View
217
Download
3
Category
Preview:
Citation preview
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA MEDAN
Oleh
NAMA : ADDINA MARIZKA
NIM : 050503054
JURUSAN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
2009
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
PERNYATAAN
Dengan ini Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
"Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Pemerintah Kota Medan".
Adalah benar hasil karya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatra Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas
benar apa adanya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, Saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, 15 Juli 2009 Yang membuat pernyataan Addina Marizka Nim.050503054
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil'alamiin, segala puji dan syukur penulis haturkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan pertolongan yang tiada terhingga, sehingga
penyusunan skripsi ini selesai dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
Adapun judul skripsi ini yaitu : "Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan". Dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang
telah meluangkan waktu dan tenaga, pikiran, serta dukungannya baik secara moril
dan materil. Terima kasih kepada kedua orang tua saya yang terkasih dan tercinta
Ayahanda Bustanuddin dan Ibunda Siti Murgana serta kakak Kiki dan Adik-adik
saya Zikri dan Sylmi yang telah memberikan dukun gan moril dan materil,
nasehat, semangat serta doanya kepada penulis. Dalam kesempatan ini penulis
juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tiada terhingga kepada yang
terhormat :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatra Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc,
Ak , selaku Ketua Departemen dan Sekertaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatra Utara.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3. Bapak Drs. Arifin Lubis, MM, Ak , selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membantu dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam proses
penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Salbiah, M.Si, Ak dan Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, M.Si, Ak,
selaku Pembanding I dan Pembanding II yang telah membantu penulis melalui
saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Pemerintah Kota Medan khususnya Bagian Balitbang dan Sub Bagian
Anggaran terutama kepada Bapak Ansari Lubis beserta staf serta kepada
Dinas Pendapatan Daerah khususnya kepada Bapak Edi, Bapak Ilham ,Kak
Imah, dan Ibu Berta beserta seluruh staf yang telah membantu penulis dalam
mendapatkan data-data guna menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh pihak yang telah banyak membantu penulis mulai awal proses
penyusunan hingga selesainya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam
penyusunan dan penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bagi kesempurnaan skripsi ini dikemudian hari. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan di bidang
akuntansi.
Medan, 15 Juli 2009 Penulis, Addina Marizka Nim. 050503054
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan Pemerintah Kota Medan. Penggunaan data dalam menganalisis adalah anggaran pendapatan dan realisasi pendapatan; anggaran belanja dan realisasi belanja; serta anggaran pembiayaan dan realisasi pembiayaan Pemerintah Kota Medan pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi analisis varian (selisih) anggaran pendapatan dan belanja, pertumbuhan pendapatan dan belanja daerah, derajat desentralisasi, kemandirian daerah, efektifitas dan efisiensi pajak daerah, efisiensi belanja, kontribusi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), perkembangan SILPA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Medan dalam merealisasikan pajak daerah pada tahun 2003 sampai 2007 dapat dikatakan efektif dan efisien; dan pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2003 sampai 2007 Pemerintah Kota Medan masih tergantung pada pemerintah pusat sehingga penyelenggaraan desentralisasi masih rendah. Dalam merealisasikan anggaran belanja dapat dikatakan efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif yang diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan. Pada pembiayaan, adanya perkembangan SILPA yang bersaldo positif menunjukkan kesehatan fiskal. Kata kunci : Pendapatan, desentralisas PAD, pajak daerah, efektifitas, efisiensi, Belanja, Pembiayaan , SILPA.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
ABSTRACT
This research is aimed to get to know the management performance Budget
revenue and expence local (APBD) which involves revenue, spending and
expenses North Sumatra Government. There are several data used in order to
analyze this issue such as, revenue budget and realization budget; spending and
realization spending; expence and realization spending North Sumatra
Government on 2003 up to 2007. The technical analysis used is by using
qualitative approach in which apply financial ratio including the variant analysis,
revenue growth, government spending, decentralization degree, state
independency, effectiveness and efficiency of and government tax, spending
efficiency, BUMD contribution, SILPA growth,. Based on this research may
result in the effectiveness and efficiency of government tax in 2003 up to 2007,
and the revenue growth shows the positive flutuations in the growth. In 2003 until
2007 North Sumatra Government was still dependent on the central government
therefore it resulted on the low decentralization process. In order to realize the
spending budget we may see there is an efficient element regarding with the
spending growth itself. In funding, SILPA's growth intentionally shows the
positive fiscal health.
Keywords : Revenue, decentralization, PAD, goverment tax, effectiveness,
efficiency, spend, expence, SILPA.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
DAFTAR ISI SKRIPSI
PERNYATAAN……………………………………………………….................. i
KATA PENGANTAR…………………………………………............................ii
ABSTRAK.............................................................................................................iv
ABSTRACT............................................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... .ix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................x BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................1
B. Perumusan Masalah....................................................................5
C. Tujuan Penelitian........................................................................5
D. Manfaat Penelitian......................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... ....7
A. Tinjauan Teoritis........................................................................7
1. Keuangan Daerah...................................................................7
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah..........7
b. Pengelolaan Keuangan Daerah........................................8
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)..............9
a. Pengertian APBD..............................................................9
b. Proses Penyususnan APBD............................................10
c. Penyusunan Kebijakan Umum APBD KUA).................14
d. Klasifikasi APBD...........................................................16
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ....... 27
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu........................................................ 33
C. Kerangka Konseptual Penelitian..................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 35
A. Jenis Penelitian .............................................................................. 35
B. Jenis dan Sumber Data ................................................................... 35
C. Metode Analisis Data ..................................................................... 35
D. Lokasi dan Jadwal Penelitian ........................................................ 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........ 40
A. Gambaran Umum Kota Medan ...................................................... 40
B. Gambaran Perekonomian dan Keuangan Daerah Kota Medan ....... 45
C. Perhitungan dan Analisis Kinerja Pengelolaan APBD ................... 50
1. Analisis Kinerja Pendapatan ....................................................... 50
2. Analisis Kinerja Belanja ............................................................. 55
3. Analisis Pembiayaan ................................................................... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 61
A. Kesimpulan ................................................................................... 61
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 62
C. Saran.............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 67
LAMPIRAN .................................................................................................... 68
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
DAFTAR TABEL
Nomor Judul
Halaman
Tabel 2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................... 33
Tabel 3 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................... 38
Tabel 4.1 Statistik Ekonomi Kota Medan Tahun 2005-2007 ....................... 47
Tabel 4.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan Tahun 2003-2007 ........ 49
Tabel 4.3 Pertumbuhan Pendapatan Tahun 2003-2007 ................................. 51
Tabel 4.4 Derajat Desentaralisasi Tahun 2003-2007 .................................... 52
Tabel 4.5 Kemandirian Keuangan Tahun 2003-2007 ................................... 53
Tabel 4.6 Efektivitas Pajak Daerah Tahun 2003-2007 ................................. 54
Tabel 4.7 Efisiensi Pajak Daerah Tahun 2003-2007 ..................................... 54
Tabel 4.8 Derajat Kontribusi BUMD Tahun 2003-2007 .............................. 55
Tabel 4.9 Pertumbuhan Belanja Tahun 2003-2007 ....................................... 56
Tabel 4.10 Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan Tahun 2003 ................. 57
Tabel 4.11 Belanja Operasi dan Belanja Modal Tahun 2004-2006 .................. 58
Tabel 4.12 Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung Tahun 2007 ......... 59
Tabel 4.13 Efisensi Belanja Daerah Tahun 2003-2007 ................................... 60
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Hal
Gambar 2.1 Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD ............................... 10
Gambar 2.2 Proses Penyusunan APBD(Permendagri No.13 Tahun 2006) ..... 13
Gambar 2.3 Konversi Kepmendagri No29/2002 ke Permendagri No13/2006 .. 22
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian ................................................. 34
Gambar 4 Stuktur Organisasi Pemerintahan Kota Medan ............................ 44
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Bagan Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah Kota Medan
Lampiran 2 Bagan Organisasi Dinas Pendapatan Daerah
Lampiran 3 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota Medan
Tahun Angggaran 2003-2007
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Otonomi Daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan
keputusan daerah secara lebih leluasa dan bertanggung jawab untuk mengelola
sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi
daerah sendiri. Tujuan otonomi daerah adalah untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan daerah, mengurangi kesenjangan antara daerah dan
meningkatkan kualitas pelayanan publik agar lebih efesien dan responsif terhadap
kebutuhan, potensi maupun karateristik didaerah masing-masing. Otonomi daerah
menghasilkan dampak yang beragam bagi perekonomian daerah juga berpotensi
menimbulkan resiko fiskal.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah, kewenangan yang luas, utuh dan bulat
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi
pada semua aspek pemerintahan ini, pada akhirnya harus dipertanggungjawabkan
kepada pemberi wewenang dan masyarakat. Dalam rangka pertanggungjawaban
publik, Pemerintah Daerah harus melakukan optimalisasi anggaran yang
dilakukan secara ekonomi, efisiensi, dan efektivitas (value for money) untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, APBD yang pada
hakikatnya merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran pemerintah
daerah serta tugas pokok dan fungsi unit kerja harus disusun dalam struktur yang
berorientasi pada pencapaian tingkat kinerja tertentu Artinya, APBD harus
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
mampu memberikan gambaran yang jelas tentang tuntutan besarnya pembiayaan
atas berbagai sasaran yang hendak dicapai, tugas-tugas dan fungsi pokok sesuai
dengan kondisi, potensi, aspirasi dan kebutuhan riil di masyarakat untuk suatu
tahun tertentu. Dengan demikian alokasi dana yang digunakan untuk membiayai
berbagai program dan kegiatan dapat memberikan manfaat yang benar-benar
dirasakan masyarakat dan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik
(PP No 58 Tahun 2005).
Setelah diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah mengeluarkan peraturan
perundang-undangan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan
antara lain:
1. Peraturan Pemerintah No.104 tahun 2000 tentang dana Perimbangan.
2. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
5. Kepemendagri No.29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan,
Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Keuangan daerah serta Tata
Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan
Penyusunan Perhitungan APBD.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Kemudian pemerintah juga mengeluarkan paket peraturan perundangan di
bidang keuangan negara/daerah beserta peraturan-peraturan turunannya yang
merupakan revisi dan penyempurnaan dari UU yang sebelumnya dikeluarkan
yaitu UU No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004
tentang Perbendaharaan Negara dan UU No. 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksanaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, UU No. 32
dan 33 tahun 2004, yang telah membuat perubahan mendasar dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pengelolaan keuangan, khususnya
Perencanaan dan Anggaran Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
Dalam rangka mengimplementasikan perundang-undangan bidang keuangan
negara telah dikeluarkan berbagai aturan pelaksanaan dalam bentuk peraturan
pemerintah (PP), antara lain, PP No. 24 tahun 2004 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, dan lain-lain. Khusus berkenaan dengan pengelolaan
keuangan/anggaran daerah dikeluarkan Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebagai tindak lanjut PP No. 58 tahun
2005, Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Permendagri No 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan terakhir telah direvisi
dengan Permendagri No. 59/2007 tentang Perubahan Atas Permendagri No.
