View
14.076
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
FILSAFAT INDONESIA DANPROFIL BEBERAPA FILSUF DUNIA
O
L
E
H
Riyadi Ridwan
NIM. 2007 150 066
Fakultas ILmu SoSial dan Ilmu Politik
Jurusan ADminsTrasi Negara
UNIVERSITAS ISKANDAR MUDA
Banda Aceh
2007-2008
FILSAFAT INDONESIA
Filsafat Indonesia adalah sebutan umum untuk tradisi kefilsafatan yang dilakukan
oleh penduduk yang mendiami wilayah yang belakangan disebut Indonesia. Filsafat
Indonesia diungkap dalam pelbagai bahasa yang hidup dan masih dituturkan di
Indonesia (sekitar 587 bahasa) dan 'bahasa persatuan' Bahasa Indonesia, meliputi
aneka mazhab pemikiran yang menerima pengaruh Timur dan Barat, disamping tema-
tema filosofisnya yang asli.
Istilah Filsafat Indonesia berasal dari judul sebuah buku yang ditulis oleh M.
Nasroen, seorang Guru Besar Luar-biasa bidang Filsafat di Universitas Indonesia,
yang di dalamnya ia menelusuri unsur-unsur filosofis dalam kebudayaan Indonesia.
Semenjak itu, istilah tersebut kian populer dan mengilhami banyak penulis
sesudahnya seperti Sunoto, R. Parmono, Jakob Sumardjo, dan Ferry Hidayat. Sunoto,
salah seorang Dekan Fakultas Filsafat di Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta, menggunakan istilah itu pula untuk menyebut suatu jurusan baru di
UGM yang bernama Jurusan Filsafat Indonesia. Sampai saat ini, Universitas Gajah
Mada telah meluluskan banyak alumni dari jurusan itu.
Para pengkaji Filsafat Indonesia mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' secara
berbeda, dan itu menyebabkan perbedaan dalam lingkup kajian Filsafat Indonesia. M.
Nasroen tidak pernah menjelaskan definisi kata itu. Beliau hanya menyatakan bahwa
'Filsafat Indonesia' adalah bukan Barat dan bukan Timur, sebagaimana terlihat dalam
konsep-konsep dan praktek-praktek asli dari mupakat, pantun-pantun, Pancasila,
hukum adat, gotong-royong, dan kekeluargaan (Nasroen 1967:14, 24, 25, 33, dan 38).
Sunoto mendefinisikan 'Filsafat Indonesia' sebagai ...kekayaan budaya bangsa kita
sendiri...yang terkandung di dalam kebudayaan sendiri (Sunoto 1987:ii), sementara
Parmono mendefinisikannya sebagai ...pemikiran-pemikiran...yang tersimpul di
dalam adat istiadat serta kebudayaan daerah (Parmono 1985:iii). Sumardjo
mendefinisikan kata 'Filsafat Indonesia' sebagai ...pemikiran primordial... atau pola
pikir dasar yang menstruktur seluruh bangunan karya budaya... (Jakob Sumardjo
2003:116). Keempat penulis tersebut memahami filsafat sebagai bagian dari
kebudayaan dan tidak membedakannya dengan kajian-kajian budaya dan antropologi.
Secara kebetulan, Bahasa Indonesia sejak awal memang tidak memiliki kata 'filsafat'
1
sebagai entitas yang terpisah dari teologi, seni, dan sains. Sebaliknya, orang Indonesia
memiliki kata generik, yakni, budaya atau kebudayaan, yang meliputi seluruh
manifestasi kehidupan dari suatu masyarakat. Filsafat, sains, teologi, agama, seni, dan
teknologi semuanya merupakan wujud kehidupan suatu masyarakat, yang tercakup
dalam makna kata budaya tadi. Biasanya orang Indonesia memanggil filsuf-filsuf
mereka dengan sebutan budayawan (Alisjahbana 1977:6-7). Karena itu, menurut para
penulis tersebut, lingkup Filsafat Indonesia terbatas pada pandangan-pandangan asli
dari kekayaan budaya Indonesia saja. Hal ini dipahami oleh pengkaji lain, Ferry
Hidayat, seorang lektur pada Universitas Pembangunan Nasional (UPN) 'Veteran'
Jakarta, sebagai 'kemiskinan filsafat'. Jika Filsafat Indonesia hanya meliputi filsafat-
filsafat etnik asli, maka tradisi kefilsafatan itu sangatlah miskin. Ia memperluas
cakupan Filsafat Indonesia sehingga meliputi filsafat yang telah diadaptasi dan yang
telah 'dipribumikan', yang menerima pengaruh dari tradisi filosofis asing. Artikel ini
menggunakan definisi penulis yang terakhir.
2
Mazhab Pemikiran
Ada 7 (tujuh) mazhab pemikiran yang berkembang di Indonesia. Kategorisasi mazhab
didasarkan pada tiga hal: pertama, didasarkan pada segi keaslian yang dikandung
suatu mazhab filsafat tertentu (seperti pada 'mazhab etnik'); kedua, pada segi
pengaruh yang diterima oleh suatu mazhab filsafat tertentu (seperti 'mazhab
Tiongkok', 'mazhab India', 'mazhab Islam', 'mazhab Kristiani', dan 'mazhab Barat'),
dan ketiga, didasarkan pada kronologi historis (seperti 'mazhab paska-Soeharto').
Berikut ini adalah sketsa mazhab-mazhab pemikiran dalam Filsafat Indonesia dan
filsuf-filsuf mereka yang utama.
1. Mazhab Etnik
Mazhab ini mengambil filsafat etnis Indonesia sebagai sumber inspirasinya. Asumsi
utamanya ialah mitologi, legenda, cerita rakyat, cara suatu kelompok etnis
membangun rumahnya dan menyelenggarakan upacara-upacaranya, sastra yang
mereka hasilkan, epik-epik yang mereka tulis, semuanya melandasi bangunan filsafat
etnis tersebut. ‘Filsafat’ ini tidak dapat berubah; ia senantiasa sama, dari awal-mula
hingga akhir dunia, dan ia senantiasa merupakan ‘Yang Baik’. ‘Filsafat’ ini
mengajarkan setiap anggota kelompok etnis tersebut tentang asal-mula lahirnya
kelompok etnis itu ke dunia (bahasa Jawa, sangkan) dan tentang tujuan (telos) hidup
yang akan dicapai kelompok etnis itu (bahasa Jawa, paran), sehingga anggotanya
tidak akan sesat dalam hidup.
Mazhab ini melestarikan filsafat-filsafat etnis Indonesia yang asli, karena filsafat-
filsafat itu telah dianut erat oleh anggota etnis sebelum mereka berhubungan dengan
tradisi-tradisi filosofis asing yang datang kemudian.
Kebanyakan tokoh mazhab ini berasumsi bahwa orang Indonesia kontemporer berada
pada posisi ‘buta’ terhadap nilai-nilai asli mereka. Jakob Sumardjo, misalnya,
berpandangan bahwa banyak orang Indonesia sekarang yang …lupa melestarikan
nilai-nilai asli mereka… dan …lupa masa-lalu, lupa asal-mula, mereka seperti orang
hilang-ingatan… yang …mengabaikan sejarah nasional mereka sendiri… (Sumardjo
2003:23, 25). Akibatnya, mereka ‘terasingkan’; teralienasi dari ‘budaya-budaya ibu
3
mereka’ (Sumardjo 2003:53). Gagalnya kebijakan pendidikan Indonesia, bagi Jakob,
disebabkan oleh ‘kebutaan’ terhadap budaya asli Indonesia ini (Sumardjo 2003:58).
Karena itu, misi penting dari mazhab filsafat ini ialah menggali, mengingat, dan
menghidupkan-kembali nilai-nilai etnis yang asli, karena nilai-nilai merupakan ‘ibu’
(lokalitas adalah ibu manusia), sedangkan manusia ialah ‘bapak’ keberadaan (balita
ialah bapak manusia) (Sumardjo 2003:22).
Berikut ini adalah beberapa pandangan filsosofis yang dianut mazhab ini:
Adat
Mitos asal-mula
Pantun
Pepatah
Struktur sosial adat
2. Mazhab Tiongkok
Para filsuf etnik masih menganut filsafat-filsafat mereka yang asli hingga kedatangan
migrant-migran Tiongkok antara tahun 1122-222 SM. yang membawa-serta dan
memperkenalkan Taoisme dan Konfusianisme kepada mereka (Larope 1986:4). Dua
filsafat asing itu bersama filsafat-filsafat lokal saling bercampur dan berbaur; begitu
tercampurnya, sehingga filsafat-filsafat itu tak dapat lagi dicerai-beraikan (SarDesai
1989:9-13). Salah satu dari sisa baurnya filsafat-filsafat tadi, yang hingga kini masih
dipraktekkan oleh semua orang Indonesia, adalah ajaran hsiao dari Konghucu (bahasa
Indonesia, menghormati orangtua). Ajaran itu menegaskan bahwa seseorang harus
menghormati orangtuanya melebihi apapun. Ia harus mengutamakan orangtuanya
sebelum ia mengutamakan orang lain.
Mazhab Tiongkok kelihatan eklusif, karena semata banyak dikembangkan oleh
sedikit anggota etnis Tiongkok di Indonesia. Meskipun demikian, filsafat yang
disumbangkan oleh mazhab ini bagi tradisi kefilsafatan di Indonesia, sangat penting.
Sun Yat-senisme, Maoisme, dan Neo-maoisme merupakan filsafat-filsafat penting
yang menyebar-luas seantero Indonesia pada awal 1900-an, bersamaan dengan
pertumbuhan Partai Komunis Indonesia (PKI) (Suryadinata 1990:15). Filsuf-filsuf
4
utama dari mazhab ini, di antara yang lainnya, adalah: Tjoe Bou San, Kwee Hing
Tjiat, Liem Koen Hian, Kwee Kek Beng, dan Tan Ling Djie.
3. Mazhab India
Pembauran atau difusi filsafat-filsafat terus berlanjut bersamaan dengan kedatangan
kaum Brahmana Hindu dan penganut Buddhisme dari India antara tahun 322 SM-700
M. Mereka memperkenalkan kultur Hindu dan kultur Buddhis kepada penduduk asli,
sementara penduduk asli meresponinya dengan menyintesa dua filsafat India itu
menjadi satu versi baru, yang terkenal dengan sebutan Tantrayana. Ini jelas tercermin
pada bangunan Candi Borobudur oleh Dinasti Sailendra pada tahun 800-850 M.
(SarDesai, 1989:44-47). Rabindranath Tagore, seorang filsuf India yang mengunjungi
Borobudur pertama kalinya, mengakui candi itu sebagai candi yang tidak-India,
karena relik-relik yang dipahatkan padanya merepresentasikan pekerja-pekerja lokal
yang berbusana gaya Jawa asli. Ia juga mengakui bahwa tarian-tarian asli Jawa yang
terilhami dari epik-epik India tidak menyerupai tarian-tarian India, meskipun tarian-
tarian dua negeri tersebut bersumber dari sumber yang sama.
Hindu dan Buddhisme—dua filsafat yang saling berlawanan di India—bersama-sama
dengan filsafat Jawa asli dapat didamaikan di Indonesia oleh kejeniusan Sambhara
Suryawarana, Mpu Prapanca, dan Mpu Tantular.
4. Mazhab Islam
10-abad proses Indianisasi ditantang oleh kedatangan Sufisme Persia, dan Sufisme
mulai mengakar dalam perbincangan kefilsafatan sejak awal tahun 1400-an hingga
seterusnya. Perkembangan Sufisme itu dipicu oleh berdirinya kerajaan-kerajaan dan
kesultanan-kesultanan Islam yang masif di Indonesia (Nasr 1991:262). Raja-raja dan
sultan-sultan seperti Sunan Giri, Sunan Gunungjati, Sunan Kudus, Sultan Trenggono,
Pakubuwana II, Pakubuwana IV, Sultan Ageng Tirtayasa, Sultan ‘Alauddin Ri’ayat
Syah, Engku Haji Muda Raja Abdullah Riau hingga Raja Muhammad Yusuf adalah
raja-sufi; mereka mempelajari Sufisme dari guru-guru Sufi terkemuka (Perpustakaan
Nasional 2001:12-39).
5
Sufisme di Indonesia dapat dibagi ke dalam dua kelompok: Ghazalisme dan Ibn
Arabisme. Ghazalisme utamanya terinspirasi oleh ajaran-ajaran Al-Ghazali,
sedangkan Ibn Arabisme dari doktrin-doktrin Ibn Arabi. Sufi-sufi dari jalur Al-
Ghazali adalah seperti Nuruddin Al-Raniri, Abdurrauf Al-Singkeli, Abd al-Shamad
Al-Palimbangi, dan Syekh Yusuf Makassar, sementara yang dari jalur Ibn Arabi
adalah Hamzah Al-Fansuri, Al-Sumatrani, Syekh Siti Jenar, dan lain-lain (Nasr
1991:282-287).
Wahhabisme-Arab juga pernah diadopsi oleh Raja Pakubuwana IV dan Tuanku Imam
Bonjol, yang misi utamanya ialah menghapus Sufisme dan menggantikannya dengan
ajaran-ajaran Quranik (Hamka 1971:62-64).
Di saat Modernisme Islamik, yang memiliki program yaitu menyintesis ajaran-ajaran
Islam dengan filsafat Pencerahan Barat, dimulai oleh Muhammad Abduh dan
Jamaluddin Al-Afghani di Mesir tahun 1800-an, maka muslim-muslim di Indonesia
juga mengadopsi dan mengadaptasinya. Ini nampak jelas dalam karya-karya yang
dihasilkan oleh Syaikh Ahmad Khatib, Syaikh Thaher Djalaluddin, Haji Abdul Karim
Amrullah, Kyai Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, Oemar Said Tjokroaminoto, Haji
Agus Salim, Haji Misbach, dan lain-lain (Noer 1996:37).
5. Mazhab Barat
Sejak pemerintah kolonial Belanda di Indonesia menerapkan ‘Politik Hati Nurani’
(Politik Etis) di awal tahun 1900-an, lembaga-lembaga pendidikan bergaya Belanda
menjamur dimana-mana dan terbuka untuk anak-anak pribumi dari kelas-kelas feudal,
yang hendak bekerja di lembaga-lembaga kolonial. Sekolah-sekolah berbahasa
Belanda itu mengajarkan Filsafat Barat sebagai mata-pelajarannya. Misalnya, Filsafat
Pencerahan—filsafat yang diajarkan secara amat terlambat di Indonesia, setelah 5
abad kemunculannya di Eropa (Larope 1986:236-238). Banyak alumni sekolah
tersebut yang melanjutkan studi mereka di universitas-universitas Eropa. Mereka
lantas muncul sebagai kelompok elit baru di Indonesia yang merupakan generasi
pertama intelligentsia bergaya Eropa, yang kelak menganut Filsafat Barat untuk
menggantikan filsafat etnik mereka yang asli.
6
Filsafat Barat mengilhami banyak lembaga sosio-politis Indonesia modern.
Pemerintahan republik Indonesia, konstitusinya serta distribusi kekuasaan
(distribution of power), partai politik dan perencanaan ekonomi nasional jangka-
panjang, semuanya dilakukan atas model Barat. Bahkan ideologinya ``Pancasila’’
(Yang telah diciptakan oleh Soekarno atau yang kemudian disalahgunakan oleh
Soeharto), terinspirasi dari ideal-ideal Barat tentang humanisme, demokrasi-sosial,
dan sosialisme nasional Nazi Jerman, seperti yang nampak dalam pidato-pidato
anggota Badan Pemeriksa Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tahun
1945 (Risalah Sidang 1995:10-79). Fakta ini menggiring pada kesimpulan, bahwa
‘Indonesia Modern’ dibangun di atas cetak-biru Barat.
