View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Praktik Kerja Industri (Prakerin)
2.1.1 Konsep Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Hamalik (2001) menyatakan bahwa praktik kerja
industri merupakan suatu tahap persiapan professional
dimana seorang siswa yang hampir menyelesaikan studi
secara formal bekerja di lapangan dengan supervisi
seorang administrator yang kompeten dalam jangka
waktu tertentu, yang bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam
bidangnya. Dari pengertian tersebut tersirat bahwa
prakerin sangatlah penting dalam melatih siswa
mengembangkan keahliannya di dunia kerja yang nyata.
Setiap sekolah mempunyai aturan sendiri- sendiri.
Pengaturan pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
dilakukan dengan mempertimbangkan dunia usaha/
dunia industri (DU/ DI) untuk dapat menerima siswa
serta jadwal praktik sesuai dengan kondisi setempat.
Sehingga Praktik Kerja Industri (Prakerin) memerlukan
perencanaan secara tepat oleh pihak sekolah dan pihak
dunia usaha/ dunia indusri (DU/DI), agar dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien.
Menurut Soewarni dalam Wena (1996: 228), proses
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin) dilakukan
11
oleh siswa di industri, baik berupa industri besar,
menengah maupun kecil atau industri rumah tangga.
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) ini
proses atau langkah- langkah pelaksanaan praktik kerja
industri (Prakerin) harus tetap mengacu pada desain
pembelajaran yang telah ditetapkan. Selain itu,
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) dapat
berupa “day release” atau “block release” atau kombinasi
keduanya.
Program Prakerin yang dilakukan di industri/
perusahaan menurut Dikmenjur (2008: 8) meliputi:
1) Praktik Dasar Kejuruan, dapat dilaksanakan sebagian di sekolah dan sebagian lainnya di industri, apabila industri memiliki fasilitas pelatihan di industrinya. Apabila industri tidak memiliki fasilitas pelatihan, maka kegiatan praktikdasar kejuruan sepenuhnya dilakukan di sekolah;
2) Praktik Keahlian Produktif, dilaksanakan di industri dalam bentuk “on job training”, berbentuk kegiatan mengerjakan pekerjaan produksi atau jasa di industri/ perusahaan sesuai dengan program keahliannya;
3) Pengaturan program harus disepakati pada awal program oleh kedua belah pihak.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
program Prakerin harus dilaksanakan dengan
perencanaan yang matang, karena tidak hanya
berhubungan dengan kesiapan siswa, tetapi juga
berhubungan dengan instansi atau industri lain. Hal ini
juga mengindikasikan bahwa peran dunia usaha/ dunia
industri (DU/DI) dalam Prakerin sangat penting.
Lebih dari itu, kemitraan sekolah dengan DU/DI
menjadi salah satu faktor keberhasilan Prakerin.
12
Kemitraan antara sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dengan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI) menurut
Napitupulu, E.L (2008) perlu dibangun secara sinergi
sehingga lulusan yang dihasilkan mampu beradaptasi
dengan kebutuhan pasar dunia usaha/ dunia industri.
Djojonegoro dalam Anwar (1997:7) menegaskan,
kemitraan SMK dengan dunia usaha/ dunia industri
bukan lagi merupakan hal penting, tetapi merupakan
keharusan. Pendapat lain dari Muliati (2007:7)
menjelaskan untuk mendapat ketrampilan tidak cukup
peserta didik belajar di sekolah tetapi harus didapat
melalui on the job training yaitu belajar dari pekerja yang
sudah berpengalaman di industri. Oleh karena itu, sulit
diharapkan dapat membentuk keahlian profesional pada
diri peserta didik tanpa partisipasi industri.
Selanjutnya, Wena (1996:228) mengungkapkan
bahwa pada dasarnya tahapan pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) meliputi:
1) Perencanaan Praktik Kerja IndustriPerencanaan melibatkan beberapa pihak, yaitu sekolah, siswa, orang tua, dan institusi pasangan (Dunia Usaha/ Dunia Industri). Perencanaan Prakerin meliputi: a) penentuan tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin); b) Metode Praktik Kerja Industri (Prakerin);c) Pendataan Siswa Peserta Praktik Kerja Industri; d) Sosialisasi Praktik Kerja Industri (Prakerin) kepada orang tua dan guru; e) Materi praktik kerja industri (Prakerin)
2) Pengorganisasian Praktik Kerja IndustriPengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekolah dan di institusi pasangan (Dunia Usaha/ Dunia Industri). Pengorganisasian Praktik
13
Kerja Industri ini meliputi: a) Tenaga pengajar/ pembimbing dari pihak sekolah; b) Tenaga instruktur dari pihak Dunia Usaha/ Industri; c) Penempatan Siswa.