13/2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan ini khusus
mengatur mengenai pedoman pengelolaan keuangan daerah yang baru, sesuai arah
reformasi tata kelola keuangan negara/daerah.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, kinerja
pemerintah sangat penting untuk dilihat dan diukur. Keberhasilan suatu
pemerintahan di era otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja
yang telah dicapainya. Pengelolaan anggaran berdasarkan kinerja ini memberikan
gambaran yang lebih khusus terkait dengan kemampuan suatu daerah untuk selalu
menggali potensi daerah guna meningkatkan anggaran pendapatan, yang akan
berdampak pada kemampuan pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan
kegiatan pembangunan daerah. Dalam anggaran berbasis kinerja secara struktur
meliputi anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Penekanan
pada belanja daerah menjadi titik perhatian terutama sisi belanja membutuhkan
kinerja yang lebih baik, transparan dan tepat sasaran.
Kota Medan sebagai salah satu kota di Sumatra Utara memiliki banyak
potensi yang dapat digali untuk dapat dijadikan sumber pendapatan dari berbagai
sektor. Perekonomian Kota Medan digerakkan oleh sektor tersier dan sekunder
secara dominan yaitu sektor perdagangan/hotel/restoran, telekomunikasi dan
transportasi, dan industri pengolahan yang dapat meningkatkan PAD. Namun
pada kenyataannya sumber penerimaan/pendapatan terbesar Kota Medan adalah
Dana Perimbangan dari Pemerintah Pusat dan PAD-nya masih sangat kecil.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat satu karya
ilmiah berbentuk skripsi dengan judul "Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan".
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
B. Perumusan Masalah.
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka dalam hal ini penulis
membuat perumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kinerja pengelolaan anggaran pendapatan Kota Medan
berdasarkan selama periode 2003-2007?
2. Bagaimana kemampuan kinerja anggaran belanja dan pembiayaan berdasarkan
selama periode 2003-2007?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran pendapatan Kota Medan
selama periode 2003-2007.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran belanja dan pembiayaan
Kota Medan selama periode 2003-2007.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini yaitu:
1. Bagi ilmu pengetahuan, diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang
ilmu keuangan khususnya mengenai pengukuran kinerja pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
2. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dalam bidang keuangan daerah
serta meningkatkan kemampuan analisis tentang kinerja pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah;
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini Bagian Keuangan Kota Medan
diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam menentukan
kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Keuangan Daerah.
a. Pengertian dan Ruang Lingkup Keuangan Daerah.
Dalam arti sempit, keuangan daerah yakni terbatas pada hal-hal yang berkaitan
dengan APBD. Oleh sebab itu keuangan daerah identik dengan APBD. Menurut
Mamesah dalam Halim (2004: 18), Keuangan Daerah dapat diartikan sebagai
"semua hak dan kewajiban pemerintah yang dapat dinilai dengan uang, demikian
pula segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
kekayaan daerah yang lebih tinggi serta pihak-pihak lain sesuai peraturan
perundangan yang berlaku".
Berdasarkan PP Nomor 58 Tahun 2005, "Keuangan Daerah adalah semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban tersebut". Hak dan kewajiban daerah
tesebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem pengelolaan
keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Menurut Halim (2004:20), "Ruang lingkup keuangan daerah terdiri dari
keuangan daerah yang dikelola langsung dan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Yang termasuk dalam keuangan yang dikelola langsung adalah APBD dan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
barang-barang inventaris milik daerah. Sedangkan keuangan daerah yang
dipisahkan meliputi Badan Usaha Milik (BUMD)".
b. Pengelolaan Keuangan Daerah
Dalam ketentuan umum pada PP Nomor 58 Tahun 2005, "Pengelolaan
keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban, pengawasan
daerah". Pengelolaan keuangan daerah dalam hal ini mengandung beberapa
kepengurusan di mana kepengurusan umum atau yang sering disebut pengurusan
administrasi dan kepengurusan khusus atau juga sering disebut pengurusan
bendaharawan. Dalam pengelolaan anggaran/keuangan daerah harus mengikut i
prinsip-prinsip pokok anggaran sektor publik. Pada Permendagri No. 26 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007 menyatakan
bahwa "APBD harus disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip pokok
anggaran sektor publik, sebagai berikut: (a) Partisipasi Masyarakat, (b)
Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran, (c) Disiplin Anggaran, (d) Keadilan
Anggaran, (e) Efisiensi dan Efektivitas Anggaran, dan (f) Taat Asas".
Dengan adanya reformasi keuangan daerah terjadi perubahan mendasar
pengelolaan keuangan daerah/anggaran daerah (APBD) yaitu perubahan dari
Traditional Budgeting ke Performance Budgeting, sebagaimana yang
dikemukakan oleh Yuwono dkk, (2005: 63-64):
Aspek utama budgeting reform adalah perubahan dari traditional budgeting ke performance budgeting. Traditional budgeting didominasi oleh penyusunan anggaran yang bersifat line-item dan incremental, proses penyusunan anggaran hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya. Performance budgeting pada dasarnya adalah sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
pencapaian hasil kinerja. Kinerja tersebut harus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, yang berarti harus berorientasi pada kepentingan publik.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
a. Pengertian APBD
Pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, "APBD merupakan dasar
pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung 1
januari sampai 31 Desember". Sedangkan , menurut Bastian (2006:189), "APBD
merupakan pengejawantahan rencana kerja Pemda dalam bentuk satuan uang
untuk kurun waktu satu tahun tahunan dan berorientasi pada tujuan kesejahteraan
publik".
Menurut Freeman dalam Nordiawan (2006: 48), "Anggaran adalah sebuah
proses yang dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan
sumber daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terbatas". Pengertian tersebut mengungkap peran strategis anggaran dalam
pengelolaan kekayaan sebuah organisasi publik. Peran penting anggaran dalam
organisasi sektor publik menurut Nordiawan (2006: 47), "peranan penting
anggaran dalam sektor publik berasal dari kegunaannya dalam menentukan
estimasi pendapatan atau jumlah tagihan atas jasa yang diberikan".
Sementara itu, menurut Mardiasmo (2005; 61), "Anggaran sektor publik
merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan
program-program yang dibiayai dari uang publik Penganggaran sektor publik
terkait dalam proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan
aktivitas dalam satuan moneter".
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
b. Proses Penyusunan APBD
Proses penyusunan anggaran diawali dengan penetapan tujuan, target dan
kebijakan. kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai
dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat
krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya
mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu
pembuka bagi pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke
pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga
perhatian terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan. Kondisi inilah
yang nampaknya secara praktis sering terjadi (Bastian, 2006a: 188).
Menurut Undang-undang Nomor 17/2003, skema alur proses dan jadwal
penyusunan APBD adalah sebagai berikut:
Juni Oktober November DPRD PEMDA SKPD Gambar 2.1 Alur Proses dan Jadwal Penyusunan APBD Sumber : Mohammad Adhim, 2008.
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Kebijakan Umum APBD
RAPBD
APBD
RKA-SKPD
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Dari gambar diatas dapat dilihat proses penyusunan APBD dimulai dengan
Pemerintah Daerah menyampaikan Kebijakan Umum APBD tahun anggaran
berikutnya sejalan dengan Rencana Pemerintah Daerah sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD selambat-lambatnya pertengahan Juni tahun
berjalan. Selanjutnya DPRD membahas kebijakan umum APBD yang diajukan
oleh Pemerintah Daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan
DPRD, Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas prioritas danplafon
anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat
Daerah.
Berdasarkan Kebijakan Umum APBD, strategi dan plafon sementara yang
telah ditetapkan pemerintah dan DPRD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) tahun berikutnya dengan pendekatan
berdasarkan kinerja yang akan dicapai. Rencana kerja dan anggaran disertai
dengan perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang
sudah disusun. Rencana kerja dan anggaran selanjutnya disampaikan kepada
DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. Hasil
pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rencana Peraturan Daeraha tentang
APBD tahun berikutnya. UU Nomor 17/2003 tidak mengatur proses penyusunan
dan pembahasan RKA-SKPD. UU Nomor 17/2003 menetapkan bahwa ketentuan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
lebih lanjut mengenai penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah dengan Peraturan Daerah.
Setelah dokumen Rancangan Perda mengenai APBD tersusun, Pemerintah
Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tersebut disertai
penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu
pertama bulan Oktober. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
antara Pemerintah Daerah dan DPRD dilakukan sesuai dengan undang-undang
yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD. Dalam pembahasan Perda
RAPBD, DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.
Berdasarakan Pasal 186 UU Nomor 32/2004, rancangan Perda Kabupaten/Kota
tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh
Bupati/Walikota dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari disampaikan
kepada Gubernur untuk dievaluasi. Hasil evaluasi disampaikan oleh Gubernur
kepada Bupati/Walikota paling lama 15 (lima belas) hari terhitung sejak
diterimanya rancangan Perda Kabupaten/Kota dan rancangan Peraturan
Bupati/Walikota tentang Perjabaran APBD.
Pengambilan keputusan mengenai Rancangan Peraturan Daerah tentang
APBD dilakukan oleh DPRD selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun
anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. APBD yang disetujui oleh DPRD
terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah yang diajukan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Pemerintah Daerah, maka untuk membiayai keperluan setiap bulan Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD
tahun anggaran sebelumnya.
Sementara itu, Proses penyusunan APBD berdasarkan Permendagri Nomor
13 Tahun dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Proses Penyusunan APBD (Permendagri Nomor 13 tahun 2006) Sumber: Mohammad Adhim , 2008
Proses Perencanaan
RKPD
Penysunan KUA & PPAS
- Nota Kesepatan - KUA dan PPA
Pedoman Penyusunan RKA SKPD
Penyusunan RKA SKPD
RKA SKPD
Raperda APBD
Pembahasan Raperda APBD
Persetujuan bersama Raperda
APBD
Evaluasi Gubernur/ Mendagari
Perda APBD
Pembatalan Perda APBD
Penyusunan KUA & PPAS
Penyusunan Raperda APBD
Penetapan Perda APBD
Penyusunan Raper KHD
APBD
Evaluasi & penetapan Raper
KHD APBD
Raper KHD APBD
Dalam Hal DPRD Tidak Mengambil Keputusan Besama
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
c. Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA)
Kepala daerah berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang
telah ditetapkan Menteri Dalam Negeri setiap tahun menyusun rancangan
Kebijakan Umum APBD. Kebijakan Umum APBD yang selanjutnya disingkat
KUA adalah dokumen yang memuat kebijakan bidang pendapatan, belanja, dan
pendanaannya serta asumsi yang mendasari untuk periode 1 (satu) tahun.
