Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR FAKTOR KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAERAH PADA USAHA SARANG BURUNG WALET DI
KOTA MAKASSAR
Oleh
ARMAN MAULANA
105730516014
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
ii
SKRIPSI
ANALISIS FAKTOR FAKTOR KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAERAH PADA USAHA SARANG BURUNG WALET DI
KOTA MAKASSAR
Oleh
ARMAN MAULANA
105730516014
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi (SE) Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2020
iii
MOTTO
Ada yang berubah, ada yang bertahan karena Zaman tak bisa dilawan, Yang
pasti kepercayaan harus diperjuangkan.
(Chairil Anwar)
PERSEMBAHAN
Rasa syukurku yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, atas karunia serta
kemudahan yang engkau berikan akhirnya tugas akhir ini dapat
terselesaikan.Sebuah karya kecil ini kupersembahkan untuk orang-orang tercinta
dan tersayang atas kasihnya yang berlimpah.
1. Ayahanda dan Ibunda yang tercinta, tersayang, terkasih dan terhormat
2. Semua keluarga yang kumiliki, terima kasih atas doa dan dukungannya
3. Terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing hingga
saat ini dan menerima kelebihan maupun kekurangan saya.
4. Sahabat dan teman-temanku tersayang, terima kasih atas dorongan,
semangat, motivasi, saran-sarannya dan kebersamaannya selama ini.
vi
ABSTRAK
ARMAN MAULANA. 2020.“Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Daerah Pada Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Makassar.”. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh H.Andi Rustam dan Andi Arman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor-Faktor kepatuhan wajib pajak daerah pada usaha sarang burung walet dan pelaksanaan pemungutan pajak sarang burung walet di Kota makassar berdasarkan Peraturan Daerah No.3 Bab Xi Tahun 2010 entang Pajak Sarang Burung Walet.
Penelitian ini mengambil data pada Dinas Pendapatan Daerah Kota makassar Penulis mengumpulkan data dengan penelitian kepustakaan, penelitian lapangan, dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pemungutan pajak sarang burung walet di Kota Makassar sudah sesuai berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar No.3 Bab XI Tahun 2010 tentang Pajak Sarang Burung Waletdalam pelaksanaan pemungutan pajak atas pendapatan kota Makassar masihjauh dari target yang di tetapkan pengaruh ini bukan karna pengusaha tidak melapor melainkan jumlah penhasilan dari usaha mengalami defisit atau berkurang.
Kata Kunci : Sarang Burung Wallet.Pajak Daerah.Sistem.
vii
ABSTRACT
Arman Maulana.2020 "Analysis of Factors Affecting the Compliance of Local Taxpayers in the Swallow's Nest Business in Makassar City." Thesis of Accounting Study Program, Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Guided by H. Andi Rustam And Andi Arman.
This study aims to determine the factors of local taxpayer compliance in the swallow's nest business and the implementation of swallow's nest tax collection in Makassar City based on Regional Regulation No.3 Chapter Xi Year 2010 concerning Swallow Bird Nest Tax.
This study takes data from the Makassar City Revenue Service The author collects data with library research, field research, and observation.
The results showed that the swiftlet nest tax collection process in Makassar City was in accordance with the Makassar City Regional Regulation No.3 Chapter Xi Year 2010 concerning the Swallow Bird Nest Tax. However, the implementation of tax collection in the city of Makassar has not gone well because of the lack of awareness of taxpayers in registering, reporting, calculating and paying their taxes considering the tax collection uses a self assessment system.
Keywords: Bird's Nest Wallet. Regional Tax. System.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Wr.Wb.
Puji dan Syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat hidup dan
kesempatan menggenggang ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Daerah Pada Usaha Sarang Burung Walet Di Kota Makassar” sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) Program Studi Akuntansi
Strata Satu (S1).
Penulis menyadari bahwa suatu karya dibidang apapun tidak terlepas dari
kekurangan disebabkan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan untuk revisi penelitian selanjutnya. Akhirnya dengan
selesainya skripsi ini tidak lepas dari peran dan bantuan yang telah diberikan
berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis sampaikan ucapan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Allah SWT yang senantiasa melimpahkan Nikmat dan Hidayah-Nya, serta
untuk segala kekuatan, kemudahan, kelancaran, petunjuk dan untuk
segala anugerah terindah-Nya.
2. Untuk Ayahku (Mansur) dan Ibuku (Aisyah) tercinta, terima kasih selama
ini engkau telah menjadi suri tauladan untuk anakmu, dan terima kasih
telah memberikan kasih sayang, doa dan semangatnya.
ix
3. Bapak Ismail Rasulong, SE.,MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan
persetujuan untuk mengadakan penelitian.
4. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si.,Ak.CA.CSP selaku Ketua Program
Studi Akuntansi yang telah memberikan arahan dan masukan bagi
peneliti.
5. Bapak Dr.H.Andi Rustam,Se,.Mm,.Ak.Ca.Cpa selaku Dosen pembimbing
I yang telah memberikan waktu dan kesempatannya dalam membimbing
memberikan masukan dan saran dalam penelitian ini.
6. Bapak Abd. Andi Arman, Se,.M.Si.Ak.Ca selaku Dosen pembimbing II
yang telah banyak memberikan bantuan baik waktu, masukan dan saran
dalam penyelesaian penelitian penulis.
7. Bapak/Ibu dosen yang telah begitu tulus membekali penulis ilmu
pengetahuan yang sangat berharga.
8. Seluruh staff dan karyawan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
9. Kepala dinas pendapatan daerah (DISPENDA) kota Makassar, seluruh
staf dan karyawan yang telah banyak membantu sehingga penelitian ini
dapat terlaksana.
10. Teman-teman kelas Resor Ak.1-2014 jurusan akuntansi terima kasih
untuk semuanya. Yang telah membantu , mendukung dan memotivasi
saya dalam menyelesaikan skripsi ini .
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
banyak memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skkripsi.
x
Semoga Allah SWT membalas jasa serta budi baik yang setimpal
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat
memberikan sumbangan dan manfaat khususnya bagi pengembangan
dunia ekonomi. Aamiin.
Wassalamu Alaikum Wr.Wb.
Makassar, 2020
Penulis,
Arman Maulana
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL .............................................................................................. i
HALAMAN JUDUL............................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN........................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iv
SURAT PERNYATAAN ....................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................ vi
ABSTRACT.......................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ......................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak ......................................................................................... 7
1. Pengertian Pajak ................................................................. 7
2. Fungsi Pajak ........................................................................ 8
3. Kemauan Membayar Pajak.................................................. 8
4. Pembagian Jenis-Jenis Pajak.............................................. 9
5. Kesadaran Membayar Pajak................................................ 10
6. Sistem Pemungutan Pajak................................................... 12
7. Asas Pemungutan Pajak...................................................... 12
xii
B. Pajak Daerah ............................................................................ 13
C. Pajang Sarang Burung Walet.................................................... 15
D. Burung Walet ............................................................................ 16
E. Studi Penelitian Terdahulu ........................................................ 20
F. Hipotesis ................................................................................... 22
G. Kerangka Konsep...................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ......................................................................... 25
B. Fokus Penelitian........................................................................ 25
C. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 27
E. Metode Analisis Data ................................................................ 28
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar............................................. 29
1. Kondisi Geografis................................................................. 29
2. Luas Wilayah ....................................................................... 30
3. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar 30
4. Visi dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar..... 31
5. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar ........................................................ 33
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar 34
C. Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.............................................................. 36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data.......................................................................... 44
1. Pendataan Pengusaha Sarang Burung Walet Kota Makassar ............................................................................. 44
xiii
2. Tata Cara Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Makassar Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 BAB XI Tahun 2010 Tentang Pajak Sarang Burung Walet .. 46
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Dalam Pemungutan Pajak Daerah Sarang Burung Walet Kota Makassar ............................................................................. 50
B. Pembahasan ............................................................................. 56
1. Data Realisasi Pemungutan Pajak Daerah dan Sarang Burung Walet di Kota Makassar Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pajak Sarang Burung Walet ....................................................................... 56
2. Penagihan............................................................................ 57
3. Realisasi Penerimaan dan Perbandingan Target Pajak Daerah Kota Makassar Terhadap Pengusaha Sarang Burung Walet ....................................................................... 58
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 63
B. Saran......................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 65
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu....................................................... 21
Tabel 4.1 Luas Wilayah dan Pembagian Daerah Administrasi di Kota Makassar................................................................ 30
Tabel 5.1 Daftar Nama-Nama Pengusaha Sarang Burung Walet di Kota Makassar ............................................................ 45
Tabel 5.2 Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kota Makassar Sulawesi Selatan 2017/2018/2019 ................................. 56
Tabel 5.3 Perbandingan Target Dengan Realisasi Penerimaan Januari s.d Desember 2017-2018 Pajak Sarang Burung Walet............................................................................... 59
Tabel 5.4 Perbandingan Target Dengan Realisasi Penerimaan Januari s.d Desember 2018-2019 Pajak Sarang Burung Walet............................................................................... 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Konsep................................................ 22
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar ........................................................................ 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia termasuk negara yang berkembang, yang memiliki pendapatan
dari berbagai sumber salah satunya yaitu berasal dari kebutuhan wajib pajak.
Baik pajak negara maupun pajak daerah yang menjadi sumber terbesar
pendapatan negara kita berasal dari pemungutan pajak. Meskipun pemungutan
pajak merupakan sumber terbesar untuk pendapatan kas negara dalam proses
pemungutannya tidak jarang sekali mengalami kendala dan masalah seperti
masalah minimnya pengetahuan masyarakat terhadap pemungutan pajak,
masalah kesadaran masyarakat untuk menjadi wajib pajak yang bijak dengan
membayar pajak kepada negara, serta masalah penunggakan pembayaran pajak
di negara kita ini sangatlah banyak terjadi di beberapa tahun terakhir.
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang
sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapatkan balas jasa secara
langsung. Pajak dipungut penguasa berdasarkan norma-norma hukum untuk
menutup biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif untuk mencapai
kesejahteraan umum, Priantara (2016:2).
Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk
mendapatkan penerimaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung
dari masyarakat guna membiayai pengeluaran rutin serta pembangunan nasional
dan ekonomi masyarakat. Sistem perpajakan selalu mengalami perubahan dari
masa kemasa sesuai perkembangan masyarakat dan negara, baik dalam bidang
kenegaraan maupun dalam bidang sosial dan ekonomi.
2
Salah satu aspek penunjang dalam keberhasilan pencapaian tujuan
pembangunan nasional selain dari aspek sumber daya manusia, sumber daya
alam, dan sumber daya lainnya adalah ketersediaan dana pembangunan baik
yang diperoleh dari sumber-sumber pajak maupun non pajak. Berbagai macam
jenis pungutan pajak dan retribusi yang menjadi sumber pendapatan negara,
seperti pajak penghasilan, pajak Pertambahan nilai, pajak penjualan atas barang
mewah, pajak bumi dan bangunan, pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan,
pajak sarang burung walet, dan lain-lain.
Pajak sebagai penerimaan negara tampaknya sudah jelas bahwa apabila
pajak ditingkatkan maka penerimaan negara pun meningkat, sehingga negara
dapat berbuat lebih banyak untuk kepentingan masyarakat. Sebagai pemerataan
pendapatan masyarakat, kenyataan menunjukkan bahwa dikalangan masyarakat
masih banyak terdapat kesenjangan antara warga negara yang kaya dan yang
miskin. Pajak adalah salah satu alat untuk dapat meredistribusi pendapatan
dengan cara memungut pajak yang lebih besar bagi warga yang berpendapatan
tinggi dan memungut pajak yang lebih rendah bagi warga yang berpendapatan
lebih kecil.
Berhubungan dengan hal ini, jenis-jenis tarif pajak sebagaimana
dikemukakan oleh Priantara (2016:14) dapat dibagi empat: (1) Tarif tetap, yaitu
bukan berarti tarif pajak tidak pernah mengalami perubahan, melainkan besarnya
pajak yang terutang dihitung dengan menerapkan tarif pajak yang konstan
berapapun dasar pengenaan pajaknya (DPP). (2) Tarif proporsional, yaitu suatu
tarif tertentu berupa persentase yang konstan yang diterapkan terhadap
berapapun DPP-nya sehingga pajak terutang meningkat apabila DPP meningkat
dan sebaliknya pajak terutang menurun apabila DPP menurun. (3) Tarif degresif,
3
yaitu suatu tariff tertentu berupa persentase yang semakin menurun yang
diterapkan apabila DPP-nya semakin meningkat. (4) Tarif progresif, yaitu suatu
tarif tertentu berupa persentase yang semakin meningkat yang diterapkan
apabila DPP-nya semakin meningkat. Penerapan tarif progresif untuk
menghitung pajak teurutang harus dilakukan dengan menerapkan lapisan pajak.
Jenis pajak yang diperhitungkan pada sisi penerimaan dalam anggran
pendapatan dan belanja daerah (APBD) antara lain pajak penghasilan, pajak
pertambahan nilai, bea masuk, cukai, ekspor, pajak bumi dan bangunan, pajak
sarang burung walet, pajak lainnya dan penerimaan bukan pajak. Khususnya
untuk pajak sarang burung walet sebagian besar penerimaannya merupakan
pendapatan daerah. Objek yang dikenakan pada pajak sarang burung walet
adalah pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Pungutan
yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan pembagian sebagaimana diatur oleh
undang-undang yaitu bagi pemrintah kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat.
