View
19
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
65 | J i l i d K e d u a
Fenomena Globalisasi dalam Adab ar-Rihlah: Era Awal hingga Digital
Hindun hindun@ugm.ac.id
Pengantar
Globalisasi telah lama dilakukan oleh berbagai bangsa dalam
aktivitas kehidupan mereka. Giddens (1990) yang mengatakan bahwa
globalisasi adalah adanya saling ketergantungan antara satu bangsa
dengan bangsa yang lain, antar manusia dengan manusia yang lain
melalui perdagangan, perjalanan, pariwisata, budaya, informasi, dan
interaksi yang luas hingga batas-batas negara menjadi semakin sempit.
Di sisi lain, Tomlinson (1999) mendefinisikan globalisasi sebagai suatu
penyusutan jarak yang ditempuh dan pengurangan waktu yang diambil
dalam menjalankan berbagai aktifitas sehari-hari, baik secara fisik
maupun secara perwakilan. Globalisasi mengacu pada keterhubungan
antar banyak negara dan bangsa dan keterhubungan ini tentunya akan
berdampak pada perubahan berpikir dan berperilaku seperti yang
dikatakan oleh Held dan McGrew (2002:2) bahwa globalisasi: “the
widening, deepening and speeding up of world-wide interconnectedness in
all aspects of contemporary social life, from the cultural to the criminal,
the financial to the spiritual”.
Para pengelana dan penjelajah Arab yang telah memulai
petualangannya pada abad ke-9 ketika para Pembesar Arab
menginginkan hubungan yang kuat antara Arab dengan bangsa yang lain
dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam hal ini adalah perjalanan yang
dilakukan oleh Salam at-Tarjuman yang diutus oleh Khalifah al-Wasiq
66 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
bin Mu’tasim yang berkuasa antara tahun 824-847. At-Tarjuman
ditugaskan ke Cina untuk melihat ditugaskan untuk melihat sebuah dam
yang dibangun oleh Iskandar Zulkarnain di wilayah Ya’juj Ma’juj untuk
dikisahkan kembali kepada bangsa Arab (Husain, 1983:13). Perjalanan
yang lain adalah perjalanan keagamaan seperti yang dilakukan oleh al-
Muqtadir yang berkuasa pada tahun 908-932 yang mengutus para ahli
agama ke Bulgaria oleh permintaan penguasa di sana karena banyaknya
orang Bulgaria yang masuk Islam. Perjalanan keagamaan yang lain
adalah perjalanan para pengelana ketika menempuh perjalanan
menunaikan ibadah haji yang tertuang dalam tulisan-tulisan mereka. Hal
yang menonjol dalam keterhubungan masyarakat Arab dengan bangsa-
bangsa lain adalah gerakan manusia dalam beribadah umroh dan haji ini.
Perjalanan jenis lain yang tidak kalah pentingnya adalah perjalanan para
pedagang atas pengalaman-pengalamannya mengunjungi berbagai
tempat dan budayanya. Huntington (1996) dalam teorinya yang terkenal
clash of civilisation memprediksi adanya kemunculan dua peradaban
penting di dunia, yaitu kemunculan masyarakat Asia dan kemunculan
Islam. Dari berbagai prespektif tersebut dapat dikatakan bahwa
sesungguhnya proses globalisasi itu telah ada jauh sebelum istilah
globalisasi itu diperkenalkan. Hasil dari globalisasi masyarakat Arab ini
menjadi cikal bakal lahirnya jenis sastra Arab yang disebut adab ar-
rihlah.
Adab ar-Rihlah adalah jenis sastra yang ditulis oleh para
sastrawan penjelajah dan pengelana Arab dalam rangka mengungkap
tempat-tempat yang belum diketahui banyak orang sebelumnya,
menceritakan orang-orang dari berbagai bangsa yang ditemuinya,
67 | J i l i d K e d u a
mendeskripsikan adat istiadatnya, dan juga sejarahnya dengan
ungkapan yang sedapat mungkin mendekati kenyataannya, tetapi tidak
menghilangkan sisi estetisnya sebagai karya sastra. Akan tetapi, karya
awal yang dianggap sebagai adab ar-Rihlah adalah hasil petualangan
para ahli geografi yang menghasilkan peta-peta wilayah yang baru
ditemukan. Sejak Ibnu Batutah menceritakan petualangannya dalam
sebuah karya tulis, adab ar-Rihlah terus berkembang dari masa ke masa.
Kelahiran karya demi karya dalam genre adab ar-Rihlah menceritakan
aktivitas sosial masyarakat suatu wilayah yang dikunjungi para
pengelana dan penjelajah genre ini.
Era Awal Penjelajahan
Adab ar-rihlah bukanlah genre yang baru dalam kesusasteraan
Arab. Genre ini dalam kesusasteraan Arab muncul seiring dengan
perjalanan penyebaran Islam ke wilayah-wilayah luar Semenanjung
Arab. Para penjelajah ini mula-mula bertumpu pada pengetahuan para
ilmuwan Yunani tumbuh dan dikenal para ahli geografi dan para penemu
melangkahkan kaki melakukan penjelajahan di luar wilayah domisilinya.