Formulasi kebijakan anggaran harus memuat kejelasan mengenai tujuan dan
sasaran akan dicapai di tahun mendatang dan sekaligus juga, harus menjadi acuan
bagi proses pertanggaungjawaban (LPJ) kinerja keuangan daerah pada akhir tahun
anggaran. Sedangkan pada perencanaan operasional anggaran, karena bersifat
teknis, proses ini diserahkan kepada pemerintah daerah.
Penyusunan Kebijkan Umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan
anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran.
Formulasi kebijkan anggaran berkaitan dengan analisis fiscal, sementara
perencanaan operasional anggaran lebih ditekankan pada alokasi sumber daya
yang tersedia pada pemeriintah daerah.
Berdasarkan pendekatan kinerja, APBD disusun berdasarkan pada sasaran
tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Oleh karena itu, dalam
rangka menyiapkan rancangan APBD, pemerintah daerah bersama-sama DPRD
menyusun KUA yang memuat petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum yang
disepakati sebaagai pedoman dalam penyusunan APBD. Kebijakan anggaran yang
dimuat dalam KUA selanjutnya menjadi dasar untuk penilaian kinerja keuangan
daerah selama satu tahun anggaran.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Penyusunan KUA merupakan bagian dari upaya pencapaian visi, misi, tujuan,
dan sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana strategis daerah (Renstra).
Sementara, tingkat pencapaian atau kinerja pelayanan yang telah direncanakan
dalam satu tahun anggaran pada dasarnya, merupakan tahapan dan perkembangan
dari kinerja pelayanan yang diharapkan dalam rencana jangka menengah dan
rencana jangka panjang.
Mekanisme Penyusunan Kebijakan Umum APBD termuat dalam PP Nomor
58 Tahun 2005 Pasal 34 memiliki mekanisme sebagai berikut:
1. Kepala daerah berdasarkan RKPD menyusun rancangan kebijakan umum
APBD
2. Penyusunan rancangan kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada
pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri
setiap tahun
3. Kemudian Kepala Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun
anggaran berikutnya tersebut sebagai landasan penyusunan RAPBD
kepada DPRD selambat-lambatnya bulan Juni tahun anggaran berjalan.
Secara teknis, proses penyusunan KUA adalah sebagai berikut:
1. Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur dari
setiap urusan pemerintah daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan
daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan pengguanaan pendanaan ynag
disertai dengan asumsi yang mendasari.
2. Rancangan KUA tersebut disusun oleh PPKD bersama pejabat perencana
daerah dan pejabat SKPD lainnya sesuai dengan kebutuhan yang
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
diordinasikan oleh sekretaris daerah yang selanjutnya disebut tim anggaran
pemerintah daerah.
3. Rancangan KUA yang telah disusun disampaikan oleh sekretaris daerah
selaku coordinator kepada kepala daerah paling lambat pada awal bulan
Juni.
4. Rancangan kebijakan umum APBD disampaikan kepala daerah kepada
DPRD selambat-lambatnya petengahan Juni tahun anggaran berjalan
untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran
berikutnya.
5. Rancangan kebijakan umum APBD yang telah dibahas kepala daerah
bersama DPRD dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD untuk
selanjutnya disepakati menjadi KUA.
d. Klasifikasi APBD
Adapun struktur APBD berdasarkan Kepmendagri Nomor 13 Tahun 2006
terdiri dari 3 bagian yaitu Pendapatan daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan
Daerah".
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan yang dianggarkan dalam APBD meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana,
merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali
oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan sebagai berikut:
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
1. Pendapatan Asli Daerah
Kelompok Pendapatan Asli Daerah dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; dan
d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan
sesuai dengan undang-undang tentang pajak daerah dan retribusi daerah yaitu
undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Atas Undang-undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah juncko
Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 dan Kepmendagri Nomor 35 tentang
pajak daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang retribusi
daerah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebagaimana dirinci
menurut obyek pendapatan yang mencakup:
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD;
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
pemerintah/BUMN; dan
bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau
kelompok usaha masyarakat.
Jenis Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dirinci menurut obyek
pendapatan yang mencakup:
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan;
jasa giro;
pendapatan bunga;
penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah;
penerimaan komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari
penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah;
penerimaan keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing;
pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan;
pendapatan denda pajak;
pendapatan denda retribusi;
pendapatan hasil eksekusi atas jaminan;
pendapatan dari pengembalian;
fasilitas sosial dan fasilitas umum;
pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan; dan
pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.
2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri atas:
a. Dana Bagi Hasil
Jenis dana bagi hasil dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:
Bagi Hasil Pajak
Bagi Hasil Bukan Pajak
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
b. Dana Alokasi Umum; dan
c. Dana Alokasi Khusus.
3. Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah dibagi menurut jenis pendapatan
yang mencakup:
Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/
organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan
lembaga luar negeri yang tidak mengikat.
Dana Darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam;
Dana Bagi Hasil Pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;
Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh
pemerintah; dan
Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.
2. Belanja Daerah
Belanja daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai
pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan. Berdasarkan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 Belanja terdiri
dari:
1. Belanja Aparatur Daerah
2. Belanja Pelayanan Publik.
3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan.
4. Belanja Tidak Tersangka
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Masing-masing Belanja Aparatur Daerah dan Belanja Pelayanan Publik
dirinci menurut Kelompok Belanja yang meliputi Belanja Administrasi Umum,
Belanja Operasi dan Pemeliharaan serta Belanja Modal. Belanja Tidak Tersangka
dianggarkan untuk pengeluaran penanganan bencana alam, bencana sosial atau
pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintahan daerah, yaitu:
a. pengeluaran-pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana
dan
b. prasarana langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak
tersedia dalam Tahun Anggaran yang bersangkutan; dan
c. pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam Tahun Anggaran
yang telah ditutup dengan didukung bukti-bukti yang sah.
Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan dianggarkan untuk pengeluaran
dengan kriteria sebagai.berikut:
a. Tidak menerima secara langsung imbal barang dan jasa seperti lazimnya yang
terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan;
b. Tidak mengharapkan akan diterima kembali dimasa yang akan datang seperti
lazimnya suatu piutang;
c. Tidak mengharapkan adanya hasil seperti lazimnya suatu penyertaan modal
atau investasi.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, Belanja menurut kelompok
belanja terdiri dari:
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
a. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja
tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
belanja pegawai;
bunga;
subsidi;
hibah;
bantuan sosial;
belanja bagi basil;
bantuan keuangan; dan
belanja tidak terduga.
b. Belanja Langsung.
Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja langsung
dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari:
belanja pegawai, dimaksudkan untuk pengeluaran honorarium/upah dalam
melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah;
belanja barang dan jasa; dan
belanja modal.
Konversi dari Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 ke Permendagri Nomor
13 tahun 2006, ditunjukkan dalam gambar berikut:
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
dari kepmendagri 29/2002 ke Permendagri 13/2006 pada
B A UB A UBelanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
B O PB O PBelanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Perjalanan Dinas
Belanja Pemeliharaan
B MB M
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Pegawai
Belanja Barang & Jasa
Belanja Modal
BELANJA LANGSUNG
Daftar program / Kegiatan ada padaLAMPIRAN A.VII Permendagri13/2006
KEGIATAN
• Gaji & Tunjangan• Tambahan Penghasilan PNS• Belanja Penunjang Operasional
KDH/WKDH• Biaya Pemungutan Pajak Daerah
a
KEGIATAN
Gambar 2.3 Konversi Kepmendagri No.29/2002 ke Permendagri No.13/2006 Sumber: Rusman R. Manik, Presentation Reformasi Anggaran Daerah, 2009 3. Pembiayaan
Pembiayaan disediakan untuk menganggarkan setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang terdiri atas:
a. Penerimaan pembiayaan, yang mencakup:
1). Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Lalu (SILPA)
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu merupakan selisih lebih antara
realisasi pendapatan dengan belanja daerah yang dalam APBD induk dianggarkan
berdasarkan estimasi. Sedangkan realisasi SILPA dianggarkan dalam perubahan
APBD sesuai dengan yang ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penetapan
perhitungan APBD tahun sebelumnya.
Sisa lebih perhitungan tahun lalu mencakup sisa dana untuk mendanai
kegiatan lanjutan, Uang pihak ketiga yang belum terselesaikan, pelampauan
target pendapatan daerah, penerimaan dan pengeluaran lainnya yang belum
terselesaikan sampai tahun anggaran berikutnya.
2). Pencairan Dana Cadangan
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna mendanai kegiatan
yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam
satu tahun anggaran. Pembentukan dana cadangan dianggarkan pada pengeluaran
pembiayaan dalam tahun anggaran yang berkenaan ditetapkan dengan peraturan
daerah dan ditempatkan di rekening sendiri. Pencairan dana cadangan digunakan
untuk menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke
rekening kas umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan. Jumlah yang
dianggarkan yaitu sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan dalam peraturan
daerah tentang pembentukan dana cadangan berkenaan.
3). Penerimaan Pinjaman dan Obligasi
Penerimaan pinjaman dan obligasi digunakan untuk menganggarkan semua
transaksi yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang dari semua pihak
lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Penerimaan pinjaman dan obligasi yang dianggarkan disesuaikan dengan rencana
penarikan pinjaman dalam tahun anggaran sesuai dengan perjanjian pinjaman.
4). Hasil Penjualan Aktiva Daerah yang Dipisahkan
Penerimaan hasil penjualan aktiva daerah yang dipisahkan digunakan untuk
menganggarkan hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan dapat berupa
penjualan perusahaan milik daerah/ BUMD, penjualan aktiva milik pemerintah
daerah yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga, atau hasil divestasi penyertaan
modal pemerintah daerah.
5) Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
Penerimaan kembali pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan
posisi penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah lainnya.