Pemerintah Kota setiap tahunnya mempunyai target dalam penerimaan
pajak sarang burung walet sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi tidak
selalu target tersebut terealisasi dengan sempurna. Terkadang juga realisasi
penerimaan pajak sarang burung walet jauh dibawah target yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kota. Menurut undang-undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang pajak Sarang Burung Walet yang menjadi objek pajak sarang
burung walet adalah pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet.
Tidak termasuk objek pajak sarang burung walet: (1) Pengambilan sarang
burung walet yang telah dikenakan PNBP. (2) Kegiatan pengambilan dan/atau
pengusahaan sarang burung walet yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Disamping itu yang disebut subjek sekaligus wajib pajak sarang burung
4
walet adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau
mengusahakan sarang burung walet. Dasar pengenaan pajak, pajak sarang
burung walet adalah nilai jual sarang burung walet yang dihitung berdasarkan
perkalian antara harga pasaran umum sarang burung walet yang belaku di
daerah yang bersangkutan dengan volume sarang burung walet. Tarif pajak
sarang burung walet ditetapkan dengan peraturan daerah 10%. Pajak sarang
burung walet yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat pengambilan
dan/atau pengusahaan sarang burung walet, Priantara (2016:565).
Salah satu item pajak baru sesuai dengan diamanahkan dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
yakni pajak sarang burung walet untuk Kota Makassar ternyata masih menuai
banyak kendala. Hingga bulan Oktober 2012, realisasi pajak sarang burung walet
Kota Makassar yang ditarget sebesar Rp 50 juta masih berstatus nihil.
Sarang burung walet paling banyak di ekspor kesejumlah negara Asia
diantaranya Singapura. Manfaat sarang burung walet sendiri digunakan untuk
kebutuhan obat-obatan, makanan dan campuran bahan untuk perawatan
kecantikan. Menanggapi nihilnya realisasi pajak sarang burung walet oleh
Dispenda Makassar, anggota Komisi B Bidang Ekonomi DPRD Makassar, pajak
sarang burung walet yang diatur sesuai Perda No. 3 Tahun 2010 mengarah
kepada objek tempat usahanya. Kepala bidang IV juga berterima kasih karena
telah ada kesadaran dan kesediaan beberapa pengusaha wajib pajak melakukan
kewajibannya walaupun masih sebagian. Pajak yang ditarik Pemerintah Kota
Makassar dari pengusaha wajib pajak sebesar 10% dari hasil panen sarang
burung walet. Dispenda Kota Makassar pernah berencana melakukan
pemungutan pajak dua kali dalam setahun terhadap wajib pajak namun,
5
beberapa pengusaha belum bisa menerima. Jadi untuk sementara pemungutan
pajak hanya dilakukan sekali dalam setahun. Pihak Dispenda lagi-lagi meminta
kesadaran pengusaha sarang burung walet dalam melakukan kewajiban mereka.
Apabila jenis pajak di Kota Makassar termasuk jenis pajak baru, sehingga kerja
sama wajib pajak sangat dibutuhkan demi kemajuan kota Makassar.
Di kota makassar sendiri, jumlah wajib pajak sarang burung walet yang
terdaftar secara resmi di dinas pendapatan daerah kota makassar sebanyak 40
penangkaran, dari 40 jumlah wajib pajak sarang burung walet yang terdaftar
tersebut 100% telah memenuhi kewajiban pajaknya. Salah satu faktor
pemicuhan wajib pajak tersebut dimaksudkan tidak lain untuk menambah
pendapatan daerah khususnya di kota makassar.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas , maka penulisan
melakukan penelitian dengan judul “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kepatuhan Wajib Pajak Daerah Pada Usaha Sarang Burung Walet Di Kota
Makassar” .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka rumusan masalah pada penelitan ini adalah “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Daerah Pada Usaha Sarang
Burung Walet Di Kota Makassar.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui sistem dan prosedur kepatuhan wajib pajak daerah pada usaha
sarang burung walet di kota makassar.
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yang dilakukan di Daerah Kota
Makassar adalah :
1. Sebagai informasi dasar bagi penelitian berikutnya dengan pemasalahan
yang sama.
2. Menambah pengetahuan bagi penulis sehingga menjadi pengalaman yang
sama bermanfaat dikemudian hari.
3. Bisa mempermudah petugas pajak dalam melakukan Kepatuhan wajib pajak
daerah pada usaha sarang burung walet di kota makassar.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang No. 27 Tahun 2007, pajak adalah konstribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak,
sebagian besar kegiatan negara tidak dapat untuk dilaksanakan. Pajak
sifatnya dapat dipaksakan. Dalam UU 1945 pasal 23 ayat (2) dinyatakan
bahwa segala jenis pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan
Undang-Undang Sudirman dan Amiruddin (2016:2)
Menurut Mardiasmo (2011:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas
negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan
untuk membayar pengeluaran umum.
Adapun menurut Priantara (2016:2), pajak adalah iuran masyarakat
kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang)
dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan
yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
berhubung tugas negara untuk menyelenggaran pemerintahan.
8
Sedangkan menurut Sudirman dan Amiruddin (2016:3), pajak adalah
suatu kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga
negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai keperluan negara
berupa pembangunan nasional yang pelaksanaanya diatur dalam undang-
undang dan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa dan negara.
2. Fungsi Pajak
Pajak bukan hanya dipungut untuk disetorkan ke kas negara tanpa
ada realisasi. Akan tetapi pajak itu sendiri memiliki fungsi diantaranya adalah
sebagai berikut menurut Priantara (2016:3-4):
a. Fungsi budgetair (pendanaan)
Fungsi budgetair disebut juga fungsi utama pajak, atau fungsi
fiskal yaitu pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana ke
kas negara secara optimal berdasarkan undang-undang.
b. Fungsi regulair (mengatur)
Fungsi regulair disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak yang
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang
letaknya diluar bidang keuangan.
3. Kemauan Membayar Pajak
Kemauan adalah dorongan dari dalam diri seseorang, berdasarkan
pertimbangan pemikiran dan perasaan yang menimbulkan suatu kegiatan
untuk tercapainya tujuan tertentu. Sedangkan, kemauan membayar
merupakan suatu nilai dimana seseorang rela untuk membayar,
mengorbankan atau menukarkan sesuatu untuk memperoleh barang dan
jasa (Widaningrum, 2007 dalam Widayati dan Nurlis, 2010).
Berdasarkan definisi di atas, kemauan membayar pajak dapat diartikan
9
sebagai suatu nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang
ditetapkan dengan peraturan) yang digunakan untuk membiayai
pengeluaran umum negara dengan tidak mendapat jasa timbal balik
(kontraprestasi) secara langsung (Rantum dan Priyono, 2009). Dalam
penelitian ini kemauan membayar pajak ditujukan pada wajib pajak orang
pribadi dalam negeri. Wajib pajak orang pribadi adalah orang pribadi yang
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif pajak. Syarat subjektif pajak
dalam negeri adalah orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia,
orang pribadi yang berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka
waktu 12 bulan, atau orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia.
Sedangkan syarat objektif pajak untuk diri wajib pajak orang pribadi adalah
memiliki penghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP).
Sistem pemungutan pajak di Indonesia adalah Self Assessment
System, sistem ini memudahkan seseorang untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya, di mana Self Assessment System merupakan sistem
pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk
menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Dalam sistem ini
mengandung pengertian bahwa wajib pajak mempunyai kewajiban untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak
terutangnya.
4. Pembagian Jenis-Jenis Pajak
Menurut Priantara (2016:6) menyatakan jenis-jenis pajak yang dapat
dikenakan dapat digolongkan dalam 3 (tiga) yaitu:
10
a. Menurut golongan
1) Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya langsung
kepada wajib pajak yang berkewajiban membayar perpajakan atau
wajib pajak yang bersangkutan yang harus memikul beban pajak
dan beban pajak ini tidak dapat dialihkan kepada pihak lain. Contoh:
PPh.
2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat
dialihkan kepada pihak lain. Contoh PPN dan pajak penjualan.
b. Menurut sifatnya
1) Pajak subjektif adalah yang waktu pengenaannya yang pertama
diperhatikan adalah subjek pajaknya. Setelah subjek diketahui
barulah menentukan objeknya. Contoh:PPh.
2) Pajak objektif adalah pajak pada waktu pengenaannya yang
pertama diperhatikan adalah objeknya, setelah objek diketahui
barulah menentukan subjeknya. Contoh PBB.
c. Menurut lembaga institusi pemungutan
1) Pajak pusat adalah pajak yang mengadministrasikan pemerintah
pusat dalam hal ini adalah Kementerian Keuangan yakni DJP,
contoh PPh,PPN.
2) Pajak daerah adalah pajak yang diadministrasikan oleh pemerintah
daerah.
5. Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran merupakan unsur dalam diri manusia dalam memahami
realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi realitas tersebut.
Kesadaran yang dimiliki oleh manusia meliputi kesadaran dalam diri,
11
kesadaran akan sesama, masa silam, dan kemungkinan masa depannya.
Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang “Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan” menyebutkan bahwa pajak adalah
kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Kesadaran membayar pajak merupakan keadaan dimana wajib pajak
mau membayar pajak karena merasa tidak dirugikan dari pembayaran pajak
yang dilakukannya. Irianto (2005) dalam Rantum dan Priyono (2009)
menguraikan beberapa bentuk kesadaran membayar pajak yang mendorong
wajib pajak untuk membayar pajak. Pertama, kesadaran bahwa pajak
merupakan bentuk partisipasi dalam menunjang pembangunan negara.
Dengan menyadari hal ini, wajib pajak mau membayar pajak karena merasa
tidak dirugikan dari pemungutan pajak yang dilakukan. Pajak disadari
digunakan untuk pembangunan negara guna meningkatkan kesejahteraan
warga negara. Kedua, kesadaran bahwa penundaan pembayaran pajak
sangat merugikan negara.
Wajib pajak mau membayar pajak karena memahami bahwa
penundaan pajak berdampak pada kurangnya sumber daya finansial yang
dapat mengakibatkan terhambatnya pembangunan negara. Ketiga,
kesadaran bahwa pajak ditetapkan dengan undang-undang dan dapat
dipaksakan. Wajib pajak akan membayar karena pembayaran pajak disadari
memiliki landasan hukum yang kuat dan merupakan kewajiban mutlak setiap
warga negara. Kesadaran masyarakat rendah dapat dikarenakan
12
ketidaktahuan meraka tentang wujud konkrit imbalan dari uang yang
dikeluarkan untuk membayar pajak. Hal ini, seringkali menjadi kendala
dalam masalah pengumpulan pajak dari masyarakat. Kesadaran wajib pajak
atas perpajakan sangat diperlukan guna meningkatkan kemauan membayar
pajak.
6. Sistem Pemungutan Pajak.
Sistem pemugutan pajak yang selama ini dikenal dan diterapkan
dalam pemungutan pajak sebagaimana tercermin dalam undang undang
pajak, sebagai berikut:
1. Sistem Self Assessment, wajib pajak memiliki hak yang tidak boleh
diintervensi oleh pejabat pajak, kecuali hanya memberikan pelayanan
dengan cara bagaimana wajib pajak menggunakan hak tersebut.
2. Sistem Official Assessment, pejabat pajak memiliki wewenang dalam
menentukan jumlah pajak yang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak.
3. Sistem semi Self Assessment, ada kerja sama antara wajib pajak dengan
pejabat pajak yang bertugas mengelola pajak pusat atau pejabat pajak
yang bertugas mengelola pajak daerah untuk menentukan jumlah pajak
yang wajib dibayar lunas oleh wajib pajak kepada negara.
4. Sistem With Holding, memberi kepercayaan kepada pihak ketiga untuk
melakukan pemungutan pajak atas objek pajak yang dterima atau
diperoleh wajib pajak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
7. Asas Pemungutan Pajak.
Dalam setiap pemungutan pajak, harus diperhatikan prinsip-
prinsip atau asas–asas pemungutan pajak yang mengacu pada prinsip
pemungutan pajak. Berikut asas-asas atau prinsip-prinsip pemungutan
13
pajak menurut Adam Smith yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip Kesamaan (Equality).
Pemungutan pajak harus adil disesuaikan dengan kemampua wajib
pajak. Bagi perusahaan besar dikenakan pajak yang tinggi,
sedangkan bagi perusahaan kecil dikenakan pajak yang rendah
2. Prinsip Kepastian (Certainty)
Dalam pemungutan pajak harus jelas, tegas, dan pasti sehingga
dipahami wajib pajak. Hal ini akan memudahkan dalam perhitungan
dan pengadministrasian.
3. Prinsip Kekayaan (Convenience)
Pemungutan pajak jangan sekali-kali memberatkan wajib pajak.
Misalnya seseorang yang sedang mengalami kerugian usaha
sebaiknya tidak dikenakan pajak tinggi sehingga usahanya dapat
dipertahankan.
4. Prinsip Ekonomi (Economic)
Dalam melaksanakan pemungutan pajak, hendaknya diperhatikan
prinsip ekonomi. Artinya, harus mempertimbangkan bahwa biaya
pemungutan tidak melebihi hasil pemungutan pajak .
