View
97
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Kronologis
Pengaturan apotik telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda berdasarkan “Het Reglement op de Dienst der Volksgezoindheid” disingkat “Reglement DVG” (Stbld. 1882 No. 97 sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan St. 1949 No. 228)
Apotik bahkan pernah diatur oleh peraturan perundang-undangan tingkat Undang-undang, yaitu UU No. 3/1953 tentang Pembukaan Apotik (LN 1953 No. 18)
Kronologis
Pada tahun 1960 Pemerintah menetapkan UU No. 9/1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan yang memerintahkan pembuatan peraturan perundang-undangan untuk menggantikan semua ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan berdasarkan Reglement DVG.
Sebagai pelaksanaannya, a.l. ditetapkan UU No. 7/1963 tentang Farmasi.
Sebagai peraturan pelaksanaan UU No. 7/1963 ditetapkan PP No. 26/1965 tentang Apotik. Peraturan ini kemudian diubah dengan PP No.25/1980.
Apotik adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran obat kepada masyarakat
Menteri Kesehatan kemudian menetapkan peraturan pelaksanaannya, yaitu Permenkes No. 26/Menkes/Per/I/1981 tentang Pengelolaan dan Perizinan Apotik, yg mengatur : Pengelolaan Resep Penandaan Waktu Kerja Penanggung jawab Persyaratan Apotik Perizinan Pengawasan Sanksi
Kronologis
Sebagai pelaksanaan Permenkes No. 26/Menkes/Per/I/1981 berturut-turut ditetapkan 3 (tiga) Keputusan Menteri Kesehatan berkaitan dengan apotik, yaitu:
1. Kepmenkes No. 278/Menkes/SK/V/1981
tentang Persyaratan Apotik 2. Kepmenkes No. 279/Menkes/SK/V/1981
tentang Ketentuan dan Tata Cara Perizinan Apotik
3. Kepmenkes No. 280/Menkes/SK/V/1981 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengelolaan Apotik
Untuk lebih menyederhanakan, Menteri Kesehatan kemudian menetapkan Permenkes No. 244/Menkes/Per/V/1990 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik yang mencabut 4 (empat) peraturan perundang-undangan sebelumnya. Pada Oktober 1993, Pemerintah menetapkan kebijakan deregulasi yang terkenal dengan Deregulasi Oktober „93, di mana ditetapkan Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan Dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik
Batasan Apotek
Apotek : suatu tempat tertentu dimana dilakukan usaha2 dlm bidang farmasi Dan pekerjaan kefarmasian (PP No.26 Thn 1965)
Apotek : suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan Penyaluran obat kepada masyarakat (PP No.25 thn 1980)
Apotek : suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan Penyaluran perbekalan farmasi kepada masyarakat (Permenkes No.922 th 1993)
Apotek : suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan
Penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat (Kepmenkes No.1332 thn 2002, Kepmenkes No.1027 thn 2004)
Otonomi daerah dan Apotik
Otonomi Daerah yang ditandai dgn diundangkannya UU No. 22/1999 dan restrukturisasi organisasi Departemen Kesehatan menjadikan kondisi yang ada tidak sesuai lagi dengan Permenkes tersebut.
Oleh karena itu, Menteri Kesehatan kemudian menetapkan Kepmenkes No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Permenkes No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotik.
Perizinan Apotik (Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002)
Diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Persyaratan : Bangunan
Sarana
Ruangan
Kelengkapan bangunan
Perlengkapan
Tenaga Kesehatan APA
Apt. Pendamping
AA
Pengelolaan (Pasal 10 Permenkes 922/Menkes/Per/X/1993)
Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat;
Pengadaan penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya;
Pelayanan Informasi mengenai perbekalan farmasi.