6). Penerimaan Piutang Daerah
b. Pengeluaran Pembiayaan, mencakup:
1). Pembentukkan Dana digunakan untuk menganggarkan dana yang disisihkan
untuk dicadangkan dalam tahun anggaran 2006 yang akan ditransfer ke
rekening dana cadangan dari rekening kas umum daerah. Jumlah yang
dianggarkan dan ditransfer kerekening dana cadangan sesuai dengan yang
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang pembentukan dana cadangan
berkenaan.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
2). Investasi (Penanaman Modal) Pemerintah Daerah
Investasi pemerintah daerah digunakan untuk menganggarkan kekayaan
pemerintah daerah yang diinvestasikan baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
a). Investasi jangka pendek, mencakup deposito berjangka waktu 3 (tiga) bulan
sampai dengan 12 (duabelas) bulan yang dapat diperpanjang secara otomatis,
pembelian Surat Utang Negara (SUN), Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan
Surat Perbendaharaan Negara (SPN).
b) Investasi jangka terdiri dari investasi permanen dan non permanen antara lain
surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan
suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah
kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha, surat berharga yang dibeli
pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar
negeri, surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam
memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
3). Pembayaran Pokok Utang yang Jatuh Tempo
Pembayaran Pokok Utang digunakan untuk menganggarkan pembayaran
kewajiban atas pokok utang yang dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
4). Pemberian Pinjaman Daerah.
c. Sisa Lebih Pendanaan Anggaran Tahun Berjalan.
a). Sisa lebih pembiayaan tahun anggaran berjalan digunakan untuk
menganggarkan sisa lebih antara pendanaan neto dengan surplus/defisit
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
APBD. Pembiyaan netto merupakan selisih antara penerimaan pendanaan
dengan pengeluaran pendanaan yang harus dapat menutup defisit anggaran
yang direncanakan.
b). Jumlah yang dianggarkan pada sisa lebih pendanaan anggaran tahun berjalan
pada APBD induk merupakan angka estimasi berhubung jumlah selisih lebih
perhitungan anggaran pada tahun lalu yang juga masih angka estimasi.
c). Dalam perubahan APBD tahun berjalan, sisa lebih pendanaan anggaran tahun
berjalan tersebut dianggarkan sepenuhnya untuk mendanai program dan
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan daerah sehingga jumlahnya menjadi
sama dengan nol.
Pencapaian prioritas sasaran dari program yang telah disepakati dan
ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan DPRD sebagaimana
dituangkan dalam nota kesepakatan arah kebijakan umum/kebijakan umum
APBD.
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan Kepala
Daerah tetang penjabaran APBD ditetapkan oleh Kepala Daerah menjadi
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD setelah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri bagi
Provinsi dan oleh Gubernur bagi Kabupaten/Kota.
Penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD menjadi peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan Kepala Daerah tentang penjabran APBD dilakukan
paling lambat tanggal 31 Desember. Dalam hal DPRD sampai batas waktu yang
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
telah ditetapkan pada angka 2 di atas tidak mengambil keputusan, kepala daerah
melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD Tahun lalu
untuk membiayai keperluan setiap bulan yang disusun dalam rancangan peraturan
Kepala Daerah tentang APBD. Pengeluaran setinggi-tingginya untuk keperluan
setiap bulan tersebut di atas diprioritaskan untuk:
1. Belanja yang bersifat mengikat, yaitu belanja yang dibutuhkan secara terus-
menerus dan harus dialokasikan dalam jumlah yang cukup untuk keperluan
setiap bulan dalam tahun anggaran berjalan, seperti belanja pegawai serta
belanja barang dan jasa.
2. Belanja yang bersifat wajib yaitu belanja untuk terjaminnya kelangsungan
pemenuhan pendanaan pelayanan dasar masyarakat, antara lain pendidikan
dan kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak ketiga.
3. Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Menurut Bastian (2006:274), "Kinerja adalah gambaran pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/ program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi". Indikator kinerja adalah ukuran kuntitatif dan
kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan, dengan memeperhitungkan indikator masukan (input), keluaran
(output), hasil, manfaat, dan dampak.
Analisis kinerja anggaran dapat dilakukan dalam empat bagian yaitu
(Mahmudi, 2007) :
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
1) Analisis Kinerja Pendapatan
Analisis terhadap kinerja pendapatan daerah secara umum terlihat dari
realisasi pendapatan dengan anggarannya. Apabila realisasi melampaui anggaran
(target) maka kinerjanya dapat dinilai baik. Penilaian kinerja pendapatan pada
dasarnya tidak cukup hanya melihat apakah realisasi pendapatan daerah telah
melampaui target anggaran, namun perlu dilihat lebih lanjut komponen
pendapatan apa yang paling berpengaruh.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, kita dapat melakukan analisis
pendapatan daerah dengan cara:
1. Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan
Analisis varians anggaran pendapatan dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan. Biasanya selisih
anggaran sudah diinformasikan dalam Laporan Realisasi Anggaran yang disajikan
oleh pemerintah daerah. Informasi selisih anggaran tersebut sangat membantu
pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis kinerja pendapatan.
Pada prinsipnya, anggaran pendapatan merupakan batas minimal jumlah
pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh pemerintah daerah. Pemerintah
daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik apabila mampu
memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan (target
anggaran). Sebaliknya apabila realsasi pendapatan dibawah jumlah yang
dianggarkan, maka hal itu dinilai kurang baik. Apabila target pendapatan dapat
dicapai bahkan terlampaui, maka hal itu tidak terlalu mengejutkan karena memang
seharusnya demikian. Selisih lebih realisasi pendapatan merupakan selisih yang
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
diharapkan (favourable variance), sedangkan selisih kurang merupakan selisih
yang tidak diharapkan (unfavourable variance).
2. Analisis Rasio Pertumbuhan Pendapatan
Analisis pertumbuhan bermanfaat untuk mengetahui apakah pemerintah
daerah dalam tahun anggaran bersangkutan atau selama beberapa periode
anggaran, kinerja anggarannya mengalami pertumbuhan pendapatan secara positif
ataukah negatif. Tentunya diharapkan pertumbuhan pendapatan tersebut positif
dan kecenderungannya (trend) meningkat. Sebaliknya jika terjadi pertumbuhan
yang negatif, maka hal itu menunjukkan terjadi penurunan kinerja pendapatan.
Pertumbuhan pendapatan daerah diharapkan dapat mengimbangi laju inflasi.
Selain mempertimbangkan faktor inflasi, penetapan target pertumbuhan
pendapatan juga harus mempertimbangkan asumsi anggaran yang lain, misalnya
kurs rupiah, harga minyak, dan sebagainya.
3. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Derajat Desentralisasi
Rasio ini menunjukkan kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk menggali dan mengelola
pendapatan. Semakin tinggi kontribusi PAD, maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.
b. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
Rasio ini menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai
sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat
yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
diperlukan daerah. Semakin tinggi angka rasio ini menunjukkan pemerintah
daerah semakin tinggi kemandirian keuangan daerahnya.
c. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah
Rasio efektivitas pajak daerah menunjukkan kemampuan pemerintah daerah
dalam mengumpulkan pajak daerah sesuai dengan jumlah penerimaan pajak
daerah yang ditargetkan. Rasio efektivitas pajak daerah dianggap baik apabila
rasio ini mencapai angka minimal 1 atau 100%.Sama halnya dengan analisis
efisiensi PAD, untuk dapat menghitung rasio efisiensi pajak daerah dipelukan data
tentang biaya pemungutan pajak.
d. Derajat Kontribusi BUMD
Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi perusahaan daerah
dalam mendukung pendapatan daerah.
2) Analisis Kinerja Belanja
Analisis belanja daerah sangat penting dilakukan untuk mengevaluasi apakah
pemerintah daerah telah menggunakan APBD secara ekonomis, efisien, dan
efektif (value for money). Sejauh mana pemerintah daerah telah melakukan
efisiensi anggaran, menghindari pengeluaran yang tidak perlu dan pengeluaran
yang tidak tepat sasaran. Kinerja anggaran belanja daerah dinilai baik apabila
realisasi belanja lebih rendah dari jumlah yang dianggarkan, yang hal itu
menunjukkan adanya efisiensi anggaran. Dalam hal belanja daerah penting juga
dianalisis keserasian belanja karena hal ini tekait dengan fungsi anggaran sebagai
alat distribusi, alokasi, dan stabilisasi.
Berdasarkan informasi pada Laporan Realisasi Anggaran, kita dapat
melakukan analisis anggaran belanja dengan cara :
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
1. Analisis Varians Belanja
Analisis varians merupakan analisis terhadap perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dengan anggaran. Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran yang
disajikan, pembaca laporan dapat mengetahui secara langsung besarnya varians
anggaran belanja dengan realisasinya yang bisa dinyatakan dalam bentuk niali
nominalnya atau persentasenya. Kinerja pemerintah daerah dinilai baik apabila
jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang dianggarkan, maka hal itu
mengindikasikan adanya kinerja anggaran yang kurang baik.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Analisis pertumbuhan belanja bermanfaat untuk mengetahui pertumbuhan
belanja dari tahun ke tahun positif atau negatif . Pada umumnya belanja memiliki
kecenderungan untuk selalu naik. Alasan kenaikan belanja biasanya dikaitkan
dengan penyesuaian terhadap inflasi, perubahan kurs rupiah, perubahan jumlah
cakupan layanan, dan penyesuaian faktor makro ekonomi. Pertumbuhan belanja
harus diikuti dengan pertumbuhan pendapatan yang seimbang.
3. Analisis Keserasian Belanja
Rasio ini menggambarkan bagaimana pemerintah daerah memprioritaskan
alokasi dananya pada belanja secara optimal. Semkin tinggi persentase dana yang
dialokasikan untuk belanja yang digunakan untuk menyediakan sarana dan
prasarana ekonomi masyarakat cenderung semakin kecil. Analisis keserasian
belanja antara lain berupa :
a. Analisis Belanja Rutin dan belanja Pembangunan terhadap Total Belanja
b. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
c. Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja
d. Analisis Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
4. Analisis Efisiensi Belanja
Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat penghematan
anggaran yang dilakukan pemerintah. Angka yang dihasilkan dari rasio efisiensi
ini tidak bersifat absolut, tetapi relatif. Artinya tidak ada standar baku yang
dianggap baik untuk rasio ini. Kita hanya dapat mengatakan bahwa tahun ini
belanja pemerintah daerah relatif lebih efisien dibanding tahun lalu. Pemerintah
daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio efisiensinya kurang
dari 100%. Sebaliknya jika melebihi 100% maka mengindikasikan terjadinya
pemborosan anggaran.
3) Analisis Pembiayaan
Analisis Pembiayaan dilakukan untuk pola anggaran pemerintah daerah.
Selain itu juga dapat digunakan untuk membaca kebijakan anggaran pemerintah
daerah. Salah satu pos yang paling urgen dalam pembiayaan ini adalah Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA). Makin besarnya SILPA yang diperoleh dari suatu
anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya penyajian suatu
rencana anggaran.
