View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEPATUHAN MASYARAKAT
DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN BERMOTOR
(Studi kasus di Samsat Kota Yogyakarta)
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi sebagai Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Akuntansi
di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya Wiwaha Yogyakarta
Disusun oleh:
Nama : Melyana Eka Ayunani
NIM : 154215246
Jurusan : Akuntansi
Bidang Konsentrasi : Akuntansi Bisnis
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) WIDYA WIWAHA
YOGYAKARTA
2019
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama Penyusun : Melyana Eka Ayunani
Nomor Induk Mahasiswa : 154215246
Program Studi : Akuntansi
Judul Penelitian Skripsi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEPATUHAN MASYARAKAT
DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR
Yogyakarta, 17 September 2019
Dosen Pembimbing,
Drs. Muda Setia Hamid, MM.Ak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iii
HALAMAN BEBAS PLAGIARISME
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : Melyana Eka Ayunani
Nomor Induk Mahasiswa : 154215246
Program Studi : Akuntansi
Judul Penelitian : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT KEPATUHAN MASYARAKAT
DALAM MEMBAYAR PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR
Dengan ini menyatakan bahwa karya tulis tersebut di atas adalah hasil
tulisan tangan saya sendiri. Di dalam karya tulis ini tidak terdapat tiruan kata-kata,
kalimat-kalimat, ataupun simbol-simbol dalam karya tulis orang lain.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut di
atas, baik secara sengaja maupun tidak, maka dengan ini saya menyatakan akan
menarik karya tulis ini, dan mengembalikan gelar serta ijazah yang diberikan oleh
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya Wiwaha Yogyakarta.
Yogyakarta, 5 Agustus 2019
Penulis,
Melyana Eka Ayunani
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
iv
MOTTO
“Jangan jelaskan tentang dirimu, karena yang meyukaimu tidak butuh itu, dan
yang membencimu tidak percaya itu”
~ Ali bin Abi Thalib ~
”Ia yang mengerjakan lebih dari apa yang dibayar, suatu saat nanti akan dibayar
lebih dari apa yang ia kerjakan”
~ Napoleon Hill ~
”Hanya ada satu kebahagiaan di hidup ini, yaitu mencintai dan dicintai”
~ George Sand ~
“Ada 3 poin penting di dalam hidup ini, iman, sosial, dan cinta”
~ Melyana Eka Ayunani ~
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, shalawat serta
salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan segala
kerendahan hati, saya persembahkan karya tulis ini kepada:
1. Bapak Amir dan Ibu Sulasmi, orang tua tercinta yang telah mendidik,
dan menuntun saya hingga dewasa ini. Terima kasih atas seluruh do’a
dan dukungan yang selalu diberikan kepada saya sampai saat ini.
2. Bapak Drs. Muda Setia, MM.Ak, selaku dosen pembimbing skripsi
saya. Terima kasih atas ddorongan, bimbingan, dan arahan untuk
menyelesaikan karya tulis ini.
3. Adik saya tercinta Nanda Aprilia Anggraini, terima kasih sudah
memberikan saya dukungan hingga saat ini.
4. Semua teman serta sahabat saya tersayang, terima kasih yang selalu
memberikan motivasi dan saran dalam menyelesaikan karya tulis ini.
5. Ucapan terima kasih yang spesial saya ucapkan untuk masa depan
saya, Bagas Pramudyo Herswandito yang telah memberikan dukungan
dan motivasi hingga saat ini.
Yogyakarta, 5 Agustus 2019
Penulis,
Melyana Eka Ayunani
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang sosialisasi
perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, saksi pajak dan tarif pajak.
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Metode pengumpulan data primer ini dilakukan dengan menggunakan
metode kuesioner yang dibagikan langsung kepada responden. Contoh yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kantor Samsat Kota Yogyakarta. Analisis
data pada penelitian ini menggunalan analisis indeks.
Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan variabel sosialisasi
perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan, sanksi pajak, dan tarif
pajak berpengaruh terhadap minat kepatuhan wajib pajak dalam membayar
kendaraan bermotor. Sedangkan hasil penelitian secara nilai adjusted menunjukan
bahwa variabel sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan,
sanksi pajak, dan tarif pajak tidak berpengarug signifikan terhadap minat
kepatuhan wajib pajak dalam membayar kendaraan bermotor.
Kata kunci:
Variabel sosialisai perpajakan, kesadaran wajib pajak, kualiatas pelayanan, sanksi
pajak, tarif pajak, dan minat kepatuhan wajib pajak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
vii
ABSTRACT
This study aims to find empirical evidence about tax socialization, taxpayer
awareness, service quality, tax witnesses and tax rates. This research is included
in the type of descriptive research with a quantitative approach. The primary data
collection method is carried out using a questionnaire method that is distributed
directly to respondents. The example used in this study is the Yogyakarta City
Samsat office. Analysis of the data in this study uses index analysis.
The results showed that simultaneous variables of tax information
dissemination, taxpayer awareness, service quality, tax sanctions, and tax rates
affect the interest of taxpayer compliance in paying motorized vehicles. While the
results of the research are adjusted value shows that the variable of tax
socialization, taxpayer awareness, service quality, tax penalties, and tax rates
have no significant effect on the interest of taxpayer compliance in paying
motorized vehicles.
Keywords:
Tax socialization variables, taxpayer awareness, service quality, tax sanctions,
tax rates, and taxpayer compliance interests.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Kuasa atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga karya tulis dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kapatuhan Masyarakat Dalam
Membayar Pajak Kendaran Bermotor” dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan
karya tulis ini digunakan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program
Sarjana Strata-1 (S1) Akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Widya
Wiwaha Yogyakarta.
Saya menyadari bahwa karya ini dapat diselesaikan dengan baik atas doa,
dukungan, bimbingan, arahan, motivasi, semangat, dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Kedua orang tua saya yang luar biasa Bapak Amir dan Ibu Sulasmi
serta Adik saya tercinta , Nanda Aprilia, yang selalu memberikan
kasih sayang, doa, semangat, dukungan yang baik secara materil dan
moril.
2. Bapak Drs. Muhammad Subhan, MM., selaku Ketua STIE Widya
Wiwaha Yogyakarta.
3. Ibu Khoirunisa Cahya Firdarini, SE., M.Si., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
4. Bapak Drs. Muda Setia Hamid, MM., Ak., sebagai dosen pembimbing
yang telah memberikan bantuan, masukan, semangat dan
mengarahkan penulis dalam proses skripsi ini.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
ix
5. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf STIE Wudaya Wiwaha Yogyakarta
yang telah memberikan banyak ilmu serta membantu penulis dalam
pembelejaran ini.
6. Teman-teman yang selalu memberikan arahan dan dukungan dari awal
hingga proses kuliah samapi akhir ini.
