View
3
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN
KESIAPAN PENSIUN
PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Angela Iva Mayoli
NIM : 149114193
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
WITH GOD ALL THINGS ARE
POSSIBLE
Whatever you are,
Be a good one
-Abraham Lincoln-
Sometimes bad things happen because your
negative thinking
So stay positive and
believe with the strength in you
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi yang telah saya tulis dengan judul “Hubungan Antara Self-Efficacy dengan
Kesiapan Pensiun Pada PNS dan Karyawan BUMN” ini saya persembahkan kepada
Tuhan Yesus Kristus dengan segala kasih dan rahmat-Nya
&
Untuk setiap keringat, air mata, perjuangan, dan usaha yang telah saya keluarkan
dan lakukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 November 2018
Peneliti,
Angela Iva Mayoli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN
KESIAPAN PENSIUN
PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN
Angela Iva Mayoli
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan
kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN. Self-efficacy merupakan
keyakinan di dalam diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
mengatasi suatu keadaan atau tantangan. Sementara itu, kesiapan pensiun adalah suatu
keadaan yang menunjukkan bahwa seseorang siap memasuki masa pensiun. Subjek pada
penelitian ini adalah 69 orang PNS dan karyawan BUMN yang nol sampai lima tahun lagi
akan pensiun. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan teknik sampling purposive.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian ini adalah skala self-efficacy
(α = 0,833) dan skala kesiapan pensiun (α = 0,972). Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif yang dianalisis dengan menggunakan uji korelasi spearman’s rho. Hasil uji
korelasi antara self-efficacy dan kesiapan pensiun yang diperoleh adalah 0,523 dengan taraf
signifikansi 0,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan
positif antara self-efficacy dan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN.
Kata kunci : kesiapan pensiun, self-efficacy, PNS, karyawan BUMN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY WITH
RETIREMENT READINESS OF
CIVIL SERVANTS AND PUBLIC EMPLOYEES
Angela Iva Mayoli
ABSTRACT
The purpose of this study is to understand the correlation between self-efficacy with
retirement readiness especially for civil servants and public employees. Self-efficacy is
someone’s beliefs on their capabilities to overcome a situation or challange. Meanwhile
retirement readiness is someone’s condition which shows that they are ready to face the
retirement. There are 69 people from civil servants and public employees being the subject
of this study. The subjects are employees who will retire in about zero to five years ahead.
The subject in this study is obtained by sampling purposive method. The data is obtained
by self-efficacy scale (α = 0,833) and retirement readiness scale (α = 0,972). This study
uses a quantitative method which is analyzed by spearman’s rho correlation test. The result
of the correlation test between self-efficacy and retirement readiness is 0.523 and
significance level of 0,00. The result shows that there is significant and positive correlation
between self-efficacy with retirement readiness especially for civil servants and public
employees.
Keywords : retirement readiness, self-efficacy, civil servants, public employees
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Angela Iva Mayoli
Nomor Mahasiswa : 149114193
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY
DENGAN KESIAPAN PENSIUN
PADA PNS DAN KARYAWAN BUMN
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, serta
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 18 November 2018
Yang Menyatakan,
(Angela Iva Mayoli)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat
dan cinta kasih-Nya akhirnya skripsi yang berjudul “Hubungan antara Self-Efficacy
dengan Kesiapan Pensiun pada PNS dan Karyawan BUMN” dapat ditulis dan
selesai dengan baik oleh penulis.
Penyelesaian penulisan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari segala bantuan
dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari begitu banyak
pihak di sekitar penulis dalam menghadapi setiap proses penulisan skripsi. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi. selaku Dekan Fakultas Psikologi,
Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D. selaku Kepala Program
Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah memberikan dukungan dan semangat untuk segera menyelesaikan
skripsi.
4. Bapak Dr. Minta Istono, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Terimakasih atas segala usaha, waktu, dukungan, kritik, serta saran yang
telah diberikan dalam proses penulisan skripsi ini dari awal hingga
akhirnya skripsi ini telah selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
5. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
mendidik dan memberikan ilmu serta pengalaman. Semoga dapat
bermanfaat bagi penulis untuk ke depannya.
6. Segenap staff dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma yang telah memberikan bantuan untuk urusan administrasi
akademik.
7. Papa dan Mama A.H. Budi Wuryanto dan Dyah Kurniani Rafiana
Kawengian. Terimakasih atas segala cinta, kasih dan perhatian yang
diberikan kepada penulis. Terimakasih atas segala bentuk dukungan dan
motivasi yang diberikan sehingga membuat penulis menjadi semangat
untuk segera menyelesaikan skripsi. Terimakasih karena papa dan mama
tidak pernah berhenti untuk mendoakan penulis dalam setiap langkah dan
usaha yang dilakukan.
8. Adik penulis Giovanni Victo Araya dan Gracia Putri Aura yang
terkadang membuat kesal namun tetap memberikan dukungan dan
mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Terimakasih telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis.
10. Bude Titin, Pakde Heru, Pakde Mari, Bapak Fedyan, Bapak Dedy, Bapak
Yuli, dan Mbak Heni yang telah membantu penulis dalam proses
pengumpulan data.
11. Seluruh subjek pada penelitian ini yaitu karyawan PT Pos Indonesia,
karyawan Balai Monitoring Frekuensi Radio, karyawan Dinas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, karyawan Balai
Pemberdayaan Perempuan & Masyarakat, karyawan Balai Besar
Pelatihan Transmigrasi dan karyawan Inspektoran Daerah Istimewa
Yogyakarta. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu untuk
membaca serta mengisi kuesioner.
12. Anastasia Irani Artika Dhaniheswara dan Sintami Retno Hidayati selaku
sahabat penulis. Terimakasih karena sejak hari awal perkuliahan hingga
saat ini selalu ada bagi penulis. Terimakasih karena sudah mau berbagi
senang, tawa, sedih, dan tangis. Terimakasih karena ada di saat sulit
maupun bahagia. Pokoknya sayang banget sama kalian.
13. Angel Nababan, Dhanis, Kevin Adian temen garap skripsi Sekawan
Squad. Terimakasih kalian sudah membuat acara mengerjakan skripsi
menjadi penuh tawa. Terimaksih sudah menjadi tempat curhat dan
berbagi cerita. Terimaksih atas semangat dan motivasi yang kalian
berikan. Semangat!!! Cepet nyusul sidang yaa. Maret wisuda bareng.
Amin!
14. Oncom alias Comsky, Arin alias Mbak Ninique, Sudani alias Pakbud,
dan Oven alias Oo. Terimakasih sudah menjadi obat penghilang stres dari
jaman susah semoga bisa sampai kapan pun. Terimakasih atas kekocakan
dan kebodohan yang tiada henti. Kapan, ke mana kuy!
15. Teman-teman satu bimbingan skripsi Nindy, Dhanis, Ruth, Anus, Adit,
Clara, Poppy, Grace, Lius, Gesa, Sandro, Yuka, Tejo, Galih. Terimakasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
karena sudah berbagi ilmu dan informasi. Semangat dan sukses untuk
teman-teman.
16. Teman-teman satu angkatan Psikologi Universitas Sanata Dharma 2014.
Terimakasih atas segala pengalaman dan kebersamaan dari sejak AKSI
2014 hingga saat ini.
17. Teman-teman kelas E Psikologi 2014. Terimakasih atas segala suka cita
dan tawa yang dibagikan bersama membuat perkuliahan menjadi lebih
berwarna.
18. Last but not least Yulius Gusti Pangestu Sancaya Putra sebagai partner
dalam love and hate relationship. Terimakasih selalu mengingatkan
penulis untuk segera menyelesaikan tulisan ini. Terimakasih atas segala
bentuk dukungan dan segala cara yang dilakukan untuk memberi
semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna mengingat keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis
sangat terbuka pada kritik dan saran dari pembaca untuk dapat menyempurnakan
skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
terima kasih.
Yogyakarta, 18 November 2018
Penulis,
Angela Iva Mayoli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
ABSTACT ............................................................................................................ viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 15
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 16
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 16
1. Manfaat Teoritis ............................................................................. 16
2. Manfaat Praktis ............................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................ 18
A. Kesiapan Pensiun ..................................................................................... 18
1. Pengertian Kesiapan Pensiun ......................................................... 18
2. Aspek Kesiapan Pensiun ................................................................ 25
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Pensiun .............................. 30
B. Self-Efficacy ............................................................................................ 36
1. Pengertian Self-Efficacy ................................................................. 36
2. Dimensi Self-Efficacy .................................................................... 42
3. Sumber Self-Efficacy ..................................................................... 44
4. Dampak Self-Efficacy .................................................................... 47
C. Karakteristik PNS dan BUMN dalam mempersiapkan Masa Pensiun .... 51
D. Dinamika Hubungan Antara Self-Efficacy dengan Kesiapan Pensiun ..... 54
E. Skema Penelitian ...................................................................................... 56
F. Hipotesis .................................................................................................. 57
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 58
A. Jenis Penelitian......................................................................................... 58
B. Identifikasi Variabel................................................................................. 59
1. Variabel Bebas................................................................................ 59
2. Variabel Tergantung ....................................................................... 59
C. Definisi Operasional ................................................................................ 59
1. Kesiapan Pensiun............................................................................ 58
2. Self-Efficacy .................................................................................... 60
D. Subjek Penelitian ..................................................................................... 61
E. Metode dan Alat Ukur ............................................................................. 62
1. Skala Kesiapan Pensiun .................................................................. 62
2. Skala Self-Efficacy .......................................................................... 64
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................................................ 65
1. Validitas .......................................................................................... 65
2. Uji Coba Skala ................................................................................ 66
3. Uji Kesahihan Item ......................................................................... 67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
4. Reliabilitas ..................................................................................... 68
G. Metode Analisis Data .............................................................................. 70
1. Uji Asumsi ..................................................................................... 70
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 71
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 72
A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................ 72
B. Deskripsi Subjek Penelitian .................................................................... 75
C. Deskripsi Data Penelitian ........................................................................ 76
D. Hasil Analisis Data ................................................................................. 82
1. Uji Asumsi ..................................................................................... 82
2. Uji Hipotesis .................................................................................. 84
E. Pembahasan ............................................................................................. 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 92
A. Kesimpulan ............................................................................................. 92
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 92
C. Saran ....................................................................................................... 93
1. Bagi Karyawan .............................................................................. 93
2. Bagi Instansi Pemerintah dan Perusahaan ..................................... 94
3. Bagi Peneliti Selanjutnya .............................................................. 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 96
LAMPIRAN ........................................................................................................ 106
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Karakteristik Self-Efficacy Tinggi dan Rendah ................................... 41
Tabel 3.1 : Persebaran Item Skala Kesiapan Pensiun ........................................... 63
Tabel 3.2 : Persebaran Item Skala Self-Efficacy ................................................... 65
Tabel 4.1 : Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 74
Tabel 4.2 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 75
Tabel 4.3 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir .......................... 76
Tabel 4.4 : Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Jabatan ...................................... 76
Tabel 4.5 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy ...................... 77
Tabel 4.6 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun .............. 78
Tabel 4.7 : Kategori Skor Self-Efficacy ................................................................. 78
Tabel 4.8 : Kategori Skor Kesiapan Pensiun ........................................................ 78
Tabel 4.9 : Deskripsi Statistik Data Penelitian Kesiapan Pensiun Berdasarkan
Instansi dan Perusahaan ........................................................................................ 79
Tabel 4.10 : Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Self-Efficacy ...... 80
Tabel 4.11 : Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kesiapan Pensiun
................................................................................................................................ 81
Tabel 4.12 : Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian ......................................... 82
Tabel 4.13 : Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 84
Tabel 4.14 : Kriteria Interpretasi Korelasi ............................................................ 85
Tabel 4.15 : Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho .................................................. 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Skema Hubungan antara Self-efficacy dengan Kesiapan Pensiun ......................... 56
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Blueprint Skala General Self-Efficacy ..................................... 107
LAMPIRAN 2 : Blueprint Skala Kesiapan Pensiun ........................................... 110
LAMPIRAN 3 : Skala Penelitian ........................................................................ 114
LAMPIRAN 4 : Korelasi Item Total .................................................................. 123
LAMPIRAN 5 : Reliabilitas Skala ...................................................................... 126
LAMPIRAN 6 : Deskripsi Statistik Data Penelitian ........................................... 128
LAMPIRAN 7 : Uji Normalitas dan Uji Linearitas ............................................ 131
LAMPIRAN 8 : Uji Hipotesis ............................................................................ 133
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah lembaga survei bernama Aegon Center Longevity and
Retirement (www.aegon.com) telah melakukan survei kepada 16.000
responden yang terdiri dari 14.400 karyawan yang akan memasuki masa
pensiun dan 1.600 karyawan yang telah memasuki masa pensiun. Responden
tersebut berasal dari 15 negara, yaitu Jepang, Spanyol, Hungaria, Polandia,
Prancis, Turki, Belanda, Australia, Kanada, China, Inggris, Jerman, Amerika
Serikat, Brazil, dan India. Lembaga tersebut mensurvei kesiapan pensiun
yang diukur melalui Aegon Retirement Readiness Index (ARRI). ARRI
diukur melalui skala dengan skor dari 1-10. Skor 8-10 menunjukkan level
kesiapan yang tinggi, skor 6-7,9 menunjukkan level kesiapan menengah dan
skor 0-5,9 menunjukkan level kesiapan rendah.
Skor ARRI yang diperoleh pada tahun 2018 adalah 5,9 yang
menunjukkan bahwa tingkat kesiapan di 15 negara tersebut masih tergolong
rendah. Hasil indeks tersebut mengalami sedikit penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2017 yaitu 5,92 namun terdapat peningkatan jika dibandingkan
dengan hasil pada tahun 2016 yaitu 5,8 dan awal survei dilakukan yaitu tahun
2012 sebesar 5,2. Melihat data tersebut menunjukkan bahwa selalu terjadi
peningkatan sejak tahun 2012, namun belum ada satu negara pun yang
mencapai skor ARRI dengan kategori tinggi. Oleh karena itu, berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
hasil survei dapat dilihat bahwa di negara-negara besar dan maju pun ternyata
tidak menjamin karyawan siap memasuki masa pensiun.
Pemerintah pada setiap negara baik itu negara maju maupun negara
berkembang tentu berupaya semaksimal mungkin untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyatnya. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk
rakyatnya adalah dengan memberikan program persiapan pensiun untuk
karyawan yang akan memasuki masa pensiun. Pada berita yang dilansir oleh
www.nasional.sindonews.com mengatakan bahwa negara-negara maju di
dunia umumnya memiliki program pensiun berupa jaminan pensiun dan
jaminan kesehatan. Program tersebut bertujuan untuk menjamin
kesejahteraan hidup karyawan terutama dari segi finansial. Salah satu negara
dengan program pensiun yang baik adalah Belanda (sindonews, 2015).
Namun ternyata tingkat kesiapan pensiun di Belanda memiliki indeks
kesiapan pensiun sebesar 5,8 (Aegon, 2018). Hal ini menunjukkan bahwa
jaminan pensiun yang diberikan pemerintah kurang mendukung kesiapan
pensiun karyawan. Padahal seharusnya dengan program pensiun yang
diberikan tersebut mampu mendukung karyawan untuk dapat lebih siap
dalam menghadapi masa pensiun.
Pada tahun 2015, HSBC merilis hasil survei The Power of Protection,
Confidence in The Future yang dilakukan kepada 1.000 responden
menunjukkan bahwa sebanyak 64% responden mengkhawatirkan kesehatan
fisiknya dan sebanyak 54% mengkhawatirkan kesehatan finansial di masa
depan kelak. Selain itu, 43% responden juga mengalami kecemasan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kualitas hidup di masa tua. Meskipun ada kekhawatiran 33% responden
tersebut ternyata tidak memiliki proteksi kesehatan dan 44% responden masih
fokus terhadap perencanaan jangka pendek. Hanya 36% responden yang
mengaku dirinya telah mempersiapkan keuangan jangka panjang dengan
baik. Berdasarkan data tersebut HSBC menyimpulkan bahwa 1 dari 3 orang
Indonesia belum siap memasuki masa pensiun. Sedangkan menurut direktur
PT Asabri di dalam republika.co.id sebanyak 90% karyawan Indonesia tidak
siap memasuki masa pensiun secara finansial. Oleh karena itu, berdasarkan
data tersebut dapat dilihat bahwa ketidaksiapan untuk menghadapi masa
pensiun tidak hanya terjadi di negara-negara maju, namun negara
berkembang seperti Indonesia pun juga memiliki kecenderungan untuk
mengalaminya.
Padahal pemerintah Indonesia beserta perusahaan sudah berupaya
untuk membantu karyawan dalam mempersiapakan masa pensiunnya melalui
Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun Usaha. Peraturan tersebut diharapkan mampu
menjamin kesejahteraan karyawan di Indonesia. Sedangkan perusahaan
berusaha membantu karyawan melalui program persiapan pensiun yang
disiapkan oleh masing-masing perusahaan.
Berdasarkan PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil pasal 350 ayat (1) sampai dengan ayat (3) bahwa PNS yang telah
mencapai Batas Usia Pensiun, sebelum diberhentikan dengan terhormat
sebagai PNS dengan hak pensiun, dapat mengambil masa persiapan pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
dan dibebaskan dari Jabatan ASN (Apratur Sipil Negara). Masa Persiapan
Pensiun dengan jangka waktu paling lama 1 (satu) tahun. Selama masa
persiapan pensiun, PNS yang bersangkutan setiap bulan menerima 1 (satu)
kali penghasilan PNS terakhir diterima. Menurut wawancara yang dilakukan
dengan seorang karyawan PNS, selain masa persiapan pensiun yang sudah
diatur oleh PP Nomor 11 Tahun 2017 karyawan PNS juga diberikan program
persiapan pensiun kurang lebih lima tahun sebelum pensiun. Sedangkan pada
perusahaan BUMN, Masa Persiapan Pensiun diatur dengan Peraturan Direksi
pada masing-masing perusahaan. Pada PT Pos Indonesia (Persero) ditetapkan
bahwa Masa Persiapan Pensiun diambil oleh karyawan paling lama selama
satu tahun sebelum karyawan mencapai masa pensiun. Selama Masa
Persiapan Pensiun, karyawan PT Pos Indonesia menerima 1 (satu) kali
penghasilan yang terakhir diterima. Pada PT Pos Indonesia karyawan juga
diberikan program persiapan pensiun sebelum memasuki masa pensiun
kurang lebih lima tahun sebelumnya.
Program persiapan pensiun yang diberikan kepada karyawan baik pada
instansi pemerintahan maupun pada PT Pos Indonesia (Persero) berupa
pengenalan mengenai masa pensiun serta pelatihan untuk memberikan
pembekalan tentang strategi perencanaan keuangan, perencanaan kegiatan,
mempersiapkan kondisi mental, spiritual, rasa percaya diri, ataupun hal lain
yang berkaitan dengan masa pensiun. Program persiapan pensiun yang
diberikan juga berupa pembekalan kepada karyawan untuk dapat
berwirausaha bagi yang berminat. Program persiapan pensiun penting bagi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
karyawan agar mereka dapat memiliki persepsi dan sikap yang tepat dalam
menghadapi masa pensiun (Inaja & Rose, 2013). Pemberian program
persiapan pensiun juga dapat membantu proses transisi dengan mengubah
sikap dan kebiasan menjadi lebih positif untuk lebih menyiapkan diri sebelum
pensiun (Ogunbameru & Asa, 2008). Selain itu, program persiapan pensiun
juga bertujuan agar karyawan memiliki keyakinan dan rasa percaya diri dalam
menghadapi masa pensiun. Oleh karena itu, melalui terlaksananya program
persiapan pensiun diharapkan karyawan Indonesia memiliki kesiapan dalam
menghadapi masa pensiun.
Ekspektasi yang diharapkan oleh perusahaan ternyata berlawanan
dengan realita yang terjadi. Usaha yang dilakukan oleh perusahaan tampak
kurang membuahkan hasil yang maksimal. Meskipun perusahaan sudah
berupaya dalam mempersiapkan masa pensiun bagi karyawannya, ternyata
tidak sedikit karyawan Indonesia yang masih belum siap menghadapi masa
pensiun (CNN Indonesia, 2016). Bahkan ada pula karyawan yang merasa
takut dan cemas untuk menghadapinya (Joengs, 2017). Padahal perusahaan
dan pemerintah telah berupaya untuk membantu karyawan agar memiliki
kesiapan pensiun dan memiliki masa pensiun yang sejahtera.
Kesiapan pensiun atau readiness for retirement sendiri adalah suatu
keadaan ketika seseorang siap untuk menghadapi setiap perubahaan yang
terjadi dalam hidupnya terutama perubahan saat akan memasuki masa
pensiun yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan dari luar
diri individu (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Sedangkan menurut Harper
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
(2005) kesiapan pensiun adalah kondisi ketika seseorang merasa yakin karena
sudah memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menghadapi setiap
perubahan di masa pensiun. Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) aspek-
aspek dalam kesipan pensiun terdiri dari aspek finansial, fisik, mental dan
emosi, serta keluarga.
