View
562
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
Materi ini terutama fokus pada KPS Pengelolaan Sistem Air Minum dan Sanitasi
Citation preview
FILOSOFI DAN DASAR-DASARFILOSOFI DAN DASAR-DASARKPS PELAYANAN UMUMKPS PELAYANAN UMUM
FILOSOFI DAN DASAR-DASARFILOSOFI DAN DASAR-DASARKPS PELAYANAN UMUMKPS PELAYANAN UMUM
KERJASAMA PEMERINTAH & SWASTA (KPS)KERJASAMA PEMERINTAH & SWASTA (KPS)
dalamdalam
PENGELOLAAN SISTEM AIR MINUM & SANITASIPENGELOLAAN SISTEM AIR MINUM & SANITASI
BUTUH PENINGKATAN INFRASTRUKTUR
DATA STATISTIK PENDUDUK PERKOTAAN INDONESIA:DATA STATISTIK PENDUDUK PERKOTAAN INDONESIA:
Thn 2000 :Thn 2000 : -- 80 JUTA ( 40 % DARI TOTAL PENDUDUK) 80 JUTA ( 40 % DARI TOTAL PENDUDUK) -- -- PERTUMBUHAN 4,5 % / TahunPERTUMBUHAN 4,5 % / Tahun
Thn 2025 :Thn 2025 : 150 JUTA (60 % DARI TOTAL PENDUDUK)150 JUTA (60 % DARI TOTAL PENDUDUK)
DataDataBPSBPS
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
ContohCakupan Pelayanan Umum Air Bersih oleh PDAM(Existing) dan Prioritas Pembangunan di Daerah
CAKUPAN Thn 2000 :
18% dari total penduduk indonesia; 35% penduduk perkotaan; 5,24 juta sambungan rumah; N.R.W / ufw : 40%.
PRIORITAS PEMBANGUNAN: Perluasan cakupan melalui investasi publik dan
swasta; Penyesuaian iklim investasi yang kondusif melalui
good governance dan peraturan yang mendukung.CARA LAIN ?
CARA KPS
A1 - 1A1 - 1
1.2 MENGAPA PERLU KPS?
Pertimbangan efisiensi; Pertimbangan adanya teknologi baru yang digunakan swasta; Mempercepat peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan; Reinventing Government; Kemampuan Pendanaan Pemerintah yang terbatas.
1.3 TUJUAN PENGENALAN KPS
Prasyarat pembangunan infrastruktur melalui partisipasi Badan Usaha Swasta (BUS) melakukan KPS:
“ADANYA IKLIM INVESTASI YANG KONDUSIF”(CONDUSIVE INVESTMENT CLIMATE), yaitu perlu:
Persepsi yang sama di jajaran Pemerintahan untuk melakukan kerjasama dengan swasta; Kesamaan visi dan tujuan diantara para pihak; Komitmen Pemerintah Daerah untuk mengembangkan pelayanan umum; Transparansi dan akuntabilitas dalam proses keikutsertaan swasta; Pemahaman dan kapasitas mengenai pengembangan yang berkelanjutan; Struktur kelembagaan untuk persiapan dan pelaksanaan KPS; PERDA untuk mendukung pengadaan dan pelaksanaan KPS.
2.2. ASPEK MANAJEMEN PELAYANAN UMUMASPEK MANAJEMEN PELAYANAN UMUM
2.1 PERUBAHAN PARADIGMA YANG MENDASAR DALAM MANAJEMEN PELAYANAN UMUM PENGEMBANGAN PERKOTAAN:
Pendekatan Sentralisasi Desentralisasi Government (Rowing) Governance/Management (Steering) Top Down Process Proses melalui Peran Serta Berorientasi Hasil Mementingkan Berkelanjutan Mengutamakan Pandangan Birokrasi Pandangan Wiraswasta dan Stakeholder Pemerintah sebagai Service Provider Facilitator, dan Enabler Berorientasi Proyek Kebutuhan nyata Peran Serta Masyarakat Minimal Peran Serta Masyarakat Maksimal Regulator Negotiator/Facilitator Ekonomi Lokal, Regional Ekonomi Global Urban Governence: Worst First Invest In Succsess A1 - 2A1 - 2
2.2 PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN PELAYANAN UMUM
Dalam perencanaan dan pengembangan pelayanan umum, Pemerintah Daerah perlu memperhatikan alur pikir pengembangan Pelayanan Umum, agar seluruh kebutuhan pokok maupun penunjang dapat disiapkan guna terlaksananya pembangunan fasilitas infrastruktur perkotaan secara teratur dengan tolok ukur yang jelas.
2.3 PERTIMBANGAN POKOK DALAM USAHA MENGEMBANGKAN PELAYANAN UMUM
ISU POKOK PENYELENGGARAAN PELAYANAN UMUM MELALUI KPSALUR PIKIR PEMAHAMAN KPSALUR PIKIR PEMAHAMAN KPSALUR PIKIR PEMAHAMAN KPS
KONDISI SEKARANG:Kesenjangan Pelayanan
Umum
Apa?
Kenapa?
OlehSiapa?
Untuk Siapa?
Kapan?TUJ UAN:
Peningkatan Pelayanan Umum(kualitasdankuantitas)
GAMBARAN UMUM TENTANG PROSES PEMAHAMAN KPS DI TINGKAT PEMDA MELIPUTI ISU-ISU ANTARA LAIN:
GAMBARAN UMUM TENTANG PROSES PEMAHAMAN KPS DI TINGKAT GAMBARAN UMUM TENTANG PROSES PEMAHAMAN KPS DI TINGKAT PEMDA MELIPUTI ISUPEMDA MELIPUTI ISU--ISU ANTARA LAIN:ISU ANTARA LAIN:
Pengembangan Rencana Strategis5tahunan(RENSTRA);
Perumusan fungsiPEMDAserta pengembangan paradigma baru (mewirausahakan birokrasi“reinventing governments”);
Penilaian/pengkajianterhadapcara-carapelayananmonopolistisyang kurangbaik, kurangnyapengawasan dantanggungjawab serta tidak adanyarangsangankerja;
Penilaian/pengkajian tentang kapasitas dan kemampuan kelembagaan;Penilaian/pengkajianterhadapperaturanperundang-undanganyang cocokdi tingkatDaerah;Analisaterhadapkondisisosialekonomi, tingkatpelayanan, penilaian/ pengkajian kebutuhan
nyata(perumusankesenjangan);Penilaian/pengkajian terhadap ketersediaan sumber daya lokal (SDM, Keuangan, Tenaga Ahli);Penilaian/pengkajianterhadapketersediaandukunganluar;Definisi opsi pengembangan: keuangan, konstruksi, operasi (umum dan atau swasta);Pelatihandanstudibanding keproyek-proyekKPS yang baik.