Mereka membuat laporan atas perjalanannya yang wujud awalnya
adalah peta yang merupakan jejak terhadap penemuan-penemuan
wilayah yang belum banyak dikenal sebelumnya. Para tataran awal, para
pengelana berpegang pada penemuan-penemuan awal yang ditulis oleh
para ilmuwan Yunani. Ptolemeus misalnya mempengaruhi pengelana
Arab pertama, yaitu Ibnu Khurdazbih (820-912 M) dan al-Khawarizmiy
(780-850 M) yang keduanya hidup di masa Abbasiyah. Ibnu Khurdazbih
seorang ahli geografi, sejarah, dan musik, sementara al-Khawarizmiy
adalah seorang ahli geografi meskipun lebih terkenal dengan ilmu
68 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
aljabarnya sehingga namanya diabadikan dengan nama “algorithm”.
Pada periode ini hasil perjalanan para pengelana adalah peta wilayah
yang dikunjungi. Pada abad ke-10 telah dikenal nama-nama Ibnu Hauqal,
al-Mufdisiy, Istakhriy, Abu Zaid al-Balkhiy, dan al-Ma’udiy. Masa ini
disebut sebagai masa klasik dalam ilmu geografi Arab sehingga pada
abad ke-11 lahir penjelajah besar, yaitu al-Biruniy (Husain, 1983:14)
yang nantinya disebut sebagai penjelajah yang berorientasi pada ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya adalah periode yang menyatakan bahwa perjalanan
yang dilakukan para sastrawan adalah perjalanan untuk mendapatkan
pengetahuan yang berkaitan dengan masyarakat. Yang pertama adalah
Al-Biruniy (973-1048), yang bernama lengkap Abu ar-Raihan
Muhammad Ibn Ahmad al-Biruni adalah seorang astronom, fisikawan,
ahli farmasi, sejarawan, dan ahli geografi. Bukunya yang berkaitan
dengan adab ar-Rihlah adalah Tahqiqu Ma li al-Hindi min Maqulatin
Ma’qulatin fi al-Aqli am Marzulah atau sering disebut ar-Rihlah yang
membicarakan agama dan filosofi orang India. Buku ini sebagai hasil
lawatan ilmiahnya ke India selama empat puluh tahun. Waktu yang
sangat lama untuk melakukan sebuah observasi. Perjalanan genre sastra
ini dilanjutkan oleh Ibnu Bujair (1076-1148 M) yang mendapat gelar
Sang Pelopor dalam genre ini karena ia adalah guru bagi para penulis
dan penjelajah terkenal seperti Ibnu Khaldun (1332-1406), al-Maqriy,
dan Ibnu Batutah. Hasil perjalanan dan pengamatan Ibnu Khaldun
adalah bukunya berjudul “Muqaddimah” yang dianggap sebagai induk
buku sejarah dan sosiologi modern.
69 | J i l i d K e d u a
Ibnu Batutah adalah nama yang tidak bisa ditinggalkan ketika
berbicara tentang adab ar-rihlah dalam kesusasteraan Arab karena ia
adalah pengelana yang meninggalkan jejak melalui cerita-cerita
perjalanan dan petualangannya mengelilingi dunia dalam buku yang
ditulis oleh Ibnu Juzzay. Tujuan pertama perjalanannya adalah ibadah
haji. Para penulis dan sastrawan yang menunaikan ibadah haji atau para
pedagang yang bepergian ke tempat-tempat yang jauh, mereka
menuliskan hal-hal yang dijumpainya. Dalam perjalanan menuju Mekah,
mereka menuliskan pengalaman-pengalaman selama melintasi negara,
kota, dan desa serta mencatat budaya-budaya masyarakat yang
dilaluinya. Demikian juga ketika mereka melaksanakan serangkaian
ritual ibadah haji, mereka melaporkan seluruh ritual yang dilakukannya
sekaligus pertemuannya dengan berbagai bangsa dan etnis dari seluruh
dunia.