Masa pensiun merupakan masa yang pasti terjadi dan pasti dialami oleh
semua karyawan. Pada masa ini seseorang akan mengalami masa transisi dan
akan mengalami banyak perubahan yang tentunya sangat berdampak di dalam
hidupnya. Dampak yang paling dirasakan saat memasuki masa pensiun
adalah pendapatan berkurang. Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun
1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda atau Duda, gaji yang
diterima pensiunan di Indonesia hanya sebesar 75% dari gaji pokok semasa
aktif bekerja. Selain itu, karyawan yang awalnya memiliki banyak tunjangan
dan fasilitas lalu berkurang. Bahkan ada pensiunan yang sama sekali tidak
mendapat uang pensiun setiap bulan sedangkan semakin bertambahnya usia
tuntutan hidup semakin tinggi terutama biaya kesehatan. Padahal menurut
Mucci, Giorgi, Roncaioli, Perez dan Arcangeli (2016) krisis ekonomi yang
terjadi pada masa pensiun dapat menjadi stressor negatif yang berakibat pada
mood disorder, depresi, dysthymia, dan bunuh diri. Perubahan lain yang
terjadi juga pada aktivitas harian. Aktivitas yang biasanya disibukkan oleh
rutinitas kerja berubah menjadi kegiatan rumah seperti menonton televisi atau
membersihkan rumah (Sprod, Olds, Brown, Burton, van Uffelen, Ferrar &
Maher, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Selain pendapatan dan aktivitas, perubahaan juga terjadi pada status
sosial. Padahal status sosial membuat seseorang merasa memiliki
penghargaan diri dan pengakuan dari orang lain (Tarigan, 2009) sehingga
ketika seseorang sudah tidak bekerja ia bisa kehilangan rasa keberhargaan diri
dan pengakuan dari orang lain. Salah satu status sosial yang berubah adalah
identitas pekerjaan. Seseorang yang tidak siap kehilangan identitas pekerjaan
dan tidak siap menghadapi pensiun dapat membuatnya merasa stres karena
tidak memiliki peranan penting (Kim & Moen, 2001; Jenkins, 2016) atau
biasa disebut dengan post power syndrome. Post power syndrome dapat
terjadi pada siapa pun baik yang memiliki jabatan tinggi maupun rendah dan
pada profesi apa pun (Tarigan, 2009). Perubahan-perubahan yang terjadi
tersebut dapat berpengaruh kepada persepsi individu terhadap dirinya,
kemampuannya, dan kualitas hidup (Kim & Moen, 2001). Oleh karena itu,
sangat wajar jika sebagian besar karyawan tidak siap dan cenderung
memandang pensiun sebagai hal yang tidak menyenangkan dan membuat
mereka menjadi cemas dan khawatir (Tarigan, 2009).
Pensiun tidak hanya dapat dimaknai secara negatif namun jika dapat
dimaknai secara positif dan dapat dipersiapkan. Menurut Fehr (2012) masa
pensiun dapat membuat seseorang menjadi kreatif dan mampu mencapai
aktualisasi diri. Fehr (2012) juga menambahkan pada masa pensiun seseorang
dapat menjadi tantangan untuk memberi energi dan dapat membangkitkan
gairah hidup. Pensiun juga dapat dimaknai sebagai masa untuk bersenang-
senang (Stephan, Fouqereau, & Fernandez, 2008). Pada penelitian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
dilakukan Mein, Martikainen, Hemingway, Stansfeld, dan Marmot (2003)
pada karyawan pensiun bahwa pensiun bisa meningkatkan kesehatan,
kesejahteraan, dan kesehatan mental. Seseorang hanya perlu memaknai masa
pensiun secara positif. Sedangkan apabila seseorang mempersepsikan masa
pensiun secara negatif maka perasaan cemas dan tidak siap yang akan muncul
ketika berhadapan dengan masa pensiun (Inaja & Rose, 2013).
Pada pensiun normal seseorang mulai berhenti bekerja ketika sudah
memasuki usia pensiun. Setiap perusahaan berhak menentukan usia pensiun
bagi karyawannya sesuai dengan Perjanjian Kerja (PK), Peraturan
Perusahaan (PP), atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB) (Joengs, 2017 di
www.finansialku.com). Pada umumnya di Indonesia menetapkan usia
pensiun berkisar antara 55-60 tahun. Masa pensiun tersebut dapat berubah
sewaktu-waktu seiring dengan usia harapan hidup yang terus meningkat
(Tarigan, 2009).
Menurut laporan Statistik Kesehatan Dunia yang dikeluarkan oleh
WHO pada tahun 2015 angka harapan hidup di dunia saat ini mengalami
peningkatan. Pada negara-negara maju usia harapan hidup mencapai usia 82
tahun. Sedangkan data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) angka harapan hidup di Indonesia pada tahun 2017 mencapai usia 70,9
tahun. Semakin tingginya angka harapan hidup berdampak pada masa
pensiun seseorang yang akan menjadi semakin panjang.
Setiap orang tentunya menginginkan hidup dengan masa pensiun yang
menyenangkan dan berkualitas. Namun hal ini tidak dapat diperoleh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
instan sehingga harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin. Namun fakta
yang terjadi, hampir separuh karyawan tidak melakukan persiapan pensiun
secara nyata. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Harsey, et al., 2007;
Jacobs-Lawson, Hersey, & Neukam, 2004; Quick & Moen, 1998 (dalam
Berk, 2012) menunjukkan bahwa memiliki tujuan masa depan dan memiliki
pengetahuan tentang perencanaan keuangan dapat menghasilkan tabungan
pensiun, penyesuaian, dan kepuasan yang lebih baik.
Faktor yang mendukung seorang karyawan siap menghadapi masa
pensiun dibagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor yang
berasal dari eksternal seperti dukungan sosial dan kemapanan finansial
((Sutarto & Ismulcokro, 2008; Mucci, et al., 2016). Kemudian ada faktor yang
berasal dari internal seperti faktor psikologis. Menurut hasil penelitian yang
dilakukan James, Matz Costa, & Smyer (2016) dan Aloudi & Njuguna (2017)
bahwa faktor psikologis turut mengambil peran penting dalam mendukung
kesiapan karyawan memasuki masa pensiun.
Berdasarkan teori hirarki kebutuhan dari Maslow, James et al. melihat
bahwa manusia membutuhkan perasaan aman tidak hanya secara finansial
namun juga secara psikologis. Sedangkan Aloudi dan Njuguna (2017) di
dalam penelitiannya kepada karyawan pada perusahaan asuransi menyatakan
bahwa faktor psikologis yang mendukung kesiapan psikologis adalah
persepsi, sikap, kestabilan emosi, tujuan yang jelas setelah pensiun, dan
keyakinan diri atau dalam istilah psikologi disebut self-efficacy. Faktor-faktor
tersebut cenderung sesuai dengan literature review dilakukan oleh Barbosa,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Monteiro, dan Murta (2016) terhadap penelitian yang ditulis sejak tahun
1995-2014 di Inggris, Portugis, dan Spanyol diketahui bahwa prediktor utama
yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri menuju masa pensiun
adalah kesehatan mental dan atribut psikologis seperti kestabilan emosi,
manajemen stres, optimisme, motivasi, locus of internal control, self-esteem,
self-efficacy, selera humor dan extraversion. Selain itu, terdapat hasil
penelitian dari Taylor dan Shore (1995) terhadap karyawan perusahaan
multinasional yang menyatakan bahwa faktor psikologis berupa keyakinan
diri dapat menentukan seseorang siap memasuki masa pensiun. Keyakinan
yang ada di dalam diri seseorang dalam psikologi disebut dengan self-
efficacy. Berdasarkan beberapa faktor yang telah dipaparkan oleh peneliti
sebelumnya, menunjukkan bahwa faktor psikologis yang berasal dari dalam
diri mengambil peran penting yang mempengaruhi kesiapan seseorang untuk
memasuki masa pensiun.
Bandura (1997) menyatakan di dalam bukunya bahwa self-efficacy
sendiri merupakan faktor penentu yang kuat terhadap perilaku seseorang
karena berdampak pada pengambilan keputusan, pengeluaran usaha, emosi,
bertahan dalam kesulitan, mencapai pengalaman sukses. Self-efficacy jika
dikaitkan dengan pensiun berhubungan dengan pernyataan Bandura (1997)
bahwa dalam menghadapi suatu masa yang penuh dengan ketidakpastian
seseorang memerlukan keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu
mengatasi perubahan serta beradaptasi pada situasi tersebut. Demikian pula
saat seseorang akan memasuki masa transisi dari bekerja menjadi pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
yang juga penuh ketidakpastian tentunya seseorang memerlukan keyakinan
di dalam dirinya bahwa ia bisa beradaptasi pada masa pensiun yang penuh
dengan ketidakpastian. Bandura menambahkan bahwa self-efficacy
merupakan faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap proses
adaptasi emosional selama proses transisi menuju masa pensiun.
Self-efficacy merupakan sebuah keyakinan yang ada di dalam diri
seseorang yang membuat seseorang percaya bahwa dirinya bisa mengasai
suatu keadaan dan mampu menghasilkan suatu hasil yang positif (Bandura
dalam Feldman, 2015). Self-efficacy mendasari keyakinan seseorang pada
kemampuannya untuk dapat berhasil dalam melakukan sesuatu atau untuk
mengasilkan sesuatu yang diinginkannya (Feldman, 2015). Semakin tinggi
self-efficacy yang dimiliki seseorang maka membuat seseorang memiliki
target tujuan yang tinggi, memiliki keinginan belajar yang tinggi, dan
semakin memiliki keyakinan dalam menghadapi tugas atau tantangan baru di
dalam hidupnya (Lunenberg, 2011). Seseorang dengan self-efficacy tinggi
cenderung untuk lebih mempersiapkan masa pensiunnya dan memiliki
tingkat kecemasan yang rendah terkait pensiun (Valero & Topa, 2014). Selain
itu self-efficacy tinggi juga membuat seseorang memiliki keyakinan bahwa
dirinya akan berhasil di masa pensiun (Bandura,1997). Akan tetapi jika self-
efficacy yang dimiliki oleh seseorang terlalu tinggi akan membuat seseorang
menjadi terlalu percaya diri dan meningkatkan kesalahan seseorang dalam
berlogika (Vancouver, Thompson, Tischner, & Putka, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Sebaliknya apabila seseorang dengan self-efficacy yang rendah
cenderung kurang memiliki motivasi dan menunjukkan performansi yang
rendah (Bandura & Locke, 2003). Orang dengan self-efficacy rendah juga
kurang memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu melakukan
sesuatu untuk mencapai keberhasilan. Self-efficacy rendah juga akan
membuat seseorang merasa cemas (tidak siap) menghadapi pensiun
(Bandura,1997). Self-efficacy ada di dalam diri seseorang tidak semata-mata
terjadi begitu saja. Self-efficacy dapat dibentuk melalui pengalaman dan
dukungan yang berasal dari lingkungan (Bandura, 1994).
Berdasarkan paparan tersebut self-efficacy dan kesiapan pensiun
(readiness for retirement) memiliki hubungan yang erat. Seseorang dengan
self-efficacy tinggi tentunya dapat menyikapi masa transisi dari bekerja
menuju pensiun sebagai sebuah tantangan (Bandura, 1997) dan siap untuk
mentargetkan diri bahwa kelak di masa pensiun ia dapat merasakan
kehidupan yang jauh lebih baik dan sukses daripada saat bekerja (Feist &
Feist, 2010). Sedangkan seseorang yang memiliki self-efficacy rendah akan
cenderung tidak yakin pada dirinya sendiri (Bandura, 1997) serta
menganggap perubahan di dalam hidupnya sebagai ancaman. Self-efficacy
yang dimiliki karyawan dapat mengurangi perasaan khawatir dan cemas
terhadap masa depannya (Tahmassian & Jalali Moghadam, 2011; Ghaderi &
Salehi, 2011). Self-efficacy diperlukan oleh setiap karyawan untuk lebih siap
dalam menghadapi masa pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Melalui hasil dari beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian dari
Aloudi dan Njuguna (2017) dan penelitian dari Taylor dan Shore (1995)
diketahui bahwa self-efficacy merupakan faktor penting yang memberikan
dampak pada kesiapan pensiun. Pada penelitian terdahulu subjek yang
digunakan adalah karyawan perusahaan asuransi dan multinasional.
Perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang menyediakan jasa
asuransi dengan menghimpun dana melalui premi asuransi yang dibayar oleh
klien dengan tujuan untuk memberikan perlindungan terhadap klien dari
berbagai macam kerugian atau kematian yang bisa terjadi secara tidak terduga
(Muljono & Wicaksono, 2009). Karyawan yang bekerja pada perusahaan
asuransi memiliki tantangan yang tinggi karena umumnya karyawan bekerja
dengan suatu terget yang harus dicapai untuk memperoleh tunjangan
(Tjiptadinata, 2017). Sedangkan perusahaan multinasional merupakan
perusahan yang swasta yang dipegang oleh pihak asing dan biasanya
memiliki lebih dari satu cabang di negara yang berbeda. Perusahaan
multinasional memiliki budaya perusahaan yang berlaku di seluruh dunia dan
memiliki standar profesionalisme internasional sehingga memiliki beban
kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan swasta nasional atau
pemerintah (Ismarani, 2016 di www.youthmanual.com). Selain itu,
perusahaan asuransi dan multinasional cenderung tidak menerima gaji atau
tunjangan di masa pensiun.
Karakteristik setiap instansi atau perusahaan tentunya berbeda dan
memberikan pengaruh kepada karyawan. Karakterisik yang telah dipaparkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
di atas cenderung berbeda dengan karakteristik dari instansi pemerintah
seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terutama PT Pos Indonesia dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). PT Pos Indonesia (Persero) merupakan BUMN
yang bergerak di bidang jasa kurir, logistik, dan transaksi keuangan. PT Pos
Indonesia (Persero) sudah berdiri sejak jaman Belanda dan sudah pernah
mengalami masa keemasan serta masa penurunan sangat drastis sejak internet
mendunia. Namun PT Pos Indonesia (Persero) berusaha bangkit dan
memperbaiki infrastrukturnya, hingga kini menjadi perusahaan yang maju
dan terus bergerak untuk mencapai masa depan yang lebih cerah
(www.bumn.go.id). Di sisi lain karena kondisi perusahaan yang sudah
berstatus mapan membuat karyawan cenderung menjadi kurang kompetitif
dan lebih banyak menunggu daripada mencari peluang bisnis (Diazvetiauda,
2010). Hal tersebut membuat karyawan cenderung tidak memiliki jiwa
enterpreneurship (Diazvetiauda, 2010).
PNS merupakan karyawan yang bekerja di instansi pemerintah. PNS
memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karyawan BUMN terutama
PT Pos Indonesia. PNS memiliki cara kerja yang cenderung santai dan total
gaji yang lebih kecil dibandingkan BUMN (Mansur, 2018). PNS memiliki
peningkatan jenjang karir yang jelas serta jarang terjadi pemutusan hubungan
kerja sepihak tidak seperti perusahaan swasta (Mansur, 2018). Selain itu, PNS
juga memiliki jaminan di masa tua berupa gaji pokok yang diterima setiap
bulan (www.qerja.com, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilaksanakan untuk mengetahui
apakah hasil penelitian terdahulu dapat digeneralisasi pada segala jenis
instansi, meskipun terdapat perbedaan karakteristik antara subjek penelitian
terdahulu dengan penelitian ini.
Melihat data kesiapan pensiun di Indonesia yang telah dipaparkan di
awal menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan tidak siap menghadapi
masa pensiun padahal pemerintah dan perusahaan sudah berusaha dengan
memberikan program persiapan pensiun maka diperkirakan self-efficacy yang
dimiliki oleh karyawan Indonesia rendah. Hal ini didukung oleh penelitian
pada disertasi yang dilakukan oleh Peila-Shuster (2011) bahwa program
persiapan pensiun dapat meningkatkan self-efficacy. Pada program persiapan
pensiun karyawan diberikan pengalaman melalui Masa Persiapan Pensiun
serta informasi melalui pelatihan sehingga seharusnya karyawan Indonesia
sudah siap menghadapi masa pensiun namun yang terjadi sebaliknya. Oleh
karena itu penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara self-
efficacy dengan kesiapan pensiun seorang karyawan terutama PNS dan
karyawan BUMN.
B. Rumusan Masalah
Apakah self-efficacy berhubungan dengan kesiapan seseorang untuk
memasuki masa pensiun terutama pada PNS dan karyawan BUMN?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy
dengan kesiapan seseorang untuk memasuki masa pensiun terutama pada
PNS dan karyawan BUMN.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
yang bermanfaat bagi ilmu psikologi di bidang Psikologi Industri dan
Organisasi serta Gerontologi dalam memahami keadaan psikologis
seseorang yang akan memasuki masa pensiun.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Karyawan
Melalui penelitian ini, diharapkan karyawan mendapat
gambaran mengenai kondisi kesiapan pensiun pada dirinya sehingga
ke depannya karyawan dapat mempersiapkan masa pensiunnya
dengan lebih maksimal. Selain itu, diharapkan karyawan juga dapat
melakukan persiapan pensiun sedini mungkin sehingga dapat lebih
siap menghadapi pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
b. Bagi Instansi dan Perusahaan
1) Memberikan gambaran bagi instansi pemerintahan maupun
BUMN PT Pos Indonesia (Persero) mengenai tingkat kesiapan
pensiun yang dimiliki oleh karyawannya sehingga dapat
membantu karyawan untuk mempersiapkan masa pensiun.
2) Memberikan pendampingan khusus kepada karyawan yang
memiliki kesiapan pensiun rendah sehingga diharapkan kelak
karyawan pada perusahaan tersebut memiliki kesiapan pensiun
yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kesiapan Pensiun
1. Pengertian Kesiapan Pensiun
Setiap orang yang bekerja tentu memiliki tujuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut hirarki kebutuhan milik
Abraham Maslow, kebutuhan yang harus dipenuhi manusia secara
bertahap adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan memiliki,
penghargaan diri, dan aktualisasi diri (King, 2017). Melalui bekerja
seseorang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Bekerja membuat
seseorang dapat memenuhi kebutuhan akan ekonomi, status sosial dan
identitas personal (Ogunbameru & Asa, 2008). Akan tetapi, seiring
berjalannya waktu setiap orang yang bekerja kelak akan mengalami
pensiun. Ketika seseorang memasuki masa pensiun secara otomatis dapat
berdampak pada kehidupannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa
pensiun memiliki dampak pada keadaan ekonomi, sosial, aktivitas
harian, kesehatan fisik dan psikologis (Mein, 2003; Ogunbameru & Asa,
2008; Sprod, et al., 2017) baik itu secara positif maupun negatif.
Banyak alasan yang menyebabkan seseorang mengalami pensiun.
Menurut Undang-Undang No 11 Tahun 1992 mengenai Dana Pensiun,
penyebab pensiun dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu pensiun
normal, pensiun dipercepat, pensiun ditunda, dan pensiun cacat. Pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
normal merupakan pensiun yang umumnya terjadi sesuai dengan usia
pensiun. Selanjutnya ada pensiun dipercepat yaitu pensiun yang
diberikan kepada karyawan karena perusahaan ingin mengurangi jumlah
karyawan. Kemudian, pensiun ditunda adalah pensiun yang memang
diambil karena karyawan memang ingin pensiun padahal belum
memasuki usianya. Jenis pensiun yang terakhir adalah pensiun cacat,
yang diberikan karena karyawan mengalami kecelakaan dan tidak dapat
bekerja seperti semula. Lalu Tarigan (2009) menambahkan di dalam
bukunya bahwa ada penyebab lain seseorang pensiun. Penyebab pertama
adalah karyawan yang pensiun karena diberhentikan secara tidak
terhormat. Pada umumnya karena korupsi dan tindakan kriminal lainnya.
Selanjutnya ada pula pensiun karena penyederhanaan di dalam
organisasi. Kemudian penyebab terakhir karena memang masa
jabatannya sudah habis. Biasanya terjadi pada pejabat negara, seperti
presiden, wakil presiden, MPR, DPR menteri dan sebagainya. Umumnya
pejabat negara memiliki masa jabatan 5 tahun.
Usia pensiun yang ditetapkan oleh Pemerintah terhadap PNS diatur
di dalam Pasal 90 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apratur
Sipil Negara. Dalam UU tersebut ditentukan bahwa PNS diberhentikan
dengan hormat karena sudah memasuki batas usia pensiun, yaitu:
a. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Admnistrasi;
b. 60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pemimpin Tinggi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
c. Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
Pejabat Fungsional.
Selain itu, tertulis juga di dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 45 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun bahwa usia
pensiun adalah 56 tahun. Pada PT Pos Indonesia tertulis di peraturan
direksi bahwa usia pensiun normal bagi karyawan adalah 56 tahun.
Sedangkan di perusahaan swasta usia pensiun pada umumnya berkisar
antara 55 tahun sampai 60 tahun tergantung kebutuhan perusahaan
(Tarigan, 2009).
Teori mengenai pensiun kebanyakan muncul dari bidang ilmu
gerontologi, psikologi, dan sosiologi. Teori ini berfokus pada aspek
kehidupan pensiunan seperti kualitas hidup, kepuasan hidup, kesehatan
fisik dan mental (Paul & Townsend, 1992). Seiring berjalannya waktu
teori-teori mengenai pensiun mencoba untuk melihat aspek individual
sehingga mulai bermunculan teori yang berpusat pada variabel
kepribadian (Paul & Townsend, 1992).