Pengembangan Rencana StrategisPengembangan Rencana Strategis55tahunantahunan(RENSTRA);(RENSTRA);
Perumusan fungsiPerumusan fungsi PEMDAPEMDAserta pengembangan paradigma baru serta pengembangan paradigma baru ((mewirausahakan birokrasimewirausahakan birokrasi“reinventing governments”)“reinventing governments”);;
PenilaianPenilaian//pengkajianpengkajianterhadapterhadapcaracara--caracarapelayananpelayananmonopolistismonopolistisyang yang kurangkurangbaikbaik, , kurangnyakurangnyapengawasan danpengawasan dantanggungjawab serta tidak adanyatanggungjawab serta tidak adanyarangsanganrangsangankerjakerja;;
PenilaianPenilaian//pengkajian tentang kapasitas dan kemampuan kelembagaanpengkajian tentang kapasitas dan kemampuan kelembagaan;;
PenilaianPenilaian//pengkajianpengkajianterhadapterhadapperaturanperaturanperundangperundang--undanganundanganyang yang cocokcocokdidi tingkattingkatDaerahDaerah;;
AnalisaAnalisaterhadapterhadapkondisikondisi sosialsosial ekonomiekonomi, , tingkattingkatpelayananpelayanan, , penilaianpenilaian/ / pengkajian kebutuhanpengkajian kebutuhannyatanyata((perumusanperumusankesenjangankesenjangan););
PenilaianPenilaian//pengkajian terhadap ketersediaan sumber daya lokal pengkajian terhadap ketersediaan sumber daya lokal (SDM, (SDM, KeuanganKeuangan, , Tenaga AhliTenaga Ahli););
PenilaianPenilaian//pengkajianpengkajianterhadapterhadapketersediaanketersediaandukungandukunganluarluar;;
Definisi opsi pengembanganDefinisi opsi pengembangan: : keuangankeuangan, , konstruksikonstruksi, , operasi operasi ((umum dan atau swastaumum dan atau swasta););
PelatihanPelatihandandanstudistudi banding banding kekeproyekproyek--proyekproyekKPS yang KPS yang baikbaik..A1 - 3A1 - 3
SIKLUS PENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM
Menyesuaikan Kerangka
Kelembagaan
Menyesuaikan Menyesuaikan Kerangka Kerangka
KelembagaanKelembagaan
55
Membuat Kerangka Hukum dan Pengaturan
Membuat Membuat Kerangka Hukum Kerangka Hukum dan Pengaturandan Pengaturan
66
Mengembangkan SDM
Mengembangkan Mengembangkan SDMSDM
44
Memformulasikan Strategi &
Pemasaran
Memformulasikan Memformulasikan StrategiStrategi &&
PemasaranPemasaran
33
Menganalisa Kondisi Pelayanan Umum
“MengidentifikasikanKesenjangan”
Menganalisa Menganalisa Kondisi Pelayanan Umum Kondisi Pelayanan Umum
““MengidentifikasikanMengidentifikasikanKesenjanganKesenjangan””
22
Melakukan Pengadaan
Melakukan Melakukan PengadaanPengadaan
77
88Pemberian Pelayanan
Pemberian Pemberian PelayananPelayanan
SWASTASWASTAPEMERINTAHPEMERINTAH
88
Visi dan Tujuan Pembangunan
Visi dan Tujuan Visi dan Tujuan PembangunanPembangunan
11
Review & Umpan Balik
Review &Review & Umpan Umpan BalikBalik
99
TOLOK UKURTOLOK UKURPEMANTAUANPEMANTAUAN
KINERJAKINERJA
1010
ANALISA LINGKUNGAN EXTERNAL DAN INTERNALANALISA LINGKUNGAN EXTERNAL DAN INTERNALANALISA LINGKUNGAN EXTERNAL DAN INTERNAL
A1 - 4A1 - 4
3.3. PENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM MELALUI KPSPENGEMBANGAN PELAYANAN UMUM MELALUI KPS
3.1 PERTIMBANGAN KEBIJAKAN
Pembangunan infrastruktur hakekatnya merupakan tugas dan tanggung jawab Pemerintah/Pemerintah Daerah, operasionalnya dapat dilakukan dengan KPS;
Peningkatan kebutuhan infrastruktur sangat pesat, sehingga tidak dapat diimbangi kemampuan dana Pemerintah/Pemerintah Daerah, dengan perkataan lain diperlukan investasi pihak lain/swasta;
Kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan perlu ditempuh melalui pengelolaan yang efektif dan efisien. Masuknya swasta yang berkompetisi berpengaruh pada perubahan monopoli Pemerintah/Pemerintah Daerah ke persaingan penyediaan pelayanan;
Teknologi mutahir perlu diperkenalkan agar pelayanan lebih efektif;Peranan dan nilai infrastruktur bukan hanya sebagai public goods tetapi juga sebagai economic goods agar dapat
memberikan manfaat bagi berbagai pihak;Kebijakan tentang KPS bersifat jangka panjang, menyangkut kepentingan masyarakat, sehingga tidak dapat dikaitkan
dengan kepentingan politis.
3.2 PENGERTIAN TENTANG KPS
Konsep kemitraan (KPS/PSP) sangat berbeda dari konsep swastanisasi (privatization). Kemitraan mempunyai pengertian sebagai pemberian sebagian kewenangan Pemerintah /Pemerintah Daerah kepada pihak swasta;
Konsep swastanisasi lebih memberi pengertian pada pengalihan sebagian atau seluruh kepemilikan atau aset kepada sektor swasta (penjualan aset Pemerintah/Pemerintah Daerah [divestasi]);
Untuk tujuan KPS ini, Pemerintah/Pemerintah Daerah dapat melakukan pengalihan perannya sebagai provider kepada pihak swasta atau masyarakat. Dengan demikian Pemerintah/ Pemerintah Daerah hanya menjalankan perannya sebagai enabler;
KPS pelayanan umum memiliki misi sosial dan orientasi keuntungan (return on investment);
3.33.3 TUJUAN UMUM PELAKSANAAN KPS
Walau Pemerintah/Pemerintah Daerah dan Swasta mempunyai pandangan berbeda mengenai tujuan KPS namun pada dasarnya tujuan pelaksanaan KPS adalah:
Mencari modal swasta untuk menjembatani pembiayaan yang besar untuk investasi infrastruktur perkotaan;Memperbaiki pengelolaan sumber daya alam dan infrastruktur pelayanan;Memperluas dan meningkatkan cakupan pelayanan sesuai kebutuhan nyata;Meningkatkan efisiensi penyediaan infrastruktur;Terciptanya alih teknologi dari pihak swasta. A1 - 5A1 - 5
3.4. PRINSIP KPS
Pengikut sertaan BUS dalam pembangunan pengelolaan infrastruktur perkotaan didasarkan pada prinsip win-win-win solution:
Win bagi Masyarakat: cakupan serta mutu pelayanan sesuai kebutuhan dengan harga terjangkau;
Win bagi BUS: terciptanya penguasaan pasar dan perolehan keuntungan yang wajar;
Win bagi Pemerintah Daerah: meningkatnya cakupan dan kualitas pelayanan kepada masyarakat
Aspek pendukung prinsip win-win-win:Saling membutuhkan;Saling memperkuat;Saling menguntungkan.
Proses pelaksanaan KPS untuk mendorong berkembangnya iklim investasi dan diperolehnya “best value for money”:Penawaran yang transparan;Proses yang kompetitif; dan Keikut sertaan swasta secara akuntabilitas.
3.5 BENTUK-BENTUK KPS
Sebelum menentukan bentuk KPS, Pemerintah Daerah terlebih dahulu mengkaji lingkup kegiatan yang akan di KPS-kan serta telah memahami kewajiban masing-masing pihak;
Pada dasarnya ada 5 bentuk KPS yang dapat dikembangkan dengan variasi dan kombinasi cukup banyak sesuai dengan tujuan dan lingkup kegiatan, sebagai berikut:
Kontrak Pelayanan (Service Contract);Kontrak Kelola (Manajemen Contract);Kontrak Sewa (Lease Contrak);
A1 - 6A1 - 6
Pilihan UraianKontrak
PelayananKontrak
PengelolaanKontrak
SewaBOT
KontrakKonsensi
Imbalan kepada Mitra Usaha Harga satuan Harga satuan ditambah bonus efisiensi
Harga satuan/tarif pemakaian Harga satuan (take or pay) Tarif pemakaian
Penerimaan Pemda Tidak ada secara langsung Tidak ada secara langsung Biaya sewa aset (Usage Fee)
Tidak ada secara langsung - Royalty (% dari pendapatan MU)- Kompensasi Aset (biaya sewa dan
atau kompensasi hutang atas Aset)
Kepemilikan Aset Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD dan atau MU selama perjanjian kerjasama berlaku
MU selama perjanjian kerjasama berlaku
MU selama perjanjian kerjasama berlaku dan Pemda / (BUMD jika ada)
Pengelolaan Aset Pemda/BUMD MU MU MU MU
Pemeliharaan Aset Pemda/BUMD atau MU Pemda/BUMD atau MU MU MU MU
Tanggung Jawab untuk Menentukan Tarif
Pemda Pemda Pemda Pemda dan MU Pemda dan MU
A1 - 7A1 - 7
Pilihan UraianKontrak
PelayananKontrak
PengelolaanKontrak
SewaBOT
KontrakKonsensi
Tujuan Utama Perjanjian Kerjasama
Peningkatan kinerja internal
Peningkatan kinerja secara menyeluruh
“Out-sourcing” dan/atau peningkatan kinerja secara menyeluruh
Mobilisasi modal MU Peningkatan mutu dan cakupan pelayanan secara menyeluruh dan mobilisasi modal MU
Lama Waktu Perjanjian Kerjasama
1 - 2 tahun 3 - 5 tahun 5 - 10 tahun 20 – 30 tahun 20 – 30 tahun
Hubungan dengan Konsumen Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD atau MU Tidak ada hubungan langsung dengan pemakai
MU
Penanggung jawab Resiko Komersial
Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD dan/atau MU Pemda/BUMD melalui mekanisme “take or pay”
Pemda/BUMD dan MU
Investasi Modal Pemda/BUMD Pemda/BUMD Pemda/BUMD dan/atau MU MU MU
CIRI -CIRI UTAMA PENGATURAN KONTRAK
UNTUK KETERLIBATAN SWASTA DALAM PENYEDIAAN AIR BERSIH
JANGKA WAKTU KONTRAK KPS (JANGKA WAKTU KONTRAK KPS (TahunTahun))
INV
ES
TA
SI
(IN
VE
ST
AS
I ( R
pR
p/
$ )
/ $
)
TINGKAT TINGKAT KEWENANGANKEWENANGAN dandan
KEPEMILIKAN SWASTAKEPEMILIKAN SWASTA
TINGKAT TINGKAT KETERLIBATAN DAN KETERLIBATAN DAN
RESIKO SWASTARESIKO SWASTA
11
KONTRAK KELOLA
KONTRAK SEWA
BOT
KONSESI
“High end”
KONTRAK PELAYANAN
“Low end”
22
BENTUK KPS DIKATAKAN DENGAN NILAI INVESTASI,
KEBUTUHAN JANGKA WAKTU KONTRAK,
TINGKAT KETERLIBATAN DAN RESIKO SERTA TINGKAT KEWENANGAN
3.6 STRUKTUR PERUSAHAAN
Swasta Murni: Untuk melaksanakan KPS, MU dapat mengadakan kerjasama bergabung dengan perusahaan lain membentuk
konsorsium atau berkembang sendiri;
BUS Internasional harus membentuk Badan Hukum Indonesia (PP No. 20 tahun 1994 tentang pemilikan saham perusahaan yang didirikan dalam rangka PMA).