3) Penyelenggaraan Praktik Kerja IndustriPenyelenggaraan Praktik Kerja Industri meliputi: a) Model penyelenggaraan Praktik Kerja Industri; b) Metode Pembelajaran; c) Standar Profesi
4) Pengawasan Praktik Kerja IndustriPelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak dapat terlepas dari pengawasan pelaksanaan itu sendiri, karena untuk menjamin mutu praktik kerja tersebut diperlukan pelaksanaan pengawasan yang meliputi: a) control keselamatan kerja; b) bimbingan dan monitoring pihak sekolah; c) Penilaian hasil belajar dan keahlian; d) sertifikasi; dan e) evaluasi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan Praktik Kerja
Industri (Prakerin) dapat berhasil apabila tahapan-
tahapan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik.
2.1.2 Tujuan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Selanjutnya, Praktik Kerja Industri (Prakerin)
adalah bagian dari Pendidikan sistem Ganda (PSG)
sebagai bentuk penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan
secara sistematis dan sinkron antara program
pendidikan di sekolah dan program penguasaan
keahlian yang diperoleh melalui praktik langsung di
dunia kerja. Dengan demikian para siswa SMK
dengan program Prakerin ini akan memiliki tingkat
professional yang sesuai dengan dunia kerja yang
dibutuhkan.
14
Menurut Juliyanti (2013:44), penyelenggaraan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) secara umum
bertujuan untuk menjawab tantangan industri.
Namun secara rinci Prakerin bertujuan: 1)
menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian
professional, yaitu tenaga kerja yang memiliki tingkat
kemampuan, kompetensi, dan etos kerja yang sesuai
dengan tuntutan lapangan kerja; 2) meningkatkan
dan memperkokoh keterkaitan dan kesepadanan
antara lembaga pendidikan pelatihan kejuruan dan
dunia kerja; 3) meningkatkan efisiensi proses
pendidikan dan pelatihan tenaga kerja berkualitas
professional; 4) memberi pengakuan dan
penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai
bagian dari proses pendidikan.
Lebih lanjut diungkapkan pula bahwa Prakerin
adalah program wajib yang harus diselenggarakan
oleh sekolah, khususnya sekolah menengah
kejuruan dan pendidikan luar sekolah serta wajib
diikuti oleh siswa/ warga belajar (Dikmenjur: 2008).
Dari pengertian Prakerin tersebut, penyelenggaraan
Praktik Kerja Industri (Prakerin) akan membantu
siswa untuk memantapkan hasil belajar yang
diperoleh di sekolah serta membekali siswa dengan
pengalaman nyata sesuai dengan program studi yang
dipilihnya.
Depdiknas (2003: 2) menjelaskan tujuan
pelaksanaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan
15
tujuan khusus. Secara umum Praktik Kerja Industri
(Prakerin) bertujuan sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh tamatan yang berkompeten;
2. Dapat memperkokoh link and match antara sekolah dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas profesional;
3. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional;
4. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidkan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa tujuan praktik kerja industri
(Prakerin) secara umum adalah untuk menghasilkan
tamatan yang berkompetensi, memperkokoh link and
match antara sekolah dengan pelatihan tenaga kerja,
meningkatkan efisiensi proses pendidikan dan
pelatihan tenaga kerja, dan memberikan pengakuan
serta penghargaan terhadap pengalaman kerja
melalui proses pendidikan.
Selain itu, tujuan khusus dari praktik kerja
industri (Prakerin) menurut Depdiknas (2003: 2-3)
adalah:
1. Menghasilkan tamatan yang siap kerja di berbagai bidang pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tertentu;
2. Untuk mendapatkan keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan di sekolah dengan dunia usaha/ industri;
3. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan teori;
16
4. Membentuk pribadi agar percaya diri dan mandiri;
5. Memperkokoh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan menyempurnakan serta mengembangkan pendidikan di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri.
Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan
Prakerin secara khusus adalah untuk menghasilkan
tamatan SMK yang siap kerja, mendapatkan
keterpaduan yang saling mengisi antara pendidikan
di sekolah dan dunia usaha/ dunia industri (DU/DI),
mengembangkan kemampuan siswa, membentuk
kepribadian siswa yang mandiri, memberikan
masukan bagi sekolah dalam mengembangkan
pendidikan yang berorientasi pada ketrampilan dan
pengetahuan.
2.1.3 Faktor- faktor yang Mempengaruhi Praktik
Kerja Industri (Prakerin)
Dalam praktik kerja industri (Prakerin),
siswa diharapkan mampu menerapkan kompetensi
keahliannya dalam dunia kerja yang nyata.