Secara umum pensiun jika dimaknai secara negatif dapat
diasumsikan sebagai sebuah proses penuh tekanan yang berperan
terhadap kesehatan fisik dan mental serta menimbulkan emosi negatif
(Berk, 2012; Inaja & Rose, 2013). Setiap proses transisi yang terjadi
dalam hidup manusia tidak terkecuali pensiun dapat menimbulkan stres
(Berk, 2012). Sedangkan jika dimaknai secara positif pensiun merupakan
masa bebas dari pekerjaan, masa eksplorasi terhadap potensi yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dimiliki dan masa seseorang untuk menikmati kehidupan (Garcia, 2013).
Menurut Floyd, Hayness, Doll, Winemiller, Lemsky, Burgy, Werle, dan
Heilma (1992) pensiun merupakan pengalaman signifikan dalam hidup
seseorang yang membawanya pada proses transisi secara psikologis
dengan melibatkan persiapan, pemaknaan ulang terhadap peran, serta
penyesuaian psikologis dalam memasuki babak baru kehidupan. Proses
transisi yang dialami di masa pensiun membuat seseorang mengalami
pelemahan (pekerja) dan penguatan (istri atau suami) peran (Wang,
Henkens & Solinge, 2011 dalam Barbosa, Monteiro, & Murta, 2016). Hal
ini tentu disebabkan karena terjadi banyak perubahan baik di dalam
maupun di luar diri individu.
Pada saat menghadapi masa transisi, hal pokok yang menjadi kunci
sukses adalah persiapan dan kemantapan diri agar dapat memperoleh apa
yang diinginkan di masa pensiun (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Reitzes
& Murtan (2004) menyatakan bahwa pensiun merupakan sebuah proses
yang ditandai dengan adanya persiapan.
Pada instansi pemerintah dan BUMN (PT Pos Indonesia) karyawan
tidak dibiarkan begitu saja untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi
pensiun. Instansi dan perusahan berusaha untuk memberikan bantuan
melalui program persiapan pensiun dan Masa Persiapan Pensiun (MPP)
agar karyawan lebih siap untuk menghadapi pensiun.
Selain persiapan pensiun juga ditandai dengan pembuatan
keputusan sebelum akhirnya benar-benar berhenti dari pekerjaannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
(Behr, 1986 dalam Muratore & Earl, 2010). Persiapan yang dilakukan
karyawan dalam menghadapi pensiun dapat dimaknai sebagai usaha
yang dilakukan oleh individu selagi bekerja untuk mempersiapkan diri
pada saat pensiun (Muratore & Earl, 2010). Persiapan pensiun atau
retirement preparation dapat menolongnya untuk dapat lebih percaya
diri dalam menghadapi masa pensiun (Kim, Kwon, & Anderson, 2005).
Pensiun perlu dipersiapkan agar dapat memiliki sikap positif dan
kehidupan yang lebih baik (Reitzer & Mutran, 2004; Muratore & Earl,
2010). Selain itu, persiapan pensiun juga penting untuk dilakukan agar
dapat memiliki keamanan finansial, pikiran yang damai, ketenangan, dan
meningkatkan kendali terhadap masa depan (Kapoor, Dlabay, & Hughes,
1994 dalam Aloudi & Njuguna, 2017). Persiapan pensiun seperti fisik,
kognitif, motivasi, emosi, finansial, dan sosial juga membuat seseorang
mampu beradaptasi di masa pensiun (Barbosa, Monteiro, & Murta 2016).
Persiapan pensiun perlu direncanakan secara matang dari jauh hari
sebelum pensiun oleh karyawan. Selama ini perencanaan keuangan
dianggap sebagai persiapan paling penting. Akan tetapi, dibandingkan
dengan perencanaan keuangan, perencanaan tentang kehidupan yang
berisi kegiatan aktif setelah pensiun jauh lebih penting untuk menentukan
kebahagiaan setelah pensiun (Berk, 2012). Persiapan yang tidak
dilakukan secara matang akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan
menimbulkan ketidaksiapan untuk memasuki masa pensiun. Kecemasan
menghadapi pensiun didefinisikan sebagai perasaan takut dan khawatir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
untuk menghadapi keadaan tidak pasti dan tidak terprediksi (Kembu,
Amuhaya, dan Guyo, 2017). Padahal, mau tidak mau, siap tidak siap
seseorang pasti akan mengalami masa pensiun. Oleh karena itu,
perencanan dan persiapan harus dilakukan agar karyawan dapat memiliki
kesiapan untuk menghadapi pensiun.
Kesiapan pensiun apabila dilihat secara terminologi terdiri dari
kesiapan dan pensiun. Konsep kesiapan (readiness) biasa digunakan
dalam berbagai macam literatur dengan berbagai jalan. Pada awalnya
konsep kesiapan digunakan dalam literatur physical conditioning seperti
olahraga atau kemiliter. Istilah kesiapan juga banyak digunakan pada
literatur pendidikan seperti pada saat akan menghadapi ujian. Kesiapan
menurut kamus Webster’s adalah suatu tahap menjadi siap untuk
melakukan suatu tindakan. Selanjutnya kesiapan menurut kamus
psikologi memiliki makna sebagai suatu titik kematangan untuk
menerima atau mempraktekkan suatu perilaku tertentu. Berdasarkan
kamus Cambridge, readiness adalah willingness or a state of being
prepared or ready to something, jika diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia readiness adalah keinginan atau sebuah tingkat untuk menjadi
siap terhadap sesuatu. Sedangkan pensiun adalah suatu keadaan ketika
seseorang tidak bekerja dan mulai mempersiapkan untuk kehilangan
sumber ekonomi dan peran sosial (Ogunbameru & Asa, 2008; Muratore
& Earl, 2010; Leandro-França, Solinge, Henkens & Murta, 2016). Oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
karena itu, secara terminologi kesiapan pensiun adalah keadaan ketika
seseorang siap memasuki masa kehilangan pekerjaan.
Aloudi dan Njuguna (2017) menganggap kesiapan pensiun sebagai
proses sedang berlangsung untuk menyisihkan sumber daya dan waktu
sehingga pada saat pensiun tidak hanya mampu bertahan hidup tapi juga
dapat melestarikan martabat manusia. Aloudi dan Njuguna
menambahkan bahwa individu perlu untuk melakukan analisis terhadap
situasi keuangannya. Hal yang perlu dianalisis adalah kebutuhan
keuangan di masa depan, menghitung kesenjangan antara pendapatan
dan pengeluaran serta menciptakan rencana kegiatan yang dapat
mendatangkan pendapatan tetap di masa pensiun. Sedangkan menurut
Sutarto dan Ismulcokro (2008), kesiapan pensiun sebagai keadaan bahwa
seseorang siap menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya
terutama dalam memasuki masa pensiun. Kesiapan pensiun adalah ketika
seseorang merasa yakin karena memiliki pengetahuan dan kemampuan
untuk menghadapi setiap perubahan di masa pensiun (Harper, 2005).
Dalam penelitian ini definisi kesiapan pensiun yang menjadi dasar
penelitian adalah suatu kondisi bahwa seseorang siap untuk menghadapi
segala perubahan yang akan terjadi dan menjadi lebih matang karena
sudah melakukan persiapan tidak hanya finansial namun juga mental,
emosi, dan fisik sebelum memasuki masa pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2. Aspek Kesiapan Pensiun
Dalam menentukan kesiapan pensiun yang dimiliki oleh seseorang
dapat dilihat melalui beberapa aspek yang menyusun. Berikut ini adalah
aspek kesiapan pensiun:
a. Aspek Finansial
Menurut Sutarto dan Ismulcokro (2008) pada aspek kesiapan
materi finansial ketersediaan bekal pendukung seperti tabungan,
asuransi, simpanan aset, dan kegiatan usaha (selain penghasilan
bulanan pensiun) jika telah dikumpulkan sejak awal bekerja dapat
membantu untuk memenuhi kebutuhan biaya hidup. Pada inventori
yang dibuat oleh Richards (2010), ia menambahkan bahwa sebelum
pensiun karyawan sebaiknya memiliki kemampuan untuk menilai
dan mengevaluasi diri apakah kelak mampu hidup layak dan
beradaptasi menghadapi perubahan ekonomi.
b. Kesiapan Fisik
Pada aspek kesiapan fisik menurut Sutarto dan Ismulcokro
(2008) diperoleh dari kondisi fisik yang senantiasa terpelihara
dengan menjalankan pola hidup yang sehat. Kesehatan perlu untuk
terus dijaga semenjak masa muda agar pada saat pensiun tidak
dirundung penyakit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
c. Kesiapan Mental dan Emosi
Perubahan yang terjadi pada masa pensiun memiliki dampak
yang signifikan pada pekerjaan (aktivitas), status, dan kehilangan
kemampuan. Perubahan tersebut dapat berdampak pada kondisi
mental dan emosi (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Materi yang
dimiliki tidak akan berpengaruh apa pun jika kondisi mental dan
emosi tidak baik. Beradaptasi pada perubahan yang terjadi di masa
pensiun tidak mudah dan membutuhkan waktu beberapa bulan
setelah pensiun.
d. Kesiapan Seluruh Keluarga
Pada aspek ini kesiapan tidak hanya dimiliki oleh individu
yang bersangkutan, namun juga keluarga (Sutarto & Ismulcokro,
2008). Ketika pensiun pendapatan berkurang maka, perlu seluruh
anggota keluarga harus menyesuaikan gaya hidup yang akan jauh
berbeda.
e. Relasi dengan Orang Lain
Selain dengan keluarga, menjalin relasi dengan orang lain
seperti teman dan rekan kerja juga merupakan hal penting dan dapat
memberikan dukungan pada hidup seseorang (Richards, 2010). Oleh
karena itu karyawan mampu menentukan kegiatan apa yang dapat
menghubungkannya dengan orang lain dari dunia luar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
f. Aktivitas untuk Mengisi Waktu Luang
Pada aspek ini termasuk di dalamnya menentukan
keseimbangan antara bekerja dan menghabiskan waktu luang selama
pensiun (Richards, 2010). Selain itu, karyawan dapat menentukan
tujuan personal di dalam hidup yang ingin dicapai di masa
pensiunnya contohnya melakukan hobi di waktu senggang.
g. Perencanaan Pensiun
Pada aspek ini karyawan menentukan rencana apa saja yang
diperlukan untuk dapat menjalani kehidupan pensiun dengan
menyenangkan dan memuaskan (Richards, 2010). Hal ini dilakukan
dengan mengidentifikasi alternatif rencana yang harus dimiliki
untuk menghadapi kejadian tidak terduga yang berkaitan dengan
masalah kesehatan dan finansial. Diperlukan evaluasi yang berkaitan
dengan rencana pensiun yang berkaitan dengan tuntan dari potensi
perubahan yang terjadi.
Pada penelitian ini, aspek yang digunakan sebagai alat ukur adalah
aspek kesiapan pensiun milik Neuhs yang diadaptasi oleh Harper.
Menurut Neuhs (1991) kesiapan pensiun terbentuk oleh aspek-aspek
yang dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu kesehatan, keuangan,
aktivitas, peraturan pemerintah dan peraturan pensiun, dan pensiun itu
sendiri. Sedangkan Harper (2005) dalam disertasinya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mengadaptasi skala milik Neuhs, ia memberikan tambahan sehingga
dikelompokkan ke dalam enam kategori sebagai berikut:
a. Kesehatan Fisik
Aspek kesehatan fisik dapat ditunjukkan melalui kesadaran
akan pentingnya menjaga kesehatan. Kesehatan fisik diperoleh
melalui perilaku makan, tidur, dan berolahraga. Selain itu, kesadaran
pada kesehatan dapat dilihat jika seorang pensiunan memiliki
pelayanan kesehatan dan asuransi yang sudah terjamin. Hal tersebut
sebagai upaya berjaga-jaga jika sewaktu-waktu kondisi fisik
semakin memburuk atau bahkan terkena suatu penyakit kronis.
b. Kesehatan Mental
Kondisi mental tentu akan berubah seiring dengan proses
transisi menuju masa pensiun. Seseorang yang akan memasuki masa
pensiun perlu mempersiapkan mental dengan menghindari perasaan
cemas dan khawatir serta stres yang berlebihan. Oleh karena itu,
untuk mempertahankan kondisi mental agar tetap stabil seseorang
perlu memiliki pandangan hidup positif dan memiliki tujuan hidup.
c. Keuangan
Pada aspek keuangan mencakup kesediaan uang untuk
mencukupi kebutuhan hidup seperti tempat tinggal, nutrisi,
kesehatan, bersantai, dan berlibur. Pendapatan yang diperoleh sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
bekerja sebaiknya disisihkan sebagai persiapan untuk menyambut
masa tua.
d. Aktivitas
Pada saat memasuki masa pensiun, tentunya waktu senggang
lebih banyak. Memiliki perencanaan aktivitas di masa pensiun akan
memberikan dampak pada kesehatan psikologis. Pada saat
memasuki masa pensiun seseorang dapat mengembangkan relasi
sosial, keterampilan, dan pengetahuan sehingga dapat tetap aktif
baik di dalam rumah maupun di luar rumah.
e. Pemerintah, Pensiun dan Asuransi
Pada saat memasuki masa pensiun banyak hal tidak terduga
yang mungkin dapat terjadi. Seperti masalah kesehatan, pendidikan,
dan kebutuhan hidup lainya. Oleh karena itu, memiliki jaminan,
tunjangan, serta asuransi merupakan aspek penting yang perlu
dipersiapkan sebelum memasuki masa pensiun.
f. Evaluasi terhadap Pensiun itu Sendiri
Pada aspek ini karyawan yang akan memasuki masa pensiun
perlu menilik kembali perencanaan yang sudah dikerjakan selama
ini. Sebelum memasuki masa pensiun, karyawan perlu membuat
perencanaan pensiun terlebih dahulu. Melalui perencanaan tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
karyawan juga bisa mengevaluasi sejauh mana mereka siap
memasuki masa pensiun.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Pensiun
Kesiapan pensiun penting untuk dimiliki oleh setiap karyawan
yang akan memasuki masa pensiun. Hal ini bertujuan agar karyawan
kelak mampu menyesuaikan diri dan memiliki kualitas hidup yang baik
di masa pensiun. Berikut ini adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
kesiapan pensiun:
a. Keuangan
Perencanaan keuangan yang matang membuat seseorang
memiliki jaminan untuk mendanai hidup yang layak di masa pensiun
(Berk, 2012 & Aegon, 2017). Perencaan keuangan idealnya sudah
dipersiapkan sejak karyawan mendapatkan gaji pertama. Setidaknya
karyawan sudah mempersiapkan rencana keuangan dimulai dari 10
sampai 15 tahun sebelum pensiun. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Ju, Kim, Lee, Lee, Yoon, dan Park (2017) menunjukkan hasil
bahwa karyawan yang kurang melakukan persiapan pensiun
cenderung mengalami peningkatan simptom depresi.
Menurut Aegon (2017) sebelum membuat perencanaan
seseorang harus memiliki kesadaran dan pemahaman mengenai
kondisi finansial yang dimilikinya. Selain memiliki pemahaman dan
persiapan, sebelum memasuki masa pensiun seseorang perlu memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pendapatan pengganti untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup
(Aegon, 2017).
b. Kebugaran
Kebugaran tubuh penting untuk dijaga sehingga pengeluaran
keuangan untuk permasalahan kesehatan dapat diminimalisir (Berk,
2012). Memiliki program kebugaran yang rutin dilakukan merupakan
kunci penting agar kesehatan di masa pensiun tetap terjaga.
c. Penyesuaian Peran
Pekerjaan yang dimiliki membuat seseorang memiliki peran dan
tanggung jawab terhadap perusahaan maupun orang-orang di sekitar
(Asa, 2008; Berk, 2012). Ketika pensiun, peran tersebut tidak lagi
dimiliki. Bagi pensiunan yang memiliki kelekatan emosi yang tinggi
terhadap perusahaan dan rekan kerja, kehilangan peran terasa semakin
sulit (Berk, 2012). Ketidaksiapan untuk melepas peran tersebut dapat
membuat seseorang merasa tertekan dan pada beberapa kasus disebut
dengan Post Power Syndrome.
d. Tempat Tinggal
Tempat tinggal berhubungan dengan konflik apakah pada saat
pensiun harus pindah atau tidak. Keputusan untuk pindah atau tidak
harus dipertimbangkan secara matang. Tempat tinggal dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berpengaruh terhadap akses kesehatan, teman, keluarga, rekreasi,
hiburan, dan pekerjaan paruh waktu (Berk, 2012).
e. Aktivitas Senggang
Ketika seseorang memasuki masa pensiun, waktu yang dimiliki
untuk melakukan aktivitas senggang lebih banyak. Rata-rata
pensiunan memiliki tambahan waktu senggang sebanyak 50 jam per
minggu. Memiliki perencanaan kehidupan aktif di masa pensiun
memiliki dampak yang sangat besar pada kesehatan psikologis. Pada
masa pensiun seseorang dapat mencoba aktivitas-aktivitas baru atau
pun hobi yang selama ini tidak pernah dilakukan karena keterbatasan
waktu. Aktivitas senggang dan kegiatan sosial dapat menjadi sarana
untuk ekspresi diri, pencapaian baru, membantu orang orang lain,
interaksi sosial, dan kehidupan yang terstruktur (Berk, 2012).
f. Asuransi Kesehatan
Kondisi kesehatan pada saat memasuki usia paruh baya semakin
hari akan semakin menurun. Resiko terjangkit penyakit kronis akan
semakin meningkat. Oleh karena itu, menjaga pola hidup sehat sejak
muda sangat penting. Selain itu, memiliki asuransi kesehatan juga
diperlukan untuk membantu melindungi kualitas hidup setelah
pensiun karena kesehatan tidak dapat terprediksi (Berk, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
g. Hukum
Pada saat pensiun urusan hukum seperti surat wasiat dan surat
hak milik sudah harus diselesaikan. Hal ini dimaksudkan agar ketika
usia semakin tua dan kondisi kesehatan memburuk urusan hukum
sudah bukan menjadi masalah yang perlu dipusingkan (Berk, 2012).
h. Personal Responsibillity
Tanggungjawab personal dirasakan dan dimiliki secara pribadi
oleh masing-masing individu. Tanggungjawab tersebut membuat
individu berusaha untuk memastikan dirinya agar memiliki
penghasilan yang cukup dan kehidupan yang baik di masa pensiun
(Aegon, 2017).
i. Pekerjaan
Setiap orang memiliki kondisi dan situasi pekerjaan yang
berbeda. Hal ini membawa kepada sikap dan pandangan yang
berbeda-beda pula terhadap pekerjaannya. Beberapa kondisi atau
situasi pekerjaan dapat membuat seseorang menjadi lelah bekerja
(Beehr, Glazer, Nielson, & Farmer, 2000 dalam Hoyer & Roodin,
2003). Penyebab kebanyakan orang memutuskan untuk pensiun
adalah karena mendapatkan tekanan dari pekerjaan untuk pensiun atau
memang sudah siap untuk melakukan pensiun (Hoyer & Roodin,
2003). Seseorang yang memiliki kegiatan atau pekerjaan lain setelah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
pensiun cenderung lebih siap menghadapi pensiun daripada yang
tidak memiliki kegiatan atau pekerjaan (Garcia, 2013).
j. Demografi
Faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, jabatan,
tingkat pendidikan, status pernikahan, etnik dan ras pun turut
memberikan pengaruh kepada kesiapan pensiun (Harper, 2005). Pada
tahun 2015 asosiasi akturia dari tiga negara yaitu Amerika, Australia,
dan Inggris mulai melakukan survei mengenai Retirement Readiness
dengan membandingkan data dari tiga negara yaitu Amerika Serikat,
Inggris, dan Australia. Berdasarkan hasil survei tersebut diketahui
bahwa semakin tua usia seseorang maka kesiapan pensiun semakin
tinggi. Selain itu, diketahui pula bahwa antara laki-laki dan
perempuan terdapat perbedaan dalam menghadapi pensiun. Laki-laki
cenderung lebih mempersiapkan diri untuk pensiun dibandingkan
dengan perempuan (Harper, 2005).
Selanjutnya melalui jabatan yang diduduki oleh seseorang
membuatnya memiliki kekuatan sehingga dapat memenuhi need of
power di dalam dirinya. Seseorang dengan jabatan mapan cenderung
ingin pensiun lebih lama atau tidak siap pensiun (Harper, 2005).
Tingkat pendidikan mempengaruhi cara berpikir seseorang dan
membentuk sudut pandang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
mempengaruhi perencanaan pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Faktor demografi berupa status pernikahan menentukan
dukungan sosial berupa intimasi yang diterima oleh seseorang
(Papalia, Feldman, & Martorell, 2014). Selain itu pernikahan juga
membuat seseorang memiliki perasaan saling memiliki dan saling
berbagi satu sama lain (Papalia, Feldman, & Martorell, 2014).
Semakin kuat dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi
kesiapan seseorang menghadapi pensiun (Harper, 2005). Etnik dan ras
yang berbeda pun juga memberikan pengaruh terhadap bagaimana
seseorang merencanakan pensiun dan memutuskan untuk pensiun
(Harper, 2005).
k. Psikologis
Faktor psikologis memegang peranan penting dalam
mendukung kesiapan seseorang untuk memasuki masa pensiun.