Swasta dan PEMDA: Selain dengan BUS Nasional/Internasional MU dapat melakukan kerjasama dengan BUMD (Kepmen Dagri dan
Otda No. 43/2000 tentang Pedoman Kerjasama Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga);
Kerjasama MU dengan BUMD bisa dilakukan melalui dua bentuk dasar:
Kerjasama pengelolaan (joint operation)Bentuk kerjasama Perusahaan Daerah dengan BUS yang dituangkan dalam perjanjian kerjasama TANPA membentuk badan usaha baru untuk mengelola suatu usaha;
Kerjasama usaha patungan (joint venture)Bentuk kerjasama antara BUMD dengan BUS untuk melaksanakan suatu proyek tertentu DENGAN membentuk suatu perusahaan baru tanpa menghilangkan keberadaan BUMD maupun perusahaan pihak swasta yang bersangkutan.
A1 - 8A1 - 8
3.7 LANDASAN HUKUM DALAM PELAKSANAAN KPS
TINGKAT TINGKAT KEPPRESKEPPRESTINGKAT TINGKAT KEPPRESKEPPRES
KEPPRES NO. 97 TH 1993,TENTANG TATA CARA PENANAMAN MODAL SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN KEPPRES NO. 115 TH 1998 DAN KEPPRES NO. 117 TH 1999
KEPPRES NO. 183 TH. 1998 BADAN KOORDINASI PENANAMANAN MODAL DAERAH SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN KEPPRES NO. 37 TH. 1999 DAN KEPPRES NO. 121 TH. 1999
KEPPRES NO. 97 TH 1993,TENTANG TATA CARA PENANAMAN MODAL SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN KEPPRES NO. 115 TH 1998 DAN KEPPRES NO. 117 TH 1999
KEPPRES NO. 183 TH. 1998 BADAN KOORDINASI PENANAMANAN MODAL DAERAH SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN KEPPRES NO. 37 TH. 1999 DAN KEPPRES NO. 121 TH. 1999
KEPPRES NO. 7 TH. 1998 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR
PERPRES 67 TH 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
KEPPRES NO. 7 TH. 1998 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DAN BADAN USAHA SWASTA DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN INFRASTRUKTUR
PERPRES 67 TH 2005 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
TINGKAT TINGKAT PERMEN / PERMEN / KEPMENKEPMEN
TINGKAT TINGKAT PERMEN / PERMEN / KEPMENKEPMEN
PERMENDAGRI NO.3 TH.1990 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PERUSAHAAN DAERAH
KEPMENNEG BAPPENAS NO.319/KET/10/98 TENTANG PELAKSANAAN KEPUTUSAN DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN
KEPMEN INVESTASI/KEP.BKPM NO.38/SK/1999 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING
KEPMENDAGRIOTDA NO.43 TH 2000, TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PERUSAHAAN DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA.
KEPMENDAGRIOTDA NO.11 TH 2001 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH
INMENDAGRI NO.21 TH 1996 TENTANG PETUNJUK KERJASAMA ANTARA PDAM DENGAN PIHAK SWASTA
SE.MENKOWASBANGPAN NO.79/MK.WASPAN/6/98
KEPMEN KIMPRASWIL 409 / KPTS / 2002 TENTANG PEDOMAN KPS AIR BERSIH DAN SANITASI
PERMEN PU No 294 TENTANG BPPSPAM
PERMENDAGRI NO.3 TH.1990 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK PERUSAHAAN DAERAH
KEPMENNEG BAPPENAS NO.319/KET/10/98 TENTANG PELAKSANAAN KEPUTUSAN DALAM PEMBANGUNAN DAN ATAU PENGELOLAAN
KEPMEN INVESTASI/KEP.BKPM NO.38/SK/1999 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN PENANAMAN MODAL YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING
KEPMENDAGRIOTDA NO.43 TH 2000, TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PERUSAHAAN DAERAH DENGAN PIHAK KETIGA.
KEPMENDAGRIOTDA NO.11 TH 2001 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG DAERAH
INMENDAGRI NO.21 TH 1996 TENTANG PETUNJUK KERJASAMA ANTARA PDAM DENGAN PIHAK SWASTA
SE.MENKOWASBANGPAN NO.79/MK.WASPAN/6/98
KEPMEN KIMPRASWIL 409 / KPTS / 2002 TENTANG PEDOMAN KPS AIR BERSIH DAN SANITASI
PERMEN PU No 294 TENTANG BPPSPAM
TINGKAT TINGKAT UNDANG UNDANG UNDANGUNDANG
TINGKAT TINGKAT UNDANG UNDANG UNDANGUNDANG
UNDANG UNDANG NO.1 TAHUN 1967, TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (Pasal 5, 9);
UNDANG UNDANG NO. 6 TAHUN 1968, TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (Pasal 3);
UNDANG UNDANG NO. 11 TAHUN 1970,TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UU NO. 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (Pasal 1 Perubahan dari Pasal 15, dan 16)
UNDANG UNDANG NO.1 TAHUN 1967, TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (Pasal 5, 9);
UNDANG UNDANG NO. 6 TAHUN 1968, TENTANG PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI (Pasal 3);
UNDANG UNDANG NO. 11 TAHUN 1970,TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN UU NO. 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING (Pasal 1 Perubahan dari Pasal 15, dan 16)
UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999,
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAHPasal 7, 11, 18, 48, 69, 87, 88, 92
UNDANG UNDANG NO. 22 TAHUN 1999,
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAHPasal 7, 11, 18, 48, 69, 87, 88, 92
UNDANG UNDANG NO. 7 TAHUN 2004, TENTANG
SUMBERDAYA AIRPasal 40
UNDANG UNDANG NO. 7 TAHUN 2004, TENTANG
SUMBERDAYA AIRPasal 40
TINGKAT TINGKAT PERATURAN PERATURAN PEMERINTAH PEMERINTAH (PP)(PP)
TINGKAT TINGKAT PERATURAN PERATURAN PEMERINTAH PEMERINTAH (PP)(PP)
PP NO. 20 TH 1994, TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PP. NO. 83 TH.2001
PP NO. 20 TH 1994, TENTANG PEMILIKAN SAHAM DALAM PERUSAHAAN YANG DIDIRIKAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL ASING SEBAGAIMANA DIUBAH DENGAN PP. NO. 83 TH.2001
PP. NO. 25 TH 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOMI
PP. NO. 84 TH 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
PP. NO. 25 TH 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOMI
PP. NO. 84 TH 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH
PP. NO. 16 TH 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
PP. NO. 16 TH 2005 TENTANG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
A1 - 9A1 - 9
4.4. KONDISI PENDUKUNG KPSKONDISI PENDUKUNG KPS
4.1 PENDEKATAN TERPADU IKLIM KONDUSIF
Pemerintah Daerah perlu mempertimbangkan berbagai hal yang menjadi persyaratan untuk mendukung terciptnya iklim yang kondusif untuk investasi agar proyek KPS dapat terlaksana dengan baik. Dimana investor sekaligus lembaga kEuangan tertarik dengan kondisi yang ada sehingga mereka siap melaksanakan investasi. Bila persyaratan tidak mendukung para investor akan menarik investasinya.
