View
218
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�
I. PENDAHULUAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuranunggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif.Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidakbersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan sertabahan obat tradisional. Komoditas ini juga merupakan sumberpendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukuptinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.
Selama periode 1989-2004, pertumbuhan produksi rata-ratabawang merah adalah sebesar 5,4% per tahun, dengan kecenderungan(trend) pola pertumbuhan yang konstan. Komponen pertumbuhan arealpanen (4,3%) ternyata lebih banyak memberikan kontribusi terhadappertumbuhan produksi bawang merah dibandingkan dengan komponenproduktivitas (1,1%). Konsumsi rata-rata bawang merah untuk tahun2004 adalah 4,56 kg/kapita/tahun atau 0,38 kg/kapita/bulan (DitjenHortikultura, 2004). Estimasi permintaan domestik untuk tahun 2010mencapai 976.284 ton, dimana 824.284 ton diantaranya untukkonsumsi, 97.000 ton untuk benih, 20.000 ton untuk industri, dan35.000 ton diekspor. Analisis data ekspor-impor 1983-2003mengindikasikan bahwa selama periode tersebut Indonesia adalah netimporter bawang merah, karena volume ekspor untuk komoditastersebut secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volumeimpornya.
Berbagai indikator menyangkut status, potensi dan prospekpengembangan komoditas bawang merah di atas secara implisit tidaksaja menunjukkan sisi positif perkembangan bawang merah, tetapi jugacelah dan kesenjangan (sumber pertumbuhan produksi bawang merahyang lebih didominasi oleh pertumbuhan areal serta peningkatan imporyang semakin mengancam daya saing bawang merah domestik) yangperlu mendapat perhatian lebih serius untuk segera ditangani. Penulisanbuku ini diarahkan untuk memperoleh gambaran mengenai prospek danarah pengembangan agribisnis bawang merah dalam rangkamendukung upaya revitalisasi sektor pertanian.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
II. STATUS KONDISI SAAT INI
Bawang merah dihasilkan di 24 dari 33 propinsi di Indonesia.Propinsi penghasil utama bawang merah, yang ditandai dengan luasareal panen di atas 1.000 hektar per tahun adalah Sumatra Utara,Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Sembilanpropinsi ini menyumbang 96,5% (Jawa = 79%) dari produksi totalbawang merah di Indonesia pada tahun 2004.
Tabel 1. Areal panen dan produksi bawang merah di Indonesia, 2001-2004
2002 2003 2004No. Propinsi Areal
(ha)Produksi
(ton)Areal(ha)
Produksi(ton)
Areal(ha)
Produksi(ton)
1. Nangroe Aceh D 528 3.995 854 6.325 1.064 7.8842. Sum. Utara 2.706 25.144 3.391 25.431 2.628 19.7103. Sum. Barat 1.358 10.736 1.238 8.157 1.757 13.8734. Ria u - - - - - -5. Jambi 228 1.780 179 1.466 189 1.1806. Sum. Selatan 3 26 2 18 16 827. Bengkulu 81 652 205 2.089 54 3528. Lampung 176 1.364 86 715 75 6109. Bangka Belitung - - - - - -
Sumatera 5.080 43.69 7 5.955 44.20 1 5.783 43.69 110. DKI Jakarta - - - - - -11. Jabar 10.483 96.619 13.353 120 .21 9 12.170 121 .19 412. Jateng 24.408 215 .601 27.457 231 .052 27.958 230 .97 613. D.I. Jogya 2.220 27.038 2.383 24.810 2.006 18.81814. Jatim 21.201 223 .14 7 23.394 213 .81 8 25.068 224 .97 115. Banten 82 357 39 211 48 222
Jawa 58.39 4 562.762 66.62 6 590.110 67.25 0 596.18116. Bali 1.072. 12.502 1.199 12.614 1.319 12.69717. N.T.B 8.818 91.151 8.801 82.838 8.956 77.23718. N.T.T 733 6.524 796 5.367 1.084 5.739
Ba li & N.T 10.62 3 110.177 10.79 6 100.819 11.35 9 95.67 319. Kal. Barat - - - - - -20. Kal. Tengah - - - - - -21. Kal. Selatan 16 120 - - - -22. Kal. Timur 25 114 35 208 47 223
Kalimantan 41 234 35 208 47 22323. Sul. Utara 191 1.506 296 2.243 299 2.33224. Sul. Te nga h 647 4.911 699 4.430 715 5.04125. Sul. Sela tan 4.176 41.053 2.949 18.304 2.338 11.05626. Sul. Te ngg ara 131 972 63 159 100 30927. Goro ntalo 21 147 198 332 82 192
Sulawesi 5.166 48.58 9 4.205 25.46 7 3.534 18.93 028. Maluku 68 272 133 524 253 1.09329. Maluku Utara 65 117 126 630 103 19830. Papua 430 724 153 836 378 1.410
Maluku & Papua 563 1.113 412 1.990 734 2.70131. Luar Jawa 21.473 203 .81 0 21.403 172 .685 21.457 161 .21 8
Indonesia 79.86 7 766.572 88.02 9 762.795 88.70 7 757.399
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�
Selama periode 1989-2004, tingkat pertumbuhan rata-rataproduksi bawang merah di Indonesia adalah sebesar 5,4% (areal panen4,3% dan produktivitas 1,1%) per tahun. Besaran pertumbuhanmenunjukkan bahwa sumber dominan peningkatan produksi bawangmerah selama periode 1989-2004 adalah peningkatan areal. Hal inimenandakan bahwa peranan inovasi teknologi dalam memacupertumbuhan produksi selama periode analisis ternyata relatif kecil.
A. Usaha Pertanian Primer
Periode panen di empat propinsi penghasil utama bawang merah(Jatim, Jateng, Jabar dan Sulsel) menunjukkan bahwa bulan panencukup bervariasi. Tidak saja antar propinsi, tetapi juga dari tahun ketahun. Pengamatan lebih lanjut memberikan gambaran bahwa puncakpanen terjadi hampir selama 6-7 bulan setiap tahun, dan terkonsentrasiantara bulan Juni-Desember-Januari. Sedangkan bulan kosong panenterjadi pada bulan Pebruari sampai Mei dan Nopember. Berdasarkanpengamatan tersebut, musim tanam puncak diperkirakan terjadi padabulan April sampai Oktober.
Survei di salah satu sentra produksi utama, Brebes-Jawa Tengah(2005), mengindikasikan bahwa lebih dari 90% responden adalah petanikecil dengan luas lahan usaha di bawah 0,5 ha. Sementara itu, petanikategori sedang dengan luas lahan antara 0,50 ha hingga di bawah 1 haberjumlah 8%, sedangkan petani besar (1 ha – 4 ha) ada sekitar 2%.Ditinjau dari luas penguasaan lahan, petani besar ternyata menguasaisekitar 35% luas lahan usahatani bawang merah, dibandingkan denganpetani gurem/kecil yang hanya menguasai sekitar 48% lahan usaha tani.
Varietas bawang merah yang ditanam di sentra produksi JawaTengah dan Jawa Barat (Brebes dan Cirebon) diantaranya adalah Kuning(Rimpeg, Berawa, Sidapurna, dan Tablet), Bangkok Warso, Bima Timor,Bima Sawo, Bima Brebes, Engkel, Bangkok, Philippines dan Thailand. Padamusim kemarau sebagian besar petani (90%) di Jawa Tengah menanamvarietas Filipina.
Komponen biaya produksi bawang merah tertinggi di Brebes,Cirebon dan Nganjuk secara berturut-turut adalah biaya tenaga kerja(32%-46%), bibit (22%-37%) dan pupuk buatan (8%-11%). Biayakomponen pestisida juga cukup tinggi, yaitu berkisar antara 5%-16%.Rasio penerimaan-biaya usahatani bawang merah di ketiga lokasi tersebutlebih besar dari satu, yang berarti menguntungkan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Tabel 2. Biaya dan keuntungan usahatani bawang merah per hektar varietaslokal dan impor, 2003 dan rata-rata 2006.