Dengan melihat kinerja pendapatan, kinerja belanja dan kinerja pembiayaan,
maka dapat dinilai kinerja anggaran (APBD) secara umum. Jika semua kinerja
tersebut menunjukkan pencapaian angka yang sudah ditargetkan, maka dikatakan
kinerja anggaran (APBD) adalah baik.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Peneltian
1 Eka
Rosalina
(2008)
Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Penelitian ini menganalisis kinerja pengelolaan keuangan Angggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Propinsi Sumatra Barat yang meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Penggunaan data dalam menganalisis adalah APBD dan Laporan Realisasi APBD Propinsi Sumatra Barat tahun 2003-2006. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi analisis varians (selisih) anggaran pendapatan, belanja, pertumbuhan pendapatan, belanja, derajat desentralisasi, ketergantungan daerah, kemandirian efektifitas dan efesiensi PAD, efektifitas dan efisiensi pajak derah, efisiensi belanja, kontribusi BUMD, perkembangan SILPA dan analisis investasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Propinsi Sumatra Barat dalam merealisasikan pendapatan pada tahun 2003-2006 dapat dikatakan efektif dan efisiensi, pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan positif. Pada tahun 2003-2006 Propinsi Sumatra masih tergantung pada pemerintah pusat sehingga penyelenggaraan desentralisasi masih rendah. Dalam merealisasikan anggaran belanja dikatakan cukup efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif yang diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan. Pada pembiayaan adanya perkembangan SILPA yang bersaldo positif menunjukkan kesehatan fiskal. Kelebuhan dana dialokasikan dalam bentuk investasi berupa penyertaan modal pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) sehingga dapat meningkatkan pembangunan daerah Propinsi Sumatra Barat.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3 Mohammad
Adhim
(2008)
Analisis Kinerja Anggaran Pemerintah dan Kaitannya dengan Perekonomian Daerah di Kabupaten Sarolangun
Penelitian menganalisis kinerja pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan. Data yang digunakan adalah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) APBD periode anggaran dari tahun 2001-2007. Teknik analisis dilakukan dengan menggunakan analisis kinerja dalam bentuk rasio yang terdiri dari analisis varians (selisih) anggaran pendapatan, belanja, pertumbuhan pendapatan, belanja, derajat desentralisasi, ketergantungan daerah, kemandirian efektifitas dan efesiensi PAD, efektifitas dan efisiensi pajak derah, efisiensi belanja, derajat kontribusi BUMD, perkembangan SILPA.
Hasil dari penelitan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Sarolangun dalam merealisasikan pendapatan baik PAD dan Pajak daerah dari tahun 2001-2007 dapat dikatakan efektif dan efisien. Kabupaten Sarolangun masih tergantung pada pemerintah pusat sehingga penyelengaraan desentralisasi masih rendah. Dalam merealisasikan belanja dapat dikatakan efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif yang dimbangi denagn pertumbuhan pendapatan yang juaga positif positif
C. Kerangka Konseptual Penelitian
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Penelitian
Laporan Realisasi APBD/Laporan Pertanggungjawaban
Kinerja Pemerintah Kota Medan
Pemerintah Daerah Kota Medan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Menurut Erlina
(2007:64), "Penelitian deskriptif adalah penelitian terhadap fenomena atau
populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek beberapa individu,
organisasional, industri atau perspektif lain." Menurut Sugiyono (2007:11),
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai
variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih independen tanpa membuat
perbandingan atau menghubungkan variabel lain.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dan digunakan untuk mendukung penulisan adalah
data sekunder. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari
dokumen-dokumen resmi serta sumber-sumber lainnya berupa data runtut waktu
(time series) yaitu APBD dan Laporan Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan
Tahun 2003-2007.
C. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan untuk menganalisis penelitian ini adalah metode
dengan pendekatan kualitatif yaitu analisis deskriptif yang didasarkan pada
penggambaran yang mendukung analisa tersebut, analisis ini menekankan pada
pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan
kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan rinci yang
sifatnya menjelaskan secara uraian atau dalam bentuk kalimat.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
1) Analisis Kinerja Pendapatan
Dalam melakukan analisis pendapatan dapat dilakukan dalam bentuk rasio
dengan menggunakan rumus:
1. Analisis Varians (Selisih) Pendapatan
2. Analisis Pertumbuhan Pendapatan
3. Analisis Rasio Keuangan
a. Rasio Derajat Desentralisasi
b.
b. Rasio Kemandirian Keuangan
c. Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Daerah
Sedangkan untuk rumus rasio efisiensi adalah :
d. Derajat Kontribusi PAD
Rasio Kemandirian Keuangan = Pendapatan Asli Daerah x 100 % Total Pendapatan Daerah
Rasio Efesiensi = Biaya Pemungutan Pajak Daerah x 100 % Realisasi Pajak Daerah
RasioEfektivitas = Realisasi Pajak Daerah x 100 % Target Pajak Daerah
Derajat Kontribusi PAD = Penerimaan Bagian Laba BUMD x 100 % Penerimaan PAD
Pertumbuhan PAD Tahun t = PAD Tahun t – PAD Tahun t-1 x 100% PAD Tahun t-1
Derajat Desentaralisasi = Pendapatan Asli Daerah x 100 % Total Pendapatan Daerah
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
2) Analisis Kinerja Belanja
1. Analisis Varians (Selisih Belanja)
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
3. Analisis Keserasian Belanja
a. Analisis Belanja Rutin dan Pembangunan terhadap Total Belanja
b. Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja dan Belanja Modal terhadap
Total Belanja
c. Analisis Belanja Langsung dan Tidak Langsung terhadap Total Belanja
Sementara itu, rasio belanja tidak langsung dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan PAD Tahun t = Belanja Tahun t – Belanja Tahun t-1 x 100 % Belanja Tahun t-1
Rasio Belanja Rutin terhadap Belanja Total Belanja Rutin = x100 % Total Belanja
Rasio Belanja Operasi terhadap Total Belanja = Total Belanja Operasi x100% Total Belanja
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja = Total Belanja Modal x100% Total Belanja
Rasio Belanja Pembangunan terhadap Belanja = Total Belanja Rutin x100 % Total Belanja
Rasio Belanja Langsung Total Belanja Langsung terhadap Total Belanja = x 100% Total Belanja
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
4. Rasio Efisiensi Belanja
D. Lokasi dan Jadwal Penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada instansi pemerintah daerah yang berkompeten
dalam pengelolaan keuangan daerah antara lain, Dinas Pendapatan Daerah yang
teletak di Jalan A. H Nasution, Kantor Pemerintah Kota Medan (Bagian
Keuangan) yang terletak di Jalan Raden Saleh Medan. Penelitian ini seperti
jadwal berikut:
Tabel 3 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Februari Maret April Mei Juni
Pengajuan Proposal V
Pencarian Data Awal V
Penyelesaian Proposal V
Penyerahan Proposal Pada Pembimbing V
Bimbingan dan Perbaikan Proposal V
Seminar Proposal V
Pengumpulan dan Pengolahan Data V V
Analisis Data V
Rasio Belanja Tidak Langsung = = Total Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja x 100% Total Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = Realisasi Belanja x 100 % Anggaran Belanja
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Bimbingan Skripsi V V
Penyelesaian Skripsi V
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Medan
Keberadaan Kota Medan dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri
tahun 1590 oleh Guru Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun
1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari
Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan
perpindahan ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis ke Medan, tahun
1887, sebelum akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin
oleh seorang Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota
medan sejak awal memposisikannya menjadi jalur lalu lintas perdagangan.
Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta adanya
Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam awal
perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai Pusat
Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu. Sedang dijadikanya Medan sebagai
ibukota Deli juga telah mendorong kota Medan berkembang menjadi pusat
pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota,
juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota
Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang
menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September
1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota
Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri
dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang
sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor
140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran
Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996
tanggal 30 September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya
Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali,
dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan
perkembangan administratif ini, Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis,
demografis dan sosial ekonomis.
Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan
langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan
kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan
lain-lain. Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah
Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Kabupaten Deli
Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
(SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara
geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam
seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli
Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota
Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan
kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan
daerah-daerah sekitarnya.
Secara demografis Kota Medan diperkirakan memiliki pangsa pasar
barang/jasa yang relatif besar. Jumlah penduduk Kota Medan mengalami
peningkatan dari 2,036 juta jiwa pada tahun 2005 menjadi 2,067 juta jiwa pada
tahun 2006 dan 2,083 juta jiwa pada tahun 2007. Dari tahun ke tahun laju
pertumbuhan mengalami peningkatan dari 1,50 persen pada tahun 2005
meningkta menjadi 1,53 persen pada tahun 2006, dan menurun kembali menjadi
0,77 persen pada tahun 2007.
Secara ekonomis, struktur ekonomi Kota Medan didominasi sektor tertier dan
sekunder. Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha
terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada
tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor
sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan
usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34
persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub
sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen. Kontribusi tersebut tidak
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
mengalami perubahan berarti bila dibandingkan dengan kondisi tahun 2006.
Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70 persen, sekunder sebesar
28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-masing lapangan usaha
yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran sebesar 25,98 persen, sektor
transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen, industri jasa pengolahan
sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota
Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen
dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing masing lapangan usaha yang
dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha
perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar
19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.
Secara sosial, kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan,
kemiskinan, keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya merupakan faktor
penunjang dan penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Kemiskinan
merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks
dan multi dimensional yang fenomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang
saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi,
gender dan kondisi lingkungan.
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera Utara,
kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Masing-masing daerah otonom pada dasarnya memiliki pemerintahan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
daerah. Adanya pemerintahan daerah berkonsekuensi adanya Pemerintah Daerah.
Pemerintah Daerah Kota Medan adalah Walikota Medan beserta perangkat daerah
otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. Secara garis
besar struktur organisasi Pemerintah Kota Medan, dapat digambarkan sebagai
berikut:
STUKTUR ORGANISASI
Gambar 4 Stuktur Organisasi Pemerintah Kota Medan
Sumber : www.pemkomedan.go.id
Fungsi Pemerintah Kota Medan pada dasarnya dapat dibagi ke dalam lima (5)
sifat, yaitu : ( 1) Pemberian pelayanan, (2) Fungsi pengaturan (penetapan perda),
(3) Fungsi pembangunan, (4) Fungsi perwakilan (dengan berinteraksi dengan
Pemerintah Propinsi /Pusat), (5) Fungsi koordinasi dan perencanaan
pembangunan kota. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan desentralisasi dan
WALIKOTA DAN
WALIKOTA
SEKERTARIS DAERAH
DPRD
SEKERTARIS DPRD
ASISTEN DINAS BADAN
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
otonomi daerah, Pemerintah Kota Medan menyelenggarakan 2 (dua) bidang
urusan yaitu :
1) Urusan pemerintahan teknis yang pelaksanaannya diselenggarakan oleh Dinas-
Dinas Daerah.
2) Urusan Pemerintahan Umum, yang terdiri dari:
• Kewenangan mengatur yang diselenggarakan bersama-sama dengan
DPRD dan Badan Legislatif Kota Medan.