B. Pajak Daerah
Pajak daerah secara umum adalah konstribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Ketentuan pokok tentang pajak daerah ditetapkan dengan undang-undang. Pajak
Daerah adalah pajak yang dipungut oleh daerah bedasarkan peraturan pajak
14
yang ditetapkan oleh daerah (melalui Perda) untuk kepentingan pembiayaan
rumah tangga pemerintah daerah Priantara (2016:555).
Menurut Priantara (2016:556) pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak provinsi yang terdiri dari:
a. Pajak kendaraan bermotor
b. Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB)
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
d. Pajak air permukaan
e. Pajak rokok
2. Pajak kabupaten/kota yang terdiri dari:
a. Pajak hotel
b. Pajak restoran
c. Pajak hiburan
d. Pajak reklame
e. Pajak penerangan jalan
f. Pajak mineral bukan logam dan batuan
g. Pajak parkir
h. Pajak air tanah
i. Pajak sarang burung walet
j. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan
k. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
Daerah dilarang memungut pajak selain dari jenis pajak yang telah
ditetapkan. Jenis pajak diatas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang
memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang ditetapkan
dengan peraturan daerah. Khusus untuk daerah yang setingkat provinsi tetapi
15
tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota seperti DKI Jakarta, jenis pajak yang
dapat dipungut merupakan gabungan dari pajak untuk daerah provinsi dan pajak
untuk daerah kabupaten/kota.
C. Pajak Sarang Burung Walet
1. Pengertian Pajak Sarang Burung Walet
Pajak sarang burung walet adalah pajak yang dipungut atau dikenakan
bagi pengusaha/perorangan yang membudidayakan sarang burung walet
dengan peraturan bupati untuk menambah pendapatan kas daerah dari
dasar di atas dapat dilihat bahwa Kota Makassar membentuk peraturan
daerah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dengan mengeluarkan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kota
Makassar.
Dalam melaksanakan pemungutan pajak sarang burung walet ini
diterbitkan peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dalam bentuk
Peraturan Daerah (PERDA) Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah Kota Makassar.
2. Sumber Hukum Pajak Sarang Burung Walet.
Sumber hukum dari Pajak Sarang Burung Walet adalah Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 23A.
3. Dasar Hukum Pajak Sarang Burung Walet.
Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Indonesia saat ini
didasarkan pada dasar hukum yang kuat dan jelas, sehingga harus dipatuhi
16
oleh masyarakat dan pihak terkait. Dasar Hukum Pemungutan Pajak Sarang
Burung Walet pada suatu Kabupaten/Kota sebagai berikut
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah
b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
c. Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak
Sarang Burung Walet.
4. Subjek pajak burung wallet.
Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan pengambilan dan/atau mengusahakan Sarang Burung.
5. Objek pajak sarang burung wallet.
Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah pengambilan dan/ atau
pengusahaan Sarang Burung Walet33. Tidak termasuk objek pajak adalah
pengambilan sarang burung walet yang telah dikenakan Penerimaan Negara
Bukan Pajak (PNBP) dan kegiatan pengambilan dan/ atau pengusahaan
Sarang Burung Walet lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
D. Burung Walet.
Keberadaan burung walet (Collocalia fushipaga) serta keistimewaan
sarangnya (bird nest) sudah dikenal sejak ratusan tahun silam. Khasiat
sarang walet bagi kesehatan tubuh di populerkan oleh orang Cina sejak
Dinasti Ming berkuasa pada tahun 1368-1644 M. Pada saat itu sarang walet
menjadi komoditas ekspor yang eksklusif dan telah memiliki nilai ekonomi
tinggi. Harga sarang burung walet yang relative tinggi saat itu, selain karena
khasiatnya yang istimewa, juga karena sulit diperoleh. Pada saat itu, sarang
17
burung walet semata-mata hasil alam, yang dihasilkan dari walet yang
bersarang didalam gua yang sulit dijangkau oleh manusia.
Burung walet adalah jenis Burung yang berkaki kecil, tetapi
memiliki otot dada yng kuat. Kemampuan terbangnya berjam-jam dengan
radius terbang puluhan kilometer. Burung ini tergolong burung lemah, tidak
memiliki alat atau senjata untuk mempertahankan diri dari serangan musuh
atau hewan pemangsa seperti, kalelawar dan elang. Karena itu, untuk
memperoleh rasa aman, walet hidup secara berkoloni atau berkelompok,
baik dalam membangun sarang, berkembang biak, maupun mencari
makanan
Burung walet (Callocalia vestita) juga merupakan burung dengan
sayap meruncing, berekor panjang, berwarna hitam dengan bagian bawah
tubuhnya cokelat. Burung walet hidup di pantai serta daerah permukiman,
menghuni gua atau ruang besar, bubungan kosong. Burung walet tidak
dapat bertengker karena memiliki kaki yang sangat pendek sehingga sangat
jarang berdiri diatas tanah tetapi bisa menempel pada dinding tembok atau
atap.
Mampu terbang ditempat gelap dengan bantuan Ekolokasi.
Bersarang secara berkelompok dengan sarang yang dibua dari air liur.
Sarang ini banyak di perdagangkan orang untuk dibuat sup dan obat-obatan.
1. Jenis-jenis wallet
Sistematika sarang burung wallet adalah sebagai berikut:
Kingdom : animal
Filum : Chordata
Subfilum : Verterbrata
18
Kelas : Aves
Ordo : Apodiformes
Famili :Apodidae
Genus : Aerodramus
Spesies
a. Aerodramus Fuciphagus (Walet Putih)
b. Aerodramus Gigas (Walet Besar)
c. Aerodramus Maximus/lowi (Walet Sarang Hitam)
d. Aerodramus Brevirostris (Walet Gunung)
e. Aerodramus Vanikorensis (Walet Sarang Lumut)
f. Aerodramus Esculata (Walet Sapi)
2. ciri-ciri wallet.
a. Aerodramus Gigas (Walet Besar)
Jenis wallet ini berwarna hitam dengan bulu dibagian bawah
berwarna cokelat gelap. Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan
berderik. Wallet besar merupakan jenis wallet yang berukuran paling
besar diantara yang lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm. Wallet ini
terdapat di Semananjung Malaya, Sumatera, Kalimantan, dan Jawa,
terutama didaerah perbukitan dan hutanhutan serta pegunungan.
b. Aerodramus Fuciphagus (Walet Putih)
Disebut wallet putih karena burung ini menghasilkan sarang
berwarna putih. Bulu wallet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman
dengan bulu bagian bawah keabuan atau cokelat. Bulu ekor sedikit
bercelah. Tarsus tak berbulu atau berbulu sedikit.panjang tubuh sekitar
12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam dan hitam. Wallet putih
19
ini banyak terdapat di Asia tenggara, Filipina, Kalimantan, sumatera,
Jawa dan Bali.kaki
d. Aerodramus Maximus/lowi (Walet Sarang Hitam)
Warna bulu wallet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor
cokelat kelabu. Bulu ekor bercelah sedikit. Kakinya berbulu rata dan
lebat. Panjangnya sekitar 12 cm. Sepintas mirip dengan wallet putih.
Matanya berwarna cokelat tua, paru hitam dan kaki hitam. Tidak seperti
wallet lain. Jenis ini suaranya terdengar mencicit. Seperti jenis wallet
lainnya. Wallet ini juga memakan serangga-serangga kecil yang
disambarnya ketika terbang.
e. Aerodramus Brevirostris (Walet Gunung)
Warna tubuh wallet ini hitam, tetapi ekornya berwarna abuabu
kehitaman, bulu ekor bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak
berbulu sama sekali. Suaranya khas, suara alet yang berderik. Ukuran
tubuhnya tergolong besar panjangnya sekitar 14 cm. wallet ini terdapat di
Gunung Himalaya
f. Aerodramus Germanicus/Vestitus (Walet Gua).
Jenis wallet ini serupa dengan A Fuchiphagus dan sukar
dibedakan ketika berada di alam. Panjang tubuhnya sedang sekitar 12
Cm. burung ini bisa dikenali dengan sarangnya yang berwarna cokelat
kekuning-kuningngan. Sarangnya enak dimakan dan seluruhnya terbuat
dari air liur dengan sedikit bulu. Bentuk sarangnya seperti mangkuk.
.2. Sifat-sifat wallet.
Dengan memahami sifat-sifat wallet, proses budi daya akan lebih mudah
20
sehingga produksi sarang bisa optimal. Adapun sifat-sifat wallet sebgai
berikut
a. Kebiasaan Hidup;
b. Lokasi Tinggal;
c. Kebiasaan Mencari Pakan;
d. Perilaku Makan;
e. Lokasi Membuat Sarang;
f. Membuat Sarang;
g. Mengenali Sarang;
a. Homing Behavior;
b. Perilaku Kawin;
c. Pengeraman Telur; dan
d. Menyuapi Anak.
E. Studi Penelitian Terdahulu
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan
oleh peneliti lain atau peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang
akan dilakukan saat ini. Adapun ringkasan penelitian terdahulu sebagai berikut:
21
Tabel 2.1Penelitian Terdahulu
NoNama
Peneliti(Tahun)
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Umi Pratiwi(2011)
Faktor – Faktor yang mempengaruhi kemauan membayar pajak wajib pajak orang pribadi yang melalakukan perkerjaan bebas
Hasil Penelitian Menunjukkan BahwaPenyajian laporan penelitian ini adalah seluruh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwokerto, Kabupaten Banyumas per Desember 2011. Populasi responden sebanyak 45.447 dan berdasarkan perhitungan Slovin sebanyak 120 responden yang dijadikan sampel.
2 Winda kurnia fikriningrum
(2012)
Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi wajib pajak orang pribadi dalam memenuhi kewajiban membayar pajak(STUDI KASUS PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMASEMARANG CANDISARI).
Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka penerapan Pengaruh kesadaran membayar pajak terhadap kemauanmembayar pajak kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas.
3 Yani febriani(2015)
Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi kepetuhan wajib pajak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sikap wajib pajak, pengetahuan tentang perpajakan dan kualitas pelayanan fiskus berpengaruh secara parsial terhadap kepatuhan wajib pajak
4 Harjanti puspa arum.
(2012)
Pengaruh kesadaran wajib pajak, pelayanan fiskus, dan sanksi pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi melakukan kegiatan usaha dan pekerjaan
Adapun hasil penelitian yang dilakukan adalah Jumlah wajib pajak dari tahun ke tahun semakin bertambah. Namun bertambahnya jumlah wajib pajak tersebut tidak diimbangi dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
22
bebas ( Studi di wilayah KPP pratama cilacap ).
5 Jati purbo laksono(2011)
Analisis faktor – faktor yang mempegaruhi kepatuhan wajib pajak badan pada perusahaan industri manufaktur di semarang
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh dari: (1) sikap terhadap perilaku kepatuhan terhadap kepatuhan pajak badan adalah positif dan signifikan, (2) norma subyektif terhadap kepatuhan pajak badan adalah positif dan signifikan, (3) kontrol keperilakuan yang dipersepsikan terhadap kepatuhan pajak badan adalah positif dan signifikan, (4) kondisi keuangan perusahaan terhadap kepatuhan pajak badan adalah positif dan signifikan.
6 Susilawati
dan
Budiartha
(2013)
Pengaruh Kesadaran
Wajib Pajak,
Pengetahuan Pajak,
Sanksi Perpajakan
dan Akuntabilitas
Pelayanan Publik
pada Kepatuhan
Wajib Pajak
Kendaraan Bermotor.
kesadaran wajib pajak,
pengetahuan pajak, sanksi
perpajakan dan akuntabilitas
pelayanan publik berpengaruh
positif pada kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor.
7 Esa dan Alit
(2014)
Kesadaran Wajib
Pajak, Sosialisasi
Perpajakan, Kualitas
Pelayanan pada
Kepatuhan Wajib
Pajak.
yaitu kesadaran wajib pajak,
sosialisasi perpajakan, kualitas
pelayanan secara serempak
berpengaruh signifikan positif
terhadap kepatuhan wajib pajak.
8 Pujiwidodo
Dwiyatmoko
(2016)
Persepsi Sanksi
Perpajakan Terhadap
Kepatuhan orang
penelitiannya yaitu sanksi
perpajakan memiliki pengaruh
terhadap kepatuhan wajib pajak
23
pribadi. orang pribadi secara signifikan.
9 Pancawati
(2013)
faktor-faktor yang
mempengaruhi
kemauan membayar
pajak.
kesadaran membayar pajak
berpengaruh positif.
Pengetahuan peraturan
perpajakan, pemahaman
peraturan perpajakan, persepsi
efektifitas system perpajakan
tidak berpengaruh dan kualitas
pelayanan perpengaruh positif
terhadap kemauan membayar
pajak.
10 Mahaputri
dan Noviari
(2016)
pengaruh
pemahaman
peraturan perpajakan,
kesadaran wajib pajak
dan akuntabilitas
pelayanan publik
terhadap kepatuhan
wajib pajak
pemahanan peraturan
perpajakan, kesadaran wajib
pajak dan akuntabilitas
pelayanan publik berpengaruh
positif pada kepatuhan wajib
pajak kendaraan bermotor di
kantor samsat Denpasar.
Tabel .2.1 penelitian terdahulu
24
F. Kerangka Konsep
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Konsep
Usaha Sarang Burung Walet
Faktor-faktor yang menpengaruhi Pajak Daerahsarang burung
Hasil Analisis Data
Efisien
25
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai analisa
Faktor-Faktor Kepatuhan Wajib Pajak Daerah Pada Usaha Sarang Burung Walet
Di Kota Makassar. ini adalah menggunakan jenis data kualitatif. menurut Patton
yang dikutip oleh lexi J Moloeng adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.
