View
35
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RETENSIO PLASENTA DI RSUD KOTA
KENDARI PRIODE TAHUN 2016-2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Politeknik Kementerian kesehatan kendari
OLEH
YAUMIL INDAH JUDDAH P00324015041
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2018
2
3
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Penulis
a. Nama : Yaumil Indah Juddah
b. Tempat/tanggal lahir : Kendari, 27 Juni 1997
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku/Kebangsaan : Bugis, Tolaki/Indonesia
f. Alamat : BTN Batu Marupa Blok F2 No.4
II. Pendididkan
a. SD Negeri 12 Poasia Tamat Tahun 2009
b. MTs Pesantren Ummusabri Tamat Tahun 2012
c. SMA Negeri 02 Kendari Tamat Tahun 2015
d. Mahasiswi Prodi D-III Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
mulai tahun 2015 sampai sekarang
5
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karna
berkat karuniaNya jualah, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
tepat pada waktunya dengan judul “Faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari Priode 2016-2017”
Selama proses penyusunan karya tulis ilmiah penelitian ini, banyak
kendala yang dihadapi namun berkat dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga proposal ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulisan menyampaikan
ucapan terimakasih kepada ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes selaku
pembimbing I dan ibu Farming, SST. M. Keb selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan
dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada yang
terhormat
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M. Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan.
3. Ibu Aswita ,S.Si.T,MPH selaku Ketua Prodi Jurusan D-III Kebidanan.
4. Kepada seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan Kebidanan Poltekes
Kendari atas nasehat dan ilmu yang diberikan selama ini.
6
5. Direktur RSUD Kota Kendari serta seluruh Staf yang membantu dalam
melaksanakan penelitian selama ini.
6. Bapak Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah memberikan izin penelitian
kepada penulis.
7. Teristimewa kepada orang tua saya bapak Sulkarnain Juddah S.Si dan
ibu Syahyusunarti S.Pd. Serta Kakak-ku Mughayat Syah Juddah, dan
Adik-ku Sitti Fadillah Juddah yang telah memberikan dorongan dan
bantuan serta doa selama penulis menuntut ilmu dijurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
8. Kepada sahabat-sahabat-ku Rahayu Adriani Sari, Sri Putri Nur
Jannah. Dan teman seperjuanganku Putri Ilma Anjelita, Rani, Sandra
Ayu Putri, Melda Sustriawati, Gita Oktaviani Marola, yang telah
memberikan semangat dan membantu penulis dalam menyelesakan
pendidikan selama 3 tahun ini. Terimakasih atas doa dan
dukungannya selama ini.
Akhir kata penulis mengucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Amin.
Kendari, Juli 2018
Penulis
7
DAFTAR ISI
Halaman Sampul ......................................................................... i Halaman Persetujuan Pembimbing ............................................... ii Halaman Pengesahan Penguji ..................................................... iii Daftar Riwayat Hidup ................................................................... iv Kata Pengantar .......................................................................... v Daftar isi .................................................................................... vii Daftar Gambar ........................................................................... viii Daftar Tabel ............................................................................... ix Daftar Lampiran ......................................................................... x Abstrak ...................................................................................... xi Abstrac ....................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN .............................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................. 3 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................. 4 E. Keaslian penelitian.......................................................... .... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................... 6 A. Telaah Pustaka ........................................................................... 6 B. Landasan teori ............................................................................ 23 C. Kerangka teori.......................................................................... .... 25 D. Kerangka konsep ........................................................................ 25
BAB III METODE PENELITIAN .................................................. 26 A. Jenis Penelitian ........................................................................... 26 B. Tempat & Waktu penelitian ......................................................... 26 C. Populasi & Sampel ...................................................................... 26 D. Definisi Operasional .................................................................... 27 E. Jenis dan Pengumpulan Data ..................................................... 28 F. Pengolahan Data ........................................................................ 29 G. Analisis Data ............................................................................... 29 H. Penyajian Data ............................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................31 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... . 31 B. Hasil Penelitian .......................................................................... 36 C. Pembahasan .............................................................................. 38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 43 A. Kesimpulan ............................................................................... 43 B. Saran .......................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kerangka Teori ......................................................... 25
Gambar 1.2 Kerangka Konsep ..................................................... 25
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017............................................. 37
Tabel 2 Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio
Plasenta Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017............................... 37
Tabel 3 Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio
Plasenta Berdasarkan Anemia Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017............................... 38
10
DAFTAR LAMPIRAN
1. Prin Out Hasil Analisi SPSS.
2. Master Tabel.
3. Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Poltekkes Kendari.
4. Surat Izin Penelitian dari Poltekkes Kendari.
5. Surat Pengantar Penelitiann dari Badan Penelitian dan
Pengembangan Provinsi Sulawesi Tenggara.
6. Surat Pengantar Penelitian untuk Kepala Ruangan Teratai Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
7. Surat hasil penelitian Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
8. Surat Bebas Pustaka
9. Dokumentasi Penelitian
11
ABSTRAK
Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara Periode Tahun 2016-2017
Yaumil Indah Juddah1, Hj. Syahrianti2, Farming2
Latar belakang : Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Retensio plasenta dapat disebabkanoleh berbagai faktor, yaitu faktor maternalseperti paritas, usia ibu dan faktor uterus sepertiriwayat retensio plasenta serta riwayatendometritis Tujuan penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Periode Tahun 2016-2017. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sampel dalam penelitian ini berjumlah 40 kasus dengan menggunakan teknik total sampling. Hasil penelitian : Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada umur berisiko yaitu (<20 tahun dan > 35 tahun)sebanyak 24 orang (60%) dan paling sedikit pada umur 20–35 tahun sebanyak 16 orang (40%). Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada paritas grande multipara sebanyak 17 orang (42,5%) dan paling sedikit pada paritas primipara sebanyak 9 orang (22,5%). Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada ibu yang menderita anemia ringan sebanyak 22 orang (55%) dan paling sedikit pada ibu yang menderita anemia berat sebanyak 3 orang (7,5%). Kesimpulan : Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada umur <20 tahun dan >35 tahun, paritas grande multipara, dan anemia ringan. Sedangkan yang paling sedikit pada umur 20 – 35 tahun, paritas primipara dan anemia berat . Oleh karena itu, diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota kendari dan staf khususnya bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan antenatal care dalam upaya menurunkan angka kejadian ibu bersalin dengan retensio plasenta. Kata kunci : Retensio plasenta, umur, paritas, anemia
1. Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
12
ABSTRAC
Identification of Factors that Influence Placental Retention in the
Regional General Hospital of Kendari, Southeast Sulawesi Province,
Period 2016-2017
Yaumil Indah Juddah1, Hj. Syahrianti2, Farming2
Latar belakang :Placental retention is the retention or absence of the placenta up to or more than 30 minutes after the baby is born. Placental retention can be caused by various factors, namely maternal factors such as parity, maternal age and uterine factors such as a history of placental retention and a history of endometritis. Research purposes:This study aims to get an overview of the factors that influence the incidence of retention of placenta at Kendari Regional General Hospital in Southeast Sulawesi Province for the 2016-2017 Period. Research methods:This research is a descriptive study, the sample in this study amounted to 40 cases using total sampling technique. The results of the study: Of the 40 mothers with placental retention most often at risk age (<20 years and> 35 years) as many as 24 people (60%) and at least at the age of 20-35 years as many as 16 people (40%). Of the 40 mothers with placental retention most occurred in parity grande multipara as many as 17 people (42.5%) and the least in primiparous parity as many as 9 people (22.5%). Of the 40 mothers with placental retention most often occurred in women who suffered from mild anemia as many as 22 people (55%) and the least in women who suffered from severe anemia as many as 3 people (7.5%). Conclusion: Of the 40 mothers with placental retention most occurred at the age
of <20 years and> 35 years, grande multipara parity, and mild anemia. While the least at age 20-35 years, primiparous parity and severe anemia. Therefore, it is expected that the Regional General Hospital of the City of Kendari and staff, especially midwives, to improve the quality of antenatal care services in an effort to reduce the incidence of maternity with placental retention. Keywords:Placental retention, age, parity, anemia
1. Student of Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Lecturer of Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari
indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu
selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena
sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau terjatuh di setiap 100.000
kelahiran hidup. Antara tahun 1990 dan 2015, angka kematian ibu di
seluruh dunia turun sekitar 44%, tahun 2016 dan 2030, sebagai bagian
dari Sustainable Development Goals (SDGs), sasarannya adalah untuk
mengurangi rasio kematian maternal global menjadi kurang dari 70 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2016) .