• Kewenangan yang bersifat mengatur ( segala sesuatu yang dicakup dalam
kekuasaan melaksanakan kesejahteraan umum), yang diselenggarakan oleh
Walikota/Wakil Walikota, sebagai pimpinan tertinggi Badan Eksekutif
Kota Medan.
Berdasarkan fungsi dan kewenagan tersebut, Walikota Medan membawahi
(Pimpinan Eksekutif Tertinggi) seluruh Instansi pelaksana Eksekutif Kota
Medan.
B. Gambaran Perekonomian dan Keuangan Daerah Kota Medan
Struktur ekonomi kota Medan adalah semi industri lokal. Secara keseluruhan,
pada tahun 2006 sektor tersier memberikan kontribusi terbesar yaitu 68,70 %
terhadap PDRB dan sektor skunder memberikan kontribusi terhadap PDRB
sebesar 28,31% dan sektor primer hanya memberikan kontribusi sebesar 2,97%.
Lapangan usaha yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan
PDRB Kota Medan selama periode tahun 2004-2006 adalah sektor
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
perdagangan/hotel/restoran, disusul oleh sektor transportasi/telekomunikasi,
sektor industri pengolahan dan sektor keuangan/jasa. Hal ini mengindikasikan
bahwa perekonomian Kota Medan digerakkan sektor-sektor tersier dan sekunder
secara dominan.
Berdasarkan perbandingan peranan dan kontribusi antar lapangan usaha
terhadap PDRB pada kondisi harga berlaku tahun 2005-2007 menunjukkan, pada
tahun 2005 sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 70,03 persen, sektor
sekunder sebesar 26,91 persen dan sektor primer sebesar 3,06 persen. Lapangan
usaha dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran menyumbang sebesar 26,34
persen, sub sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen dan sub
sektor industri pengolahan sebesar 16,58 persen.
Kontribusi tersebut tidak mengalami perubahan berarti bila dibandingkan
dengan kondisi tahun 2006. Sektor tertier memberikan sumbangan sebesar 68,70
persen, sekunder sebesar 28,37 persen dan primer sebesar 2,93 persen. Masing-
masing lapangan usaha yang dominan yaitu perdagangan, hotel dan restoran
sebesar 25,98 persen, sektor transportasi dan telekomunikasi sebesar 18,65 persen,
industri jasa pengolahan sebesar 16,58 persen dan jasa keuangan 13,41 persen.
Demikian juga pada tahun 2007, sektor tertier mendominasi perekonomian Kota
Medan, yaitu sebesar 69,21 persen, disusul sektor sekunder sebesar 27,93 persen
dan sektor primer sebesar 2,86 persen. Masing masing lapangan usaha yang
dominan memberikan kontribusi sebesar 25,44 persen dari lapangan usaha
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
perdagangan/hotel/restoran, lapangan usaha transportasi/telekomunikasi sebesar
19,02 persen dan lapangan usaha industri pengolahan sebesar 16,28 persen.
Tabel 4.1 Statistik Ekonomi Kota Medan
Tahun 2005-2007 No. INDIKATOR SATUAN TAHUN
2005 2006)* 2007**) [1] [2] [3] [4] [5] [6] 1 PDRB (ADH berlaku) Milyar (Rp) 42.792,45 48.849,95 55.455,58 2 PDRB (ADH konstan) Milyar (Rp) 25.257,42 27.234,45 29.352,92 3 PDRB Perkapita
ADHB Jutaan (Rp) 20,91 26,63 26,62
4 PDRB Perkapita ADHK
Jutaan (Rp) 12,35 13,17 14,09
5 Pertumbuhan Ekonomi Persen (%) 6,98 7,76 7,78 6 Inflasi Persen (%) 22,91 5,97 6,50 7 Eksport (FOB) Milyar
(US$) 3,86 4,52 5,50
8 Impor (CIF) Milyar (US$)
1,00 1,77 1,50
9 Surplus Perdagangan Milyar (US$)
2,86 3,35 4,10
10 Investasi Milyar (Rp) 9.867,31 8.177,63 9.049,71 Sumber: www.pemkomedan.go.id Keterangan : *) Angka Perbaikan **) Angka Sementara Tabel Diatas menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat pertumbuhan
PDRB Kota Medan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penurunan inflasi serta
peningkatan surplus perdagangan dan minat untuk melakukan investasi di Kota
Medan. Semakin baik keadaan ekonomi masyarakat, maka aktivitas perdagangan
dan investasi di Kota Medan semakin kondusif.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Undang- Undang Nomor : 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah
memberikan kewenangan penyelenggaraan pemerintahan daerah yang lebih luas,
nyata dan bertanggung jawab. Adanya perimbangan tugas, fungsi dan peran antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tersebut berkonsekuensi, masing-
masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus memiliki
sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-
masing daerah akan dapat lebih maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif.
Untuk mendukung penyelenggaraan kewenangan, peran, fungsi, dan
tanggung jawabnya. Pemerintah Kota Medan memiliki beberapa sumber
pendapatan pokok, yaitu : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), (2) Dana
Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah, (4) Lain- lain penerimaan yang sah. Sebagai
daerah yang perkembangan ekonominya sangat didominasi sektor sekunder dan
tertier, sumber pendapatan asli daerah sebagian besar diperoleh dari hasil pajak
dan retribusi daerah. Bagi Pemerintah Kota Medan, pungutan pajak lebih
didefinisikan sebagai cara memberikan kesejahteraan umum (redistribusi
pendapatan) dari pada sekedar budgeter.
Walaupun ada kecenderungan peningkatan volume dalam PAD, namun
diakui 70% sumber penerimaan Kota Medan di sektor publik masih berasal dari
alokasi pusat (dana perimbangan / dana alokasi umum). Hal yang
menggembirakan dalam hal pembiayaan pembangunan kota adalah, jika
sebelumnya sebagian besar program pembangunan yang disediakan oleh
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
pemerintah pusat dialokasikan dalam bentuk dana Inpres (regional) maupun dana
DIP (sektoral), maka saat ini sebagian besar sudah dalam bentuk bantuan spesifik
(specific blok grant), dan blok grant yang lansung diterima dan dikelola oleh
daerah.
Pemanfaatan sebagian besar dana perimbangan tersebut oleh Pemerintah Kota
Medan digunakan untuk pengembangan jaringan infrastruktur kota terpadu,
termasuk pemeliharaannya. Dengan keterpaduan tersebut infrastruktur yang
dibangun benar–benar memperlancar arus barang dan jasa antar daerah sehingga
dapat menggerakkan kegiatan sosial ekonomi warga Kota Medan. Kegiatan
ekonomi yang berkembang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan Pemerintah Kota dalam pembiayaan pembangunan kota, sekaligus
memperkecil ketergantungan Pemerintah Kota kepada Pemerintah Pusat. Realisasi
APBD Pemerintah Kota Medan Lima Tahun Terakhir, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Realisasi APBD Pemerintah Kota Medan
Tahun 2003-2007 Tahun Realisasi 2003 1.079.834.024.000,00 2004 1.123.865.492.000,00 2005 1.228.649.091.079,96 2006 1.440.508.893.282,00 2007 1.751.826.795.575,00
Sumber : www.pemkomedan.go.id
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
C. Perhitungan dan Analisis Kinerja Pengelolaan APBD
1) Analisis Kinerja Pendapatan
Dengan menggunakan data APBD dan Realisasi APBD, dilakukan Analisis
Pendapatan dengan menggunakan cara analisis:
1. Analisis Varians (Selisih) Pendapatan.
Analisis varians (selisih) anggaran pendapatan dilakukan dengan cara
menghitung selisih antara realisasi pendapatan dengan yang dianggarkan.
Biasanya selisih anggaran sudah diinformasikan dalam Laporan Realisasi
Anggaran yang disajikan oleh pemerintah daerah. Informasi selisih anggaran
tersebut sangat membantu pengguna laporan dalam memahami dan menganalisis
kinerja pendapatan.
Dari analisis varians, secara umum kinerja pendapatan kota Medan dapat
dikatakan baik meskipun belum terlampauinya target anggaran. Hal ini
ditunjukkan dengan target anggaran pendapatan dari tahun 2003-2007 yang mana
rata-ratanya mencapai 96,59%. Persetanse paling tinggi pada tahun 2005 yaitu
sebesar 98,09%.
Dari sisi komponen pendapatan daerah, realisasi penerimaan PAD rata-rata
juga masih belum mencapai target yang ditetapkan. Komponen PAD yang
realisasinya diatas target untuk tahun 2005-2007 adalah Lain-Lain PAD yang sah
dengan masing-masing persentase yaitu 107,22% , 123,89% , 452,87%. Realisasi
pendapatan dari Dana Perimbangan dari tahun 2003-2007 rata-rata mencapai
98,12 %, kecuali untuk tahun 2007 yaitu 101,41%. Komponen Dana Perimbangan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
yang belum mencapai target anggaran untuk tahun 2003 yaitu Bagi Hasil
Pajak/Bukan Pajak 88,72%, untuk 2004 yaitu Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak
92,79% dan Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat
93,48%, untuk tahun 2005 yaitu Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 91,39%, dan tahun
2006 yaitu Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak 96,09% dan Bagi Hasil Pajak dan
Bantuan Keuangan dari Pemerintah Pusat 94,65%.
2. Analisis Pertumbuhan Pendapatan
Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Pertumbuhan Pendapatan
Tahun 2003-2007
Sumber : data diolah, 2009 Dari tabel perhitungan diatas, kinerja anggaran dari analisis pertumbuhan
pendapatan dan PAD Kota Medan tahun 2003-2007 cukup baik. Hal ini
ditunjukkan dari rata-rata pertumbuhan PAD yang positif yaitu 19 %.
Kecenderungan pertumbuhan PAD kota Medan dari tahun 2003-2007 mengalami
penurunan. Pertumbuhan yang negatif terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar -2 %.
Tahun PAD Pertumbuhan Total
Pendapatan
Pertumbuhan
2003 254.780.110.000,00 0,72 1.189.834.024.000,00 0,64
2004 279.955.257.000,00 0,10 1.123.865.492.000,00 (0,05)
2005 310.398.944.740,00 0,11 1.252.533.310.765,00 0,11
2006 329.981.270.115,00 0,06 1.440.508.893.282,00 0,15
2007 324.263.785.000,00 (0,02) 1.717.929.894.120,00 0,19
Rata-Rata 0,19 0,20
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Sementara itu pertumbuhan pendapatan juga menujukkan pertumbuhan yang
positif yang mana rata-rata 20 %. Akan tetapi untuk tahun 2004 pertumbuhannya
negatif yaitu – 5 %. Pertumbuhan pendapatan cenderung fluktuatif.
