang saat itu merasa
senang karena manusia perahu mau berbaur dengan mereka. Mulai dari
petugas yang bekerja di Kampung Vietnam, pelayanan rumah sakit dan
juga mau menerima masyarakat Indonesia yang ikut belajar bahasa.
Masyarakat juga merasa kagum dan perbuatan dari manusia perahu dapat
dicontoh, karena saat menjalani kehidupannya mereka mau berbagi
pengobatan gratis dan pendidikan bahasa secara cuma-cuma kepada
masyarakat Pulau Galang.
Adapun selama menjalani kehidupannya mereka sangat rukun dan
mau untuk saling tolong menolong. Mereka selalu menerapkan sikap-sikap
yang baik selama berada di Kampung Vietnam, seperti menaati aturan dan
ramah terhadap yang lain. Hal tersebut membuat masyarakat yang tinggal
di Kampung Vietnam merasa senang dan tidak ada permasalahan dengan
adanya pengungsi sementara. Sampai saat ini pun banyak manusia perahu
yang dulunya pernah tinggal di Kampung Vietnam berkunjung kembali
untuk mengenang dan memperbaiki kuburan keluarganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
3. Aktivitas matematis yang terkait dengan cara bertahan hidup manusia
perahu
a. Counting (Membilang)
Aspek counting pada cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Banyaknya penumpang
2) Banyaknya jumlah pengungsi
3) Fasilitas dalam Kampung Vietnam
4) Banyaknya kebutuhan pengurus
b. Locating (Penempatan Lokasi)
Aspek locating pada cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Tempat tinggal sementara
2) Pusat tempat pengungsian
3) Lokasi negara ketiga
4) Lokasi penempatan fasilitas
c. Measuring (Mengukur)
Aspek measuring pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Lamanya perjalanan ke Indonesia
2) Luas Kampung Vietnam
3) Kesesuaian jumlah manusia perahu dengan luas wilayah
d. Designing (Merancang)
Aspek designing pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Pola penyebaran
2) Susunan bangunan
3) Desain lokasi Kampung Vietnam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
e. Playing (Bermain)
Aspek playing pada cara bertahan hidup manusia perahu di Kampung
Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Kegiatan permainan manusia perahu
2) Cara bertahan hidup
3) Sistem pertambahan penduduk
f. Explaining (Menjelaskan)
Aspek explaining pada cara bertahan hidup manusia perahu di
Kampung Vietnam dimuat dalam beberapa topik, yaitu:
1) Cara manusia perahu bisa sampai di Indonesia
2) Makna pemberian logistik konsumsi
4. Pemanfaatan hasil etnomatematika dari manusia perahu untuk
pembelajaran matematika di sekolah
Adapun pemanfaatan etnomatematika dari manusia perahu dalam
pembelajaran matematika digunakan sebagai penyampaian materi dan
pembuatan permasalahan kontekstual. Masalah kontekstual yang telah
dibuat pada pembahasan sebelumnya, maka hasil penelitian ini dapat
digunakan dalam pembelajaran Matematika tingkat SMP dan SMA dalam
materi bilangan, perpidahan titik ke titik, volume bangun ruang,
kesebangunan dan kongruen, logika, pola bilangan, relasi, aritmetika
sosial, transformasi geometri, trigonometri, bangun datar, peluang,
statistika dan penyajian data. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh
pendidik saat mengajar pelajaran matematika yang berhubungan dengan
masalah kontekstual, agar dapat menarik minat peserta didik dalam
belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan dari hasil penelitian yang
telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pengelola Kampung Vietnam
Budaya yang ada di Kampung Vietnam sebaiknya tetap dirawat dan
dilestarikan, seperti bangunan dan barang-barang peninggalan yang masih
ada, karena banyaknya jumlah pengunjung yang sering datang ke
Kampung Vietnam untuk mengenang, mempelajari, atau pun sekedar
berwisata. Hal ini dimaksud karena banyaknya bangunan-bangunan yang
sudah rusak, dibiarkan dan kurang terawat di Kampung Vietnam.
2. Bagi Pendidik
Pendidik sebaiknya mulai mencermati etnomatematika sebagai
pembelajaran yang dapat diterapkan di kelas khusunya di sekolah yang ada
di Kepulauan Riau. Hal ini berguna untuk penerapan pembelajaran
matematika pada kebudayaan atau kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
agar lebih mudah dipahami peserta didik, sehingga setiap peserta didik
mampu untuk memproses makna dari pembelajaran matematika yang telah
diterima.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya sebaiknya dapat menambah narasumber yang lebih
lengkap dalam melakukan proses pengambilan data. Hal ini tentunya dapat
menggali informasi lebih dalam lagi dari segi semua aspek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, Marina dan Nur Izzati. 2019. Eksplorasi Etnomatematika pada Corak
Alat Musik Kesenian Marawis sebagai Sumber Belajar Matematika.
Tanjung Pinang: Jurnal Gantang
Arikunto, S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arman, Dedi. 2020. Takdir Pulau Galang jadi Daerah Pahlawan Kemanusiaan.
Indonesiana platform kebudayaan. https://kebudayaan.kemdikbud.go.
id/bpnbkepri/takdir-pulau-galang-jadi-daerah-pahlawan-kemanusiaan/.
Diakses tanggal 28 Juli 2020
Bishop, AJ. 1998. Mathematical Enculturation: a Cultural Perspective on
Mathematics EducationI. Holland, D. Reidel Publishing Company.
https://www.csus.edu/indiv/o/oreyd/acp.htm_files/abishop.htm Diakses
tanggal 11 Februari 2020
Budiman, RP. 2012. Kebijakan Indonesia Terhadap Pengungsi Vietnam. (Skripsi
tidak terbit). Depok : FIB UI. 1
Dea, O. 2015. Kredibilitas dalam Penelitian Kualitatif. Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/osydea/5587b266319373f5058b456a/kredib
ilitas-dalam-penelitian-kualitatif. Diunduh tanggal 6 Mei 2020
Dinni, Husna Nur. HOTS (High Order Thingking Skills) dan Kaitannya dengan
kemampuan Literasi Matematika. Semarang: PRISMA. 1
Geertz, C. 1986. Mojokuto: Dinamika Sosial Sebuah Kota di Jawa. Jakarta:
Pustaka Grafiti Perss
Fajriyah, E. 2018. Peran Etnomatematika Terkait Konsep Matematika dalam
Mendukung Literasi. Semarang: PRISMA. 114-115
Firmansyah, M. 2019. Kisah „manusia perahu,‟ pengungsi Vietnam di Indonesia.
Alinea.id. https://www.alinea.id/nasional/kisah-manusia-perahu pe-
ngungsi-vietnam-di-indonesia-b1Xmy9mVC. Diunduh tanggal 28 Juli
2020
Haviland, WA. 1985. Antropologi, Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Hardiyono, Testa Nur. 2011. Penerapan Pembelajaran Humanis pada Siswa
Ditinjau dari Minat Belajar Matematika (Eksperimen Pembelajaran
Matematika di Kelas VIII MTs Muh. 6 Sambi). Skripsi thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Hariyanti, M. 2015. Pengujian Kredibilitas pada Penelitian Kualitatif.
Kompasiana. https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556b6d4695
7e61fc617096a0/pengujian-kredibilitas-data-pada-penelitian-kualitatif?
page=1. Diunduh tanggal 6 Mei 2020
Hendriana dan Soemarmo. 2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung:
PT Refika Aditama.
KEMENDAGRI. 2019. Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan.
https://www.kemendagri.go.id/files/2019-05/Kode&Data%20Wilayah
/21.kepri.fix_.pdf. Diunduh tanggal 5 Mei 2020
Koentjaraningrat. 1993. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Linton, dkk. 1945. the cultural background of Personality. New York: Applenton-
Century-Crofts
Nurdiarti, Rosalia Prismarini. 2017. Representasi Pangan dalam Komunikasi
Ritual (Kajian Komunikasi Ritual dalam Perayaan Sekaten di Yogyakarta
2015-2016. (Jurnal tidak terbit). Yogyakarta: ILKOM UAD. 123-124.
PISA 2012. 2013. PISA 2012 Assessment and Analytical Framework:
Mathematics, Reading, Science, Problem Solving and Financial Literacy.
OECD publishing. https://www.oecd.org/pisa/pisaproducts/PISA%
202012%20framework%20e-book_final.pdf. Diakses tanggal 9 Mei
2020
Ranjabar, J. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar. Bogor:
GHalia Indonesia
Richardo, R. 2016. Peran Ethnomatematika dalam Penerapan Pembelajaran
Matematika pada Kurikulum 2013. Yogyakarta: Alma AtaYogyakarta
Rosa, M. & Orey, DC. 2011. Ethnomathematics: The Cultural Aspect of
Mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatematica. Colombia :
Universidada de Narino. 4(2): 32
Saputra, Hatta. 2016. Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global:
Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order
Thinking Skills). Bandung: SMILE’S Publishing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Salaka, BW. 2019. Apa yang dimaksud dengan Triangulasi di dalam Metode
Penelitian Kualitatif. Dictio. https://www.dictio.id/t/apa-yang-dimaksud-
dengan-triangulasi-didalam-metode-penelitian-kualitatif/118512/2.
Diunduh tanggal 6 Mei 2020
Sanditya, MNM. 2019. Perang Vietnam dan Kaitannya dengan Realisme
Struktural dalam Hubungan Internasiona l. (Esai tidak terbit). Universitas
Airlangga, Surabaya. 1
Sardiman, A N. 1983. Kemenangan Komunis Vietnam dan Pengaruhnya
Terhadap Ketahanan Politik. Yogyakarta: Liberty
Sholihah, S.Z., dan Ekasatya A.A., 2017. Analisis Kesulitan Siswa dalam Proses
Pemecahan Masalah Geometri berdasarkan Tahapan Berpikir Van Hiele.
https://media.neliti.com/media/publications/226612-analisis-kesulitan-
siswa-dalam-proses-pe-ed50db12.pdf (diakses tanggal 28 Juli 2020)
Singarimbun, M. & Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta: LP3ES
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT
Alfabeth
Supranto. 2000. Metode Riset : Aplikasi dalam Pemasaran. Jakarta: Rineka Cipta
Suwarno. 2019. Kecamatan Galang dalam Angka-Galang District in Figures.
Batam: BPS Kota Batam
Ulum, B., dkk. 2018. Etnomatematika Pasuruan: Eksplorasi Geometri untuk
Sekolah Dasar pada Motif Batik Pasedahan Suropati. (Jurnal tidak terbit).
Surabaya: IKIP UNESA. (2): 3
Ulya, H. & Rahayu, R. 2017. Pembelajaran Etnomatematika untuk Menurunkan
Kecemasan Matematika. (Jurnal Mercumatka tidak terbit). Kudus: Prodi
Pendidikan Matematika. 21-22
Utama, RP. dkk. 2015. Sejarah Asia Tenggara “Perang Vietnam 1957-1975”.
(Makalah tidak terbit). Surabaya: FIB Airlangga. 17-21
Wahyuni, A. dkk. 2013. Peran Etnomatematika dalam Membangun Karakter
Bangsa. Yogyakarta: eprints@UNY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Wahyudi, D. 2015. Berbagi Contoh Penerapan Taksonomi Bloom Revisi dalam
Pembelajaran Matematika. https://blog.matematikanusantara.id/2015/12/
berbagi-contoh-penerapan-taksonomi.html. Diakses tanggal 29 Juli 2020
Wicaksono, Rahmat Wastio. 2019. Eksplorasi Etnomatematika pada Seni Pencak
Silat Kepualau Riau sebagai Sumber Penyusunan Bahan Ajar
Matematika. Skripsi. Tanjung Pinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji
Zulkardi., Ilma, R. 2006. Mendesain Sendiri Soal Kontekstual Matematika.
Prosiding Konferensi Nasional matematika XIII: Matematika dan
Aplikasinya: 30 Tahun Himpunan Matematika Indonesia ISBN: 979-704-
457-2. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Lampiran 1: Hasil Wawancara
Tabel 1.a. Pertanyaan dan Jawaban N1 Mengenai Sejarah
P Bagaimana sejarah awal keberadaan manusia perahu?
N1 Pada tahun 1970 terjadi perang Vietnam, tahun 1975 kota Saigon jatuh ke
Vietnam Utara karena kalau kita lihat dari sejarah, perang kurang lebih 5 tahun
lamanya. Ini perang saudara dari cerita-cerita pengungsi Vietnam yang masuk.
Pada saat mereka masuk tahun 1975, ternyata tidak berhenti sampai di situ.
Banyak warga Vietnam yang melarikan diri dari negaranya untuk menghidari
perang saudara yang sedang berlangsung. Mereka kabur menggunakan perahu,
dan hidup di laut hampir selama satu bulan sehingga mereka disebut dengan
manusia perahu. Banyak perahu-perahu lain yang masuk, mulai masuk di Asia;
Malaysia, Hongkong, Philipin, Thailand.
P Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke Indonesia?
N1 Pada tanggal 22 Mei 1975 sudah ada pengungsi yang masuk ke Indonesia,
dengan membawa penumpang 1 kapal berisi 75 orang itu lah pertama kalinya
masuk di Natuna, karena Natuna dekat dengan perbatasan Vietnam. Waktu itu
mereka bisa masuk ke daerah Natuna karena di sana terdapat Sumur Udang,
pengeboran minyak lepas pantai milik Continental Oil Company (Conoco) yang
bekerja sama antara Indonesia dengan Amerika. Nah dari situ lah mereka masuk
dan berhasil kemudian baru menyusul kapal-kapal lainnya.
P Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
N1 Pada tahun 1978, di Indonesia sendiri jumlah pengungsi sudah hampir 25.000
jiwa. Pemerintah daerah yakni Bupati dari laporan Camat Natuna yang melapor,
bahwa ada pengungsi Vietnam Selatan yang masuk ke daerah Indonesia. Jadi
bupati melaporkan ke Jakarta, karena situasi di Natuna saat itu sudah sangat
meresahkan terutama tempat tinggal, makan, dan juga fasilitas lainnya sehingga
mengganggu ketertiban masyarakat terutama keamanan. Setelah dilaporkan,
ternyata hal tersebut ditanggapi oleh alm. Pak Presiden Soeharto, lalu beliau
langsung turun ke Natuna untuk melihat situasi langsung dan benar ternyata ada
pengungsi Vietnam atau manusia perahu masuk ke Indonesia. Setelah melihat
kondisi tersebut, Pak Soeharto tidak lagi mengulur waktu dan langsung bekerja
sama dengan PBB khususnya bersama UNHCR lalu menandatangani MOU pada
14 Juni 1978 dan sekaligus langsung membuat Kamp di Pulau Kuku. Dalam hal
ini Pak Soeharto menyerahkan kepada TNI Polri yang kemudian bekerja sama
dengan PBB di lapangan. Pada saat penandatanganan MOU, perjanjian yang
dibuat adalah Indonesia bersedia menampung para pengungsi Vietnam di
Indonesia, lalu siap menyediakan lahan untuk para pengungsi Vietnam, semua
dana kamp mulai dari awal sampai akhir dibiayai oleh PBB, dan hanya bersifat
sementara. Setelah semakin lama pengungsi tidak hanya berhenti masuk pada
Oktober 1978, pengungsi masuk terus ke Indonesia seperti ke Riau, Tanjung
Pinang, Tanjung Uban, Kijang, Batu singkir dan sebagainya. Melihat situasi
tersebut, Kamp Natuna sudah sangat penuh dan tidak mampu lagi menampung
karena lokasinya sangat penuh dan baraknya hanya berbentuk barak dayak kalau
tidak salah karena penampungan sementara. Oleh Pak Soeharto mengeluarkan
mandat lagi “Segera Survei Kepulauan Riau”, nah dari hasil survey tersebut
terpilihlah Pulau Galang. Terpilihnya Pulau Galang ini karena ada beberapa
faktor yaitu: penduduknya masih sedikit, letaknya jauh dari jangkauan
masyarakat, letaknya strategis yaitu dekat dengan Singapura dan Malaysia, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
ada sumber air. Akhirnya dibangunlah Kamp pengungsian pada bulan April
1979 di Pulau Galang, dibangun oleh kontraktor Indonesia seluas 80 . Pada
akhir tahun 1979 kamp hampir selesai sekitar 85%, sudah selesai beberapa barak
penghuni, tersedia fasilitas-fasilitas seperti kantor, pelabuhan, air bersih dan juga
listrik. Pada tanggal 1 Januari 1979 Pak Soeharto meresmikan Pulau Galang
sebagai Kamp atas dasar kemanusiaan.
P Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap dan menjadi
warga negara Indonesia?
N1 Tidak ada, karena sesuai perjanjian yang sudah bapak katakan tadi bahwa mereka
hanya bersifat sementara dan tidak boleh menetap di Indonesia. Semuanya
dikembalikan ke negara ketiga seperti ke Amerika, Australia atau pun ke negara
asalnya Vietnam.
Tabel 1.b. Pertanyaan dan Jawaban N2 Mengenai Sejarah
P Bagaimana sejarah awal keberadaan manusia perahu?
N2 Adanya perang saudara antara Vietnam Utara dengan Vietnam Selatan, Vietnam
Selatan lah yang melarikan diri. Mereka menggunakan kapal saat melarikan diri
makanya disebut dengan manusia perahu, banyak yang meninggal ketika dalam
perjalanan saat di laut sehingga terpaksa harus dibuang karena lamanya
perjalanan bisa mencapai setengah bulan bahkan dua bulan baru bisa ketemu
dengan pulau yang dijadikan tempat pengungsian sementara. Pada saat di
perjalanan, hal yang paling takuti adalah jika bertemu dengan kapal Thailand.
P Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke Indonesia?
N2 Ya seperti yang saya katakan tadi bahwa mereka melarikan diri ke pulau yang
mereka temukan yang paling cepat, tapi banyak katanya dari cerita-cerita mereka
bahwa ketika mereka sampai di Singapore atau Malaysia atau negara-negara
lainnya malah diusir. Hal itu lah yang menyebabkan mereka berlayar lagi untuk
menemukan pulau lagi, sampailah mereka pertama kali di Natuna dan tinggal
disitu dengan tempat tinggal yang seadanya. Untuk lebih lengkapnya lagi
mengenai tanggal-tanggalnya mungkin bisa baca dibuku sejarah atau tanya pak
Adnan.
P Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
N2 Jumlah pengungsi di Indonesia waktu itu makin banyak, tiap hari ada kapal yang
datang dan mengangkut puluhan bahkan sampai ratusan orang. Hal tersebut
membuat orang-orang yang tinggal di Natuna resah, sehingga dilaporkan kepada
Bupati dan Bupati pun dengan cepat melaporkan hal tersebut ke Jakarta, agar
dapat memberi memberi solusi demi kenyamanan masyarakat. Tak lama setelah
dilaporkan, pak Soeharto langsung memberi respon dan melaporkannya pada
UNHCR yang bekerja khusus bagian pengungsian. Akhirnya pihak dari UNHCR
dan PBB turun tangan dan meminta Indonesia untuk mau menampung para
pengungsi Vietnam untuk sementara. Pak Soeharto dan para pemerintahan yang
lainnya setuju, sehingga turunlah perintah dari Pak Soeharto kepada TNI POLRI
untuk segera mensurvei tempat yang pantas dijadikan tempat tinggal pengungsi
Vietnam sementara. Didapatlah Pulau Galang karena waktu itu tahun 1979
jumlah penduduk yang menempati daerah tersebut masih tergolong masih sedikit.
Kemudian dibangunlah barak tempat pengungsi tinggal dan dinamakanlah tempat
ini Kampung Vietnam yang luasnya 80 . Pengungsi yang tinggal di Kampung
Vietnam sifatnya hanya sementara, karena awal persetujuan anatar Indonesia
dengan UNHCR dan PBB yaitu Indonesia mau menerima para pengungsi
Vietnam, Indonesia bersedia menyediakan tempat bagi para pengugsi, dan setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
keadaan Vietnam membaik, seluruh pengungsi harus dipulangkan atau
dipindahkan karena sifatnya hanya sementara. Sehingga mereka hanya tinggal di
Kampung Vietnam mulai dari tahun 1979 sampai 1996.
P Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap dan menjadi
warga negara Indonesia?
N2 Ga ada yang jadi warga negara Indonesia, semuanya dipulangkan ke negara
ketiga. Adapun yang jadi warga negara Indonesia cuma beberapa orang, tapi
harus dipulangkan dulu ke negara ketiga setelah itu mereka bebas. Jika ingin
pindah kewarganegaraan menjadi warganegara Indonesia bisa mengurus secara
pribadi di keduataan besar. Tapi saat mengurus dikedutaan besar biasanya sulit.
Tabel 1.c. Pertanyaan dan Jawaban N3 mengenai Sejarah Manusia Perahu
P Bagaimana sejarah awal keberadaan manusia perahu?
N3 Pada tahun 1975 terjadi perang Vietnam, itu perang saudara antara Vietnam
komunis dan Nasionalis tetapi mereka didukung oleh negara-negara seperti
Amerika, Uni Soviet, Prancis dan lain sebagainya. Ketika waktu perang itu,
mereka yang Nasionalis melarikan diri atau keluar dari negaranya untuk
menghindari perang. Kala peperangan berlangsung sudah banyak orang Vietnam
yang meninggalkan negaranya sendiri, kabur menggunakan perahu, baik mulai
dari bayi, anak kecil, sampai orang dewasa. Mereka mengarungi lautan
menggunakan kapal hampir satu setengah bulan bahkan dua bulan lamanya
makanya disebut dengan manusia perahu.
P Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke Indonesia?
N3 Tahun 1975 mereka terdampar di Tanjung Pinang, Pulau Matah, Natuna,
Anambas. Jadi para pengungsi yang ada di Tanjung Pinang waktu itu beragama
Katolik, sehingga gereja melayani mereka dan dari pihak gereja pun melaporkan
ke pemerintah karena kedatangan mereka sangat mengganggu penduduk karena
jumlahnya semakin banyak hingga akhirnya penduduk bingung untuk
menampung mereka. Setelah itu dari pusat memerintahkan mereka untuk
mengumpulkan para pengungsi yang ada di pulau-pulau untuk dipindahkan ke
Pulau Galang. Setelah mendapat keputusan untuk penempatan yang layak bagi
mereka.
P Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
N3 Jadi selama mereka di Pulau Galang, ada beberapa negara dan PBB yang turun
tangan atas mereka. Jadi dibangun fasilitas-fasilitas agama Vihara Quan Am Tu,
Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja Protestan, dan musala
khusunya untuk brimob dari Indonesia yang menjaga mereka. Tempat tinggal
orang Vietnam di Pulau Galang ini disebut dengan Kampung Vietnam karena
hanya para pengungsi Vietnam lah yang boleh tinggal kala itu. Sejarah lebih
lanjutnya mungkin bisa dijelaskan oleh pak Adnan atau dari buku sejarah.
P Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap dan menjadi
warga negara Indonesia?
N3 Tidak ada, jadi pada tahun 1995 sebenarnya mereka sudah harus dipulangkan
semua ke negara ketiga. Namun banyak dari mereka yang menangis dan menolak
bahkan sampai membakar kapal-kapal yang digunakan sebagai sarana untuk
pulang sebagai aksi penolakan terhadap PBB. Mereka takut saat dipulangkan ke
negara ketiga tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang layak. PBB
pun memperpanjang masa tempat tinggal mereka hingga satu tahun lagi, namun
pada tahun 1996 seluruh pengungsi Vietnam dipulangkan ke negara ketiga. Tidak
ada dari mereka yang boleh protes lagi, sehingga semua pengungsi ikut aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
dari PBB meskipun dengan berat hati mereka harus meninggalkan tempat tinggal
yang sudah ditempati mulai dari tahun 1979 hingga 1996. PBB menjamin mereka
agar saat dipulangkan ke negara ke tiga mereka mendapatkan pekerjaan sesuai
dengan kemampuannya masing-masing sehingga dapat menghidupi
kehidupannya di negara ketiga. Jadi semua pengungsi dipulangkan, ada yang ke
Amerika, Australia, Canada, bahkan negaranya semula yaitu Vietnam sehingga
Kampung Vietnam hanyalah tinggal bangunan dan tidak tertinggal 1 pun
pengungsi Vietnam yang menjadi warga negara Indonesia.
Tabel 1.d. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Pemaknaan Budaya
P Apa makna dari kebudayaan tersebut bagi manusia perahu?
N1 Semua kebudayaan yang mereka lakukan tentunya memiliki makna. Kebudayaan
yang mereka bawa dari daerahnya mereka jalani seperti biasa dan tentunya
memiliki makna seperti melaksanakan hari-hari besar, mengerjakan pekerjaan
seperti memahan, melukis itu masih membawa kebudayaannya yang tentunya
sangat bermakna bagi mereka untuk tetap dilestarikan. Adapun penggunaan 2
bahasa yang masih mereka gunakan adalah untuk tetap mengetahui asal usul
mereka dari Vietnam, penamaan nama Nguyen juga bermakna sebagai simbol
dari kebudayaan dari manusia perahu dan lain sebagainya semua memiliki
makna.
Tabel 1.e. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pemaknaan Budaya
P Apa makna dari kebudayaan tersebut bagi manusia perahu?
N2 Setiap kebudayaan yang ada di Kampung Vietnam tentunya memiliki pemaknaan
sendiri bagi mereka, seperti kebudayaan belanja yang dilakukan setiap hari Sabtu
namun kegiatan tersebut bergilir tentunya dari kebudayaan tersebut mereka
belajar bagaimana untuk menggunakan bahan-bahan makanan secara hemat
karena adanya keterbatasan atau giliran dalam belanja, keseharian menggunakan
2 bahasa yaitu Vietnam dan Prancis yang mengingatkan mereka bahwa dahulu
pernah dijajah lama oleh negara Prancis sehingga mereka mampu menguasai
bahasa Prancis, kemudian adanya pembagian bahan pokok dalam 5 hari sekali
yang tentunya memiliki makna bagi mereka yaitu tidak selalu bergantung pada
PBB dan mampu untuk menghasilkan pula, mereka juga melakukan perayaan-
perayaan hari besar seperti Imlek bagi orang yang keturunanan Tionghoa, Natal
untuk memperingati hari Kelahiran Tuhan Yesus Kristus bagi umat Katolik dan
juga Protestan. Hal tersebut semua mereka lakukan bersama-sama dan
kebudayaan tersebut terus bejalan selama mereka di Kampung Vietnam.
Tabel 1.f. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Budaya
P Apakah terdapat suatu kebudayaan tertentu sebelum adanya manusia perahu di
Pulau Galang?
N1 Kebudayaan yang ada di Pulau Galang pada saat itu seperti biasa saja, karena
penduduknya belum terlalu ramai, orang Melayu melaksanakan budaya Melayu,
orang Jawa melaksanakan budaya Jawa, ya seperti itu.
P Apakah ada perubahan kebudayaan dari masa dahulu sampai saat ini saat adanya
manusia perahu atau pulangnya manusia perahu?
N1 Tidak ada lagi berobat gratis bagi masyarakat sekitar, kebudayaan belajar bahasa
asing sudah tidak ada lagi, Kampung Vietnam merupakan saksi bisu bukti dari
rasa kemanusiaan dari negara Indonesia dan semenjak itu Pulau Galang sangat
dikenal dengan Kampung Vietnam. Setelah pulangnya manusia perahu ke negara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
ketiga, Kampung Vietnam dijadikan sebagai tempat objek wisata untuk tempat
belajar sejarah dan budaya yang pernah ada sebelumnya. Namun kini budaya
dengan rasa kemanusiaan di Kampung Vietnam tetap dipertahankan, yaitu rumah
sakit yang dulu pernah dibangun untuk para pengungsi kini digunakan sebagai
rumah sakit yang menangani pasien virus Corona atau COVID-19.
