View
14
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
ILMU KEPERAWATAN DASAR
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Berfikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesenambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkayan pikiran dan persepsi. Sedangkan berfikir
karitis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep berfikir yang
berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang,
selain itu juga membahas tentang komponen berfikir kritis dalam keperawatan
yang didalamnya dipelajari defenisi,elemen berfikir kritis,model berfikir
kritis,analisa berfikir kritis,berfikir logis dan kreatif, krakteristik berfikir
kritis,pemecahan masalah, dan langkah- langkah pemecahan masalah,proses
pengambilan keputusan,fungsi berfikir kritis,model pebangunaan atribut,proses
intuisi,indikator, dan prinsip utama . Perawat sebagai bagian dari pemberi layanan
kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan akan selalu dituntut untuk berfikir kritis dalam berbagai situasi.
Penerapan berfikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus nyata yang akan
memberikan gambaran kepada perawat tentang pemberian asuhan keperawatan
yang komprehensif dan bermutu. Seseorang yang berfikir dengan cara kreatif akan
melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu berbeda meskipun obyeknya
sama, sehingga dapat dikatakan, dengan tersedianya pengetahuan baru, seseorang
profesional harus selalu melakukan sesuatu dan mencari apa yang selalu efektif
dan ilmia serta memberikan hasil yang lebih baik untuk kesejateraan diri maupun
orang lain. Semua proses tersebut tidak terlepas dari sebuah proses berfikir dan
belajar.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian berpikir kritis dalam keperawatan yang berpusat
pada pasien ?
1.2.2 Apa yang menjadi penyebab adanya perubahan hubungan pasien
dan perawat ?
2
1.2.3 Apa langkah-langkah dalam mengkaji kesiapan, keinginan, dan
kemampuan pasien ?
1.2.4 Bagaimana cara menggabungkan pemikiran perawat dengan
pasien?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mendeskripsikan karakteristik dari pemikir yang kritis askep
terhadap pasien.
1.3.2 Mendeskripsikan hubungan baik & perubahan hubungan pasien
dan perawat.
1.3.3 Mendiskripsikan kesiapan Pre dan Post psikologis pasien paska
tindakan.
1.3.4 Menjelaskan tata cara penggabungan pemikiran perawat dengan
pasien.
1.4 Manfaat
1.4.1 Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah
pengetahuan dan wawasan.
1.4.2 Makalah diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
1.4.3 Makalah ini dapat dijadikan sumber wacana di perpustakaan, atau
sebagai referensi dalam penulisan makalah selanjutnya khususnya
tentang berpikir kritis dalam keperawatan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan proses kognitif yang aktif dan
terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pikiran seseorang dan pemikiran
terhadap orang lain. Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis
adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk
menginterfensikan atau mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain
atau keputusan berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman.. Menurut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu proses
pengujian yang menitik beratkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang
mutakhir dan menginterprestasikannya serta mengevaluasi pendapat-pendapat
tersebut untuk mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif atau
adanya pandangan baru. Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan
kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang untuk bertanya, mempunyai hubungan
yang baik, jujur, dan selalu mau untuk berpikir jernih tentang suatu masalah
(Facione, 1990). Berpikir kritis juga sebagai suatu teknik berpikir yang melatih
kemampuan dalam mengevaluasi atau melakukan penilaian secara cermat tentang
tidaknya suatu gagasan.
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah reflektif,
pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan dan difokuskan pada
keputusan apa yang haris diyakini dan dilakukan (Katoka-Yahiro dan Saylor,
1994). Belajar untuk berfikirsecara kreatif dan mendalam memampukan perawat
untuk merawat klien sebagai advokat mereka dan untuk lebih cerdik dalam
membuat pilihan tentang perawat mereka. Ketika perawat membuat keputusan
mengenai kesehatan orang lain, prasangka, dan penerapan pemikiran yang
“tradisional” adalah cara yang tidak tepat (tidak akurat).
Peran perawat adalah untuk membantu individu yang sakit, ataupun yang
sehat, dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya
atau pada kematian yang tenang (International Council of nurses, 1973). Definisi
ini mencakup kompleksitas dari keperawatan.