Brebes Cirebon Nganjuk Rata-rataPhilippines Timur Philippines Bauji Philippines 2006
BIAYA(Rp/ha) 24. 386. 130 20. 250. 990 21. 433. 690 27. 230. 300 24. 067. 800 29. 006. 525
PENERIMAAN(Rp/ha) 26. 841. 516 21. 016. 940 26 .98.0000 45. 124. 335 35. 531. 760 38. 691. 565
UNITBIAYA(Rp/kg) 2. 587 2 .580 1 .986 1 .789 1 .748 2. 876
KEUNTUNGAN(Rp/ha) 2 .455. 386 234. 050 5. 546. 310 17. 894. 035 11 .463. 960 9. 685. 040
R/C 1,10 1,04 1,26 1,66 1,48 1,33
Sumber: Data primer, 2003, 2006
B. Usaha Agribisnis Hulu
Salah satu faktor utama yang dapat menentukan keberhasilanusaha peningkatan produksi bawang merah adalah ketersediaanbenih/bibit bermutu. Produsen benih bawang merah di sentra-sentraproduksi biasanya adalah petani yang memiliki skala usaha relatif luasatau petani individual yang menyisihkan sebagian hasil panen untukdigunakan sebagai benih musim tanam berikutnya. Beragamnyapengetahuan serta teknologi perbenihan yang berkembang dalam sistemtersebut menyebabkan terjadinya variasi mutu benih yang tinggi. Secaraumum, variasi mutu benih/bibit dapat mengarah pada pencapaianproduktivitas yang cenderung dibawah potensi hasil. Observasilapangan juga mengindikasikan bahwa sistem ini secara tidak langsungmemungkinkan terjadinya fluktuasi harga benih yang sangat tajam.Sistem produksi benih non-formal dikenal sebagai jaringan arus benihantar lapangan dan musim. Sistem ini menghasilkan benih tidakbersertifikat. Benih yang diproduksi melalui sistem non-formal ditujukanuntuk memenuhi kebutuhan petani dengan orientasi pasar tradisionalyang belum menuntut persyaratan mutu. Menyadari kenyataan tersebut,alternatif pemecahan masalah benih yang dapat ditempuh adalahmemperbaiki kinerja sistem perbenihan informal atau di tingkat petani(informal or farmer-based seed system).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�
C. Usaha Agribisnis Hilir
Khusus untuk sentra produksi Brebes, saat panen raya terjadi,pemerintah daerah akan mengalokasikan dana talangan untukmenyerap sebagian produk bawang merah yang tidak terserap pasar dandiolah menjadi bawang goreng yang mempunyai nilai jual lebihtinggi/stabil. Upaya ini ditempuh agar surplus produksi bawang merahdapat terserap, sehingga harga bawang merah menjadi relatif stabil,serta masyarakat dapat meningkatkan pendapatannya dari hasilpenjualan bawang goreng. Selain itu, upaya ini dilakukan untukmenghindari kerugian finansial yang besar sebagai akibat darirendahnya harga bawang merah, khususnya pada saat panen raya.Kelompok pengrajin bawang goreng telah terbentuk dan sudahoperasional berjumlah 18 kelompok. Pemda juga telah memberikanbantuan berkenaan dengan pengadaan alat penggorengan untuk setiapkelompok.
D. Pasar dan Harga
Pola harga musiman bawang merah di tingkat sentra produksi dantingkat grosir dalam periode waktu 2000-2003 diperlihatkan pada Tabel3. Pada tingkat sentra produksi, harga bawang merah terendah terjadipada bulan Januari, sedangkan harga tertinggi terjadi pada bulan Juli.Pada tingkat grosir, harga bawang merah terendah terjadi pada bulanJanuari, sedangkan harga bawang merah tertinggi tercapai pada bulanPebruari/Nopember.
Table 3. Pola musiman harga bawang merah di tingkat sentra produksi(Brebes-Jawa Tengah) dan tingkat grosir (PIKJ), 2000-2003
Bulan
J P M A M J J A S O N DTingkat
Rata-rata harga bulanan (Rp/kg)Sentra 2165 3412 3553 3544 4062 4059 4078 3013 2951 3813 3874 3101Grosir 3257 5536 5186 5282 5186 4329 4017 3357 3550 4618 5508 5263
Rata-rata bulanan sebagai % dari rata-rata totalSentra 0,62 0,98 1,02 1,02 1,17 1,17 1,18 0,87 0,85 1,10 1,12 0,89Grosir 0,71 1,21 1,13 1,15 1,13 0,94 0,87 0,73 0,77 1,01 1,20 1,15
Dihitung dengan membagi setiap harga rata-rata bulanan dengan harga rata-rata bulanan total selama periode2000-2003 (Rp. 3.469 pada tingkat sentra produksi dan Rp. 4.591 pada tingkat grosir)
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Dalam empat tahun terakhir, terdapat indikasi kuat bahwa dayasaing bawang merah nasional terus menurun dibandingkan denganbawang merah impor. Hal ini tercermin dari semakin tingginya selisihharga satuan bawang merah ekspor dan impor sejak tahun 1998. Padatahun 2003, harga bawang merah nasional yang diekspor adalah US$448 per ton atau sekitar Rp. 4.034 per kg (1 US$ = Rp. 9.000),sedangkan harga bawang impor adalah US$ 295 per ton atau Rp. 2.651per kg (Tabel 4). Jika kondisi perbedaan harga ini semakin menajam,maka diperkirakan pada tahun-tahun mendatang impor bawang merahakan terus meningkat. Pada akhirnya, hal ini dapat mengancamkeberadaan dan kebersaingan bawang merah nasional, sekaligusmeningkatkan ketergantungan terhadap bawang impor.
Tabel 4. Harga bawang merah ekspor dan impor, 1993 – 2003
Ekspor = E Impor = ITahunTon US$ US$/ton Ton US$ US$/t
Selisihharga(E-I)
1993 5336.5 1541403 288.8 22252.9 9154800 411.4 -122.61994 6843.3 1775171 259.4 15213.3 5963869 392.0 -132.61995 4158.5 1071889 257.8 31616.2 11662148 368.9 -111.11996 7171.0 1620627 226.0 42057.4 15646850 372.0 -146.01997 3189.0 778008 244.0 43083.6 14380674 333.8 -89.81998 176.3 47306 268.3 43016.8 11499515 267.3 1.01999 8602.7 2770566 322.1 35775.3 9067750 253.5 68.62000 6753.3 1835233 271.8 56710.8 12913800 227.7 44.02001 5991.5 1670775 278.9 47946.3 12475026 260.2 18.72002 6816.2 2188967 321.1 32928.8 9069031 275.4 45.72003 5402.1 2421134 448.2 42007.9 12369945 294.5 153.7
Sumber: Ditjen Hortikultura (2004)
Selama periode 1989-2003, rata-rata pertumbuhan penggunaandomestik bawang merah adalah sebesar 3,9% per tahun, dengankecenderungan (trend) pola pertumbuhan yang bersifat konstan sepertiterlihat pada Gambar 1.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
7
Selama periode 1993-2003, Indonesia adalah net importerbawang merah dimana volume impor lebih besar dari volume ekspor.Ekspor dan impor selama periode tersebut secara berturut-turutmengalami penurunan rata-rata 9% dan 5% per tahun. Namun demikian,penurunan ekspor dari tahun ke tahun terjadi lebih cepat dibandingkandengan penurunan impor. Impor bawang merah pada tahun 2010diproyeksikan mencapai 78.618,56 ton, dengan nilai US$23.071.042,03.
Tabel 5. Volume (ton) dan nilai (US$) ekspor-impor bawang merah, 1993-2003.Volume (ton) Nilai (US$)
TahunEkspor Impor Net Ekspor Impor Net
1993 5336.5 22252.9 -16916.4 1541403 9154800 -7613397
1994 6843.3 15213.3 -8370.0 1775171 5963869 -4188698
1995 4158.5 31616.2 -27457.7 1071889 11662148 -10590259
1996 7171.0 42057.4 -34886.4 1620627 15646850 -14026223
1997 3189.0 43083.6 -39894.6 778008 14380674 -13602666
1998 176.3 43016.8 -42840.5 47306 11499515 -11452209
1999 8602.7 35775.3 -35689.03 2770566 9067750 -6297184
2000 6753.3 56710.8 -49957.5 1835233 12913800 -11078567
2001 5991.5 47946.3 -41954.8 1670775 12475026 -10804251
2002 6816.2 32928.8 -26112.6 2188967 9069031 -6880064
2003 5402.1 42007.9 -36605.8 2421134 12369945 -10180978
0
100000
200000
300000
400000
500000
600000
700000
800000
900000
1000000
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
0
100
200
300
400
500
600
700
800
Jan Mar Mei Jul Sep Nop
Bawang lokal
Bawang impor
Gambar 2 menunjukkan pasokan bulanan bawang merah lokalyang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) dan pasokan bawangmerah yang berasal dari impor. Pasokan bawang merah impor mencapaipuncak pada bulan April-Juni, bersamaan dengan rendahnya pasokanbawang merah domestik ke PIKJ. Hal ini memberikan indikasi bahwabawang impor masuk sebagai respon dari berkurangnya pasokandomestik. Perlu pula dicatat bahwa bulan April-Oktober merupakanbulan-bulan puncak tanam untuk beberapa sentra produksi utamabawang merah di Indonesia.