Tabel 1.g. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Budaya
P Apakah terdapat suatu kebudayaan tertentu sebelum adanya manusia perahu di
Pulau Galang?
N2 Kebudayaan sebelum adanya manusia perahu saya kurang tahu, karena saya
datang tahun 1980, setelah manusia perahu ada di Pulau Galang. Mungkin bisa
bertaya pak Adnan yang lebih mengetahui.
P Apakah ada perubahan kebudayaan dari masa dahulu sampai saat ini saat adanya
manusia perahu atau pulangnya manusia perahu?
N2 Perubahan kebudayaan, saat adanya manusia perahu di Pulau Galang ini seluruh
masyarakat boleh mendapatkan pengobatan gratis, terkadang juga saya bermain
di Kampung Vietnam dan mengikuti kebudayaan yang mereka lakukan juga ada
pembelajaran bahasa asing gratis bagi yang ingin ikut. Namun semenjak manusia
perahu pulang ke negara ketiga, Kampung Vietnam hanya diolah sebagai objek
wisata bagi orang-orang yang mau berkunjung dan melihat-lihat dulunya tempat
tinggal dan barang-barang peninggalan dari manusia perahu. Saat ini juga tempat
ini seluas 18 ha bagian Rumah Sakit dahulu digunakan untuk Rumah Sakit
penanganan pasien Virus Corona untuk sementara waktu karena masih tempatnya
sangat terjangkau.
Tabel 1.h. Pertanyaan dan Jawaban N1 mengenai Pandangan terhadap Kehidupan
Manusia Perahu
P Bagaimana pandangan bapak sebagai masyarakat mengenai kehidupan dan cara
bertahan hidup manusia perahu?
N1 Mereka bertahan hidup dengan menaati aturan yang ada, mereka juga mau
bekerja dengan para penjaga dan membuat usaha sendiri. Pandangan saya
mengenai kehidupan mereka sangat baik dan terbilang dapat dicontoh karena
tanpa ada tuntutan yang banyak, mereka mau tinggal dengan seadanya dan
dengan kebutuhan yang diberikan oleh PBB. Selama tinggal di Kampung
Vietnam juga mereka mampu mengolah ketenaga kerjaan sesama pengungsi,
sehingga adanya kegiatan produktif yang mereka lakukan.
Tabel 1.i. Pertanyaan dan Jawaban N2 mengenai Pandangan terhadap Kehidupan
Manusia Perahu
P Bagaimana pandangan bapak sebagai masyarakat mengenai kehidupan dan cara
bertahan hidup manusia perahu?
N2 Pandangan kami sebagai masyarakat mengenai cara bertahan hidup mereka ya
terbilang salut lah, mereka bisa bertahan dengan rukun dan mengikuti aturan
yang ada. Meskipun kadang ada yang nakal, tapi tidak banyak. Masyarakat juga
merasa senang karena bisa mendapatkan layanan berobat gratis dan mendapat
pendidikan bahasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Lampiran 2: Surat Izin Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Lampiran 3: Surat Izin Penelitian dari Badan Pengusahaan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 4: Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Berikut ini merupakan kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan peneliti
dalam membuat pedoman wawancara:
Aspek yang
diamati
Indikator Nomor
Pertanyaan
Aspek Historis dan
Geografis dari
manusia perahu
a. Letak geografis Kampung Vietnam 1, 2
b. Kondisi fisik Kampung Vietnam 3
c. Sejarah asal usul manusia perahu dan
Kampung Vietnam 4, 5, 6, 7
d. Perkembangan kehidupan manusia
perahu
8, 9, 10, 11,
12
Aspek Filosofis
(Kultur) pada cara
bertahan hidup
manusia perahu
a. Terkait budaya manusia perahu 13, 14, 15
b. Latar belakang diadakannya budaya
setempat 16, 17, 18
c. Perkembangan budaya manusia perahu 19, 20, 21,
22, 23
d. Pandangan masyarakat Galang mengenai
cara bertahan hidup manusia perahu 24, 25
Aspek Matematis
pada cara bertahan
hidup manusia
perahu
a. Aspek Counting pada cara bertahan hidup
manusia perahu
26, 32, 41,
43, 53
b. Aspek Locating pada cara bertahan hidup
manusia perahu 27, 30, 47
c. Aspek Measuring pada cara bertahan
hidup manusia perahu
29, 31, 33,
34, 37, 48
d. Aspek Desining pada cara bertahan hidup
manusia perahu 28, 38, 39,
e. Aspek Playing pada cara bertahan hidup
manusia perahu
35, 36, 42,
46, 51
f. Aspek Explaining pada cara bertahan
hidup manusia perahu
44, 49, 50,
52
g. Proses cara bertahan hidup manusia
perahu selama mengungsi 40, 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Lampiran 5: Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Berikut adalah pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti untuk
mengambil data selama proses wawancara berlangsung, meliputi :
1. Dimana letak Kampung Vietnam?
2. Bagaimana letak geografis Kampung Vietnam?
3. Apa yang bapak/ibu ketahui mengenai kondisi fisik dari Kelurahan Galang
sebelum adanya Kampung Vietnam?
4. Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
5. Siapa saja yang menempati Kampung Vietnam?
6. Tahun berapa manusia perahu memasuki Kecamatan Galang?
7. Bagaimana awal keberadaan manusia perahu?
8. Bagaimana cara mereka bertahan hidup ketika berada di Kampung Vietnam?
9. Apa saja yang manusia perahu lakukan saat berada di Kampung Vietnam?
10. Apakah ada aturan-aturan khusus yang dijalankan oleh manusia perahu selama
berada di Kampung Vietnam?
11. Bagaimana kondisi manusia perahu selama menjalankan kehidupannya di
Kampung Vietnam?
12. Peralatan dan fasilitas apa saja yang mereka gunakan saat bertahan hidup?
13. Budaya apa saja yang terdapat pada cara bertahan hidup dari manusia perahu?
14. Apakah terdapat suatu budaya tertentu sebelum adanya manusia perahu?
15. Bagaimana pelaksanaan kebudayaan tersebut?
16. Apa makna dari kebudayaan tersebut bagi masyarakat Kecamatan Galang?
17. Siapa saja yang ikut melaksanakan kebudayaan tersebut?
18. Dimana pelaksanaan kebudayaan manusia perahu berlangsung?
19. Apakah ada perubahan pelaksanaan kebudayaan dari masa dulu sampai saat
ini?
20. Apakah ada hambatan saat manusia perahu melaksanakan budaya pada saat
mempertahankan kehidupannya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
21. Bagaimana cara manusia perahu menghadapi hambatan tersebut?
22. Apakah kebudayaan tersebut terus berjalan selama pengungsian?
23. Apakah terjadi interaksi antara budaya masyarakat di Kampung Vietnam
dengan budaya masyarakat sekitar?
24. Bagaimana pandangan masyarakat mengenai kehidupan dan cara bertahan
hidup manusia perahu?
25. Menurut bapak/ibu apakah hal yang paling berkesan dari cara bertahan hidup
manusia perahu?
26. Berapa banyak jumlah manusia perahu dalam satu perahu saat mengarungi
lautan?
27. Dimana saja kah manusa perahu tersebar saat mencari tempat tinggalnya
sementara?
28. Bagaimana pola penyebaran mereka saat keluar dari peperangan?
29. Berapa lama mereka berada di lautan sampai bisa menempati tempat
pengungsian?
30. Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat pengungsiang manusia
perahu?
31. Bagaimana kondisi awal dari tempat pengungsian sementara yang akan
ditempati oleh manusia perahu?
32. Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam?
33. Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia perahu?
34. Apakah dengan luas wilayah pengungsian dengan jumlah manusia perahu
yang mengungsi sesuai?
35. Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu saat berada di
Kampung Vietnam?
36. Bagaimana cara manusia perahu mempertahankan hidupnya saat mengungsi?
37. Berapa lama manusia perahu tinggal di Kampung Vietnam?
38. Bagaimana pengaturan susunan bangunan-bangunan tempat pengungsian serta
fasilitas di Kampung Vietnam?
39. Apakah ada desain tertentu mengenai lokasi bangunan yang dibangun di
Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
40. Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan cara bertahan hidup
manusia perahu selama berada di Kampung Vietnam?
41. Berapa pertambahan manusia perahu di Kampung Vietnam?
42. Bagaimana cara mengatur sistem kehidupannya saat adanya pertambahan
manusia perahu di Kampung Vietnam?
43. Apa saja kebutuhan dari manusia perahu saat tinggal di Kampung Vietnam?
44. Apa saja perubahan desain wilayah saat adanya pertambahan jumlah manusia
perahu?
45. Apakah setiap cara bertahan hidup manusia perahu mempunyai makna/filosofi
tertentu?
46. Bagaimana cara mengatur sistem kehidupannya saat adanya pemulangan
manusia perahu dari Kampung Vietnam ke negara ketiga?
47. Dimana saja kah negara ketiga yang menjadi tempat manusia perahu menetap?
48. Berapa lama proses pemulangan manusia perahu dari Kampung Vietnam ke
negara ketiga?
49. Setelah manusia perahu semua dipulangkan, apakah mereka tidak pernah
datang lagi ke Kampung Vietnam?
50. Apa saja yang manusia perahu lakukan saat datang lagi ke Kampung
Vietnam?
51. Apakah ada aturan-aturan khusus yang dijalankan oleh manusia perahu ketika
berkunjung lagi ke Kampung Vietnam?
52. Bagaimana kondisi manusia perahu selama sudah menjalankan kehidupannya
yang baru ketika berkunjung ke Kampung Vietnam?
53. Peralatan dan fasilitas apa saja yang mereka berikan saat berkunjung lagi ke
Kampung?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Lampiran 6: Lembar Validasi Pedoman Wawancara
LEMBAR VALIDASI PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Peneliti
Nama Peneliti : Susanti Marsaulina Hole
NIM Peneliti : 161414031
Judul Penelitian : ETNOMATEMATIKA PADA CARA
BERTAHAN HIDUP MANUSIA PERAHU DI
KAMPUNG VIETNAM, KELURAHAN
SIJANTUNG, KECAMATAN GALANG,
KEPULAUAN RIAU
Tujuan Penelitian : 1. Untuk mengetahui sejarah dan budaya manusia
perahu dari zaman dahulu sampai saat ini
2. Untuk mengetahui pandangan masyarakat
Pulau Galang terhadap cara bertahan hidup
manusia perahu ketika di Kampung Vietnam,
Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang
3. Untuk mengetahui aspek matematis yang
terkait dengan cara bertahan hidup manusia
perahu
4. Untuk mengetahui pemanfaatan hasil etnoma-
tematika dari manusia perahu untuk
pembelajaran matematika di sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
B. Petunjuk
Lembar validasi ini dimaksudkan untuk mengetahui pendapat bapak/ibu
mengenai kelayakan pedoman wawancara yang akan digunakan peneliti dalam
proses pengambilan data pada penelitian ini. Adapun petunjuk dalam penilaian
pedoman wawancara ini sebagai berikut :
1. Bapak/ibu dimohon untuk memberikan penilaian dengan cara memberi
tanda centang ( ) pada kolom skala penilaian yang sesuai dengan
penilaian Bapak/ibu
2. Jika menurut Bapak/Ibu terdapat kekurangan pada pedoman wawancara
yang akan digunakan, Bapak/ibu dimohon untuk menuliskan
saran/masukan pada lembar saran yang disediakan
3. Makna skala penilaian sebagai berikut :
1 : Tidak valid
2 : Kurang valid
3 : Cukup valid
4 : Valid
5 : Sangat Valid
4. Atas kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar penilaian ini, diucapkan
terima kasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Lampiran 7: Transkrip Data N1
Transkrip Data N1 dari Wawancara
Transkrip ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti yang telah
direkam. Transkrip ini merupakan pengambilan data yang dilakukan kepada N1
dalam sejarah Manusia Perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Kecamatan Galang, Kepulauan Riau.
Subjek Penelitian Pertama
Nama : Said Adnan (54)
Asal : Kabupaten Kepulauan Anambas
Peran : Koordinator Lapangan Pulau Galang (Museum Ex Kamp
Vietnam)
Kode Subyek : N1
Pelaksanaan Penelitian I
Hari, tanggal : Rabu, 11 Maret 2020
Tempat Penelitian : Museum Kemanusiaan di Ex Kampung Vietnam
Hasil Wawancara :
P1001 : Boleh perkenalan diri dan menyebutkan biodata dulu pak?
N1001 : Nama saya Said Adnan, tugas di sini dari Badan Pengusahaan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam atau
biasa disebut BP Batam. Saya dipercayakan sebagai koordinator
lapangan mewakili General Meneger BP Batam sebagai Kepala
Museum Kemanusiaan di Pulau Galang bekas Ex Kamp Pengungsi
Vietnam. Saya sekarang berumur 54 tahun, tugas disini dari tahun
1987 ikut dari PT Karya Titan bagian enginerring listrik, jadi
sempat membaur dengan pengungsi.
P1002 : Apakah bapak asalnya dari Pulau Galang?
N1002 : Bapak sendiri dari Anambas atau disebut juga Natuna
P1003 : Ketika bapak bekerja di Kampung Vietnam mulai dari tahun 1987,
berarti bapak apakah sempat berbaur dengan manusia perahu?
N1003 : Iya saya sempat berbaur dengan manusia perahu ketika mereka
tinggal di Kampung Vietnam. Karena saya bekerja di Kampung
Vietnam ini dibantu juga dengan 3 orang manusia perahu yang
mempunyai keahlian listrik juga.
P1004 : Dimana letak Kampung Vietnam?
N1004 : Daerah kamp ini memasuki Kelurahan Sijantung, Kecamatan
Galang, Kodya Batam.
P1005 : Bagaimana letak geografis Kampung Vietnam?
N1005 : Sebelumnya daerah ini masuk Tanjung Pinang sepertinya
pemekarannya mulai tahun 1995 saat pembangunan jembatan
Barelang yaitu: Batam, Rempang, Galang jadi ada 6 jembatan.