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menilai angka
kematian ibu melahirkan di Indonesia relatif tinggi. AKI mengalami
penurunan sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi
228. Namun demikian, Standar Demogravi Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012 menunjukkan peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi
359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI kembali menujukkan
penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015.(Profil
Kesehatan Indonesia, 2016).
1
2
Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 empat penyebab
kematian ibu terbesar yaitu perdarahan 30,3%, hipertensi dalam
kehamilan (HDK) 27,1%, infeksi 7,3%, dan lain-lain yaitu penyebab
kematian ibu tidak langsung seperti kondisi penyakit kanker, ginjal,
jantung atau penyakit lain yang diderita ibu sebesar 35,3% (Kemenkes RI,
2014).
Kematian ibu di Provinsi Sulawesi Tenggara umumnya disebabkan
oleh pendarahan, penyebab lain-lain (retensio urine, asma bronkial, febris,
post sc, sesak nafas, sesak nafas post sc, dekompensasi cordis, plasenta
previa, komplikasi tbc, gondok, gondok beracun, TBC,) dan HDK.
Berbagai faktor menjadi penyebab seperti ekonomi, pengaruh budaya,
rendahnya kunjungan ke tenaga kesehatan selama hamil, keterlambatan
merujuk, terlambat sampai di fasilitas pelayanan kesehatan, atau
terlambat mendapat pertolongan yang dapat mengakibatkan kematian
(Dinkes Sulawesi Tenggara, 2015).
Faktor predisposisi terjadinya retensio plasenta adalah plasenta
previa, bekas seksio sesarea, pernah kuret berulang dan paritas
(Saifuddin, A.B., 2009). Faktor predisposisi lain yang menyebabkan
retensio plasenta yaitu usia, jarak persalinan, penolong persalinan, riwayat
manual plasenta, anemia, riwayat pembedahan uterus, destruksi
endometrium dari infeksi sebelumnya atau bekas endometritis dan
implantasi corneal (Manuaba, 2010). Bahaya pada ibu hamil yang
berumur 35 tahun lebih adalah perdarahan setelah bayi lahir yaitu salah
3
satunya dikarenakan retensio plasenta (Rochjati, Poedji, 2011).Retensio
plasenta disebabkan oleh multifaktor, yaitu faktor maternal, faktor uterus
(Oxorn, 2010) dan faktor fungsional Faktor maternal terdiri atas usia,
paritas dan anemia. (Winkjosastro, 2010) .
Berdasarkan pengambilan data awal di RSUD Kota Kendari jumlah
persalinan keseluruhan pada tahun 2016 yaitu 816 dengan rincian
persalinan normal sebanyak 359 (42,9%), persalinan dengan komplikasi
280 (34,48%), persalinan dengan setcio caesaria yaitu 177 (22,6%)
adapun pada tahun 2017 total persalinan pada keseluruhan dengan
rincian persalinan normal sebanyak 371 (31,3%) persalinan dengan
komplikasi 337 (36,1%), persalinan dengan setcio caesaria sebanyak 231
(25,5%) adapun persalinan dengan kasus Retensio Plasenta periode 2016
sampai dengan tahun 2017 sebanayak 40 kasus. Pada tahun 2016 angka
kejadian retensio plasenta sebanyak 25 kasus dan pada tahun 2017 anka
kejadian retensio plasenta sebanyak 15 kasus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian retensio plasenta di RSUD Kota Kendari.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Faktor-faktor apa sajakah
yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari Priode 2016-2017?”
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari Priode 2016-2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
retensio plasenta di tinjau dari faktor umur ibu di RSUD Kota
Kendari Priode 2016-2017.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
retensio plasenta di tinjau dari faktor Paritas ibu diRSUD Kota
Kendari Priode 2016-2017.
c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
retensio plasenta di tinjau dari faktor anemia ibu di RSUD Kota
Kendari Priode 2016-2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan
masukan yang berharga bagi instansi kesehatan khususnya untuk
Rumah Sakit Umum Daerah Kota kendari sebagai pusat pelayanan
kesehatan. Bagi institusi Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan
Kebidanan merupakan bahan informasi mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta.
5
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat tentang kehamilan umumnya dan faktor-faktor
yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta khususnya pada
ibu bersalin.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam
memperluas wawasan keilmuan dalam melaksanakan penelitian,
serta sebagai salah salah satu syarat dalam rangka menyelesaikan
program Diploma III jurusan kebidanan
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran pustaka, penulis menemukan penelitian yang
dilakukan oleh Intan Marifatul ifah Arifin dengan judul “Hubungan Paritas
dengan Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin Di RSUD Panembahan Senopati
Kabupaten Bantul Tahun 2012”. Jenis peneltian ini adalah penelitian
observasional dengan rancangan cross sectional dengan variabel paritas dan
retensio plasenta.
Sedangkan penelitian ini mengambil judul “Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian retensio plasenta di Rumah Sakit Umum Daerah
Kota Kendari Priode 2016-2017. Adapaun yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya yaitu, jenis penelitian deskriptif dengan varabel
paritas, umur, anemia dan retensio plasenta dengan teknik pengambilan
sampel total sampling.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Retensio Plasenta
a. Pengertian
Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta hingga atau lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. Hampir
sebagian besar gangguan pelepasan plasenta disebabkan oleh
gangguan kontraksi uterus. Tidak semua retensio plasenta
menyebabkan terjadinya perdarahan. Apabila terjadi perdarahan,
maka plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu.