Sangat menarik untuk diamati, bahwa meskipun elit itu menganut Filsafat Barat
sepenuh hati, mereka masih merasa perlu mengadaptasikan filsafat itu kepada
kegunaan dan situasi Indonesia yang kontemporer dan kongkrit. Misalnya, Soekarno,
yang mengadaptasi demokrasi Barat dengan situasi rakyat Indonesia yang masih
berjiwa feudalistik, sehingga ia menciptakan apa yang kemudian disebut Demokrasi
Terpimpin (Soekarno 1963:376). D.N. Aidit dan Tan Malaka mengadaptasikan
Marxisme-Leninisme dengan situasi Indonesia (Aidit 1964:i-iv; Tan Malaka 2000:45-
56) dan Sutan Syahrir yang mengadaptasikan Demokrasi-Sosial dengan konteks
Indonesia (Rae 1993:46).
6. Mazhab Kristiani
Bersama-sama dengan pencarian kapitalis Barat akan koloni-koloni di Timur, ajaran
Kristen mendatangi pedagang-pedagang Indonesia pada pertengahan abad 15 (Lubis
1990:78). Pertama-tama yang datang ialah pedagang-pedagang Portugis, lalu
kapitalis-kapitalis Belanda yang berturut-turut menyebarkan ajaran Katolik dan ajaran
Calvin. Fransiskus Xaverius, pewarta Katolik pertama dari Spanyol yang menumpang
kapal Portugis, menerjemahkan Credo, Confession Generalis, Pater Noster, Ave
Maria, Salve Regina, dan Sepuluh Perintah Tuhan ke bahasa Melayu antara tahun
1546-1547, yang melaluinya ajaran Katolik dapat disebar-luaskan kepada penduduk
Hindia Belanda (Lubis 1990:85). Gereja-gereja Katolik pun didirikan dan penganut
Katolik Indonesia berjejalan, namun tak lama kemudian para pastor Katolik diusir dan
umatnya dipaksa untuk pindah ke Kalvinisme oleh penganut-penganut Kalvin
7
Belanda yang datang ke Indonesia pada sekitar tahun 1596. Gereja Reformasi
Belanda (Nederlandse Hervormde Kerk) didirikan sebagai gantinya. Jan Pieterszoon
Coen, salah seorang Gubernur-Jenderal VOC tahun 1618, adalah contoh dari
penganut Kalvinis yang saleh. Beliau mendudukkan semua pewarta Kalvinis (yang
dalam bahasa Belanda disebut Ziekentroosters) di bawah kendalinya (Lubis 1990:99).
Sekolah-sekolah Katolik bergaya Portugis-Hispanik dan lembaga-lembaga pendidikan
Kalvinis bergaya Belanda terbuka untuk penduduk Hindia Belanda. Tidak hanya
diajarkan teologi di dalamnya, tapi juga Filsafat Kristen (Christian Philosophy). Satu
sekolah lalu menjadi beribu-ribu jumlahnya. Hingga kini masih ada (dan terus ada)
universitas-universitas swasta Katolik dan Protestan yang mengajarkan Filsafat
Kristen di dalamnya. Misioner-misioner dan pewarta-pewarta Injil dari Barat yang
telah bertitel Master dalam bidang filsafat dari universitas Eropa, berdatangan untuk
memberikan kuliah pada universitas Kristen Indonesia (Hiorth 1987:4). Dari
universitas-universitas tersebut keluarlah banyak lulusan yang menguasai Filsafat
Kristen, seperti Nico Syukur Dister, J.B. Banawiratma, Franz Magnis-Suseno, Robert
J. Hardawiryana, J.B. Mangunwijaya, TH. Sumartana, Martin Sinaga, dan lain-lain.
7. Mazhab Paska-Soeharto
Mazhab ini terutama mengedepan untuk mengritik kebijakan sosio-politik Soeharto
selama masa kepresidenannya dari tahun 1966 hingga (akhirnya tumbang) pada 1998.
Perhatian utama mereka ialah Filsafat Politik, yang misi utamanya ialah mencari
alternatif-alternatif bagi rezim yang korup itu. Mazhab inilah yang berani menantang
Soeharto, setelah ia berhasil membisukan semua filsuf lewat cara kekerasan. Sebelum
kemunculan mazhab ini, telah ada beberapa orang yang mencoba melawan Soeharto
di era 1970-an, namun mereka dipukul keras dalam insiden-insiden yang disebut
sejarah sebagai Peristiwa ITB Bandung 1973 dan Peristiwa Malari 1974. Sejak
praktek kekerasan itu, filsafat hanya dapat dipraktekkan dalam utopia; praksis dan
inteleksi dipisahkan dari filsafat. Praksis dilarang, dan hanya penalaran yang mungkin
bisa bertahan. Era Soeharto, dalam kacamata filsafat, dapat disebut sebagai ‘era candu
filsafat’, dimana segala jenis dan segala mazhab filsafat dapat hidup tapi tak dapat
dipraktekkan dalam kenyataan. Filsafat hanya menjadi ‘latihan akademis’ dan
ditundukkan. Pancasila menjadi satu-satunya ideologi dan filsafat di era itu (tentunya,
8
Pancasila yang ditafsirkan menurut kepentingan Soeharto, bukan Pancasila BPUPKI
1945) (Hidayat 2004:49-55).
Dalam ‘lingkaran setan’ rezim Soeharto muncullah pemberani-pemberani yang kelak
memutuskan mata-rantai lingkaran itu, dan mereka disebut disini sebagai ‘filsuf
paska-Soeharto’, di antaranya seperti: Sri-Bintang Pamungkas, Budiman Sudjatmiko,
Muchtar Pakpahan, Sri-Edi Swasono, dan Pius Lustrilanang.
9
PROFIL FILSUF DUNIA
A. FILSUF ISLAM
1. Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd (1126 - Marrakesh, Maroko,
10 Desember 1198) dalam bahasa Arab
رش�د dan ابن dalam bahasa Latin
Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol
(Andalusia).
Singkat
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520 Hijriah
(1128 Masehi). Ayah dan kakek Ibnu Rusyd adalah hakim-hakim terkenal pada
masanya. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah seorang anak yang mempunyai banyak
minat dan talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum,
matematika, dan filsafat. Ibnu Rusyd mendalami filsafat dari Abu Ja'far Harun dan
Ibnu Baja.
Ibnu Rusyd adalah seorang jenius yang berasal dari Andalusia dengan pengetahuan
ensiklopedik. Masa hidupnya sebagian besar diberikan untuk mengabdi sebagai
"Kadi" (hakim) dan fisikawan. Di dunia barat, Ibnu Rusyd dikenal sebagai Averroes
dan komentator terbesar atas filsafat Aristoteles yang mempengaruhi filsafat Kristen
di abad pertengahan, termasuk pemikir semacam St. Thomas Aquinas. Banyak orang
mendatangi Ibnu Rusyd untuk mengkonsultasikan masalah kedokteran dan masalah
hukum.
Pemikiran Ibnu Rusyd
Karya-karya Ibnu Rusyd meliputi bidang filsafat, kedokteran dan fikih dalam bentuk
karangan, ulasan, essai dan resume. Hampir semua karya-karya Ibnu Rusyd
10
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan
besar karya-karya aslinya sudah tidak ada.
Filsafat Ibnu Rusyd ada dua, yaitu filsafat Ibnu Rusyd seperti yang dipahami oleh
orang Eropa pada abad pertengahan; dan filsafat Ibnu Rusyd tentang akidah dan sikap
keberagamaannya.
Karya
Bidayat Al-Mujtahid (kitab ilmu fiqih)
Kulliyaat fi At-Tib (buku kedokteran)
Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam
dan menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat)
11
2. Al-Ghazali
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'i (lahir
1058 di Thus, propinsi Khurasan, Persia (Iran), wafat 1111, Thus) adalah seorang
filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal sebagai Algazel di dunia Barat abad
Pertengahan.
Riwayat Hidup
Imam al-Ghazali dilahirkan pada tahun 450 Hijrah bersamaan dengan tahun 1058
Masehi di bandat Thus, Khurasan (Iran). Beliau berkun`yah Abu Hamid karena salah
seorang anaknya bernama Hamid. Gelar beliau al-Ghazali ath-Thusi berkaitan
dengan gelar ayahnya yang bekerja sebagai pemintal bulu kambing dan tempat
kelahirannya yaitu Ghazalah di Bandar Thus, Khurasan. Sedangkan gelar asy-Syafi'i
menunjukkan bahwa beliau bermazhab Syafi'i. Beliau berasal dari keluarga yang
miskin. Ayahnya mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin anaknya menjadi orang
alim dan saleh. Imam Al-Ghazali adalah seorang ulama, ahli fikir, ahli filsafat Islam
yang terkemuka yang banyak memberi sumbangan bagi perkembangan kemajuan
manusia. Beliau pernah memegang jawatan sebagai Naib Kanselor di Madrasah
Nizhamiyah, pusat pengajian tinggi di Baghdad. Imam Al-Ghazali meninggal dunia
pada 4 Jumadil Akhir tahun 505 Hijriah bersamaan dengan tahun 1111 Masehi di
Thus. Jenazahnya dikebumikan di tempat kelahirannya.
Sifat Pribadi
Imam al-Ghazali mempunyai daya ingat yang kuat dan bijak berhujjah. Beliau digelar
Hujjatul Islam karena kemampuannya tersebut. Beliau sangat dihormati di dua dunia
Islam yaitu Saljuk dan Abbasiyah yang merupakan pusat kebesaran Islam. Beliau
berjaya mengusai pelbagai bidang ilmu pengetahuan. Imam al-Ghazali sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Beliau juga sanggup meninggalkan segala kemewahan
hidup untuk bermusafir dan mengambara serta meninggalkan kesenangan hidup demi
mencari ilmu pengetahuan. Sebelum beliau memulakan pengambaraan, beliau telah
mempelajari karaya ahli sufi ternama seperti al-Junaid Sabili dan Bayazid Busthami.
Imam al-Ghazali telah mengembara selama sepuluh tahun. Beliau telah mengunjungi
12
tempat-tempat suci yang bertaburan di daerah Islam yang luas seperti Mekkah,
Madinah, Jerusalem, dan Mesir. Beliau terkenal sebagai ahli filsafat Islam yang telah
mengharumkan nama ulama di Eropa melalui hasil karyanya yang sangat bermutu
tinggi. Sejak kecil lagi berliau telah dididik dengan akhlak yang mulia. Hal ini
menyebabkan beliau benci kepada sifat riya, megah, sombong, takabur, dan sifat-sifat
tercela yang lain. Beliau sangat kuat beribadat, wara, zuhud, dan tidak gemar kepada
kemewahan, kepalsuan. Kemegahan, dan kepuran-puraan dan mencari sesuatu untuk
mendapat keredhaan dari Allah SWT. Beliau mempunyai keahlian dalam pelbagai
bidang ilmu terutamanya fiqih, usul fiqih, dan siyasah syariah. Oleh karena itu, beliau
disebut sebagai seorang faqih.
Pendidikan
Pada tingkat dasar, beliau mendapat pendidikan secara gratis dari beberapa orang
guru karena kemiskinan keluarganya. Pendidikan yang diperoleh pada peringkat ini
membolehkan beliau menguasai Bahasa Arab dan Parsi dengan fasih. Oleh sebab
minatnya yang mendalam terhadap ilmu, beliau mula mempelajari ilmu ushuluddin,
ilmu mantiq, usul fiqih, filsafat, dan mempelajari segala pendapat keeempat mazhab
hingga mahir dalam bidang yang dibahas oleh mazhab-mazhab tersebut. Selepas itu,
beliau melanjutkan pelajarannya dengan Ahmad ar-Razkani dalam bidang ilmu fiqih,
Abu Nasr al-Ismail di Jarajan, dan Imam Harmaim di Naisabur. Oleh sebab Imam al-
Ghazali memiliki ketinggian ilmu, beliau telah dilantik menjadi mahaguru di
Madrasah Nizhamiah (sebuah universitas yang didirikan oleh perdana menteri) di
Baghdad pada tahun 484 Hijrah. Kemudian beliau dilantik pula sebagai Naib
Kanselor di sana. Beliau telah mengembara ke beberapa tempat seperti Mekkah,
Madinah, Mesir dan Jerusalem untuk berjumpa dengan ulama-ulama di sana untuk
mendalami ilmu pengetahuannya yang ada. Dalam pengembaraan, beliau menulis
kitab Ihya Ulumuddin yang memberi sumbangan besar kepada masyarakat dan
pemikiran manusia dalam semua masalah.
13
Karya Al-Ghazali:
Teologi Al-Munqidh min adh-Dhalal Al-Iqtishad fi al-I`tiqad Al-Risalah al-Qudsiyyah Kitab al-Arba'in fi Ushul ad-Din Mizan al-Amal Ad-Durrah al-Fakhirah fi Kasyf Ulum al-Akhirah
Tasawuf Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama), merupakan karyanya yang
terkenal Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan) Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)
Filsafat Maqasid al-Falasifah Tahafut al-Falasifah, buku ini membahas kelemahan-kelemahan para filosof
masa itu, yang kemudian ditanggapi oleh Ibnu Rushdi dalam buku Tahafut al-Tahafut (The Incoherence of the Incoherence).
Fiqih Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul
Logika Mi`yar al-Ilm (The Standard Measure of Knowledge) al-Qistas al-Mustaqim (The Just Balance) Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq (The Touchstone of Proof in Logic)
3. Ibnu Sina
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia Barat adalah seorang
filsuf, ilmuwan, dan juga dokter kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian
14
Uzbekistan). Beliau juga seorang penulis yang produktif dimana sebagian besar
karyanya adalah tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah
"Bapak Pengobatan Modern" dan masih banyak lagi sebutan baginya yang
kebanyakan bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya
yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang
kedokteran selama berabad-abad.
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin ‘Abdullāh bin Sīnā (Persia
سينا : Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab ابوعلى عبد بن الحسين علي أبو
سBينا بن .(اللBه Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah daerah dekat Bukhara,
sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan meninggal pada bulan Juni 1037
di Hamadan, Persia (Iran).
Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak
diantaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak
orang sebagai "bapak kedokteran modern." George Sarton menyebut Ibnu Sina
"ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua
bidang, tempat, dan waktu." pekerjaannya yang paling terkenal adalah The Book of
Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai sebagai Qanun (judul
lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Awal Kehidupan
Kehidupannyan dikenal lewat sumber - sumber berkuasa. Suatu autobiografi
membahas tiga puluh tahun pertama kehidupannya, dan sisanya didokumentasikan
oleh muridnya al-Juzajani, yang juga sekretarisnya dan temannya.
Ibnu Sina lahir pada tahun 370 (H) / 980 (M) di rumah ibunya Afshana, sebuah kota
kecil sekarang wilayah Uzbekistan (bagian dari Persia). Ayahnya, seorang sarjana
terhormat Ismaili, berasal dari Balkh Khorasan, dan pada saat kelahiran putranya dia
adalah gubernur suatu daerah di salah satu pemukiman Nuh ibn Mansur, sekarang
wilayah Afghanistan (dan juga Persia). Dia menginginkan putranya dididik dengan
baik di Bukhara.
15
Meskipun secara tradisional dipengaruhi oleh cabang Islam Ismaili, pemikiran Ibnu
Sina independen dengan memiliki kepintaran dan ingatan luar biasa, yang
mengizinkannya menyusul para gurunya pada usia 14 tahun.
Ibn Sina dididik dibawah tanggung jawab seorang guru, dan kepandaiannya segera
membuatnya menjadi kekaguman diantara para tetangganya; dia menampilkan suatu
pengecualian sikap intellectual dan seorang anak yang luar biasa kepandaiannya /
Child prodigy yang telah menghafal Al-Quran pada usia 5 tahun dan juga seorang ahli
puisi Persia. Dari seorang pedagan sayur dia mempelajari aritmatika, dan dia memulai
untuk belajar yang lain dari seorang sarjana yang memperoleh suatu mata pencaharian
dari merawat orang sakit dan mengajar anak muda.