Berdasarkan penelitian dari Aloudi dan Njuguna (2017) faktor-faktor
psikologis tersebut adalah persepsi, sikap, kestabilan emosi, dan self-
efficacy. Sedangkan berdasarkan literature review dari Barbosa,
Monteiro, dan Murta (2016) terdapat beberapa faktor psikologis lain
yang juga dapat berpengaruh pada kesiapan pensun yaitu manajemen
stres, optimisme, motivasi, locus of control internal, self-esteem,
selera humor, ekstraversi, dan self-efficacy. Setiap aspek psikologis
tersebut memberikan pengaruh terhadap kesiapan pensiun dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
mendorong seseorang untuk dapat berusaha mencapai masa pensiun
yang memuaskan.
Self-efficacy memberikan dampak yang cukup besar bagi
kesiapan pensiun. Berdasarkan teori Bandura (1997), self-efficacy
memiliki hubungan dengan masa transisi menuju pensiun. Hal ini
disebabkan karena self-efficacy mempengaruhi usaha seseorang untuk
mencapai masa pensiun yang berhasil, mempengaruhi ketekunan
seseorang untuk menghadapi kesulitan yang muncul dan
mempengaruhi kesuksesan di masa depan (Harper, 2005). Self-
efficacy mengarahkan seseorang untuk merencakan masa pensiun
dengan penuh percaya diri serta melaksanakan rencana tersebut
hingga sukses (Harper, 2005). Oleh karena itu, self-efficacy perlu
dimiliki dan dikembangkan oleh setiap individu sehingga dapat
memiliki kesuksesan di masa pensiun.
B. Self-Efficacy
1. Pengertian Self-Efficacy
Self-efficacy merupakan sebuah konsep dalam teori kognitif sosial
yang dipelopori oleh Albert Bandura. Konsep self-efficacy sendiri pada
mulanya ditemukan oleh Bandura pada tahun 1977 ketika menghadapi
kasus phobia. Menurut Bandura (dalam Vancouver, et al., 2002) orang
dengan perasaan yakin pada kapasitas yang tinggi lebih mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mengatasi ketakutan daripada orang dengan perasaan yakin pada
kapasitas yang rendah.
Setiap orang harus berjuang untuk dapat mengendalikan keadaan
yang berpengaruh pada hidupnya (Bandura, 1997). Manusia
mengarahkan hidupnya dengan keyakinan personal yang ada dalam
dirinya (Bandura, 1997). Keyakinan tersebut disebut dengan self-
efficacy. Self-efficacy refers to beliefs in one’s capabilities to organize
and execute the courses of action required to produce given attainments
(Bandura, 1997). Apabila diterjemahkan self-efficacy adalah keyakinan
manusia terhadap kapabilitas yang dimilikinya untuk mengatur dan
menjalankan tindakan yang dikehendakinya untuk menghasilkan suatu
pencapaian tertentu. Self-efficacy menentukan bagaimana seseorang
merasa, berpikir, memotivasi dirinya dan perilakunya (Bandura, 1994).
Self-efficacy yang berakar dari teori kognitif Bandura berpandangan
bahwa manusia sebagai agen yang secara proaktif terlibat dalam
pengembangan diri sendiri dan mampu membuat suatu hal terjadi (Niu,
2010). Self-efficacy yang dimiliki oleh seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan sehingga membentuk tujuan, perilaku, dan tindakan
seseorang (Aldridge & Fraser, 2015). Manusia yang memiliki keyakinan
bahwa mereka dapat melakukan sesuatu mempunyai potensi untuk dapat
mengubah kejadian di lingkungannya bahkan dapat menjadi sukses
dibandingkan manusia yang memiliki keyakinan rendah (Feist, Feist &
Roberts, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Oleh karena itu, berdasarkan beberapa definisi di atas maka dalam
penelitian ini self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan yang dimiliki
oleh seseorang untuk dapat menentukan tindakan dan mengendalikan
lingkungan agar dapat mencapai keinginan dan keberhasilan dalam
melaksanakan suatu tugas tertentu.
Self-efficacy memiliki kemiripan dengan konsep dari self-esteem
dan self-confidence. Bandura (1997) mendifinisikan self-esteem sebagai
penilaian harga diri. Lebih lanjut self-esteem adalah perasaan pribadi
bahwa dirinya bernilai atau bermanfaat (Feist, et al., 2017). Self-esteem
berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri
(Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Sedangkan self-
confidence adalah sejauh mana seseorang memiliki keyakinan terhadap
dirinya sendiri bahwa ia pantas untuk berhasil (Locander & Hemann,
1979; Benabou & Tirole, 2002). Self-confidence membuat seseorang
tidak merasa inferior bila berada di hadapan orang lain. Self-confidence
merupakan kombinasi dari self-esteem dan self-efficacy (Neill, 2005).
Self-efficacy memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam
menentukan tindakan dan perilaku seseorang sehingga disebut sebagai
motivator utama (Bandura, 1982 dalam Friedman & Schustack, 2006).
Akan tetapi, self-efficacy bukan merupakan satu-satunya penentu dalam
penggerak hidup manusia melainkan terdapat faktor lain seperti
lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel pribadi lain terutama
ekspektasi akan hasil (Feist, et al., 2017). Self-efficacy yang dimiliki oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
seseorang dapat berbeda dan bervariasi pada setiap situasi dan bidang
pekerjaan. Hal tersebut disebabkan karena self-efficacy bersifat domain-
spesific (Friedman & Schustack, 2006). Dalam suatu situasi orang dapat
memiliki self-efficacy yang tinggi, namun pada situasi lain self-efficacy
yang dimilikinya menjadi rendah (Feist, et al., 2017). Contohnya
mungkin seseorang memiliki dapat self-efficacy yang tinggi dalam
bidang matematika sedangkan dalam bidang bahasa seperti berbicara di
depan umum self-efficacy yang dimilikinya rendah.
Self-efficacy yang dimiliki oleh setiap orang tidak akan sama.
Terdapat individu dengan self-efficacy tinggi dan rendah. Hal tersebut
dapat dilihat dari karakteristik yang ditunjukkan. Individu dengan self-
efficacy tinggi cenderung menunjukkan karakteristik yang penuh dengan
keyakinan (Bandura, 1997). Selain itu, menurut Lunenberg (2011) self-
efficacy tinggi juga ditunjukkan dengan mampu membuat terget tujuan
yang tinggi dan memiliki keinginan belajar yang tinggi. Tidak hanya itu
orang dengan self-efficacy tinggi juga mampu menyikapi keadaan sulit
seperti masa transisi menjadi sebuah tantangan yang harus diselesaikan
(Bandura, 1997). Seseorang dengan self-efficacy tinggi mampu membuat
persiapan untuk keadaan tidak terduga di masa depan seperti masa
pensiun (Valero & Topa, 2014). Self-efficacy yang tinggi juga membuat
seseorang memiliki tingkat kecemasan yang rendah (Valero & Topa,
2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Individu dengan self-efficacy rendah memiliki karakteristik yang
berlawanan dengan individu yang memiliki self-efficacy tinggi.
Karakteristik yang paling menonjol adalah keyakinan yang rendah
(Bandura, 1997). Self-efficacy yang rendah juga ditunjukkan dengan
karakteristik individu yang kurang memiliki motivasi dan menunjukkan
performansi yang rendah (Bandura & Locke, 2003). Self-efficacy yang
rendah membuat seseorang merasa dirinya tidak mampu mencapai suatu
keberhasilan (Bandura, 1997). Self-efficacy rendah membuat seseorang
cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi (Bandura, 1997).
Karakteristik tersebut dapat disimpulkan di dalam tabel di bawah ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Tabel 2.1
Karakteristik Self-Efficacy Tinggi dan Rendah
Self-efficacy Tinggi Self-efficacy Rendah
Memiliki keyakinan bahwa
dirinya bisa mengatasi tugas
sekalipun sulit
Merasa tidak yakin dapat
mengatasi tugas
Memandang tugas sebagai
tantangan
Memilih untuk menghindar
ketika menemui ancaman
Memiliki target tujuan yang
tinggi
Memiliki motivasi dan
performansi yang rendah
Memiliki keinginan belajar
yang tinggi untuk terus
berusaha mencapai tujuan
Merasa dirinya tidak mampu
mencapai keberhasilan
Resilien dan pantang
menyerah ketika menghadapi
situasi yang tidak mendukung
Mudah menyerah
Tingkat kecemasan rendah Tingkat kecemasan tinggi
Mampu mempersiapkan masa
pensiun dengan baik
Tidak siap menghadapi
masa pensiun
Yakin dengan kemampuan
diri yang dimiliki
Ragu pada kemampuan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
2. Dimensi Self-Efficacy
Self-efficacy di dalam diri setiap orang dapat berbeda-beda mulai
dari rendah hingga tinggi. Penentuan self-efficacy tersebut diperoleh
dengan pengukuran yang berdasarkan pada dimensi yang menyusunnya.
Berikut ini adalah dimensi self-efficacy menurut Bandura (1997):
a. Magnitude / Level
Dimensi magnitude mengacu pada level sejauh mana individu
merasa yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan suatu tugas pada
tingkat kesulitan tertentu. Tingkat self-efficacy setiap orang berbeda
satu sama lain. Ketika seseorang mendapatkan suatu tugas atau
melakukan suatu aktivitas dengan tanpa hambatan, maka bagi
individu tersebut tugas atau aktivitas tersebut mudah. Tugas atau
aktivitas yang dipersepsi mudah bagi seseorang membuatnya
memiliki self-efficacy yang tinggi. Apabila seseorang ingin
meningkatkan self-efficacy yang dimiliki maka ia harus mencari
tantangan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi.
b. Generality
Pada dimensi generality merujuk pada variasi sejauh mana self-
efficacy dapat diterapkan untuk mencapai keberhasilannya. Penilaian
individu tentang dirinya apakah ia memiliki self-effiacy terbatas hanya
pada aktivitas dan tugas tertentu saja atau bervariasi pada banyak
aktivitas dan tugas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Semakin luas dan banyak seseorang menerapkan self-efficacy
yang dimilikinya pada berbagai situasi maka self-efficacy yang
dimilikinya semakin tinggi. Hal yang mendorong self-efficacy dapat
diterapkan di situasi yang berbeda adalah kesamaan aktivitas,
perasaan yang ditunjukkan (tingkah laku, kognitif, afektif), ciri
situasi, dan karakteristik individu.
c. Strength
Dimensi strength berhubungan dengan level kekuatan atau
kemantapan seseorang terhadap keyakinan yang dimilikinya ketika
berhadapan dengan suatu tugas atau permasalahan. Individu dengan
self-efficacy rendah akan cenderung mudah goyah saat bertemu
dengan pengalaman-pengalam yang tidak menyenangkan. Sedangkan
individu dengan self-efficacy kuat akan tetap mantap pada
pendiriannya meskipun banyak menjumpai pengalaman yang tidak
menyenangkan. Self-efficacy yang kuat juga membuat seseorang tetap
tekun pada usahanya walaupun banyak tantangan dan rintangan yang
dihadapi.
Selain, tiga dimensi self-efficacy dari Bandura tersebut, Sherer,
Maddux, Mercandante, Prentice-Dunn, Jacobs, dan Rogers (1982)
mengemukan bahwa untuk mengukur self-efficacy di bidang tertentu,
item harus berfokus pada tiga bidang yaitu: (a) kesediaan untuk memulai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
perilaku, (b) kesediaan untuk mengeluarkan usaha lebih dalam
menyelesaikan perilaku, (c) ketekunan dalam menghadapi kesulitan.
Pokok dari tiga aspek tersebut adalah adanya inisiasi (permulaan),
pengeluaran usaha, dan ketekunan walaupun menemukan kesulitan.
3. Sumber Self-Efficacy
Self-efficacy yang dimiliki oleh setiap manusia dapat berbeda
antara satu dengan lainnya. Self-efficacy dapat ditingkatkan atau
berkurang karena dipengaruhi oleh beberapa sumber. Bandura telah
mengelompokkannya menjadi empat sumber (1997) yaitu:
a. Pengalaman Menguasai Sesuatu (Enactive Mastery Experience)
Berdasarkan teori Bandura, sumber paling penting dari self-
efficacy adalah pengalaman di masa lalu. Karyawan yang lebih sukses
dalam pekerjaannya lebih memiliki kepercayaan diri untuk
menyelesaikan tugas di masa depan (self-efficacy tinggi) daripada
karyawan yang berulang kali mengalami kegagalan (self-efficacy
rendah) (Lunenberg, 2011). Seseorang yang mengembangkan self-
efficacy tinggi pada suatu bidang, tidak terlalu memikirkan halangan
sebagai suatu hal yang mengganggu, namun sebagai pemacu motivasi
(Crain, 2007). Manajer dan supervisi dapat meningkatkan self-efficacy
dengan cara mendengarkan, menyediakan tugas yang menantang
kemampuan karyawan, pengembangan dan pelatihan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
profesional, penetapan tujuan, pemimpin yang mendukung, dan
penghargaan untuk perbaikan dan kemajuan (Lunenberg, 2011).
Pada instansi pemerintahan dan PT Pos Indonesia tugas yang
diberikan oleh pemimpin sesuai dengan kewajiban dan tanggung
jawab jabatan, semakin tinggi jabatan maka tugas yang diterima
karyawan semakin berat sehingga dapat menantang kemampuan
karyawan. Pengembangan dan pelatihan diberikan oleh instansi
pemerintahaan dan PT Pos Indonesia untuk meningkatkan kinerja dan
produktivitas. Penghargaan dapat diberikan oleh instansi, perusahaan
dan atasan ketika karyawan berhasil melaksanakan tugas yang
diberikan berupa apresiasi secara verbal seperti pujian dan ucapan
terima kasih, pemberian kepercayaan untuk menyelesaikan tugas
baru, promosi maupun insentif. Pada instansi pemerintahan ataupun
PT Pos Indonesia penghargaan berupa insentif diberikan apabila nilai
yang diperoleh karyawan memenuhi suatu kriteria pada sistem
penilaian kinerja. Insentif tersebut diberikan berbarengan dengan
pemberian gaji. Dukungan tersebut memberikan pengaruh sehingga
dapat membantu karyawan dalam proses pembentukan self-efficacy.
b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience)
Sumber kedua yang menjadi sumber self-efficacy melalui
pengamatan terhadap pengalaman orang lain yang seolah-olah dialami
oleh diri sendiri. Pengalaman keberhasilan orang lain dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
meningkatkan self-efficacy. Vicarious experience akan lebih efektif
apabila orang lain yang menjadi model adalah orang yang memiliki
kemiripan atau kesetaraan kemampuan dalam pengerjaan tugas
(Crain, 2007). Self-efficacy diperoleh dengan adanya melakukan
modelling. Contoh misalnya ada rekan kerja yang mampu
menyelesaikan laporan dalam waktu yang cepat hal ini dapat
meningkatkan kepercayaan dirinya bahwa ia juga mampu. Karyawan
yang akan pensiun sebaiknya melihat karyawan yang sudah pensiun
namun dapat memiliki kehidupan yang bahagia agar semakin
memiliki keyakinan bahwa kelak dirinya juga dapat mencapainya.
c. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion)
Sumber ketiga dari self-efficacy dengan melalui persuasi secara
verbal. Gambaran diri yang diinformasikan oleh orang lain secara
bersemangat mengenai kemampuan dirinya dapat mempengaruhi self-
efficacy. Informasi tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan
seseorang bahwa ia memiliki kemampuan untuk melakukan suatu
tugas. Seseorang menjadi yakin dengan kemampuan dirinya karena
mendapatkan dukungan dari orang lain.
Persuasi verbal berupa harapan yang diberikan secara langsung
dari atasan memberikan keyakinan di dalam diri bahwa dirinya
memiliki kemampuan untuk dapat menyelesaikan suatu tugas tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
(Lunenberg, 2011). Oleh karena itu hubungan atasan dengan bawahan
serta peran pemimpin menjadi sangat penting (Lunenberg, 2011).
Berdasarkan hasil wawancara hubungan atasan dengan bawahan
baik di instansi pemerintahan maupun di PT Pos Indonesia atasan
sudah cukup memberikan persuasi verbal kepada bawahan sehingga
bawahan memiliki keyakinan di dalam dirinya bahwa ia mampu
menyelesaikan tugas sesuai dengan target.
d. Kondisi Fisik dan Emosional (Physiological and Affective States)
Bandura mengindikasi bahwa self-efficacy berhubungan dengan
kondisi fisik dan emosi. Seseorang yang gagal dalam menjalankan
tugas atau menemukan keadaan yang terlalu menuntutnya cenderung
akan lebih mengalami simptom fisiologis seperti jantung berdebar,
wajah memerah, tangan berkeringat, pusing, dan lain-lain. Simptom
yang terjadi antara satu individu dengan individu lainnya sangat
bervariasi. Setiap orang dapat memiliki kondisi self-efficacy yang
berbeda sekali pun simptom tubuh yang ditunjukkan sama (Crain,
2007). Self-efficacy yang tinggi biasanya ditandai dengan tingkat stres
dan kecemasan yang rendah (Crain, 2007).
4. Dampak Self-Efficacy
Dampak dari self-efficacy menurut Schunk dan DiBenedetto
(2016) dalam Handbook of Motivation at School adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
a. Motivation (Motivasi)
Self-efficacy dapat berdampak pada pilihan yang dibuat oleh
seseorang dan tindakan yang dilakukan untuk mengejar pilihannya.
Pilihan tugas atau aktivitas yang dibuat oleh seseorang cenderung
pada hal yang membuat mereka merasa berkompeten dan percaya diri.
Sedangkan tugas atau aktivitas yang membuat seseorang tidak
percaya diri cenderung akan dihindari. Self-efficacy juga membuat
seseorang menjadi gigih untuk tetap bertahan pada suatu situasi.
b. Learning (Belajar)
Self-efficacy mendorong seseorang untuk terus belajar dan
berusaha dalam menghadapi setiap situasi, baik itu situasi yang
mendukung maupun mengancamnya. Self-efficacy membantu
seseorang untuk bertahan menghadapi tantangan yang mengancam
diri mencapai tujuan. Seseorang dengan self-efficacy tinggi cenderung
lebih resilien menghadapi masalah, serta lebih giat dan tekun untuk
tetap melakukan usahanya. Sedangkan individu dengan self-efficacy
rendah cenderung menyerah ketika menghadapi hambatan.
c. Self-Regulation (Regulasi Diri)
Self-efficacy berdampak pada kemampuan seseorang untuk
meregulasi dirinya atau dengan kata lain mampu mengontrol
perilakunya sendiri. Seseorang dengan self-efficacy tinggi mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
meregulasi diri sehingga memiliki suasana hati yang baik dan
memiliki tingkat kecemasan atau depresi yang rendah. Selain itu,
Bouffard-Bouchard, Parent dan Larivee (1991) mendapatkan hasil
bahwa semakin tinggi self-efficacy maka semakin baik dalam
pengaturan waktu bekerja dan gigih dalam mengerjakan tugas. Self-
regulation membuat seseorang mampu untuk mengaktivasi pikiran,
perilaku dan perasaan untuk terus berupaya mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
d. Achievement (Pencapaian)
Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi cenderung mampu
menentukan tujuan yang menantang dan berkomitmen untuk
mencapainya. Self-efficacy juga dapat membuat seseorang mampu
menambah dan menopang usaha mereka untuk menghadapi
kegagalan. Hal tersebut disebabkan karena seseorang dengan self-
efficacy tinggi mampu melakukan strategi coping problem yang lebih
baik dibandingkan dengan yang memiliki self-efficacy rendah.
Bandura (1997) menambahkan bahwa seseorang yang memiliki self-
efficacy tinggi dapat melaksanakan setiap tugas dan lebih tekun. Oleh
karena itu, semakin tinggi self-efficacy yang dimiliki seseorang maka
semakin tinggi tingkat prestasi atau pencapaian yang mampu
diraihnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Selain beberapa dampak di atas, peneliti juga menemukan
beberapa dampak lain yang dipengaruhi oleh self-efficacy :
a. Stres
Pada penelitian yang dilakukan oleh Skaalvik dan Skaalvik
(2017) pada guru menunjukkan hasil bahwa self-efficacy memiliki
hubungan negatif dengan tingkat stres. Artinya semakin tinggi tingkat
self-efficacy maka tingkat stres yang dimiliki semakin rendah. Selain
berdampak pada tingkat stres, self-efficacy juga berdampak pada
simptom depresi (Blackburn & Owens, 2015). Semakin tinggi tingkat
self-efficacy maka tingkat stres pasca kejadian traumatis dan simptom
depresi semakin rendah (Blackburn & Owens, 2015).
b. Pekerjaan
Self-efficacy memiliki hubungan yang positif dengan job
satisfaction dan work engagement (Aldridge & Fraser, 2015; Skaalvik
& Skaalvik, 2017). Di sisi lain, self-efficacy memiliki hubungan yang
negatif dengan burnout (Fida, Laschinger, & Leiter, 2016; Skaalvik &
Skaalvik, 2017). Selain itu, jika seseorang memiliki self-efficacy
rendah dan mengalami stres di tempat bekerja maka cenderung
memiliki keinginan untuk meninggalkan pekerjaan (Fida, Laschinger,
& Leiter, 2016; Park, Yoon, Moon, Lee & Park, 2017; Skaalvik &
Skaalvik, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
c. Kesiapan Pensiun
Kondisi psikologis terutama tingkat self-efficacy seseorang
mengambil peranan penting dalam kesiapan pensiun (Aloudi &
Njuguna, 2017). Kondisi psikologis menjadi daya dorong kepada
seseorang untuk bisa mendapatkan masa pensiun yang menyenangkan
dan nyaman. Self-efficacy membuat seseorang berusaha mengatasi
kesulitan dan mencapai keberhasilan di masa pensiun (Harper, 2005).