Pengelolaan
Pemusnahan Perbekalan Farmasi (Kepmenkes
1332/Menkes/SK/X/2002)
Kriteria Obat yg dapat diserahkan tanpa resep (Permenkes 919/MenkesPer/X/1993)
Obat Wajib Apotik No. 1, Obat Keras yg dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik (Kepmenkes 347/Menkes/SK/VII/1990)
Obat Wajib Apotik No. 2, Obat Keras yg dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik (Kepmenkes 924/Menkes/Per/X/1993)
Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin. (Kepmenkes 1332/Menkes/SK/X/2002)
Pabrik Farmasi dapat menyalurkan hasil produksinya
langsung ke PBF, Apotik, Toko Obat dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. (Permenkes 918/Menkes/Per/X/1993)
Apotik dilarang membeli atau menerima bahan baku obat selain dari PBF Penyalur Bahan Baku Obat PT. Kimia Farma dan PBF yang akan ditetapkan kemudian. (Permenkes 287/Menkes/SK/XI/76 ttg Pengimporan, penyimpanan dan penyaluran bahan baku obat)
Penyimpanan Resep
SK Menkes No. 704/Ph/63/b Tgl. 14/2/63
Disimpan selama 3 tahun berdasarkan nomor urut dan tanggal pembuatan
Pemusnahan resep hanya boleh dengan jalan pembakaran
Pemusnahan dengan membuat BAP
Apoteker
Apoteker pengelola apotek adalah apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA)
Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di Apotek disamping apoteker pengelola apotek dan atau menggantikannya pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek
Apoteker pengganti adalah apoteker yang menggantikan apoteker pengelola apotek selama apoteker pengelola apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan Tidak bertindak sebagai apoteker pengelola apotek di apotek lain (Kepmenkes No.1332 thn 2002)
Persyaratan APA
Menurut Permenkes No.922 thn 1993 pasal 5 dan Kepmenkes NO.1332 thn 2002 pasal 19 syarat menjadi APA, Apt pendamping, Apt pengganti sama, yakni :
a. Ijazahnya telah terdaftar pada Dep. Kesehatan b. Telah mengucapkan Sumpah/Janji sebagai apoteker c. Memiliki Surat Ijin Kerja dari Menteri d. Memenuhi Syarat2 kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya, sebagai apoteker e. Tdk bekerja di suatu perusahaan farmasi & tdk
menjadi Apt pengelola apotek di apotek lain.
Surat Izin Apotek (SIA)
Tata cara mendapatkan SIA Pada Kepmenkes No.1332 thn 2002
Pasal 7 Pencabutan SIA (pasal 25 Kepmenkes No.1332 thn 2002) : Apoteker sudah tdk lagi memenuhi ketentuan dimaksud pasal 5
Permenkes No.922 thn 1993 Apoteker tdk memenuhi kewajiban dimaksud dlm pasal 12 dan pasal 15
ayat 2 dan atau APA terkena ketentuan dimaksud pasal 19 ayat 5 (apabila APA
berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 thn secara terus menerus, SIA atas nama Apoteker bersangkutan dicabut.
Terjadi pelanggaran thd ketentuan peraturan perundang-undangan, sbgmn dimaksud pasal 31 (Pelanggaran thd UU obat keras, UU No.22 Thn 1992, UU No.22 Thn 1997, UU No.5 Thn 1997 serta ketentuan peraturan perundang-undangan yg lain) dan atau
SIK APA dicabut dan atau PSA terbukti terlibat dlm pelanggaran perundang-undangan di bidang
obat APotek tidak lagi memenuhi persyaratan dimaksud pasal 6 (Permenkes
No.922 Thn 1993 BAB IV tentang persyaratan Apotek)
Apotek Panel
ADALAH APOTIK YANG BEKERJA SAMA DENGAN PBF DALAM MENDISTRIBUSIKAN OBAT KERAS KEPADA PIHAK-PIHAK YANG DIINGINKAN OLEH PBF.
PIHAK TERSEBUT ADALAH :
1. DOKTER ,
2. RUMAH SAKIT TANPA APOTEKER YANG DIVISUM ;
3. POLIKLINIK ATAU KLINIK TANPA APOTEKER YANG DIVISUM ;
4. PARAMEDIS ;
5. TOKO OBAT ;
6. PERORANGAN ATAU FREELANCE
DENGAN KATA LAIN, APOTIK PANEL MENJADI PERPANJANGAN FUNGSI DARI PBF
Apotik Panel
TIPE APOTIK PANEL :
1. MR PABRIK MENCARI ORDER, APOTIK AKTIF MENGIRIM OBAT DAN MELAKUKAN PENAGIHAN, PBF MEMBERI “BACK UP”.
2. SALESMAN APOTIK MENCARI ORDER, MENGIRIM OBAT DAN
MELAKUKAN PENAGIHAN, PBF MEMBERI “BACK UP”.