Meskipun bermasalah besar pada masalah - masalah metafisika dan pada beberapa
tulisan Aristoteles. Sehingga, untuk satu setengah tahun berikutnya, dia juga
mempelajari filosofi, dimana dia menghadapi banyak rintangan. pada beberapa
penyelidikan yang membingungkan, dia akan meninggalkan buku - bukunya,
mengambil air wudhu, lalu pergi ke masjid, dan terus sholat sampai hidayah
menyelesaikan kesulitan - kesulitannya. Pada larut malam dia akan melanjutkan
kegiatan belajarnya, menstimulasi perasaannya dengan kadangkala segelas susu
kambing, dan meskipun dalam mimpinya masalah akan mengikutinya dan
memberikan solusinya. Empat puluh kali, dikatakan, dia membaca Metaphysics dari
Aristoteles, sampai kata - katanya tertulis dalam ingatannya; tetapi artinya tak
dikenal, sampai suatu hari mereka menemukan pencerahan, dari uraian singkat oleh
Farabi, yang dibelinya di suatu bookstall seharga tiga dirham. Yang sangat
mengagumkan adalah kesenangannya pada penemuan, yang dibuat dengan bantuan
yang dia harapkan hanya misteri, yang mempercepat untuk berterima kasih kepada
Allah SWT, dan memberikan sedekah atas orang miskin.
Dia mempelajari kedokteran pada usia 16, dan tidak hanya belajar teori kedokteran,
tetapi melalui pelayanan pada orang sakit, melalui perhitungannya sendiri,
menemukan metode - metode baru dari perawatan. Anak muda ini memperoleh
predikat sebagai seorang fisikawan pada usia 18 tahun dan menemukan bahwa
"Kedokteran tidaklah ilmu yang sulit ataupun menjengkelkan, seperti matematika dan
metafisika, sehingga saya cepat memperoleh kemajuan; saya menjadi dokter yang
sangat baik dan mulai merawat para pasien, menggunakan obat - obat yang sesuai."
16
Kemasyuran sang fisikawan muda menyebar dengan cepat, dan dia merawat banyak
pasien tanpa meminta bayaran.
Pekerjaan pertamanya menjadi fisikawan untuk emir, yang diobatinya dari suatu
penyakit yang berbahaya. Majikan Ibnu Sina memberinya hadiah atas hal tersebut
dengan memberinya akses ke perpustakaan raja Samanids, pendukung pendidikan dan
ilmu. Ketika perpustakaan dihancurkan oleh api tidak lama kemudian, musuh - musuh
Ibnu Sina menuduh din oa yang membakarnya, dengan tujuan untuk
menyembunyikan sumber pengetahuannya. Sementara itu, Ibnu Sina membantu
ayahnya dalam pekerjaannya, tetapi tetap meluangkan waktu untuk menulis beberapa
karya paling awalnya.
Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal.Samanid dynasty menuju
keruntuhannya pada Desember 1004. Ibnu Sina menolak pemberian Mahmud of
Ghazni, dan menuju kearah Barat ke Urgench di Uzbekistan modern, dimana vizier,
dianggap sebagai teman seperguruan, memberinya gaji kecil bulanan. Tetapi gajinya
kecil, sehingga Ibnu Sina mengembara dari satu tempat ke tempat lain melalui distrik
Nishapur dan Merv ke perbatasan Khorasan, mencari suatu opening untuk bakat -
bakatnya. Shams al-Ma'äli Qäbtis, sang dermawan pengatur Dailam, seorang penyair
dan sarjana, yang mana Ibn Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung,
dimana sekitar tahun (1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak.
Ibnu Sina sendiri pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di
Gorgan, dekat Laut Kaspi, Ibnu Sina bertamu dengan seorang teman, yang membeli
sebuah ruman didekat rumahnya sendiri idmana Ibnu Sina belajar logika dan
astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang ini ; dan
permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu dia tinggal di
Hyrcania.
Kematian
17
Ibnu Sina wafat pada tahun 1037 M di Hamadan, Iran, karena penyakit maag yang
kronis. Beliau wafat ketika sedang mengajar di sebuah sekolah.
Karya Ibnu Sina
Qanun fi Thib (Canon of Medicine)(Terjemahan bebas:Aturan Pengobatan) Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu
pengetahuan) An Najat
18
4. Al-Farabi
Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi (870-950, Bahasa Persia: محمد
( فارابی atau Abū Nasir al-Fārābi (dalam beberapa sumber ia dikenal sebagai
Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Uzalagh al-Farabi), juga dikenal di
dunia barat sebagai Alpharabius, Al-Farabi, Farabi, dan Abunasir adalah seorang
filsuf Islam yang menjadi salah satu ilmuwan dan filsuf terbaik di zamannya. Ia
berasal dari Farab, Kazakhstan. Sampai umur 50, ia tetap tinggal di Kazakhstan.
Tetapi kemudian ia pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu di sana selama 20 tahun.
Lalu ia pergi ke Alepo (Halib), Suriah untuk mengabdi kepada sang raja di sana.
Al-Farabi adalah seorang komentator filsafat Yunani yang sangat ulung di dunia
Islam. Meskipun kemungkinan besar ia tidak bisa berbahasa Yunani, ia mengenal
para filsuf Yunani; Plato, Aristoteles dan Plotinus dengan baik. Kontribusinya terletak
di berbagai bidang seperti matematika, filosofi, pengobatan, bahkan musik. Al-Farabi
telah menulis berbagai buku tentang sosiologi dan sebuah buku penting dalam bidang
musik, Kitab al-Musiqa. Ia dapat memainkan dan telah menciptakan bebagai alat
musik.
Al-Farabi muda belajar ilmu-ilmu islam dan musik di Bukhara. Setelah mendapat
pendidikan awal, Al_farabi belajar logika kepada orang Kristen Nestorian yang
berbahasa Suryani, yaitu Yuhanna ibn Hailan. Pada masa kekhalifahan Al-Muta'did
(892-902M), Al-farabi dan Yhanna ibn Hailan pergi ke Baghdad dan Al-farabi unggul
dalam ilmu logika. Al-Farabi selanjutnya banyak memberi sumbangsihnya dalam
penempaan filsafat baru dalam bahasa Arab. Pada kekahlifahan Al-Muktafi (902-
908M) dan awal kekhalifahan Al-Muqtadir (908-932M) Al-farabi dan Ibn Hailan
meninggalkan Baghdad menuju Harran. Dari Baghdad Al-Farabi pergi ke
Konstantinopel dan tinggal di sana selama dealapan tahun serta mempelajari seluruh
silabus filsafat.
Al-Farabi dikenal sebagai "guru kedua" setelah Aristoteles. Dia adalah filosof islam
pertama yang berupaya menghadapkan, mempertalikan dan sejauh mungkin
menyelaraskan filsafat politik Yunani klasik dengan islam serta berupaya
membuatnya bisa dimengerti di dalam konteks agama-agama wahyu. Karyanya yang
paling terkenal adalah Al-Madinah Al-Fadhilah (Kota atau Negara Utama)yang
19
membahas tetang pencapaian kebahagian melalui kehidupan politik dan hubungan
antara rezim yang paling baik menurut pemahaman Plato dengan hukum Ilahiah
islam. Filsafat politik Al-Farabi, khususnya gagasannya mengenai penguasa kota
utama mencerminkan rasionalisasi ajaran Imamah dalam Syi'ah.
20
5. Al-Kindi
Al-Kindi ( الكندي اسحاق بن (يعقوب (lahir: 801 - wafat: 873), bisa
dikatakan merupakan filsuf pertama yang lahir dari kalangan Islam. Semasa
hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani pula. Banyak karya-
karya para filsuf Yunani diterjemahkannya dalam bahasa Arab; antara lain karya
Aristoteles dan Plotinus. Sayangnya ada sebuah karya Plotinus yang
diterjemahkannya sebagai karangan Aristoteles dan berjudulkan Teologi menurut
Aristoteles, sehingga di kemudian hari ada sedikit kebingungan.
Al-Kindi berasal dari kalangan bangsawan, dari Irak. Ia berasal dari suku Kindah,
hidup di Basra dan meninggal di Bagdad pada tahun 873. Ia merupakan seorang tokoh
besar dari bangsa Arab yang menjadi pengikut Aristoteles, yang telah mempengaruhi
konsep al Kindi dalam berbagai doktrin pemikiran dalam bidang sains dan psikologi.
Al Kindi menuliskan banyak karya dalam berbagai bidang, geometri, astronomi,
astrologi, aritmatika, musik(yang dibangunnya dari berbagai prinip aritmatis), fisika,
medis, psikologi, meteorologi, dan politik.
Ia membedakan antara intelek aktif dengan intelek pasif yang diaktualkan dari bentuk
intelek itu sendiri. Argumen diskursif dan tindakan demonstratif ia anggap sebagai
pengaruh dari intelek ketiga dan yang keempat. Dalam ontologi dia mencoba
mengambil parameter dari kategori-kategori yang ada, yang ia kenalkan dalam lima
bagian: zat(materi), bentuk, gerak, tempat, waktu, yang ia sebut sebagai substansi
primer.
Al Kindi mengumpulkan berbagai karya filsafat secara ensiklopedis, yang kemudian
diselesaikan oleh Ibnu Sina (Avicenna) seabad kemudian. Ia juga tokoh pertama yang
berhadapan dengan berbagai aksi kejam dan penyiksaan yang dilancarakan oleh para
bangsawan religius-orthodox terhadap berbagai pemikiran yang dianggap bid'ah, dan
dalam keadaan yang sedemikian tragis(terhadap para pemikir besar Islam) al Kindi
dapat membebaskan diri dari upaya kejam para bangsawan orthodox itu.
21
6. Abdulmalik bin Quraib Al-Asma'i
Abdulmalik bin Quraib Al-Asma'i (Basra, 740-828) merupakan seorang ahli sastera
Arab sekaligus ilmuwan bidang zoologi, botani, dan penjagaan hewan.
Tulisannya yang terkenal di antaranya Kitab Ibil, Kitab Khalil, Kitab Wuhush, Kitab
Sha, dan Kitab Khalqal Insan. Buku terakhirnya tentang anatomi manusia
membuktikan pengetahuannya yang mendalam dan luas mengenai bidang tersebut.
Minat dalam pemuliaan/peternakan kuda dan unta mendorong kepada hasil kerja
ilmiah sistematik oleh orang Arab seawal abad ke-7. Ketika pemerintahan Khalifah
Umayyad, klasifikasi dan sifat hewan dan tumbuhan dikaji dan dicatat oleh beberapa
ilmuwan. Hasil kajian Al-Asmai amat popular dikalangan ilmuwan pada abad ke-9
dan abad ke-10.
22
7. Ibnu Haitham
Ibnu Haitham atau nama sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-
Haitham, atau dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenal dengan nama
Alhazen, adalah seorang ilmuwan Islam yang ahli dalam bidang sains, falak, mate-
matika, geometri, pengobatan, dan filsafat. Beliau banyak pula melakukan
penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat
seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop..
Sejarah
Masa ilmuwan-ilmuwan Islam
Islam sering kali diberikan gambaran sebagai agama yang mundur dan
memundurkan. Islam juga dikatakan tidak menggalakkan umatnya menuntut dan
menguasai pelbagai lapangan ilmu. Kenyataan dan gambaran yang diberikan itu
bukan saja tidak benar tetapi bertentangan dengan hakikat sejarah yang
sebenarnya.
Sejarah telah membuktikan betapa dunia Islam telah melahirkan banyak golongan
sarjana dan ilmuwan yang cukup hebat dalam bidang falsafah, sains, politik,
kesusasteraan, kemasyarakatan, agama, pengobatan, dan sebagainya. Salah satu
ciri yang dapat diperhatikan pada para tokoh ilmuwan Islam ialah mereka tidak
sekedar dapat menguasai ilmu tersebut pada usia yang muda, tetapi dalam masa
yang singkat dapat menguasai beberapa bidang ilmu secara bersamaan.
Walaupun tokoh itu lebih dikenali dalam bidang sains dan pengobatan tetapi dia
juga memiliki kemahiran yang tinggi dalam bidang agama, falsafah, dan
sebagainya. Salah seorang daripada tokoh tersebut ialah Ibnu Haitham atau nama
sebenarnya Abu All Muhammad al-Hassan ibnu al-Haitham.
Perjalanan hidup
Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, beliau dikenali dengan nama Alhazen.
Ibnu Haitham dilahirkan di Basrah pada tahun 354H bersamaan dengan 965
Masehi. Beliau memulai pendidikan awalnya di Basrah sebelum dilantik menjadi
pegawai pemerintah di bandar kelahirannya. Setelah beberapa lama berkhidmat
23
dengan pihak pemerintah di sana, beliau mengambil keputusan merantau ke
Ahwaz dan Baghdad. Di perantauan beliau telah melanjutkan pengajian dan
menumpukan perhatian pada penulisan.
Kecintaannya kepada ilmu telah membawanya berhijrah ke Mesir. Selama di sana
beliau telah mengambil kesempatan melakukan beberapa kerja penyelidikan
mengenai aliran dan saliran Sungai Nil serta menyalin buku-buku mengenai
matematika dan falak. Tujuannya adalah untuk mendapatkan uang cadangan
dalam menempuh perjalanan menuju Universitas Al-Azhar.
Hasil daripada usaha itu, beliau telah menjadi seorang yang amat mahir dalam
bidang sains, falak, matematik, geometri, pengobatan, dan falsafah. Tulisannya
mengenai mata, telah menjadi salah satu rujukan yang penting dalam bidang
pengajian sains di Barat. Malahan kajiannya mengenai pengobatan mata telah
menjadi asas kepada pengajian pengobatan modern mengenai mata.
Karya dan penelitian
Sains
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan.
Penyelidikannya mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains
barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler mencipta mikroskop serta teleskop. Beliau
merupakan orang pertama yang menulis dan menemui pelbagai data penting
mengenai cahaya.
Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah diterjemahkan ke
dalam bahasa Inggeris, antaranya ialah Light dan On Twilight Phenomena.
Kajiannya banyak membahaskan mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar
bulan dan matahari serta bayang bayang dan gerhana.
Menurut Ibnu Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19
darjah di ufuk timur. Warna merah pada senja pula akan hilang apabila matahari
berada di garis 19 darjah ufuk barat. Dalam kajiannya, beliau juga telah berjaya
menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.
24
Ibnu Haitham juga turut melakukan percubaan terhadap kaca yang dibakar dan
dari situ terhasillah teori lensa pembesar. Teori itu telah digunakan oleh para
saintis di Itali untuk menghasilkan kanta pembesar yang pertama di dunia.
Yang lebih menakjubkan ialah Ibnu Haitham telah menemui prinsip isi padu
udara sebelum seorang saintis yang bernama Trricella mengetahui perkara itu 500
tahun kemudian. Ibnu Haitham juga telah menemui kewujudan tarikan graviti
sebelum Issaac Newton mengetahuinya. Selain itu, teori Ibnu Haitham mengenai
jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan yang bersambung-sambung secara
teratur telah memberikan ilham kepada saintis barat untuk menghasilkan wayang
gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan filem yang kemudiannya
disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang
dapat kita tontoni pada masa kini.
Filsafat
Selain sains, Ibnu Haitham juga banyak menulis mengenai falsafah, logik,
metafizik, dan persoalan yang berkaitan dengan keagamaan. Beliau turut menulis
ulasan dan ringkasan terhadap karya-karya sarjana terdahulu.
Penulisan falsafahnya banyak tertumpu kepada aspek kebenaran dalam masalah
yang menjadi pertikaian. Padanya pertikaian dan pertelingkahan mengenai sesuatu
perkara berpunca daripada pendekatan yang digunakan dalam mengenalinya.
