View
239
Download
7
Category
Preview:
Citation preview
IMPLEMENTASI DONGENG MELALUI MEDIA BONEKA DALAMMENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
DI WISMA POJOK DONGENGYOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu PendidikanUniversitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratanguna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OlehArief Insan MustakimNIM 07102241028
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
SEPTEMBER 2012
v
MOTTO
Work it harder, make it better, do it faster, make us stronger
(Duft punk)
If you can imagine it, you can make it
(Marco Tempes)
vi
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk :
1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu
besar
2. Agama, Nusa, dan Bangsa
3. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang tidak pernah lupa
dan tak pernah lekang menyisipkan do’a- do’a mulia
untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.
Terimakasih atas dukungan moral dan pengorbanan
tanpa pamrih yang telah diberikan.
vii
IMPLEMENTASI DONGENG MELALUI MEDIA BONEKA DALAMMENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI WISMA
POJOK DONGENG YOGYAKARTA
OlehArief Insan MustakimNIM. 07102241028
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) Pelaksanaanprogram peningkatan kreatifitas anak usia dini di Wisma Pojok; (2) Bagaimanadampak setelah mengikuti program peningktatan kreativitas anak usia dini melaluidongeng boneka; (3) Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambatdalam proses pelaksanaan program peningktatan kreativitas anak usia dini melaluibongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitianini adalah pengelola Wisma Pojok Dongeng, orang tua peserta didik di WismaPojok Dongeng. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metodeobservasi, wawancara, dokumentasi. Teknik triangulasi yang digunakan dalamkeabsahan data yaitu teknik triangulasi sumber data.
Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data diperoleh temuanpenelitian bahwa: (1) Dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan kreatifitas anakusia dini di Wisma Pojok dongeng mencakup tiga tahap, yaitu persiapan,pelaksanaan, dan evaluasi; (2) Hasil implementasi dongeng boneka dalamkegiatan pengembangan kreatifitas anak usia dini di Wisma Pojok dongengmenunjukan sikap yang lebih aktif pada peserta didik dan mampu bersikapinovatif dan imajinatif dalam berfikir dan bertindak; (3) Faktor Pendukung (a)Semangat warga belajar yang tinggi dalam mengikuti kegiatan Wisma PojokDongeng; (b) Fasilitas sarana dan prasarana yang tersedia sesuai dengankebutuhan; (c) Dukungan dari berbagai pihak, (4) Faktor penghambat yangdihadapi Wisma Pojok Dongeng dalam melaksanakan kegiatannya antara lain, (a)Pesertadidik memiliki karakteristik belajar yang berbeda-beda; (b) Waktupelaksanaan kegiatan yang bisa sewaktu-waktu berubah; (c) Kegiatan pengelola diluar Wisma Pojok Dongeng; (d) Masalah internal yang dihadapi Wisma PojokDongeng seperti kekurangan dana yang terpaksa membuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri.
Kata kunci: Implementasi Dongeng Melalui Media Boneka, Kreativitas, AnakUsia Dini
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat limpahan rahmat serta karuniaNya yang tidak terhingga kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berisi tentang
“Implementasi Dongeng Boneka Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak Usia
Dini di Wisma Pojok Dongeng, Klitren kota Yogyakarta”. Penyusunan skripsi ini
dilakukan sebagai syarat diajukan dalam rangka menyelesaikan Studi Strata I
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan. Penulisan laporan penelitian ini tidak
lepas dari sumbangan ide, pemikiran dan bantuan materiil dari berbagai pihak.
Oleh karena itu selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk melaksanakan kuliah di Universitas Negeri
Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan fasilitas dan kemudahan sehingga studi saya lancar.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah yang telah memberikan
kemudahan dalam proses pengajuan skripsi ini serta dalam memberikan
saran dalam penampilan dan tingkah laku.
4. Bapak Hiryanto, M.Si. selaku pembimbing I dan Bapak RB. Suharta,
M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah sabar dan tabah serta
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulisan
skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen PLS yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN .................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................... 9
C. Pembatasan Masalah .............................................................. 9
D. Rumusan Masalah .................................................................. 9
E. Tujuan Penelitian .................................................................... 10
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 10
G. Pembatasan Istilah ................................................................... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ............................................................................ 12
1. Kajian tentang Dongeng...................................................... 12
a. Pengertian Dongeng....................................................... 12
b. Unsur-Unsur dalam Dongeng........................................ 14
c. Macam-Macam Dongeng .............................................. 18
2. Kajian tentang Kreativitas .................................................. 20
Halaman
xi
a. Pengertian Kreatifitas .................................................. 20
b. Pengertian Anak Kreatif ............................................... 21
c. Karakteristik Anak Kreatif ........................................... 21
d. Pengembangan Kreativitas ............................................ 25
e. Kondisi Penghambat dan Pengembang Kreativitas ....... 27
3. Kajian tentang Anak Usia Dini ........................................... 31
a. Pengertian Anak Usia Dini ........................................... 31
b. Karakteristik Anak Usia Dini ........................................ 31
c. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini............... 34
4. Kajian tentang Wisma Pojok Dongeng .............................. 38
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 40
C. Kerangka Berpikir .................................................................. 42
D. Pertanyaan Penelitian .............................................................. 44
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ............................................................ 45
B. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................. 45
C. Subyek Penelitian .................................................................... 46
D. Sumber Data............................................................................ 47
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 47
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 49
G. Penarikan Kesimpulan............................................................. 51
H. Keabsahan Data ...................................................................... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian ........................................................ 56
1. Deskripsi Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta ................... 56
a. Sejarah Berdirinya Wisma Pojok Dongeng ................. 56
b. Letak Geografis Wisma Pojok Dongeng ...................... 57
c. Visi dan Misi Wisma Pojok Dongeng .......................... 57
d. Tujuan Wisma Pojok Dongeng..................................... 58
xii
e. Fungsi Wisma Pojok Dongeng ..................................... 58
f. Organisasi Wisma Pojok Dongeng ............................... 59
g. Fasilitas Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta ............... 59
h. Program Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta............... 60
i. Jaringan Kerjasama....................................................... 60
j. Pendanaan Kegiatan Wisma Pojok Dongeng ............... 60
B. Hasil Penelitian ......................................................................... 61
1. Proses Persiapan Pelaksanaan Kegiatan di Wisma Pojok
Dongeng Yogyakarta ......................................................... 62
2. Proses Pelaksanaan Kegiatan Dongeng Boneka di Wisma
Pojok Dongeng................................................................... 68
3. Sumber Materi Wisma Pojok Dongeng ............................. 75
4. Evaluasi Kegiatan Wisma Pojok Dongeng ........................ 75
5. Faktor Penghambat dan Pendukung................................... 78
C. Pembahasan............................................................................... 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................ 91
B. Saran .......................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 94
LAMPIRAN................................................................................................. 96
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pengkodean .................................................................................... 59
Tabel 2. Fasilitas-Fasilitas Wisma Pojok Dongeng ...................................... 62
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Berpikir ................................................................ 44
Gambar 2. Persiapan Pelaksanaan........................................................... 65
Gambar 3. Karakter Boneka.................................................................... 66
Gambar 4. Dekorasi Panggung Boneka .................................................. 68
Gambar 5. Kegiatan Pembuka ................................................................ 70
Gambar 6. Kegiatan Inti ......................................................................... 72
Gambar 7. Kegiatan Istirahat ................................................................. 73
Gambar 8. Kegiatan Penutup ................................................................. 74
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Observasi ........................................................... 97
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ..................................................... 98
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ......................................................... 99
Lampiran 4. Catatan Wawancara ........................................................... 103
Lampiran 5. Catatan Lapangan .............................................................. 118
Lampiran 6. Catatan Dokumentasi ......................................................... 130
1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kreativitas merupakan suatu tuntutan pendidikan dan kehidupan yang
sangat penting pada saat ini. Kreativitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan
perkembangan baru dalam suatu kehiduapan. Individu dan organisasi yang kreatif
akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya karena mereka dapat mampu memenuhi
kebutuhan lingkungan yang terus berubah dan mampu untuk bertahan dalam
kompetisi global yang dinamis dan ketat.
Potensi kreatif yang sangat penting tersebut pada dasarnya dimiliki oleh
setiap anak, bahwa anak-anak memiliki ciri-ciri oleh para ahli sering digolongkan
sebagai ciri individu kreatif, misalnya: rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya,
imajinasi yang tinggi, berani menghadapi resiko, senang akan hal-hal yang baru, dan
lain sebaginya. Meskipun demikian faktor orang tua, guru di sekolah, dan lingkungan
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi perkembangan kreativitas
tersebut.
Dunia anak-anak merupakan pewarnaan emosional yang paling nyata.
Kompetensi-kompetensi dini yang dihasilkan anak-anak akan mendorong kreativitas
mereka selanjutnya. Anak-anak merupakan objek paling murni untuk digali
kemampuannya melalui kreativitas yang tercipta. Mereka bukanlah miniatur orang
dewasa. Perlakuan khusus sebagai anak-anak sangat mereka butuhkan. Kreativitas
merupakan suatu aktivitas dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau
2
kombinasi baru berdasarkan unsur-unsur yang telah ada sebelumnya menjadi sesuatu
yang berarti dan bermanfaat. Kreativitas dapat terwujud di mana saja, kapan saja dan
oleh siapa saja tanpa memandang usia maupun tingkat pendidikan tertentu.
Menyibukkan diri dengan melakukan hal-hal yang kreatif sangat bermanfaat dan
memberikan kepuasan tersendiri. Tidak dipungkiri lagi bahwa kreativitas dapat
meningkatkan kualitas hidup. Ide-ide kreatif yang tercipta dapat berguna bagi diri
sendiri, orang lain bahkan Negara terbukti dengan pesatnya kemajuan teknologi dan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan. Semua itu merupakan salah satu
sumbangan kreativitas. Jadi, kreativitas harus dipupuk sejak dini sehingga anak-anak
kelak tidak hanya menjadi konsumen saja namun bisa melahirkan dan menciptakan
sesuatu yang bermakna dan berguna.
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang berlangsung secara terus
menerus dan bersifat alami. Dari generasi ke generasi masyarakat suatu bangsa akan
mengalami pertumbuhan yang berbeda dimana kualitas masyarakatnya akan
ditentukan oleh pengalaman dan pembelajaran yang diperoleh dan dimilikinya baik
secara formal non formal maupun informalv. Masyarakat yang memperoleh
pengalaman dan pembelajaran yang berkualitas tentu saja akan menjadikan generasi
yang berkualitas pula, begitu juga sebaliknya. Salah satu indikator yang menentukan
kualitas suatu generasi masyarakat ditentukan oleh pendidikan yang diperoleh semasa
hidupnya.
Dalam penelitian lain, Bloom, dalam Sujiono (2005: 10) mengemukakan
bahwa pengembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal
3
kehidupan anak. Sekitar 50 % variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi
ketika anak berusia 4 tahun, Peningkatan 30 % berikutnya terjadi pada usia 8 tahun
dan 20 % sisanya pada pertengahan atau akhir dasa warsa kedua. Ini berarti bahwa
pengembangan yang terjadi pada usia 0-4 tahun sama besarnya dengan
pengembangan yang terjadi pada usia 4 tahun hingga 15-20 tahun. Pengembangan
yang terjadi pada usia 4-8 tahun lebih besar daripada pengembangan yang terjadi
pada usia 8 tahun hingga 15-20 tahun. Dalam kaitan ini Bloom mengatakan bahwa 4
tahun pertama merupakan kurun waktu yang sangat peka terhadap kaya miskinnya
lingkungan yang akan stimulasi
Konsep kreativitas anak usia dini dan orang dewasa sangat berbeda.
Kreativitas dalam pengertian orang dewasa berarti keberadaan keahlian, keterampilan
dan motivasi diri. Orang dewasa yang kreatif diindikasikan sebagain individu yang
memiliki keterampilan teknik prima, kemampuan, dan memiliki bakat. Mereka juga
memiliki gaya dan karya yang mempesona, keterbukaan ide yang mengagumkan, dan
konsentrasi serta ketekunan yang luar biasa.
Kreativitas pada anak memiliki ciri-ciri tersendiri. Kreativitas anak usia dini
dikoridori oleh keunikan gagasan dan dan tumbuhnya imajinasi serta fantasi. Anak-
anak yang kreatif sensitif terhadap stimulasi. Mereka juga tidak dibatasi oleh frame-
frame apapun. Artinya, mereka memiliki kebebasan dan kaleluasaan beraktivitas.
Anak kreatif juga cenderung memiliki keasikan dalan beraktivitas. Kreativitas anak
usia dini juga ditandai dengan kemampuan membentuk imajinasi mental, konsep
4
berbagai hal yang tidak hadir dihadapannya. Anak usia dini juga memiliki fantasi,
imajinasi untuk membentuk konsep yang mirip dengan dunia nyata.
Kreatifitas adalah hasil dari proses interaksi antara individu dan
lingkungannya. Seseorang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan di mana
ia berada, dengan demikian baik perubahan didalam individu maupun didalam
lingkungan dapat menunjang atau dapat menghambat upaya kreatif. Implikasinya
adalah bahwa kemampuan kreatif dapat ditingkatkan melalui pendidikan. Mengingat
bahwa kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki oleh setiap orang,
yang dapat ditemukenali dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat, salah satu
masalah yang kritis adalah bagaimana dapat menemukenali potensi kreatif siswa dan
bagaimana dapat mengembangkannya melalui pengalaman pendidikan.
Hurlock (1978: 2), menyatakan para psikologi, sosiolog, dan ilmuan lainnya
telah mengetahui pentingnya kreativitas bagi individu dan masyarakat. Meskipun
telah diketahui, kreativitas masih salah satu objek penelitian ilmiah yang paling
diabaikan. Terdapat banyak alasan bagi pengabaian tersebut. Pertama, adanya
keyakinan tradisional bahwa kreativitas biasanya disebut “jenius”, diturunkan dan
tidak ada yang dapat dilakukan untuk membuat orang kreatif. Sudah merupakan suatu
keyakinan bahwa orang-orang dilahirkan dengan “percikan” kejeniusan yang hebat
atau tidak sama sekali. Kedua, karena keyakinan bahwa hanya sedikit orang yang
mempunyai kemampuan berkreasi, dianggap bahwa penelitian ilmiah harus
memusatkan perhatiannya pada hal-hal yang mempengaruhi sebagian besar
penduduk, dan bukan pada mereka yang kreatif yang relative sedikit jumlahnya.
5
Ketiga, telah diperdebatkan bahwa mereka yang tekun bekerja dan mampu, yaitu
mereka memiliki kecerdasan dan dorongan berprestasi tinggi, cenderung lebih
berhasil dalam kehidupan daripada mereka yang kreatif. Keempat, adanya keyakina
tradisional bahwa orang yang kreatif tidak sesuai dengan jenis kelamin. Keyakinan
bahwa pria yang kreatif akan lebih feminism dan wanita kreatif akan lebih maskulin –
telah mengecilkan hati para orang tua untuk memujidorongan kreativitas anak
mereka. Kelima, kreativitas sulit dipelajari dan bahkan lebih sulit lagi diukur. Dengan
penekanan masa kini pada pengukuran kualitas manusia yang berbeda misalnya
kecerdasan, kepribadian, atau kemampuan mekanis tidaklah mengherankan apabila
para ilmuan mengabaikan penelitian dibidang yang mengandungberbagai kesulitan
metodologis tersebut.
kreativitas adalah mengoptimalkan otak sebagai sumber utama. Sebab
kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa antara belahan otak kiri dan otak
kanan. Pada perkembangannya, kreativitas muncul melalui 3 hal, yaitu ada sejak
manusia lahir, diperoleh melalui belajar, dan diasah melalui pendidikan. Ketiga fakta
ini hasil dari fungsi kerja otak itu sendiri. Walaupun dalam prosesnya, tidak sedikit
hambatan yang diperoleh untuk membangun kreativitas ini, diantaranya karena
masalah datangnya dari luar, selalu menganggap sesuatu yang ada di luar itu lebih
baik dan lebih inovatif, cara pandang yang selalu mengatakan “tidak mungkin
terjadi”, tidak ada inisiatif ataupun ide untuk memulai dari sesuatu yang tidak
mungkin sehingga guru selalu berfikir “buat apa repot-repot”, bahkan yang lebih
parahnya ketika muncul persepsi bahwa kreatif dan tidak kreatif sama saja.
6
Memang harus diakui bahwa hingga saat ini sistem sekolah belum
sepenuhnya dapat mengembangkan dan menghasilkan para lulusannya untuk menjadi
individu-individu yang kreatif. Para siswa lebih cenderung disiapkan untuk menjadi
seorang tenaga juru yang mengerjakan hal-hal teknis dari pada menjadi seorang yang
visioner (baca: pemimpin). Apa yang dibelajarkan di sekolah seringkali kurang
memberikan manfaat bagi kehidupan siswa dan kurang selaras dengan perkembangan
lingkungan yang terus berubah dengan pesat dan sulit diramalkan. Begitu pula, proses
pembelajaran yang dilakukan tampaknya masih lebih menekankan pada pembelajaran
“what is” yang menuntut siswa untuk menghafalkan fakta-fakta, dari pada
pembelajaran “what can be”, yang dapat mengantarkan siswa untuk menjadi dirinya
sendiri secara utuh dan orisinal.
Masa kanak-kanak merupakan masa paling penting karena merupakan
pembentukan pondasi kepribadian yang menentukan pengalaman anak selanjutnya.
Karakteristik anak usia dini menjadi mutlak dipahami untuk memiliki generasi yang
mampu mengembangkan diri secara optimal mengingat penting usia tersebut.
Mengembangkan kreativitas anak memerlukan peran penting pendidik hal ini secara
umum sudah banyak dipahami. Anak kreatif memuaskan rasa keingintahuannya
melalui berbagai cara seperti berekplorasi, bereksperimen dan banyak mengajukan
pertanyaan pada orang lain. Anak kreatif dan cerdas tidak terbentuk dengan
sendirinya melainkan perlu pengarahan salah satunya dengan memberi kegiatan yang
dapat mengembangkan kreativitas anak. Fenomena yang ada selama ini kreativitas
yang dimiliki oleh masyarakat pada umumnya masih rendah. Hal ini dapat diketahui
7
dengan masih banyaknya orang–orang yang belum mampu menghasilkan karyanya
sendiri, mereka masih meniru karya milik orang lain. Keadaan tersebut disebabkan
kurangnya pengembangan anak usia dini. Anak usia dini pada khususnya di Wisma
pojok dongeng juga masih memiliki daya kreativitas yang rendah. Hal ini dapat di
lihat dari kegiatan anak sehari-hari dimana masih menunggu pendidik, tidak
mempunyai ide sendiri, belum bisa mengungkapkan idenya sendiri kalau tidak
dibantu oleh guru, anak-anak masih tergantung dengan pendidik.
Permasalahan tersebut di atas disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
media pembelajaran yang kurang menarik, sehingga membuat anak bosan dan kurang
dapat memunculkan ide kreatifnya. Selain itu penggunaan metode bercerita dengan
dongen boneka belum optimal di terapkan di Wisma Pojok Dongeng. Kegiatan yang
bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain dengan musik,
bermain peran, menonton pertunjukan wayang, bercerita dan lain-lain. Dongeng
boneka disukai hampir semua anak apalagi kalau dongeng tersebut berupa dongeng
dengan ilustrasi bagus dengan sedikit permainan yang melibatkan mereka. Anak-anak
akan merasa terlibat dalam petualangan dan konflik-konflik yang dialami karakter-
karakter di dalamnya, sehingga kegiatanpun akan semakin menyenangkan.
Permainan adalah kegiatan menyenangkan yang dilaksanakan untuk
kepentingan kegiatan itu sendiri. Permainan merupakan kesibukan yang dipilih
sendiri tanpa ada unsur paksaan, tanpa didesak oleh rasa tanggung jawab. Anak-anak
suka bermain karena didalam diri mereka terdapat golongan batin dan dorongan
mengembangkan diri. Dongeng menyediakan tempat bagi anak-anak untuk
8
melepaskan diri dari permasalahan yang belum dapat terselesaikan. Dongeng boneka
dengan tema fantasi relialistis membantu anak berimajinasi tentang hal-hal yang
berada diluar lingkungannya sehingga perkembangan pemikiran dan kreativitas anak
tidak terbatas pada hal tertentu. Dongeng fiksi membuat pendengar berimajinasi
tentang sebuah karakter, pemandangan seting cerita, serta alasan terjadinya sebuah
plot. Dongeng non fiksi menstimulasi pendengar berpikir mengenai jawaban dari plot
cerita dan membuat pendengarnya bertanya-tanya sehubungan plot yang disajikan.
Pengalaman yang dialami anak usia dini berpengaruh kuat terhadap kehidupan
selanjutnya. Pengalaman tersebut akan bertahan lama bahkan tidak dapat terhapus
hanya tertutupi, suatu saat bila ada stimulasi yang memancing pengalaman hidup
yang pernah dialami maka efek tersebut akan muncul kembali dalam bentuk yang
berbeda.
Kreativitas anak yang tinggi mendorong anak belajar dan berkarya lebih
banyak sehingga suatu hari mereka dapat menciptakan hal-hal baru diluar dugaan
kita. Mendongeng menjadi stimulasi yang berdampak positif bagi perkembangan
kreativitas anak. Anak terbiasa berkonsentrasi pada suatu topik, berani
mengembangkan kreasinya, merangsang anak untuk berpikir secara imajinatif serta
bertambah perbendaharaan kata barunya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian
tentang “Implementasi Dongeng Boneka Dalam Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia
Dinidi Wisma Pojok DongengYogyakarta ”.
9
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas masalah yang dapat diidentifikasi yaitu:
1. Kreativitas kurang mendapat perhatian karena sistem pendidikan yang lebih
mengembangkan kemampuan akademik seperti membaca dan berhitung.
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap arti kreativitas.
3. Kreativitas kurang berkembang karena penggunaan metode pembelajaran yang
statis.
4. Metode dongeng dengan peraga “Boneka” belum optimal di wisma Pojok
Dongeng.
C. Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan peneliti, maka berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi mengenai proses pelaksaan
dongeng melalui media boneka dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini pada
di Wisma Pojok Dongeng?
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka pada
penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah proses pelaksaan dongeng melalui media boneka dalam
meningkatkan kreativitas anak usia dini pada di Wisma Pojok Dongeng?
10
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
peningkatan kreativitas anak usia dini melalui dongeng dengan media boneka di
Wisma Pojok Dongeng.
F. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang pola pendidikan media dan
pelatihan keterampilan dengan media dongeng.
b. Memperoleh pengalaman dan mengetahui secara langsung situasi dan kodisi
yang nantinya akan menjadi bidang garapannya,
2. Manfaat Praktisi
a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan pola pendidikan kreasi dan peningkatan kreativitas dengan
menggunakan media dongeng
b. Dengan adanya penelitian ini, lembaga non formal/formal lain akan
termotivasi, memperbaiki model pendidikan yang selama ini mereka terapkan.
3. Manfaat bagi Lembaga Terkait
Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada
peningkatan pola pendidikan kreasi dan peningkatan kreativitas dengan
menggunakan media dongeng
11
G. Pembatasan Istilah
1. Implementasi
Suatu proses untuk melaksanakan suatu cara atau metode untuk
tujuan tertentu dengan menerapkan suatu strategi dalam pelaksanaannya agar
mencapai tujuan yang direncanakan.
2. Dongeng Boneka
Suatu usaha untuk menceritakan atau menyampaikan pesan, dengan
menggunakan sebuah media (boneka). Digunakannya boneka bertujuan untuk
menarik perhatian penonton. Boneka hanya digunakan sebagai media untuk
menyampaikan sesuatu kepada penyimaknya dengan tujuan yang baik.
Boneka juga berfungsi untuk mempertkuat isi cerita, sehingga cerita akan
semakin hidup dengan menggunakan media boneka.