Dalam menempuh perjalanan menuju Mekah dan Madinah ini
Ibnu Batutah menceritakan ketika ia berangkat dari Tangier Maroko
menuju Mekah dan Medinah. Ia mengatakan waktu keberangkatannya,
yaitu Kamis tanggal 2 Rajab tahun 725 H/14 Juni 1435,
كان خروجي من طنجة مسقط رأس ي في يوم الخميس الثاني من شهر رجب
الفرد عام خمسة و عشرين و سبعمائة معتمدا حج بيت الله الحرام و
. -عليه أفضل الصلة و السلم -زيارة قبر الرسول (Ibnu Batutah via Utaibah)
Keberangkatan pada bulan Rajab dengan tujuan haji, maka
perkiraan perjalanan Tangier ke Mekah adalah 5-6 bulan. Ia
menceritakan perjalanannya dari Tangier dan beberapa hari kemudian
ia bertemu dengan Syekh Abu Abdullah dan Ibnu Qadi sehingga ia
70 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
bersama mereka melanjutkan perjalanan hingga kota Bejaia Aljazair. Ia
mengatakan:
وصلنا مدينة الجزائر، و أقمنا بخارجها أياما إلى أن قدم الشيخ أبو عبد
الله و ابن القاض ي فتوجهنا جميعا على منبجة إلى جبل الزان، ثم وصلنا
إلى مدينة بجاية. (Ibnu Batutah via Utaibah)
Sebuah perjalanan tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan
seperti nama-nama tempat atau keadaannya, melainkan juga pengalam
ruhani yang tidak bisa dilupakan oleh orang yang mengalaminya. Ibnu
Batutah menceritakan ketika ia jatuh sakit dalam perjalanan, yaitu
ketika ia sampai kota Bejaia,
حمى فأشار علي أبو عبد الله و لْا وصلنا إلى بجاية كما ذكرته أصابتني ال
الزبيدي بالإقامة فيها حتى يتمكن البرء مني، فأبيت و قلت: إن قض ى الله
بالْوت فتكون وفاتي بالطريق و أنا قاصد أرض الحجاز. فقال -عز و جل–
لي: إما أن عزمت فبع دابتك و ثقل الْتاع و أنا أعيرك دابة و خباءو تصبحنا
وف غارة العرب في الطريق. ففعلت هذا خفيفا. فإننا نجد السير خ
وأعارني ما وعده به جزاه الله خيرا. وكان ذلك أول ما ظهرلي من الْلطاف
الإلهية في تلك الوجهة الحجازية.
(Ibnu Batutah via Utaibah)
Hatinya tersentuh ketika Ali Abu Abdillah az-Zubaidiy yang
menjadi teman seperjalanannya mengusulkan agar ia menjual kuda dan
barang-barangnya agar perjalanan menjadi ringan. Untuk itu, az-
Zubaidiy meminjamkan kuda dan kemah untuknya. Kebaikan hati yang
71 | J i l i d K e d u a
diterima dari teman seperjalanan yang ia temui di tengah perjalanan
adalah pengalaman ruhani yang tidak diperkirakan sebelumnya.
Selanjutnya, Ibnu Batutah dalam perjalanannya melalui
berbagai negeri dan kota yang dapat diketahui dari ungkapannya,
و سرنا إلى أن وصلنا مدينة قسطنطينة ... و رحلنا إلى أن وصلنا مدينة
بونة .... إلى أن وصلنا مدينة تونس ... ثم وصلنا إلى مدينة قابس ... وصلنا
إلى مدينة طرابليس ... ثم وصلنا إلى مدينة الإسكندرية ... قصدت الْنار. (Ibnu Batutah via Utaibah)
Kota-kota yang dilalui meliputi Kostantin dan Bunah di Aljazair,
lalu sampai Tunis dilanjutkan ke kota Qabis Tunisia hingga sampai di
kota Tripoli Libya. Seterusnya sampai di al-Iskandariyah dan
melanjutkan perjalanan hingga al-Manar, yaitu bagian kota Kairo,
Ibukota Mesir. Dari Mesir ia tidak dapat melanjutkan perjalannya
langsung ke Mekah karena keadaan tidak aman. Ia melanjutkan
perjalanannya menyeberangi Sinai menuju Palestina lalu ke Damaskus.
Dari sana, ia baru menuju Jazirah Arab dengan tujuan kota Madinah baru
kemudian ke Mekah untuk menunaikan haji.
Kalau diperhatikan dari nama kota-kota yang disebutkan dalam
kutipan di atas, maka Ibnu Batutah menempuh perjalanan melalui rute
pantai. Kemungkinan hal itu karena untuk menghindari penjahat atau
perampok yang banyak terdapat di gurun atau karena perjalanan
menjadi lebih mudah karena tidak terhalang bukit atau lembah. Ibnu
Batutah selama perjalanannya telah mengunjungi 44 yang meliputi
wilayah pantai sepanjang Afrika bagian utara, yaitu Maroko, Mauritania,
Aljazair, Tunisia, Libya, dan Mesir. Ibnu Batutah lalu melanjutkan ke
wilayah Syam dan barulah menuju Jazirah Arab yang setelah
menunaikan haji ia berkunjung ke negara Irak, Oman, dan Yaman.
72 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Negara-negara lain yang ia kunjungi adalah wilayah Asia Tengah, yaitu
daerah Khawarizm, lalu ke Persia, Afganistan, Pakistan, India, dan
sebagian Indonesia.
Tulisan tentang pengembaraan Ibnu Batutah yang
menceritakan pertemuannya dengan berbagai bangsa dan budayanya
selanjutnya menjadi role-model bagi penulis-penulis adab ar-rihlah
selanjutnya.