Gambar 2. Bulan impor bawang merah di Indonesia
Tujuan ekspor bawang merah dalam bentuk konsumsi segarsebagian besar adalah ke Malaysia, Singapura dan Taiwan (Tabel 6).Sebagian kecil lainnya diekspor ke Filipina, Belanda, Hongkong, Vietnamdan Amerika Serikat.
Impor bawang merah Indonesia terutama berasal dari Thailand,Filipina, Myanmar dan Malaysia. Negara penting lainnya adalah Vietnam,India, Singapura dan Cina (Tabel 7). Bawang merah yang diimpor selaludalam bentuk konsumsi segar, namun di dalam negeri dijual baik untukkonsumsi maupun untuk bibit (40-50%).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�
Tabel 6. Volume, nilai dan negara tujuan ekspor bawang merah dari Indonesia,1998-2000
Volume (ton) Nilai (ribu US$)
1998 1999 2000 1998 1999 2000Australia 0 0 0 0 0 0Hong Kong 0 4.9 4.9 0 2.9 2.9Jepang 0 0 0 0 0 0Malaysia 124.2 3405.2 2777.3 29.6 954.3 785.2Netherlands 0 52.0 0 0 40.9 0Philippines 0 80.0 20 0 28.5 0.6Singapore 36.7 2939.3 2534.5 14.0 1274.5 693.3Slovenia 0 0 7.3 0 0 10.4Taiwan 15.4 2097.2 1206.7 3.7 434.2 241.5Thailand 0 0 0 0 0 0Tunisia 0 0 0 0 0 0United States 0 0.2 106.3 0 0.4 92.4Vietnam 0 24.0 96.3 0 4.8 28.9
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2001)
Tabel 7. Volume, nilai dan negara asal impor bawang merah di Indonesia,1997-2000
Volume (ton) Nilai (ribu US$)
1998 1999 2000 1998 1999 2000China 2589.6 346.7 481.9 575.7 84.7 138.7India 84.0 1405.2 868.2 25.4 382.3 229.9Malaysia 16137.6 9738.9 5013.5 4526.2 2716.8 1115.2Myanmar 7478.6 908.2 13826.8 2448.2 151.0 3413.8Philippines 12951.6 6203.5 10409.1 2961.5 1129.5 2670.1Singapore 398.0 1170.4 308.0 114.1 315.2 85.2Thailand 1436.7 6032.0 23186.8 276.9 1333.6 4545.9Vietnam 503.8 9362.5 1589.2 125.5 2464.1 437.1
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2001)
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�0
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
E. Kebijakan harga, perdagangan dan informasi
Dalam rangka mendorong berkembangnya industri benih di dalamnegeri, dan menghindari pemasukan benih oleh importir yang tidakpunya latar belakang di bidang hortikultura, maka pada awal 2005diambil kebijakan bahwa importir pedagang harus menjadi importirprodusen benih. Kebijakan tarif impor benih sebesar 0% ini diterapkanuntuk memberikan kemudahan masuknya benih-benih dengan hargamurah dan berkualitas.
Penetapan Keputusan Menteri Keuangan No.96/KMK.01/2003tentang penetapan sistem klasifikasi barang dan besarnya Tarif BeaMasuk atas barang impor ditujukan untuk melindungi produsen dalamnegeri. Tarif yang berlaku bagi impor hortikultura dewasa ini hanya 5%.Hal ini sudah dianggap tidak relevan lagi dengan kondisi pasar kitamaupun dibandingkan dengan tarif yang diberlakukan negara lainnya.Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura mengusulkan kenaikantarif impor untuk bawang merah menjadi 50% (tingkat tarif padamaximum boundary rate)
F. Infrastruktur
Dukungan infrastruktur fisik berupa irigasi dan jalan usahatani) disentra produksi bawang merah yang dibudidayakan di lahan sawahsecara umum cukup memadai. Namun untuk bawang merah yangdiusahakan di lahan non-sawah, dukungan infrastruktur cenderungminimal. Petani secara swadaya harus membuat sumur di lahangarapannya untuk dapat memenuhi kebutuhan pengairan. Dukunganinfrastruktur fisik minimal juga dihadapi oleh petani yang mengusahakanbawang merah di dataran tinggi. Keterbatasan dukungan infrastrukturfisik ini sangat berpengaruh terhadap biaya produksi per satuan bawangmerah yang pada akhirnya juga akan menentukan tingkat keunggulankomparatifnya.
Berbagai hasil penelitian telah dihasilkan oleh Badan Penelitiandan Pengembangan Pertanian untuk mendukung pengembanganagribisnis bawang merah di Indonesia. Beberapa komponen teknologibudidaya tanaman bawang merah yang telah dihasilkan diantaranyaadalah (a) varietas unggul: Kramat-1, Kramat-2 dan Kuning yangmemiliki karakteristik potensi hasil 21-25 t/ha, cocok ditanam di dataranrendah, musim kemarau, toleran terhadap penyakit, serta cocok untukprosesing; (b) teknik budidaya di lahan kering/tegalan, lahan sawah,
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
sistem pertanaman monokultur atau sistem pertanaman tumpang-gilirdengan cabai merah; (c) komponen PHT: budidaya tanaman sehat,pengendalian secara fisik/ mekanik, pemasangan perangkap,pengamatan secara rutin, penggunaan biopestisida, dan penggunaanpestisida berdasarkan ambang pengendalian; serta (d) teknologi pascapanen: pemanfaatan bawang merah dalam bentuk olahantepung/bubuk.
Dukungan infrastruktur kelembagaan, berkaitan dengan transferteknologi cenderung masih minimal. Sampai saat ini, pemberdayaanfungsi petugas penyuluh pertanian yang memiliki kualifikasi spesifik(sayuran atau bawang merah) masih belum jelas. Keterbatasanpengetahuan dan keterampilan Iptek serta dana operasional petugaspenyuluh lapang menjadi salah salah satu penyebab tidak optimalnyadiseminasi teknologi budidaya bawang merah.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�2
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
III. PROSPEK, POTENSI DAN ARAH PENGEMBANGAN
A. Prospek
1. Prospek bisnis untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri
Umbi bawang merah, khususnya yang memiliki karakteristikkualitas seperti bawang impor (super), yaitu: umbi besar (diameter 2,5 –3 cm), bentuk bulat dan warna merah, mempunyai prospek pasar yangsangat baik di pasar domestik maupun diekspor. Permintaan pasar didalam negeri terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2010,diperkirakan permintaan bawang merah mencapai 976.284 ton. Jikaproduktivitas bawang merah diproyeksikan mencapai 10,22 ton/ha,maka dibutuhkan sekitar 95.527 hektar areal panen. Mengacu padaareal panen tahun 2003, yaitu sebesar 88.029 hektar, makapemenuhan kebutuhan bawang merah tahun 2010 memerlukanperluasan areal sekitar 7.500 hektar atau sekitar 1.000 hektar pertahun. Sasaran produksi sebesar 976.284 ton pada tahun 2010membutuhkan pasokan benih bawang merah sekitar 80.000 – 90.000ton.
Tabel 8. Sasaran produksi bawang merah untuk memenuhi konsumsi, benih,industri dan ekspor, 2005 - 2025
K e b u t u h a n (Ton)Tahun
Konsumsi Benih Industri Ekspor Total
2005 731,883 91,000 10,000 15,000 847,8832010 824,284 97,000 20,000 35,000 976,2842015 952,335 102,900 40,000 100,000 1,195,2352020 1,067,527 107,900 50,000 110,000 1,335,4272025 1,194,837 116,900 80,000 150,000 1,541,737
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2005
2. Prospek bisnis untuk memenuhi permintaan pasar ekspor
Sampai saat ini, ekspor bawang merah dilakukan relatif terbatasmengingat kebutuhan dalam negeri yang begitu tinggi. Prospek untuk
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
peningkatan ekspor sebenarnya cukup tinggi, terutama jika dikaitkandengan fakta-fakta sebagai berikut: (a) di pasar Taiwan, walaupun adapersaingan dari Thailand, Filipina dan Vietnam, bawang merah dariIndonesia mampu menguasai 86% dari kebutuhan pasar, (b) permintaanbawang merah di Hongkong diperkirakan sebesar 200 ribu ton per tahundan dipasok oleh Filipina, Thailand, Vietnam, Taiwan, Malaysia danSingapura, tidak termasuk Indonesia, dan (c) ekspor ke negara-negarapelanggan seperti Malaysia, Singapura, dan Taiwan masih terbuka untukditingkatkan, jika produksi bawang merah dapat ditingkatkan.