P1006 : Apa yang bapak ketahui mengenai kondisi fisik dari Kelurahan
Galang sebelum adanya Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
N1006 : Dulunya sebelum dibangun Kampung Vietnam di sini ada PT
Mantrust dibuka mulai tahun 1960, yang bergerak di bidang
industri penanaman pohon nenas. Hasil produksinya dikirim ke
Singapura sekitar tahun 1966-1967. Dahulunya daerah ini masih
Desa Sijantung dan masyarakatnya semua adalah pendatang,
masyarakat aslinya yaitu masyarakat melayu berada di sebrang,
dengan mata pencarian sebagai nelayan atau tukang kayu
pembuatan kapal-kapal. Karena waktu itu cerita dari masyarakat
bahwa pimpinan dari PT Mentras kebunan nenas, terlibat kasus
G30S maka PT Mantrust langsung ditutup pada tahun 1970.
P1007 : Bagaimana sejarah awal keberadaaan manusia perahu?
N1007 : Pada tahun 1970 terjadi perang Vietnam, tahun 1975 kota Saigon
jatuh ke Vietnam Utara karena kalau kita lihat dari sejarah, perang
kurang lebih 5 tahun lamanya. Ini perang saudara dari cerita-cerita
pengungsi Vietnam yang masuk. Pada saat mereka masuk tahun
1975, ternyata tidak berhenti sampai di situ. Banyak warga
Vietnam yang melarikan diri dari negaranya untuk menghidari
perang saudara yang sedang berlangsung. Mereka kabur
menggunakan perahu, dan hidup di laut hampir selama satu bulan
sehingga mereka disebut dengan manusia perahu. Banyak perahu-
perahu lain yang masuk, mulai masuk di Asia: Malaysia,
Hongkong, Philipin, Thailand.
P1008 : Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke
Indonesia?
N1008 : Pada tanggal 22 Mei 1975 sudah ada pengungsi yang masuk ke
Indonesia, dengan membawa penumpang 1 kapal berisi 75 orang
itu lah pertama kalinya masuk di Natuna, karena Natuna dekat
dengan perbatasan Vietnam. Waktu itu mereka bisa masuk ke
daerah Natuna karena di sana terdapat Sumur Udang, pengeboran
minyak lepas pantai milik Continental Oil Company (Conoco)
yang bekerja sama antara Indonesia dengan Amerika. Nah dari situ
lah mereka masuk dan berhasil kemudian baru menyusul kapal-
kapal lainnya.
P1009 : Mengapa manusia perahu tidak mengungsinya ke negara terdekat
saja pak?
N1009 : Saat manusia perahu kabur menggunakan perahu, perahu mereka
sangat ditentukan oleh keadaan angin. Jika angin yang bertiup
adalah angin timur, maka akan mendarat di Thailand, sedangkan
jika yang bertiup angin selatan mereka akan terdampar di Hong
Kong. Namun apabila yang bertiup adalah angin barat, maka
negara yang dibanjiri pengungsi adalah Malaysia, Singapura dan
Indonesia. Jadi makanya mereka bisa sampai di Indonesia, karena
kapalnya mengikuti arah mata angin saat itu, dan juga kalau
mereka di usir maka kapalnya kembali berlayar dengan mengikuti
arah mata angin.
P1010 : Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
N1010 : Pada tahun 1978, di Indonesia sendiri jumlah pengungsi sudah
hampir 25.000 jiwa. Pemerintah daerah yakni Bupati melapor ke
Jakarta setelah mendapat laporan dari Camat Natuna, bahwa ada
pengungsi Vietnam Selatan yang masuk ke daerah Indonesia. Jadi
bupati melaporkan ke Jakarta, karena situasi di Natuna saat itu
sudah sangat meresahkan terutama tempat tinggal, makan, dan
juga fasilitas lainnya sehingga mengganggu ketertiban masyarakat
terutama keamanan. Setelah dilaporkan, ternyata hal tersebut
ditanggapi oleh alm. Pak Presiden Soeharto, lalu beliau langsung
turun ke Natuna untuk melihat situasi langsung dan benar ternyata
ada pengungsi Vietnam atau manusia perahu masuk ke Indonesia.
Setelah melihat kondisi tersebut, Pak Soeharto tidak lagi mengulur
waktu dan langsung bekerja sama dengan PBB khususnya bersama
UNHCR lalu menandatangani MOU pada 14 Juni 1978 dan
sekaligus langsung membuat Kamp di Pulau Kuku. Dalam hal ini
Pak Soeharto menyerahkan kepada TNI Polri yang kemudian
bekerja sama dengan PBB di lapangan. Pada saat penandatanganan
MOU, perjanjian yang dibuat adalah Indonesia bersedia
menampung para pengungsi Vietnam di Indonesia, lalu siap
menyediakan lahan untuk para pengungsi Vietnam, semua dana
kamp mulai dari awal sampai akhir dibiayai oleh PBB, dan hanya
bersifat sementara. Setelah semakin lama pengungsi tidak hanya
berhenti masuk pada Oktober 1978, pengungsi masuk terus ke
Indonesia seperti ke Riau, Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Kijang,
Batu singkir dan sebagainya. Melihat situasi tersebut, Kamp
Natuna sudah sangat penuh dan tidak mampu lagi menampung
karena lokasinya sangat penuh dan baraknya hanya berbentuk
barak dayak kalau tidak salah karena penampungan sementara.
Oleh Pak Soeharto mengeluarkan mandat lagi “Segera Survei
Kepulauan Riau”, nah dari hasil survey tersebut terpilihlah Pulau
Galang. Terpilihnya Pulau Galang ini karena ada beberapa faktor
yaitu: penduduknya masih sedikit, letaknya jauh dari jangkauan
masyarakat, letaknya strategis yaitu dekat dengan Singapura dan
Malaysia, dan ada sumber air. Akhirnya dibangunlah Kamp
pengungsian pada bulan April 1978 di Pulau Galang, dibangun
oleh kontraktor Indonesia seluas 80 Ha. Pada akhir tahun 1978
Kamp hampir selesai sekitar 85%, sudah selesai beberapa barak
penghuni, tersedia fasilitas-fasilitas seperti kantor, pelabuhan, air
bersih dan juga listrik. Pada tanggal 1 Januari 1979 Pak Soeharto
meresmikan Pulau Galang sebagai Kamp atas dasar kemanusiaan.
P1011 : Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap
dan menjadi warga negara Indonesia?
N1011 : Tidak ada, karena sesuai perjanjian yang sudah bapak katakan tadi
bahwa mereka hanya bersifat sementara dan tidak boleh menetap
di Indonesia. Semuanya dikembalikan ke negara ketika seperti ke
Amerika, Australia atau pun ke negara asalnya Vietnam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
P1012 : Siapa saja yang menempati Kampung Vietnam?
N1012 : Para pengungsi dari Vietnam, TNI POLRI, tenaga pengajar dari
Indonesia untuk pendidikan di sekolah, dan tenaga medis dari
Indonesia.
P1013 : Tahun berapa manusia perahu memasuki Kelurahan Galang?
N1013 : 1979
P1014 : Bagaimana cara mereka bertahan hidup ketika berada di Kampung
Vietnam?
N1014 : Mereka menjalani aktivitas seperti biasa yang mereka lakukan di
daerah asalnya dengan mematuhi aturan-aturan dari PBB dan
tenaga keamanan yang menjaga Kampung Vietnam.
P1015 : Apa saja yang manusia perahu lakukan saat berada di Kampung
Vietnam?
N1015 : Mereka melakukan aktivitas yang sehari-harinya seperti mandi,
masak, mencuci, berjualan, menonton bioskop, olah raga,
bersekolah, dan bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing.
P1016 : Apakah ada aturan-aturan khusus yang dijalankan oleh manusia
perahu selama berada di Kampung Vietnam?
N1016 : Aturan yang dijalankan mereka itu ada yang berasal dari mereka
sendiri yang berarti mereka buat sediri, ada juga aturan yang dibuat
oleh pemerintahan dari Indonesia. Tentunya itu bersifat khusus
karena hanya berlaku untuk manusia perahu saja selama mereka
berada dan tinggal di Kampung Vietnam.
P1017 : Bagaimana kondisi manusia perahu selama menjalankan
kehidupannya di Kampung Vietnam?
N1017 : Saat menjalani kehidupan, mereka cukup mematuhi aturan yang
telah dibuat oleh pemerintah dan PBB, hanya saja ada sedikit
kriminalitas namun langsung ditangani, dulu juga pernah ada aksi
demonstrasi namun bukan kepada pemerintah Indonesia tetapi
kepada PBB
P1018 : Peralatan dan fasilitas apa saja yang mereka gunakan saat bertahan
hidup?
N1018 : Fasilitas-fasilitasnya sangat lengkap, ada barak-barak pengungsi,
kantor, rumah sakit, penjara, air, listrik, rumah ibadah, sekolah dan
bangunan-bangunan yang mereka dirikan sendiri seperti coffee
shop, tempat gym dan lain sebagainya.
P1019 : Budaya apa saja yang terdapat pada cara bertahan hidup dari
manusia perahu?
N1019 : Mereka membawa budayanya sendiri ke Kampung Vietnam seperti
perayaan-perayaan besar yaitu: Natal, Imlek, dan lain sebagainya.
Mereka melakukan segala aktivitas hanya di luas daerah 80 Ha ini
saja dan melakukan semua kebudayaan yang mereka bawa dari
negara asalnya, hanya saja mereka dilarang untuk mengibarkan
bendera negaranya di Kampung Vietnam. Mereka juga melakukan
kegiatan sesuai dengan bidangnya masing-masing seperti
memahat, menjahit, melukis, belajar dan berjualan. Saat berada di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Kampung Vietnam, para pengungsi menggunakan 2 bahasa yaitu:
bahasa Inggris dan bahasa Prancis, begitu pula dengan mata uang
yang mereka gunakan yaitu Rupiah dan dollar. Saat hari-hari
tertentu juga mereka mempunyai hari-hari tertentu seperti ke
pantai Melur pada hari Minggu, pembagian makanan dilakukan
setiap 5 hari sekali, dan pada hari yang kesepuluh akan
ditambahkan minyak tanah pada bahan makanan yang dibagiakan
oleh kepala logistik konsumsi, masih banyak yang menggunakan
nama Nguyen, ada shopping boat setiap hari Sabtu, acara berlibur
ke pantai Melur setiap hari Minggu, serta adanya sistem zona
dalam lokasi tempat tinggalnya.
P1020 : Bagaimana pelaksanaan kebudayaan tersebut?
N1020 : Pelaksanaan kebudayaan yang mereka lakukan hanyalah dengan
orang-orang Vietnam saja, mereka melaksanakan segala aktivitas
dan budaya yang biasa mereka lakukan baik dari negara asal
mereka yang dibawa ke Kampung Vietnam maupun budaya baru
yang terbentuk saat bertahan hidup di Kampung Vietnam. Saat
pelaksanaan kebudayaan tersebut mereka melaksanakannya
dengan rasa hormat, menaati aturan, dan saling menghargai.
P1021 : Apakah terdapat suatu kebudayaan tertentu sebelum adanya
manusia perahu di Pulau Galang?
N1021 : Kebudayaan yang ada di Pulau Galang pada saat itu seperti biasa
saja, karena penduduknya belum terlalu ramai, orang melayu
melaksanakan budaya melayu, orang jawa melaksanakan budaya
jawa, ya seperti itu.
P1022 : Apakah ada perubahan kebudayaan dari masa dahulu sampai saat
ini saat adanya manusia perahu atau pulangnya manusia perahu?
N1022 : Tidak ada lagi berobat gratis bagi masyarakat sekitar, kebudayaan
belajar bahasa asing sudah tidak ada lagi, Kampung Vietnam
merupakan saksi bisu bukti dari rasa kemanusiaan dari negara
Indonesia dan semenjak itu Pulau Galang sangat dikenal dengan
Kampung Vietnam. Setelah pulangnya manusia perahu ke negara
ketiga, Kampung Vietnam dijadikan sebagai tempat objek wisata
untuk tempat belajar sejarah dan budaya yang pernah ada
sebelumnya. Namun kini budaya dengan rasa kemanusiaan di
Kampung Vietnam tetap dipertahankan, yaitu rumah sakit yang
dulu pernah dibangun untuk para pengungsi kini digunakan
sebagai rumah sakit yang menangani pasien virus Corona atau
COVID-19.
P1023 : Apakah ada hambatan saat manusia perahu melaksanakan budaya
pada saat mempertahankan kehidupannya?
N1023 : Hanya ada sedikit hambatan yang mereka alami saat melaksanakan
budaya saat mempertahankan kehidupannya, yaitu adanya sedikit
tindak kriminal dan adanya pertambahan penduduk yang semakin
padat. Namun secara umum semua berjalan dengan baik, semua
mendapatkan perlakuan baik, konsumsi dan keamanan sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
dengan standar kemanusiaan yang dilakukan oleh pemerintah dan
PBB.
P1024 : Bagaimana cara manusia perahu menghadapi hambatan tersebut?
N1024 : Manusia perahu menjalankan kehidupannya dengan sangat
menaati aturan, untuk menindaklanjuti dari hambatan-hambatan
tersebut seperti adanya tindak kriminal, mereka melaporkan pada
seksi keamanan yang berwajib untuk mengamankan dan untuk
menangani masalah pertambahan penduduk yang terus menerus
sehingga membuat barak pengungsian, mereka membangun barak-
barak tambahan dengan meminta dana dari PBB
P1025 : Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu saat berada
di Pantai Melur?
N1025 : Ketika di pantai biasanya mereka berenang, makan bersama, dan
bermain dengan sesama pengungsi. Permainannya yang biasa
dimainkan adalah menangkap jangkrik dengan mata tertutup.
P1026 : Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N1026 : Luas Kampung Vietnam adalah 80 , tapi terbagi-bagi menjadi
2 site yang memuat 6 zona, mulai dari Zona A-F. Setiap zona
memuat 2500-3000 orang, yang mana setiap memuat 9-10 blok,
setiap blok memiliki 33 barak. Pada blok di Zona selanjutnya
bertambah 10 barak setiap blok.
