View
221
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
1/22
7
htt://digilib.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
1. Pengertian kinerja
Kinerja merupakan catatan keluaran hasil pada suatu fungsi jabatan
atau seluruh aktivitas kerja dalam periode tertentu. Kinerja juga merupakan
kombinasi antara kemampuan dan usaha untuk menghasilkan apa yang
dikerjakan. Seseorang memiliki kemampuan, kemauan, usaha serta
dukungan dari lingkungan sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.
Kemampuan dan usaha akan menghasilkan motivasi, kemudian setelah ada
motivasi seseorang akan menampilkan perilaku untuk bekerja (Nasution,
2005).
Kinerja adalah kelakuan atau kegiatan yang berhubungan dengan
tujuan organisasi, dimana organisasi tersebut merupakan keputusan dari
pimpinan. Kinerja bukan outcome, konsekuensi atas hasil dari suatu
perbuatan, tetapi kinerja adalah perbuatan atau aksi itu sendiri, disamping
itu kinerja adalah multidimensi sehingga untuk beberapa pekerjaan spesifik
mempunyai beberapa bentuk komponen kerja, yang dibuat dalam batas
hubungan variasi dengan variabel lain. Kinerja dengan prestasi kerja yaitu
proses melalui organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan
(Nasution, 2005).
Menurut Ilyas (2001), kinerja adalah penampilan hasil karya personel
dalam suatu organisasi. Sedangkan menurut Prawirosentono (1999), kinerja
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi
bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral
maupun etika.
7
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
2/22
8
htt://digilib.unimus.ac.id
2. Model teori kinerja
Penampilan kerja atau job performance sebagai bagian dari
profesiansi kerja adalah menyangkut apa yang dihasilkan seseorang dari
perilaku kerja. Tingkat sejauh mana seseorang berhasil menyelesaikan
tugasnya disebut profesi (level of performance). Individu ditingkat prestasi
kerja disebut produktif. Job performance (penampilan kerja) adalah hasil
yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku dalam pekerjaan yang
bersangkutan. Menurut teori Atribusi atau Expectancy Theory, penampilan
kerja dirumuskan sebagai berikut : P = M X A, dimana P (performance), M(motivasi), A (Ability), sehingga dapat dijelaskan bahwa performance adalah
hasil interaksi antara motivasi dengan ability (kemampuan dasar). Dapat
dikatakan bahwa orang yang tinggi motivasinya, tetapi memiliki
kemampuan dasar yang rendah akan menghasilkan performance yang
rendah, begitu pula halnya dengan orang yang sebenarnya mempunyai
kemampuan dasar yang tinggi tetapi rendah motivasinya (Wijono, 2000).
Kajian terhadap teori kinerja, dilakukan untuk mengetahui faktor yang
mempengaruhi kinerja personal. Gibson menyampaikan model teori kinerja
dan melakukan analisis terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi
perilaku dan kinerja yaitu variabel individu, variabel psikologi,dan variabel
organisasi dengan uraian sebagai berikut.
a. Variabel individu, dikelompokkan pada sub variabel kemampuan, latar
belakang dan geografis. Sub variabel kemampuan dan ketrampilan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja.
Sedangkan variabel geografis mempunyai efek tidak langsung pada
perilaku dan kinerja individu
b. Variabel psikologis, terdiri dari sub variabel persepsi, sikap, kepribadian
belajar dan motivasi. Variabel ini banyak dipengaruhi oleh keluarga,
tinkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan variabel geografis.
Variabel psikologis merupakan variabel yang kompleks dan sulit diukur
dan sukar mencapai kesepakatan karena seseorang individu masuk dan
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
3/22
9
htt://digilib.unimus.ac.id
bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang, dan
ketrampilan yang berbeda satu dengan yang lainnya.
c. Variabel organisasi, berefek tidak langsung terhadap perilaku kenerja
individu yang digolongkan dalam sub variabel sumber daya,
kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel
imbalan berpengaruh untuk meningkatkan motivasi kerja yang pada
akhirnya secara langsung akan meningkatkan kinerja individu (Winardi,
2004).
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan
dan motivasi. Kemampuan adalah kapasitas individu untuk melaksanakan
berbagai tugas dalam pekerjaan tertentu. Kemampuan keseluruhan
seseorang pada hakekatnya tersusun dari faktor yaitu kemampuan
intelektual dan kemampuan fisik. Sedangkan motivasi adalah kemauan atau
keinginan di dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertindak
(Wijono, 2000).