3. Kreativitas Anak Usia Dini
Kreativitas anak usia dini dicirikan memiliki kebebasan dan
keluesan dalm beraktifitas. Kreativitas anak usia dini juga ditandai dengan
daya imajinasinya dalam berbagai hal, dan memiliki rasa keingintahuan yang
besar.
12
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian tentang Dongeng
a. Pengertian Dongeng
Danandjaja (1986) dalam Tadkiroatun Musfiroh (2005 : 89 ) menyatakan
dongeng adalah cerita khayalan yang dianggap tidak benar-benar terjadi, baik oleh
penuturnya maupun oleh pendengarnya. Dengeng tidak terikat oleh ketentuan
normatif dan faktual tentang pelaku, waktu, dan tempat (Danandjaja, 1986: 472).
Pelakunya adalah mahluk-makhluk yang memiliki kebijaksanaan atau kekurangan
untuk mengatur masalah manusia dengan segala macam cara. Dongeng diceritakan
terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, atau
bahkan moral.
Dongeng diklasifikasikan menjadi sub bentuk yang lebih terperinci meliputi
dongeng binatang, dongeng biasa, anekdot, dan dongeng berumus, serta dongeng-
dongeng yang belum dklasifikasikan. Dongeng merupakan cerita rakyat yang
dijadikan sumber cerita untuk anak usia dini, terutama dongeng-dongeng tentang
binatang atau fable.
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui
percakapan antara penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan
13
tersebut. Pesan dapat juga disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus,
seperti lagu, komik maupun dongeng.
Cerita rakyat merupakan salah satu tradisi yang sampai sekarang masih
banyak dijumpai dalam masyarakat. Cerita prosa rakyat penyebaran dan pewarisnya
biasanya dilakukan secara lisan. Menurut Wiliam R. Bascom (Danandjaja, 1986: 85)
bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth),
(2) legenda (legend), dan (3) dongeng (Folktale). Dongeng adalah cerita prosa rakyat
yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak
terikat oleh waktu maupun tempat. Danandjaja (1986: 86) berpendapat bahwa kata
dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif kesusastraan
lisan, sedangkan pengertian dongeng. dalam arti luas adalah cerita prosa rakyat yang
tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga
melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh
waktu maupun tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai alat hiburan atau pelipur
lara dan sebagai alat pendidik (pelajaran moral).
Pengisahan dongeng mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan
nasihat yang tersirat maupun yang tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-
anaknya kadang-kadang ajarannya diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi
tidak jarang diungkapkan secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu
14
merenungkan, mencerna dan menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam
cerita tadi.
Indonesia adalah negara yang kaya akan dongeng, khususnya dongeng
untuk anak-anak. Masing-masing wilayah di Indonesia memiliki koleksi dongeng
yang memanfaatkan potensi alam sekitar, supaya emosi audiensi dapat lebih
terbangun. Tengok saja dongeng timun mas dari Jawa Tengah, Si Kabayan dari Jawa
Barat atau juga Pengeran Si Katak-katak dari Sumatra Utara. Sampai saat ini,
dongeng masih memiliki tempat di hati anak-anak Indonesia. Hal ini disebabkan oleh
kemasan dongeng yang merupakan perpaduan antara unsur hiburan dengan
pendidikan.
Unsur pendidikan ditujukan melalui pesan yang dimuat, baik melalui cerita
yang terakhir dengan kebahagiaan maupun kesedihan. Inti dari sebuah dongeng dapat
dijadikan bahan perenungan bagi audiensinya. Unsur hiburan merupakan “bumbu
penyedap” supaya penyampaian dongeng tidak menimbulkan kebosanan, bisaanya
dengan dialog interaktif antara pendongeng dengan audience atau dengan humor.
b. Unsur-Unsur dalam Dongeng
Dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur,
tokoh, latar, dan tema. Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang
memadai pada keempat unsur tersebut. Mungkin unsur yang satu lebih ditekankan
daripada unsur yang lain, tetapi semua dikembangkan dengan baik.
Menurut Lustantini Septiningsih (1998: 16) penyebab ketertarikan audience
pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu :
15
1) Alur
Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara
logis dankronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Alur ada dua
macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik. Alur lurus adalah peristiwa yang
disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai
bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan
peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya. Alur dapat
melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini
dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak
membosankan. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau
sad ending (sedih).
2) Tokoh
Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada
lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau
makhluk khayal. Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa
atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini
Septiningsih, 1998: 16). Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis
(karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan
merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang
berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus
dijauhi sikap dan perbuatannya). Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh
16
sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh
pengarang untuk menghidupkan dongeng.
3) Latar / Setting
Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita.
Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di
samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar
meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan.
Berikut penjelasan tentang latar atau setting.
a. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan
dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu
karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44).
b. Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran
keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan,
cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik
atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah).
c. Latar adalah cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan,
disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan
batin para tokoh.
4) Tema
Tema cerita merupakan konsep abstrak yang dimasukkan pengarang
ke dalam cerita yang ditulisnya. Berikut penjelasan tentang tema.
17
a. Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita.
b. Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pengarang oleh
pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan lewat tema.
c. Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau
dipengaruhi
d. pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin
disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang
diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan
pesan-pesan.
Keempat unsur penting diatas merupakan kunci ketertarikan audience pada
suatu dongeng. Satu unsur dapat lebih menonjol diantara unsur lainnya, karena bisa
jadi sebuah dongeng dikatakan menarik karena alur dan penokohan saja yang
menonjol. Tentu lebih baik apabila keempat unsurnya dapat dikerjakan oleh
pengarang dongeng dengan maksimal. Contoh dari dongeng yang memiliki kekuatan
dari seluruh unsur penting dongeng adalah Timun Mas. Alur cerita yang melibatkan
ketegangan dan peristiwa masa lalu telah berhasil memancing imajinasi audience
untuk mengikuti cerita. Penokohan dikerjakan dengan mengikutsertakan karakter
protagonis dan antagonis yang menghasilkan kekontrasan. Timun Mas dan
orangtunya melambangkan karakter protagonis sedangkan raksasa melambangkan
karakter yang antagonis dengan kejahatan dan ketamakannya. Latar cerita benar-
benar mengajak imajinasi audience pada suasana kehidupan pedesaan yang penuh
fantasi. Tema dari dongeng ini jelas, yaitu menggambarkan tentang keberanian
18
bertindak diatas kebenaran untuk mengalahkan ketamakan dan kejahatan.keempat
unsur ini sangat sesuai dengan target audiencenya yaitu anak-anak
c. Macam-Macam Dongeng
Cerita dalam sebuah dongeng dapat mempengaruhi minat anak untuk
membacanya, karena setiap anak mempunyai selera yang berbeda-beda dalam diri
mereka. Dilihat dari isinya, dongeng dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
1. Dongeng yang lucu
Lucu menurut Poerwadarminto (2002: 610) yaitu: “menimbulkan
tertawa” jadi dongeng yang lucu adalah cerita yang berisikan kejadian lucu
yang terjadi pada masa lalu. Cerita dalam dongeng lucu dibuat untuk
menyenangkan atau membuat tertawa pendengar atau pembaca.
Contoh : Dongeng Abu Nawas
2. Fabel
Poerwadarminto (2002: 278) mendefinisikan “Fabel adalah cerita
pendek berupa dongeng, mengambarkan watak dan budi manusia yang
diibaratkan pada binatang”. Fabel digunakan untuk pendidikan moral, dan
kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang, namun tidak selalu
demikian. Disamping fabel menggunakan tokoh binatang ada yang
menggunakan benda mati. Jadi fabel merupakan cerita pendek atau dongeng
yang memberikan pendidikan moral yang menggunakan binatang sebagai
tokohnya.
Contoh : Dongeng kancil dan harimau
19
3. Legenda
Legenda adalah : “cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan
peristiwa-peristiwa sejarah”. Legenda baik sekali digunakan untuk pendidikan
di kelas-kelas rendah Sekolah Dasar untuk mengajarkan konsep-konsep. Jadi
legenda merupakan cerita dari zaman dahulu yang merupakan kejadian-
kejadian yang berhubungan dengan suatu tempat atau peristiwa yang baik
digunakan dalam pendidikan dasar.
Contoh : Asal mula Danau Toba
4. Mite
Mite adalah “cerita yang berhubungan dengan kepercayaan
masyarakat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya”. Jadi mite merupakan
cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat
tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya
Contoh : Nyai Loro Kidul
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah Fabel (dongeng
binatang), beberapa alasan penggunaan fabel adalah.
1. Tokoh-tokoh binatang sangat menarik bagi anak;
2. Lewat tokoh binatang dapat memberikan pendidikan anak.
3. Anak akan memiliki rasa sayang pada binatang.
4. Setelah besar anak akan memiliki kesadaran untuk menjaga dan
melestarikan alam lingkungannya, khususnya alam fauna.
20
5. Anak menyenangi hal-hal yang fantastik seperti halnya binatang yang
mirip manusia.
Seorang pembicara pada dasarnya terdiri atas empat hal yang kesemuanya
diperlukan dalam menyatakan pikiran/pendapatnya kepada orang lain. Pertama, sang
pembicara merupakan suatu kemauan, suatu maksud, suatu makna yang
diinginkannya dimiliki oleh orang lain, yaitu: suatu pikiran. Kedua, sang pembicara
adalah pamakai bahasa, membentuk pikiran dan perasaan menjadi kata-kata. Ketiga,
sang pembicara adalah sesuatu yang disimak, ingin didengarkan, menyampaikan
maksud dan kata-katanya kepada orang lain melalui suara. Terakhir, sang pembicara
adalah sesuatu yang harus dilihat, memperlihatkan rupa, sesuatu tindakan yang harus
diperhatikan dan dibaca melalui mata.
2.Kajian tentang Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Pengertian Kreativitas mengandung beragam definisi didalamnya. Lawrence
dalam Suratno (2005: 24) menyatakan kreativitas merupakan ide atau pikiran
manusia yang bersifat inovatif, berdaya guna dan dapat dimengerti. Elliot dalam
Suratno (2005: 24) menyatakan kreativitas adalah proses memecahkan masalah dan
membuat ide. Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah dan ide yang
mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Sedangkan kreatif merupakan suatu
sifat yang dimiliki oleh seseorang yang mempunyai kreativitas.
21
Kreativitas hanya dimiliki oleh orang yang kreatif. Hal ini dikarenakan
hanya orang yang kreatiflah yang mempunyai ide gagasan yang kreatif dan original.
Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak yang
kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif
serta tidak tergantung dengan orang lain.
b. Pengertian Anak Kreatif
Suratno, (2005: 10) menyatakan anak Kreatif yaitu anak yang mampu
memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah
dan ide yang mempunyai maksud dan tujuan yang di tentukan. Ketika anak
mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri,
dengan cara-cara yang original, maka kita dapat mengatakan bahwa mereka itu
adalah anak yang kreatif
Amabile dalam Suratno, (2005: 14) menyatakan individu kreatif dengan
sendirinya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsik yang kuat untuk
menghasilkan ide atau karya dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar.
Motivasi dalam diri atau intrinsik tercipta dengan sendirinya yang mendorong
timbulnya kreativitas dan itu akan berlangsung dalam kondisi-kondisi mental tertentu
c. Karakteristik Anak Kreatif
Paul Torrance dari Universitas Georgia dalam Suratno (2005: 11-13)
menyebutkan karakteristik tindakan kreatif anak adalah sebagai berikut : (1) Anak
kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif, (2) Anak kreatif memiliki rentang
perhatian yang panjang terhadap hal yang membutuhkan usaha kreatif, (3) Anak
22
kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan, (4) Anak kreatif
dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang
berbeda, (5) Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan
permasalahan dengan menggunakan pengalamannya, (6) Anak kreatif menikmati
permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami.
1) Anak kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif.
Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak
untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang
berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui
eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan
pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat
dan emosional, sementara pada saat yang lain secara diam-diam saja.
Dengan metode dongeng boneka kreativitas dapat dikembangkan karena
anak akan sering mengajukan pertanyaan, membuat komentar sesuai dengan ciri anak
kreatif di atas.
2) Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang
membutuhkan usaha kreatif.
Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan lebih
dalam hal mengeksplorasi, bereskperimen, memanipulasi dan memainkan alat
permainanya. Hal ini menunjukan anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti halnya
anak yang kurang kreatif.
23
Melalui dongeng boneka dapat mengidentifikasi anak yang kreatif maupun
tidak kreatif yakni dilihat dari rentang perhatiannya dalam mendengarkan dongeng.
Kegiatan dongeng boneka dapat meningkatkan rentang perhatian anak karena boneka
yang menarik membuat anak lebih fokus perhatiannya.
3) Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan.
Anak kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya dengan demikian anak
kreatif sering merasa lebih dari pada anak yang lain. Bentuk kelebihan anak kreatif
ditunjukan dengan peran mereka dalam kelompok bermain. Anak kreatif muncul
sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu anak kreatif pada umumnya mampu
mengorganisasikan teman-temannya secara menabjukan. Jika anak mampu
mengorganisasikan teman-temannya maka anak akan memiliki kepercayan diri yang
luar biasa.
Melalui dongeng boneka anak belajar mengaitkan ide dan gagasan sebagai
bekal untuk melatih kepercayaan diri anak karena jika anak berhasil mengaitkan ide
atau gagasan maka latihlah karya-karya yang original sehingga kepercayaan diri anak
akan muncul dan secara tidak langsung anak termotivasi untuk mengekspresikannya
didepan teman-temannya.
4) Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat
dari cara yang berbeda.
Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh
pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang sama
24
berkali-kali. Jika pengalaman pertama diperoleh mereka akan mencoba dengan cara
lain sehingga diperoleh pengalaman baru.
Melalui dongeng boneka anak dapat menceritakan kembali cerita yang
disampaikan, dengan demikian anak telah mampu menghasilkan sesuatu yang baru
dan original sesuai kemampuannya.
5) Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya.
Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru. Pengalaman yang
berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang dilakukan. Anak
harus diberikan banyak bekal pengalamannya melalui eksperimennya sendiri baik
melalui kesenian, musik, drama kreatif atau cerita, maupun menggunakan bahasa
yang mengekspresikan kelucuan, suasana atau atmosfir persoalan yang bebas dan
dapat diterima oleh anak.
Dongeng boneka dapat mengasah imajinasi dan fantasi anak, fantasi tersebut
dapat diasah melalui alur cerita dan gambar yang ditampilkan. Misalnya apabila
seseorang bercerita dengan setting lapangan, rumah sakit, anak-anak akan
mempunyai persepsi dalam fantasinya masing-masing. Dengan fantasi tersebut, maka
akan lebih meningkatkan kreativitas anak.
6) Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita
yang alami.
Anak kreatif suka bercerita, bahkan kadang-kadang bercerita tidak habis-
habisnya sehingga sering dicap sebagai anak cerewet. Pada hal melalui aktivitasnya
25
itu anak akan mengembangkan lebih lanjut fantasi-fantasinya, khayalan-khayalan
imajinatifnya sehingga akan memperkuat kekreatifan anak.
Melalui dongeng boneka anak akan sering mendapatkan kosakata baru,
dengan kosakata yang diperolehnya tersebut akan dapat menjadi bekal anak sebagai
pencerita yang alami. Anak kreatif memiliki kuriositas yang tinggi. Untuk memenuhi
rasa koriusitasnya diperlukan bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak
dibandingkan anak yang kurang kreatif. Pengetahuan dan pengalaman itu akan lebih
bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung. Untuk itu
diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan
anak. Guru, orang tua dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami
bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan real yang
sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak.
d. Pengembangan Kreativitas
Suratno, (2005: 39) mengatakan Bakat kreatif akan tumbuh dan berkembang
jika didukung dengan fasilitas dan kesempatan yang memungkinkan. Orang tua dan
guru harus menyadari keragaman bakat dan kreativitas anak. Cara mendidik dan
mengasuh anak harus disesuaikan dengan pribadi dan kecepatan masing-masing anak.
Pengembangan bakat dan kreativitas anak dapat diuraikan dengan pendekatan 4P
(pribadi, press, proses, dan produk).
1) Pribadi
26
Kreativitas merupakan keunikan individu (berbeda dengan individu
lain) dalam berinteraksi dengan lingkungan. Masing-masing anak mempunyai
bakat dan kecepatan serta kreativitas yang berbeda, oleh sebab itu orang tua
dan guru dapat menghargai keunikan pribadi masing-masing. Orang tua, guru,
dan orang–orang yang dekat dengan anak hendaknya jangan memaksa anak
untuk melakukan hal yang sama. Demikian juga hendaknya jangan memaksa
anak untuk menghasilkan produk yang sama, atau bahkan memaksakan agar
anak mempunyai minat yang sama. Agar bakat dan kreativitas anak dapat
tumbuh dan berkembang orang tua, guru, dan orang-orang terdekat dengan
anak membantu anak untuk menemukan bakat dan kreativitasnya.
2) Press atau Pendorong
Kreativitas dapat diwujudkan jika didukung oleh lingkungan dan
kemauan dari dalam dirinya yang kuat. Terdapat dua faktor pendukung
kemauan seseorang, antara lain:
a) Kemauan dari dalam atau motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik yang tumbuh karena adanya kesadaran diri untuk
membangun pengetahuan dan pengalaman tanpa adanya paksaan. Motivasi
intrinsik menjadi pendorong utama bagi pengembangan kreativitas anak.
b) Motivasi ekstrinsik
Motivasi yang tumbuh dari berbagai sumber seperti penghargaan
atas kreasi yang dihasilkan anak, pujian, dan insetif atas keberhasilan anak.
3) Proses
27
Kreativitas tidak dapat di wujudkan secara instan. Pemunculan
kreativitas diperlukan proses melalui pemberian kesempatan untuk bersibuk
diri secara kreatif. Yang penting dalam memunculkan kegiatan kreatif adalah
pemberian kebebasan kepada anak untuk melakukan berbagai kegiatan
eksperimen dalam rangka mewujudkan atau melakukan berbagai kegiatan
dalam rangka mewujudkan atau mengekspresikan dirinya secara kreatif.
4) Produk
Produk kreatif dihasilkan oleh kondisi pribadi dan kondisi
lingkungan yang mendukung atau kondusif. Mengingat kondisi pribadi dan
kondisi lingkungan erat kaitannya dengan proses kreatif, maka lingkungan
memberikan dorongan dan kesempatan kepada anak untuk terlibat secara aktif
dalam berbagai kegiatan sehingga mampu menggugah minat anak untuk
meningkatkan kreativitas anak.
e. Kondisi yang Dapat Menghambat dan Mengembangkan Kreativitas
Imam Musbikin (2007: 7) menyatakan ada delapan penghambat kreativitas
anak diantaranya sebagai berikut:
1. Tidak ada dorongan bereksplorasi
Tidak adanya rangsangan dan kurangnya pertanyaan yang
membangkitan rasa ingin tahu anak yang dapat menghambat kreativitas anak.
Jawaban dari pertanyaan anak dengan jawaban irasional seperti “sudah dari
sananya“ membuat anak tidak bereksplorasi. Kondisi ini berbeda jika orang tua
28
atau guru memberi alternatif jawaban : “wah, ibu juga belum tahu. Yuk kita cari
jawabanya dibuku ”.
2. Jadwal yang terlalu ketat
Penjadwalan kegiatan yang terlalu padat membuat anak kehilangan
salah satu unsur dalam pengembangan kreativitas karena anak tidak dapat
mengeskplorasi kemampuannya.
3. Terlalu menekankan kebersamaan keluarga
Adakalanya anak membutuhkan waktu untuk menyendiri. Dengan
kesendiriannya anak belajar mengembangkan imajinasinya sebagai bekal untuk
menumbuhkan kreativitasnya.
4. Tidak boleh berkhayal
Dengan berkhayal anak belajar mengembangkan kreativitasnya
melalui imajinasinya. Orang tua hanya perlu mengarahkan dan memfasilitasi
anak untuk mengembangkan imajinasinya.
5. Orang tua konservatif
Orang tua yang konsevatif biasanya tidak berani menyimpang dari
pola sosial lama. Orang tua model ini biasanya cepat khawatir dengan proses
kreativitas anak yang berada diluar garis kebiasaanya. Sebagai contoh orang tua
merasa takut jika anak-anaknya menghancurkan barang-barang yang ada
didalam rumahnya karena itu tidak sesuai dengan kebiasaannya. Pada hal dari
situ anak mencoba belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan dari situ
pulalah kreativitas anak muncul.
29
6. Over protektif
Perlindungan yang berlebihan pada anak akan menghilangkan
kesempatan mereka bereksplorasi dalam cara baru atau cara berbeda. Karena
kreativitas anak akan tehalang oleh aturan-aturan dan ketakutan-ketakutan orang
tuan sebenarnya belum tentu benar dan malah mematikan kreasi anak untuk
bereskplorasi.
7. Disiplin otoriter
Disiplin otoriter mengarah pada tidak bolehnya anak menyimpang dari
prilaku yang dituju orang tua. Akibatnya, anak tidak kreatif dan kreativitas anak
menjadi terhalang oleh aturanaturan yang belum tentu benar.
8. Penyediaan alat permainan yang terstuktur
Alat permainan yang terlalu terstuktur menghilangkan kesempatan
anak melakukan bermain secara kreatif. Karena dengan penyediaan permainaan
yang terstruktur membuat anak tidak bisa mengembangkan imajinasinya.
Hurlock (1978: 11) menyatakan bahwa selain kondisi yang menghambat
kreativitas tersebut di atas, ada kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak
adalah:
1. Waktu
Anak kreatif membutuhkan waktu untuk menuangkan ide atau gagasan
dan konsep-konsep dan mencobanya dalam bentuk baru atau orginal.
30
2. Kesempatan Menyendiri
Anak membutuhkan waktu dan kesempatan menyendiri untuk
mengembangkan imajinasinya.
3. Dorongan
Terlepas seberapa jauh hasil belajar anak memenuhi standar orang
dewasa, mereka memerlukan dorongan atau motivasi untuk kreatif dan bebas
dari ejekan yang sering kali dilontarkan pada anak kreatif.
4. Sarana
Sarana untuk bermain dan sarana lainnya disediakan untuk
merangsang dorongan eksperimen dan eksploitasi yang penting untuk
mengembangkan kreativitas. Cerita merupakan salah satu sarana untuk
mengembangkan kreativitas anak, karena dengan mendengarkan cerita imajinasi
dan fantasi anak dapat terasah. Selain itu cerita dapat meningkatkan rasa ingin
tahu anak, menambah perbendaharaan kata serta meningkatkan rentang
perhatian anak. Apabila imajinasi dan rasa ingin tahu anak berkembang maka
secara otomatis kreativitas anak akan meningkat.
Dari paparan tersebut penulis menyimpulkan bahwa ada banyak
kondisi yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak diantaranya
dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan untuk menyendiri, dorongan
atau motivasi dan sarana. Sarana yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
dongeng boneka.
31
3.Kajian tentang Anak Usia Dini
a. Pengertin Anak Usia Dini
Terdapat beberapa definisi mengenai anak usia dini. Definisi yang pertama,
anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir sampai berusia
kurang lebih delapan tahun (0-8). Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari pengertian tersebut dapat di tarik
kesimpulan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia nol sampai 6 atau 8 tahun
yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani.