Depdikbud (1997:7) menyatakan bahwa dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) bagi
siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti
persiapan bagi siswa yang akan melaksanakan
praktik kerja industri (Prakerin) dan pelaksanaan
penilaian. Sedangkan menurut Indra Jati Sidhi
(2001: 67) dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) membutuhkan perbaikan konsep,
17
program serta personalisasinya, mulai dari
pengarahan, bimbingan siswa serta dukungan
terhadap proses maupun hasil kinerja praktik kerja
industri (Prakerin).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa banyak faktor yang bisa
mempengaruhi keberhasilan atau keterlaksanaan
tujuan praktik kerja industri (Prakerin). Faktor dari
dalam (faktor internal) seperti intelegensi siswa,
perhatian dari siswa, bakat siswa, motivasi,
kematangan dan kesiapan siswa. Sedangkan faktor
dari luar (faktor eksternal) seperti konsep praktik
kerja industri (Prakerin), program, serta
pelaksanaannya mulai dari pengarahan atau
pembekalan, bimbingan, serta dukungan terhadap
proses maupun hasil kinerja praktik kerja industri
(Prakerin).
2.1.4 Penilaian Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Depdikbud (1995), “Tercapai atau tidaknya
suatu tujuan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) sangat tergantung mulai dari pembekalan
dan pelaksanaan prakerin, peraturan prakerin, dan
penilaian dalam melaksanakan prakerin. Sesuai
dengan uraian di atas, dalam pelaksanaan praktik
kerja industri (Prakerin) perlu memperhatikan
pembekalan pelaksanaan, pengaturan tata tertib
pelaksanaan dan proses penilaian dalam
pelaksanaan. Pelaksanaan praktik kerja industri
18
(Prakerin) dalam rangka mencapai tujuan yang
dirancang bersama melibatkan beberapa unsur
yang terkait, seperti guru, siswa, instruktur atau
dunia usaha/ dunia industri (DU/ DI).
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa untuk mengetahui
keterlaksanaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) dapat ditinjau dari tiga aspek, yaitu: (1)
pembekalan pelaksanaan, (2) pelaksanaan dan (3)
proses penilaian dalam praktik kerja industri
(Prakerin).
1. Pembekalan
Dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin), setiap siswa harus diberikan
pembekalan yang baik. Melalui pembekalan, para
siswa akan mendapatkan pengarahan dari guru BK,
panitia prakerin, dan guru produktif masing-
masing program keahlian. Pembekalan sebelum
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) juga
bertujuan untuk menambah materi yang telah
diperoleh dari proses belajar mengajar atau materi –
materi yang sudah dilakukan di lapangan tetapi
belum pernah diperoleh pada kegiatan yang
dilaksanakan di institusi baik pengetahuan,
ketrampilan, maupun cara- cara pemecahan
masalah melalui diskusi.
Tujuan pembekalan dalam prakerin adalah
agar para siswa mendapatkan pengetahuan materi
sesuai dengan kerangka acuan yang telah disusun.
19
Selain itu, siswa diberikan masukan dan
pengarahan mengenaitata tertib yang harus
dipatuhi selama pelaksanaan.
2. Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
Praktik kerja industri (Prakerin) dapat
terlaksana sesuai dengan apa yang telah
direncanakan apabila aturan atau tata tertib
praktik kerja industri (Prakerin) dipatuhi oleh
siswa. Siswa merupakan subjek pelaksanaan
praktik kerja industri (Prakerin), sehingga perlu
adanya tugas dan tanggung jawab tertentu, selain
itu siswa harus bersedia untuk mematuhi
peraturan internal dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
3.Proses Penilaian
Muharnas (2003) menyatakan bahwa penilaian
adalah salah satu tindakan menentukan nilai
sesuatu pengukuran terarah pada tindakan proses
untuk menentukan kuantitas sesuatu dengan
membandingkannya terhadap suatu standar atau
patokan tertentu. Penilaian merupakan ukuran
untuk menentukan kualitas atau nilai sesuatu
apakah telah terjadi perubahan perilaku yang lebih
baik. Selanjutnya menurut Depdiknas (2003),
penilaian dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) adalah proses memperoleh informasi
untuk pengambilan keputusan tentang penampilan
peserta didik di tempat praktik. Uraian di atas
menunjukkan bahwa penilaian merupakan hal
20
penting dalam pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin).
Selanjutnya, menurut Nana (1989:141),
terdapat beberapa kegiatan yang dilakukan dalam
tahap penilaian pembelajaran, yaitu:
1) Melaksanakan penilaian melalui instrumen yang telah dipersiapkan terhadap sumber data sesuai dengan program yang telahdirencanakan;
2) Menyusun dan mengolah data hasil penilaian baik data yang dihasilkan berdasarkan persepsi pelaksanaan pengajaran maupun berrdasarkan pengamatan dan monitoring penilaian;
3) Penilaian dilakukan dengan dua macam kriteria mutlak dan kriteria relatif. Kriteria mutlak adalah membandingkan hasil penilaian dengan kriteria yang sudah pasti, sedangkan criteria relatif membandingkan hasil penilaian antar kelompok;
4) Menyusun laporan hasil penelitian termasuk rekomendasi, impilkasi pemecaha masalah dan tindakan korektif bagi penyempurnaan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat
dikatakan bahwa penilaian terhadap siswa dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan evaluasi kemampuan dan
kompetensinya setelah melakukan suatu tugas di
tempat praktik atau di dunia usaha/ dunia industri
(DU/DI).