Sedangkan menurut Noeng Muhadjir, adalah upaya mencari serta menata
secara sistematis catatan hasil observasi, interview dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti. Menganalisis
data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian dengan tujuan
untuk mencari kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu
kesimpulan dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan jenis data deskriftif kualitatif
Kualitatif adalah teknik analisa data dengan menggunaka data-data yang
berbentuk angka. Teknik ini biasa disebut dengan analisa statistik. model
matematika,dan model-model tertentu lainnya.
B. Fokus Penelitian
Pada penelitian ini fokus penelitian yaitu Analisis Faktor-Faktor
Kepatuhan Wajib Pajak Daerah Pada Usaha Sarang Burung Walet Di Kota
Makassar.
26
C. Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pajak Pratama Makassar Dan Kantor
Dispenda Kota Makassar Pemilihan lokasi ini ditetapkan secara sengaja
(purposive), yaitu pengambilan lokasi berdasarkan kriteria yang dianggap
mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui
sebelumnya. Pemilihan lokasi penelitian di Kantor Pajak Pratama Makassar Dan
Kantor Dispenda Kota Makassar.
Pertimbangan bahwa di tempat tersebut telah mencatat pengusaha-
pengusaha sarang burung wallet kota Makassar. Dan waktu yang sudah di
tentukan daam penelitian ini yaitu 2 (bulan). Dimana dimulai pada tanggal
12/012/2019 sampai dengan waktu yang sudah di tentukan yaitu 12/02/2020.
Sesuai dengan surat penelitian
D. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini,jenis dan sumber data yang digunakan Data yang
digunakan ialah :
1. Data Primer yaitu data yang prertama kali di kumpulkan dan dicatat oleh
peneliti .Sanusi (2014:104).Data primer dalam penelitian ini dimana
didapatkan dengan memberikan kosioner kepada responden yaitu pegawai
Dispenda dan Pengusaha sarang burung wallet .Data primer ini dapat di
peroleh dari individu yang bersangkutan dalam penelitian ini. Adapun cara
peneliti memproleh data primer adalah sebagai berikut :
a. Catatan hasil wawancara
b. Hasil studi lapangan
c. Data –data pajak daerah
27
2. Data sekunder adalah data yang di kumpulkan dan di peroleh dari organisasi
atau peroangan, Data sekunder bentuk nya berupa sumber daftar pustaka
yang mendukung penelitian ilmiah serta di peroleh dari literatur yang relevan
seperti majalah.surat kabar.buku refrensi. jurnal. artikel dan website.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, terdapat dua metode dalam pengumpulan atau yang
terdiri dari:
1. Studi Lapangan
Studi lapangan adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara
pengamatan yang dilakukan secara langsung dengan seksama dan sistematis,
yang kemudian di tindak lanjuti dengan pencatatan data secara cermat dan
sistematis pada suatuobjek yang diteliti. Metode observasi dalam penelitian ini
dilakukan dengan cra melihat dan mengamati secara langsung dokumen-
dokumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian.
2. Teknik Dokumntasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-halatau variabel berupa
catatan, transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Metode
dokumentasiadalah pengumpula data dengan cara melihat, membaca,
mempelajari kemudian mencatat data yang sudah ada hubungan dengan objek
penelitian.
3. Teknik Wawancara
Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2006).
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara menanyakan
langsung data yang dibutuhkan kepada seseorang yang berwenang.
28
F. Metode Analisis Data
Data yang sudah terkumpul dan tersusun secara sistematis kemudian
dianalisis dengan metode kualitatif, yaitu memahami kebenaran masalah dan
pembahasan dengan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, lalu
data tersebut di uraikan dalam bentuk kalimat- kalimat yang disusun secara
terperinci dan sistematis sehingga akan mempermudah dalam penarikan suatu
kesimpulan.
29
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Makassar
1. Kondisi Geografis
Kota Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, secara
administratif berbatasan sebelah utara dengan Kabupaten Pangkajene
Kepulauan, sebalah timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa
dan Kabupaten Takalar, dan sebelah barat Selat Makassar. Kota Makassar
memiliki posisi strategis karena berada di persimpangan jalur lalu lintas dari arah
selatan dan utara dalam provinsi di Sulawesi, dari wilayah kawasan barat ke
wilayah kawasan timur Indonesia, diapit oleh dua muara yaitu sungai Tallo yang
bermuara dibagian utara kota dan sungai Jeneberang yang bermuara selatan
kota.
Gambaran lokasi dan kondisi geografis kota Makassar memberikan
penjelasan bahwa letak kota Makassar sangat strategis untuk kepentingan
ekonomi dan politik. Dari sisi ekonomi, kota Makassar menjadi simpul jasa
distribusi yang lebih efisien dibandingkan daerah lain dikawasan timur Indonesia.
Kota Makassar kini telah diperhitungkan sebagai salah satu kota
metropolis di Indonesia dengan tingkat pembangunan yang cukup cepat.
Berbagai pembangunan dan infrastruktur terus dikembangkan seperti perluasan
pelabuhan laut makassar, bandar udara internasional sultan hasanuddin, jalan
bebas hambatan, kawasan industri Makassar (KIMA), dan berbagai proyek
lainnya tengah dilaksanakan. Secara demografis, kota ini memiliki penduduk dari
berbagai suku seperti suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Jawa, Tionghoa,
dll.
30
2. Luas wilayah
Luas wilayah kota Makassar adalah 175,77 km persegi yang terdiri atas
14 kecamatan, 143 kelurahan, 855 RW dan 4.446 RT, dengan jumlah penduduk
1.371.904 jiwa.
Tabel 4.1Luas wilayah dan pembagian daerah administrasi di kota Makassar
No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)
1 Mariso 1,82 1,042 Mamajang 2,25 1,283 Tamalate 20,21 11,504 Rappocini 9,23 5,255 Makassar 2,25 1,436 Ujung Pandang 2,63 1,507 Wajo 1,99 1,138 Bontoala 2,10 1,199 Ujung Tanah 5,94 3,38
10 Tallo 5,83 3,3211 Panakukang 17,05 9,7012 Manggala 24,14 13,7313 Biringkanaya 48,22 27,43
14 Tamalanrea 31,84 18,11
Jumlah 175,77 100,00Sumber : Badan pusat statistika kota makassar (2018)
Di akhir tahun 2016, terjadi pemekaran jumlah kecamatan dan
kelurahan. Sebelumnya memiliki 143 kelurahan karena pemekaran tersebut,
terjadi penambahan 10 kelurahan. Kecamatan juga bertambah satu, yakni
kecamatan Sangkarrang yang wilayah berbentuk pulau.
3. Sejarah Singkat Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
Sebelum terbentuknya Dinas Pendapaatan Kotamadya Tingkat II
Makassar, dinas pasar, dinas air minum dan dinas penghasilan daerah dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Nomor 155/ Kep/A/V/1973 tanggal
31
24 Mei 1973 terdiri dari beberapa Sub dinas pemeriksaan kendaraan tidak
bermotor dan sub dinas administrasi.
Dengan adanya kekputusan Walikotamadya Keputusan Daerah Tingkat
II Ujung Pandang Nomor 74/S/Kep/A/V1977 tanggal 1 April 1977 bersama
dengan surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 3/12/43 tanggal 9 September
1975 dan Instruktur Menteri Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan
tanggal 25 Oktober 1975 Nomor Keu/3/22/33 tentang pembentukan Dinas
Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang telah disempurnakan dan
ditetapkan perubahan namanya menjadi dinas penghasilan daerah yang
kemudian menjadi unit-unit yang menangani sumber-sumber keuangan daerah
seperti dinas Perpajakan, dinas Pasar dan sub dinas pelelangan ikan dan semua
sub-sub dinas dalam unit penghasilan daerah yang tergabung dalam unit
penghasilan daerah dilebur dan dimsaukan pada unit kerja Dinas Pendapatan
Daerah Kotamadya Ujung Pandang, seiring dengan adanya perubahan
kotamadya Ujung Pandang menjadi Kota Makassar, secara otomatis nama
Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Ujung Pandang berubah menjadi Dinas
Pendapatan Kota Makassar.
4. Visi Dan Misi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
a. Visi
Visi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar merupakan orientasi
program-program Badan Pendapatan Daerah Kota Makassar 5 tahun
mendatang. Dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Pendapatan
selaku merumuskan, membina, mengembangkan, mengkordinir,
mengevaluasi, mengendalikan dan mengawasi kebijakan bidang
pengelolaan pendapatan daerah maka Dinas Pendapatan Daerah Kota
32
Makassar dituntut untuk dapat menyusun dokumen perencanaan
pembangunan yang mampu mengantisipasi perubahan yang berkembang
setiap saat.
Untuk merealisasikan maksud dan tujuan sebagaimana yang
tertuang dalam visi tersebut, maka setiap aparatur Dinas Pendapatan
Daerah Kota Makassar dan stake holder harus mampu memahami makna
dan visi tersebut, makna yang terkandung dalam visi Dinas Pendapatan
Daerah Kota Makassar tersebut merupakan hasilpen dalaman danrangkaian
antara kegiatan dan substansi tupoksi serta jati diri pelayanan yang
merupakan neksitensi dan Dinas Pendapatan Kota Makassar yang
diwujudkan dalam peningkatan kinerja untuk mencapai tujuan dan sasaran
yang diharapkan.
b. Misi
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan dalam 5 tahun
kedepan ( 2014-2019 ) yang bertumpu pada potensi dan sumber daya yang
dimiliki serta yang ditunjang oleh semangat kebersamaan tanggung jawab
yang optimal dan proporsional, maka misi Dinas Pendapatan Daerah Kota
Makassar adalah:
1) Mewujudkan pengelolaan PAD yang optimal berbasis II secara
terpadu dan terintegrasi.
2) Mewujudkan sumber daya manusia yang professional dan memiliki
kompetensi dalam bidangnya.
3) Memantapkan koordinasi administrasi pengelolaan pendapatan dan
keuangan daerah
33
5. Kedudukan, Tugas Pokok, Dan Fungsi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.
Kedudukan, tugas pokok, dan fungsi dinas pedapatan daerah kota
Makassar diatur dalam pasal 28 Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3
Tahun 2009 tentang Pembentukan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota
Makassar, sebagai berikut.
a. Kedudukan
Dinas pendapatan merupakan unsur pelaksana pemerintah kota
dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggung
jawab kepada walikota mealaui sekretaris daerah.
b. Tugas pokok
Berkaitan dengan kedudukan dinas pendaptan daerah mempunyai tugas
pokok merumuskan, membina, mengendalikan, mengelola serta
mengkoordinasi kebijakan bidang pendapatan daerah.
c. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokoknya, dinas pendapatan mempunyai
fungsi sebagai berikut.
1) Penyusunan rumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan
pendapatan serta melakukan pendataan potensi sumber-sumber
pendapatan daerah.
2) Penyusunan rencana dan program evaluasi pelaksanaan pungutan
pendapatan daerah.
3) Pelaksaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional
bidang pendataan, penetapan, keberatan dan penagihan serta
pembukuan pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, pajak parkir,
34
pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengelolaan batuan
galian golongan C serta pajak atau pendapatan daerah dan retribusi
daerah lainnya.
4) Pelaksanaan perencaan dan pengendalian teknis operasional
bidang bagi hasil dan pendapatan lainnya serta intensifikasi dan
ekstensifikasi.
5) Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian teknis operasional
pengelolaan keuangan, kepengawaian, dan pengurusan barang
milik daerah yang berada dalam penguasaannya.
6) Pelaksanaan kesekretariatan dinas
B. Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
Dalam rangka mewujudkan tujuan dari perusahaan, maka diperlukan
struktur organisasi yang baik dan sistem manajemen yang sistematis. Struktur
organisasi merupakan salah satu media bagi organisasi untuk menjelaskan
kepada setiap individu dalam lingkungan kerja mengenai tugas dan tanggung
jawab para pekerjanya. Struktur ini dibuat guna untuk menghindari
penyimpangan yang terjadi antar pekerja dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya masing-masing.
Struktur organisasi sangat penting dalam sebuah perusahaan atau
instansi, karena dalam struktur inilah digambarkan dengan sangat detail peran
dan wewenang serta tanggung jawab setiap bagian dalam suatu departemen.
Struktur organisasi sangat penting dalam pengetahuan delegasi, tugas
dan sistem lini koordinasi dimana masing-masing kepala divisi wajib bertanggung
jawab dalam pencapaian target atau tugas bersama dalam divisi nya.
Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
35
berbentuk garis lurus, perusahaan ini di pimpin oleh Direktur atau pimpinan yang
bersifat aktif dan menjadi tambuk tertinggi dari pengambilan keputusan yang ada
yang di bantu atau di support oleh masing-masing divisi atau bagian serta
karyawannya.