Sujiono (2005: 6) menyatakan anak usia dini adalah sosok individu yang
sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi
kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada rentan usia 0-8 tahun. Pada masa
ini proses pertumbuhan dan perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami
masa yang cepat dalam rentang perkembangan hidup manusia. Proses pembelajaran
sebagai bentuk perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan
karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.
b. Karakteristik Anak Usia Dini
Kartini Kartono (1990: 6) mendiskripsikan karakteristik anak usia dini
sebagai berikut :
32
1) Anak Itu Bersifat Egosentris
Pada umunya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung melihat
dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Hal
ini dapat dilihat dari perlakuannya seperti masih berebut alat-alat mainan,
menangis bila menghendaki sesuatu atau memaksa sesuatu terhadap orang
lain. Karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif yang menurut
Piaget disebut bahwa anak usia dini sedang ada pada fase transisi dari fase
praoprasional (2-7 tahun) ke fase oprasional kongkrit (7-11tahun). Pada fase
praoperasional pola piker anak bersifat egosentris dan simbolik sedangkan
pada fase operasional kongkrit anak sudah menerapkan logika untuk
memahami persepsi-persepsi.
2) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Menurut persepsi anak, dunia ini penuh dengan hal-hal yang
menarik dan menakjubkan. Hal ini menimbulkan rasa keingintahuan anak
yang tinggi. Rasa keingintahuan sangatlah berfariasi, tergantung apa yang
menarik perhatiannnya.
3) Anak Adalah Makluk Sosial
Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Mereka
senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan
pekerjaannya. Anak membangun konsep diri melalui interaksi social di
sekolah.
33
4) Anak Bersifat Unik
Anak merupakan individu yang unik di mana masing0masing
memiliki bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang
berbeda satu sama lain. Keunikan tersebut seperti gaya belajar, minat, latar
belakang keluarga. Meskipun terdapat pola urutan umum pada perkembangan
anal yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap
memilki perbedaan satu sama lain.
5) Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi
Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada
umumnya ia kaya dengan fantasi. Anak dapat bercerita melebihi pengalaman-
pengalaman actual atau kadang bertanya tentang hal-hal gaib sekalipun.
6) Anak Memiliki Daya Konsentrasi Yang Pendek
Pada umunya anak sulit untuk berkonsentrasi pasa suatu kegiatan
dalam jangka waktu yang lama. Ia selalu cepat mengalihkan perhatian pada
kegiatan yang lain, kecuali memang kegiatan tersebut selain menyenangkan
juga bervariasi dan tidak membosankan.
7) Anak Merupakan Masa Belajar Yang Paling Potensial
Masa anak usia dini disebut masa golden age, dimana masa-masa
awal kehidupan tersebut sebagai masa-masanya belajar. Hal ini disebabkan
selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat dan pesaar pada berbagai aspek. Pada
periode ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh
34
dan berkembang secara cepat dan hebat. Oleh karena itu, pada masa ini anak
sangat membutuhkan stimulus dan rangsangan dari lingkungannya.
Pembelajaran pada periode ini merupakan wahana yang memfasilitasi
pertumbuhan dan perkembangan anak guna mencapai tahapan sesuai dengan
tugas perkembangannya.
Berkaitan dengan sifat khas karakteristik pada anak usia dini atau
taman kanak-kanak yang telah diuraikan seperti di atas, maka guru dituntut
untuk dapat mengemas perencanaan dan pengalaman pembelajaran secara
berencana dan sistematis agar pendidikan yhang diberikan lebih bermakna dan
berarti bagi anak didik.
c. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Tadkiroatun Musfiroh, (2005: 5) menyatakan perkembangan anak usia dini
dimulai sejak proses pembuahan dan terjadi mitosis. Asupan gizi dan kualitas
rangsanga sangat menentukan proses perkembangannya hingga melampaui fase-fase
yang ditetapkan yakni fase embrio (8 minggu), janin (10 minggu), bayi, toddler, usia
TK hingga SD awal. Aspek perkembangan anak meliputi fisik-motorik, kognitif
(intelektual), moral, emosional, social, bahasa, dan kreativitas.
1. Perkembangan Fisik Motorik
Perkembangan fisik motorik meliputi perkembangan badan, otot kasar
(gross Muscle) dan otot haus (fine Muscle), yang selanjutnya disebut motorik kasar
dan motorik halus. Perkembangan badan meliputi empat unsur yaitu: 1) kekuatan, 2)
ketahanan, 3) kecekatan, 4) keseimbangan.
35
Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus.
Otot kasar atau otot besar ialah otot-otot badan yang tersusun oleh otot lurik. Otot ini
befungsiuntuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak,seperti
berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, memukul, dan mendorong.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak
berkembanga dan berfungsi sehingga dapat berfikir. Kognisi merupakan topic sentral
dalam perkembangan manusia yang sangat komplek. Kognisi merupakan konsep luas
dan inklusif yang berhubungan dengan kegiatan mental dalam memperoleh,
mengolah, merorganisasi, dan menggunakan pengetahuan. Proses utama kognisi
meliputi mendeteksi, menginterpretasi, mengklasifikasi. Mengingat informasi,
mengevaluasi gagasam, menyaring prinsip, membayangkan kemungkinan, mengatur
strategi, berfantasi, bermimpi dan menarik kesimpulan (Tadkiroatun Musfiroh, 2005:
14).
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2005: 13), secara umum perkembangan
mental atau perkembangan kognitif sebagai proses-proses mental yang mencakup
pemahaman tentang dunia, penemuan pengetahuan, pembuatan perbandingan,
berfikir dan mengerti. Proses mental tersebut tidak lain adalah proses pengolahan
informasi yang menjaukau kegiatan kognisi, intelegensi, belajar, pemecahan masalah,
dan pembentukan konsep. Perkembangan kognisi secara lebih luas menjangkau
kreativitas, imajinasi, dan ingatan.
36
Di dalam ruang lingkup kurikulum TK dan RA asperk perkembangan
kognitif bertujuan mengembangkan kemampuan berfikir anak untuk mengolah
perolehan belajarnya, dapat menemukan bermacam-macam alternatif pemecahan
masalah, membantu anak untuk mengembangkan logika matematikanya dan
pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan untuk memilah-
milah, mengelompokan serta mempersiapkan pengembangan berfikir teliti.
3. Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk
memahami aturan norma dan etika yang berlaku. Perkembangan moral dalam tiga
tahap. Pertama disebut premoral. Pada tahanp ini anak belum memiliki dan belum
dapat menggunakan pertimbangan moral perilakunya. Hal ini disebabkan anak tidak
berpengalaman bersosialisasi dengan orang lain dan masyarakat dimana aturan, etika,
dan norma itu ada. Di samping itu anak juga masih bersifat egosentris, belum dapat
memahami perspektif atau cara pandang orang lain. Kedua disebut Moral Realism.
Pada tahan ini kesadaran anak akan aturan mulai tumbuh. Perilaku anak sangat
dipengaruhi oleh aturan yang berlaku dan oleh konsekuensi yang harus ditanggung
anak atas perbuatannya. Misalnya, jika kamu mau makan dan minum berdoa terlebih
dahulu. Ketiga disebut Moral Relativisim, pada tahap ini perilaku anak didasaekan
atas berbagai pertimbangan moral yang kompleks yang ada dalam dirinya. Pada tahap
ini perilaku anak tidak lagi terbawa arus atau pengaruh orang lain, tetapi ia sendiri
sudah mengembangkan suatu nilai atau moral yang ia gunakan untuk memecahkan
berbagai persoalan yang terkait dengan moral dan nilai.
37
4. Perkembangan Emosional
Perkembangan emosional merupakan pengungkapan suatu perasaan, misal,
menunjukan rasa kasih saying kepada orang lain, menunjukan rasa empati,
mengetahui symbol-simbol emosi sedih, gembira, marah, dam mampu mengontrol
emosiya sesuai dengan kondisinya.
5. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara
umum sekalipun banyak variasinya diantara anak yang satu dengan yang lain, dengan
tujuan mengembangkan kemampuan anak umtuk berkomunikasi. Perkembangan
bahasa anak meliputi perkembangan fonologis (yakni mengenal dan memproduksi
suara), perkembangan kosakata, perkembangan sematik atau makna kata,
perkembangan sintaksis tau penyusunan kalimat, dan perkembangan pragmatic atau
penggunaan bahasa untuk kepeluan komunikasi. Pada anak usia TK atau prasekolah,
perkembangan fonologi belum sempurna, namum hampir semua yang dikatakan
dapat dimengerti. Selain itu, IQ anak sudah relatif stabil.
6. Perkembangan Kreativitas dan Daya Cipta
Kreativitas sama halnya dengan aspek psikologis lainnya hendaknya sudah
dikembangkan sedini mungkin semenjak anak dilahirkan. Perilaku yang
mencerminkan kreativitas alamiah pada anak prasekolah dapat diidentisifikasi dari
cirri-ciri berikut:
38
a. Senang menjajaki lingkungannya,
b. Mengamati dan memegang sesuatu, eksplorasi sacara ekspanasif dan
eksesif.
c. Rasa ingin tahunya besar, suka mengajukan pertanyaan dengan tak henti-
hentinya.
d. Bersifat spontan menyatakan pikiran dam perasaannya.
e. Suka berpetualang, selalu ingin mendapatkan pengalaman baru.
f. Suka melakukan eksperimen, membongkar da mencoba-coba berbagai hal.
4. Kajian tentang Wisma Pojok Dongeng
Pojok dongeng adalah gerakan mahasiswa katolik dari berbagai perguruan
tinggi di Yogyakarta yang memiliki kepedulian lebih pada anak-anak. Dengan
memanfaatkan kisah-kisah rakyat yang mengandung semangat patriotisme bangsa
Indonesia .Wisma mahasiswa sebagai basis dan pusat awal beraktivitas, maka pojok
dongeng akan membuka diri seluas-luasnya bagi seluruh mahasiswa untuk bersama-
sama ikut terlibat aktif dalam serangkaian kegiatan bersama ini.
Di sini mahasiswa-mahasiswa katolik sebagai generasi penerus gereja
berkumpul bersama, belajar berorganisasi, terlatih untuk lebih pro-aktiv serta kritis
melihat situasi bangsa, mengembangkan kreatifitas, dan mengasah kemampuan
pedagogi yang akan berguna nantinya, karena sebagai mahasiswa yang pro aktif pada
tindakan nyata bila hal yang lebih penting tak lain hanya menghabiskan waktu di
ranah diskusi tanpa aksi.
39
Kegiatan utama pojok dongeng adalah mendampingi anak-anak usia dini
untuk mengenalkan dongeng-dongeng rakyat dengan metode-metode eksperimental
dan memberikan kegiatan-kegiatan yang bersifat mengembangkan kreativitas.
Dongeng yang bersifat cerita yang diberikan kepada anak akan membuat anak
mamiliki daya imajinasi yang kuat selain itu ketertarikan anak terhadap sebuah
dongeng akan meningkatkan minat baca dan keingin tahuan pada anak. Dongeng
yang diberikan pada anak bersifat tentang tema pertemanan, kepemimpinan, dan
dongeng-dongeng yang isikan tentang kerjasama. Dongeng-dongeng yang diberikan
pada anak akan bermanfaat bagi pembentukan dirinya kelak. Kegiatan lainnya adalah
kegiatan yang bersifat motorik anak, seperti kegiatan menggambar, membentuk tanah
liat, dll. Kegiatan lainnya adalah bermain kelompok, permainan ini bersifat kerjasama
tim. Sebagai contoh, beberapa anak dibuat menjadi beberapa kelompok dan diberi
kegiatan yang bersifat kebersamaan.
Start awal adalah membuat acara rutin di wisma mahasiswa untuk latihan
dan persiapan sebelum mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang akan
diterjunkan ke PIA di setiap paroki serta komunitas-komunitas lintas iman lainnya.
Hal ini akan menjadi sebuah simultan yang baik untuk memberikan kesadaran pada
para orang tua akan pentingnya membacakan dongeng dan menanamkan kebiasaan
membaca serta meningkatkan kreativitas. Karena Sebenarnya, tanpa disadari
mendongeng adalah cara yang sangat efektif untuk membentuk kepribadian anak-
anak sejak dini. Dengan mendengarkan dongeng atau cerita, anak-anak dapat menilai
perbuatan mana yang baik dan mana yang tidak baik melalui tokoh-tokoh yang ada
40
dalam cerita. Dongeng juga mengandung nilai-nilai etika, moral, kejujuran,
kerjakeras, kesetiaan, pengorbanan, kepemimpinan dan juga budaya bangsa ini.
Selain denga media dongeng, pojok dongeng juga mengenalkan kembali
permainan-permainan tradisional yang sempat dilupakan oleh masyarakat, karena
sesungguhnya permainan tradisional lebih memiliki nilai pendidikan dan
mengembangkan kreatifitas anak-anak. Conto permaian engklek, permainan ini
membutuhkan keseimbangan dan kekuatan para pemainnya, ada juga permaina gobag
sodor, dimana permainan ini melatih kerjasama tim antar pemainnya,dan masih
banyak permainan lainnya.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian Nurul Halimah Tusaidah mengenai Efektifitas Permainan Konstruktif
Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di Taman pendidikan Qur’an (TPQ) Al-
Hikmah Joyosuko Malang, 2009. Penelitian ini Bertujuan (1) Mengetahui tingkat
kemampuan berfikir kreatif anak kelompokeksperimen setelah diberi perlakuan
permainan konstruktif (2) Mengetahui tingkat kemampuan berfikir kreatif anak
kelompok control yang tidak diberi perlakuan permainan konstruktif (3) Mengetahui
efektivitas permainan konstruktif dalam meningkatkan kreativitas anak. Hasil
penelitian tentang EfektifitasPermainan Konstruktif Dalam Meningkatkan Kreativitas
Anak di Taman pendidikan Qur’an (TPQ) Al-Hikmah Joyosuko Malang ini dinilai
telah berhasil meningkatkan kreativitas dengan menggunakan permainan konstruktif.
Dalam penelitian ini peneliti memiliki kesamaan dengan penjelasan
penelitian-penelitian diatas, yang membedakannya adalah cara atau metode yang
41
digunakan, di dalam penelitian ini juga peneliti lebih mengkaji bagaimana
implementasi atau penerapan metode dongeng boneka dalam meningkatkan
kreativitas anak usia dini.
2. Penelitian Susilowati mengenai Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui
Cerita Bergambar Pada Anak Didik Kelompok B TK Bhayangkari Mondokan, 2010.
Penelitian ini bertujuan mengetahui peningkatan kreativitas anak didik melalui cerita
bergambar. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa penerapan program
“Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar Pada Anak Didik
Kelompok B TK Bhayangkari Mondokan” berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Penelitian yang dilakukan Susilowati mengenai Peningkatan Kreativitas
Anak Usia Dini Melalui Cerita Bergambar Pada Anak Didik Kelompok B TK
Bhayangkari Mondokan, memiliki kesamaan konsep dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti. Peneliti menggunakan media boneka sebagai sarana utama
dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini, sedangkan pada penelitian lain
peneliti menggunakan cerita bergambar sebagai sarana utama dalam mengembangkan
kreativitas anak usia dini.
3. Penelitian Syarifatul ulfah mengenai Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap
Kreativitas Anak Usia Prasekolah, 2006. Penelitian ini bertujuan (1)
mendeskripsikan pengaruh penanamn disiplin terhadap kretivitas anak usia
prasekolah (2) Untuk mengetahui tanggapan warga belajar terhadap pelaksanaan
penyelenggaraan program yang dilaksanakan (3) Untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi.
42
Dalam penelitian Syarifatul ulfah mengenai Pengaruh Penanaman Disiplin
Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah terdapat kesamaan objek penelitian,
yaitu kreativitas. Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian lain terdapat
pada sarana. Sarana yang digunakan peneliti dalam penelitian ini menggunakan
media boneka sebagai sarana dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini.
C. Kerangka Berpikir
Kreativitas merupakan kemampuan seseorang menghasilkan gagasan baru
berupa kegiatan atau sintesis pemikiran yang mempunyai maksud dan tujuan yang
ditentukan, bukan fantasi semata. Sedangkan kreatif merupakan sifat yang dimiliki
oleh seseorang yang mempunyai kreativitas. Anak kreatif yaitu anak yang mampu
memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif, penuh
dengan inisiatif dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Ketika anak
mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri,
dengan cara-cara yang original, maka kita dapat mengatakan bahwa mereka itu
adalah anak yang kreatif (Suratno, 2005: 10).
Kondisi yang dapat diciptakan untuk meningkatkan kreativitas anak
diantaranya dengan menyediakan waktu, memberi kesempatan untuk menyendiri,
dorongan atau motivasi dan sarana. Sarana yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah Dongeng boneka. Dongeng boneka merupakan salah satu sarana untuk
mengembangkan kreativitas anak, karena dengan mendengarkan dongeng imajinasi
dan fantasi anak dapat terasah. Selain itu dongeng juga dapat memberi waktu pada
anak untuk bereksplorasi salah satunya adalah anak mencoba mengajukan
43
pertanyaan, membuat tebak-tebakkan dan akhirnya menemukan jawaban. Karena
pada saat anak mengajukan pertanyaan, membuat tebak-tebakkan dan akhirnya
menemukan jawaban anak mengembangkan imajinasinya, mengeksplor kamampuan
diri serta mengaitkan ide dalam setiap alur cerita yang disampaikan. Selain itu
melalui dongeng boneka akan meningkatkan rentang perhatian anak karena
konsentrasi anak terhadap dongeng menjadi lebih lama. Disamping itu melalui
dongeng boneka anak memperoleh kosakata yang lebih banyak. Perolehan kosakata
tersebut dapat dimanfaat anak untuk mengembangkan imajinasi dari cerita yang
mereka buat sehingga dari situlah akan melahirkan suatu karya dongeng yang alami.
Dari proses itulah akan muncul kepercayaan diri dalam diri anak karena sebuah karya
memerlukan tempat untuk diekspresikan dan hanya anak-anak yang kreatiflah yang
mampu dan berani mengespresikannya. Dan dari itu nantinya kreativitas anak akan
tumbuh dan berkembang serta meningkat dengan sendirinya
44
Gambar 1. Kerangka Berpikir
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimanakah proses pelaksanaan peningktatan kreativitas anak usia dini
melalui dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng?
2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat bagi komunitas
POJOK DONGENG dalam proses peningktatan kreativitas anak usia dini
melalui dongeng boneka di Wisma Pojok Dongen.
Kebutuhan akan generasi bangsa yang
memiliki sikap dan pemikiran yang
kreatifInput
Anak-anak Usia dini
ProsesPeningkatan Kreativitas anak
usia dini melalui dongeng
dengan media boneka
OutputGenerasi bangsa yang memiliki
sifat dan pemikiran yang kreatif
45
BAB IIIMETODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara yang digunakan peneliti
dalam melakukan penelitian mulai perumusan masalah sampai penarikan kesimpulan.
Ada dua macam pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif merupakan wujud penelitian yang menuntut seorang peneliti
menggunakan angka-angka yang diwujudkan dengan menggunakan analisis statistik.
Sedangkan pendidikan kualitatif peneliti bekerja menggunakan data-data yang
diperoleh dari hasil informasi yang didapat serta keterangan yang didukung dengan
penjelasan data.
Berdasarkan pendekatan penelitian diatas, maka peneliti akan menggunakan
pendekatan kualitatif karena peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan, dan
menggambarkan proses peningkatan kreativitas dengan dongeng boneka di Wisma
“POJOK DONGENG” Yogyakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian untuk mengumpulkan data dilaksanakan pada bulan April
sampai dengan bulan Juni 2012. Dalam penelitian ini peneliti bekerjasama dengan
subjek penelitian dengan tujuan peneliti dapat memperoleh data. Proses tersebut
dijalani untuk mengakrabkan antara peneliti dengan subjek penelitian.
46
Tempat penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah Wisma
Mahasiswa “POJOK DONGENG” Yogyakarta dengan alasan sebagai berikut:
1. Wisma “POJOK DONGENG” merupakan salah satu lembaga yang didalamnya
memberikan pelayanan pendidikan dan pelatihan kreativitas.
2. Keterbukaan dari pihak POJOK DONGENG sehingga memungkinkan lancarnya
dalam memperoleh informasi aytau data yang berkaitan dengan penelitian.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sentral karena
pada subyek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati
oleh peneliti. Sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data diperoleh.
Sumber data berupa orang, benda bergerak, ataupun proses tertentu. Dalam penelitian
ini, peneliti menggunakn metode wawancara, observasi dan dokumentasi dalam
mengumpulkan data. Maka sumber data adalah kata-kata atau tindakan orang yang
diwawancara, sumber data tertulis, dan foto. Subyek sasaran penelitian ini adalah
pengelola, para pekerja social, dan peserta didik.
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah, seluruh
pengelola Wisma Pojok Dongeng dan orangtua pesrtadidik yang mengikuti kegiatan
di Wisma Pojok Dongeng.
47
D. Sumber Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah:
a. Seluruh pihak pengelola “WISMA POJOK DONGENG”
b. Orangtua pesertadidik
c. Proses pesiapan, pelaksanaan, evaluasi kegiatan Wisma Pojok Dongeng.
E. Teknik Pengumpulan Data
Berdasarkan pada metode yang dipakai dalam penelitian ini, maka
pengumpulan data menggunakan :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi ini berfungsi untuk mencatat aktivitas, peristiwa
dan hal-hal yang dianggap bermakna dan berguna dalam penelitian dengan
menggunakan informasi yang berupa catatan harian/catatan lapangan.
Catatan harian, peneliti gunakan untuk mengamati aktivitas saat
pembelajaran berlangsung, baik pengamatan partisipan maupun non
partisipan. Cara menggunakan catatan harian adalah mencatat informasi
yang didapatkan setiap saat dilapangan, sedangkan lembar ceklist
diperlukan untuk mengevaluasi data yang telah terkumpul.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek observasi adalah tempat
kegiatan Wisma Pojok Dongeng, fasilitas, dan kegiatan pelaksanaan.
48
2. Lembar Wawancara
Sesuai dengan metode wawancara dalam penelitian ini, isi lembar
wawancara bersifat terbuka maksudnya responden diminta memberikan
informasi sebanyak mungkin dari pertanyaan yang diajukan peneliti.
Lembar wawancara ini digunakan sebagai pedoman utama dalam
pengumpulan data responden yang digunakan sebagai bahan analisis dan
informasi yang sifatnya umum ke informasi yang sifatnya khusus.
Dalam penelitian ini yang menjadi nara sumber dalam kegiatan
wawancara adalah seluruh pengelola Wisma Pojok Dongeng dan Orangtua
pesertadidik.
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-
barang tertulis. Atau merupakan metode pengumpulan data dengan jalan
melihat dan mencatat dokumen yang ada. Di dalam melaksanakan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.
Dokumentasi digunakan untuk menggali informasi dalam
kaitannya dengan arsip atau catatan yang ada, proses pembelajaran oleh
instruktur , metode penyampaian yang diterapkan, evaluasi program
pelatihan serta foto-foto kegiatan, fasilitas, dan sarana serta catatan kejadian
49
yang dapat membantu menjelaskan kondisi yang akan digambarkan oleh
peneliti. Dalam penelitian ini dokumentasi dilaksanakan untuk memperoleh
data tambahan untuk mendukung hasil penelitian ini seperti pengambilan
sumber data warga belajar, presensi, dan foto kegiatan belajar. Informasi
yang bersifat dokumentatif sangat bermanfaat guna pemberian gambaran
secara keseluruhan dalam mendapatkan informasi yang lebih mendalam.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek dokumentasi antaralain, kegiatan
persiapan dan pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok Dongeng, fasilitas, sarana
dan prasarana.
F. Teknik Analisis data
Analisi data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih
mudah dibaca dan diimplementasikan. Analisis data dilakukan dengan tujuan agar
informasi yang dihimpun akan menjadi jelas dan eksplisit. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, artinya data yang diperoleh
dalam penelitian dilaporkan apa adanya kemudian diinterpretasikan secara kualitiatif
untuk mengambil kesimpulan.