21
2.1.5 Pengelolaan Praktik Kerja Industri (Prakerin)
Pengelolaan praktik kerja industri (Prakerin)
atau yang biasa disebut dengan magang (on job
training) dijabarkan Hamalik dalam Juliyanti (2013)
sebagai berikut:
(1) Praktik kerja industri merupakan bagian integral dalam pendidikan professional yang bertujuan mengembangkan keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang yang sedang dipelajari;
(2) Para peserta yang melaksanakan kegiatan sudah menguasai kompetensi yang berhubungan dengan mata pelajaran produktif sesuai dengan materi yang diajarkan;
(3) Bentuk pelaksanaan adalah bekerja di lingkungan kerja pada perusahaan, institusi pasangan (DU/DI) sebagaimana yang dilakukan oleh karyawan lain namun tetap bertindak sebagai siswa praktik yang memerlukan bimbingan dari pembimbingannya;
(4) Peserta bekerja dalam jangka waktu tertentu terus menerus, tidak terganggu oleh kegiatan pelatihan lainnya selama praktik kerja, lamanya praktik kerja ditentukan berdasarkan jadwal yang ditetapkan;
(5) Peserta praktik dibimbing oleh pembimbing di dunia usaha/ dunia industri sesuai dengan kompetensi keahliannya masing- masing dan guru pembimbing sekolah;
(6) Tujuan praktik kerja adalah untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tanggung jawab dalam pekerjaan yang berarti mampu melaksanakan peran dan kegiatan-kegiatan dalam pekerjaan tersebut, yang ditentukan oleh terjadinya peningkatan kualitas pengetahuan, ketrampilan, sikap dan pengalaman;
(7) Proses pembelajaran mengikuti siklus berkelanjutan;
22
(8) Antara instruktur dunia usaha/ dunia industri dengan pihak lembaga pendidikan senantiasa berkoordinasi dan ada keterpaduan dalam menentukan kebijakan, kegiatan dan tindakan lainnya, sehingga terjadi kesepakatan dan satu arah dalam pemberian bimbingan kepada peserta praktik kerja industri tersebut. Koordinasi dan keterpaduan ini juga mengikutsertakan wakil- wakil dari peserta praktik.
Dari uraian di atas, pengelolaan praktik kerja
industri (Prakerin) memerlukan perencanaan yang
matang dan melibatkan beberapa aspek penting
dalam praktik kerja industri (Prakerin).Praktik kerja
industri (Prakerin) juga melatih ketrampilan (skill)
siswa yang merupakan tujuan pokok kegiatan
pembelajaran praktik.Sehingga dalam praktik kerja
industri (Prakerin), siswa dituntut untuk bisa
bekerja tidak hanya belajar mencari pengalaman.
Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam
pengelolaan pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) oleh Dikmenjur (1996), meliputi tahapan
kegiatan sebagai berikut:
(1) Pembekalan: pembekalan dilakukan oleh pihak internal (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, ketua program keahlian, wali kelas, guru) dan pihak eksternal (dunia usaha/ dunia industri) yaitu mengenai sikap, mental, dan kompetensipada masing- masing keahlian;
(2) Pelepasan: pelapasan dilaksanakan oleh Kepala Dinas Pendidikan atau yang mewakili;
(3) Penyerahan: pelaksanaan penyerahan oleh petugas dari sekolah ke tempat dimana siswa peserta praktik kerja industri (Prakerin) ditempatkan sesuai dengan program keahlian
23
masing- masing dengan dibekali buku dan jurnal sebagai sarana untuk mencatat semua kegiatan di lapangan;
(4) Monitoring: monitoring bertujuan untuk mengevaluasi perkembangan dalam melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi, mencari solusi atas hambatan- hambatan serta masalah yang dialami siswa;
(5) Evaluasi kegiatan: penilaian praktik kerja industri dilakukan dengan cara penilaian langsung dalam proses kerja, tes praktik di akhir kegiatan, dan uji kompetensi yang memenuhi syarat. Penilaian siswa dilakukan bersama antara sekolah dengan dunia usaha/ dunia industri, dimana nilai praktik diperoleh dari akumulasi seluruh kegiatan, sedangkan uji kompetensi merupakan bukti bahwa siswa tersebut telah memiliki kemampuan dan ketrampilan.
Dari uraian di atas, tahapan dalam
pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin) harus
dilaksanakan secara runtut sesuai dengan urutan,
sehingga pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) berjalan lancar.