Retensio plasenta adalah kondisi di mana kegagalan
placenta dan membrane lahir dalam waktu 30 menit setelah
kelahiran bayi (Manuaba, 2010). Sesuai dengan National Institute
for Health and Care Excellence (NICE) AS, tahap ketiga kelahiran
dianggap tertunda jika memerlukan waktu lebih dari 30 menit
dengan manajemen aktif, atau 60 menit dengan usaha ibu.
Jenis retensio plasenta berdasarkan American Pregnancy
Association tahun 2016 adalah:
1) Placenta adherents
Placenta adherents terjadi saat kontraksi rahim tidak cukup
kuat untuk benar-benar mengeluarkan plasenta. Hal ini
6
7
menyebabkan plasenta tetap longgar menempel pada dinding
rahim. Ini adalah jenis plasenta yang paling umum.
2) Trapped Plasenta
Bila plasenta berhasil terlepas dari dinding rahim namun
gagal diusir dari tubuh maka dianggap plasenta yang
terperangkap. Hal ini biasanya terjadi akibat penutupan serviks
sebelum plasenta telah dikeluarkan. Plasenta yang terperangkap
tertinggal di dalam rahim.
3) Placenta Accreta
Bila plasenta melekat pada dinding otot rahim, bukan
lapisan dinding rahim, persalinan menjadi lebih keras dan sering
rmenyebabkan pendarahan hebat. Transfusi darah dan bahkan
histerektomi mungkin diperlukan. Komplikasi ini disebut Placenta
Accreta.
b. Klasifikasi
Retensio plasenta dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Plasenta Percreta terjadi saat plasenta tumbuh sepanjang dinding
rahim.
2) Uterine Atony terjadi saat kontraksi wanita berhenti atau tidak
cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta dari rahim.
3) Adherent Placenta terjadi saat semua atau sebagian plasenta
menempel di dinding rahim. Dalam situasi yang jarang terjadi,
hal ini terjadi karena plasenta telah tertanam dalam rahim.
8
4) Placenta Accreta terjadi ketika plasenta telah tertanam dalam
rahim, kemungkinan diakibatkan karena bekas luka caesar
sebelumnya.
5) Trapped Placenta yang Terjebak saat plasenta terlepas dari
rahim namun tidak disampaikan. Sebagai gantinya, plasenta
menjadi terjebak di balik serviks tertutup atau serviks yang
sebagian tertutup.
c. Epidemiologi
Perdarahan merupakan penyebab kematian nomor satu
(40%–60%) kematian ibu melahirkan di Indonesia. Insidens
perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta dilaporkan
berkisar 16%–17% di Rumah Sakit Umum H. Damanhuri Barabai,
selama 3 tahun (1997–1999) didapatkan 146 kasus rujukan
perdarahan pasca persalinan akibat retensio plasenta. Dari
sejumlah kasus tersebut, terdapat satu kasus (0,68%) berakhir
dengan kematian ibu. (Joeharno,2007)
d. Etiologi
Adapun penyebab atau faktor yang mempengaruhi kejadian
retensio plasenta adalah :
1). Fungsionil
a) His kurang kuat.
b) Plasenta sukar terlepas karena mempunyai inersi di sudut
tuba, berbentuk plasenta membranasea atau plasenta
9
anularis, berukuran sangat kecil, plasenta yang sukar lepas
karena sebab-sebab tersebut diatas disebut plasenta
adesiva.
2). Patologi anatomis
a) Plasenta inkreta, dimana vili korealis tumbuh lebih dalam
menembus desidua sampai ke miometrium.
b) Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam
miometrium tetapi belum menembus serosa.
c) Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding rahim.
3). Faktor uterus
a). Kelainan bentuk uterus (bicornus, berseptum)
b). Mioma uterus
c). Riwayat tindakan pada uterus yaitu tindakan bedah sesar,
operasi uterus yang mencapai kavum uteri, abortus dan
dilakukan kuretase yang bisa menyebabkan implantasi
plasenta abnormal.
4) Umur
Retensio plasenta pada ibu bersalin juga dapat dipengaruhi
oleh usia ibu. Usia kehamilan yang beresiko adalah <20 tahun
dan > 35 tahun. Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun,
organ reproduksi belum tumbuh optimal sehingga kontraksi
uterus menjadi kurang kuat, sedangkan pada usia lebih dari 35
10
tahun sudah terjadi penurunan fungsi organ reproduksi seperti
menipisnya dinding sehingga kontraksi uterus menjadi lemah
(Soetjiningsih, 2005).
Faktor umur berpengaruh terhadap faktor power dan
passage dalam kaitannya dengan fungsi dan morfologi sistem
reproduksi. Menurut Chalik (2002), berbagai kesulitan dalam
kehamilan maupun persalinan lebih sering terjadi pada usia dini
atau remaja (kurang dari 20 tahun). Hal ini disebabkan karena
pertumbuhan dan perkembangan berbagai organ tubuh,
terutama organ reproduksi belum tercapai secara optimal.
Retensio plasenta di sebabkan karena kontraksi uterus kurang
kuat untuk melepaskan plasenta (Mochtar, 2005).
5) Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang di lahirkan oleh ibu dari anak
pertama sampai anak terakhir adapun pembagian paritas yaitu
primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai
kehamilan 28 minggu atau lebih. Multipara adalah seorang wanita
yang telah mengalami kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28
minggu dan telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih.
Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah
mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan
telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali (wikjosastro
2011).
11
Paritas Ibu pada plasenta akan terjadi kemunduran dan
cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya
fibrosis pada bekas implantasi plasenta pada persalinan
sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta akan
mengadakan perluasan implantasi dan vili khorialis akan
menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi
plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar Kimen mendapatkan
angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada plasenta,
sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio
plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Joeharno, 2007)
6) Anemia
Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan
zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka setiap persalinan
akan mengurangi persediaan zat besi tubuh dan akhirnya
menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena
darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau pengenceran dengan
peningkatan volume 30% sampai 40% yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami
anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata
berkunang-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali
selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi
kematian intrauterun, prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat
12
bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan dapat
mengakibatkan abortus, persalinan
7) Graviditas
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah
dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.
Graviditas I dan graviditas lebih dari IV mempunyai angka
kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali
hamil merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya sehingga
secara psiklogis mentalnya belum siap dan ini akan
memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu juga retensio
12lacenta sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini disebabkan
karena fungsi alat-alat vital dan organ reproduksi mulai
mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin rendahnya
hormon-hormon yang berfungsi dalam proses kematangan
reproduksi.
Kehamilan lebih dari tiga kali atau lebih dari empat,
menyebabkan rahim ibu teregang dan semakin lemah sehingga
rentan untuk terjadinya komplikasi dalam persalinan yang salah
satunya adalah kejadian retensio 12lacenta (Winkjosastro,
2011).