3. Analisis Rasio Keuangan
1. Derajat Desentralisasi
Tabel 4.4 Derajat Desentralisasi
Tahun 2003-2007 Tahun PAD Pendapatan daerah Rasio Derajat
Desentralisasi
2003 254.780.110.000,00 1.189.834.024.000,00
0,214
2004 279.955,257.000,00 1.123.865.492.000,00 0,249
2005 310.398.944.740,00 1.252.533.310.765,00 0,247
2006 329.981.270.115,00 1.440.508.893.282,00 0,229
2007 324.263.785.000,00 1.717.929.894.120,00 0,188
Rata-rata 0,225
Sumber: data diolah , 2009
Dari perhitungan diatas terlihat bahwa derajat desentralisasi Kota Medan
dapat dikatakan rendah. Rata-rata tingkat derajat desentralisasi pada tahun 2003-
2007 yaitu 22,5 %. Ini berarti kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah Kota Medan untuk menggali dan
mengelola pendapatan masih rendah. Untuk itu kedepannya Kota Medan harus
lebih berupaya untuk dapat meningkatkan PAD nya baik dengan menggali potensi
baru ataupun mengembangkan potensi-potensi pendapatan yang sudah ada.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
2. Kemandirian Keuangan Daerah
Tabel 4.5 Kemandirian Keuangan
Tahun 2003-2007 Tahun PAD Bantuan Pemerintah
Pusat/Propinsi + Pinjaman Rasio
Kemandirian
2003 254.780.110.000,00 695.786.667.000,00 0,366
2004 279.955,257.000,00 804.974.597.000,00 0,347
2005 310.398.944.740,00 950.978.776.025,00 0,326
2006 329.981.270.115,00 1.110.527.623.167,00 0,297
2007 324.263.785.000,00 1.132.666.109.120,00 0,243
Rata-rata 0,315
Sumber: data diolah , 2009 Dari perhitungan diatas terlihat bahwa kemandirian keuangan Kota Medan
masih rendah dan mempunyai kecenderungan menurun. Rata-rata rasio
kemndirian yaitu hanya 31,5 %. Ini berarti Kota Medan masih ketergantungan
atas sumber dana baik dari pemerintah pusat/propinsi maupun pinjaman . Untuk
itu perlu adanya usaha pemerintah daerah untuk dapat mengurangi ketergantungan
atas sumber dana ekstern dan meminta kewenangan untuk dapat mengelola
sumber pendapatan lain yang sampai saat ini masih dikuasai pemerintah pusat
ataupun propinsi seperti Pajak Kendaraan Bermotor.
3. Efektivitas dan Efesiensi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan rasio efektivitas dan rasio
efisiensi PAD yang dicapai oleh Dinas Pendapatan Daerah adalah Pajak Daerah.
Hal ini karena terbatasnya data tentang potensi riil dari masing-masing sumber
PAD dan data biaya yang langsung maupun yang tidak langsung yang berkaitan
dengan pemungutan pendapatan daerah yang dilakukan dinas lain.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Tabel 4.6 Efektivitas Pajak Daerah
Tahun 2003-2007 Tahun Pajak Daerah Rasio Efektivitas
Rencana Realisasi
2003 134.390.416.000,00 132.234.571.980,45 0,983
2004 148.237.914.000,00 145.585.452.283,10 0,982
2005 179.691.577.640,00 178.113.363.793,22 0,991
2006 190.295.756.640,00 181.047.766.143,32 0,951
2007 181.084.130.000,00 180.793.101.981,48 0,998
Rata-rata 0,981
Sumber: data diolah , 2009 Dari tabel perhitungan diatas dapat dikatakan bahwa Dinas Pendapatan
Daerah cukup efektif dalam merealisasikan pajak daerah yang direncanakan
dengan rata-rata rasio efektivitas pajak daerah yaitu 98,1 %. Hal ini
menggambarkan kinerja yang baik.
Tabel 4.7 Efesiensi Pajak Daerah
Tahun 2003-2007 Tahun Biaya Pemungutan Realisasi
Penerimaan Pajak Rasio
Efesiensi Rencana Realisasi
2003 4.994.500.000,00 4.791.883.650,00 132.234.571.980,45 0,036
2004 7.641.000.000,00 7.641.000.000,00 145.585.452.283,10 0,052
2005 8.385.345.900,00 8.127.840.120,77 178.113.363.793,22 0.045
2006 8.171.506.057,00 7.697.371.424,00 181.047.766.143,32 0,042
2007 10.656.758.933,00 8.627.132.269,00 180.793.101.981,48 0,047
Rata-rata 0,044
Sumber: data diolah , 2009
Dari tabel perhitungan diatas terlihat bahwa tingkat efisiensi rata-rata pajak
daerah adalah 4,4 %. Hal ini menujukkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah sangat
efisien dalam menggunakan biaya pemungutan pajak untuk dapat merealisasikan
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
pendapatan pajak yang diterima. Tingkat efsiensi rata-rata pajak yang dicapai
Dinas Pendapatan Daerah tidak melewati 5 % yang menjadi standar biaya
pemungutan yang telah ditetapkan.
4. Derajat Kontribusi BUMD
Tabel 4.8 Derajat Kontribusi BUMD
Tahun 2003-2007 Tahun Bagian laba
BUMD Penerimaan PAD Derajat Kontribusi
BUMD
2003 1.061.675.000,00 254.780.110.000,00 0,004
2004 1.450.000.000,00 279.955,257.000,00 0,005
2005 1.450.000.000,00 310.398.944.740,00 0,004
2006 6.450.000.000,00 329.981.270.115,00 0,019
2007 4.150.000.000,00 324.263.785.000,00 0,012
Rata-rata 0,0088
Sumber: data diolah , 2009
Dari tabel perhitungan derajat kontribusi BUMD diatas menunjukkan bahwa
Perusahaan Daerah mampu memberikan kontribusi bagi PAD kota Medan hanya
sebesar 0,88 %. Hal ini menggambarkan dari tahun 2003-2007 Perusahaan daerah
kontribusi BUMD masih sangat kecil. Untuk itu sangat diharapkan kedepannya
BUMD dapat lebih berusaha untuk dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi
PAD sehingga PAD kota Medan dapat lebih meningkat.
2) Analisis Kinerja Belanja
1. Analisis Varians Belanja
Analisis varians memberikan informasi tentang perbedaan atau selisih antara
realisasi belanja dan anggaran. Pemerintah daerah dapat dinilai baik kinerja
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
belanjanya apabila realisasi belanjanya tidak melebihi target yang telah
ditetapkan. Sebaliknya jika realisasi belanja lebih besar dari jumlah yang
dianggarkan maka hal itu mengindikasikan adanya kinerja belanja yang kurang
baik.
Dari analisis varians secara umum kinerja pemerintah Kota Medan dapat
dikatakan baik karena dari tahun 2003 – 2007 realisasi belanja tidak ada yang
melebihi dari yang dianggarkan dimana persentasenya berturut-turut dari tahun
2003-2007 yaitu sebesar 92,57 %, 94,25 %, 94,03 %, 93,43 %, 79,50 %. Realisasi
belanja daerah yang paling rendah terjadi tahun 2007. Apabila seluruh kegiatan
yang direncanakan telah terlaksana, ini menunjukkan telah terjadinya
pengendalian anggaran yang ketat yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kota Medan, maka hal ini merupakan suatu prestasi bagi Kota Medan.
2. Analisis Pertumbuhan Belanja
Tabel 4.9 Pertumbuhan Belanja
Tahun 2003-2007 Tahun Belanja Daerah Tingkat Pertumbuhan
2003 1.215.604.923.000,00 0,716
2004 1.066.043.636.000,00 (0,123)
2005 1,219.659.901.765,00 0,144
2006 1.415.485.418.218,00 0,160
2007 1.751.826.795.575,00 0,275
Rata-rata 0,234
Sumber: data diolah , 2009 Dari tabel perhitungan diatas dapat terlihat bahwa pertumbuhan belanja Kota
Medan menunjukkan pertumbuhan yang positif meskipun untuk tahun 2004
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
pertumbuhannya negatif yaitu sebesar -12,3%. Kecenderungan pertumbuhan
belanja Kota Medan fluktuatif terlihat dari tahun 2003 sampai 2007 pertumbuhan
berturut-turut yaitu sebesar 71,6 %,-12,3 %,14,4 %, 16 %,27,5 %..
3. Analisis Keserasian Belanja
1. Rasio Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan terhadap Total Belanja
Tabel 4.10 Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan
Tahun 2003 Rasio : % Rasio
Rasio Belanja Rutin terhadap Total Belanja (Total Belanja Rutin / Total Belanja Daerah) x 100%
813.822.513.000,00
0,669 1.215.604.923.000,00
Rasio Belanja Pembangunan terhadap Total Belanja ( Total Belanja Pembangunan / Total Belanja Daerah) x 100%
401.782.410.000,00
0,330 1.215.604.923.000,00
Sumber: data diolah , 2009
Dari perhitungan rasio diatas terlihat bahwa untuk tahun 2003 sebagian besar
dana yang dimiliki pemerintah masih diprioritaskan untuk kebutuhan belanja rutin
sehingga rasio belanja pembangunan terhadap total belanja masih relatif kecil
yaitu sebesar 33 % di bandingkan dengan rasio belanja rutin yang sebesar 66,9 %.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
2. Rasio Belanja Operasi terhadap APBD dan Rasio Belanja Modal terhadap
Total Belanja
Tabel 4.11 Belanja Operasi dan Belanja Modal
Tahun 2004-2006 Tahun Rasio Belanja Operasi
terhadap Total Belanja (Total Belanja Operasi / Total Belanja) x 100 %
Rasio Belanja Modal terhadap Total Belanja (Total Belanja Modal / Total Belanja) x 100 %
% Rasio
2004 161.031.425.197,00 174.142.472.202.00 0,160 0,173
1.006.043.636.000,00 1.006.043.636.000,00
2005 173.553.283.915,00 212.568.132.482,00 0,142 0,174
1.219.659.901.765,00 1.219.659.901.765,00
2006 203.182.471.317,00 247.999.761.705,00 0,143 0,175
1.415.485.418.218,00 1.415.485.418.218,00
Rata – rata 0,148 0,174
Sumber: data diolah , 2009
Dari tabel perhitungan diatas dapat terlihat bahwa pada tahun 2004-2006
sebagian besar dana yang dialokasikan dari total belanja lebih besar untuk belanja
modal dibandingkan belanja operasi sehingga rasio belanja operasi realatif kecil
dari rasio belanja modal. Untuk belanja modal yaitu sebesar 17,4 % sedangkan
untuk belanja operasi yaitu sebesar 14,8 %. Ini menunjukkan bahwa total belanja
dari APBD lebih besar dialokasikan untuk penyediaan/pengadaan sarana dan
prasarana yang manfaatnya melebihi 1 tahun yang akan menambah aset atau
kekayaan daerah dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang disesuaikan
kebutuhan untuk meningkatkan pelayan dan kesejahteraan masyarakat.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3. Rasio Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Tabel 4.12 Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
Tahun 2007 Rasio % Rasio
Rasio Belanja Langsung terhadap Total Belanja (Total Belanja Langsung / Total Belanja Daerah) x 100%
1.025.348.248.289,00
0,585 1.751.826.795.575,00
Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Total Belanja ( Total Belanja Tidak Langsung / Total Belanja Daerah) x 100%
726.478.547.286,00
0,414 1.751.826.795.575,00
Sumber: data diolah , 2009
Dari tabel perhitungan diatas dapat terlihat bahwa untuk tahun 2007 sebagian
besar dana yang dimiliki pemerintah dialokasikan untuk belanja langsung
sehingga rasio belanja tidak langsung relatif kecil dibandingkan dengan rasio
belanja langsung. Rasio untuk belanja langsung yaitu sebesar 58,5 % sedangkan
rasio belanja tidak langsung yaitu sebesar 41,4 %. Ini menunjukkan bahwa dari
total belanja lebih besar dialokasikan untuk belanja yang terkait dengan program
dan kegiatan yang dilakukan pemerintah.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
4. Analisis Efesiensi Belanja Daerah
Tabel 4.13 Efisiensi Belanja Daerah
Tahun 2003-2007 Tahun Anggaran Belanja Realisasi Belanja Rasio Efesiensi
2003 1.215.604.923.000,00 1.125..322.388.684,72 0,920
2004 1.066.043.636.000,00 1.004.754.999.719,81 0,942
2005 1.219.659.901.765,00 1.146.819.824.075.06 0,940
2006 1.415.485.418.218,00 1.322.425.419.515,94 0,934
2007 1.751.826.795.575,00 1.392.698.096.687,55 0,744
Sumber: data diolah , 2009
Dari tabel perhitungan diatas terlihat bahwa pemerintah Kota Medan telah
melakukan efisiensi belanja yang dibuktikan dengan rasio efisiensi pada tahun
2003 – 2007 berada dibawah 100 %, dengan rata-rata 74,4 %. Ini menunjukkan
kinerja pemerintah Kota Medan baik.