Perjalanan di Era Modern dan Kemudahan di Era Digital
Masuknya era modern pada abad ke-20 yang menyediakan
sarana kemudahan dan lahirnya teknologi informasi pada abad ke-21
keduanya menjadi sarana yang memudahkan orang melakukan
perjalanan, baik secara fisik maupu pikiran, gairah untuk melakukan
penjelajahan di segala penjuru dunia. Hal itu dapat dilakukan karena
informasi yang berkaitan dengan alat transportasi, akomodasi, maupun
tujuan dapat dijumpai dengan mudah dan cepat di jaringan internet.
Hadirnya novel-novel genre adab ar-Rihlah ini membuktikan bahwa
perjalanan terus-menerus dilakukan oleh para sastrawan Arab dari
generasi ke generasi. Kemudahan yang dirasakan oleh para sastrawan
pengelana ini juga dirasakan oleh pembacanya. Para penulis Arab dan
juga penerbitnya tidak segan untuk mengunggah karya-karya itu di
internet. Dengan demikian, pembaca dapat memperoleh karya sastra
genre ini dengan mudah dan murah.
Berikut adalah novel-novel yang termasuk dalam adab ar-
Rihlah yang ditulis oleh para sastrawan Arab di masa Modern dan
Kontemporer. Pada generasi era sastra Arab Modern dapat dilihat novel-
73 | J i l i d K e d u a
novel karya Najib al-Kailaniy (1931-1995) yang karyanya dapat
dimasukkan sebagai karya sastra bergenre adab ar-rihlah. Novel-
novelnya adalah Amaliqatu asy-Syimal yang bercerita tentang revolusi di
Nigeria, az-Zillu al-Aswad tentang Ethiopia, Damun li Fatiri Suhyuniyyi
dan Ala Aswari Dimasyqa tentang Damaskus Syria, Azra` Jakarta tentang
masa-masa penumpasan Komunis di Indonesia, dan Layali Turkistan
tentang jatuhnya Komunis yang telah berkuasa selama 30 tahun di
Turkistan.
Novel Haula al-Alam 200 Yauman ‘Dua Ratus Hari Mengelilingi
Dunia’ ditulis oleh Anis Mansur (1942-2011). Novel ini menceritakan
perjalanannya ke India dan mengenal adat-istiadatnya, serta hal-hal
yang dianggap aneh dan mistis. Perjalanan dilanjutkan ke Ceylon Sri
Lanka ketika dia mengunjungi kebun teh dan mencari tahu seluk beluk
penanaman teh hingga pengiriman hasilnya ke seluruh dunia.
Dilanjutkan perjalanan ke Jepang. Terakhir ke Hawai. Perjumpaannya
dengan berbagai bangsa memperkaya pengetahuan Anis Mansour dan
mengubah cara pandangnya. Ia menceritakan bahwa ia telah
menggunakan beragam alat transportasi, mencicipi berbagai makanan,
dan mencoba berbagai pakaian. Dikatakannya,
بت البغال في أعالي هيمالّيا و ركبت الغيل و ركبت زورقا رك
وظلت واقفا ست ساعات، فقد كانت الْياه مليئة بالْفاعي و التماسيح في
أقص ى جنوب الهند. و أكلت الْوز بالشطة في سنغافورة، وشربت الشاي
بالْلح في أندونيسيا، و أكلت الْناناس مع الغربان في سيلن. و أكلت الخبز
لْصنوع من السمك في جزيرة بالي. و أكلت الضفادع و الثعابين البرية في ا
هونج كونج، و أكلت البيض و هو ملي بالكتاكيت في الفلبين. و ارتديت
74 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
الدوتى في كرالّ، و لبست الكيمونو في طوكيو، ومشيت ربع عريان في
هونولولو. (Mansour via Theknowledge_wall@yahoo.com)
Ia naik bighal di puncak Himalaya, berdiri selama enam jam
ketika naik sampan di sungai yang penuh ular besar dan buaya di India
Selatan. Ia mencoba makan pisang dengan sambal di Singapura, minum
teh dengan garam di Indonesia, makan nanas bersama gagak di Ceylon
atau Sri Lanka, makan roti ikan di Bali, makan katak dan ular di
Hongkong, makan telur yang sudah ada embrio anak ayam atau bebek
(biasa disebut balut) di Filipina. Ia mencoba pakaian dhoti di Kerala
India, kimono di Jepang, dan baju hampir telanjang di Honolulu.
Pengalaman yang dialami Anis Mansour dalam perjalanannya yang
panjang seringkali mengusik perasaannya atau menimbulkan
keterkejutan karena adanya gegar budaya ketika bertemu dengan
budaya yang asing baginya.
Puisi-puisi yang ditulis oleh Amiru asy-Syu’ara, pemimpin para
penyair Arab Modern, Ahmad Syauqi (1868-1932) termasuk dalam adab
ar-rihlah. Puisinya termasuk dalam genre ini karena banyak puisinya
menceritakan keadaan, kejadian-kejadian, atau bahkan sejarah bangsa
tertentu. Ia menulis perjalanan hajinya dalam puisi “Ila Arafāti” yang
ditulis pada akhir tahun 1900 dengan bait-bait berikut.
