View
46
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
Kuliah Imunologi Dasar
Citation preview
Konsep Dasar
Imunologi
Sejarah
Mereka yg sembuh dari infeksi menjadi terlindung
Wabah di Athena, Yunani 430 SM anthrax
Louis Pasteur Father of immunology studi vaksinasi dini
Sejarah
Edward Jenner dan Smallpox (1796)
DEFINISI
Immunology: Immunos + Logos Imunologi (Immunology): Studi tentang mekanisme
biologis dari seluler, molekular serta fungsional Sistim Imun.
Sistim Imun (Immune System): Sistim yang terdiri dari molekuler, seluler, jaringan dan organ yang berperan dalam proteksi/ kekebalan tubuh
Imunitas (Immunity): Proteksi dari Penyakit Infeksi
SISTEM IMUN
Pada dasarnya sistem imun dibagi menjadi 2 :
Sistem Imun Non Spesifik (SIN) : Fisik/mekanik : kulit, selaput lendir, silia, batuk bersin Larut : Biokimia (asam lambung, lisozim, laktoferin, asam
neuraminik, dll), Humoral (komplemen, Interferon, C Reactive Protein (CRP))
Seluler : Fagosit (Mono Nuklear, PMN), Sel Nol (Sel NK, Sel K), Sel Mediator (Basofil dan mastosit, trombosit)
Sistem Imun Spesifik (SIS) : Humoral/Sel B Seluler/Sel T
Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan Non Spesifik NON-SPESIFIK SPESIFIK
RESISTENSI Tidak Berubah oleh infeksi Membaik oleh infeksi berulang (memori)
SPESIFITAS Umumnya efektif terhadap semua mikroorganisme
Spesifik utk mikroorganisme yang sudah mensensitisasi sebelumnya
SEL YANG PENTING
FagositSel NKSel K
Limfosit
MOLEKUL YANG PENTING
LizosimKomplemenInterferon
AntibodiSitokin
Komponen yg larut
Peptida antimikrobal dan protein antibodi
Respon Time Menit/jamSelalu siap
Hari (lambat)Tidak siap sampai terpajan alergenHarus ada pajanan sebelumnya
Sistem Imun Non Spesifik
Pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan mikroorganisme
Respon langsung terhadap antigen
Disebut non spesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Imun Non Spesifik
1. Spesies
2. Perbedaan individu dan pengaruh usia
3. Suhu
4. Pengaruh hormon
5. Faktor nutrisi
6. Flora bakteri normal
Pertahanan Fisik/Mekanik
Kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke dalam tubuh.
Kulit yang rusak, misal karena luka bakar, akan meningkatkan resiko infeksi
Pertahanan Biokimia pH asam dari keringat dan sekresi sebaseus efek
antimikrobal
Sekresi mukosa saluran napas dan telinga (sekresi lilin)
Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air susu melindungi dari berbagai kuman Gram Positif menghancurkan dinding sel
Air susu ibu laktoferin dan asam neuraminik sifat antibakterial terhadap E. Coli dan Staphylococcus
Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik dan empedu dalam usus halus menciptakan lingkungan anti bakteri
Pertahanan Humoral
A. Komplemen a. Fungsi komplemen
1. Menghancurkan sel membran banyak bakteri (lisis)2. Melepas bahan kemotaktik yang mengerahkan
makrofag ke tempat bakteri (kemotaksis)3. Mengendap pada permukaan bakteri memudahkan
makrofag untuk mengenal (opsonisasi) lalu memakannya
b. Larut dalam keadaan non aktif diaktivasi oleh antigen, kompleks imun, dsb mediator (biologik aktif ataupun mjd enzim untuk reaksi selanjutnya)
c. Jalur aktivasi ini sering pula disertai dengan kerusakan jaringan
Lanjutan komplemen...