8) Patogenesis
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan
berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus
menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah
13
berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan
menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang
berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif,
dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil.
Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah
tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi
maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas
dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya
menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar
memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu.
Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara
serat-serat otot miometrium yang saling bersilangan.
Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan
retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta
perdarahan berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan
menggunakan pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah
membuka perspektif baru tentang mekanisme kala tiga persalinan.
Kala tiga yang normal dapat dibagi ke dalam 4 fase, yaitu:
a) Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas
tempat plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat
masih tipis.
14
b) Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat
plasenta melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2
cm).
c) Fase pelepasan placenta, fase dimana 14lacenta
menyempurnakan pemisahannya dari dinding uterus dan lepas.
Tidak ada hematom yang terbentuk antara dinding uterus dengan
plasenta. Terpisahnya plasenta disebabkan oleh kekuatan antara
plasenta yang pasif dengan otot uterus yang aktif pada tempat
melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan tempat
melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
d) Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat
plasenta bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah
dan sejumlah kecil darah terkumpul di dalam rongga rahim.
Ini menunjukkan bahwa perdarahan selama pemisahan
plasenta lebih merupakan akibat, bukan sebab. Lama kala tiga pada
persalinan normal ditentukan oleh lamanya fase kontraksi. Dengan
menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89% plasenta lepas
dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya.Tanda-tanda
lepasnya plasenta adalah sering ada pancaran darah yang
mendadak, uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin
padat, uterus meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah
berjalan turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih
panjang.
15
Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka
tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta
meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-
kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan
inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi
terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan.
Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala tiga. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan
menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan
pada tali pusat.
9) Gejala Klinis
a) Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal,
meminta informasi mengenai episode perdarahan postpartum
sebelumnya, paritas, serta riwayat 15lacenta fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat 15lacenta1515 sekarang dimana
plasenta tidak lepas secara spontan atau timbulperdarahan aktif
setelah bayi dilahirkan.
b) Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di
dalam kanalis servikalis tetapi secara parsial atau lengkap
menempel di dalam uterus.
10) Penanganan
a) Penanganan retensio placenta atau sebagian placenta.
16
(1) Resusitasi. Pemberian oksigen 100%. Pemasangan IV-line
dengan kateter yang berdiameter besar serta pemberian cairan
kristaloid (sodium klorida isotonik atau larutan ringer laktat yang
hangat, apabila memungkinkan). Monitor jantung, nadi,
tekanan darah dan saturasi oksigen. Transfusi darah apabila
diperlukan yang dikonfirmasi dengan hasil pemeriksaan darah.
(2) Drips oksitosin (oxytocin drips) 20 IU dalam 500 ml larutan
Ringer laktat atau NaCl 0.9% (normal saline) sampai uterus
berkontraksi.
(3) Plasenta coba dilahirkan dengan Brandt Andrews, jika berhasil
lanjutkan dengan drips oksitosin untuk mempertahankan
uterus.
(4) Jika 16lacenta tidak lepas dicoba dengan tindakan manual
16lacenta. Indikasi manual 16lacenta adalah: Perdarahan pada
kala tiga persalinan kurang lebih 400 cc, retensio 16lacenta
setelah 30 menit anak lahir, setelah persalinan buatan yang
sulit seperti forsep tinggi, versi ekstraksi, perforasi, dan
dibutuhkan untuk eksplorasi jalan lahir, tali pusat putus.
(5) Jika tindakan manual plasenta tidak memungkinkan, jaringan
dapat dikeluarkan dengan tang (cunam) abortus dilanjutkan
kuret sisa plasenta. Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta
dilakukan dengan kuretase. Kuretase harus dilakukan di rumah
17
sakit dengan hati-hati karena dinding rahim relatif tipis
dibandingkan dengan kuretase pada abortus.
(6) Setelah selesai tindakan pengeluaran sisa plasenta, dilanjutkan
dengan pemberian obat uterotonika melalui suntikan atau per
oral. Pemberian antibiotika apabila ada tanda-tanda infeksi dan
untuk pencegahan infeksi sekunder.
2. Retensio plasenta dengan separasi parcial
a. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan
yang akan diambil
b. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengedan. Bila ekspulsi
plasenta tidak terjadi, coba traksi terkontrol tali pusat.
c. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 Ml NS/RL dengan 40 tetes per
menit. Bila perlu, kombinasikan dengan misoprostol 400 mg per rektal
(sebaiknya tidak menggunakan ergometrin karena kontraksi tonik yang
timbul dapat menyebabkan plasenta terperangkap dalam kavum uteri)
d. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya
perforasi dan perdarahan
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan
f. Beri antibiotika profilaksis (ampisilin 2 g IV / oral + metronidazol 1
g supositoria / oral)
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi,
syok neurogenik.
3. Plasenta inkarserata
18
a. Tentukan diagnosis kerja melalui anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk menghilangkan
konstriks serviks dan melahirkan plasenta
c. Pilih fluethane atau eter untuk konstriksi serviks yang kuat, siapkan infus
oksitosin 20 IU dalam 500 Ml NS/RL dengan 40 tetes per menit untuk
mengantisipasi gangguan kontraksi yang diakibatkan bahan anastesi
tersebut.
d. Bila prosedur anestesi tidak tersedia dan dan serviks dapat dilalui
cunam ovum, lakukan manuver sekrup untuk melahirkan plasenta.
Untuk prosedur ini berikan analgesik (Tramadol 100 mg IV atau
Pethidine 50 mg IV) dan sedatif (Diazepam 5 mg IV) pada tabung pada
tabung suntik yang terpisah.
4. Plasenta Akreta
a. Tanda penting untuk diagnosis pada pemeriksaan luar adalah
ikutnya fundus atau korpus bila tali pusat ditarik. Pada
pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta karena karena
implantasi yang dalam.
b. Upaya yang dapat dilakukan pada fasilitas kesehatan dasar
adalah menentukan diagnosis, stabilisasi pasien dan rujuk ke
rumah sakit rujukan karena kasus ini memerlukan tindakan
operatif.
19
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
1) Komplikasi yang berhubungan dengan transfusi darah yang
dilakukan.
2) Multiple organ failure yang berhubungan dengan kolaps
sirkulasi dan penurunan perfusi organ.
3) Sepsis
4) Kebutuhan terhadap histerektomi dan hilangnya potensi untuk
memiliki anak selanjutnya
I. Prognosis
Prognosis tergantung dari lamanya, jumlah darah yang hilang,
keadaan sebelumnya serta efektifitas terapi, diagnosa dan
penatalaksanaan yang tepat.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta
a. Fungsionil
1). His kurang kuat.
Plasenta sukar terlepas karena mempunyai inersi di sudut tuba,
berbentuk
2). Plasenta membranasea atau plasenta anularis, berukuran
sangat kecil, plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab
tersebut diatas disebut plasenta adesiva.
20
b. Patologi anatomis
1). Plasenta inkreta, dimana vili korealis tumbuh lebih dalam
menembus desidua sampai ke plasenta.
2). Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam
plasenta tetapi belum menembus serosa.
3). Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau
peritoneum dinding plasenta.
c. Faktor uterus
1) Kelainan bentuk uterus (bicornus, berseptum)
2) Mioma uterus
3) Riwayat tindakan pada uterus yaitu tindakan bedah sesar, operasi
uterus yang mencapai kavum uteri, abortus dan dilakukan kuretase
yang bisa menyebabkan implantasi plasenta abnormal.
D. Umur
Umur/usia ibu merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi status kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu
hamil dengan umur yang relatif mudah atau sebaliknya terlalu tua
cenderung lebih mudah untuk mengalami komplikasi kesehatan
dibandingkan dengan ibu dengan kurun waktu reproduksi sehat
yakni 20-35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel-
sel reproduksi, tingkat kerja organ reproduksi serta tingkat
pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pemenuhan gizi pada
masa kehamilan.
21
Hubungannya dengan retensio plasenta, dikatakan bahwa
angka kejadian retensio placenta lebih banyak terjadi pada ibu
yang berusia muda atau ibu hamil primigravida usia di atas 35
tahun.
Menurut Toha (1998) mengatakan bahwa di Indonesia
kejadian retensio plasenta banyak dijumpai pada ibu dengan umur
muda dan paritas tinggi. Ini dikarenakan banyak wanita Indonesia
yang menikah di usia muda sedangkan endometrium belum matang
sehingga pada masa pertumbuhannya plasenta akan mengalami
hiopertropi (perluasan) dan dapat menutupi sebagian keseluruhan
jalan lahir. Makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang
progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan
nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas (Okti,
N 2009).
E. Paritas
Paritas Ibu pada plasenta akan terjadi kemunduran dan
cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis
pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya,
sehingga vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan
implantasi dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih
dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai
perkreta. Ashar Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi
22
retensio plasenta pada plasenta, sedangkan Puji Ichtiarti
mendapatkan kejadian retensio plasenta tertinggi pada paritas 4-5
(Joeharno, 2007).
F. Graviditas
Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah
dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan.
Graviditas I dan graviditas lebih dari IV mempunyai angka kematian
maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali hamil
merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya sehingga secara
psiklogis mentalnya belum siap dan ini akan memperbesar
terjadinya komplikasi. Selain itu juga retensio plasenta sering terjadi
pada graviditas tinggi hal ini disebabkan karena fungsi alat-alat vital
dan organ reproduksi mulai mengalami kemunduran yang
diakibatkan semakin rendahnya hormon-hormon yang berfungsi
dalam proses kematangan reproduksi.
Kehamilan lebih dari tiga kali atau lebih dari empat,
menyebabkan rahim ibu teregang dan semakin lemah sehingga
rentan untuk terjadinya komplikasi dalam persalinan yang salah
satunyan adalah kejadian retensio plasenta (Winkjosastro, 2011).
B. Landasan Teori
Retensio plasenta dapat disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu
faktor maternal seperti paritas, usia ibu dan faktor uterus sepertiriwayat
retensio plasenta serta riwayat endometritis (Oxorn, 2010). Faktor risiko
terjadinya retensio plasenta diantaranya adalah usia ibu bersalin berisiko
23
tinggi, yaitu usia < 20 tahun dan usia > 35 tahun. Usia< 20 tahun merupakan
usia yang berisiko dikarenakan fungsi reproduksi seorang wanita belum
berkembang dengan sempurna. Sedangkan, usia> 35 tahun fungsi
reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi
reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi
pascapersalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Wiknjosastro,2007)
Faktor usia ibu relatif tua yang berisiko tinggi dapat menyebabkan
inkoordinasi kontraksi otot rahim sehingga dapat mengganggu proses
pelepasan plasenta dari dinding rahim (Manuaba, 2010) Makin tua usia ibu
maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga
untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta
yang lebih luas, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili
khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan
terjadi plasentaadhesiva sampai perkreta (Oxorn, 2010)
Pada paritas tinggi juga mengalami peningkatan resiko
kejadian retensio plasenta pada persalian berikutnya, halm ini karena
pada setiap kehamilan jaringan fibrosa menggantikan serat otot di
dalam uterus sehingga dapat menurunkan kontraktilitasnya dan
pembuluh darah menjadi lebih sulit di kompresi dan menyebabkan
perlengketan ditempat implantasi (Fraser & Coper, 2009)
Ibu dengan anemia dapat menimbulkan gangguan pada kala
uri yang diikuti retensioplasenta dan perdarahan postpartum
(Wiknjosastro, 2011).
24
C. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Joeharno; 2007, Winkjosastro; 2007, Oxorn;2010,
D. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Paritas
Retensio Plasenta
Anemia
Faktor-faktor yang menyebabkan retensio plasenta: 1. His 2. Faktor plasenta 3. Paritas 4. Graviditas 5. Umur 6. Anemia
1. Paritas 2. Umur 3. Anemia
Retensio Plasenta
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu
jenis penelitian dimana untuk mendeskripsikan fakta mengenai suatu
keadaan secara objektif.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli tahun 2018.
2. Tempat Penelitian
Di ruang bersalin (Teratai) Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin
dengan Retensio Plasenta Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari periode Tahun 2016-2017 berjumlah 40 orang yang pernah
dirawat di ruang bersalin Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Kendari.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi
penelitian yaitu seluruh ibu bersalin dengan retensio placenta Di
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Periode Tahun 2016-
25
26
2017. Teknik sampling yang digunakan adalah Total sampling yaitu
metode sampling dimana peneliti mengambil sampel penelitian
sesuai dengan jumlah populasi yang telah ditentukan.
D. Defenisi Operasional
1. Retensio Plasenta adalah keaadaan dimana plasenta belum lahir
dalam waktu 30 menit atau 1 jam setelah bayi lahir yang ditentukan
oleh dokter dan dilihat dari status ibu atau les pasien.
Kriteria objektif :
a. Retensio plasenta: jika plasenta lahir > 30 menit
b. Tidak retensio plasenta: jika plasenta lahir ≤ 30 menit
(Nugroho, 2012)
2. Umur adalah Berapa tahun lama waktu hidup sejak di lahirkan
sampai pada saat persalinan di lihat dari rekam medik ibu.
Kriteria objektif :
a. Umur beresiko <20 tahun dan >35 tahun.
b. Umur tidak beresiko 20-35 tahun
(Manuaba, 2011)
5. Anemia dalam kehamilan adalahkondisi ibu dengan kadar
haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar
haemoglobin kurang dari 10,5 gr% pada trimester 2 sesuai dengan
status ibu yang diperoleh dari rekam medik. Kriteria objektif :
a. Anemia ringan : Hb 9,00-10,00 gr%
b. Anemia sedang : Hb 7,00-8,00 gr%
c. Anemia berat : Hb <7,00 gr%
(Saifuddin, 2012)
27
6. Paritas adalah jumlah persalinan yang telah dialami oleh ibu yang
tertera dalam buku register (Manuaba, 2007)
a. Primipara
b. Multipara
c. Grande multipara
E. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data dalam penelitian ini secara keseluruhan menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari catatan rekam medik di Rumah
Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Data tersebut meliputi
gambaran umum lokasi penelitian dan data yang berhubungan
dengan variabel penelitian yaitu data tentang umur ibu, paritas dan
Anemia.
2. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data sekunder
tentang umur ibu, paritas dan anemia, diperoleh dari catatan rekam
medik Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari.
F. Pengolahan Data
Pengolahan Data
1. Editing
Editing adalah suatu upaya memeriksa kembali dan memperbaiki
kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.
2. Coding
28
Coding adalah kegiatan mengubah data yang berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Tabulating
Tabulating adalah tahap dimana data yang sudah lengkap
dimasukkan dalam tabel data sesuai masing-masing variabel,
sehingga mempermudah dalam menganalisa variabel.
(Notoatmodjo,2010).
G. Analisis data
1. Analisis Univariat
Analisa ini bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yaitu retensio
plasenta dengan umur, paritas, dan anemia. Bentuk analisa univariat
tergantung dari jenis datanya. Analisis dalam penelitian ini
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variable
dengan menggunakan rumus penentuan besarnya presentase.
H. Penyajian Data
Data yang didapatkan ditabulasi dan diolah dalam bentuk
tabel agar lebih singkat, memberi informasi yang di jelaskan dan di
sertai penjelasan.
Rumus :
X=
Keterangan :
f = Frekuensi kategori variabel yang diteliti
29
n = Jumlah sampel penelitian
K = Konstanta (100%)
X = Persentase hasil yang dicapai
(Sugiono, 2000)
Penyajian data disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel
distribusi disertai penjelasan-penjelasan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya RSUD Kota Kendari
RSUD Kota Kendari awalnya terletak di kota
Kendari,tempatnya di Kelurahan Kandai Kecamatan Kendari
dengan luas lahan 3.527 M² dan luas bangunan 1.800 M². RSUD
Kota Kendari merupakan bangunan atau gedung peninggalan
pemerintah Hindia Belanda yang didirikan pada tahun 1927 dan
telah mengalami beberapa perubahan antara lain :
a. Dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1927.
b. Dilakukan rehabilitasi oleh pemerintah Jepang pada tahun 1942-
1945.
c. Menjadi Rumah Sakit Tentara padatahun 1945-1960.
d. Menjadi RSU Kabupaten Kendari pada tahun 1960-1989.
e. Menjadi Puskesmas Gunung Jati pada tahun 1989-2001.
f. Menjadi RSU Kota Kendari pada tahun 2001 berdasarkan Perda
Kota Kendari No.17 tahun 2001.
g. Diresmikan penggunaannya sebagai RSUD Abunawas Kota
Kendari oleh Bapak Walikota Kendari pada tanggal 23 Januari
2003.
30
31
h. Pada tahun 2008 oleh pemerintah kota kendari telah
membebakan lahan seluas 13.000 ha untuk relokasi Rumah
Sakit yang dibangun.
i. Pada tanggal 09 Desember 2011 RSUD Abunawas Kota
Kendari resmi menempati Gedung baru yang terletak di
Jl.Brigjen Z.A Sugianto No : 39 Kel. Kambu Kec. Kambu Kota
Kendari.
j. Pada tanggal 12-14 Desember 2012 telah divitasi oleh Tim
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), dan berhasil
terakreditasi penuh sebanyak pelayanan ( Administrasi dan
Manajemen, Rekam Medik, pelayanan keperaatan, pelayanan
Medik dan IGD).
k. Berdasarkan SK Walikota Kendari No16 tahun 2015 tanggal 13
Mei 2015 dikembalikan namanya menjadi RSUD Kota Kendari
sesuai PERDA Kota Kendari No. 17 Tahun 2001.
2. Sarana Gedung
RSUD Kota Kendari saat ini memiliki sarana gedung sbb :
a. Gedung anthurium (Kantor)
b. Gedung Bougenvile (Poliklinik)
c. Gedung IGD
d. Gedung Matahari (Radiologi)
e. Gedung Cryasant (Kamar Operasi)
f. Gedung asoka ( ICU )
32
g. Gedung Teratai (obgyn-ponek)
h. Gedung lavender ( rawat inap penyakit dalam)
i. Gedung mawar ( rawat inap anak )
j. Gedung melati (rawat inap bedah)
k. Gedung Tulip (rawat inap saraf dan THT)
l. Gedung Anggrek ( rawat inap VIP,KLS 1, dan KLS 2)
m. Gedung instalasi Gizi
n. Gedung laundry
o. Gedung laboratorium
p. Gedung kamar jenazah
q. Gedung VIP
r. Gedung PMCC (Private Medical Care)
Dalam menunjang pelaksanaan kegiatan rsud Kota Kendari
dilengapi dengan 4 unitmobil ambulance, 1 buah mobil
direktur,10 buah mobil dokter spesialis dan 10 buah sepeda
motor.
3. Ketenagaan
Jumlah tenaga kerja yang ada di rsud Kota kendari terdiri dari
a. Tenaga medis
b. Tenaga para medis
c. Tanaga para medis non perawatan
d. Tenaga administrasi
33
4. Visi, Misi, Fungsi, Nilai – Nilai Dasar, Motto, Tuga Pokok dan
strategi
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya RsUD Kota Kendari
mempunyai Visi dan misi.
a. Visi
„’RUMAH SAKIT PILIHAN MAYARAKAT’’
b. Misi
1) Meningkatkan pelayanan kesehatan dengan menciptakan
pelayanan yang bermutu, cepat, tepat serta terjangkau leh
masyarakat.
2) Mendorong masyarakat untuk memenfaatan rsud Kota
Kendari menjadi RS mitra keluarga.
3) Meningkatkan SDM, sarana dan prasarana medis serta non
medis serta penunjang medis agar tercipta kondisi yang
aman dan nyaman bagi petugas, pasien dan keluarganya
serta masyarakat pada umumnya.
c. Motto
Senyum, salam, sapa, santun dan empati kepada setiap
pengguna jasa Rumah Sakit.
d. Tuga Pokok
Melakukan upaya kesehatan secara berdaya guna dan
berhaya guna dan berhasil guna cara mengutamakan upaya
penyembuhan, pemulihan yang dilakukan secara
34
serasi,terpadu dengan upaya peningatan dan pencegahan
serta melaksanakan upaya rujukan.
e. Fungsi
Untuk melaksankan tugas pokok tersebut,maka rsud Kota
Kendari bertanggung jawab dalam pelayanan kesehatan dan
berfungsi :
1) Menyelenggarkan pelayanan medis
2) Menyelenggarkan pelayanan penunjang medis dan non
medis.
3) Menyelenggarkan pelayanan dan asuhan keperawatan.