Berikut bagan atau gambar dari struktur organisasi Dinas Pendapatan
Daerah Kota Makassar Jalan Urip Sumoharjo No.8 Makassar, Sulawesi Selatan
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1Struktur organisasi dispenda kota Makassar
Sumber: Dispenda Kota Makassar (2018)
Kepala Dinas
Subbagiankuangan
Subbagian perlengkapan
Sekretaris
Seksi Pendataan Pajak Restoran,
Parkir, dan Penerangan Jalan
Seksi Pendataan Pajak Hotel,
Hiburan, dan Air Bawah Tanah
Bidang Pajak Restoran, Parkir, dan Penerangan
Jalan
Bidang Pajak Hotel, Hiburan, dan Air Bawah
Tanah
Bidang Koordinasi, Pengkajian, dan
Pengawasan
Bidang Pajak Reklame dan Pajak
Lainnya
Seksi Penagihan Pajak Restoran,
Parkir, dan Penerangan Jalan
Seksi Penetapan Pajak Hotel,
Hiburan, dan Air Bawah Tanah
Seksi Penetapan data Pajak
Restoran, Parkir, dan Penerangan
Seksi Penagihan Pajak Hotel,
Hiburan, dan Air Bawah Tanah Seksi Penagihan
Pajak Reklame dan Pajak Lainnya
Seksi Penetapan Pajak Reklame dan
Pajak Lainnya
Seksi Pendataan Pajak Reklame dan
Pajak Lainnya
Seksi Pengkajian dan Hukum
Seksi Koordinasi Bagi Hasil Pajak dan Analisis Pendapatan
Seksi Verifikasi dan Pengawasan
Kepala Tata Usaha UPTD - BPHTB
Kepala Tata Usaha UPTD - PBB
UPTD - BPHTBUPTD - PBB
Subbagian umum dan
kepegawaian
36
C. Uraian Tugas Jabatan Struktural Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
1. Kepala Dinas
Merencanakan, merumuskan, mengembangkan, mengkoordinasi, dan
mengendalikan tugas desentrasi, dekosentrasi, dan tugas pembantu dibidang
pendapatan.
2. Sekretariat
Sekretariat dinas dipimpin sekretatis dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada kepala dinas. Sekretariat mempunyai tugas memberikan
pelayanan administratif bagi seluruh satuan kerja di lingkungan dinas
pendapatan daerah kota makassar. Dalam melaksanakan tugas, sekretariat
menyelenggarakan fungsi:
a. Pengelolaan kesekretariatan
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian dinas
c. Pelaksanaan urusan keuangan dan penyusunan neraca SKPD
d. Pelaksanaan urusan perlengkapan
e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga
f. Pengkoordinasian perumusan program dan rencana kerja dinas
pendapatan
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
3. Subbagian Umum Dan Kepegawaian
Subbagian umum dan kepengawaian mempunyai tugas menyusun
rencana kerja, melaksanakan tugas teknis ketatausahaan, mengelola
administrasi kepengawaian serta melaksanakan urusan rumahtanggaan dinas.
Dalam melaksanakan tugas subbagian umum dan kepegawaian
menyelenggarakan fungsi:
37
a. Melaksanakan penyusunan rencana dan program kerja subbagian
umum dan kepegawaian
b. Mengatur pelaksanaan kegiatan sebagian urusan ketatausahaan
meliputi surat menyurat, kearsipan, surat perjalanan dinas, dan
mendistribusikan surat sesuai bidang
c. Melaksanakan urusan kerumah tangga dinas
d. Melaksanakan usul kenaikan pangkat mutasi, dan pensiun
e. Melaksanakan usul gaji berkala, usul tugas belajar, dan izin belajar
f. Menghimpun dan mensosialisasikan peraturan perundang-undangan
dibidang kepegawaian dalam lingkup dinas
g. Menyiapkan bahan penyusunan standarisasi yang meliputi bidang
kepegawaian, pelayanan, organisasi dan ketatalaksanaan
h. Melakukan koordinasi dengan unit kerja lain yang berkaitan dengan
bidang tugasnya
i. Melakukan koordinasi pada sekretariat korpri kota makassar
j. Melaksanakan tugas pembinaan terhadap anggota korpri pada unit kerja
masing-masing
k. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas
l. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
4. Subbagian Keuangan
Subbagian keuangan mempun yai tugas menyusun rencana kerja dan
melaksanakan tugas teknis keuangan. Dalam melaksanakan tugas subbagian
keuangan menyelenggarakan fungsi:
a. Menyusun rencana dan program kerja subbagian keuangan
38
b. Mengumpulkan dan menyusun rencana kerja satuan kerja perangkat
daerah
c. Mengumpulkan dan menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja
anggaran (RKA) dan dokumen perencanaan anggaran (DPA) dari
masing-masing bidang dan sekretariat sebagai bahan konsultasi
perencanaan ke Bapeda melalui kepala dinas
d. Menyusun realisasi perhitungan anggaran dan administrasi
perbendaharaan dinas
e. Mengumpulkan dan menyiapakan bahan laporan akuntabilitasi kinerja
instansi dari masing-masing satuan kerja
f. Menyusun laporan neraca SKPD dengan melakukan koordinasi dengan
subbagian perlengkapan
g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas
h. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
5. Subbagian Perlengkapan
Subbagian perlengkapan mempunyai tugas menyusun rencana kerja,
melaksanakan tugas teknis perlengkapan, membuat laporan serta mengevaluasi
semua pengadaan dan pemanfaatan barang. Dalam melaksanakan tugas
subbagian perlengkapan menyelenggarakan fungsi:
a. Menyusun rencana dan program kerja dinas pendapatan
b. Menyusun rencana kebutuhan barang unit (RKBU) dinas
c. Membuat usulan rencana kerja kebutuhan barang unit (RKBU)
sekretariat dan bidang-bidang
d. Membuat daftar kebutuhan barang (RKB)
e. Membuat rencana tahunan barang unit (RTBU)
f. Menyusun kebutuhan biaya pemeliharaan untuk tahun anggaran dan
39
bahan penyusunan APBD
g. Menerima dan meneliti semua pengadaan barang pada dinas
pendapatan
h. Melakukan penyimpanan dokumen dan surat berharga lainnya tentang
barang investasi daerah
i. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas
j. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
6. Bidang I Pajak Hotel Dan Hiburan
Bidang I pajak hotel dan hiburan mempunyai tugas melaksanakan
pelayanan administrasi, pendataan, penetapan, keberatan, penagihan,
pembukuan, verifikasi dan pelaporan pajak hotel dan pajak hiburan
menyelenggarakan fungsi:
a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya
b. Melaksanakan pelayanan pendaftaran, padataan, penetapan,
keberatan, penerbitan surat ketetapan pajak daerah, penagihan,
pembukuan, verifikasi dan pelaporan pajak hotel dan pajak hiburan
c. Melaksanakan pembinaan sistem manajemen pengelolaan pajak
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
e. Pengelolaan administrasi urusan tertentu
7. Bidang II pajak restoran dan pajak parkir
Bidang II pajak restoran dan pajak parkir mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi, pendataan, penetapan, keberatan,
penagihan, pembukuan, verifikasi dan pelaporan pajak restoran dan pajak parkir.
Dalam melaksanakan tugas, bidang II pajak restoran dan pajak parkir
menyelenggarakan fungsi:
40
a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai dangan tugas pokok
fungsinya
b. Melaksanakan pelayanan pendaftaran, pendataan, penetapan,
keberatan, penerbitan surat ketetapan pajak daerah, penagihan,
pembukuan, verifikasi dan pelaporan pajak restoran dan pajak parkir
c. Melaksanakan pembinaan sistem manajemen pengelolaan pajak
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
e. Pengelolaan administrasi urusan tertentu
8. Bidang III Pajak Reklame Dan Retribusi Daerah
Bidang III pajak reklame dan retribusi daerah mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan administrasi, pendataan, penetapan, keberatan,
penagihan, pembukuan dan pelaporan pajak reklame dan retribusi daerah
menyelenggarakan fungsi:
a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya
b. Melaksanakan pelayanan pendaftaran, pendataan, penetapan,
keberatan, penerbitan surat ketetapan pajak daerah, penagihan,
pembukuan, verifikasi dan pelaporan pajak reklame dan retribusi daerah
c. Melaksanakan pembinaan sistem manajemen pengelolaan pajak
d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan
e. Pengelolaan administrasi urusan tertentu
9. Bidang IV Koordinasi, Pengendalian Pajak Penerangan Jalan, Pajak Pengambilan Dan Pengelolaan Batuan Galian Golongan C, Pajak Daerah Dan Bagi Hasil
Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan tugas pokok
mengendalikan, merencanakan, merumuskan serta melakukan pengembangan,
41
evaluasi, pengendalian dan pelaporan serta audit pajak dan retribusi. Dalam
melaksanakan tugas, bidang IV koordinasi, pengendalian pajak penerangan
jalan, pajak pengambilan dan pengelolaan batuan galian golongan C, pajak
daerah dan bagi hasil menyelenggarakan fungsi:
a. Melaksanakan penyusunan rencana kerja sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya
b. Koordinasi dan pengendalian intensifikasi dan ekstensifikasi
c. Mengkoordinasikan dan mengendalikan intensifikasi dan ekstensifikasi
pajak-pajak dan retribusi
d. Koordinasi dan pengendalian bagi hasil dan pajak daerah lainnya
e. Melaksanakan koordinasi antara seksi yang berkakitan dengan bidang
tugasnya
f. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan
g. Pengelolaan administrasi urusan tertentu
10. Unit Pelaksana Teknis Dinas Pajak Bumi Dan Bangunan
UPTD PBB mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan penunjang kemampuan teknis,
pelaksanaan teknis dan operasional dalam bidang pemungutan pendapatan
pajak bumi dan bangunan dalam daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, UPTD
PBB menyelenggarakan fungsi:
a. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran dibidang
pemungutan pendapatan pajak bumi dan bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan
b. Melaksanakan kegiatan administrasi pemungutan pendapatan pajak
42
bumi dan bangunan
c. Melaksanakan kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan
pajak bumi dan bangunan
d. Melaksanakan menyuluhan, penagihan dan membantu melaksanakan
pendaftaran dan pendataan serta pemeriksaan objek dan subjek pajak
bumi dan bangunan
e. Melaksanakan pengaduan/penyediaan, pengaturan, penyimpanan dan
distribusi peralatan serta barang kebutuhan UPTD PBB
f. Melakukan pengelolaan, pengawasan, dan pengendalian
penggunaan/pemakaian peralatan dan kendaraan yang berada dalam
penguasaan UPTD PBB
g. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait
11. Unit Pelaksana Teknis Dinas Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan
Unit pelaksana teknis dinas (UPTD) BPHTB mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan
penunjang kemampuan teknis, pelaksanaan teknis dan operasional dalam
bidang pemungutan BPHTB dalam daerah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dalam melaksanakan tugas, UPTD BPHTB
menyelenggarakan fungsi:
a. Menyusun dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran dibidang
pemungutan BPHTB sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang ditetapkan
b. Melaksanakan kegiatan administrasi pemungutan BPHTB
c. Melaksanakan kegiatan intensifikasi dan ektensifikasi BPHTB
d. Melaksanakan penyuluhan penagihan dan membantu melaksanakan
43
pendaftaran dan pendataan serta pemeriksaan objek dan subjek
BPHTB
e. Melaksanakan pengadaan/penyediaan, pengaturan, penyimpana, dan
distribusi peralatan serta barang kebutuhan UPTD BPHTB
f. Melakukan pengelolaan pengawasan dan pengendalian
penggunaan/pemakaian peralatan dan kendaraan yang berada dalam
penguasaan UPTD BPHTB
g. Melakukan koordinasian dengan instansi terkait
44
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Penyajian Data
1. Pendataan Pengusaha Sarang Burung Walet Kota Makassar
Pendataan adalah kenyataan menggambarkan kejadian-kejadian nyata,
yaitu mengumpulkan semua data yang diperlukan, mengolah dan menyajikan
data sesuai dengan yang diharapkan. Pendataan merupakan salah satu kegiatan
diamana peniliti mengumpulkan semua nama-nama pengusaha sarang burung
burung wallet kota makasar
Pemungutan nama-nama wajib pajak pengusaha sarang burung wallet
sangat penting karena dari hasil pendataan ini akan menghasilkan data-data
subjek dari objek pajak yang jelas sehingan peniliti bisa meliat tingkat variasi dan
model-model sarang burung wallet di lapangan.