Manfaat praktik kerja industri (Prakerin) bagi
peserta didik menurut Hamalik (2003:98) dapat
dibagi menjadi lima , yaitu sebagai berikut:
(1) Para peserta dapat mengembangkan pandangan secara menyeluruh tentang pendidikan professional, memahami lebih mendalam, memahami lebih mendalam perbedaan yang ada antara teori dan praktik;
(2) Peserta memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan tanggung jawab, dimana mereka memperoleh pengalaman langsung sebagai tenaga semi atau professional;
24
(3) Peserta dapat memetik pelajarandari hal- hal yang terjadi dan dialami oleh pimpinan dan tenaga pelaksana lapangan yang dapat diperoleh dari berbagai sumber;
(4) Memberikan kesempatan pada peserta untuk menguji kemampuan sendiri;
(5) Peserta memperoleh kode etik professional melalui pengalaman langsung dalam kegiatan-kegiatan praktik kerja.
Dapat dijelaskan bahwa manfaat praktik kerja
industri (Prakerin), siswa memperoleh pengalaman
yang bisa meningkatkan kompetensi professional,
ketrampilan sosial dan tanggung jawab pribadi. Pada
akhirnya, melalui praktik kerja industri (Prakerin),
siswa memperoleh pengalaman yang akan
membentuk tanggung jawab pada diri sendiri. Hal ini
akan berpengaruh pada pengembangan dan
peningkatan kompetensi yang dimiliki siswa setelah
melakukan proses belajar di tempat kerja (dunia
usaha/ dunia industri).
2.2 Pengembangan Kompetensi Lulusan
SMK
Hubungan dimensi ekonomi dengan
pendidikan kejuruan secara langsung dapat
dijelaskan dari kerangka hasil pendidikan
kejuruan. Di samping itu, hasil pendidikan
kejuruan seharusnya memiliki peluang kerja lebih
cepat dibandingkan dengan pendidikan umum.
Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan
25
isi pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan
perkembangan masyarakat,baik menyangkut
tugas-tugas pekerjaan maupun pengembangan
karir peserta didik.
Pendidikan kejuruan berkembang sesuai
dengan perkembangan tuntutan masyarakat,
melalui dua institusi sosial. Pertama, institusi
sosial yang berupa struktur pekerjaan dengan
organisasi, pembagian peran atau tugas, dan
perilaku yang berkaitan dengan pemilihan,
perolehan dan pemantapan karir. Institusi sosial
yang kedua, berupa pendidikan dengan fungsi
gandanya, yaitu sebagai media pelestarian
budaya sekaligus media terjadinya perubahan
sosial. Kebijakan ini menuntut kedua belah pihak
yaitu sekolah dan industri secara bersama
menyusun konsep. Hal ini dimaksudkan agar ada
kesesuaian antara sekolah dan industri.
Kesesuaian yang dimaksud adalah agar
kompetensi yang didapat oleh siswa disekolah
merupakan kompetensi yang dibutuhkan di
dunia industri. Industri juga harus berperan aktif
dalam menyampaikan kemajuan teknologi ke
pihak sekolah agar terjadi sinkronisasi antara
dunia industri dengan dunia pendidikan.
Kebijakan pendidikan sistem ganda yang dalam
Suartika (2013), dioperasionalkan dalam bentuk
pelaksanaan Program Praktik Kerja Industri
(Prakerin). Penerapan kebijakan praktek kerja
26
industri tersebut menggambarkan perubahan
mendasar dari model penyelenggaraan pendidikan
sebelumnya yaitu sistem sekolah (schooling
system) ke arah sistem ganda
(dualresponsibility), dimana perusahaan atau
institusi kerja lainnya menjadi institusi pasangan
dari SMK. Dalam pelaksanaannya institusi
pasangan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem penyelenggaraan
pendidikan kejuruan.
Pelaksanaan praktik kerja industri (Prakerin)
merupakan upaya sekolah agar mampu memberikan
layanan pendidikan secara optimal dalam memenuhi
dinamisasi kebutuhan pendidikan masyarakat.
Upaya untuk mencapai kualitas lulusan
pendidikan kejuruan yang sesuai dengan tuntutan
dunia kerja tersebut, perlu didasari dengan
kurikulum yang dirancang dan dikembangkan
dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan
stakeholders. Kurikulum pendidikan kejuruan
secara spesifik memiliki karakter yang mengarah
kepada pembentukan kecakapan lulusan yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas pekerjaan
tertentu. Kecakapan tersebut telah diakomodasi
dalam kurikulum SMK yang meliputi
kelompok Normatif, Adaptif dan kelompok
Produktif.
Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan)
memberi kesempatan bagi peserta didik Sekolah
27
Menengah Kejuruan (SMK) untuk mengembangkan
kreativitas belajar pada wahana pendidikan yang
lebih realistis. Pihak Sekolah Menengah Kejuruan
harus dapat memanfaatkan Dunia Usaha/ Dunia
Industri ini sebagai wahana pelatihan yang paling
efektif bagi pembentukan ketrampilan dan sikap
profesional para lulusan. Pengembangan
kompetensi keahlian lulusan SMK harus menjadi
prioritas bagi sekolah untuk dikelola.Karena masih
banyaknya lulusan SMK yang bekerja tidak sesuai
dengan keahliannya.