C. Karakteristik PNS dan BUMN dalam mempersiapkan Masa Pensiun
Karakteristik instansi atau perusahaan serta dinamika selama bekerja
tentunya memiliki pengaruh bagi karyawan dalam proses persiapan
menghadapi pensiun.
1. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Apratur Sipil Negara,
PNS merupakan Warga Negara Indonesia yang diangkat untuk bekerja
menduduki suatu jabatan di instansi pemerintahan maupun instansi
daerah. PNS memiliki cara kerja yang cenderung santai dan jenjang kakir
yang jelas serta jarang terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara
sepihak (Mansur, 2018). Meskipun gaji yang diterima cenderung kecil,
namun PNS mendapatkan keuntungan yaitu menerima tunjangan
pensiun. Tunjangan pensiun tersebut diberikan oleh pemerintah untuk
memberikan kesejahteraan bagi pensiunan PNS. Selain itu, sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pensiun karyawan juga diberikan suatu program untuk mempersiapkan
pensiun.
Program persiapan pensiun yang diberikan oleh instansi
pemerintahan terhadap PNS berupa pelatihan dan pembekalan agar
karyawan dapat mempersiapkan diri secara mental dan keuangan. PNS
diberi pengetahuan mengenai bagaimana cara memulai suatu wirausaha.
Program persiapan pensiun tersebut biasanya dilaksanakan sekitar lima
tahun sebelum masa pensiun.
Selain itu, ada pula Masa Persiapan Pensiun (MPP). Peraturan
mengenai MPP diatur dalam PP Nomor 11 Tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil pasal 350 ayat (1) sampai dengan ayat
(3) bahwa MPP dapat diambil dengan jangka waktu paling lama 1 (satu)
tahun. PNS diberikan kebebasan untuk memilih mengambil MPP atau
tidak. Pada saat MPP karyawan tetap memperoleh 1 (satu) kali
penghasilan PNS terakhir diterima.
2. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
BUMN adalah perusahaan milik negara yang bertujuan untuk
membangun dan mengembangkan ekonomi nasional. PT Pos Indonesia
merupakan salah satu BUMN yang bergerak di bidang logistik, jasa kurir,
dan transaksi keuangan. PR Pos Indonesia berdiri sejak jaman Belanda,
sempat mengalami masa emas lalu masa penurunan drastis ketika
internet mendunia (www.bumn.go.id). Namun PT Pos Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
berusaha bangkit hingga kini kembali maju dan berusaha tetap stabil
(www.bumn.go.id). Kondisi perusahaan yang stabil membuat karyawan
cenderung menjadi kurang kompetitif dan kurang mencari peluang bisnis
sehingga jiwa wirausaha kurang berkembang (Diazventiauda, 2010).
Meskipun demikian perusahaan BUMN berusaha memberikan
kesejahteraan bagi semua karyawan dan pensiunan yaitu dengan
memberikan tunjangan pensiun dan program persiapan pensiun.
Program persiapan pensiun yang diberikan oleh BUMN terutama
PT Pos Indonesia yaitu berupa pelatihan dan pembekalan untuk kesiapan
mental, spiritual dan kewirausahaan. Dalam Peraturan Direksi Tahun
2017 BAB I pasal (1) ayat (4), bahwa Masa Persiapan Pensiun (MPP) di
PT Pos Indonesia merupakan masa kerja tidak aktif selama paling lama
1 (satu) tahun sebelum tiba saatnya karyawan mencapai batas usia
pensiun.
MPP yang diterapkan pada instansi pemerintahan dan BUMN (PT
Pos Indonesia) diterapkan dengan cara yang berbeda. PNS tidak
diwajibkan oleh instansi untuk mengambil MPP, sedangkan PT Pos
Indonesia mewajibkan karyawannya untuk mengambil MPP setahun
sebelum tiba masa pensiun. Karyawan BUMN (PT Pos Indonesia)
karyawan menerima gaji dasar beserta segala tunjangan baik itu
tunjangan jabatan, tunjangan hari raya, dan tunjangan kesehatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
D. Dinamika Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kesiapan Pensiun
Masa pensiun merupakan kondisi ketika seseorang tidak lagi bekerja
pada suatu perusahaan. Pensiun dapat dimaknai secara positif maupun
negatif, tergantung pada persepsi karyawan dalam memandang pensiun.
Apabila dilihat secara positif pensiun merupakan masa eksplorasi untuk
mencoba kegiatan dan hobi yang selama ini tidak bisa dilakukan. Sedangkan
apabila dilihat secara negatif pensiun merupakan masa penuh tekanan karena
membutuhkan kemampuan adaptasi yang baik dan memerlukan persiapan
yang matang.
Seseorang mengalami pensiun dapat disebabkan oleh berbagai macam
hal, salah satunya pensiun karena sudah memasuki usia pensiun. Setiap
perusahaan baik itu swasta, negeri maupun BUMN tentunya memiliki aturan
usia pensiun masing-masing. Seorang karyawan yang bekerja di suatu
perusahaan ketika memasuki usia pensiun, mau tidak mau, siap tidak siap ia
harus melakukan pensiun.
Pada saat menuju masa pensiun tentunya terjadi proses transisi dari
kondisi bekerja (nyaman) menjadi tidak bekerja (tidak nyaman). Tentunya
dalam menghadap proses transisi dari kondisi nyaman menuju kondisi penuh
ketidakpastian memerlukan adanya persiapan. Persiapan dilakukan agar
seseorang dapat mencapai kesiapan pensiun. Faktor yang dapat mendorong
seseorang mencapai kesiapan pensiun dapat dibagi menjadi faktor eksternal
dan internal. Pada faktor eksternal terdapat fisik, finansial, dukungan sosial,
aktivitas, dan demografi. Sedangkan pada faktor internal terdapat kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
psikologis. Menurut Aloudi dan Njuguna (2017) faktor psikologis mengambil
peran penting dalam mendorong kesiapan seseorang menghadapi masa
pensiun. Faktor psikologis tersebut salah satunya adalah keyakinan diri.
Keyakinan di dalam diri ini akan membuat seseorang merasa dirinya mampu
untuk dapat mengatasi ketidakpastian (kondisi tidak nyaman) yang disebut
dengan self-efficacy (Bandura, 1997).
Seseorang yang memiliki self-efficacy yang tinggi dapat menetapkan
target di dalam hidupnya dan memiliki keyakinan bahwa dirinya mampu
menghadapi tantangan yang ada di dalam hidupnya (Lunenberg, 2011).
Sedangkan orang dengan self-efficacy rendah cenderung merasa kurang yakin
dengan dirinya (Bandura, 1997) dan menunjukkan performansi yang rendah
(Bandura & Locke, 2003). Orang dengan self-efficacy rendah juga
menganggap transisi sebagai keadaan yang mengancam yang dapat membuat
menyerah pada keadaan (Crain, 2007). Self-efficacy memiliki kaitan yang erat
dengan kecemasan menghadapi masa pensiun. Orang dengan self-efficacy
rendah cenderung mengalami kecemasan ketika akan menghadapi masa
pensiun dibandingkan dengan orang yang memiliki self-efficacy tinggi
(Bandura, 1997).
Berdasarkan papara di atas maka dapat disimpulkan bahwa kondisi self-
efficacy yang berbeda antara satu individu dengan individu lainnya dapat
membuat seseorang memiliki kesiapan untuk menghadapi pensiun yang
berbeda. Seseorang dengan self-efficacy tinggi cenderung yakin pada dirinya
bahwa ia dapat mengatasi kondisi transisi sehingga memiliki kesiapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
menghadapi pensiun. Sedangkan orang dengan self-efficacy rendah
cenderung kurang yakin pada kemampuannya bahwa ia mampu beradapatasi
sehinga cenderung tidak siap untuk menghadapi masa pensiun.
E. Skema Penelitian
SELF-EFFICACY
Self-Efficacy Tinggi
Penuh dengan keyakinan
Mampu menentukan target tujuan
Mampu merencanakan masa depan
Memiliki keinginan belajar yang tinggi
Menyikapi tantangan dengan positif
Merasa yakin mampu mencapai keberhasilan
Kecemasan rendah
KESIAPAN PENSIUN
Self-Efficacy Rendah
Kurang memiliki keyakinan
Memiliki motivasi rendah
Performansi rendah
Merasa tidak mampu mencapai keberhasilan
Kecemasan tinggi
KETIDAKSIAPAN PENSIUN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan dan positif antara self-efficacy
dengan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan
BUMN.
H1 : Ada hubungan yang signifikan dan positif antara self-efficacy
dengan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan karyawan
BUMN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian
kuantitatif dilakukan berdasarkan pada ilmu positivisme yang valid, empiris,
teramati, terukur, dan menggunakan logika matematika (Sedarmayanti &
Hidayat, 2011). Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dilakukan
untuk menguji teori secara objektif dengan cara memeriksa atau meneliti
hubungan antar variabel-variabel (Supratiknya, 2015). Penelitian kuantitatif
pada umumnya menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)
yang diolah dengan menggunakan metode statistika (Azwar, 2016).
Secara khusus desain penelitian yang digunakan adalah survei. Desain
penelitian survei dilakukan dengan mengumpulkan informasi terhadap satu
atau lebih kelompok orang terkait atribut tertentu, seperti sifat, sikap,
pendapat, atau keyakinan tentang sesuatu (Supratiknya, 2015). Penelitian
dengan metode ini dapat dilakukan pada populasi besar maupun populasi
kecil sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan antar variabel (Sedarmayanti & Hidayat, 2011). Penelitian dengan
desain survei diawali dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada
subjek lalu ditabulasikan (Supratiknya, 2015). Metode ini dilakukan untuk
dapat mengetahui hubungan self-efficacy dengan kesiapan pensiun terutama
pada PNS dan karyawan BUMN.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
B. Identifikasi Variabel
Variabel adalah atribut atau karakteristik yang dapat diamati atau
diukur pada orang atau organisasi yang sedang diteliti dan bersifat variatif
pada setiap individu atau kelompok (Supratiknya, 2015). Variabel dalam
penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel tergantung.
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variabel yang memberikan sebab, pengaruh
atau dampak pada hasil tertentu yang dialami oleh variabel tergantung
(Supratiknya, 2015). Pada penelitian ini menggunakan variabel bebas
berupa self-efficacy.
2. Variabel Tergantung (Dependent Variable)
Variabel tergantung adalah variabel yang bergantung pada variabel
bebas, sehingga suatu hasil tertentu pada variabel tergantung disebabkan,
dipengaruhi, atau akibat dari variabel bebas. Variabel tergantung pada
penelitian ini adalah kesiapan pensiun (retirement readiness).
C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu proses yang dilakukan dalam
penelitian dengan tujuan untuk mendefinisikan suatu konsep atau variabel
yang abstrak dengan penjabaran yang lebih mudah dipahami (Supraktinya,
2014). Berikut ini adalah definisi operasional dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
1. Kesiapan Pensiun
Kesiapan pensiun adalah keadaan yang menunjukkan bahwa
seseorang siap untuk menghadapi segala perubahan yang akan terjadi
ketika dirinya memasuki masa pensiun. Pada penelitian ini kesiapan
pensiun diukur dengan menggunakan skala kesiapan pensiun yang
disusun oleh Harper (2005). Skala tersebut terdiri dari beberapa aspek
yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental, keuangan, aktivitas, asuransi,
dan evaluasi terhadap pensiun itu sendiri. Akan tetapi, untuk
menyesuaikan dengan kondisi yang ada di Indonesia maka aspek
asuransi tidak digunakan. Oleh karena itu, semakin tinggi total skor
persiapan pensiun yang diperoleh seseorang maka semakin tinggi tingkat
kesiapan pensiun yang dimilikinya. Sebaliknya jika skor total yang
diperoleh semakin rendah maka kesiapan pensiun yang dimiliki oleh
seseorang semakin rendah.
2. Self-Efficacy
Self-efficacy merupakan keyakinan yang ada di dalam diri
seseorang yang membuatnya mampu menentukan tindakan serta
mengendalikan lingkungan agar dapat mencapai suatu tujuan tertentu
yang diinginkannya. Pada penelitian ini self-efficacy diukur dengan
menggunakan General Self-Efficacy Scale (GSE) milik Schwarzer dan
Jerusalem (1995) yang telah diadaptasi ke bahasa Indonesia. Skala
tersebut dibuat berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Bandura
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
yaitu magnitude, generality, dan strength. Semakin tinggi total skor yang
diperoleh maka semakin tinggi pula self-efficacy yang dimiliki. Namun
apabila skor total yang diperoleh rendah, maka self-efficacy yang dimiliki
cenderung rendah.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah karyawan dan karyawati dari
instansi pemerintahan dan salah satu perusahaan BUMN. Penelitian ini akan
difokuskan kepada karyawan yang akan memasuki masa pensiun kurang
lebih satu sampai lima tahun lagi serta karyawan yang sudah mendapatkan
program persiapan pensiun. Pemilihan karakteristik tersebut dilakukan
dengan alasan karena ketika masa pensiun sudah semakin dekat dan karyawan
sudah diberi bekal program persiapan pensiun dari instansi dan perusahaan
untuk mempersiapkan diri, maka diharapkan kesiapan pensiun sudah dimiliki
oleh setiap karyawan.
Teknik sampling yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah
dengan teknik sampling purposive. Teknik sampling purposive dilakukan
dengan cara mengambil subjek berdasarkan atas tujuan penelitan, bukan
berdasarkan pada strata, random, atau pun daerah (Hikmawati, 2017).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kesiapan pensiun pada karyawan
yang sebentar lagi akan pensiun maka sampling dilakukan dengan tujuan
untuk menggunakan karyawan yang akan pensiun saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
E. Metode Dan Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan untuk mengambil data subjek adalah dengan
menggunakan kuesioner berskala yang disajikan secara tertulis. Kuesioner
berskala adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengungkap berbagai
atribut psikologis, seperti sifat, kebutuhan, sikap, keyakinan, dan cara
penyesuaian diri (Supratiknya, 2015). Kuesioner tersebut disusun
berdasarkan skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy.
1. Skala Kesiapan Pensiun
Skala kesipan pensiun merupakan hasil adaptasi terhadap skala
yang dimodifikasi oleh Harper, M. C. (2005) dari skala yang disusun
oleh Neuhs, H.P. (1991). Skala yang digunakan untuk mengukur variabel
kesiapan pensiun menggunakan metode skala diferensial semantik.
Metode penskalaan ini dikembangkan oleh Osgood yang mengharuskan
subjek untuk memberikan penilaian terhadap pernyataan dalam suatu
kontinum (Supratiknya, 2014). Metode ini terdiri dari beberapa faktor
dalam memberikan penilaian yaitu evaluasi, potensi, aktivitas, dan
familiaritas (Supratiknya, 2014). Penelitian ini menggunakan faktor
potensi atau daya atau kekuatan sehingga menunjukkan lemah sampai
kuatnya penilaian seseorang terhadap potensi yang dimilikinya.
Setiap pernyataan diberi skor dari 1-5 seperti skala asli. Semakin
tinggi skor yang dipilih menunjukkan bahwa subjek memiliki tingkat
keyakinan yang tinggi untuk menghadapi pensiun dan sebaliknya. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
tersebut dilakukan dengan tujuan agar subjek memperoleh perlakuan
yang sama. Berikut ini adalah distribusi item dari skala kesiapan pensiun:
Tabel 3.1
Persebaran Item Skala Kesiapan Pensiun
Aspek Nomor Item Jumlah Item
Kesehata Fisik 1, 2, 3, 4, 5, 6. 6
(18,18 %)
Kesehatan Mental 7, 8, 9, 10, 11. 5
(15,15 %)
Keluarga 12, 13, 14, 15, 16,
17.
6
(18,18 %)
Kegiatan 18, 19, 20, 21, 22,
23, 24, 25, 26.
9
(27,27 %)
Pensiun 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33.
7
(21,21 %)
TOTAL 33
(100 %)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Skala Self-efficacy
Skala self-efficacy merupakan hasil adaptasi ke Bahasa Indonesia
yang dilakukan oleh Aristi Born terhadap General Self-Efficacy Scale
yang disusun oleh Ralf Schwarzer dan Matthias Jerusalem (1995)
berdasarkan aspek teori dari Albert Bandura.
Pada variabel self-efficacy digunakan metode skala Likert. Metode
penskalaan ini dikemukakan oleh Rensis Likert pada tahun 1932
(Supratiknya, 2014). Skala ini terdiri dari pernyataan yang bersifat
favorable. Setiap pernyataan diberikan empat alternatif respon yaitu
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak
Sesuai (STS) sama seperti General Self-Effcacy Scale yang asli.
Pemberian alternatif respon dibuat sama seperti skala asli dengan tujuan
agar subjek pada penelitian ini mendapatkan perlakuan yang sama.
Pada setiap pernyataan respon akan diberi skor masing-masing 4
untuk respon SS, 3 untuk respon S, 2 untuk respon TS, dan 1 untuk respon
STS. Berikut ini adalah distribusi item dari skala self-efficacy:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 3.2
Persebaran Item Skala Self-Efficacy
Dimensi Nomor Item Jumlah Item
Magnitude/ Level 4, 6, 9, 10 4
(40 %)
Generality 3, 5, 7 3
(30 %)
Strength 1, 2, 8 3
(30 %)
TOTAL 10
(100 %)
F. Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur
1. Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan suatu instrumen
atau alat ukur dapat mengukur atribut psikologis yang hendak diukur di
dalam suatu penelitian (Supratiknya, 2014). Suatu alat ukur dikatakan
valid apabila mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan
tujuan pengukuran (Azwar, 2009).
Penelitian ini menggunakan skala kesiapan pensiun dan skala self-
efficacy. Skala tersebut merupakan skala berbahasa Inggris sehingga
untuk dapat digunakan perlu dilakukan proses adaptasi ke dalam bahasa
Indonesia. Proses penerjemahan skala kesiapan pensiun dilakukan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ahli bahasa. Sedangkan pada skala self-efficacy, peneliti menggunakan
skala general self-efficacy milik Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer
(1995) yang sudah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, salah
satunya bahasa Indonesia.
Pengujian validitas alat ukur dapat dilakukan dengan beberapa
pendekatan, namun penelitian ini menggunakan pendekatan validitas isi
(content validity). Pendekatan tersebut dilakukan melalui penilaian dari
pakar atau ahli terhadap kesesuaian isi dengan konstruk yang diukur
(Supratiknya, 2014). Pada penelitian ini, skala yang digunakan untuk
mengukur subjek dinilai oleh seorang ahli yaitu dosen pembimbing. Ahli
tersebut sudah menyatakan bahwa skala kesiapan pensiun dan skala self-
efficacy layak digunakan sebagai alat ukur.
2. Uji Coba Skala
Uji coba dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat
reliabilitas alat ukur yang digunakan. Uji coba dilakukan kepada 69
orang karyawan yang terdiri dari 31 orang karyawan PT Pos Indonesia
(Persero), 9 orang karyawan Balai Monitoring Frekuensi Radio, 10 orang
Dinas Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta, 4 orang karyawan
Balai Pemberdayaan Perempuan & Masyarakat, 5 orang karyawan Balai
Besar Pelatihan Transmigrasi dan 10 orang karyawan Inspektoran
Daerah Istimewa Yogyakarta. Kuesioner yang disebar terdiri dari skala
Kesiapan Pensiun berjumlah 33 item dan skala General Self-Efficacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
berjumlah 10 item. Penyebaran kuesioner dilakukan mulai tanggal 15
Mei 2018 sampai dengan 8 Juni 2018.
3. Uji Kesahihan Item
Pengujian kesahihan item merupakan pengujian pada kemampuan
item untuk membedakan antara sampel atau populasi yang memiliki dan
tidak memiliki atribut yang diukur (Supratiknya, 2014). Melalui
pengujian daya diskriminasi item dapat diketahui bahwa skala yang
digunakan dapat mengungkap perbedaan individu atau tidak (Azwar,
2009).
Pengujian daya diskriminasi item dilakukan dengan melihat skor
Corrected Item-Total Correlation dengan rentang 0 sampai 1,00 dengan
tanda positif atau negatif (Azwar, 2009). Apabila skor Corrected Item-
Total Correlation semakin mendekati angka 1,00 dengan tanda positif
maka daya diskriminasi item semakin baik (Azwar, 2009). Sedangkan
apabila skor Corrected Item-Total Correlation semakin mendekati angka
0 dan memiliki tanda negatif maka daya diskriminasi item semakin buruk
(Azwar, 2009).
Pemilihan item yang dianggap memiliki daya diskriminasi baik
atau buruk menggunakan suatu kriteria tertentu yaitu dengan batasan rix
≥ 0,30 (Azwar, 2009). Item yang mencapai skor minimal 0,3 dianggap
memiliki daya diskriminasi yang memuaskan. Sedangkan item yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
memiliki skor rix kurang dari 0,3 (rix < 0,3) dianggap memiliki daya
diskriminasi yang rendah dan sebaiknya digugurkan.