Aparatur kerja dinas pendapatan daerah kota Makassar berkontribusi
dalam melakukan pendataan terhadap setiap pengusaha sarang burung wallet
agar penerimaan akan pajak daerah untuk pengusaha sarang burung wallet
dapat terrealisasi tampa ada manifulasi akan ketidaklaporan akan penhasilan
yang di dapat pendataan ini mempermudah proses dalam mencari wajib pajak
sarang burung wallet dalam menemukan lokasi usaha nya. Pendataan disini ada
dua yaitu pendataan objek dan subjek sesuai dengan Peraturan perundang
undangan daerah kota makassar adapun nama-nama wajib pajak sarang burung
wallet kota Makassar yang telah di data dan benar –benar memiliki usaha
sarang burung wallet kota Makassar dapat kita liat pada tabel adalah sebagai
berikut:
45
Tabel 4.1Daftar Nama-Nama Pengusaha Sarang Burung Wallet Makassar
No Nama RespondenJenis
KelaminUmur Alamat
1 ADE BISONO P 39 JL.BARANG LOMPO 82 SUGIONO TANUWIJOYO L 40 JL.VETERAN 29 C3 SUDHAUS CHANDRA L 45 JL.VETERAN 29 C4 ARIFIN CHANDRA L 38 JL.SULAWESI NO.635 LIE FERDI L 46 JL. SERUI 126 LUSIANA CHANANTA P 40 JL.G.LOMPO BATTANG 1807 TJONG CHENG JEP L 35 JL.G.LOMPO BATTANG 1808 FRENDY L 50 JL.BURUH 15 A9 TONI YAUWRY L 43 JL.BANDANG 155
10 REYNOLD WUINARNO L 45 JL. BANDA 5711 JONI SUDIRMAN J L 51 JL. SANGIR LR.218/2112 FERRY.S L 40 JL.BANDA 5013 EDDI SANTOSO L 40 JL.BANDA LR.206/2214 HERRY HAMDJA L 52 JL.BANDA 6115 EMY PATRICIA P 39 JL.BANDA 2516 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 717 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 718 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 719 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 720 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 721 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 722 KWANDY JITA L 52 JL.BONERATE 723 HARRY L 45 JL.BACAN 7824 LIONG HENDRIK L 55 JL.G.MERAPI 15125 LIONG HENDRIK L 55 JL.G.MERAPI 15126 WILLIAM PROBOSETIO L 51 JL.BANDA 8427 BENNY L 39 JL.SAPULI 1828 SIDIK CENDANA L 47 JL.LOMBOK 60L29 EDWARD THENDEAN L 52 JL.NUSAKAMBANGAN 3030 EDWARD THENDEAN L 52 JL.NUSAKAMBANGAN 3031 HENDRA S.SALIMIN L 51 JL.NUSAKAMBANGAN 26/2832 HENDRA S.SALIMIN L 51 JL.NUSAKAMBANGAN 2833 ERIC R.SALIMIN L 50 JL.NUSAKAMBANGAN 2834 RAHMAT HIDAYAT L 52 JL.TARAKAN NO.835 MERRY P 45 JL.TANIMBAR NO.836 PAK JOHNY L 51 JL.SERUI37 RUSTAM L 39 JL.NUSANTARA 32B38 RONNY CHANDRA L 40 JL.SULAWESI NO.6539 RONNY CHANDRA L 40 JL.LEMBEH NO.55/61
40 H.AMBO ASSE L 55JL.RAPPOKALLING RAYA NO.45
Sumber: Dispenda Kota Makassar (2019)
Data diatas merupakan nama-nama pengusaha sarang burung wallet
kota Makassar sebanyak 40 orang yang mendirikan bangunan sarang burung
46
wallet berdasarkan dari wawancara terhadap salah seorang pengusaha sarang
burung wallet H.Ambo Asse”.
Apakah pemungutan pajak pada setiap bulannya tetap jumlah yang di bayarkan.dan sudah berapa lama bapak punya usaha sarang burung wallet di Makassar”
H. Ambo Asse mengatakan bahwa:
“Saya sudah mengusahakan sarang burung walet sejak 3 tahun terakhir,
mengenai pemungutan pajak tidak menentu, dikarenakan jumlah sarang yang
dihasilkan setiap bulannya itu berbeda-beda. Berbicara mengenai penjualan
pembeli yang datang langsung, pembeli biasanya berasal dari dalam kota dan
luar kota serta luar negeri, tapi kebanyakan pembeli berasal dari luar kota dan
luar negeri”
Mengingat pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment
seharusnya pengusaha/wajib pajak mempunyai kesadaran untuk mendaftarkan
dan melaporkan usahanya agar pejabat pajak bisa melakukan pendataan
dengan baik.
2. Tata Cara Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet di Kota Makassar Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 BAB XI Tahun 2010 tentang Pajak Sarang Burung Walet
Proses pemungutan pajak di Kota Makassar berdasarkan Peraturan
Daerah Kota Makassar Nomor 3 BAB XI Tahun 2010 tentang Pajak Sarang
Burung Walet yaitu Pemungutan pajak dilarang diborongkan. Setiap wajib pajak
membayar pajak terutang dengan cara dibayar sendiri oleh wajib pajak
berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan. Wajib pajak yang
memenuhi kewajiban perpajakan sendiri dibayar dengan menggunakan SPTPD,
SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Berdasarkan Pasal 8 Ayat (1) pemungutan tidak dibayarkan secara
langsung melainkan dibayar setiap bulannya. Berdasarkan Pasal 8 Ayat (2)
47
Pembayaran pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak mengingat sistem
pemungutan pajak menggunakan sistem Self Assessment yang dimana wajib
pajak diberi kepercayaan dalam melaporkan, mendaftarkan, menghitung dan
membayar pajaknya yang terurtang. Sedangkan maksud dari Pasal 8 ayat (3)
wajib pajak membayar sendiri pajaknya yang terutang dengan menggunakan
SPTPD, SKPDKB, dan/atau SKPDKBT.
Tata cara penerbitan SPTPD, SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan
Peraturan Walikota. Mengenai tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD,
SKPDKB, dan SKPDKBT diatur dengan Peraturan Walikota.
Tata cara penerbitan dan Tata cara pengisian dan penyampaian SPTPD,
SKPDKB, dan SKPDKBT berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet diatur pada Bab III
Bentuk, isi, tata cara pengisian dan penerbitan SPTPD, SKPD, SKPDKB,
SKPDKBT Pasal 4 Ayat (1) sampai dengan Ayat (8) yaitu Setiap wajib pajak,
harus mengisi SPTPD dengan benar, jelas lengkap dan ditandatangani oleh
wajib pajak atau kuasanya serta menyampaikan kepada Bidang Pendataan,
Pendaftaran, dan Penetapan Dinas Pendapatan Daerah. Formulir SPTPD dapat
diambil sendiri oleh wajib pajak di Bidang Pendataan, Pendaftaran.
Penetapan Dinas Pendapatan Daerah dan/atau dapat diakses melalui
website resmi Dinas Pendapatan Daerah. SPTPD memuat pelaporan tentang
nilai jual sarang burung walet, volume sarang burung walet dan harga pasaran
sarang burung walet. Penyampaian SPTPD dilakukan paling lama 10 (sepuluh)
hari setelah pengambilan atau pemanenan sarang burung walet. Apabila batas
waktu penyampaian SPTPD jatuh pada hari libur, maka batas waktu
penyampaian jatuh pada satu hari kerja berikutnya. Apabila batas waktu
48
penyampaian SPTPD terlampaui, maka diterbitkan SKPD secara jabatan.
SPTPD dianggap tidak disampaikan apabila tidak ditandatangani oleh wajib
pajak atau kuasanya. Bentuk, format isian formulir dan tata cara pengisian
SPTPD dan SKPD sebagaimana tersebut dalam lampiran III dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dengan peraturan walikota ini.
Bisa kita lihat Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet pada Pasal 4 ini sudah
diatur dengan jelas tentang tata cara penerbitan, pengisian, dan penyampaian
SPTPD.
Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah saat
terutangnya pajak. SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah
pajak yang harus dibayar bertambah merupakan dasar penagihan pajak dan
harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak tanggal
diterbitkan.
Walikota atas permohonan wajib pajak setelah memenuhi persyaratan
yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak dengan dikenakan bunga
sebesar 2% (dua persen) sebulan. Mengenai tata cara pembayaran, penyetoran,
tempat pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dalam
Peraturan Walikota. Mengenai tata cara pembayaran, penyetoran, tempat
pembayaran, angsuran dan penundaan pembayaran pajak diatur dalam
Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sarang Burung Walet pada Pasal 7 (Tata Cara Pembayaran) dan Pasal 8 (Tata
49
Cara Pembayaran Angsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak).
Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT, STPD, Surat
Keputusan Pembetulan, SUrat keputusan keberatan dan Putusan Banding, yang
tidak atau kurang bayar oleh wajib pajak pada waktunya dapat ditagih dengan
surat paksa. Penagihan pajak dengan surat paksa dilaksanakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan Pasal 13 ayat (1) Apabila wajib pajak tidak membayar atau
kurang membayar Pajak yang terutang berdasarkan SKPDKB, SKPDKBT,
STPD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan
Banding maka dapat ditagih pada waktunya `dan dapat ditagih dengan surat
paksa. Surat paksa merupakan surat perintah kepada wajib pajak untuk
membayar pajak terutang sekaligus dengan biaya penagihannya.
Sedangkan Berdasarkan Pasal 13 ayat (2) Pelaksanaan penagihan pajak
dengan surat paksa diatur dalam peraturan perundang-undangan. Penagihan
dengan surat paksa diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 19 Tahun 1997
tentang Penagihan dengan Surat Paksa.
Tata penagihan juga diatur dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun
2015 tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet pada Pasal 9 (Tata
Cara Penagihan).
Kita ketahui bahwa Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai
dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak
yang terutang sampai kegiatan penagihan pajak serta pengawasan
penyetorannya. Maksud dari penghimpunan data objek dan subjek pajak disini
adalah Pendataan, pendaftaran dan Pelaporan.
50
Dalam Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pajak Sarang Burung Walet tidak jelas diatur mengenai Pendataan, pendaftaran
dan Pelaporan. Namun Pendataan, pendaftaran dan Pelaporan diatur dengan
jelas pada Pasal 2 dan 3 dalam Peraturan Walikota Nomor 18 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pengelolaan Sarang Burung Walet sebagai tindak lanjut dari
pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Parepare Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pajak Sarang Burung Walet
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wajib Pajak Dalam Pemungutan Pajak Daerah Sarang Burung Wallet Kota Makassar
Berdasarkan dari asumsi di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi wajib pajak daerah kota Makassar adalah
sebagai berikut:
a. Layanan Fiskus Terhadap Wajib Pajak.
Pelayanan berkualitas dan prima sebagai lanyanan jasa kepada
pengusaha sarang burung wallet kota Makassar agar wajib pajak taat
melaporkan dalam pemungutan pajak daerah dan pelayanan yang diberikan
kepada wajib pajak adalah sebagai berikut:
1) Prosedur administrasi pajak dibuat sederhana agar mudah dipahami
oleh semua wajib pajak, pendaftaran NPWP, adanya sistem informasi
perpajakan dan sistem administrasi perpajakan, sehingga sistem ini
pelayanan prima kepada wajib pajak menjadi semakin nyata.
2) Petugas pajak atau Fiskus diharapkan memiliki kompetensi dalam
skill, knowledge, dan experience dalam hal kebijakan perpajakan,
administrasi pajak dan perundang-undangan perpajakan, pelayanan
petugas bank tempat pembayaran wajib melayani dan memberikan
51
penjelasan terhadap wajib pajak dengan ramah agar wajib pajak
benar-benar paham sesuai yang diharapkan atau diinginkan.
3) KPP memberikan kemudahan dalam pembayaran yang dilakukan
melalui e Banking yang bisa dilakukan dimana saja, Penyampaian
SPT melalui drop box yang dapat dilakukan dimana saja, tidak harus
di KPP tempat wajib pajak terdaftar, disediakan sistem pelaporan
melalui e-SPT dan e-Filling. NPWP yang dapat dilakukan secara
onlinemelalui e-Register dari website pajak.
4) KPP memberikan perluasan tempat pelayanan terpadu (TPT), dengan
perluasan ini dapat meningkatkan pelayanan wajib pajak dengan
menetapkan suatu pelayanan yang terpadu untuk setiap KPP,
sehingga dapat memberikanpelayanan kepada wajib pajak tanpa
harus mendatangi masing-masing seksi.
Berdasarkan dari layanan di atas peniliti menemui salah satu
pengusaha sarang burung wallet kota Makassar yaitu Ade Bisono dan
peniliti mewawancarai “ apakah kebijakan pemerintah daerah kota
Makassar dalam layanan fiskus terhdap wajib pajak terutama pada
pengusaha sarang burung wallet sangat membantu dalam
mempengaruhi wajib pajak untuk melapor pajak daerah”
“Pak ade bisono mengatakan lanyanan fiskus merupakan kebijakan
pemerintah yang sangat bagus dan sangat bermamfaat di karnakan kami
pengusaha contoh nya saya pengusaha burung wallet menerima dan
mendapatkan lanyanan jasa tehadap melaporkan,konsultasi,pemberian
arahan terpadu dalam pembayaran pajak daerah. Sehingga saya tidak
terlalu lama menungu untuk membayar pajak daerah atas penhasilan
sarang burung wallet”
52
b. Kemauan Membayar Pajak
Konsep kemauan membayar pajak (willingness to pay tax) diartikan suatu
nilai yang rela dikontribusikan oleh seseorang (yang ditetapkan dengan
peraturan) digunakan untuk membiayai pengeluaran umum Negara dengan tidak
mendapat jasa timbal (kontraprestasi) secara langsung
Kemauan membayar pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi
sistem administrasi perpajakan suatu negara, pelayanan pada wajib pajak,
penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak
c. Kesadaran Membayar Pajak
Kesadaran wajib pajak dalam membayar kewajiban pajak akan
meningkat bilamana dalam masyarakat muncul persepsi positif terhadap pajak.
Meningkatnya pengetahuan perpajakan masyarakat melalui pendidikan
perpajakan baik formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap
kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak. Karakteristik wajib pajak yang
dicerminkan oleh kondisi budaya, sosial, dan ekonomi akan dominan membentuk
perilaku wajib pajak yang tergambar dalam tingkat kesadaran mereka dalam
membayar pajak. Penyuluhan pajak yang dilakukan secara intensif dan kontinyu
akan dapat meningkatkan pemahaman wajib pajak tentang kewajiban membayar
pajak sebagai wujud kegotong royongan nasional dalam menghimpun dana
untuk kepentingan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan nasional.