2.3 Evaluasi CIPP dalam Prakerin
Menurut Badrujaman (2011) bahwa dalam
implementasinya ternyata evaluasi dapat berbeda
satu sama lain, hal ini tergantung dari maksud
dan tujuan dari evalusi tersebut dilaksanakan.
Dari beberapa model evaluasi yang ada, secara
khusus dalam konteks penelitian ini, penulis
menggunakan model evaluasi yang dikembangkan
oleh Stufflebeam dalam Sugiyo (2011), yaitu model
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product).
Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu:
kontek, input, proses, dan produk. Masing-
masing komponen perlu penilaian sendiri.
Model CIPP berorientasi pada suatu
keputusan. Tujuannya adalah untuk membantu
mengevaluasi pelaksanaan prakerin meliputi
Context, Input, Process, Product.
28
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation)
Evaluasi konteks dilakukan untuk mengetahui
apakah program yang disusun sudah sesuai
dengan kebutuhan. Di dalam evaluasi konteks
ini dilakukan untuk mendefinisikan konteks
program yang dilaksanakan, mengidentifikasi
kebutuhan semua individu yang terlibat dalam
program, mendiagnosis hal-hal yang mendasari
kebutuhan dan mendesain tujuan program.
Pelaksanaan evaluasi konteks dapat dilakukan
dengan menggunakan metode survey,
wawancara, analisis dokumen dan tes
diagnostik. Keputusan penting yang dapat
diambil sebagai hasil dari evaluasi konteks
adalah tujuan program yang diarahkan untuk
memenuhi kebutuhan individu, memecahkan
masalah dan bentuk perubahan yang
diinginkan (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini,
evaluasi konteks sebagai hasil upaya untuk
menggambarkan dan merinci lingkungan serta
tujuan proyek. Dalam pelaksanaan program
prakerin, hal pertama yang harus dilakukan
adalah menentukan tujuan dari
penyelenggaraan program tersebut.
b. Evaluasi Input (Input Evaluation)
Evaluasi input dilaksanakan untuk
mempertimbangkan atau mengidentifikasi
kapabilitas sumber daya manusia. Selain itu,
29
evaluasi input juga digunakan untuk
mengidentifikasi dan mencari tahu
kemampuan atau daya dukung sistem,
alternatif strategi program, desain prosedur
implementasi program, pengelolaan
anggaran dan penjadwalan program praktik
kerja industri (Prakerin). Metode evaluasi
input diantaranya menginventarisir dan
menganalisi sumber daya manusia dan
material, studi literatur, studi banding, dan
tim advokat. Evaluasi input dapat
menghasilkan keputusan yang berkaitan
dengan pemilihan sumber daya pendukung,
strategi pemecahan masalah, desain
prosedur dan memberikan landasan
informasi implementasi program (Sugiyo,
2011). Sumber daya manusia pada program
prakerin di SMK Negeri 1 Sayung pada
umumnya sama dengan SMK Negeri lainnya
yaitu adanya panitia prakerin, Ketua
Kompetensi Keahlian, guru produktif masing-
masing jurusan, dan guru normatif adaptif
yang terlibat. Siswa yang dipersiapkan untuk
prakerin serta institusi pasangan (DU/DI) juga
salah satu komponen penting dalam
penyelenggaraan prakerin di SMK Negeri 1
Sayung. Setiap jurusan mempunyai unit
produksi, sehingga bisa saja institusi pasangan
yaitu di sekolah kita sendiri.
30
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation)
Evaluasi proses dilakukan untuk mengetahui
apakah proses dal pelaksanaan program sudah
sesuai dengan tujuan dalam program. Di dalam
evaluasi proses ini yang perlu dilakukan yaitu
mengidentifikasi atau memprediksi proses-
proses yang menghambat desain prosedur atau
implementasinya, merekam dan menilai
keterlaksanaan prosedur kegiatan dan
menyediakan bahan- bahan informasi untuk
penyusunan program di masa depan. Metode
yang dapat digunakan untuk evaluasi program
diantaranya memantau potensi- potensi
penghambat pelaksanaan prosedur,
mengantisipasi situasi yang tidak terduga,
pendiskripsian proses implementasi program
dan observasi. Keputusan yang dapat diambil
dari evaluasi proses diantaranyaperbaikan atau
revisi dan implementasi desain program serta
prosedur, catatan lapangan implementasi
program guna menginterpretasi keberhasilan
program (Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, selama
proses pelaksanaan program praktik kerja
industri (Prakerin) dipantau pelaksanaaannya.