Beliau juga berpendapat bahawa kebenaran hanyalah satu. Oleh sebab itu semua
dakwaan kebenaran wajar diragui dalam menilai semua pandangan yang sedia
ada. Jadi, pandangannya mengenai falsafah amat menarik untuk disoroti.
Bagi Ibnu Haitham, falsafah tidak boleh dipisahkan daripada matematik, sains,
dan ketuhanan. Ketiga-tiga bidang dan cabang ilmu ini harus dikuasai dan untuk
menguasainya seseorang itu perlu menggunakan waktu mudanya dengan
sepenuhnya. Apabila umur semakin meningkat, kekuatan fizikal dan mental akan
turut mengalami kemerosotan.
25
Karya
Ibnu Haitham membuktikan pandangannya apabila beliau begitu ghairah mencari dan
mendalami ilmu pengetahuan pada usia mudanya. Sehingga kini beliau berjaya
menghasilkan banyak buku dan makalah. Antara buku karyanya termasuk:
1. Al'Jami' fi Usul al'Hisab yang mengandungi teori-teori ilmu metametik dan
metametik penganalisaannya;
2. Kitab al-Tahlil wa al'Tarkib mengenai ilmu geometri;
3. Kitab Tahlil ai'masa^il al 'Adadiyah tentang algebra;
4. Maqalah fi Istikhraj Simat al'Qiblah yang mengupas tentang arah kiblat bagi
segenap rantau;
5. M.aqalah fima Tad'u llaih mengenai penggunaan geometri dalam urusan
hukum syarak dan
6. Risalah fi Sina'at al-Syi'r mengenai teknik penulisan puisi.
Sumbangan Ibnu Haitham kepada ilmu sains dan falsafah amat banyak. Kerana itulah
Ibnu Haitham dikenali sebagai seorang yang miskin dari segi material tetapi kaya
dengan ilmu pengetahuan. Beberapa pandangan dan pendapatnya masih relevan
sehingga ke hari ini.
Walau bagaimanapun sebahagian karyanya lagi telah "dicuri" dan "diceduk" oleh
ilmuwan Barat tanpa memberikan penghargaan yang sewajarnya kepada beliau.
Sesungguhnya barat patut berterima kasih kepada Ibnu Haitham dan para sarjana
Islam kerana tanpa mereka kemungkinan dunia Eropa masih diselubungi dengan
kegelapan.
Kajian Ibnu Haitham telah menyediakan landasan kepada perkembangan ilmu sains
dan pada masa yang sama tulisannya mengenai falsafah telah membuktikan keaslian
pemikiran sarjana Islam dalam bidang ilmu tersebut yang tidak lagi dibelenggu oleh
pemikiran falsafah Yunani.
26
8. Syed Muhammad Naquib al-Attas
Syed Muhammad al Naquib bin Ali bin Abdullah bin Muhsin al Attas (Bogor, 5
September 1931) adalah seorang cendekiawan dan filsuf muslim saat ini dari
Malaysia. Beliau menguasai teologi, filsafat, metafisika, sejarah, dan literatur. Beliau
juga menulis berbagai buku di bidang pemikiran dan peradaban Islam, khususnya
tentang sufisme, kosmologi, filsafat, dan literatur Malaysia.
Pendidikan dan masa kecil
Syed Muhammad Naquib al-Attas lahir di Bogor, Indonesia. Beliau menempuh
pendidikan dasar pada usia 5 tahun di Johor, Malaysia, namun saat pendudukan
Jepang ia pergi belajar ke Jawa untuk belajar Bahasa Arab di Madrasah Al-`Urwatu’l-
wuthqa.
Setelah Perang Dunia II pada tahun 1946 ia kembali ke Johor untuk menyelesaikan
pendidikan menengahnya. Ia tertarik dan mempelajari sastra Melayu, sejarah, dan
kebudayaan Barat. Saat kuliah di Universitas Malaya, al-Attas menulis Rangkaian
Ruba`iyat, sebuah karya literatur, dan Some Aspects of Sufism as Understood and
Practised among the Malays. Dari sini ia melanjutkan studi ke the Institute of Islamic
Studies di McGill University, Montreal, Canada. Tahun 1962 Al-Attas menyelesaikan
studi pasca sarjana di sini dengan thesis Raniri and the Wujudiyyah of 17th Century
Acheh. Al-Attas kemudian melanjutkan studi ke School of Oriental and African
Studies, University of London di bawah bimbingan Professor A. J. Arberry dari
Cambridge dan Dr. Martin Lings. Thesis doktornya (1962) adalah studi tentang dunia
mistik Hamzah Fansuri.
In 1987, Al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama
International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur.
Melalui institusi ini Al-Attas bersama sejumlah kolega dan mahasiswanya melakukan
kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, serta memberikan
respons yang kritis terhadap Peradaban Barat.
27
Tulisan Al-Attas
(1970) The Correct Date of the Terengganu Inscription, Kuala Lumpur
Museum Department.
(1975) Comments on the Re-Examination of Al-Raniri’s Hujjat au’l Siddiq: A
Refutation, Kuala Lumpur Museum Department.
(1978) Islam and Secularism ISBN 983-99628-6-8
(1980) The Concept of Education in Islam
(1988) The Oldest Known Malay Manuscript: A 16th Century Malay
Translation of the `Aqa’id of al-Nasafi
(1989) Islam and the Philosophy of Science, Kuala Lumpur: ISTAC, 2001)
(1990) The Nature of Man and the Psychology of the Human Soul
(1990) On Quiddity and Essence
(1990) The Intuition of Existence
(1992) The Concept of Religion and the Foundation of Ethics and Morality
(1993) The Meaning and Experience of Happiness in Islam, Kuala Lumpur:
ISTAC, 1998)
(1994) The Degrees of Existence
(1995) Prolegomena to the Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental
Elements of the Worldview of Islam
28
B. FILSUF BARAT
1. Plato
Plato (bahasa Yunani Πλάτων) (lahir sekitar 427 SM -
meninggal sekitar 347 SM) adalah filsuf Yunani yang
sangat berpengaruh, murid Socrates dan guru dari
Aristoteles. Karyanya yang paling terkenal ialah
Republik (dalam bahasa Yunani Πολιτεία atau Politeia,
"negeri") di mana ia menguraikan garis besar
pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis
'Hukum' dan banyak dialog di mana Socrates adalah peserta utama.
Sumbangsih Plato yang terpenting tentu saja adalah ilmunya mengenai ide. Dunia
fana ini tiada lain hanyalah refleksi atau bayangan daripada dunia ideal. Di dunia
ideal semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-barang
kasar yang bisa dipegang saja, tetapi juga mengenai konsep-konsep pikiran, hasil
buah intelektual. Misalkan saja konsep mengenai "kebajikan" dan "kebenaran".
Salah satu perumpamaan Plato yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di
gua.
Ada yang berpendapat bahwa Plato adalah filsuf terbesar dalam sejarah manusia.
Semua karya falsafi yang ditulis setelah Plato, hanya merupakan "catatan kaki" karya-
karyanya saja.
29
2. Socrates
Nama: Socrates (Σωκράτης)
Lahir: k. 469 / 471 SM
Meninggal: 399 SM
Aliran/tradisi: Yunani Klasik
Minat utama: epistemologi, etika
Gagasan penting: Metode Socrates, Ironi Socrates
Mempengaruhi: Plato, Aristoteles, Aristippus, Antisthenes, Filosofi Barat
Socrates (Bahasa Yunani Σωκράτης, Sǒcratēs) (470 SM - 399 SM) adalah
filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur tradisi filosofis Barat yang
paling penting. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga
ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah
yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Pengajaran
Socrates diperkirakan berprofesi sebagai seorang ahli bangunan (stone mason) untuk
mencukupi hidupnya. Penampilan fisiknya pendek dan tidak tampan, akan tetapi
karena pesona, karakter dan kepandaiannya ia dapat membuat para aristokrat muda
Athena saat itu untuk membentuk kelompok yang belajar kepadanya.
Metode pembelajaran Socrates bukanlah dengan cara menjelaskan, melainkan dengan
cara mengajukan pertanyaan, menunjukkan kesalahan logika dari jawaban, serta
dengan menanyakan lebih jauh lagi, sehingga para siswanya terlatih untuk mampu
memperjelas ide-ide mereka sendiri dan dapat mendefinisikan konsep-konsep yang
mereka maksud dengan mendetail.
Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Kebanyakan yang
kita ketahui mengenai buah pikiran Socrates berasal dari catatan oleh Plato,
Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya.
30
Filosofi
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa
percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya
bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar memainkan
peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan
dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya
dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan
berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan
bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani
kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal: "Kenalilah dirimu".
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang
bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk
masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi
pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan
mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
Kematian
Socrates percaya akan gagasan mengenai
gaya tunggal dan transenden yang ada di
balik pergerakan alam ini. Dengan demikian,
Socrates memiliki pandangan yang
bertentangan dengan kepercayaan umum
masyarakat Yunani saat itu, yaitu
kepercayaan pada kuil (oracle) dari dewa-dewa.
Pandangan yang ia bawa tersebut akhirnya membuatnya dipenjara dengan tuduhan
merusak ahlak pemuda-pemuda Athena. Pengadilan dan cobaan yang dialaminya
digambarkan dalam catatan Apology oleh Plato, sedangkan serangkaian
percakapannya dengan para siswanya ketika ia dipenjara digambarkan dalam Phaedo,
juga oleh Plato. Bagaimanapun, Socrates dinyatakan bersalah dan ia ditawarkan untuk
bunuh diri dengan meminum racun. Penawaran tersebut diterimanya dengan tenang,
31
meskipun para siswanya telah berulangkali membujuknya untuk melarikan diri.
Menurut Phaedo, Socrates meninggal dengan tenang dengan dikelilingi oleh kawan-
kawan dan siswanya.
Pengaruh
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode
penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan
untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak
dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
32
3. Aristoteles
Aristoteles (Bahasa Yunani: ‘Aριστοτέλης Aristotélēs),
(384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani,
murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung.
Ia menulis berbagai subyek yang berbeda, termasuk
fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik,
pemerintahan. etnis, biologi dan zoologi. Bersama
dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang
di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di
pemikiran Barat.
Masa muda
Aristoteles lahir di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya
termasuk wilayah Makedonia tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi
Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi
murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena
selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal,
dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Saat Alexander berkuasa di tahun
336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia
kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang
dipimpinnya sampai tahun 323 SM
Kontribusi dan karya
Filsafat Aristoteles berkembang pada waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup
enam karya tulisnya yang membahas masalah logika, yang dianggap sebagai karya-
karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika, fisika, etika,
politik, kedokteran dan ilmu alam.
Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungannya akan analisa kritis, dan pencarian terhadap
33
hukum alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-
bentuk ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin
tanpa bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnya ia menyatakan bahwa bentuk materi
yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai
theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive reasoning), yang
bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang
logika formal. Meskipun demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula
pentingnya observasi, eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik yang ideal adalah
gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki.
Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia dianggap
berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya melingkupi bidang-
bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi, biologi, psikologi,
metafisika (misalnya studi tentang prisip-prinsip awal mula dan ide-ide dasar tentang
alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan teori retorika dan puisi.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih
merupakan penjelasan dari hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation),
banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir selama dua ribu tahun lamanya.
Hal ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai
dengan pemikiran masyarakat pada umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa
teori-teori tersebut salah total karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang
keliru.Misalnya teori Evolusi yang dianut oleh Charles Darwin, yang telah
terbantahkan berkat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran
Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan pemikiran
Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas Aquinas di abad
ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 – 1204), dan dengan teologi
34
Islam oleh Ibnu Rusyid (1126 – 1198). Bagi manusia abad pertengahan, Aristoteles
tidak saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif terhadap logika dan metafisika,
melainkan juga dianggap sebagai sumber utama dari ilmu pengetahuan, atau "the
master of those who know", sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante
Alighieri.
35
4. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas (1225, Aquino, Italia – Fossanova, Italia, 7 Maret 1274), kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia.
Ia terutama menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut sebagai "Ahli teologi utama orang Kristen." Bahkan ia dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar santo.
Kehidupan Thomas Aquinas
Aquinas merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus.
Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam
filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan
pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya
sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen.
Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja
Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
Thomas dilahirkan di Roccasecca, dekat Aquino, Italia, tahun 1225. Ayahnya ialah
Pangeran Landulf dari Aquino. Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang
saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara
Benedictus di Monte Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan.
Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples
untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Selama di sana, ia mulai tertarik kepada
pekerjaan kerasulan gereja, dan ia berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu
ordo yang sangat berperanan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang
tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun,
tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah kepada keinginan anaknya.
Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.
36
Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris,
sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama
tiga tahun (1245 -- 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang
memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus
memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 -
1252.
Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254)
dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris.
Kecakapan Thomas sangat terkenal sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-
kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni,
Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269,
Thomas dipanggil kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana karena pada
tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.
Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di
biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai
orang kudus pada tahun 1323.
Ajaran Thomas Aquinas
Thomas mengajarkan Allah sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens).
Allah adalah "dzat yang tertinggi", yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah
adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles
dalam pandangannya.
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan
kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami
dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi
sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan
ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas.
Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai
hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam
dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi
37
kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan
rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja.
Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan
keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.
Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang
diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi
(sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang
percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju
kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang
menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat
penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang
dikaruniakan oleh Allah.
Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah
dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-
satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat
terkenal adalah "Summa Contra Gentiles" dan "Summa Theologia".
38
5. John Adam Smith
Lahir 5 Juni 1723 Kirkcaldy, Skotlandia
Wafat 17 Juli 1790 Edinburgh , Skotlandia
John Adam Smith (5 Juni 1723 – 17 Juli 1790), adalah seorang filsuf berkebangsaan
Skotlandia yang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern. Karyanya yang terkenal
adalah buku An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations
(disingkat The Wealth of Nations) adalah buku pertama yang menggambarkan sejarah
perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan
perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah salah satu pelopor sistem
ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan
pada abad 19 mulai terkenal disana.
Kemakmuran Negara (Wealth of Nations) dan yang lebih kecil pengaruhnya Teori
Moral Sentimen, telah menjadi titik awal untuk segala pertahanan atau kritik atau
bentuk kapitalisme, yang terpenting dalam tulisan Marx dan ekonomi manusia.
Karena kapitalisme laissez-faire seringkali dihubungkan dengan keegoisan tak
terkontrol, ada gerakan baru yang menekankan filosofi moral Smith, dengan fokus
simpati kepada seseorang.
Ada beberapa kontroversi tentang keaslian Kemakmuran Negara Smith; beberapa
orang menyangkal hasil kerjanya hanyalah tambahan biasa kepada kerja pemikir
seperti David Hume dan Baron de Montesquieu. Dan, banyak teori-teori Smith hanya
menggambarkan trend sejarah menjauh dari mercantilisme, menuju perdagangan-
bebas, yang telah berkembang selama beberapa dekade, dan telah memiliki pengaruh
39
yang nyata dalam kebijakan pemerintah. Namun begitu, buku ini mengorganisasi
pemikiran-pemikiran mereka secara luas, dan tetap menjadi suatu buku yang paling
berpengaruh dan penting dalam bidangya sekarang ini.
Biografi
Adam Smith dikenal luas dengan teori ekonomi '"laissez-faire" yang mengumumkan
perkumpulan di abad 18 Eropa. Smith percaya akan hak untuk mempengaruhi
kemajuan ekonomi diri sendiri dengan bebas, tanpa dikendalikan oleh perkumpulan
dan/atau negara. Teori ini sampai pada proto-industrialisasi di Eropa, dan mengubah
mayoritas kawasan Eropa menjadi daerah perdagangan bebas, membuat kemungkinan
akan adanya pengusaha. Dia juga dikenal sebagai "Bapak Ekonomi".