(Contoh: gambar Foreign Direct Investment (FDI) Inflows ASEAN 1997 – 2000)
PERBANDINGAN FDI INFLOWS DI BEBERAPA NEGARA ASEAN (dalam US$ Juta)
Sumber: WWW.US-asean.org
! ! ! ! !Pentingnya penciptaan kondisi iklim investasi yang kondusif menjadi tanggung jawab bersama:Pemerintah (semua tingkatan)DPR/DPRDSwastaPara pelaku pembangunanMasyarakatLSMDan lain-lain
14,000
12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
-2,000
-4,000-6,000
1997 1998 1999 2000
Indonesia Malaysia Singapura Thailand Vietnam
Dampak kondisi iklim investasi yang
Kurang kondusif
A1 - 10A1 - 10
A. Hal-hal yang mempengaruhi tujuan proyek pelayanan umum;
B. Hal-hal pendukung secara langsung ditingkat Pemerintah Daerah;
C. Hal-hal yang mempengaruhi KPS sebagai pelindung eksternal.
4.2 HAL-HAL POKOK UNTUK PENDEKATAN KPS TERPADU
(ILUSTRASI PROSES “MODEL TELUR - THE EGGS MODEL”)
HAL-HAL POKOK UNTUK PENDEKATAN KPS TERPADULingkungan yang mempengaruhi KPS (the “egg model”)
A1 - 11A1 - 11
A. HAL- HAL YANG MEMPENGARUHI TUJUAN PROYEK PELAYANAN UMUM
Pelayanan Umum yang Berkelanjutan
TUJ UAN
Proyek KPS yang Bankable
Pelayanan Umum Pelayanan Umum yang yang BerkelanjutanBerkelanjutan
TUJ UANTUJ UAN
ProyekProyek KPS yang KPS yang BankableBankable
ALOKASI RESIKOALOKASI RESIKOALOKASI RESIKO
Perjanjian Kerjasama harus telah mengalokasikan resiko-resiko secara: Seimbang (kepada yang paling mampu menangani) Transparan (tidak ada yang disembunyikan) Bertanggungjawab/gugat (dalam batas-2 kewenangan)
Perjanjian Kerjasama harus telah mengalokasikan Perjanjian Kerjasama harus telah mengalokasikan resikoresiko--resiko secararesiko secara:: SeimbangSeimbang ((kepadakepada yang palingyang paling mampu mampu menanganimenangani)) TransparanTransparan ((tidak adatidak ada yangyang disembunyikandisembunyikan)) BertanggungjawabBertanggungjawab//gugatgugat ((dalam batasdalam batas--22 kewenangankewenangan))
ASPEK SOSIAL EKONOMIASPEK SOSIAL EKONOMIASPEK SOSIAL EKONOMI
Pelayanan Umum: Sesuai dengan kebutuhan Bisa diterima Memberikan Manfaat Memberikan dampak ekonomi
secara egional dan nasional
Pelayanan Umum:Pelayanan Umum: Sesuai dengan kebutuhanSesuai dengan kebutuhan Bisa diterimaBisa diterima Memberikan ManfaatMemberikan Manfaat Memberikan dampak ekonomi Memberikan dampak ekonomi
secara egional dan nasionalsecara egional dan nasional
KELAYAKAN TEKNISKELAYAKAN TEKNISKELAYAKAN TEKNIS
Layak dan tepat Teknologi memuaskan dengan
harga yg wajar/mampu dibayar
Layak dan tepatLayak dan tepat Teknologi memuaskan dengan Teknologi memuaskan dengan
harga yg wajarharga yg wajar//mampu dibayarmampu dibayar
KELAYAKAN KEUANGANKELAYAKAN KEUANGANKELAYAKAN KEUANGAN
Dari segi Keuangan Proyekharus: Layak secara Keuangan Pengembalian Investasi
dimungkinkan
Dari segi Keuangan ProyekDari segi Keuangan Proyekharusharus:: Layak Layak secarasecara KeuanganKeuangan PengembalianPengembalian Investasi Investasi
dimungkinkandimungkinkan
EKOLOGIEKOLOGIEKOLOGI
Proyek harus secara Ekologi: Seimbang Protektif Konservasi
Proyek harus secara EkologiProyek harus secara Ekologi:: SeimbangSeimbang ProtektifProtektif KonservasiKonservasi
A.7 ASPEK PELAY ANAN UMUM Y ANG BERK ELANJ UTANA.7 ASPEK PELAY ANAN UMUM Y ANG BERK ELANJ UTANMELALUI PROY EK K PS Y ANG BANK ABLEMELALUI PROY EK K PS Y ANG BANK ABLE
S\Botabek PSP\AA-Lap Strategis\Lap-09 Proj. Presentation\Chart\Training\Umum\Aspect Sustainable
B. DUKUNGAN DAN IKLIM PEMERINTAH DAERAH (LINGKUNGAN INTERNAL)B.1 Persepsi Umum pada Tingkat Pemerintah Daerah
KPS dapat dikembangkan apabila masing-masing pengambil keputusan dan stekeholders memiliki persepsi yang sama serta komitmen yang jelas dari pihak-pihak terkait dalam rangka tercapainya proyek KPS yang berkelanjutan dan bankable.
A1 - 12A1 - 12
REKOMENDASI KEPERLUAN PERATURAN DAERAH UNTUK PELAKSANAAN KPS
B.2 Perangkat dan Kepastian Hukum Pihak Swasta akan terlindungi jika ada perangkat dan kepastian hukum; Tiga aspek pokok yang menyangkut kepastian hukum yaitu:
Kejelasan peraturan dan perjanjian kerjasama; Proyek dilaksanakan dengan mematuhi ketentuan-ketentuan yang disepakati; Keterlibatan berbagai pihak atau stakeholders, termasuk pihak legislatif dan pemerintah dari awal.
5.5. K PTS K PTS K EPALA K EPALA DAERAHDAERAH
1. PERDA1. PERDA 2. PERDA2. PERDA 3. PERDA3. PERDA 4. PERDA4. PERDA
REK OMENDASI K EPERLUAN PERATURAN DAERAHREK OMENDASI K EPERLUAN PERATURAN DAERAH untukuntukPELAK SANAAN K PSPELAK SANAAN K PS
PENGADAAN & PENGADAAN & PELAK SANAAN PELAK SANAAN
K PSK PS
PELAY ANAN PELAY ANAN UMUM & TARIF UMUM & TARIF
PELAY ANAN PELAY ANAN
BADAN BADAN PENGATUR PENGATUR
PERDA PERDA LINGK UNGAN LINGK UNGAN
HIDUPHIDUPPEMBENTUK AN PEMBENTUK AN
TIM PENGADAAN TIM PENGADAAN K PSK PS
(TIM AD(TIM AD--HOC)HOC)
S:/Botabek PSP/AA-Lap Strategis\Lap-09 Project Presentation/Charts/Procurement Process/Umum/Rekomendasi Perda untuk KPS.ppt\Page-4
B.3 Penataan Kelembagaan dan SDM Pada umumnya struktur ogranisasi Pemerintah Daerah belum mengakomodasikan kebutuhan KPS; Pemerintah Daerah perlu mengkaji kembali lembaga yang akan berperan dalam pelaksanaan KPS; Pembentukan lembaga baru dan atau penyesuaian lembaga yang ada perlu dilengkapi perangkat orgisasi dengan
tugas dan fungsi yang jelas.
A1 - 13A1 - 13
KONDISI KELEMBAGAAN SAAT INI DAN REKOMENDASIPENYESUAIAN KELEMBAGAAN UNTUK PELAKSANAAN KPS DI DAERAH
B.4 Aspek Teknis Penyelenggaraan KPSLangkah kegiatan dalam siklus penyelenggaraan proyek KPS:
Tahap Persiapan Proyek KPS; Tahap Pengadaan Proyek KPS; Tahap Pelaksanaan Proyek KPS; Tahap Alih Milik.