Berbagai mediator yang dilepas pada waktu komplemen diaktifkan :
C1qrs meningkatkan permeabilitas kapiler C2 mengaktifkan kinin C3a dan C5a bersifat kemotaksis mengerahkan leukosit dan
sebagai anafilatoksin yang dapat mempengaruhi mastosit sehingga dapat melepaskan histamin dan lisosom
C3b berfungsi sebagai opsonin dan adherens imun C4b berfungsi sebagai opsonin C5-6-7 bersifat kemotaksis C8-9 ikut diaktifkan melepas sitolisin, yang dapat
menghancurkan sel
Anafilatoksin
Anafilatoksin adalah bahan dengan berat molekul kecil yang dapat menimbulkan degranulasi mastosit dan atau basofil dan pelepasan histamin
Histamin me kan permeabilitas vaskular & kontraksi otot polos dan menimbulkan gejala-gejala yang ditemukan pada reaksi alergi
Pe kan permeabilitas vaskular menimbulkan edemayaitu akumulasi cairan (antibodi dan komponen komplemen) dalam jaringan me kan lagi pelepasan anafilatoksin dan memperluas reaksi
C3a dan C5a adalah anafilatoksin
Kemotaksin
Kemotaksin adalah bahan-bahan yang dapat menarikdan mengerahkan sel-sel fagosit
C3a, C5a, dan C5-6-7 adalah kemotaksin
Lanjutan komplemen...
Adherens imun merupakan fenomen dari partikel antigen yang dilapisi antibodi dan atas pengaruh komplemen melekat pada berbagai permukaan mudah dimakan fagosit
C3b adalah Adherens Imun
Adherens Imun
Opsonisasi
Opsonisasi adalah proses melapisi partikel antigen dengan antibodi dan/atau komponen komplemen lebih mudah dan cepat dimakan fagosit
Opsonin adalah molekul yang dapat diikat oleh partikel yang harus difagosit dan oleh reseptor fagosit sehingga merupakan jembatan antara dua protein reaktif tersebut
C3b dan C4b adalah opsonin/reseptor fagosit
Opsonin
Aktivasi Komplemen
C1q adalah komplemen yang diaktifkan pertama kali, membutuhkan IgG1, IgG2, IgG3, dan IgM
C1q selanjutnya mengaktifkan C1r dan yang akhir mengaktifkan C1s
C1s yang aktif mempunyai sifat esterolitik dan proteolitik C1s mengaktifkan C4
C4 aktifasi mengakibatkan : berikatan dengan membran sel yang diikat oleh epitop antigen dan C1q, dan berinteraksi dengan C1s lalu mengaktifkan C2
C2 yang diaktifkan tetap berikatan dengan C4 membentuk enzim C42 (konvertase C3) mengaktifkan C3
C3 dipecah menjadi fragmen-fragmen C3a yang kecil dan C3b yang lebih besar
C3a/C3b dapat berikatan dengan C42 dan membentuk C423 (konvertase C5)
C5 dipecah (oleh konvertase C5) menjadi C5a dan C5b yang mengikat C6 dan C7 untuk membentuk C567 mengaktifkan C8 dan C9
Bila C5b diendapkan di membran sel dan berikatan dengan C6, C7, C8, dan C9 terbentuk C5C678 dan polimerik C9 membrane attack complex (MAC) lisis
Aktivasi Komplemen
Membrane attack complex
Aktivasi Komplemen
Aktivasi kompelen melalui jalur klasik
IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 membentuk komplek imun dengan antigen
Jalur klasik melibatkan C1-C9 dan diaktifkan secara beruntun
Produk yang dihasilkan menjadi katalisator dalam reaksi berikutnya
Aktivasi kompelen melalui jalur alternatif
Tanpa melalui 3 reaksi pertama pada jalur klasik (C1, C4, C2)
IgA1, IgA2, dan IgG4, faktor nefritik mengaktifkan komplemen melalui jalur alternatif
Dalam jalur ini C3b mengikat faktor B C3bB C3bB mengikat faktor D C3bBD
C3bBD distabilkan oleh properdin
B. Interferon
Interferon (IFN) adalah suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel dan dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus antivirus menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi menjadi resisten terhadap virus
IFN- IFN mengaktifkan sel