3. Prospek bisnis untuk memenuhi permintaan benih/bibit
Permintaan benih/bibit bawang merah, khususnya yang setarakualitas impor menunjukkan peningkatan setiap tahun. Peningkatanpermintaan benih/bibit tersebut terjadi sebagai akibat dari adanyapermintaan konsumen dalam negeri terhadap bawang konsumsi kualitasimpor yang meningkat tajam. Sementara itu, petani menyukaibenih/bibit varietas impor karena selain kualitas produknya sesuaipermintaan konsumen, daya hasilnya juga lebih tinggi dibandingkandengan varietas lokal. Tingginya permintaan benih/bibit bawang merahberkualitas super tersebut tercermin dari tingginya peningkatan imporbawang merah, yaitu dari sekitar 13,4 ribu ton pada tahun 1989 menjadi56,7 ribu ton pada tahun 2000. Observasi lapang mengindikasikanbahwa 40% dari volume impor bawang merah dijual kembali sebagaibenih/bibit. Pada tahun 2010 kebutuhan bibit bawang merahberkualitas setara impor diperkirakan mencapai 29 ribu ton.
4. Prospek bisnis pengembangan produk olahan bawang merah
Pohon industri (Lampiran 1) memberikan gambaran bahwa produkolahan yang dapat dihasilkan dari bawang merah cukup bervariasi.Produk olahan bawang merah dalam bentuk kupasan utuh dan irisanbawang merah segar mampu menaikkan nilai tambah sekitar 150-250%. Harga satu kilogram bawang segar di tingkat petani berkisarantara Rp. 1.000-Rp. 1.500 per kg, sedangkan harga produk olahansegar minimal dengan rendeman 80% mencapai Rp. 2.500-Rp. 5.500.Produk olahan bawang merah irisan kering, bawang goreng, pickles,bubuk bawang dan tepung memiliki rendeman bervariasi antara 10-80%,dengan nilai tambah berkisar antara 250-700%. Penjelasan di atasmenunjukkan bahwa prospek pengembangan produk olahan bawangmerah masih sangat terbuka.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
B. Potensi
Kondisi agroklimat yang cocok untuk bawang merah di dataranrendah adalah yang memiliki karakterisitik sebagai berikut:(a) ketinggian tempat < 300m, (b) jenis tanah alluvial dan regosol, dan(c) tipe iklim (klasifikasi Oldeman dan Irsal C3 = 5 – 6 bulan basah dan 4– 6 bulan kering; atau D3 = 3 – 4 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering;atau E3 = 3 bulan basah dan 4 – 6 bulan kering. Berdasarkankarakteristik kecocokan agroklimat tersebut, wilayah-wilayah yangdisarankan untuk perluasan areal penanaman bawang merah(diperkirakan seluas 116.900 hektar) adalah sebagai berikut:
Tabel 9. Lokasi pengembangan bawang merah tahun 2005 - 2025
No Propinsi Kabupaten
1 NAD Pidie2 Sumatera Utara Tapanuli Utara, Tobasa dan Padang Sidempuan3 Jawa Barat Majalengka, Cirebon dan Bandung4 Jawa Tengah Kendal, Pemalang, Tegal dan Brebes5 D.I. Yogyakarta Kulon Progo dan Bantul6 Jawa Timur Probolinggo, Nganjuk, Pamekasan dan Kediri7 NTB Lombok Timur dan Lombok Barat8 NTT Rote Ndau9 Sulawesi Tengah Kota Palu dan Donggala
10 Sulawesi Utara Sangihe Talaud11 Sulawesi Selatan Enrekang
Sumber: Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2005
C. Arah Pengembangan
Pengembangan agribisnis bawang merah pada lima tahunmendatang diarahkan untuk: (a) pengembangan varietas bawang merahsetara kualitas impor sebagai salah satu upaya substitusi (penguranganketergantungan terhadap pasokan impor), (b) pengembangan industribenih bawang merah dalam rangka menjaga kesinambungan pasokanbenih bermutu, (c) perluasan areal tanam bawang merah sebagai upayaantisipasi peningkatan konsumsi, dan (d) pengembangan diversifikasi
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilai tambah.Berdasarkan prediksi peningkatan jumlah penduduk, konsumsi bawangmerah per kapita, kebutuhan bawang merah konsumen dalam negeri,kebutuhan industri olahan dan ekspor serta dengan mempertimbangkan10% kerusakan akibat penanganan pasca panen yang kurang optimal,maka Ditjen Bina Produksi Hortikultura (2005) telah menyusun sasaranproduksi untuk tahun 2005 – 2010 secara agregat seperti telahdisajikan pada Tabel 8. sebelumnya.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
IV. TUJUAN DAN SASARAN
Program utama pembangunan pertanian tahun 2005-2010 terdiridari: (1) Program peningkatan ketahanan pangan, (2) Programpengembangan agribisnis, dan (3) Program peningkatan kesejahteraanpetani. Mengacu pada ketiga program utama tersebut sertamempertimbangkan kondisi agribisnis bawang merah saat ini, masalahdan tantangan yang dihadapi, prospek, potensi serta arahpengembangannya, maka tujuan dan sasaran program pengembanganpada dasarnya merupakan revitalisasi agribisnis bawang merah diIndonesia. Upaya-upaya yang diambil sebagai berikut: (a) menyediakanbenih varietas unggul bawang merah kualitas impor sebagai salah satuupaya substitusi (pengurangan ketergantungan terhadap pasokanimpor); (b) meningkatkan produksi bawang merah rata-rata 5,24% pertahun selama periode 2005 – 2010, (c) mengembangkan industri benihbawang merah dalam rangka menjaga kontinuitas pasokan benihbermutu; dan (d) mengembangkan diversifikasi produk bawang merahdalam upaya peningkatan nilai tambah.
Sasaran program meliputi: (a) tersedianya benih varietas unggulbawang merah kualitas impor sebanyak 18.200 ton ini dapat digunakanuntuk luas tanam 22.750 ha; (b) meningkatnya produksi bawang merahrata-rata 5,24% per tahun selama periode 2005 – 2010; (c)berkembangnya industri benih bawang merah dalam rangka menjagakesinambungan pasokan benih bermutu; serta (d) berkembangnyadiversifikasi produk bawang merah dalam upaya peningkatan nilaitambah.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�7
V. STRATEGI, KEBIJAKAN DAN PROGRAM
A. Strategi
Pengembangan agribisnis bawang merah pada lima tahunmendatang diarahkan untuk: (1) mencukupi kebutuhan konsumsi dalamnegeri, (2) memenuhi kebutuhan bahan baku industri, (3) substitusiimpor, dan (4) mengisi peluang pasar ekspor yang tahapanpencapaiannya dirangkum pada Roadmap Pengembangan KomoditasBawang Merah (Lampiran 2). Strategi yang ditetapkan untuk mencapaitujuan dan sasaran tersebut meliputi on-farm, off-farm, kebijakanpemerintah, pemasaran dan perdagangan.
Strategi pengembangan di lini on-farm mencakup: perakitan varietasunggul, penguatan sistem produksi benih sumber, pengelolaan hara danair terpadu, pengendalian hama penyakit terpadu, serta perbaikan mutudan daya simpan produk. Berdasarkan prioritas pengembangan yangmenitikberatkan pada perbaikan varietas serta didukung oleh percepatandiseminasinya kepada pengguna, langkah-langkah strategis tersebutdiarahkan untuk meningkatkan efisiensi usahatani bawang merah dandaya saing produk.
Strategi pengembangan di lini off-farm diawali dengan perbaikanteknologi pengolahan untuk mendukung pengembangan industri hilirbawang merah (skala rumah tangga maupun industri), misalnya industriirisan kering, irisan basah/utuh, pickles/acar, bawang goreng, bubukbawang merah, tepung bawang merah, oleoresin, minyak bawang merah,dan pasta. Pengembangan industri hilir diarahkan untuk meningkatkanefisiensi pengolahan bawang merah.