3. MR PABRIK MENCARI ORDER, PBF MENGAMBIL ALIH TUGAS APOTIK SELURUHNYA DALAM MENGIRIM DAN MELAKUKAN PENAGIHAN, APOTIK PASIF TOTAL.
4. MR PABRIK MENCARI ORDER, PBF MENGAMBIL ALIH SEBAGIAN TUGAS APOTIK DALAM MENGIRIM OBAT DAN MELAKUKAN PENAGIHAN.
a. Medical Representative (MR) yang seharusnya hanya mempromosikan obat ke dokter/klinik, melakukan juga tugas salesman, yaitu menawarkan penjualan obat ke dokter/klinik.
b. Dokter menuliskan pesanan melalui resep.
c. Oleh MR resep dibawa ke apotik panel.
d. Apotik panel membuat Surat Pesanan resmi ke PBF .
e. PBF menjual obat ke apotik dengan diskon khusus. Diskon biasanya 5% lebih besar dari diskon reguler.
f. Apotik mencatatkan transaksi dalam administrasinya.
g. Apotik mengirimkan obat ke dokter/klinik dan selanjutnya melakukan penagihan ke pihak tsb.
h. Segala resiko yang timbul dari transaksi ditanggung apotik.
Kesalahan yang dilakukan ::
a. MR melakukan fungsi pencarian order yang merupakan fungsi distribusi.
b. Penyalahgunaan arti “R/” dalam “ resep”. Penulisan resep tanpa nama pasien dan cara pakai.
APOTIK PANEL TIPE – 1 MR PABRIK MENCARI ORDER, APOTIK AKTIF MENGIRIM OBAT DAN
MELAKUKAN PENAGIHAN, PBF MEMBERI “BACK UP”.
INDUSTRI FARMASI P B F
A P O T I K
DOKTER KLINIK TOKO OBAT
MR
1. PENAWARAN
2. PEMESANAN
3. PENYAMPAIAN
4. PEMESANAN RESMI
5. PENJUALAN
6. PENJUALAN DAN PENAGIHAN
APOTIK PANEL – TIPE 1
a. Salesman Apotik secara aktif mencari order pesanan obat ke dokter/klinik, paramedis dan toko obat.
b. Dokter menuliskan pesanan melalui resep. c. Apotik panel membuat Surat Pesanan resmi ke PBF . d. PBF menjual obat ke apotik dengan diskon khusus. Diskon biasanya 5%
lebih besar dari diskon reguler. e. Apotik mencatatkan transaksi dalam administrasinya. f. Apotik mengirimkan obat ke dokter/klinik dan selanjutnya melakukan
penagihan ke pihak tsb. g. Segala resiko yang timbul dari transaksi ditanggung apotik.
APOTIK PANEL TIPE – 2 SALESMAN APOTIK MENCARI ORDER, MENGIRIM OBAT DAN MELAKUKAN
PENAGGIHAN, DAN PBF MEMBERI “BACK UP”.
P B F
A P O T I K
DOKTER & KLINIK
3. PEMESANAN RESMI
4. PENJUALAN
1. PENAWARAN
APOTIK PANEL – TIPE 2
2. PESANAN 5. PENGIRIMAN & PENAGIHAN
a. Apotik menyerahkan blanko Surat Pesanan Obat, Faktur Penjualan Apotik dan stempel apotik kepada PBF.
b. Medical Representative (MR) yang seharusnya hanya mempromosikan obat ke
dokter/klinik, melakukan juga tugas salesman, yaitu menawarkan penjualan obat ke dokter/klinik.