NK (Natural Killer)
C. CRP (C-Reactive Protein)
Merupakan protein fase akut berbagai protein kadarnya meningkat pada infeksi akut
Mengikat komplemen melalui mekanisme opsonin
SEL-SEL SISTEM IMUN
SEL-SEL SISTEM IMUN NON SPESIFIK
1. Sel Fagosit
Fagosit mononuklier Sel monosit Sel makrofag hasil differensiasi sel monosit di berbagai
jaringan fagosit profesional dan sel APC (Antigen Presenting Cell)
Fagosit polimorfonuklier Neutrofil Soldiers of the body 7-10 jam Eosinofil melawan inf parasit Basofil bagian terkecil mediator
Fagosit frustasi pelepasan lisozim keluar sel
2. Sel Null
Sel-sel limfoid yang tidak mengandung petanda seperti yang ditemukan pada sel T dan B
Berupa Large Granular Lymphocyte (LGL) Dibagi menjadi 2 yaitu : Sel NK (Natural Killer) dan Sel
K (Killer)
Sel NK : membunuh sel tumor dan sel yang mengandung virus dengan cara non spesifik tanpa bantuan antibodi
Sel K : merupakan efektor dari ADCC (Antibody Dependent Cellular Cytotoxicity) yg dapat membunuh sel secara non spesifik hanya terjadi bila sel sasaran dilapisi antibodi
3. Sel Mediator
Basofil dan mastosit : mediator yang dapat meningkatkan permeabilitas kapiler dan respon inflamasi serta mengerutkan otot polos bronkus
Trombosit : agregasi menyumbat dinding vaskuler yang rusak, respon inflamasi, dan sitotoksik
4. Sel assesori
Eosinofil, basofil, sel mastosit, trombosit, dan sel APC
SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIK
1. Sel T
Sel asal sel T adalah dari sumsum tulang memasuki timus berproliferasi di regio subkapsuler
Sel asal itu adalah dari CD4 dan CD 8 Terdiri dari berbagai subset :
Sel Th (T helper) Sel Ts (T suppressor) Sel Tdh/Td (delayed hypersensitivity) Sel Tc (cytotoxic) Sel limfosit naif (virgin) Sel Th0 Sel Regulator dan efektor
Fungsi Sel T umumnya : Membantu sel B dalam memproduksi antibodi Mengenal dan menghancurkan sel yang
terinfeksi virus Mengaktifkan makrofag dalam fagositosis Mengontrol ambang dan kualitas sistem imun
2. Sel B
Perkembangan Sel B dalam sumsum tulang adalah antigen independen tetapi perkembangan selanjutnya memerlukan rangsangan dari antigen
Fungsi utama sel B adalah memproduksi antibodi
Atas pengaruh Sel T sel B berberploriferasi dan berdiferensiasi menjadi sel plasma yang mampu membentuk Ig yang spesifik
Pertahanan Seluler1. Fagosit
Pada dasarnya semua sel bersifat fagositosis Non spesifik mononuklier (monosit & makrofag) dan
polimorfonuklier atau granulosit
Alur : kemotaksis (aktivasi komplemen) menelan memakan (fagositosis) membunuh mencerna (lisis)
2. Makrofag
Dapat hidup lama Mempunyai beberapa granul dan melepaskan berbagai bahan : lisozim,
komplemen, interferon, dan sitokin kontribusi dalam SIN dan SIS3. LGL (Large Granular Lymphocyte)
Mengandung banyak sitoplasma, granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia, dan nukleus eksentris
Bersifat seperti sel NK
SISTEM IMUN SPESIFIK
SPESIFIK HUMORAL
Benda asing sel B berproliferasi dan berkembang menjadi sel plasma membentuk antibodi mentetralisir toksin infeksi ekstraseluler
SPESIFIK SELULER
Sel T Pertahanan terhadap infeksi intraseluler
SISTEM LIMFOID
Tempat pematangan sel T dan sel B
ANTIGEN
Antigen (imunogen) adalah bahan yang dapat merangsang respon imun atau bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi yang sudah ada
Epitop atau determinan antigen adalah bagian antigen yang dapat merangsang sistem imun dengan sangat kuat. Satu antigen dapat memiliki satu atau lebih determinan antigen.