7. Seluruh responden yang telah membantu untuk mengisi kuesioner
penelitian ini dari Samsat Kota Yogyakarta, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Saya menyadari bahwa penulisan karya tulis ini masih jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangan karena terbatas nya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat menambah
informasi bagi yang membutuhakn dan bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Yogyakarta, 5 Agustus 2019
Penulis
Melyana Eka Ayunani
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ....................................................................................................... i
Halaman Pengesahan Skripsi ................................................................................ ii
Halaman Bebas Plagiarisme .................................................................................. iii
Motto .................................................................................................................... iv
Halaman Persembahan .......................................................................................... v
Abstrak .................................................................................................................. vi
Kata Pengantar ...................................................................................................... viii
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel .......................................................................................................... xv
Daftar Gambar ....................................................................................................... xvi
Daftar Lampiran .................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9
A. Landasan Teori...................................................................................... 9
1. Theory of Planned Behavior (TPB) ............................................. 9
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xi
2. Pengertian Pajak .......................................................................... 12
3. Pajak Daerah ................................................................................ 14
4. Pajak Kendaraan Bermotor .......................................................... 16
5. Wajib Pajak ................................................................................. 18
6. Kepatuhan Wajib Pajak ............................................................... 19
7. Sosialisasi Pajak .......................................................................... 20
8. Kualitas Pelayanan ...................................................................... 21
9. Sanksi Pajak................................................................................. 22
10. Tarif Perpajakan .......................................................................... 24
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis .................................... 26
1. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan ................................................. 26
2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak ............................................... 28
3. Pengaruh Kualitas Pelayanan ...................................................... 30
4. Pengaruh Sanksi Perpajakan ........................................................ 32
5. Pengaruh Tarif Pajak ................................................................... 34
C. Model Penelitian ................................................................................... 36
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 37
A. Obyek dan Subyek Penelitian ............................................................... 37
B. Jenis Data .............................................................................................. 37
C. Teknik Pengambilan Sampel ................................................................ 37
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 38
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian .............................................. 39
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xii
1. Variabel Dependen ...................................................................... 39
2. Variabel Independen .................................................................... 40
a. Sosialisasi Perpajakan ........................................................ 41
b. Kesadaran Wajib Pajak ...................................................... 42
c. Sanksi Perpajakan .............................................................. 43
d. Kualitas Pelayanan ............................................................. 44
e. Tarif Pajak .......................................................................... 45
3. Uji Kualitas Instrumen dan Data ................................................. 46
a. Statistik Deskriptif ............................................................. 46
b. Uji Kualitas Data ................................................................ 47
1) Uji Validitas .............................................................. 47
2) Uji Reabilitas ............................................................ 47
3) Uji Asumsi Klasik .................................................... 48
i. Uji Normalitas Data ........................................ 48
ii. Uji Multikolinearistas ..................................... 48
iii. Uji Heroskedestisitas ....................................... 49
4) Uji Hipotesis ............................................................. 49
i. Analisis Regresi Berganda .............................. 49
ii. Uji Koefisien Determinasi .............................. 51
iii. Uji Siginfikan Simultas (Uji F) ....................... 51
iv. Uji Signifikan Parsial (Uji t) ........................... 52
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 53
A. Hasil Penelitian ..................................................................................... 53
1. Deskripsi Responden ................................................................... 53
2. Analisis Data ............................................................................... 55
a. Analisis Data Kualitatif/Deskriptif .................................... 55
1) Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) ................................ 56
2) Sosialisasi Perpajakan............................................... 57
3) Kesadaran Wajib Pajak ............................................. 58
4) Sanksi Perpajakan ..................................................... 59
5) Kualitas Pelayanan ................................................... 61
6) Tarif Pajak ................................................................ 62
b. Analisis Data Kuantitatif .................................................... 63
1) Uji Validitas dan Reliabilitas .................................... 63
a) Uji Validitas .................................................... 63
b) Uji Reliabilitas ................................................ 68
2) Uji Asumsi Klasik .................................................... 69
a) Uji Normalitas ................................................. 69
b) Uji Multikolinearitas ....................................... 70
c) Uji Heterokedastisitas ..................................... 71
3) Uji Hipotesis ............................................................. 72
a) Regresi Liner Berganda................................... 72
b) Koefisien Determinasi ..................................... 74
c) Uji F (Simultan) .............................................. 75
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xiv
d) Uji t (Parsial) ................................................... 76
B. Pembahasan........................................................................................... 81
1. Sosialisasi Perpajakan ................................................................. 81
2. Kesadaran Wajib Pajak................................................................ 82
3. Kualitas Pelayanan ...................................................................... 83
4. Sanksi Perpajakan ........................................................................ 85
5. Tarif Pajak ................................................................................... 86
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 88
A. Kesimpulan ............................................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 91
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Obyek Kendaraan Bermotor di Yogyakarta .......................... 3
Tabel 4.1. Jenis Kelamin ..................................................................................... 53
Tabel 4.2. Lama Bekerja ..................................................................................... 54
Tabel 4.3. Pendidikan Terakhir ........................................................................... 55
Tabel 4.4. Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) ......................................................... 56
Tabel 4.5. Sosialisasi Perpajakan ........................................................................ 57
Tabel 4.6. Kesadaran Wajib Pajak ...................................................................... 58
Tabel 4.7. Sanksi Perpajakan .............................................................................. 60
Tabel 4.8. Kualitas Pelayanan ............................................................................. 61
Tabel 4.9. Tarif Pajak .......................................................................................... 62
Tabel 4.10. Uji Validitas Sosialisasi Perpajakan ................................................ 63
Tabel 4.11. Kesadaran Wahib Pajak .................................................................. 64
Tabel 4.12. Kualitas Pelayanan ........................................................................... 65
Tabel 4.13. Sanksi Perpajakan ............................................................................ 66
Tabel 4.14. Tarif Perpajakan ............................................................................... 66
Tabel 4.15. Kepatuhan Wajib Pajak .................................................................... 67
Tabel 4.16. Uji Reliabilitas ................................................................................. 68
Tabel 4.17. Uji Normalitas Kolmogrov-Smirnov ................................................ 69
Tabel 4.18. Uji Multikolineritas .......................................................................... 70
Tabel 4.19. Uji Glesjer ........................................................................................ 71
Tabel 4.20. Hasil Analisis Regresi Berganda ..................................................... 72
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xvi
Tabel 4.21. Koefisien Determinasi...................................................................... 75
Tabel 4.22. Hasil Uji F ........................................................................................ 75
Tabel 4.23. Uji t (Parsial) .................................................................................... 76
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Penelitian ............................................................................ 36
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Kuesioner
Lampiran 2 Data Induk Penelitian
Lampiran 3 Distribusi Frekuensi
Lampiran 4 Uji Validitas
Lampiran 5 Uji Reliabilitas
Lampiran 6 Uji Normalitas Kolmogrov Smirnov
Lampiran 7 Uji Glesjer
Lampiran 8 Analisis Regresi Linier Berganda
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sumber penerimaan negara berasal dari dua sektor, yaitu sektor
internal maupun sektor eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari
sektor internal adalah pajak. Sedangkan sumber penerimaan eksternal salah
satunya adalah pinjaman luar negeri. Adanya perkembangan kemajuan
pembangunan disegala bidang, menyebabkan pemerintah membutuhkan
jumlah biaya yang tidak sedikit dalam meningkatkan pembangunan tersebu.
Peningkatan kebutuhan pembangunan itu sendiri, menyebabkan dana yang
dibutuhkan juga semakin meningkat (Romanandana, 2010).
Upaya pemerintah untuk mengurangi ketergantungan sumber
penerimaan eksternal adalah dengan memaksimalkan penerimaan internal.
Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah yaitu menerapkan sistem
otonomi daerah. Otonomi daerah adalah penyelenggaraan pembangunan dan
jalannya roda pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah itu
sendiri dengan persetujuan pemerintah pusat (Susilawati dan Budhiarta,
2013). Dalam pencapaian cita-cita pemerintah untuk pembangunan nasional
membutuhkan pendanaan yang tidak sedikit. Penopang pendanaan terbesar
dalam pembangunan nasional adalah bersumber dari pajak. Hal ini sepakat
dengan pendapat pegawai Dirjen Pajak, yang menyatakan bahwa tidak bisa
dipungkiri lagi mengenai salah satu penopang pendapatan nasional yaitu
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
2
berasal dari penerimaan pajak yang menyumbangkan sekitar 70% dari
seluruh penerimaan negara (Iqbal, 2015).
Pajak yang berfungsi dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran dan untuk mengatasi masalah sosial serta menjadi sebuah
perjanjian atau kontrak sosial antara warga negara dengan pemerintah
adalah merupakan salah satu sumber pembiayaan/pendanaan untuk
melaksanakan tanggung jawab negara. Pajak merupakan alat bagi
pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik
yang bersifat langsung maupun tidak langsung dari masyarakat guna
membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional dan ekonomi
masyarakat (Basri, 2012 dalam Muslimawati, 2015). Biaya investasi lokal,
biaya untuk pembayaran hutang, dan untuk menambah dana cadangan yang
dapat digunakan untuk investasi di masa depan merupakan satu dari tiga
pengeluaran yang dibiayai oleh hasil dari penerimaan pajak.
Jenis pajak yang diterapkan di Negara Indonesia meliputi Pajak Pusat
dan Pajak Daerah. Pajak Daerah berperan dalam membiayai pembangunan
daerah, tanpa adanya pajak daerah, maka kebutuhan akan dana untuk
pembangunan akan sulit untuk dipenuhi. Dengan adanya pungutan pajak
dan adanya kesadaran masyarakat suatu daerah untuk membayar pajak
sesuai dengan kewajibannya, maka daerah tersebut akan berkembang
dengan maju dan masyarakatnya akan sejahtera, karena pajak digunakan dan
diberikan untuk kepentingan masyarakat seperti pembangunan sekolah,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
3
pembangunan rumah sakit, pembangunan jalan raya, dan pembangunan
pasar.
Pengeluaran pemerintah dan pembangunan nasional dibiayai oleh
hasil dari penerimaan-penerimaan pajak daerah seperti penerimaan dari
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), pajak reklame, Pajak Hotel dan Restoran
(PHR), pajak hiburan dan pajak bahan bakar, dan Bea Perolehan Hak atas
Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan atau
penguasaan kendaraan bermotor dan merupakan salah satu jenis pajak yang
memberikan peran yang cukup besar dalam membiayai pembangunan
daerah. Kendaraan bermotor dapat digolongkan dengan kendaraan bermotor
beroda beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat
dan dioperasikan di air, dengan kepemilikan dan penguasaan atas kendaraan
bermotor sebagai objek pajaknya.
Menurut data yang di dapat jumlah Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
yang taat membayar pajak PKB dan BBNKB di tahun 2016-2018 adalah
sebagai berikut:
Tahun Roda 2 Roda 4
2016 397.215 41.157
2017 438.740 46.115
2018 509.999 59.297
Tabel 1.1. Jumlah Obyek Kendaraan Bermotor di Yogyakarta
Sumber: Hasil Penelitian
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
4
Dharma dan Suardhana (2014) meneliti tentang pengaruh kesadaran
Wajib Pajak, sosialisasi perpajakan, dan kualitas pelayanan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kesadaran
Wajib Pajak, sosialisasi perpajakan, dan kualitas pelayanan berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yang terdiri dari kesadaran Wajib
Pajak, sosialisasi perpajakan, kualitas pelayanan pajak, maupun sanksi
perpajakan yang diberikan kepada Wajib Pajak itu sendiri.