Strategi pengembangan di lini kebijakan pemerintah mencakup: (a)dukungan kebijakan perlindungan harga produsen termasuk proteksibea masuk atas membanjirnya bawang merah dari luar negeri, (b)pengendalian harga untuk mengurangi fluktuasi harga, (c) permodalanskim kredit lunak dan mudah bagi petani, (d) pengawasan karantina ataslalu lintas komoditas antar negara, (e) penyediaan saranapengairan/irigasi sederhana, (f) pengembangan sarana dan prasaranapendukung operasionalisasi kelembagaan usahatani dan pemasaran,serta (g) jaminan keamanan dan insentif bagi calon investor. Berbagaidukungan kebijakan tersebut terutama diarahkan untuk menciptakanlingkungan kondusif bagi peningkatan investasi dan perbaikan distribusi.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Strategi pengembangan di lini pemasaran dan perdaganganmencakup pengembangan unit usaha bersama (koperasi atau usahaberbadan hukum lainnya) serta pengembangan sistem informasi (harga,penawaran dan permintaan produk) untuk mendukung upayamenangkap peluang pasar. Pengembangan pasar bawang merah harusdilakukan sejalan dengan perkembangan di sisi on-farm, sehinggamanfaat penuh bagi produsen dan konsumen dapat tercapai. Langkahstrategis pengembangan pasar yang didukung oleh kebijakanpemerintah, terutama menyangkut pemberian skim kredit usaha mikro,kecil dan menengah dapat mengarah pada peningkatan efisiensipemasaran bawang merah.
Langkah-langkah strategis di berbagai lini di atas, pada dasarnyadiarahkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, pengolahan, distribusidan pemasaran bawang merah. Hal ini perlu ditempuh dalam upayamencapai kondisi ideal profil agribisnis bawang merah masa depan yangmemiliki karakteristik: (a) sebagai produsen dan eksportir terbesar diAsia Tenggara, (b) sebagai sumber pendapatan tinggi bagi semuapartisipan di sepanjang rantai pasokan, (c) tingkat produktivitas tinggi,serta (d) daya saing produk tinggi.
B. Kebijakan
Kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukung tujuan dan sasaranrevitalisasi agribisnis bawang merah meliputi: (1) kebijakanpengembangan sarana dan prasarana fisik dan non-fisik, (2) kebijakanpengembangan sistem perbenihan, (3) kebijakan akselerasi peningkatanproduktivitas, (4) kebijakan perluasan areal tanam, (5) kebijakan sistemperlindungan, (6) kebijakan pengolahan dan pemasaran hasil, dan (7)kebijakan pengembangan kelembagaan.
C. Program
Berdasarkan profil agribisnis bawang merah saat ini dan mengacupada profil agribisnis bawang merah yang ingin diwujudkan pada tahun2010, maka program revitalisasi agribisnis bawang merah dirancangmencakup beberapa kegiatan utama, yaitu:
1. Pengembangan sarana dan prasarana agribisnis bawang merah.Sarana dan prasarana yang perlu dikembangkan mencakup:pengadaan dan perbaikan jaringan irigasi, perbaikan danpenambahan jalan desa, penyediaan sarana produksi, pembangunan
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
gudang-gudang penyimpanan, perbaikan dan penyediaan fasilitaspasar, pembangunan jaringan informasi (periode panen, prediksipasokan, kelas/varietas, dan harga), serta sarana diseminasi dantransfer teknologi (sumberdaya manusia dan fisik).
2. Pengembangan industri benih bawang merah.Pembenahan sistem perbenihan bawang merah perlu dimulai darifase perakitan varietas. Pada saat ini, rangkaian kegiatan pemuliaandilakukan berdasarkan pendekatan program pemuliaan yang disusunoleh lembaga penyelenggara pemuliaan. Di masa depan, semuatahapan tersebut di atas dilakukan dengan pendekatan industri, yangpelaksanaannya dapat distandarisasikan mengacu pada sistemmutu. Mekanisme baru ini membutuhkan transformasi sistemperakitan varietas dari pendekatan program pemuliaan ke industripemuliaan. Transformasi ini membawa konsekuensi perubahanpenyelenggaraan kegiatan pemuliaan yang semula didominasi olehlembaga pemerintah selanjutnya secara bertahap diserahkan kepadapihak swasta.
3. Pemberdayaan sentra produksi bawang merah.Sentra produksi bawang merah secara bertahap direvitalisasi menjadisentra agribisnis bawang merah yang dicirikan oleh: (a) pengusahaanbawang merah yang memiliki economies of scale melalui penerapankonsolidasi pengelolaan lahan usaha, (b) kelembagaan petani yangtangguh, tidak saja dalam menangani aspek produksi, tetapi jugaaspek pemasaran hasil dan pendanaan usahatani, (c) penerapanSPO (Standar Prosedur Operasional) bawang merah spesifik lokasiyang berbasis GAP (Good Agricultural Practices), dan (d) terintegrasidengan pelayanan pasar input serta industri pengolahan.
4. Penambahan sentra produksi baru bawang merah.Perluasan sentra produksi/agribisnis baru terutama ditempuh denganmengacu pada kesesuaian agroklimat bawang merah, bukan padapemanfaatan lahan marjinal.
5. Pembangunan pabrik pengolahan produk bawang merah.Pengolahan produk bawang merah harus dirancang tidak hanyauntuk mengatasi masalah surplus produksi saja. Pengembanganpabrik pengolahan harus diarahkan sebagai upaya untukmeningkatkan nilai tambah melalui diversifikasi produk, denganmenggunakan bahan baku berkualitas prima (sesuai persyaratanolah).
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
20
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
VI. KEBUTUHAN INVESTASI
Implementasi program revitalisasi agribisnis bawang merahmembutuhkan:
A. Investasi Pengembangan Sentra Produksi dan Perluasan Areal Tanam
Pengembangan sentra produksi dan penambahan luas areal bawangmerah dilakukan di 11 propinsi. Pengembangan sentra produksi sampaitahun 2025 ditargetkan seluas 90.000 hektar. Sementara itu, penambahanareal baru sampai tahun 2025 diperkirakan mencapai 26.900 hektar.Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mendanai program ini dapatdilihat pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10. Kebutuhan investasi untuk program serta produksidan perluasan areal
Tahun Biaya ( Rp. 000 )2005 – 2009 6.800.394.6902010 – 2014 6.988.738.2372015 – 2019 7.325.401.1372020 – 2025 8.039.560.200
Total 29.154.094.264
B. Investasi Perakitan Varietas Unggul Bawang Merah
Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk menghasilkan varietasunggul baru dan memenuhi berbagai persyaratan pelepasan varietasdapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.
Tabel.11 Perkiraan kebutuhan penelitian varietas unggul bawang merah
Investasi (Rp.000)
Perakitan varietas 600 000 – 1 000 000Pemenuhan persyaratanUji Daya Hasil Pertama 100 000 – 200 000Uji Daya Hasil Lanjutan 100 000 – 200 000Pengusulan untuk pelepasan dan komersialisasi 50 000 – 100 000Estimasi investasi total selama 5 tahun 850 000 - 1 500 000Estimasi investasi total per tahun 190 000 – 300 000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
2�
C. Investasi Pengembangan Industri Benih Bawang Merah
Pengembangan industri benih dilaksanakan secara bertahap: (1)produksi TSS (true shallot seed) sebanyak 21 kg, (2) produksi benihumbi G0 sebanyak 42 ton, (3) produksi benih G1 sebanyak 910 ton, dan(4) produksi benih G2 (benih sebar) sebanyak 18.200 ton. Sampai tahun2010, benih ini ditargetkan dapat digunakan untuk 20.000 hektarperluasan lahan. Perkiraan investasi yang dibutuhkan untuk mendanaiprogram ini adalah sekitar Rp. 31.831.000.000,-.