Dalam penelitan ini proses analisis data mulai dengan menelaah seluruh data
yang tersedia dari berbagai sumber, dari wawancara dengan responden, pengamatan
yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumentasi, obeservasi yang
kemudian di deskripsikan dan intrepetasi dari jawaban yang diperoleh. Adapun tahap-
tahap teknik analisis data yang digunakan meliputi:
50
1. Display Data
Miles dan Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai
sekumpulan informasi tersususun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles dan Huberman,
1992:17). Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan
sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna
tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel
agar peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah
terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.
Display data dalam penelitian kualitatif yang berupa uraian
deskriptif yang panjang akan sukar dipahami dan menjemukan untuk
dibahas, maka data disajiakan secara sederhana tetapi kebutuhannya
terjamin.
2. Reduksi Data
Miles dan Huberman mengartikan reduksi data sebagai proses
pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabsahan dan
traspormasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16).
Sukardi menyebutkan reduksi data kegiatannya mencakup unsur-
unsur spesifik termasuk
a. Proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan
kaitannya dengan setiap kelompok data.
51
b. Menyusun data dalam satuan-satuan sejenis. Pengelompokan
data dalam satuan sejenis ini juga dapat diekuivalenkan sebagai
kegiatan kategorisas/ variabel.
c. Membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian
(Sukardi, 2006: 72)
Tabel 1. PengkodeanNo. Nama Kode Keterangan Kode
1. CW
CW. 1
CW. 2
CW. 3
Catatan Wawancara
Catatan Wawancara dengan ketua umum Wisma Pojok
Dongeng
Catatan Wawancara dengan ketua pelaksana Wisma Pojok
Dongeng
Catatan Wawancara dengan sekertaris Wisma Pojok Dongeng
2. CL Catatan Lapangan
3. CD Catatan Dokumentasi
G. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dalam pandangan Miles dan Huberman hanyalah satu
kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data harus diuji
kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya, yakni merupakan validitasnya.
52
Masri S dan Effendi mengutarakan bahwa dari keseluruhan data ayang
diperoleh dan dikumpulkan, seleksi mana yang akan ditampilkan. Setelah itu baru
dilakukan interpretasi data. Interpretasi data berusaha mencari makna dan implikasi
yang lebih luas tentang hasil-hasil penelitian.
Tahapan ini peneliti memaknai data yang terkumpul kemudian dibuat dalam
bentuk penyataan singkat dan mudah dipahami dengan mengacu pada masalah yang
diteliti. Data tersebut dibandingkan dan dihubungkan dengan yang lainnya, sehingga
mudah ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari setiap permasalahan yang ada.
H. Keabsahan Data
Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Data
yang dikumpulkan diklarifikasi sesuai sifat tujuan penelitian untuk dilakukan
pengecekan kebenaran melalui teknik triangulasi.
Nasution (2003: 12) menjelaskan bahwa teknik triangulasi merupakan salah
satu cara dalam memperoleh data atau informasi dari satu pihak yang harus dicek
kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber data lain, misalnya dari
pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-
beda.
Nasution (2003: 116) menerangkan bahwa keuntungan menggunakan
metode triangulasi ini adalah dapat mempertinggi validitas, mengukur kedalaman
hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data dari sumber pertama masih ada
kekurangan. Agar data yang diperoleh itu semakin dapat dipercaya maka data yang
diperoleh tidak hanya dicari dari satu sumber saja tetapi juga dari sumber-sumber lain
53
yang terkait dengan subyek penelitian. Disamping itu, data yang diperoleh dapat lebih
dipercaya maka informasi atau data yang diperoleh dari hasil wawancara dilakukan
pengecekan lagi melalui pengamatan. Sebaliknya data yang diperoleh dari
pengamatan juga dilakukan pengecekan lagi melalui wawancara atau menanyakan
kepada responden. Misalnya untuk mengetahui dampak dari pendidikan dan pelatihan
kreativitas yang meliputi perubahan sikap dalam diri peserta didik dalam hal ini
peneliti tidak hanya menanyakan kepada pengelola Wisma Pojok Dongeng tetapi juga
mengamati secara langsung dilapangan.
Burhan Bungin (2007: 256-257) menerangkan bahwa triangulasi dapat
dilakukan dengan:
1. Triangulasi kejujuran peneliti
Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subyektifitas dan kemampuan
merekam data oleh peneliti di lapangan. Perlu diketahui bahwa manusia, peneliti
seringkali sadar atau tanpa sadar melakukan tindakan-tindakan yang merusak
kejujuran ketika mengumpulkan data atau terlalu melepaskan subyektifitas bahkan
tanpa control, ia melakukan rekaman-rekaman yang salah terhadap data lingkungan.
Melihat kemungkinan-kemungkinan ini maka perlu dilakukan triangulasi terhadap
peneliti yaitu dengan meminta bantuan peneliti lain melakukan pengencekan
langsung, wawancara ulang serta merekam data yang sama dilapangan. Hal ini adalah
sama dengan proses verifikasi terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
seorang peneliti.
54
2. Triangulasi dengan sumber data
Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik derajat kepercayaan
suati informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda. Menurut
Moloeng (2005 : 335) menjelaskan triangulasi sumber data memberi kesempatan
untuk dilakukanya hal-hal berikut: (a) penilaian hasil penelitian dilakukan oleh
responden, (b) mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, (c) menyediakan tambahan
informasi secara sukarela, (d) memasukan informan dalam kancah penelitian
menciptakan kesempatan untuk mengihktisarkan langkah awal analisis data, (e)
menilai kecukupan data yang dikumpulkan.
3. Triangulasi dengan metode
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap
penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang di dapat dengan
metode interview sama dengan metode observasi, atau apakahhasil observasi sesuai
dengan informasi yang diberikan ketika di interview. Begitu pula teknik ini dilakukan
untuk menguji sumber data, apakah sumber data ketika interview dan observasi akan
memberi informasi yang sama atau berbeda. Apabila berbeda maka peneliti harus
dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari kesamaan data
dengan metode yang berbeda.
4. Triangulasi dengan teori
Bahwa triangulasi dengan teori dapat dilakukan dengan menguraikan pola,
hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema
atau penjelasan yang muncul dari analisis untuk mencari tema atau penjelasan
55
pembanding. Secara induktif dilakukan dengan menyertakan usaha pencarian cara
lain untuk mengorganisasi data yang dilakukan dengan jalan memikirkan
kemungkinan logis dengan melihat apakah kemungkinan-kemungkinan ini dapat
ditunjang dengan data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode tringaluasi sumber data.
Menurut Moleong (2000: 178), teknik triangulasi sumber data adalah peneliti
mengutamakan check-recheck, cross-recheck antar sumber informasi satu dengan
lainnya. Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan dengan cara membandingkan
data hasil pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi
56
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Deskripsi Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta
a. Sejarah Berdirinya Wisma Pojok Dongeng
Wisma Pojok Dongeng atau lebih sering dikenal dengan Wisma Podo
merupakan salasatu komunitas yang bergerak untuk memberikan pelayana pada anak
usia dini. Memberikan pendidikan bersifat kreatifitas dan memberikan bekal
pemikiran kreatif kedapa anak usia dini untuk masa depannya.
Berawal dari kurangnya kualitas pendidikan kreatif dipendidikan formal
membuat empat orang mahasiswa dari salahsatu perguruan swasta di Yogyakarta
memutuskan untuk membentuk suatu perkumpulan yang peduli akan pentingnya
pendidikan kreatif untuk anak usia dini. Pertama kali dibentuk tahun 2010 tepatnya
tanggal 11Maret perkumpulan ini menamakan dirinya “Komunitas Pojok Dongeng”,
karena pada saat itu masih kekurangan anggota, Komunitas Pojok Dongeng
membuka penawaran bagi orang-orang yang ingin bergabung menjadi anggota
Komunitas Pojok Dongeng yang tentunya memiliki kepedulian terhadap pentingnnya
pentingnya pendidikan kreatif untuk anak usia dini. Alhasil pada saat itu anggota
Komunitas Pojok Dongeng makin bertambah sampai sekarang. Karena pada saat itu
Komunitas Pojok Dongeng masih baru dibentuk dimana Komunitas Pojok Dongeng
belum memiliki tempat sebagai pusat kegiatan maka Komunitas Pojok Dongeng
57
memutuskan bekerjasama dengan pengelola wisma mahasiswa yang pada saat itu
diketuai oleh Romo Pramudiakara. Setelah disepakati Komunitas Pojok Dongeng
mendapatkan tempat untuk pusat kegiatan, maka Komunitas Pojok Dongeng berubah
nama menjadi Wisma Pojok Dongeng.
“Wisma Pojok Dongeng terbentuk sejak tanggal 11Mare 2010, yang melatar
belakangi terbentuknya Wisma Pojok Dongeng adalah karena kami merasa
kurangnya pendidikan kreativitas yang diberika kepada anak usia dini,
dimana sesungguhnya pendidikan kreativitas sama pentingnya dengan
pendidikan akademis” (CW. 1)
b. Letak Geografis Wisma Pojok Dongeng
Wisma Pojok Dongeng merupakan salah satu pusat kegiatan yang
memfokuskan pendidikan kreatif untuk anak usia dini di Yogyakarta, dimana Wisma
Pojok Dongeng ini beralamatkan di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No: 54, Klitren,
Kota Yogyakarta.
Bangunan Wisma Pojok Dongeng ini tepatnya terlatak tepat di depan
Universitas UKDW atau utaranya gereja Kristen. Meskipun tempatnya tidak begitu
dikenal namun mudah ditemukan karena letaknya berada dipusat keramaian seperti
mall, tempat ibdah, dan perguruan tinggi.
c. Visi dan Misi Wisma Pojok Dongeng
1. Visi
Visi dari Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta adalah mengembangkan
potensi anak usia dini agar menjadi calon generasi bangsa yang cerdas, kreatif, dan
inovatif.
58
2. Misi
Misi dari Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta adalah:
1) Menumbuhkan dan mengembangkan sifat kreativitas pada anak usia dini
2) Meningkatkan kecerdasan dan daya emosional anak usia dini.
3) Membekali masa depan anak dengan sifat kreatifitas dan intelegensi yang tinggi
d. Tujuan Wisma Pojok Dongeng:
1) Mendidik anak agar memiliki sifat kreatif dan inovatif yang dapat diaplikasikan
dalam bentuk kehidupan individu sehari-hari.
2) Membekali anak dengan keterampilan menuju life skill.
3) Peserta dapat mengembangkan kemampuan berpikir visual analitik secara baik
dengan mengintepretasikan cerita yang disuguhkan.
4) Peserta memiliki kemampuan bercerita dengan lugas berdasar dari kisah
kesehariannya.
5) Peserta dapat berinteraksi dengan baik dalam kelompok yang dibentuk di Pojok
Dongeng.
e. Fungsi Wisma Pojok Dongeng
1) Wadah untuk bebas berkreasi, berimajinasi, dan beraktifitas.
2) Tempat pengembangan dan pendidikan kreatifitas anak usia dini.
3) Tempat informasi kreativitas anak usia dini
59
f. Organisasi Wisma Pojok Dongeng
Organisasi dipandang sebagai bentuk hubungan kerjasama yang harmonis
dan didasarkan atas tanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi
dalam arti struktur merupakan gambaran secara sistematis tentang hubungan-
hubungan dalam bentuk kerjasama dalam rangka usaha untuk mencapai satu tujuan.
Adanya struktur organisasi yang jelas akan dapat memudahkan untuk melaksanakan
tangung jawab yang dipikulnya, karena pada akhirnya akan menghasilkan bidang-
bidang serta job description dari masing-masing bidang (Tabel nama dan struktur
organisasi bisa dilihat dibagian lampiran CD. 1 dan CD. 2).
g. Fasilitas Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta
Fasilitas yang dimiliki Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta dapat dilihat
selengkap lengkapnya pada table-tabel di bawah ini:
Tabel 2. Fasilitas-Fasilitas Wisma Pojok Dongeng
NO. Nama Fasilitas Lampiran
1. Fasilitas gambar dan mewarnai CD. 3
2. Fasilitas Ruang Dapur Wisma Pojok
Dongeng
CD. 4
3. Fasilitas Ruang Kantor CD. 5
4. Fasilitas alat-alat Musik CD. 6
5. Fasilitas Dongen CD. 7
6. Fasilitas media kreatifitas CD. 8
60
h. Program Wisma Pojok Dongen Yogyakarta
Program-program yang diadakan oleh Wisma Pojok Dongen Yogyakarta
diantaranya adalah :
1. Menampilkan dongeng boneka.
2. Pelatihan mengolah barang bekas menjadi barang guna.
3. Drama musical
i. Jaringan Kerjasama
1. Ellacuria Pusdep Sanata Darma
2. PGSD Sanata Darma
3. PGU
4. Wisma Mahasiswa
5. Dinas Sosial Pasca Merapi
6. Mahasiswa Psikologi Universitas Gajah Mada
j. Pendanaan Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Wisma Pojok Dongeng merupakan perkumpulan milik sendiri, artinya tidak
di bawah naungan pemerintah sehingga untuk pendanaan Wisma Pojok Dongeng
mengandalkan dari dana para pengelolanya dengan cara estapet dana, selain
mengandalkan estapet dana Wisma Pojok Dongeng juga sering mendapat tambahan
dana dari hasil mengisi acara diacara anak-anak. Karena kebutuhan untuk
melaksanakan kegiatan semakin meningkat Wisma Pojok Dongeng membuka
penggalangan dana untuk mendanai seluruh kegiatan Wisma Pojok Dongeng. Ada
beberapa pihak dan lembaga yang menjadi pendana tetap bagi Wisma Pojok
61
Dongeng. Dengan adanya pendanaan tersebut membuat Wisma Pojok Dongeng eksis
sampai sekarang ini.
B. Hasil Penelitian
Dari hasil penelitan diketahui bahwa Wisma Pojok Dongeng mulai
melaksanakan kegiatannya setelah dua bulan pembentukan struktur oerganisasi
dengan perencanaan berbagai kegiatan untuk anak usia dini yang bersifat kreatifitas
dengan kegiatan inti dongeng boneka. Dalam proses kegiatan selama ini banyak
sekali perubahan, mulai dari struktur organisasi, perencanaan program, dan materi
yang telah disiapkan. Program kegiatan yang sampai sekarang masih dijalankan
adalah program dongeng boneka, pengolahan barang bekas, dan permainan edukatif.
Sebelumnya banyak program-program yang direncanakan, namun ternyata program
tersebut tidak begitu efektif ketika dilaksanakan. Karena program kegiatan dongeng
boneka adalah kegiatan yang paling popular di Wisma Pojok Dongeng maka peneliti
membatasi penelitian pada kegiatan dongeng boneka yang difokuskan pada (1)
Persiapan program kegiatan dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng; (2) Proses
pelaksanaan program kegiatan dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng; (3) Bentuk
evaluasi program kegiatan Wisma Pojok Dongeng; (4) Faktor-faktor apa saja yang
mendukung dan menghambat bagi komunitas POJOK DONGENG dalam proses
peningktatan kreativitas anak usia dini melalui dongeng boneka di Wisma Pojok
Dongeng.
62
1. Proses Persiapan Pelaksanaan Kegiatan di Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta
Hasil penelitian peneliti menunjukan pada saat pelaksanaan proses kegiatan
pendidikan kreativitas dengan media dongeng boneka dimulai pada bulan Mei 2010
sampai sekarang. Dalam proses kegiatan ada beberarapa hal yang harus diperhatikan,
sepertihalnya kegiatan persiapan sebelum proses pelaksanaan program.
1. Waktu dan tempat kegiatan
Berdasarkan pengamatan melalui observasi dan wawancara dengan
responden, diperoleh informasi bahwa dalam pelaksanaan proses kegiatan dongeng
boneka dilaksanakan di Wisma Pojok Dongeng yang beralamatkan di jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo No: 54, Klitren, Kota Yogyakarta. Waktu kegiatan dilakukan
setiap satu minggu sekali setiap hari minggu dari jam 09.00-11.00 dengan durasi
waktu dua jam.
“Kita beruntug mendapatkan tempat untuk melakukan semua kegiatanWisma Pojok Dongeng, karena sebelumnya kita bekerja sama dengan pihakWisma Mahasiswa yang mengelola tempat ini. Pelaksanaan kegiatan yangkita selenggarakan dilaksanakan tiap hari minggu dari jam 9pagi samapi jam11siang”(CW. 2).
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan Lapangan sebagai
berikut :
“Tempat kegiatan Wisma Pojok Dongeng berpusat di jalan Dr. WahidinSudirohusodo No: 54, Klitren, Kota Yogyakarta, disini kita memulaikegiatan pada pukul 09.00-11.00 (CL. 1).
Mencermati hasil catatan lapangan dan hasil wawancara dengan responden,
dapat disimpulkan bahwa tempat pelaksanaan proses kegiatan dongeng boneka
dilaksanakan di Wisma Mahasiswa yang beralamatkan jalan Dr. Wahidin
63
Sudirohusodo No: 54, Klitren, Kota Yogyakarta. Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
dilaksanakan setiap satu minggu sekali pada hari minggu, dimulai dari pukul 09.00-
11.00.
2. Penetapan Pesertadidik dan Publikasi Program Kegiatan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diketahui perekrutan calon
peserta didik Wisma Pojok Dongeng dilakukan dengan memberikan pengumuman
tentang akan diadakanya program kegiatan Wisma Pojok Dongeng yang memberikan
pendidikan kepada anak usia dini. Pengumuman dilakukan oleh mas “BN” selaku
divisi publikasi dengan dibantu oleh pengelola lain. Sasaran pertama yang dijadikan
tempat publikasi adalah daerah “Klitren” dimana daerah tersebut masih satu wilayah
dengan Wisma Pojok Dongeng. Publikasi dilakukan dengan menyebarkan poster
didaerah tersebut, lalu dengan meminta bantuan RT/RW setempat untuk
mengumumkan bahwa didaerahnya ada program kegiatan pendidikan kreatif.
Selain dengan menyebarkan poster untuk mencari pesertadidik, Wisma
Pojok Dongeng juga mengundang secara khusus PAUD yang berada didaerah sekita
Wisma Pojok Dongeng. Kegiatan publikasi ini bertujuan agar masyarakat dan anak-
anak tahu bahwa Wisma Pojok Dongeng akan menyelenggarakan kegiatan regular
yang bertujuan memberikan pendidikan kreatif dengan metode yang menyenangkan.
“kita mencari pesertadidik dengan cara publikasi dengan menyebarkanposter-poster pengumuman, selain itu kita juga meminta bantuan RT/RWsetempat untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa ada programkegiatan untuk anak-anak” (CW. 3).
64
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
“Semua sarana dan prasarana disiapkan sepenuhnya oleh pegelola Wisma
Pojok Dongeng yang diambilkan dari anggaran dana. Sarana pembelajaran
berupa alat gambar dan peralatan kegiatan praktek membuat kerajinan
barang bekas yang berupa barang-barang yang sudah dipakai, dan alat-alat
pendukung seperti gunting, lem, dan plester, tidak lupa juga menyiapka
sarana untuk kegiatan inti yaitu dongeng boneka yang meliputi panggung,
boneka, dan dekorasi. Tidak lupa Divisi publikasi menyiapkan
pengumuman berupa poster untuk disebarkan (CL. 3)
Mencermati hasil wawancara dengan responden dan catatan dokumentasi,
dapat disimpulkan bahwa pencarian peserta didik dilakukan dengan membuat iklan
poster lalu menyebarkannya, dan untuk meyakinkan orang-orang dengan program
kita maka pihak Wisma Pojok Dongeng meminta tokoh-tokoh masyarakat untuk
membantu memberitahukan kepada masyarakatnya untuk ikut serta dalam program
yang akan diselenggarakan oleh Wisma Pojok Dongeng.
3. Persiapan Sarana dan Prasarana
Semua sarana dan prasarana disiapkan sepenuhnya oleh pegelola Wisma
Pojok Dongeng yang diambilkan dari anggaran dana. Sarana dan prasarana yang
dipersiapkan meliputi tempat kegiatan yang diperoleh dari kerjasama antara pihak
Wisma Mahasiswa dan pihak Wisma Pojok Dongeng, dan sarana pembelajaran
berupa alat gambar dan peralatan kegiatan praktek membuat kerajinan barang bekas
yang berupa barang-barang yang sudah dipakai, dan alat-alat pendukung seperti
gunting, lem, dan plester, tidak lupa juga menyiapka sarana untuk kegiatan inti yaitu
dongeng boneka yang meliputi panggung, boneka, dan dekorasi.
65
“Dalam persiapan sarana dan prasarana sepenuhnya kita melakukanbersama-sama. Biasanya saat kita menyiapakan sarana dan prasaranadisesuaikan dengan tema kegiatan,tapi untuk dongeng boneka tetapdilaksanakan setian kegiatannya namun berbeda tema dan ide cerita”(CW. 3)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan Lapangan sebagai
berikut :
“Sabtu , 21 Mei 2012 19.00Pm. pada malam hari ini saya akan melihatpersiapan kegiatan Wisma Pojok Dongeng dimalam hari. Didivisieven/acara terlihat sedang menyiapkan materi permainan untuk kegiatanbesok. Lain divisi acara lain dengan divisi perlengkapan, didivisi inipengelola menyiapkan perlengkapan untuk kegiatan besok dan kelengkapanuntuk dongeng, dari seting panggung boneka, background panggung,sampai karakter boneka yang sesuai untuk cerita yang akan disampaikan.”(CL. 3)
Hasil catatan lapangan di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
Gambar 2. Persiapan Pelaksanaan (CD. 9)
Mencermati hasil wawancara dengan responden, catatan lapangan, dan
catatak dokumentasi dapat disimpulkan bahwa dalam persiapan sarana dan prasarana
kegiatan Wisma Pojok Dongeng disiapkan oleh seluruh pengelola Wisma Pojok
66
Dongeng meliputi sarana pembelajaran berupa alat gambar dan peralatan kegiatan
praktek membuat kerajinan barang bekas yang berupa barang-barang yang sudah
dipakai, dan alat-alat pendukung seperti gunting, lem, dan plester, tidak lupa juga
menyiapka sarana untuk kegiatan inti yaitu dongeng boneka yang meliputi panggung,
boneka, dan dekorasi.
a. Karakter tokoh boneka
Karakter tokoh boneka harus sesuai dengan tema cerita, jika tema dongeng
bercerita tentang kepahlawanan makan karakter tokoh boneka yang digunakan harus
memiliki karakter kuat seperti boneka macan. Sebaliknya jika dongeng bercerita
tentang pertemanan maka boneka yang digunakan adalah boneka yang memiliki
karakter yang bersahabat seperti boneka katak, boneka kucing. Karakter tokoh
boneka yang sesuai dengan tema cerita akan memperkuat inti isi cerita.
“sangat mendongeng saya menggunakan karakter boneka yang sesuaidengan tema cerita, kita memiliki banyak jenis karakter tapi meskipundemikian penggunaan karakter boneka yang sesuai sangat penting hal iniakan membuat pendengar seakan-akan masuk kedalam cerita” (CW)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
Gambar 3. Karakter Boneka (CD. 10)
67
Mencermati hasil catatan dokumentasi dan kegiatan wawancara dengan
responden, dapat disimpulkan bahwa karakter tokoh boneka yang dugunakan harus
sesuai dengan tema cerita. jika tema dongeng bercerita tentang kepahlawanan makan
karakter tokoh boneka yang digunakan harus memiliki karakter kuat seperti boneka
macan. Sebaliknya jika dongeng bercerita tentang pertemanan makan boneka yang
digunakan adalah boneka yang memiliki karakter yang bersahabat seperti boneka
katak, boneka kucing.
b. Dekorasi panggung boneka
Pada pelaksanaannya dekorasi panggung boneka dipersiapkan oleh divisi
acara dan perlengkapan dan dibantu beberapa pengelola lain. Dekorasi panggung atau
tata panggung untuk dongeng boneka sangatlah penting. Dekorasilah yang
menghidupkan dongeng dan tokoh yang berperan didalamnya. Tatanan dekorasi
inilah yang menjadi fisik depan dongeng boneka, pasa saat pelaksanaan dongeng
boneka dekorasi panggunglah yang pertama kali diperhatikan oleh pesertadidik, jika
dekorasi saja sudah tidak membuat menarik pesertadidik dipastikan pada saat
dongeng dimulai akan mengurangi rasa keingin tahuan pesertadidik terhadap dongeng
tersebut. Dekorasi panggung boneka juga harus sesuai dengan cerita dongeng, tokoh
karakter dongeng, dan harus menarik.