d. Evaluasi Produk (Product Evaluation)
Evaluasi produk atau hasil diselenggarakan
untuk mengetahui apakah produk sudah sesuai
dengan tujuan program. Yang perlu dilakukan
31
yaitu mengumpulkan deskripsi dan penilaian
mengenai hasil yang dicapai dan
membandingkannya dengan tujuan; informasi
tentang konteks, input, proses; menginterpretasi
nilai unggul dari program. Metode yang dapat
digunakan dalam evaluasi produk diantaranya:
pendefinisian kriteria hasil yang hendak dicapai,
pengumpulan penilaian hasil program dari
stakeholder dan analisis kuantitatif serta
kualitatif. Berbagai keputusan yang dapat
diambil dari evaluasi produk diantaranya
melanjutkan, menghentikan, memodifikasi atau
melakukan pemfokusan ulang desain program
(Sugiyo, 2011). Dalam hal ini, Program praktik
kerja industri (Prakerin) merupakan program
tahunan yang harus ada, sehingga perlu adanya
perbaikan atau evaluasi hasil dari pelaksanaan
program praktik kerja industri (Prakerin).
Tabel 2.1
Tabel CIPP untuk mengevaluasi praktek kerja
industri (Prakerin) di SMK Negeri 1 Sayung
Context Input Process Product
1.Visi dan Misi sekolah2. Definisi konteks Prakerin3.Tujuan program prakerin
1.Strategi pelaksanaan program Prakerin2. Prosedur penempatan siswa3.Penjadwalan program
1.Identifikasi proses pelaksanaanprakerin2.Keterlaksanaan program prakerin3. Informasi
1.Penilaian hasilcapaian dengan tujuanprogram prakerin 2.Interpretasi
32
4.Identifikasi kebutuhan kompetensi sekolah dan kompetensi pasar5. Peserta program prakerin
Prakerin4.Pengelolaan anggaran
perbaikan program prakerin
keunggulan dan kelemahan program prakerin
2.4 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian A. Muliati A.M (2007) tentang
“Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (Suatu
Penelitian Evaluatif berdasarkan Stake’s Countenance
Model Mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda
pada sebuah SMK di Sulawesi Selatan (2005/2007)”
menunjukkan bahwa : (1) Masukan (antecedents)
menunjukkan bahwa berdasarkan sub evaluasi
masukan, terdapat 6 aspek dari 12 sub aspek yang
dievaluasi, terdiri dari: rekruitmen calon siswa,
persyaratan administrasi guru, kurikulum, kalender
pendidikan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan.
(2) Proses (transactions) menunjukkan bahwa ada
tujuh aspek yang dievaluasi yaitu penguasaan guru
dalam penyiapan administrasi/ bahan pembelajaran,
penugasan guru dalam kegiatan pembelajaran yang
mencakup penguasaan guru dalam penyajian materi
berdasarkan kompetensi. Aspek yang ketiga yaitu
interaksi guru dengan siswa dalam pembelajaran
mencakup memberikan perhatian kepada semua
33
siswa, pemberian umpan balik dan intensitas umpan
balik yang harus ditingkatkan. Aspek ke empat yaitu
pengelolaan praktik kerja siswa. Aspek ke lima yaitu
identitas industri (institusi pasangan). Aspek ke enam
yaitu kompetensi instruktur serta aspek yang terakhir
yaitu proses praktik kerja siswa di industri. (3) Hasil
(outcomes) menunjukkan bahwa dari hasil studi
dokumen ujian nasional tahun 2005/2006 sudah
mencapai criteria atau standar objektif yang telah
ditetapkan. Yang kedua, hasil analisis dokumen ujian
nasional komponen produktif dengan pendekatan
project work untuk siswa kelas III sudah memenuhi
standar objektif.
Penelitian Suartika (2013) tentang “Studi
Evaluasi Pelaksanaan Program Praktek Kerja Industri
(Prakerin) dalam Kaitannya dengan Pendidikan Sistem
Ganda di SMK Negeri 1 Susut” menunjukkan bahwa
hasil penelitian berdasarkan analisis T-Skor
menghasilkan variabel konteks kategori negatif (-),
variabel input kategori negatif (-), variabel proses
kategori negatif (-) dan variabel produk kategori negatif
(-). Artinya, pelaksanaan program praktik kerja
industri di SMK Negeri 1 Susut ditinjau dari keempat
variabel menunjukkan negatif (-). Dengan demikian
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis data
masing- masing variabel menunjukkan bahwa
pelaksanaan program praktik kerja industri dalam
kaitannya dengan Pendidikan Sistem Ganda di SMK
34
Negeri 1 Susut ditinjau dari variabel konteks, input,
proses dan produk sangat tidak efektif.