D. Investasi Pengembangan Produk Olahan Bawang Merah
Untuk industri skala UKM produk irisan kering, bubuk dan tepungbawang merah diperlukan investasi senilai Rp. 1.100.000.000,- sampaiRp. 1.500.000.000,- selama tiga tahun. Investasi tersebut digunakanuntuk penelitian dan pengembangan teknologi pengeringan danpembuatan tepung, pengemasan dan penyimpanan, sertapengembangan model agroindustri di sentra produksi. Sedangkan untukindustri UKM bawang goreng, investasi yang dibutuhkan sekitar Rp.1.000.000.000,- sampai Rp. 1.300.000.000,- (teknologi penggorenganvakum, pengemasan, penyimpanan serta pengembangan modelagroindustrinya). Untuk industri UKM produk pickles memerlukaninvestasi teknologi pembuatan, pengemasan (bottling), penyimpanan(cool storage dan pendugaan umur simpan) sebesar Rp.1.200.000.000,- sampai Rp. 1.700.000.000,-. Pihak swasta diharapkanjuga ikut berperan serta dalam pembangunan outlet, penambahanmodal usaha, penambahan peralatan pabrik, penyimpanan jangkapendek, menengah dan panjang (rantai dingin), transportasi dandistribusi, serta promosi.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
22
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN INVESTASI
Dukungan kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukungpengembangan agribisnis bawang merah:
Kebijakan perlindungan harga produsen termasuk proteksi beamasuk atas membanjirnya bawang merah dari luar negeri;
Kebijakan pengendalian harga untuk mengurangi fluktuasi harga; Kebijakan permodalan skim kredit lunak dan mudah bagi petani; Kebijakan pengawasan karantina atas lalu lintas komoditas antar
negara; Kebijakan dalam penyediaan sarana pengairan/irigasi sederhana; Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana pendukung;
operasionalisasi kelembagaan usahatani dan pemasaran; dan Kebijakan jaminan keamanan dan insentif bagi calon investor.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
2�
VII. DUKUNGAN KEBIJAKAN INVESTASI
Dukungan kebijakan yang dibutuhkan untuk mendukungpengembangan agribisnis bawang merah:
Kebijakan perlindungan harga produsen termasuk proteksi beamasuk atas membanjirnya bawang merah dari luar negeri;
Kebijakan pengendalian harga untuk mengurangi fluktuasi harga; Kebijakan permodalan skim kredit lunak dan mudah bagi petani; Kebijakan pengawasan karantina atas lalu lintas komoditas antar
negara; Kebijakan dalam penyediaan sarana pengairan/irigasi sederhana; Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana pendukung;
operasionalisasi kelembagaan usahatani dan pemasaran; dan Kebijakan jaminan keamanan dan insentif bagi calon investor.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
2�
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Lampiran 1. Pohon industri bawang merah
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
27
Sum
ber D
aya
&St
rate
giPr
oduk
K
ondi
siIn
fras
truk
tur
Peng
emba
ngan
(200
5-20
10)
2010
Perb
aika
n va
rieta
sPe
raki
tan
varie
tas
Perb
aika
n te
knol
ogi
prod
uksi
yan
gbe
rkel
anju
tan
Peng
elnu
trisi
dan
air
Peng
elha
ma
peny
akit
Akse
lera
si d
isem
inas
ite
knol
ogi
PE
RB
AIK
AN
TEK
NO
LOG
IP
EN
GO
LAH
AN
Pen
gem
bang
anIn
dust
riH
ilir
KR
ED
IT U
SA
HA
MIK
RO
,KE
CIL
,M
EN
EN
GA
H
PE
NG
EM
BA
NG
AN
INFR
AS
TRU
KTU
R
KE
RJA
SA
MA
INTE
RN
ATI
ON
AL
PE
NG
EM
BA
NG
AN
UN
IT U
SA
HA
BE
RS
AM
A
PE
NG
EM
BA
NG
AN
SIS
TEM
INFO
RM
AS
I
PE
NG
EM
BA
NG
AN
PA
SA
R
Varie
tas
Ung
ul:
Men
ingk
atka
nef
isie
nsi
usah
ata
nida
nda
yasa
ing
prod
uk
Tekn
ikPe
ngol
ahan
yang
Efis
ien
Peni
ngka
tan
inve
stas
ida
ndi
strib
usi
Peni
ngka
tan
Efis
iens
iPe
mas
aran
ON
-FA
RM
OFF
-FA
RM
KEB
IJA
KA
NPE
MER
INTA
H
PEM
ASA
RA
N &
PER
DA
GA
NG
AN
PRO
FILE
AG
RIB
ISN
ISSA
AT
INI
Prod
uktiv
itas
sub-
opt
Mut
uku
rang
PRO
DU
SEN
DA
NEK
SPO
RTI
RB
AW
AN
GM
ERA
H
•PE
ND
APA
TAN
TIN
GG
I
•PR
OD
UKTI
VITA
STI
NG
GI
•DA
YASA
ING
PRO
DU
KTI
NG
GI
PRO
FILE
AG
RIB
ISN
IS20
10Pr
oduk
tivita
stin
ggi
Mut
use
suai
pasa
r
Perb
aika
n te
knol
ogi
pane
nda
npe
nang
an-a
nse
gar
Peng
uata
nsi
stem
prod
uksi
beni
h
Perb
aika
nm
utu
dan
daya
sim
pan
prod
uk
Perlu
asan
area
lta
nam
LLa
mpi
ran
2.Ro
adm
appe
ngem
bang
an k
omod
itas
baw
ang
mer
ah
PD
Fcr
eate
dw
ithpd
fFac
tory
Pro
tria
lver
sion
ww
w.p
dffa
ctor
y.co
m
2�
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Lampiran 3. Kelayakan (ex-ante) perakitan varietas unggul bawang merah
Analisis surplus ekonomi digunakan untuk memproyeksikandampak ekonomis penggunaan atau adopsi varietas unggul bawangmerah. Pendekatan ini telah sering dan biasa digunakan untuk menaksiratau mengestimasi dampak ekonomi penelitian pertanian (Alston,Norton, and Pardey 1995). Dalam analisis ini, data dasar yangdiperlukan diantaranya adalah data produksi, harga, potensipeningkatan hasil (atau penurunan kehilangan hasil), perubahan biaya,serta tingkat adopsi teknologi. Biaya penelitian dan pengembangandikurangkan dari manfaat (benefits) dan manfaat bersih (net benefits)didiskon berdasarkan waktu untuk menghasilkan tingkat pengembalianatau nilai bersih sekarang (a rate of return or a net present value) darimanfaat bersih yang terealisasi atau diproyeksikan. Lebih dari 95%bawang merah Indonesia pada dasarnya dikonsumsi oleh domestik.Sementara itu, dalam lima tahun terakhir terjadi kecenderungan eksporsecara terus menerus. Mengacu pada kondisi perdagangan bawangmerah tersebut, maka model yang digunakan dalam analisis ex-ante inidiasumsikan mengikuti model ekonomi tertutup.
Ringkasan asumsi dasar yang digunakan di dalam model ekonomiadalah sebagai berikut:
No Parameter Deskripsi dan Nilai1 Tahun Manfaat tahunan (annual benefits) diproyeksikan selama 15
tahun, 2007-2021 (t = 1,2,……,15)2 Elastisitas
penawaranElastisitas penawaran, ε, ditetapkan sebesar 1.0 untuk bawangmerah.
3 Elastisitaspermintaan
Elastisitas permintaan, η, ditetapkan sebesar –0.5 untuk bawangmerah.
4 Perubahan hasilproporsional
Persentase peningkatan hasil diasumsikan berturut-turutsebesar 0%, 2,5% dan 5%.
5 Perubahan biayainput proporsionalper hektar dan perton
Pengurangan biaya pestisida ditetapkan sebesar Rp. 1 085 145,5(30%) dan Rp. 542 572,75 (15%). Harga premium benih/bibitditetapkan sebesar Rp. 0 (0%) dan Rp. 441 975 (5%).Pengkombinasian besaran-besaran tersebut dengan perubahan hasilmenghasilkan perubahan biaya input proporsional yang berkisar antara0.00347 sampai 0.10153 per hektar, dan antara 0.00347 sampai0.09670 per ton
6 Probabilitaskeberhasilanpenelitian
Probabilitas keberhasilan penelitian diasumsikan sebesar 50%.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
2�
No Parameter Deskripsi dan Nilai7 Tingkat adopsi Untuk keperluan simulasi, tingkat adopsi maksimal diasumsikan
berturut-turut sebesar 20, 40, and 60%. Pada studi ini,diasumsikan pula bahwa penelitian, pengujian multi-lokasi danproduksi benih penjenis dapat diselesaikan dalam lima tahun.Dengan demikian, adopsi teknologi baru akan dimulai padatahun keenam dan seterusnya.
8 Harga Harga borongan di tingkat grosir bawang merah ditetapkansebesar Rp. 4 000 000 per ton.
9 Kuantitas Kuantitas sebelum penelitian ditetapkan sebesar 784 146,8 ton.
10 Biaya penelitian Estimasi rata-rata biaya tahunan untuk penelitian, pengujian danperbanyakan benih penjenis adalah sebesar Rp. 300 000 000per tahun.
Hasil Model Ekonomik
Hasil simulasi dari berbagai skenario yang telah disusundiperlihatkan pada tabel di bawah ini (kolom 1,2,3 dan 4). Kolompertama menunjukkan nomor skenario. Kolom kedua memperlihatkantingkat pengurangan biaya pestisida. Kolom ketiga dan keempat secaraberturut-turut menunjukkan tiga tingkat peningkatan hasil per hektardan dua tingkat markup benih/bibit. Kolom kelima menunjukkan NetPresent Value (NPV) dari perubahan surplus ekonomi total untuk setiapskenario selama 15 tahun. Oleh karena sebagian besar bawang merahIndonesia digunakan untuk konsumsi domestik, maka sekitar dua pertiga total surplus diperoleh konsumen (kolom keenam), sedangkansepertiga sisanya diperoleh produsen (kolom ketujuh). Kolom terakhirmenunjukkan NPV dari perubahan surplus ekonomi total setelahdikurangi biaya penelitian, multi-lokasi dan prosedur pelepasan varietas.NPV adalah nilai sekarang aliran pendapatan bersih yang dihasilkan ataudiakibatkan oleh investasi penelitian dan regulasi. NPV tersebut dihitungdengan mendiskon perbedaan antara tambahan manfaat (benefits)dengan biaya (costs) dari teknologi baru dalam periode waktu 15 tahun.