Menurut Musniati (2014), Kesadaran wajib pajak dapat dikatakan
sebagai suatu kondisi dimana wajib pajak mengetahui, mengakui,
menghargai dan menaati ketentuan-ketentuan perpajakan yang berlaku dan
memiliki kesungguhan serta keinginan untuk memenuhi kewajibannya
dalam membayar pajak. Untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak
diperlukan adanya kesadaran wajib pajak atas fungsi perpajakan sebagai
pembiayaan negara.
Sosialisasi yang dilakukan secara konsisten dan berkala dapat
membuat masyarakat khususnya Wajib Pajak akan semakin memahami
permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan pajak, kemudahan
apa saja yang bisa didapat, serta Wajib Pajak akan lebih memahami
peraturan pajak yang sering berubah-ubah. Jadi, sosialisasi mengenai
perpajakan diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak.
Pelayanan pajak dapat diartikan sebagai cara petugas pajak dalam
membantu, mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
5
seseorang yang dalam hal ini adalah Wajib Pajak. Pelayanan fiskus yang
baik seperti keramah tamahan petugas pajak dan kemudahan di dalam
sistem informasi pajak akan memberikan kenyamanan bagi Wajib Pajak
(Arum, 2012). Peran petugas pajak dalam usahanya memberikan mutu
pelayanan yang terbaik kepada Wajib Pajak dapat memengaruhi tingkat
Kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya membayar pajak.
Kecenderungan masyarakat tidak mau membayar pajak disebabkan
karena rendahnya pengawasan pemerintah dan sanksi atau denda yang
dikenakan terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh masih sangat kecil.
Apabila sanksi pajak yang diberikan kepada Wajib Pajak yang melanggar
peraturan perpajakan akan lebih banyak merugikan Wajib Pajak, maka
secara otomatis Wajib Pajak akan memenuhi kewajibannya dalam
membayar pajak. Sanksi pajak merupakan suatu jaminan dimana Wajib
Pajak akan menuruti, menaati, dan mematuhi semua peraturan perpajakan
(Mardiasmo, 2011). Agar Wajib Pajak tidak melanggar peraturan pajak
maka sanksi pajak dapat digunakan sebagai alat pencegah (preventif).
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kepatuhan Masyarakat dalam Membayar Pajak Kendaraan
Bermotor“.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
6
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta?
2. Apa pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta?
3. Bagaimana pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta?
4. Apakah terdapat pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta?
5. Bagaimana pengaruh Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh Sosialisasi Perpajakan terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di
Samsat Kota Yogyakarta
2. Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di
Samsat Kota Yogyakarta
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
7
3. Untuk mempelajari pengaruh Sanksi Perpajakan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta
4. Untuk menganalisis pengaruh Kualitas Pelayanan terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta
5. Untuk mengetahui pengaruh Tarif Pajak terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor pada Wajib Pajak di Samsat Kota
Yogyakarta
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi Dosen Perpajakan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan yang berarti dalam pengembangan ilmu akuntansi
dibidang perpajakan. Penelitian ini memberikan pemahaman
keterkaitan secara teori dengan penerapan praktik secara nyata
mengenai pengaruh sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib
pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan tarif
pajak terhadap kepatuhan wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
8
b. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi alternatif
rujukan bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Dirjen Pajak (Samsat)
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi
dalam usaha peningkatan kepatuhan Wajib Pajak yang
berpengaruh untuk meningkatnya Pendapatan Asli Daerah.
Selain itu, dijadikan masukan dan pertimbangan dalam
mengevaluasi dan mengukur dengan mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak yang dalam
penelitian ini adalah sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib
pajak, sanksi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan tarif
pajak terutama bagi daerah dilokasi penelitian.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai pengembangan literature bidang perpajakan dan
dapat menambah kajian ilmu akuntansi perpajakan dalam hal
kepatuhan wajib pajak untuk meningkatkan Pendapatan Asli
Daerah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
9
c. Bagi Masyarakat (Wajib Pajak)
Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dan pertimbangan masyarakat untuk mengetahui dan
memahami sistem perpajakan dan pentingnya membayar pajak.
Hal tersebut akan membantu dalam peningkatan Pendapatan
Asli Daerah dan menyukseskan pembangunan Daerah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Theory of Planned Behavior (TPB)
Teori yang menjadi landasan penelitian ini adalah Theory of
Planned Behavior (TPB). Teori ini menjelaskan bahwa suatu model
psikologi sosial yang sangat sering digunakan untuk meramalkan
perilaku seseorang. TPB dibuat untuk meramalkan dan menjelaskan
tingkah seseorang dalam konteks yang spesifik. TPB merupakan
prediksi perilaku yang lebih baik karena diselaraskan oleh niat dalam
melaksanakan perilaku (Fatmawati, 2016).
Niat untuk berperilaku ditentukan oleh tiga faktor (Mustikasari,
2007), yaitu:
a. Behavioral Beliefs, merupakan keyakinan yang dimiliki individu
terhadap hasil dari suatu perilaku dan evaluasi atas hasil yang
diperoleh.
b. Normative Beliefs, yaitu keyakinan tentang harapan normatif
yang dimiliki orang lain serta motivasi untuk memenuhi
harapan.
c. Control Beliefs, merupakan keyakinan tentang keberadaan hal-
hal yang mendukung atau menghambat perilaku yang akan
ditampilkan dan persepsinya tentang seberapa kuat hal-hal
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
11
tersebut mendukung dan menghambat perilakunya (perceived
power).
Theory of Planned Behavior (TPB) digunakan pada penelitian
sebelumnya oleh Mustikasari (2007). Dihubungkan dengan penelitian
ini, maka Theory of Planned Behavior (TPB) sesuai untuk
menjelaskan perilaku Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban
perpajakannya. Setiap individu dalam melakukan sesuatu, sebelumnya
akan memiliki keyakinan mengenai hasil yang akan diperoleh dari
perilakunya tersebut. Selanjutnya individu tersebut akan memutuskan
untuk melakukannya atau tidak melakukannya. Hal tersebut
berhubungan dengan kesadaran Wajib Pajak. Wajib Pajak yang sadar
akan kewajiban pajaknya, memiliki keyakinan mengenai pentingnya
membayar pajak untuk membantu pembangunan negara (Behavioral
Beliefs)
Individu akan melakukan sesuatu jika memiliki keyakinan
tentang harapan dari orang lain dan motivasi untuk memenuhi harapan
tersebut (Normative Beliefs). Seperti yang dijelaskan oleh Ajzen
(1991) bahwa Normative Beliefs berfungsi dari harapan yang
dipersepsikan individu dimana satu atau lebih orang disekitarnya
untuk menyetujui atau tidak menyetujui suatu perilaku tertentu dan
memotivasi individu tersebut. Hal ini dapat dikaitkan dengan
pelayanan pajak, dimana ada pelayanan yang baik dari petugas pajak,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
12
sistem perpajakan yang efektif dan efisien serta penyuluhan pajak
yang memberikan motivasi kepada Wajib Pajak agar taat pajak dan
juga memiliki keyakinan dan memilih perilaku taat pajak.
Control Beliefs variabel di penelitian ini yaitu sanksi pajak.
Adanya sanksi pajak dibuat untuk mendukung terpenuhinya peraturan
perpajakan oleh Wajib Pajak. Kepatuhan wajib pajak dapat diukur dari
seberapa kuat sanksi pajak mampu mendukung perilaku wajib pajak
untuk taat pajak.
Tiga faktor dalam penentuan niat seseorang untuk berperilaku
yang telah dijelaskan diatas apabila sudah terpenuhi, maka seseorang
akan memasuki tahap intention dan tahap terakhir adalah behavior.
Tahap seseorang memiliki maksud atau niat untuk berperilaku disebut
tahap intention, sedangkan tahap seseorang berperilaku disebut tahap
behavior (Arum 2012). Sosialisasi perpajakan, kesadaran wajib pajak,
sanksi perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, dan tarif pajak terhadap
kepatuhan Wajib Pajak dapat menjadi penentu terhadap perilaku patuh
pajak. Wajib Pajak yang memiliki kesadaran untuk membayar pajak,
termotivasi dari sosialisasi dan kualitas pelayanan yang telah
diberikan oleh fiskus, dengan sanksi yang ada dan tarif pajak maka
Wajib Pajak akan memiliki niat dengan merealisasikan niat tersebut
untuk memenuhi kewajibannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
13
2. Pengertian Pajak
Pajak menurut Undang-undang No. 28 tahun 2007, pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan pengertian di atas, ciri-ciri yang melekat pada
pengertian pajak adalah:
a. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
b. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
c. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah,
yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus,
dipergunakan untuk membiayai public investment.
d. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu
mengatur.
Menurut Mardiasmo (2011), pajak yang dipungut oleh
pemerintah mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Fungsi Budgetair (anggaran), yaitu pajak sebagai sumber dana
bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
14
b. Fungsi regulered (mengatur), yaitu pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi.
