View
6
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
fitokimia
Citation preview
Abstrak
Curcuma xanthorrhiza merupakan salah satu tumbuhan asli Indonesia. Tumbuhan ini
banyak dimanfaatkan dalam ilmu kesehatan sebagai bahan baku obat-obatan tradisonal.
Penelitian tentang temulawak lebih banyak mengarah kepada kandungan bioaktifnya
terutama kurkuminoid. Kurkuminoid merupakan senyawa golongan fenolik, dan tersusun atas
senyawa kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Kandungan utama
kurkuminoid adalah senyawa kurkumin yang berwarna kuning. Zat kuning ini banyak
digunakan sebagai pewarna makanan. Kandungan bioakif pada temulawak dapat diektraksi
dengan beberapa pelarut seperti etanol, etil asetat dan aseton. Praktikum ini bertujuan untuk
mengetahui jenis pelarut apa yang dapat digunakan untuk mengekstraksi senyawa kurkumin
dengan metode fraksinasi cair-cair. Pelarut yang digunakan pada metode ini adalah n-hexana,
kloroform dan etanol. Analisis senyawa kurkumin pada hasil fraksinasi ditentukan dengan
metode kromatografi lapis tipis dengan pelarut yang digunakan adalah toluena : etilasetat
(7:3) dan kloroform : metanol (95:5). Hasil praktikum menunjukkan bahwa metode
pemisahan senyawa kurkumin yang baik menggunakan adalah dengan menggunakan eluen
kloroform : metanol (95:5) dan untuk metode pemisahan secara fraksinasi pelarut yang dapat
digunakan adalah etanol.
Kata kunci: Curcuma xanthorrhiza, kurkuminoid, fraksinasi
Abstract
Curcuma xanthorrhiza is a one of Indonesian plant. This plant is widely used in the
health sciences as raw material for traditional medicine. Research on ginger focus more on
the content of bioactive especially curcuminoid. Curcuminoid is a class of phenolic
compounds and is composed of a compound curcumin, demetoksicurcumin and
bisdemetoksicurcumin. The main content of the compound curcuminoid is a curcumin that
have a yellow colour. Yellow substance is widely used as a food coloring. Bioactive content
of the ginger can be extracted with some ethanol, ethyl acetate and acetone. This lab aims to
determine what type of solvent that can be used to extract the compound curcumin to liquid-
liquid fractionation method. The solvent used in this method is n-hexane, chloroform and
ethanol. Analysis of the results of fractionation curcumin compound was determined by thin
layer chromatography with the solvent used is toluene : etilasetat (7 : 3) and chloroform :
methanol (95 : 5). Lab results showed that the curcumin compound separation method using
either with the eluent chloroform: methanol (95: 5) and for the liquid-liquid fractionatiton
method using ethanol.
Key words: Curcuma xanthorrhiza, curcuminoid, fractionation
Pendahuluan
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.) merupakan salah satu tumbuhan
obat familia Zingiberaceae yang banyak
tumbuh di Indonesia (Sidik et al, 1985).
Komponen utama yang berkhasiat sebagai
obat dalam rimpang temulawak adalah
kurkuminoid dan minyak atsiri yang
merupakan hasil metabolisme sekunder
dari tanaman ini. Kurkuminoid mem-
berikan warna kuning pada rimpang
temulawak dan mempunyai khasiat medis
(Suwiah, 1991). Zat ini berkhasiat
menetralkan racun, menghilangkan rasa
nyeri sendi, menurunkan kadar kolesterol
dan trigliserida darah, antibakteri, dan
sebagai antioksidan. Sedangkan minyak
atsiri pada temulawak berkhasiat sebagai
colagoga, yaitu bahan yang dapat
merangsang pengeluaran cairan empedu
yang berfungsi sebagai penambah nafsu
makan dan anti spasmodicum, yaitu
menenangkan dan mengembalikan ke-
kejangan otot (Liang et al, 1985).