“Dekorasi panggung boneka disiapkan oleh divisi acara dan perlengkapan,namun saat pelaksanaannya dibantu oleh pengelola lain. Dekorasi panggungboneka harus dibuat semenarik mungkin agar pesertadidik merasa tertarikdan bertambah penasaran dengan dongeng yang nantinya akan di ceitakankarena jika pesertadidik sudah tertarik dengan dekorasinya makapesertadidik juga akan tertarik dengan dongengnya” (CW. 2)
68
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
Gambar. 4 Dekorasi Panggung Boneka (CD. 11)
Mencermati hasil catatan dokumentasi dan kegiatan wawancara dengan
responden, dapat disimpulkan bahwa dekorasi panggung atau tata panggung boneka
harus disesuaikan dengan tema cerita dan tokoh karakter boneka. Tata panggung
boneka juga harus dibuat semenarik mungkin agar pesertadidik merasa tertarik dan
bertambah penasaran dengan dongeng yang nantinya akan di ceitakan.
2. Proses Pelaksanaan Kegiatan Dongeng Boneka di Wisma Pojok Dongeng
a. Bentuk Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Berdasarkan pengamatan melalui observasi dan wawancara dengan
responden diperoleh informasi bahwa kegiatan di Wisma Pojok Dongeng dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, bagian pembuka, bagian inti, dan bagian penutup
69
1) Bagian Pembuka
Bagian ini berisikan kegiatan yang ringan seperti berdoa bersama sebelum
kegiatan dimulai, lalu dilanjutkan dengan bernyayi diiringi dengan lagu, dan diikuti
dengan Kegiatan yang dilaksanakan dibagian awal bukanlah tanpa tujuan, kegiatan
ini sudah dirancang sedemikian rupa agar mempunyai nilan manfaat bagi
pesertadidik. Berdoa bersama sebelum kegiatan bertujuan untuk menunjukan
berlainan agama bukan sebuah halangan untuk melakukan kegiatan bersama. Berbeda
dengan kegiatan Bernyanyi sambil gerak dan lagu, kegiatan ini bertuan untuk
mencairkan suasana antar pesertadidik, selain itu kegiatan gerak dan lagu bertujuan
secara tidak langsung untuk mebuat badan pesertadidik lebih bugar.
“kegiatan awal kami, kami sebut kegiatan pembuka. Kegiatan pembukaberikan kegiatan berdoa bersama lalu diteruskan dengan kegiatan gerak danlagu”(CW. 1)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan Lapangan sebagai
berikut :
“Minggu, 15 April 2012 09.00 Am, Sebelum dimulai kegiatan peserta didikyang mengikuti kegiatan wajib mengisi absen dan memasang name tag, halini memudahkan pengelola mengingat nama pesertadidik. Pesertadidik yangdatang berumur sekitar 3-10tahun, pesertadidik yang datang tidak sendirian,ada yang diantar oleh ayahnya, ibunya, bahkan kakaknya. Selagi menungguyang lain datang, pesertadidik yang sudah datang diberi kegiatan mewarnai.Setelah semua anak terkumpul dimulailah kegiatan, kegiatan awal yangdilakukan adalah mengelompokan anak sesuai umur kemudian membacadoa bersama, setelah membaca doa dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatanlainnya, seperti menyanyi, gerak dan lagu, dll” (CL. 2)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
70
Gambar. 5 Kegiatan Pembuka (CD. 12)
Mencermati hasil kegiatan catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara
dengan responden, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembuka tidak sembarangan
direncanakan, semua kegiatan diperhatian apakah berdampak baik bagi pesertadidik
atau malah berdampak tidak baik bagi pesertadidik Wisma Pojok Dongeng. Kegiatan
pembuka diisi dengan berdoa bersama diteruskan dengan kegiatan gerak dan lagu.
2) Bagian Inti
Pada bagian ini berisi dua kegiatan yaitu, kegiatan dongeng boneka, dan
kegiatan edukatif. Kegiatan dongeng boneka ini bertujuan untuk mengasah imajinasi
anak, selain itu kegiatan dongeng boneka bisa menjadi media penyampaian norma-
norma dan nilai tentang kehidupan dengan pengemasan yang baik sehingga tidak
71
membuat pesertadidik merasa digurui, tema cerita sangat penting dalam kegiatan ini,
tema cerita harus sesuai dengan kondisi anak, mudah dimengerti, menghibur, dan
yang penting harus memiliki manfaat bagi pesetadidik
Kegiatan kedua dari bagaian kegiatan ini adalah kegiatan edukatif.
Kegiatan ini bisa berisi kegiatan apa saja, tapi kegiatan ini berhubungan dengan cerita
dongeng. Kegiatan ini biasanya berisi kegiatan pengolahan barang bekas, permainan
edukatif, dan bebas kreasi. Kegiatan mengolah barang bekas ini bertujuan agar
pesertadidik dapat berfikir kreatif ketika kelak menemukan barang yang tidak
terpakai dapat menjadikan barang yang berharga dan berguna, selain itu kegiatan ini
merangsang saraf motorik pesrtadidik. Kegiatan permainan edukatif, kegiatan ini
berisikan permainan-permainan yang dapat melatih anak dalam kekompakan,
keberanian, dan kejujuran. Kegiatan bebas berkreasi, kegiatan ini benar-benar anak
bebas mengekspresikan benda yang ada dihadapannya, pada kegiatan ini semua
pesertadidik diberi sebuah benda, bisa pasir, tanah liat, Koran bekas, dll. Lalu semua
pesertadidik diharuskan membuat sesuatu dari bahan yang telah disediakan oleh
pengelola. Kegiatan ini bertujuan merangsang daya imajinasi anak, seberapa besar
anak dapat berfikir dan berperilaku diluar batas anak-anak lain.
“Kegiatan inti ini terdiri dari dua kegiatan yaitu, dongeng boneka danedukatif. Kegiatan kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang sangatpenting di Wisma Pojok Dongeng, karena kegiatan tersebut memilikdampak dan manfaat yang besar pada pesertradidik”(CW. 2)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan sebagai
berikut :
72
“Minggu, 15 April 2012 09.00 Am Kegiatan di Wisma Pojok Dongengdibagi menjadi tiga bagian, pembuka, inti, dan penutup. Kegiatan pembukadiisi dengan membaca doa diteruskan dengan kegiatan gerak dan lagu.Kegiatan inti diisi dengan kegiatan panggung boneka dan kegiatan edukatif.Kegiatan penutup diisi dengan kegiatan diisi dengan berfoto bersamadengan seluruh pengelola sambil memamerkan karya hasil dari permainanedukatif (CL. 2)
Hasil catatan lapangan diatas di atas diperkuat oleh data hasil catatan
dokumentasi sebagai berikut :
Gambar. 6 Kegiatan Inti (CD. 13)
Mencermati hasil pengamatan peneliti dan kegiatan wawancara dengan
responden, dapat disimpulkan bahwa kegiatan inti ini merupakan kegiatan yang
sangat penting bagi Wisma Pojok Dongeng, karena kegiatan-kegiatan ini memiliki
dampak dan manfaat lebih besar dari kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu kegiatan
ini tidak begitu saja dilaksanakan, harus mementingkan manfaatnya untuk
pesertadidik. Kegiatan inti berisikan dua kegiatan yaitu, dengong dengan boneka dan
kegiatan edukatif
73
3) Bagian Penutup
Sebelum melakssanakan kegiatan penutup pesertadidik diberi waktu
istirahat selama 30menit. Pada istirahat pesertadidik diberi konsumsi oleh pengelola
yang sebelum sudah dipersiapkan.
“Kegiatan penutup ini masih berhubungan dengan kegiatan inti yaitu, jikapada kegiatan sebelumnya kegiatan edukatif diisi dengan kegiatanpermainan edukatif maka kegiatan penutup akan diisi dengan pengumumanjuara permainan. Jika kegiatan diisi dengan pengolahan barang bekas makapada kegiatan penutup barang tersebut aka dikumpulkan laludidokumentasikan dan boleh dibawa pulang oleh pesertadidik” (CW. 1)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan sebagai
berikut :
“Minggu, 15 April 2012 09.00 Am ,Setelah kegiatan, pesertadidikdiberikan 20menit waktu istirahat, pesertadidik diberikan makanan yangsebelumnya sudah disediakan oleh salahsatu pengelola Wisma PojokDongeng. Setelah jam istirahat selesai peserta didik dikumpulkan kembaliuntuk kegiatan penutup. Kegiatan penutup diisi dengan kegiatan diisidengan berfoto bersama dengan seluruh pengelola sambil memamerkankarya hasil dari permainan edukatif (CL. 3)
Hasil catatan lapangan di atas diperkuat oleh data hasil dokumentasi sebagai
berikut :
Gambar. 7 Kegiatan Istirahat (CD. 12)
74
Setelah peserta didik selesai dengan istirahatnya maka mereka kumpul
kembali untuk melaksanakan kegiatan penutup. Kegiatan ini masih berhubungan
dengan kegiatan inti, jika pada kegiatan sebelumnya kegiatan edukatif diisi dengan
kegiatan permainan edukatif maka kegiatan penutup akan diisi dengan pengumuman
juara permainan. Jika kegiatan diisi dengan pengolahan barang bekas maka pada
kegiatan penutup barang tersebut aka dikumpulkan lalu didokumentasikan dan boleh
dibawa pulang oleh pesertadidik, Kegiatan ini bertujuan agar anak merasa puas
dengan apa yang telah dia lakukan sehingga akan muncul semangat dalam dirinya.
(Lihat gambar di bawah).
Gambar. 8 Kegiatan Penutup (CD. 15)
Mencermati hasil catatan dokumentasi peneliti dan kegiatan wawancara
dengan responden, dapat disimpulkan bahwa kegiatan penutup ini merupakan
kegiatan yang masih ada hubungannya dengan kegiatan inti yaitu, jika pada kegiatan
sebelumnya kegiatan edukatif diisi dengan kegiatan permainan edukatif maka
kegiatan penutup akan diisi dengan pengumuman juara permainan. Jika kegiatan diisi
dengan pengolahan barang bekas maka pada kegiatan penutup barang tersebut aka
dikumpulkan lalu didokumentasikan dan boleh dibawa pulang oleh peserta didik.
75
3. Sumber Materi Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Sumber materi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk
sebuah lembaga, karena jika sumber materi tidak jelas didapat dari mana maka
pembelajaran yang dilaksanakan akan meragukan.
“Materi pembelajaran yang kita siapkan betul-betul kita perhatikansumbernya, karena jika sumber materi untuk kegiatan pembelajaran tidakjelas akan sangat berdampak kurang baik pada anak. Kita (Wisma PojokDongeng) memiliki sumber-sumber pembelajaran yang baik, kita mendapatsumber dari buku-buku, seminar tentang anak usia dini yang diikuti olehpengelola Wisma Pojok Dongeng, dan kita juga menghadirkan ahlinyalangsung untuk membantu membuat materi kegiatan Wisma PojokDongeng.”(CW)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan sebagai
berikut :
“…Sabtu , 21 Mei 2012 19.00Pm, Didivisi even/acara terlihat sedangmenyiapkan materi permainan untuk besok, dimana permainan yangdirencanakan tidak sembarangan, harus memiliki dampak yang baik untukanak hal ini membuat divisi acara cukup cermat dalam merencanakanpermainan yang akan digunakan untuk acara besok.” (CL. 3)
Mencermati hasil kegiatan wawancara dengan responden dan catatan
lapangan, dapat disimpulkan bahwa sumber materi pembelajaran kegiatan Wisma
Pojok Dongeng benar-benar diperhatikan agar menjaga kualitas kualitas
pembelajaran kegiatan Wisma Pojok Dongeng untuk para pesertadidik. Sumber yang
diacu oleh Wisma Pojok Dongeng adalah buku, seminar, dan para ahli.
4. Evaluasi Program Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Berdasarkan hasil kegiatan wawancara dengan responden dan catatan
lapangan, diketahui bahwa evaluasi kegiatan program kegiatan Wisma Pojok
76
Dongeng dilaksanakan setiap selesai melaksanakan kegiatan, jam 11.00-12.00 WIB
di Wisma Pojok Dongeng. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat kemajuan
hasil pembelajaran dilakukan, Kegiatan evaluasi dilakukan dengan cara setiap
pendamping kelompok menjelaskan catatan yang berisikan respon pesertadidik dari
kegiatan yang dilaksanakan, catatan ini dapat menyimpulkan dua kesimpulan,
pesertadidik memiliki masalah karena kurang konsentrasi, atau program yang
dilaksanakan tidak sesuai dengan pesertadidik. Pada saat awal kegiatan pesertadidik
dibagi menjadi beberapa kelompok, dan setiap kelompok didampingi oleh
pendamping dari Wisma Pojok Dongeng. Pendamping mencatat aktivitas
pesertadidik saat kegiatan berlangsung. Untuk evaluasi seluruh kegiatan dilakukan
dengan saling memberi kritik dan saran terhadap kegiatan yang telah dilaksanaka dari
tiap-tiap divisi atau penanggung jawab. Seluruh hasil evaluasi akan ditampung dan
diterima, jika ada kekurangan tentunya akan dicari sebab-sebabnya dan akan segera
diperbaiki, tetapi jika menunjukan hasil yang bagus tentunya akan dipertahankan dan
dikembangkan lagi.
“Evaluasi langsung dilaksanakan setelah proses kegiatan selesai, setiappengelola yang mendapat tugas sebagai pendamping kelompok memberikanhasil berupa catatan yang berisi tentang respon anak dari kegiatan yangdilaksanakan. catatan ini dapat menyimpulkan dua kesimpulan, pesertadidikmemiliki masalah karena kurang konsentrasi, atau program yangdilaksanakan tidak sesuai dengan pesertadidik”.(CW)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan sebagai
berikut :
77
“Hari ini saya datang kembali ke tempat penelitian saya, kegiatan saya hariini akan mengamati kegiatan evaluasi, Pertama semua pengeloladikumpulkan setelah membereskan semua peralatan yang digunakan saatkegiatan. Setiap divisi diberi kesempatan untuk memberikan laporan tentangacara yang sudah dilaksanakan. Kemudia hasilnya dibahas bersama, jika adakekurangan akan diperbaiki dikegiatan berikutnya. Setelah seluruh divisimemberikan laporan barulah para pendamping anak yang mendapingi anaksaat mengikuti kegiatan memberikan laporannya. Laporan ini sangatmenentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai dengan tujuanWisma Pojok Dongeng atu masih jauh atau malah melenceng dari tujuan.Hasil laporan pendamping langsung diselesaikan hari itu juga, jika ada hal-hal yang menghambat keberhasilan makan akan segara dicarisolusinya.”(CL. 7)
Mencermati hasil kegiatan wawancara dengan responden dan catatan
lapangan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap selesai
Wisma Pojok Dongeng melaksanakan kegiatan. Sedangkan hal-hal yang dievaluasi
adalah aktivitas pesertadidik saat mengikuti kegiatan dan keseluruhan acara kegiatan.
Untuk kegiatan evaluasi pesertadidik dilakukan dengan cara setiap pendamping
kelompok menjelaskan catatan yang berisikan respon pesertadidik dari kegiatan yang
dilaksanakan, catatan ini dapat menyimpulkan dua kesimpulan, pesertadidik memiliki
masalah karena kurang konsentrasi, atau program yang dilaksanakan tidak sesuai
dengan pesertadidik. Untuk evaluasi seluruh kegiatan acara dilakukan dengan saling
memberi kritik dan saran terhadap kegiatan yang telah dilaksanaka dari tiap-tiap
divisi atau penanggung jawab. Seluruh hasil evaluasi akan ditampung dan diterima,
jika ada kekurangan tentunya akan dicari sebab-sebabnya dan akan segera diperbaiki,
tetapi jika menunjukan hasil yang bagus tentunya akan dipertahankan dan
dikembangkan lagi
78
5. Faktor Penghambat dan Pendukung
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam sebuah program merupakan suatu kekuatan
kelompok dalam melaksanakan serangkaian kegiatan belajar yang diprogramkan.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa faktor pendukung terselenggaranya
kegiatan dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng.
“…Semangat pesertadidik menjadi faktor utama bagi Wisma PojokDongeng untuk memberikan kualitas yang terbaik bagi terlaksananyakegiatan Wisma Pojok Dongeng. Kerjasama dengan Wisma Mahasiswayang memberikan tempat untuk pusat tempat kegiatan merupakan faktorpendukung terlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng…”(CW. 3)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan
sebagai berikut :
“ yang menjadi faktor pendukung terlaksananya kegiatan Wisma PojokDongeng yaitu (a) Semangat warga belajar yang tinggi dalam mengikutikegiatan Wisma Pojok Dongeng; (b) Fasilitas sarana dan prasarana yangtersedia sesuai dengan kebutuhan; (c) Dukungan dari berbagai pihak.”(CL.6)
Mencermati hasil wawancara dengan responden dan catatan
dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung terlaksananya kegiatan
Wisma Pojok Dongeng adalah kerjasama dari beberapa pihak yang mendukung
terlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng yaitu, pihak Wisma mahasiswa
yang memberikan tempat bagi Wisma Pojok Dongeng untuk melaksanakan
kegiatan. Selain itu pihak-pihak yang memberikan sumbangan dana yang
digunakan Wisma Pojok Dongeng untuk memfasilitasi seluruh kegiatan yang
dilaksanakan.
79
b. Faktor Penghambat
Disamping faktor pendukung, dalam pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok
Dongeng mengalami beberapa hambatan yang mengakibatkan kurang
maksimalnya pembelajaran.
“…Salah satu yang manjadi faktor penghambat kegiatan yangdilaksanakan di Wisma Pojok Dongeng adalah kegiatan pengelola diluar Wisma Pojok Dongeng, karena sebagian besar pengelola WismaPojok Dongeng masih berstatus mahasiswa. Jadi kami mempersilahkanpengelola untuk melaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa terlebihdahulu…” (CW. 2)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan lapangan
sebagai berikut :
“…Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat kegiatan WismaPojok Dongeng. (1) cuaca, (2) kesibukan pengelola di luar kegiatanWisma Pojok Dongeng, (3) kegiatan gereja bagi pesertadidik yangberagama non muslim, (4) dan masalah internal yang dihadapi WismaPojok Dongeng seperti kekurangan dana yang terpaksa membuat parapengelola mengeluarkan biaya sendiri…”(CL. 6)
Mencermati hasil wawancara dengan responden dan catatan
dokumentasi, dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat terlaksananya
kegiatan Wisma Pojok Dongeng adalah kegiatan pengelola di luar Wisma Pojok
Dongeng, karena sebagian besar pengelola Wisma Pojok Dongeng masih
berstatus mahasiswa. Selain itu waktu pembelajaran yang sewaktu-waktu bisa
berubah berdasarkan kesepakatan Pesertadidik apabila ada kegiatan pesertadidik
yang tidak bisa ditinggalkan, pergi ke gereja.
80
C. Pembahasan
1. Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Dalam persiapannya Wisma Pojok Dongeng sangat memperhatikan kualitas
yang akan diberikan kelak kepada peserta didiknya. Persiapan pelaksanaan
merupakan bagian dimana pihak pengelola pelaksana kegiatan merangkai kegiatan
awal baik secara deskriptif maupun lisan melalui analisis potensi lingkungan dan
potensi sumber daya manusia. Perencanaan pelaksanaan Wisma Pojok Dongeng
meliputi, (1) penyusunan acuan pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok Dongeng, (2)
Penyusunan kosep, ide, dan media kegiatan Wisma Pojok Dongeng, (3) Penyususan
struktur organisasi pengelola, (4) sosialisasi dan koordinasi dengan dengan
masyarakat sekitar, (5) menentukan calon pesertadidk.
Tahap persiapan yang pertama dilakukan adalah penyusunan acuan
pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok Dongeng, dalam hal ini pengelola Wisma Pojok
Dongeng melakukan identifikasi kebutuhan terhadap sasaran program yang akan
dibuat agar nantinya kegiatan yang akan berjalan dapat memenuhi kebutuhan sasaran
program. Dari hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa tujuan program
kegiatan Wisma Pojok Dongeng diambil dari kebutuhan sasaran program kegiatan
dimana sebagian besar pesertadidik masih berumur antara 0-10 tahun sehingga perlu
adanya pendidikan yang memberikan keseimbangan terhadap pendidikan formal
salah satunya dengan Program kegiatan Dongeng Boneka di Wisma Pojok Dongeng.
adapun tujuan program kegiatan Wisma Pojok Dongeng meliputi :
81
a. Mendidik anak agar memiliki sifat kreatif dan inovatif yang dapat diaplikasikan
dalam bentuk kehidupan individu sehari-hari.
b. Membekali anak dengan keterampilan menuju life skill.
c. Peserta dapat mengembangkan kemampuan berpikir visual analitik secara baik
dengan mengintepretasikan cerita yang disuguhkan.
d. Peserta memiliki kemampuan bercerita dengan lugas berdasar dari kisah
kesehariannya.
Setelah penentuan tujuan telah dilakukan kemudian dilakukan sosialisasi
dan koordinasi pengelola dengan masyarakat sekitar. Sosialisasi dan koordinasi
dilakukan dengan tujuan dapat merencanakan program yang berkualitas dengan
melibatkan semua pihak. Seperti terlihat saat penentuan pesertadidik, sebelumnya
telah dilakukan identifikasi oleh pihak pengelola yang kemudian kembali dilakukan
sosialisasi dengan pihak-pihak yang terkait.
Aspek persiapan yang dilakukan sesuai dengan teori Kusnadi (2005; 201),
yang menyatakan bahwa perencanaan strategis pendidikan non formal mencakup 1)
tujuan yang jelas yang mencerminkan kebutuhan masyarakat, baik social, ekonomi
cultural dan etika 2) pemanfaatan sumber-sumber yang memungkinkan
pemanfaatnya yang dalam penelitian ini mencakup sarana-prasarana, media, tutor dan
pelatih atau nara sumber 3) pelaksanaan perencanaan, dengan memperhatikan strategi
perencanaan, yaitu analisis situasi dan identifikasi kebutuhan warga belajar 4) dan
evaluasi dan umpan balik guna perencanaan program berikutnya.
82
2. Proses Pelaksanaan Kegiatan di Wisma Pojok Dongeng
Pada proses pelaksanaan kegiatan di Wisma Pojok Dongeng pihak Wisma
Pojok Dongeng berusaha menempatkan pengelola pada perannya dan tugasnya
masing-masing. Peran tersebut didukung dengan adanya pengelolaan kegiatan
Wisma Pojok Dongeng dalam menyampaikan materi secara sistematis sehingga
menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan bagi peserta didik.
a. Alokasi Waktu Pembelajaran
Alokasi waktu berhubungan dengan urutan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam pendidikan anak usia dini waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran tidak
terlalu lama, karena mengingat karakteristik anak usia dini cepat lelah, yang
ditakutkan jika terlalu lama akan membuat anak tidak berkonsentrasi.
Berdasarkan pengamatan melalui observasi, diperoleh informasi bahwa
dalam pelaksanaan proses kegiatan dongeng boneka dilaksanakan di Wisma Pojok
Dongeng yang beralamatkan di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo No: 54, Klitren,
Kota Yogyakarta. Waktu kegiatan dilakukan setiap satu minggu sekali setiap hari
minggu dari jam 09.00-11.00 dengan durasi waktu 2jam.
b. Materi Kegiatan Pelaksanaan Dongeng Boneka di Wisma Pojok Dongeng
Materi belajar merupakan unsur pembelajaran yang sangat penting dan
sangat dibutuhkan untuk tercapainya hasil pembelajaran yang baik. Materi
pembelajaran disesuaikan dengan tujuan awal pembelajaran yang dilakukan.