Duabelas skenario disusun karena sifat ketidak-pastian berbagaiparameter yang kombinasinya dapat menghasilkan potensi manfaat(benefits) dengan kisaran yang cukup lebar (Rp. 5 milyar sampai Rp. 638milyar). Bahkan dengan asumsi yang paling konservatif, manfaatekonomik bersih (net economic benefits) yang dihasilkan ternyata cukupsignifikan.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�0
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Hasil analisis mengindikasikan bahwa inovasi varietas unggul baruke dalam sub-sektor bawang merah Indonesia memiliki potensi dampakyang tinggi terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Semuaskenario yang disimulasikan untuk varietas unggul bawang merahmenghasilkam manfaat ekonomis tinggi (high economic benefits).Skenario terburuk (P8) menghasilkan manfaat nasional (nationalbenefits) sebesar Rp. 4,9 milyar, sedangkan skenario terbaik (P5)menghasilkan manfaat nasional (national benefits) sebesar Rp. 637,9milyar. Petani bawang merah masih tetap dapat memperolehkeuntungan walaupun harga satuan outputnya lebih rendah, karenateknologi baru (varietas unggul) akan meningkatkan produksi yang dapatdipasarkan (marketable yield) dan menurunkan biaya produksi.
Tingkat adopsi varietas unggul baru bawang merah akanberpengaruh besar terhadap besaran manfaat (magnitude of thebenefits) dan pada gilirannya akan bergantung pula kepada premiumbenih/bibit yang harus dibayar petani. Untuk petani atau perusahaanbenih/bibit, keuntungan akan meningkat sejalan dengan semakintingginya markups benih/bibit dalam kondisi tertentu, tetapi juga akanmenurun jika tingkat adopsinya lebih rendah. Dengan demikian, adasemacam economic trade-off antara markup benih/bibit dengan tingkatadopsi.
Hasil simulasi untuk perubahan manfaat ekonomi adopsi varietas unggul barubawang merah (Rp.)
Pest. CostReduct.
(Rp./ ha)
YieldIncre-ase(%)
SeedMarkup
(Rp./ ha)
NPV of change intotal surplus
(Rp.)
NPV of change inconsumer
surplus(Rp.)
NPV of changein producer
surplus(Rp.)
NPV of totalsurplus minus R &
D costs(Rp.)
P1 1 085 145,50 0% 0 107,902,631,844.56 71,935,087,896.37 35,967,543,948.19 106,603,788,843.37
P2 1 085 145,50 0% 441 975 31,949,058,043.16 21,299,372,028.77 10,649,686,014.39 30,650,215,041.97
P3 1 085 145,50 2.5% 0 402,542,430,031.86 268,361,620,021.24 134,180,810,010.62 401,243,587,030.68
P4 1 085 145,50 2.5% 441 975 224,994,507,863.30 149,996,338,575.53 74,998,169,287.77 223,695,664,862.11
P5 1 085 145,50 5% 0 637,938,411,092.79 425,292,274,061.86 212,646,137,030.93 636,639,568,091.60
P6 1 085 145,50 5% 441 975 574,510,777,689.75 383,007,185,126.50 191,503,592,563.25 573,211,934,688.57
P7 542 572,75 0% 0 26,961,558,052.04 17,974,372,034.69 8,987,186,017.35 25,662,715,050.85
P8 542 572,75 0% 441 975 4,999,279,605.33 3,332,853,070.22 1,666,426,535.11 3,700,436,604.14
P9 542 572,75 2.5% 0 215,198,387,116.54 143,465,591,411.03 71,732,795,705.51 213,899,544,115.36
P10 542 572,75 2.5% 441 975 86,026,009,338.35 57,350,672,892.23 28,675,336,446.12 84,727,166,337.16
P11 542 572,75 5% 0 560,070,191,761.92 373,380,127,841.28 186,690,063,920.64 558,771,348,760.73
P12 542 572,75 5% 441 975 330,599,191,557.36 220,399,461,038.24 110,199,730,519.12 329,300,348,556.17
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
Lampiran 4. Kelayakan proyek pengembangan varietas dan perbenihan untuksubstitusi impor
A. Investasi dan Modal Kerja
1 Investasi
Gudang (m2) Peralatan kelengkapan
gudang
2 x x 1.000 x Rp. 750.0002 x Rp. 20.000.000
1.500.000.00040.000.000
Sub total 1.540.000.000
2 Modal Kerja
Sewa tanah untukproduksi G1, G2 dan G3
Perlengkapan danperalatan untuk produksiG1, G2 dan G3
Pengawasan
1.215 x Rp. 2.000.000
1 x Rp. 1.000.000.000
10 x 3 x 12 x Rp. 1.000.000
2.430.000.000
900.000.000
360.000.000Sub total 3.690.000.000Total 5.230.000.000
B. Sumber Pendanaan
1 Kredit atau pinjaman dari Bankdengan tingkat bunga 10% pertahun
3.000.000.000
2 Pendanaan yang berasal daripribadi
2.230.000.000
Total 5.230.000.000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�2
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
C. Perencanaan produksi
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Benih umbi G1 (kg) 42.000Harga jual (Rp./kg) 5.500Nilai (Rp.) 231.000.000
Benih umbi G2 (kg) 910.000Harga jual (Rp./kg) 2.000Nilai (Rp.) 1.820.000.000
Benih umbi G3 (kg) 18.200.000Harga jual (Rp./kg) 3.000Nilai (Rp.) 54.600.000.000
D. Biaya Produksi
Biaya variabel
Tahun Bibit(Rp.)
Input lain(Rp.)
Tenagakerja(Rp.)
Lain-lain(Rp.)
Sub total(Rp.)
1 105.000.000 105.000.000 35.000.000 5.000.000 250.000.000
2 231.000.000 1.050.000.000 350.000.000 50.000.000 1.681.000.000
3 1.820.000.000 17.062.500.000 5.687.500.000 100.000.000 24.670.000.000
Total 26.601.000.000
Biaya tetap
TahunPemeliharaan(fasilitas dan
peralatan)(Rp.)
Lain-lain
(Rp.)
Total
(Rp.)