4
Dari definisi tersebut dikatakan bahwa untuk dapat menghasilkan suatu
hasil pikir yang kritis, seseorang harus melakukan suatu kegiatan (proses) berpikir
yang mempunyai tujuan (purposeful thinking), bukan “ asal ” berpikir yang tidak
diketahui apa yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut. Artinya, walau dalam
kehidupan sehari-hari seseorang sering melakukan proses berpikir secara otomatis
(misalnya dalam menjawab pertanyaan “ Nama kamu siapa ? ‘’). Banyak pula
situasi yang memaksa seseorang untuk melakukan kegiatan berpikir yang memang
direncanakan ditinjau dari sudut 5W + 1H, yakni :
What (Apa?)
Why (Mengapa ?)
Who (Siapa?)
Where (Di mana?)
When (Kapan?)
How (Bagaimana?)
Hal ini dilakukan jika berhadapan dengan situasi (masalah) yang sulit atau
baru. Isi atau kualitas dari kegiatan berpikir harus mengandung unsur-unsur
seperti dibawah ini :
a. Sistematik dan senantiasa menggunakan kriteria yang tinggi dari sudut
intelektual untuk hasil berpikir yang ingin dicapai.
b. Individu bertanggung jawab sepenuhnya atas proses kegiatan berpikir.
c. Selalu menggunakan kriteria berdasarkan standart yang telah
ditentukan dalam memantau proses berpikir.
d. Melakukan evaluasi terhadap efektifitas kegiatan berpikir yang ditinjau
dari pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
2.2 Konsep
2.2.1 Berpikir kritis dalam askep yang berpusat pada pasien.
2.2.2 Perubahan hubungan pasien dan perawat.
2.2.3 Mengkaji kesiapan, keinginan, dan kemampuan pasien.
2.2.4 Menggabungkan pemikiran perawat dengan pemikiran pasien.
5
2.3 Isi Materi
2.3.1 Definisi Berpikir kritis dalam Asuhan Keperawatan pada
Pasien.
Berpikir kritis merupakan proses kognitif yang aktif dan
terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pikiran seseorang
dan pemikiran terhadap orang lain (Chaffe 2002).
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan
kognitif, tetapi juga kebiasaan seseorang untuk bertanya,
mempunyai hubungan yang baik, jujur, dan selalu mau untuk
berpikir jernih tentang suatu masalah (Facione, 1990). Jika
diterapkan pada keperawatan, maka inti berpikir kritis
menunjukkan proses pengambilan keputusan yang kompleks.
Konsep untuk Pemikir yang kritis :
1. Melihat Jelas
Mencari arti sebenarnyandari sebuah situasi. Berani
mengajukan pertanyaan ; jujur dan objektif dalam
mengajukan pertanyaan.
2. Berpikiran terbuka
Toleransi terhadap pendapat lain ; sensitif terhadap
kemungkinan pemikiran anda sendiri ; menghormati
pendapat orang lain.
3. Berpikir analitis
Menganalisis situasi yang berpotensi menjadi masalah ;
antisipasi kemungkinan hasil atau konsekuensi ;
penjelasan yang berharga ; menggunakan pengetahuan
berdasarkan bukti.
4. Sistematis
Selalu terorganisasi, fokus ; bekerja keras dalam setiap
pekerjaan.
5. Percaya diri
Percaya pada proses penjelasan diri sendiri.
6. Rasa ingin tahu
6
Mau mendapatkan pengetahuan dan belajar
menjelaskan walaupun penerapan pengetahuan yang
kita lakukan tidak selalu baik.
7. Dewasa
Solusi multipel dapat diterima. Melihat kembali pada
penilaian diri ; memiliki pemikiran yang dewasa.