Menurut Nursalam 2002), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
adalah supervisi dan gaya kepemimpinan. Supervisi adalah melakukan
pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan
yang dilakukan oleh bawahan untuk kemudian apabila ditemukan masalah
segera diberikan petunjuk dan bimbingan yang bersifat langsung guna
mengatasinya. Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh tiga faktor utama
yaitu diri sendiri sebagai pemimpin, kelompok yang dipimpin dan situasi.
Performa atau kinerja adalah tampilan riil yang dapat dilakukan oleh
subyek di tempat kerja atau pada unit-unit layanan yang dibutuhkan. Faktor
penentu kinerja terdiri dari tiga faktor yaitu pengetahuan,ketrampilan dan
sikap atau nilai dasar (Danim, 2008).
3. Pengertian Perawat
Perawat (nurse)berasal dari bahasa latin yaitu nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Harlley cit menjelaskan pengertian dasar seorang
perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat, memelihara,
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
4/22
10
htt://digilib.unimus.ac.id
membantu, serta melindungi seseorang karena sakit, cedera (injuri) dan
proses penuaan. Menurut Depkes RI (2002), perawat professional adalah
perawat yang bertanggung jawab dan berwewenang memberikan pelayanan
keperawatan mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
sesuai dengan kewenangannya (Sudarma, 2008).
Menurut Undang-Undang RI No.23 Tahun 1992 tentang kesehatan,
mendefinisikan perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan
kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 647/Menkes/SK/IV/2000 yang
kemudian diperbaharui dengan Kepmenkes RI No.1239/Menkes/SK/XI/
2001 tentang registrasi dan praktek keperawatan, dijelaskan bahwa perawat
adalah orang-orang yang telah lulus dari pendidikan perawat baik didalam
maupun di luar negeri sesuai ketentuan perundang-undangan yang
berlaku (Asmadi, 2008).
Perawat profesional menurut PPNI (Persatuan Perawat Nasional
Indonesia) adalah tenaga keperawatan yang berasal dari jenjang pendidikan
tinggi keperawatan (ahli madya, ners, ners spesialis, ners konsultan).
Pengertian perawat menurut International Council of Nursing (ICN) adalah
seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan,
berwenang di Negara yang bersangkutan untuk memberikan pelayanan , dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta
pelayanan terhadap pasien (Ali, 2001).
4. Kinerja Perawat
Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh
manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan
produktifitasnya. Proses penilaian kinerja dapat dilakukan secara efektif
dalam mengarahkan perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa
keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat
menggunakan proses aprasial kinerja untuk mengatur arah kerja dalam
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
5/22
11
htt://digilib.unimus.ac.id
memilih, melatih, bimbingan perencanaan karir, serta pemberian
penghargaan kepada perawat yang berkompeten. (Depkes. RI, 2002)
Ukuran pengawasan yang digunakan oleh manajer perawat guna
mencapai hasil organisasi adalah sistem penilaian pelaksanaan kerja
perawat. Melalui evaluasi reguler dari setiap pelaksanaan kerja pegawai,
manajer harus dapat mencapai beberapa tujuan. Hal ini berguna untuk
membantu kepuasaan perawat dan untuk memperbaiki pelaksanaan kerja
mereka, memberitahu perawat bahwa kerja mereka kurang memuaskan serta
mempromosikan jabatan dan kenaikan gaji, mengenal pegawai yang
memenuhi syarat penugasan khusus, memperbaiki komunikasi antara atasan
dan bawahan serta menentukan pelatihan dasar untuk pelatihan karyawan
yang memerlukan bimbingan khusus. (Depkes. RI, 2002)
Prinsip-prinsip penilaian kinerja perawat adalah sebagai berikut.
a. Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja
orientasi tingkah laku untuk posisi yang ditempati. Karena diskripsi kerja
dan standar pelaksanaan kerja disajikan pegawai selama orientasi sebagai
tujuan yang harus diusahakan, pelaksanaan kerja sebaiknya dievaluasi
berkenaaan dengan sasaran-sasaran yang sama.
b. Sampel tingkah laku perawat yang cukup representative sebaiknya
diamati dalam rangka evaluasi pelaksanaan kerjanya. Perhatian harus
diberikan untuk mengevaluasi tingkah laku umum atau tingkah laku
konsistennya serta guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
c.