A1 - 14A1 - 14
M A S Y A R A K A TPENERIMA JASA DAN PEMBAYAR JASA PELAYANAN
M A S Y A R A K A TM A S Y A R A K A TPENERIMA JASA DAN PEMBAYAR JASA PELAYANANPENERIMA JASA DAN PEMBAYAR JASA PELAYANAN
:: UnitUnit Kerja BaruKerja Baru
:: Hubungan StrukturalHubungan Struktural
:: Hubungan FungsionalHubungan Fungsional
:: Hubungan KoordinasiHubungan Koordinasi
BUSBUSBUSBUSBUSBUS
UNIT KPSUNIT KPS
DINAS TEKNIS
MONITORINGMONITORING MONITORINGMONITORING
KEPALA DAERAHKEPALA DAERAH
SEKRETARIS SEKRETARIS DAERAHDAERAH
DINASDINAS BUMDBUMDBAPPEDABAPPEDA
Penanggung Jawab Penanggung Jawab ProyekProyek (PJP) KPS(PJP) KPS
BKPMDBKPMD
BUMDBUMDDINASDINAS
Penanggung Jawab Penanggung Jawab ProyekProyek (PJP) KPS(PJP) KPS
Penanggung Jawab Penanggung Jawab ProyekProyek (PJP) KPS(PJP) KPS
TINGKAT PELAYANAN OPERASIONAL
REK OMENDASI PENY ESUAIAN K ELEMBAGAAN REK OMENDASI PENY ESUAIAN K ELEMBAGAAN UNTUK PELAK SANAAN K PS DI DAERAHUNTUK PELAK SANAAN K PS DI DAERAH
E:E:\\Botabek PSPBotabek PSP\\ProjProj. Presentation Animation. Presentation Animation\\ChartsCharts\\Antisipasi Penyesuaian KelembagaanAntisipasi Penyesuaian Kelembagaan..pptppt..\\PagePage--66--indind
KADINKADIN DINASDINAS
BUMDBUMD
FORUM PELANGGANFORUM PELANGGAN((mandirimandiri))
ExistingExisting UsulanUsulan
UNIT PENGATURUNIT PENGATUR((mandirimandiri))
DPRDDPRD
C. LINGKUNGAN EKSTERNALPencapaian tujuan pelayanan umum yang berkelanjutan melalui proyek KPS dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah.
Faktor tersebut terdiri dari: Pelaksanaan Otonomi Daerah; Dukungan Eksternal (multilateral dan bilateral); Kondisi Sumber Daya Nasional
(keahlian/manusia, keuangan, alam); Strategi Pemerintah/Pemerintah Daerah
(Reinventing Government); Kebijakan dan Peraturan Nasional; Perubahan Struktur;
Akuntabilitas Pemerintah/Pemerintah Daerah; Akuntabilitas Pemerintah/Pemerintah Daerah; Kepastian Hukum; Stabilitas Politik; Stabilitas Moneter; Kebijakan Fiskal dan Tenaga Kerja yang sesuai; dan Kerjasama Regional (antar Daerah).
5.5. PENYELENGGARAAN KPSPENYELENGGARAAN KPS
5.1 SYARAT-SYARAT PENYELENGGARAAN KPS
Proses pengadaan KPS dilaksanakan melalui proses pelelangan yang terbuka, transparan, adil dan kompetitif, agar didapat BUS yang bonafide baik kemampuan teknis maupun keuangan dengan usulan tarif yang paling efektif dan efisien;
Prosedur pelaksanaan proyek KPS dapat dilaksanakan atas inisiatif Pemda (PJP) atau inisiatif investor (Keppres 7/1998 dan Keputusan Meneg. Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN)/Ketua Bappenas No. 319 KET/10/1998);
Kedua inisiatif proses pengadaan tersebut harus tetap dilaksanakan dengan syarat-syarat: Kompetitif; Bertanggung gugat (akuntabilitas).
Adil; Terbuka; Transparan;
5.2 INISIATIF PENYELENGGARAAN KPS
Untuk Proyek Kerjasama yang diprakarsai oleh BUS dan menjadi kewenangan Pemerintah Daerah, Studi Pra Kelayakan Proyek tersebut harus dikonsultasikan kepada dinas teknis terkait;
A1 - 15A1 - 15
PJP dapat memberikan kompensasi terhadap hasil Studi Pra Kelayakan atau memberikan hak tambahan nilai dalam proses pelelangan kepada pemrakarsa. Kompensasi atau tambahan nilai tersebut dirundingkan dan tidak boleh lebih besar dari yang secara wajar diperlukan untuk menghargai prakarsa dan biaya yang telah dikeluarkan dengan didukung oleh dokumen yang dapat dipertanggung jawabkan;
Tambahan nilai dalam evaluasi pelelangan besarnya akan ditentukan oleh PJP dan harus diumumkan secara terbuka dan transparan kepada semua peserta pelelangan dengan memenuhi ketentuan dibawah ini:
BUS pemrakarsa telah mengusulkan Studi Pra Kelayakan dan telah mendapat persetujuan dari PJP; BUS Pemrakarsa telah lulus prakualifikasi.
SIKLUS PEYELENGGARAAN KPS
A1 - 16A1 - 16
PENGADAANPROYEK
PENGADAANPENGADAANPROYEKPROYEK
22
PROSES LELANGPROSES LELANG
2.52.5
PENJELASANPENJELASANAWALAWAL
2.12.1
KONSENSUS KONSENSUS POLA KPSPOLA KPS
2.22.2
PERSIAPAN PERSIAPAN DOKUMENDOKUMEN
2.32.3
PROSES PROSES PRAPRA-- KUALIFIKASIKUALIFIKASI
2.42.4
PERSETUJUAN DPRD KONSULTASI DPRD & TANDA TANGAN & TANDA TANGAN
KONTRAKKONTRAK
2.62.6
PELAKSANAANPROYEK
PELAKSANAANPELAKSANAANPROYEKPROYEK
33
PERSYARATAN PERSYARATAN PENDAHULUAN & PENDAHULUAN &
TRANSAKSITRANSAKSI
3.13.1
PEMANTAUANPEMANTAUANPELAKSANAANPELAKSANAAN
3.33.3
PELAKSANAANPELAKSANAANKONTRAKKONTRAK
3.23.2
ANALISA ANALISA KEADAANKEADAAN
1.11.1
PILIHAN PILIHAN KEPALA DAERAHKEPALA DAERAH
1.21.2
IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI KAJIAN PROYEKKAJIAN PROYEK
1.31.3
SOSIALISASIKONSULTASIPUBLIK
1.41.4
KERANGKAKERANGKAHUKUMHUKUM
1.71.7
KELEMBAGAAN &KELEMBAGAAN &SDMSDM
1.61.6
CAPACITY CAPACITY BUILDINGBUILDING
1.51.5
PERSIAPAN KPS
PERSIAPAN PERSIAPAN KPSKPS
11
ALIH MILIK
ALIH ALIH MILIKMILIK
44
KOMPENSASIKOMPENSASI
4.24.2
PENGALIHAN PENGALIHAN PROYEKPROYEK
4.34.3
PENILAIAN ASETPENILAIAN ASET
4.14.1
5.3 SIKLUS PENYELENGGARAAN KPS DI DAERAH
Urutan tahapan kegiatan pada siklus penyelenggaraan KPS disusun berdasarkan pengalaman di beberapa daerah di Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa proses KPS untuk proyek tertentu dapat dilaksanakan melalui suatu pendekatan yang dimodifikasi (lihat Gambar Siklus Keikutsertaan Bus dalam Peyelenggaraan KPS);
Tahapan kegiatan ini dimaksudkan sebagai usaha untuk mengembangkan satu pendekatan secara terpadu yang meliputi semua aspek pelayanan umum melalui pengikutsertaan BUS;
Mengingat sangat beragamnya karakteristik dari berbagai KPS dibandingkan dengan pembangunan pelayanan umum dengan cara yang konvensional yang dibiayai dari APBD, Pemkab/Kot seyogyanya menggunakan pendekatan dengan wawasan yang luas dalam mengimplementasikan KPS, agar penyelenggaraan KPS berhasil baik;
Siklus penyelenggaraan KPS menyangkut 4 bagian pokok: Persiapan; Pelaksanaan; Pengadaan; Alih milik.
Bagian-bagian tersebut dibangun dengan melalui serangkaian sub-sub kegiatan masing-masing.
TAHAP PERSIAPAN Analisis Keadaan yang Dihadapi Kepala Daerah; Pilihan Kepala Daerah; Identifikasi Kajian Proyek; Sosialisasi Proyek pada Masyarakat & Legislatif;
TAHAP PENGADAAN Penjelasan awal kepada Sektor Swasta; Persetujuan dan Pencapaian Konsesnsus Pola
Kerjasama; Persiapan Dokumen; Persiapan Dokumen;
Capacity Building; Kelembagaan dan SDM Kerangka Pengaturan.
Proses Prakualifikasi; Proses Pelelangan; Konsultasi DPRD dan Penandatanganan
Perjanjian Kerjasama.
TAHAP PELAKSANAAN PROYEK Conditions Precedent dan Transaksi Pelaksanaan Perjanjian; Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama; Pemantauan Pelaksanaan.