Dalam kaitannya dengan keperawatan, berpikir kritis
adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang haris
diyakini dan dilakukan (Katoka-Yahiro dan Saylor, 1994). Belajar
untuk berfikirsecara kreatif dan mendalam memampukan perawat
untuk merawat klien sebagai advokat mereka dan untuk lebih
cerdik dalam membuat pilihan tentang perawat mereka. Ketika
perawat membuat keputusan mengenai kesehatan orang lain,
prasangka, dan penerapan pemikiran yang “tradisional” adalah cara
yang tidak tepat (tidak akurat). Menurut para ahli (Pery dan
Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang
atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau mengevaluasi
informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman.
Peran perawat adalah untuk membantu individu yang sakit,
ataupun yang sehat, dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada
kesehatan dan pemulihannya atau pada kematian yang tenang
(International Council of nurses, 1973). Definisi ini mencakup
kompleksitas dari keperawatan. Ketika diberi tanggung jawab
untuk membantu individu dalam mencapai kembali atau
meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu berpikir secara
kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan
keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien. Sepanjang waktu,
keahlian perawat berkembang sejalan dengan dengan perawat
merawat banyak klien, menguji dan memperbaiki pendekatan
7
keperawatan, belajar dari keberhasilan dan kegagalan dan selalu
menerapkan pengetahuan baru yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Kemampuan untuk berpikir secara kritis, menerapkan pengetahuan
dan pengalaman, pemecahan masalah, dan membuat keputusan
adalah inti dari praktik keperawatan.
2.3.2 Penyebab perubahan hubungan Pasien dengan perawat
Hubungan perawat dengan pasien adalah suatu wahana
untuk mengaplikasikan proses keperawatan pada saat perawat dan
pasien berinteraksi kesediaan untuk terlibat guna mencapai tujuan
asuhan keperawatan. Hubungan perawat dan pasien adalah
hubungan yang direncanakan secara sadar,bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk pencapaian tujuan klien. Dalam
hubungan itu perawat menggunakan pengetahuan komunikasi guna
memfasilitasi hubungan yang efektif.
a. Tahap hubungan perawat dengan pasien
1. Tahap orientasi
Di mulai pada saat pertama kali berhubungan.Tujuan utama tahap
orientasi adalah membangun trust.
2. Tahap bekerja
1. Menyatukan proses komunikasi dengan tindakan keperawatan
2. Membangun suasana yang mendukung untuk berubah
3. Tahap terminasi
a. Penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan
b. Terminasi disampaikan sejak awal atau tidak mendadak
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi klien dalam
berhubungan :
1. Perbedaan perkembangan
2. Perbedaan budaya
3. Perbedaan gender
4. Gangguan pendengaran
8
5. Gangguan penglihatan
c. Hubungan yang baik antar perawat dengan pasien akan
terjadi bila :
1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dengan pasien
2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien
dan harus melindungi hak tersebut,salah satunya adalah hak
untuk menjaga privasi pasien
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang
mungkin terjadi pada pribadi pasien yang disebabkan oleh
penyakit yang dideritanya,antara lain kelemahan fisik dan
ketidakberdayaan dalam menentukan sikap atau pilihan
sehingga tidak dapat menggunakan hak dan kewajibannya
dengan baik
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien sehingga dapat
bersikap sabar dan tetap memperhatikan pertimbangan etis
dan moral
5. Dapat bertanggung jawab dan bertanggung gugat atas
segala risiko yang mungkin timbul selama pasien dalam
perawatannya
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari
konflik antara nilai-nilai pribadi pasien dengan cara
membina hubungan baik antara pasien,keluarga,dan teman
sejawat serta dokter untuk kepentingan pasien
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada
individu,keluarga,atau komunitas,perawat sangat memerlukan
etika keperawatan yang merupakan filsafat yang mengarahkan
tanggung jawab moral yang mendasar terhadap pelaksanaan
peraktek keperawatan,dimana inti dari filsafat tersebyut adalah hak
dan martabat manusia.
Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap
individu,keluarga dan masyarakat,senantiasa dilandasi rasa
9
tulus,ikhlas sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan .
Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu,keluarga
dan masyarakat,khususnya dalam mengambil prakarsa dan
mengadakan upaya kesehatan serta upaya kesejahteraan pada
umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban bagi
kepentingan masyarakat.