c. Dokter menuliskan pesanan melalui resep. d. MR menyerahkan resep kepada PBF. e. PBF menyelesaikan administrasi transaksi seolah-olah pesanan dari Apotik f. PBF menyerahkan Faktur Penjualan Asli ke apotik, memberi kesan apotik sebagai
pihak pembeli. g. Apotik mencatatkan atau tidak mencatatkan transaksi dalam administrasinya. h. PBF mengirimkan obat ke dokter/klinik dengan memakai Faktur Penjualan
Apotik dan selanjutnya PBF melakukan penagihan ke pihak tsb. i. Apotik mendapat fee (biasanya 2 -2.5% dari total transaksi sebagai biaya
pemutihan
APOTIK PANEL TIPE – 3
MR PABRIK MENCARI ORDER, PBF MENGAMBIL ALIH TUGAS APOTIK DALAM MENGIRIM DAN MELAKUKAN PENAGIHAN, APOTIK PASIF
INDUSTRI FARMASI P B F
A P O T I K
DOKTER KLINIK TOKO OBAT
MR
1. PENAWARAN
2. PEMESANAN
APOTIK PANEL TIPE – 3
1. SP APOTIK 2. FAKTUR
APOTIK 3. STEMPEL
APOTIK
FAKTUR PBF
OBAT KERAS
a. Apotik menyerahkan blanko Surat Pesanan Obat, Faktur Penjualan Apotik kepada PBF, kecuali stempel.
b. Medical Representative (MR) yang seharusnya hanya mempromosikan obat ke dokter/klinik, melakukan juga tugas salesman, yaitu menawarkan penjualan obat ke dokter/klinik.
c. Dokter menuliskan pesanan melalui resep.
d. MR menyerahkan resep kepada PBF.
e. PBF menyelesaikan administrasi transaksi seolah-olah pesanan datang dari apotik. Berkas administrasi dibawa ke apotik.
f. Apotik membubuhkan STEMPEL Surat Pesanan Obat, Faktur Penjualan PBF ke Apotik dan Faktur Penjualan Apotik ke Dokter/Klinik. Faktur Penjualan PBF diserahkan kepada pihak apotik.
g. PBF menyerahkan Faktur Penjualan ke apotik, memberi kesan apotik sebagai pihak pembeli.
h. Apotik mencatatkan atau tidak mencatatkan transaksi dalam administrasinya.
g. PBF mengirimkan obat ke dokter/klinik dengan memakai Faktur Penjualan Apotik dan selanjutnya PBF melakukan penagihan ke pihak tsb.
h. Apotik mendapat upah 2.5% dari total transaksi sebagai biaya pemutihan ini
APOTIK PANEL TIPE - 4 MR PABRIK MENCARI ORDER, PBF MENGAMBIL ALIH SEBAGIAN TUGAS
APOTIK DALAM MENGIRIM OBAT DAN MELAKUKAN PENAGIHAN.
INDUSTRI FARMASI P B F
A P O T I K
DOKTER KLINIK TOKO OBAT
MR
1. PENAWARAN
2. PEMESANAN
APOTIK PANEL TIPE - 4
1. SP APOTIK 2. FAKTUR
APOTIK
FAKTUR PBF
OBAT KERAS
STEMPEL APOTIK
DOKTER, POLIKLINIK, KLINIK, PARAMEDIS, TOKO OBAT,
PERORANGAN
SP, Faktur
Apotik, Stempel, di serahkan ke
PBF. pengerjaan selanjutnya dilakukan
sepenuhnya oleh PBF
SP, Faktur Apotik,
diserahkan ke PBF. Apotik
memberi stempel se belum obat dikirim ke Penerima. Pengirim salesman
PBF
Apotik dapat order
dari MR Pesanan biasa ke
PBF. Pengi- riman dan penagihan dilakukan
Apotik. Resiko
ditanggung apotik
Apotik mencari order ke dokter, klinik.
Transaksi dgn
PBF resmi. Salesman
apotik mengirim
obat ke penerima
SALESMAN PBF
P B F
SALESMAN APOTIK
MED-REP IND. FARMASI
STEMPEL
ADMINISTRASI APOTIK
ORDER
ORDER
TRANSAKSI BIASA
TIPE 3
TIPE 4
TIPE 2
TIPE 1
Recommended