عليك سلم الله في عرفات الله إلى عرفات الله يا خيـــــــر زائر
ن غربة و شتاتإليك انتهوا م أرى الناس أصنافا ومن كل بقعة
لديك و لّ الْقـــــدار مختلفات تساووا فل الْنساب فيها تفاوت
75 | J i l i d K e d u a
Dalam bait-baitnya, Syauqi menuliskan pengalamannya dalam
beribadah haji dan berkunjung ke makam Rasulullah, juga
pertemuannya dengan berbagai bangsa yang disebutkan mempunyai
derajat dan kedudukan yang sama di hadapan Allah.
Puisi-puisi Ahmad Syauqi yang termasuk dalam genre adab ar-
rihlah adalah “Abu al-Haul”, “Rahhalatu asy-Syarq”, “al-Andalusu al-
Jadidatu”, “ar-Rihlah ila Andalus”, “Kuk Su”, “Baris”, “Tokyo”,
“Dimasyqa”, “Shakespeare”, “Masjidu Aya Sofia” , “Gabu Bolonia” dan
juga perjalanan yang ia lakukan di dalam negeri Mesir sendiri seperti
“Kibaru al-Hawadisi fi Wadi an-Nil”, “Tut Ankh Amun”, “ar-Rabi’ wa Wadi
an-Nil”, “Misru”. Karya Syauqi adalah sedikit dari adab ar-rihlah di masa
modern yang berjenis puisi. Ungkapan-ungkapan dalam puisi “Misru”
adalah sebagai berikut.
ـــــيـق أيهـــــــــا الكاتب الْصور صور ـــــــ مصر بالْنظر الْنــــ
ـــق إن مصرا روايـــــــة الدهر فاقرأ عبرة الدهر في الكتاب العتيــ
ــــاء عليهملعب مثل القض ـــ ـــــ ـــــق( ــ في صبا الدهر آية )الصديـ
و التجاء )البتول( في وقت ضيق و امحاء )الكليم: آنس نـــــــــــارا
نين فالقيــــــــصرين )فالفاروق( و منايا )منا( )فكسرى( )فذي القر
قخلف متر من الزمان رقـــــــي دول لم تبـــــــــــد و لكن توارت
ـــق حــــلها روضتي ازينت وأبدت حين قالوا ركابكم في الطريـ
بشـــــــــــروها بزورة البطريق مثل عذراء من عجائز )رومــا(
قابــــــــــلته الغصون بالتصفيق عليـــها ضحك الْاء و الْقاحي
نحو ركبيـكما خفوف الْشــــوق زرنها و الربيع فصــــل فخفت
ــــــــا وقوف خد الشقيق فانزلّ في عيون نرجسها الغض ــ صيانـ
(Syauqi, tt:79-80)
76 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Syauqi menceritakan negerinya, Mesir, yang mempunyai sejarah yang
panjang sejak zaman Nabi Yusuf, zaman Nabi Musa, zaman Nabi Isa
ketika Maryam pernah mengungsi ke sana, zaman Fir’aun-firaun, zaman
Kisra, zaman Zulqarnain, hingga zaman kekhalifahan Umar Ibn al-
Khattab. Ia menggambarkan Mesir bagaikan gadis Romawi yang cantik,
bunga-bunga aqahi dan narjis bermekaran di musim semi.
Perjalanan haji juga ditulis dalam novel berjudul at-Tariqu ila
al-Ka’bah ‘Perjalanan Menuju Ka’bah’ karangan Mustafa Mahmud (1921-
2009) yang terbit tahun 1971. Dia memulai tulisannya dengan “al-Jum’ah
... asy-Syamsu tanhadiru ila al-magribi ala jabali al-Arafati” ‘Jumat ...
Matahari turun ke barat di Gunung Arafah’ yang menunjukkan hajinya
haji akbar karena wukufnya di hari Jumat dan dia merasa bahwa ia
termasuk orang yang beruntung karena berhaji di haji akbar. Seperti
Syauqi, dia juga menyebutkan bahwa ketika itu semua yang
melaksanakan haji yang berasal dari berbagai bangsa, bahkan orang
Jawa, Somalia, Indonesia, Zanzibar pun berbahasa satu dan
mengucapkan ungkapan yang sama .. Labbaik Allahumma Labbaik.
Setelah menyebutkan pengalamannya menyempurnakan ibadah haji, ia
menceritakan ketika berada di Madinah dan berziarah ke makam
Rasulullah SAW. Ketika sampai ke makam Rasul ia mengatakan
perasaannya (Mahmud, 1971:19):
هذا إذن محمد
و نحن في غرفته
ومن هذا الباب كان يأتيه جبريل
وفي هذا الْحراب كان يسجد
77 | J i l i d K e d u a
وفي هذه البقعة كان يسجد
Ungkapan yang seakan mewakili setiap muslim berziarah ke makam
Rasulullah dan merasakan kehadiran Rasul di tempat itu dengan
membayangkan hal-hal yang pernah dilakukan Rasul.