4) Menyelenggarkan pendidikan dan latihan.
f. Nilai – Nilai Dasar
1) Kejujuran
2) Keterbukaan
3) Kerendahan hati
4) Kesediaan melayi
5) Kerja keras
6) Kasih sayang
7) loyalitas
g. strategi
1) meningkatkan mutu pelayanan secara optimal.
35
2) Meningkatkan sumber daya manusia yang handal
dibanding kesehatan yag berorientasi pada tugas, melalui
pendidikan dan latihan.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana medis dan non medis
seuai kebutuhan.
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di ruang bersalin
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
dengan cara mengumpulkan data sekunder terdapat 40 ibu dengan
retensio plasenta, dari 40 ibu bersalin dengan retensio plasenta
tersebut semuanya dijadikan sampel dalam penelitian ini. faktor-faktor
yang mempengaruhi berdasarkan umur, paritas dan anemia,
didapatkan 40 kasus ibu yang bersalin dengan retensio plasenta.
Setelah data sekunder dikumpulkan, kemudian dilakukan analisis
statistik sesuai dengan tujuan penelitian selanjutnya dibahas dalam
bentuk tabel serta penjelasan sebagai berikut :
a. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Ditinjau
Dari Segi Umur Ibu.
Distribusi faktor kejadian retensio plasenta berdasarkan umum ibu disajikan dalam tabel berikut
36
Tabel 1: Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan Umur Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017.
Umur Frekuensi (n) Persen (%)
Berisiko
(<20 dan >35 tahun) 24 60
Tidak Berisiko
(20-35 tahun) 16 40
Total 40 100
Sumber : Data Sekunder Diolah 2018
Berdasarkan tabel 1 diatas, dari 40 kasus retensio plasenta
yang paling banyak mengalami retensio plasenta yaitu ibu dengan
umur berisiko yaitu (<20 dan > 30 tahun) sebanyak 24 orang
(60%), dan yang paling sedikit adalah ibu dengan umur 20–30
tahun sebanyak 16 orang (40%).
b. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Ditinjau
Dari Segi Paritas Ibu.
Tabel 2: Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan Paritas Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017.
Paritas Frekuensi (f) Persen (%)
Primipara 9 22,5
Multipara 14 35
Grande Multipara 17 42,5
Total 40 100
Sumber : Data Sekunder Diolah 2018 Berdasarkan tabel 2 diatas, dari 40 kasus retensio plasenta
yang paling banyak mengalami retensio plasenta yaitu ibu dengan
paritas grande multipara sebanyak 17 orang (42,5%), sedangkan
37
ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta dengan paritas
multipara sebanyak 14 orang (35%) dan ibu bersalin yang
mengalami retensio plasenta yang paling sedikit adalah ibu
bersalin dengan paritas primipara yaitu sebanyak 9 orang (22,5%).
c. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Ditinjau
Dari Anemia Ibu.
Tabel 3: Distribusi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Retensio Plasenta Berdasarkan Anemia Ibu di RSUD Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2016-2017.
Anemia Frekuensi (f) persen (%)
Ringan 22 55
Sedang 15 37,5
Berat 3 7,5
Total 40 100
Sumber : Data Sekunder Diolah 2018 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan, dari 40 ibu bersalin yang
mengalami retensio plasenta dengan anemia ringan sebanyak 22
orang (55%), ibu yang mengalami retensio plasenta dengan
anemia sedang sebanyak 15 orang (37,5%), dan ibu yang
mengalami retensio plasenta dengan anemia berat sebanyak 3
orang (7,5%).
C. Pembahasan
1. Umur
Pada tabel 1 menunjukkan dari 40 kasus retensio plasenta
yang paling banyak mengalami retensio plasenta yaitu ibu dengan
umur berisiko yaitu (<20 dan > 30 tahun) sebanyak 24 orang (60%),
38
dan yang paling sedikit adalah ibu dengan umur 20–30 tahun
sebanyak 16 orang (40%).
Faktor risiko terjadinya retensio plasenta diantaranya adalah
usia ibu bersalin berisiko tinggi yaitu usia <20 tahun dan >35 tahun.
Usia <20 tahun merupakan usia yang berisiko dikarenakan fungsi
reproduksi seorang wanita belum berkembang dengan sempurna.
Sedangkan usia >35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah
mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal
sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca
persalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Winkjosastro,
2011).
Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanto
(2015) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu
bersalin dengan kejadian retensio plasenta. Faktor risiko terjadinya
retensio plasenta yang menyebabkan perdarahan post persalinan
dan mengakibatkan kematian maternal pada wanita hamil yang
melahirkan pada usia dibawah 20 tahun dengan 2-5 kali lebih tinggi
daripada perdarahan pasca persalinan yang terjadi pada usia 20-29
tahun. Perdarahan pasca persalinan meningkat kembali setelah
usia 30-35 tahun (Mochtar, 2014).
2. Paritas
Pada tabel 2 menunjukkan, dari 40 kasus retensio plasenta yang
paling banyak mengalami retensio plasenta yaitu ibu dengan
39
paritas grande multipara sebanyak 17 orang (42,5%), sedangkan
ibu bersalin yang mengalami retensio plasenta dengan paritas
multipara sebanyak 14 orang (35%) dan ibu bersalin yang
mengalami retensio plasenta yang paling sedikit adalah ibu bersalin
dengan paritas primipara yaitu sebanyak 9 orang (22,5%).
Paritas tinggi menjadi salah satu faktor predisposisi tingginya
kejadian perdarahan postpartum salah satunya retensio palsenta.
Ibu dengan paritas grande multipara berpeluang besar menderita
retensio plasenta karena pada setiap kehamilan dan persalinan
terjadi perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan
kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk
melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
sehingga menyebabkan perdarahan (Manuaba, 2007).
Uterus yang telah melahirkan banyak anak cenderung
bekerja tidak efisien dalam semua kala persalinan. Paritas lebih
dari empat mempunyai risiko besar untuk terjadinya perdarahan
pasca persalinan karena pada multipara otot uterus sering
diregangkan sehingga dindingnya menipis dan kontraksinya
menjadi lemah. Risiko untuk terjadinya perdarahn persalinan akan
menjadi 4 kali lebih besar pada ibu yang paritasnya lebih dari satu
atau sama dengan 4 (Cunningham et al. 2004).
40
3. Anemia
Pada tabel 3 menunjukkan, dari 40 ibu bersalin yang
mengalami retensio plasenta dengan anemia ringan sebanyak 22
orang (55%), ibu dyang mengalami retensio plasenta dengan
anemia sedang sebanyak 15 orang (37,5%), dan ibu yang
mengalami retensio plasenta dengan anemia berat sebanyak 3
orang (7,5%).
Anemia pada ibu hamil dan bersalin dapat menyebabkan
kontraksi serat-serat myometrium terutama yang berada di sekitar
pembuluh darah yang mensuplai darah pada tempat perlengketan
plasenta menjadi lemah sehingga memperbesar resiko terjadinya
retensio plasenta karena myometrium tidak dapat berkontraksi.