Pendidikan
Pada umur 13, Smith memasuki Universitas Glasgow, dimana dia belajar filosofi
moral dibawah"si orang yang tidak boleh dilupakan" (sebagaimana Smith
memanggilnya) Francis Hutcheson. Di sini, Smith mengembangkan keinginan
kuatnya akan kebebasan, akal sehat, dan kebebasan berpendapat. Tahun 1740 dia
dianugrahi Snell exhibition dan memasuki Kampus Balliol, Oxford, tetapi seperti
William Robert Scott katakan, "Universitas Oxford dalam masanya memberikan
sedikit jika bantuan manapun yang diberikan apa yang harusnya merupakan kerja
seumur hidupnya," dan dia meninggalkan universitas itu tahun 1746. Dalam Buku ke
V dari The Wealth of Nations, Smith berkomentar pada instruksi kualitas rendah dan
aktivitas intelektual yang berjumlah sedikit dibandingkan dengan di Skotlandia.
komentarnya ditujukan pada orang-orang yang dianugerahi kekayaan dari kampus-
kampus Oxford dan Cambridge, dimana membuat pemasukan dari para profesor tidak
berdasarkan pada kemampuan mereka untuk menarik murid, dan pada fakta bahwa
orang-orang yang menyaru sebagai men of letters bisa menikmati kehidupan lebih
nyaman dari mentri di Church of England.
40
Karir di Edinburgh dan Glasgow
Tahun 1748 Smith memulai menguliahi umum di Edinburgh dibawah bimbingan
Lord Kames. Sebagian dari perkuliahannya menyinggung retorika dan belles-letters,
tetapi nantinya dia akan mengambil subyek dari "kemajuan dari kesejahteraan," dan
nantinya, di pertengahan atau akhir abad duapuluh, dimana dia pertamakalinya
mengemukakan filosofi ekonomi dari "sistem yang jelas dan sederhana dari
kebebasan alamiah" dimana dia menyatakan hal tersebut ke khalayak dalam buku
karangannya The Wealth of Nations. Pada sekitar tahun 1750 dia bertemu filusuf
David Hume, yang merupakan seniornya terpaut sepuluh tahun. Hubungan dan
kesamaan opini yang dapat ditemukan dalam detil dari tulisan mereka mencakup
sejarah, politik, filosofi, ekonomi, dan agama menandakan bahwa mmereka berdua
memiliki persekutuan intelektual yang dekat dan persahabatan dibanding orang lain
yang mana akan memerankan peran penting selama Pencerahan di Skotlandia.[1], dia
merutinkan The Poker Club dari Edinburgh.
Tahun 1751 Smith ditunjuk sebagai ketua dewan logika di Universitas Glasgow,
dipindahkan tahun 1752 ke Dewan filosofi moral Glasgow, pernah ditinggali oleh
gurunya yang terkenal, Francis Hutcheson. Kuliahnya mencakup etika, retorika,
jurispundens, politik ekonomi, dan "polisi dan keuntungan". Tahun 1759 dia
menerbitkan Teori dari Sentimen Moral, memasukan sebagian kuliahnya di Glasgow.
Karya ini, yang membangun reputasi Smith masa itu, menjelaskan bagaimana
komuikasi manusia bergantung pada simpati antara agen dan penonton (itu, sang
individual dan anggota masyarakat yang lain). Analisanya pada evolusi bahasa
terkadang superfisial, seperti yang ditunjukkan 14 tahun kemudian oleh penelitian
yang lebih dalam pada bahasa primitif oleh Lord Monboddo[2]. dalam karyanya
berjudul Asal Muasal dan Perkembangan Bahasa kapasitas Smith akan pengaruh,
persuasif, atau argumen retorikal, lebih banyak dalam buktinya. Dia mendasarkan
penjelasannya tidak, seperti Lord Shaftesbury ketiga dan Hutcheson lakukan pada
"kepentingan moral", juga tidak seperti Hume pada utilitarianisme, tetapi berdasarkan
atas simpati.
Smith sekarang memulai memberi perhatian lebih pada jurisprudensi dan ekonomi di
dalam kuliahnya dan sedikit pada teorinya tentang moral. Kesan yang didapatkan
sama ke pengembangan ide-idenya pada ekonomi politik dari catatan kuliahnya oleh
41
seorang mahasiswa sekitar tahun 1763 yang nantinya diedit oleh Edwin Cannan[3], dan
membentuk apa yang Scott, penemu dan penerbitnya, mendeskripsikannya sebagai
"Bagian dari Draft Wealth of Nations", yang bertanggal sekitar 1763. Karya Cannan
muncul sebagai Kuliah dalam Keadilan, Polisi, Pajak dan Senjata. Sebuah versi lebih
lengkap diterbitkan sebagai Kuliah dalam Jurispundensi di edisi Glasgow tahun 1976.
Tur Perancis
pada 1762 senat akademik dari Universitas Glasgow bertemu dalam titel Doktor
Hukum Smith. Pada akhir 1763, dia mendapatkan tawaran menggiurkan dari Charles
Townshend (yang dikenalkan ke Smith oleh David Hume), untuk mengajar anak
tirinya, Duke of Buccleuch. Smith akhirnya pensiun dari keprofessorannya dan dari
1764-66 berkelana bersama muridnya, kebanyakan di Perancis, dimana dia datang
untuk menemui pemimpin intelektual seperti Turgor, Jean D'Alembert, Andre
Morrelet, Helvetius dan, khususnya, Frangois Quesnay, kepala dari Sekolah Psiokrat
yang karyanya dihormati oleh Smith sangat tinggi. Dalam perjalanan pulangnyake
Kirkaldy Smith dipilih menjadi anggota Royal Society dari London dan dia
mendedikasikan kebanyakan sepuluh tahun berikutnya pada magnum opusnya, The
Wealth of Nations, yang muncul tahun 1776. Buku tersebut diterima dengan baik dan
membuat sang pengarang terkenal.
Tahun-Tahun Akhir
Tahun 1778 Smith ditunjuk untuk menduduki pos sebagaikomisioner untuk cukai di
Skotlandia dan hidup bersama ibunya di Edinburgh. Tahun 1783 dia menjadi salah
satu pendiri Royal Society of Edinburgh dan dari tahun 1787 sampai 1789 dia
mendaat posisi kehormatan Lord Rektor Universitas Glasgow. Dia meninggal di
edinburgh pada 17 Juli 1790 karena sakit keras dan dikuburkan di Canogatw
Kirkyard.
Eksekutor literatur Smith ialah dua orang teman lama dari akademi dunia Skotlandia,
fisikawan dan kimiawan Joseph Black, dan geolog pionir James Huton. Smith
meninggalakan banyak catatan dan material yang tidak dipublikasikan, tetapi
memberi instruksi untuk menghancurkan apapun yang tidak pantas dipublikasikan.
42
Dia menyebut History of Astronomy cocok, dan muncul pada tahun 1795, bersama
material lain, sebagai Essay on Philoshopical Objects.
Pengikut kontemporer Adam Smith termasuk John Millar
Karakter Pribadi dan Pandangan-Pandangan
Sangat sedikit yang diketahui tentang Adam Smith selain dari apa yang bisa dideduksi
dari karya-karyanya yang sudah diterbitkan. Semua paper pribadinya sudah
dihancurkan setelah kematiannya. Dia tidak menikah dan sepertinya mempertahankan
hubungan dekat dengan ibunya, dimana dia tinggal setelah pulang dari Perancis dan
mendahului kematian Smith hanya 6 tahun berselang. Kesaksian kontemporer
menjelaskan Smith sebagai eksentrik tetapi intelektual yang dermawan dan ramah,
kepikunan yang komikal, dengan kebiasaan yang berulang tentang pidato dan
memberi senyuman yang "ramah tanpa ekspresi." Kesabarannya disebut memiliki
nilai penting dalam pekerjaannya sebagai administrasi Glasgow. Setelah kematiannya
ditemukan bahwa sebagian besar pendapatannya disumbangkan secara rahasia
olehnya.
Telah terjadi beberapa debat terhadap pandangan relijius dari Adam Smith. Ayahnya
memiliki ketertarikan besar pada Kekristenan dan merupakan sayap moderat dari
gereja Skotlandia (gereja nasional di Skotlandia sejak 1690). Smith mungkin pergi ke
Inggris untuk meniti karir didalam Gereja Inggris: pernyataan ini kontroversial dan
bergantung pada status eksibisi Snell. Di Oxford, Smith menolak Kristen dan
dipercaya kalau dia pulang ke Skotlandia sebagai Deis.
Ekonom Ronald Coase, bagaimanpun, telah menantang pandangan kalau Smith
merupakan seorang Deist, menyatakan bahwa, ketika SMith mungkin dihubungkan
sebagai "Arsitek Besar Alam Semesta", sarjana lain telah "jauh melebih-lebihkan
perluasan sampai dimana Adam Smith telah memasuki sebuah keyakinan dalam
sebuah Tuhan Pribadi". Dia mendasari analisa ini dari sebuah remark dalam The
Wealth of Nations dimana Smith menulis kalau keingintahuan umat manusia tentang
"fenomena luarbiasa dari alam" seperti "generasi, kehidupan, pertumbuhan dan
kematian dari tanaman dan binatang" telah membuat manusia untuk "memasukkannya
dalam akal sehat mereka". Coase mencatat observasi Smith dimana: "Takhayul
43
pertama-tama ditujukkan untuk memenuhi keingintahuan, dengan menghubungkan
semua penampakan menakjubkan pada agensi tentang Tuhan". Bagaimanapun,
kepercayaan ini tidak bertentangan dnegan Deisme, sebuah sistem kepercayaan yang
memegang ide sekptis tentang Tuhan pribadi.
Karya
Tidak lama sebelum kematiannya Smith menghancurkan nyaris semua manuskrip
miliknya. Pada tahun terakhirnya dia sepertinya telah merencanakan dua keterilmuan
besar, satu dalam teori dan sejarah hukum dan satu dalam ilmu sains dan kesenian.
Terbitan setelah kematiannya Essays on Philoshopical Subjects (1795) mungkin
berisi bagian dari apa yang akan menjadi pembelokan selanjutnya.
The Wealth of Nations menjadi berpengaruh karena telah dengan keras membuat
bidang ekonomi dan perkembangannya kedalam disiplin yang sistematis dan berdiri
sendiri. Dalam dunia barat, masih dibincangkan kalau ini merupakan buku paling
berpengaruh dalam subyek tersebut yang pernah diterbitkan. Ketika buku tersebut
menjadi manifestasi klasik melawan merkantilisme (teori dimana cadangan besar dari
logam mulia merupakan keharusan bagi suksesi ekonomis), muncul di tahun 1776,
ada kesadaran kuat untuk perdagangan bebas baik di Inggris maupun Amerika.
Perasaan baru ini telah dilahirkan dari kesusahan keadaan ekonomi dan kemiskinan
yang diakibatkan oleh Perang kemerdekaan Amerika. Bagaimanapun, pada saat
publikasinya, tidak semua orang lantas yakin pada kelebihan perdagangan bebas:
publik dan parlemen di Inggris masih memakai sistem merkantilisme untuk beberapa
tahun kedepannya.
The Wealth of Nations juga menolak pernyataan Psiokrat dalam pentingnya lahan,
malah, Smith percaya bahwa buruh merupakan proritas tinggi, dan pembagian buruh
akan berakibat pada kenaikan signifikan pada produksi. Smith memakai contoh
dengan pembuatan jepitan. Satu pekerja bisa membuat duapuluh pin sehari. Tapi jika
sepuluh orang dibagi menjadi delapanbelas langkah yang diperlukan membuat sebuah
jepitan, mereka bisa membuat 48.000 jepitan dalam sehari. Nations sangat sukses, dan
faktanya, hal ini mengakibatkan pengosongan sekolah ekonomi yang lebih tua dan
ekonom lebih muda, seperti Thomas Malthus dan David Ricardo, fokus dalam
memperbaiki teori Smith kedalam apa yang akan dikenal sebagai ekonomi klasik.
44
Baik ekonomi moderen dan, secara terpisah, ekonomi Marxisan bergantung sekali
pada ekonomi klasik. Malthus mengembangkan ruminasi Smith dalam overpopulasi,
sedangkan Ricardo percaya pada "hukum besi upah" - dimana ledakan populasi bisa
mencegah upah melewati tingkat yang rasional. Smith memberi solusi pada kenaikan
upah dengan kenaikan produksi, pandangan yang dianggap lebih akurat sekarang ini.
Satu dari poin utama The Wealth of Nations adalah pasar bebas, ketika
penampilannya kacau dan tidak teratur, sebenarnya dipandu untuk membuat nilai
yang benar dan bermacam barang oleh "tangan-tangan tak terlihat" (sebuah imej yang
dipakai Smith dalam Teory of Moral Sentiments, tetapi pertamakali dipakai dalam
esai miliknya, "Sejarah Astronomy"). Jika sebuah kelangkaan produk terjadi,
misalnya, maka harganya naik, membuat marjin keuntungan yang membuat insentif
bagi yang lain untuk masuk ke produksi tersebut, dan mengatasi kelangkaan. Jika
terlalu banyak produsen yang msauk ke pasar, kompetisi yang meningkat diantara
para manufaktur dan kenaikan penawaran akan menurunkan harga di produk tersebut
sampai titik dimana harga produksinya, harga natural. Bahkan jika keuntungan
sampai kosong pada "harga natural", maka akan ada insentif untuk memproduksi
barang dan jasa, dan semua ongkos produksi, termasuk kompensasi untuk buruh
pemilik, juga dimasukkan dalam harga barang jual. Jika harga jatuh dibawah
keuntungan kosong, produsen akan keluar dari pasar, jika mereka berada diatas
keuntungan kosong, produsen akan masuk ke pasar. Smith percaya kalau motif
manusia seringkali egois dan tamak, kompetisi dalam pasar bebas akan bertujuan
menguntungkan masyarakat seluruhnya dengan memaksa harga tetap rendah, dimana
tetap membangun dalam insentif untuk bermacam barang dan jasa. Selain itu, dia
cemas akan pebisnis dan melawan formasi monopoli.
Smith dengan keras menyerang pembatasan antik oleh pemerintah dimana dia pikir
batasan tersebut memundurkan ekspansi industri. Faktanya, dia menyerang hampir
semua bentuk intervensi pemerintah dalam proses ekonomi, termasuk tarif,
berpendapat bahwa hal tersebut membuat inefisiensi dan harga tinggi pada jangka
panjang. Teori ini kemudian dikenal dengan "laissez-faire", yang berarti "biarkan
mereka lakukan", mempengaruhi legislastif pemerintah di tahun-tahun berikutnya,
khususnya selama abad ke 19. (Bagaimanapun dia tidak melawan pada pemerintahan.
45
Smith menganjurkan edukasi publik bagi orang dewasa miskin, sistem institusional
yang tidak non laba untuk industri swasta, judisiari, dan pasukan berdiri.)
Dua dari kutipan yang paling terkenal dan paling sering digunakan dalam The Wealth
of Nations adalah:
Inggris
It is not from the benevolence of the butcher, the brewer, or the baker that we
expect our dinner, but from their regard to their own interest. We address
ourselves, not to their humanity but to their self-love, and never talk to them of
our own necessities but of their advantages.
As every individual, therefore, endeavours as much as he can both to employ
his capital in the support of domestic industry, and so to direct that industry
that its produce may be of the greatest value; every individual necessarily
labours to render the annual value of society as great as he can. He generally,
indeed, neither intends to promote the public interest, nor knows how much he
is promoting it. By preferring the support of domestic to that of foreign
industry, he intends only his own security; and by directing that industry in
such a manner as its produce may be of the greatest value, he intends only his
own gain, and he is in this, as in many other cases, led by an invisible hand to
promote an end which was no part of his intention. Nor is it always the worse
for the society that it was no part of it. By pursuing his own interest he
frequently promotes that of society more effectually than when he really
intends to promote it. I have never known much good done by those who
affected to trade for the public good. It is an affectation, indeed, not very
common among merchants, and very few words need be employed in
dissuading them from it.