Menurut Mardiasmo (2011), berdasarkan golongannya pajak
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh
Wajib Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan
kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
Menurut sifatnya, pajak dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Pajak subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib
Pajak.
b. Pajak obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
15
Contohnaya adalah Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, dan Bea Materai.
b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
3. Pajak Daerah
Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengertian Pajak Daerah
adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-
undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Dengan demikian pajak daerah adalah iuran wajib pajak kepada
daerah untuk membiayai pembangunan daerah. Pajak Daerah
ditetapkan dengan undang-undang yang pelaksanaannya untuk di
daerah diatur lebih lanjut dengan peraturan daerah. Pemerintah daerah
dilarang melakukan pungutan selain pajak yang telah ditetapkan
undang-undang (Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009).
Pajak daerah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pajak daerah dapat berasal dari Pajak Asli Daerah maupun pajak
negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
16
b. Pajak daerah dipungut oleh daerah terbatas di dalam wilayah
administratif yang dikuasainya.
c. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
urusan rumah tangga atau untuk membiayai pengeluaran daerah
sebagai badan hukum.
d. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan
peraturan daerah (Perda), maka pemungutan pajak daerah dapat
dipaksakan kepada masyarakat yang wajib membayar dalam
pungutan administratif kekuasaannya.
Dari segi kewenangan, pajak daerah dibagi menjadi pajak
provinsi dan pajak kabupaten/kota. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor, Pajak Air Permukaan, Pajak Rokok merupakan jenis dari
pajak provinsi. Sedangkan Pajak Hotel dan Restauran (PHR), pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan
logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung
walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, bea
perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) merupakan jenis
dari pajak kabupaten/kota (Yogatama, 2014).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
17
4. Pajak Kendaraan Bermotor
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas
kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan
bermotor dapat digolongkan menjadi kendaraan bermotor beroda
beserta gandengannya, yang dioperasikan di semua jenis jalan darat
dan dipoerasikan di air, dengan kepemilikan dan penguasaan atas
kendaraan bermotor sebagai objek pajaknya.
Pajak yang terutang merupakan Pajak Kendaraan Bermotor
yang harus dibayar oleh Wajib Pajak pada suatu saat, dalam masa
pajak atau dalam tahun pajak menurut ketentuan peraturan daerah
tentang Pajak Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah Provinsi setempat. Pada Pajak Kendaraan Bermotor (PKB),
pajak terutang dikenakan untuk masa pajak 12 bulan berturut-berturut
terhitung mulai saat pendaftaran kendaraan bermotor. Pemungutan
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) merupakan satu kesatuan dengan
pengurusan administrasi kendaraan bermotor lainnya.
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang terutang dipungut di
wilayah Provinsi tempat kendaraan bermotor terdaftar. Hal ini terkait
dengan kewenangan pemerintah provinsi yang hanya terbatas
kendaraan bermotor yang terdaftar dalam lingkup wilayah
administrasinya. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) terutang harus
dilunasi/dibayar sekaligus dimuka untuk masa 12 bulan. Pajak
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
18
Kendaraan Bermotor dilunasi selambat-lambatnya 30 hari sejak
diterbitkan SKPD, SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat keputusan pembetulan, surat Keputusan Keberatan,
dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah. Wajib Pajak yang terlambat melakukan
pembayaran pajak akan dikenakan sanksi yaitu:
a. Keterlambatan pembayaran pajak yang melampaui saat jatuh
tempo yang ditetapkan dalam SKPD dikenakan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 25% dari pokok pajak.
b. Keterlambatan pembayaran pajak sebagaimana ditetapkan
dalam SKPD yang melampaui 15 hari setelah jatuh tempo
dikenakan sanksi administrasi sebesar 2% sebulan dihitung dari
pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu
paling lama 24 bulan dihitung sejak saat terhutangnya pajak.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor berlaku sama pada setiap
Provinsi yang memungut Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).Tarif
Pajak Kendaraan Bermotor ditetapkan dengan peraturan daerah
provinsi. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Pasal 5 tarif
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dibagi menjadi 3 kelompok sesuai
dengan jenis penguasaan kendaraan bermotor yaitu:
a. 1.5 % untuk kendaraan bermotor bukan umum.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
19
b. 1 % untuk kendaraan bermotor umum. Yaitu kendaraan
bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum
dengan dipungut bayaran.
c. c. 0,5 % untuk kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar.
5. Wajib Pajak
Menurut UU RI nomor 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
retribusi daerah menyebutkan bahwa Wajib Pajak adalah orang
pribadi atau badan, yang meliputi pembayaran pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, dan mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan perturan perundang-undangan perpajakan
daerah. Wajib pajak terbagi menjadi dua yaitu wajib pajak orang
pribadi dan wajib pajak badan. Menurut Perda DIY nomor 3 tahun
2011 tentang Pajak Daerah, Badan adalah sekumpulan orang dan/atau
modal yang menjadi satu kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun tidak melakukan usaha yang dapat meliputi perseroan
terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik
Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma,
kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi masa, organisasi politik, ataupun organisasi lainnya,
lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi,
kolektif dan bentuk usaha tetap.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
20
6. Kepatuhan Wajib Pajak
Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh
melaksanakan ketentuan perpajakan. Wajib pajak yang patuh akan
memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan dan tidak memiliki
tunggakan atau keterlambatan penyetoran pajak (Devano dan Rahayu:
2006).
Kepatuhan Wajib Pajak merupakan suatu masalah penting,
karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan
keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, penyeludupan,
dan pelalaian pajak yang pada akhirnya menyebabkan penerimaan
pajak negara akan berkurang. Menurut Jatmiko (2006), kepatuhan
wajib pajak diartikan sebagai memasukkan dan melaporkan tepat
waktu intormasi yang diperlukan dan mengisi secara benar jumlah
pajak terutang dan membayar pajak pada waktu yang tepat tanpa
tindakan pemaksaan, ketidakpatuhan timbul jika salah satu syarat
definisi tidak terpenuhi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak
dalam membayar Pajak Kendaraan Bermotor yaitu kondisi sistem
administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan kepada wajib pajak,
penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak dan tarif pajak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
21
7. Sosialisasi Perpajakan
Sosialisasi Pajak merupakan suatu upaya yang dilakukan Dirjen
Pajak untuk memberikan informasi, pengertian, dan pembinaan
kepada masyarakat khususnya Wajib Pajak mengenai perpajakan dan
perundang-undangannya (Yogatama, 2014).
Kegiatan sosialisasi atau penyuluhan pajak dapat dilakukan
dengan dua cara sebagai berikut:
a. Sosialisasi langsung
Sosialisasi langsung adalah kegiatan sosialisasi perpajakan
dengan berinteraksi langsung dengan Wajib Pajak atau calon
Wajib Pajak. Bentuk dari sosialisasi langsung adalah tax goes to
campus, seminar/diskusi, dan workshop.
b. Sosialisasi tidak langsung
Sosialisasi tidak langsung adalah kegiatan sosialisasi
pajak kepada masyarakat dengan tidak atau sedikit melakukan
interaksi dengan peserta.
Sarana-sarana penunjang seperti diantaranya adanya website
pajak, perpustakaan, majalah pajak, dan jurnal pajak juga disediakan
untuk memfasilitasi harapan masyarakat agar merasa cepat, mudah,
dan benar dalam melaksanakan kewajibannya dalam membayar pajak.
Jika tingkat kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak menjadi
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
22
tinggi dan jumlah Wajib Pajak juga mengalami peningkatan, maka
program sosialisasi tersebut dapat dikatakan berhasil.
8. Kualitas Pelayanan
Pelayanan adalah cara melayani (membantu mengurus atau
menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan seseorang). Sementara
itu, fiskus merupakan petugas pajak. Jadi, pelayanan fiskus dapat
diartikan sebagai suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh
petugas pajak dalam melayani Wajib Pajak yang akan melaksanakan
kewajibannya dalam membayar pajak seperti dengan membantu,
mengurus, atau menyiapkan segala keperluan yang dibutuhkan Wajib
Pajak (Jatmiko, 2006).
Satu komponen yang penting bagi siklus penerimaan pajak
adalah kualitas pelayanan baik dari petugas di Kantor Pajak maupun
dari fasilitas guna menunjang kegiatan atau aktifitas Wajib Pajak
dalam melaporkan dan membayarkan pajaknya. Kualitas pelayanan
dapat dilihat dari tingkat kepuasan yang dirasakan oleh Wajib Pajak.
Menurut Boediono (2003), untuk menciptakan kualitas, pelayanan
harus diproses secara terus-menerus dan prosesnya mengikuti jarum
jam, yaitu dimulai dari yang dilakukan, menjelaskan bagaimana
mengerjakannya, memperlihatkan cara mengerjakan, diakhiri dengan
menyediakan pembimbingan, dan mengoreksi, sementara mereka
mengerjakan.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
23
Hakikat dari pelayanan umum yang berkualitas adalah sebagai
berikut:
a. Meningkatkan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas dan
fungsi instansi pemerintah di bidang pelayanan umum.
b. Mendorong upaya mengefektifkan sistem dan tata laksana
pelayanan sehingga pelayanan umum dapat diselenggarakan
secara lebih berdaya guna dan berhasil guna (efisien dan
efektif).
c. Mendorong tumbuhnya kreaktifitas, prakarsa, dan peran serta
masyarakat dalam pembangunan serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat luas.