Perawat sebaiknya diberi salinan diskripsi kerjanya, standar pelaksanaan
kerja, dan bentuk evaluasi untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan
evaluasi sehingga baik perawat maupun supervisior dapat mendiskusikan
evaluasi dari kerangka kerja yang sama.
d. Jika diperlukan, manajer sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan
pelaksanaan kerja
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
6/22
12
htt://digilib.unimus.ac.id
e. Pertemuan evaluasi sebaiknya menjelaskan area mana yang akan
diprioritaskan seiring dengan usaha perawat untuk meningkatkan
pelaksanaan kerja .
f. Baik laporan evaluasi maupun pertemuan sebaiknya disusun dengan
terencana sehingga perawat tidak merasa kalau pelaksanaan kerjanya
sedang dianalisa (Depkes RI,2002).
Jenis alat evaluasi pelaksanaan kerja perawat yang umum digunakan
antara lain yaitu laporan tanggapan bebas dan chek list pelaksanaan kerja
a. Laporan tanggapan bebas yaitu pemimpin atau atasan diminta
memberikan komentar tentang kualitas pelaksanaan kerja bawahan dalam
jangka waktu tertentu. Karena tidak adanya petunjuk yang harus
dievaluasi, sehingga penilaian cenderung menjadi tidak sah. Alat ini
kurang obyektif karena mengabaikan satu atau lebih aspek penting,
dimana penilai hanya berfokus pada salah satu aspek.
b. Chek list pelaksanaan kerja terdiri dari daftar kriteria pelaksanaan kerja
untuk tugas yang penting dalam deskripsi kerja karyawan, dengan
lampiran formulir dimana penilai dapat menyatakan apakah bawahan
dapat memperlihatkan tingkah laku yang dinginkan atau tidak.
(Nursalam, 2002).
5. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode sistematis dan Ilmiah yang
digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai atau
mempertahankan keadaan biologis, psikolagis, sosial dan spiritual yang
optimal melalui tahap pengkajian, identifikasi diagnosis keperawatan,
penentuan rencana keperawatan, melaksanakan keperawatan serta evaluasi
tindakan keperawatan (Suarli & Bahtiar , 2009).
Menurut Effendy (1995), proses keperawatan didefinisikan sebagai
suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan
meningkatkan pasien sampai ketahap maksimum dan juga merupakan
pendekatan ilmiah yang terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, penentuan
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
7/22
13
htt://digilib.unimus.ac.id
diagnosis keperawatan, perumusan intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan dan evaluasi keperawatan
6. Pengertian Dokumentasi Proses Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan dokumen yang penting bagi
asuhan keperawatan di rumah sakit yang merupakan bukti dari pelaksanaan
keperawatan yang mengunakan metode proses keperawatan dan catatan
tentang tanggapan atau respon pasien terhadap tindakan medis, tindakan
keperawatan atau reaksi pasien terhadap penyakit (Suarli & Bahtiar, 2009).
Menurut Nursalam (2008), pendokumentasian proses keperawatan
merupakan metode yang tepat untuk mengambil keputusan yang sistematis,
problem solving dan riset lebih lanjut. Format proses keperawatan
merupakan kerangka atau dasar keputusan dan tindakan termasuk juga
pendokumentasian hasil berfikir dan asuhan keperawatan. Dokumentasi
proses keperawatan mencakup pengkajian, identifikasi masalah,
perencanaan, intervensi. Perawat kemudian mengobservasi dan
mengevaluasi respon pasien terhadap intervensi yang diberikan dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada profesi kesehatan lainnya.
Pengkajian ulang dan evaluasi respon klien terhadap intervensi keperawatan
dan tindakan medis dapat sebagai penunjuk dan kesinambungan dalam
proses keperawatan dan adanya perubahan dalam setiap tahap.