Pemilihan materi di Wisma Pojok Dongeng dilakukan bersama-sama dengan peserta
didik, yang dilakukan pada awal kegiatan. Hal ini dikarenakan agar materi yang
83
diperoleh nantinya dapat memenuhi kebutuhan pesertadidik sehingga peserta didik
merasa suasana belajar yang menyenangkan dan tidak cepat bosan. Sesuai dengan
prinsip konteks lokal dan desain lokal dalam Kusnadi (2005 : 201). Dimana warga
belajar akan berperan aktif dalam penentuan tema-tema belajar tersebut atau proses
partisipatif warga belajar. Selain materi yang tersebut diatas juga diberikan materi
keterampilan untuk warga belajar. Penentuan materi keterampilan ini berdasarkan
keinginan warga dan kesepakatan dengan tutor seperti membuat resep masakan dan
mempraktekannya.
c. Bentuk Kegiatan Wisma Pojok Dongeng
Berdasarkan pengamatan melalui observasi dan wawancara dengan
responden, diperoleh informasi bahwa kegiatan di Wisma Pojok Dongeng dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, bagian pembuka, bagian inti, dan bagian penutup. Bagian
pembuka diisi denga kegiatan membaca doa, bernyanyi bersama, gerak dan lagu.
Bagian inti diisi oleh dongeng boneka dan kegiatan keterampilan, kegiatan
keterampilan ini bermacam-macam, ada menggambar, mengolah barang bekas,
bahkan permainan edukatif. Lalu setelah kegiatan inti peserta didik diberi waktu
untuk istirahat dan makan. Setelah istirahat dan makan pesertasisik dikumpulkan
kembali untuk mengikuti kegiatan penutup. Kegiatan ini masih berhubungan dengan
kegiatan inti, jika pada kegiatan sebelumnya kegiatan edukatif diisi dengan kegiatan
permainan edukatif maka kegiatan penutup akan diisi dengan pengumuman juara
permainan. Jika kegiatan diisi dengan pengolahan barang bekas maka pada kegiatan
penutup barang tersebut aka dikumpulkan lalu didokumentasikan dan boleh dibawa
84
pulang oleh pesertadidik. Kegiatan ini bertujuan agar anak merasa puas dengan apa
yang telah dia lakukan sehingga akan muncul semangat dalam dirinya.
d. Proses Pelaksanaan Dongeng Boneka
Pada proses pelaksanaannya kegiatan dongeng boneka memperhatikan tiga
hal yaitu, tema cerita, karakter tokoh boneka, dan dekorasi panggung boneka. Tiga
hal tersebut sangat berkaitan satu sama sekali, jika salah satunya tidak maksimal
dalam pelaksanaannya maka akan merusak yang lainnya.
Karakter anak usia dini pada umunya memiliki sifat peniru dengan apa
yang lihat, mudah percaya dengan apa yang didengar. Hal inilah yang dimanfaatkan
wisma pojok dongeng dalam melaksankan kegiatananya. Wisma pojok dongeng
menggunakan boneka sebagai media untuk menyampaikan pembelajaran yang
bersifat kreativitas. Boneka merupakan sebuah media yang sesuai untuk anak usia
dini. Bentuk, warna, dan karakternya sangat disukai oleh anak-anak, oleh sebabnya
boneka mendapatkan perhatian dari anak-anak saat pertama melihatnya.
Dalam pelaksanaan kegiatan dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng
dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini telah sesuai dengan ungkapan Paul
Torrance dari Universitas Georgia dalam Suratno (2005: 11-13) yang menyebutkan,
karakteristik tindakan kreatif anak adalah sebagai berikut :
3. Anak kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif.
Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak
untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang
berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama di ingat. Melalui
85
eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan mereka sering mengajukan
pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat
dan emosional, sementara pada saat yang lain secara diam-diam saja.
Dengan metode dongeng boneka kreativitas dapat dikembangkan karena
anak akan sering mengajukan pertanyaan, membuat komentar sesuai dengan ciri anak
kreatif di atas.
4. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang
membutuhkan usaha kreatif.
Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan lebih
dalam hal mengeksplorasi, bereskperimen, memanipulasi dan memainkan alat
permainanya. Hal ini menunjukan anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti halnya
anak yang kurang kreatif.
Melalui dongeng boneka dapat mengidentifikasi anak yang kreatif maupun
tidak kreatif yakni dilihat dari rentang perhatiannya dalam mendengarkan dongeng.
Kegiatan dongeng boneka dapat meningkatkan rentang perhatian anak karena boneka
yang menarik membuat anak lebih fokus perhatiannya.
E. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang menakjubkan.
Anak kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya dengan demikian anak
kreatif sering merasa lebih dari pada anak yang lain. Bentuk kelebihan anak kreatif
ditunjukan dengan peran mereka dalam kelompok bermain. Anak kreatif muncul
sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu anak kreatif pada umumnya mampu
mengorganisasikan teman-temannya secara menabjukan. Jika anak mampu
86
mengorganisasikan teman-temannya maka anak akan memiliki kepercayan diri yang
luar biasa.
Melalui dongeng boneka anak belajar mengaitkan ide dan gagasan sebagai
bekal untuk melatih kepercayaan diri anak karena jika anak berhasil mengaitkan ide
atau gagasan maka latihlah karya-karya yang original sehingga kepercayaan diri anak
akan muncul dan secara tidak langsung anak termotivasi untuk mengekspresikannya
didepan teman-temannya.
F. Anak kreatif dapat kembali kepada sesuatu yang sudah dikenalnya dan
melihat dari cara yang berbeda.
Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh
pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang sama
berkali-kali. Jika pengalaman pertama diperoleh mereka akan mencoba dengan cara
lain sehingga diperoleh pengalaman baru.
Melalui dongeng boneka anak dapat menceritakan kembali cerita yang
disampaikan, dengan demikian anak telah mampu menghasilkan sesuatu yang baru
dan original sesuai kemampuannya.
G. Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi, dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya.
Anak kreatif akan selalu haus dengan pengalaman baru. Pengalaman yang
berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang dilakukan. Anak
harus diberikan banyak bekal pengalamannya melalui eksperimennya sendiri baik
melalui kesenian, musik, drama kreatif atau cerita, maupun menggunakan bahasa
87
yang mengekspresikan kelucuan, suasana atau atmosfir persoalan yang bebas dan
dapat diterima oleh anak.
Dongeng boneka dapat mengasah imajinasi dan fantasi anak, fantasi tersebut
dapat diasah melalui alur cerita dan gambar yang ditampilkan. Misalnya apabila
seseorang bercerita dengan setting lapangan, rumah sakit, anak-anak akan
mempunyai persepsi dalam fantasinya masing-masing. Dengan fantasi tersebut, maka
akan lebih meningkatkan kreativitas anak.
H. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai
pencerita yang alami.
Anak kreatif suka bercerita, bahkan kadang-kadang bercerita tidak habis-
habisnya sehingga sering dicap sebagai anak cerewet. Pada hal melalui aktivitasnya
itu anak akan mengembangkan lebih lanjut fantasi-fantasinya, khayalan-khayalan
imajinatifnya sehingga akan memperkuat kekreatifan anak.
Melalui dongeng boneka anak akan sering mendapatkan kosakata baru,
dengan kosakata yang diperolehnya tersebut akan dapat menjadi bekal anak sebagai
pencerita yang alami. Anak kreatif memiliki kuriositas yang tinggi. Untuk memenuhi
rasa koriusitasnya diperlukan bekal pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak
dibandingkan anak yang kurang kreatif. Pengetahuan dan pengalaman itu akan lebih
bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung. Untuk itu
diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan
anak. Guru, orang tua dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami
88
bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu muncul sebagai kekuatan real yang
sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak.
e. Faktor Pendukung dan Penghambat Kegiatan Dongeng Boneka
1. Faktor Pendukung
Faktor pendukung dalam sebuah program merupakan suatu kekuatan
kelompok dalam melaksanakan serangkaian kegiatan belajar yang diprogramkan.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa faktor pendukung terselenggaranya kegiatan
dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng, Hal serupa diungkapkan oleh
“ANG”selaku Pembina Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta yaitu :
“…Semangat pesertadidik menjadi faktor utama bagi Wisma PojokDongeng untuk memberikan kualitas yang terbaik bagi terlaksananyakegiatan Wisma Pojok Dongeng. Kerjasama dengan Wisma Mahasiswayang memberikan tempat untuk pusat tempat kegiatan merupakan faktorpendukung terlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng…” (CW. 1)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
Faktor Pendukung (a) Semangat warga belajar yang tinggi dalam mengikuti
kegiatan Wisma Pojok Dongeng; (b) Fasilitas sarana dan prasarana yang
tersedia sesuai dengan kebutuhan; (c) Dukungan dari berbagai pihak yang
memberikan bantuan moril dan materil (CL. 6)
Jadi dapat disimpulkan faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan
dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng antara lain:
a. Semangat warga belajar yang tinggi dalam mengikuti kegiatan Wisma Pojok
Dongeng.
89
b. Fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan, hal tersebut
tidak lepas dari pihak-pihak yang membantu terlaksananya kegiatan
dongeng boneka di Wisama Pojok Dongeng.
c. dukungan dari berbagai pihak antara lain Ellakuria pusdep, PGU, PGSD
Sanata Dharma, serta warga belajar dan masyarakat.
2. Faktor penghambat
Disamping faktor pendukung, dalam pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok
Dongeng mengalami beberapa hambatan yang mengakibatkan kurang maksimalnya
pembelajaran.
“…Pesertadidik memiliki karakteristik belajar yang berbeda-beda, sepertiada yang cepat mengalami kebosanan dan ada yang semangat dan lupawaktu merupakan salah satu faktor penghambat kegiatan Wisma PojokDongeng. Waktu pembelajaran yang bisa sewaktu-waktu berubahberdasarkan kesepakatan Pesertadidik apabila ada kegiatan pesertadidikyang tidak bisa ditinggalkan, pergi ke gereja…”(CW.1)
Hasil wawancara di atas diperkuat oleh data hasil catatan dokumentasi
sebagai berikut :
“…Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat kegiatan Wisma PojokDongeng. (1) cuaca, (2) kesibukan pengelola di luar kegiatan Wisma PojokDongeng, (3) kegiatan gereja bagi pesertadidik yang beragama non muslim,(4) dan masalah internal yang dihadapi Wisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksa membuat para pengelola mengeluarkanbiaya sendiri…”(CL. 6)
Jadi dapat disimpulkan faktor yang mendukung terlaksananya kegiatan
dongeng boneka di Wisma Pojok Dongeng antara lain:
a. Pesertadidik memiliki karakteristik belajar yang berbeda-beda, seperti ada
yang cepat mengalami kebosanan dan ada yang semangat.
90
b. Waktu pembelajaran yang bisa sewaktu-waktu berubah berdasarkan
kesepakatan Pesertadidik apabila ada kegiatan pesertadidik yang tidak bisa
ditinggalkan, seperti pergi ke gereja.
c. Kegiatan pengelola di luar Wisma Pojok Dongeng, karena sebagian besar
pengelola Wisma Pojok Dongeng masih berstatus mahasiswa.
d. Masalah internal yang dihadapi Wisma Pojok Dongeng seperti kekurangan
dana yang terpaksa membuat para pengelola mengeluarkan biaya sendiri.
91
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan di Wisma Pojok Dongeng yang beralamatkan di jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo No: 54, Klitren, Kota Yogyakarta dilaksanakan
setiap satu minggu sekali setiap hari minggu dari jam 09.00-11.00
dengan durasi waktu dua jam. Kegiatan di Wisma Pojok Dongeng dibagi
menjadi tiga bagian yaitu, pembuka, inti, dan penutup. Semua kegiatan
saling berhubungan untuk memperkuat kegiatan inti yaitu kegiatan
dongeng.
2. Faktor pendukung terlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng adalah
kerjasama dari beberapa pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan
Wisma Pojok Dongeng yaitu, pihak Wisma mahasiswa yang
memberikan tempat bagi Wisma Pojok Dongeng untuk melaksanakan
kegiatan. Selain itu pihak-pihak yang memberikan sumbangan dana
yang digunakan Wisma Pojok Dongeng untuk memfasilitasi seluruh
kegiatan yang dilaksanakan, dan yang terpenting semangat pesertadidik
saat mengikuti proses kegiatan menjadi sebuah dorongan moril bagi
seluruh pengelola Wisma Pojok Dongeng.
92
3. Faktor penghambat yang dihadapi Wisma Pojok Dongeng dalam
menjalankan kegiatannya adalah kegiatan pengelola di luar Wisma
Pojok Dongeng, karena sebagian besar pengelola Wisma Pojok
Dongeng masih berstatus mahasiswa. Selain itu waktu pembelajaran
yang sewaktu-waktu bisa berubah berdasarkan kesepakatan Pesertadidik
apabila ada kegiatan keagamaan pesertadidik yang tidak bisa
ditinggalkan.
B. Saran
Setelah melakukan penelitian terhadap program kegiatan Dongeng Boneka
di Wisma Pojok Dongeng sebagai upaya meningkatkan kreatifitas pesertadidik, maka
diajukan beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Pengelola Wisma Pojok Dongeng
a. Selalu menjalin hubungan baik dengan pihak-pihak yang membatu
terselenggaranya Kegiatan Dongeng Boneka di Wisma Pojok
Dongeng.
b. Selalu berusaha meningkatkan fasilitas baik secara fisik maupun non
fisik sebagai upaya meningkatkan motivasi pesertadidik.
c. Selalu solid dengan sesama pengelola agar kegiatan Dongeng
Boneka di Wisma Pojok Dongeng selalu lancer dalam
pelaksanaannya dan jangan sampai bubar.
93
d. Selalu berusaha untuk memberika kualitas yang lebih baik lagi,
karena kegiatan seperti ini sudah jarang ditemui apalagi sebagian
besar pengelola yang masih berstatus mahasiswa dimana
kebanyakan mahasiswa lebih mementingkan kesenangan pribadi.
2. Bagi Pembaca
a. Diharapkan dapat lebih mengerti arti kreativitas
b. Selalu mendukung kegiatan-kegiatan yang bersifat positif untuk
anak usia dini, karena anak adalah generasi bangsa.
c. Tidak menganggap sebelah mata mengenai pendidikan kreativitas,
karena pendidikan kreativitas sama pentingnya dengan pendidikan
yang bersifat akademis.
94
DAFTAR PUSTAKA
Burhan Bungin. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Fajar Interpratama Offset.
Danandjaja. (1986). Cerita Rakyat. Yogyakarta: IKIP.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembang Anak Jilid 1 &Jilid 2.Jakarta: Erlangga.
Imam Musbikin. (2007). Mendidik Anak Kreatif Ala Enstein. Yogyakarta: MitraPustaka James
Kartono Kartini. (1990). Psikologi Anak, Psikolog Perkembangan. Bandung :Mandar Maju
Knower, Franklin H. (1958). Encyclopedia of Educational Research. New York:Macmillan Company 1960.
Lustantini Septiningsih. (1998). Komponen-komponen Dongeng. Yogyakarta: IKIP.
Lexy J. Moleong, (2005).Metodologi Penelitian Kualitatif. rev. ed. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Miles, Metthew B. & A. Michael, Huber.(1992). Analisis Data Kualitatif.Yogyakarta: UI-Press.
Nasution S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Poerwadarminto. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.
Sujiono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta.
Suratno. (2005). Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Departemen PendidikanNasional.
Slamet Suyanto. (2005). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional.
Tadkiroatun Musfiroh. (2005). Bercerita untuk Anak Usia Dini. Jakarta : DepartemenPendidikan Nasional.
Utami Munandar. (1999). Strategi Mewujudkan Potensi Kreativ & Bakat. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama.
95
Yeni Rachmawati, & Euis Kurniati. (2005) Strategi Pengembangan Kreativitas PadaAnak Usia Dini Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Departemen PendidikanNasional.
Yuliani Nuraini Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak USIA Dini. Jakarta: PT Indeks.
W. J. S Poerwadarminta. (1989). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
97
Lampiran 1. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
Secara garis besasr dalam pengamatan (observasi) mengamati proses pelaksanaan
dongeng boneka dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini di “Wisma Pojok
Dongeng” diantaranya meliputi:
1. Mengamati lokasi dan keadaan sekitar Wisma Pojok Dongeng.
2. Mengamati prosen pelaksanaan mengamati proses pelaksanaan dongeng
boneka dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini di Wisma Pojok
Dongeng.
3. Mengamati fasilitas-fasilitas yang tersedia di Wisma Pojok Dongeng.
98
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi
PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Melalui Arsip Tertulis
a. Sejarah berdirinya Wisma Pojok Dongeng
b. Visi dan Misi Wisma Pojok Dongeng
c. Arsip data pesertadidik Wisma Pojok Dongeng
2. Foto
a. Gedung atau fisik bangunan Wisma Pojok Dongeng
b. Proses ekegiatan di Wisma Pojok Dongen
99
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara
Untuk Pembina Wisma Pojok Dongeng
I. Identitas Diri
1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)
2. Jabatan :
3. Usia :
4. Agama :
5. Pekerjaan :
6. Alamat :
7. Pendidikan terakhir :
II. Identitas Diri Lembaga
1. Sejak kapan Wisma Pojok Dongeng?
2. Apakah tujuan berdirinya Wisma Pojok Dongeng?
3. Apakah visi dan misi dari Wisma Pojok Dongeng?
4. Berapa jumlah tenaga pengelola Wisma Pojok Dongeng?
5. Apakah jumlah tenaga tersebut sudah mencukupi untuk melaksanakan
program-program yang dimiliki Wisma Pojok Dongeng?
6. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pengelola Wisma
Pojok Dongeng?
100
7. Bagaimana cara rekruitmen pengurus/pengelola dilakukan?
8. Bagaimana peran pengelola dalam penyelenggaraan program kegiatan
Wisma Pojok Dongeng?
9. Program apa saja yang telah dilakukan oleh Wisma Pojok Dongeng?
10. Apakah program-program yang diadakan tadi semuanya berhasil?
11. Faktor keberhasilan dan tidak keberhasilan dalam menjalankan program?
12. Apakah dana yang didapat Wisma Pojok Dongeng diperoleh/ bekerjasama
dengan pihak-pihak lain?
III. Sarana dan Prasarana
1. Dana
a. Pendanaan kegiatan Pojok Dongeng berasal dari mana?
b. Bagaimanakah pengelolaan dana tersebut?
2. Tempat peralatan
a. Status tempat milik siapa?
b. Fasilitas yang ada di Wisma Pojok Dongeng?
IV. Pesertadidik di Wisma Pojok Dongeng
a. Berapa jumlah pesertadidik di Wisma Pojok Dongeng?
b. Bagaimana cara rekruitmen pesertadidik di Wisma Pojok Dongeng?
c. Bagaimana karkteristik pesertadidik di Wisma Pojok Dongeng?
101
Pedoman Wawancara
Untuk Pendamping dan PengelolaWisma Pojok Dongeng
Identitas Diri
1. Nama : (Laki-laki/Perempuan)
2. Usia :
3. Agama :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Pendidikan terakhir :
a. Sejak kapan anda menjadi pendamping/tutor di Wisma Pojok Dongeng?
b. Apa yang melatar belakangi anda menjadi pendamping/tutor Wisma Pojok
Dongeng?
c. Dimana lokasi pelaksanaan Dongeng Boneka?
d. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan Wisma Pojok Dongeng?
e. Apakah yang melatar belakangi kegiatan Wisma Pojok Dongeng?
f. Apakah tujuan dari pendampingan ?
g. Apakah hasil yang ingin dicapai dari pelaksanaan pendampingan?
h. Bagaimana proses dan tahapan pelaksanaan pendampingan Wisma Pojok
Dongeng?
i. Apa saja materi yang diberikan ?
102
j. Apakah ada materi keterampilan atau lifeskill yang diberikan di Wisma Pojok
Dongeng?
k. Metode belajar apa yang digunakan dalam proses kegiatan?
l. Apakah fasilitas atau media yang digunakan untuk kegiatan Wisma Pojok
Dongeng?
m. Bagaimana interaksi (hubungan) pendamping/tutor dengan pesertadidik?
n. Bagaimanakah interaksi anda dengan masyarakat umum(sekitar Wisma Pojok
Dongeng?)?
o. Bagaimana bentuk evaluasi yang di Wisma Pojok Dongeng?
p. Apakah hasil atau dampak dari kegiatan dongeng boneka?
q. Bagaimana perubahan pesertadidik setelah mengikuti kegiatan Dongeng
Boneka? (terkait perubahan perilaku).
r. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan?
103
Lampiran 4. Catatan Wawancara
Catatan Wawancara I
(CW. 1)
Hari/Tanggal : Minggu, 8 April 2012
Waktu : 08.00-10.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Nara sumber : Mas Anggit (Ketua umum Wisma Pojok Dongeng)
No Pertanyaan Hasil Wawancara Refleksi1. Sejak kapan Wisma Pojok
Dongeng berdiri?“Tanggal 10 Maret 2010-” Wisma Pojok Dongeng berdiri
sejak 10 Maret 2010.
2. Apa tujuan berdirinya WismaPojok Dongeng?
Mendidik anak agar memiliki sifat kreatif dan inovatif yangdapat diaplikasikan dalam bentuk kehidupan individu sehari-hari”
Mendidik anak agar memilikisifat kreatif dan inovatif yangdapat diaplikasikan dalambentuk kehidupan individusehari-hari.
3. Apa visi dan misi WismaPojok Dongeng?
:“Visi : mengembangkan potensi anak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yang cerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan dan mengembangkan sifat kreativitaspada anak usia dini”
Visi : mengembangkan potensianak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yangcerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan danmengembangkan sifatkreativitas pada anak usia dini”
4. Berapa jumlah tenagapengelola Wisma Pojok
Tiga belas tenaga ahli” Jumlah tenaga pengelolaWisma Pojok Dongeng
104
Dongeng? berjumlah tiga belas orang
5. Apa latar belakangtenaga/pengelola WismaPojok Dongeng?
Lebih banyak mahasiswanya, tapi yang sudah bekerja jugaada”
Sebagian besar latar belakangtenaga/pengelola Wisma PojokDongeng masih berstatusmahasiswa, meskipun adabeberapa yang sudah tidakberstatus mahasiswa.
6. Bagaimana peran pengeloladalam penyelenggaraanprogram Wisma PojokDongeng?
Sesuai dengan Bidangnya masing-masing” Peran pengelola dalampenyelenggaraan programWisma Pojok Dongeng seuaidengan jabatan atau posisidalam struktur organisasi
7. Berapa jumlah peserta didikyang mengikuti kegiatan diWisma Pojok Dongeng
Banyak mas, menurut absensi kira-kira 20anak ke atas.” Pesertadidik yang mengikutikegiatan di Wisma PojokDongeng sekitar 25anak
8. Fasilitas apa saja yangdimiliki di Wisma PojokDongeng ?
Fasilitas gambar dan mewarnai, Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongeng, Fasilitas Kreatifitas
Fasilitas fasilitas yang ada diWisma Pojok Dongneg antaralain, buku buku, komputer,Fasilitas gambar dan mewarnai,Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongeng, FasilitasKreatifitas”
105
9. Proses Persiapan PelaksanaanKegiatan di Wisma PojokDongeng Yogyakarta
“Langkah awal dalam program kegiatan Wisma PojokDongeng Yogyakarta adalah dengan melakukan identisifikasiterhadap gejala-gejala yang sedang dialami oleh masyarakatuntuk menyesuaikan jenis program kegiatan yang akandlaksanakan, dengan mengetahui kebutuhan masyarakat danpotensi wilayah mas. Saya sebagai ketua program danpenanggung sama dengan beberapa pihak terkait untukmengajukan perizinan kepada perangkat desa untukmengajukan program kegiatan Pojok Dongeng denganberbasis pendidikan kreatif dengan metode dongeng boneka.”