Indonesia
Bukanlah kebaikan dari tukang daging, tukang bir, atau tukang roti yang kita
harapkan pada makan malam kita, tetapi kepedulian mereka pada
kepentingan mereka sendiri. Kita mengenalkan diri kita, tidak pada
kemanusiaan mereka tetapi pada kecintaan mereka pada diri sendiri, dan
tidak pernah bicara pada mereka atas keperluan kita tetapi untuk keuntungan
mereka.
46
Sebagaimana setiap individu, maka, mengusahakan sebanyak apa yang ia
bisa sehingga ia bisa menggunakan modal miliknya dalam mendukung insutri
dalam negeri, dan juga untuk mengarahkan industri yang produksinya
mungkin merupakan nilai terbesar, setiap individu buruh yang diperlukan
untuk memasang nilai yang tepat dari masyarakat sebaik yang ia bisa. Dia
secara umum tidak mempromosikannya untuk kepentingan publik, tidak juga
tau sebanyak apa dia mempromosikannya. Dengan memprefrensikan
dukungan dari dalam negeri ke industri asing, dia bertujuan hanya untuk
keamanan dirinya sendiri, dan dengan mengarahkan industri tersebut dalam
sikap dimana produksinya merupakan nilai terbesarnya, dia hanya
memikirkan keuntungan dirinya sendiri, dan dia dalam hal ini, seperti kasus
lainnya, dipandu oleh tangan-tangan tak terlihat untuk menghasilkan sebuah
akhir dimana akhir tersebut bukan bagian dari tujuannya. Tidak juga selalu
merupakan yang lebih buruk bagi masyarakat yang mana hal tersebut bukan
merupakan bagian darinya. Dengan mengejar keuntungan dirinya sendiri
secara berkala dia secara teratur menghasilkan apa yang berakibat bagi
masyarakat lebih dari yang ia perkirakan akan hasilnya. Saya tidak pernah
bertemu banyak kebaikan yang terjadi dengan siapapun yang berdagang
dalam barang publik. Ini merupakan emosi yang kuat, sebenarnya, tidak
begitu umum diantara para pedagang, dan sangat sedikit kata-kata yang bisa
digunakan untuk meyakinkan tidak melakukan hal tersebut pada mereka.
Kutipan favorit lain, yang biasanya digunakan oleh ekonom, juga dari The Wealth of
Nations adalah:
Inggris
People of the same trade seldom meet together, even for merriment and
diversion, but the conversation ends in a conspiracy against the public, or in
some contrivance to raise prices. It is impossible indeed to prevent such
meetings, by any law which either could be executed, or would be consistent
with liberty and justice. But though the law cannot hinder people of the same
trade from sometimes assembling together, it ought to do nothing to facilitate
such assemblies; much less to render them necessary.
47
Indonesia
Orang-orang dari perdagangan yang sama terkadang bertemu bersama,
bahkan untuk bersenang-senang dan perpisahan, tetapi percakapannya akan
berakhir dengan konspirasi melawan publik, atau dalam hal tertentu untuk
menaikkan harga. Mustahil sebenarnya untuk mencegah pertemuan seperti
ini, dengan hukum manapun yang akan ditimpakan, atau akan konsisten
dengan kebebasan dan keadilan. Tetapi dengan hukum tidak bisa
menghindarkan masyarakat dari perdagangan yang sama untuk terkadang
bertemu bersama,itu seharusnya tidak berakibat apapun untuk memfasilitasi
pertemuan seperti itu, lebih kurang untung membuat mereka dibutuhkan.
Kutipan yang kritis tapi jarang digunakan dalam The Wealth of Nations adalah:
Inggris
The subjects of every state ought to contribute towards the support of the
government, as nearly as possible, in proportion to their respective abilities;
that is, in proportion to the revenue which they respectively enjoy under the
protection of the state. The expense of government to the individuals of a great
nation is like the expense of management to the joint tenants of a great estate,
who are all obliged to contribute in proportion to their respective interests in
the estate. In the observation or neglect of this maxim consists what is called
the equality or inequality of taxation.
Indonesia
Subyek dari tiap negara harus memberi kontribusi melalui dukungan ke
pemerintah, sedekat mungkin, dalam proporsi ke kemampuan mereka, yaitu,
proporsi ke pendapatan dimana mereka menikmati hal tersebut dibawah
perlindungan negara tersebut. Pengeluaran dari pemerintah ke perorangan
dari negara besar seperti pengeluaran dari manajemen ke tenant besar dari
sebuah kediaman besar, diamana semuanya diwajibkan untuk menyumbang
dalam proporsi dari kepentingan mereka dalam negara tersebut. Dalam
pengamatan atau penolakan dari pernyataan tersebut mengandung apa yang
disebut sebagai kesetaraan dalam perpajakan.
48
Herbert Stein, dalam artikel yang sering dikutip, "Adam Smith tidak memakai dasi
Adam Smith," menulis kalau masyarakat yang memakai dasi Adam Smith
melakukannya "untuk membuat pernyataan dari kesungguhan mereka ke ide atas
pasar bebas dan pemerintahan yang terbatas. Apa yang keluar di WofN,
bagaimanapun, merupakan santo panutan mereka yang tidak murni atau mendoktrin
idenya. Dia memandang intervensi pemerintah dalam pasar dengan sikap skeptis yang
tinggi. Dia peduli dengan eksposisinya dari kebaikan pasar bebas dimana kontribusi
utamanya kepada kebijakan, dan tujuan untuk analisaekonominya dikembangkan."
Belum juga dia bersiap-siap atau mengajukan kualifikasi ke kebijakan tersebut dalam
kasus tertentu dimana dia menilai bahwa efek jaring mereka akan menguntungkan
dan tidak akan merusak apa yang pada dasarnya berkarakter bebas dalam sistem,"
tulis Stein. "Dia tidak memakai dasi leher Adam Smith." Dalam bacaan Stein, The
Wealth of Nations bisa memberikan penjelasan masuk akal pada Administrasi Pangan
dan Obat-obatan, Komisi Keamanan Produk Konsumen, kelebihan dari kewenangan
kesehatan pekerja, enviromentalism, dan "pajak diskriminasi untuk mengurangi
kebiasaan tidak penting dan bermewah-mewah."
"Masalah Adam Smith"
Dalam The Wealth of Nations Smith mengklaim kalau kepentingan pribadi sendiri
(dalam pengaturan institusional yang berimbang) bisa menuju pada hasil yang
menguntungkan dari segi sosial. Tetapi di dalam Teory of Moral Sentiments-nya
Smith berpendapat kalau simpati dibutuhkan untuk mencapai hasil yang secara sosial
menguntungkan. Didalam permukaannya hal itu berwujud keadaan kontradiksi.
Ekonom August Oncken menghubungkan ke hal ini di Jerman sebagai das 'Adam
Smith-Problem'. Ekonom Austria Joseph Schumpeter juga memberi perhatian tentang
ini cenderung kontradiksi dengan karya Smith dalam komentarnya.
Adam Smith sendiri tidak melihat adanya kontradiksi, sejak ia memproduksi sebuah
edisi yang sudah direvisi dari Moral Sentiments setelah publikasi dari Wealth of
Nations. Keduanya dalam kisaran idenya bisa ditemukan di Lectures of
Jurispundence. Di tahun belakangan kebanyakan murid dari karya Adam Smith
bersilang pendapat bahwa tidak ada kotradiksi yang terjadi. Didalam Theory of Moral
49
Sentiments, Smith mengembangkan sebuah teori dari psikologi dimana tiap
perorangan dalam masyarakat menemukannya didalam kepentingan pribadi mereka
untuk mengembangkan simpati sebagaimana mereka mencari penghargaan dari apa
yang ia sebut "penonton imparsial". Kepentingan pribadi yang ia sebut bukanlah
keegoisan sempit tetapi sesuatu yang melibatkan simpati.
Sebagian pembaca dari The Wealth of Nations mengasumsikan bahwa ketika Smith
berbicara mengenai "kepentingan pribadi" dia memaksudkan hal tersebut sebagai
keegoisan. Walaupun pada konteks tertentu, seperti membeli dan menjual, simpati
secara umum tidak harus dimasukkan, Smith membuat hal tersebut jelas dimana dia
melihat keegoisan sebagai suatu hal yang tak pantas, jika tidak amoral, dan pelaku
kepentingan pribadi memiliki simpati ke orang lain. Dalam Theory of Moral
Sentiments Smith berpendapat kalau kepentingan pribadi dari pelaku manapun
termasuk kepentingan dari bagian lain dari masyarakat, karena opini yang diperbagus
secara sosial dari tidakan yang pantas dan tidak pantas pentingnya mempengaruhi
kepentingan dari individu sebagai anggota dari masyarakat. Konteks ini juga juga
berguna karena Adam Smith melawan ide dari korporasi, atau "perusahaan saham
gabungan".
Dalam kasus manapun, Adam Smith sepertinya percaya kalau sentimen moral dan
kepentingan pribadi akan menambah pada hal yang sama. Satu garis yang mungkin
dari alasan tersebut dia mungkin telah sampai pada tahap kesimpulan seperti: tangan-
tangan tak terlihat tidak bisa beroprasi jika tidak ada masyarakat, untuk mengawali
sebuah konstruksi awal pembagian sosial dari buruh, dan, efisiensi yang datang
dengan manifestasinya. Sekarang untuk masyarakat untuk eksis, keadilan merupakan
kondisi yang dibutuhkan (yang mana disebut dalam karya Smith Theory of Moral
Sentiments). Untuk keadilan berada didalam latar sosial manapun, individu harus
mematri keinginan dari penghargaan dan kemarahan yang dikendalikan oleh rasa
menghargai dan tidak menghargai juga nyaris secara eksklusif dihasilkan oleh simpati
manusia. Kesimpulannya, tangan-tangan tak terlihat dari pasar adalah, pada tingkat
tertentu, diwakilkan atas kemampuan dari manusia untuk bersimpati: kepentingan
pribadi dari Smith merupakan harmoni dengan opini dari simpati.
50
Pengaruh
The Wealth of Nations salah satu usaha terawal untuk mempelajari bangkitnya
industri dan perkembangan ekonomi di Eropa, merupakan pengawal ke disiplin
akademis moderen dari ekonomi. Ini memberi salah satu rasional intelektual paling
dikenal untuk perdagangan bebas dan kapitalisme, mempengaruhi secara luas tulisan
ekonom selanjutnya.
Ada beberapa kontroversi atas perluasan dari keaslian Smith dalam Wealth of
Nations. Beberapa berpendapat kalau karya tersebut menambah hanya sedikit dari ide
yang sudah ada sebelumnya dari Anders Chydenius (The National Gain 1765), David
Hume dan Baron de Montesquieu. Sebenarnya, banyak dari teori Smith hanya
menjelaskan tren sejarah dari merkantilisme dan menuju perdagangan bebas dimana
telah dikembangkan selama beberapa dekade dan memiliki pengaruh signifikan dalam
kebijakan pemerintah. Bagaimanapun, karya Smith merangkum ide mereka secara
komperhensif, dan juga menjadi salah satu buku paling berpengaruh dan penting saat
ini dalam bidang ekonomi.
Smith berada di peringkat 30 di Daftar orang paling berpengaruh-nya Michael H.
Hart.
Dari 13 Maret 2007 kesana potret Smith muncul dalam £ 20 baru. Dia merupakan
orang Skotlandia pertama yang ditampikan dalam mata uang tersebut oleh Bank of
England. Gambar dari nota ini tersedia di bwebsite Bank of England
Pada 25 Juni 2006, dimana Warren Buffet mengumumkan kalau dia akan
menyumbangkan kekayaannya ke The Bill and Melinda Gates Foundation, dia
dihadiahi salinan dari Wealth of Nations Adam Smith oleh Bill Gates.[10]
Adam Smith merupakan insipirasi dari grup konservatif dari Missouri, Adam Smith
Foundation.
Karya Besar :The Theory of Moral Sentiments (1759),An Inquiry Into the Nature and
,Causes of the Wealth of Nations (1776),Essays on Philosophical Subjects (diterbitkan
setelah 1795),Lectures on Jurisprudence (diterbitkan setelah 1976)
51
6. Blaise Pascal
Blaise Pascal (1623-1662) berasal dari Perancis. Minat utamanya ialah filsafat dan
agama, sedangkan hobinya yang lain adalah matematika dan geometri proyektif.
Bersama dengan Pierre de Fermat menemukan teori tentang probabilitas. Pada
awalnya minat riset dari Pascal lebih banyak pada bidang ilmu pengetahuan dan ilmu
terapan, di mana dia telah berhasil menciptakan mesin penghitung yang dikenal
pertama kali. Mesin itu hanya dapat menghitung.
52
7. Rene Descartes
René Descartes (La Haye, Perancis, 31
Maret 1596 – Stockholm, Swedia, 11
Februari 1650), juga dikenal sebagai
Cartesius, merupakan seorang filsuf dan
matematikawan Perancis. Karyanya yang
terpenting ialah Discours de la méthode
(1637) dan Meditationes de prima
Philosophia (1641).
Descartes, kadang dipanggil "Penemu
Filsafat Modern" dan "Bapak Matematika Modern", adalah salah satu pemikir paling
penting dan berpengaruh dalam sejarah barat modern. Dia menginspirasi generasi
filsuf kontemporer dan setelahnya, membawa mereka untuk membentuk apa yang
sekarang kita kenal sebagai rasionalisme kontinental, sebuah posisi filosofikal pada
Eropa abad ke-17 dan 18.
Pemikirannya membuat sebuah revolusi falsafi di Eropa karena pendapatnya yang
revolusioner bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan bahwa
seseorang bisa berpikir.
Dalam bahasa Latin kalimat ini adalah: cogito ergo sum sedangkan dalam bahasa
Perancis adalah: Je pense donc je suis. Keduanya artinya adalah:
"Aku berpikir maka aku ada". (Ing: I think, therefore I am)
Meski paling dikenal karena karya-karya filosofinya, dia juga telah terkenal sebagai
pencipta sistem koordinat Kartesius, yang mempengaruhi perkembangan kalkulus
modern.
53
8. Immanuel Kant
Immanuel Kant (Königsberg, 22 April 1724 - Königsberg, 12 Februari 1804) adalah seorang filsuf Jerman. Karya Kant yang terpenting adalah Kritik der Reinen Vernunft, 1781. Dalam bukunya ini ia “membatasi pengetahuan manusia”. Atau dengan kata lain “apa yang bisa diketahui manusia.” Ia menyatakan ini dengan memberikan tiga pertanyaan:
Apakah yang bisa kuketahui? Apakah yang harus
kulakukan? Apakah yang bisa
kuharapkan?
Pertanyaan ini dijawab sebagai berikut:
Apa-apa yang bisa diketahui manusia hanyalah yang dipersepsi dengan panca indria. Lain daripada itu merupakan “ilusi” saja, hanyalah ide.
Semua yang harus dilakukan manusia harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
Yang bisa diharapkan manusia ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
Ketiga pertanyaan di atas ini bisa digabung dan ditambahkan menjadi pertanyaan keempat: “Apakah itu manusia?”
Daftar karya
1755: Allgemeine Naturgeschichte und Theorie des Himmels 1755: meditationum quaerandam de igne saccincta delinetatio 1755: Neue Erhellung der ersten Grundsätze metaphysischer Erkenntnisse 1756: Physische Monadologie 1756: Neue Anmerkungen zur Erläuterung der Theorie der Winde 1762: Die falsche Spitzfindigkeit der vier syllogistischen Figuren 1763: Versuch, den Begriff der negativen Größen in der Weltweisheit
einzuführen 1763: Untersuchung über die Deutlichkeit der Grundsätze der natürlichen
Theologie und Moral
54
1763: Der einzige mögliche Beweisgrund zu einer Demonstration für das Dasein Gottes
1764: Beobachtungen über das Gefühl des Schönen und Erhabenen 1764: Über die Krankheit des Kopfes 1766: Träume eines Geistersehers erläutert durch Träume der Metaphysik.