P1027 : Berapa banyak jumlah manusia perahu dalam satu perahu saat
mengarungi lautan?
N1027 : Saat pertama kali, eksodus pertama tahun 1975 perahu membawa
penumpang tepat 75 orang, kemudian eksodus kedua tahun 1975
perahu membawa penumpang sekitar 300 orang, seterusnya setiap
perahu membawa sekitar 300 orang lebih.
P1028 : Dimana saja kah manusia perahu tersebar saat mencari tempat
tinggalnya sementara?
N1028 : Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau Bintan,
Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Unggat di Pulau Bintan, Tanjung
Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di Pulau
Jemaja
P1029 : Bagaimana pola penyebaran mereka saat keluar dari peperangan?
N1029 : Ya awalnya mereka terkatung-katung di laut dengan kapal yang
mereka tumpangi sampai menemukan suatu pulau yang bisa untuk
dijadikan tempat mengungsi, mereka tersebar mulai dari
Hongkong, Kamboja, Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Banyak
pengungsi yang di usir dari negara-negara seperti Singapura dan
Malaysia sehingga mereka mulai memasuki negara Indonesia dan
tersebar di tempat-tempat yang sudah bapak bilang tadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Pelaksanaan Penelitian II
Hari, tanggal : Jumat, 13 Maret 2020
Tempat Penelitian : Museum Kemanusiaan di Ex Kampung Vietnam
Hasil Wawancara :
P1030 : Berapa lama mereka berada di lautan sampai bisa menempati
tempat pengungsian?
N1030 : Lamanya ada yang hampir 1 bulan, ada yang 2 bulan, ada yang
hampir 4-5 bulan karena mereka mengalami pengusiran terus.
P1031 : Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat pengungsiang
manusia perahu?
N1031 : UNHCR, PBB, memutuskan untuk menempatkan pengungsi
manusia perahu di Pulau Galang dengan izin dari Pemerintahan
Indonesia
P1032 : Bagaimana kondisi awal dari tempat pengungsian sementara yang
akan ditempati oleh manusia perahu?
N1032 : Kondisi awalnya dari tempat pengungsian seluas 80 tersebut
adalah bekas PT Mantrust kebunan nenas yang kemudian tutup
pada tahun 1970 kemudian setelah itu kondisinya lahan tersebut
hanya tinggal bangunan kosong yang ditumbuhi dan dipenuhi oleh
semak-semak dan rumput yang tinggi.
P1033 : Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung
Vietnam?
N1033 : Di Indonesia, jumlah pengungsi pada April 1979 berjumlah 11.060
orang. Pada pertengahan Juni, jumlah pengungsi mengalami
penaikankan menjadi sekitar 31.057 orang. Kemudian pada akhir
Juni jumlahnya telah mencapai sekitar 47.000 orang. Hingga jika
dihitung dari tahun 1975-1977 jumlahnya kedatangan manusia
perahu adalah 124.548 orang. Sementara ketika mereka tinggal di
Kampung Vietnam selama 16 tahun, jumlah seluruh penduduknya
adalah 250.000 orang.
P1034 : Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N1034 : 80 ha
P1035 : Apakah dengan luas wilayah pengungsian dengan jumlah manusia
perahu yang mengungsi sesuai?
N1035 : Sesuai
P1036 : Berapa lama manusia perahu tinggal di Kampung Vietnam?
N1036 : 16 Tahun
P1037 : Bagaimana pandangan bapak sebagai masyarakat mengenai
kehidupan dan cara bertahan hidup manusia perahu?
N1037 : Mereka bertahan hidup dengan menaati aturan yang ada, mereka
juga mau bekerja dengan para penjaga dan membuat usaha sendiri.
Pandangan saya mengenai kehidupan mereka sangat baik dan
terbilang dapat dicontoh karena tanpa ada tuntutan yang banyak,
mereka mau tinggal dengan seadanya dan dengan kebutuhan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
diberikan oleh PBB. Selama tinggal di Kampung Vietnam juga
mereka mampu mengolah ketenaga kerjaan sesama pengungsi,
sehingga adanya kegiatan produktif yang mereka lakukan.
P1038 : Bagaimana pengaturan susunan bangunan-bangunan tempat
pengungsian serta fasilitas di Kampung Vietnam?
N1038 : Ya susunannya di bangun beraturan dengan sistem 6 Zona, dari
Zona A sampai Zona F, setiap Zona memuat beberapa blok, dan
setiap blok itu memuat puluhan barak. Nah disetiap Zona
dibangun posko keamanan, yag bertugas menjaga keamanan, dan
juga ada sekolah, rumah sakit, dan bangunan-bangunan lainnya
dibangun berkumpul. Misalnya rumah ibadah, dibangun
berdekatan, lalu pasar 1 lokasi semua dan seperti itu juga yang
lainnya.
P1039 : Apakah ada desain tertentu mengenai lokasi bangunan yang
dibangun di Kampung Vietnam?
N1039 : Lokasi bangunan yang dibangun di kampung ya tetunya memiliki
desain yang diatur sedemikian rupa dengan mengikuti kondisi
alam. Misalnya saja di dekat sumber perairan maka akan dibangun
tangki-tangki tempat penampungan air, di pinggiran dekat laut juga
dibangun pelabuhan agar memudahkan pasokan makanan, barang-
barang, serta keperluan lain masuk ke Kampung Vietnam selain
dari jalur darat, serta guna pelabuhan juga digunakan untuk jalur
transportasi untuk para pengungsi Kampung Vietnam berbelanja
ke Tanjung Pinang, desain bangunan kamp dibangun dua tingkat
dimana tingkat pertama digunakan untuk dapur, sedangkan tingkat
kedua digunakan untuk tempat tidur, berkumpul dengan keluarga,
dan aktivitas lainnya, lokasi bangunan tempat ibadah dibuat
berdekatan, rumah sakit dibangun di dekat jalan masuk agar
masyarakat dari Pulau Galang yang ingin berobat gratis dapat
langsung berobat tanpa harus masuk ke dalam bagian lingkungan
pengungsi manusia perahu, serta lokasi lainnya juga tentunya pasti
memiliki desain tertentu.
P1040 : Apa saja kebutuhan pokok konsumsi yang diberikan oleh PBB
kepada manusia perahu selama 5 hari sekali tersebut?
N1040 : Kalau berbicara soal kebutuhan pokok sebenarnya ada banyak
yang dibutuhkan, namun untuk kebutuhan pokok yang diberikan
oleh PBB berupa: Beras 2 kg, gula 100 gr, teh 50 gr, garam 50 gr,
Lombok 25 gr, kacang hijau 25 gr, 3 bungkus mie instan, makanan
dalam kaleng (Ransum) 3 jenis, susu bubuk 150 gr, lalu setiap 10
hari sekali akan ditambahkan 2 liter minyak tanah per orang.
P1041 : Apa saja perubahan desain wilayah saat adanya pertambahan
jumlah manusia perahu?
N1041 : Perubahannya gak banyak, hanya saja ada pertambahan bangunan
barak-barak di luar blok yang dibuat oleh manusia perahu sendiri
karena barak yang mereka tempati sebelumnya sudah sangat
penuh. Selain itu tidak ada perubahan desain wilayah lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
P1042 : Menurut bapak apakah hal yang paling berkesan dari cara bertahan
hidup manusia perahu?
N1042 : Hal yang berkesan semua, ada banyak peninggalan sejarah yang
ditinggalkan manusia perahu sehingga bisa berkesan bagi kita
semua terutama untuk anak–anak sekolahan sekarang yang bisa
belajar sejarah dan kebudayaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 8: Transkrip Data N2
Transkrip Data N2 dari Wawancara
Transkrip ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti yang telah
direkam. Transkrip ini merupakan pengambilan data yang dilakukan kepada N2
dalam sejarah dan filosofis Manusia Perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan
Sijantung, Kecamatan Galang, Kepulauan Riau.
Subjek Penelitian Kedua
Nama : Abu Nawastewe (43)
Asal : Pulau Galang
Peran : Petugas Ditpam (Direktorat Pengamanan) Badan Pengusahaan
Batam
Kode Subyek : N2
Pelaksanaan Penelitian I
Hari, tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
Tempat Penelitian : Museum Kemanusiaan di Ex Kampung Vietnam
Hasil Wawancara :
P2001 : Silahkan Bapak untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu?
N2001 : Nama saya Abu Nawastewe, saya biasa dikenal dengan nama Abu
namun orang-orang luar juga kadang mengenal saya dengan julukan
Abu Galang. Saya berusia 43 tahun dan tinggal di Pulau Galang,
Kelurahan Sijantung sekitar Kampung Vietnam sini juga. Saya
bekerja di BP(Badan Pengusaha) Batam sebagai petugas Direktorat
Pengamanan yang bertugas di Pulau Galang.
P2002 : Bapak asalnya dari mana ya?
N2002 : Saya lahir d Sulawesi tahun 1977, lalu setelah 3 hari saya lahir, saya
dibawa orang tua saya merantau ke Selat Buaya di Senayang
(Lingga). Ketika tahun 1980 saat saya berusia tiga tahun, saya
beserta orang tua saya pindah ke Pulau Galang, di daerah Sijantung
untuk tinggal sampai saat ini.
P2003 : Apakah bapak pernah berbaur dengan manusia perahu ketika tinggal
di Sijantung?
N2003 : Saat saya tinggal pertama kali di Sijantung, saat masih berumur tiga
tahun bersama dengan keluarga. Saat masa kecil, saya sering sekali
bermain dengan anak-anak yang ada di Kampung Vietnam.
Memang saat itu ada pengawasan bagi masyarakat Pulau Galang
untuk tidak bergaul dengan manusia perahu kecuali untuk berobat
saja. Namun saat itu karena saya sudah mulai dari kecil sering
bergaul dengan manusia perahu dan berinteraksi maka saya
diperbolehkan untuk keluar masuk Kampung Vietnam. Ketika
beranjak remaja saya sering membantu ibu saya yang bekerja
membuka koperasi dan terkadang berjualan di dalam Kampung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Vietnam. Masyarakat yang di tinggal di Kampung Vietnam pun
sudah sangat mengenal saya dengan baik, karena itu saya sering
diajak untuk kut berpartisipasi dengan kegiatan yang mereka
lakukan. Saya juga mempunyai ayah dan ibu angkat di Kampung
Vietnam, karena sering bermain dengan anaknya.
P2004 : Apa yang bapak ketahui mengenai kondisi fisik dari Kelurahan
Galang sebelum adanya Kampung Vietnam?
N2004 : Saya kurang tahu kondisi sebelumnya, karena saya datang ke Pulau
Galang pada tahun 1980, waktu itu Kampung Vietnam sudah ada.
kalau dari cerita yang pernah saya dengar bahwa kondisi Pulau
Galang dulunya masih sepi, penduduknya belum terlalu banyak dan
banyak rumput-rumput dan ada sebuat PT Mantrust yang mengelola
perkebunan nenas. Selang beberapa tahun setelah tutup, bangunan
PT Mantrust tersebut ditumbuhi oleh rumput-rumput dan semak-
semak.
P2005 : Bagaimaan sejarah awal keberadaan manusia perahu?
N2005 : Jumlah pengungsi di Indonesia waktu itu makin banyak, tiap hari
ada kapal yang datang dan mengangkut puluhan bahkan sampai
ratusan orang. Hal tersebut membuat orang-orang yang tinggal di
Natuna resah, sehingga dilaporkan kepada Bupati dan Bupati pun
dengan cepat melaporkan hal tersebut ke Jakarta, agar dapat
memberi memberi solusi demi kenyamanan masyarakat. Tak lama
setelah dilaporkan, pak Soeharto langsung memberi respon dan
melaporkannya pada UNHCR yang bekerja khusus bagian
pengungsian. Akhirnya pihak dari UNHCR dan PBB turun tangan
dan meminta Indonesia untuk mau menampung para pengungsi
Vietnam untuk sementara. Pak Soeharto dan para pemerintahan
yang lainnya setuju, sehingga turunlah perintah dari Pak Soeharto
kepada TNI POLRI untuk segera mensurvei tempat yang pantas
dijadikan tempat tinggal pengungsi Vietnam sementara. Didapatlah
Pulau Galang karena waktu itu tahun 1979 jumlah penduduk yang
menempati daerah tersebut masih tergolong masih sedikit.
Kemudian dibangunlah barak tempat pengungsi tinggal dan
dinamakanlah tempat ini Kampung Vietnam yang luasnya 80 .
Pengungsi yang tinggal di Kampung Vietnam sifatnya hanya
sementara, karena awal persetujuan antara Indonesia dengan
UNHCR dan PBB yaitu Indonesia mau menerima para pengungsi
Vietnam, Indonesia bersedia menyediakan tempat bagi para
pengugsi, dan setelah keadaan Vietnam membaik, seluruh
pengungsi harus dipulangkan atau dipindahkan karena sifatnya
hanya sementara. Sehingga mereka hanya tinggal di Kampung
Vietnam mulai dari tahun 1979 sampai 1996.
P2006 : Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke
Indonesia?
N2006 : Ya seperti yang saya katakan tadi bahwa mereka melarikan diri ke
pulau yang mereka temukan yang paling cepat, tapi banyak katanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
dari cerita-cerita mereka bahwa ketika mereka sampai di Singapore
atau Malaysia atau negara-negara lainnya malah diusir. Hal itu lah
yang menyebabkan mereka berlayar lagi untuk menemukan pulau
lagi, sampailah mereka pertama kali di Natuna dan tinggal disitu
dengan tempat tinggal yang seadanya. Untuk lebih lengkapnya lagi
mengenai tanggal-tanggalnya mungkin bisa baca dibuku sejarah
atau tanya pak Adnan.