Umumnya untuk memperoleh
senyawa kurkuminoid murni dari rimpang
temulawak sangat sukar karena di alam
senyawa kimia pada tumbuhan terdapat
dalam bentuk campuran, oleh sebab itu
diperlukan proses pemisahan. Salah satu
metode pemisahan yang digunakan adalah
fraksinasi. Pemisahan dengan fraksinasi
dilakukan dengan teknik yang bermacam-
macam seperti kromatografi (KKt, KLT,
KCKT, KCV, KGC) dan ekstraksi cair-
cair. Biasanya untuk diperoleh hasil yang
lebih optimum digunakan kombinasi
kedua metode tersebut.
Ekstraksi cair-cair adalah metode
pemisahan dengan menggunakan dua
cairan pelarut yang tidak saling ber-
campur, sehingga senyawa tertentu ter-
pisahkan menurut kesesuaian sifat dengan
cairan pelarut (like dissolve like).
Sedangkan kromatograsi adalah teknik
pemisahan zat dari campuran berdasarkan
perbedaan migrasi komponen-komponen
tersebut dari fase diam oleh fase gerak.
Pemisahan ini dilakukan berdasarkan sifat
fisika-kimia umum dari molekul seperti
kecenderungan molekul untuk melarut
dalam cairan (kelarutan), kecenderungan
molekul untuk melekat pada permukaan
serbuk halus (adsorbsi/penjerapan) dan
kecenderungan molekul untuk menguap
atau berubah ke keadaan uap (keatsirian).
Berbagai macam pelarut dapat
digunakan untuk metode fraksinasi
diantaranya adalah n-hexane, aseton, etil
asetat dan etanol. Dalam praktikum kali ini
digunakan pelarut kloroform, n-hexane
dan etanol. Pemilihan pelarut ini dipilih
berdasarkan tingkat kepolarannya. Pelarut
lain yang digunakan adalah etil asetat dan
metanol. Kedua pelarut ini digunakan
sebagai pelarut untuk analisis kromatografi
lapis tipis yang nantinya akan dicampur
dengan pelarut lain dengan perbandingan
berbeda.
Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui prinsip pe-
misahan senyawa dengan metode
fraksinasi cair-cair.
2. Untuk mengetahui pelarut apa yang
efektif untuk memisahkan senyawa
kurkuminoid dari ekstrak
temulawak.
Metode
Preparasi sampel dilakukan dengan
cara mengumpulkan rimpang temulawak
kemudian dirajang dan dikeringkan di
udara terbuka dalam ruang laboratorium
kemudian dihaluskan dengan cara
diblender atau ditumbuk. Serbuk
temulawak kemudian diekstraksi dengan
metode maserasi dan perkolasi dengan
pelarut etanol 70% dan etanol 96%.
Setelah itu dilakukan pemurnian dengan
metode kromatografi cair-cair.
Hasil ekstraksi dengan maserasi
dan perkolasi ditambahkan etanol 25 ml
kemudian dimasukan dalam corong pisah.
Ditambahkan n-hexane sebanyak 10 ml,
lalu ekstraksi sebanyak 3 kali. Fase n-
hexane diambil dan diuapkan. Fase etanol
ditambah kloroform 10 ml lalu ektraksi
sebanyak 2 kali. Fase kloroform kemudian
diambil lalu diuapkan. Fase etanol juga
diuapkan dan masing-masing hasil
penguapan ditampung pada vial.
Selanjutnya dilakukan analisis
kromatografi lapis tipis dengan fase gerak
toluena : etil asetat (7:3) dan kloroform :
metanol (95:5). Fase diam yang digunakan
adalah silika gel.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan
pemisahan senyawa kurkuminoid dalam
temulawak dengan metode fraksinasi cair-
cair. Ekstrak yang digunakan pada
praktikum ini adalah hasil dari metode
maserasi dan perkolasi. Proses pemisahan
ini menggunakan 3 fraksi pelarut yaitu: n-
hexane, kloroform, dan etanol. Pemilihan
ini didasarkan pada sifat kepolaran yang
berbeda yaitu dari nonpolar, semipolar dan
polar. Hasil dari proses fraksinasi cair-cair
kemudian dianalisis dengan kromatografi
lapis tipis.