Hapten adalah antigen yang molekulnya berukuran kecil yang tidak dapat menginduksi respon imun jika sendirian, tetapi menjadi imunogenik jika bersatu dengan carrier
ANTIGEN-ANTIBODI KOMPLEKS
HAPTEN-CARRIER KOMPLEKS
ANTIBODI
Antibodi (imunoglobulin) merupakan kelas molekul yang dihasilkan oleh sel plasma (proliferasi dari limfosit B) dan dibantu oleh limfosit T dan makrofag yang dirangsang oleh antigen asing
Semua molekul imunoglobulin mempunyai 4 rantai polipeptida dasar : 2 rantai berat (heavy chain/H) dan 2 rantai ringan (light chain/L), serta 2 regio : variabel (V) dan constant (C)
Enzim papain memecah molekul antibodi dalam fragmen masing-masing. Fab : Fragmen Antigen Binding . Fc : Fragmen crystallizable
Ada 5 imunoglobulin : IgG, IgA, IgM, IgD, dan IgE
Rumus Bangun Dasar Imunoglobulin
Menentukan spesifitas Ab
thd Ag
Ig A
Imunoglobulin sekretori (mencegah perlekatan)
Ditemukan dalam kolostrum, saliva, air mata, cairan hidung, dan sekret respiratorius, GI serta urogenital
15-20% merupakan imunoglobulin dalam serum darah
Ig D
Dalam serum darah dan limfe relatif sedikit, tetapi banyak ditemukan dalam limfosit B
Membantu memicu respon imun
Ig E
Ditemukan dalam konsentrasi darah sangat rendah
Kadar meningkat saat alergi dan parasitik tertentu
Molekul ini terikat pada reseptor sel mast dan basofil serta menyebabkan pelepasan histamin dan mediator kimia lainnya
Ig G
Mencapai 80% - 85% dari keseluruhan antibodi yang bersirkulasi dan merupakan satu2nya antibodi yg menembus plasenta dan memberikan imunitas pada bayi baru lahir
Molekul ini akan diproduksi besar2an pada pajanan kedua dan berikutnya thd antigen spesifik
Molekul ini berfungsi sebagai pelindung terhadap organisme dan toksin yang bersirkulasi, mengaktifkan komplemen dan meningkatkan keefektifan sel fagositik
Ig M
Ab pertama yang tiba di tempat infeksi pada pajanan awal thd antigen
Pajanan kedua peningkatan IgG
Mengaktivasi komplemen dan memperbanyak fagositosis, tetapi umur relatif pendek
Karena ukurannya molekul ini menetap dalam pembuluh darah dan tidak keluar ke jaringan
Interaksi Ab-Ag
1. Fiksasi komplemen :
Ab mengikat komplemen diaktivasi melalui jalur klasik : Opsonisasi : Ag diselubungi Ab/komplemen fagositosis Sitolisis : ruptur membran plasma isi seluser keluar Inflamasi : produk komplemen melalui aktivasi sel mast,
basofil, dan trombosit
Sisi pengikat Ag pada regio variabel (V) Ab berikatan dengan sisi penghubung determinan pada Ag komplek imun
Lanjutan interaksi...