P2007 : Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
N2007 : Jumlah pengungsi di Indonesia waktu itu makin banyak, tiap hari
ada kapal yang datang dan mengangkut puluhan bahkan sampai
ratusan orang. Hal tersebut membuat orang-orang yang tinggal di
Natuna resah, sehingga dilaporkan kepada Bupati dan Bupati pun
dengan cepat melaporkan hal tersebut ke Jakarta, agar dapat
memberi memberi solusi demi kenyamanan masyarakat. Tak lama
setelah dilaporkan, pak Soeharto langsung memberi respon dan
melaporkannya pada UNHCR yang bekerja khusus bagian
pengungsian. Akhirnya pihak dari UNHCR dan PBB turun tangan
dan meminta Indonesia untuk mau menampung para pengungsi
Vietnam untuk sementara. Pak Soeharto dan para pemerintahan
yang lainnya setuju, sehingga turunlah perintah dari Pak Soeharto
kepada TNI POLRI untuk segera mensurvei tempat yang pantas
dijadikan tempat tinggal pengungsi Vietnam sementara. Didapatlah
Pulau Galang karena waktu itu tahun 1979 jumlah penduduk yang
menempati daerah tersebut masih tergolong masih sedikit.
Kemudian dibangunlah barak tempat pengungsi tinggal dan
dinamakanlah tempat ini Kampung Vietnam yang luasnya 80 ha.
Pengungsi yang tinggal di Kampung Vietnam sifatnya hanya
sementara, karena awal persetujuan anatara Indonesia dengan
UNHCR dan PBB yaitu Indonesia mau menerima para pengungsi
Vietnam, Indonesia bersedia menyediakan tempat bagi para
pengugsi, dan setelah keadaan Vietnam membaik, seluruh
pengungsi harus dipulangkan atau dipindahkan karena sifatnya
hanya sementara. Sehingga mereka hanya tinggal di Kampung
Vietnam mulai dari tahun 1979 sampai 1996.
P2008 : Bagaimana pola penyebaran manusia perahu di Indonesia saat keluar dari
peperangan?
P2008 : Manusia Perahu bisa sampai di Indonesia karena ada yang diusir dari
negara-negara sebelumnya yang telah mereka datangi seperti Singpuran,
Thailand, Hongkong dan lain-lain. Kemudian mereka melanjutkan
perjalanannya mengikuti mata angin barat sehingga bisa sampai ke
Indonesia. Manusia perahu yang sampai di Indonesia tersebar di Sei
Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau Bintan, Kawal di Pulau
Bintan, Tanjung Ungat di Pulau Bintan, Tanjung Uban di Pulau Bintan,
Letung di Pulau Jemaja, Air raya di Pulau Jemaja. Setelah itu mereka
semua dipindahkan ke Kampung Vietnam, di Pulau Galang
P2009 : Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap
dan menjadi warga negara Indonesia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
N2009 : Ga ada yang jadi warga negara Indonesia, semuanya dipulangkan ke
negara ketiga. Adapun yang jadi warga negara Indonesia Cuma
beberapa orang, tapi harus dipulangkan dulu ke negara ketiga
setelah itu mereka bebas. Jika ingin pindah kewarganegaraan
menjadi warganegara Indonesia bisa mengurus secara pribadi di
keduataan besar. Tapi saat mengurus dikedutaan besar biasanya
sulit.
P2010 : Siapa saja yang menempati Kampung Vietnam?
N2010 : Yang menempati Kampung Vietnam hanya orang-orang Vietnam
yang mengungsi dan para petugas yaitu POLRI, TNI untuk menjaga
keamanan dari Kampung Vietnam tersebut.
P2011 : Tahun berapa manusia perahu memasuki Kelurahan Galang?
N2011 : Mereka bermukim di Kampung Vietnam dari tahun 1979
P2012 : Bagaimana cara mereka bertahan hidup ketika berada di Kampung
Vietnam?
N2012 : Caranya ya dengan bekerja, mereka mereka bekerja lalu digaji oleh
PBB. Pekerjaannya ada berbagai jenis, sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki mereka masing-masing. Biasanya bagi yang tidak
memiliki kemampuan khusus, maka mereka akan berjualan di pasar
untuk mendapatkan uang agar bisa bertahan hidup
P2013 : Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam?
N2013 : Manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam itu hampir mencapai
250.000 orang. Mereka tinggal bersama-sama ditambah lagi ada petugas
keamanan dan yang mengurusi kehidupan manusia perahu, sehingga saat
itu Kampung Vietnam ini sangat ramai sekali.
P2014 : Apa saja yang manusia perahu lakukan saat berada di Kampung
Vietnam?
N2014 : Mereka melakukan kegiatan sama seperti pada umumnya, kayak
kita gini. Ada yang bekerja, nyuci, masak, jualan, bercocok tanam,
sekolah, dan lain sebagainya. Mereka juga melakukan kegiatan di
hari-hari besar atau hari-hari khusus yang mereka lakukan biasanya
di negara sebelumnya.
P2015 : Mengapa PBB memberikan kebutuhan pokok makanan pada
manusia perahu dengan aturan 1 kali dalam 5 hari?
N2015 : Kebutuhan yang diberikan oleh PBB kepada pengungsi memang
ada hari-hari tertentu, hal itu dikarenakan menurut perkiraan dari
PBB jumlah kebutuhan pokok yang diberikan cukup untuk
memenuhi kebutuhan mereka. Kebutuhan pokok yang diberikan
kepada pengungsi memang dalam 5 hari sekali, namun kebutuhan
tersebut dihitung berdasarkan per orang bukan per kepala keluarga.
Selain itu juga, pengungsi mempunyai hari tertentu untuk berbelanja
dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka.
P2016 : Apakah ada aturan-aturan khusus yang dijalankan oleh manusia
perahu selama berada di Kampung Vietnam?
N2016 : Ya ada, aturan-aturan khusus untuk manusia perahu karena mereka
bukan merupakan warga negara Indonesia. Meskipun ada aturan-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
aturan khusus yang diberikan namun mereka masih hidup sejahtera.
Aturan-aturan khusus itu seperti: mereka dilarang untuk bergaul
dengan masyarakat Indonesia, mereka dilarang keluar masuk
Kampung Vietnam kecuali ketika hari-hari tertentu seperti hari
shopping day yaitu hari Sabtu, dan hari Minggu yaitu hari berlibur
ke Pantai Melur yang jaraknya tidak jauh dari Kampung Vietnam,
mereka juga dilarang melakukan tindak kriminal karena adanya
aturan hukum yang tetap berlaku dan tindak seperti penjara, dan lain
sebagainya.
P2017 : Bagaimana kondisi manusia perahu selama menjalankan
kehidupannya di Kampung Vietnam?
N2017 : Kondisi manusia perahu tentunya sangat baik. Namun ketika awal-
awal kedatangan, dari cerita mereka ada yang merasa sedih karena
harus meninggalkan keluarganya, ada yeng sedih karena harus
kehilangan anggota keluarganya yang meninggal di tengah jalan,
dan ada juga yang harus berpisah dengan keluarganya karena beda
perahu dan beda tujuan tempat pengungsian. Namun seiring waktu
ada yang akhirnya bisa bertemu kembali dengan keluarganya karena
dipertemukan di Pulau Galang, dan ada juga yang harus
mengiklaskan keluarganya yang telah tidak ada lagi. Mereka semua
saling bahu-membahu, hidup dengan rasa kekeluargaanya sehingga
tumbuh dengan harmonis.
P2018 : Peralatan dan fasilitas apa saja yang mereka gunakan saat bertahan
hidup?
N2018 : Ketika mereka manusia perahu datang memang tidak membawa
barang-barang, hanya membawa sedikit harta yaitu uang dan itu pun
ada beberapa yang dirampas oleh bajak laut katanya ketika dalam
perjalanan, maka dari itu PBB menyediakan peralatan awal untuk
mereka tinggal di Pulau Galang dan melengkapi fasilitas yang
sekiranya dapat membantu mereka ketika di Pulau Galang.
P2019 : Budaya apa saja yang terdapat pada cara bertahan hidup dari
manusia perahu?
N2019 : Mereka melakukan kegiatan yang dibawa dari kebiasaannya di
negara sebelumnya Vietnam, ya ada yg jualan, ada bioskop, tempat
olahraga atau gym, setiap hari Sabtu biasanya mereka ada pergi
belanja di Tanjung Pinang tapi digilir bukan semuanya pergi, pada
hari Sabtu juga selalu ada senitasi yaitu hari bersih-bersih yang
dilakukan oleh para pengungsi, lalu ada hari khusus untuk
pembagian kebutuhan pokok biasanya 5 hari 1 kali kalau tidak
salah, lalu setiap hari Minggu mereka diperbolehkan untuk pergi ke
Pantai Melur, hanya ke Pantai Melur saja. Mereka juga ada kegiatan
belajar mengajar, paling banyak belajar bahasa seperti bahasa
Prancis, Inggris, Vietnam, Canada, karena di Kampung Vietnam
mereka menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Vietnam dan
Prancis. Penggunaan mata uangnya itu dollar dan Rupiah, di
Kampung Vietnam tersedia money changer yang digunakan sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
tempat menukarkan uang. Mereka juga melakukan aktivitas bertani,
menjahit, melukis, dan memahat.
P2020 : Bagaimana pelaksanaan kebudayaan tersebut?
N2020 : Pelaksanaan kebudayaannya berjalan dengan baik, karena area
Kampung Vietnam hanya sekitar 80 dan yang menjalani
kebudayaan tersebut hanyalah para pengungsi. Budaya yang tercipta
di Kampung Vietnam terus dilakukan dan mereka nurut dengan
aturan-aturan yang berlaku. Selama tinggal di Kampung Vietnam
pun mereka saling menghormati satu sama lain, mau terlibat dengan
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan di Kampung Vietnam.
P2021 : Apa makna dari kebudayaan tersebut bagi manusia perahu?
N2021 : Setiap kebudayaan yang ada di Kampung Vietnam tentunya
memiliki pemaknaan sendiri bagi mereka, seperti kebudayaan
belanja yang dilakukan setiap hari Sabtu namun kegiatan tersebut
bergilir tentunya dari kebudayaan tersebut mereka belajar
bagaimana untuk menggunakan bahan-bahan makanan secara hemat
karena adanya keterbatasan atau giliran dalam belanja, keseharian
menggunakan 2 bahasa yaitu Vietnam dan Prancis yang
mengingatkan mereka bahwa dahulu pernah dijajah lama oleh
negara Prancis sehingga mereka mampu menguasai bahasa Prancis,
kemudian adanya pembagian bahan pokok dalam 5 hari sekali yang
tentunya memiliki makna bagi mereka yaitu tidak selalu bergantung
pada PBB dan mampu untuk menghasilkan pula, mereka juga
melakukan perayaan-perayaan hari besar seperti imlek bagi orang
yang keturunanan Tionghoa, natal untuk memperingati hari
Kelahiran Tuhan Yesus Kristus bagi umat Katolik dan juga
Protestan. Hal tersebut semua mereka lakukan bersama-sama dan
kebudayaan tersebut terus bejalan selama mereka di Kampung
Vietnam.
P2022 : Apakah terdapat suatu kebudayaan tertentu sebelum adanya
manusia perahu di Pulau Galang?
N2022 : Kebudayaan sebelum adanya manusia perahu saya kurang tahu,
karena saat datang tahun 1980, setelah manusia perahu ada di Pulau
Galang. Mungkin bisa bertaya pak Adnan yang lebih mengetahui.
P2023 : Apakah ada perubahan kebudayaan dari masa dahulu sampai saat
ini saat adanya manusia perahu atau pulangnya manusia perahu?
N2023 : Perubahan kebudayaan, saat adanya manusia perahu di Pulau
Galang ini seluruh masyarakat boleh mendapatkan pengobatan
gratis, terkadang juga saya bermain di Kampung Vietnam dan
mengikuti kebudayaan yang mereka lakukan juga ada pembelajaran
bahasa asing gratis bagi yang ingin ikut. Namun semenjak manusia
perahu pulang ke negara ketiga, Kampung Vietnam hanya diolah
sebagai objek wisata bagi orang-orang yang mau berkunjung dan
melihat-lihat dulunya tempat tinggal dan barang-barang peninggalan
dari manusia perahu. Saat ini juga tempat ini seluas 18 bagian
Rumah Sakit dahulu digunakan untuk Rumah Sakit penanganan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Virus Corona untuk sementara waktu karena masih tempatnya
sangat terjangkau.
P2024 : Siapa saja yang ikut melaksanakan kebudayaan tersebut?
N2024 : Kegiatan budaya tersebut hanya diikuti oleh manusia perahu, namun
kadang juga mereka mengajak penjaga keamanan untuk ikut terlibat
ketika sedang mengadakan hari-hari besar. Pelaksanaan kebudayaan
tersebut kebanyakan hanyalah dilaksaakan oleh manusia perahu
karena lingkungannya yang tertutup
P2025 : Dimana pelaksanaan kebudayaan manusia perahu berlangsung?
N2025 : Di Kampung Vietnam
P2026 : Apakah ada perubahan pelaksanaan kebudayaan dari masa dulu
sampai saat ini?
N2026 : Saya pikir tidak ya, namun mereka kalau sekarang kan tidak ada
lagi di Kampung Vietnam. Jadinya budaya mereka tidak ada lagi,
yang ada hanya tinggal bangunannya dan semenjak kepergian
mereka tahun 1996, Kampung Vietnam dijadikan sebagai tempat
wisata dan dilestarikan untuk mengenang adanya bukti dari sejarah
kemanusiaan. Tapi pada tahun 2020 ini rumah sakit yang dulu
dipakai manusia perahu yang ada di Kampung Vietnam kini
direnovasi dan digunakan sebagai rumah sakit untuk menanggulangi
penyakit Corona.
P2027 : Apakah ada hambatan saat manusia perahu melaksanakan budaya
pada saat mempertahankan kehidupannya?
N2027 : Mungkin saja ada ya, karena kan dari kebiasaan yang mereka
lakukan tentunya mungkin sama dengan budaya yang biasa mereka
lakukan dengan biasanya ketika di Vietnam. Namun ketika di
Kampung Vietnam ada beberapa budaya yang tidak bisa dijalankan,
seperti menerbangkan bendera kenegaraan mereka, menggunaan
peralatan-peralatan dari Indonesia, dan makanan-makanan yang
mereka makan berasal dari Indonesia.