7. Pengertian Kinerja Perawat dalam Pendokumentasian Proses
Keperawatan
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kinerja perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan adalah catatan
keluaran hasil dari seluruh aktifitas kerja perawat yang merupakan bukti dari
pelaksanaan asuhan keperawatan di rumah sakit dengan menggunakan
metode proses keperawatan.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
8/22
14
htt://digilib.unimus.ac.id
8. Tahap-tahap Pendokumentasian proses Keperawatan
Uraian tahap-tahap pendokumentasian proses keperawatan menurut
Nursalam (2008) adalah sebagai berikut.
a. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah metode yang sistematis untuk memperoleh data
dan informasi yang penting tentang keadaan dan status kesehatan pasien
dalam rangka pemenuhan kebutuhannya.
Tujuan dari pendokumentasian data pengkajian keperawatan
adalah sebagai berikut.1) Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan respon pasien yang unik.
2) Untuk menggabungkan dan mengorganisasi data dari beberapa
sumber yang dikumpulkan menjadi satu sehingga masalah kesehatan
klien dapat dianalisis dan diidentifikasi.
3) Untuk memberikan dasar guna penulisan rencana asuhan keperawatan
yang efektif.
Perawat menggunakan semua informasi pasien yang diperoleh dari
wawancara, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, laboratorium dan
diagnostik lainnya untuk mencapai tujuan tersebut di atas. Pengkajian
harus lengkap dan seakurat mungkin. Pengumpulan data untuk
kelengkapan informasi status kesehatan atau masalah pasien harus terus
menerus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah baru dan
mengubah prioritas klinis. Standar dokumentasi untuk pengkajian adalah
perawat mendokumentasikan data pengkajian keperawatan dengan cara
sistematis, komprehensif, akurat dan terus menerus.
Petunjuk penulisan pengkajian adalah sebagai berikut.
1) Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian yang
meliputi : riwayat pasien masuk rumah sakit, respon pasien yang
berhubungan dengan persepsi kesehatan pasien, riwayat pengobatan,
data pasien rujukan, pulang dan keuangan.
2)
Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan.
3)
Kelompok data-data berdasarkan model pendekatan yang digunakan.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
9/22
15
htt://digilib.unimus.ac.id
4) Tuliskan data obyektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai ,
memasukkan pendapat pribadi.
5) Sertakan pernyataan yang mendukung interpretasi data obyektif.
6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis termasuk definisi
karakteristiknya.
7)
Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakatidi instansinya.
8) Tuliskan secara jelas dan ringkas.
b. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tertulis yang tegas dan
jelas tentang masalah kesehatan pasien, penyebabnya dan faktor yang
menunjang. Sifat diagnosa keperawatan yaitu berorientasi pada
kebutuhan dasar manusia, menggambarkan tanggapan atau respon
individu terhadap proses penyakit, kondisi dan situasi,berubah bila
respon pasien berubah serta tidak berorientasi pada keadaan patologi.
Kegiatan yang dilakukan meliputi memilih data, mengelompokkan data,
mengenal masalah, menyusun daftar masalah, menyusun referensi dan
kesimpulan serta menegakkan diagnosa. Pada tahap ini perawat
membutuhkan pengetahuan tentang definisi karakteristik yang
mendukung setiap diagnosis.
Petunjuk penulisan diagnosa keperawatan adalah sebagai berikut.
1) Pemakaian PE dan PES (problem, etiologi, sign/symptom) untuk
format diagnosa aktual.
2) Catat diagnosa keperawatan potensial dalam sebuah problem/format
etiologi.
3) Pemakaian terminogi berdasar kepada standar diagnosa keperawatan
dari NANDA.
4) Merujuk pada daftar yang dapat diterima, bentuk diagnosa
keperawatan untuk catatan standar dalam saku atau ringkasan.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
10/22
16
htt://digilib.unimus.ac.id
5) Memulai penulisan pernyataan diagnosa dengan mengubah
redaksinya ke dalam suatu keadaan diagnosa keperawatan yang
distandarkan.
6) Pastikan data mayor dan penunjang data minor karakteriktik
pendefinisian diperoleh dokumentasi bagian pengkajian pasien untuk
menegakkan diagnosa keperawatan. Pastikan definisi karakteristik
(data mayor dan data minor) telah didokumentasikan pada bagian
pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan.
7) Pernyataan awal dalam perencanaan keperawatan ditulis di daftar
masalah dan didokumentasikan dalam catatan keperawatan.
8) Hubungkan tiap-tiap diagnosis keperawatan bila saling merujuk dan
memberikan laporan perubahan atau perkembangan.
9) Setiap pergantian dinas perawat, gunakan diagnosis keperawatan
sebagai pedoman pengkajian, intervensi dan evaluasi.
10) Catatan bahan perawatan adalah dasar untuk pertimbangan dari
langkah-langkah proses keperawatan.
11) Pendokumentasian semua diagnosis keperawatan harus
merefleksikan dimensi dalam masalah yang berorientasi pada sistem
pendokumentasian perawat.
12) Suatu agenda atau catatan mungkin diperlukan untuk membuat
diagnosis keperawatan dan system pendokumentasian yang relevan.
c. Dokumentasi Rencana Intervensi Keperawatan
Rencana Intervensi keperawatan adalah pedoman tertulis untuk
melaksanakan tindakan keperawatan dalam membantu pasien dalam
memecahkan masalah serta memenuhi kebutuhan kesehatannya dan
mengkoordinir staf perawatan dalam pelaksanaan perawatan. Kriteria
penentuan rencana tindakan yaitu disusun berdasarkan tujuan asuhan
keperawatan, melibatkan pasien/keluarga,mempertimbangkan latar
belakang budaya pasien dan keluarga, harus berupa kalimat instruksi
serta menjamin rasa aman dan nyaman bagi pasien. Kegiatan yang
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
11/22
17
htt://digilib.unimus.ac.id
dilakukan membuat prioritas, menentukan tujuan, membuat order
keperawatan/rencana intervensi keperawatan, menentukan kriteria
evalausi. Standar dokumentasi untuk hal ini adalah perawat dapat
mengembangkan rencana asuhan keperawatan yang mencerminkan
hubungan yang serasi antar diagnosis keperawatan secara umum,
perintah intervensi keperawatan dan criteria hasil yang diharapkan.
Petunjuk penulisan rencana tindakan keperawatan adalah sebagai
berikut.
1) Sebelum menuliskan rencana asuhan keperawatan, kaji ulang semua
data yang ada. Sumber data yang memuaskan meliputi pengkajian
awal pada saat pertama kali klien masuk rumah sakit, diagnosis
keperawatan pada saat pertama kali masuk rumah sakit, keluhan
utama klien/alasan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan,
hasil pemeriksaan laboratorium, latar belakang sosial budaya, riwayat
kesehatan dan pemeriksaan fisik, observasi dari profesi kesehatan lain.
2) Daftar dan jenis masalah aktual, resiko dan potensial.
3) Tuliskan kriteria hasil dengan jelas, khusus dan teratur.
4) Selalu ditanda tangani dan diberi tanggal rencana tindakan.
5) Mulai rencana tindakan dengan menggunakan kata kerja.
6) Tuliskan rasional dari rencana tindakan.
7) Rencana tindakan harus dicatat sebagai hal yang permanen.
8) Pasien dan keluarganya jika memungkinkan diikut sertakan dalam
perencanaan.
9) Rencana tindakan harus sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
diusahakan untuk selalui diperbarui.
d. Dokumentasi Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah melaksanakan tindakan keperawatan
berdasarkan asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
mengamati keadaan bio-psiko-sosio-spiritual pasien, sesuai dengan
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
12/22
18
htt://digilib.unimus.ac.id
waktu yang telah ditentukan, mencuci tangan sebelum dan sesudah
melaksanakam kegiatan, menerapkan etika keperawatan serta
mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien. Kegiatan yang
dilakukan meliputi melihat data dasar, mempelajari rencana,
menyesuaikan rencana, menentukan kebutuhan bantuan, melaksanakan
tindakan keperawan sesuai rencana yang telah disusun, analisa umpan
balik, mengkomunikasikan hasil asuhan keperawatan.
Petunjuk penulisan intervensi keperawatan adalah sebagai berikut.
1) Ditulis secara jelas, ringkas dari pengobatan atau tindakan dalam
bentuk kata kerja.
2) Menjelaskan alasan tindakan harus dilaksanakan.
3) Menuliskan hasil tindakan.
4) Menuliskan tanggal, waktu, nama jelas, dan tanda tangan perawatyang
melakukan.
e. Dokumentasi Evaluasi
Evaluasi adalah mengkaji respon pasien terhadap standar atau
kriteria yang ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai. Penulisan pada
tahap evaluasi proses keperawatan yaitu terdapat jam melakukan
tindakan, data perkembangan pasien yang mengacu pada tujuan,
keputusan apakah tujuan tercapai atau tidak, serta ada tanda tangan atau
paraf. Kegiatan yang dilakukan meliputi menggunakan standar
keperawatan yang tepat, mengumpulkan dan mengorganisasi data,
membandingkan data dengan kriteria dan menyimpulkan hasil yang
kemudian ditulis dalam daftar masalah. Petunjuk penulisan evaluasi
keperawatan adalah sebagai berikut.
1) Sebelum menulis kesimpulan evaluasi dengan data yang mendukung
penilaian perawat. Contoh data pendukung pada pasien dengan
myocardial infark : tidak ada dyspnea, pasien tampak nyaman.
Penilaian perawat : toleransi aktivitas meningkat atau status cardiac
stabil.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
13/22
19
htt://digilib.unimus.ac.id
2) Mengunakan evaluasi intervensi keperawatan dengan pernyataan
evaluasi formatif yang menjelaskan respon cepat pasien terhadap
intervensi keperawatan atau prosedur.
3) Menggunakan pernyataan evaluasi sumatif ketika pasien dipindah ke
fasilitas lain atau dipulangkan.
4) Catatan evaluasi sumatif untuk setiap hasil yang diharapkan
diidentifikasi pada perencanaan keperawatan pasien.
5) Menulis pernyataan evaluasi yang merefleksikan keadaan
perkembangan pasien terhadap tujuan.
9. Tujuan Utama dan Manfaat Pendokumentasian Proses Keperawatan
Menurut Suarli & Bahtiar (2009) bahwa tujuan utama
pendokumentasian keperawatan adalah sebagai berikut.
a. Komunikasi, yaitu sebagai alat komunikasi antar tim agar
kesinambungan pelayanan kesehatan yang diberikan dapat tercapai, tidak
terjadi tumpang tindih dalam memberikan pelayanan dan pemulangan.
b.
Pendidikan, yaitu informasi tentang gejala-gejala penyakit, diagnosa,
tindakan keperawatan, respon klien dan evaluasi tindakan keperawatan,
bagi mahasiswa keperawatan dan tim kesehatan lainnya.
c. Pengalokasian dana berharga untuk dapat merencanakan tindakan yang
tepat dan sesuai dengan dana yang tersedia.
d. Evaluasi merupakan dasar untuk melakukan evaluasi terhadap hasil
implementasi asuhan keperawatan, menjamin kelanjutan asuhan
keperawatan bagi pasien, dan menilai prestasi kerja staf keperawatan.
e. Jaminan mutu yaitu memberi jaminan pada masyarakat akan mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan
f. Dokumen yang sah merupakan bukti nyata yang dapat digunakan bila
didapatkan penyimpangan atau apabila diperlukan di pengadilan
g.
Penelitian, yaitu catatan pasien merupakan sumber daya yang berharga
yang dapat digunakan untuk penelitian.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
14/22
20
htt://digilib.unimus.ac.id
Secara umum catatan pasien digunakan untuk memantau mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien dan kompetensi
(kemampuan dan keterampilan) tenaga perawat yang memberikan
pelayanan tersebut.
Dokumentasi keperawatan mempunyai makna yang penting dilihat
dari berbagai aspek, seperti aspek hokum, kualitas pelayanan, komunikasi,
keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi (Nursalam, 2008).
Penjelasan mengenai aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.
a. Hukum
Semua catatan informasi tentang pasien merupakan dokumentasi resmi
yang bernilai hukum. Bila terjadi suatu masalah (miscondact) yang
berhubungan dengan profesi keperawatan, dimana perawat sebagai
pemberi jasa dan pasien sebagai pengguna jasa, maka dokumentasi
dapat dipergunakan sewaktu-waktu. Dokumentasi dapat dipergunakan
sebagai barang bukti di pengadilan. Dokumentasi yang secara hukum
dapat dipertanggungjawabkan yaitu menulis nama pasien pada setiap
halaman catatan, jangan mencatat dengan pensil, segera melakukan
pencatatan setelah melakukan tindakan,tulisan harus dapat dibaca,
menggunakan istilah atau singkatan yang lazim digunakan, tidak
menghapus atau menggunakan cairan koreksi jika melakukan
kesalahan serta setiap selesai tindakan harus dibubuhi tanda tangan dan
nama terang.
b.
Kualitas pelayanan
Pendokumentasian data pasien yang lengkap dan akurat akan memberi
kemudahan bagi perawat dalam membantu menyelesaikan masalah
pasien. Dan untuk mengetahui sejauh mana masalah pasien dapat
teratasi dan seberapa jauh masalah dapat diidentifikasi dan dimonitor
melalui dokumentasi yang akurat. Hal ini akan membantu
meningkatkan kualitas (mutu) pelayanan keperawatan.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
15/22
21
htt://digilib.unimus.ac.id
c. Komunikasi
Dokumentasi keadaan pasien merupakan alat perekam terhadap
masalah yang berkaitan dengan pasien. Perawat atau profesi kesehatan
lain dapat melihat dokumentasi yang ada dan sebagai alat komunikasi
yang dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan.
d.
Keuangan
Dokumentasi dapat bernilai keuangan. Semua asuhan keperawatan yang
belum, sedang dan telah diberikan didokumentasikan dengan lengkap
dan dapat dipergunakan sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya
keperawatan bagi pasien.
e. Pendidikan
Dokumentasi mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
kronologis dari kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran bagi peserta didik atau
profesi keperawatan.
f. Penelitian
Dokumentasi keperawatan mempunyai nilai penelitian. Data yang
terdapat di dalamnya mengandung informasi yang dapat dijadikan
sebagai bahan/objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.
g. Akreditasi
Melalui dokumentasi keperawatan akan dapat dilihat sejauh mana peran
dan fungsi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien. Dokumentasi keperawatan juga menunjukkan tingkat
keberhasilan pemberian asuhan keperawatan yang diberikan guna
pembinaan dan pengembangan lebih lanjut. Hal ini selain bermanfaat
bagi peningkatan kualitas pelayanan, juga bagi individu perawat dalam
mencapai tingkat kepangkatan yang lebih tinggi.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
16/22
22
htt://digilib.unimus.ac.id
A.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam
Pendokumentasian Proses Keperawatan
1. Pengetahuan Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Winkel (1996), pengetahuan mencakup akan hal-hal yang
pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-hal itu dapat meliputi
fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan yang
disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk
ingatan, mengingat (recall) atau mengenal kembali ( recognition).
Berdasarkan pengertian di atas, pengetahuan perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan adalah hal-hal yang diketahui oleh
perawat tentang proses keperawatan yang kemudian digunakan untuk
pendokumentasian sebagai bukti dari pelaksanaan asuhan keperawatan di
rumah sakit.
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu sebagai berikut.
a. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah.
b. Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil
(sebenarnya).
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
17/22
23
htt://digilib.unimus.ac.id
d. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintasis (synthesis), menunjuk pada suatu kamampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi
(Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yangn ingin diukur dari subyek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut (Budiono,
1998).
2. Sikap Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
Secara umum, sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk
berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, obyek atau situasi
tertentu.Sikap mengandung penilaian emosional atau afektif (senang,
benci, sedih dan sebagainya), disamping komponen kognitif (pengetahuan
tentang obyek tersebut) serta aspek konotif ( kecenderungan bertindak)
(Notoatmodjo, 2003). Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya
tambahan informasi tentang obyek tersebut, melalui persuasi serta tekanan
dari kelompok sosialnya (Sarwono, 1997).
Berdasarkan uraian di atas, sikap perawat dalam pendokumentasian
proses keperawatan adalah respon atau penilaian emosional atau
pandangan perawat tentang praktek pendokumentasian proses
keperawatan.
Berbagai tingkatan dalam sikap menurut Notoatmodjo (2003) adalah
sebagai berikut.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
18/22
24
htt://digilib.unimus.ac.id
a. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memperhatikan stimulus
b. Merespon (responding) adalah memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan
c. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga
d. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab terhadap segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap
yang paling tinggi.
3. Motivasi Perawat dalam Pendokumentasian Proses Keperawatan
Menurut kamus Bahasa Indonesia Modern, karangan Muhammad
Ali, motif diartikan sebagai sebab-sebab yang menjadi dorongan tindakan,
dasar pikiran dan pendapat seseorang atau sesuatu yang menjadi pokok.
Pengertian motivasi yang diturunkan dari pengertian motif tersebut di atas
adalah sesuatu yang pokok, yang menjadi dorongan bagi seseorang untuk
bekerja (Arep dkk, 2003).
Berdasarkan uraian di atas, motivasi perawat dalam
pendokumentasian psoses keperawatan adalah dorongan atau keinginan
perawat untuk bertindak/berperilaku ke arah tujuan yang lebih baik yaitu
untuk dapat mendokumentasikan psoses keperawatan menjadi lebih baik.
Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan
gairah kerja, sehingga produktifitas kerja meningkat. Sementara itu,
manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang
termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya
pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu
yang sudah ditentukan, serta orang akan senang melakukan pekerjaannya
(Arep dkk,2003).
Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya
akan membuat orang senang melakukannya. Orangpun akan merasa diakui
atau dihargai. Hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
19/22
25
htt://digilib.unimus.ac.id
bagi orang yang termotivasi, orang akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi
karena dorongan yang begitu tinggi untuk menghasilkan sesuai target yang
mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang
bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan,
semangat juangnya akan tinggi. Hal ini akan memberikan suasana bekerja
yang bagus di semua bagian ( Arep dkk, 2003).
B.Kerangka Teori
Sumber : Modifikasi, Winardi (2004); Wijono (2000); Danim (2000).
Gb.1 Kerangka Teori
Pendokumentasian
Proses
Keperawatan
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja:
Individu
Psikologi : Sikap
Organisasi
Internal : Motivasi
Penentu : Pengetahuan
Dokumentasi Proses
Keperawatan :
Pengkajian
Diagnosis KeperawatanIntervensi
Implementasi
Evaluasi
Kinerja Perawat
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
20/22
26
htt://digilib.unimus.ac.id
D. Kerangka Konsep
Gb.2 Kerangka Konsep
Berdasar kerangka teori, banyak faktor yang mempengaruhi kinerja
seseorang/perawat, faktor-faktor tersebut tidak semuanya dapat dilakukan
penelitian. Penelitian yang dilakukan dibatasi pada pengetahuan, sikap dan
motivasi yang berkaitan dengan kinerja perawat dalam pendokumentasian
proses keperawatan.
E. Variabel Penelitian
Variabel didefinisikan sebagai karakteristik subyek penelitian yang
berubah dari satu subyek ke subyek lain. Variabel adalah karakteristik suatu
subyek, bukan subyek atau bendanya sendiri. Menurut fungsinya dalam
penelitian, khususnya dalam hubungan antar variabel, terdapat beberapa jenis
variabel antara lain adalah variabel bebas/variabel independen/variabel resiko
dan variabel terikat/variabel dependen/variabel tergantung/variabel efek.
Variabel bebas adalah variabel yang bila ia berubah akan mengakibatkan
perubahan variabel lain, sedangkan variabel yang berubah akibat perubahan
variabel bebas ini disebut sebagai variabel terikat (Sastroasmoro & Ismael,
2006).
Variabel bebas pada penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan
motivasi perawat dalam pendokumentasian proses keperawatan dan variabel
terikatnya adalah kinerja perawat dalam pendokumentasian proses
keperawatan.
Pengetahuan
Kinerja perawat dalam
pendokumentasian proses
keperawatanSikap
Motivasi
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
21/22
27
htt://digilib.unimus.ac.id
F.Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hipo (lemah) dan tesis (pernyataan), yaitu
suatu pernyataan yang masih lemah dan membutuhkan pembuktian untuk
menegaskan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau harus ditolak,
berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian.
Hipotesis juga merupakan sebuah pernyataan tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris (Hidayat, 2009).
Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara atau jawaban sementara dari
rumusan masalah atau pertanyaan penelitian (Nursalam,2003).Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan kinerja perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Paviliun
Garuda RSUP Dr. Kariadi Semarang.
2. Ada hubungan antara sikap perawat dengan kinerja perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Paviliun
Garuda RSUP Dr. Kariadi Semarang.
3. Ada hubungan antara motivasi perawat dengan kinerja perawat dalam
pendokumentasian proses keperawatan di ruang rawat inap Paviliun
Garuda RSUP Dr. Kariadi Semarang.
7/25/2019 jtptunimus-gdl-noorhidaya-6501-3-babii.pdf
22/22
28
htt://digilib unimus ac id
Recommended