2. Netralisasi
Ab menutup sisi toksik antigen no danger
3. Aglutinasi (penggumpalan)
Terjadi jika antigen adalah materi partikulat, seperti bakteri atau sel-sel merah
4. Presipitasi
Terjadi jika antigen dapat larut
SITOKIN
Sitokin adalah messenger kimia atau perantara dalam komunikasi interseluler yang sangat poten
Sitokin adalah protein yang berfungsi memberikan isyarat antar sel untuk berkomunikasi dalam respon imun
Autokrin : berefek pada sel yang menghasilkannya
Parakrin : berefek pada sel yang berdekatan
SITOKIN (lanjutan)
Peran sitokin dalam aktivasi Sel T Ag diproses APC dipresentasikan ke Th dan Tc
APC melepas IL-1 yg merangsang sel T berproliferasi dan berdeferensiasi sel T memproduksi sitokin untuk reaksi selanjutnya
Peran sitokin dalam aktivitas Sel B Th yang dirangsang melepas sitokin (IL 1)
mengaktifkan sel B menjadi sel plasma produksi Ig Peran sitokin dalam aktivitas makrofag dan monosit Endotoksin bakteri dan IFN-y yg dilepas sel T
merangsang makrofag memproduksi bahan aktif lainnya : IFN-a, IL-1, GM-CSF, dan M-CSF
REAKSI HIPERSENSITIVITAS
Merupakan reaksi imun yang patologik respon imun yang berlebihan kerusakan jaringan
Tipe Manifestasi Mekanisme
I
II
III
IV
Reaksi hipersensitivitas cepat
Antibodi terhadap sel
Kompleks Ab-Ag
Reaksi hipersensitivitas lambat
Biasanya IgE
IgG atau IgM
IgG (Terbanyak) atau IgM
Sel T yang disensitasi
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE I
Sifatnya segera Juga disebut Reaksi Anafilaktik Patofis : pengikatan Ag dengan IgE pada permukaan sel
mast melepaskan mediator alergi vasodilatasi, peningkatan permeabilitas kapiler, kontraksi otot polos, dan eosinofilia
Contoh klinis : asma ekstrinsik, rinitis alergika, reaksi sengatan serangga, reaksi alergi obat/makanan, urtikaria, eczema
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE II
Dependen komplemen
Disebut juga Reaksi Sitotoksik
Patofis : pengikatan IgG atau IgM dengan Ag seluler mengaktifkan rangkaian komplemen fagositosis/sitolisis
Contoh klinis : anemia pernisiosa, anemia hemolitik autoimun, trombositopenia, reaksi obat (sebagian), reaksi tranfusi, dan myasthenia gravis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE III
Disebut juga Reaksi Kompleks Imun
Patofis : kompleks imun (Ab-Ag) beredar dalam darah mengendap dalam jaringan (paling sering : ginjal, persendian, kulit, pembuluh darah) respon imun kerusakan jaringan sekitar
Contoh klinis : SLE, RA, poliarteritis
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
REAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IV
Disebut juga Reaksi Lambat
Patofis : antigen diproses makrofag dihantarkan pada sel T sel T melepaskan berbagai sitokin akumulasi sel-sel radang
Contoh klinis : dermatitis kontak, penolakan alograft, sensitivitas obat
DEFISIENSI IMUN
No Defisiensi sistem imun
Penyakit yang menyertai
1.
2.3.
4.
Sel B atau Antibodi
Sel TFagosit
Komplemen
Infeksi bakteri rekuren seperti otitis media, pneumonia rekurenKerentanan meningkat terhadap virus, jamur, dan protozoaInfeksi sistemik oleh bakteri yang dalam keadaan biasa mempunyai virulensi rendah, infeksi bakteri piogenikInfeksi bakteri, autoimunitas
AUTOIMUNITAS
Autoimunitas (hilangnya toleransi) adalah reaksi sistem imun terhadap antigen jaringan sendiri
Contoh : SLE, SJS, RHD Ada beberapa teori autoimunitas :
a. Teori forbidden clones eliminasi klon yang tidak lengkap klon yang meloloskan diri kembali dan bermutasi
b. Reaksi silang dengan antigen bakteri epitop bakteri sama dengan sel sendiri reaksi silang
c. Rangsangan molekul poliklonal stimulasi bakteri/virus kepada sek B untuk menyerang sel sendiri
d. Kegagalan autoregulasi pengawasan sel autoreaktif oleh sel T suppresor yang gagal