P2028 : Bagaimana cara manusia perahu menghadapi hambatan tersebut?
N2028 : Caranya ya dengan menyesuaikan diri saja, menjalani kebudayaan
yang bisa terjalani dan mungkin ada yang harus berubah karena
lingkungan yang sudah berbeda pula dan cara hidup yang beda dari
sebelumnya.
P2029 : Apakah kebudayaan tersebut terus berjalan selama pengungsian?
N2029 : Ya berjalan, tapi khusus mereka-mereka saja
P2030 : Apakah terjadi interaksi antara budaya masyarakat di Kampung
Vietnam dengan budaya masyarakat di sekitarnya?
N2030 : Interaksi antara masyarakat Kampung Vietnam dengan masyarakat
Pulau Galang hanya sebatas tenaga medis, sehingga tidak ada
interaksi kebudayaan yang terjadi. Namun saja terkadang ada
masyarakat yang diam-diam masuk ke kawasan Kampung Vietnam
untuk belajar bahasa di sekolah, dan terkadang juga ikut menonton
pemutaran Video saat malam hari. Saya saja jadinya bisa bahasa
Vietnam akibat sering main ke Kampung Vietnam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
P2031 : Bagaimana pandangan masyarakat mengenai kehidupan dan cara
bertahan hidup manusia perahu?
N2031 : Pandangan kami sebagai masyarakat mengenai cara bertahan hidup
mereka ya terbilang salut lah, mereka bisa bertahan dengan rukun
dan mengikuti aturan yang ada. Meskipun kadang ada yang nakal,
tapi tidak banyak. Masyarakat juga merasa senang karena bisa
mendapatkan layanan berobat gratis dan mendapat pendidikan
bahasa.
P2032 : Menurut bapak apakah hal yang paling berkesan dari cara bertahan
hidup manusia perahu?
N2032 : Hal yang paling berkesan adalah saat mereka berada di Kampung
Vietnam yang bukan negaranya, mereka tetap menjunjung tinggi
budayanya, menghargai petugas keamanan, mau terlibat dalam
program-program yang telah diatur untuk manusia perahu, dan
mereka sangat ramah kepada saya.
P2033 : Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat pengungsian
manusia perahu?
N2033 : Sesuai persetujuan Pemerintah Indonesia, UNCHR , dan PBB
adalah di Pulau Galang, Kelurahan Sijantung.
P2034 : Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam?
N2034 : Manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam itu hampir
mencapai 250.000 orang. Mereka tinggal bersama-sama ditambah
lagi ada petugas keamanan dan yang mengurusi kehidupan manusia
perahu, sehingga saat itu Kampung Vietnam ini sangat ramai sekali.
P2035 : Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N2035 : 80
P2036 : Apakah dengan luas wilayah pengungsian dengan jumlah manusia
perahu yang mengungsi sesuai?
N2036 : Kalau secara kenyataan tidak sesuai karena jumlah penduduknya
mencapai 250.000 orang, dengan jumlah setiap zona memuat 2500-
3000 orang, yang mana setiap zona memuat 9-10 blok, setiap blok
memiliki 33 barak. Ini berarti jumlah setiap barak memuat sekitar 9-
10 orang lebih. Namun mereka tetap bertahan dengan alasan sudah
nyaman dan ingin tetap tinggal di Indonesia saja.
P2037 : Apakah saja kebutuhan pokok konsumsi yang diberikan oleh PBB
kepada manusia perahu selama 5 hari sekali tersebut?
N2037 : Kebutuhan yang diberikan itu ada beras, gula, teh, garam, cabe,
kacang hijau, mi instan, dan susu bubuk untuk yang memiliki anak.
Setahu saya itu, lalu pas hari ke sepuluh biasanya ditambah dengan
minyak tanah, karena mereka masak menggunakan kompor atau
menggunakan api bakar yang menggunakan bahan bakar minyak
tanah, sama seperti yang lainnya.
P2038 : Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh manusia perahu ada saat
berada di Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
N2038 : Mereka melakukan kegiatan saat 5 hari sekali yaitu: mengambil
bahan makanan ke bagian logistik konsumsi keseharian, setiap hari
Sabtu ada Shopping boat yang dilakukan bergilir setiap bloknya,
pada hari Sabtu pula ada kegiatan Sanitasi yaitu bersih-bersih
seluruh Kampung Vietnam bagi yang tidak berbelanja, belajar
kegiatan seni seperti menjahit, memahat, melukis daln lain
sebagainya, mereka juga setiap malam menonton pemutaran video
dan harus berakhir pada pukul 00.00 WIB, pada hari Minggu ada
kegiatan ke Pantai Melur bagi seluruh Manusia Perahu, dan ada
kegiatan-kegiatan hari-hari besar yang mereka lakukan.
P2039 : Bagaimana cara manusia perahu mempertahankan hidupnya saat
mengungsi?
N2039 : Mereka menjalani aktivitasnya seperti biasa dan sesuai dengan
keahlian mereka masing-masing, seperti dokter yang bertugas di
Rumah Sakit, guru yang mengajar anak-anak di sekolah, tukang
pahat memahat, dan bagi orang-orang yang belum mempunyai
keahlian khusus diajarkan untuk menjahit, memahat, melukis,
mengurusi pengaturan air, bertani, dan lain sebagainya, agar seluruh
manusia perahu dapat hidup produktif.
P2040 : Berapa banyak fasilitas di tempat pengungsian manusia perahu?
N2040 : 1. 13 barak untuk sekolah di site 1
2. 3 barak untuk kantor di site 1
3. 5 barak untuk karantina di site 1
4. 4 tangki air (1 tangki = 150 m3) di site 1
5. 2 tangki air (1 tangki = 250 m3) di site 2
6. 1 tangki air (1 tangki = 150 m3) di Sungai Gong
7. 1 sumur bor (kapasitas 80 ton/hari)
8. 1 Rumah Sakit di site 1 dengan fasilitas berupa:
1 departemen laboratorium
1 departemen radiologi
1 ruang operasi
1 farmasi
9. 1 Poliklinik di site 2
10. 1 set dental Chinac di site 1 dan 2
11. 2 buah Gereja
12. 2 buah Pagoda
13. 1 buah Mushola
P2041 : Bagaimana lokasi penempatan fasilitas di Kampung Vietnam?
N2041 : Penempatan fasilitas disesuaikan dengan sumber daya lingkungan di
sekitar, seperti Rumah Sakit dibangun di dekat pintu masuk
Kampung Vietnam agar memudahkan masyarakat yang tinggal di
sekitar Kampung Vietnam bisa menjangkau lokasinya, fasilitas-
fasilitas Rumah Sakit juga dibangun tidak jauh dari Rumah Sakit,
lalu peletakan tangki-tangki air diletakkan di kedua site agar semua
pengungsi dapat terjangkau, ada juga tangki air yang diletakkan di
sungai gong agar dapat menampung dari sumber air, kemudian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
peletakan pasar menjadi 1 lingkungan pasar seluruhnya, di depan
gerbang pintu masuk ada post satpam yang menjaga keluar
masuknya orang dari Kampung Vietnam, dan bangunan lain
sebagainya
P2042 : Bagaimana pengaturan susunan bangunan-bangunan tempat
pengungsian serta fasilitas di Kampung Vietnam?
N2042 : Pengaturannya dengan sistem pengelompokan yang terbagi 6 Zona,
dimana setiap Zona memiliki 9-10 blok, dan setiap blok terdiri dari
33 barak pada Zona A, 43 barak setiap blok pada Zona B, dengan
perbedaan 10 barak setiap blok. Setiap Zona memiliki 1 buah pos
keamanan yang menjaga dan menyampaikan informasi atau sebagai
tempat melaporkan kejadian-kejadian yang terjadi.
P2043 : Apakah ada desain tertentu mengenai lokasi bangunan yang
dibangun di Kampung Vietnam?
N2043 : Desain mengenai lokasi bangunannya saya kurang tau ya, setahu
saya hanya ya lokasi-lokasi bangunannya diatur mengelompok dan
fasilitasnya disebar di setiap Zona.
P2044 : Adakah faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan cara bertahan
hidup manusia perahu selama berada di Kampung Vietnam?
N2044 : Ya faktor-faktornya seperti barang-barang yang digunakan berbeda,
budaya yang ada di Indonesia juga berbeda dengan budaya
Vietnam, dan adanya aturan-aturan yang harus diikuti selama
berada di Kampung Vietnam sehingga adalah perubahan cara
hidupnya dari ketika mereka berada di Vietnam dengan di Kampung
Vietnam
P2045 : Berapa pertambahan manusia perahu di Kampung Vietnam?
N2045 : Dari tahun 1979 sampai 1897 itu berjumlah 250.000 jiwa
P2046 : Berapa banyak kebutuhan pengurus manusia perahu ketika
mengungsi di Kampung Vietnam?
N2046 : Kebutuhan kepengurusan dengan total 12 orang:
1. Administrasi dan keuangan
2. Pusat edukasi dan kebudayaan
3. Perlengkapan dan penyediaan
4. Pengobatan dan kesehatan
5. Surat menyurat
6. Permukiman dan peribadatan
7. Sanitasi
8. Kesejahteraan sosial
9. Hiburan dan olah raga
10. Distribusi air
Pengurusnya dipilih dari pengungsi yang dipercaya oleh petugas
Satpamwat. Dari dua site yang ada di kamp pengungsi Galang,
dibagi ke dalam lima pimpinan barak. Tiap pemimpin barak dibantu
tiga seksi, yaitu seksi disiplin, logistik, dan sanitasi dan hygiene.
P2047 : Bagaimana cara mengatur sistem kehidupannya saat adanya
pertambahan manusia perahu di Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
N2047 : Cara mengaturnya adalah dengan selalu melaporkan kepada penjaga jika
ada pengungsi yang meninggal atau melahirkan dengan hal tersebut semua
penduduk terdata dan penjumlahan penduduk bisa untuk diatasi. Jika
sudah didaftarkan anggota pengungsi yang bertambah maka petugas bisa
langsung menjatah kebutuhan yang diperlukan.
P2048 : Apa saja kebutuhan dari manusia perahu saat tinggal di Kampung
Vietnam?
N2048 : Kebutuhan yang mereka butuhkan tentunya kebutuhan makanan,
tempat tinggal yang layak, pakaian, keamanan, pendidikan,
kesehatan, air bersih, dan lain sebagainya. Kebutuhan pangan
sebenarnya sudah didapat dari PBB, karena PBB setiap 5 hari sekali
manusia perahu mendapatkan bahan pokok makanan setiap
orangnya. Mereka juga diberikan benih sayuran dan tanaman
lainnya untuk dapat ditanam agar bisa mendapatkan makanan
tambahan selain dari PBB. Untuk memenuhi kebutuhan mereka,
keamanan yang menjaga Kampung Vietnam selalu melibatkan
manusia perahu dan nantinya memperoleh upah dari PBB, yang
akan dilaporkan ke PBB oleh keamanan yang menjaga.
P2049 : Apakah saja kebutuhan pokok konsumsi yang diberikan oleh PBB kepada
manusia perahu selama 5 hari sekali tersebut?
N2049 : Kebutuhan yang diberikan itu ada beras, gula, teh, garam, cabe, kacang
hijau, mi instan, dan susu bubuk untuk yang memiliki anak. Setahu saya
itu, lalu pas hari ke sepuluh biasanya ditambah dengan minyak tanah,
karena mereka masak menggunakan kompor atau menggunakan api bakar
yang menggunakan bahan bakar minyak tanah, sama seperti yang lainnya.
P2050 : Apakah setiap cara bertahan hidup manusia perahu mempunyai
makna/filosofi tertentu?
N2050 : Saya rasa ada namun tidak semua. Mempunyai makna atau filosofi.
Kegiatan bertahan hidup yang hanya untuk sementara di Kampung
Vietnam ini membuat banyak dari mereka belajar bersyukur dan
berterima kasih kepada negara Indonesia yang sudah menerima
mereka untuk tinggal sementara yaitu sekitar 16 tahun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 9: Transkrip Data N3
Transkrip Data N3 dari Wawancara
Transkrip ini ditulis untuk mewakili data yang diperoleh peneliti yang telah
direkam. Transkrip ini merupakan pengambilan data yang dilakukan kepada N3
dalam sejarah Manusia Perahu di Kampung Vietnam, Kelurahan Sijantung,
Kecamatan Galang, Kepulauan Riau.
Subjek Penelitian Ketiga
Nama : Mamak (63)
Asal : Tembesi
Peran : Penjaga Gereja Katolik di Kampung Vietnam
Kode Subyek : N3
Pelaksanaan Penelitian I
Hari, tanggal : Rabu, 11 Maret 2020
Tempat Penelitian : Museum Kemanusiaan di Ex Kampung Vietnam
Hasil Wawancara :
P3001 : Baik bu, boleh memperkenalkan diri dulu sebelumnya
N3001 : Nama saya mamak, berusia 63 tahun. Saya disini ditugaskan untuk
menjaga dan merawat gereja Katolik yang ada di Kampung
Vietnam ini. Saya sudah bekerja di Kampung Vietnam ini sudah 3
tahun lebih, sebelumnya saya bekerja di Jalan Salib lalu
dipindahkan kemari. Saya tinggal di Tembesi, bukan dari Pulau
Galang. Jadi setiap pagi saya datang kemari untuk bekerja sampai
sore sekitar pukul 4 atau 5 sore.
P3002 : Bagaimana sejarah awal keberadaan manusia perahu?