Penyebutannya terhadap berbagai bangsa menunjukkan bahwa
peristiwa haji telah mempertemukan bangsa-bangsa di dunia yang
menimbulkan efek positif pada berbagai bidang, lahirnya perkumpulan-
perkumpulan baru karena bertemunya berbagai pemikiran, tumbuhnya
sistem pariwisata karena para tamu Allah ini membutuhkan akomodasi,
dan pesatnya perputaran perekonomian karena kebutuhan para hujjaj
dan berputarnya perdagangan dari seluruh dunia, baik oleh hujjaj
sendiri maupun atas pengiriman barang dari negara-negara lain, baik
dari negara-negara Islam maupun lainnya.
Novel berikutnya adalah al-Jasadu Haqibatu as-Safar ‘Tubuh
adalah Koper untuk Bepergian’ terbit tahun 1979 dan tahun 2006 karya
Gadah as-Samman (lahir 1942). Novel ini berisi kejadian-kejadian yang
tidak menyenangkan yang dialami Gadah as-Samman selama melakukan
perjalanan ke Zurich, Roma, Paris, Vienna, juga London. Dia bertemu
dengan seseorang yang tidak tahu di mana letak Suriah dan negara Arab
lainnya, tetapi ia fasih menceritakan keindahan Israel yang telah
dikunjunginya sehingga dikatakan as-syamsu tasyruqu min Israel
‘mentari muncul dari Israel’. Orang barat kenyataannya hanya tahu
Israel dan tidak peduli akan negara Arab yang menderita karena
kekejaman Israel. Ia juga mendengar di metro yang menyanyikan lagu
yang sepertinya sudah ia ketahui dan segera ia menyadari itu lagu sedih
orang-orang Yahudi yang merindukan tanah Israel. Ketika mengunjungi
Paris, ia merasakan bahwa Arab itu berada dalam bayangan zionisme
78 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
Eropa. Perjalanan yang dialami Gadah adalah kenyataan yang
menyakitkan bagi dirinya sebagai orang Arab dan Suriah khususnya.
Novel-novel lainnya adalah Ta’ih fi London ‘Orang yang Tersesat
di London’ karya Muhammad Afifi (1922-1981); Kitabu al-Asfari ‘Buku
Petualangan’ karya Jamal al-Ghitani (1945-2015) yang berisi
pengalaman perjalanan penulisnya ke berbagai tempat di dunia; Aina
Tazhabu Tuyuru al-Muhit min al-Iskandariyyah ila Moskow ‘Ke mana
Burung-burung Laut Tengah Pergi dari Iskandariyah ke Moskow’ terbit
tahun 2009 karya Abrahim Abdul Majid (1946); Januban wa Syarqan:
Rihlatun wa Ru’an ‘Selatan dan Timur: Perjalanan dan Pandangan’ karya
Muhammad al-Makhzanjiy (1950) tentang pengalaman perjalanannya
ke berbagai penjuru dunia, baik mengenai tempat maupun orang-orang
yang ia jumpai. Judulnya Januban wa Syarqan menunjukkan jauhnya
perjalanan yang telah ia tempuh bukanlah tujuan yang biasa ditempuh
para pengelana karena biasanya tujuannya ke negara-negara maju yang
disimbolkan utara dan barat; Nahrun ala Safar 'Sungai pada Perjalanan’
terbit tahun 2015 karya Asyraf Abu al-Yazid (1963) yang menulis
perjalanannya karena ia juga seorang jurnalis. Novelnya ini sebenarnya
telah publikasikan secara berkala di sebuah majalah al-Arabiy di Kuwait.
Novel ini menceritakan budaya tempat-tempat yang dikunjungi
penulisnya. Ia mengunjungi berbagai negara di Eropa, Amerika, juga
Asia; Rihlatun ila 30 Yauman fi al-Mustaqbal ‘Perjalanan 30 Hari ke Masa
Depan’ karya Mustafa Ubadah; Asatiru as-Safar as-Sab’ah ‘Tujuh (2018)
karya Syirin Adil (1988) seorang aktris Mesir terkenal yang
menceritakan bagaimana berkeliling dunia dengan biaya murah.
79 | J i l i d K e d u a
Penghargaan Ibnu Batutah mulai diberikan kepada para penulis
terpilih sejak tahun 2003. Di antara karya yang memperoleh
penghargaan tersebut adalah Marahu Alihah 40 Yauman fi al-Hindi
‘Keagungan Tuhan-tuhan 40 Hari di India’ (terbit 2017) karya Mahdi
Mubarak (lahir 1993) seorang jurnalis penerima Penghargaan Ibnu
Batutah. Buku ini asalnya adalah tulisan yang dimuat berkala di koran
tentang perjalannnya yang dimulai tahun 2016. Ia menceritakan
keanehan-keanehan di India itu terletak pada pada orang-orangnya.