Berdasarkan hasil uji daya diskriminasi pada skala self-efficacy,
dapat dilihat bahwa skor Corrected Item-Total Correlation (rix) dengan
kisaran antara 0,355 sampai dengan 0,698. Seluruh item pada skala self-
efficacy memperoleh skor Corrected Item-Total Correlation (rix) yang
lebih besar dari 0,3 (rix > 0,3). Hal tersebut menunjukkan bahwa item-
item pada skala self-efficacy memenuhi syarat dan memiliki daya
diskriminasi yang baik. Sedangkan pada skala kesiapan pensiun, terlihat
bahwa Corrected Item-Total Correlation (rix) yang diperoleh berada pada
rentang antara 0,356 sampai dengan 0,838. Seluruh item pada skala
kesiapan pensiun juga memperoleh skor Corrected Item-Total
Correlation (rix) yang lebih besar dari 0,3 (rix > 0,3). Hal tersebut
menunjukkan bahwa item-item pada skala kesiapan pensiun memenuhi
syarat dan memiliki daya diskriminasi yang baik. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa skala self-efficacy dan skala kesiapan pensiun
mampu membedakan antara subjek yang memiliki skor tinggi dan rendah
sehingga tidak ada item yang digugurkan.
4. Reliabilitas
Reliabilitas di dalam suatu penelitian digunakan untuk mengetahui
konsistensi suatu instrumen atau alat ukur jika pengukuran dilakukan
secara berulangkali pada suatu sampel atau populasi yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
(Supratiknya, 2014). Suatu pengukuran yang tidak reliabel maka akan
menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor
antar individu disebabkan faktor eror (Azwar, 2009).
Reliabilitas dalam aplikasi SPSS dinyatakan dengan Cronbach’s
Alpha dalam rentang 0 sampai dengan 1,00 (Azwar, 2009). Apabila skor
Cronbach’s Alpha semakin mendekati angka 1,00 maka semakin tinggi
reliabilitasnya (Azwar, 2009). Sedangkan skor Cronbach’s Alpha yang
semakin mendekati angka 0 maka reliabilitasnya semakin rendah
(Azwar, 2009). Lebih lanjut dalam buku Supratiknya (2014) mengutip
dari pernyataan Guilford (1956) bahwa minimal koefisien reliabilitas
yang dianggap memuaskan adalah di atas 0,70.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini merupakan skala
adaptasi yang sudah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi. Pada skala
self-efficacy skor Cronbach’s Alpha yang diperoleh berkisar antara 0,76
sampai 0.90. Sedangkan pada skala kesiapan pensiun skor Cronbach’s
Alpha yang diperioleh berkisar antara 0.93 sampai 0.97. Meskipun kedua
skala tersebut sudah memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, peneliti
tetap melakukan uji reliabilitas karena penelitian ini menggunakan
bahasa dan subjek yang berbeda.
Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas diketahui bahwa skor
Cronbach’s Alpha yang diperoleh pada skala self-efficacy adalah 0,833
sedangkan skor Cronbach’s Alpha yang diperoleh pada skala kesiapan
pensiun adalah 0,972. Hasil tersebut menunjukkan bahwa skala self-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
efficacy dan skala kesiapan pensiun memiliki tingkat reliabilitas yang
memuaskan karena berada di atas 0,70 dan hampir mendekati angka 1,00.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat
sampel yang digunakan memiliki distribusi normal atau tidak
(Santoso, 2010). Uji normalitas dilakukan dengan melihat
Kolmogorov-Smirnov pada program SPSS.
Jika p memiliki angka yang lebih besar dari 0,05 maka data
tersebut berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai p lebih kecil dari
0,05 maka data tersebut memiliki distribusi yang tidak normal
(Priyatno, 2012).
b. Uji Linearitas
Uji linearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat
variabel yang akan dianalisis korelasinya memiliki hubungan yang
linear atau tidak (Priyatno, 2012). Jika nilai signifikansi kurang dari
0,05 maka hubungan antara dua variabel tersebut dinyatakan linear.
Sedangkan jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka hubungan
antara dua variabel dinyatakan tidak linear (Priyatno, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2. Uji Hipotesis
Metode pengujian hipotesis yang digunakan untuk menguji
hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
analisis korelasi Product Moment. Teknik ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara dua variabel (Priyatno, 2012). Namun,
karena data yang diperoleh ternyata berdistribusi secara tidak normal
sehingga metode yang digunakan adalah analisis non parametrik dengan
uji korelasi Spearman’s rho. Uji ini dapat digunakan sebagai alternatif
pengganti korelasi Product Moment apabila data tidak berdistribusi
normal (Priyatno, 2012). Analisis korelasi Spearman dilakukan untuk
dapat mengetahui hubungan secara linear antara self-efficacy terhadap
kesiapan pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan try out terpakai sehingga hasil yang
diperoleh pada saat uji coba skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy
digunakan sebagai data penelitian. Hal tersebut disebabkan karena hasil data
yang diperoleh berasal dari skala yang valid, reliabel, dan memiliki daya
diskriminasi yang baik. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2018
sampai dengan 8 Juni 2018.
Kuesioner yang berisi skala kesiapan pensiun dan skala self-efficacy
diberikan kepada karyawan yang akan pensiun kurang lebih sekitar lima
sampai nol tahun lagi. Pemilihan subjek tersebut dilakukan dengan tujuan
karyawan sudah mendapatkan program persiapan pensiun. Namun, tidak
menutup kemungkinan bahwa karyawan dengan waktu pensiun lebih dari
lima tahun lagi dipakai sebagai subjek penelitian apabila karyawan tersebut
sudah mendapatkan program persiapan pensiun. Selain itu, penelitian lebih
dispesifikkan kepada PNS dan karyawan PT Pos Indonesia (Persero) sesuai
dengan tujuan pada penelitian ini.
Kuesioner disebarkan kepada 71 orang karyawan, namun hanya 69
buah yang digunakan sebagai data penelitian. Hal tersebut disebabkan karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
salah satu kuesioner tidak direspon oleh subjek, sedangkan kuesioner yang
lain direspon dengan cara menjawab yang kurang tepat.
Subjek pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di PT Pos
Indonesia (Persero) sejumlah 31 orang, karyawan Balai Monitoring Frekuensi
Radio sejumlah 9, karyawan Dinas Perpustakaan Daerah Istimewa
Yogyakarta sejumlah 10 orang, karyawan Balai Pemberdayaan Perempuan &
Masyarakat sejumlah 4 orang, karyawan Balai Besar Pelatihan Transmigrasi
sejumlah 5 orang dan karyawan Inspektoran Daerah Istimewa Yogyakarta
sejumlah 10 orang. Penyebaran kuesioner dilaksanakan dengan detail sebagai
berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tabel 4.1
Pelaksanaan Penelitian
Tanggal Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan Jumlah Subjek
15 Mei PT Pos Indonesia (Persero)
Kantor Pos Area 4 Jakarta
21
22 Mei 2018 Balai Monitoring Frekuensi Radio 9
22 Mei 2018 PT Pos Indonesia (Persero)
Kantor Pos Yogyakarta
10
25 Mei 2018 Dinas Perpustakaan Daerah
Istimewa Yogyakarta
10
28 Mei 2018 Balai Pemberdayaan Perempuan
& Masyarakat
4
28 Mei 2018 Balai Besar Pelatihan
Transmigrasi
5
5 Juli 2018 Inspektoran Daerah Istimewa
Yogyakarta
10
TOTAL 69
Selama melaksanakan penelitian ditemukan beberapa kendala. Kendala
pertama adalah jumlah karyawan yang akan pensiun di suatu instansi
pemerintah tidak terlalu banyak sehingga peneliti harus menyebarkan
kuesioner pada beberapa instansi pemerintah. Selain itu, peneliti juga
mendapat kesulitan karena kurang memiliki koneksi dengan karyawan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
instansi pemerintahan. Kemudian kendala yang terakhir adalah terdapat
beberapa subjek yang tidak memahami cara pengisian kuesioner sehingga
tidak bisa digunakan sebagai data penelitian.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan subjek yang merupakan karyawan BUMN
atau PNS yang akan pensiun dalam kurun waktu kurang lebih lima sampai
nol tahun. Total jumlah karyawan yang dijadikan subjek adalah 69 orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari proses penyebaran kuesioner berikut ini
adalah paparan mengenai data demografis subjek penelitian:
Tabel 4.2
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 47 orang
Perempuan 22 orang
Total 69 orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel 4.3
Deskripsi Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Jumlah
SMA/ sederajat 23 orang
Diploma 9 orang
S1 27 orang
S2 10 orang
Total 69 orang
Tabel 4.4
Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Jabatan
Jabatan Jumlah
Supervisi 45 orang
Staf 24 orang
Total 69 orang
C. Deskripsi Data Penelitian
Melalui proses pengumpulan data, maka selanjutnya dilakukan
deskripsi data penelitian telah diperoleh. Deskripsi data penelitian dijabarkan
melalui skor minimum, skor maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi
secara empirik dan teoritik. Pada data teoritik skor minimum didapat melalui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
jumlah item dikali angka respon terendah, sedangkan skor maksimum didapat
melalui jumlah item dikali angka respon tertinggi. Mean teoritik diperoleh
dengan menjumlahkan skor minimum dan skor maksimum, kemudian hasil
penjumlahan dibagi dua. Sedangkan standar deviasi teoritik diperoleh dari
rentangan skor dibagi enam. Data empiris didapatkan dari hasil perhitungan
statistik dengan menggunakan SPSS for Windows version 23 pada data yang
diperoleh.
Pendeskripsian data penelitian dilakukan dengan tujuan untuk membagi
data ke dalam beberapa kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah sehingga
dapat melihat kecenderungan skor pada subjek penelitian (Widhiarso, tanpa
tahun).
Tabel 4.5
Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy
Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik
Self-efficacy Skor Minimum 10 23
Skor Maksimum 40 40
Mean 25 31,67
Standar Deviasi 5 3,673
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel 4.6
Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun
Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik
Kesiapan
Pensiun
Skor Minimum 33 56
Skor Maksimum 165 165
Mean 99 128,71
Standar Deviasi 22 21,785
Tabel 4.7
Kategori Skor Self-Efficacy
Kriteria Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ (MT + SDT) X ≥ 30 Tinggi 54 78,3 %
(MT - SDT) ≤ X < (MT + SDT) 20 ≤ X < 30 Sedang 15 21,7 %
X < (MT - SDT) X < 20 Rendah 0 0,0 %
Total 69 100 %
Tabel 4.8
Kategori Skor Kesiapan Pensiun
Kriteria Skor Kategori Frekuensi Persentase
X ≥ (MT + SDT) X ≥ 121 Tinggi 48 69,6 %
(MT - SDT) ≤ X < (MT + SDT) 77 ≤ X < 121 Sedang 19 27,5 %
X < (MT - SDT) X < 77 Rendah 2 2,9 %
Total 69 100 %
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Berdasarkan tabel pengelompokkan data penelitian pada skala self-
efficacy diketahui bahwa terdapat 78,3% subjek berada pada kategori tinggi,
21,7% subjek berada pada kategori sedang, dan 0,0% subjek berada pada
kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian
(78,3%) cenderung memiliki tingkat self-efficacy yang tinggi. Selanjutnya
pada tabel pengelompokkan data penelitan skala kesiapan pensiun
menunjukkan bahwa sebanyak 69,6% subjek berada pada kategori tinggi,
27,5% berada pada kategori sedang, dan hanya 2,9% subjek berada pada
kategori rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian
(69,6%) memiliki tingkat kesiapan pensiun yang termasuk di dalam kategori
tinggi.
Tabel 4.9
Deskripsi Statistik Data Penelitian Kesiapan Pensiun Berdasarkan
Instansi dan Perusahaan
Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik PNS Empirik BUMN
Kesiapan
Pensiun
Skor Minimum 33 56 104
Skor Maksimum 165 165 165
Mean 99 126,11 131,90
Standar Deviasi 22 25,39 16,16
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil mean
antara PNS dan karyawan BUMN. Pada tabel tersebut terlihat bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
karyawan BUMN (mean = 131,90) memiliki angka kesiapan pensiun yang
lebih tinggi dari pada PNS (mean = 126,11).
Tabel 4.10
Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Self-Efficacy
One-Sample Test
Test Value = 25
T df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Self
Efficacy
15,077 68 ,000 6,667 5,78 7,55
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai t yang diperoleh pada
skala self-efficacy adalah 15,077 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Nilai t hitung (15,077) jika dibandingkan dengan t tabel (1,667) menunjukkan
hasil bahwa t hitung > t tabel. Sedangkan nilai signifikansi (0,000) yang
diperoleh lebih kecil dari pada 0,05 (sig < 0,05). Berdasarkan hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol ditolak sehingga terdapat
perbedaan di antara nilai mean teoritik dan mean empirik. Hal itu
menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki self-efficacy yang cenderung
tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel 4.11
Uji Beda Mean Teoritik dan Mean Empirik Skala Kesiapan Pensiun
One-Sample Test
Test Value = 99
T df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Kesiapan
Pensiun
11,328 68 ,000 29,710 24,48 34,94
Berdasarkan hasil one sample t test pada tabel 4.10, diketahui bahwa
nilai t yang diperoleh adalah 11, 328 dan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Nilai t hitung yang diperoleh (11,328) jika dibandingkan dengan nilai t tabel
(1,667) terlihat bahwa t hitung > t tabel. Nilai signifikansi yang diperoleh
lebih kecil dari pada 0,05. Hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
antara mean teoritik dan mean empirik. Selain itu, diketahui pula bahwa
subjek penelitian memiliki kecenderungan untuk memiliki kesiapan pensiun
yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
D. Hasil Analisis Data
1. Uji Asumsi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
persebaran data yang digunakan apakah berdistribusi normal atau
tidak (Santoso, 2010). Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menguji normalitas suatu data adalah dengan menggunakan teknik
Kolmogorov-Smirnov pada program analisis statistik SPSS.
Suatu data dikatakan memiliki distribusi normal apabila
memenuhi syarat yaitu nilai signifikansi lebih besar dari α (p > α
0,05). Sedangkan apabila nilai signifikasi lebih kecil dari α (p < α
0,05) maka data memiliki distribusi tidak normal (Priyatno, 2012).
Berikut ini merupakan hasil uji normalitas dengan
menggunakan program analisis statistik SPSS for Windows version
23:
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian
Variabel
Kolmogorov-Smirnov
Statistic Df Sig.
Kesiapan Pensiun .140 69 .002
Self-efficacy .110 69 .038
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Berdasarkan hasil pada tabel 4.11, dapat diketahui bahwa nilai
signifikansi (p) pada data kesiapan pensiun adalah 0,002 dan nilai
signifikansi (p) pada data self-efficacy adalah 0,038. Nilai
signifikansi yang diperoleh ternyata lebih kecil dari nilai α 0,05 (p <
0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki distribusi
tidak normal.
b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
apakah variabel yang akan dianalisis korelasionalnya menunjukkan
hubungan yang linear atau tidak (Priyatno, 2012). Pengujian
linearitas data dilakukan dengan menggunakan program analisis
statistik SPSS.
Suatu data dikatakan memiliki hubungan linear apabila
memperoleh nilai signifikansi pada Linearity kurang dari 0,05 (sig <
0,05). Sedangkan jika nilai signifikansi pada Linearity lebih dari
0,05 (sig > 0,05) maka data memiliki hubungan yang tidak linear.
Berikut ini merupakan hasil uji linearitas menggunakan
program analisis statistik SPSS for Windows version 23:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Tabel 4.13
Hasil Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares Df
Mean
Square F Sig.
RR
*
SE
Between
Groups
(Combined) 9494,731 15 632,982 1,473 ,150
Linearity 4654,506 1 4654,506 10,830 ,002
Deviation
from
Linearity
4840,225 14 345,730 ,804 ,660
Within Groups 22777,472 53 429,764
Total 32272,203 68
Berdasarkan hasil pengujian tersebut diketahui bahwa nilai
signikansi pada Linearity adalah 0,002. Nilai signifikansi tersebut
kurang dari 0,05 (sig < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa
hubungan antara kesiapan pensiun dan self-efficacy adalah linear.
Oleh karena itu, dengan data ini dapat memenuhi syarat untuk
dilakukan analisis korelasi.
2. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan uji hipotesis dengan analisis non
parametrik. Analisis non parametrik adalah analisis data yang tidak
menggunakan parameter berupa persebaran data yang normal. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
penelitian ini digunakan analisis non parametrik karena data yang
diperoleh memiliki persebaran yang tidak normal.
Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk melihat hubungan antara
self-efficacy dan kesiapan pensiun sehingga teknik analisis yang
digunakan adalah uji korelasi Spearman’s rho. Pada uji korelasi
Spearman’s rho, jika nilai koefisien mendekati 1 atau -1 maka hubungan
antar variabel semakin erat atau kuat sebaliknya jika mendekati 0 maka
hubungan antar variabel semakin lemah (Priyatno, 2012). Tanda yang
dimiliki oleh angka (+/-) menunjukkan variabel yang diteliti memiliki
hubungan yang positif atau negatif. Selain itu, untuk menguji signifikansi
hubungan antar variabel maka dapat dilihat dari nilai signifikansi. Jika
nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka terdapat
hubungan yang signifikan antar variabel. Berikut ini Sugiyono (2007)
dalam Priyatno (2012) memberikan kriteria untuk memberikan
interpretasi terhadap koefisien korelasi:
Tabel 4.14
Kriteria Interpretasi Korelasi
Rentang Nilai Korelasi Keputusan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0.599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Tabel 4.15
Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho
Correlations
SE RR
Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1,000 ,523**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 69 69
RR Correlation Coefficient ,523** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel uji Spearman’s rho di atas, dapat diketahui
bahwa nilai koefisien korelasi pada penelitian ini sebesar 0,523
sedangkan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai koefisien korelasi
(0,523) yang diperoleh menunjukkan angka bahwa antar variabel terjadi
hubungan yang positif. Artinya semakin tinggi self-efficacy maka
semakin tinggi pula kesiapan pensiun yang dimiliki oleh subjek dan
sebaliknya jika semakin rendah self-efficacy seseorang maka kesiapan
pensiun pun semakin rendah. Besarnya angka koefisien korelasi (0,523)
jika dibandingkan dengan pedoman Berdasarkan pedoman yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2007), maka dapat diketahui bahwa nilai
korelasi sebesar 0,523 termasuk memiliki hubungan sedang. Nilai
signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
dibandingkan 0,05 (sig < 0,05). Artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel self-efficacy dan kesiapan pensiun. Melalui
beberapa paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
self-efficacy dan variabel kesiapan pensiun memiliki hubungan
signifikan yang sedang dan positif.
E. Pembahasan
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan
antara self-efficacy dengan kesiapan memasuki masa pensiun terutama pada
PNS dan karyawan BUMN. Setelah dilaksanakan analisis data dengan
menggunakan uji korelasi spearman’s rho diperoleh hasil yang menunjukkan
bahwa hipotesis nol ditolak (r = 0,523 dan p = 0,000). Artinya terdapat
hubungan antara self-efficacy dan kesiapan pensiun terutama pada PNS dan
karyawan BUMN. Hubungan yang terjadi di antara kedua variabel tersebut
adalah hubungan yang signifikan dan positif. Hal tersebut menunjukkan
semakin tinggi tingkat self-efficacy yang dimiliki seseorang maka semakin
tinggi pula tingkat kesiapannya dalam menghadapi masa pensiun. Sedangkan
semakin rendah tingkat self-efficacy yang dimiliki seseorang maka semakin
rendah pula tingkat kesiapannya untuk menghadapi masa pensiun.
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini mendukung hasil penelitian
sebelumnya mengenai hubungan antara self-efficacy dan kesiapan pensiun
(Taylor & Shore, 1995; Aloudi & Njuguna, 2017). Terdapat perbedaan subjek
antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian Taylor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
dan Shore (1995) subjek yang digunakan adalah karyawan pada perusahaan
multinasional. Perusahaan multinasional merupakan organisasi bisnis yang
aktif dan berdiri di lebih dari dua negara yang dikontrol oleh pemilik asing
(Kogut, 2001). Pada penelitian Aloudi dan Njuguna (2017) menggunakan
subjek yang berasal dari karyawan perusahaan asuransi. Kedua penelitian
tersebut dilakukan kepada karyawan dari perusahaan swasta, sedangkan pada
penelitian ini subjek yang digunakan adalah PNS dan karyawan BUMN.
Namun ternyata hasil yang diperoleh menunjukkan hasil yang sama.
Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda memaknai masa
pensiun. Jika pensiun dimaknai secara positif, maka ia cenderung akan
memandang pensiun sebagai masa bebas dan eksplorasi untuk mencoba
sesuatu yang selama ini tidak bisa dilakukan (Garcia, 2013). Sedangkan jika
dimaknai secara negatif, maka ia cenderung memandang pensiun sebagai
tekanan terhadap kondisi fisik dan mental (Berk, 2012) karena penuh dengan
ketidakpastian.