Meskipun sistem pemungutan pajak self assessment system sudah
dijalankan. Namun dalam prakteknya sulit berjalan sesuai dengan yang
diharapkan atau bahkan disalahgunakan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya
wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran wajib pajak yang masih
rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat wajib pajak enggan
53
melaksanakan kewajiban membayar pajak. Rendahnya kepatuhan dan
kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah mereka yang
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan mereka yang melaporkan hasil
pendapatan sarang burung wallet dalam tiap bulan nya ataupun tahunan nya.
d. Pengetahuan Peraturan Perpajakan
Pengetahuan pajak adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seorang wajib pajak atau kelompok wajib pajak dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pengetahuan akan peraturan perpajakan masyarakat melalui pendidikan
formal maupun non formal akan berdampak positif terhadap kesadaran wajib
pajak untuk membayar pajak. Pengetahuan peraturan perpajakan dalam sistem
perpajakan yang baru, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan
kegotong royongan nasional melalui sistem menghitung, memperhitungkan,
membayar, melaporkan sendiri pajak yang terutang.
Dengan adanya sistem ini diharapkan para wajib pajak tau akan fungsi
pembayaran pajak. Dan diharapkan sistem ini dapat terwujud keadilan. Yang
dimaksud adil disini wajib pajak menghitung dengan sesuai ketentuan
perpajakan dan pemerintah tau menggunakan semua ini sesuai kebutuhan guna
untuk membangun negara.
e. Pemahaman Peraturan Perpajakan
Pemahaman wajib pajak terhadap peraturan perpajakan adalah cara
wajib pajak dalam memahami peraturan perpajakan yang telah ada. Wajib pajak
yang tidak memahami peraturan perpajakan secara jelas cenderung akan
menjadi wajib pajak yang tidak taat. Jelas bahwa semakin paham wajib pajak
terhadap peraturan perpajakan, maka semakin paham pula wajib pajak terhadap
54
sanksi yang akan diterima bila melalaikan kewajiban perpajakan mereka. Wajib
pajak yang benar-benar paham, mereka akan tau sanksi adminstrasi dan sanksi
pidana sehubungan dengan SPT dan NPWP.
f. Persepsi Efektifitas Sistem Perpajakan
Persepsi dapat dinyatakan sebagai suatu proses pengorganisasian,
penginteprestasian terhadap stimulus oleh organisasi atau individu sehingga
merupakan suatu yang berarti dan merupakan aktifitas integrated dalam diri
individu. Sedangkan efektifitas memiliki pengertian suatu pengukuran yang
menyatakan seberapa jauh target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai.
Persepsi wajib pajak terhadap kinerja penerimaan pajak menyatakan bahwa
persepsi masyarakat terhadap kinerja Badan Perpajakan Nasional Swedia, ini
dilihat dari: kesadaran prosedur yang bermanfaat bagi wajib pajak, kebutuhan
bagi wajib pajak, perlakuan yang adil, keahlian aparat dalam mendeteksi
kesalahan,serta dalam mengoreksi laporan pajak. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa persepsi wajib pajak yang positif dapat mempengaruhi perilaku wajib
pajak dalam membayar pajak.
g. Kualitas Layanan terhadap Wajib Pajak
Kualitas layanan adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan
kepada pelanggan dan tetap dalam batas memenuhi standar pelayanan yang
dapat dipertangggung jawabkan serta harus dilakukan secara terus-menerus.
Secara sederhana definisi kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa manusia, proses, dan lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Pelayanan
perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya manusia (SDM),
ketentuan perpajakan dan sistem informasi perpajakan. Standar kualitas
55
pelayanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi bilamana SDM
melakukan tugasnya secara profesional, disiplin, dan transparan.
Kondisi wajib pajak merasa puas atas pelayanan yang diberikan
kepadanya, maka mereka akan cenderung akan melaksanakan kewajiban
membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ketentuan
perpajakan dibuat sederhana, mudah dipahami oleh wajib pajak, maka
pelayanan perpajakan atas hak dan kewajiban mereka dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien. Dengan demikian sistem informasi perpajakan dan
kualitas SDM yang handal akan menghasilkan pelayanan perpajakan yang
semakin baik.
h. Denda Administrasi Dan Penutupan Usaha
Denda merupakan kebijakan pemerintah pusat terhadap pengusaha
ataupun karyawan perusahaan terutama terhadapa pengusaha sarang burung
wallet kota Makassar dimana pemerintah setempat menegaskan untuk
melakukan penutupan usaha kepada wajib pajak yang tidak taat membayar
pajak daerah dan denda admistrasi sebanyak 0.1% berdasarkan Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 3 BAB XI Tahun 2010 tentang Pajak Sarang Burung
Walet.
Setelah penulis mewawancarai salah satu staf dispenda kota Makassar
peniliti bertanya kepada Pak Gunawan ‘’apakah pengusaha sarang burung wallet
jika tidak melapaporkan hasil pendapatannya dalam satu bulan bagaimana
sanksinya.’’
“Menurut pak Gunawan mengatakan bahwa denda terhadap pengusaha sarang burut wallet Makassar kota Makassar berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak daerah dalam melaporkan dan membayar pajak nya, serta adanya ancaman terhadap pengusaha sarang burung wallet apabila tidak melaporkan laporan pendatannya maka akan di tutup kegiatang usaha nya.”
56
B. Pembahasan
1. Data realisasi pemungutan Pajak daerah dan Sarang Burung Walet di Kota makassar Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet
Pemungutan itu berkaitan dengan pendataan, penagihan, pembayaran
dan lain sebagainya..
Dari wawancara kepada Bapak Ayyub selaku kepala bidang penagihan.”:
“Pemungutan pajak sarang burung walet Di Dinas Pendapatan Daerah
Kota makassar menggunakan sistem self asessment dalam
pemungutannya dimana wajib pajak diberikan kepercayaan dalam
mendaftarkan, melaporkan, menghitung dan membayar pajaknya,
sehingga kami hanyamengandalkan kejujuran dari wajib pajak”.
Perolehan data yang di dapat di lapangan atas dasar rincian pendapatn
daerah dari hasil pajak daerah dan retribusi daerah serta dana perimbangan
adalah sebagai berikut:
Table 4.2Realisasi Pendapatan Pajak Daerah Kota Makassar Sulawesi Selatan
2017/2018/2019
No Nama skpd kota Makassar
Realisasi pendapatan daerah 2017
Realisasi pendapatan daerah 2018
Realisasi pendapatan daerah 2019
A. Hasil pajak daerah Rp. 759.579.142.170 RP. 938.786.384.191 Rp. 942.551.891.961
1. pajak hotel Rp. 70.521.682.850 Rp. 92.970.091.185 Rp. 103.142.302.558
2. pajak restaurant Rp. 115.009.325.364 Rp. 140.867.931.061 Rp. 166.283.919.526
3. pajak hiburan Rp. 27.233.725.456 Rp. 31.602.486.375 Rp. 38.710.026.743
4. pajak reklame Rp. 18.354.864.487 Rp. 41.663.920.073 Rp. 44.880.644.293
5. pajak penerangan jalan
Rp. 168.408.682.038 Rp. 93.822.350.300 Rp. 212.023.911.244
pajak non pln Rp. 30.124.868
6. pajak mineral bukan logam/batuan
Rp. 453.975.700 Rp. 98.634.599
7. pajak parker Rp. 15.283.622.944 Rp. 16.495.485.771 Rp. 907.817.255
57
8. pajak air bawah tanah Rp. 828.320.349 Rp. 1.850.006.866 Rp. 2.763.829.566
9. pajak sarang burung wallet
Rp. 58.217.917 Rp. 47.026.000 Rp. 33.713.400
10. pajak BPHBT Rp. 188.933.945.304 Rp. 272.826.084.740 Rp. 210.360.574.161
11. PBB sector Rp. 154.166.898.178 Rp. 146.511.051.430 Rp. 147.431.840.645
B. hasil retrubusi daerah
Rp. 10.730.746.003 Rp. 10.881.320.025 Rp. 4.819.976.443
retribusi jasa usaha Rp. 10.730.746.003 Rp. 10.881.320.025 Rp. 4.819.976.443
retribusi pemakaian kekayaan daerah
Rp. 10.730.746.003
1. pemakaian tanah untuk K5
2. Pengg tanah untuk reklame
Rp. 4.185.191.403 Rp. 4.189.516.443
3. ret. Penawaran titik reklame
Rp. 6.545.554.600 Rp. 630.460.000
C. Dana perimbangan
Rp. 109.645.984.333
1. bagi hasil dari PBB Rp. 13.986.091.199
2.Bagi hasil dari pajak penghasilan (PPh) pasal 25dan pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh 21
Rp. 95.659.893.134
total pendapatan 2017
Rp. 879.579.142.506 Rp. 949.677.704.216 Rp. 947.371.868.404
Sumber Data: Dispenda Kota Makassar
2. Penagihan
Penagihan yaitu serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi
utang pajak dengan menegur atau memperingatkan. Dalam hal penagihan, saat
sudah masuk masa pajak pejabat pajak memberikan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah kepada wajib pajak.
58
Dari hasil wawancara Bapak Firdaus, selaku pejabat pajak yang
menangani pajak sarang burung walet terkait penagihan pajak sarang burung
wallet mengatakan bahwa”
“Tagihan itu dibayar sendiri oleh wajib pajak, kami selaku pejabat pajak hanya membawakan wajib pajak surat pemberitahuan pajak daerah”
Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa kurangnya peran dari
pejabat pajak dalam hal penagihan. Kurangnya peran dari pejabat pajak dalam
hal penagihan ini maka wajib pajak bisa saja memasukkan data yang tidak valid
dalam pembayaran pajak dan hal ini bisa saja terus berlanjut jika pejabat pajak
tidak berperan aktif dalam melakukan penagihan.
Dari wawancara kepada saudara Ani selaku pejabat pajak di bidang
penagihan bahwa surat pemberitahuan pajak daerah”
“STPD itu diisi oleh wajib pajak. Setelah itu keluarlah surat ketetapan
pajak daerah. Surat ketetapan pajak daerah adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak terutang. Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD), biasanya meliputi Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD),
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB), Surat Ketetapan
Pajak Daerah Lebih Bayar (SKPDLB), Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT)”
3. Realisasi penerimaan dan perbandingan target pajak daerah kota Makassar terhadap pengusaha sarang burung wallet.
Pajak sarang burung walet adalah jenis pajak yang dibayar sendiri oleh
wajib pajak. Walikota menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran paling lama
30 hari kerja setelah saat terutang pajak.
Cara pembayaran pajak sarang burung walet yaitu wajib pajak
menghitung sendiri pajaknya yang terutang dengan cara hasil dari penjualan
sarang burung walet diambil 10% (sepuluh persen) untuk dibayarkan pajak. 10%
59
ini sudah ditentukan dalam Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pajak Sarang Burung Walet dan ketentuan ini sudah benar dan
tidsak bertentangan dengan Peraturan-peraturan diatasnya, seperti Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dan
untuk memperkuat kenyakinan penulis peneiliti memwawancarai salah satu staff
Dispenda kota Makassar yaitu.
Menurut Salamat, staff di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar.”
“Pak Salamat menambahkan bahwa:
“Dalam pemungutan pajak sarang burung walet, pemungutan yang
dilakukan oleh pejabat pajak, dia tidak berpatokan pada berapa jumlah
sarang yang dihasilkan tapi berdasarkan hasil jual beli sarang burung
walet, dan hasil dari jual beli tersebut dikenai pajak 10% (sepuluh persen)
untuk dibayarkan”.
Pemungutan pajak daerah khusus nya terhadap pengusaha sarang
burung wallet kota Makassar adapun data yang di peroleh peniliti pada saat
penilitian dapat di liat di table adalah sebagai berikut:
Table 4.3Perbandingan Target Dengan Realisasi Penerimaan Januari S/D Desembar
2017-2018 Pajak Sarang Burung Walet
NoBulan/Tahun
2017 Target BulanRealisasi
Penerimaan %Bulan/Tahun
2018Target
PerbulanRealisasi
Penerimaan
1 Januari 8.333.333 0 ,0% Januari 8.333.333 1.830.000
2 februari 8.333.333 0 ,0% februari
8.333.333 0
3 Maret 8.333.333 0 ,0% Maret
8.333.333 0
4 April 8.333.333 0 ,0% April
8.333.333 0
5 Mei 8.333.333 20.047.200 240,57% Mei
8.333.333 12.964.000
6 Juni 8.333.333 0 ,0% Juni
8.333.333 8.550.000
7 Juli 8.333.333 16.908.957 202,91% Juli
8.333.333 0
60
8 Agustus 8.333.333 20.067.680 240,81% Agustus
8.333.333 0
9 September 8.333.333 0 ,0% September
8.333.333 8.800.000
10 Oktober 8.333.333 1.194.080 14,33% Oktober
8.333.333 0
11 November 8.333.333 0 ,0% November
8.333.333 2.000.000
12 Desember 8.333.333 0 ,0% Desember
8.333.333 12.882.000
JUMLAH 100.000.000 58.217.917 58,22% JUMLAH 100.000.000 47.026.000Sumber: Data Olah
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa pendapatan pajak daerah
terhadap pajak sarang burung wallet pada tahun 2017 sebanyak RP 58.217.917
sedangakan pada tahun 2018 sebesar RP 47.026.000.pendapatan daerah
mengalami penurunan secara drastis yaitu sekitar Rp 11.026.000.