INFLAMASI
INFLAMASI (lanjutan)
Inflamasi adalah respon jaringan terhadap cidera akibat infeksi, pungsi, abrasi, terbakar, objek asing, atau toksin
Ditandai dengan kemerahan, panas, pembengkakan, dan nyeri. Gejala kelima kadang terjadi adalah hilangnya fungsi
INFLAMASI (lanjutan) Rangkaian peristiwa inflamasi :
1. Produksi faktor-faktor kimia vasoaktif meliputi histamin, serotonin, derivatif asam arakidonat (leukotrien, prostlagandin, dan tromboksan), dan kinin (protein plasma teraktivasi). Faktor-faktor ini mengakibatkan efek :
a. Vasodilatasi eritema, nyeri berdenyut, panas
b. Peningkatan permeabilitas kapiler bengkak
c. Pembatasan area cidera bekuan fibrin
INFLAMASI (lanjutan)
2. Kemotaksis (gerakan fagosit ke arah cidera) 1 jam setelah permulaan inflamasi
a. Marginasi : perlekatan fagosit ke dinding endotelial
b. Diapedesis : migrasi fagosit ke area cidera
3. Fagositosis agens berbahayaa. Neutrofil & makrofag terurai dan mati setelah menelan bakterib. Membentuk pus terus menerus sampai infeksi teratasi pus
bergerak ke permukaan tubuh/rongga internal untuk diuraikan/diabsorbsi
c. Abses/granuloma akan terbentuk jika respon inflamasi tdk dapat mengatasi cidera
a. Abses :kantong pus terbatas dikelilingi jaringan terinflamasi
b. Granuloma : proses inflamasi kronik karena iritasi berulang dikelilingi kapsul fibrosa
INFLAMASI (lanjutan)
4. Pemulihan
a. Regenerasi jaringan mitosis sel-sel sehat
b. Pembentukan jaringan parut respon alternatif
c. Regenerasi atau pembentukan parut ditentukan oleh sifat jaringan yang rusak dan luasnya cidera. Kulit kemampuan regenerasi yang tinggi regenerasi lengkap, kecuali jika cidera terlalu dalam
Lanjutan...
Kandungan sel fagosit
Lisosom : enzim yang mencerna dan merusak bahan yang dimakan Fagolisosom : gabungan fagosom + lisosom menurunkan pH dan
mengaktifkan protease
Granul : lisosom khusus dari granulosit berisikan berbagai protein bakterisidal
Lisozim : enzim yang mencerna ikatan proteoglikan dalam dinding bakteri Gram Positif
Protein kationik : merusak lapisan lipid bagian luar bakteri Gram Negatif
Defensin : sitotoksik dan bersifat antibakterial luas dan antimikotik Laktoferin : mengikat zat besi yang esensial untuk bakteri
Slide Number 1SejarahSejarahDEFINISI SISTEM IMUNSlide Number 6Slide Number 7Perbedaaan Sifat Respon Imun Spesifik dan Non SpesifikSistem Imun Non SpesifikFaktor-faktor yang berpengaruh terhadap Sistem Imun Non Spesifik Pertahanan Fisik/MekanikPertahanan BiokimiaPertahanan HumoralLanjutan komplemen...AnafilatoksinKemotaksinLanjutan komplemen...OpsonisasiSlide Number 19Aktivasi KomplemenAktivasi KomplemenMembrane attack complexAktivasi KomplemenAktivasi kompelen melalui jalur klasikAktivasi kompelen melalui jalur alternatifSlide Number 26Slide Number 27B. Interferon C. CRP (C-Reactive Protein)SEL-SEL SISTEM IMUNSEL-SEL SISTEM IMUN NON SPESIFIKSlide Number 32Slide Number 33Slide Number 34Slide Number 35SEL-SEL SISTEM IMUN SPESIFIKSlide Number 37Slide Number 38Slide Number 39Pertahanan SelulerSISTEM IMUN SPESIFIKSlide Number 42ANTIGENANTIGEN-ANTIBODI KOMPLEKSANTIBODIRumus Bangun Dasar ImunoglobulinIg ASlide Number 48Ig DIg EIg GIg MSlide Number 53Interaksi Ab-AgLanjutan interaksi...SITOKINSITOKIN (lanjutan)REAKSI HIPERSENSITIVITASREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IIREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IIREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IIIREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IVREAKSI HIPERSENSITIVITAS TIPE IVDEFISIENSI IMUNAUTOIMUNITASINFLAMASIINFLAMASI (lanjutan)INFLAMASI (lanjutan)INFLAMASI (lanjutan)INFLAMASI (lanjutan)Slide Number 73Lanjutan...
Recommended