Setiap karyawan baik yang memiliki pandangan positif maupun negatif
mengenai pensiun tetap perlu melakukan persiapan untuk mendapatkan hal
yang diinginkan di masa pensiunnya (Sutarto & Ismulcokro, 2008). Selain
itu, dengan melakukan persiapan seseorang dapat menjadi lebih percaya diri
dalam proses memasuki masa pensiun (Kim, Kwon, & Anderson, 2005).
Persiapan juga dapat membuat seseorang memiliki masa depan yang lebih
baik karena cenderung lebih aman secara finansial dan tenang secara mental
(Muratore & Earl, 2010; Kapoor, Dlabay, & Hughes, 1994 dalam Aloudi &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Njuguna, 2017). Persiapan menuju masa pensiun penting untuk dilakukan
agar dapat memiliki kesiapan pensiun. Persiapan tidak hanya dilakukan
secara eksternal seperti finansial dan fisik, namun juga secara internal seperti
faktor psikologis (Aloudi & Njuguna, 2017). Salah satu faktor psikologis
yang mempengaruhi adalah self-efficacy. Menurut Bandura (1997) self-
efficacy dapat membuat seseorang memiliki keyakinan di dalam dirinya
bahwa ia mampu untuk menyelesaikan tugas yang sedang dihadapinya.
Ketika seseorang dihadapkan dengan tugas untuk pensiun, maka self-efficacy
akan mendorongnya untuk tetap yakin dan berusaha agar dapat siap dan
mampu mengatasi setiap perubahan serta beradaptasi di masa pensiun. Maka
dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini sesuai atau mendukung
hasil penelitian terdahulu. Oleh karena itu, penting bagi karyawan yang akan
memasuki masa pensiun untuk menyiapkan pensiun dengan meningkatkan
self-efficacy yang dimilikinya agar kelak dapat memiliki kesiapan pensiun
dan mampu menghadapi masa pensiun dengan lebih baik.
Melalui penelitian ini diketahui bahwa tingkat self-efficacy yang
dimiliki oleh subjek termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini terlihat dari hasil
deskripsi data penelitian bahwa mean empirik (31,67) yang diperoleh ternyata
lebih tinggi daripada mean teoritik (25). Perbandingan antara t hitung
(15,077) dan t tabel (1,667) serta signifikansi (0,000 < 0,05) menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara mean empirik dan teoritik pada variabel self-
efficacy. Menurut Bandura (1997) terdapat empat faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya self-efficacy yaitu pengalaman pribadi, pengalaman orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
lain, persuasi verbal, dan kondisi fisik serta emosional. Pada penelitian ini
subjek belum mengalami masa pensiun sehingga kemungkinan self-efficacy
tinggi bukan disebabkan oleh pengalaman pribadi. Akan tetapi, subjek sudah
memperoleh program persiapan pensiun sehingga terdapat kecenderungan
bahwa tingginya self-efficacy disebabkan karena faktor persuasi verbal.
Subjek mendapatkan persuasi secara verbal yang digunakan untuk
meyakinkan karyawan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk
melaksanakan dan mengatasi suatu tugas (masa pensiun).
Hasil penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tingkat kesiapan
pensiun yang dimiliki oleh subjek termasuk dalam ketegori tinggi. Hal ini
ditunjukkan melalui hasil deskripsi data penelitian yang menyatakan bahwa
mean empirik (128,71) yang diperoleh lebih tinggi daripada mean teoritik
(99). Pada hasil perbandingan t hitung (11, 328) dan t tabel (1,667) serta nilai
signifikansi (0,000 < 0,05) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara
mean empirik dan mean teoritik pada variabel kesiapan pensiun. Tingginya
tingkat kesiapan pensiun yang dimiliki subjek dapat disebabkan oleh
beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor demografis yang dimiliki oleh
subjek. Karyawan dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak terlibat jika
dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 47 orang (68,12%). Karyawan
dengan jenis kelamin laki-laki cenderung memiliki kesiapan pensiun yang
lebih tinggi daripada laki-laki (Harper, 2005). Hal tersebut disebabkan karena
laki-laki cenderung lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi pensiun
dibandingkan perempuan (Harper, 2005). Selain jenis kelamin, pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
terakhir juga memberikan dampak pada kesiapan pensiun (Harper, 2005).
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin
berpengaruh pada caranya berpikir dan berencana. Subjek yang terlibat pada
penelitian ini cenderung memiliki tingkat pendidikan tinggi yaitu Diploma,
Sarjana 1, dan Sarjana 2 sebanyak 46 orang (66, 67%).
Penelitian ini mendapatkan penemuan baru karena terdapat
ketidaksesuaian antara paparan data yang terdapat di latar belakang dengan
hasil penelitian. Pada latar belakang penelitian terdapat beberapa data survei
yang menunjukkan bahwa Indonesia cenderung mengalami ketidaksiapan
untuk menghadapi masa pensiun. Namun, ternyata pada penelitian ini
diperoleh hasil bahwa subjek memiliki skor kesiapan pensiun yang tinggi. Hal
tersebut dapat dilihat dari hasil perbandingan mean empirik dan mean teoritik.
Penyebab adanya perbedaan antara data survei dan hasil penelitian
kemungkinan disebabkan karena perbedaan cakupan subjek yang diukur pada
data survei dengan hasil penelitian ini. Data yang terdapat latar belakang
cenderung mengukur pada subjek dengan cakupan yang lebih luas
dibandingkan dengan penelitian ini sehingga menimbulkan perbedaan
karakteristik dan jumlah subjek yang diukur. Kemungkinan lain yang bisa
terjadi adalah subjek penelitian melakukan faking good. Subjek cenderung
memberikan respon dengan skor tinggi untuk memperlihatkan bahwa dirinya
baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan
yang telah dipaparkan maka diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan dan positif antara self-effcacy dengan kesiapan pensiun
terutama pada PNS dan karyawan BUMN sehingga hipotesis nol ditolak. Hal
tersebut dibuktikan dengan hasil uji korelasi Spearman’s rho dengan nilai
korelasi sebesar 0,523 dan taraf signifikansi 0,00 (sig < 0,05). Hubungan yang
signifikan dan positif menandakan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy
maka semakin tinggi pula tingkat kesiapan pensiun. Sebaliknya semakin
rendah tingkat self-efficacy maka tingkat kesiapan pensiunnya pun rendah.
Selain itu, diketahui pula bahwa tingkat self-efficacy dan tingkat kesiapan
pensiun yang dimiliki subjek penelitian termasuk dalam kategori tinggi.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian sudah terlaksana dengan cukup baik, namun peneliti
menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat kekurangan dan
keterbatasan terutama dalam persebaran data. Subjek penelitian kurang dapat
merepresentatifkan kondisi populasi yang sesungguhnya. Peneliti juga
menyadari adanya kekurangan dalam penyajian skala sehingga terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
beberapa subjek yang sempat mengalami kebingungan dalam proses
pengisian. Hal tersebut membuat peneliti harus menjelaskan secara langsung
mengenai cara pengisian skala. Selain itu, peneliti juga menyadari bahwa
kemungkinan dalam penelitian ini terjadi bias untuk mencitrakan dirinya
secara positif sehingga nilai yang diperoleh oleh subjek cenderung tinggi.
Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan tingginya skor yang diperoleh
subjek adalah keterbatasan peneliti yang belum memastikan kepada subjek
apakah sebelumnya sudah pernah diukur dengan menggunakan skala
kesiapan pensiun dan skala self-efficacy atau belum.
C. Saran
1. Bagi Karyawan
Berdasarkan hasil penelitian, self-efficacy memiliki hubungan
dengan kesiapan pensiun. Oleh karena itu, agar karyawan terutama yang
segera akan pensiun diharapkan perlu melakukan persiapan tidak hanya
secara eksternal namun juga secara internal. Pada faktor eksternal terdiri
dari banyak hal seperti finansial, fisik, relasi, kegiatan pasca pensiun,
lingkungan dan lain-lain. Sedangkan pada faktor internal terdapat kondisi
mental dan psikologis. Faktor psikologis memegang peran penting salah
satunya self-efficacy yang dapat ditingkatkan dengan pengalaman
pribadi, pengalaman orang lain, persuasi sosial, dan kondisi fisik serta
emosional (Bandura, 1997). Namun yang paling mudah dilakukan adalah
dengan melihat pada pengalaman orang lain. Peneliti menyarankan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
karyawan yang akan memasuki masa pensiun banyak belajar dan
melakukan modelling pada pensiunan yang sukses dan bahagia.
2. Bagi Instansi Pemerintah dan Perusahaan
Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa tingginya self-efficacy
dapat memberikan pengaruh terhadap kesiapan pensiun. Oleh karena itu,
peneliti berharap perusahaan dapat memberikan program persiapan
pensiun yang tepat kepada karyawan. Salah satunya dengan
meningkatkan self-efficacy karyawan dalam menghadapi masa pensiun.
Menurut Bandura (1997) terdapat empat faktor yang dianggap sebagai
sumber yang mendorong tingginya tingkat self-efficacy yaitu
pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, persuasi sosial, dan kondisi
fisik serta emosional. Perusahaan dapat memberikan pelatihan persiapan
pensiun dengan mendatangkan pensiunan yang sukses dan bahagia di
masa pensiunnya untuk dapat meningkatkan tingkat self-efficacy. Selain
itu, juga dapat ditingkatkan dengan memberikan persuasi bahwa masa
pensiun merupakan masa bebas dan masa eksplorasi bukan masa yang
perlu ditakutkan. Karyawan hanya perlu mempersiapkannya sejak dini.
Saran tambahan untuk instansi pemerintahan untuk memperbaiki
aturan mengenai MPP bagi PNS. Sebaiknya PNS diwajibkan untuk
mengambil MPP agar dapat melakukan persiapan sebelum pensiun
dengan lebih matang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Saran untuk peneliti selanjutnya yang ingin meneliti tentang
hubungan self-efficacy dengan kesiapan pensiun adalah menambah
jumlah subjek penelitian. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian dapat
lebih tergeneralisasi dan sungguh-sungguh dapat menggambarkan
populasi yang diteliti. Peneliti memberi saran untuk peneliti lain untuk
membuat petunjuk pengisian skala yang mudah dipahami dan sesuai
dengan karakter subjek (usia) serta memastikan bahwa subjek
sebelumnya belum pernah mengisi skala dengan variabel serupa. Peneliti
juga memberikan saran kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan
variabel kesiapan pensiun untuk mencoba variabel bebas yang mungkin
dapat berhubungan dengan kesiapan pensiun sehingga dapat lebih
memperdalam topik tentang kesiapan pensiun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Daftar Pustaka
Aegon. (6 Juni 2017). Diambil pada 20 September 2017 dari:
https://www.aegon.com/en/Home/Research/Aegon-Retirement-Readiness-
Survey/Aegon-Retirement-Readiness-Index/?d_tab_id=83444
Aldridge, Jill M. & Fraser, Barry J. (2015). Teachers’ Views of Their School
Climate and Its Relationship with Teacher Self-Efficacy and Job
Satisfaction. Learning Environments Research. Vol 19. Issue 2. pp 291-307.
Alouodi, Emma & Njuguna, Amos. (2017). Effect of Psychological Factors on
Retirement Preparedness Among Employees in the Insurance Sector in
Kenya. European Journal of Business and Management. Vol 9, No 24.
Azwar, Saifuddin. (2009). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Azwar, Saifuddin. (2016). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistika. (15 Agustus 2017). Diambil dari
https://www.bps.go.id/Brs/view/id/1312
Badan Pusat Statistika. (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia (Indonesian
Population Projection) 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistika.
Bandura, A. (1994). Self-efficacy. In V. S. Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of
human behavior (Vol. 4, pp. 71-81). New York: Academic Press. (Reprinted
in H. Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental health. San Diego: Academic
Press, 1998).
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.
Freeman and Company.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Barbosa, L. M., Monteiro, B., & Murta, S. G. (2016). Retirement adjustment
predictors—A systematic review. Work, Aging and Retirement, Vol 2, No 2,
262-280.
Baumeister, Roy F., Campbell, Jennifer D., Krueger, Joachim I., & Vohs,
Kathleen D. (2003). Does High Self-Esteem Cause Better Performance,
Interpersonal Success, Happiness, Or Healthier Lifestyles?. Psychological
Science in the Public Interest. Vol. 4, No. 1.
Benabou, Roland & Tirole, Jean. (2002). Self-Confidence and Personal
Motivation. The Quarterly Journal of Economics. Vol 117, No. 3.
Berk, Laura E. (2012). Development Through The Lifespan 5th Edition: Dari
Masa Dewasa Awal Sampai Menjelang Ajal. Vol 2. Yogyakarta: Pustaka
Penerbit.
Blackburn, Laura & Owens, Gina P. (2015). The Effect of Self-Efficacy and
Meaning in Life on Posttraumatic Stress Disorder and Depression Severity
AmongVeterans. Journal Of Clinical Psychology, Vol. 71(3), 219–228.
Blekesaune, Morten & Skirbekk, Vegard. (2012). Can personality predict
retirement behaviour? A longitudinal analysis combining survey and
register data from Norway. Europe Journal Agein. Vol 9:199–206.
Badan Usaha Milik Negara. Diambil pada 10 Oktober 2018 dari :
http://www.bumn.go.id/posindonesia/halaman/41/
Cambridge Dictionary. Diambil pada 30 Juli 2018 dari :
https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/readiness
Candra, S. A. (20 April 2017). 90 Persen Pekerja di Indonesia tak Siap Hadapi
Masa Pensiun. Diambil pada 20 September 2017 dari:
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/keuangan/17/04/20/oop765383
-90-persen-pekerja-di-indonesia-tak-siap-hadapi-masa-pensiun
Casmudi. (21 Mei 2014). Mempersiapkan Program Dana Pensiun sejak Dini demi
Masa Pensiun Berkualitas. Diambil pada 20 September 2017 dari:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
https://www.kompasiana.com/casmudi/mempersiapkan-program-dana-
pensiun-sejak-dini-demi-masa-pensiun-
berkualitas_54f74371a333112d738b482c
Crain, William. (2007). Teori Perkembangan: Konsep dan Aplikasi (Theories of
Development, Concept and Application). 3th Ed. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Diazvetiauda. (2010). Analisis SWOT Pada PT Pos Indonesia. Diambil pada 10
Oktober 2018 dari :
https://diazvetiauda.wordpress.com/2010/03/15/analisis-swot-pada-pt-pos-
indonesia/
Fehr, Ryan. (2012). Is Retirement Always Stressful? The Potential Impact of
Creativity. American Psychologist. 76.
Feist, J. & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian (Theorist of Personality). 7th
Ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Feist, J., Feist, Gregory J., & Roberts, Tomi-Ann. (2017). Teori Kepribadian:
Theories of Personality. 8th Ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Feldman, R.S. (2015). Essentials of Understanding Psychology. 11th Ed. New
York: Mc Graw Hill.
Fida, R., Laschinger, Heather K. S., & Leiter, Michael P. (2016). The Protective
Role of Self-Efficacy Against Workplace Incivility and Burnout in Nursing:
A Time-Lagged Study. Health Care Management Review. p 1-9
Fowler, Maithe Enriquez. (1998). Recognizing the Phenomenon of Readiness:
Concept Analysis and Case Study. Journal of the Association of Nurses
AIDS Care. Vol 9, No 3, p 72-76.
Friedman, Howard S. & Schustack, Miriam W. (2006). Kepribadian Teori Klasik
dan Riset Modern. 3th Ed. Jakarta: Penerbit Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Garcia, Laurence L. (2013) Readiness for Retirement: A Theory Development
Approach. Journal of Higher Education. Vol 7. p 45-54.
Ghaderi, A. R. & Salehi, M. (2011). A Study of the Level of Self-Efficacy,
Depression and Anxiety Between Accounting and Management Students:
Iranian Evidence. World Applied Sciences Journal. Vol 12, No 8: 1299-
1306.
Harper, M. C. (2005). Retirement Modeling: An Exploration of the Effects of
Retirement Role Model Characteristics on Retirement Self-Efficacy and
Life Satisfaction in Midlife Workers. Dissertation Submitted to the Faculty
of The Graduate School at The University of North Carolina at Greensboro.
Hikmawati, Fenti. (2017). Metodologi Penelitian. Depok: RajaGrafindo Persada.
Inaja, Anthonia & Rose, Chirma I. M. (2013). Perception and Atitude towards
Pre-Retirement Counselling among Nigerian Civil Servants. Global Journal
of Human Social Science Interdiciplinary. Vol 13, Issue 1.
Ismarani, Dian. (2016). Serba Serbi Bekerja di Multinational Company Untuk
Fresh Graduate. Diambil pada 14 Agustus 2018 dari:
https://www.youthmanual.com/index.php/post/dunia-kerja/inspirasi/serba-
serbi-bekerja-di-multinational-company-untuk-fresh-graduate
James, J. B., Matz-Costa, C., & Smyer, M. A. (2016). Retirement security: It’s not
just about the money. American Psychologist, Vol 71, No 4, 334.
Jenkins, Kym. (2016). Transitions to Retirement. Australasian Psychiatry, Vol
24(2) 123–125.
Joengs, R.S. (19 April 2017). Kapan Sebaiknya HR Siapkan Masa Persiapan
Pensiun, karena Batas Usia Pensiun Tidak Dibatasi Oleh UU
Ketenagakerjaan. Diambil pada 10 Oktober 2017 dari:
https://www.finansialku.com/kapan-sebaiknya-hr-siapkan-masa-persiapan-
pensiun-karena-batas-usia-pensiun-tidak-dibatasi-oleh-uu-
ketenagakerjaan/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ju, Yeong J., Kim, W., Lee, Sang A., Lee, Joo E., Yoon, H. & Park, Eun-Cheol.
(2017). Lack of Retirement Preparation is Associated with Increased
Depressive Symptoms in the Elderly: Findings from the Korean Retirement
and Income Panel Study. Journal of Korean Medical Science. Vol 32: 1516-
1521.
Kembu, Appolonius S., Amuhaya, Iravo M., & Guyo, Wario. (2017). Relationship
between Pre-Retirement Anxiety and Knowledge Sharing Intentions in State
Corporation in Kenya. International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences, Vol. 7, No. 1.
Kim, J.E. & Moen, P. (2001). Is Retirement Good or Bad For Subjective Well-
Being? America Psychological Society. Vol 10, No 3.
Kim, J., Kwon, J., & Anderson, E. A. (2005). Factors related to retirement
confidence: Retirement preparation and workplace financial education.
Financial Counselling and Planning. Vol 16, 77–89.
King, Laura A. (2017). Psikologi Umum: Pandangan Apresiatif (The Science of
Psychology-An Apperceptive View). 3th Ed. Jakarta: Humanika Salemba.
Kogut, B. (2001). Multinational Corporations. International Encyclopedia of the
Social & Behavioral Sciences. p 10197-10204.
Koran Sindo. (7 Juli 2015). Pengelolaan Dana Pensiun di Dunia. Diambil pada
20 September 2017 dari:
https://nasional.sindonews.com/read/1020927/149/pengelolaan-dana-
pensiun-di-dunia-1436233360/39
Locander, William B. & Hermann, Peter W. (1979). The Effect of Self-
Confidence and Anxiety on Information Seeking in Consumer Risk
Reduction. Journal of Marketing Research. Vol 16, No. 2.
Lunenberg, F. C. (2011). Self-Efficacy in the Workplace: Implications for
Motivation and Performance. International Journal Of Management,
Business, And Administration. Vol 14, No 1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Mansur, AM. (2018). CPNS 2018 Segera Buka, Mana Lebih Baik Jadi CPNS
atau Pegawai BUMN? Ini Perbedaannya. Pada 15 Oktober 2018 dari :
http://makassar.tribunnews.com/2018/09/06/cpns-2018-segera-buka-mana-
lebih-baik-jadi-cpns-atau-pegawai-bumn-ini-perbedaannya?page=2.
Mein G., Martikainen, P., Hemingway, H., Stansfeld, S., Marmot, M. (2003). Is
Retirement Good or Bad For Mental and Physical Health Functioning?
Whitehall II Longitudinal Study of Civil Servants. Journal Epidemiol
Common Health. Vol 57:46-49.
Mucci, N., Giorgi, G., Roncaioli, M., Fiz Perez, J., & Arcangeli, G. (2016). The
correlation between stress and economic crisis: a systematic review.
Neuropsychiatric Disease and Treatment, Vol 12, 983–993.
Muljono, Djoko & Wicaksono, Baruni. (2009). Akuntansi Pajak Lanjutan.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Muratore, Alexa Marie & Earl, Joanne Kaa. (2010). Predicting Retirement
Preparation Through The Design of A New Measure. Australian
Psychologist. Vol 45: 2, 98 — 111.
Nababan, C. N. & CNN Indonesia. (12 April 2016). HSBC: 1 dari 3 Orang
Indonesia Belum Siap Sambut Hari Tua. Diambil pada 20 September 2017
dari: https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20160412111205-78-
123305/hsbc-1-dari-3-orang-indonesia-belum-siap-sambut-hari-tua/
Neil, James. (2005). Definitions of various self constructs: self-esteem, self-
efficacy, self-confidence and self-concept. http://wilderdom.com/self/
Neuhs, H. P. (1991). Ready for retirement? Give the quiz to find out the retirement
issues that can erode or threaten self-confidence in an elder’s golden years.
Geriatric Nursing, 12, 240-241.