A1 - 17A1 - 17
5.4 STAKEHOLDER YANG TERLIBAT DALAM PENYELENGGARAAN KPS
NoNoTAHAPAN TAHAPAN KEGIATAN KEGIATAN
PIHAK-PIHAK YANG TERKAITPIHAK-PIHAK YANG TERKAIT TUGAS & JENIS KEGIATANTUGAS & JENIS KEGIATAN
1.1. TAHAP PERSIAPAN KPSTAHAP PERSIAPAN KPS
1.1 Analisis Keadaan Unit KPS/Pemerintah DaerahMenganalisis kondisi infrastruktur umum yang tersedia dan melakukan identifikasi proyek-proyek yang potensial.
1. 2 Pilihan Kepala Daerah BappedaPemerintah DaerahMenentukan daftar proyek-proyek infrastruktur potensial yang akan diselenggarakan melalui KPS, termasuk menyiapkan anggaran bagi penyenggaraannya.
1.3 Identifikasi dan Kajian Proyek
Departemen PU langsung dan/ atau melalui Konsultan
Sebagai fasilitator yang membantu daerah atau dinas/dinas atau BUMD dalam mempersiapkan seluruh kegiatan persiapan pelaksanaan KPS termasuk fasilitasi penyusunan Pra-FS.
Dinas-dinas di lingkungan atau BUMD yang terkait dengan sektor KPS.
Sebagai instansi yang bertanggung jawab aspek teknis untuk mengidentifikasi kelayakan proyek KPS cara menyusun studi FS atau Pra-FS.
1.4 Konsultasi Publik
Unit KPS/Dinas Teknik Terkait
Melakukan konsultasi publik sekaligus sosialisasi proyek KPS untuk mendapatkan komitmen dan persetujuan dari masyarakat dan DPRD. Kegiatan yang dilakukan termasuk mempersiapkan materi konsultasi, menentukan kelompok sasaran, serta media yang akan digunakan untuk konsultasi dan sosialisasi.
Dep.PUSebagai fasilitator yang membantu daerah dalam mempersiapkan kegiatan konsultasi dan sosialisasi publik
1.5 Kerangka Hukum
Bagian Hukum Pemkab/ Pemko.Bagian Hukum bersama-sama dengan Dinas/ BUMD terkait menyusun Konsep Perda atau SK Bupati/Walikota beserta Juklaknya untuk pelaksanaan KPS.
Dep. PUMemberikan fasilitasi terhadap penyusunan Konsep Perda dan SK Bupati/Walikota, serta memberikan masukan tentang dasar-dasar hukum secara nasional yang ada.
Legislatif Mengkaji dan men-sah-kan Konsep Perda
TAHAP ALIH MILIK Penilaian Aset yang dilakukan oleh Tim Alih Milik terhadap semua komponen, infrastruktur /sistem yang
termasuk dalam Perjanjian Kerjasama terhadap kondisi kinerja dan sisa umur teknis masing-masing komponen;
Kompensasi biaya yang harus dibayarkan oleh PJP; Pengalihan Proyek secara resmi dari Mitra Usaha kepada PJP .
A1 - 18A1 - 18
NoNoTAHAPAN TAHAPAN KEGIATAN KEGIATAN
PIHAK-PIHAK YANG TERKAITPIHAK-PIHAK YANG TERKAIT TUGAS & JENIS KEGIATANTUGAS & JENIS KEGIATAN
1.6 Kelembagaan dan SDM
Dep PUMemberikan fasilitas dalam hal kajian dan usulan penyempurnaan atau pembentukan lembaga teknis di daerah.
Bagian Hukum Pemkab/ Pemko atau jajaran yang terkait dengan penyesuaian atau pembentukan kelembagaan di daerahnya.
Mengkaji dan mengusulkan kepada Bupati/Walikota sehubungan dengan penyesuaian kelembagaan yang diperlukan dalam pelaksanaan KPS
LegislatifMempelajari usul Bupati/Walikota dan mensah-kan penyesuaian atau pembentukan kelembagaan baru.
1.7 Capacity Building
Dep. PUMemberikan fasilitasi pelatihan kepada Pemkab/Pemko untuk pengembangan persepsi pelayanan umum, termasuk KPS.
Unit-Unit/ Dinas-dinas atau BUMD yang terkait
Menyusun rencana personil yang akan melaksanakan dan bertanggung jawab dalam melakukan KPS serta memberikan pelatihan pengembangan SDM dan capacity building
2.2. TAHAP PENGADAAN PROYEKTAHAP PENGADAAN PROYEK
2.1 Penjelasan awal Unit KPS Memberikan penjelasan mengenai proyek yang akan dilaksanakan melalui KPS
Dep PU Fasilitasi kegiatan
2.2 Konsesus Pola KPS
Unit KPS/Pemerintah Daerah.Memutuskan pola/bentuk kerjasama yang akan dilaksanakan, untuk selanjurnya didesiminasikan kepada para pengambil keputusan di daerah (Bupati/Walikota dan DPRD) untuk mendapatkan persetujuan.
Dep. PUSebagai fasilitator khususnya dalam memberikan masukan terhadap bentuk kerjasama yang dapat dilaksanakan.
2.3 Persiapan Dokumen
Tim Penyusun Pra-FS, Panitia Prakualifikasi/Panitia Lelang
Menyiapkan/menyusun dokumen yang terkait dengan proses pengadaan, seperti Studi Pra Kelayakan, Dokumen Prakualifikasi, Dokumen PPP serta Dokumen Perjanjian Kerjasama.
Dep. PUFasilitasi terhadap aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan dalam setiap dokumen pengadaan yang dipersiapkan Tim Pemerintah Daerah.
2.4 Proses Prakualifikasi
Tim Prakualifikasi dari Lingkungan Pemerintah Daerah
Melaksanakan proses prakualifikasi Badan Usaha Swasta (BUS) untuk menyaring BUS yang mempunyai bonafiditas (dari aspek pendanaan, manajemen dan pengalaman perusahaan). Kegiatan yang dilakukan mulai dari mengumumkan undangan prakualifikasi, mengevaluasi dokumen pendaftaran prakualifikasi, hingga menetapkan daftar BUS lulus prakualifikasi. Disamping itu Tim juga melaporkan hasil prakualifikasi kepada PJP serta mengadministrasikan semua dokumen terkait.
Dep. PUMemberikan fasilitasi, umumnya berupa panduan tentang tata cara penilaian/evaluasi dokumen prakualifikasi.
A1 - 19A1 - 19
NoNoTAHAPAN TAHAPAN KEGIATAN KEGIATAN
PIHAK-PIHAK YANG TERKAITPIHAK-PIHAK YANG TERKAIT TUGAS & JENIS KEGIATANTUGAS & JENIS KEGIATAN
2.5 Proses Lelang
Panitia Lelang dari Lingkungan Pemerintah Daerah
Melaksanakan proses pelelangan proyek KPS yang dimulai dengan mengundang BUS lolos short list, evaluasi dokumen penawaran, klarifikasi, penetapan pemenang lelang termasuk pula finalisasi dokumen perjanjian kerjasama.
Dep. PUMemberikan fasilitasi, antara lain memberikan panduan tentang tata cara penilaian, proses pelelangan, serta dokumen-dokumen lelang (PPP dan Konsep Perjanjian).
2.6 Konsultasi DPRD dan Tandatangan Perjanjian Kerjasama
Penanggung Jawab ProyekMelakukan konsultasi hasil proses pelelangan kepada DPRD, termasuk mendiseminasikan klausul-klausul yang ada di dalam konsep perjanjian kerjasama
DPRDMemberikan masukan dan arahan terhadap pemenang lelang serta hal-hal yang telah di-draft-kan di dalam perjanjian kerjasama.
3.3. TAHAP PELAKSANAAN PROYEKTAHAP PELAKSANAAN PROYEK
3.1 Conditions Precedent & Transaksi
PJP/Unit MonitoringMendukung proses pemenuhan Conditions Precedent (CP) pihak pertama termasuk memonitor pemenuhan persyaratan pendahuluan dari masing-masing pihak sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam perjanjian kerjasama.
Mitra Usaha/Kreditor Mendukung proses pemenuhan CP pihak kedua.
3.2 Pelaksanaan Perjanjian Kerjasama
Mitra Usaha/KreditorMelaksanakan pembangunan dan atau pengelolaan proyek sesuai dengan perjanjian kerjasama.