2.3.3 Mengkaji kesiapan, keinginan, dan kemampuan pasien.
A. Komunikasi Therapeutik
Pengertian
Komunikasi therapeutik adalah komunikasi ditujukan untuk
mengubah perilaku klien dalam pencapai tingkat kesehatan yang
optimal.(Stuart.G.W.1998).
Komunikasi therapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres,
mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain. (Northhouse, 1998).
1)Tujuan
Tujuan komunikasi therapeutik adalah :
1. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan
diri.
2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak
superfisial dan akan saling bergantung dengan orang lain.
3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis.
4. Identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
10
2)Prinsip
Prinsip komunikasi therapeutik yaitu :
1. Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
therapeutik yang saling menguntungkan.
2. Perawat harus menghargai keunikan klien.
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menajga
harga diri pemberi maupun penerma pesan, dalam hal ini
perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan harga diri
klien.
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling
percaya (trust).
B. Menghadirkan Diri
Menurut Haber J (1982) terdapat sebuah sikap atau cara
menghadirkan diri secara fisik, yaitu :
1. Berhadapan
Berhadapan artinya menghadap klien, dengan jujur dan terbuka
yaitu sikap tubuh dan wajar menghadap ke klien.
2. Mempertahankan kontak mata
Kontak mata menunjukkan bahwa perawat mendengar dan
memperhatikan klien. Kontak mata pada level yang sama atau
sejajar berarti menghargai klien dan mengatakan keinginan untuk
tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah pasien.
Posisi ini menunjukkan bahwa perawat merespons dan perhatian
terhadap klien, dan menunjukkan keinginan untuk membantu
klien.
11
4. Mempertahankan sikap terbuka.
Perawat harus bersikap terbuka terhadap pasien, karena
dengan sikap terbuka maka kondisi pikiran pasien akan
nyaman dan tidak tegang.
5. Tetap rileks.
Rileks dan tidak gugup, supaya pasien tidak merasa
terganggu dengan pemikiran dan kondisi perawat.
C. Tahapan komunikasi therapeutik
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini perawat menggali perasaan dan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap
ini juga perawat mencari informasi tentang klien.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemaasn,
sebelum berinteaksi dengan klien, perawat perlu mengkaji
perasaannya sendiri.
b. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri.
c. Mengumpulkan data tentang klien.
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan klien.
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan perawat saat
pertama kali bertemu atau kontak dengan klien.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan,
dan komunikasi terbuka.
b. Merumuskan kontrak bersama klien.
c. Menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi
masalah klien.
d. Merumuskan tujuan dengan klien.
12
3. Tahap Kerja
Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien.Pada tahap ini dituntut
kemampuan perawat dalam mendorong klien mengungkapkan
perasaan dan pikirannya, dituntut untuk mempunyai kepekaan
dan tingkat analisis yang tinggi terhadap adanya perubahan
dalam respon verbal maupun non verbal klien.Dalam tahap
kerja perawat perlu melakukan Active Listening karena tugas
perawat pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah klien, perawat diharapkan mampu menyimpulkan
percakapannya dengan klien.
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat-klien.
Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir.
1. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan
perawat-klien.
2. Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan
proses keperawatan secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini adalah :
a. Mengevaluasi encapaian tujuan dari interaksi yang
telah dilakukan. Evaluasi ini disebut evaluasi objektif.
b. Melakukan evaluasi subyektif
Evaluasi subjektive dilakukan dengan menanyakan
perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat.
13
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi interaksi
yang telah dilakukan.
d. Membuat kontak untuk pertemuan berikutnya.
D. Sintesis pemikiran kritis dengan kompetensi keperawatan
Dalam mengkaji Pre dan Post keperawatan, terdiri dari :
a. Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara
lengkap dan sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga
masalah kesehatan dan keperawatan yang di hadapi pasien
baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat
ditentukan.tahap ini mencakup tiga
kegiatan,yaituPengumpulan Data, Analisis
Data dan Penentuan Masalah kesehatan serta
keperawatan.
Data yang terdiri dari :
Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya
suhu tubuh, tekanan darah, serta warna kulit.
Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan
yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi
lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan mual.
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status
kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Carpenito,2000).
c. Perencanaan
14
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini
kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).
d. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai
setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien.
e. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses
dan keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan
proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan antara
proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
2.3.4 Cara menggabungkan pemikiran perawat dengan pasien ,
yaitu :
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang porfesional
mempunyai kesempatan paling besar untuk memberikan
pelayanan/asuhan keperawatan yang komprehensif dengan
membantu klien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik. Perawat
memandang klien sebagai mahluk bio-psiko-sosiokultural dan
spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan
kesehatan atau pada keadaan krisis.
15
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat tidak bisa
terlepas dari aspek spiritual yang merupakan bagian integral dari
interaksi perawat dengan klien.
A.PengertianPsikologi
Psikologi berasal dari kata Psyche = Jiwa, Logos = Ilmu
Psikologi adalah ilmu mempelajari tentang jiwa
a. Pengertian Psikologi menurut para ahli :
1. S. Freud : Psikologi adalah ilmu tentang ketidaksadaran
manusia.
2. Descartes dan Wundt (Davidoff, 1981), Psikologi
adalah ilmu tentang kesadaran manusia.
3. Branca (1964) & Sartain DKK (1967) : Psikologi
adalah ilmu tentang tingkah laku (overt behavior &
inner behavior).
4. Woodworth & Marquis (1975) : Psikologi adalah ilmu
tentang aktivitas-aktivitas individu (motorik, kognitif
dan emosional).
5. Morgan dkk (1984) : Psikologi adalah ilmu tentang
tingkah laku manusia dan hewan.
b. Ciri-ciri psikologi
1. Mempunyai objek tertentu
Obyek material = Manusia
Obyek formal = Jiwa/psikis
2. Metode pendekatan/penelitian tertentu
3. Sistematika yang teratur
4. Mempunyai sejarah atau riwayat tertentu.
16
B. Kebutuhan spiritual
adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau
mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama,
serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,
mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan
Tuhan.
Untuk menggabungkan pemikiran perawat dengan
pasien kebutuhan spiritual adalah hal yang harus
dilakukan oleh perawat.
Menurut Burkhardt (1983), spiritualitas meliputi aspek sebagai
berikut :
a. Berhubungan dengan sesuatu yang tidak
diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan
b. Menemukan arti dan tujuan hidup
c. Menyadari kemampuan untuk meggunakan
sumber dan kekuatan dalam diri sendiri
d. Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri
sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berpikir kritis merupakan proses kognitif yang aktif dan
terorganisasi yang digunakan untuk mengetahui pikiran seseorang dan
pemikiran terhadap orang lain. Dalam kaitannya dengan keperawatan,
berpikir kritis adalah reflektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah
keperawatan dan difokuskan pada keputusan apa yang haris diyakini dan
dilakukan (Katoka-Yahiro dan Saylor, 1994).
Peran perawat adalah untuk membantu individu yang sakit,
ataupun yang sehat, dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada
kesehatan dan pemulihannya atau pada kematian yang tenang
(International Council of nurses, 1973).
Komunikasi therapeutik adalah kemampuan atau keterampilan
perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi
gangguan psikologis, dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. (Northhouse, 1998).
Perawat memandang klien sebagai mahluk bio-psiko-sosiokultural dan
spiritual yang berespon secara holistik dan unik terhadap perubahan
kesehatan atau pada keadaan krisis.
3.2 Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam
keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan
cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengindentifikasi dan merumuskan
masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari
masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan
merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan
perawat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Anne Griffin Perry, 2005, Fundamentals of nursing :
concepts,process, and practice, Jakarta, Buku Kedokteran : EGC
Perry.Potter,2005,Fundamentals of Nursing, Jakarta, Buku
Kedokteran : EGC.
Bastable,Susan B., 2002, Perawat sebagai Pendidik : prinsip-
prinsip pengajaran dan pembelajaran,Jakarta : EGC
Hamid, Yani, Achir. Buku Ajar Aspek Spiritual dalam
Keperawatan. Jakarta: Widya Medika. 2000
Recommended