(Über Emanuel Swedenborg) 1770: Über die Form und die Prinzipien der sinnlichen und intelligiblen Welt.
(De mundi sensibilis atque intelligibillis forma et principiis.) 1775: Über die verschiedenen Rassen der Menschen 1781: 1. Auflage der Kritik der reinen Vernunft 1783: Prolegomena zu einer jeden künftigen Metaphysik, die als Wissenschaft
wird auftreten können 1784: Idee zu einer allgemeinen Geschichte in weltbürgerlicher Absicht 1784: Beantwortung der Frage: Was ist Aufklärung 1785: Grundlegung der Metaphysik der Sitten 1786: Metaphysische Anfangsgründe der Naturwissenschaft 1786: Mutmaßlicher Anfang der Menschengeschichte 1787: Kritik der reinen Vernunft 2., stark erweiterte Auflage 1788: Kritik der praktischen Vernunft 1790: Kritik der Urteilskraft 1793: Die Religion innerhalb der Grenzen der bloßen Vernunft 1793: Über den Gemeinspruch: Das mag in der Theorie richtig sein, taugt aber
nicht für die Praxis 1794: Das Ende aller Dinge 1795: Zum ewigen Frieden 1797: Die Metaphysik der Sitten 1798: Der Streit der Fakultäten 1798: Anthropologie in pragmatischer Hinsicht abgefasst
55
9. Niccolò Machiavelli
Lahir 3 Mei 1469,Florence, Italia
Meninggal 21 Juni 1527,Florence, Italia
Pekerjaan Filsuf, penulis, diplomat, politikus
Aliran Renaissance philosophy, Realisme, Classical Republicanism
Subyek Politik, teori militer, sejarah
Niccolò Machiavelli (3 Mei 1469 – 21 Juni 1527) adalah diplomat dan politikus Italia
yang juga seorang filsuf. Sebagai ahli teori, Machiavelli adalah figur utama dalam
realitas teori politik, ia sangat disegani di Eropa pada masa Renaisans. Dua bukunya
yang terkenal, Discorsi sopra la prima deca di Tito Livio (Diskursus tentang Livio)
dan Il Principe (Sang Pangeran), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki
kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik
di masa itu.
Il Principe, atau Sang Pangeran menguraikan tindakan yang bisa atau perlu dilakukan
seorang seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan.
Nama Machiavelli, kemudian diasosiasikan dengan hal yang buruk, untuk
menghalalkan cara untuk mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan seperti
ini disebut makiavelis.
56
10. Søren Kierkegaard
Søren Kierkegaard
Nama: Søren Aabye Kierkegaard Lahir: 5 Mei 1813
(Kopenhagen, Denmark)
Meninggal: 11 November 1855 (Kopenhagen,
Denmark)
Aliran/tradisi: Filsafat Eropa, Zaman Keemasan
Tradisi Sastra dan Seni, pendahulu dari
Eksistensialisme, Pasca-modernisme, Pasca-
strukturalisme, Psikologi eksistensial, Neo ortodoksi,
dan masih banyak lagi
Minat utama: Agama, Metafisika, Epistemologi, Estetika, Etika, Psikologi
Gagasan penting: Dianggap sebagai Bapak Eksistensialisme, kecemasan,
keputusasaan eksistensial, Tiga ranah keberadaan manusia, Ksatria iman,
Subyektivitas adalah Kebenaran
Dipengaruhi: Hegel, Abraham, Luther, Kant, Hamann, Lessing, Socrates (melalui
Plato, Xenophon, Aristophanes)
Mempengaruhi: Jaspers, Wittgenstein, Heidegger, Sartre, Marcel, Buber, Tillich,
Barth, Auden, Camus, Kafka, de Beauvoir, May, Updike, dan masih banyak lagi
Søren Aabye Kierkegaard (5 Mei 1813-11 November 1855) adalah seorang
filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Kierkegaard sendiri melihat
dirinya sebagai seseorang yang religius dan seorang anti-filsuf, tetapi sekarang ia
dianggap sebagai bapaknya filsafat eksistensialisme. Kierkegaard menjembatani
jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi
Eksistensialisme. Kierkegaard terutama adalah seorang kritikus Hegel pada masanya
57
dan apa yang dilihatnya sebagai formalitas hampa dari Gereja Denmark. Filsafatnya
merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel.
Banyak dari karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti
misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi
serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial.
Karena itu, karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme
Kristen dan psikologi eksistensial. Karena ia menulis kebanyakan karya awalnya
dengan menggunakan berbagai nama samaran, yang seringkali mengomentari dan
mengkritik karya-karyanya yang lain yang ditulis dengan menggunakan nama
samaran lain, sangatlah sulit untuk membedakan antara apa yang benar-benar diyakini
oleh Kierkegaard dengan apa yang dikemukakannya sebagai argumen dari posisi
seorang pseudo-pengarang. Ludwig Wittgenstein berpendapat bahwa Kierkegaard
"sejauh ini, adalah pemikir yang paling mendalam dari abad ke-19".
Kehidupan
Tahun-tahun awal (1813–1841)
Søren Kierkegaard dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen,
ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang
yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia
percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umumr melebihi
usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya,
seperti misalnya mengutuki nama Allah di masa mudanya dan kemungkinan juga
menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima
hukuman ini. Meskipun banyak dari ketujuh anaknya meninggal dalam usia muda,
ramalannya tidak terbukti ketika dua dari mereka melewati usia ini. Perkenalan
dengan pemahaman tentang dosa di masa mudanya, dan hubungannya dari ayah
dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan
Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara
langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-
tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis
dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan
58
ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian
latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.
Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun.
Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat
terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehiudpan ayahnya dan merasa
terbeban untuk memenuhi kehendaknya. Dua hari kemudian, pada 11 Agustus,
Kierkegaard menulis: "Ayah meninggal dunia hari Rabu. Saya sungguh berharap
bahwa ia dapat hidup beberapa tahun lebih lama lagi, dan saya menganggap
kematiannya sebagai penghorbanan terakhir yang dibuatnya karena cinta
kasihnya kepada saya; ... ia meninggal karena saya agar, bila mungkin, saya
masih dapat menjadi sesuatu. Dari semua yang telah saya warisi daripadanya,
kenangan akan dia, potretnya dalam keadaan yang sangat berbeda
(transfigured) ... sungguh berharga bagi saya, dan saya akan berusaha untuk
melestarikan (kenangannya) agar aman tersembunyi dari dunia."
Kierkegaard masuk ke Sekolah Kebajikan Warga, memperoleh nilai yang sangat
baik dalam bahasa Latin dan sejarah. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang
teologi di Universitas Kopenhagen, namun sementara di sana ia semakin tertarik
akan filsafat dan literatur. Di universitas, Kierkegaard menulis disertasinya,
Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus-Menerus kepada Socrates, yang
oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang penting dan dipikirkan dengan
baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi
sebuah tesis filsafat. Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar
Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya,
Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa
penerbitan karyanya.
59
Regine Olsen (1837–1841)
Sebuah aspek penting dari kehidupan Kierkegaard
(biasanya dianggap mempunyai pengaruh besar dalam
karyanya) adalah pertunangannya yang putus dengan
Regine Olsen (1822 - 1904). Kierkegaard berjumpa
dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik
kepadanya. Begitu pula dengan Regine. Dalam jurnal-
jurnalnya, Kierkegaard menulis tentang cintanya kepada
Regine:
Engkau ratu hatiku yang tersimpan di lubuk hatiku yang terdalam, dalam kepenuhan
pikiranku, di sana ... ilahi yang tak dikenal! Oh, dapatkah aku sungguh-sungguh
mempercayai dongeng-dongeng si penyair, bahwa ketika seseorang melihat sebuah
obyek cintanya, ia membayangkan bahwa ia sudah pernah melihatnya dahulu kala,
bahwa semua cinta seperti halnya semua pengetahuan adalah kenangan semata,
bahwa cinta pun mempunyai nubuat-nubuatnya di dalam diri pribadi. ... tampaknya
bagiku bahwa aku harus memiliki kecantikan dari semua gadis agar dapat
menandingi kecantikanmu; bahwa aku harus mengelilingi dunia untuk menemukan
tempat yang tidak kumiliki dan yang merupakan misteri terdalam dari keseluruhan
keberadaanku yang mengarah ke depan, dan pada saat berikutnya engkau begitu
dekat kepadaku, mengisi jiwaku dengan begitu dahsyat sehingga aku berubah
(transfigured) bagi diriku sendiri, dan merasakan sungguh nikmat berada di sini.
—Søren Kierkegaard, Journals (2 Februari 1839)
Pada 8 September 1840, Kierkegaard resmi meminang Regine. Namun, Kierkegaard
segera merasa kecewa dan melankolis tentang pernikahan. Kurang dari setahun
setelah pinangannya, ia memutuskannya pada 11 Agustus 1841. Dalam jurnal-
jurnalnya, Kierkegaard menyebutkan keyakinannya bahwa sifat "melankolis"nya
membuatnya tidak cocok untuk menikah; tetapi motif sebenarnya untuk memutuskan
pertunangannya itu tetap tidak jelas. Biasanya diyakini bahwa keduanya memang
sangat saling mencintai, barangkali bahkan juga setelah Regine menikah dengan
60
Johan Frederik Schlegel (1817–1896), seorang pegawai negeri terkemuka (jangan
dikacaukan dengan filsuf Jerman Friedrich von Schlegel, (1772-1829) ). Pada
umumnya hubungan mereka terbatas pada pertemuan-pertemuan kebetulan di jalan-
jalan di Kopenhagen. Namun, beberapa tahun kemudian, Kierkegaard bahkan sampai
meminta izin suami Regine untuk berbicara dengan Regine, namun Schlegel menolak.
Tak lama kemudian, pasangan itu berangkat meninggalkan Denmark, karena Schlegel
telah diangkat menjadi Gubernur di Hindia Barat Denmark. Pada saat Regine kembali
ke Denmark, Kierkegaard telah meninggal dunia. Regine Schlegel hidup hingga 1904,
dan pada saat kematiannya, ia dikuburkan dekat Kierkegaard di Pemakaman
Assistens di Kopenhagen.
Pengaruh dan penerimaan
Patung Søren Kierkegaard di Kopenhagen.
Karya-karya Kierkegaard baru tersedia luas beberapa
dasawarsa setelah kematiannya. Pada tahun-tahun
segera setelah meninggalnya, Gereja Negara Denmark,
sebuah institusi penting di Denmark pada saat itu,
menjauhi karya-karyanya dan menganjurkan orang-
orang Denmark lainnya untuk melakukan hal yang
sama. Selain itu, kurang dikenalnya bahasa Denmark,
dibandingkan dengan bahasa Jerman, Perancis, dan
Inggris, membuat hampir tidak mungkin bagi
Kierkegaard untuk mendapatkan pembaca-pembaca non-Denmark.
Akademikus pertama yang mengarahkan perhatian kepada Kierkegaard adalah
sesama orang Denmark Georg Brandes, yang menerbitkan dalam bahasa Jerman
maupun Denmark. Brandes menyampaikan kuliah resminya yang pertama tentang
Kierkegaard dan menolong memperkenalkan Kierkegaard ke seluruh Eropa. Pada
1877, Brandes juga menerbitkan buku pertama tentang filsafat dan kehidupan
Kierkegaard. Dramatis Henrik Ibsen menjadi tertarik terhadap Kierkegaard dan
memperkenalkan karyanya ke seluruh Skandinavia. Sementara terjemahan-
61
terjemahan independen dalam bahasa Jerman dari beberapa karya Kierkegaard mulai
muncul pada 1870-an, terjemahan-terjemahan akademis dalam bahasa Jerman dari
seluruh karya Kierkegaard harus menunggu hingga 1910-an. Terjemahan-terjemahan
ini dimungkinkan karena pengaruh Kierkegaard terhadap para pemikir dan penulis
Jerman, Perancis, dan Inggris abad ke-20 mulai terasa.
Pada 1930-an, terjemahan akademis pertama dalam bahasa Inggris, oleh Alexander
Dru, David F. Swenson, Douglas V. Steere, dan Walter Lowrie muncul, di bawah
usaha editorial dari editor Oxford University Press, Charles Williams. Terjemahan
akademis yang kedua dalam bahasa Inggris dan yang terdapat luas diterbitkan oleh
Princeton University Press pada 1970-an, 1980-an, 1990-an, di bawah pengawasan
Howard V. Hong dan Edna H. Hong. Terjemahan resmi ketiga, di bawah pengawasan
Pusat Penelitian Søren Kierkegaard, akan mencapai 55 jilid dan diharapkan akan
selesai setelah 2009.
Banyak filsuf abad ke-20, baik yang teistik maupun yang ateistik, meminjam banyak
konsep dari Kierkegaard, termasuk pemahaman tentang angst (kecemasan),
keputusasaan, serta pentingnya individu. Sebagai seorang filsuf ia menjadi sangat
termasyhur pada tahun 1930-an, sebagian besar karena naik daunnya gerakan
eksistensialis yang menunjuk kepadanya sebagai seorang pendahulu, meskipun kini ia
sendiri dipandang sebagai seorang pemikir yang sangat penting dan berpengaruh.
Para filsuf dan teolog yang dipengaruhi oleh Kierkegaard termasuk Karl Barth,
Simone de Beauvoir, Martin Buber, Rudolf Bultmann, Albert Camus, Martin
Heidegger, Abraham Joshua Heschel, Karl Jaspers, Gabriel Marcel, Maurice
Merleau-Ponty, Franz Rosenzweig, Jean-Paul Sartre, Joseph Soloveitchik, Paul
Tillich, Miguel de Unamuno, Hans Urs von Balthasar. Anarkisme ilmiah Paul
Feyerabend diilhami oleh gagasan Kierkegaard tentang subyektivitas sebagai
kebenaran. Ludwig Wittgenstein sangat dipengaruhi dan harus mengakui keunggulan
Kierkegaard, dan mengklaim bahwa "Betapapun juga, Kierkegaard jauh terlalu dalam
bagi saya. . Karl Popper merujuk kepada Kierkegaard sebagai "pembaharu besar
dalam etika Kristen, yang memaparkan moralitas Kristen yang resmi pada zamannya
sebagai kemnafikan yang anti-Kristen dan anti-kemanusiaan".
Para filsuf kontemporer seperti Emmanuel Lévinas, Hans-Georg Gadamer, Jacques
Derrida, Jürgen Habermas, Alasdair MacIntyre, dan Richard Rorty, meskipun
62
kadang-kadang sangat kritis, juga telah mengadaptasi beberapa pemikiran
Kierkegaard. Jerry Fodor pernah menulis bahwa Kierkegaard adalah "seorang empu
dan jauh berada di luar liga tempat kami semua [para filsuf] bermain".
Kierkegaard banyak sekali mempengaruhi literatur abad ke-20. Tokoh-tokoh yang
sangat dipengaruhi oleh karya-karyanya termasuk Walker Percy, W.H. Auden, Franz
Kafka, David Lodge, dan John Updike.
Kierkegaard juga sangat berpengaruh terhadap psikologi dan ia daapt dianggap
sebagai pendiri psikologi Kristen dan psikologi dan terapi eksistensial. Para psikolog
dan terapis eksistensialis (seringkalid isebut "humanistik") termasuk Ludwig
Binswanger, Victor Frankl, Erich Fromm, Carl Rogers, dan Rollo May. May
mendasarkan bukunya The Meaning of Anxiety (Makna Kecemasan) pada karya
Kierkegaard Konsep tentang Kecemasan. Karya sosiologis Kierkegaard Dua Zaman:
Zaman Revolusi dan Masa Kini memberikan kritik yang menarik terhadap
modernitas. Kierkegaard juga dilihat sebagai pendahulu penting dari pasca-
modernisme.