3) Analisis Pembiayaan
Salah satu pos yang paling urgen untuk dianalisis dalam pembiayaan ini
adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA). Makin besarnya SILPA yang
diperoleh dari suatu anggaran dapat dijadikan salah satu indikator kurang tepatnya
penyajian suatu rencana anggaran.
Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, kinerja pemerintah Kota Medan
secara umum sudah baik terlihat dari SILPA yang bersaldo positif yang berarti
pemerintah Kota Medan sudah tepat dalam penyajian suatu rencana anggaran,
kecuali untuk tahun 2005 yang mana SILPAnya dalam realisasi lebih tinggi dari
anggarannya yaitu sebesar Rp 617.552.686,40.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan:
1. Kinerja pendapatan pemerintah Kota Medan dilihat analisis varians, secara
umum dapat dikatakan cukup baik meskipun belum terlampauinya target
anggaran, dimana dari tahun 2003-2007 rata-ratanya hanya mencapai 96,59%.
2. Kinerja pendapatan pemerintah Kota Medan dilihat dari analisis pertumbuhan
pendapatan Kota Medan tahun 2003-2007 cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari
rata-rata pertumbuhan Pendapatan dan PAD yang positif yaitu 20 % dan 19 %
Pertumbuhan PAD kota Medan dari tahun 2003-2007 cenderung mengalami
penurunan, sementara itu pertumbuhan pendapatan cenderung fluktuatif.
3. Kinerja pendapatan dilihat dari analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa
derajat desentralisasi Kota Medan dapat masih rendah dengan rata-rata pada
tahun 2003-2007 yaitu 22,5 %; Kemandirian keuangan Kota Medan masih
rendah dan mempunyai kecenderungan menurun dengan rasio kemandirian
rata-rata yaitu hanya 31,5 %; Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Dinas
Pendapatan daerah cukup efektif dalam merealisasikan pajak daerah yang
direncanakan dengan rata-rata rasio efektivitas pajak daerah yaitu 98,1 %;
Dinas Pendapatan Daerah sangat efisien dalam menggunakan biaya
pemungutan pajak untuk dapat merealisasikan pendapatan pajak yang diterima
dengan tingkat efisiensi rata-rata pajak daerah adalah 4,4 % ; derajat kontribusi
BUMD terhadap PAD masih sangat kecil yaitu sebesar 0,88 %.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
4. Kinerja belanja pemerintah Kota Medan dilihat dari analisis varians secara
umum kinerja pemerintah Kota Medan dapat dikatakan baik karena dari tahun
2003 – 2007 realisasi belanja tidak ada yang melebihi dari yang dianggarkan
dimana persentasenya berturut-turut dari tahun 2003-2007 yaitu dengan rata-
rata sebesar 90,75%.
5. Pertumbuhan belanja Kota Medan menunjukkan pertumbuhan yang positif
dengan rata-rata 23,4 % dan pertumbuhannya cenderung fluktuatif.
6. Sebagian besar pendapatan daerah Kota Medan untuk tahun 2003 dialokasikan
ke belanja rutin yaitu sebesar 66,9 %; Untuk tahun 2004-2006 dialokasikan
lebih besar ke belanja modal dibandingkan belanja operasi yaitu sebesar 17,4
%; Untuk tahun 2007 dialokasikan lebih besar untuk belanja langsung yaitu
sebesar 58,5 %.
7. Kinerja pemerintah Kota Medan dari analisis pembiayaan secara umum sudah
baik terlihat dari SILPA yang bersaldo positif yang berarti pemerintah Kota
Medan sudah tepat dalam penyajian suatu rencana anggaran, kecuali untuk
tahun 2005.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan dari berbagai faktor, antara lain :
1. Periode penelitian ini hanya terbatas untuk tahun 2003-2007.
2. Penelitian ini hanya dilakukan dilakukan hanya pada salah satu kota di
Sumatra Utara yaitu Kota Medan.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
3. Terbatasnya data tentang potensi riil dari masing-masing sumber PAD dan
data biaya yang langsung maupun yang tidak langsung yang berkaitan dengan
pemungutan pendapatan daerah yang dilakukan dinas lain.
C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mencoba memberikan saran sebagai
berikut:
1. Bagi Pemerintah Kota Medan
1) Pemerintah Kota Medan perlu lebih berusaha untuk dapat meningkatkan
Pendapatan Asli Daerahnya (PAD) melalui penggalian potensi-potensi baru
daerah dan pengembangan potensi daerah baik dengan melakukan intensifikasi
maupun ekstensifikasi. Intensifikasi dapat dilakukan antara lain dengan cara
sebagai beikut:
a. Melaksanakan tertib penetapan pajak yang harus dibayar oleh wajib pajak,
tertib dalam pemungutan kepada wajib pajak, tertib dalam administrasi
serta tertib dalam penyetoran.
b. Melaksanakan secara optimal pemungutan pajak dan retribusi daerah
sesuai dengan potensi yang obyektif berdasarkan peraturan yang berlaku.
c. Melakukan pengawasan dan pengendalian secara sistematis dan
berkelanjutan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan dalam
pelaksanaan pemungutan PAD oleh aparatur.
d. Mengadakan pendekatan persuasif kepada wajib pajak agar memenuhi
kewajibannya melalui kegiatan penyuluhan, dan lain sebagainya.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
Ekstensifikasi dapat dilaksanakan antara lain dengan cara sebagai berikut:
a. Menyusun program kebijaksanaan dan strategi pengembangan dan
menggali obyek pungutan baru yang potensial dengan lebih memprioritaskan
kepada retribusi daeah untuk ditetapkan dan dijabarkan dalam peraturan
daerah.
b. Meninjau kembali ketentuan tarif dan pengembangan sasaran sesuai
dengan peraturan daerah yang ada dan mengkaji ulang peraturan daerah
yang diajukan perubahan.
c. Mengadakan studi banding ke daerah lain guna mendapatkan informasi
terhadap jenis-jenis penerimaan pajak dan retribusi lain yang
memungkinkan untuk dikembangkan, dan lain sebagainya.
2) Pemerintah Kota Medan untuk dapat meningkatkan kinerjanya hendakya
tidak hanya berfokus dalam meningkatkan PAD saja dengan penetapan
tarif pajak atau retribusi yang dapat membebankan masyarakat.
Pemerintah seharusnya dapat meningkatkan investasi dengan memberikan
insentif bagi investor yang akan menginvestasikan modalnya ke Kota
Medan seperti dengan memberikan keamanan dalam berinvestasi, bunga
yang lebih tinggi, dan lain sebagainya. Dengan meningkatnya investasi
maka dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dimana jika
pertumbuhan ekonomi meningkat PAD juga dapat meningkat.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah tahun penelitian agar
analisis terhadap kinerja pemerintah agar dapat mendapatkan gambar kinerja
pemerintah yang jelas. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk menambah
rasio-rasio yang dapat digunakan dalam menganalisis kinerja pemerintah daerah.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
DAFTAR PUSTAKA Adhim, Mohammad, 2008.Analisis Kinerja Anggaran Pemerintah dan Kaitannya
dengan Perekonomian Daerah di Kabupaten sarolangun.(Thesis S2). Universitas Negeri Jambi.
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga,
Jakarta. Erlina, Sri Mulyadi, 2007. MetodePenelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan
Manajemen. USU Press, Medan. Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi, Salemba Empat,
Jakarta. Mahmudi, 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UUP STIM YKPN,
Yogyakarta. Mardiasmo, 2005. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Nordiawan, Dedi, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta. Rosalina, Eka. 2008. Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah Anggaran
Pendapatandan Belanjadaerah (Studi Kasus di Propinsi Sumatra Barat.(Thesis S2). Universitas Gadjah Mada.
Sugiyono, 2006. Statiska Untuk Penelitian. Cetakan Sembilan, CV Alfabeta,
Bandung. Yuwono, S., I.T. Agus, dan Hariyandi. 2005. Penganggaran Sektor Publik,
Pedoman Praktis, Penyusunan, Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban APBD (Berbasis Kinerja). Bayumedia Publising, Malang.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara, Departemen Akuntansi, 2004. Buku
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi. Medan.
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
Negara. ,Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah.
Addina Marizka : Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Pemerintah Kota Medan, 2010.
,Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
,Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbedaharaan Negara dan Inteprestasinya. ,Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah. ,Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan. ,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. ,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 tahun 2006
tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2007.
, Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman
Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah.
http.pemkomedan.go.id
Recommended