Langkah awal kegiatan wismapojok dongeng dilakukandengan mengidentisifikasigejala yang ada dimasyarakatuntuk menentukan programyang cocok dan sasaran yangtepat
10. Bagaimana Wisma PojokDongeng merekrut pengurusatau pengelola untuk menjadianggota Wisma PojokDongeng
“Untuk kepengurusan atau pengelola Wisma Pojok Dongengkita membuka selebar-lebarnya bagi siapa saja yang inginmembantu kegiatan Wisma Pojok Dongeng, dengan syaratdan ketentuan mas”.
Wisma Pojok Dongengmembuka selebar lebatnya bagisemua orang untuk menjadianggota Wisma Pojok Dongeng
11. Bagaimana Wisma PojokDongeng mencari pesertadidik.
kita mencari pesertadidik dengan cara publikasi denganmenyebarkan poster-poster pengumuman, selain itu kita jugameminta bantuan RT/RW setempat untuk memberitahukankepada masyarakat bahwa ada program kegiatan untuk anak-anak”.
Wisma Pojok Dongengmendapatkan peseta didikmenggunakan cara publikasi,memberitahu menggunakanmedia poster dan dibantu tokohmasyarakat
12. Bagaimana Wisma PojokDongeng memperrsiapanSarana dan Prasarana kegiatan
“Dalam persiapan sarana dan prasarana sepenuhnya kitamelakukan bersama-sama. Biasanya saat kita menyiapakansarana dan prasarana disesuaikan dengan tema kegiatan,tapiuntuk dongeng boneka tetap dilaksanakan setian kegiatannyanamun berbeda tema dan ide cerita”
Seluruh sarana dipersiapkanoleh seluruh pengelola WismaPojok Dongeng
13. Apa saja kegiatan yang ada diWisma Pojok Dongeng
Kegiatan diwisma pojok dongeng bibagi menjadi 3bagian,bagian pembuka, inti dan penutup
kegiatan Wisma PojokDongeng dibagi menjadi tiga
106
bagian yaitu, bagian pembuka,inti, dan penutup
14. Bisa di jelaskan tiap-tiapbagian kegiatan di WismaPojok Dongeng
Kegiatan pembuka diisi dengan berdoa bersama sebelumkegiatan dimulai lalu dilanjutkan dengan bernyanyi bersama.Kegiatan inti diisi dengan panggugng dongeng denganmenggunakan media boneka dan kegiatan edukatifKegiatan penutup diisi dengan memberi penghargaan kepadapeserta didik yang menunjukan hasil dari kegiatan edukatif,setelah itu mendokumentasikan hasil karya seni dari pesertadidik dan berdoa untuk bersiap-siap pulang.
Kegiatan pembuka diisi denganberdoa bersama dan bernyanyibersamaKegiatan inti diisi denganpanggugng dongeng denganmenggunakan media bonekadan kegiatan edukatifKegiatan penutup diisi denganmemberi penghargaan kepadapeserta didik
15. Bagaimana menentukan temacerita untuk dongeng
“Kita sebagai pendongeng harus memperhatikan dongengyang kita bawakan, dongeng tersebut haraus bermanfaat bagipesertadidik dan tentunya harus menarik agar anak-anak tidakmudah cepat merasa bosan. Kita menggunakan cerita rakyat,buku-buku dongeng, dan improfisasi untuk dijadikan bahandongeng, dan semua itu tidak mudah. Hehehe.”
Dongeng harus dibuatsemenarik mungkin dan adamanfaatnya untuk peserta didik
16. Bagaimana denganpenggunaan tokoh/karakterboneka
“Boneka yang digunakan saat mendongeng harus sesuaidengan tema cerita yang disampaikan, jangan sampaidongengnya tentang kepahlawanan tapi menggunakan bonekaberuang yang berrwana pink. Harus diperhatikan karakterdengan tema cerita”
Tokoh boneka/karakter harussesuai dengan tema agar dapatmemperkuat isi dongeng
17. Bagaimana untuk dekorasipanggung dongeng boneka
“Dekorasi panggung boneka disiapkan oleh divisi acara danperlengkapan, namun saat pelaksanaannya dibantu olehpengelola lain. Dekorasi panggung boneka harus dibuatsemenarik mungkin agar pesertadidik merasa tertarik danbertambah penasaran dengan dongeng yang nantinya akan diceitakan karena jika pesertadidik sudah tertarik dengandekorasinya maka pesertadidik juga akan tertarik dengandongengnya”
Dekorasi panggung disesuaikandengan tema awal, dekorasiyang sesuai akan semakinmemperkuat isi dongeng
107
18. Bagaimana kegiatan evaluasiWisma Pojok Dongeng
“Evaluasi langsung dilaksanakan setelah proses kegiatanselesai, setiap pengelola yang mendapat tugas sebagaipendamping kelompok memberikan hasil berupa catatan yangberisi tentang respon anak dari kegiatan yang dilaksanakan.catatan ini dapat menyimpulkan dua kesimpulan, pesertadidikmemiliki masalah karena kurang konsentrasi, atau programyang dilaksanakan tidak sesuai dengan pesertadidik”.
Kegiatan evaluasi dilakukansetelah pelaksanaan kegiatanselelsai, dengan caramemngumpulkan catatan tiapdivisi saat kegiatan berlangsung
19. Apa saja yang menjadi faktorPendukung kegiatan WismaPojok Dongeng
“yang menjadi pendorong pertama tentunya semangat wargabelajar yang tinggi dalam mengikuti kegiatan Wisma PojokDongeng , kemudian adanya fasilitas, sarana prasarana yanmemadai didukung dana dari pihak-pihak yang mendukungterselenggaranya program kegiatan Wisma Pojok Dongeng”
Faktor Pendukung (a)Semangat warga belajar yangtinggi dalam mengikutikegiatan Wisma PojokDongeng; (b) Fasilitas saranadan prasarana yang tersediasesuai dengan kebutuhan; (c)Dukungan dari berbagai pihak
20. Apa saja yang menjadi faktorpenghambat kegiatan WismaPojok Dongeng
“…Salah satu yang manjadi faktor penghambat kegiatan yangdilaksanakan di Wisma Pojok Dongeng adalah kegiatanpengelola di luar Wisma Pojok Dongeng, karena sebagianbesar pengelola Wisma Pojok Dongeng masih berstatusmahasiswa. Jadi kami mempersilahkan pengelola untukmelaksanakan tugasnya sebagai mahasiswa terlebihdahulu…”
Faktor penghambat yangdihadapi Wisma PojokDongeng dalam melaksanakankegiatannya antara lain, (a)Pesertadidik memilikikarakteristik belajar yangberbeda-beda; (b) Waktupelaksanaan kegiatan yang bisasewaktu-waktu berubah; (c)Kegiatan pengelola di luarWisma Pojok Dongeng; (d)Masalah internal yang dihadapiWisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksamembuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri.
108
Catatan Wawancara II
(CW. 2)
Hari/Tanggal : Minggu, 15 April 2012
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Nara sumber : Mas Rio (Ketua pelaksana Wisma Pojok Dongeng)
No Pertanyaan Hasil Wawancara Refleksi1. Sejak kapan Wisma Pojok
Dongeng berdiri?“Sejak 10 Maret 2010” Wisma Pojok Dongeng berdiri
sejak 10 Maret 2010.
2. Apa tujuan berdirinya WismaPojok Dongeng?
Memberikan pendidikan kreativ untuk anak usia dini Mendidik anak agar memilikisifat kreatif dan inovatif yangdapat diaplikasikan dalambentuk kehidupan individusehari-hari.
3. Apa visi dan misi WismaPojok Dongeng?
:“Visi : mengembangkan potensi anak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yang cerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan dan mengembangkan sifat kreativitaspada anak usia dini”
Visi : mengembangkan potensianak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yangcerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan danmengembangkan sifatkreativitas pada anak usia dini”
4. Berapa jumlah tenagapengelola Wisma PojokDongeng?
Tiga belas orang” Jumlah tenaga pengelolaWisma Pojok Dongengberjumlah tiga belas orang
109
5. Apa latar belakangtenaga/pengelola WismaPojok Dongeng?
Mahasiswa, tapi yang udah lulus juga ada” Sebagian besar latar belakangtenaga/pengelola Wisma PojokDongeng masih berstatusmahasiswa, meskipun adabeberapa yang sudah tidakberstatus mahasiswa.
6. Bagaimana peran pengeloladalam penyelenggaraanprogram Wisma PojokDongeng?
Peran peneglola dalam penyelenggaran program, sesuaidengan jabatan atau posisi dalam struktur organisasi
Peran pengelola dalampenyelenggaraan programWisma Pojok Dongeng seuaidengan jabatan atau posisidalam struktur organisasi
7. Berapa jumlah peserta didikyang mengikuti kegiatan diWisma Pojok Dongeng
Tiap mingunya sekitar 25-30, kadang lebih kadang kurangtapi rata-rata 25anak”
Pesertadidik yang mengikutikegiatan di Wisma PojokDongeng sekitar 25anak
8. Fasilitas apa saja yangdimiliki di Wisma PojokDongeng ?
Fasilitas gambar dan mewarnai, Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongeng, Fasilitas Kreatifitas.”
Fasilitas fasilitas yang ada diWisma Pojok Dongneg antaralain, buku buku, komputer,Fasilitas gambar dan mewarnai,Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongeng, FasilitasKreatifitas”
110
9. Proses Persiapan PelaksanaanKegiatan di Wisma PojokDongeng Yogyakarta
“Dalam pemilihan jenis program kegiatan dilakukansepenuhnya oleh pengelola Wisma Pojok Dongeng denganmempertimbangkan gejala-gejala yang sedang dialami olehmasyarakat dibantu oleh beberapa pihak yang terkait. Lalumengajukan perizinan keperangkat desa untuk menganalisisprogram kegiatan yang akan kita laksanakan Mas”.
Langkah awal kegiatan wismapojok dongeng dilakukandengan mengidentisifikasigejala yang ada dimasyarakatuntuk menentukan programyang cocok dan sasaran yangtepat
10. Bagaimana Wisma PojokDongeng merekrut pengurusatau pengelola untuk menjadianggota Wisma PojokDongeng
“Perekrutan pengelola/pengurus Pojok Dongeng Yogyakartasebenarnya tidak begitu pilah-pilih, siapa saja bolehbergabung dengan kami asal mempunyai kepedulian terhadapmasa depan generasi anak di masa depan mas”
Wisma Pojok Dongengmembuka selebar lebatnya bagisemua orang untuk menjadianggota Wisma Pojok Dongeng
11. Bagaimana Wisma PojokDongeng mencari pesertadidik.
“Perekrutan untuk pesertadidik dilakukan dengan cara yangsederhana, yaitu dengan menyebarkan poster/iklan tentangprogram kegiatan kita, agar orang-orang yang melihat postertersebut yakin dengan pubilasi kita maka kita memintabantuan tokoh masyarakat untuk mengumumkan
Wisma Pojok Dongengmendapatkan peseta didikmenggunakan cara publikasi,memberitahu menggunakanmedia poster dan dibantu tokohmasyarakat
12. Bagaimana Wisma PojokDongeng memperrsiapanSarana dan Prasarana kegiatan
“Saat menyiapkan sarana dan prasarana biasanya saya tidakikut, bukan berarti saya tidak membantu tetapi sayamengkordinir semua sarana dan prasarana yang harustersedian, kemudian pengelola lain mempersiapkannya dandirancang sedemikian rupa sehingga sarana dan prasaranayang tersedia dapat berguna dan bermanfaat”
Seluruh sarana dipersiapkanoleh seluruh pengelola WismaPojok Dongeng
13. Apa saja kegiatan yang ada diWisma Pojok Dongeng
Kegiatan diwisma pojok dongeng bibagi menjadi 3bagian,bagian pembuka, inti dan penutup
kegiatan Wisma PojokDongeng dibagi menjadi tigabagian yaitu, bagian pembuka,inti, dan penutup
14. Bisa di jelaskan tiap-tiap Bagian pembuka diisi dengan berdoa bersama diteruskan Kegiatan pembuka diisi dengan
111
bagian kegiatan di WismaPojok Dongeng
dengan kegiatan gerak dan laguKegiatan inti diisi dengan kegiatan dongeng boneka danpermainan edukatifBagian penutup diisi dengan kegiatan berfoto bersama danpersiapan untuk pulang
berdoa bersama dan bernyanyibersamaKegiatan inti diisi denganpanggugng dongeng denganmenggunakan media bonekadan kegiatan edukatifKegiatan penutup diisi denganmemberi penghargaan kepadapeserta didik
15. Bagaimana menentukan temacerita untuk dongeng
“…Meskipun dongeng sebuah media yang baik untukpenyampaian pesan yang ingin kita sampaikan tetapi kita jugaharus memperhatikan pesan yang akan kita sampaikan,jangan sampai pesan yang kita sampaikankan berdampakkurang baik bagai para pendengar. Oelh karena itu kamimenggunakan bahan-bahan dongeng sebagai panduan kamiuntuk menyampaikan pesan seperti, dongeng cerita rakyat,buku-buku dongeng, dan kadang-kadang kita membuatdongeng sendiri sesuai dengan pesan yang ingin kitasampaikan”
Dongeng harus dibuatsemenarik mungkin dan adamanfaatnya untuk peserta didik
16. Bagaimana denganpenggunaan tokoh/karakterboneka
“sangat mendongeng saya menggunakan karakter bonekayang sesuai dengan tema cerita, kita memiliki banyak jeniskarakter tapi meskipu demikian penggunaan karakter bonekayang sesuai sangat penting hal ini akan membuat pendengarseakan-akan masuk kedalam cerita”
Tokoh boneka/karakter harussesuai dengan tema agar dapatmemperkuat isi dongeng
17. Bagaimana untuk dekorasipanggung dongeng boneka
…Persiapan dekorasi panggung boneka harus diperhatikandengan cerita dongeng, tokoh karakter dongeng, dan harusmenarik. Jika dekorasi panggung boneka sudah tidak bisamembuat tertarik pesertadidik dipastikan pesertadidik tidakbegitu antusian terhandap dongengnya…”
Dekorasi panggung disesuaikandengan tema awal, dekorasiyang sesuai akan semakinmemperkuat isi dongeng
18. Bagaimana kegiatan evaluasi “Setiap Wisma Pojok Dongeng selesai melaksanakan Kegiatan evaluasi dilakukan
112
Wisma Pojok Dongeng kegiatan, kami (pengelola Wisma Pojok Dongeng)melakukan evaluasi, kegiatan evaluasi ini bertujuan untukmemperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihanprogram kegiatan yang dilaksanakan. Sedangkan hal-haldievaluasi adalah aktivitas pesertadidik saat mengikutikegiatan dan keseluruhan acara kegiatan”.
setelah pelaksanaan kegiatanselelsai, dengan caramemngumpulkan catatan tiapdivisi saat kegiatan berlangsung
19. Apa saja yang menjadi faktorPendukung kegiatan WismaPojok Dongeng
“…Semangat pesertadidik menjadi faktor utama bagi WismaPojok Dongeng untuk memberikan kualitas yang terbaik bagiterlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng. Kerjasamadengan Wisma Mahasiswa yang memberikan tempat untukpusat tempat kegiatan merupakan faktor pendukungterlaksananya kegiatan Wisma Pojok Dongeng…”
Faktor Pendukung (a)Semangat warga belajar yangtinggi dalam mengikutikegiatan Wisma PojokDongeng; (b) Fasilitas saranadan prasarana yang tersediasesuai dengan kebutuhan; (c)Dukungan dari berbagai pihak
20. Apa saja yang menjadi faktorpenghambat kegiatan WismaPojok Dongeng
“…Ada beberapa faktor yang menjadi penghambat kegiatanWisma Pojok Dongeng. (1) cuaca, (2) kesibukan pengelola diluar kegiatan Wisma Pojok Dongeng, (3) kegiatan gereja bagipesertadidik yang beragama non muslim, (4) dan masalahinternal yang dihadapi Wisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksa membuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri…”
Faktor penghambat yangdihadapi Wisma PojokDongeng dalam melaksanakankegiatannya antara lain, (a)Pesertadidik memilikikarakteristik belajar yangberbeda-beda; (b) Waktupelaksanaan kegiatan yang bisasewaktu-waktu berubah; (c)Kegiatan pengelola di luarWisma Pojok Dongeng; (d)Masalah internal yang dihadapiWisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksamembuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri.
113
Catatan Wawancara III
(CW. 3)
Hari/Tanggal : Minggu, 22 April 2012
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Nara sumber : Mbak Jenny(Sekertaris Wisma Pojok Dongeng)
No Pertanyaan Hasil Wawancara Refleksi1. Sejak kapan Wisma Pojok
Dongeng berdiri?“Tahun 2010” Wisma Pojok Dongeng berdiri
sejak 10 Maret 2010.
2. Apa tujuan berdirinya WismaPojok Dongeng?
“Mendidik anak agar memiliki sifat kreatif dan inovatif” Mendidik anak agar memilikisifat kreatif dan inovatif yangdapat diaplikasikan dalambentuk kehidupan individusehari-hari.
3. Apa visi dan misi WismaPojok Dongeng?
:“Visi : mengembangkan potensi anak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yang cerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan dan mengembangkan sifat kreativitaspada anak usia dini”
Visi : mengembangkan potensianak usia dini agar menjadicalon generasi bangsa yangcerdas, kreatif, dan inovatif.Misi : Menumbuhkan danmengembangkan sifatkreativitas pada anak usia dini”
4. Berapa jumlah tenagapengelola Wisma PojokDongeng?
“Tiga belas pengelola” Jumlah tenaga pengelolaWisma Pojok Dongengberjumlah tiga belas orang
114
5. Apa latar belakangtenaga/pengelola WismaPojok Dongeng?
Masih berstatus mahasiswa, tapi beberpa ada yang sudahtidak mahasiswa lagi”
Sebagian besar latar belakangtenaga/pengelola Wisma PojokDongeng masih berstatusmahasiswa, meskipun adabeberapa yang sudah tidakberstatus mahasiswa.
6. Bagaimana peran pengeloladalam penyelenggaraanprogram Wisma PojokDongeng?
:”Peran peneglola dalam penyelenggaran program, sesuaidengan jabatan atau posisi dalam struktur organisasi contoh:
Pimpinan: kordinasi kegiatan, dan memanage program yangakan dilaksanakan.Divisi publikasi: mengurusi tentang isin atau surat menyuratPendamping: pelaksana program dan mendampingipesertadidik saat kegiatanDivisi event: mengurusi seluruh kegiatan yang akandilaksanakan”
Peran pengelola dalampenyelenggaraan programWisma Pojok Dongeng seuaidengan jabatan atau posisidalam struktur organisasi
7. Berapa jumlah peserta didikyang mengikuti kegiatan diWisma Pojok Dongeng
Fruktuatif mas, tapi pasti lebih dari 25pesertadidik” Pesertadidik yang mengikutikegiatan di Wisma PojokDongeng sekitar 25anak
8. Fasilitas apa saja yangdimiliki di Wisma PojokDongeng ?
”Fasilitas fasilitas yang ada di Wisma Pojok Dongeng antaralain, buku buku, komputer, Fasilitas gambar dan mewarnai,Fasilitas alat-alat Musik, Fasilitas Dongeng, FasilitasKreatifitas”
Fasilitas fasilitas yang ada diWisma Pojok Dongneg antaralain, buku buku, komputer,Fasilitas gambar dan mewarnai,Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongeng, FasilitasKreatifitas”
9. Proses Persiapan PelaksanaanKegiatan di Wisma PojokDongeng Yogyakarta
“Dalam pemilihan jenis kegiatan dongeng boneka sebagaisalah jenis kegiatan Wisma Pojok Dongeng dilakukan olehpengelola Wisma Pojok Dongeng dengan menganalisis
Langkah awal kegiatan wismapojok dongeng dilakukandengan mengidentisifikasi
115
gejala-gejala yang sedang dialami oleh masyarakat danpotensi yang dimiliki terlebih dahulu sebagai acuan dalammemilih jenis kegiatan yang akan diselenggarakan mas”.
gejala yang ada dimasyarakatuntuk menentukan programyang cocok dan sasaran yangtepat
10. Bagaimana Wisma PojokDongeng merekrut pengurusatau pengelola untuk menjadianggota Wisma PojokDongeng
“Pembentukan anggota Wisma Pojok Dongeng dilakukandengan terbuka, artinya siapapun bias menjadi Wisma PojokDongeng, tetapi mempunyai kepedulian terhadap masa depangenerasi anak di masa depan anak kita juga melihat potensiyang dimiliki orang tersebut”.
Wisma Pojok Dongengmembuka selebar lebatnya bagisemua orang untuk menjadianggota Wisma Pojok Dongeng
11. Bagaimana Wisma PojokDongeng mencari pesertadidik.
“Dalam proses pencarian pesertadidik kita dan pengelola lainberunding untuk melakukan iklan berupa poster lalumenyebarkannya, dan meminta bantuan tokoh-tokohmasyarakat untuk ikut membantu dan meyakinkan programkegiatan yang akan kita selenggarakan”.
Wisma Pojok Dongengmendapatkan peseta didikmenggunakan cara publikasi,memberitahu menggunakanmedia poster dan dibantu tokohmasyarakat
12. Bagaimana Wisma PojokDongeng memperrsiapanSarana dan Prasarana kegiatan
“Saya dan pengelola yang lain mempersiapkan sarana danprasarana saat akan melaksanakan kegiatan, biasanya kitamelakukannya 2hari sebelum hari pelaksanaan”
Seluruh sarana dipersiapkanoleh seluruh pengelola WismaPojok Dongeng
13. Apa saja kegiatan yang ada diWisma Pojok Dongeng
Kegiatan diwisma pojok dongeng bibagi menjadi 3bagian,bagian pembuka, inti dan penutup
kegiatan Wisma PojokDongeng dibagi menjadi tigabagian yaitu, bagian pembuka,inti, dan penutup
14. Bisa di jelaskan tiap-tiapbagian kegiatan di WismaPojok Dongeng
Bagian pembuka berisikan kegiatan yang ringan sepertiberdoa bersama sebelum kegiatan dimulai, lalu dilanjutkandengan bernyayi diiringi dengan lagu, dan diikuti dengangerakPada bagian inti berisi dua kegiatan yaitu, kegiatan dongengboneka, dan kegiatan edukatif. Kegiatan dongeng boneka inibertujuan untuk mengasah imajinasi anakBagian penutup diisi dengan kegiatan pemberian hadiahkepada peserta didik yang menang lalu siap-siap pulang
Kegiatan pembuka diisi denganberdoa bersama dan bernyanyibersamaKegiatan inti diisi denganpanggugng dongeng denganmenggunakan media bonekadan kegiatan edukatifKegiatan penutup diisi denganmemberi penghargaan kepada
116
peserta didik15. Bagaimana menentukan tema
cerita untuk dongengKita menggunakan sumber yang sudah ada, biasanya daribuku-buku dongeng. Tapi kadang kala kita juga membuatsendiri tema cerita yang akan dilaksanakan. Kita juga harusmenyesuaikan tema cerita dengan kemampuan anak.