Tim PJP/MonitoringMemantau pelaksanaan proyek dari aspek teknis, keuangan dan administrasi sesuai dengan yang telah disepakati dalam dokumen perjanjian kerjasama.
3.3 Pemantauan Pelaksanaan
Unit Monitoring Pemerintah DaerahMelaksanakan pemantauan standar kinerja teknis dan keuangan serta administrasi sesuai yang telah ditentukan di dalam perjanjian kerjasama.
Badan PengaturMemantau pelaksanaan proyek khususnya hak dan kewajiban para pihak termasuk kepentingan masyarakat.
4.4. TAHAP ALIH MILIKTAHAP ALIH MILIK
4.1 Penilaian Aset
Tim Alih Milik Pemkab/ PemkotaMelakukan penilaian terhadap aset yang dibangun/dikelola oleh Mitra Usaha saat berakhirnya masa kerjasama. Penilaian dilakukan terhadap sisa umur teknis aset yang dibangun dan atau dikelola oleh Mitra Usaha.
Mitra UsahaMenyetujui dan menandatangani laporan hasil penilaian aset yang telah disusun oleh Tim Alih Milik.
Badan Pengatur Merekomendasikan kebenaran Laporan Penilaian Aset.
4.2 KompensasiPJP
Berdasarkan laporan hasil penilaian aset, PJP membayar kompensasi yang wajar kepada Mitra Usaha (Pihak Kedua).
Mitra Usaha Menerima kompensasi yang dibayarkan oleh Pihak Kedua.
4.3 Pengalihan AsetPJP Menyiapkan berita acara pengalihan aset
Mitra Usaha Menyiapkan dan menyerahkan aset kepada PJP/Pemda.A1 - 20A1 - 20
DIAGRAM KETERKAITAN KELEMBAGAAN UTAMA UNTUK PELAYANAN DALAM KERANGKA KPS
6. POKOK-POKOK PERJANJIAN KPS
6.1 PERJANJIAN KERJASAMA
Merupakan dokumen kesepakatan antara Para Pihak mengenai hak dan kewajiban masing-masing sehubungan dengan
pelaksanaan proyek kerjasama; Merupakan dokumen yang harus ditaati oleh para pihak sehingga merupakan pedoman dalam pelaksanaan kerjasama.A1 - 21A1 - 21
TUJUAN
Dalam waktu yang singkat pelayanan umum dapat menjangkau sebagian besar masyarakat dengan kualitas pelayanan yang baik sesuai dengan kebutuhan nyata, harga terjangkau, tidak atau seminimal mungkin membebani APBN / APBD, sedemikian rupa sehinga cara KPS dapat menciptakan kondisi yang
menguntungkan semua pihak (win-win-win solution)
TUJUANTUJUAN
Dalam waktu yang singkat pelayanan umum dapat menjangkau sebagian besar masyarakat dengan kualitas pelayanan yang baik sesuai dengan kebutuhan nyata, harga terjangkau, tidak atau seminimal mungkin membebani APBN / APBD, sedemikian rupa sehinga cara KPS dapat menciptakan kondisi yang
menguntungkan semua pihak (win-win-win solution)
PERJANJIANPERJANJIANPERJANJIAN PERJANJIANPERJANJIANPERJANJIAN
POKOKPOKOK--POKOK PENGATURAN & POKOK PENGATURAN & KELEMBAGAANKELEMBAGAAN
MENGIKAT SEMUA ASPEK MENGIKAT SEMUA ASPEK PELAYANAN UMUMPELAYANAN UMUM
UNIT PENGATURUNIT PENGATURUNIT PENGATUR LEMBAGAKONSUMEN
LEMBAGALEMBAGAKONSUMENKONSUMEN
PEMERINTAH KAB. / KOTA
Kajian & Pembangunan Opportunities
Melakukan pengaturan / regulasi
Mengembangkan sistem insentif untuk meningkatkan peranserta swasta dalam KPS
Mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian berikut kelembagaannya dan menjamin pelaksanaannya secara efektif
PEMERINTAH KAB. / KOTAPEMERINTAH KAB. / KOTA
Kajian & Pembangunan Opportunities
Melakukan pengaturan / regulasi
Mengembangkan sistem insentif untuk meningkatkan peranserta swasta dalam KPS
Mengembangkan sistem pengawasan dan pengendalian berikut kelembagaannya dan menjamin pelaksanaannya secara efektif
MASYARAKAT
Membuat kontrak kesepakatan pelayanan dengan Operator
Membayar Tarif sesuai kesepakatan
Menagih pelayanan dan mengontrol pelaksanaan pelayanan / kontrak / peraturanyang ditentukan
MASYARAKATMASYARAKAT
Membuat kontrak kesepakatan pelayanan dengan Operator
Membayar Tarif sesuai kesepakatan
Menagih pelayanan dan mengontrol pelaksanaan pelayanan / kontrak / peraturanyang ditentukan
OPERATOR
Membuat kontrak pelayanan dengan Pemerintah / BUMD
Membangun atau mengelola sarana pelayanan, sebagian atau seluruhnya
Memberikan pelayanan menagih pembayaran, dan menindak pelangganyang melanggar ketentuan dan atau tidak memenuhi kewajiban yangditentukan
OPERATOROPERATOR
Membuat kontrak pelayanan dengan Pemerintah / BUMD
Membangun atau mengelola sarana pelayanan, sebagian atau seluruhnya
Memberikan pelayanan menagih pembayaran, dan menindak pelangganyang melanggar ketentuan dan atau tidak memenuhi kewajiban yangditentukan
c
DIAGRAM K ETERK AITAN K ELEMBAGAAN UTAMA DIAGRAM K ETERK AITAN K ELEMBAGAAN UTAMA UNTUK PELAY ANAN DALAM K ERANGK A K PSUNTUK PELAY ANAN DALAM K ERANGK A K PS
A1 - 22A1 - 22
7. ASPEK TARIF
7.1 TARIF PELAYANAN
Tingkat pengembalian investasi merupakan salah satu aspek daya tarik bagi BUS untuk ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pelayanan umum. Dengan alasan tersebut besaran tarif dan mekanisme penyesuaian tarif sangat perlu dipertimbangkan untuk keberhasilan KPS;
6.26.2 TUJUAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KERJASAMATUJUAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KERJASAMA
Memberikan landasan dan kepastian hukum bagi penyelenggaraan proyek; Membagi hak dan kewajiban serta tanggung jawab masing-masing pihak; Menjadi pedoman pelaksanaan kerjasama bagi para pihak; Mengalokasikan resiko-resiko tertentu dalam pelaksanaan kerjasama; Menjadi dasar penyelesaian perselisihan yang mungkin terjadi; Menjadi alat pembuktian.
6.36.3 KETENTUAN UMUM DALAM PERJANJIANKETENTUAN UMUM DALAM PERJANJIAN
Terkecuali diatur lain dalam peraturan perundang-undangan, para pihak bebas untuk menentukan ketentuan-ketentuan apa saja yang akan diatur dalam Perjanjian Kerjasama;
Ketentuan-ketentuan yang biasanya diatur dalam suatu perjanjian kerjasama yang efektif adalah: Para Pihak; Bentuk dan Lingkup Kerjasama; Jangka Waktu Perjanjian Kerjasama; Persyaratan Pendahuluan (Conditions Precedent); Jaminan Pelaksanaan (Performance Bond); Hak dan Kewajiban termasuk Alokasi Resiko; Royalti; Pengembalian Investasi dan Tarif Pelayanan; Rencana Usaha dan Jadwal Investasi; Pembiayaan;
Sanksi; Tenaga Kerja; Pembebanan; Asuransi; Pajak; Force Majeure; Penyelesaian Perselisihan; Pengakhiran; Pengembalian infrastruktur; Pernyataan dan jaminan.
Sistem tarif pelayanan publik yang ada saat ini dipandang rata-rata masih dibawah biaya penuh, bukan karena tingkat efisiensi yang tinggi atau biaya investasi dan operasi yang rendah, akan tetapi karena aplikasi tarif yang berlaku saat ini belum memperhitungkan biaya investasi dan pengembalian modal serta biaya operasi secara penuh (full cost recovery);
Jika tarif dari waktu ke waktu disesuaikan untuk mencapai tingkat full cost recovery, cakupan dan tingkat pelayanan cenderung meningkat, sebaliknya terjadi jika tarif makin jauh dari tingkat full cost recovery.