Ada 2 macam eluen yang
digunakan dalam proses KLT, yaitu
kloroform : metanol (95:5) dan toluena :
etil asetat (7:3). Masing-masing hasil
fraksi diuji dengan kromatografi lapis tipis
untuk mengindentifikasi adanya kurkumin.
Berikut ini adalah hasil
perhitungan harga Rf dari masing-masing
kromatogram.
Fraksi
Harga Rf
UV 254
nm
UV 366
nm
Fraksi N-
hexane
0,22;
0,31;
0,61; 0,7
0,15;
0,22;
0,30
Fraksi
Kloroform
0,22;
0,26;
0,30;
0,61;
0,76
0,12;
0,20;
0,26
Fraksi Etanol 0,26;
0,31
0,15;
0,20;
0,22;
0,30
Pembanding 0,28;
0,33
0,13;
0,26;
0,32
Tabel diatas menunjukkan hasil fraksinasi
ekstrak yang diperoleh dari maserasi
dengan eluen kloroform : metanol (95:5).
Penampak bercak yang paling banyak
muncul pada fraksi kloroform. Fraksi
etanol dan fraksi n-hexane juga terdapat
bercak yang sama dengan pembanding.
Harga Rf dari masing-masing fraksi dan
pembanding menunjukan nilai yang
hampir sama sehingga dapat dipastikan
bahwa ekstrak mengandung kurkumin.
Bercak lain yang timbul pada hasil
kromatogram fraksi kloroform dan n-
hexane mengindikasikan adanya senyawa
lain dalam ektrak yang ikut larut sehingga
tidak optimal untuk pemisahan.
Untuk fraksinasi ektrak dari hasil
perkolasi dengan pelarut toluena : etil
asetat (7:3) dan kloroform : metanol (95:5)
diperoleh hasil sebagai berikut :
Fraksi
Harga Rf
UV 254 nm UV 366
nm
Fraksi n-
hexane
0,22; 0,33;
0,61; 0,70
0,15
Fraksi
Kloroform
0,22; 0,26;
0,30; 0,64;
0,76
0,06; 0,12;
0,20; 0,26
Fraksi Etanol 0,24; 0,31 0,15; 0,20;
0,25; 0,30
Pembanding 0,28; 0,33 0,15; 0,26;
0,36
Fraksi
Harga Rf
UV 254 nmUV 366
nm
Fraksi n-
hexane
0,16; 0,35;
0,60
0,17; 0,35
Fraksi
Kloroform
0,25; 0,31;
0,71
0,16; 0,24;
0,30
Fraksi Etanol 0,24; 0,36 0,20; 0,27;
0,39;
Pembanding 0,24; 0,35 0,35
Kedua tabel diatas juga
menunjukkan bahwa penampak bercak
yang paling banyak muncul adalah pada
fraksi kloroform. Jika dilihat bercak pada
pembanding, jumlah senyawa
kurkuminoid yang terpisah dengan eluen
toluena : etilasetat lebih sedikit jika di-
bandingkan dengan eluen kloroform :
metanol. Pada fraksi etanol bercak yang
muncul sama dengan bercak pada
pembanding dan tidak ada bercak lain
yang tampak. Sehingga pemisahan paling
bagus dapat menggunakan pelarut etanol.
(a)
(b)
Kesimpulan
Fraksi yang paling baik untuk
pemisahan senyawa kurkuminoid dalam
temulawak adalah fraksi etanol. Hasil dari
fraksi etanol pada penampak bercak sama
dengan pembanding dan tidak ada bercak
lain yang tampak, selain itu nilai Rf yang
diperoleh mendekati nilai Rf pembanding
dibandingkan dengan fraksi lain.
Daftar Pustaka
Sidik, Mulyono MW, Muhtadi A., 1985.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza
Roxb.). Bandung: Yayasan Pengembangan
Obat Bahan Alam.
Suwiah. 1991. Komposisi Rimpang
Temulawak. Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat. Bogor.
Ket:
(a) Hasil Kromatogram setelah disemprot dengan vanilinsulfat, eluen kloroform:metanol (95:5)
(b) Hasil kromatogram dengan UV 366 nm eluen kloroform : metanol (95:5)
Recommended