Dongeng harus dibuatsemenarik mungkin dan adamanfaatnya untuk peserta didik
16. Bagaimana denganpenggunaan tokoh/karakterboneka
“Karakter boneka harus memiliki kemisteri dengan ceritanya ,maksudnya cerita yang baik dukung oleh tokoh yang sesuaiakan menjadi sesuatu banget”
Tokoh boneka/karakter harussesuai dengan tema agar dapatmemperkuat isi dongeng
17. Bagaimana untuk dekorasipanggung dongeng boneka
Dekorasi panggung boneka dipersiapka oleh bagian dekor,tata panggung harus sesuai dengan tema dongeng agarmemperkuat inti dan pesan dongeng tersebut
Dekorasi panggung disesuaikandengan tema awal, dekorasiyang sesuai akan semakinmemperkuat isi dongeng
18. Bagaimana kegiatan evaluasiWisma Pojok Dongeng
Kegiatan evaluasi kita lakukan persis setelah kegitanberlangsung. Kegiatan evaluasi dilakukan denganmemberikan laporan tiap divisi/seksi. Lalu jika ada kendalakita akan mencari solusinya.
Kegiatan evaluasi dilakukansetelah pelaksanaan kegiatanselelsai, dengan caramemngumpulkan catatan tiapdivisi saat kegiatan berlangsung
19. Apa saja yang menjadi faktorPendukung kegiatan WismaPojok Dongeng
Yang menjadi pendukung terlaksananya kegiatan WismaPojok Dongeng sampai bisa berjalan sampai sekarang inikarena bantuan dari beberapa pihak dan tentunya semangatpeserta didik menjadi faktor utama kegiatan Wisma PojokDongeng masih berjalan sampai sekarang
Faktor Pendukung (a)Semangat warga belajar yangtinggi dalam mengikutikegiatan Wisma PojokDongeng; (b) Fasilitas saranadan prasarana yang tersediasesuai dengan kebutuhan; (c)Dukungan dari berbagai pihak
20. Apa saja yang menjadi faktorpenghambat kegiatan WismaPojok Dongeng
“…Warga belajar memiliki karakteristik belajar yangberbeda-beda, seperti ada yang cepat mengalami kebosanandan ada yang semangat dan lupa waktu merupakan salah satufaktor penghambat kegiatan Wisma Pojok Dongeng. Waktupembelajaran yang bisa sewaktu-waktu berubah berdasarkankesepakatan Pesertadidik apabila ada kegiatan pesertadidikyang tidak bisa ditinggalkan, pergi ke gereja…”
Faktor penghambat yangdihadapi Wisma PojokDongeng dalam melaksanakankegiatannya antara lain, (a)Pesertadidik memilikikarakteristik belajar yangberbeda-beda; (b) Waktu
117
pelaksanaan kegiatan yang bisasewaktu-waktu berubah; (c)Kegiatan pengelola di luarWisma Pojok Dongeng; (d)Masalah internal yang dihadapiWisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksamembuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri.
118
Lampiran 5. Catatan Lapangan
Catatan Lapangan I
(CL. 1)
Hari/Tanggal : Minggu, 8 April 2012
Waktu : 08.00-09.00
Tempat : Wisma POjok Dongeng
Tema/kegiatan : Observasi awal
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari data tentang bentuk
fisik, letak, dan sejarah WismaPojok Dongeng
Minggu, 8 April 2012 08.00 Am, hari ini saya melakukan
observasi awal di Wisma Pojok Dongeng. Sesampainya
disana saya bertemu dengan mas “Ang” dimana
sebelumnya saya sudah membuat janji untuk ikut dalam
kegiatan Wisma Pojok Dongen dengan tujuan observasi.
Wisma Pojok Dongeng beralamat di jalan Dr. Wahidin
Sudirohusodo No: 54, Klitren, persis terletak di depan
UKDW. Wisma Pojok Dongeng mempunyai banyak
ruangan dimana ruangan tersebut djadikan tempat untuk
menyimpan fasilitas sarana untuk kegitan Wisma Pojok
Dongeng. Tempat kegiatan terletak dibagian utama
Wisma. Tempatnya berbentuk seperti pendopo yang
memiliki luas yang cukup besar untuk melakukan
kegiatan. Tujuan diadakannya wisma pojok dongeng
berlatar belakang kepedulian beberapa orang terhadap
pentingnya pendidikan kreativitas untuk anak usia dini.
Wisma Pojok Dongeng ini
beralamatkan di jalan Dr.
Wahidin Sudirohusodo No: 54,
Klitren, Kota Yogyakarta.
Bangunan Wisma Pojok
Dongeng ini tepatnya terlatak
tepat di depan Universitas
UKDW atau utaranya gereja
Kristen. Sejarah berdirinya
Wisma Pojok Dongeng berlatar
belakang karna kepedulian
terhadap masalah pendidikan
terutanma pendidikan kreativ
yang kurang mendapat
perhatian.
119
Catatan Lapangan II (CL. 2)
Hari/Tanggal : Minggu, 15 April 2012
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Mengikuti kegiatan Wisma Pojok Dongeng
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari data tentang langkah-
langkah kegiatan di WismaPojok Dongeng
Minggu, 15 April 2012 09.00 Am dipertemuan kedua ini
dengan para pengelola Wisma Pojok Dongeng saya lebih
dalam terkait dengan kegiatan regular. Saya ikut serta
dalam kegiatan sebagai pendamping peserta didik.
Sebelum dimulai peserta didik yang mengikuti kegiatan
wajib mengisi absen dan memasang name tag, hal ini
memudahkan pengelola mengingat nama pesertadidik.
Pesertadidik yang datang berumur sekitar 3-10tahun,
pesertadidik yang datang tidak sendirian, ada yang diantar
oleh ayahnya, ibunya, bahkan kakaknya. Selagi menunggu
yang lain datang, pesertadidik yang sudah datang diberi
kegiatan mewarnai. Setelah semua anak terkumpul
dimulailah kegiatan, kegiatan awal yang dilakukan adalah
mengelompokan anak sesuai umur kemudian membaca
doa bersama, setelah membaca doa dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan lainnya, seperti menyanyi, gerak dan
lagu, dll. Lalu dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu
dongeng boneka dan permainan edukatif. Setelah
kegiatan, pesertadidik diberikan 20menit waktu istirahat,
pesertadidik diberikan makanan yang sebelumnya sudah
Kegiatan di Wisma Pojok
Dongeng dibagi menjadi tiga
bagian, pembuka, inti, dan
penutup. Kegiatan pembuka
diisi dengan membaca doa
diteruskan dengan kegiatan
gerak dan lagu. Kegiatan inti
diisi dengan kegiatan panggung
boneka dan kegiatan edukatif.
Kegiatan penutup diisi dengan
kegiatan diisi dengan berfoto
bersama dengan seluruh
pengelola sambil memamerkan
karya hasil dari permainan
edukatif.
120
disediakan oleh salahsatu pengelola Wisma Pojok
Dongeng. Setelah jam istirahat selesai peserta didik
dikumpulkan kembali untuk kegiatan penutup. Kegiatan
penutup diisi dengan kegiatan diisi dengan berfoto
bersama dengan seluruh pengelola sambil memamerkan
karya hasil dari permainan edukatif.
121
Catatan Lapangan III
(CL. 3)
Hari/Tanggal : Sabtu, 21 Apri 2012
Waktu : 19.00-21.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Observasi persiapan kegiatan pojok dongen di malam hari
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari data tentang persiapan
kegiatan di Wisma PojokDongeng waktu malam hari
Sabtu , 21 Mei 2012 19.00Pm. pada malam hari ini saya
akan melihat persiapan kegiatan Wisma Pojok Dongeng
dimalam hari. Seperti biasa sebelum mengunjungi Wisma
Pojok Dongeng saya membuat janji terlebih dahulu dengan
mas “Ang”. Sesampainya dilokasi para pengelola Wisma
Pojok Dongeng sudah terlihat sibuk dengan tugasnya
masing-masing. Didivisi even/acara terlihat sedang
menyiapkan materi permainan untuk besok, dimana
permainan yang direncanakan tidak sembarangan, harus
memiliki dampak yang baik untuk anak hal ini membuat
divisi acara cukup cermat dalam merencanakan permainan
yang akan digunakan untuk acara besok. Divisi publikasi
menyiapkan pengumuman berupa poster untuk disebarkan,
hal ini bertujuan agar masyarakat tahu tentang kegiatan
Wisma Pojok Dongeng. Divisi perlengkapan, didivisi ini
pengelola menyiapkan perlengkapan untuk kegiatan besok
dan kelengkapan untuk dongeng, dari seting panggung
boneka, background panggung, sampai karakter boneka
yang sesuai untuk cerita yang akan disampaikan. Didivisi
Sarana dan prasarana yang
dipersiapkan meliputi tempat
kegiatan, dan sarana
pembelajaran berupa alat
gambar dan peralatan kegiatan
praktek membuat kerajinan
barang bekas yang berupa
barang-barang yang sudah
dipakai, seluruhnya disiapkan
oleh pengelola wisma pojok
dongeng
Divisi publikasi menyiapkan
pengumuman berupa poster
untuk disebarkan.
122
konsumsi terlihat kesibukan yang cukup menyenangkan,
karena divisi ini berhubungan dengan makanan yang akan
diberikan besok saat kegiatan besok, makananpun tidak
sembarangan, harus mementingkan gizi untuk yang
mengkonsumsinya.
123
Catatan Lapangan IV
(CL. 4)
Hari/Tanggal : Minggu, 22 April 2012
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Mencari informasi latar belakang pesertadidik dan orangtua peserta didik
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari data tentang latar
belakang peserta didik diWisma Pojok Dongeng waktumalam hari
Minggu, 22 April 2012. Setelah semalan saya mengikuti
persiapan kegiatan Wisma Pojok Dongeng, hari ini saya
akan mencari informasi tentang latar belakang pesertadidik
dan orangtua pesertadidik. Seperti biasa saya membuat
janji dan meminta ijin sebelum melakukan kegiatan saya.
Saya sampai dilokasi jam9 pagi seperti biasa saya bertemu
dengan mas “Ang”,mas “Ang” sudah tahu maksud dan
tujuan saya jadi saya diperbolehkan langsung mencari
informasi tentang latar belakang pesertadidik dan orangtua
pesertadidik. Saya memdatangi pesertadidik yang sedang
asik dengan kegiatannya, saya bertanya, berkenalan, dan
coba berinteraksi dengan mereka meskipun cukup sulit
berkomunikasi dengan beberapan pesertadidik yang ada
disana. Setelah selesai medapat informasi dari
pesertadidik, sekarang waktuya untuk mencari informasi
tentang orangtua pesertadidik. Diketahui bahwa para orang
tua senang anaknya mengikuti kegiatan. Diketahui data
dari para orang tua peserta didik. perseta didik yang
Diketahui bahwa peserta didik.
perseta didik yang mengikuti
kegiatan di Wisma Pojok
Dongeng berumur antara 3-
10tahun. Mereka bertempat
tinggal tidak jauh dari tempat
Wisma Pojok Dongeng.
Hampai dari seluruh peserta
didik sudah mengikuti
pendidikan formal atau sudah
bersekolah di sekolah dasar,
yang lainnya masih duduk di
taman kanak-kanan, ada ada
juga yang belum mengikuti
pendidikan formal.
124
mengikuti kegiatan di Wisma Pojok Dongeng berumur
antara 3-10tahun. Mereka bertempat tinggal tidak jauh dari
tempat Wisma Pojok Dongeng. Hampai dari seluruh
peserta didik sudah mengikuti pendidikan formal atau
sudah bersekolah di sekolah dasar, yang lainnya masih
duduk di taman kanak-kanan, ada ada juga yang belum
mengikuti pendidikan formal.
125
Catatan Lapangan V
(CL. 5)
Hari/Tanggal : Minggu, 29 April 2012
Waktu : 09.00-11.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Mengamati Fasilitas Wisma Pojok Dongeng
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari data mengenai fasilitas
kegiatan Wisma PojokDongeng
Minggu, 29Apil 2012. Hari ini sama seperti minggu-
minggu sebelumnya yaitu mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya tentang Wisma Pojok Dongeng. Hari ini saya
mencari informasi tentang fasilitas yang disediakan Wisma
Pojok Dongeng dalam melaksanakan kegiatannya. Kali ini
saya tidak ditemani mas “Ang” tetapi oleh mas “Bb”
selaku divisi perlengkapan. Saya diajak mengelilingi
ruangan demi ruangan. Dari ruangan kantor sampai ke
dapur, ternyata fasilitas yang disediakan Wisma Pojok
Dongeng untuk melaksanakan kegiatan cukup lengkap.
Ada fasilitas mengambar, alat-alat musik, peralatan
memasak, perlengkapan dekorasi, dll. Dari semua fasilitas
tidak semuanya memiliki kondisi yang baik, ada beberapa
yang sudah cukup rusak dikarenakan usia, seperti meja
kerja, kompor untuk memasak, dan lemari arsip. Mungkin
karena bahan bakunya terbuat dari kayu dan sudah cukup
lama jadi kondisinya kurang baik,tetapi hal tersebut tidak
dijadikan alasan untuk mengurangi kualitas kegiatan
Fasilitas yang dimiliki WismaPojok Dongeng Yogyakartaantara lain Fasilitas gambar danmewarnai, Fasilitas RuangDapur, Fasilitas Ruang Kantor,Fasilitas alat-alat Musik,Fasilitas Dongen, Fasilitasmedia kreatifitas.
126
Catatan Lapangan VI
(CL. 6)
Hari/Tanggal : Sabtu, 12 Mei 2012
Waktu : 19.00-21.00
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Mencari informasi tentang Wisma Pojok Dongeng
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mencari informasi tentang
PendanaanKeorganisasianFaktor penghambat danpendukung Wisma PojokDongeng
Sabtu 12 Mei 2012 19.00 Wib. Malam hari ini saya
berkunjung kembali ke Wisma Pojok Dongeng, kunjungan
saya kali ini untuk mencari informasi tentang semua yang
berhubungan dengan Wisma Pojok Dongeng. Yang saya
cari tahu mulai dari sejarahnya, struktur organisasi,
fasilitas, pendanaan, dll. Diketahui dari hasil wawancara,
Wisma Pojok Dongeng terbentuk tahun 2010 yang berawal
dari beberapa mahasiswa yang mempunyai kepedulian
tentang generasi anak-anak. Diketahui juga dari hasil
wawancara dengan pengelola Wisma Pojok Dongeng,
pendanaan Wisma Pojok Dongeng didapat dari dana
swadaya pengelolanya, dana tambahan kegiatan pojok
dongeng didapat dari sumbangan beberapa pihak dan
event-event panggilan yang diterima Wisma Pojok
Dongeng. Dana yang didapat digunakan untuk keperluan
kegiatan. Memfasilitasi sarana kegiatan, biaya konsumsi,
dll. Dalam pelaksanaanya Wisma Pojok Dongeng
terkadang lebih sering menggunakan dan pribadi untuk
Pendanaan Wisma PojokDongeng didapat dari danaswadaya pengelolanya, danatambahan didapat dari hasilmengisi acara anak-anak.Struktur organisasi WismaPojok Dongeng dibentukberdasarkan kemampuan danpotensi yang dimiliki paraanggotanya.yang menjadi faktor pendukungterlaksananya kegiatan WismaPojok Dongeng yaitu (a)Semangat warga belajar yangtinggi dalam mengikutikegiatan Wisma PojokDongeng; (b) Fasilitas saranadan prasarana yang tersediasesuai dengan kebutuhan; (c)Dukungan dari berbagai pihak.Ada beberapa faktor yang
127
tetap terselenggaranya kegiatan Wisma Pojok Dongeng.
Struktur organisasi Wisma Pojok Dongeng dibentuk
berdasarkan kemampuan dan potensi yang dimiliki para
anggotanya. Jika salahsatu pengelola memiliki
kemampuan dibidang seni, makan akan dijadikan divisi
perlengkapan. Semangat pesertadidik menjadi faktor
utama bagi Wisma Pojok Dongeng untuk memberikan
kualitas yang terbaik bagi terlaksananya kegiatan Wisma
Pojok Dongeng. Kerjasama dengan Wisma Mahasiswa
yang memberikan tempat untuk pusat tempat kegiatan
merupakan faktor pendukung terlaksananya kegiatan
Wisma Pojok Dongeng. Salah satu yang manjadi faktor
penghambat kegiatan yang dilaksanakan di Wisma Pojok
Dongeng adalah kegiatan pengelola di luar Wisma Pojok
Dongeng, karena sebagian besar pengelola Wisma Pojok
Dongeng masih berstatus mahasiswa. Jadi kami
mempersilahkan pengelola untuk melaksanakan tugasnya
sebagai mahasiswa terlebih dahulu
menjadi penghambat kegiatanWisma Pojok Dongeng. (1)cuaca, (2) kesibukan pengeloladi luar kegiatan Wisma PojokDongeng, (3) kegiatan gerejabagi pesertadidik yangberagama non muslim, (4) danmasalah internal yang dihadapiWisma Pojok Dongeng sepertikekurangan dana yang terpaksamembuat para pengelolamengeluarkan biaya sendiri
128
Catatan Lapangan VII
(CL. 7)
Hari/Tanggal : 20 Mei 2012
Waktu : 10.00-11.30
Tempat : Wisma Pojok Dongeng
Tema/kegiatan : Mengamati evaluasi di Wisma Pojok Dongeng
No. Data Deskripsi Refleksi1. Mengamati kegiatan evaluasi di
Wisma Pojok DongengHari ini saya datang kembali ke tempat penelitian
saya, kegiatan saya hari ini akan mengamati kegiatan
evaluasi seperti apa. Ingin tau seperti apa bentuk kegiatan
evaluasi di Wisma Pojok Dongeng, jangan kamana-mana
saksikan terus Mustakim Road to Tesis. Siang ini saya tiba
di Wisma Pojok Dongeng pad pukul 10.00 Wib, saat itu
kegiatan sudah dimulai, saya mengamati kegiatan demi
kegiatan dan pada akhirnya selesai juga, inilah saatnya
dimulai kegiatan evaluasi.
Pertama semua pengelola dikumpulkan setelah
membereskan semua peralatan yang digunakan saat
kegiatan. Setiap divisi diberi kesempatan untuk
memberikan laporan tentang acara yang sudah
dilaksanakan. Kemudia hasilnya dibahas bersama, jika ada
kekurangan akan diperbaiki dikegiatan berikutnya. Setelah
seluruh divisi memberikan laporan barulah para
pendamping anak yang mendapingi anak saat mengikuti
Kegiatan evaluasi dilakukan
dengan cara menjelaskan
catatan yang berisikan respon
pesertadidik dari kegiatan yang
dilaksanakan, yaitu masalah
karena kurang konsentrasi
pserta didik, atau program yang
dilaksanakan tidak menarik
bagi pesertadidik. Evaluasi
yang dilakukan dengan saling
memberi kritik dan saran
terhadap kegiatan yang telah
dilaksanaka dari tiap-tiap divisi
atau penanggung jawab.
Seluruh hasil evaluasi akan
ditampung dan diterima, jika
ada kekurangan tentunya akan
129
kegiatan memberikan laporannya. Laporan ini sangat
menentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah
sesuai dengan tujuan Wisma Pojok Dongeng atu masih
jauh atau malah melenceng dari tujuan. Hasil laporan
pendamping langsung diselesaikan hari itu juga, jika ada
hal-hal yang menghambat keberhasilan makan akan segara
dicari solusinya.
dicari sebab-sebabnya dan akan
segera diperbaiki, tetapi jika
menunjukan hasil yang bagus
tentunya akan dipertahankan
dan dikembangkan lagi.
130
Lampiran 6. Catatan Dokumentasi
Nama-nama pengelola Wisma Pojok Dongeng
No Nama Jabatan Status
1. RMP Pelindung Romo
2. ANG Pembina Mahasiawa
3. RP Ketua Program Mahasiswa
4. YR Sekretaris Tutuor
PAUD
5. JNY Bendahara S.Pi
6. SGT Divisi Event Mahasiswa
7. BN Divisi Publikasi mahasiswa
8. BD Divisi Kelengkapan Mahasiswa
9. DT Divisi Konsumsi S.pi
10. AK Divisi Komunikasi S.pd
11. AB Divisi acara Mahasiswa
12. BS Divisi acara S.Si
sumber Data: Data Primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 1)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, pengelola Wisma Pojok Dongeng
sebagian besar masih berstatus mahasiswa, sebagian laginya sudah menyelesaikan
pendidikan pergurauan tinggi dan ada satu orang yang berstatus sebagai pengajar
PAUD.
131
Struktur Organisasi Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta
Organisasi Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta (CD. 2)
Pembina :
ANG
Ketua Program:
RP
Bendahara :
JNY
Divisi Event
SGT
Sekertaris :
YR
Divisi Acara :
AB & BS
Komunikasi :
AK
Konsumsi :
DT
Kelengkapan :
BD
Publikasi :
BN
132
Fasilitas gambar dan mewarnai
No Nama Barang Baik Kurang Baik Rusak Berat
1. Cat air v
2. Pensil warna v
3. Kerayon v
4. Kuas gambar v
5. Kertas gambar v
6. Penghapus v
7. Tempat pensil v
Sumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 3)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
gambar dan mewarnai di Wisma Pojok Dongeng masih meiliki
kelayakan penggunaan meskipun ada beberapa fasilitas yang memiliki
keadaan yang kurang baik diantaranya, kerayon, penghapus, dan tempat
pensil.
.Fasilitas Ruang Dapur Wisma Pojok Dongeng Yogyakarta
No Nama barang baik Kurang baik Rusak berat1. Kompor v2. Wajan v3. Sendok, garpu, dan
piringv
4. Gelas v5. Tissue v6. panci v
Sumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 4)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
ruang dapur di Wisma Pojok Dongeng masih meiliki kelayakan
penggunaan meskipun ada beberapa fasilitas yang memiliki keadaan
133
yang kurang baik diantaranya, kompor dan panic dimana keadaannya
kurang baik.
Fasilitas Ruang Kantor
No Nama barang Baik Kurang baik Rusak berat1. Meja tukis v2. Lapto v3. Kursi v4. Computer v5. Meja computer v6. Papan tulis v7. Alat tulis kantor v8. Buku v9. CPU v10. Dispenser v11. Lemari v12. Printer v13. Rak arsip v14. Kipas angin v
Sumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 5)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
ruang kantor di Wisma Pojok Dongeng masih meiliki kelayakan
penggunaan meskipun ada beberapa fasilitas yang memiliki keadaan
yang kurang baik diantaranya, kursi yang sudah sedikit rapuh,meja
computer, papn tulis, lemari, dan rak arsip yang memiliki keadaan yang
kurang baik.
Fasilitas alat-alat Musik
No Nama barang Baik Kurang baik Rusak berat1. Gitar v2. Bilola v3. Pianika v4. Harmonica v5. Kendang v
134
6. kecrek vSumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 6)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
alat-alat musik di Wisma Pojok Dongeng, kesuluruhan alat-alatnya masih
meiliki kelayakan penggunaan.
Fasilitas DongenNo Nama barang Baik Kurang baik Rusak berat1. Rangka panggung
bonelav
2.. Boneka tangan v3. Boneka jari v4. Background
panggungv
5. Buku cerita v6. sterofom v
Sumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 7)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
dongeng di Wisma Pojok Dongeng masih meiliki kelayakan penggunaan
meskipun ada beberapa fasilitas yang memiliki keadaan yang kurang baik
diantaranya, rangka panggung boneka, background panggung, dan
sterofom masil dalam keadaan yang kurang baik.
Fasilitas Kreatifitas
No Nama barang Baik Kurang baik Rusak berat1. Tanah liat v2. Bambu v3. Kain v4. Kardus v5. Botol plastik v6. Pasir v7. kayu v
Sumber data: Data primer Wisma Pojok Dongeng 2012 (CD. 8)
135
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa, dari keseluruhan fasilitas
kreatif di Wisma Pojok Dongeng masih meiliki kelayakan penggunaan
meskipun ada beberapa fasilitas yang memiliki keadaan yang kurang baik
diantaranya, bambus, kardus, dan botol plastic
138
Dekorasi panggung dongeng boneka (CD. 11)
Kegiatan Pembuka berdoa dan bernyanyi bersama (CD. 12)
Recommended