Menurutnya, masing-masing orang India hidup dalam dirinya sendiri. Ia
menjumpai orang yang hampir tidak berpakaian di metro dan hanya
menggunakan rantai-rantai di tubuhnya dan yang lain menyematkan
pisau lipat di kepalanya. Yang kedua adalah Fi Biladi Samba ‘Di Negeri
Samba’ (terbit 2019) karya Mukhtar Sa’d Syahatah (lahir 1974) seorang
kritikus, sastrawan, wartawan Mesir penerima Penghargaan Ibnu
Batutah 2019 yang menulis perjalanannya ke Brazil. Ia ingin
membandingkan antara berita-berita di media dengan kenyataan yang
ia saksikan tentang Brazil. Ia menyaksikan karnaval yang diadakan
setiap bulan Februari di Rio de Janero dan Salvador, tarian samba di
kabaret-kabaret, nyanyian-nyanyian tradisional Brazil. Penerima
Penghargaan Ibnu Batutah 2019 juga adalah Khulud Syaraf dengan
novelnya Rihlatu al-Audati ila al-Jabali ‘Perjalanan Kembali ke Gunung’.
Ia mengatakan bahwa perjalanan dalam novel ini merupakan titik balik
dari kehidupannya. Ia kembali ke kehidupan masa kecilnya di kota
Suwaida’, sementara ketika dewasa ia tinggal di kota besar Damaskus
dan saat ini ia tinggal di Eropa. Selain judul-judul di atas, judul lain dapat pula ditemukan di
internet. Penerbit al-Hindawiy bermurah hati memberikan novel-novel
80 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
terbitannya kepada pembaca melalui unggahan pdf-nya di internet. Di
antaranya adalah (1) Hadaratu al-Islam fi Dar as-Salam ‘Peradaban Islam
di Negeri Damai’ karya Jamil Nakhlah al-Mudawwar (1916-1988) adalah
seorang penulis yang lahir di Homs (Khimsa) Syria (Yunus, 2019).
Novelnya yang berisi surat-surat pada masa-masa kekhalifahan
Abbasiyah Ia menuliskan kembali khazanah peradaban Islam yang perlu
diketahui generasi berikutnya. (2) Siyahah fi ar-Rusiya ‘Wisata di Rusia’
terbit tahun 2012 karya Rasyad Bik menggambarkan perjalanan dari
Mesir ke Rusia dengan Rute Mesir menuju kota Odessa Ukraina, lalu ke
Tbilisi (Talvis) Georgia, lalu ke negara-negara Syarakisah (wilayah utara
Kaukasus), lalu ke Dagistan, ke Kaukasus, ke Tatar, lalu ke Peterburg. (3)
Al-Magribu al-Aqsa ‘Maroko Negeri Terjauh’ karya Amin ar-Raihaniy
diterbitkan oleh al-Hindawi pada tahun 2017. Sebagaimana diketahui ar-
Raihaniy adalah salah satu sastrawan mahjar yang telah hidup di New
York Amerika Serikat sejak umur 10 tahun. Oleh karena itu, setelah
perjalanannya ke banyak tempat di dunia ini ia ingin mengunjungi
negara Arab yang letaknya di ujung barat, yaitu Maroko. Ia berkunjung
ke sana sebagai orang Arab bukan Amerika. Ar-Raihaniy mengatakan
bahwa dalam dirinya tetap mengalir darah Arab, pemikiran Arab, dan
hati yang Arab. Perjalanannya ke Maroko ini membangkitkan rasa
nasionalismenya sebagai orang Arab meskipun orang tuanya berasal
dari Lebanon. (4) Rihlati fi al-Alam ‘Perjalananku Keliling Dunia’ karya
Nawal as-Sa’dawiy diterbitkan oleh al-Hindawi pada tahun 2017. Novel
ini menceritakan perjalanan Nawal pertama kali ke luar negeri, ke
Aljazair. Perjalanan yang diceritakan tidak hanya perjalanan secara fisik,
tetapi yang lebih penting adalah perjalanan pemikirannya. Sejak kecil
81 | J i l i d K e d u a
Nawal melihat ketidakberdayaan perempuan Mesir dibandingkan
dengan laki-laki. Tidak ada kebebasan bagi perempuan sehingga
diumpamakan seperti penjajahan. Ternyata ia melihat perempuan di
Aljazair juga demikian adanya. Selanjutnya ia ke Paris tempat yang selalu
didengungkan oleh ayahnya sejak ia kecil bahwa mahasiswa yang
berprestasi akan dikirim ke Paris, tetapi itu hanya untuk laki-laki. Ini
adalah hal lain yang menjadi perhatiannya karena dibedakannya hak
laki-laki dengan perempuan. Sekarang justru dia, seorang perempuan,
orang yang pertama dalam keluarganya yang pergi ke Paris. Perjalanan
Nawal tidak hanya perjalanan secara fisik, tetapi perjalanan intelektual
ketika ia berinteraksi dengan berbagai bangsa dengan beragam
pemikiran, baik yang ia setujui maupun yang tidak.