Niu, Han-Jen. (2010). Investigating The Effects of Self-Efficacy on Foodservice
Industry Employees’ Career Commitment. International Journal of
Hospitality Management. 29, 743-750.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Ogunbameru, Olakunle A. & Asa, Sola. (2008). Transition to Retirement: Effect
of Participation in Preretirement Education in Nigeria. Educational
Gerontology. Vol 34, No 5: 418-427.
Park, J., Yoon, S. Moon, Sung S., Lee, Kyoung H., & Park, Jueun. (2017) The
Effects of Occupational Stress, Work-Centrality, Self-Efficacy, and Job
Satisfaction on Intent to Quit Among Long-Term Care Workers in Korea,
Home Health Care Services Quarterly, 36:2, 96-111.
Paul, Robert J. & Townsend, James B. (1992). Some Pro and Cons of Early
Retirement. Review of Business. Vol 14, Issue 1.
Peila-Shuster, J.J. (2011). Disssertation Retirement Self-Efficacy: The Effect of A
Pre-Retirement Strenghts-Based Intervention on Retirement Self-Efficacy
And An Exploration of Relationships Between Positive Affect And
Retirement Self-Efficacy. Colardo State University.
Peraturan Pemerintan (PP) Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil.
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan
Program Jaminan Pensiun.
Priyatno, Duwi. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Non Parametrik
dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Qerja, (2015). PNS: Pekerjaan Impian?. Diambil pada 15 Oktober 2018 dari :
http://en-id.qerja.com/journal/view/66-pns-pekerjaan-impian
Reitzes, Donald C. & Mutran, Elizabeth J. (2004). The Transition to Retirement:
Stages and Factors that Influence Retirement Adjustment. Journal Aging
and Human Development. Vol 59. No 1. 63-84.
Santoso, A. (2010). Statistik untuk Psikologi: dari Blog menjadi Buku.
Yogyakarta: Penerbit USD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Schunk, Dale H., DiBenedetto, Maria K. (2016). Self-Efficacy Education from:
Hanbook of Motivation at School. Routledge.
https://www.routledgehandbooks.com/doi/10.4324/9781315773384.ch3
Schwarzer, R., & Jerusalem, M. (1995). Generalized Self-Efficacy Scale. In J.
Weinman, S. Wright, & M. Johnston, Measures in health psychology: A
user’s portfolio. Causal and control beliefs (pp. 35-37). Windsor, UK:
NFER-NELSON.
Seay, Martin C. & Asebedo, Sarah. (2014). Positive Psychological Attributes and
Retirement Satisfaction. Journal of Financial Counseling and Planning.
Volume 25, Issue 2, 161-173.
Sedarmayanti & Hidayat, Syarifudin. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung:
Mandar Maju.
Sherer, M., Maddux, J. E., Mercandante, B., Prentice-Dunn, S., Jacobs, B., &
Rogers, R. W. (1982) The Self-Efficacy Scale: Construction And
Validation. Psychological Reports, 51, 663-67 1.
Skaalvik, Einar M. & Skaalvik, Sidsel. (2017). Teacher Stress and Teacher Self-
Efficacy: Relations and Consequences. Educator Stress: Aligning
Perspectives on Health, Safety and Well-Being. Springer International AG.
Sprod, J., Olds, T., Brown, W., Burton, N., van Uffelen, J., Ferrar, K., Maher, C.
(2017). Changes In Use of Time Across Retirement: A Longitudinal Study.
Maturitas. Volume 100, June 2017, Pages 70-76.
Stephan, Y., Fouquereau, E., Fernandez, A. (2008). The Relation Between Self-
Determination and Retirement Satisfaction Among Active Retired
Individuals. Journal Aging And Human Development. Vol. 66(4). p 329-
345.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Dalam
Psikologi. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Sutarto, J. T. & Ismulcokro, C. (2008). Pensiun Bukan Akhir Segalanya. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Tahmassian, K., & Jalali Moghadam, N. (2011). Relationship Between Self-
Efficacy and Symptoms of Anxiety, Depression, Worry and Social
Avoidance in a Normal Sample of Students. Iranian Journal of Psychiatry
and Behavioral Sciences, 5(2), 91–98.
Tarigan, Nabari. (2009). Happy and Healthy Retiree: Cara Pensiun Sehat dan
Bahagia. Yogyakarta: Penerbit ANDI.
Taylor, Mary Anne & Shore, Lynn McFarlane. (1995). Predictors of Planned
Retirement Age: An Application of Beehr's Model. Psychology and Aging.
Vol. 10. No. 1.76-83.
Tjiptadinata, Roselina. (2017). Kerja di Perusahaan Asuransi Penuh Tantangan.
Diambil pada 14 Agustus 2018. Dari :
https://www.kompasiana.com/roselinatjiptadinata/59c4680b36e802390e37
d1e4/kerja-di-perusahaan-asuransi-penuh-tantangan?page=all
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Apratur Sipil Negara.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 Tentang Dana Pensiun.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun
Janda atau Duda.
Valero, Encarna & Topa, Gabriela. (2014). Brief Retirement Self-Efficacy-11
Scale (BRSE-11): Factorial Structure and Validity. Journal of Career
Assessment.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Vancouver, J. B., Thompson, C. M., Tischner, E. C., & Putka, D. J. (2002). Two
studies examining the negative effect of self-efficacy on performance.
Journal of Applied Psychology, 87(3), 506-516.
Widhiarso, Wahyu. (tanpa tahun). Pengkategorian Data dengan Menggunakan
Statistik Hipotetik dan Statistik Empirik. Fakultas Psikologi, Universitas
Gadjah Mada.
World Health Organization. (tanpa tanggal). Diambil dari:
http://www.who.int/gho/publications/world_health_statistics/2016/en/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
LAMPIRAN 1
Blueprint Skala General Self-Efficacy
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Blueprint Skala General Self-Efficacy
No. Dimensi Indikator Item
1. Magnitude/Level Keyakinan individu atas
kemampuannya terhadap
tingkat kesulitan tugas
6. Untuk setiap masalah
saya mempunyai
pemecahan
9. Juga dalam kejadian
yang tidak terduga saya
kira, bahwa saya akan
dapat menanganinya
dengan baik
Pemilihan tingkah laku
berdasarkan tingkat
kesulitan suatu tugas
4. Dalam situasi yang
tidak terduga saya selalu
tahu bagaimana saya
harus bertingkah laku
10. Apapun yang terjadi
saya siap menanganinya
2. Generality Keyakinan individu akan
kemampuannya
melaksanakan tugas di
berbagai aktivitas
3. Saya tidak mempunyai
kesulitan untuk
melaksanakan niat dan
tujuan saya
5. Kalau saya akan
berkonfrontasi dengan
sesuatu yang baru, saya
tahu bagaimana saya
dapat menanggulanginya
7. Saya dapat
menghadapi kesulitan
dengan tenang, karena
saya selalu dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
mengandalkan
kemampuan saya
3. Strength Tingkat kekuatan
keyakinan individu
terhadap kemampuannya
1. Pemecahan soal-soal
yang sulit selalu berhasil
bagi saya, kalau saya
berusaha
2. Jika seseorang
menghambat tujuan saya,
saya akan mencari cara
dan jalan untuk
meneruskannya
8. Kalau saya
menghadapi kesulitan,
biasanya saya
mempunyai banyak ide
untuk mengatasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN 2
Blueprint Skala Kesiapan Pensiun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Blueprint Skala Kesiapan Pensiun
No. Aspek Indikator Item
1. Kesehatan Fisik Kesadaran akan
pentingnya
menjaga kesehatan
yan nampak dalam
perilaku seperti
makan, tidur,
berolahraga dan
memiliki jaminan
kesehatan.
1. Menjaga kesehatan fisik
Anda
2. Makan secukupnya
3. Memiliki asuransi
kesehatan
4. Menjaga aktivitas fisik
Anda saat ini
5. Istirahat dan tidur yang
cukup
6. Menemukan penyedia
layanan kesehatan yang
sesuai
2. Kesehatan
Mental
Menjaga kondisi
mental tetap stabil
dengan
menghindari
perasaan khawatir,
cemas, dan stres
berlebihan dengan
berpikir positif.
7. Menjaga kesehatan
emosional Anda
8. Menghindari kecemasan
atau kekhawatiran
berlebihan
9. Menghindari stres yang
berlebihan
10. Memiliki pandangan hidup
positif
11. Memahami makna atau
tujuan dalam hidup Anda
3. Keuangan Memiliki
keuangan yang
cukup untuk
memenuhi
12. Memiliki tempat tinggal
13. Memiliki dana pensiun/
tabungan untuk membiayai
kehidupan sehari-hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
kebutuhan di masa
pensiun.
14. Hidup dalam pendapatan
pensiun Anda
15. Memiliki cukup uang untuk
perawatan kesehatan
16. Memiliki cukup uang untuk
kegiatan santai
17. Memiliki cukup uang untuk
nutrisi yang baik
4. Kegiatan Memiliki
perencanaan
kegiatan untuk
mengisi waktu
senggang di masa
pensiun
18. Tetap mandiri secara fisik
19. Tetap aktif di dalam rumah
20. Tetap aktif di luar rumah
21. Menghadiri pertemuan dan
organisasi sesuai keinginan
22. Menjaga hubungan yang
bermakna saat ini, dengan
teman atau anggota
keluarga
23. Membangun hubungan
baru yang bermakna
dengan orang lain
24. Mempertahankan
keterampilan atau
pengetahuan yang sudah
dimiliki
25. Memperluas keterampilan
atau pengetahuan Anda
26. Menggunakan
keterampilan atau
pengetahuan yang ingin
Anda gunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5. Evaluasi
Terhadap
Pensiun Itu
Sendiri
Melakukan
evaluasi mengenai
persiapan pensiun
yang sudah
dilakukan
27. Mampu mengatasi
perubahan menuju masa
pensiun
28. Merencanakan waktu luang
29. Menentukan tempat tinggal
saat pensiun
30. Memutuskan apakah dan
kapan harus berhemat
(pindah ke tempat yang
lebih kecil untuk tinggal
atau mengurangi barang)
31. Menjaga agar keluarga
tetap menghargai Anda
32. Menjaga agar masyarakat
tetap menghargai Anda
33. Beradaptasi di masa
pensiun dengan sukses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LAMPIRAN 3
Skala Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
KATA PENGANTAR
Kepada Yth,
Bapak/Ibu Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Angela Iva Mayoli
Program Studi : Psikologi
Universitas : Sanata Dharma Yogyakarta
Saat ini sedang melakukan penelitian untuk tugas akhir saya sebagai salah
satu syarat kelulusan SI. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Self-efficacy terhadap
Kesiapan Pensiun”. Oleh karena itu, saya bermaksud untuk meminta kesedian
Bapak/Ibu mengisi kuesinoner ini.
Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan terjamin kerahasiaannya dan
hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Pengisian kuesioner ini
bersifat sukarela apabila Bapak/Ibu berkanan silahkan mengisi kuesioner ini.
Atas perhatian dan kesediannya saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Angela Iva Mayoli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
DATA RESPONDEN
Inisial :
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Jabatan :
Pensiun di tahun :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
SKALA SELF-EFFICACY
Petunjuk pengisian :
1. Pada skala ini terdapat 10 (sepuluh) pernyataan. Pilihlah jawaban yang
menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda. Tidak ada jawaban benar
atau salah
2. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang tersedia dengan
pilihan jawaban sebagai berikut:
SS : Bila pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan diri Anda.
S : Bila pernyataan tersebut Sesuai dengan diri Anda.
TS : Bila pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan diri Anda.
STS : Bila pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai dengan diri
Anda.
3. Jika terdapat kesalahan dalam menjawab, berikan coretan berupa tanda
sama dengan (=) pada jawaban sebelumnya dan pilihlah jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan diri Anda.
4. Anda diharapkan untuk memilih jawaban secara spontan dan apa adanya.
5. Periksalah kembali jawaban anda sebelum dikembalikan, jangan sampai
ada yang terlewat.
Contoh pengerjaan
No. Pernyataan STS TS S SS
1. √
Jika terdapat kesalahan menjawab
No. Pernyataan STS TS S SS
1. √ √
SELAMAT MENGERJAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya selalu bisa mengatasi masalah sulit jika
saya berusaha cukup keras
2. Jika seseorang menghambat tujuan saya, saya
akan mencari cara dan jalan untuk bisa
mendapatkan apa yang saya inginkan
3. Saya tidak mempunyai kesulitan untuk tetap
berada pada tujuan dan melaksanakannya
4. Saya yakin dapat menangani situasi yang
tidak terduga dengan percaya diri
5. Dengan menggunakan sumber daya yang saya
miliki, saya tahu bagaimana menangani
situasi yang tidak terduga
6. Saya yakin dapat menyelesaikan setiap
masalah jika saya mengerahkan usaha yang
lebih keras
7. Saya dapat menghadapi kesulitan dengan
tenang, karena saya selalu dapat
mengandalkan kemampuan saya
8. Kalau saya menghadapi kesulitan, biasanya
saya dapat menemukan beberapa solusi
9. Jika saya berada di dalam masalah, saya
selalu bisa memikirkan sebuah solusi
10. Apapun yang terjadi pada diri saya, saya
yakin bisa menanganinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
SKALA KESIAPAN PENSIUN
Petunjuk pengisian :
1. Skala ini menjelaskan tugas-tugas pensiun secara umum. Bayangkan diri
Anda berada di awal sampai tengah tahun masa pensiun.
2. Skala ini terdiri dari 33 (tiga puluh tiga) pernyataan. Pilihlah jawaban yang
menurut Anda paling sesuai dengan diri Anda. Tidak ada jawaban benar
atau salah.
3. Berilah tanda checklist ( √ ) pada kolom jawaban yang menunjukkan
seberapa yakin Anda dapat melakukan tugas pensiun. Tidak ada jawaban
benar atau salah
4. Jika terdapat kesalahan dalam menjawab, berikan coretan berupa tanda
sama dengan (=) pada jawaban sebelumnya dan pilihlah jawaban yang
dianggap paling sesuai dengan diri Anda.
5. Anda diharapkan untuk memilih jawaban secara spontan dan apa adanya.
6. Periksalah kembali jawaban anda sebelum dikembalikan, jangan sampai
ada yang terlewat.
Contoh pengerjaan
No. Pernyataan 1 2 3 4 5
1. √
Jika terdapat kesalahan dalam menjawab
No. Pernyataan 1 2 3 4 5
1. √ √
SELAMAT MENGERJAKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
No. Pernyataan 1 2 3 4 5
1. Menjaga kesehatan fisik Anda
2. Makan secukupnya
3. Memiliki asuransi kesehatan
4. Menjaga aktivitas fisik Anda
saat ini
5. Istirahat dan tidur yang cukup
6. Menemukan penyedia layanan
kesehatan yang sesuai
7. Menjaga kesehatan emosional
Anda
8. Menghindari kecemasan atau
kekhawatiran berlebihan
9. Menghindari stres yang
berlebihan
10. Memiliki pandangan hidup
positif
11. Memahami makna atau tujuan
dalam hidup Anda
12. Memiliki tempat tinggal
13. Memiliki dana pensiun/
tabungan untuk membiayai
kehidupan sehari-hari
14. Hidup dalam pendapatan
pensiun Anda
15. Memiliki cukup uang untuk
perawatan kesehatan
16. Memiliki cukup uang untuk
kegiatan santai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
17. Memiliki cukup uang untuk
nutrisi yang baik
18. Tetap mandiri secara fisik
19. Tetap aktif di dalam rumah
20. Tetap aktif di luar rumah
21. Menghadiri pertemuan dan
organisasi sesuai keinginan
22. Menjaga hubungan yang
bermakna saat ini, dengan
teman atau anggota keluarga
23. Membangun hubungan baru
yang bermakna dengan orang
lain
24. Mempertahankan keterampilan
atau pengetahuan yang sudah
dimiliki
25. Memperluas keterampilan atau
pengetahuan Anda
26. Menggunakan keterampilan
atau pengetahuan yang ingin
Anda gunakan
27. Mampu mengatasi perubahan
menuju masa pensiun
28. Merencanakan waktu luang
29. Menentukan tempat tinggal
saat pensiun
30. Memutuskan apakah dan kapan
harus berhemat (pindah ke
tempat yang lebih kecil untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
tinggal atau mengurangi
barang)
31. Menjaga agar keluarga tetap
menghargai Anda
32. Menjaga agar masyarakat tetap
menghargai Anda
33. Beradaptasi di masa pensiun
dengan sukses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
LAMPIRAN 4
Korelasi Item Total
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
A. Korelasi Item Total Skala Self Efficacy
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SE1 28,30 11,244 ,538 ,355 ,817
SE2 28,57 11,220 ,355 ,256 ,840
SE3 28,84 10,842 ,462 ,248 ,827
SE4 28,42 11,453 ,532 ,412 ,818
SE5 28,48 10,606 ,680 ,529 ,802
SE6 28,36 11,705 ,422 ,260 ,827
SE7 28,78 10,584 ,642 ,461 ,806
SE8 28,43 11,985 ,450 ,329 ,825
SE9 28,48 11,283 ,551 ,425 ,816
SE10 28,33 10,373 ,698 ,514 ,800
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
B. Korelasi Item Total Skala Kesiapan Pensiun
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
RR1 124,59 447,156 ,674 . ,972
RR2 124,65 446,436 ,759 . ,971
RR3 124,97 445,382 ,521 . ,973
RR4 124,68 449,397 ,720 . ,971
RR5 124,75 447,424 ,771 . ,971
RR6 124,83 446,293 ,684 . ,972
RR7 124,81 451,538 ,705 . ,972
RR8 124,75 449,865 ,654 . ,972
RR9 124,71 449,444 ,686 . ,972
RR10 124,54 449,164 ,695 . ,972
RR11 124,64 445,440 ,764 . ,971
RR12 124,49 442,724 ,759 . ,971
RR13 124,80 438,164 ,790 . ,971
RR14 125,12 444,545 ,675 . ,972
RR15 125,14 446,420 ,682 . ,972
RR16 125,26 446,343 ,630 . ,972
RR17 125,03 444,234 ,795 . ,971
RR18 124,81 448,038 ,797 . ,971
RR19 124,80 442,870 ,798 . ,971
RR20 124,87 442,615 ,838 . ,971
RR21 124,97 447,058 ,714 . ,971
RR22 124,62 444,091 ,739 . ,971
RR23 124,75 448,277 ,729 . ,971
RR24 124,70 446,009 ,813 . ,971
RR25 124,93 448,156 ,695 . ,972
RR26 124,90 441,887 ,788 . ,971
RR27 124,84 445,577 ,818 . ,971
RR28 124,74 449,460 ,718 . ,971
RR29 124,55 442,133 ,777 . ,971
RR30 125,26 457,990 ,356 . ,974
RR31 124,65 450,848 ,662 . ,972
RR32 124,80 449,223 ,681 . ,972
RR33 124,77 445,240 ,776 . ,971
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
LAMPIRAN 5
Reliabilitas Skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
A. Reliabilitas Skala Self-Efficacy
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,833 ,840 10
B. Reliabilitas Skala Kesiapan Pensiun
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 69 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 69 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based
on
Standardized
Items N of Items
,972 ,974 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
LAMPIRAN 6
Deskripsi Statistik Data Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
A. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy dan Kesiapan
Pensiun
Statistics
SE RR
N Valid 69 69
Missing 0 0
Mean 31,67 128,71
Std. Deviation 3,673 21,785
Range 17 109
Minimum 23 56
Maximum 40 165
B. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Self-Efficacy dan Uji T
One-Sample Test
Test Value = 25
T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Self
Efficacy 15,077 68 ,000 6,667 5,78 7,55
Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik
Self-efficacy Skor Minimum 10 23
Skor Maksimum 40 40
Mean 25 31,67
Standar Deviasi 5 3,673
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
C. Deskripsi Statistik Data Penelitian Skala Kesiapan Pensiun
Variabel Statistik Teoritik/Hipotetik Empirik
Kesiapan
Pensiun
Skor Minimum 33 56
Skor Maksimum 165 165
Mean 99 128,71
Standar Deviasi 22 21,785
One-Sample Test
Test Value = 99
T Df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Kesiapan
Pensiun 11,328 68 ,000 29,710 24,48 34,94
D. Deskripsi Statistik Data Penelitian Pada PNS dan PT Pos Indonesia
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
PNS 38 56 165 126,11 25,393
POS 31 104 165 131,90 16,167
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
LAMPIRAN 7
Uji Normalitas dan Uji Linearitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
A. Uji Normalitas
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
RR 69 100,0% 0 0,0% 69 100,0%
SE 69 100,0% 0 0,0% 69 100,0%
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
RR ,140 69 ,002 ,927 69 ,001
SE ,110 69 ,038 ,977 69 ,245
a. Lilliefors Significance Correction
B. Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
RR *
SE
Between Groups (Combined) 9494,731 15 632,982 1,473 ,150
Linearity 4654,506 1 4654,506 10,830 ,002
Deviation
from Linearity 4840,225 14 345,730 ,804 ,660
Within Groups 22777,472 53 429,764
Total 32272,203 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
LAMPIRAN 8
Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho
Correlations
SE RR
Spearman's rho SE Correlation Coefficient 1,000 ,523**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 69 69
RR Correlation Coefficient ,523** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 69 69
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Recommended