Ibu dengan anemia dapat menimbulkan gangguan pada kala
uri yang di ikuti retensio plasenta dan perdarahn postpartum. Ibu
yang memasuki persalinan dengan konsentrasi hemoglobin yang
rendah (di bawah 10 gr/dl) dapat mengalami penurunan yang lebih
cepat lagi jika terjadinya perdarahan, bagaimanapun kecilnya.
Anemia berkaitan dengan debilitas yang merupakan penyebab
lebih langsung terjadinya retensio plasenta (Winkjosastro, 2011).
Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat
besi, ekhilangan darah pada persalinan yang lalu, dan penyakit-
penyakit kronik. Retensio plasenta terjadi karena ibu mengalami
anemia selama hamil. Dalam kehamilan penurunan kadar
41
haemoglobin yang dijumpai selama kehamilan disebabkan oleh
karena dalam kehamilan keperuan zat makanan bertambah dan
terjadinya perubahan-perubahan dalam darah. Penambahan
volume plasma yang relatif besar daripada penambahan massa
haemoglobin dan volume sel darah merah. Bertambhanya el-sel
darah kurang jika dibandingkan dengan bertambahnya plasma
sehingga terjadi pengenceran darah (Winkjosastro, 2011).
42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
1. Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak terjadi pada
umur berisiko yaitu (<20 tahun dan > 35 tahun) sebanyak 24 orang
(60%) dan paling sedikit pada umur 20–35 tahun sebanyak 16 orang
(40%).
2. Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak
terjadi pada paritas grande multipara sebanyak 17 orang
(42,5%) dan paling sedikit pada paritas primipara sebanyak 9
orang (22,5%).
3. Dari 40 orang ibu dengan retensio plasenta paling banyak
terjadi pada ibu yang menderita anemia ringan sebanyak 22
orang (55%) dan paling sedikit pada ibu yang menderita anemia
berat sebanyak 3 orang (7,5%).
B. Saran
Sejalan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam uraian
sebelumnya, ada beberapa saran yang penulis ingin sampaikan yaitu :
1. Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari
dan staf khususnya bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
antenatal care dalam upaya menurunkan angka kejadian ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
2. Diharapkan kepada ibu untuk meningkatkan informasi tentang
pentingnya pemeriksaan kehamilan serta komplikasi-komplikasi
42
43
yang bisa timbul selama kehamilan, persalinan dan nifas dalam
upaya menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
3. Diharapkan bagi masyarakat untuk selalu mengikuti
penyuluhan-penyuluhan mengenai kesehatan dengan tujuan
mendapatkan informasi baru tentang kesehatan khususnya
mengenai kehamilan dan kemungkinan komplikasi-komplikasi
yang dapat terjadi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, 2006,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prakte, Rineka Cipta, Jakarta
Cunningham et al. 2004. Obstetri williams. Jakarta : EGC
Darwis, S, 2003,Metode Penelitian Kebidanan Prosedur, Kebijakan dan Etik,EGC, Jakarta
FK, UNPAD, 2004,Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Ed-2. EGC, Jakarta
Fraser, Diane; A coper, Margaret, 2009. Myles Buku Ajar Kebidanan.
Jakarta: EGC
Joeharno, 2007, Retensio Plasenta. http://www.alhamsyah.com, Akses tanggal 28 April 2018
Manuaba, IBG,2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, Arcan, Jakarta
Mochtar, Rustam, 2010. Sinopsis obstetri fisiologi obstetri patologi.
Jakarta : EGC. Notoatomodjo, Sl, 2005,Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Oxorn, Harry. 2010. Ilmu Kebidanan: Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (YEM)
Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. 2016. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Kendari
Profik kesehatan Indonesia. 2016. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia Ryanto, Muh, Faktor Risiko Kejadian Retensio Plasenta Pada Ibu Bersalin
Di Rsud Dr. H. Bob Bazar, Skm Kalianda Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No. 1 Edisi Juni 2015 ISSN: 19779-469X
Taber, Ben-Zion, 2000,Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi,EGC, Jakarta
45
United Nation Development Program. 2016. Sustainable Development Program.
Winkjosastro, 2011. Ilmu Kebidanan,Yayasan Bina Pustaka, Jakarta
World Health Organisation. 2016. Maternal Mortality. (http//www.who.int./
media centre/factsheets/fs348/en/2016) (di akses 20 april 2018).
46
LAMPIRAN
47
Statistics
RETENSIO
PLASENTA
UMUR
RESPONDEN
PARITAS
RESPONDEN
ANEMIA
RESPONDEN
N Valid 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0
Mean 1.00 1.40 2.20 3.05
Std. Error of Mean .000 .078 .125 .168
Median 1.00 1.00 2.00 3.50
Std. Deviation .000 .496 .791 1.061
Std. Error of Skewness .374 .374 .374 .374
Minimum 1 1 1 1
Maximum 1 2 3 4
Sum 40 56 88 122
Skewness .424 -.380 -.511
Frequency Table
RETENSIO PLASENTA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid RETENSIO PLASENTA 40 100.0 100.0 100.0
UMUR RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid BERISIKO (<20 DAN >35) THN 24 60.0 60.0 60.0
TIDAK BERISIKO (20-35) THN 16 40.0 40.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
48
PARITAS RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid PRIMIPARA 9 22.5 22.5 22.5
MULTIPARA 14 35.0 35.0 57.5
GRANDE MULTIPARA 17 42.5 42.5 100.0
Total 40 100.0 100.0
ANEMIA RESPONDEN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ANEMIA BERAT 3 7.5 7.5 7.5
ANEMIA SEDANG 15 37.5 37.5 45.0
ANEMIA RINGAN 22 55.0 55.0 100.0
Total 40 100.0 100.0
1
Lampiran 1.
MASTER TABEL
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN RETENSIO PLASENTA
DI RSUD KOTA KENDARI PRIODE TAHUN 2016-2017
NO. Nama
Pasien
Umur Paritas Anemia
Retensio
Plasenta <20
dan>35 20-35 Primi Multi Grande
(Ringan)
>10,00gr
-90,00gr
(Sedang)
>8,00gr
– 7,00gr
(Berat)
>7,00gr
1 Ny. N
2 Ny. I
3 Ny.A
4 Ny.A
5 Ny.L
6 Ny.N
7 Ny.J
2
8 Ny.H
9 Ny.L
10 Ny.N
11 Ny.P
12 Ny.J
13 Ny.T
14 Ny.S
15 Ny.L
16 Ny.R
17 Ny.M
18 Ny.A
3
19 Ny.A
20 Ny.A
21 Ny.S
22 Ny.L
23 Ny.D
24 Ny.A
25 Ny.S
26 Ny.A
27 Ny.N
28 Ny.W
29 Ny.S
30 Ny.R
31 Ny.A
32 Ny.R
33 Ny.Y
4
34 Ny.Y
35 Ny.N
36 Ny.A
37 Ny.M
38 Ny.Y
39 Ny.H
40 Ny.Y
1
2
3
4
5
6
7
DOKUMENTASI
Recommended