Kierkegaard meramalkan bahwa setelah kematiannya ia akan terkenal, dan
membayangkan bahwa karyanya akan dipelajari dan diteliti dengan intensif. Dalam
jurnal-jurnalnya, ia menulis:
Apa yang dibutuhkan zaman ini bukanlah seorang jenius sebab jenius sudah cukup
banyak. Yang dibutuhkan adalah martir, yang rela taat hingga mati untuk
mengajarkan manusia agar taat hingga mati. Apa yang dibutuhkan zaman ini adalah
kebangkitan. Dan karena itu suatu hari kelak, bukan hanya tulisan-tulisan saya tetapi
juga seluruh hidup saya, seluruh misteri yang membangkitkan tanda tanya tentang
mesin ini akan dipelajari dan dipelajari terus. Saya tidak akan pernah melupakan
bagaimana Tuhan menolong saya dan karena itu adalah harapan saya terakhir bahwa
segala sesuatunya adalah untuk kemuliaan-Nya
—Søren Kierkegaard, Journals (20 November 1847)
63
Daftar karya Søren Kierkegaard
(1841) Konsep Ironi (Om Begrebet Ironi med stadigt Hensyn til Socrates)
(1843) Ini/Itu (Enten - Eller)
(1843) Takut dan Gentar (Frygt og Bæven)
(1843) Repetisi (Gjentagelsen)
(1844) Fragmen Filsafat (Philosophiske Smuler)
(1844) Konsep tentang Kecemasan (Begrebet Angest)
(1845) Tahap-tahap Jalan Kehidupan (Stadier paa Livets Vei)
(1846) Menyimpulkan Catatan Penutup yang Tidak Ilmiah bagi Fragmen-
fragmen Filsafat (Afsluttende uvidenskabelig Efterskrift)
(1847) Wacana Membangun dalam Berbagai Roh (Opbyggelige Taler i
forskjellig Aand)
(1847) Karya Cinta Kasih (Kjerlighedens Gjerninger)
(1848) Wacana Kristen (Christelige Taler)
(1849) Nestapa Hingga Mati (Sygdommen til Døden)
(1850) Praktik dalam Kekristenan (Indøvelse i Christendom)
64
11. Montesquieu
Charles-Louis de Secondat, Baron de La Brède et de
Montesquieu (18 Januari 1689 – 10 Februari 1755),
atau lebih dikenal dengan Montesquieu, adalah pemikir
politik Perancis yang hidup pada Era Pencerahan
(Inggris: Enlightenment). Ia terkenal dengan teorinya
mengenai pemisahan kekuasaan yang banyak disadur
pada diskusi-diskusi mengenai pemerintahan dan
diterapkan pada banyak konstitusi di seluruh dunia. Ia
memegang peranan penting dalam mempopulerkan
istilah "feodalisme" dan "Kekaisaran Bizantium"
65
12. Michel Foucault
Paul-Michel Foucault (Poitiers, 15 Oktober 1926–Paris, 25 Juni 1984) adalah
seorang filsuf asal Perancis. Ia adalah salah satu pemikir paling berpengaruh pada
zaman pasca Perang Dunia II. Foucault dikenal akan penelaahannya yang kritis
terhadap berbagai institusi sosial, terutama psikiatri, kedokteran, dan sistem penjara,
serta akan karya-karyanya tentang riwayat seksualitas. Karyanya yang terkait
kekuasaan dan hubungan antara kekuasaan dengan pengetahuan telah banyak
didiskusikan dan diterapkan, selain pula pemikirannya yang terkait dengan
"diskursus" dalam konteks sejarah filsafat Barat.
66
13. Jean Baudrillard
Jean Baudrillard (Reims, 20 Juni 1929–Paris, 6 Maret 2007) adalah seorang pakar
teori kebudayaan, filsuf, komentator politik, sosiolog dan fotografer asal Perancis.
Karya Baudrillard seringkali dikaitkan dengan pascamodernisme dan
pascastrukturialisme.
Baudrillard lahir dalam keluarga miskin di Reims pada 20 Juni 1929. Ia mempelajari
bahasa Jerman di Universitas Sorbonne di Paris dan mengajar bahasa Jerman di
sebuah lycée (1958-1966). Ia juga pernah menjadi penerjemah dan terus melanjutkan
studinya dalam bidang filsafat dan sosiologi. Pada tahun 1966 ia menyelesaikan tesis
Ph.D-nya Le Système des objets ("Sistem Objek-objek") di bawah arahan Henri
Lefebvre. Dari tahun 1966 hingga 1972 ia bekerja sebagai Asisten Profesor dan
Profesor. Pada tahun 1972 ia menyelesaikan habilitasinya L'Autre par lui-même dan
mulai mengajar sosiologi di Université de Paris-X Nanterre sebagai profesor.
Dari tahun 1986 hingga 1990 Baudrillard menjabat sebagai Direktur Ilmiah di IRIS
(Institut de Recherche et d'Information Socio-Économique) di Université de Paris-IX
Dauphine. Ia tetap memberikan dukungannya bagi Institut de Recherche sur
l'Innovation Sociale di Centre National de la Recherche Scientifique dan merupakan
seorang Satrap di Collège de 'Pataphysique hingga meninggal dunia.
67
14. Mazhab Frankfurt
Max Horkheimer (depan kiri), Theodor Adorno (depan kanan), dan Jürgen Habermas di belakang, kanan, pada 1965 di Heidelberg
Mazhab Frankfurt ialah sebuah nama yang diberikan kepada kelompok filsuf yang
memiliki afiliasi dengan Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, Jerman, dan pemikir-
pemikir lainnya yang dipengaruhi oleh mereka. Tahun yang dianggap sebagai tahun
kemulaian Mazhab Frankfurt ini adalah tahun 1930, ketika Max Horkheimer diangkat
sebagai direktur lembaga riset sosial tersebut. Beberapa filsuf terkenal yang dianggap
sebagai anggota Mazhab Frankfurt ini antara lain Theodor Adorno, Walter Benjamin,
dan Jürgen Habermas. Perlu diingat bahwa para pemikir ini tidak pernah
mendefinisikan diri mereka sendiri di dalam sebuah kelompok atau 'mazhab', dan
bahwa penamaan ini diberikan secara retrospektif. Walaupun kebanyakan dari mereka
memiliki sebuah ketertarikan intelektual dengan pemikiran neo-Marxisme dan kritik
terhadap budaya (yang di kemudian hari memengaruhi munculnya bidang ilmu Studi
Budaya), masing-masing pemikir mengaplikasikan kedua hal ini dengan cara-cara dan
terhadap subyek kajian yang berbeda.
Ketertarikan Mazhab Frankfurt terhadap pemikiran Karl Marx disebabkan antara lain
oleh ketidakpuasan mereka terhadap penggunaan teori-teori Marxisme oleh
kebanyakan orang lain, yang mereka anggap merupakan pandangan sempit terhadap
pandangan asli Karl Marx. Menurut mereka, pandangan sempit ini tidak mampu
memberikan 'jawaban' terhadap situasi mereka pada saat itu di Jerman. Setelah Perang
Dunia Pertama dan meningkatnya kekuatan politik Nazi, Jerman yang ada pada saat
68
itu sangatlah berbeda dengan Jerman yang dialami Karl Marx. Sehingga jelaslah bagi
para pemikir Mazhab Frankfurt bahwa Marxisme harus dimodifikasi untuk bisa
menjawab tantangan jaman.
Patut dicatat bahwa beberapa pemikir utama Mahzab Frankfurt beragama Yahudi, dan
terutama di perioda awal secara langsung menjadi korban Fasisme Nazi. Yang paling
tragis ialah kematian Walter Benjamin, yang dicurigai melakukan bunuh diri setelah
isi perpustakaannya disita oleh tentara Nazi. Beberapa yang lainnya, seperti Theodor
Adorno dan Max Horkheimer terpaksa melarikan diri ke negara lain, terutama
Amerika Serikat.
Contoh karya-karya terkenal yang dihasilkan para pemikir Mazhab Frankfurt antara
lain Dialectic of Enlightenment, Minima Moralia, Illuminations
Sejarah Mazhab Frankfurt
Mazhab Frankfurt mengumpulkan para pembangkang Marxis, para kritikus keras
kapitalisme yang percaya bahwa beberapa orang yang dianggap sebagai pengikut
Marx telah membeo, menirukan beberapa cuplikan sempit dari gagasan-gagasan
Marx, biasanya dalam membela partai-partai komunis atau Sosial-Demokrat ortodoks.
Mereka khususnya dipengaruhi oleh kegagaln revolusi kaum pekerja di Eropa Barat
setelah Perang Dunia I dan oleh bangkitnya Nazisme di negara yang secara ekonomi,
teknologi, dan budaya maju (Jerman). Karena itu mereka merasa harus memilih
bagian-bagian mana dari pemikiran-pemikiran Marx yang dapat menolong untuk
memperjelas kondisi-kondisi yang Marx sendiri tidak pernah lihat. Mereka meminjam
dari mazhab-mazhab pemikiran lain yang mengisi apa yang dianggap kurang dari
Marx. Max Weber memberikan pengaruh yang besar, seperti halnya juga Sigmund
Freud (seperti dalam kasus sintesis Freudo-Marxis oleh Herbert Marcuse dalam
karyanya tahun 1954, Eros and Civilization). Penekanan mereka terhadap komponen
"Kritis" dari teori sangat banyak meminjam dari upaya mereka untuk mengatasi batas-
batas dari positivisme, materialisme yang kasar, dan fenomenologi dengan kembali
kepada filsafat kritis Kant dan penerus-penerusnya dalam idealisme Jerman,
khususnya filsafat Hegel, dengan penekanannya pada negasi dan kontradiksi sebagai
69
bagian yang inheren dari realitas. Sebuah pengaruh penting juga dating dari
penerbitan Manuskrip Ekonomi-Filsafat dan Ideologi Jerman karya Marx tahun 1930-
an yang memperlihatkan kesinambungan dengan Hegelianisme yang mendasari
pemikiran-pemikiran Marx: Marcuse adalah salah satu orang yang pertama
mengartikulasikan signifikansi teoretis dari teks-teks ini.
Fase Pertama
Pengaruh intelektual dan fokus teoretis dari generasi perttama dari para theoretikus Kritis Mazhab Frankfurt muncul dalam diagram berikut:
Institut ini membuat sumbangan-sumbangan penting dalam dua bidang yang
terkait dengan kemungkinan-kemungkinan subyek manusia yang rasional, yaitu
individu-individu yang dapat bertindak secara rasional untuk bertanggung jawab
atas masyarakat dan sejarah mereka sendiri. Yang pertama terdiri atas fenomena
sosial yang sebelumnya dianggap dalam Marxisme sebagai bagian dari
"superstruktur" atau sebagai ideologi: struktur-struktur kepribadian, keluarga dan
70
otoritas (penerbitan bukunya yang pertama diberi judul Studi tentang Otoritas dan
Keluarga), dan ranah estetika dan budaya massa. Studi-studi ini juga melihat
kepedulian bersama di sini dalam kemampuan kapitalisme untuk menghancurkan
prakondisi-prakondisi Kritis, kesadaran revolusioner. Ini berarti tiba pada
kesadaran canggih tentang dimensi kedalaman di mana penindasan sosial
mempertahankan dirinya sendiri. Ini juga merupakan awal dari pengakuan teori
Kritis terhadap ideologi sebagai bagian dari dasar-dasar struktur sosial. Institut ini
dan berbagai pihak yang ikut bekerja sama dengannya mempunyai dampak yang
hebat terhadap ilmu sosial (khususnya Amerika) melalui karya mereka The
Authoritarian Personality (“Kepribadian yang Otoriter), which melakukan
penelitian empirik yang luas, dengan menggunakan kategori-kategori sosiologis
dan psikoanalisis, untuk menggambarkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
individu untuk berafiliasi dengan atau mendukung gerakan-gerakan atau partai-
partai fasis.
Para pemikir dan pakar utama Mazhab Frankfurt
Theodor W. Adorno Max Horkheimer Walter Benjamin Herbert Marcuse Alfred Sohn-Rethel Leo Löwenthal Franz Neumann Franz Oppenheimer Friedrich Pollock Erich Fromm Alfred Schmidt Jürgen Habermas Oskar Negt Karl A. Wittfogel Susan Buck-Morss Axel Honneth
Kritikus terkemuka terhadap Mazhab Frankfurt
Henryk Grossman Georg Lukács Umberto Eco
71
DAFTAR ISI
1. www.wikipedia.com2. www.yahoo.com3. www.google.com4. Donald Winch, ‘Smith, Adam (bap. 1723, d. 1790)’, Oxford Dictionary of
National Biography, Oxford University Press, Sept 20045. Cloyd, E.L.: "James Burnett, Lord Monboddo", pp 64-66. Oxford University
Press, 19726. "Lectures on Justice, Police, Revenue and Arms", 18967. The comment, by Dugald Stewart, is quoted in Ch. 17 of John Rae's biography 8. Ross, Ian Simpson, The Life of Adam Smith page 159. "When the time of his residence at Oxford expired, the question arose what
line he was afterwards to pursue. He was destitute of patrimony and had not any turn for business. The Church seemed an improper profession, because he had early become a disciple of Voltaire in matters of religion." Times obituary of Adam Smith
10. Adam Smith did not wear an Adam Smith necktie, Herbert Stein, Wall Street Journal, April 6, 1994
11. August Oncken, "The Consistency of Adam Smith," The Economic Journal 7, no. 27 (1897): 444.
12. "Smith replaces Elgar on £20 note" BBC News website, retrieved 29 October 2006.
13. http://www.nytimes.com/2006/06/26/business/26cnd-buffet.html?ex=1308974400&en=1a8df7bb4f340d38&ei=5088&partner=rssnyt&emc=rss
14. Laoust, H: La politique de Gazali, 1970.15. Campanini, M.: Al-Ghazzali, in S.H. Nasr and O. Leaman, History of Islamic
Philosophy 1996.16. Watt, W M.: Muslim Intellectual: A Study of al-Ghazali, Edinburgh 1963.17. "http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Sina"18. http://id.wikipedia.org/wiki/Ibnu_Haitham19. Soekarno, Di Bawah Bendera Revolusi, Jakarta: Panitya Penerbitan, 1963.20. Nasroen, M., Falsafah Indonesia, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1967.21. Hamka, Perkembangan Kebatinan di Indonesia, Jakarta: Bulan Bintang, 1971.22. Alisjahbana, S. Takdir., Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia
Ditinjau dari Jurusan Nilai-Nilai, Jakarta: Yayasan Idayu, 1977.23. Parmono, R., Menggali Unsur-Unsur Filsafat Indonesia, Yogyakarta: Andi
Offset, 1985.24. Larope, J., IPS Sejarah, Surabaya: Penerbit Palapa,1986.25. Sunoto, Menuju Filsafat Indonesia, Yogyakarta: Hanindita Offset198726. Suryadinata, Leo., Mencari Identitas Nasional: Dari Tjoe Bou San sampai Yap
Thiam Hien, Jakarta: LP3ES, 1990.27. BPUPKI, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) & Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretaris Negara Republik Indonesia, 1995.
28. Noor, Deliar., Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996.
29. Malaka, Tan., Aksi Massa (Mass Action), Jakarta: CEDI & Aliansi Press, 2000.
72
30. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Pengaruh Islam terhadap Budaya Jawa dan Sebaliknya: Seri Kliping Perpustakaan Nasional dalam Berita Vol.II No.1, Jakarta: Sub Bagian Humas Perpustakaan Nasional RI, 2001.
31. Sumardjo, Jakob., Mencari Sukma Indonesia, Yogyakarta: AK Group, 2003.32. Hidayat, Ferry., Sketsa Sejarah Filsafat Indonesia, paper yang tidak
diterbitkan, 2004.
73
Recommended