9. Sanksi Pajak
Sanksi perpajakan merupakan jaminan bahwa ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan (norma perpajakan)
akan/dituruti/ditaati/dipatuhi (Mardiasmo, 2011). Atau bisa dengan
kata lain sanksi perpajakan merupakan alat pencegah agar wajib pajak
tidak melanggar norma perpajakan.
Jatmiko (2006) menyebutkan bahwa secara garis besar Undang-
Undang dan peraturan berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang
diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Harus ada
sanksi yang diberikan kepada Wajib Pajak yang melanggar peraturan
pajak agar Undang-Undang dan peraturan tersebut ditaati.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
24
Pada hakikatnya, memberlakukan pengenaan sanksi perpajakan
berfungsi untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya. Untuk dapat mengetahui
konsekuensi hukum dari apa yang dilakukan atau tidak dilakukan
maka sangatlah penting bagi Wajib Pajak untuk memahami sanksi-
sanksi pajak. Yang berguna untuk memberikan sedikit gambaran
mengenai hal-hal apa saja yang perlu dihindari agar tidak dikenai
sanksi perpajakan.
Ada dua macam sanksi yang terdapat dalam Undang-Undang
perpajakan yaitu sanksi administrasi dan sanksi pidana. Apabila Wajib
Pajak melakukan pelanggaran terhadap suatu norma perpajakan, maka
ada yang dikenai dengan sanksi administrasi saja, ada yang dikenai
dengan sanksi pidana saja, dan ada pula yang dikenai dengan sanksi
administrasi dan sanksi pidana (Mardiasmo, 2011).
Terdapat 2 macam sanksi pajak, yaitu berupa:
a. Sanksi administrasi, yang terdiri dari:
1) Sanksi administrasi berupa denda yang besarnya denda
dapat ditetapkan sebesar jumlah tertentu.
2) Sanksi administrasi berupa bunga yang dikenakan atas
pelanggaran yang menyebabkan hutang pajak lebih besar.
b. Sanksi pidana berupa hukuman pidana yang ditetapkan karena
adanya tindak pelanggaran pada peraturan perpajakan. Petugas
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
25
pajak menggunakan sanksi pidana sebagai alat terakhir atau
benteng hukum agar norma perpajakan dipatuhi.
10. Tarif Perpajakan
Tarif pajak adalah jumlah pokok yang telah ditetapkan
pemerintah pada suatu objek pajak untuk dibayarkan oleh wajib pajak
saat melakukan administrasi perpajakan. Tarif perpajakan ditetapkan
berdasarkan keadaan ekonomi suatu negara. Dalam pemungutan pajak
juga harus ditetapkan berdasarkan keadaan ekonomi suatu negara.
Dalam pemungutan pajak juga harus ditetapkan terlebih dahulu jenis
tarif yang digunakan, tarif ini berhubungan erat dengan fungsi pajak
yaitu budget dan fungsi mengatur. Menurut Mardiasmo (2016) Tarif
perpajakan dibagi menjadi 4 yaitu:
a. Tarif proposional merupakan tarif yang mempunyai presentase
yang proporsional atau sama terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak.
b. Tarif tetap, yaitu tarif pajak yang jumlahnya tetap terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak.
c. Tarif progresif merupakan tarif yang digunakan semakin besar
apabila jumlah yang dikenai pajak juga semakin besar.
d. Tarif degresif ialah tarif yang digunakan semakin besar apabila
jumlah yang dikenakan semakin kecil.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
26
Berdasarkan Perda Nomor 2 tahun 2015 “bahwa pengenaan
tarif pajak progresif kepemilikan kendaraan bermotor oleh orang
pribadi untuk kendaraan bermotor kedua dan seterusnya telah
ditetapkan dalam Peraturan Daerah DIY nomor 1 tentang pajak daerah
BAB III pasal 7 tahun 2011 tentang Pajak Kendaraan Bermotor”.
Dasar Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah perkalian dari 2
(dua) unsur pokok, yaitu Nilai Jual Kendaraan Bermotor (harga
pasaran umum); dan Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat
kerusakan jalan atau pencemaran lingkungan yang diakibatkan
penggunaan Kendaraan Bermotor yang dinyatakan dalam koefisien
yang nilainya 1(satu) atau lebih besar dari 1(satu). Menurut Perda DIY
No.3 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah BAB III pasal 9, Tarif pajak
Kendaraan Bermotor ditetapkan sebesar:
a. 1,5% kepemilikan pertama untuk Kendaraan Bermotor Pribadi
b. 1,0% untuk Kendaraan Bermotor angkutan umum.
c. 0,5% untuk kendaraan ambulans, pemadam kebakaran, sosial
keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, pemerintah, TNI,
POLRI, Pemerintah daerah, dan pemerintah kabupaten/kota.
d. 0,2% untuk kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat
besar.
Sedangkan untuk kepemilikan kendaraan roda 4 pribadi yang
kedua dan seterusnya dikenakan tarif secara progresif yaitu:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
27
a. Sebesar 1,5%, digunakan untuk kepemilikan kendaraan motor
pertama
b. Sebesar 2,5%, digunakan untuk kepemilikan kendaraan motor
kedua
c. Sebesar 3%, digunakan untuk kepemilikan kendaraan motor
ketiga
d. Sebesar 3,5%, untuk kepemilikann kendaraan motor keempat
dan seterusnya.
B. Penelitian Terdahulu dan Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh Sosialisasi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Sosialisasi perpajakan adalah usaha yang dilakukan oleh Dirjen
Pajak untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dan
khususnya Wajib Pajak agar mengetahui berbagai hal terkait
perpajakan baik peraturan maupun tata cara perpajakan melalui
metode-metode yang tepat (Rochmawati, 2014). Sosialisasi dapat
dilakukan melalui berbagai media seperti media cetak maupun
elektronik sehingga wajib pajak dapat mengetahui manfaat dan
pentingnya membayar pajak.
Semakin efektif sosialisasi perpajakan yang dilakukan oleh
Dirjen Pajak maka semakin tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak
dalam membayarkan pajaknya. Teory Planned of Behavior (TPB)
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
28
yang dikemukakan oleh Mustikasari (2007) menjelaskan bahwa
setelah seseorang melewati tahap Behavioral Beliefs, Normative
Beliefs, dan Control Beliefs maka seseorang tersebut akan memasuki
tahap intention. Tahap intention adalah tahapan seseorang memiliki
niat maupun maksud untuk berperilaku. Oleh sebab itu, Dirjen pajak
melakukan sosialisasi pajak bertujuan untuk menarik perhatian Wajib
Pajak agar memahami bahwa pentingnya pembayaran pajak bagi
pendapatan negara.
Dharma dan Suardana (2014) meneliti mengenai kepatuhan
wajib pajak PKB dan BBNKB di Samsat Denpasar dan berhasil
menemukan bukti bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Novitasari (2015) meneliti terkait
kepatuhan wajib pajak di SAMSAT Semarang III, penelitian tersebut
membuktikan bahwa Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor dan BBN-KB.
Burhan (2015) meneliti terkait kepatuhan wajib pajak orang pribadi di
Kabupaten Banjarnegara, penelitian tersebut membuktikan bahwa
Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Setiyoningrum dkk (2014)
meneliti mengenai kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Manado dan berhasil membuktikan bahwa sosialisasi
perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang
pribadi. Cahyadi dan Jati (2016) meneliti terkait Kepatuhan wajib
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
29
pajak kendaraan bermotor di Samsat Denpasar dan memberikan bukti
bahwa sosialisasi perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan
wajib pajak PKB. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis
menarik hipotesis sebagai berikut:
H1: Sosialisasi perpajakan berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
2. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Kesadaran wajib pajak adalah suatu iktikad yang dimiliki
seseorang dalam memenuhi kewajibannya yaitu membayar pajak.
Kesadaran wajib pajak ini dapat tumbuh melalui hati nurani masing-
masing orang. Apabila seseorang berhati mulia dan mempunyai
akidah yang baik, maka Wajib Pajak akan mempunyai kesadaran
untuk membayar pajak yang merupakan hak setiap warga negara.
Beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong Wajib
Pajak dalam membayar pajak yaitu kesadaran bahwa bentuk
partisipasi dalam menunjang pembangunan negara dengan membayar
pajak, kesadaran bahwa melakukan penundaan pembayaran pajak dan
pengurangan beban pajak sangat merugikan negara, dan kesadaran
bahwa pajak telah ditetapkan dalam Undang-Undang dan dapat
dipaksakan ( Irianto, 2005).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
30
Semakin tinggi tingkat kesadaran wajib pajak maka tingkat
kepatuhan wajib pajak juga akan meningkat. Sebagaimana Theory of
Planned Behavior (TPB) yang menjelaskan mengenai behavioral
beliefs. Behavioral belief merupakan suatu keyakinan individu
terhadap hasil dari perilaku yang dilakukannya dan evaluasi dari hasil
tersebut. Oleh karena itu kesadaran wajib pajak mengenai perpajakan
sangat dibutuhkan karena dengan adanya kesadaran tersebut maka
akan meyakinkan Wajib Pajak. Mengenai hasil yang akan di dapat
dari perilakunya berupa peningkatan pendapatan negara sehingga akan
mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak.
Fatmawati (2016) meneliti terkait kepatuhan wajib pajak
kendaraan bermotor Daerah Istimewa Yogyakarta, penelitian tersebut
membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PKB dan BBN-KB.
Arum (2012) meneliti terkait kepatuhan wajib pajak orang pribadi
yang melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan bebas yang dilakukan
di KPP Pratama Cilacap, penelitian tersebut membuktikan bahwa
kesadaran wajib pajak memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha dan pekerjaan bebas. Susilawati dan Budhiarta (2013)
meneliti terkait kepatuhan wajib pajak kendaraan bermotor di Samsat
Kota Singaraja, penelitian tersebut memberikan bukti bahwa
kesadaran wajib pajak berpengaruh postif terhadap kepatuhan wajib
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
31
pajak kendaraan bermotor. Sapriadi (2013) melakukan penelitian
terkait kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di kecamatan
selupu rejang dan berhasil membuktikan bahwa kesadaran wajib pajak
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Nafsi
(2014) meneliti terkait kepatuhan wajib pajak pelaku UKM di KPP
Pratama Tegal dan berhasil membuktikan bahwa kesadaran wajib
pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib
pajak pelaku UKM. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis
menarik hipotesis sebagai berikut:
H2: Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
3. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.
Kualitas pelayanan mengindikasikan pelayanan atau pelayanan
administrasi yang dilakukan oleh Samsat kepada Wajib Pajak untuk
mendapatkan kepuasan Wajib Pajak. Pelayanan yang diberikan dalam
bidang perpajakan menjadi salah satu indikator untuk meningkatkan
masyarakat dalam membayar pajak. Apabila kualitas pelayanan yang
diberikan kepada Wajib Pajak baik, dan sistem perpajakannya efektif
dan efesien maka akan menimbulkan keyakinan dalam diri Wajib
Pajak dan termotivasi untuk melakukan pembayaran pajak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
32
Semakin efektif dan efesien Kualitas Pelayanan maka semakin
tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak. Sebagaimana Theory of Planned
Behavior (TPB) yang menjelaskan mengenai Normative Beliefs bahwa
suatu tindakan seseorang akan muncul berasal dari keyakinan atas
harapan normatif yang diberikan orang lain, maka seseorang akan
termotivasi untuk memenuhi harapan tersebut.
Arum (2012) meneliti terkait kepatuhan Wajib Pajak orang
pribadi di KPP Pratama Cilacap dan berhasil membuktikan bahwa
Kualitas Pelayanan Fiskus memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Xin (2015) melakukan
penelitian terhadap kepatuhan wajib pajak di Malaysia dan
membuktikan bahwa kualitas pelayanan fiskus berpengaruh positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Yogatama (2014) melakukan
penelitian terkait kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi di KPP
Pratama Semarang Candisari yang membuktikan bahwa pelayanan
fiskus memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
kepatuhan Wajib Pajak. Putri dan Jati (2012) meneliti terkait
kepatuhan Wajib Pajak kendaraan bermotor di Samsat Denpasar yang
membuktikan bahwa Kualitas pelayanan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Mutia (2014) melakukan
penelitian tentang kepatuhan wajib pajak orang pribadi di KPP
Pratama Padang dan dan membuktikan bahwa pelayanan fiskus
berpengaruh signifikan positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
33
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis menarik hipotesis sebagai
berikut:
H3 : Kualitas Pelayanan berpengaruh positif terhadap
Kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor.
4. Pengaruh Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
Dalam Membayar Pajak Kendaraan Bermotor.
Sanksi merupakan tindakan hukuman yang diberikan kepada
seseorang yang telah melakukan pelanggaran suatu peraturan.
Peraturan merupakan rambu-rambu dalam melakukan sesuatu
mengenai apa yang harus dilakukan dan seharusnya tidak dilakukan
menurut peraturan atau undang-undang yang berlaku. Adanya sanksi
diperlukan agar peraturan atau undang-undang tidak dilanggar. Sanksi
pajak merupakan jaminan mengenai ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan akan dipatuhi, dengan kata lain sanksi
perpajakan merupakan alat pencegah (preventif) agar Wajib Pajak
tidak melanggar norma perpajakan (Mardiasmo, 2011). Sanksi
perpajakan memiliki peran penting untuk memberikan pelajaran bagi
Wajib Pajak yang melanggar dalam peraturan perpajakan.
Diberlakukannya sanksi yang tegas bertujuan untuk mencegah
ketidakpatuhan dan mendorong Wajib Pajak untuk mematuhi atau
memenuhi kewajiban perpajaknnya.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
34
Semakin tegas sanksi pajak yang diberlakukan maka semakin
tinggi tingkat kepatuhan wajib pajak. Hal tersebut disebabkan karena
sanksi perpajakan dapat membentuk persepsi mengenai seberapa kuat
sanksi yang akan diterima apabila melanggar peraturan perpajakan.
Oleh karena itu, akan mendorong Wajib Pajak dalam mematuhi
peraturan perpajakan dan akan berdampak pada meningkatnya
kepatuhan perpajakan. Sesuai dengan Theory Planned of Behavior
(TPB) yang menjelaskan mengenai control belief bahwa keyakinan
seseorang untuk mendukung ataupun menghambat suatu tindakan
bergantung pada seberapa kuat pengaruh terhadap tindakan tersebut.
Putri dan Jati (2011) melakukan penelitian terkait kepatuhan
wajib pajak kendaraan bermotor di Samsat Denpasar dan
membuktikan bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Pratama (2015) meneliti
terkait Sanksi Perpajakan di KPP Pratama Pasuruan dan berhasil
membuktikan bahwa Sanksi perpajakan berpengaruh signifikan positif
terhadap kepatuhan wajib pajak. Susilowati dan Budiarta (2013)
meneliti mengenai kepatuhan Wajib Pajak Kendaraan Bermotor di
Samsat kota Singaraja yang memberikan bukti bahwa sanksi
perpajakan berpengaruh positif pada kepatuhan Wajib Pajak dalam
membayar pajak kendaraan bermotor.
Mutia (2014) melakukan penelitian tentang sanksi perpajakan
di KPP Pratama Pasang dan memberikan hasil dalam penelitiannya
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
35
bahwa sanksi perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan
wajib pajak. Wardani (2013) melakukan penelitian terkait sanksi pajak
di Yogyakarta dan membuktikan bahwa sanksi pajak berpengaruh
positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan
penjelasan diatas maka penulis menarik hipotesis sebagai berikut:
H4: Sanksi Perpajakan berpengaruh positif terhadap Kepatuhan
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor
5. Pengaruh Tarif Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam
Membayar Pajak Kendaraan Bermotor
Tarif pajak merupakan hal penting dalam kepatuhan wajib pajak
karena adanya tarif pajak yang berlaku akan memengaruhi Wajib
Pajak untuk membayarkan pajaknya. Tarif perpajakan ditentukan oleh
fiskus tanpa ada campur tangan dari Wajib Pajak atau berdasarkan
Official Assesment System. Ditetapkannya tarif pajak yang tinggi,
maka memberikan beban bagi Wajib Pajak yang akan memicu Wajib
Pajak untuk taat dalam membayarkan kewajiban perpajakannya.
Semakin besar tarif pajak yang dikenakan maka tingkat
kepatuhan wajib pajak akan semakin tinggi. Hal tersebut disebabkan
berlakunya tarif pajak yang tinggi akan menjadi beban bagi Wajib
Pajak, karena pajak tersebut dianggap beban pajak yang akan
mengurangi hartanya. Selain itu tarif pajak yang tinggi maka akan
menyebabkan sanksi denda yang dikenakan semakin tinggi apabila
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
36
terlambat atau dengan sengaja Wajib Pajak tidak membayarkan
kewajiban perpajakannya, dikarenakan sanksi tersebut di hitung
berdasarkan tarif yang berlaku. Sehingga Wajib Pajak akan mematuhi
peraturan perpajakan dan memilih untuk taat pajak agar terhindar dari
pengeluaran yang lebih besar lagi. Menurut Undang-Undang nomor
28 Tahun 2009, dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor di dapat
dari hasil perkalian dari 2 (dua) unsur pokok yaitu Nilai jual
Kendaraan Bermotor dan Bobot yang mencerminkan secara relatif
tingkat kerusakan jalan dan/atau pencemaran lingkungan akibat
penggunaan Kendaraan Bermotor. Solehah (2017) meneliti terkait
Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Yogyakarta, peneliti tersebut
membuktikan bahwa Tarif Pajak berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Wardani (2013) meneliti terkait
Kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi pelaku UMKM di KPP
Yogyakarta, peneliti memberikan bukti bahwa tarif pajak berpengaruh
positif signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar
pajak. An-Nazula (2016) meneliti terkait Kemauan membayar pajak
wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di Kota
Madya, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung Kidul, peneliti
memberikan bukti bahwa
Tarif pajak berpengaruh positif terhadap kemauan membayar
pajak wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas di
Kota Madya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunung
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
37
Kidul. Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis menarik hipotesis
sebagai berikut:
H5: Tarif Pajak berpengaruh positif terhadap Kepatuhan Wajib
Pajak Kendaraan Bermotor.