Penutup
Kekayaan adab ar-Rihlah selain sebagai karya estetis yang telah
jelas diakui sebagai khazanah kesusasteraan Arab, juga dapat dijadikan
sumber pengetahuan yang meliputi kewilayahan dengan petanya
sehingga pembaca dapat mengikuti perjalanan penulis ke negara, kota-
kota, bahkan kota kecil atau desa di seluruh dunia. Adab ar-Rihlah juga
mengandung catatan sejarah atau budaya suatu bangsa, bahkan berisi
catatan-catatan tentang hal-hal yang dianggap remeh oleh sebagian
orang, tetapi sesungguhnya merupakan hal penting yang perlu diketahui
dan dipahami. Adab ar-Rihlah adalah tidak hanya berupa catatan
perjalanan biasa, tetapi juga perjalanan pemikiran yang dibawa para
pengelana sehingga akan timbul pemikiran baru yang bermanfaat. Adab
ar-rihlah ini juga merupakan perjalanan interaksi budaya berbagai
bangsa dan ini sesuai dengan teori globalisasi bahwa dunia semakin
82 | Peran Bahasa Arab dalam Pendidikan dan Peradaban
sempit, tetapi dapat memberikan keluasan pengetahuan akan budaya
bangsa lain serta dapat pula melahirkan budaya baru atas pertemuan
antar budaya tersebut.
Daftar Acuan:
Abdul Majid, Abrahim. 2009. Aina Tazhabu Tuyuru al-Muhit min al-
Iskandariyyah ila Moskow
Abu al-Yazi, Asyraf. 2015. Nahrun ala Safar. Mamlakatu al-Kutub al-
Hasriyyah.
Adil, Sirin. 2018. Asatiru as-Safar as-Sab’ah. kutubnapdf.com
Afifi, Muhammad. 2016. Ta’ih fi London. Makatabtu Tariqi al-Ilmi.
Al-Aryan, Muhammad Abdul Mun’im. 1987. Rihlatu Ibni Batutah: Tuhfatu
an-Nazzar fi Gara`ibi al-Amsar wa Aja`ibi al-Asfar. Beirut: Dar
Ihya` al-Ulum.
Bik, Rasyad. 2014. Siyahah fi ar-Rusia. Mu`assasah Hindawi.
hindawi@hindawi.com
Giddens, A. (1990). The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity
Press.
Al-Ghitaniy, Jamal. Kitabu al-Asfari. Rabit Mukhtasar li al-Kitab.
http://kutub.me/mYkHBF
Held, A. & McGrew, D. (2002). Governing Globalization: Power, Authority
and Global Governance. New Jersey: Wiley-Blackwell.
Huntington, Samuel P. 1996. The Clash of Civilizations. Foreign Affairs.
83 | J i l i d K e d u a
Mahmud, Mustafa. 1971. At-Tariqu ila al-Ka’bati. Cetakan Pertama.
Beirut: Dar al-Audati.
Mansour, Anis. 1964. Haula al-Alami fi 200 Yaumin.Cetakan Pertama.
Diunggah di internet oleh Theknowledge_wall@yahoo.com
Diunduh 12 September 2019.
al-Makhzanjiy, Muhammad. 2013. Januban wa Syarqan: Rihlatun wa
Ru’an. Al-Maktabah al-Arabiyyah.
Mubarak, Mahdi. 2017. Marahu Alihah 40 Yauman fi al-Hindi
Al-Mudawwar, Jamil Nakhlah. 2017. Hadaratu al-Islam fi Dari as-Salam.
Mu`assasah Hindawi. hindawi@hindawi.com
Ar-Raihaniy, Amin. 2017. Al-Magribi al-Aqsa. Mu`assasah Hindawi.
hindawi@hindawi.com
As-Sa’dawiy, Nawal. 2017. Rihlati fi al-Alam. Mu`assasah Hindawi.
hindawi@hindawi.com
As-Samman, Gadah. 1979. al-Jasadu Haqibatu as-Safar. Muntada Hadisu
al-Matabi’ mauqi’u as-Syakhir. www.elsakher.com
Syahatah, Mukhtar Sa’d. 2019. Fi Biladi Samba. Alamu al-Kutub.
Syaraf, Khulud. 2019. Rihlatu al-Audati ila al-Jabali. Al-Mua`ssasah al-
Arabiyyah li Ad-Dirasat wa an-Nasyr.
Syauqi, Ahmad. Tt. Asy-Syauqiyyat. Al-Juz’u al-Awwalu. Beirut: al-
Maktabatu at-Tijariyyatu al-Kubra.
Tomlinson, J. (1999). Globalization and Culture. Cambridge. Polity Press.
Ubadah, Mustafa. Rihlatun ila 30 Yauman fi al-Mustaqbal.
Utaibah, Munir. 2007. Min Adabi Ar-Rihlati Rihlatu Ibni Batutah.
Majmu’ah Mawaqi’i Midad. www.midad.com
Yunus, Khuzaifah. 2019. Asy-Syaikh Jamil Mudawwar Rahimahu Allah.
Rabitah al-Ulama’ as-Suriyyin. http//islamsyria.com
Recommended