7.2 STRUKTUR TARIF
Pertanyaan yang umum terjadi adalah bagaimana masyarakat golongan rendah akan dapat menikmati pelayanan umum jika tarif dihitung dengan sistem Biaya Penuh (full cost recovery) dan tidak ada subsidi dari Pemerintah? Caranya (beberapa alternatif):
Tarif ProgresifTarif progresif dimaksudkan antara lain untuk menciptakan subsidi silang di antara pelanggan dan memberikan insentif bagi pelanggan untuk penghematan air karena kelangkaan sumber daya air;
Subsidi EksplisitUntuk menjaga prinsip pemulihan biaya penuh dengan kondisi masyarakat yang belum memungkinkan untuk menanggung biaya tersebut, dimungkinkan untuk memberikan subsidi dari Pemerintah terhadap pelayanan umum dalam hal subsidi terhadap pembangunan infrastruktur.
7.3 PRINSIP PENENTUAN TARIF
Dasar Penentuan Tarif: Biaya investasi; Biaya operasi dan pemeliharaan; Biaya bunga pinjaman;
Mekanisme Penyesuaian Tarif: Penyesuaian tarif periodik/tahunan karena faktor inflasi terhadap biaya variabel, perubahan kurs (jika ada modal
asing) dan perubahan tingkat bunga; Penyesuaian kembali tarif rata-rata karena ada re-basing rencana usaha secara periodik; dan Penyesuaian tarif khusus (extraordinary) karena adanya peristiwa yang cukup berarti bagi perubahan biaya mitra
usaha terhadap investasi serta operasi dan pemeliharaan pelayanan jasa.
Pajak usaha; Tingkat keuntungan yang wajar.
A1 - 23A1 - 23
STRUKTUR TARIF – KONDISI SAAT INIKARAKTERISTIK: PROGRESIF RENDAH
(Kasus Air Bersih)
STRUKTUR TARIF – DIUSULKANKARAKTERISTIK: PROGRESIFITAS TINGGI
(Kasus Air Bersih)
RUGI UNTUNG
TARIF PROGRESIFRENDAH
BIAYA PRODUKSI
Rp/
m3
DAMPAK:
BIAYA > PENDAPATAN = PERUSAHAAN TIDAK SEHAT DAN PELAYANAN TIDAK SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
Kebutuhan Air (m3)
RUGI
UNTUNG
DAMPAK:
PENDAPATAN > BIAYA = PERUSAHAAN SEHAT DAN PELAYANAN SESUAI DENGAN KEBUTUHAN
Kebutuhan Air (m3)
BIAYA PRODUKSI
TARIF PROGRESIFTAJAM
Rp/
m3
A1 - 24A1 - 24
KOMPONEN PENENTUAN TARIF BERDASARKAN BIAYA PENUH
FAKTOR-FAKTOR YANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARIF AWAL MEMPENGARUHI TARIF AWAL
(INFLASI, KURS, BUNGA, KEBIJAKAN (INFLASI, KURS, BUNGA, KEBIJAKAN BARU, INVESTASI DLL.)BARU, INVESTASI DLL.)
FAKTOR-FAKTOR YANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TARIF AWAL MEMPENGARUHI TARIF AWAL
(INFLASI, KURS, BUNGA, KEBIJAKAN (INFLASI, KURS, BUNGA, KEBIJAKAN BARU, INVESTASI DLL.)BARU, INVESTASI DLL.)
PENYESUAIAN DAN PENYESUAIAN DAN INDEKSASI TARIF INDEKSASI TARIF
DASARDASAR
PENYESUAIAN DAN PENYESUAIAN DAN INDEKSASI TARIF INDEKSASI TARIF
DASARDASAR
BIAYA O & MBIAYA O & MBIAYA O & MBIAYA O & M
BIAYA PINJAMAN BIAYA PINJAMAN (BUNGA, BIAYA LAIN)(BUNGA, BIAYA LAIN)
BIAYA PINJAMAN BIAYA PINJAMAN (BUNGA, BIAYA LAIN)(BUNGA, BIAYA LAIN)
DEPREASIASI DEPREASIASI ASETASET
DEPREASIASI DEPREASIASI ASETASET
PENGEMBALIAN PENGEMBALIAN INVESTASI DAN INVESTASI DAN
DEVIDENDEVIDEN
PENGEMBALIAN PENGEMBALIAN INVESTASI DAN INVESTASI DAN
DEVIDENDEVIDEN
TARIFTARIFTAMBAHANTAMBAHAN(DINAMIS)(DINAMIS)
TT
AA
RR
II
FF
AA
WW
AA
LL
TT
AA
RR
II
FF
AA
WW
AA
LL
T
A
R
I
F
B
E
R
L
A
K
U
T
A
R
I
F
B
E
R
L
A
K
U
PENYESUAIAN TARIF PENYESUAIAN TARIF PERIODIK / TAHUNANPERIODIK / TAHUNANPENYESUAIAN TARIF PENYESUAIAN TARIF PERIODIK / TAHUNANPERIODIK / TAHUNAN
PENYESUAIAN PENYESUAIAN KHUSUS KHUSUS
(EXTRAORDINARY)(EXTRAORDINARY)
PENYESUAIAN PENYESUAIAN KHUSUS KHUSUS
(EXTRAORDINARY)(EXTRAORDINARY)
PENYESUAIAN PENYESUAIAN KEMBALI KEMBALI
(RE-BASING)(RE-BASING)
PENYESUAIAN PENYESUAIAN KEMBALI KEMBALI
(RE-BASING)(RE-BASING)
PROYEK KPS YANG PROYEK KPS YANG TELAH DITETAPKANTELAH DITETAPKANPROYEK KPS YANG PROYEK KPS YANG TELAH DITETAPKANTELAH DITETAPKAN
NILAI NILAI INVESTASI INVESTASI
AWALAWAL
NILAI NILAI INVESTASI INVESTASI
AWALAWAL
A1 - 25A1 - 25
7.4 DAMPAK TERHADAP MUTU PELAYANAN
DAMPAKDAMPAKKECENDERUNGAN NEGATIFKECENDERUNGAN NEGATIF
WAKTU (TAHUN)WAKTU (TAHUN)
TINGKAT CAKUPAN DAN PELAYANAN
TINGKAT
BIAYA
TARIFBIAYA PENUH
BIAYA O & M
BEBAS BIAYA
BAIK (SESUAI
KEBUTUHAN)
TIDAK BAIK (TIDAK SESUAI KEBUTUHAN)
DAMPAKDAMPAKKECENDERUNGAN POSITIFKECENDERUNGAN POSITIF
A1 - 26A1 - 26
8.8. RESIKO KPSRESIKO KPS
8.1 PENGELOLAAN RESIKO
Pengelolaan resiko merupakan proses identifikasi dan kuantifikasi resiko secara sistematis, yang diikuti oleh penerapan strategi yang tepat untuk mengendalikannya, serta memperkecil akibat dari resiko yang mungkin terjadi. Resiko penyelenggaraan proyek KPS tidak dapat dihindari, tetapi dapat dibatasi atau diperkecil;
Pengelolaan resiko bukan berarti peniadaan resiko, dan pengurangan resiko akan jarang meniadakan seluruh akibat dari suatu peristiwa resiko. Resiko akan senantiasa tetap merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pengembangan proyek.
8.2 ALOKASI RESIKO
Alokasi resiko yang wajar merupakan persyaratan utama yang perlu dipahami dan disepakati secara bersama oleh masing-masing pihak yang terlibat, supaya kegiatan investasi swasta dapat terselenggara sesuai kebutuhan;
Alokasi resiko merupakan kesepakatan pembagian tanggung jawab berdasarkan kemampuan para pihak untuk mengelola resiko atau sub-resiko tertentu. Resiko dialokasikan melalui aturan-aturan perjanjian kerjasama yang dibuat oleh para pihak. Mitra Usaha akan mencari kompensasi secara langsung atau tidak langsung untuk setiap resiko yang ditanggungnya;
Garis besar klasifikasi alokasi resiko:
Resiko Keadaan Kahar (force majeure); dan Resiko Politik; Resiko Keadaan Kahar Alam; Resiko Keadaan Kahar Politik.
Resiko Kekuasaan Proyek Resiko Politik; Resiko Peraturan Perundang-undangan dan
Kelembagaan; Resiko Konvertibilitas dan Repatriasi Valuta
Asing.
Resiko Kinerja Proyek; Resiko Pengembangan; Resiko Penyelesaian; dan Resiko Pengoperasian.
Resiko Komersial Proyek; Resiko Pasar (Pendapatan); Resiko Kelalaian; Resiko Kurs Mata Uang Asing (jika ada); Resiko Suku Bunga; Resiko Pembiayaan Kembali Pinjaman.
A1 - 27A1 - 27
Recommended