Dalam melihat kurung waktu selama 1 tahun periode 2018 mengalami
tingkat penurunan pendapatan daerah pajak sarang burung wallet kota Makassar
maka pemerintah setempat menaikkan target agar pendapatan pajak daerah
sarang burung wallet dapat meningkat adapun realisasi pendapatan pajak
burung walet adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4Perbandingan Target Dengan Realisasi Penerimaan Januari S/D Desembar
2018-2019 Pajak Sarang Burung Walet
No bulan/tahun 2018
target per bulan
realisasi penerimaan
% bulan/tahun 2019
target perbulan realisasi penerimaan
1 Januari 8.333.333 1.830.000 21,96% Januari
20.833.333 0
2 februari 8.333.333 0 0,% februari
20.833.333 0
3 Maret 8.333.333 0 0,% Maret
20.833.333 2.810.000
4 April 8.333.333 0 0,% April
20.833.333 6.433.400
5 Mei 8.333.333 12.964.000 155,57% Mei
20.833.333 0
6 Juni 8.333.333 8.550.000 102,6% Juni
20.833.333 5.350.000
61
7 Juli 8.333.333 0 0,% Juli
20.833.333 0
8 Agustus 8.333.333 0 0,% Agustus
20.833.333 1.935.000
9 September 8.333.333 8.800.000 105,6% September
20.833.333 1.700.000
10 Oktober 8.333.333 0 0,% Oktober
20.833.333 0
11 November 8.333.333 2.000.000 24,% November
20.833.333 0
12 Desember 8.333.333 12.882.000 154,58% Desember
20.833.333 15.485.000
JUMLAH 100.000.000 47.026.000 47,03% JUMLAH 250.000.000 33.713.400Sumber Data: Data Olah.
Table diatas menjelaskan bahwa pendapatan daerah atas pajak sarang
burung wallet mengalami penurunan dari tiap tahun karna reaslisasi yang di
tetapkan dalam pemerintah setempat jauh dari tercapai nya target malahan
terjadi penurunan secara sigfnifikan dimana kita liat table diatas pendapatan
pajak daerah sarang burung wallet tahun 2018 sebesar RP 42.026.000.
sedangkan tahun 2019 sebesar Rp 33.713.400. artinya perbandingan dengan
tahun lalu sebesar Rp 8.312.600. mengalami defisit.
Berdasarkan dari data di atas peneliti meliat pendapatan pajak daerah
khusus nya sarang burung wallet kota Makassar mengalami defisit secara
berangsur angsur dari tahun ke tahun.defisit terjadi bukan karna akan ketidak
patuhan wajib pajak membayar pajak daerah atas pendapatan sarang burung
wallet akan tetapi melainkan karna tingkat populasi wallet di Makassar tidak
seperti dulu yang ramai
Kesadaran membayar pajak menimbulkan sikap patuh, taat, dan disiplin
semata, tetapi diikuti sikap yang kritis, kesadaran dan kepedulian sukarela wajib
pajak. Kepatuhan dan kesadaran wajib pajak menjadi faktor yang sangat penting
dalam hal untuk mencapai keberhasilan penerimaan pajak.
62
Pandangan di atas meruapakan asumsi dari peneliti dari data yang di
kelola akan tetapi untuk memperkuat alasan peniliti sebelum mengambilan
kesimpulan peneliti wawancara salah satu pengusaha sarang burung kota
Makassar yaitu Rahmat Hidayat mengatakan”
“Bahwa wallet di kota Makassar sudah tidak produktif lagi di karnakan
faktor kebinsingan pabrik dan pecemaran lingkungan yang kurang
kondusif di sekitar tempat sarang burung wallet dan perkembangan
pengusaha sarang burung wallet sudah mekar di setia daerah yang
mengakibatkan terbagi nya burung untuk menetap dalam tempat
tertentu.”
Wawacara di atas merupakan bukti pendukung dimana bahwa yang
menjadi penyebat utama menurun nya tingkat pendapatan daerah kota
Makassar bukan karna akibat tidak patuh nya pengusaha sarang burung wallet
kota Makassar melainkan karna faktor-faktor lingkungan yang menjadi penyebat
utama dimana keadaan kota makasaar yang sudah sangat menjadi kota
produksi dan berdampat terhadap pencemaran lingkungan serta kebisingan
daerah setempat.
63
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pemungutan pajak menggunakan sistem self assessment dimana wajib
pajak diberikan kebebasan dalam mendaftarkan, melaporkan,
menghitung dan membayar pajaknya yang terutang.Proses Pemungutan
pajak sarang burung walet di kota pareparesudah sesuai berdasarkan
peraturan daerah nomor No.3 Bab XI Tahun 2010 tentang pajak sarang
burung walet sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan Peraturan Daerah
tentang Pajak Sarang Burung Walet dimulai dari penghimpunan data
objek dan subjek pajak seperti pendataan objek pajak, pendaftaran
subjek pajak, pelaporan objek pajak, penentuan besarnya pajak,
pembayaran, penagihan sampai pengawasannya penyetorannya.
2. Kepatuhan wajib pajak dipengaruhi pengetahuan dan pemahaman
peraturan perpajakan.Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi atau
semakin baik pengetahuan dan pemahaman pengusaha sarang burung
wallet Makassar mengenai peraturan perpajakan semakin tinggi pula
kepatuhan perpajakannya. Kepatuhan wajib pajak tidak dipengaruhi oleh
persepsiatas efektifitas sistem perpajakan. Hal ini terjadi karena
berdasarkan hasil wawancara menunjukkan bahwa pelayanan fiskus
berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.Semakin baik pelayan yang
diberikan oleh aparatur pajak, maka semakin tinggi pula kepatuhan wajib
pajak.dan sanksi pajak dan pembangunan fasilitas publik mendukung
untuk digunakan sebagai pengontrol dalam penelitian mengenai
kepatuhan wajib pajak. Untuk pengusaha sarang burung wallet yang tidak
64
taat atau tidak melaporkan keterangan penhasilan pajak maka akan
dikenakan denda administrasi dan penutupan usahanya.
B. Saran.
1. Semoga pemerintah lebih terbuka mengenai pajak-pajak daerah dan
Sebaiknya para pejabat pajak melakukan sosialisasi secara rutin tentang
Peraturan Daerah No.3 Bab XI Tahun 2010 tentang Pajak Sarang
Burung Walet kepada masyarakat, agar masyarakat lebih paham dan
mengerti tentang pajak sarang burung walet tersebut.
2. Pemerintah ikut serta dalam menangani setiap masalah-masalah yang
terjadi di lingkungan pengusaha sarang burung wallet arti pemerintah
berkontribusi penuh dalam melestarikan lingkungan agar tidak terlalu
tercemari yang bisa mengakibatkan ketidaknyaman wallet. Serta
pemerintah terjung lansung memberikan arahan-arahan dan tehnik-tehnik
proses pemeliharaan sarang burung wallet dengan baik dan benar.
Memberikan seminar-seminar dan latihan khusus terhadap para
pengusaha sarang burung wallet kota makasar dimana pengusaha
tersebut dapat mengerti penuh bagaimana management pemeliharaan
burung wallet dengan baik dan benar.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Chidir. 2013. Hukum Pajak Elementer. Bandung: PT Eresco.
Arief Budiman, 2012. Pedoman Membangun Gedung Walet. Jakarta: PT Agro
Media Pustaka.
Arikunto, Suharsini. 2016. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Penerbit Bumi
Aksara
Basuki, Yoyok Rahayu. 2017. A-Z Perpajakan Mengenal Perpajakan. Jakarta:
Magic Entertaiment.
Bustamar Ayza. 2017. Hukum Pajak Indonesia Edisi Pertama. Depok: Kencana.
Eeng Ahman & Epi Indriani. 2007.Membina Kompetensi Ekonomi Buku Pelajaran
untuk SMA/MA Kelas IX Program Ilmu Pengetahuan Sosial. Grafindo
Media Pratama. Bandung.
Eman Rustandi, Sunsun Saefulhakim, dan Dyah R Panuju. Perencanaan dan
Pengembangan Wilayah. Yayasan. Jakarta: Pustaka Obor Indonesia.
Hakim, Lukman. 2013. Analisis Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet Di
Kabupaten Indragiri Hilir (Studi Kasus Kecamatan Tembilahan).
Idris, Amiruddin. 2016. Ekonomi Publik. Yogyakarta: Deepublish.
Juli Ratnawati dan Retno Indah. 2015. Dasar-Dasar Perpajakan. Yogyakarta:
Deepublish.
K. Judisseno, Rimsky. 2017. Pajak dan Strategi Bisnis suatu Tinjauan tentang
Kepastian Hukum dan Penerapan Akuntansi di Indonesia.. Jakarta: PT
GRamedia Pustaka Utama.
Lubis, Irwansyah. 2013. Menggali Potensi Pajak Perusahaan dan Bisnis dengan
Pelaksanaan Hukum. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.
Mardiasmo. 2013. Perpajakan Edisi Revisi 2011. Penerbit Andi, Yogyakarta.
66
Mila Saraswati & Ida Widaningsih. 2008. Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial
(Geografi. Sejarah. Sosiologi. dan Ekonomi) untuk Kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama. PT Grafindo Medi Pratama. Jakarta.
Nafriani. 2016. Tata Cara Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet Di Dinas
Pendapatan Daerah Kota Pekanbaru..
Nurmatu, Safri. 2015. Pengantar Perpajakan Edisi 3. Jakarta: Granit.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah
Kota Makassar.
Prabowo, Yusdianto. 2014. Akuntansi Perpajakan Terapan Edisi Revisi. PT
Grasindo. Jakarta
Priantara, Diaz. 2016. Perpajakan Indonesia Edisi 3. Penerbit Mitra Wacana
Media, Jakarta.
Rakyat, Sulsel. 2012. Dewan Soroti Dispenda, Terkait Pajak Sarang Burung
walet, dalam http://webcache.googleusercontent.com, 10 September
2017.
Rosdiana, Haula., dan Irianto, Selamet. 2012. Pengantar Ilmu Pajak, Kebijakan
dan Implementasi di Indonesia, Jakarta, Rajawali september 2017.
Shintia, Saerang. 2017. Analisis Pemungutan Pajak Sarang Burung Walet Di
Kabupaten Indragiri Hilir (Studi Kasus Kecamatan Tembilahan.
Sudirman, Rismawati., dan Amiruddin, Antong. 2016. Perpajakan Pendekatan
Teori dan Praktek. Penebit Empat Dua Media, Malang.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sujaweni, wiratna. 2014. Metodologi Penelitian, Lengkap, Praktis, dan Mudah.
Penerbit Alfabeta, Bandung..
Undang-Undang No. 27 Tahun 2007.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah.
LAMPIRAN
Nama Jabatan/pengusaha Ungkapan Wawancara
H. Ambo Asse Pengusaha sarang brung walet
Saya sudah mengusahakan sarang burung walet sejak 3 tahun terakhir, mengenai pemungutan pajak tidak menentu, dikarenakan jumlah sarang yang dihasilkan setiap bulannya itu berbeda-beda. Berbicara mengenai penjualan pembeli yang datang langsung, pembeli biasanya berasal dari dalam kota dan luar kota serta luar negeri, tapi kebanyakan pembeli berasal dari luar kota dan luar negeri”
“Pak ade bisono Pengusaha sarang brung walet
“Pak ade bisono mengatakan lanyanan fiskus merupakan kebijakan pemerintah yang sangat bagus dan sangat bermamfaat di karnakan kami pengusaha contoh nya saya pengusaha burung wallet menerima dan mendapatkan lanyanan jasa tehadap melaporkan,konsultasi,pemberian arahan terpadu dalam pembayaran pajak daerah. Sehingga saya tidak terlalu lama menungu untuk membayar pajak daerah atas penhasilan sarang burung wallet”
pak Gunawan staff di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
“Menurut pak Gunawan mengatakan bahwa denda terhadap pengusaha sarang burut wallet Makassar kota Makassar berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak daerah dalam melaporkan dan membayar pajak nya, serta adanya ancaman terhadap pengusaha sarang burung wallet apabila tidak melaporkan laporan pendatannya maka akan di tutup kegiatang usaha nya.”
Pak Ayyub staff di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
“Pemungutan pajak sarang burung walet Di Dinas Pendapatan Daerah Kota makassar menggunakan sistem self asessment dalam pemungutannya dimana wajib pajak diberikan kepercayaan dalam mendaftarkan, melaporkan, menghitung dan membayar pajaknya, sehingga kami hanyamengandalkan kejujuran dari wajib pajak”.
Pak salama staff di Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar
“Dalam pemungutan pajak sarang burung walet, pemungutan yang dilakukan oleh pejabat pajak, dia tidak berpatokan pada berapa jumlah sarang yang dihasilkan tapi berdasarkan hasil jual beli sarang burung walet, dan hasil dari jual beli tersebut dikenai pajak 10% (sepuluh persen) untuk dibayarkan”.
Rahmat Hidayat Pengusaha sarang brung walet
“Bahwa wallet di kota Makassar sudah tidak produktif lagi di karnakan faktor kebinsingan pabrik dan pecemaran lingkungan yang kurang kondusif di sekitar tempat sarang burung wallet dan perkembangan pengusaha sarang burung wallet sudah mekar di setia daerah yang mengakibatkan terbagi nya burung untuk menetap dalam tempat tertentu.”