N3002 : Pada tahun 1975 terjadi perang Vietnam, itu perang saudara anatara
Vietnam komunis dan Nasionalis tetapi merka didukung oleh
negara-negara seperti Amerika, Uni Soviet, Prancis dan lain
sebagainya. Ketika waktu perang itu, mereka yang Nasionalis
melarikan diri atau keluar dari negaranya untuk menghindari
perang. Kala peperangan berlangsung sudah banyak orang Vietnam
yang meninggalkan negaranya sendiri, kabur menggunakan perahu
baik mulai dari bayi, anak kecil, sampai orang dewasa. Mereka
mengarungi lautan menggunakan kapal hampir setengah satu bulan
bahkan dua bulan lamanya makanya disebut dengan manusia
perahu.
P3003 : Bagaimana awal keberadaan manusia perahu bisa sampai ke
Indonesia?
N3003 : Tahun 1975 mereka terdampar di Tanjung Pinang, Pulau Matah,
Natuna, Anambas. Jadi para pengungsi yang ada di Tanjung Pinang
waktu itu beragama Katolik, sehingga gereja melayani mereka dan
dari pihak gereja pun melaporkan ke pemerintah karena kedatangan
mereka sangat mengganggu penduduk karena jumlahnya semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
banyak hinggak akhirnya penduduk bingung untuk menampung
mereka. Setelah itu dari pusat memerintahkan mereka untuk
mengumpulkan para pengungsi yang ada di pulau-pulau untuk
dipindahkan ke Pulau Galang. Setelah mendapat keputusan untuk
penempatan yang layak bagi mereka.
P3004 : Bagaimana sejarah terbentuknya Kampung Vietnam?
N3004 : Jadi selama mereka di Pulau Galang, ada beberapa negara dan PBB
yang turun tangan atas mereka. Jadi dibangun fasilitas-fasilitas
agama Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo
Nhiem, gereja protestan, dan mushala khusunya untuk brimob dari
Indonesia yang menjaga mereka. Tempat tinggal orang Vietnam di
Pulau Galang ini disebut dengan Kampung Vietnam karena hanya
para pengungsi Vietnam lah yang boleh tinggal kala itu. Sejarah
lebih lanjutnya mungkin bisa dijelaskan oleh pak Adnan atau dari
buku sejarah.
P3005 : Berarti apakah ada dari pengungsi Vietnam yang tinggal menetap
dan menjadi warga negara Indonesia?
N3005 : Tidak ada, jadi pada tahun 1995 sebenarnya mereka sudah harus
dipulangkan semua ke negara ketiga. Namun banyak dari mereka
yang menangis dan menolak bahkan sampai membakar kapal-kapal
yang digunakan sebagai sarana untuk pulang sebagai aksi penolakan
terhadap PBB. Mereka takut saat dipulangkan ke negara ketiga tidak
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan yang layak. PBB pun
memperpanjang masa tempat tinggal mereka hingga satu tahun lagi,
namun pada tahun 1996 seluruh pengungsi Vietnam dipulangkan ke
negara ketiga. Tidak ada dari mereka yang boleh protes lagi,
sehingga semua pengungsi ikut aturan dari PBB meskipun dengan
berat hati mereka harus meninggalkan tempat tinggal yang sudah
ditempati mulai dari tahun 1979 hingga 1996. PBB menjamin
mereka agar saat dipulangkan kenegara ke tiga mereka
mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya masing-
masing sehingga dapat menghidupi kehidupannya di negara ke tiga.
Jadi semua pengungsi dipulangkan, ada yang ke Amerika, Australia,
Canada, bahkan negaranya semula yaitu Vietnam sehingga
Kampung Vietnam hanyalah tinggal bangunan dan tidak tertinggal 1
pun pengungsi Vietnam yang menjadi warga negara Indonesia.
P3006 : Kalau dulu kan yang menempati Kampung Vietnam ini adalah
manusia perahu, lalu untuk saat ini siapa saja yang menempati
Kampung Vietnam?
N3006 : Saat ini tidak ada yang menempati Kampung Vietnam, karena
tempat ini bangunan-bangunan barak semua sudah pada hancur,
hanya tinggal beberapa bangunan saja yang masih terawat. Kalau
dikatakan menempati memang tidak ada, namun setiap hari ada
petugas-petugas yang menjaga bangunan-bangunan yang masih
dirawat seperti gereja, museum, kuburan, dan pagoda. Tapi
sekarang ini akan diadakan proses pembangunan rumah sakit untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
COVID-19 di lokasi rumah sakit yang dulu digunakan oleh manusia
perahu, jadinya untuk kedepannya mungkin banyak dokter, petugas
kesehatan, serta pasien-pasien yang menempati Kampung Vietnam
ini.
P3007 : Tahun berapa manusia perahu memasuki Kelurahan Galang?
N3007 : Tahun 1979 setelah diresmikannya Kampung Vietnam sebagai
tempat pengungsian sementara
P3008 : Setelah manusia perahu semua dipulangkan, apakah mereka tidak
pernah datang lagi ke Kampung Vietnam?
N3008 : Ohh pernah, malahan sering. Mereka datang ke Kampung Vietnam
untuk melakukan ziarah karena banyak kuburan keluarganya yang
dikubur di Kampung Vietnam. Mereka juga datang berkunjung
untuk mengenang masa-masa saat dulu tinggal di Kampung
Vietnam.
P3009 : Apa saja yang manusia perahu lakukan saat datang lagi ke
Kampung Vietnam?
N3009 : Mereka datang untuk ziarah, berkeliling-keliling, ke gereja
melakukan ibadah, terkadang juga datang reuni bersama manusia
perahu lainnya yang dulu pernah tinggal di Kampung Vietnam.
P3010 : Apakah ada aturan-aturan khusus yang dijalankan oleh manusia
perahu ketika berkunjung lagi ke Kampung Vietnam?
N3010 : Setau saya tidak ada karena saat mereka datang ke Kampung
Vietnam ya datang saja, mereka juga disambut bak oleh petugas-
petugas yang ada di Kampung Vietnam karena tahu bahwa mereka
adalah manusia perahu yang dulu pernah mengungsi.
P3011 : Bagaimana kondisi manusia perahu selama sudah menjalankan
kehidupannya yang baru ketika berkunjung ke Kampung Vietnam?
N3011 : Kondisi mereka baik, mereka sangat senang dan merasa berterima
kasih kepada Indonesia karena sudah bermurah hati untuk
menampung mereka ketika kampung halamannya sedang
mengalami perang saudara. Mereka juga sering memberikan
bantuan-bantuan dana untuk memperbaiki kuburan, perbaikan
fasilitas gereja dan lain sebagainya.
P3012 : Peralatan dan fasilitas apa saja yang mereka berikan saat
berkunjung lagi ke Kampung ?
P3012 : Peralatan yang mereka berikan itu ada kursi, baan-bahan bangunan
untuk memperbaiki fasilitas-fasilis bangunan yang masih layak,
uang utuk perawatan kuburan, dan dana lain untuk memperbaiki
atau renovasi jika perlu untuk tetap menjaga kelestarian dari
Kampung Vietnam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Pelaksanaan Penelitian II
Hari, tanggal : Rabu, 18 Maret 2020
Tempat Penelitian : Museum Kemanusiaan di Ex Kampung Vietnam
Hasil Wawancara :
P3013 : Apakah Mamak pernah berbaur dengan manusia perahu ketika
tinggal di Sijantung?
P3013 : Mamak belum pernah berbaur dengan manusia perahu saat di
Kampung Vietnam, karena mamak bukan tinggal di daerah sini saat
itu. Namun unutk saat ini mamak berbaur dengan mereka sejak
tahun 2017 karena bekerja sebagai penjaga gereja dan manusia
perahu yang dulunya pernah tinggal di Kampung Vietnam sering
datang berkunjung.
P3014 : Apakah saat manusia perahu datang ke Kampung Vietnam masih
melaksanakan budaya pada saat mempertahankan kehidupannya?
N3014 : Ya mereka datang ke Kampung Vietnam hanya melaksanakan
budaya ziarah saja selain itu tidak ada, karena mereka tidak tinggal
disini lagi.
P3015 : Berapa banyak jumlah manusia perahu dalam satu perahu saat
mengarungi lautan?
N3015 : Perahu yang mereka tumpangi itu termasuk agak besar sehingga
mereka bisa naik perahu beramai-ramai dengan jumlah penumpang
mencapai 300 orang lebih. Itu pun di dalam perahu mereka
berdesak-desakan, penuh, sampai susah untuk duduk. Bisa dilihat di
museum ada gambar perahu dan penumpangnya yang waktu dulu
baru datang ke Indonesia.
P3016 : Bagaimana pola penyebaran mereka saat keluar dari peperangan?
N3016 : Manusia Perahu bisa sampai di Indonesia karena ada yang diusir
dari negara-negara sebelumnya yang telah mereka datangi seperti
Singpura, Thailand, Hongkong dan lain-lain. Kemudian mereka
melanjutkan perjalanannya mengikuti mata angin barat sehingga
bisa sampai ke Indonesia. Manusia perahu yang sampai di Indonesia
tersebar di Sei Walang (Bintan), Pulau Boton, Teluk dalam Pulau
Bintan, Kawal di Pulau Bintan, Tanjung Ungat di Pulau Bintan,
Tanjung Uban di Pulau Bintan, Letung di Pulau Jemaja, Air raya di
Pulau Jemaja. Setelah itu mereka semua dipindahkan ke Kampung
Vietnam, di Pulau Galang
P3017 : Berapa lama mereka berada di lautan sampai bisa menempati tempat
pengungsian?
N3017 : Mereka bisa sampai ke tempat pengungsian pertama yaitu Natuna
memakan waktu sekitar 2 bulan, namun kemudian ada perahu yang
menyusul terus menerus setiap bulannya. Ada yang lamanya di
perjalanan selama 3 bulan, 4 bulan, bahkan 5 bulan baru bisa sampai
ke Indonesia.
P3018 : Dimana tempat yang dijadikan sebagai pusat tempat pengungsian
manusia perahu?
N3018 : Pusat tempat pengungsiannya yaitu di Pulau Galanga, Indonesia,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
namun hanyalah sementara. Sedangkan tepat pengungsian yang
tetap adalah di negara ketiga.
P3019 : Berapa banyak manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam?
N3019 : Jumlah manusia perahu yang tinggal di Kampung Vietnam kalau
sampai tahun 1996 itu ada sekitar 250.000 orang lebih. Mereka
terbilang sudah sangat banyak, itu karena mereka menolak untuk
pindah sebelumnya. Karena saat itu sudah pernah dilakukan masa
perpindahan manusia perahu ke negara ketiga, namun manusia
perahu turun aksi penolakan sehingga jumlah mereka masih tetap
sangat banyak.
P3020 : Berapa luas Kampung Vietnam tempat pengungsian manusia
perahu?
N3020 : Luas Kampung Vietnam ini adalah 80 dengan luas Pulau Galang
adalah 250 . Luas ini disetujui oleh pemerintahan Indonesia.
P3021 : Berapa lama proses pemulangan manusa perahu dari Kampung
Vietnam ke negara ketiga?
N3021 : Setiap tahun ada pemulangan atau pemindahan manusia perahu ke
negara ketiga, agar mereka mendapatkan tempat tinggal yang tetap.
Namun pemulangan tersebut tidak serta merta memaksakan manusia
perahu disetiap tahunnya karena masih adanya ketakutan yang
mereka rasakan jika dipindahkan dari Kampung Vietnam
P3022 : Saat ada pembaharuan bangunan seperti rumah sakit untuk
penanganan pasien COVID-19, apakah ada desain tertentu
mengenai lokasi bangunan yang dibangun di Kampung Vietnam?
N3022 : Desain lokasi rumah sakitnya dibangun sesuai dengan desain lokasi
sistem di Kampung Vietnam yaitu dengan sistema Zona. Luas yang
dipakai adalah 20 ha yang dibagi menjadi 3 Zona yaitu Zona A,
Zona B, dan Zona C
P3023 : Dimana saja kah negara ketiga yang menjadi tempat manusia perahu
menetap?
N3023 : Negara ketiga yaitu ada Amerika Serikat, Kanada, Australia,
Jepang, dan negara-negara Eropa bagian barat
P3024 : Bagaimana cara mengatur sistem kehidupannya saat adanya
pemulangan manusia perahu dari Kampung Vietnam ke negara
ketiga?
N3024 : Manusia perahu dipulangkan ke negara dengan dua jalur yaitu jalur
pertama, manusia perahu diberangkatkan dari Pulau Galang ke
Tanjung Pinang dengan kapal Ferry lalu selanjutnya diberangkatkan
ke Jakarta menggunakan pesawat udara atau kapal laut, kemudian
diberangkatkan ke negara ketiga. Selanjutnya ada jalur kedua yang
menggantikan jalur pertama karena tidak dapat digunakan lagi sejak
pertengahan tahun 1981. Jalur kedua yaitu manusia perahu
diberangkatkan dari Pulau Galang ke Singapura dengan kapal Ferry
lalu diberangkatkan ke negara ketiga.
P3025 : Apakah ada dampak bagi manusia perahu saat adanya pembangunan
rumah sakit Covid-19 ini di Kampung Vietnam?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
N3025 : Saat pembangunan kemarin memang para pengunjung sudah
dibatasi, karena adanya hari-hari tertentu bukanya, dikarenakan
adanya survei untuk pembangunan dan banyaknya mobil yang
datang untuk mengirim barang-barang keperluan pembangunan
rumah sakit. Sehingga dampaknya manusia perahu yang ingin
berkunjung untuk sementara waktu tidak bisa, selain itu juga karena
lagi adanya pandemi wabah Corona sehingga semuanya memang
harus menjaga keamanan.
P3026 : Apa saja perubahan desain wilayah saat adanya pembangunan
rumah sakit khusus pasien COVID-19 ini mak?
N3026 : Tidak ada perubahan, karena pembangunan rumah sakitnya hanya
memperbaiki rumah sakit manusia perahu yang dulu pernah ada
ketika masa pengugsian. Hanya saja nantinya akan dibangun tembok
pembatas atau pagar untuk menuju ke lokasi rumah sakit agar tidak
menghalangi orang lain yang ingin mengunjungi Kampung Vietnam
tidak terhalangan atau tidak terkena imbasnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended