Hubungan Antara Obesitas Dan Penyakit Periodontal Pada Dewasa

Preview:

DESCRIPTION

jurnal hubungan antara obesitas dan penyakit periodontal pada dewasa

Citation preview

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA DEWASA MUDA: STUDI KOHORT BERDASARKAN POPULASI KELAHIRAN

Kunni Mardhiyah, S.Ked

Ramadhan Kurniawan, S.Ked

Louis Edwin Wirya, S.Ked

Riana Sriwijayanti, S.Ked

Pembimbing: drg. Budi Asri

Abstrak

Pendahuluan

Metode

Isi

Diskusi

ABSTRAK

Tujuan• Untuk mengevaluasi hubungan antara

obesitas dan penyakit periodontal serta efek mediasi dari higien oral, inflamasi sistemik dan asupan karbohidrat.

Metode• Subyek lahir pada tahun 1982 di Pelotas, Brazil

(n = 5.914), dilakukan follow up beberapa kali.• Kesehatan oral dinilai pada perwakilan sampel

yang berjumlah 720 pada umur 24 tahun.• Obesitas, lingkar pinggang dan jumlah kejadian

obesitas antara 15 dan 23 tahun merupakan eksposur utama.

• Efek dari higien oral, kadar protein C-reaktif dan konsumsi karbohidrat juga dinilai.

Hasil• Subyek dengan obesitas lebih rentan memiliki ≥ 2 gigi dengan

perdarahan gingiva. Namun, setelah disesuaikan dengan counfounding, hubungan tersebut tidak signifikan secara statistik [OR (obesitas x 2 atau lebih gigi) 1.72 (95% CI: 0.95, 3.11)] dan penyesuaian mediator potensial menurunkan OR (OR = 1.38). Risiko terkena kalkulus pada subyek obesitas adalah 10 % lebih tinggi [PR 1.10 (9% CI: 1.02, 1.18)].

• Episode obesitas antara 15 dan 23 tahun memiliki hubungan dengan terjadinya kalkulus.

• Kantung periodontal (periodontal pocket) tidak memiliki hubungan dengan obesitas.

Kesimpulan

• Inflamasi sistemik dan higien oral dapat memediasi hubungan antara obesitas dan gingivitis.

• Obesitas tidak berhubungan dengan kantung periodontal (periodontal pocket) pada dewasa muda di penelitian ini.

PENDAHULUAN

CohortMorita et al. (2011)

Penyakit periodontal berhubungan positif dengan IMT,

5 tahun lebih awal.

Linden dkk. (2007)Tidak menemukan

hubungannya

Beragam Studi Cross-SectionalTerbukti: Hubungan antaaa obesitas dan penyakit periodontal(Franchini et al. 2011, Ekuni et al. 2008, Khader et al. 2009, Kongstad

et al. 2009)

Hubungan obesitas dan penyakit periodontal pada dewasa muda

Penelusuran pustaka:Populasi studi orang dewasa dan lanjut usia

Review sistemikSuvan et al. (2011) mengamati heterogenitas antar studiSemuanya dilaporkan memiliki kemungkinan lebih tinggi terkena

penyakit periodontal pada penderita obesitas (OR 2,13)

Obesitas – Inflamasi sistemik

Obesitas

Jaringan adiposa >>>

Lipopolisakarida bakteri periodontal gr (-)

Jalur molekuler dan seluler terkait penyakit periodontal masih idiopatik

Memperburuk kondisi inflamasi sistemik

Penyakit periodontal, eg: periodontitis

> Sekresi sitokin inflamasi (CRP)

Obesitas – Konsumsi Karbohidrat

Penyakit periodontal

Konsumsi karbohidrat

>>>Obesitas

Kohort • Mendefinisikan causalitas lebih akurat

• Kesalahan minimal terhadap pengurukan dan residual confounding

• Kohort lebih banyak bukti kuat untuk menilai hubungan

METODE

SUBYEK PENELITIAN

Tahun 1982 : 3 RS Bersalin (Pelotas, Brazil Selatan) dilaporkan 7.392 kelahiran dilaporkan, yang lahir dari orangtua yang tinggal di daerah pinggir kota ( n = 5914)

Kebersihan oral diamati selama 24 tahun (Rancangan Kohort)

720 anak dipilih sebagai sampel representatif.

DEFINISI HASIL

Semua gigi diperiksa pada 6 tempat :1. Mesiobuccal2. Mediobuccal3. Distobuccal4. Mesiolingual 5. Mediolingual, dan6. Distolingual).

Dinilai 3 jenis penyakit periodontal :1. Gingivitis (ada tidaknya perdarahan gusi)2. Calculus (ada tidaknya karang gigi)3. Periodontal pocket (ada tidaknya dengan kantung periodontal)

KRITERIA HASILGingivitis• 1. Negatif• 2. Perdarahan pada 1 gigi,• 3. Perdarahan pada ≥ 2gigi.

Calculus • 1. Tidak ada kalkulus• 2. Ditemukan kalkulus (terdapat karang gigi pada ≥ 1

permukaan)

Periodontal Pocket• (ada tidaknya dengan kantung periodontal

kedalaman ≥ 4mm pada ≥ 1 permukaan)• 1. Tidak ada kantung periodontal• 2. Ditemukan kantung periodontal.

DEFINISI PAPARAN

Setiap kunjungan, ditimbang dan dicatat BB, dihitung Indeks Massa Tubuh (kg/m2).

Diukur Lingkar pinggang (susah diukur : pada titik pertengahan antara krista iliaka dan iga terakhir)

KATEGORI (Lean dkk., 1995)Lingkar Pinggang1. Normal (pria < 94 cm ; wanita < 80 cm)2. Derajat 1 (pria ≥ 94 cm dan <102 cm ; wanita ≥80 cm < 88 cm)3. Derajat 2 (pria ≥ 102 cm ; wanita ≥ 88 cm)

KATEGORI (WHO, 2007)INDEKS MASSA TUBUH1. Eutrophic ( IMT ≤ 1 SD)

2. Overweight (IMT > 1 SD dan < 2SD)

3. Obesitas (IMT ≥ 2 SD)

ATAU (WHO, 1998)

1. Eutrophic (IMT < 25 kg/m2)

2. Overweight (IMT ≥ 25 dan ≤ 29.9 kg/m2)

3. Obesitas (IMT ≥ 30 kg/m2),

Follow up umur 15, 18, dan 23 tahun.

Peneliti merangkum jumlah kesempatan saat subyek masuk kriteria obesitas

1. Obesitas dalam semua follow up, atau

2. Obesitas dalam satu follow-up, atau dalam dua atau lebih follow up.

FAKTOR PERANCU1. Jenis kelamin2. Warna kulit (kulit putih, kulit hitam,

atau kulit hitam kecoklatan)3. Riwayat merokok (tidak pernah

merokok, bekas perokok, perokok), 4. Jenjang pendidikan (pendidikan pada umur 0-4 tahun, 5-8 tahun, 9-11 tahun, ≥ 12 tahun)

4. Total pendapatan keluarga per bulan (besarnya total pendapatan)

5. Indeks asset (ketersediaan alat-alat rumah tangga, seperti vaccum cleaner, mesin cuci, DVD, kompor, kulkas, oven / microwave, computer, telepon, radio, TV,

FAKTOR PERANTARA

1. Penggunaan dental floss ( ya/tidak)

2. Frekuensi sikat gigi (0-2, 3, >4 kali)3. Presen tase asupan energy

karbohidrat (kadar C-Reaktif Protein) (rendah : ≤ 1.0 mg/l; sedang : 1.01 - 3.0 mg/l; tinggi 3,01 – 10.0 mg/l, > 10.0 mg/l eksklusi)

Analisis Statistik

Rancangan penelitian Deskriptif Analitik dilaksanakan menggunakan frekuensi absolute dan relatif dan Fischer’s Exact Test.

Regresi logistic multinomial : menilai hubungan antara jumlah gigi dengan gingivitis (0.1 atau ≥ 2).

Regresi Poisson : memperkirakan perbandingan angka kejadian kalkulus dan kantung periodontal (Barros & Hirakata, 2003)

Analisis dilakukan dengan menggunakan Software STATA 11.0 untuk Windows, Stata Corp., Texas.

HASIL

Pada tahun 2006:720 subjek yang diperiksa

(tingkat partisipasi 81,2%), prevalensi gingivitis 37,5%, kalkulus 87,4%, , dan

kantung periodontal (periodontal pocket) 3,3%.

Tabel 1 menjelaskan subjek (sampel) berdasarkan status sosial-ekonomi, karakteristik demografi, kebiasaan kebersihan mulut, dan

kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan.

Sebagian besar dari subjek adalah kulit putih (71,3%) dan telah menempuh pendidikan formal setidaknya 8 tahun.

Dengan pertimbangan kesehatan, 23% dari subjek merupakan perokok saat berusia 23 tahun.

Sehubungan dengan kebiasaan kebersihan mulut, hampir separuh dari total subjek pernah menggunakan benang gigi, dan 98,2%

menggosok gigi paling tidak 3 kali dalam sehari.

Tabel 1. Distribusi subjek penelitian berdasarkan kondisi demografi, sosial-ekonomi, gaya hidup sehat, dan kebersihan mulut variabel usia 23 dan 24 tahun. Pelotas, RS (2006)

Tabel 2 menunjukkan bahwa seseorang yang

mengalami obesitas cenderung untuk

mengalami 2 atau lebih gigi dengan gusi

berdarah. [OR (obesitas x 2 gigi atau lebih) 1,72 (95% CI: 0,95-3,11)].

Setelah dihubungkan dengan mediator yang

potensial seperti kebersihan mulut ditambah dengan C-reactive protein (data tidak

ditampilkan), peran obesitas menurun 47% [OR

(obesitas x 2 gigi atau lebih) 1,38 (95% CI: 0,68-

2,80)].

Dengan merujuk pada faktor lingkar perut, kemungkinan untuk memiliki 2 atau lebih gigi

dengan perdarahan gusi lebih tinggi pada subjek dengan lingkar perut level 1, dan

hubungan ini masih terlihat bahkan setelah dihubungkan dengan faktor lainnya [OR (level

1 x 2 gigi atau lebih) 2,03 (95% CI: 1,20-3,45)].

Pada subjek dengan lingkar perut level 2, OR nya adalah sebesar 1,36. Dilihat dari BMI, C-reactive protein adalah faktor mediasi yang

paling berperan dalam pengurangan hubungan antara lingkar perut dan perdarahan gusi.

Episode obesitas tidak berhubungan dengan risiko untuk terjadinya perdarahan gusi.

Tabel 2. Odd Ratio kasar untuk jumlah gigi dengan gingivitis untuk usia 24 tahun berdasarkan perhitungan obesitas. Pelotas, RS (2006)

Kalkulus gigi juga berhubungan dengan obesitas (tabel 3), dan hubungan ini tidak dimediasi oleh kebersihan, inflamasi, dan diet.

Jumlah episode obesitas dari usia 15-23 tahun memiliki efek kumulatif terhadap adanya kalkulus pada gigi, dengan rincian subjek dengan jumlah 2 atau lebih episode obesitas memiliki risiko sebesar 13% untuk menderita kalkulus pada gigi [PR 1,13 (95% CI: 1,06-1,20)] setelah dipertimbangkan dengan faktor lainnya.

Tabel 3. Prevalens rasio kasar untuk kejadian kalkulus gigi pada usia 24 tahun berdasarkan pengukuran obesitas. Pelotas, RS (2006)

Lingkar perut juga berhubungan dengan adanya kalkulus gigi, dan subjek dengan lingkar perut level 2 memiliki risiko yang lebih tinggi [PR 1,08 (95% CI: 1,01-1,15)]. Variabel mediasi lainnya tidak merubah hubungan tersebut.

Adanya kantong periodontal tidakberhubungan dengan obesitas ataupun lingkar perut (tabel 4) dan dapat dilihat dengan prevalensi rasio yang kecil dan/atau level kepercayaan (CI) yang besar. Tes hubungan antara BMI dan jenis kelamin, merokok dan BMI, serta lingkar perut dan merokok tidak signifikan (hasil tidak ditampilkan).

Tabel 4. Prevalens rasio kasar untuk kejadian kantong periodontal pada usia 24 tahun berdasarkan pengukuran obesitas. Pelotas, RS (2006)

DISKUSI

Penemuan terbaru

• Gingivitis pd ≥ 2 gigi berkaitan dg obesitas, faktor higienitas mulut dan inflamasi sistemik yang low grade.

• Dental kalkulus, lingkar pinggang, dan obesitas memiliki rasio prevalensi yang sama besar.

• Adanya poket periodontal tidak berkaitan dg obesitas dan lingkar pinggang.

Tujuan penelitian :Contoh representatif dari orang dewasa muda, dengan persentasi kehilangan follow up yang sedikit.

Tidak rentan bias seleksi. Data antropometrik dikumpulkan

oleh pemeriksa terlatih shg salah pengukuran it relatif kecil

Keterbatasan penelitian

• Hanya mengukur kedalaman poket periodontal sehingga prevalensi periodontitis diabaikan kekuatan penelitian berkurang

• asimetris data kontinyus pada gingivitis dan poket periodontal.

• Tidak menilai variabel mengonsumsi karbohidrat dan tidak mengobservasi status nutrisi.

Obesitas pd usia dewasa muda tidak bisa dikaitkan dg kejadian adanya poket periodontal yg menguatkan penelitian sebelumnya bahwa obesitas pada orang dewasa muda tidak berhubungan dg penyakit periodontal pada usia selanjutnya (Linden et al. 2007).

Hasil penelitian Lemahnya hubungan signifikan secara

statistik antara penyakit gusi dan obesitas Prevalensi gingivitis mendekati 50% (37,7%). Hasil estimasi varian lebih tinggi pd interval

confidence yg lebih besar Risiko memiliki satu gigi yang terkena

gingivitis tidak berkaitan dg BMI, sedangkan risiko perdarahan gingiva yg ekstensif (dua atau gigi yang terpengaruh) berhubungan dg BMI.

Protein reaktif-C memperngaruhi terbentuknya plak dental. ◦Penemuan ini sejalan dengan hasil observasi Wu et al. (2000) yang menemukan bahwa level protein reaktif-C positif mempengaruhi luasnya gingivitis.

OKesimpulanOTidak ada hubungan antara

pengukuran obesitas dan periodontitis

OAdanya hubungan antara obesitas dan kalkulus dental dan lingkar pinggang dengan jumlah gigi yang terkena gingivitis.

OSaranODibutuhkan pemeriksaan apakah

yg terpapar faktor risiko dlm waktu lama akan menderita periodontitis dg frekuensi dan tingkat keparahan yang lebih besar.

TERIMA KASIH

ADA PERTANYAAN??

Recommended