C. Model Penelitian
Gambar 2.1. Model Penelitian
Sosialisai Perpajakan
Kesadaran Wajib Pajak
Kualitas Pelayanan
Sanksi Perpajakan
Tarif Perpajakan
Kepatuhan
Wajiib Pajak
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek dan Subyek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kantor Samsat Yogyakarta. Subjek pada
penelitian ini adalah Wajib Pajak yang terdaftar di kantor Samsat
Yogyakarta yang melakukan pembayaran pajak tanpa pihak ke tiga di kantor
Samsat Yogyakarta tahun 2018.
B. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer.
Data primer tersebut merupakan data yang di peroleh langsung dari Wajib
Pajak yang ada di Kantor Samsat Yogyakarta memalui survey yang
dilakukan oleh peneliti dengan menyediakan pertanyaan berupa angket
(kuesioner).
C. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
Convenience Sampling. Convenience Sampling merupakan cara
pengambilan sampel berdasarkan kemudahan, yaitu unit atau subjek tersedia
bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Alasan pemilihan teknik
pengambilan sampel ini adalah untuk mempermudah proses pengambilan
sampel. Wajib Pajak kendaraan bermotor yang terdaftar di Samsat
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
39
Yogyakarta dan sedang melakukan pembayaran kendaraan milik sendiri
tanpa melaui pihak ke tiga di Samsat Yogyakarta pada saat kuisioner disebar
dipilih sebagai responden untuk memudahkan peneliti mendapatkan
responden.
Jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus slovin dengan taraf
kesalahan 10%. Rumus slovin adalah cara untuk menentukan jumlah
sampling yang akan digunakan. Perhitungan untuk menentukan jumlah
sampel menggunakan rumus slovin dengan alpha 10% atau 0,1 yaitu:
Keterangan:
n : Ukuran sampel
N : Ukuran populasi
e : Persen kelonggaran ketidaktelitian
Penelitian ini jumlah populasi adalah 238.120 dan alpha 0,1 sehingga
diperoleh jumlah sampel 99,9 yaitu dibulatkan menjadi 100 sampel.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
menggunakan kuisioner. Kuisioner akan dibagikan dan diisi oleh responden,
kemudian kuisioner tersebut akan diambil kembali oleh peneliti.
Pengukuran variabel independen serta dependen dari jawaban responden
n
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
40
digunakan skala likert yang berisi 5 tingkat jawaban dengan rincian sebagai
berikut:
Angka 1 : Sangat Tidak Setuju (STS)
Angka 2 : Tidak Setuju (TS)
Angka 3 : Netral (N)
Angka 4 : Setuju (S)
Angka 5 : Sangat Setuju (SS)
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel lainnya. Dalam penelitian ini variabel
dependennya adalah Kepatuhan Wajib Pajak (KWP) dalam membayar
Pajak Kendaraan Bermotor. Kepatuhan wajib pajak adalah kesediaan
Wajib Pajak dalam memenuhi kewajiban pajaknya sesuai aturan yang
ada tanpa perlu dilakukannya pemeriksaan, investigasi, peringatan,
ataupun ancaman dan penerapan sanksi hukum maupun administratif.
Instrumen kompetensi kepatuhan wajib pajak dalam penelitian ini
diukur dengan skala likert 5 point diantaranya adalah Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak
Setuju (STS). Indikator untuk mengukur variabel ini adalah ketepatan
dan ketaatan dengan jumlah pertanyaan 8 item yang dikembangkan
oleh Fatmawati (2016), sebagai berikut:
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
41
a. Saya selalu membayar pajak Kendaraan Bermotor tepat pada
waktunya.
b. Saya pernah memiliki tunggakan pembayaran pajak kendaraan
bermotor.
c. Saya selalu membayar pajak kendaraan sesuai dengan jumlah
yang telah ditetapkan pada Surat Ketetapan pajak Daerah
(SKPD)
d. Saya selalu menyampaikan informasi yang dibutuhkan Kantor
Samsat secara lengkap dan benar.
e. Saya selalu mentaati undang-undang mengenai pajak kendaraan
bermotor yang berlaku.
f. Saya tidak pernah melakukan kejahatan ataupun kecurangan
dibidang perpajakan.
g. Saya tidak pernah mendapatkan hukuman atas kelalaian saya
dalam bidang perpajakan.
h. Saya tidak pernah mendapatkan surat teguran dari Kantor
Samsat.
2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah yang
mempengaruhi timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2009). Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu sosialisasi perpajakan,
kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus, sanksi perpajakan,
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
42
dan tarif pajak. Definisi operasional dari masing-masing variabel
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Sosialisasi Perpajakan
Sosialisasi perpajakan di bidang perpajakan merupakan
hal penting, oleh karena itu Dirjen Pajak mengupayakan untuk
memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya Wajib
Pajak untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Sosialisasi
dapat dilakukan melalui media komunikasi, baik media cetak
maupun media audio visual misalnya radio atau televisi.
Instrumen sosialisasi perpajakan dalam penelitian ini diukur
dengan skala likert 5 poin diantaranya adalah Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Indikator untuk mengukur variabel ini
adalah pendekatan diri, publikasi, dan informatif dengan jumlah
pertanyaan 5 item yang di kembangkan oleh Fatmawati (2016)
sebagai berikut:
1) Petugas pajak sering melakukan sosialisasi perpajakan
kepada masyarakat.
2) Saya sering melihat iklan mengenai pentingnya membayar
pajak baik di media cetak maupun elektronik.
3) Saya dapat memahami setiap informasi yang diberikan
petugas pajak pada saat sosialisasi.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
43
4) Sosialisasi perpajakan tidak menambah pengetahuan saya
mengenai perpajakan.
5) Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas pajak sudah
efektif dan tepat sasaran.
b. Kesadaran Wajib Pajak
Kesadaran wajib pajak merupakan situasi dimana Wajib
Pajak memiliki iktikad baik dalam memenuhi kewajibannya
terutama dalam membayar pajak berdasarkan hati nurani yang
dimilikinya guna tercipta kesejahteraan bagi diri mereka sendiri
serta bangsa secara keseluruhan. Instrumen Kesadaran wajib
pajak dalam penelitian ini diukur dengan skala likert 5 poin
diantaranya adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N),
Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Indikator
untuk mengukur variabel ini adalah sukarela, partisipatif, dan
manfaat pajak dengan jumlah pertanyaan 6 item, yang di
kembangkan oleh Fatmawati (2016), sebagai berikut:.
1) Saya membayar Pajak Kendaraan Bermotor atas kemauan
sendiri.
2) Saya melakukan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun.
3) Saya selalu melakukan pembayaran Pajak Kendaraan
Bermotor.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
44
4) Saya sadar bahwa penundaan pembayaran pajak
kendaraan bermotor dapat merugikan pemerintah
setempat.
5) Saya membayar pajak karena saya mengerti bahwa Pajak
Kendaraan Bermotor merupakan sumber penerimaan
daerah terbesar.
6) Saya membayar pajak karena saya mengerti bahwa pajak
untuk kemakmuran masyarakat.
c. Sanksi Perpajakan
Sanksi perpajakan merupakan suatu bentuk hukuman yang
diberikan kepada Wajib Pajak yang tidak melakukan
kewajibannya membayar pajak dengan sengaja ataupun
terlambat. Sanksi sebagai jaminan mengenai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan akan dipatuhi, dengan kata lain
sanksi perpajakan merupakan suatu alat pencegah (preventif)
agar Wajib Pajak tidak melanggar norma perpajakan
(Mardiasmo, 2011). Wajib pajak akan memenuhi kewajiban
perpajakannya apabila memandang sanksi perpajakan akan lebih
banyak merugikannya. Sanksi perpajakan yang berlaku semakin
tinggi atau semakin berat maka akan semakin merugikan Wajib
Pajak. Instrumen sanksi perpajakan dalam penelitian ini diukur
dengan skala likert 5 point diantaranya adalah Sangat Setuju
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
45
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Indikator untuk mengukur variabel ini
adalah ketegasan sanksi dan tindakan preventif dengan jumlah
pertanyaan 5 item, yang di kembangkan oleh Fatmawati (2016),
sebagai berikut :
1) Saya akan mendapatkan sanksi administratif berupa denda
apabila terlambat melakukan pembayaran Pajak
Kendaraan Bermotor.