Penelitian Arfandi(2009) tentang “Pelaksanaan
Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian
Teknik Bangunan di Kota Makasar” menunjukkan
bahwa (1) komponen masukan, hasil evaluasi
menunjukkan siswa SMK program keahlian Teknik
Bangunan siap melakukan praktik kerja industri.Hal
ini didukung oleh pengetahuan siswa mengenai
maksud, tujuan, manfaat, dan harapan dari
pelaksanaan prakerin.Hasil evaluasi juga
menunjukkan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) yang menyelenggarakan program keahlian
Teknik Bangunan sangat siap melakukan praktik
kerja industri.Hal ini didukung oleh tingkat
pengetahuan sekolah yang sangat mengetahui
maksud, tujuan, manfaat, dan harapan dari
pelaksanaan prakerin dan telah berpengalaman
menyelenggarakan prakerin selama 12 tahun.Hasil
evaluasi juga menunjukkan bahwa industri pasangan
prakerin siap melakukan praktik kerja industri.(2)
Komponen Proses menunjukkan bahwa aktivitas siswa
melaksanakan praktik kerja industri memuaskan.(3)
Komponen Hasil menunjukkan bahwa perolehan nilai
akhir siswa pada praktik kerja industri sangat
memuaskan dengan tingkat kelulusan 100%.
Penelitian Susanti (2012) tentang “Evaluasi dan
Desain Hipotetik Program Praktik Kerja Industri
(Prakerin) Siswa SMK Negeri 2 Padang Panjang”
35
menunjukkan bahwa pelaksanaan prakerin belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Tempat
pelaksanaan prakerin siswa kurang sesuai dengan
bidang keahlian yang dipelajari. Berdasarkan analisis
data dan hasil wawancara, diperlukan desain hipotetik
program prakerin SMK Negeri 2 Padang Panjang.
Penelitian Anramus (2012) tentang “Kontribusi
Praktik Kerja Industri dan Motivasi Belajar Terhadap
Sikap Wirausaha” menunjukkan bahwa hasil praktik
kerja industri dan motivasi siswa mempunyai
kontribusi yang tinggi terhadap sikap wirausaha
siswa.Kesimpulan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan kualitas lulusan SMK, sekolah harus
menempatkan siswa pada industri yang tepat dan
relevan.Selain itu, memberikan pemahaman terhadap
siswa agar memacu motivasi siswa untuk memiliki
sikap wirausaha dan mampu menghadapi berbagai
tantangan dalam dunia kerja dan kehidupan.
Penelitian Aditya (2013) tentang “Analisis
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) pada
Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI
SMK Negeri 4 Surabaya” menunjukkan bahwa
mayoritas siswa yang melaksanakan prakerin senang
karena bisa mendapatkan pengalaman yang tidak bisa
didapatkan di sekolah dan berkurangnya jam belajar
di sekolah. Implementasi prakerin masih kurang
karena siswa masih merasa baru untuk mengenal
dunia kerja dan masih harus belajar beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Penempatan siswa juga
36
belum sesuai antara institusi pasangan dengan
keahliannya.
Penelitian Komang (2010) tentang “Efektivitas
Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Di SMK Negeri 3
Kelompok Pariwisata Kota Malang” menunjukkan
bahwa efektifitas pelaksanaan praktik kerja industri di
SMK Negeri 3 kelompok pariwisata kota Malang
sebagai berikut: a) perencanaan program prakerin di
SMK Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/
efektif, b) pelaksanaan program prakerin di SMK
Negeri 3 Malang berada pada kategori baik/ efektif,
dan c) evaluasi program prakerin di SMK Negeri 3
Malang berada pada kategori baik/ efektif.
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut,
penelitian terdahulu memberikan gambaran dan
referensi tentang pelaksanaan praktik kerja industri
(Prakerin) yang sudah berjalan efektif atau belum
efektif. Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti-
peneliti terdahulu sebagian besar menggunakan jenis
penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian terdahulu
diharapkan bisa memberikan referensi untuk
mengembangkan penelitian ini.
2.6 Kerangka Pikir
Sekolah mempunyai tanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan siswa dalam hal
pengembangan kompetensi keahlian. Maka program
Prakerin penting untuk dilaksanakan secara
sungguh- sungguh dengan perencanaan yang
37
matang oleh pihak sekolah. Evaluasi manajemen
program Prakerin bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan program secara menyeluruh perlu
dijalankan secara terencana.
Berdasarkan kepentingan dan urgensi tersebut,
penulis melakukan penelitian evaluasi manajemen
program Prakerin menggunakan pendekatan model
evaluasi CIPP. Pendekatan ini menitikberatkan pada
analisis kritis variabel context, input, process, dan
product. Dengan demikian dapat diketahui capaian
tujuan baik dari proses dan hasil program Prakerin
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil
program. Stelah itu dapat dilihat prioritas- prioritas
apa yang dibutuhkan bagi perbaikan manajemen
program Prakerin ke depan, baik oleh panitia
Prakerin maupun kebijakan sekolah, serta institusi
pasangan.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
kerangka pikir seperti tabel di bawah ini:
Gambar 2.1Kerangka Pikir CIPP
Evaluasi Program Prakerin
Perencanaan, proses dan hasil Program Prakerin
Hasil evaluasi program Prakerin CIPP
Recommended