1 – 5 150.000.000 24.000.000 174.000.000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
E. Analisis Finansial
Anggaran implementasi
Sumber Pendanaan Pemanfaatan1. Pinjaman Rp. 3.000.000.000
2. Sendiri Rp. 2.230.000.000
Investasi Rp. 1.540.000.000 Gudang Peralatan gudang
Modal kerja Rp. 3.690.000.000 Sewa tanah Peralatan untuk produksi Pengawasan
Total Rp. 5.230.000.000 Total Rp. 5.230.000.000
Pembayaran pinjaman dan bunga
Tahun Pokok Cicilan tahunan Bunga(10% per tahun)
1 3.000.000.000 1.000.000.000 300.000.000
2 2.000.000.000 1.000.000.000 200.000.000
3 1.000.000.000 1.000.000.000 100.000.000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Keragaan Laba/Rugi
TahunNo
1 2 3
A Penerimaan
Benih umbi G1 231.000.000
Benih umbi G2 1.820.000.000
Benih umbi G3 54.600.000.000
Total penerimaan 231.000.000 1.820.000.000 54.600.000.000
B Biaya Operasional
Biaya tetap
Supervisor Sewa tanah Peralatan Pemeliharaan Lain-lain
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
Biaya variabel
Benih/bibit Input lain Tenaga kerja Lain-lain Bunga (10%)
105.000.000105.000.000
35.000.0005.000.000
300.000.000
231.000.0001.050.000.000
350.000.00050.000.000
200.000.000
1.820.000.00017.062.500.000
5.687.500.000100.000.000100.000.000
Total biaya operasional 1.838.000.000 3.169.000.000 26.058.000.000
C Benefit -1.607.000.000 -1.349.000.000 28.542.000.000
D Pajak (20%) 0 0 5.708.400000
E Net Benefit -1.607.000.000 -1.349.000.000 22.833.600000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
Analisis Benefit/Cost
TahunNo1 2 3
A Penerimaan
Benih umbi G1 231.000.000Benih umbi G2 1.820.000.000Benih umbi G3 54.600.000.000
Total penerimaan 231.000.000 1.820.000.000 54.600.000.000
B Biaya OperasionalInvestasi 1.540.000.000Biaya tetap
Supervisor Sewa tanah Peralatan Pemeliharaan Lain-lain
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
120.000.000810.000.000300.000.000
50.000.0008.000.000
Biaya variabel
Benih/bibit Input lain Tenaga kerja Lain-lain Bunga (10%)
105.000.000105.000.000
35.000.0005.000.000
300.000.000
231.000.0001.050.000.000
350.000.00050.000.000
200.000.000
1.820.000.00017.062.500.000
5.687.500.000100.000.000100.000.000
Cicilan pokok 1.000.000.000 1.000.000.000 1.000.000.000
Total biaya operasional 4.378.000.000 4.169.000.000 27.058.000.000
C Benefit -4.147.000.000 -2.349.000.000 27.542.000.000
D Pajak (20%) 0 0 5.508.400.000
E Net Benefit -4.147.000.000 -2.349.000.000 22.033.600.000
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
F. NPV at DF (10%), (40%) and (55%)
Revenue Cost Tax Net Benefit DF=10%
NPV atDF=10%Year
(1) (2) (3) (4) = (1)-(2)-(3) (5) (6) =(4) x (5)
1 231,000,000 4,378,000,000 0 -4,147,000,000 0.909 -3,769,623,000
2 1,820,000,000 4,169,000,000 0 -2,349,000,000 0.826 -1,940,274,000
3 54,600,000,000 27,058,000,000 5,508,400,000 22,033,600,000 0.751 16,547,233,600
10,837,336,600
Disc. Benefit Disc. Cost DF=55% NPV at DF=55%Year
(7) = (1) x (5) (8) = (2+3)x(5) (9) (10) = (4) x (9)
1 209,979,000 3,979,602,000 0.645 -2,674,815,000
2 1,503,320,000 3,443,594,000 0.416 -977,184,000
3 41,004,600,000 24,457,366,400 0.268 5,905,004,800
42,717,899,000 31,880,562,400 2,253,005,800
Hasil analisis menunjukkan bahwa:
Metode penghitungan NPV menggunakan biaya oportunitas modalsebagai tingkat diskon. Oleh karena itu, aliran tunai operasionaldiasumsikan diinvestasikan kembali pada tingkat diskon yang samadengan biaya modal (pre-specified). NPV biasa digunakan untukmenaksir kelayakan usaha. Suatu jenis usaha dinilai layak jika NPVnyasama dengan atau lebih besar dari nol. Namun demikian, besaranNPV ini harus didiskon pada tingkat biaya oportunitas modal yanglayak. Dalam kasus ini, NPV pada DF(10%) sama dengan10,837,336,600 (positif). Hal ini mengimplikasikan bahwakeuntungan bersih yang akan diterima pada lima tahun ke depansebesar Rp. 15,537,600,000 nilainya sekarang adalah sebesar
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
�7
10,837,336,600 dengan mengasumsikan tingkat bunga sebesar 10%per tahun selama lima tahun. Oleh karena NPV lebih besar daripadanol, maka opsi proyek ini secara finansial dapat diterima atau layak.
Kelayakan suatu jenis usaha akan mengacu pada adanya insentiffinansial atau motif keuntungan (penerimaan harus melebihi biaya).B/C ratio adalah perbandingan antara semua penambahankeuntungan dan biaya tahunan yang didiskon dari suatu jenis usaha.Besaran ini mengekspresikan keuntungan yang diperoleh dari suatujenis usaha per unit biaya usaha tersebut dalam nilai sekarang. Suatuusaha yang tidak dapat membayar tingkat bunga, akan mendorongB/C ratio kurang dari satu, karena pengembalian (returns) yangdihasilkan tidak dapat menutupi biaya awal (nilai sekarang dari biayaakan melebihi nilai sekarang dari keuntungan). Hasil analisismenunjukkan bahwa B/C= 42,717,899,000/31,880,562,400 = 1.34> 1. Hal ini mengimplikasikan bahwa opsi proyek ini dikategorikanlayak dan direkomendasikan sebagai proyek “go”.
IRR (internal rate of return) adalah tingkat pinjaman maksimal atautingkat bunga maksimal yang dapat dibayarkan oleh suatu jenis usahauntuk menutupi semua investasi dan biaya operasional. Titik impaspengembalian atau tingkat diskon yang membuat nilai sekarang darialiran penerimaan atau keuntungan tepat sama dengan nilai sekarangdari aliran biaya (capital outlay). Dengan kata lain, IRR adalah tingkatdimana nilai sekarang dari semua aliran keuntungan dan biaya samadengan nol (i.e., NPV=0). Hasil analisis menunjukkan bahwa NPVproyek ini sampai tingkat faktor diskon 55% masih bernilai positif. Halini berarti bahwa jika biaya modal dari usaha di atas dibiayai daripinjaman dengan tingkat bunga sampai 55% (tingkat bunga aktualyang digunakan dalam analisis diasumsikan 10% per tahun), makausaha ini masih dapat memperoleh cukup penerimaan untuk membayarpinjaman dan bunganya. Evaluasi finansial memberikan indikasi bahwaopsi proyek ini dapat dikategorikan layak dan direkomendasikan sebagaiproyek “go”.
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
��
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Lampiran 5. Kelayakan industri bawang merah goreng untuk kapasitasproduksi sehari (600 kg)
No. Biaya variabel Unit Rp.1. Bahan baku (bawang merah) 3000 kg x Rp. 4.000,- 12.000.0002. Minyak sayur 20 lt x Rp. 6.000,- 120.0003. Bahan campuran 1.000.0004. Bahan untuk kemasan 5.000.0005. Tenaga kerja 700.000
Sub total 18.820.000Biaya tetap
6. Penyusutan alat 3.890.4097. Sewa gudang 2000 m2/hari 27.397
Sub total 3.917.806
Biaya tetap + variabel 22.737.806
8. Bunga Bank 10% x Rp. 22.737.806 2.273.781
9. Biaya Total 25.011.587
10. Produksi (rendemen 20%) 600 kg/hariHarga Rp.50.000/kgNilai produksi 30.000.000
11. Keuntungan (10-9) 30.000.000 - 25.011.587 4.988.413
12. R/C ratio 1.219. B/C ratio 0.2
Catatan:
Jenis Alat Unit Nilai BiayaMesin Perajang 1 unit 14.000.000 191.780Penggoreng Vacum 5 x Rp. 40.000.000 200.000.000 2.739.726Alat prosesing dan pengemas 1 paket 10.000.000 136.986Centrifuge 5 unit 50.000.000 684.931Sewa gudang 2000 m2/tahun 10.000.000 27.397Alat sortasi 1 unit 10.000.000 136.986
294.000.000 3.917.806
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
��
Lampiran 6. Analisis kelayakan finansial industri bawang merah konsumsi(per ha)
No. Variable cost Unit Rp.
1. Bibit 800 8.000.0002. Pupuk buatan 1227 2.044.1503. Pupuk cair 0.50 14.2704. Fungisida 8.7 424.0805. Insektisida 7.65 546.8306. Perekat 5.30 85.4607. Tenaga Kerja 60% TK Brebes 5.525.508
Fixed cost8. Lahan (sewa) 4.000.0009. Peralatan (penyusutan 1 th) 1.000.000
10. Gudang (Penyusutan 1 th) -Total Cost 21.640.298BenefitHasil 10792 kg- Dijual konsumsi- Dijual bibit -- Total 10792 kg- Harga 2500Benefit 26.980.000B/C ratio 1,25
Catatan: Sumber benih : bibit impor turunan Brebes. Lokasi dataran Medium – Sulut, dll. Industri bawang merah konsumsi (1 th 1 x dijual habis)
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
�0
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Bawang Merah
Lampiran 7. Analisis kelayakan finansial industri bawang merah benih (per ha)
No. Variable cost Unit Rp.
1. Bibit 800 8.000.0002. Pupuk buatan 1227 2.044.1503. Pupuk cair 0.50 14.2704. Fungisida 8.7 424.0805. Insektisida 7.65 546.8306. Perekat 5.30 85.4607. Tenaga Kerja 60% TK Brebes 5.525.508
Fixed cost8. Lahan (sewa) 4.000.0009. Peralatan (penyusutan 1 th) 1.000.00010. Gudang (Penyusutan 1 th) 220.000
Total Cost 21.860.298BenefitHasil 10792 kg- Dijual konsumsi 6243 kg x Rp. 2500 15.607.500- Dijual bibit 2698 kg x Rp. 10.000 21.584.000- Total 10792 kg 37.191.500BenefitB/C ratio 1,70
PDF created with pdfFactory Pro trial version www.pdffactory.com
Recommended