2) Saya akan mendapatkan surat teguran dari Samsat apabila
memiliki tunggakan pajak.
3) Polisi akan bertindak tegas kepada para pengendara motor
yang belum/terlambat membayar Pajak Kendaraan
Bermotor.
4) Saya takut razia apabila saya tidak membayar Pajak
Kendaraan Bermotor.
5) Saya tidak merasa malu apabila mendapatkan surat
teguran karena tidak membayar Pajak Kendaraan
Bermotor.
d. Kualitas Pelayanan
Kualitas pelayanan merupakan kemampuan dalam
memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak saat membayar
pajak untuk menghasilkan kepuasan Wajib Pajak. Pelayanan
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
46
yang baik adalah pelayanan yang memuaskan, tanggap dan tidak
rumit dengan beberapa prosedur pelayanan yang mudah
dipahami oleh Wajib Pajak.
Instrumen Kualitas pelayanan dalam penelitian ini diukur
dengan skala likert 5 poin diantaranya adalah Sangat Setuju
(SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), dan Sangat
Tidak Setuju (STS). Indikator untuk mengukur variabel ini
adalah fasilitas fisik, daya tanggap, dan prosedur pelayanan
dengan jumlah pertanyaan 6 item yang dikembangkan oleh
Fatmawati (2016), sebagai berikut:
1) Lokasi kantor Samsat sangat strategis sehingga mudah
dijangkau Wajib Pajak.
2) Ruangan pelayanan pada Kantor Samsat memadai, bersih,
dan sejuk sehingga memberikan kenyamanan bagi wajib
pajak.
3) Petugas Samsat melayani Wajib Pajak secara tanggap dan
tepat.
4) Alur pembayaran Pajak Kendaraan tidak berbelit-belit.
5) Prosedur pembayaran pajak menghabiskan waktu yang
lama.
6) Waktu tunggu antrian wajib pajak cepat.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
47
e. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan jumlah materil yang harus
dibayarkan oleh Wajib Pajak atas objek yang dikenakan pajak
dan ditentukan oleh fiskus atas objek pajak berupa kendaraan
bermotor dengan mempertimbangkan harga pokok dan tahun
kendaraan bermotor tersebut. Instrumen tarif pajak dalam
penelitian ini diukur dengan skala likert 5 poin diantaranya
adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju
(TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Indikator untuk mengukur
variabel ini adalah tingkat tarif dengan jumlah pertanyaan 4 item
yang di kembangkan oleh Solehah (2017), dengan modifikasi
objek pajak berupa kendaraan bermotor sebagai berikut:
1) Wajib Pajak yang memiliki kendaraan roda 4 pribadi lebih
dari satu harus dikenakan tarif pajak progresif (tarif pajak
yang semakin meningkat).
2) Jika saya memiliki kendaraan bermotor roda 2 lebih dari
satu maka saya harus dikenakan tarif pajak lebih besar.
3) Pajak kendaraan bermotor dinilai dari presentase nilai jual
kendaraan pada saat ini.
4) Wajar jika Wajib Pajak yang memiliki kendaraan
bermotor lebih dari satu dikenakan pajak yang lebih besar
di bandingkan Wajib Pajak yang hanya memiliki satu
kendaraan bermotor.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
48
3. Uji Kualitas Instrumen dan Data
a. Statistik Deskriptif
Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk proses
pengolahan data yang telah di dapat dari responden. Analisis
tersebut memberikan gambaran mengenai variabel yang diteliti.
Uji statistik deskriptif mencakup nilai minimum, maksimum,
rata-rata, simpangan baku (standar deviasi) dengan N adalah
banyaknya responden penelitan.
b. Uji Kualitas Data
1) Uji Validitas
Uji ini dilakukan untuk mengetahui valid tidaknya
suatu instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas
menggunakan output person correlation. Item pertanyaan
dikatakan valid jika memiliki kriteria pengujian yaitu
apabila nilai dari person correlation (r hitung) seluruh
item yang membentuk variabel mempunyai nilai > r tabel
(Ghozali, 2011).
2) Uji Reabilitas
Uji reabilitas adalah pengujian untuk mengukur
seberapa besar suatu pengukur dapat mengukur dengan
stabil dan konsisten. Dengan kata lain uji reabilitas ini
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
49
digunakan untuk menguji konsistensi dari kuesioner. Nilai
koefisien reabilitas (Cronbach’s Alpha) dikatakan cukup
baik apabila menunjukkn angka >0,7 dan dinyatakan baik
apabila menunjukkan angka >0,8 (Nazaruddin dan Basuki,
2016)
3) Uji Asumsi Klasik
i. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data digunakan untuk
menentukan data yang telah dikumpulkan
terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas
data yang dapat digunakan adalah uji Kolmogorov-
Smirnov Test. Nazaruddin dan Basuki (2016)
menjelaskan bahwa uji normalitas data dilihat nilai
Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari 0,05
maka data terdistribusi normal dan dapat digunakan
dalam penelitian.
ii. Uji Multikoliniearitas
Uji Multikolinieralitas berfungsi untuk
menguji ada atau tidaknya korelasi antara variabel
bebas (independent). Model regresi yang baik
apabila tidak terjadi korelasi di antara variabel
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
50
bebas. Pendeteksian multikolinieritas bisa dilakukan
dengan cara melihat besaran Variance Inflation
Factor (VIF) atau nilai toleransi. Pengujian
dikatakan tidak mengandung multikoliniearitas
apabila memiliki nilai VIF 0,1(Nazaruddin dan
Basuki, 2016).
iii. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas berfungsi untuk
menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaam varian dari residual satu pengamatan
yang lain. Model regresi yang baik adalah regresi
yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Penelitian ini
menggunakan uji glejser dilakukan dengan meregres
nilai absolute residual terhadap variabel independen.
Apabila variabel independen signifikan secara
statistik (>5%) mempengaruhi variabel dependen,
maka tidak ada indikasi terjadi heteroskedastisitas
(Nazaruddin dan Basuki, 2016).
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
51
4) Uji Hipotesis
i. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda digunakan dalam
penelitian ini yang berfungsi untuk mengetahui
pengaruh beberapa variabel independen terhadap
variabel dependen. Model ini terdiri dari lima
variabel independen yaitu sosialisasi perpajakan,
kesadaran wajib pajak, kualitas pelayanan fiskus,
sanksi perpajakan dan tarif perajakan serta satu
variabel dependen yaitu kepatuhan wajib pajak.
Aplikasi yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengolah data yaitu dengan menggunakan aplikasi
SPSS. Persamaan regresi berganda dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Keterangan :
KWP = Kepatuhan wajib pajak pada SAMSAT
α = Konstanta
β1 = Koefisien regresi variabel SOP
β2 = Koefisien regresi variabel KSP
β3 = Koefisien regresi variabel KPF
β4 = Koefisien regresi variabel SP
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
52
β5 = Koefisien regresi variabel TP
SOP = Sosialisasi perpajakan
KSP = Kesadaran Wajib Pajak
KPF = Kualitas Pelayanan Fiskus
SP = Sanksi Perpajakan
TP = Tarif Perpajakan
e = Eror atau variabel pengganggu
Kriteria penerimaan H1 sampai dengan H5 yaitu
apabila nilai signifikansi yang di miliki oleh masing-
masing hipotesis pada pengujian regresi berganda adalah
kurang dari 0,05 dan memiliki arah β yang sesuai dengan
hipotesis yang diajukan.
ii. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Besarnya nilai koefisien determinasi dapat
digunakan untuk menunjukkan tingkat keberadaan
prediksi dari pengujian regresi yang dilakukan. Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar variabel
indepenen menjelaskan variabel dependen. Besarnya
koefisien determinasi dari 0 sampai 1. Apabila hasil
analisis mendekati nol maka semakin kecil kemampuan
variabel independen untuk menjelaskan variabel dependen
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
53
sangat terbatas. Sebaliknya, apabila hasil analisis diketahui
semakin mendekati 1 maka semakin besar kemampuan
menjelaskan variabel independen terhadap variabel
dependen.
iii. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji nilai F digunakan untuk menguji dan mengetahui
apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama variabel
independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan
pada tabel ANOVA. Menurut Nazaruddin dan Basuki
(2016), kriteria pengujian hipotesis adalah:
1) Jika hasil analisis menunjukkan nilai sig f < alpha
0,05 maka hipotesis diterima. Artinya terdapat
pengaruh secara bersama-sama variabel independen
terhadap variabel dependen.
2) Jika hasil analisis menunjukkan nilai sig f > alpha
0,05 maka hipotesis ditolak. Artinya tidak terdapat
pengaruh secara bersamasama variabel independen
terhadap variabel dependen.
iv. Uji Signifikan Parsial (Uji t)
Nazarudin dan Basuki (2016) menjelaskan bahwa
uji t dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
54
masing-masing variabel independen terhadap dependen.
Kriteria hipotesis dinyatakan diterima apabila:
1) Nilai sig < alpha (0,05)
2) Koefisien regresi searah dengan hipotesis.
STIE W
idya
Wiw
aha
Jang
an P
lagi
at
Recommended